PENDAHULUAN
dalam berbagai macam indikasi. Tindakan bedah ini bertujuan untuk menjaga
saluran kemih dan mengalirkan urin ke luar tubuh. Perkembangan dari tindakan
diversi urin cukup pesat seiring berjalannya waktu selama lebih dari 100 tahun
sejak tindakan diversi urin pertama kali oleh Jon Simon pada tahun 1852. Secara
umum, diversi urin dilakukan apabila kondisi kandung kemih menjadi ancaman
serius untuk kelangsungan dan kualitas hidup pasien dalam jangka panjang,
urin refrakter dan pemakaian kateter yang permanen[ CITATION Met10 \l 1057
\m Spe18].
Diversi urin dapat dibagi menjadi dua golongan utama, yaitu kontinen dan
non kontinen. Diversi urin non kontinen yang paling sering dilakukan adalah ileal
dan colon conduit. Diversi urin dengan cara Ileal dan colon conduit dilakukan
dengan memanfaatkan segmen usus (ileum distal dan kolon) yang secara pasif
mengalirkan urin dari traktus urinarius atas menuju dinding abdomen dan keluar
melalui urostomi eksternal. Prosedur ini sering dilakukan karena relatif mudah,
gangguan fisik dan mental, usia lanjut, serta tidak mampu melakukan perawatan
mandiri terhadap kateterisasi. Kerugian utama dari ileal dan colon conduit adalah
adanya stoma dan urostomi eksternal yang menurunkan citra tubuh pasien
1
[ CITATION Dan11 \l 1057 \m Gor06 \m Lee14 \m Spe18] . Bentuk diversi urin
Met10].
neobladders dilakukan dengan cara membuat sebuah reservoir yang berasal dari
membuat saluran stoma. Keuntungan tindakan ini adalah baik secara kosmetik,
mirip dengan anatomis dan fungsi saluran kemih normal. Prosedur ini lebih
sering dilakukan pada usia muda yang memelihara penampilan fisik. Namun,
teknik operasi lebih sulit dan kompleks, waktu operasi lebih lama, kompikasi
awalnya sangat bervariasi dalam hal teknik dan segmen usus yang digunakan.
Teknik terus dikembangkan dan saat ini lebih dikenal dengan continent
cutaneous reservoir.
27.494 pasien yang menjalani sistektomi radikal antara 2001 dan 2005, 4539
menyumbang 47% dari semua metode diversi urin pada tahun 2000 dan hanya
21% pada tahun 2005. Demikian juga, studi oleh Manoharan, et al, (2009)
menunjukkan semua pasien yang menjalani sistektomi radikal antara 1992 dan
2007 di departemen urologi di Miami, Florida, 56% menjalani Ileal Conduit dan
2
41% menjalani Orthotopic Neobladder. Begitu juga dengan penelitian pada
populasi di Jerman oleh Bader, et al, (2009) menunjukkan bahwa Ileal Conduit
sebagai metode yang dipilih sebanyak 64% dari keseluruhan kasus setelah
dilakukan sistektomi. Hal ini berlawanan dengan yang dilaporkan oleh anggota
d’Urologie tahun 2007 mencakup 7000 pasien dari 13 departemen urologi. Dalam
menyumbang 33%. Studi tersebut juga menunjukkan bahwa metode selain ileal
Mengingat keragaman pilihan yang tersedia untuk diversi urin, para ahli
pada skenario klinis, faktor terkait pasien, dan dampak pada kualitas hidup
tindakan diversi urin pasti memiliki kelebihan dan kerugiannya, serta komplikasi-
3
1.2.5 Apa saja komplikasi dari tindakan diversi urin?
1.3.2 Mengetahui prosedur seleksi pasien yang akan menjalani diversi urin
4
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
kemih, dan dapat diklasifikasikan menjadi diversi urin non kontinen dan diversi
urin kontinen. Diversi urin non kontinen memungkinkan aliran urin bebas ke luar
diversi urin kontinen, dikaitkan dengan pembuatan reservoir urin yang akan
dan Cain, 2010). Metode yang ideal dari diversi urin harus memenuhi syarat-
syarat berikut, yaitu memiliki kemiripan dengan buli yang normal, tidak terjadi
refluks, bertekanan rendah, dan bersifat non absorbtif (Spencer, et al, 2018).
Met10].
teknik dan segmen usus yang digunakan. Teknik terus dikembangkan dan saat
ini lebih dikenal dengan continent cutaneous reservoir. Secara umum, continent
dibuat dari segmen ileum (Kock pouch), segmen colon, dan reservoir ileocecal
5
sehingga tidak membuat saluran stoma berkepanjangan [ CITATION Gor06 \l
dan metode yang dianggap optimal bagi fungsi ginjal, anatomi, keinginan
personal dari pasien, serta pertimbangan dari operator. Indikasi diversi urin
untuk kelangsungan dan kualitas hidup pasien dalam jangka panjang (McAninch,
2020).
fungsi ginjal yang buruk dan tidak adanya usus yang tersedia untuk dilakukannya
diversi. Umumnya, kadar kreatinin serum kurang dari 2 mg/dL atau laju filtrasi
glomerulus (eGFR) minimal 40-50 ml/m2/s dianggap sebagai syarat minimal yang
dapat diterima untuk diversi urin kontinen karena peningkatan beban asam yang
langsung dengan penurunan fungsi ginjal. Dalam studi prospektif terhadap 484
penurunan eGFR setidaknya 10 poin pada 12 bulan dan 58% pada 3 tahun.
Namun, dalam studi tersebut kurva menjadi datar setelah 3 tahun. Hal ini
menunjukkan bahwa mungkin tidak ada efek diversi yang berkelanjutan (Skinner,
et al, 2015).
6
Pasien yang menjalani reseksi usus atau riwayat irritable bowel disease
(IBD) adalah kandidat yang buruk untuk diversi urin kontinen; irritable bowel
disease (IBD) dapat dipertimbangkan jika hanya mempengaruhi usus besar dan
bedah adalah komorbiditas dan kesehatan umum pasien. Usia tidak bisa
fungsi fisik dan kognitif pasien pada usia berapa pun. Banyak laki-laki dan
perempuan di atas usia 75 memiliki fungsional yang baik dengan diversi ortotopik
dan kontinen, meskipun orang tua dengan diversi ortotopik memerlukan waktu
yang lebih lama untuk mendapatkan kembali kontinensia (Sogni, et al, 2008).
Pasien lanjut usia yang lemah dan sulit untuk beraktifitas mungkin tidak
mendapat manfaat dari jenis rekonstruksi ini. Pasien dengan disfungsi kognitif
sehari-hari dapat dilakukan dengan ileal conduit agar lebih mudah ditangani oleh
Pasien yang menjalani diversi urin kontinen harus bersedia dan mampu
melakukan kateter sendiri, terutama wanita. Kurang dari 10% pasien pria yang
pria ragu-ragu untuk mempelajari teknik itu, jarang seorang pria tidak dapat
(Bartsch, 2014).
7
Meskipun sebagian besar wanita dapat melakukan kateterisasi mandiri,
hal ini dapat menjadi tantangan bagi wanita dengan obesitas atau kelainan
seperti pasien dengan fungsi jantung yang buruk, PPOK berat yang mungkin
tidak dapat mentolerir untuk dilakukan sistektomi dengan baik. Pasien dengan
sirosis tidak disarankan karena absorpsi amonia berlebih dari urin yang melalui
(Skinner, 2017).
ortotopik. Jumlah jaringan parut di sekitar uretra dan kerusakan pada area
sfingter tergantung pada dosis dan bidang radiasi yang diterapkan. Radiasi
prostat dosis tinggi pada pria dan radiasi serviks pada wanita tampaknya menjadi
penyebab kerusakan pada area sfingter eksternal dan uretra proksimal. Pasien
yang mengalami gangguan saluran kemih ortotopik atau diversi urin kontinen
setelah radiasi pelvis memiliki tingkat striktur di daerah anastomotik yang lebih
tinggi, striktur ureter, dan inkontinensia serta komplikasi usus seperti kebocoran
Pria dengan striktur uretra berat dan wanita dengan stress inkontinensia
merupakan kandidat yang buruk untuk dilakukan diversi ortotopik. Pasien dengan
absolut atau relatif untuk diversi ortotopik. Kontraindikasi utama untuk diversi
8
ortotopik adalah adanya karsinoma urothelial di saluran uretra. Stein
Risiko meningkat dari 5% tanpa keterlibatan prostat pada patologi akhir hingga
18% untuk pria dengan invasi stroma prostat (Stein et al, 2005). Djaladat dkk.
mencatat bahwa invasi stroma prostat sangat terkait dengan invasi pada kelenjar
getah bening. Pada 1553 pasien laki-laki yang menjalani sistektomi, invasi
stroma prostat ditemukan pada 156, dan 62% dari mereka juga memiliki nodus
2013).
