Anda di halaman 1dari 166

6106115

lnd
k

KUMPULAN ARTIKEL

PEMENANG lOMBA KARYA TUllS

BIDANG KESEHATAN

TAHUN 1994 DAN 1995

DEPARTEMEN KESEHATAN RI t
SEKRETARIAT JENDERAL
1996
610.605
Ind
k

KUMPULAN ARTIKEL

PEMENANG LOMBA KARYA TULIS

BIDANG KESEHATAN

TAHUN 1994 DAN 1995

DEPARTEMEN KESEHATAN RI

SEKRETARIAT JENDERAL

1996
Katolog Dalam Terbitan. Departemen Kesehatan
610.605
Ind Indonesia. Departemen Kesehatan. Sekretariat lenderal.
k Kumpulan artikel pemenang lomba karya tulis
bidang kesehatan tahun 1994 dan 1995.-
Jakarta : Departemen Kesehatan, 1996

I . Judul I. HEALTH
2. ACQUIRED IMMUNODEFICIENCY SYNDROME
3. MarHER CHILD RELATIONS
DAFTAR lSI

Halamall

Kala Pengantar.... .. ..... .... .. ....... .... .. .. ... ..... .. ... ... ... . ... .. .... .. .. ... .. .... v

I . Mencari Model Penggerakan Peran Serta Masyarakat Di Dalam

Menghadapi Ancaman Epidemi AIDS. .... ... .... ............... ... . 3

Oleh Dr. Sinus Partadireja.

2. Rekayasan Perilaku Sebagai Akar Pencegahan Dan

Penanggulangan AIDS. .. ... .. .. .. ........ ............ ... .................... 15

Oleh Dr. Nina Kemalasari.

3. Penyuluhan AIDS Bagi Penumpang Angkutan Umum Di

Kabupaten Belu, Nusa Tenggara Timur. .. ..... .... ................ . 22

OJeh Dr. Asep Pumama.

4. Penanggulangan AIDS dan Ketahanan Keluarga. ........ ..... . 37

Oleh Yahya Ansari.

5. Peran Wanita Dalam Mengantisipasi Penyebaran AIDS . 43

Oleh Qomariah.

6. Peranan Orang Tua Dalam Mencegah Terjadinya AIDS

Pada Remaja... .... .. ... .............. .. ... ..................... .. .... ... .. ....... 51

Oleh Dadan Imanudin .

7. Beberapa Kendala Dan Upaya Meningkatkan Peran Serta

Masyarakat Dalam Pencegahan Dan Penanggulangan AIDS

Dalam Masyarakat. ...... ....... ... ...... .... .. ... ... .... .. ... .. ..... ..... ..... . 60

Oleh Dr. Venusri Latief. DSS.

8. Peranan Kelompok Masyarakat Dalam Mengatasi AIDS. ........ 71

01eh Tommy Sujarwadi.

9 . Anak-Anak Sehat, Masa Depan Bangsa Kuat. ..... ..... .... ..... 79

Oleh Ny. Widhi Hartini.

III
10 . Menggu g ah PJrti ~ ipa~i Ma~yarakat De sa Tertin g gal Dalam
Praktik Ke sehatan Kelu arga Seabgai Dukungan Pengembangan
Sumber Daya Manu ~ ia .. . . . .. . ... ... ... ... ....... . 90
Oleh Ema Surjadi.

II . Pendidikan Kesehatan Keluarga Sebagai Pilar Utama Da lam


Peningkatan Kualitas Sumber Da y a Manusia. ... .. .... .. .. ..... 99
Oleh Drs. Suherman.

12. Upaya Kesehatan Jamiul Ummah (UKlU) Dalam Meningkatkan


Sumber Daya Manusia Dan Kesehatan Kelaurga. ........... ... 109
Oleh Drg. Darmono, M.Med.SC.

13 . Pendidikan Seks Untuk Remaja Merupakan Altematif Upaya


Meningkatkan Kualita s Sumber Daya Generasi Muda
Indonesia . .... .. .... ........... .. ...... .. ..... .... .... ...... .. ... ... .. ... .. .... ..... 120
Oleh Winahyu Rutikah Yuniati.

14. Peranan Orang Tu a Dalam Meningkatkan Kesehatan Pada


Anak Untuk Mewujudkan Genera s i Muda Yang Sehat,
Kreatif Dan Berpresta si Di Ma sa Depan . .... .... ... .... .. ...... ... . 131
Oleh Sri Randaniati.

15. Alih Pengetahuan Dan Keterampilan Dasar Bidang Kesehatan


Dalam Meningkatkan Sumber Daya Manusia Menuju
Keluarga Sehat. .. .. .. ....... .. .. .. ...... .. .. ......... ........................... 139
01eh Drs. Djani.

16. Pengembangan Sumber Daya Manusia Dalam Rangka


Meningkatkan Kesehatan Keluarga . .. .. .. .. ..... .. .. .... ..... ...... . 149
Oleh Sitti Fa ridah.

IV
KATA PENGANTAR

Dalam rangka menyambut Hari Kesehatan Nasional (HKN) Tahun 1994


dan Tahun 1995, Departemen Kesehatan RI , eg . Biro Hukum dan Humas
Sekretariat Jenderal, telah menyelenggarakan "Lomba Karya Tulis Bidang
Kesehatan". Tujuannya antara lain untuk :
Meningkatkan minat membaea dan menulis karya-karya kesehatan;
Meningkatkan kreativitas masyarakat dalam hal sumbang saran pemeeahan
masalah-masalah kesehatan;
Meningkatkan peran serta masyarakat dalam pembangunan kesehatan .

Penyelenggaraan Lomba Karya Tulis tersebut temyata mendapat sambutan


(response) yang eukup menggembirakan, baik dari kalangan petugas kesehatan
khususnya maupun dari kaJangan mahasiswa, pelajar dan masyarakat umumnya.
Terbukti pada penyelenggaraan tahun 1994 diikuti oleh J20 peserta dan pada
tahun 1995 diikuti oleh 90 peserta . Dari JumJah tersebut, untuk tiap-tiap
tahunnya, telah terpilih karya tulis terbaik sebagai pemenang sebanyak 8 buah,
yaitu Pemenang I, II, III dan Pemenang Harapan I, II, III, IV dan V.

Penerbitan buku "Kumpulan Artikel Pemenang Lomba Karya Tulis


Bidang Kesehatan Tahun 1994 dan 1995" ini dimaksudkan untuk
mendokumentasikan dan menyebarluaskan karya tulis bidang kesehatan
pemenang lomba tersebut dengan harapan dapat diterapkan dan dimanfaatkan
oleh semua pihak yang berminat dalam peran sertanya menyukseskan program
Pembangunan Kesehatan Nasional.

Mudah-mudahan buku inj bermanfaat dan dapat memenuhi fungsinya


sebagaimana yang diharapkan.

Jakarta, November J996

,..--
OHI YAHMONO, S.H.
NIP. 140027753

V
MENCARI MODEL PENGGERAKAN PERAN SERTA

MASYARAKAT DI DALAM MENGHADAPI

ANCAMAN EPIDEMI AIDS **)

Oleh Dr. Sinus Partadireja *)

LATAR BELAKANG KEBIJAKAN NASIONAL


Untuk mengantisipasi ancaman poten sial epidemi AIDS di Indonesia,
Presiden Soeharto telah menginstruksikan pelaksanaan segera upaya
pencegahan penyakit AIDS . Dikatakan bahwa hal terpenting dalam upaya
pencegahan penyakit AIDS adalah memberikan informasi kepada masyarakat
( 10) .

Sebagai tindak lanjut instruk s i ini , akhir Mei 1994 pemerintah


mengeluarkan Keppres No. 3611994 ten tang pembentukan Komisi
Penanggulangan AIDS yang diketuai Menko Kesra dan beranggotakan
Menkes, Mensos, Meneg Kependudukan & KB serta Menag (12, 14) . Setelah
itu (16 Juli 1994) Menko Kesra selaku Ketua Komisi menandatangani
Keputusan Menko Kesra No. 911994 yang memberlakukan Strategi Nasional
Penanggulangan HIV/AlDS di Indonesia (12).
Beberapa prinsip dasar yang dapat dipetik dari Strategi Nasional antara
lain adalah bahwa upaya penanggulangan HIV/AIDS dilaksanakan oleh
masyarakat dan pemerintah. Masyarakat adalah pelaku utama dan pemerintah
berkewajiban untuk mengarahkan, membimbing serta menciptakan suasana
yang menunjang (12) .
Prinsip dasar strategi Nasional lainnya berbunyi, "LSM dan organisasil
lembaga non pemerintah memainkan peranan yang penting dan diakui sebagai
mitra setara dalam usaha nasional untuk penanggulangan HIV/AIDS di Indo
nesia.
Kelompok-kelompok masyarakat dan LSM berperan khusus dan sangat
penting dalam upaya memenuhi kebutuhan masyarakat luas akan pendidikan
dan informasi yang tepat dan benar" (12).

