BAB I
PENDAHULUAN
pada ginjal yang dikenal dengan istilah obstruktif uropati. Obstruksi ini dapat
terjadi pada berbagai lokasi termasuk diantaranya uretra, buli-buli, dan ureter.
Obstruksi dapat terjadi di dalam traktus urinarius itu sendiri, seperti akibat batu
saluran kemih, yang dikenal dengan obstruksi intrinsik, ataupun akibat faktor
beberapa derajat keparahan obstruktif uropati dan hal ini bergantung pada tingkat
sebagai salah satu bentuk dilatasi traktus urinarius dapat digunakan sebagai salah
satu tanda penting yang mengarah terhadap terjadinya obstruksi pada traktus
urinarius.
Pada penelitian terhadap 59.064 pasien yang diautopsi, Bell menemukan
3,1%. Apabila dikhususkan pada pasien dengan usia lebih dari 60 tahun, angka
insidensi tersebut meningkat menjadi 5.1%.3 Dari data pasien rawat inap di
seluruh Amerika Serikat selama tahun 2006, tercatat sebanyak 41.144 pasien
dengan diagnosis pulang obstruksi traktus urinarius. 1 Sekitar 1 dari 500 orang
obstruktif uropati. Insidensi ini lebih tinggi pada pria usia lanjut, diduga akibat
2
McInnes dan kolega menemukan bahwa pada 4001 pasien yang dirawat di unit
geriatri di 3 rumah sakit di lngris, 0.6% pasien didiagnosis dengan gagal ginjal
akut, dengan 9.5% pasien dari angka tersebut diketahui memiliki obstruktif
uropati sebagai penyebab kegagalan ginjal mereka.3 Menurut salah satu penelitian
lain, obstruktif uropati terhitung sebesar 4% sebagai penyebab gagal ginjal tahap
akhir.1
Gagal ginjal kronis meliputi cakupan keparahan penyakit yang cukup luas dan
memiliki risiko progresi yang signifikan untuk menjadi gagal ginjal tahap akhir,
morbiditas, dan mortalitas.4 Menurut data yang diperoleh dari The Global Burden
of Disease Study pada tahun 2013, gagal ginjal kronis menyebabkan kematian
pada pria segala usia sebesar 14.5 tiap 100.000 orang, dan pada wanita segala usia
meningkatnya prevalensi gagal ginjal kronis dan gagal ginjal tahap akhir, beban
khusus terhadap pasien, perawat, dan penyedia biaya perawatan. Biaya perawatan
penatalaksanaan gagal ginjal kronis dan pengobatan gagal ginjal tahap akhir.6
Secara klinis, gagal ginjal berpengaruh langsung terhadap kebutuhan
dua kali lipat dalam beberapa tahun terakhir. Menurut National Renal Registry
3
2014, total jumlah pasien yang membutuhkan dialisis meningkat tajam dari 6.702
pada tahun 2000 menjadi 31.637 pada tahun 2013, menyebabkan beban serius
pemeriksaan fungsi ginjal sejak awal pada pasien-pasien dengan risiko terjadinya
gangguan fungsi ginjal. Tes fungsi ginjal digunakan untuk menentukan apakah
terjadinya gagal ginjal, dan juga dapat digunakan untuk memantau risiko
kecepatan bersihan berbagai zat yang dibersihkan dari plasma. Prinsip dari hal ini
Bila suatu zat difiltrasi secara bebas seperti air dan tidak direabsorbsi atau
disekresikan oleh tubulus ginjal, maka kecepatan ekskresi zat tersebut ke dalam
urin, akan sama dengan kecepatan filtrasi zat tersebut oleh ginjal.10
Pada beberapa dekade terakhir, marker endogen seperti kreatinin dan
99m
cystatin-C dan juga marker eksogen seperti inulin, Tc-DTPA, dan iothalamate
dapat digunakan untuk dapat menentukan laju filtrasi glomerulus.10 Sampai saat
ini pemeriksaan yang dianggap ideal untuk menentukan laju filtrasi glomerulus
teknik tersebut.
Karena terbatasnya fasilitas yang tersedia untuk melakukan pemeriksaan ini
menentukan split renal function sehingga dapat dikerjakan di rumah sakit layanan
ginjal. Pemeriksaan ini juga tidak memerlukan fasilitas yang mahal dan relatif
Berdasarkan uraian latar belakang diatas, maka dapat dirangkum tema sentral
sebagai berikut :
Sampai saat ini pemeriksaan yang dianggap ideal untuk menentukan laju
namun demikian tidak banyak rumah sakit yang memiliki fasilitas pemeriksaan
yang dapat digunakan untuk menentukan split renal function yang dapat
yang diperoleh melalui selang nefrostomi pada satu sisi ginjal dapat digunakan
5
ini tidak memerlukan fasilitas yang mahal dan relatif mudah untuk dikerjakan di
pemeriksaan klirens kreatinin urin 24 jam dari selang nefrostomi perkutan pada
ginjal yang mengalami obstruksi total dengan renografi kamera gamma, maka
perlu dilakukan penelitian untuk membandingkan hasil LFG antara kedua metode
tersebut.
