Anda di halaman 1dari 11

PENANGANAN KESEHATAN GIGI DAN MULUT PADA

ANAK YANG MENDERITA KETERBELAKANGAN MENTAL

Diajukan untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah Asuhan Kesehatan Gigi Anak

Disusun Oleh :

Dienna Herliani Putri P2.06.25.0.13.013


Dita Clara P2.06.25.0.13.014
Dwike Ageng Lestari P2.06.25.0.13.015

KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA


POLITEKNIK KESEHATAN TASIKMALAYA
JURUSAN KEPERAWATAN GIGI
2015
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kita panjatkan kehadirat Allah SWT karena berkat rahmat
dan karunia-Nya, kami dapat menyelesaikan makalah sebagai tugas mata kuliah
Asuhan Kesehatan Gigi Anak tentang Penanganan Kesehatan Gigi dan Mulut
Anak Keterbelakangan Mental.

Terimakasih kepada Dosen Mata Kuliah Asuhan Kesehatan Gigi Anak yang
telah memberikan tugas makalah ini serta mendiskusikannya sehingga kami dapat
menyelesaikan makalah ini sebagai hasil pembelajaran.

Tidak lupa kami mengucapkan terimakasih kepada rekan-rekan yang telah


membantu dalam proses penyusunan makalah sehingga makalah ini dapat
terselesaikan.

Kami menyadari bahwa penyusunan makalah ini masih banyak kekurangan


dan masih jauh dari sempurna. Maka dari itu kami sangat mengharapkan kritik
ataupun saran yang sifatnya membangun agar dalam penyusunan makalah
selanjutnya bisa lebih baik.

Tasikmalaya, November 2015

Penyusun

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.................................................................................i

DAFTAR ISI...............................................................................................ii

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang..........................................................................1

B. Tujuan Makalah........................................................................1

BAB II PEMBAHASAN
A. Peranan Perawat Gigi pada Pasien Keterbelakangan Mental. .2

B. Hambatan yang timbul dalam upaya pemeliharaan Kesgi.......3


C. Hal yang dilakukan dalam Perawatan Pasien...........................4

D. Perencanaan Pemeliharaan Kesgilut Pasien.............................5

E. Hal yang di perhatikan saat datang ke klinik gigi....................5


BAB III PENUTUP
A. Simpulan..................................................................................7
ii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Dari sudut pandang ilmu kesehatan gigi, bahwa penderita


keterbelakangan mental mempunyai banyak hambatan karena kurangnya
kemampuan, termasuk perawatan oleh tenaga kesehatan gigi. Kebutuhan
perawatan gigi dari penderita keterbelakangan mental ini tidak banyak
berbeda dari perawatan penderita normal lainnya, tetapi tata pelaksanaan
perawatan biasanya lebih sulit. Penerimaan perawatan gigi dapat di
pengaruhi oleh satu atau lebih permasalahan medis, mental, fisik, dan
emosi.
Kebutuhan dasar perawatan gigi pada penderita keterbelakangan
mental dapat di capai jika objek dan sumber permasalahan yang terdapat di
masyarakat dapat di ketahui dan dapat di tangani melalui hasil-hasil suatu
studi sistematis dari permasalahan yang menyangkutnya.
Kesulitan pelaksanaan perawatan gigi pada penderita
keterbelakangan mental dapat di atasi jika tenaga kesehatan gigi
memperoleh pengetahuan yang baik dari kondisi manifestasi fisik dan
psikologis pasien. Tindakan perawatan gigi dan mulut dari penderita cacat
ini dapat di tempuh dengan cara yang sama pada penderita (anak) normal.

B. Tujuan

Adapun tujuan dari penulisan makalah ini antara lain adalah untuk
mengetahui lebih dalam mengenai masalah penanganan kesehatan gigi dan
mulut pada anak penderita keterbelakangan mental sebagai upaya untuk
meningkatkan pengetahuan perawat gigi tentang pemeliharaan kesehatan
gigi dan mulut pada pasien keterbelakangan mental.