MASALAH-MASALAH MENDASAR
Penegasan Presiden Soeharto akan pentingnya penyebaran informasi
mengenai AIDS kepada masyarakat banyak adalah tepat sekali. Kita harus

*) Pendidikan peoulls : Dokter Umwn


**) Juara I Lomba Karya Tolls Bidang Kesebatao 1994
lllengdh..lIl bdhwa aKSeS Illdsyarakat terhauap in fo rrll as I mell",enal hell-hal y,lng
berkLIitan dengan AIDS dan ancaman epideminya ui Indonesia cldalah sangat
minim.
Survei Mc Dermoll menunjukkan bahwa pengetahuan mengenal HIV,
cara-cara efektif lIntlik mencegah penularan AIDS dan penyakit-penyaklt
menlilar seksual, amat rendah di kalangan masyarakat awam. Survei terhadap
120 suplr truk rute sibuk latim-Bali memperlihatkan bahwa 88 c!c di antaranya
mengaku melakukan hubungan seksual dengan ban yak partner sepanjang rute
itu. dan 89% tidak pernah menggunakan kondom (2,5).
Penelitian dr. Tuti Merati Parwati dari FK Unud/Yayasan Citra Usadha
Indonesia (YCUI) terhadap para pekerja seks dan remaja Bali menyimpulkan
hal yang sama. Pengetahuan para waria tentang penyakit kelamin juga sangat
rendah (6, II).
Harus diingat pula bahwa lemahnya aspek kognitif masyarakat kita tentang
AIDS memberi implikasi yang dalam terhadap proses perubahan perilaku
masyarakat. Sebab aspek kognitif (bahkan afektif) yang positif saja belum tentu
menghasilkan dampak positif pula terhadap aspek psikomotorik. Contohnya
adalah kasus perilaku merokok. Pemerintah sudah berusaha menyebarkan dan
menanamkan infonnasi secara luas bahwa merokok membahayakan kesehatan.
Tetapi seberapa jauh peringatan ini berpengaruh terhadap proses perubahan
peri laku masyarakat')
Akan halnya informasi tentang AIDS, jelas kita dapat membaca dua
tantangan yang harus kita hadapi. Pertama, bagaimana menyebarkan informasi
mengenai AIDS seluas-Iuasnya dalam waktu singkat. Kedua, bagaimana
infonnasi itu dapat secara efektif mengubah perilaku masyarakat.
Di dalam Strategi Nasional Penanggulangan HIV/AIDS di Indonesia
ditekankan bahwa penanggulangan AIDS dilaksanakan oleh masyarakat dan
pemerintah, dengan pelaku utama adalah masyarakat, LSM dan organisasil
lembaga non pemerintah berperan penting sebagai mitra setara bagi pemerintah.
Yang menjadi pertanyaan sekarang adalah, dapatkah kita mengandalkan
masyarakat sepenuhnya untuk mengambil inisiatif sebagai pemeran utama
upaya pencegahan/penanggulangan AIDS')
Kendala pertama sudah kita ketahui, yaitu pengetahuan masyarakat
mengenai AIDS dan ancaman epideminya adalah sangat kurang. Problem kedua
yang harus kita terima adalah kenyataan bahwa perhatian, kesadaran. kepedulian
dan tanggung jawab masyarakat untuk secara proaktif terl ibat dalam program
kesehatan boleh dikatakan kurang, - kepedulian terhadap kesehatan diri (self
health care) saja kurang, - lebih-Iebih kepedulian terhadap kesehatan orang

4
lain. Dr. Tuti Merati Parwati mengungkapkan . pada waktu pertama kali
infonnasi tentang bahaya AIDS diperkenalkan ke pada masyarakat. lokalisasi
WTS se mpat sepi selama lebih kurang seminggll. Tetapi setelah itu ramai
kembali (17).
Masih ada pemikiran bahwa program kesehalan merupakan tanggungjawab
pemerintah, bukan tanggllngjawab bersama antara pemerintah dan masyarakat.
Kita dapat membllktikan dengan melihat, seberapa banyak kontribllsi media
cetak dan elektronik swasta lIntuk menyebark an informasi mengenai AIDS
kepada masyarakat. Atau seberapa banyak pengusahaJpemilik mod al berlebih
yang cukup peduli untuk sekedar menyumbangkan dana bagi upaya pencegahan
AIDS. Begitu pula seberapa banyak anggota masyarakat yang bersedia menjadi
relawan atau terlibat aktif dalam LSM seperti Lentera Yogyakarta at au YCUI
di Bali .
Di dalam situasi seperti itu , apakah kita akan cukup bersabar saja menanti
kesadaran masyarakat untuk aktif berperan serta, semen tara kita harus berpacu
melawan ancaman potensial lonjakan epidemi ADIS di Indonesia?

SASARAN SENTRAL UPAYA PENCEGAHAN :


MATA RANTAI PENULARAN
Pembicaraan mengenai upaya pencegahan penyakit AIDS tentu saja tidak
lepas dari pembicaraan mengenai mata rantai penularannya. Penularan HIV
dapat dibagi ke dalam tiga kelompok :
a. Penularan melaJui tindakan medis, seperti transfusi darah, tindakan gigi ,
transplantasi/operasi lai nnya.
b. Penularan yang diakibatkan oleh perilaku tertentu masyarakat (pola
hubungan seks tertentu, penyalahgunaan obat bius injeksi) atau tindakan
tertentu oleh masyarakat yang tanpa disadari dapat berisiko pula, seperti
tattoo dengan jarum.
c. Penularan yang di samping melibatkan unsur medis juga melibatkan unsur
masyarakat pula. MisaJnya tindakan akupunktur, tindik teJinga, circumsisi
(sunat), yang di samping dilakukan oJeh tenaga medis, dapatjuga dilakukan
oleh anggota masyarakat non medis. Selain itu, tindakan medis seperti
suntikan memiliki kesan spesifik bagi sebagian masyarakat kita, sehingga
banyak tindakan suntikan yang tidak didasarkan atas indikasi medis, tetapi
Jebih disebabkan oJeh "perrnintaan" semata.
Fokus upaya pencegahan yang melibatkan peran serta masyarakat (PSM)
meliputi upaya pemutusan mata rantai penularan me lalui kedua proses
terakhir.
Ke l--hu:--usan c iri komunita :-- di mana pr o se~ pc nularan be rl ;m g"u ng
menyebabkJn perbedaan po la intervensi ualalll upaya pe mutusan mala rantai
penularan . "Komunitas tertutup" sepeI1i komunitas penJual dan pembe li ' jasa"
seks. kOlllunitas gay/waria dan komunitas pemakai obat biu s injeksi merupakan
kOlllunitas yang relatiftidak mudah diidentifikasi dan didekati tanpa pendekatan
edukatifyang tepa!. "Komunitas terbuka" meliputi masyarakat umum, terutama
yang rentan terhadap penularan, seperti tenag a medis/pasien tindakan meJ i.$
tertentu (transfusi darah, tindakan gigi , operasi, suntik , dll) dan pemakai jasa
tindakan non medis yang juga beri siko terkena penularan (relatif sedikit) sepert i
pengguna jasa tattoo. Komunitas terbuka ini relatif lebih mudah didekati
mengingat sifatnya yang tidak tersembunyi .

STRATEGI UMUM
Dengan berbagai pertimbangan mengenai respons masyarakat kita kini
terhadap penyakit AIDS, kiran ya dapat dipahami bahwa pemerintalh 'hams
menjadi penendang bola pertama dal a m program pencegahan dan
penanggulangan AIDS. Tindakan pertama adalah mengubah kesadaran
masyarakat, dari ketidaktahuan dan ketidakpedulian terhadap AIDS menjad i
pemahaman ten tang seluk beluk, mekanisme penularan dan pencegahan AIDS;
kesadaran tentang ancaman epideminya yang berkembang cepat da n
kemungk.inannya untuk menulari siapapun; serta kepedulian bahwa AIDS adal ah
masalah besar yang memerlukan tanggung jawab dan tindakan bersama.
Prakondisi ini harus terlebih dahulu diciptakan sebelum terwujud kond isi
di mana masyarakat ikut terlibat secara proaktif untuk mencegah d an
menanggulangi AIDS.
Upaya penggerakan PSM perlu diawali dengan penggalangan komitmen
bersama (national commitment) ten tang ArDS sebagai masalah bersama antara
pemerintah dan masyarakat (dalam hal ini tokoh-tokoh masyarakat sepe rti
tenaga medis, tokoh-tokoh agama, pemuka ma syarakat, intelektual, pemi lik
media massa/pengelola akses informasi, pekerja sos,ial, relawan, pengusaha!
sumber dan a, atau tokoh-toko'h masyarakat lain yang dapat diharapkan
keterlibatannya sebagai inti penggerakan PSM).
Di dalam Strategi Nasional tegas dinyatakan bahwa pemerintah
berkewajiban untuk membimbing, mengarahkan masyarakat, serta berperan
sebagai mitra setara bagi LSM. Hubungan antara pemerintah dan masyarakatl
LSM harus bersifat timbal balik, terutama dalam hal infonnasi epidemiologi .
Sebab upaya pemutusan mata rantai penul aran penyakit hanya akan berhasil
bila variabel epidemiolog inya (tempat penularan, saat penularan dan siapa saja
yang berisiko terkena) dikenal dengan baik. Dalam hal ini pemerintah dapat

6
meillberikan informasi tentang data epidemiologi global mcngcnai Illekani.~nlt?
penularan HIV yang tengah teljadi di masyarakal. sehingga LSM akan lebih
terarah dalam bergerak menentukan sasaran intervensi. Sementara masyarakat
dapat berperan sebagai referensi mengenai komunitas-komunitas terlutllp yang
kadang-kadang tidak diketahlli oleh pemerintah.