bersihan kreatinin urin 24 jam dari selang nefrostomi perkutan satu sisi
bersihan kreatinin urin 24 jam dari selang nefrostomi perkutan dengan renografi
kamera gamma.
pemeriksaan LFG antara metode bersihan kreatinin urin 24 jam dari selang
Diharapkan penelitian ini bisa menjadi dasar peniliaian fungsi ginjal satu sisi
renografi kamera gamma dan dapat dilakukan di rumah sakit atau fasilitas
6
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Ginjal merupakan organ yang berperan dalam beberapa fungsi penting untuk
membuang bahan sampah tubuh hasil pencernaan atau sisa metabolisme. Fungsi
lainnya ialah regulasi cairan dan elektrolit, regulasi tekanan darah, regulasi
ginjal memiliki berat kurang lebih 150 gram pada pria dan 135 gram pada wanita.
dimensi anteroposterior.1
8
dalam parenkim ginjal, yaitu medula dan korteks. Medula ialah area yang
menajam atau mengerucut (conically shaped areas) yang terlihat berwarna lebih
gelap dibandingkan korteks. Struktur ini juga dikenal sebagai piramid ginjal,
sehingga nama renal medula dan renal piramid adalah sama. Apex dari piramid
adalah papila renal, dan setiap papila bermuara pada kaliks minor masing-masing.
Korteks renal berwarna lebih muda daripada medula dan tidak hanya
piramid itu sendiri. Perpanjangan dari korteks di antara piramid ginjal diberi nama
khusus, yaitu kolum Bertin. Kolum-kolum ini penting diperhatikan dalam operasi
karena melalui kolum ini pembuluh ginjal berjalan melewati renal sinus ke
Karena anatomi ini akses perkutan ke sistem kolekting dibuat melalui piramida
ginjal ke dalam kaliks, dengan demikian menghindari kolum Bertin dan pembuluh
kanan berjalan di bawah v.cava inferior. Arteri renalis kiri berjalan langsung di
lateral ginjal kiri. Kedua arteri renalis bergerak ke posterior ginjal saat mereka
masuk ke ginjal karena adanya aksis rotasi dari ginjal. Kedua arteri renalis juga
mencapai ginjal, arteri renalis terbagi menjadi 4 atau lebih cabang, dengan 5
cabang yang tersering. Arteri ini disebut dengan arteri segmentalis. Setiap arteri
minor.1
Pada batas perifer dari piramida renalis, arteri interlobar bercabang menjadi
arteri arkuata. Selain bergerak ke perifer, arteri arkuata juga bergerak paralel
arkuata dan bergerak radial, dimana mereka akhirnya terbagi menjadi arteri aferen
dari glomeruli. Dua juta glomeruli didalam setiap ginjal menggambarkan inti dari
proses filtrasi ginjal. Setiap glomerulus diberi aliran darah oleh arteriol aferen.
Seiring dengan aliran darah melalui kapiler glomerulus, filtrat urin meninggalkan
satu dari dua lokasi, yaitu sistem kapiler sekunder di sekeliling tubulus urin di
Drainase vena renalis berhubungan erat dengan suplai arteri. Vena interlobular
melalui sebuah pleksus vena subskapular dari vena satelit dengan vena-vena di
Fungsi ekskresi ginjal terdiri dari dua mekanisme utama, yaitu filtrasi pasif
melalui glomerulus dan sekresi aktif oleh tubulus. Proses ini tegantung pada
reabsorpsi berbagai zat tertentu oleh tubulus. Dua puluh persen aliran plasma
dibersihkan oleh filtrasi glomerulus dan delapan puluh persen oleh sekresi
melewatinya. Bahan yang lebih besar, seperti protein, tidak melewati glomerulus
Kecepatan filtrasi glomeruli atau LFG ditentukan oleh tiga faktor yang
adalah tekanan hidrostatik kapiler glomeruli dan tekanan onkotik kapsul Bowman
darah ke ginjal (renal blood flow), atau kecepatan aliran plasma melalui glomeruli
(glomerular plasma flow) dan permeabilitas serta luas permukaan kapiler yang
berfungsi.1,2
12
kapiler glomerular, yang dipengaruhi oleh aliran plasma renal dan tahanan dari
Bowman space dan ditahan oleh tekanan hidrolik dari cairan dalam tubulus (P T),
dan juga meningkatnya tekanan onkotik () dari protein bertahan pada konsentrasi
lebih tinggi di kapiler glomerular dan arteriol efferent. Meskipun cairan yang
difiltrasi tidak sepenuhnya bebas dari protein-protein kecil, untuk tujuan praktis,
filtrasi glomerulus yang disini disebut tekanan ultra filtrasi (PUF) dan diturunkan
dari (PGC PT GC). PGC dipengaruhi juga oleh aliran darah renal (RPF).