Langkah pertama adalah edukasi untuk pasien dan keluarga mengenai pro dan
kontra dari setiap jenis diversi. Setiap jenis diversi membutuhkan adaptasi gaya
hidup dalam beberapa bulan pertama setelah operasi. Sebagian besar penelitian
menunjukkan komplikasi awal yang sama untuk ketiga jenis diversi, tetapi
setiap jenis diversi. Hal ini membutuhkan beberapa diskusi dari waktu ke waktu.
9
masing-masing diversi seperti kebutuhan untuk kateterisasi mandiri untuk diversi
Tabel 2.1 Keuntungan dan Kerugian pada Masing-Masing Jenis Diversi Urin
10
2.2.4 Persiapan Pasien dan Konseling Pra Operatif
ginjal dan hati, dan koreksi penyakit lain seperti hipertensi, aritmia jantung,
dan anemia
4. Pembersihan dengan enema dan antibiotik oral yang dimulai 1-2 hari
sebelum tindakan operasi. Hal ini diyakini dapat menurunkan resiko infeksi
5. Menandai lokasi stoma dan pasien harus menguji dan memakai alat
pengumpul urin definitif selama 1-2 hari sebelum operasi. Evaluasi ini
Lokasi stoma paling populer adalah melalui otot musculus abdominis yang
ideal adalah area yang bebas dari lipatan, lekukan, jauh dari lokasi insisi
11
sebelumnya, dan harus mudah terlihat oleh pasien agar pasien dapat
aspek sehari-hari yang terkait dengan prosedur diversi urin yang dipilih
konseling pasien dan keluarga dengan bantuan psikolog atau oleh pasien
dan berbasis bukti dengan tujuan memperbaiki luaran klinis dan efisiensi
lebih menekankan proses perawatan yang terdiri dari berbagai intervensi yang
12
Komponen protokol ERAS dikelompokkan ke dalam empat tahapan,
2019):
1. Praadmisi meliputi
b. Optimisasi prabedah
c. Prehabilitasi
Status fisik pra bedah yang buruk merupakan faktor risiko komplikasi
13
intervensi yang bertujuan memperbaiki kesehatan fisik dan psikologis
bedah.
e. Manajemen anemia
dengan gangguan jantung, ginjal dan paru, target hemoglobin >8 g/dL.
samping yang rendah dan lebih efektif dibandingkan preparat besi oral
2. Prabedah meliputi
14
Postoperative nausea and vomiting (PONV) dapat menyebabkan
b. Medikasi pra-anestesi
15
Tujuan preparat pengosongan usus mekanis adalah untuk menurunkan
klinis (Rollins et al, 2018). Oleh karenanya, penggunaan MBP secara rutin
Pasien sebaiknya diizinkan makan hingga 6 jam dan minum cairan jernih
pembedahan.
16
3. Intrabedah meliputi
a. Protokol anestesi
akhir anestesi penting untuk mencegah efek residu paralisis akibat dosis
bedah.
17
produksi panas. Pemantauan suhu yang reliabel harus dilakukan dan
4. Pascabedah meliputi
a. Intubasi nasogastrik
18
menyebabkan dampak negatif. Kejadian faringolaringitis, infeksi saluran
napas, komplikasi paru, lebih jarang terjadi dan fungsi usus lebih cepat
pulih jika pemasangan pipa nasogastrik dihindari (Rao, et al, 2011). Oleh
anestesi.
lokal dinding abdomen dengan blok TAP kini banyak digunakan dan
c. Tromboprofilaksis
19
pembedahan mayor sebaiknya mendapatkan tromboprofilaksis mekanis
28 hari pascabedah.
(NaCl 0,9%) dan larutan berbasis garam lainnya dihindari dan sebaiknya
natrium dan air akibat penurunan aliran darah ginjal dan laju filtrasi
normovolemia.
e. Drainase urin
20
kelamin laki-laki, analgesia epidural, dan pembedahan pelvis. Pada
pasien dengan risiko rendah sebaiknya kateter secara rutin dilepas pada
Pemberian diet oral dini dapat dimulai empat jam pascabedah pada
21
pasien dengan pembedahan anastomosis kolorektal non diversi. Stres
kolorektal.
i. Mobilisasi dini
abdomen atau anastomosis yang diperantarai oleh segmen usus sebagai saluran
drainase. Pada teknik diversi urin non kontinen, pasien tidak memiliki kantung
Indikasi diversi urin non kontinen dapat dikategorikan sebagai ganas dan
non keganasan. Pada keganasan misalnya tumor Buli yang invasif (T2 atau
lebih) yang membutuhkan sistektomi radikal, diversi urin adalah baku emas
pengobatan pada pasien dengan karsinoma sel kandung kemih invasif dengan
22
gambaran prognosis yang buruk. Selain itu, pada kasus karsinoma sel urothelial
uretra dapat menjadi indikasi untuk sistektomi dengan uretrektomi dan diversi
urin. Keganasan non genitourinaria lainnya seperti kanker kolorektal invasif dan
yang tidak membaik dengan terapi obat-obatan, dan sindroma nyeri panggul
Kontraindikasi dari diversi urin non kontinen adalah sebagai berikut (Lee,
et al, 2014) :
1. Kelainan pada segmen usus seperti pada Crohn’s disease, severe irritable
penggunaan teknik didasarkan pada penyakit yang mendasari dan metode yang
dianggap optimal bagi fungsi ginjal, anatomi, keinginan personal dari pasien,
serta pertimbangan dari operator. Metode yang ideal dari diversi urin harus
normal, tidak terjadi refluks, bertekanan rendah, dan bersifat non absorbtif.
Pengkategorian diversi urin non kontinen dapat didasarkan pada segmen usus
23
2.3.2.1 Kateterisasi Urin
Diversi urin non kontinen yang paling sederhana dan paling sering
digunakan adalah kateter uretra. Prosedur ini dapat segera digunakan untuk
drainase dari obstruksi saluran kemih, memasukkan agen kontras untuk studi
bagian bawah, misalnya terjadi ruptur uretra. Komplikasi kateter uretra biasanya
terkait dengan pemasangan yang tidak tepat atau penggunaan yang lama,
termasuk cedera uretra, uretritis atau meatitis, ISK, striktur uretra, dan batu
yang mengalami retensi urin akibat striktur uretra, ruptur uretra, kanker
ini merupakan Tindakan invasif untuk mengatasi retensi urin karena memerlukan
dapat meningkatkan risiko cedera usus dan cedera vaskular. Riwayat karsinoma
dengan kanker pelvis dengan atau tanpa radiasi, pasien dengan riwayat operasi
24
di daerah pelvis (karena meningkatkan risiko adhesi), dan infeksi aktif di area
cedera usus, cedera vaskular, dan diuresis pasca obstruksi (Roger et al, 2015).
pada sepsis dengan hemodinamik tidak stabil dan memiliki resiko besar untuk
dilakukan anestesi umum dengan aman) atau terbukti tidak mungkin dilakukan
(missal pada ureter yang obstruksi karena batu, tumor, atau striktur) (McAninch,
2020).
stent ureter antegrade, kateter yang lebih lembut dan lebih besar dimasukkan
guidewire 0,035 atau 0,038 inci dimasukkan ke dalam collecting system. Setelah
guidewire berada pada posisi yang benar (kaliks superior, pelvis ginjal, ureter
25
langkah 2 Fr). Jika menggunakan logam kaku atau dilator Kevlar, dilasi dari 6 Fr
dan aman untuk drainase saluran kemih bagian atas dan bersifat sementara.
