Anda di halaman 1dari 18

SATUAN ACARA PENYULUHAN

Acute Decompensated Heart Failure/ Gagal Jantung Akut

Disusun untuk Memenuhi Tugas Kelompok Profesi Ners

di Ruang Perawatan 28 RSSA Malang

Oleh:
TIM PKRS

TIM PROMOSI KESEHATAN RUMAH SAKIT

PEMERINTAHAN PROVINSI JAWA TIMUR

RUMAH SAKIT UMUM DAERAH SAIFUL ANWAR

2017
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Gagal jantung hingga saat ini masih menjadi masalah kesehatan utama di
dunia(Jessup dan Brozena, 2013). Prevalensi gagal jantung masih cukup tinggi, yaitu
lebih dari 23 juta jiwa di seluruh dunia (Roger, 2013).Di Indonesia hasil survei Riset
Kesehatan Dasar tahun 2013, didapatkan prevalensi gagal jantung berdasarkan pernah
didiagnosis dokter sebesar 0,13%, dan berdasarkan diagnosis dokter atau gejala
sebesar 0,3% (Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Departemen
Kesehatan Republik Indonesia,2013).Meskipun telah banyak kemajuan baru dalam
pengobatan gagal jantung, namun angka kesakitan dan angka kematian masihsangat
tinggi (Burger, 2005).Angka kematian absolut pada gagal jantung mencapai 50% dalam
5 tahun setelah diagnosis (Roger et al., 2004; Levyet al., 2002). Perjalanan alamiah dari
gagal jantung ditandai denganepisode berulanggagal jantung akut (Ferreira et
al.,2014).Lebih dari 1 juta pasien dirawat dengan sindroma gagal jantung akut tiap
tahunnya dan bertanggung jawab atas 60%-74% total biaya yang dikeluarkan untuk
perawatan pasien gagal jantung(Roger, 2013).Angka kematian di rumah sakit pada
gagal jantung akut dekompensasi sekitar 4% (Adam et al.,2005) dengan tingkat rawat
inap ulang mencapai 23 % pada 30 hari pertama (Ross et al., 2010).
1.2 Tujuan
1.2.1 Tujuan Instruksional Umum
Setelah mengikuti penyuluhan kesehatan selama 30 menit keluarga di Ruang 28
memahami tentang ADHF/gagal jantung

1.2.2 Tujuan Instruksional Khusus


Setelah mengikuti penyuluhan kesehatan selama 30 menit diharapkan
keluarga klien mampu :
Menjelaskan pengertian ADHF/gagal jantung
Gejala atau ciri ADHF/gagal jantung
Menyebutkan tingkatan ADHF/gagal jantung

1.3 Manfaat
1.3.1 Bagi Pasien dan Keluarga
Manfaat bagi pasien dan keluarga dapat mengetahui apa pengertian
ADHF/gagal jantung, Gejala atau ciri ADHF/gagal jantun, Menyebutkan tingkatan
ADHF/gagal jantung
1.3.2 Bagi Rumah Sakit
Manfaat bagi rumah sakit adalah dapat di beritahukan kepada keluarga pasien
mengetahui pengertian,gejala dan ciri, dan tingkatan ADHF/gagal jantung
1.3.3 Bagi Institusi Pendidikan
Manfaat bagi Instisusi pendidikan untuk lebih menekankan kepada mahasiswa
agar selalu mengingatkan keluarga pengertian,gejala dan ciri, dan tingkatan
ADHF/gagal jantung.
1.3.4 Bagi Mahasiswa
Manfaat bagi mahasiswa agar selalu mengingatkan keluarga tentang
pengertian,gejala dan ciri, dan tingkatan ADHF/gagal jantung.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Konsep Gagal jantung kongestif
2.1.1 Definisi
Gagal jantung kongestif adalah keadaan patofisiologis berupa kelainan fungsi
jantung, sehingga jantung tidak mampu memompa darah untuk memenuhi kebutuhan
metabolisme jaringan atau kemampuannya hanya ada kalau disertai peninggian volume
diastolik secara abnormal. Penamaan gagal jantung kongestif yang sering digunakan
kalau terjadi gagal jantung sisi kiri dan sisi kanan (Karim, 2002).
Gagal jantung adalah suatu keadaan dimana jantung tidak mampu lagi
memompakan darahsecukupnya dalam memenuhi kebutuhan sirkulasi untuk
metabolisme jaringan tubuh, sedangkantekanan pengisian ke dalam jantung masih
cukup tinggi.