BAB II
PEMBAHASAN

A. Peranan Perawat Gigi pada Pasien Keterbelakangan Mental

Dalam melaksanakan profesinya perawat gigi mempunyai


kompetensi sebagai dental hygienist yang berperan dalam upaya
pemeliharaan kesehatan gigi dan mulut pasien. Pasien-pasien tertentu
terkadang memiliki masalah sehubungan dengan usia, hambatan fisik,
psikologis dan mental yang menghambat kemampuan pasien tersebut
dalam mencapai status kesehatan gigi yang optimal.
Banyak definisi mengenai pasien dengan keterbelakangan mental,
menurut Christensen (2005) pasien dengan keterbelakangan mental adalah
individu yang memiliki keterbatasan dalam upaya pemeliharaan kesehatan
gigi dan mulutnya.

Pasien dengan keterbelakangan mental juga dapat di artikan sebagai


berikut :

1. Seseorang karena penyakit yang di derita serta perawatannya, adanya


keterbatasan serta gaya hidupnya yang menyebabkan resiko tinggi oral
hygiene yang buruk.
2. Seseorang jika akan di lakukan perawatan kesehatan gigi dapat
berakibat buruk terhadap kondisi sistemiknya atau bahkan
kelangsungan hidupnya.

B. Hambatan yang Timbul dalam Upaya Pemeliharaan Kesehatan Gigi


Pasien dengan keterbelakangan mental ini membutuhkan
perawatan kesehatan gigi yang khusus pula dan berbeda-beda pada tiap
individu. Umumnya, kesehatan gigi dan mulut pada pasien dengan
keterbelakangan mental ini kurang mendapatkan perhatian atau bahkan di
abaikan baik oleh pasien tersebut dan pengasuhnya serta orang yang
merawatnya sehingga biasanya derajat kesehatan gigi dan mulutnya
rendah. Situasi ini di akibatkan adanya hambatan yang timbul dalam upaya
pemeliharaan kesehatan gigi sebagai berikut :

1. Faktor-faktor yang berasal dari pasien dan keluarganya yaitu :


a. Akibat penyakitnya/keterbatasan fisik ataupun mental, Akibat
terapi yang didapat sehingga menyebabkan pasien tidak
memperhatikan kesehatan gigi dan mulutnya,
b. Akibat kurangnya pengetahuan kesehatan gigi dan mulut baik
pasien maupun orang tua/pengasuhnya.
2. Faktor-faktor yang berasal dari tim kesehatan gigi (dokter gigi dan
perawat gigi) dapat berupa :
a. Kurangnya pengetahuan, pengalaman dan keterampilan dalam
menangani pasien dengan keterbelakangan mental yang
menyebabkan dokter gigi dan perawat gigi tidak mau merawatnya
b. Kondisi ruang praktek dan ruang tunggu yang kurang nyaman dan
aman, terutama untuk pasien dengan kondisi fisik yang
memerlukan fasilitas khusus dan kenyamanan serta keamanan baik
bagi pasiennya sendiri maupun bagi tim kesehatan giginya.
Kondisi ini berakibat pasien enggan atau tidak dapat datang ke
klinik gigi.

C. Hal yang di lakukan dalam Perawatan Pasien Keterbelakangan


Mental
Hal pertama yang harus di lakukan dalam perawatan pasien ini
adalah melakukan anamnesa dengan secermat mungkin. Riwayat
kesehatan umum maupun riwayat kesehatan gigi pasien harus benar-
benar di tanyakan dengan teliti, jangan sampai ada yang terlewat atau
bahkan sengaja di sembunyikan oleh pasien. Tenaga kesehatan gigi
harus teliti dalam melakukan pemeriksaan rongga mulut karena
terdapat hubungan erat antara kondisi rongga mulut dengan keadaan
kesehatannya. Setelah diagnosa di tegakkan baru kemudian di buat
rencana perawatan yang sesuai dengan penyakit dan kondisi pasien.
Pada pasien keterbelakangan mental ini di butuhkan kerja sama yang
baik antar tenaga kesehatan.