Komplikasi serius jarang terjadi, tetapi komplikasi ringan sering terjadi termasuk
hematuria, lepasnya tabung, dan kolonisasi bakteri. Akses perkutan juga dapat
1057 ].
26
2.3.2.3 Cutaneous Ureterostomy
paling sederhana. Waktu operasi, tingkat komplikasi, rawat inap dan lama
perawatan yang lebih rendah pada pasien yang dirawat dengan cutaneous
ureterostomy dibandingkan dengan ileal conduit. Oleh karena itu, pada pasien
yang lebih tua, cutaneous ureterostomy adalah prosedur yang lebih disukai
Secara teknis, salah satu ureter yang lebih pendek dilakukan end-to-side
ureter langsung dianastomosis ke kulit. Karena diameter ureter yang lebih kecil,
stenosis pada stoma lebih sering daripada intestinal stoma (Witjes, et al, 2020).
Diversi jenis ini memiliki risiko yang tinggi untuk terjadi striktur dan gagal ginjal,
sehingga prosedur ini tidak lagi disukai untuk diversi urin jangka panjang (Razik,
2019).
2.3.2.4 Ureterosigmoidostomi
secara luas untuk diversi urin dengan menggunakan sfingter ani untuk mencapai
rektum, sehingga diperlukan fungsi sfingter ani yang baik sebelum dilakukan
permukaan usus. Pasien yang memiliki penyakit primer pada colon atau pernah
27
Ureter diidentifikasi di bawah arteri iliaca komunis. Insisi dilakukan pada
saluran kemih bagian atas setelah lebih dari 10 tahun. Campuran aliran feses
dan urin menjadi predisposisi dan berisiko lebih tinggi terjadinya keganasan
sigmoidoskopi mulai 5 tahun setelah prosedur dan kapan saja jika terjadi
28
2.3.2.5 Intestinal Conduit
antirefluks yang dapat diandalkan dengan implantasi ureter ke dalam taeniae coli
untuk mengalirkan urin melalui stoma pada dinding perut. Gagasan pertama
tentang Ileal conduit pertama kali dijelaskan oleh Zaayer pada tahun 1911 dan
Ileal conduit menjadi sebuah prosedur alternatif untuk diversi urin karena
[ CITATION Met10 \l 1057 ]. Ileal conduit merupakan diversi urin yang paling
sering digunakan di Amerika Serikat karena relatif mudah baik secara anatomi
ini terkait dengan tingkat komplikasi yang lebih rendah dan durasi operasi yang
lebih dari 30 tahun, ileal conduit dianggap sebagai prosedur diversi urin standar
untuk pasien pasca tindakan sistektomi radikal[ CITATION Ric03 \l 1057 ] . Ileal
urin kontinen seperti gangguan fungsi ginjal (kreatinin serum >1,5 mg per dL atau
29
kecepatan filtrasi glomerulus <50 mL per menit), insufisiensi hati, inflamasi kronik
atau keganasan pada usus, obesitas ekstrim, atau penyakit neurologis yang
yang berlokasi 15-20 cm proksimal dari katup ileocecal. Hal ini untuk
mengamankan absorpsi garam empedu dan vitamin B12 (Smith, 2018). Pada
pasien dengan obesitas mungkin akan diperlukan conduit yang lebih panjang.
Pada prinsipnya, conduit yang pendek lebih baik karena mengurangi resiko
30
Gambar 2.4 Identifikasi segmen Ileum yang digunakan sebagai conduit
[ CITATION Col10 \l 1057 ].
Apabila segmen usus yang akan digunakan telah ditentukan dan diisolasi,
usus akan dipotong sesuai marker, sedangkan segmen usus yang terpotong
di sebelah atas dari letak potongan agar fungsi pencernaan pasien dapat kembali
normal. Sementara itu, segmen usus yang akan menjadi conduit diposisikan di
bagian kuadran kanan bawah abdomen dengan arah yang sesuai dengan
ureteroileal. Stent ureter (ukuran 7-8 Fr, single-J, tipe Silastik) biasanya akan
diletakkan melalui anastomosis ureteral dan conduit ke dalam pelvis renalis untuk
31
Gambar 2.5 Ileal Conduit yang ditembuskan ke musculus rectus abdominis (Maxwell
et al, 2020).
Gambar 2.6 Anastomosis Bricker dan Wallace. (a,b) Anastomosis tipe Bricker.
Ureter dispatulasikan dan dilakukan anastomosis independen ke segmen
ileal. Sisi proksimal dari segmen ileal disumbat. (c,d) Anastomosis
Wallace 1. ujung dari ureter dispatulasi secara luas; digabungkan
bersama secara head to head. (e,f) Teknik Wallace 2. Teknik ini
menunjukkan anastomosis head-to-tail kemudian langsung
dianastomosis ke ujung proksimal segmen ileal [ CITATION Col10 \l
1057 ].
Tahap akhir dari operasi ini, jika lokasi stoma telah teridentifikasi,
dilakukan insisi melingkar pada kulit dan jaringan lemak, kemudian diikuti insisi
fasia. Ujung distal dari conduit dimasukkan melalui otot rectus abdominis dan
difiksasi ke fasia sehingga stoma telah terbentuk. Stoma harus sedikit timbul
keluar, tidak terdapat tarikan, dan kurang lebih berada di 1-1,5 inchi dari
biasanya dikhususkan pada kasus ketika segmen ileal dan kolon tidak dapat
disease. Pada conduit jenis ini, gangguan elektrolit sering terjadi [ CITATION
Dah16 \l 1057 ].
32
Conduit tipe ini memiliki beberapa keuntungan, yaitu anastomosis non-
saluran kemih bagian atas, kejadian stenosis stoma berkurang karena diameter
yang besar dari kolon, absorbsi elektrolit yang terbatas, dan banyaknya
pembuluh darah pada segmen colon transversum dan sigmoid. Bila conduit
menggunakan colon transversum atau sigmoid, stoma dapat dipilih pada tempat
cocok diaplikasikan pada pasien yang mengalami iradiasi pelvis luas atau pada
pasien yang kehilangan ureter medial dan ureter distal. Kontraindikasi absolut
untuk transverse colonic conduit adalah riwayat iradiasi abdomen bagian atas,
status pasca reseksi colon ekstensif, dan kolitis ulseratif. Selain itu, penggunaan
inflammatory large bowel disease dan diare kronis (Keane, et al, 2016).
Suplai pembuluh darah dari colon transversum berasal dari arteri celiac
sebagai conduit. Setelah itu, dilakukan insisi pada mesenterium lalu colon
dipisahkan menjadi colon proksimal dan colon distal. Ketika conduit sudah
terisolasi dengan baik, bagian usus yang terputus segera disambungkan kembali.
Kemudian sisi proksimal dari conduit ditutup dan difiksasi pada sekitar garis
tengah tubuh secara posterior. Ureter kemudian dimasukkan ke dalam insisi kecil
Selanjutnya, stoma bisa diposisikan pada sisi kanan maupun kiri pasien (Maxwell
et al, 2020).
33
Gambar 2.7 Transversum conduit. Greater Omentum kemudian dipisahkan dari
permukaan superior kolon transversum, yang umumnya memiliki panjang
15 cm, yang akan dijadikan sebagai conduit (Maxwell et al, 2020).