STRATEGI KHUSUS

a. "Brainwashillf{" Masyarakat: "Pembanjiran" Informasi


Kita menyadari bahwa titik lemah pertama program anti AIDS adalah
minusnya infonnasi yang diterima oleh masyarakat. Karcna itu penyebaran
informasi mengenai AIDS seluas-luasnya dan seefektif mungkin untuk
mengubah persepsi dan perilaku masyarakat merupakan hal mutlak pertama
yang harus dikerjakan. SeIuruh katup informasi harus dibuka lebar kepada
masyarakat, baik melalui media cetak (koran, majalah, poster, brosur,
baliho, dl1) maupun media elektronik (TV dan radio). Tentu saja peri l!
dipikirkan metode dan strategi komunikasi massa yang efektif agar
"social marketing" mengenai AIDS ini dapat menembus semua "segmen
pasar"/strata sosia1.
Masyarakat Indonesia, - meminjam anal isis Alvin Toffler
(futurolog) -, sebagian besar masih berada dalam tataran peradaban agraris
dan industrial, dan belum banyak yang tellah memasuki peradaban
informasi. Artinya, informasi belum menjadi konsumsi primer. Dan
konsekuensinya, upaya perolehan informasi bagi masyarakat terlebih
dahulu harus diberikan dengan "dipaksakan".
Media infonnasi yang tampaknya diterima paling luas oleh semua
lapisan masyarakat adalah televisi dan radio, sehingga jalur komunikasi
ini dapat diprioritaskan. Kita dapat belajar dari Perancis tentang "brain
washing" masyarakat dengan infonnasi AIDS melalu i TV.
Pada malam tanggal 7 April 1994, tujuh saluran TV Perancis secara
serentak menyiarkan program anti AIDS selama Iimajam lebih ke seantero
Perancis, justru pada jam-jam utama siaran. Di dallam program ini, porsi
sains dan porsi hiburan ditayangkan seimbang. Dari tontonan ini panitia
penyelenggara tontonan dapat mengumpulkan dana dari pemirsa sekitar
50 juta franc (Rp 17,5 milyar) (13).
Kita sudah mengawali program anti AIDS dengall komitmen bersama
antara pemerintah dan masyarakat (antara lain media massa), sehingga
seluruh media massa (baik cetak maupun elektronik) harus turut berperan
serta dalam melaksanakan program penyebaran informasi semacam ini.

7
1i 1 1'\1i"!11~l~i rel1lilli! l11e ngl'llai AIDS yaJlg perlll tlikel<thui Illa.\y<trakal
acLtlah
Problem ancaman poten sial epidemi AIDS yang lak dapal uianggap
remeh, karena dapat menulari ~iapapun .
Pengertian mengenai AIDS illl sendiri , seluk belum penularan dan
pencegahannya .
Fokus informasi penularan penyakit dapat dipusatkan pada inforrnasi
tentang bahaya penularan melalui pola hubungan seks tertentu (berdasarkan
penelitian, lebih dari 90% penularan virus HIV di Indonesia adalah melalui
hubungan seks) (9). Tetapi bahaya potensial penularan melalui mekanisme
lainnya tidak boleh diabaikan lIn tuk diinforrnasikan pula, seperti penularan
melalui jarum suntik yang tidak steril.
Ada anggapan di kalangan sebagian masyarakat kita, teru tama pad a
strata osiaI ekonomi menengah ke bawah, bahwa "suntikan adalah obat
utama" dan "belum afdoI kalau helum disuntik". Sehingga se ri ng kali
tindak an suntikan dilakukan hanya karena alasan sugesti emata. Oi lain
pihak kita harus menyadari bahwa karena keterbatasan fas ilitas (terutama
dan a), di sarana pelayanan kesehatan (terutama Puskesmas) disposable
syrin ge (spuit injeksi sekali pakai) sering dipakai berulang-ulang .
Kerawanannyajelas : apakah kita dapat meyakini sterilitas suntika n yang
dilakukan oleh tenaga medis/paramedis atau mantri-mantri liar kita?
Penye lesaian masalahnya jelas tidak cukup dengan intervensi terhadap
sarana pe layanan kesehatan yang ada, tetapi juga pada upaya mengubah
persepsi ku ltural masyarakat mengenai suntikan. Bahwa suntikan bukanlah
obat pokok, dan sesunggu hnya merupakan jalur penularan yang berbahaya
bagi ATDS, hepatitis, dan b berapa penyakit lain.
Media komunikasi mas sa ini dapat pula dipakai sebagai sa rana
penggalangan relawan yang mau berperan aktif dalam upaya pencegahan/
penanggulangan AIDS dan bergabung dalam LSM, serta sebagai sa rana
penggalangan dana.
Kelemahan yang sering terjadi dalam proses penyampaian informasi
melalui media massa antara lain adalah pesan yang diberikan kurang
transparan, kurang inforrnatif dan komunikatif.
Pe nulis pemah melihat beberapa baliho di sebuah kota yang bergambar
simboI seks lelaki dan wan ita. gam bar pria dan wanita, serta gllrita
bertuliskan AIDS yang mencengkeram bola dunia dengan tul isan
"waspadalah terhadap bahayaAIDS" . Mungkin baliho ini cukup inforrnatif
bagi se bagian masyarakat, tetapi bagi kalan~an lain yang masih buta sarna

8
se\.;ali telltang AIDS a\.;all tnasa (ida\.; memberikall pengerti~ln yang utuh
mengenai apa itu AIDS dan bagaimana penularannya .
Kultur masyarakai kita sudah terbiasa dengan gaya ungkap
euphemislik untuk menyampaikan sesuatu. Seringkali dirasakan kurang
sopan untuk menyampaikan sesuatu dengan gamblang tanpa kalimat
berbelit-belit. Lebih-Iebih untuk hal-hal yang dianggap tabu untuk
dibiearakan di depan umum. Di dalam kerangka komunikasi mas s a,
euphemisme semacam ini dapat membuat informasi yang ingin
disampaikan menjadi kabur, bahkan mungkin akan di salahpahami. Karena
itu untuk informasi vital semaeam penyakit AIDS, kita harus berani
berbieara lebih lugas. Misal di dalam baliho tadi dituliskan mengenai akibat
berhubungan seks dengan WTS , seseorang dapat tertular HIY.
Bahasa ungkap yang komunikatif juga akan lebih memudahkan
informasi dalam menembus pasaran . Pendengar radio berbahasa lawa
tentunya akan lebih tertarik mendengar informasi mengenai AIDS bila
informasi ini ditumpangkan pada aeara wayang kulit atau karawitanl
gending lawa, daripada sengaja disiarkan dalam aeara dialog semi ilmiah
atau eeramah (meskipun disampaikan dalam bahasa lawa).
Dr. Sounthone Nanthavongdouangsy, seorang dokter di Laos, membuat
sebuah seri lagu-Iagu edukatif kesehatan sebagai salah satu eara
menyebarluaskan infonnasi mengenai AIDS (18) .
Dengan modus yang sama, pemerintah dapat bekerja sama dengan
LSM untuk mengadakan semaeam festival lagu dangdut, pop atau rock
yang khusus bertemakan pendidikan mengenai AIDS. Atau dapat pula
dengan menggelitik kepedulian para penulis lagu agar mau menulis lagu
lagu bertemakan AIDS.
"Pembanjiran" informasi AIDS ini hams dilakukan seeara periodik
oleh semua media massa, sampai kita yakin bahwa mata masyarakat sudah
terbuka lebar.

b. LSM Sebagai Inti Penggerakan PSM


Taktik brainwashing masyarakat dengan infonnasi mengenai AIDS
ini diharapkan dapat meneiptakan pra kondisi masyarakat yang sadar
AIDS . Tahap berikutnya, kita dapat berharap LSM yang bergerak di bidang
upaya peneegahan dan penanggulangan AIDS dapatlahir dengan sendirinya
di tengah masyarakat seperti halnya yeUI di Bali dan Lentera Yogyakarta
(7,8,17) .
Bagaimanapun LSM merupakan tulang punggung penggerakan PSM.
Oleh karena itu sebaiknya di setiap wilayah (terutama di daerah dengan

9
Ill\Jbilllas penJuduk Jan insiden penuiaran linggi) lerdap<llillinimal seh llah
LSM.
Modd intervensi terhadap komunitas tertutup seperti yang telah
dilakukan oleh YCUI dan Ltntera Yogyakarta dapat dijadikan acuan bagi
LSM lainnya. Dengan memasliki lingkllngan komllnitas tersebut (seperti
lokalisasi, daerah lampu merah atau pangkalan transaksi seksuallain, pub,
diskotik, night dub), para relawan inti LSM dapat memberikan penerangan.
membagi-bagi brosur atau kondom. Pendekatan ini memang tidak mudah,
mengingat sifat komunitas tertutup sebagai bagian dari anggota masyarakat
yang sering dipandang tidak terhormat. Tetapi sekali LSM dapat melakukan
rekrutmen kaderlrelawan dari kalangan tersebut (seperti yang dilakukan
oleh YCUI dan Lentera Yogyakarta yang berhasil merekrut kade r dari
kalangan WTS, waria, gay, gigolo, maupun dari kalangan konsume n jasa
seks seperti supir dan nelayan/pelaut), akan lebih mudah lIntllk
menyebarkan informasi tentang AIDS ini.

Barangkali satu hal yang masih harus dikaji oleh LSM adalah artiklliasi
sasaran penyampaian informasi yang seharusnya lebih dititik
beratkan terhadap konsllmen jasa seks. Harus diingat bahwa pemakaian
kondom sebagai cara pencegahan penularan AIDS justru a mat
tergantung pada konsumen. Demi "pelayanan yang memuaskan", produsen
jasa seks seringkali tidak dapat memaksakan pemakaian kondom pada
konsumen.

Penelitian di Kenya, Rwanda dan Malawi menyimpulkan bahwa


program anti AIDS harus diutamakan pada upaya pengubahan perilaku
seks laki-Iaki, mengingat kebanyakan wanita tidak pada posisi berhak
menuntut pemakaian kondom ( 15 , 16). Secara kultural, situasi di Indone
sia pun mmp.

Dengan pengandaian bahwa mayoritas pekerja seks adalah wanita,


dan dengan posisi kultural dan transaksionalnya (sebagai produsen jasa
seks) yang memaksanya berposisi sebagai subordinat laki-Iakilkon su men,
maka tentunya konsumen sebagai sasaran intervensi akan lebih ber
pengaruh positif pada upaya pencegahan penularan.