RPF bergantung kepada tekanan perfusi renal dan tahanan intrarenal saat
mengalir, RPF dimediasi oleh tahanan di arteriol afferent dan efferent. Hubungan
Konstriksi dari arteriol afferent berdampak pada menurunnya PGC dan LFG,
(LFG) ditentukan oleh rumus LFG yang telah dijabarkan tadi. obstruksi dapat
merusak LFG secara transien ataupun secara permanen dan beberapa atau semua
dari faktor-faktor yang dapat mempengaruhi LFG. hasil dari ekperimen hewan
Obstruksi uropati adalah salah satu gangguan urologis yang paling umum.8
Obstruksi uropati adalah masalah klinis utama yang mempengaruhi anak-anak dan
orang dewasa dan dapat menyebabkan kerusakan ginjal permanen. Tingkat cedera
pada ginjal dan efeknya pada keseluruhan fungsi ginjal bergantung pada tingkat
obstruksi (akut vs kronis), kondisi awal ginjal, dan adanya faktor mitigasi lainnya
Obstruksi uropati menyebabkan 10% dari semua kasus gagal ginjal. Dalam
rangkaian otopsi 59.064 individu mulai dari neonatus hingga subjek geriatri,
ditemukan lebih banyak terjadi pada wanita berusia antara 20 dan 60 tahun, yang
Sebaliknya, hidronefrosis lebih banyak terjadi pada pria setelah usia 60 tahun
Ada banyak penyebab dari hidronefrosis dan hidroureter (Tabel 1). Obstruksi
durasi (akut vs kronis), derajat (partial vs complete), dan lokasi (Saluran kemih
Uretra BPH
Striktur uretra
2.1.3.3 Patofisiologi
Uropati obstruktif terjadi ketika aliran urin tersumbat pada beberapa titik di
saluran kemih, dan urin terakumulasi di atas tempat yang mengalami obstruksi.
Hal ini meningkatkan tekanan dan melebarkan daerah yang terkena dampak pada
risiko sepsis sistemik dengan adanya infeksi. Oleh karena itu, obstruksi yang
berkaitan dengan infeksi harus dianggap sebagai keadaan darurat urologi. Ginjal
fungsional.9
Hambatan yang didapat dapat terjadi akibat berbagai fenomena yang berbeda,
baik intrinsik (yaitu, di dalam lumen ureter) atau ekstrinsik. Pada saluran bagian
atas yaitu ginjal dan ureter, banyak penyebab obstruksi intrinsik meliputi
nefrolitiasis, striktur ureter, tumor, polip, dan gumpalan darah. Banyak penyebab
bawah (yaitu kandung kemih dan uretra), penyebab umum obstruksi intrinsik
meliputi striktur uretra, divertikulum uretra, benda asing, hiperplasia prostat jinak
(BPH), kanker prostat, disfungsi leher kandung kemih primer, kontraksi leher
kandung kemih, dan kanker kandung kemih. Sementara itu, kompresi ekstrinsik
dapat terjadi sekunder akibat kanker pada organ yang berdekatan seperti serviks
dan uterus. Obstruksi fungsional dapat terjadi akibat disfungsi kandung kemih
neuropati.9
ditentukan oleh lokasi, derajat, dan durasi penyumbatan. Pelvis ginjal mulai
membesar, diikuti pelebaran kaliks. Kaliks kehilangan bentuk cekung normal dan
menjadi tumpul.9
dengan penggantian otot ureter normal dengan jaringan parut. Akibatnya, ureter
Dengan demikian LFG berkurang dalam nephron yang terhambat. Jika terjadi
bilateral, perubahan ini mungkin terkait dengan cedera ginjal akut. Dalam
kandung kemih normal. Selulosa adalah kantong kecil mukosa yang memiliki
kantung yang lebih menonjol yang mendorong seluruh lapisan otot detrusor.
Karena tidak ada kekuatan kontraktil di sekitar dinding divertikula, maka tidak
memburuk dan diganti dengan jaringan parut. Akibatnya, kandung kemih tidak
bisa benar berkontraksi. Tekanan tinggi di dalam lumen kandung kemih dapat
umum akhir untuk semua penyakit ginjal yang menyebabkan gagal ginjal kronis.
Salah satu perubahan histologis paling awal pada ginjal yang tersumbat adalah
interstisial tampaknya dimediasi oleh produksi kemokin. Semua jenis sel ginjal
toksik, iskemik, atau mekanis, dan interaksi kemokin dengan reseptor spesifik
CCL3), protein inflamasi makrofag-1 MIP-1 atau CCL4), dan CCL7, dan
dapat diproduksi oleh sel epitel tubular ginjal yang terlepas dari infiltrasi
makrofag.1
dalam ruang interstisial. Proses ini biasanya diatur secara ketat oleh matriks
jaringan dan degradasi komponen ECM yang bersifat kolagen dan non-kolagen.
MMPs diekskresikan oleh berbagai sel, termasuk fibroblas, sel endotel, makrofag,
dan limfosit, dalam bentuk tidak aktif yang memerlukan pemrosesan lebih lanjut
untuk menjadi aktif. Pengendalian aktivitas MMP terjadi baik dalam aktivasi
enzim laten dan penghambatan langsung enzim aktif (Ronco et al, 2007).