Conduit dari sigmoid dibuat dengan cara yang sama seperti conduit dari
colon transversum. Hati hati dalam melakukan insisi pada mesenterium agar
pembuluh darah dapat tetap menyuplai segmen yang akan dipakai menjadi
conduit. Conduit dari segmen sigmoid dapat diposisikan secara lateral dari kolon
dengan cara melakukan insisi tenia hingga ke mukosa usus besar sepanjang
kurang lebih 3-4 cm. Kemudian dilakukan anastomosis ureter dan dinding
mukosa usus besar. Otot dari tenia diletakkan kurang lebih melewati ureter untuk
34
Gambar 2.8 Pembuatan Saluran Submukosa pada Dinding Kolon. Pembuatan
saluran submukosa pada dinding kolon untuk mencegah refluks ureter
dari urin. A: insisi pada tenia coli. B: Anastomosis dari ureter distal ke
mukosa usus besar. C: Otot (tenia) diletakkan di atas anastomosis ureter
(Maxwell et al, 2020).
diversi yang dipilih dan dapat dikategorikan secara luas terkait dengan segmen
usus yang digunakan. Resiko komplikasi ini bergantung pada teknik operasi,
pasien, serta durasi follow up pasien. Komplikasi setelah operasi Ileal conduit
umumnya dibagi menjadi komplikasi dini (<90 hari pasca operasi) dan komplikasi
lanjut. Komplikasi dini yang sering terjadi dapat terkait dengan anastomosis
uretero-ileal dan terkait saluran atau stoma. Komplikasi dini dilaporkan hingga
Sedangkan pada komplikasi lanjut terjadi pada 28-81% kasus termasuk kelainan
pielonefritis, dan timbulnya batu (Maxwell et al, 2020). Meskipun ileal conduit
umumnya dianggap memiliki tingkat komplikasi yang relatif rendah, namun masih
35
terdapat komplikasi jangka pendek maupun jangka panjang yang dapat terjadi.
Frekuensi komplikasi meningkat seiring waktu dari 45% pada 5 tahun menjadi
hingga 7% kasus (Farnham dan Cookson, 2004). Komplikasi ini sering dikaitkan
komplikasi pada saluran kemih bagian atas (Colombo dan Naspro, 2010).
nasogastrik, atau perawatan yang lebih agresif, seperti laparotomi eksplorasi dan
reseksi usus (Lee, et al, 2014). Pada beberapa pasien, komplikasi yang lebih
parah dapat terjadi peritonitis dan nyeri akut abdomen. Kebocoran anastomosis
usus berpotensi menjadi komplikasi berat jika tidak diketahui lebih awal dan
pada 2 tahun pertama setelah operasi (Gudjónsson, et al, 2008). Striktur dan
conduit yang paling menantang. Penggunaan double J-stent ureter telah secara
36
signifikan mengurangi kejadian kebocoran anastomotik ureteroenterik hingga
dicurigai adanya refluks aliran urin pada conduit atau adanya obstruksi pada
balik dari urin dalam kasus seperti ini. Pada beberapa kasus juga kadang
diperlukan pencitraan lain seperti scan ginjal dengan radionuklida (MAG3) untuk
menilai adanya aliran maju urin dari ginjal ke ureter. Apabila hidronefrosis dan
2.3.3.2.2 Stoma
Komplikasi pada stoma sangat sering terjadi (15–65%) pada pasien ileal
pasien (Herlufsen, et al, 2006). Hernia parastomal, stenosis, dan retraksi stoma
dilaporkan pada 31% kasus dan merupakan alasan yang sering terjadi untuk
et al, 2010). Hernia dapat terjadi pada luka atau berdekatan dengan stoma.
Hernia parastomal adalah hernia akibat defek fasia di sekeliling conduit, pada
10–15% kasus. Namun, jumlah pasti dari komplikasi ini tidak dapat ditentukan
karena sebagian besar pasien asimtomatik atau memilih untuk tidak berobat
batuk kronis, dan penggunaan steroid (Kouba, et al, 2007). Meski kebanyakan
37
Stenosis stoma terkait dengan penggunaan segmen ileum pada prosedur
ileal conduit (2,5–8,5% kasus) pada 10 tahun setelah operasi dan dikaitkan
di tingkat kulit dapat dikelola dengan melebarkan stoma (Colombo dan Naspro,
2010).
dilaporkan terjadi pada ileal conduit (1,5–8% kasus) dan dikaitkan dengan
Kelainan pada kulit paling sering disebabkan oleh cedera mekanis (ulkus
(dermatitis kontak alergi) (Szymanski, et al, 2010). Pada diversi urin non
kontinen, dermatitis sering terjadi karena waktu kontak urin dengan kulit lebih
lama bila dibandingkan dengan diversi urin kontinen. Hal yang sering menjadi
merembesnya urin. Hal ini bisa terjadi karena penggunaan kantong urin eksternal
secara tidak benar atau karena proses konstruksi stoma yang tidak baik (Maxwell
et al, 2020).
38
Area eritematus, gatal, sensitif patch test) dan hentikan
dan atau melepuh yang Jika reaksi alergi bersifat penggunaan iritan
berhubungan dengan kronis, akan sulit untuk Menggunakan krim
alergen proses terapi dan identifikasi Hidrokortison dalam
iritan waktu singkat untuk
mengurangi reaksi alergi
Antihistamin topikal
Hindari pelarut dan sabun
di bawah kantong
Trauma Mekanikal Frekuensi penggantian Minimalisir penggantian
Pembukaan kulit kantong yang berlebihan kantong
peristoma tanpa yang membuat luka pada Perawatan kulit yang
kemerahan atau gatal kulit mantap dan atau
Trauma tekanan dari sabuk penggunaan penyekat
Penggunaan berlebihan dari pelindung
pelindung di sekitar Kantong non-adhesive
pembatas lebih disarankan
Lesi Kulit Pseudoverukus Waktu kontak yang Pastikan patensi bukaan
Maserasi lesi yang berlebihan antara urin kantong
meninggi di sekitar dengan kulit peristoma Pasien harus menutup
stoma. Bisa Jika lesi berkembang, pasien luka dan bila perlu
menyebabkan seringkali justru makin diperlukan penggantian
perdarahan dan nyeri menambah luas lesi kantong lebih sering
Komplikasi lambat
Hernia Peristomal Tidak diketahui secara jelas, Sistem kantong yang
Tonjolan yang bisa mungkin berhubungan fleksibel
dikecilkan di bagian dengan ukuran bukaan o perbaikan secara
bawah atau sekitar abdomen yang dibuat saat pembedahan dengan
stoma operasi mesh atau re-siting
o Bisa dihindari dengan Sabuk penyokong
meletakkan stoma hernia digunakan bila
diantara lapisan rectus hernia telah direduksi
abdominis
Enkrustasi alkaline Deposit kristal pada kulit Meningkatkan asupan
peristomal yang terpapar cairan oral
Asidifikasi urin dengan 1
gram asam askorbat
harian
Perendaman dengan
cuka selama 20 menit
saat penggantian
kantong
Diambil dari Maxwell, et al, 2020.
rendah yang dibuat dari detubularisasi usus dengan mekanisme fungsional yang
39
kulit melalui saluran kateter non-refluks. Reservoir dikosongkan dengan
atau abdomen bagian bawah. Saluran kateter dapat dibuat dari berbagai segmen
usus, paling sering apendiks atau usus halus. Prinsip-prinsip diversi urin kontinen
adalah reservoir bertekanan rendah, tidak bocor maupun refluks dan memiliki
secara luas telah digantikan oleh orthotopic neobladder. Namun tetap menjadi
dan malam hari tanpa adanya kebutuhan alat eksternal. Continent cutaneous
reservoir dapat dikaitkan dengan tingkat kontinensia tertinggi dari semua tipe
diversi urin, dimana tidak adanya alat urostomi dan hanya bantuan stoma yang
kecil dan relatif halus untuk menjaga citra tubuh. Kelebihan tersebut diimbangi
dengan tingginya kesulitan teknis, waktu operasi, dan tingkat komplikasinya (Lee,
et al, 2014).
absolut dan relatif yang hampir sama. Namun, terdapat kontraindikasi khusus
untuk orthotopic neobladder yang tidak berlaku untuk Diversi urin kontinen
seperti margin uretra positif dan disfungsi uretra. Untuk alasan ini, continent
cutaneous reservoir menjadi pilihan sangat baik untuk pasien yang tidak
40
urin kontinen (Spencer, et al, 2018). Beberapa juga merekomendasikan diversi
urin kontinen pada pasien dengan karsinoma in situ terutama di leher kandung
Tidak seperti prosedur ileal conduit, tipe diversi urin ini membutuhkan
partisipasi aktif jangka panjang, dan pasien harus menunjukkan ketangkasan dan
jangka panjang. Pasien harus patuh dan mampu secara mental melakukan
kateterisasi mandiri dan mengetahui gejala reservoir penuh. Untuk alasan ini,
pasien dengan quadriplegia, multiple sclerosis, kondisi fisik sangat lemah, cacat
mental, atau lanjut usia, dianggap kurang tepat dijadikan kandidat untuk segala
bentuk diversi urin kontinen (Spencer, et al, 2018). Pemilihan pasien untuk
Jika ada keraguan mengenai kesanggupan dan dukungan, akan lebih baik jika
dilakukan prosedur diversi urin non kontinen, seperti ileal conduit (Metcalfe dan
Cain, 2010).