Masalahnya memang konsumen jasa seks sebagai bag ian dari


komunitas tertutup merupakan kelompok yang lebih sukar diidentifikasi
dan didekati daripada produsen. Bila upaya intervensi/dialog oleh LSM
terhadap konsumen tidak dapat dilakukan seakrab terhadap produsen, LSM
dapat melakukan dialog pasif. Misalnya dengan menempelkanl
menyediakan poster-poster tentang AIDS,.brosur, dan kondom gratis di

10
lokalisasi. at au hotel/motel dan tempat-tempat transaksi seks lainnya.
agar dapat diketahui dan dimanfaatkan oleh konsumen.

c. SaS(/r{//I-.m.mU/II nlllg Tlik Bo/eli Di/I/p(/koll


Sebuah epidemi AIDS dapat dirinci ke dalam beberapa lingkungan
kecil epidemi. Seperti di Thailand dan India, terdapat lingkaran-lingkaran
epidemi di an tara pemakai obat bius, epidemi di antara kaum gay, epidemi
di dunia prostitusi, epidemi di antma pasangan heteroseksual, yang masing
masing mempunyai pengaruh dan kecepatan penyebaran sendiri-sendiri
( I ).
Sejauh penelitian yang ada, penularan AIDS di Indonesia terbanyak
disebabkan oleh perilaku seksual menyimpang (9). Sehingga upaya
pencegahan penularan dengan memprioritaskan upaya intervensi terhadap
pekerja seks, secara epidemiologis sudah benar. Tetapi kita tidak boleh
melupakan jalur penularan yang lain, seperti penularan di antara pemakai
obat bius.
Dalam hal ini pemerintah dan masyarakat (LSM dan relawannya) dapat
secara timbal balik bertukar informasi dalam mengidentifikasi dan
mengintervensi kelompok tersebut.
Sebagaimana komunitas tertutup lainnya, komunitas pemakai obat
bius pun merupakan komunitas yang sukardiidentifikasi dan diintervensi.
Lebih-Iebih dengan adanya ciri kriminal yang sering melekat pada
kelompok ini. Andaikata komunitas ini tak dapat didekati, LSM dapat
berperan dalam upaya preventif melalui pembinaan dan rekrutmen kader
dari anak sekolah (yang seringkal i menjadi bagian dari konsumen obat
bius selain anak-anak jalanan).

d. Pendidikan Seksualilas, AIDS, dan Agama


Komunitas terbuka yang rawan penularan seperti anak sekolah dan
pekerja perusahaan yang termasuk kelompok usia seksual aktif merupakan
lahan garapan informasi yang tidak boleh ditinggalkan.

Sudah sejak lama terjadi kontroversi mengenai pendidikan seks untuk


remajalusia sekolah di dunia pendidikan kita. Tampaknya mengingat situasi
rawan AIDS yang kita hadapi saat ini, urgensi pendidikan seksualitas untuk
remaja ini perlu dipertimbangkan lagi. Berdasarkan 19 buah studi tentang
pendidikan seksualitas bagi remaja, terlihat bahwa pendidikan seks tidaklah
mengakibatkan teIjadinya peningkatan aktivitas seksual di kalangan remaja,
seperti yang dikhawatirkan selama ini (4). Bahkan aktivitas seks remaja

J I
Ji AS rahlln 1994 ccnJcrung I1lcnurun dibandingkan tahun 1990 (\)
Dcngan pendidikan sc ksualitas dan pcnyakit AIDS Ji sl'kolah. Jiharupkan
PSM Ji scktor kelol1lpok rClwan/lI s ia sekolah ini dapat Illcningkat.
Pendidikan agama di sekolahjuga bcrperan am at penting Han ya .~aja
kita perlu mempertimbangkan perubahan metode pendidikan agama agar
lebih berhas il sebagai pendidikan spiritual. Paradigma pasif-indoktrinasi
dalam pendidikan agama kiranya perlu diubah dengan paraJigma aktif
filosofis; bahwa seharusnya agama tidak diterima anak sebagai keharusan,
tetapi dicari sebagai kebutuhan. Dengan demikian fundamen spiritual yang
dibangun akan benar-benar kokoh.
Akan halnya dengan para pekerja perusahaan yang secara se ksual
merupakan kelompok aktif, merupakan tanggungjawab pemilik perusahaan
sebagai anggota masyarakat yang terikat komitmen bersama untuk
menanggulangi AIDS .

PENUTUP
Banyak upaya, banyak saluran komunikasi (channel) yang dapat digunakan
untuk menyebarkan informasi dan menggerakkan PSM dalam partis ipasi
proaktif untuk mencegah dan menanggulangi AIDS. Tetapi kita tetap harus
bertitik tolak dari dasar pemikiran bahwa PSM harus terl eb ih d' hulu
dikondisikan oleh pemerintah, sebelum dapat berjalan dengan sendiri nya.
Penggerakan PSM yang telah diuraikan di atas barangkali baru da la m s kala
sempit dan bersifat darurat, sementara kita masih bisa berbicara dalam s kala
yang lebih luas dan jangka panjang dalam upaya penanggulangan yang lebih
radikal , dengan mendasarkan pada anal isis stigma sosio ekonomi ku ltural
peradaban di balik epidemi AIDS ini. Kita mengetahui bahwa penyakit ADIS
mula-mula berjangkit akibat perilaku manusia yang menyimpang , seperti
prostitusi, pemakaian obat bius dan homoseksualitas.
Dan sini kita terpaksa berpikir bahwa intervensi kausatif terhadap AIDS
temyata harus dijabarkan kepada upaya intervensi terhadap le m baga sosial
seperti keluarga yang cacat psikologis, sistem sosio ekonomi yang kurang dapat
meratakan kesempatan kerja dan pembagian pendapatan yang layak, sis tem
sosio kultural masyarakat yang kurang sehat secara spiritual; yang kese muanya
merupakan rahim kelahiran lembaga prostitusi dan perilaku pemakaian obat
bius (akibat pengangguran atau kegagalan pemenuhan kebutuhan psikologis
dari keluarga).
Upaya intervensinyajelas menjadi amat rumit, tetapi bukan tidak mungkin.
Dan di sini PSM akan mendapat tantangan yang jauh lebih berat.

12
DAFTAR PUSTAKA

I. Asian Medi ca l News: Indonesia, Philippines AIDS ~\"(/ming. Hong.kong.:


MediMedia Asia, August 1993 No.8 Vol. IS
2. Harian "KOMPAS": AIDS di Thailand don Indollesia. Semalam dalam
Hidup Liam dan Lisa. Jakarta: PT Kompas Media Nusantara, II Mei 1994.
3. Harian "KOMPAS": Ak/ivi/as Seks Rel71aja AS Menurun . Jakarta: PT
Kompas Media Nusantara, 23 Mei 1994.
4. Harian " KOMPAS ": Asia, Waspadalah terhadap AIDS. Jakarta: PT
Kompas Media Nu sa ntara , 11 Agustus 1994 .
5. Harian "KOMPAS" : Jika dibiarkan, Tiga Ju/a Penduduk Indonesia akan
Tertu/ar AIDS. Jakarta: PT Kompas Media Nu sa ntara , 2 Mei J 994.
6. Harian "KOMPAS": " Kamasutra " dan Kondom Pahit. Jakarta: PT
Kompas Media Nusantara, J Agustus 1994.
7. Harian "KOMPAS": Lentera Yogya Dekati WTS untuk Pencegahan AIDS.
Jakarta: PT Kompas Media Nusantara, 30 Mei J 994.
8. Harian "KOMPAS": Len/era Yogya, Semanga/ Kaum Muda Memerangi
AIDS. Jakarta: PT Kompas Media Nusantara, 28 Juli 1994.
9. Harian "KOMPAS": Ny. Tu/i Try Sutrisno: AIDSjua Berdampak Merugikan
di Bidang Sosial Politik. Jakarta: PT Kompas Media Nu santara, 6 Juli
1994.
10. Harian "KOMPAS": Presiden Instruksikan AIDS Segera Dicegah. Jakarta:
PT Kompas Media Nusantara, 2 J April 1994.
I I. Harian " KOMPAS" : Remaja Bu/uhkan Pendidikan Seks dall Penyuluhan
AIDS Secara Dini. Jakarta: PT Kompas Media Nusantara, 9 Agustu s 1994.
12. Harian "KOMPAS": Strategi Nasional Penanggulangan AIDS. Jakarta:
PT Kompas Media Nusantara, 28 Juli 1994.
13. Harian "KOMPAS": Tujuh Saluran TV Perancis Serentak Siarkan Film
AIDS. Jakarta : PT Kompas Media Nusantara, 1 J April 1994.
14. Harian "KOMPAS": 1,5 Juta Orang Indonesia Bisa Terkena AIDS /996.
Jakarta: PT Kompas Media Nusantara, 17 Juni 1994.
15. Medicine Digest: AIDS Prevention: Rwanda and Malawi. Hongkong :
MediMedia Asia, Vol. 11 No.7 July 1993.

13
16. MedIcIne Digest: AIDS Spread ill Ken\'({. Hongkong' MedlMedl<l ASIa.
Vol. 11 NO.7 July 199.3.
17. Raka Santerl: Tltli Panm/i: AIDS M ellwhu Mallllsia Sa.lulli. Da larn:
Harlan "KOMPAS", Jakarta PT Kornpas Media Nusantara. 10 Juni 1994.
18. Tony Kahane: Laos al AIDS Crossroads. In: Asian Medical News.
Hongkong: MediMedia Asia. July 1994 No.7 Vol. 16.