2.1.2 Gejala klinis


Manifestasi klinis gagal jantung bervariasi, tergantung dari umur pasien,
beratnya gagal jantung, etiologi penyakit jantung, ruang-ruang jantung yang terlibat,
apakah kedua ventrikel mengalami kegagalan serta derajat gangguan penampilan
jantung. Pada penderita gagal jantung kongestif, hampir selalu ditemukan :
Gejala paru berupa dyspnea, orthopnea dan paroxysmal nocturnal dyspnea.
Gejala sistemik berupa lemah, cepat lelah, oliguri, nokturi, mual, muntah, asites,
hepatomegali, dan edema perifer.
Gejala susunan saraf pusat berupa insomnia, sakit kepala, mimpi buruk sampai
delirium.
Gejala yang dapat muncul antara lain :
1. Sesak Nafas (Dyspnea)
Orang yang memiliki risiko gagal jantung parah mungkin merasa kehabisan napas
setelah melakukan suatu aktivitas. Kesulitan bernapas dapat dipicu ketika naik tangga
atau bahkan berjalan-jalan. Mereka mungkin merasa sakit parah di dada atau rasa
berat di dada.
2. Paroxysmal nocturnal dyspnea (kesulitan bernapas saat tidur)
Adalah gejala umum lain dari gagal jantung. Gejala-gejala termasuk sesak nafas yang
hebat, dan batuk yang terjadi 1-3 jam setelah tidur.
3. Retensi cairan (Edema) dan Berat Badan
Orang yang telah jatuh pada kondisi gagal jantung biasanya mengalami pembengkakan
pada kaki, pergelangan kaki, pembuluh darah leher atau perut. Peningkatan retensi
cairan secara tiba-tiba, sangat berpengaruh pada berat badan seseorang.
4. Batuk
Pasien mungkin mengalami batuk kering dan dapat ditanggulangi dengan mencoba
duduk tegak.
5. Kehilangan massa otot
Pasien yang berisiko terkena serangan jantung berat, memiliki kecenderungan untuk
kehilangan massa otot dari waktu ke waktu.
6. Gejala gastrointestinal (gejala yang berkaitan dengan sistem pencernaan, terutama
lambung dan usus).
Pasien kehilangan nafsu makan dan merasa kenyang bahkan setelah makan dalam
jumlah kecil. Mereka juga sering mengalami sakit perut.
7. Edema paru
Edema paru, kondisi yang ditandai oleh penumpukan cairan di paru-paru. Berikut ini
gejala edema paru:
- Sesak napas yang disertai dengan batuk .
- Adanya sensasi menggelegak di paru-paru.
- Kulit berubah berkeringat dan pucat, hampir biru dalam beberapa kasus.
- Irama jantung tidak normal Irama jantung bisa berubah dari cepat menjadi
lambat.

Gejala yang muncul menurut bagian jantung yang terkena :

a. Gagal Jantung Kiri


Gagal jantung kiri atau gagal jantung ventrikel kiri terjadi karena adanya gangguan
pemompaan darah oleh ventrikel kiri sehingga curah jantung kiri menurun dengan
akibat tekanan akhir diastolic dalam ventrikel kiri dan volum akhir diastolic dalam
ventrikel kiri meningkat.
Gejalanya antara lain :
Perasaan badan lemah Dispnea
Cepatl lelah Paroxysmal nocturnal
Berdebar-debar dyspnea
Sesak nafas Ronki basah paru
Batuk Anoreksia dibagian basal
Keringat dingin. Bunyi jantung III
Takhikardia