Kelainan pada segmen usus seperti pada Crohn’s disease, severe irritable
bowel syndrome, malabsorbsi lemak, dan kolitis ulseratif yang membuat segmen
prosedur diversi urin kontinen. Pasien dengan gangguan fungsi ginjal (kreatinin
serum sama dengan atau > 1,8 mg/dL dan atau kreatinin klirens sama dengan
atau < 40 mL per menit) tidak dianjurkan karena akan memperparah asidosis
metabolik pasien (Rink, et al, 2010). Begitu pula jika terjadi disfungsi hati berat,
41
dibagi berdasarkan segmen usus (ileocecum, kolon, dan ileum) (Rink, et al,
2010).
Kock pertama kali melaporkan prosedur ini pada tahun 1975 (Rink, et al,
Reservoir ini mencakup konstruksi nipple valves sebagai ujung proksimal dan
(distal). Sekitar 80 cm ileum distal pada orang dewasa, dengan bagian proksimal
Kock tidak lagi umum digunakan karena tingginya insiden komplikasi yang
dijelaskan oleh Stein dan Skinner pada tahun 2001. Tingkat kontinensia untuk
42
Gambar 2.9 Langkah-langkah pembuatan Double T-pouch. (a) Segmen proksimal
10 cm, segmen medial 45 cm, dan segmen distal 15 cm dari segmen
ileum 70 cm dibagi dan disiapkan. (b) Segmen 45 cm ditempatkan dalam
konfigurasi "W", dan segmen ileal proksimal dan distal diputar ke dalam
celah masing-masing "W." (c) Jendela di mesenterium, tepat di bawah
segmen ileum proksimal dan distal dibuat dan ditandai dengan penrose
drain. (d) Jendela untuk tungkai eferen memanjang 7-8 cm sedangkan
jendela untuk tungkai aferen terbentang 3–4 cm. (e) Menggunakan
stapler usus, tapering tungkai eferen dilakukan dengan kateter 16 Fr dan
tapering tungkai aferen dilakukan dengan kateter 30 Fr. (f) Tapering pada
tungkai eferen memiliki jalur untuk memudahkan kateterisasi. Usus
segmen "W" detubularisasi sepanjang mesenterika seperti yang
digambarkan oleh garis putus-putus (Warner dan Chan, 2017).
43
Gambar 2.10 (lanjutan) (g) Potongan tepi segmen "W" yang melapisi eferen dan
tungkai aferen dilakukan re-aproksimasi. (h) Dinding belakang "W"
dilakukan re-aproksimasi. (i) Kantung dilipat dan ditutup dengan
dilakukan re-aproksimasi kembali tepi potongan yang tersisa (Warner
dan Chan, 2017).
bentuk "W". Setiap kaki "W" berukuran sekitar 11 cm. Mekanisme antirefluks
mesenterium tungkai eferen dibuka di antara arkade vaskular sejauh 7-8 cm.
memfasilitasi lewatnya jahitan silk 3.0 secara horizontal melalui serosa dari
44
ekstremitas “W”. Setelah diamankan, bagian aferen 3–4 cm proksimal
dibuka sesuai garis antimesenterika. Tepi usus yang dipotong dijahit di atas
tungkai eferen dan aferen. Tungkai medial dari "W" dilakukan re-aproksimasi dan
distal dari ekstremitas eferen dijadikan sebagai stoma (Warner dan Chan, 2017).
ke dalam reservoir ileum berbentuk W-shape melalui celah luar berlapis serosa
Gambar 2.11 Mansoura pouch. Kontinen kutaneous ileal reservoir dibuat dari segmen
ileal detubularisasi. Dua segmen usus dimasukkan dan difiksasi ke dalam
celah serosa dan apendiks vermiformis berfungsi sebagai tungkai eferen
(Abol-Enein, et al, 2004).
45
2.4.2.2 Colon Reservoir
Pendekatan umum ahli bedah untuk kebutuhan diversi urin kontinen non
refluks adalah penggunaan colon pouch kanan di mana katup ileocecal tetap
utuh dan segmen distal 10–15 cm dari ileum terminal digunakan sebagai tungkai
dijelaskan dengan baik dalam literatur sebagai alternatif dari Indiana pouch.
oleh Stein et al. Dalam teknik ini prosedur dimulai dengan cara yang mirip
dengan Indiana pouch dengan mobilisasi usus kecil, cecum, dan colon ascenden
bersama dengan 5–10 cm dari ileum terminal (Warner dan Chan, 2017).
harus bisa menampung kateter 12 Fr. Jika appendix dianggap tepat, appendix
Tepi distal appendix diinsisi dan dikanulasi dengan kateter 12 Fr (Warner dan
Chan, 2017).
4-5 cm dibuat melalui tenia anterior cecum hingga mukosa, sehingga mukosa
dibalik dan diarahkan ke dalam saluran, dan silk 3.0 digunakan untuk re-
46
aproksimasi tepi lateral tenia yang diinsisi melewati setiap jahitan melalui jendela
mesenterika yang sebelumnya dibuat dengan cara U-stitch (Stein, et al, 2004).
Gambar 2.12 Sebuah saluran di tenia sekum dibuat untuk menahan appendiks
proksimal (Stein, et al, 2004).
sekum; saat mendekati appendiks, insisi menyimpang dari apendiks. Tepi distal
47
kolon medial kemudian diputar secara medial dan inferior ke tepi medial sekum
menciptakan "U" terbalik. Tepi posterior kemudian dijahit bersama dengan jahitan
pendek ileum terminal. Stent dapat berupa double J stent dan diikat ke tabung
pouchostomi melalui jahitan atau dapat dimasukkan melalui katup ileocecal dan
ditempatkan di kedua sisi stoma secara horizontal melalui fasia rektus posterior
dan kemudian sekum. Apendiks dilewatkan melalui dinding abdomen dan jahitan
Saat apendiks tidak tersedia atau dinilai tidak cocok untuk dibuat bagian
pendekatan ini, segmen tambahan 2-3 cm dari proksimal usus halus diisolasi,
48
Gambar 2.15 Berikut adalah colon pouch kanan lengkap dengan anastomosis
ureterolileal, siap untuk maturasi stoma pada kulit (Stein, et al, 2004).
Gambar 2.16 Yang-Monti channel, segmen ileum berukuran 2-3 cm, digunakan
proksimal dari ileum (Wagner, et al, 2008).
49
Kolon asendens didetubularisasi, dan kantong dibuat seperti yang
saluran. Sebuah celah 4 cm dibuat, dan dasar celah digunakan untuk Yang-
Gambar 2.18 Yang-Monti channel dimasukkan dalam celah yang dibuat di tenia
anterior, menciptakan mekanisme flap-valve (Wagner, et al, 2008).
dengan ureter ditanamkan secara non refluks ke dalam taenia libera. Ileum distal
yang menyempit dan menempel pada katup ileocecal, yang diperkuat oleh
jahitan Lembert, dan dibawa ke kulit sebagai saluran kateterisasi (Rink, et al,
2010).
bentuk lain yang terdiri dari gabungan ileum dan colon sebagai diversi urin
ileocecal. Keuntungan lain adalah lebih mudah dibuat pada pasien obesitas
karena panjang ileum terminal disiapkan untuk segmen yang dapat dikaterisasi.
50
Tingkat kontinensia dari Indiana pouch dilaporkan mencapai 93-97% (Torrey, et
al, 2017).
distal dari fleksura hepatica. Ileum terminal dibagi 10–15 cm dari proksimal katup
Gambar 2.19 Isolasi segmen ileo-colon yang digunakan untuk Indiana pouch (Warner
dan Chan, 2017).