14
REKAYASA PERILAKU SEBAGAI AKAR

PENCEGAHAN DAN PENANGGULANGAN AIDS **)

Oleh Dr. Nina Kemalasari *)

Ketika diadakan Seminar AIDS di Bengkulu dua tahun yang lalu. seorang
teman dari Kanwil Kesehatan tampak kurang setuju. Menurutnya, pembicaraan
ten tang AIDS di bengkulu masih terl'a~ u dini. "Persoalan masyarakat saat ini
masih berkutat di seputar diare dan infeksi saluran pernafasan". katanya.
Kemudian saya menulis sebuah artikel di harian daerah satu-satunya di Provinsi
Bengkulu. Intinya, saya menyatakan bahwa sesungguhnya tidak ada istilah
terlalu dini bagi suatu usaha pencegahan . Apalagi jika mengingat begitu
cepatnya penularan penyakit tersebut serta meningkatnya arus wisatawan dan
migrasi ke provinsi ini.
Ada kisah seorang mahasiswa yang dipindahkan orang tuanya dari Pulau
Jawa ke Bengkulu. Si bapak telah habis sabar melihat ulah anak laki-Iakinya
yang sudah melakukan hubungan intim kelewat batas. Untuk memberantas
perilaku itulah kemudian ia "membuang" anaknya ke Bengkulu, tempat yang
diketahuinya sebagai provinsi muda yang tentunya bebas "polusi". Sayangnya
si bapak tidak pemah tahu bila kemudian putranya itu pun menjadi langganan
dokter untuk penyakit kelaminnya yang kesekian kali di tempatnya yang baru.
"Tidak ada kegiatan sih," bela si anak tanpa rasa bersalah!
AIDS memang menjadi perdebatan, apakah termasuk masalah moral atau
kesehatan. Jika melihat dampak yang ditimbulkan penyakit tersebut jelaslah
merupakan masalah kesehatan dan sosial. Namun jika melihat penyebabnya,
masalah moral jauh lebih berperan. Walaupun di Jepang ada 2000 penderita
Hemofilia yang menderita penyakit maut AIDS tersebut melalui transfusi darah ,
tapi ditemukannya virus penyeba.b AIDS dalam jumlah besar di cairan sperma
serta data yang menunjukkan bahwa 73,2 persen penularan terjadi melalui
hubungan seksual yang menyimpang.
Berbicara mengenai perilaku memang tidak mudah. Mengubah perilaku
tidak semudah membalik telapak tangan , itu jelas. Perilaku adalah produk
kebiasaan. Kebiasaan itu dibentuk dalam proses panjang bahkan memakan
waktu bertahun-tahun . Seringkali pula kita cepat menyerah bila pembicaraan
sampai pada faktor kebiasaan. Kebanyakan kita menganggap bahwa adalah
mustahil mengubah kebiasaan seseorang yang telah mendarah daging dalam
dirinya .
0) Pendidikan penulis : Dokter. FK-UI, lulus 1991.
00) Juara 11 Lomba Karya Thlis Bidang Kesehatan 1994

15
Sebenarnya kalau kita mencermati. "elalu ada saja or'JIlg.-orang yang de ng,ln
tiba-tiba mengubah perilakunya. Orang yang semula pe roko k herat tiba-tiiba
saJa sudah berhenti merokok sarna sekali setelJh diberitahu oleh do kter bahwa
ia harus memeriksak a n paru-parunya. Orang yang tadinya begitu jom l.;.
membuang sampah sembarangan . tiba-tiba saja selalu menyimpan sampahnya
sampai ia menemukan tempat sampah, setelah ia tahu ada sanksi bagi pelanggar
kebersihan . Apa yang menyebabkan perubahan kebiasaan tersebut? As o siasi!

Orang yang berbedfi akan mengasosiasikan hal atau kegiatan yang sarna
sebagai sesuatu yang berbeda. Perbedaan cara pandang ini ditentukan oleh
asosiasi/persepsi yang timbul di alam pikiran bawah sadar masing-masing orang.
Perokok akan mengasosiasikan rokok atau kegiatan merokok sebagai sumber
kenikmatan yang dikehendaki . Sedangkan bukan perokok akan mengaso s ia s i
kan rokok atau kegiatan merokok sebagai sumber penderitaan yang perlu
dihindari .

Asosiasi sese o rang ditentukan oleh pengkond isian/pemaparan. Proses


pengkondisian berlangsung terus-menerus, baik disadari atau tidak, baik karena
rekayasa kita sendiri atau hanya karena rekayasa orang lain. Pengkondisian
menentukan sikap mental. Sikap mental mempengaruhi perasaan. Dan perasaan
mengarahkan perilaku kita .

Misalnya saja, di simpangjalan yang menuju rumah kita terpampang papan


reklame besar yang berisi rayuan untuk membeli rokok merk tertentu . Di sana
tampak gambar seorang pemuda gagah berpakaian perlente sedang menghisap
rokok dikelilingi gadis-gadis cantik . Kita melalui simpang itu setiap hari dan
tanpa kita sadari iklan itu telah merekayasa pikiran kita. Alam bawah sadar
kita menyimpan pesan-pesan bahwa merokok itu gagah, merokok itu mewah,
dan dipuja gadis-gadis.

Pesan-pesan itu akan kita percayai jika kita tidak punya keinginan keras
untuk menyingkirkannya. Mental kita akan mengambil sikap bahwa merokok
itu perlu . Jika tidak merokok , kita akan merasa ada yang kurang, merasa tidak
lengkap, karena itu kita merokok terus.

Orang-orang yang dengan tiba-tiba mampu mengubah kebiasaannya seperti


yang dicontohkan di atas , membuat tandingan kepercayaan yang dibentuk papan
reklame dengan kepercayaannya sendiri atau mengubah kepercayaan lama yang
dibuatnya sendiri dengan kepercayaan barunya. Orang yang tiba-tiba berhenti
merokok tadi terus-menerus membayangkan gambar rontgen paru-paru
keropos atau tubuh kerempeng yang mengidap kanker dan anak istri yang
bergantung padanya. Karena itu ia dengan mudahnya membalikkan asosiasinya
dengan mengidentikkan rokok sebagai sumber penderitaan. Orang yang

16
Illenuauak tertib Illembuang :--aillpah pada tempatnya bisajaui l11elllbayangbn
besar denda yan g harm dikeluarkannya atau rasa malu yang: amat sangat bila
diadili di depan orang ramai sehingga ia kemudian mengasosiasikan buang
sampah ~embarangan sebagai sumber penderitaan yang perlu dihindari.
Asosiasi dengan penderitaan dan kenikmatan ini perlu dimunculkan
mengingat hal itulah yang selalu berada di balik motivasi atau hasrat tindakan
seseorang. Pada dasarnya ada dua hal yang mempengaruhi has rat seseorang.
Pertama, kebutuhan untuk menghindarkan diri dari penderitaan . Kedua,
kebutuhan untuk memperoleh kenikmatan .
Karena kebiasaan merupakan gabungan dari pengetahuan , keterampilan,
dan hasrat, maka memiliki pengetahuan dan keterampi Ian saja tidak menjamin
terjadinya perubahan jika yang bersangkutan tidak mempunyai hasrat yang
cukup kuat untuk mengubah kebiasaannya. Para dokter yang seharusnya
paling tahu korelasi negatif antara merokok dengan kesehatan tetap saja
meneruskan kebiasaannya itu jika ia memang tidak berhasrat untuk
menghent ikann y a.
Sekarang masalahnya, dalam menghadapi AIDS, apakah brosur-brosur
serta penyuluhan-penyuluhan lain yang diadakan selama ini sudah mampu
menggugah hasrat seseorang untuk mengubah perilakunya? Apakah berbagai
penyuluhan baik secara langsung maupun dari media cetak dan elektronik itu
cukup intensif dan bersaing dengan kenikmatan-kenikmatan seksual vulgar
yang ditayangkan media-media tersebut? Dan yang lebih penting mungkin,
apakah penyuluhan-penyuluhan tersebut sampai kepada masyarakat atau dengan
kata lain sesuai dengan bahasa masyarakat?

BAHASA MASYARAKAT
Anggota Karang Taruna , tim penggerak PKK, kader Posyandu, dan
pengurus Dasawisma yang telah dibekali pengetahuan secukupnya mengenai
cara penularan, pencegahan, serta akibat penyakit AIDS oleh pihak Puskesmas
dapat melanjutkan ilmu tersebut kepada masyarakat. Pemasyarakatan ilmu
tersebut kemudian dapat disesuaikan dengan "selera'.' masyarakat setempat,
tidak kaku, bahkan dapat berbentuk acara kesenian .
Kegiatan yang dilakukan LSM Lentera Yogyakarta berupa pergelaran
wayang yang didukung oleh para gay, waria, dan mahasiswa mengenai Rahwana
yang menderita karena tertular virus HIV, merupakan satu contoh penyuluhan
yang menggunakan "bahasa" masyarakat.
Sanggar Konseling Remaja (SKR) yang dipelopori PKBI di sekolah
sekolah menengah pun menggunakan "bahasa" yang sesuai dengan kliennya.

17
Para rClllaja yang dilat i h Illenjad i kon~u 1tan di harapkan lllalllpU merangk ul
teman-teman ~ebaya mereka yang bermasalah at au paling tidak Illenjad i
konsuitan untuk diri sendiri. lalur yang telah ditempuh LSM ini hendaknya
direspon dengan baik oleh para guru, siswa, pengambil keputll~an di tingkat
alas, serta penyandang dana agar terjaga kualitas dan kesinambungannya
Konsep "Kembali Bertanya kepada Orang Tua" yang mulai dicanangkan
Bapak Haryono Suyono, sebagai bagian dari program keluarga sejahtera.
selayaknya cepat diantisipasi. Bila para orang tua tidak segera dilatih atau
melalih diri sehingga mampu berkomunikasi dengan "bahasa remaja", maka
konsep yang ideal tersebut akan tetap mengawang-awang.
Bagi masyarakat kota yang sibuk, mungkin pelayanan hot line lebih sesua i.
Untuk itu LSM-LSM perlu mengembangkan sayap pada kegiatan in i
melengkapi hot line service yang mengkhususkan diri pada masalah AIDS dan
masih sedikit jumlahnya. Dan hendaknya pula informasi nomor telepon hot
line senJice tersebut dapat dengan mudah ditemukan baik melalui iklan layanan
masyarakat di televisi, radio, surat kabar, majalah, rumah sakit, restoran,
pertokoan, at au brosur.

lSI PENYULUHAN
Agar penyuluhan yang disampaikan mempunyai daya gugah sehingga
mampu menimbulkan hasrat untuk mengubah perilaku seseorang, agaknya
semata-mata penjelasan ten tang bahaya penyakit AIDS tidaklah cukup.
Bagaimanapun sisi manusiawi seseorang itu akan mudah tersentuh bila
berhubungan dengan contoh hidup. Perlunya seseorang belajar dari orang lain
yang telah menderita penyakit tersebut bukan berarti si penderita harns
dimunculkan di depan umum. Sesuai dengan Strategi Nasional Penanggulangan
AIDS di Indonesia yang di antaranya menghendaki agar konfidensialitas kasu s
dijaga dengan ketat, maka usaha menampilkan contoh hidup dapat disiasat i
melalui media dengar dan cetak.