b. Gagal Jantung Kanan


Gagal jantung kanan karena gangguan atau hambatan pada daya pompa ventrikel
kanan sehingga isi sekuncup ventrikel kanan menurun tanpa didahului oleh adanya
gagal jantung kiri. Gejalanya antara lain:
Edema tumit dan tungkai Asites
bawah Vena jugularis yang
Hati membesar, lunak terbendung
dan nyeri tekan Hepatomegali
Bendungan pada vena
perifer (jugularis)
Gangguan
gastrointestinal (perut
kembung, anoreksia dan
nausea) dan asites.
Berat badan bertambah
Penambahan cairan
badan
Kaki bengkak (edema
tungkai)
Perut membuncit
Perasaan tidak enak pada
epigastrium.
Edema kaki
Tabel diatas digunakan untuk mengetahui apakah pasien memiliki tanda dan gejala
dari gagal jantung, dengan cara melihat indikator pada tiap fase. Dan juga bisa digunakan
untuk melihat resiko keparahan atau laju gagal jantung.

1.2.3 Derajat Gagal Jantung

Gagal jantung bisanya digolongkan menurut derajat atau beratnya gejala seperti
klasifikasi menurut New York Heart Asscsiation (NYHA). Klasifikasi tersebut digunakan secara
luas di dunia internasional untuk mengelompokkan gagal jantung.Gagal jantung ringan,
sedang, dan berat ditentukan berdasarkan beratnya gejala, khusnya sesak nafas (dispnea).
Meskipun klasifikasi ini beguna untuk menentukan tingkat kemampuan fisik dan beratnya
gejala, namun pembagian tersebut tidak dapat digunakan untuk keperluan lain.
Klasifikasi gagal jantung menurut NYHA :
KELAS DEFINISI ISTILAH
I Klien dengan keainan jantung tapi Disfungsi ventrikel kiri yang
tanpa pembatasan aktifitas fisik asimtomatik
II Klien dengan kelainan jantung yang Gagal jantung ringan
menyebabkan sedikit pembatasan
aktifitas fisik
III Klien dengan kelaianan jantung yang Gagal jantung sedang
menyebabakan banyak pembatasan
aktifitas fisik
IV Klien dengan kelaianan jantung yang Gagal jantung berat
segla bentuk ktifitas fisiknya akan
menyebabkan keluhan

2.1.3 Pencegahan
Perubahan gaya hidup meliputi : (Marchionni, 2003)
tidak merokok,
makan-makanan sehat,
menjaga berat badan,
mengurangi stress
Istirahat teratur
Olahraga rutin
Periksa ke layanan kesehatan

2.1.4 Program Rehabilitasi

Program out-patient dilakukan segera setelah kepulangan pasien dari rumah sakit.
Tujuan utama dari program ini adalah untuk mengembalikan kemampuan fisik pasien
pada keadaan sebelum sakit. Pada prinsipnya, tujuan dari fase ini adalah untuk memberi
latihan rehabilitasi fisik seseorang penderita gangguan jantung agar dapat kembali
melakukan aktivitas sehari-hari seperti sedia kala. Program ini sebaiknya dikepalai oleh
dokter yang dapat melakukan kontak secara teratur dengan pasien, dapat melayani
panggilan rumah atau dapat melakukan pengawasan pada program latihan (Marchionni
et al., 2003:2201).
1. Latihan I (Latihan Siku), Cara :
o Berdiri dengan siku menekuk dan dikatupkan pada dada
o Luruskan siku ke arah depan.
o Tekuk kembali siku.
o Ulangi sampai dengan 10 kali

2. Latihan Elevasi Lengan, Cara :


o Berdiri dengan siku menekuk di dada.
o Luruskan siku dan lengan ke arah atas
o Tekuk kembali ke posisi semula.
o Ulangi sampai dengan 10 kali

3. Latihan Ekstensi lengan, Cara :


o Berdiri dengan siku menekuk ke arah dada.
o Lengan direntangkan ke arah disamping pinggang.
o Katupkan kembali lengan pada dada
o Ulangi sampai dengan 10 kali.
4. Latihan Elevasi Lengan II, Cara :
o Berdiri dengan kaki membuka selebar bahu dan lengan disamping badan.
o Dengan tetap meluruskan siku angkat lengan keatas kepala.
o Turunkan lengan kembali ke samping badan.
o Ulangi sampai dengan 10 kali.