51
Gambar 2.21 Stapler GIA digunakan untuk meruncingkan segement ileum ke dasar
katup ileocecal (Daneshmand, 2017).
ileocecal. 1–2 cm terakhir di dekat katup ileocecal tidak dijepit. Dilakukan jahitan
Lembert interuptus dengan silk 3.0 di dasar katup ileocecal superior, anterior,
dan inferior. Kateter Robinson 16Fr harus dipastikan melewati segmen ileum dan
Gambar 2.22 Jahitan Lembert interuptus dengan silk 3.0 di dasar katup ileocecal
superior, anterior, dan inferior (Daneshmand, 2017).
52
Colonic pouch kemudian ditutup dengan melipat tepi apendiks sekum ke
tepi kolon bagian distal. Hal ini memungkinkan segmen ileum menghadap ke
anterior lalu ditutup dengan jahitan poliglaktin 3.0. Setelah kantong tertutup,
ujung kanan/sudut dari garis jahitan kolon secara alami cenderung berputar 90°
berlawanan arah jarum jam ke arah panggul. Dengan kantong dalam posisi
terakhir ini, anastomosis ureter dipilih dan dilakukan. Garis jahitan kolon
bertindak sebagai median longitudinal yang menentukan kanan dan kiri. Ureter
pouch di bagian inferior kanan dari jahitan (Warner dan Chan, 2017).
paling umum dilakukan di seluruh dunia, diperkirakan lebih dari 80% pasien yang
yang lebih tinggi secara signifikan pada pasien yang menjalani orthotopic
untuk mencegah inkontinensia. Namun, faktor lain seperti ukuran kantong dan
yang berfungsi secara ideal akan memungkinkan pasien untuk buang air kecil
secara berkala dan menyimpan urin pada tekanan rendah di malam hari. Secara
53
umum, beberapa bentuk manuver Valsava diperlukan untuk mengosongkan
anterior ke dasar panggul dan uretra. Semua jaringan fibroareolar antara dinding
kandung kemih anterior dan prostat dibedah dari simfisis pubis. Fasia endopelvis
diinsisi di dekat prostat dan otot levator dengan hati-hati pada bagian lateral dan
apikal prostat. Jika nerve sparing akan dilakukan, maka fasia prostat lateral
diinsisi dan dilakukan diseksi neurovaskular bundle dari prostat. Vena dorsal
posterior prostat, lesi puboprostatik diidentifikasi dan diinsisi. Apek prostat dan
anterior dan lateral tepat di apek prostat. Enam jahitan asam poliglikolat 2.0
submukosa otot sfingter uretra di anterior. Setelah itu, dilakukan dua jahitan
uretra posterior menggabungkan otot rektouretralis atau bagian ekor dari fasia
diangkat. Sangat penting untuk melakukan frozen section dari margin uretra
bentuk seperti kandung kemih. Ada banyak jenis orthotopic neobladders yang
54
ureteroileal dan ada atau tidak adanya mekanisme antireflux. Dua bentuk diversi
urin yang paling umum adalah neobladders Hautmann “W” dan Studer dengan
anastomosis ureteroileal dan telah dikaitkan dengan hasil fungsional yang sangat
2010). Sekitar 70 cm dari ileum distal diisolasi. Bagian ileum yang paling mudah
antimesenteric border. Usus yang diisolasi kemudian dibentuk "W" dan diinsisi
tungkai W kemudian dijahit satu sama lain dengan jahitan absorbable. Segmen
melalui insisi kecil di ileum. Bagian dinding anterior yang tersisa kemudian ditutup
Studer pouch, yang dikaitkan dengan kontinensia malam hari yang lebih baik.
55
Kontinensia bergantung pada karakteristik fungsi reservoir. Sebagian besar
lebih dari 500 cc setelah beberapa bulan. Terlepas dari kenyataan bahwa
yang besar, tingkat kontinensia nokturnal sangat bervariasi dan biasanya tidak
(Hautmann, 2010).
Reservoir ileum ini awalnya dijelaskan oleh Studer dan rekannya dan
pasien berkemih dengan manuver valsava. Teknik ini telah menjadi salah diversi
konfigurasi “U” seperti yang awalnya dijelaskan oleh Kock. Studer dan
dengan hasil jangka panjang yang sangat baik dalam hal kontinensia, fungsi
ginjal, dan tingkat striktur ureteroileal kurang dari 3% (Studer, et al, 2006).
avaskular antara arteri ileokolika dan cabang terminal dari arteri mesenterika
luas ke reservoir. Selain itu, jendela kecil mesenterium dan 5 cm ileum proksimal
anastomosis usus halus. Anastomosis side to side dan end to end dilakukan
56
Gambar 2.24 Isolasi segmen usus (Warner dan Chan, 2017).
tungkai "U" berukuran 20-22 cm, dan segmen ileum proksimal 15 cm yang
digunakan sebagai tungkai aferen. Jika panjang ureter pendek atau terganggu,
segmen ileum aferen yang lebih panjang (ileum proksimal) dapat digunakan.
Ujung proksimal segmen ileum aferen yang diisolasi ditutup dengan jahitan
Gambar 2.25 Membuka segmen usus yang sudah diisolasi (Warner dan Chan,
2017).
57
Mukosa ileum yang sebelumnya diinsisi kemudian dijahit dengan dua
lapis jahitan asam poliglikolat 3.0 yang dimulai dari apeks dan menuju ke atas ke
Gambar 2.26 Reservoir kemudian ditutup dengan melipatnya menjadi dua ke arah
berlawanan dengan arah pembukaannya (Warner dan Chan, 2017).
modifikasi ureteral tunnel berlapis serous Ghoneim dan Abol-Enein (Stein dan
Skinner, 2006). Mirip dengan neobladder Studer, T pouch berisi tungkai aferen
antireflux sepanjang 15 cm. Ileum dibagi antara segmen ileum aferen proksimal
segmen distal 3–4 cm dari segmen ileum aferen 15 cm ke dalam celah ileum
yang dilapisi serosa yang dibentuk oleh dasar dua segmen ileum. Jendela
Chan, 2017).
58
Gambar 2.27 T-pouch modification (a) Jendela mesenterika dibuka di antara arkade
vaskular di T-limb. (b) Konstruksi mekanisme antirelux menggunakan
teknik flap-valve. (c) Anastomosis dari flap ileum ke ileum aferen (Warner
dan Chan, 2017).
Jahitan silk 3-0 kemudian digunakan untuk aproksimasi serosa dari dua
segmen ileum 22-cm yang berdekatan di dasar "U" dengan jahitan dilewatkan
aferen. Deskripsi awal dari T pouch termasuk meruncingkan bagian distal dari
diameternya dan mengurangi risiko refluks. Ketika inisisi di bagian "U" dari
segmen ileum. Sayatan ini menyediakan flap lebar ileum yang dibawa melewati
segmen ileum aferen dan dijahit dalam dua lapisan untuk membuat mekanisme
terputus kemudian dilakukan antara ostium tungkai ileum aferen dan flap ileum
yang diinsisi dengan jahitan asam poliglikolat 3-0. Neobladder dibuat dengan
cara yang sama seperti Studer pouch (Warner dan Chan, 2017).
jahitan asam poliglikolat 3.0 dua lapis yang kedap air. Garis jahitan anterior
59
dihentikan sedikit dari sisi kanan (pasien) untuk memungkinkan dimasukkannya
jari telunjuk, yang akan menjadi leher neobladder (Warner dan Chan, 2017).
dengan kedua teknik. Setiap ureter dibuat spatulasi dan anastomosis ureteroileal
60
Gambar 2.30 Anastomosis uretra (Warner dan Chan, 2017).
reservoir yang paling mirip dengan kandung kemih asli dalam kapasitas dan
pengisian tidak ada lagi dan kebanyakan pasien perlu mengosongkan kandung
baik, berkisar dari 80% sampai 98%. Kontinensia pada malam hari dalam
penelitian yang sama ini berkisar dari 72% hingga 80%; namun, hampir semua
penelitian ini bersifat retrospektif dan bergantung pada hasil yang dilaporkan oleh
dokter. Ada 351 pasien menjalani modified Studer pouch. Kontinensia siang hari
memuncak pada 92% pada 12-18 bulan pasca operasi, sedangkan kontinensia
malam memuncak pada 51% pada 18-36 bulan. Usia di atas 65 dan diabetes
dikaitkan dengan kontinensia siang hari yang lebih buruk (Studer, et al, 2006).