Pembuatan buku-buku semacam biografi tersamar yang memuat


penderitaan fisik dan batin penderita AIDS berikut pesan-pesan mereka bagi
para pembaca tentunya akan sangat menggugah. Selain itu pembuatan kaset
kaset rekaman suara penderita dengan kisah hidupnyajuga merupakan altemati f.
Honor dan royalti penderita yang dibuat buku dan kasetnya ilu dapat
dikembalikan sebagai biaya pengobatan penyakit mereka yang tidak sediki t.

lika kita merunut upaya pencegahan dan penanggulangan AIDS sampai


ke akamya, tentunya kita sepakat bahwa ada masalah yang lebih mendasar lagi
daripada sekedar memiliki pengetahuan tentang penyakit tersebul.

18
Pad a kaum muda. penyimpangan perilaku seksual halllpir selalu berllluia
dari persoalan pencarian identitas diri . Bimbingan dan pengarahan yang tepat
dalam upaya menghargai diri sendiri. meningkatkan rasa percaya diri.
menelapkan lujuan hidup. kiat beradaplasi dan berkomunikasi serta membagi
waktu. sangat mereka butuhkan. Di lingkup inilah sebaiknya para orang tua.
penulis. penerbil serta pengasuh-pengasuh acara media elektronik memainkan
peran.
Penyimpangan perilaku seksual tidak hanya milik para remaja letapi juga
pasangan-pasangan yang telah menikah. Ketakutan terhadap AIDS yang
mematikan tersebut telah menyebabkan sebagian orang sibuk memodifikasi
perilaku seksual mereka. Kita hendaknya tidak melulu menyibuki usaha
pencegahan penyebaran penyakit tersebut tapi selanyaknya pula sibuk
menanamkan sistem nilai yang memberi kekebalan fisik dan emosional.
Kekebalan ini bisa diperoleh melalui hubungan eksklusif dengan partner seumur
hidup . Hubungan yang sah tersebut akan menimbulkan rasa aman, tenteram,
senang, dan kepuasan mendalam. Gaya hidup keseharian yang sehat ini akan
memperkuat sistem kekebalan tubuh. Sebaliknya setiap orang yang selalu
dihantui oleh rasa takut dan cemas, baik karena melakukan hubungan ekstra
marital atau tidak, biasanya akan m@mperlemah sistem kekebalan tubuhnya
sendiri sehingga lebih rentan terhadap penyakit AIDS.
Dr. Harold LieJ, pionir masalah-masalah seks dan pernikahan,
menggambarkan apa yang disebut sebagai FAIDS atau Fear oj AIDS.
Menurutnya, setiap orang takut terhadap AIDS, tetapi rasa takut itu tidak akan
membuat suami istri menemukan keintiman sejati. Keintiman dalam hubungan
itu hams mereka bangun dengan akal pikiran yang sehat.
Sayangnya tidak semua pasangan menyadari perkawinan yang langgeng
dan berbahagia harus diusahakan, tidak terjadi begitu saja. Ketika saya mulai
membaca dan menerjemahkan buku How to make love to The Same Person
Jor The Rest oj Your Life and Still Love It, seorang sepupu terheran-heran dan
merasa saya masih terIalu muda untuk membaca tulisan seperti itu. Ia
membandingkan dirinya yang sudah menikah lebih dulu, sepuluh tahun lebih,
dan tidak merasa perlu membaca bacaan itu.Saya juga terheran-heran melihat
cara mereka berkomunikasi satu sarna lain. Mereka bisa sarna-sarna tidak tahu
bahwa mereka berada dalam tempat yang sarna. Mereka pergi sendiri-sendiri
ke tempat yang sarna dan pulang sendiri-sendiri [agio Si suami bisa tidak tahu
bila si istri akan berpergian ke tempat yang jauh beberapa detik lagi. Si istri
pun bisa tidak tahu sedang berada di mana suaminya selama berhari-hari.
Menumt saya, hubungan mereka sudah bukan seperti suami istri namun
layaknya kakak beradik saja. Tidak ada getaran-getaran lagi dalam hubungan
mereka.

19
Belurl1 seksai terjemahan itu .saya buat. Ibu Camat kami tenarik dan
mcminta saya menyampaikan isi ouku tersebut dalam seouah acara arisan
bulanan di kompleks perumahan Pemda. Di situlah saya melihat ol' tapa hausnya
mereka dengan upaya-upaya mempertahankan kebersamaan suami-istri.
Mereka meminta saya segera menyelesaikan terjemahan buku terse out dan
bahkan meminta agar suami-suaml mereka pun diceramahi.
Buku karya Dagmar O'Connor, Direktur Program Terapi Seksual
Departe men Psikiatri di Pusat Rumah Sakit St. Luke's-Roosevelt New York,
ini berisikan hal-hal praktis yang mampu membuat hidup keseharian yang
datar dan ham bar menjadi indah. Mungkin banyak buku-buku lain yang juga
menarik untuk dibaca dan diterapkan dalam mempertahankan suasana mesra
di rumah tangga . Bolehnya kiranya diperbanyak dan dipublikasikan di mana
mana, baik melalui arisan, pengajian, acara Dharma Wanita, pertemuan RT,
dan sebagainya.

INTENSITAS PENYULUHAN
Untuk mudahnya, teori pembentukan kebiasaan yang diterangkan di muka
dapat dipersingkat sebagai berikut : hal-hal yang lebih sering kita lihat dan
dengarlah yang akan membentuk perilaku leita. Ini berarti bahwa jika kita
ingin mengasosiasikan AIDS itu dengan penderitaan maka kita harus sering
terpapar dengan gambar-gambar serta cerita-cerita menyedihkan tentang
pengaruh AIDS. Banyaknya poster-poster panas yang menggairahkan serta
cerita-cerita porno harus ditandingi pula oleh banyaknya poster-poster serta
kisah-kisah anti AIDS.
Seringkali yang paling mudah dan sering kita temui justru papan-papan
reklame rokok atau lainnya dengan gambar wanita berpakaian seronok . Andai
para pengusaha rokok mau bekerja sarna dengan Departemen Kesehatan dan
mengganti gambar-gambar "syur" tersebut dengan iklan layanan masyarakat,
tanpa harus menghilangkan nama produk andalan mereka di bawahnya, betapa
idealnya. Jika pihak produsen rokok keberatan dengan pencantuman bahaya
merokok pada produknya atau tidak setuju dengan asuransi kesehatan bagi
perokok, barangkali sumbangsih penggantian ilustrasi billboard begini lebih
berkenan bagi mereka.
Mungkin juga billboard BKKBN yang tampak hampir di setiap simpang
jalan-jalan utama dapat dimanfaaatkan. BKKBN dapat lebih mendaya
gunakan papan tersebut dengan pesan-pesan yang tetap sederhana namun
sanggup mempengaruhi alam pikiran bawah sadar seseorang. Contoh-contoh
kalimat yang dapat digunakan ialah "Kami Keluarga Sejahtera", "Saya Cinta
Keluarga", "Saya Bangga dengan Keluarga Saya", "Keluarga adalah Tempat

20
Kembali". atau "Suami/lstriku. Ternan Seurnur Hidupku". Jika setlap orang
menangkap pesan-pesan ini setiap hari niscaya alam pikiran bawah sadarnya
akan dipenuhi oleh segala citra positif tentang keluarga. Sehingga perilakunya
pun akan selalu berangkat dari rasa cinta terhadap keluarga.
Juga dengan adanya kaset-kaset yang membentuk citra diri yang positif
atau tutur kisah kehidupan para pengidap AIDS serta perawat mereka. kita
akan lebih mudah menyerap pelajaran daripadanya. Bagi orang-orang yang
sibuk dan "hidup dijalan" bentuk kaset beginijelas lebih efektif. Mereka dapat
dengan asyik mendengarkan kaset-kaset tersebut di sepanjang perjalanan dari
dan ke tempat kerja atau kala menanti lampu hijau menyala di perempatan.

DAFTAR PUSTAKA

I. Covey, S.R. The Seven Habits of Highly Effective Poeple. New York:
Simon & Schuster Inc., 1990.
2. Latuihamallo, M . "Strategi Nasional Penanggulangan AIDS", Kompas
: ha1aman 9, 28 Juli 1994.
3. Sari, N.K. dan Hans J.Z.A. "Sikap Mental, Hasrat, dan Kebiasaan
Merokok. " Semarak : halaman 4, 20 Juli 1992.
4. Sari, N.K. "Menyambut Seminar AIDS di Bengkulu". Semarak : ha1aman
4, 21 September 1992.
5. Sebastianus, G. "Mendesak, UU Penanggulangan AIDS". Republika :
halaman 6, 23 Maret 1994.
6. Utama, E. "AIDS, Masalah Moral atau Kesehatan?" Semarak : halaman
4, II Agustus 1994.
7. Widijanto, T.P. "Lentera Yogya, Semangat Kaum Muda MemerangiAlDS".
Kompas : halaman 9, 28 Juli 1994.