Penghambat jaringan MMPs (TIMPs) diproduksi oleh sel tubular dan sel
terhadap obstruksi, dan telah dipostulasikan bahwa deposisi ECM yang meningkat
MMPs. Peran MMP pada fibrosis ginjal tampaknya jauh lebih kompleks daripada
yang berteori sebelumnya. MMP-2 dan MMP-9 telah menjadi fokus kebanyakan
adanya tumpahan. Selain efek degradasi pada ECM, MMPs dapat mengganggu
tekanan osmotik glomerulus, tekanan koloid dan tekanan kapsul bowman. Semua
ini dapat dipengaruhi oleh obstruksi. Beberapa jam pertama setelah obstruksi,
bertahap meningkatkan tekanan urin. Sekitar 4 jam obstruksi, aliran darah ginjal
tromboksan A2, yang menghasilkan penurunan aliran darah ginjal dan penurunan
selama UUO, ginjal melewati tiga fase, di BUO ginjal melewati fase vasodilatasi
ini. Oleh karena itu, BUO dikaitkan dengan kenaikan progresif dan tekanan ureter
Fenomena diuresis post obstruktif ini mengacu pada poliuria yang terjadi
setelah BUO atau obstruksi soliter sebuah ginjal. Hal ini paling sering terlihat
pada pasien yang memiliki obstruksi kronis, kelebihan beban volume dan kadang-
disebabkan oleh urea, natrium dan air, serta gangguan konsentrasi. Mekanisme
2.1.3.6 Perubahan LFG, Aliran Darah Renal dan Tekanan Collecting System
Banyak perubahan fungsi yang terjadi pada ginjal yang diakibatkan obstruksi
glomerulus. Hal ini diakibatkan oleh lama dan keparahan obstruksi, obstruksi
unilateral atau bilateral, obstruksi yang masih terjadi atau sudah tertangani. Yang
hemodinamik ginjal dan perubahan pada LFG saat dan selepas obstruksi.1
filtration rate ditentukan oleh rumus LFG yang telah dijabarkan tadi. Obstruksi
dapat merusak LFG secara transien ataupun secara permanen dan beberapa atau
semua dari faktor-faktor yang dapat mempengaruhi LFG. Hasil dari ekperimen
lengkap pada waktu yang bervariasi, banyak situasi klinis melibatkan obstruksi
ureter parsial (parsial ureteral obstruction atau PUO). Efek PUO pada
hemodinamik ginjal dan LFG bervariasi, tergantung pada tingkat keparahan dan
durasi penyumbatan. Secara umum, hasil PUO menurunkan RBF dan LFG di
ginjal ipsilateral. PUO kronis telah dilaporkan menurunkan RBF menjadi 25%
dari normal, dan pergeseran aliran darah kortikal ginjal dari korteks luar ke
RBF tergantung pada tingkat keparahan obstruksi. Meskipun PUO belum banyak
diteliti secara luas sebagai UUO, rangkaian mediator vaskular serupa telah
hewan. Thornhill dan rekan (2005) menjelaskan metode pengikat ureter di atas
bahwa ketika ureter berkurang 70% sampai 75%, LFG berkurang 80% setelah 28
Gambar 2.6 Perubahan yang terjadi pada obstruksi unilateral dan bilateral1
striktur uretra, jinak pada kandung kemih yang melibatkan leher vesikal. Gejala
kekuatan dan ukuran arus, dan penggosokan terminal; hematuria, yang mungkin
parsial, awalnya, dengan striktur atau total dengan obstruksi prostat atau tumor
vesikal; dan terbakar saat buang air kecil, air kencing mendung (karena
Gejala penyumbatan saluran kemih bagian atas ditandai oleh gejala striktur
ureter atau batu ureter atau ginjal. Keluhan utama adalah rasa sakit pada panggul
demam, rasa nyeri saat buang air kecil, dan air kencing terasa panas bila ada
24
Mual, muntah, kehilangan berat badan dan kekuatan, dan pucat disebabkan oleh
tahap akut infeksi. Protein biasanya tidak ditemukan dalam uropati obstruktif.
tumor, atau batu. Bakteri mungkin atau mungkin tidak ada. Adanya hidronefrosis
bilateral yang signifikan, aliran urin melalui tubulus ginjal diperlambat, dengan
demikian, urea direabsorpsi secara signifikan namun kreatinin tidak, oleh karena
normal.11
Ada banyak metode pencitraan radiologi yang tersedia bagi ahli urologi dalam
berupa radiografi, seperti film polos (ginjal, ureter dan kandung kemih - KUB),
tomography (CT), renogram lasix, magnetic resonance (MR) urogram dan tes
whitaker . Pemilihan tes spesifik tergantung pada berat obstruksi dan usia pasien
serta fungsi ginjal. Pasien hamil dan orang dengan alergi kontras memerlukan
25
reliabilitas dan kelayakan tindak lanjut jangka panjang dengan uji berulang.12
Studi radiografi sederhana seperti KUB memiliki peran, meski terbatas, dalam
evaluasi obstruksi. Sebuah foto polos berpandangan tunggal mungkin cukup untuk
mendiagnosis adanya batu ureter. Ini berbiaya rendah dengan paparan radiasi
rendah dan dapat dilakukan dengan cepat di dalam klinik urologi. Foto polos
dibatasi oleh sensitivitasnya yang rendah untuk mendeteksi batu blusen dan semi
opak. Terkadang kalsifikasi ureter yang dicurigai terlihat pada foto polos ternyata
polos juga menyediakan cara mudah untuk mengikuti perkembangan batu yang
membuat ostruksi, bahkan jika diagnosis penyakit batu telah dilakukan dengan
adalah pemeriksaan klasik yang bisa menilai anatomi dan sampai batas tertentu
pengisian atau batu di ginjal atau ureter, perubahan kontur ginjal dan ureter. Selain
itu, patologi kandung kemih dapat terungkap pada IVP, seperti defek pengisian,
divertikula dan residu post miksi yang signifikan. Hambatan, yang pada awalnya
tidak jelas, kadang-kadang dapat diungkap setelah pemberian Lasix selama IVP.