61
Hanya 10% dari pasien melaporkan kateterisasi intermiten berkala pada waktu
kapanpun dalam periode pasca operasi (Clifford, et al, 2016). Upaya lebih lanjut
hari dan apakah intervensi (seperti rehabilitasi dasar panggul, penggunaan obat-
obatan) mungkin dapat meningkatkan hasil yang lebih baik. Penting untuk diingat
bahwa sebagian besar pasien yang memakai pembalut di malam hari merasa
resiko komplikasi. Resiko komplikasi ini bergantung pada teknik operasi, kondisi
penyakit pasien yang mendasari, progresifitas penyakit pasien, usia pasien, serta
durasi follow up pasien. Berbagai komplikasi pada pasien dengan diversi Urin
komplikasi dini dan lanjut sesuai dengan waktu terjadinya, Komplikasi dini (terjadi
pada sekitar 10-20% pasien) dapat berupa perdarahan, obstruksi usus, ileus,
pada stoma (stenosis atau hernia), pielonefritis, dan timbulnya batu. Pada
beberapa pasien, komplikasi yang lebih parah dapat terjadi peritonitis dan nyeri
akut abdomen (Maxwell, et al, 2020). Pasien yang melakukan diversi urin
kontinen memiliki tingkat komplikasi yang lebih tinggi dibandingkan dengan teknik
62
2.4.4.1 Kelainan Metabolik dan Nutrisi
tidak diketahui dan diperbaiki (Hautmann, et al, 2007). Absorbsi atau eksresi dari
cairan, elektrolit, nutrien, dan eksresi produk limbah tubuh secara normal dapat
melalui dinding usus. Kelainan metabolik dapat terjadi ketika segmen usus
gangguan asam lemak, garam empedu, dan batu saluran kemih (Maxwell, et al,
2020). Menurut segmen usus yang digunakan untuk reservoir, kelainan elektrolit
yang berbeda dapat terjadi pada segmen usus yang digunakan. Misalnya,
segmen ileum menyerap lebih banyak kalium, sedangkan segmen colon dapat
hiperkloremia sering ditandai dengan gejala lemas, anoreksia, muntah, nafas tipe
Kussmaul, dan koma. Selain itu, asidosis kronis dapat mempengaruhi tulang
dengan berbagai cara. Kelainan asam basa pada pasien dengan osteomalasia
defisiensi vitamin B12 kronis pada beberapa pasien karena penyerapan vitamin
63
Garam empedu berperan penting dalam pencernaan lemak dan
berubah setelah dilakukan reseksi ileum. Reseksi dari segmen kecil ileum
konsentrasi dari garam tersebut menyebabkan menurunnya absorbsi dari air dan
elektrolit. Reseksi dari segmen besar ileum bisa mengurangi reabsorbsi garam
malabsorbsi lemak yang parah. Lamanya waktu transit di usus juga mungkin
sekretorik. Dosis kolestiramin yang bisa diberikan adalah 4 gram dibagi menjadi
2 dosis dalam sehari secara per oral. Jika diare berlanjut, penambahan agen lain
Defisiensi vitamin B12 juga dapat disebabkan oleh reseksi lambung atau
parestesi saraf tepi. Jadi sebaiknya, level vitamin ini diukur setelah pasien
melakukan operasi reseksi segmen tersebut. Terapi pilihan untuk komplikasi ini
adalah injeksi vitamin B12 bila ditemukan defisiensi yang bermakna (Maxwell, et
al, 2020).
64
kenaikan suhu tubuh, dan letargi. Sindroma ini disebabkan oleh kurangnya
sodium klorida karena sodium klorida terlalu banyak masuk ke dalam urin dan
terjadi pertukaran dengan potasium dan urea dari conduit. Gangguan metabolik
yang dapat terjadi pada diversi urin dengan menggunakan segmen jejunum,
ileum, dan kolon dapat dirangkum dalam tabel berikut (Kreder dan Stone, 2019):
Tabel 2.3 Gangguan metabolik yang dapat terjadi di berbagai pilihan segmen
usus untuk diversi urin
65
2.4.4.2 Stoma
operasi baik pada diversi urin kontinen maupun diversi urin non kontinen,
lebih dari operator. Komplikasi ini dapat dibagi menjadi dua kelompok besar,
yaitu komplikasi stoma dan komplikasi peristoma. Contoh komplikasi pada stoma
reaksi kontak alergi, trauma mekanis, dan dermatitis kontak yang dapat berakibat
enkrustasi alkali karena adanya kontak urin pada kulit seiring berjalannya waktu
(Maxwell et al, 2020). Tingkat komplikasi stomal dan peristoma berkisar dari 15%
jarang terjadi karena waktu kontak urin dengan kulit lebih sedikit bila
atas. Kondisi ini dapat didiagnosa relatif mudah dengan melakukan kateterisasi
biasanya terjadi pada 5-28% pasien (Szymanski, et al, 2010). Hal ini dapat
terjadi karena lokasi stoma yang berada di sisi lateral dari otot rectus abdominis,
dari stoma. Sedangkan reposisi stoma tidak juga mengurangi resiko hernia
66
stoma tanpa disertai hernia. Proses perbaikan stoma membutuhkan penguatan
fasia dari rectus dengan mesh, bisa secara intraperitoneal melalui lokasi insisi
sebelumnya ataupun melalui insisi baru yang berada di lateral dari stoma. Pada
beberapa pasien kadang juga diperlukan pemindahan stoma ke lokasi yang baru,
Masalah umum lainnya pada pasien dengan diversi urin kontinen adalah
terjadinya bakteriuria kronis. Tingkat kultur urin positif berkisar antara 50% dan
90%. Dalam kebanyakan kasus, bakteriuria tidak bergejala tanpa tanda klinis
yang signifikan dari infeksi saluran kemih (ISK). Baru-baru ini telah dilaporkan
bahwa hanya 22% pasien dengan reservoir atau ortotopik neobladder yang
menunjukkan gejala ISK dalam satu tahun (Thulin, et al, 2010). Kurangnya
kebersihan tidak menjadi alasan terjadinya ISK setelah diversi urin pada pasien
kontinen. Terapi pielonefritis didasarkan pada biakan sampel urin. Sampel urin
yang digunakan untuk biakan tidak boleh diambil dari kantong urin, namun
pasien dipasangkan kateter. Kemudian urin dari kateter inilah yang diambil
yang menetap, dicurigai adanya refluks aliran urin pada conduit atau adanya
67
terdapat aliran balik dari urin dalam kasus seperti ini. Pada beberapa kasus juga
(MAG3) untuk menilai adanya aliran maju urin dari ginjal ke ureter. Apabila
2.6.4 Batu
memiliki angka kejadian yang cukup rendah. Staples, mesh, dan benang yang
kuman juga dapat terjadi pada conduit atau kantong penampung. Namun yang
sampai mencapai komplikasi sistemik cukup jarang. Beberapa jenis bakteri juga
Tatalaksana batu ini adalah dengan cara pengambilan batu, resolusi dari infeksi,
Pembentukan batu dapat terjadi lebih cepat pada pasien yang memiliki kelainan
asidosis sistemik. Waktu kontak yang lama antara urin dengan permukaan
segmen usus yang dijadikan sebagai conduit, akan membuat pertukaran klorida
empedu. Apabila segmen ini diambil sebagai conduit, kelebihan garam empedu
68
hipositraturia juga meningkatkan peluang terbentuknya batu. Selain yang telah
disebutkan di atas, panjang conduit yang berlebihan, stasis dari urin, dan
69
BAB III
KESIMPULAN
Diversi urin pada era bedah modern saat ini terjadi perkembangan cukup
pesat terkait dalam berbagai teknik yang dilakukan karena meningkatnya dalam
pemahaman tentang aspek anatomi dan fisiologis usus yang akan digunakan
sebagai pengganti saluran kemih dan komplikasi yang dapat terjadi. Diversi urin
bertujuan untuk melindungi ginjal dari efek kerusakan oleh peningkatan tekanan
kandung kemih, tetapi saat ini semakin luas digunakan untuk mencapai
kontinensia urin. Indikasi dari diversi urin adalah ketika kandung kemih sudah
tidak dapat berfungsi normal sebagai tempat penampungan urin baik oleh faktor
Kontraindikasi pada tiap tindakan ini adalah kelainan pada segmen usus dan
masing-masing jenis diversi. Pada pasien yang memenuhi syarat untuk dilakukan
dan dapat menjaga citra tubuh. Pasien harus sepenuhnya memiliki ketangkasan
untuk orthotopic neobladder seperti margin uretra positif dan disfungsi uretra,
continent cutaneous reservoir menjadi pilihan untuk pasien yang tidak memenuhi
syarat untuk orthotopic neobladder dalam hal menjaga citra tubuh. Untuk pasien
yang bukan kandidat untuk kedua jenis diversi urin, ileal conduit tetap merupakan
70
Perbedaan kualitas hidup pada masing-masing diversi urin terutama berasal dari
menjaga citra tubuh, terutama dengan orthotopic neobladder. Analisis lebih rinci
dicatat bahwa setiap jenis diversi urin memiliki potensi komplikasi, mulai dari
kelainan metabolisme dan nutrisi hingga infeksi, obstruksi usus, kerusakan ginjal,
Diversi urin yang ideal harus bisa mempertahankan fungsi ginjal dan
Teknik diversi urin saat ini dapat untuk mengurangi risiko keganasan sekunder,
lebih baik. Penelitian dan pengembangan Teknik diversi urin lebih lanjut terus
71
DAFTAR PUSTAKA
Abol-Enein, H., Salem, M., Mesbah, A., et al. (2004). Continent cutaneous ileal
pouch using the serous lined extramural valves. The Mansoura experience
Bader, P., Westermann, D., & Frohneberg, D. (2009). Urinary diversions: which
Bartsch, G., Daneshmand, S., Skinner, E.C., Syan, S., Skinner, D.G., Penson,
Clifford, T.G., Shah, S.H., Bazargani, S.T., Miranda, G., Cai, J., Wayne, K., et al.