1. Latihan Lengan Gerak Melingkar, Cara :


o Berdiri dengan kaki membuka selebar bahu dan lengan disamping badan.
o Rentangkan tangan setinggi bahu.
o Gerakakan secara melingkar tangan dan lengan dengan arah depan dengan tetap
meluruskan siku.
o Ulangi sampai dengan 10 kali
o Lakukan gerakan memutar kebelakang sampai dengan 10 kali

2. Latihan Jalan Di Tempat (Mulai hari ke-5), Cara:


o Berdiri dengan kaki membuka selebar bahu dengan lengan ditekuk ke depan
o Angkat satu kaki dengan menekuk lutut seperti saat berbaris.
o Ayunkan lengan untuk membantu menjaga keseimbangan
o Ulangi sampai dengan 10 kali.
3. Latihan Menekuk Pinggang, Cara :
o Berdiri dengan kaki membuka selebar bahu
o Tekuk lengan sehingga tangan menyentuh pinggang kanan
o Pertahankan kaki dan punggung tetap lurus.
o Ulangi sampai dengan 10 kali.
o Tekuk lengan sehingga tangan menyentuh pinggang kiri.
o Ulangi sampai 10 kali

4. Latihan Memutar Pinggang, Cara:


o Berdiri dengan kaki membuka selebar bahu, tekuk lengan dan tempatkan tangan
di
o pinggang
o Putar tubuh ke kanan dan kemudian kembali.
o Putar tubuh ke kiri dan kemudian kembali
o Ulangi sampai dengan 10 kali.
5. Latihan Menyentuh Lutut (Mulai hari ke 7), Cara:
o Berdiri dengan kaki membuka selebar bahu, lengan diangkat diatas kepala.
o Tekuk punggung sampai tangan menyentuh lutut.
o Angkat kembali lengan keatas kepala
o Putar tubuh ke kiri dan kemudian kembali
o Ulangi sampai dengan 10 kali.

6. Latihan Menekuk Lutut (Mulai Minggu ke-3), Cara:


o Berdiri dengan kaki membuka selebar bahu, tangan menyentuh
pinggang.
o Tekuk punggung ke depan dengan lutut juga menekuk.
o Kembali luruskan punggung
o Ulangi sampai dengan 10 kali.
Program latihan pada fase pemeliharaan pada dasarnya sama dengan individu
normal dengan penekanan pada latihanb jenis aerobik. Pada pasien dengan kapasitas
fungsional diatas 5 METS, pemrograman latihan dengan menggunakan frekuensi denyut
jantung dan RPE (rating of perceived exertion) dapat dilakukan. Frekuensi latihan
sebaiknay berkisar 3 sampai 4 kali dalam seminggu. Durasi latihan dapat dimuai dari 10
menit an kemudian dapat ditingkatkan secara bertahap sampai dengan mencapai 60
menit. Pada saat terjadi peningkatan kapasitas fungsional dan status klinis (Jolliffe et al.,
2001:87).

Beberapa metode latihan yang dapat dijalankan pada penderita gangguan jantung
adalah latihan interval, sirkuit, sirkuit-interval dan kontinyu:

1. Latihan interval didefinisikan sebagai latihan yang kemudian diikuti oleh periode
istirahat. Beberapa manfaat dari jenis latihan ini adalah dapat dilakukannya latihan
fisik dengan intensitas tinggi pada fase aktif dan secara keseluruhan intensitas
latihan rata-rata meningkat.
2. Latihan sirkuit merupakan latihan dengan melakukan beberapa jenis aktivitas fisik
tanpa istirahat. Latihan sirkuit biasanya meliputi latihan beban dengan sasaran otot
tangan dan kaki. Manfaat dari latihan jenis ini adalah dapat melatih otot tangan dan
kaki.
3. Latihan sirkuit interval merupakan latihan tipe sirkuit dimana seseorang menjalankan
beberapa aktivitas akan tetapai diselingi oleh istirahat pada saat dilakukan peralihan
aktivitas. Manfaat dari latihan jenis ini meliputi manfaat yang didapat dari altihan sirkit
dan interval.
4. Latihan kontinyu menekankan penggunaan energi submaksimal yang diajaga terus
samapai dengan latihan berakhir. Manfaat dari latihan jenis ini adalah bahwa latihan
ini lebih mudah untuk dijalankan.
BAB III
PENGORGANISASIAN