IVP membutuhkan kontras intravena dan oleh karena itu sebaiknya tidak
26
iodinasi paling mungkin terjadi pada pasien dengan insufisiensi ginjal kronis
keparahan dari obstruksi saat pemeriksaan lain gagal menentukan titik pasti atau
dengan keamanan yang lebih besar pada pasien yang bukan kandidat IVP karena
Pemeriksaan ini tidak mahal, tidak invasif dan mudah dilakukan. Ultrasound
adalah teknik garis pertama yang ideal untuk mengevaluasi pasien obstruksi
ginjal. Karena tidak semua sistem yang melebar mewakili obstruksi fungsional,
sebelumnya, refluks, pelvis ekstra ginjal yang membesar, kandung kemih di atas
distensi atau sistem kaliks yang bisa dirasakan pada individu yang terhidrasi
dengan baik. Kista di sinus ginjal mungkin salah penyebab pelvis ginjal melebar
pada ultrasound. Ultrasound sangat akurat dalam identifikasi batu ginjal yang
mungkin atau mungkin tidak terlihat pada radiograf polos, karena komposisi atau
ukuran batu. Namun, deteksi batu ureter dengan ultrasound jauh lebih sulit. Batu-
sampai ke kandung kemih secara khusus untuk mencari penyakit batu. Telah
CT sangat ideal untuk mendeteksi gangguan batu dan sangat efektif dalam
pemulihan fungsional ginjal. Bila obstruksi ureter komplit akut segera sembuh,
pemulihan penuh LFG dapat terjadi, namun obstruksi ureter komplit yang lebih
lama terkait dengan berkurangnya LFG. Penurunan LFG dan rbf yang terus-
tentang pemulihan fungsi ginjal setelah obstruksi. Dalam model anjing mereka
sedangkan hanya 70% pemulihan LFG terjadi setelah 14 hari uuo, 30% setelah 4
minggu uuo, dan tidak ada setelah 6 minggu uuo. Studi yang lebih baru
fungsi ginjal. Setelah 3 hari UUO dalam model obstruksi tikus, LFG dan RBF
namun fibrosis interstisial dan apoptosis tubular terus meningkat setelah terhindar
mengalami obstruksi, fungsi ginjal normal tidak dipulihkan pada ginjal yang
dan RBF berkurang 40% dan rasio albumin terhadap protein urin meningkat 2,8
28
kali lipat. Nefron utuh yang tersisa mengalami hipertropi. Pada manusia, lamanya
obstruksi (> 2 minggu) telah terbukti dapat menurunkan fungsi ginjal dalam
sistem kolekting yang lebih besar, dan adanya aliran balik pielolimfatik.