21
PENYULUHAN AIDS BAGI PENUIVIPANG

ANGKUTAN UMUM DI KABUPATEN BELU,

NUSA TENGGARA TIMUR **)

Oleh Dr. Asep Purnama *)

I. PENDAHULUAN

1. PERKEMBANGAN AIDS DI DUNIA


WHO memperkirakan - jumlah keseluruhan secara komulalif - sepuluh
hingga dua belas jUla orang dewasa dan saW jUla anak di dunia ini suda h
mengidap HIV (Human Immunodeficiency Virus). Seliap hari , sekitar 5000
orang lerinfeksi HIV, salu infeksi baru seliap 18 delik.
Di daerah-daerah yang paling menderila, semua keluarga dan desa
sedang sekarat. Banyak negara yang sedang kehilangan rakyal mereka
yang paling produktif. Bagian-bagian dunia yang sampai saal ini belum
mengalami konsekuensi-konsekuensi yang mengerikan linggal menunggu
waktu. Begitu para pengidap HIV pertama dideteksi di sualu populasi,
HIV sudah menjalar secara luas.
Dengan lerulama menyerang orang dewasa usia muda d a n
pertengahan, AIDS membuallubang besar padajaring pengaman keluarga.
Berjuta-juta orang akan menjadi korban. Mereka yang mali karena AIDS
adalah kelompok usia produklif sehingga akan menimbulkan lanlangan
yang amal besar pada masyarakal untuk menyediakan pelayanan serta
bantuan bagi mereka yang dilinggalkan hidup lerlantar.
Masalah AIDS bersifal global karen a lidak ada benua di dunia in i
yang bebas HIY. Kenyataan sekarang, - berdasarkan perkiraan WHO yang
konservalif -, lebih dari 1,5 jUla wan ita, pria dan anak-anak di Asia Pasi fik
sudah terinfeksi HIY. Afrika, Sub Sahara mempunyai lebih dari 7 j Ula
infeksi secara komulalif. Tetapi tidak seperti Afrika, Asia mas ih pada
lahap pandemi awa!. Di kawasan Asia, HIV sedang menjalar dengan
kecepalan yang paling tinggi dibandingkan kawasan lainnya. Jika lidak
mengambillindakan yang menentukan, kawasan ini akan melampaui Afrika
dalam jumlah infeksi HIV bahkan sebelum akhir abad ini, sekitar tahun
1995. Pada lahun 2000 hampir 2 juta orang dewasa di kawasan ini akan
meninggal karen a AIDS.

*) Dokter Puskesmas
..) Juara In Lomba Karya Thlis Bidang Kesehatan 1994

22
Pad <.I t<.Jhun 2000 itu s;lja sctengah jut;l pengidap HIV ;lbn mcnjadi
pcndcrita AIDS dan membutuhkan pcraw;ltan . Tdapi epidemi AIDS yang
besar abn tingg<.ll land;lS di ;lwal ab;ld ke-21. Berjul<.l-juta para pengidap
HIV ;lbn membutuhkan di<.lgnosis. pengobal<.ln dan banlU;ln lIntuk hal
ini dan kondisi-kondisi lain. Seb;lgai bagian dari penderitaan heb<.lt
manusia yang terlibat, sistem kesehatan akan roboh di bawah tekanan itu
dan biaya-biaya kesehatan akan membumbung tinggi . Tetapi biaya-biaya
sosial dan ekonomi yang ditimbulkan oleh AIDS jauh melampaui hal-hal
tersebut di atas .

2. PERKEMBANGAN AIDS DI INDONESIA


Ada beberapa situasi dan kondisi yang memudahkan penularan AIDS
di Indonesia, antara lain letak geografis yang berbatasan langsung dengan
negara-negara yang prevalensi HIV-nya lebih tinggi . Lalu lintas antara
sesama negara ASEAN sangat ramai dan mudah karena tidak lagi
membutuhkan visa untuk kunjungan selama 2 minggu. Padahal Thailand
adalah salah satu negara anggota ASEAN yang penularan virus HIV-nya
paling cepat di dunia.
Semakin bertambahnya pintu gerbang masuk lewat bandara
internasional maupun pelabuhan laut, dan semakin baiknya jalur
transportasi antar provinsi memberikan kesempatan cepatnya penularan
karena para sopir ter!1lasuk kelompok risiko tinggi.
Di Indonesia - menurut data Departemen Kesehatan per 28 Februari
1994 - jumlah kasus AIDS sudah menjadi 52 orang dan HIV positif 158
orang. Mereka tersebar di 14 Provinsi. Dari jumlah tersebut (210 penderita)
sebanyak 162 orang laki-Iaki. DKl Jakarta berada di peringkat atas (32
penderitaAIDS dan 36 pengidap HIV). Disusul Irian Jaya (54 HIV positif),
Bali (8 AIDS dan 20 HIV), Jawa Timur (5 AIDS dan 18 HIV), Riau (I
AIDS dan 16 HIV), Jawa Barat (4 AIDS dan 4 HIV), Sumatera Selatan
( 3 HIV), DI Yogyakarta, Sumatera Utara, Sumatera Barat, Jawa Tengah,
Kalimantan Barat, Kalimantan Timur dan Nusa Tenggara Barat.
Penjelasan Menko Kesra selaku Ketua Tim Penanggulangan AIDS
Nasional pada Rakemas AIDS, diperkirakan pada tahun 2000 sekitar satu
juta (low estimate) sampai 2,5 juta orang Indonesia yang HIV positif.
Karena AIDS mempunyai fenomena gunung es maka jumlah penderita
yang ada dapat dianggap hanya sebagian kecil dari sejumlah besar para
pengidap HIV yang tidak terdeteksi . Indikasi yang jelas menunjukkan
bahwa Indonesia menghadapi tantangan AIDS yang besar adalah waktu
lipat dua (doubling time) kecepatan menular HIV yang pada tahun 1991
sudah mulai kurang dari I tahun .

23
Sebagai kesimpulall lbpat dikatakan bahwa o rdlll:' Asi ,l k'rillasuk
Ind o ne ~ ia.
tidal.. lagi mempunyai dasar apapun untuk mcyakini bahw,[
he ncana alau musibah AIDS tidak dapat terjadi di kawa ~ an ini . HIV sedall ~
men yebar di kawa san ini dan Indonesia bukanlah pe ngec u'llian.
Me nl'adari akan bahal'a ancaman AIDS. Ind onesia llle mbc ll tuk Tim
P e nanggulangan AIDS Na s io nal yang dike tuai Menteri Koo rdinat o r
Ke sejahte raan Rakyat. Tim inilah yang akan merumu skan d an men c tapkan
kebijaksan aan dan strategi yang bers ifat linlil s sekt o r atau be ra spck
intemasional.

II. lSI

1. ANCAMAN AIDS DI KABUPATEN BELU


Luas Wilayah Kabupaten Daerah Tingkat II Belu adalah 2.445,57
Km2, terdiri dari 8 buah kecamatan yan g meliputi 8 buah kelurahan dan
74 buah desa. Penduduknya berjumlah 222.599 pada tahun 1991 dan
menduduki peringkat kedelapan di Provinsi Nusa Tenggara Timur.
Kabupaten Belu berbatasan dengan Kabupaten Timor Tengah Utara
dan Kabupaten Timor Tengah Selatan di sebelah Barat. Sedangkan di
sebelah Timur berbat asan dengan Provinsi Timor Timur. Selat Ombai
berada di sebelah Utara, dan Laul Timor berada di sebelah Selatan
Kabupaten Belu.
Jadi , Kabupaten Belu berada di tengah Pulau Timor. Sedangkan kota
Atambua - ibu kota Kabupaten Belu - menjadi penghubung berbagai kota
dari Provinsi Timor Timur (Dili, Maliana, Suai, Oekusi dll ) ke Provinsi
Nusa Tenggara Timur (Kupang, Soe, Kefamenanu dll) atau sebaliknya.
Melihat letaknya yang strategis ini, maka tidak mengherankan jika
banyak pengusaha Belu yang menginveslasikan modalnya di bidang
transportasi. Sebagian besar angkutan umum yang berope rasi di Pulau
T imor adalah milik pengusaha Belu. Berdasarkan data dari Dinas L alu
Lintas dan Angkutan Jalan Kabupaten Belu per 24 Maret 1994, tidak
kurang dari 223 angkutan umum milik 25 perusahaan beroperasi di
Kabupaten Belu. Angkutan kota sebanyak 54 buah, angkutan pedesaan 81
buah. Angkutan umum antar Kabupaten sebanyak 45 buah, sedangkan yang
ke Provinsi Timor Timur sebanyak 43 buah.
Sebagai kota transit, Atambu a juga memiliki segi negati f ya itu masal a h
prostitusi. Atambua memiliki daerah lokali sas i Wanita Tuna Susila yang
te rletak di kilometer 12 arah Dili. Lokalisasi tersebut telah ditutup sejak

24
bulan Agustus 1994. Tentu tidak ada yang berani Illenjaillin bahwa dengan
ditutupnya lokalisasi tersebu t Illaka prostitusi sudah lenyap dari Belu.
Apalagi harian Po s Kupang pernah Illelaporkan adanya prostitusi
terse lubung di sini. Keadaan se perti ini Illalah se makin meillpers ulit
petugas untuk membina para WTS tersebut.
Keadaan di atas memudahkan penyebaran AIDS di Kabupaten Belu.
Semakin baiknya jalur trasnportasi antar kabupaten maupun antar
provinsi memberikan kesempatan cepatnya penularan. Apalagi dengan
diutamakannya pembangunan di kawasan Timur Indonesia, maka arus
migrasi ke NIT akan meningkat. Virus HIV yang sudah menyebar di 14
provinsi akan ikut migrasi ke NIT, tennasuk ke Belu. Pengeboran minyak
di celah Timor dan kerja sarna NIT dengan Australia yang semakin erat
juga merupakan salah satu pintu gerbang masuknya virus ini ke NIT,
yang pada gilirannya akan sampai ke Belu.
Untuk mengantisipasi keadaan ini perlu segera dilakukan tindakan
untuk mencegah menyebamya virus HIV di Belu . Salah satu kegiatan
pokok untuk itu adalah penyuluhan kesehatan dan penyebarluasan
infonnasi seputar masalah AIDS.