Inform Consent atau persetujuan dari pasien mutlak harus di


lakukan sebelum perawatan gigi dan mulut. Pasien juga harus di beri
penjelasan mengenai penyakitnya juga alternatif perawatan yang
akan/dapat di berikan kepadanya.

Pada pasien anak-anak (umur kurang dari 18 tahun), atau pasien


yang karena penyakitnya tidak dapat membuat keputusan yang dapat
di pertanggung jawabkan secara hukum, inform consent di lakukan
oleh orang tua atau pengasuh. Perawat gigi sebagai dentai hygienist
merupakan anggota dari tim kesehatan gigi yang salah satu tugasnya
adalah memelihara kesehatan gigi dan mulut pasiennya serta mencegah
timbulnya penyakit gigi dan mulut.

Pada perawatan pasien dengan kebutuhan khusus ini seorang


perawat gigi di tuntut untuk bersikap profesional serta memberikan
pelayanan kepada pasiennya dengan bersikap empati, benar-benar
tulus dalam memberikan perawatan.

Khusus pada pasien yang memiliki keterbelakangan mental, di


butuhkan kesabaran dan ketulusan lebih sehingga pasien dapat
bersikap kooperatif dalam perawatan kesehatan giginya. Mengingat
perawatan kesehatan gigi memerlukan waktu yang lama, kunjungan
yang bertahap serta kadang-kadang di hambat oleh sikap takut pasien
terhadap perawatan kesehatan gigi.

D. Perencanaan Pemeliharaan Kesehatan Gigi dan Mulut Pasien


Keterbelakangan Mental

Perencanaan perawatan yang di buat harus benar-benar matang


untuk menghindari kegagalan dalam perawatan. Kunci dalam
pembuatan rencana pemeliharaan kesehatan gigi dan mulut pada
pasien dengan keterbelakangan mental ini adalah :

1. Pemeriksaan kesehatan gigi dan mulut sedini mungkin


2. Rencana perawatan yang di buat harus melibatkan keluarga
atau pengasuh/orang yang sehari-harinya membantu pasien
beraktifitas.
3. Melakukan modifikasi diet pasien yaitu dengan mengurangi
diet karbohidrat dan snack di antara waktu makan
4. Membuat metode pemeliharaan kesehatan gigi dan mulut yang
realistik bagi tiap pasien
5. Merencanakan kunjungan pasien

E. Hal yang Perlu diperhatikan Apabila Anak Keterbelakangan Mental


Datang ke Klinik Gigi

Beberapa hal yang perlu di perhatikan apabila anak


keterbelakangan mental datang ke klinik gigi antara lain :

1. Sebaiknya sebelum anak mendatangi klinik gigi, orang tua


datang lebih dulu berkonsultasi sebab perawatan gigi anak
berkebutuhan khusus membutuhkan identifikasi dini mengenai
riwayat medis, kemampuan kooperatif, pemahaman, ada
tidaknya phobia dan hal-hal spesifik lain yang penting. Hal ini
akan menjadi dasar pemilihan teknik manajemen tingkah laku
yang di berikan pada anak
2. Membuat perjanjian jadwal kunjungan. Sebaiknya, kunjungan
di lakukan pada jam-jam yang tidak terlalu sibuk, atau di
jadwalkan pada urutan pertama agar anak tidak perlu
menunggu

6
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan

Perawat gigi sebagai dentai hygienist merupakan anggota dari tim


kesehatan gigi yang salah satu tugasnya adalah memelihara kesehatan gigi dan
mulut pasiennya serta mencegah timbulnya penyakit gigi dan mulut. Pada
perawatan pasien dengan kebutuhan khusus ini seorang perawat gigi di tuntut
untuk bersikap profesional serta memberikan pelayanan kepada pasiennya dengan
bersikap empati, benar-benar tulus dalam memberikan perawatan. Khusus pada
pasien yang memiliki keterbelakangan mental, di butuhkan kesabaran dan
ketulusan lebih sehingga pasien dapat bersikap kooperatif dalam perawatan
kesehatan giginya.

Anda mungkin juga menyukai