Sebaliknya, usia yang lebih tua dan penurunan ketebalan korteks adalah prediktor
pemulihan fungsi ginjal yang berkurang setelah terhindar dari obstruksi. Adanya
deposisi kolagen yang meningkat pada parenkim ginjal pada saat pieloplasti telah
terbukti memiliki dampak negatif pada pemulihan fungsi ginjal, karena ini
Evaluasi LFG, yang merupakan baku emas untuk menilai fungsi ginjal, tidak
adalah produk dari laju filtrasi rata-rata setiap nefron, unit penyaringan ginjal,
dikalikan dengan jumlah nefron pada kedua ginjal. Tingkat normal untuk LFG
adalah sekitar 130 ml / menit / 1,73 m2 pada pria dan 120 ml / menit / 1,73 m2
pada wanita, dengan variasi yang cukup besar antara individu sesuai usia, jenis
kelamin, ukuran tubuh, aktivitas fisik, diet, farmakoterapi, dan keadaan fisiologis
seperti pada kehamilan. Untuk membakukan pengukuran fungsi ginjal bagi ginjal
disesuaikan dengan luas permukaan tubuh (BSA), dihitung dari tinggi dan berat,
dan dinyatakan per 1,73 m2 BSA. Bahkan setelah penyesuaian pada BSA, LFG
29
kira-kira masih 8% lebih tinggi pada pria muda daripada wanita dan menurun
menit / tahun setelah usia 40 tahun, namun variasinya lebar, dan sumber variasi ini
masih kurang dipahami. Selama kehamilan, LFG meningkat sekitar 50% pada
trimester pertama dan kembali normal segera setelah melahirkan. LFG memiliki
variasi diurnal, dimana 10% lebih rendah pada tengah malam dibandingkan
dengan siang hari. LFG relatif konstan dari waktu ke waktu pada setiap individu,
Penurunan LFG dapat terjadi akibat penurunan jumlah nefron atau pada LFG
Akibatnya, mungkin ada kerusakan ginjal yang parah sebelum LFG menurun.4
LFG tidak dapat diukur secara langsung. Sebaliknya, LFG diukur sebagai
klirens urin sebagai penanda filtrasi ideal.4 Salah satu peran utama ginjal adalah
ekskresi limbah yang mudah larut. Hal ini dicapai dengan proses filtrasi
adalah produk perusak tak beracun dari creatine, sumber energi jangka pendek
pengumpulan urin 24 jam dan satu pengukuran kreatinin serum dalam kondisi
mg / kg / hari pada pria dan wanita sehat, dan penyimpangan dari nilai yang
sistematis menaikkan nilai LFG karena adanya sekresi kreatinin tubular. Sekresi
kreatinin tubular pada tingkat normal LFG diperkirakan relatif kecil (10% sampai
15%), namun pengujian yang lebih baru dan lebih akurat menunjukkan bahwa
perbedaan ini mungkin lebih besar dari dugaan sebelumnya. Dalam keadaan tidak
stabil misalnya, pada penyakit ginjal akut atau di antara perawatan dialisis, perlu
Keterangan:
Pcr : Plasma kreatinin
Ucr : Kreatinin urin
Inulin, polimer fruktosa yang tidak berkapasitas dengan berat molekul sekitar
5000 dalton (d), adalah zat pertama yang digambarkan sebagai penanda filtrasi
ideal dan tetap menjadi acuan (standar baku emas) yang dengannya penanda lain
31
intravena (IV) terus menerus untuk mencapai kateterisasi steady state dan
kandung kemih dengan beberapa koleksi urine berjangka waktu. Karena teknik ini
rumit, dan pengukuran inulin memerlukan uji kimia yang sulit, metode ini belum
sedikit berbeda untuk penilaian ginjal atau anatomi. Metode ini meliputi:18
mCi (370-740 MBq). Pada citra serial dapat diperoleh visualisasi secara berurutan
dari kortek ginjal dan collecting system, ureter, dan kandung kemih. Pengukuran
ekskresi radiofarmaka dapat memberikan perkiraan yang akurat dari LFG. Nilai
99m
LFG menggunakan Tc-DTPA sedikit lebih rendah dari nilai normal LFG yang
menjadi acuan yaitu 125 mL/menit, hal ini disebabkan karena sejumlah kecil
(5% sampai 10%) dari DTPA yang disuntikkan terikat dengan protein plasma.18
32
MAG3) adalah protein yang terikat dan dibersihkan secara dominan oleh tubulus
proksimal (95%) dengan filtrasi (kurang dari 5%). Keadaan seperti ini berlaku
untuk mengukur aliran plasma ginjal efektif (ERPF). Dosis yang diberikan adalah
Kedua agen ini berikatan dengan tubulus ginjal untuk memberikan pencitraan
99m
kortikal ginjal. Tc-DMSA merupakan agen pencitraan kortikal yang sangat
baik, dengan sekitar 40% dari dosis yang disuntikkan terkonsentrasi di korteks
99m
ginjal pada 6 jam dan sisanya diekskresikan perlahan. Tc-GH merupakan
dibersihkan oleh ginjal oleh filtrasi glomerulus dan tubulus ginjal. Pada citra awal
dimungkinkan untuk penilaian perfusi dan evaluasi collecting system ginjal dan
ureter. Sebanyak 10-15% dari dosis yang disuntikkan tetap terikat pada tubulus
ginjal, sedangkan sebanyak 40% akan dibuang melalui urin dalam 1 jam.
Sehingga pada 1-2 jam didapatkan gambar visualisasi yang sangat baik dari
70MBq).18
33
4. Pencitraan Ginjal
99m
Pencitraan radionuklida dengan agen Tc-label menyediakan gambaran
Evaluasi aliran darah dan fungsi ginjal dilakukan dari proyeksi posterior,
sedangkan pada transplantasi aliran darah dan fungsi dilakukan dari proyeksi
sampai 20 mCi (370 - 740 MBq melalui vena di antecubiti. Pencitraan perfusi
setelah bolus sampai di aorta abdominal melewati arteri ginjal. Kurva waktu-
Pada tahap akhir perfusi ginjal, pencitraan untuk fungsi ginjal dimulai.
Evaluasi gambar meliputi anatomi ginjal dan posisi, simetri dan kecukupan
34
99m
fungsi, dan patensi collecting sistem. Dengan Tc-MAG3, gambaran aktifitas
Pencitraan korteks ginjal biasanya dilakukan untuk evaluasi lesi desak ruang,
atau scarring, yang berkaitan dengan pyelonephritis akut atau kronik, terutama
99m
pada anak. Gambaran korteks ginjal ini biasanya menggunakan Tc-DMSA atau
2.1.5.3 Renografi
tiga tahap:18
ginjal.