3.1 Rencana Kegiatan


3.1.1 Metode
Ceramah dan Tanya jawab (diskusi)
3.1.2 Media
Lefleat
3.1.3 Waktu dan Tempat
Hari/Tanggal : Jumat, 5 Mei 2017
Waktu : 09.00-10.00 WIB
Tempat : Ruang 28 RSSA

3.1.4 Pemateri
PSIK UB, STIKES Banyuwangi, D3 Poltekkes Kemenkes, D3 STIKES
Banyuwangi, D3 Stikes Genggong Probolinggo
3.1.5 Peserta
Semua keluarga pasien yang dirawat di ruang 28 RSSA
3.1.6 Tahap-Tahap Kegiatan
Tahap Wakt Kegiatan Perawat Kegiatan Metode Medi
Kegiatan u Peserta a
Pendahulu 5 mnt 1. Memberi salam Menjawab,
an 2. Menanyakan kabar mendengark
3. Memperkenalkan diri an dan
4. Menjelaskan tujuan memperhatik
5. Kontrak waktu an
6. Pretes

Penyajian 15 Menjelaskan materi tentang: Mendengark


mnt Menjelaskan an dan Cerama Ppt
pengertian memperhatik h, dan
ADHF/gagal an diskusi leafle
jantung Tanya at
Gejala atau ciri jawab
ADHF/gagal jantung
Menyebutkan
tingkatan
ADHF/gagal jantung
Penutup 15 Penutup pertemuan Menjawab
mnt 1. Post test pertanyaa,
2. Menyimpulkan materi yang bertanya dan
diberikan menjawab
3. Member kesempatan salam
bertanya
4. Menutup pertemuan
5. Salam penutup

3.2 Kriteria Evaluasi


3.2.1 Evaluasi struktur
- Adanya koordinasi dengan CI klinik 28 RSSA untuk menentukan
tempat dan waktu penyuluhan
- Pengorganisasain kegiatan dilakukan sebelum kegiatan
- Media dan bahan di persiapkan sebelum penyuluhan

3.2.2 Evaluasi proses


- Peserta mengikuti kegiatan dari awal sampai akhir
- Peserta tidak ada yang meninggal tempat penyuluhan
- Peserta menyimak saat penyaji menyajikan penyuluhan
- Peserta antusias bertanya

3.2.3 Evaluasi Hasil


Hasil penyuluhan pre test dan post tes ada perbedaan yang cukup
baik.
SOAL-SOAL PERTANYAAN PRE TEST

1. Menjelaskan pengertian ADHF/gagal jantung


2. Gejala atau ciri ADHF/gagal jantung
3. Menyebutkan tingkatan ADHF/gagal jantung
SOAL-SOAL PERTANYAAN POST TEST
1. Menjelaskan pengertian ADHF/gagal jantung
2. Gejala atau ciri ADHF/gagal jantung
3. Menyebutkan tingkatan ADHF/gagal jantung
DAFTAR PUSTAKA

American Heart Association. Heart Disease and Stroke Facts, 2006 Update. Dallas, Texas:
AHA, 2006.

Baughman, C. Diane & Hackley JoAnn. Keperawatan Medikal Bedah Buku Saku untuk
Brunner dan Suddarth, Edisi 1, Alih bahasa: Yasmin asih, Editor Monica Ester,
Jakarta: EGC. 2000.

Mansjoer A. dkk. (Eds). Kapita Selekta Kedokteran. Edisi ke-3. Volume 1. Jakarta: Media
Aesculapius. 2001.

Marchionni, N., F. Fattirolli, S. Fumagalli, N. Oldridge, F. Del Lungo, L. Morosi, C. Burgisser


and G. Masotti 2003. "Improved exercise tolerance and quality of life with cardiac
rehabilitation of older patients after myocardial infarction: results of a randomized,
controlled trial." Circulation 107(17): 2201.

Karim S, Kabo P. EKG dan Penanggulangan Beberapa Penyakit Jantung untuk Dokter
Umum. Jakarta: Balai Penerbit FK UI. 2002.

Brundside, JW. McGlynn, Tj. Diagnosis Fisik.Alih Bahasa: Lumanto,Henny. Jakarta: EGC.
1995.

Anda mungkin juga menyukai