Urol;196(6):1685–91.
Colombo, R., & Naspro, R. (2010). Ileal conduit as the standard for urinary
Philadelphia: Elsevier.
72
Daneshmand, S. (2017). Urinary Diversion. Springer International Publishing, 51-
53
Djaladat, H., Mitra, A.P., Miranda, G., Skinner, E.C., Daneshmand, S. (2013).
20(12):1229–33.
Eisenberg, M.S., Dorin, R.P., Bartsch, G., Cai, J., Miranda, G., Skinner, E.C.
J Urol ;184(6):2264–9.
Fawcett, D.P. (2004). Parastomal hernia repair using the lateral approach. BJU
Int;94:598.
Froehner, M., Brausi, M. A., Herr, H. W., Muto, G., & Studer, U. E. (2009).
Gore, J. L., Saigal, C. S., Hanley, J. M., Schonlau, M., & Litwin, M. S. (2006).
73
diversion in adults with spinal cord injury: a retrospective study. Spinal
Cord.
Gustafsson, U.O., Scott, M.J., Hubner, M., Nygren, J., Demartines, N., Francis,
hernia-repair using mesh and an open technique. World J Surg, 32, 465-70.
169(3), 834-842.
Hautmann, R. E., Enein, H. A., Hafez, K., Haro, I., Mansson, W., Mills, R. D., et
Hautmann, R.E. (2010). Surgery illustrated – surgical atlas ileal neobladder. BJU
Int ;105(7):1024–35.
Hautmann, R.E., Abol-Enein, H., Lee, C.T., Mansson, W., Mills, R.D., Penson,
D.F., Skinner, E.C., Studer, U.E., Thueroff, J.W., Volkmer, B.G. (2015).
Keane, T. E., Graham Jr., S. D., Goldstein, M., Prassad, S., Richie, J. P., Rovner,
E. S., et al. (2016). Glenn’s Urologic Surgery (Eight Ed.). Wolters Kluwer.
Kim, S.P., Shah, N.D., Weight, C.J., Thompson, R.H., Wang, J.K., Karnes, J.,
74
Population-based trends in urinary diversion among patients undergoing
Kouba, E., Sands, M., Lentz, A., Wallen, E., & Pruthi, R. S. (2007). A comparison
945-948.
Kreder, Karl J., Stone, Anthony R. (2019). Urinary Diversion, second edition.
Lawrentschuk, N., Colombo, R., Hakenberg, O. W., Lerner, S. P., Mansson, W.,
Lee, R. K., Enein, H. A., Artibani, W., Bochner, B., Dalbagni, G., Daneshmand,
S., et al. (2014). Urinary diversion after radical cystectomy for bladder
cancer: options, patient selection, and outcomes. BJU Int, 113(1), 11-23.
Ljungqvist, O., Scott, M., Fearon, K.C. (2017). Enhanced recovery after surgery:
Lowrance, W. T., Rumohr, J. A., Clark, P. E., Chang, S. S., Smith, J. A., &
Maderbacher, S., Schmidt, J., Eberle, J. M., Thoeny, H. C., Burkhard, F.,
Maffezzini, M., Campodonico, F., Canepa, G., Gerbi, G., & Parodi, D. (2008).
75
Manoharan, M., Ayyathurai, R., & Sloway, M. S. (2009). Radical cystectomy for
Mansson, W., Davidsson, T., Konyves, J., & Liedberg, F. (2003). Continent
92(3), 271-276.
Maxwell, V.M., Susan, Barbour, R.N., Carroll, P.R. (2020). Smith & Tanagho’s
Hill, 391-404.
McAninch, J. W., & Lue, T.F. (2020). Smith & Tanagho’s General Urology :
Nazmy, M., Yuh, B., Kawachi, M., et al. (2014). Early and late complications of
Rao, W., Zhang, X., Zhang, J., Yan, R., Hu, Z., Wang, Q. (2011). The role of
Razik, A., Das, C. J., Gupta, A., Wanamacher, D., & Verma, S. (2019). Urinary
Rink, M., Kluth, L., Eichelberg, E., Fisch, M., & Dahlem, R. (2010). Continent
76
Roger C. L. Feneley, Ian B. Hopley & Peter N. T. Wells .(2015). Urinary
Scott, M.J., Baldini, G., Fearon, K.C.H., Feldheiser, A., Feldman, L.S., Gan, T.J.,
Scand ;59:1212–31.
Skinner, E.C., Fairey, A.S., Groshen, S., Daneshmand, S., Cai, J., Miranda, G.,
40.
Sogni, F., Brausi, M., Frea, B., et al. (2008). Morbidity and quality of life in elderly
Spencer, E. S., Lyons, M. D., & Pruthi, R. S. (2018). Patient selection and
counseling for urinary diversion. Urol Clin North Am, 45(1), 1-9.
77
Stein, J.P., Clark, P., Miranda, G., et al. (2005). Urethral tumor recurrence
Stein, J.P., dan Skinner, D.G. (2001). T-mechanism applied to urinary diversion:
Stein, J.P., Daneshmand, S., Dunn, M., Garcia, M., Lieskovsky, G., Skinner, D.G.
Stein, J.P., Skinner, D.G. (2006). Surgical atlas: the orthotopic T-pouch ileal
Rodder, K., Hohenfellner, R., & Fisch, M. (2007). Colon pouch (Mainz III)
Studer, U.E., Burkhard, F.C., Schumacher, M., Kessler, T.M., Thoeny, H.,
Urol;176(1):161–6.
Szymanski, K. M., St-Cyr, D., Alam, T., & Kassouf, W. (2010). External stoma
Thulin, H., Steineck, G., Kreicbergs, U., et al. (2010). Hygiene and urinary tract
BJU Int;105:1107–17.
Torrey, R.R., Chan, K.G., Yip, W., et al. (2012). Functional outcomes and
78
radical cystectomy with extracorporeal Indiana pouch continent cutaneous
31.
Warner, J.N. dan Chan, K.G. (2017). Urinary Diversion: Continent Cutaneous
Witjes, J.A., Bruins, H.M., Cathomas, R., Compérat, E., Cowan, N.C., Gakis, G,
Yakout, H., Bissada, N.K. (2003). Intermediate effects of the ileocaecal urinary
Zlatev, D. V., & Skinner, E. C. (2016). Orthotopic urinary diversion for women.
Elsevier.
79