2. Fase kedua adalah fase konsentrasi kortikal atau tubular dari transit
parenkim awal. Fase ini terjadi selama 1 sampai 5 menit dan berisi puncak
kurva.
35
sampai 5 menit.
- Rasio relatif serapan ginjal pada 2 sampai 3 menit. Ini merupakan indeks
relatif fungsi ginjal antara kedua ginjal. Aktivitas di setiap ginjal harus sama,
idealnya 50%. Nilai 40% atau kurang pada satu ginjal harus dianggap
abnormal.
- Waktu paruh ekskresi adalah waktu yang ditempuh untuk mencapai setengah
15 menit setelah injeksi di setiap ginjal harus relatif sama. Perbedaan 20%
dalam setiap ginjal pada 20 menit dan dinyatakan sebagai persentase dari
dapat diukur secara kuantitatif dengan menggunakan indeks ini. Pada keadaan
tidak adanya retensi pelvikalises, atau jika hanya cortical region of interest
merupakan bagian penting dari nefrologi nuklir dan secara rutin dilakukan dalam
berbagai keadaan klinis. Karena sampai setengah dari fungsi ginjal, termasuk
LFG, mungkin hilang sebelum kadar kreatinin serum menjadi normal, pengukuran
99mTc-DTPA untuk inulin clearance dan estimasi LFG, dan 99mTc-MAG3, yang
radiofarmaka yang digunakan mendekati perkiraan, tapi tidak sama. Dua metode
dominan dalam menentukan LFG dan ERPF adalah: (1) sample-based clearance,
yang lebih lambat namun lebih akurat, dan (2) camera-based clearance, yang
diestimasi dengan sampel darah 45 menit setelah injeksi. Karena glomerular agent
99mTc-DTPA dibersihkan lebih lambat dari pada tubular agents, sampel plasma
didapatkan 60 dan 180 menit setelah injeksi. Jumlah aktivitas dalam darah adalah
38
ukuran aktifitas yang belum dibersihkan oleh mekanisme ginjal dan berarti
untuk memperkirakan LFG dan ERPF tanpa mengumpulkan sampel darah atau
namun dapat direproduksi dan cukup dapat diandalkan untuk digunakan dalam
praktek klinis.18
penyakit ginjal dan telah terbukti berguna, dan nilai normalnya dapat ditentukan.
MAG3 clearance dan penentuan LFG berguna dan seakurat creatinine clearance
fungsi urodinamik.18
Agen radiofarmaka yang saat ini paling banyak digunakan adalah teknesium-
oleh filtrasi glomerulus dan tidak disekresikan atau diabsorbsi oleh tubulus ginjal.
(MAG3), yang memberikan resolusi anatomi yang lebih baik, lebih efisien
diekskresikan oleh ginjal (glomerulus dan sekresi tubular), dapat digunakan dalam
kasus penurunan fungsi ginjal, dan memberikan dosis radiasi rendah sehingga
melalui saluran kemih atas. Penyerapan awal ginjal dapat diukur dan
menunjukkan fungsi unilateral. Klirens dari agen radiofarmaka dari pelvis ginjal
dengan T1 / 2 dari <15 menit dianggap normal, antara 15 sampai 20 menit adalah
kemudian diberikan setelah sekitar 20 menit ke dalam studi jika washout muncul
untuk merespon terhadap diuretik. Ini dapat dibedakan dengan teknik F-15
radiofarmaka. Respon terhadap diuretik karena respon yang buruk untuk diuretik
dalam teknik F+20, akan dikonversi ke respon washout dalam teknik F-15. Baru-
baru ini penelitian telah menunjukkan tidak ada perbedaan pada pola renogram
F-15. Karena F + 0 studi lebih praktis dan lebih pendek, F + 0 metode yang
adanya obstruksi.18
tingkat tinggi yang klasik berupa gambaran peningkatan lengkung kurva yang
kontinyu tanpa terlihat cekungan ke bawah dari fase ekskresi. Pada obstruksi
tingkat tinggi yang lama, tidak ada perfusi atau fungsi ginjal yang terlihat dan
hidronefrosis yang bersifat non obstruktif, sehingga manajemen yang tepat dapat
dilatasi collecting system yang disebabkan oleh true obstruction dengan yang
sekunder.18
Obstruksi UPJ dapat berupa ekstrinsik ataupun intrinsik, dan kedua kondisi ini
dapat saja terjadi pada pasien yang sama. Obstruksi ekstrinsik biasanya
42
disebabkan oleh berkas adventisia yang menekan ureter bagian atas. Biasanya,
jenis obstruksi ini intermiten dan terjadi oleh karena peningkatan diuresis, yang
Seperti bisa diduga, penelitian tekanan aliran pelvis ginjal tidak linier dalam
kondisi ini. Lebih penting lagi, renogram diuretik mungkin keluar hasil negatif
jika diuresis memadai, yaitu, dilatasi memadai pada pelvis, tidak tercapai karena
dehidrasi, dosis diuretik yang tidak memadai, waktu pemberian diuretik yang
ureter bagian atas, atau pada segmen adinamik. Jenis obstruksi ini umumnya
obstruksi yang terjadi belum tentu permanen dan tidak selalu menyebabkan
2. Hidronefrosis
dapat terjadi sementara dengan resolusi spontan pada bayi dan anak-anak, atau
intermiten, atau progresif yang akhirnya akan menjadi stabil. Variabilitas tersebut
meliputi:
intrapelvic.
2. Fungsi ginjal, yang menentukan laju aliran urin.
3. Tingkat obstruksi.
43
bahwa pelvis pada awalnya terisi saat tekanan rendah sampai volume kritis
Pelvis berkapasitas rendah lebih cenderung memiliki tekanan pelvis yang lebih
tinggi pada hidronefrosis yang progresif. Dalam kejadian ini, atrofi kortikal pada
panggul
memperbaiki keadaan ini. Pada saat melakukan manuver ini, data urodinamik
diuretic dan diferensiasi anatomi dari fungsi abnormal harus diperhatikan. Waktu
pada ekskresi renal terlihat pada saat system collecting penuh. Ini biasanya terjadi
pada ginjal hidronefrosis. Pada saat itu injeksi furosemide intravena,40 mg pada
diberikan pada pasien dengan kelainan fungsi ginjal. Respon terhadap furosemide
biasanya dimulai dalam 2-5 menit setelah penyuntikkan dan diuresis maksimal
Faktor yang dapat menyebabkan gambaran false positif dari obstruksi mekanik
- Pelvis renal yang kaku menyebabkan peningkatan resistensi dari aliran urine
atas
- Pelvis renal yang over compliant. Selama respon diuretic, peningkatan aliran
urine tidak akan mencukupi untuk mengisi reservoir yang besar tanpa washout
Dengan adanya peningkatan volume pada system, respon diuretic yang lebih
Obstruksi uropati dapat terjadi ketika aliran urin tersumbat pada beberapa
titik di saluran kemih, dan urin terakumulasi di atas tempat yang mengalami
47
pelvis ginjal dan kaliks. Kerusakan parenkim ginjal yang disebabkan oleh kondisi
penurunan fungsi ginjal. Tidak seperti banyak penyakit ginjal lainnya, obstructive
diversi urin dengan cara memasukkan selang nefrostomi dari kulit ke system
pelvokalises. Urin yang dihasilkan dari ginjal akan ditampung melalui selang
jumlah dan fungsi nefron yang utuh. Pengukuran kecepatan filtrasi glomerulus
menggunakan substansi yang disaring secara bebas pada glomerulus dan tidak
dari metabolisme skeletal dan sebagian besar dibuang melalui filtrasi glomerular.
dapat mewakili LFG dan merupakan pemeriksaan yang dapat digunakan untuk
mengukur fungsi ginjal. Nilai LFG dari bersihan kreatinin urin 24 jam dapat
dihitung dengan cara menilai kreatinin plasma, kreatinin urin, dan jumlah urin
yang dikumpulkan dalam jangka waktu 24 jam. Bersihan kreatinin urin selama 24
jam yang ditampung dari produksi selang nefrostomi satu sisi ginjal dapat
Metode ini dapat dilakukan tanpa mengambil sampel darah maupun urin, juga
merupakan suatu teknik yang dapat diaplikasikan oleh karena teknik yang
sederhana dan waktu yang singkat. Kelebihan lainnya adalah dapat mengukur
split renal fuction (pengukuran fungsi ginjal terpisah) yang tidak dapat diukur
dengan metode lainya. Hal ini memberi keuntungan pada dokter ahli urologi
untuk mengetahui fungsi ginjal yang tersisa akibat penyakit obstruksi pada salah
satu ginjal.
sebagai berikut:
Dilakukan Nefrostomi
2.3 Premis
49
DTPA 18,19
2.4 Hipotesis
berikut: Tidak terdapat perbedaan antara hasil LFG yang diukur dengan metode
bersihan kreatinin urin 24 jam dari ginjal yang telah dilakukan tindakan
Daftar Pustaka
50
2. Gilbert SJ, Weiner DE, Gipson DS, Perazella MA, Tonelli M. National
Elsevier; 2014.
Elsevier; 2015.
ed: Elsevier.
10. Loo MH, Felsen D, Weisman S, Marion DN, Vaughan ED. Pathophysiology
11. McAninch JW, Lue TF. Smith & Tanaghos General Urology. 18 ed. United
12. Ames CD, Older RA. Imaging In Urinary Tract Obstruction. Brazilian
13. Abrams P, Adams MC, Ahmed HU, Allaf ME, Andersson K-E. Campbell-
2003;16:9-16.
2009.
16. Florijn KW, Barendreg JNM, Lentjes EGWM, Dam WV, Prodjosudjad W.
International, . 1994;46:2529.
18. Mettler FA, Guiberteau MJ. Essentials of Nuclear Medicine Imaging. 6 ed:
Elsevier; 2012.