Tabel 1 Jumlah Kumulatif Kasus AIDSIHIV(+) Menurut Provinsi yang


Dilaporkan di Indonesia
Lamp . 3

s.d. 31 Jan 94 Februari 1994 Marel 1994


No . Prov in si JUMLAH
AIDS HIV (+) AIDS HIV(+) AIDS HIV(+)

I. Sumatera Utara 0 2 0 0 0 0 2
2. Sumatera Barat 0 I 0 0 0 0 I
3. Riau I 14 0 2 0 0 17
4. DKI Jakarta 32 36 0 0 I 0 69
5. Jawa Barat 4 4 0 0 2 0 10
6. Jawa Tengah 0 I 0 0 0 0 I
7. 0 .1. Yogyakarta I I 0 0 0 0 2
8. Jawa Timur 5 17 0 I 0 0 23
9. Kalimantan Barat 0 I 0 0 0 0 I
10. Kalimantan Timur 0 I 0 0 0 0 I
II. Bali 7 20 I 0 0 0 28
12 . Nusa Tenggara Bara! I 0 0 0 0 0 I
13 . Irian Jaya 0 54 0 0 0 0 54
14 . Sumalera Sdalan 0 0 0 3 0 0 3

Keterangan: Sarnpai dengan 31 Maret 1994


Sumber Bagian Humas Oepartemen Kcsehatan Pusat, Jakarta.

25
2. PENYULUHAN AIDS BAGt PENUMPANG ANGKtlTAN lI M lI M
01 KABUPATEN BELU

2.1. LATAR BELAKANG

Paling tidak ada 2 hal yang menyebabkan penduduk Kabupaten


Belu menyenangi musik . Pertama, adanya kebiasan berdansa tentu
dengan iringan musik, di seliap acara resepsi. Kedua, mayoritas warga
Belu beragama Katholik . Sedangkan menyanyi adalah salah sa tu
bagian dari ritual keagamaan pemeluk agama ini. jadi tidak
mengherankanjika sebagian besar penduduk Belu menyenangi musik.
Karena kegemarannya akan musik inilah maka hampir sem u a
angkutan umum dilengkapi dengan peralatan aUdio/tape . Musik
menjadi salah satu day a tarik penumpang. Mereka akan lebih senang
untuk menaiki angkutan umum yang ada musiknya.

Dikatakan bahwa penerapan Kebijaksanaan Nasional


Penanggulangan AIDS di daerah harus disesuaikan dengan situasi dan
kondisi daerah yang bersangkutan. Oleh karena itu kesengan penduduk
Belu akan musik perlu dimanfaatkan guna menyebarkan infonnasi
AIDS . Caranya dengan memberikan penyuluhan lewat tape . Materi
penyuluhan AIDS direkam pada sebuah pita kaset kemudian diputar
di tape angkutan umum. Dengan penyuJuhan semacam ini, para
penumpang sekaligus sopir dan konjak/kenek kendaraan umum
tersebut bisa mendapatkan infonnasi mengenai AIDS. Tentunya tidak
seluruh pita kaset berisi informasi AIDS. Sebab kalau demikian
halnya, pastilah akan membosankan dan penumpang tidak akan
mendengarkannya. Pita kaset yang akan diputar di angkutan umum
tersebut tetap berisi lagu-Iagu yang sedang populer dan digemari
penurnpang. Sedangkan info mengenai AIDS di sellpkan di antara
dua lagu . Jadi infonnasi AIDS hanya diberikan secara besar dan yang
penting-penting saja. Penumpang akan mendengarkan pesan AIDS
ini setelah mereka menikmati sebuah lagu.

26
Tabel 2 Daftar Jumlah Trayek. Perusahaan dan Jumlah Armada
Angkutan dalam Kabupaten Belu

Lamp. -+

Trayek lumlah Armada lumlah Perusahaan

Angkutan Kota 54 14
lal ur I 25
lalur II 0
lalur III 8
lalur IV 21

Angkutan Pedesaan 81 17
Atambua-Manlea 5
Atambua-Wedomu 3
Atambua- Weluli 9
Alambua-Haikesak 4
Atambua-Besikama 17
Atambua- Weoe 13
Atambua-Diudukfoho 4
Atambua-Bolan 3
Atambua- Kaputu I
Alambua-Alas 3
Atambua-Nuroho 13
Atambua-Alapupu 2
Atambua-Motaain I
Atambua-Silawan 2
Atambua-Labur I

Antar Kabupaten 45 5
Atambua-Kupang 29
Atambua-Soe 2
Atambua-Kafamenanu II
Atambua-Mena 3

Antar Provinsi 43
Atambua- Di Ii 20
Atambua-Suai 6
Atambua-Oekusi 6
Atambua-Meliana II

Sumber : Dinas Lalu Lintas dan Angkutan Jalan Kabupaten Belu Per 24 Maret
1994.

27
2.2. TAHAPAN PELAKSANAAN

Dalam melaksanakan penYllllihan AIDS bagi penumpan g


angkutan uillum . ada beberapa tahapan kegiatan ya itu Peillbentukan
Tim Penanggu langan AIDS Kabupaten Belu . Pembuatan Kaset
Penyuluhan AIDS. Pendistribusian Kaset Penyuluhan AIDS.
Pemuraran Kasel Penyuluhan AIDS. Evaluasi dan Pemantauan .

A. Pembentukan Tim Penanggulangan AIDS Kabupaten Belu


Untuk menanggulangi AIDS perlu dilakukan tindakan
pencegahan yang terdiri dari beberapa kegiatan. Pertama, kegiatan
pokok, yang meliputi penyuIuhan kesehatan, penyebaran
informasi dan komunikasi tentang AIDS . Lalu mencari dan
mengobati/menyembuhkan penderita penyakit menular seksual
konvensional. Promosi kondom untuk semua hubungan seksual
yang berisiko, skrining donor darah, dan sebagainya.
Kedua, tindakan penunjang non biomedik yang meliputi
pengendalian perilaku seksual berisiko ketularan dan menularkan
HIY. Mengatasi dampak negatif AIDS. Mencegah penya/ah
gunaan narkotik. Mencegah berkembangnya Iingkungan sosial
budaya dan ekonomi yang permisif terhadap perilaku seksual
bensiko. Pendidikan agama dan sebagainya.
Ketiga adalah kegiatan pendukung yang meliputi pelatihan,
pengembangan dan penyempumaan sarana, serta penelitian dan
pengembangan.
Mengingat banyak dan kompleksnya kegiatan pe
nangguJangan AIDS maka perlu dibentuk Tim Penanggulangan
AIDS di Kabupaten Belu. Tim ini nantinya akan merumuskan
dan menetapkan kebijaksanaan dan strategi lintas sektor.
Bapak Bupati menjadi penanggung jawab, sedangkan ketua
pelaksana dan sektor kesehatan . Tentu tim ini melibatkan semua
sektor terkait, termasuk sosial, penerangan, pendidikan dan
kebudayaan, tenaga kerja, agama, dalam negeri, pariwisata,
kehakiman, kepolisian, perhubungan serta pihak swasta.
Diharapkan dengan adanya tim ini maka semua kegiatan
penanggulangan AIDS - termasuk penyuluhan di angkutan
umum - bisa terkoordinir dengan baik dan berjalan lancar.

28
B. Pembuatan Kaset Penyuluhan AIDS
Perlu sebuah Tim Khusus untuk membuat kaset penyuluhan
AIDS, karena ada beberapa hal yang harus dikerjakan pada
lahap ini yaitu menyiapkan materi penyuluhan AIDS yang
komunikatiL menyiapkan lagu pilihan yang sesuai de ng a n
selera penumpang, dan merekam materi penyuluhan AIDS dan
lagu pilihan dalam sebuah pita kaset.
Untuk pembuatan kaset penyuluhan ini palin g tidak ada 2
sektor yang terlibat yaitu sektor kesehatan dan Radio Pemerintah
Daerah Tingkat U Belu. Mengingat peranan kaset ini sangat vital
dalam program penyuluhan AIDS bagi penumpang angkutan
umum, maka harus disiapkan dan diproduksi dengan sebaik
baiknya.

B.t. Menyiapkan materi penyuluhan AIDS yang komunikatif


Istilah-istilah kedokteran dan kalimat-kalimat panjang
yang bertele-tele sebaiknya dihindari supaya pendengar tidak
bosan. Sebaliknya penggunaan bahasa daerah sangat
dianjurkan agar lebih komunikatif. Materi AIDS disampaikan
secara umum (garis besar) dan yang penting-penting saja
mengingat pendengar berada di at as kendaraan . Kalau
penyampaian informasi terlalu mendetail kemungkinan besar
pesan sulit ditangkap . Oleh karena itu format info yang
disampaikan seperti brosurlleaflet bukan sebuah artikel
panJang .
Untuk menyiapkan materi penyuluhan AIDS ini peranan
sektor kesehatan sangat besar.

B.2. Menyiapkan lagu pilihan


Lagu-Iagu pilihan yang akan direkam harus disesuaikan
dengan selera penumpang. Dengan demikian maka
penumpang akan mendengar lagu tersebut termasuk pesan
pesan AIDS yang diselipkan di antara 2 lagu. Daya tarik
awal bagi penumpang adalah lagu-Iagunya, bukan pesan
AIDS-nya. Jadi pemilihan lagu yang tepat menjadi salah
satu kunci keberhasilan diterimanya pesan-pesan AIDS.
Untuk menyeleksi lagu-Iagu mana saja yang pantas
untuk direkam, bisa bekerja sama dengan Radio Pemerintah

29
Tin gJ ,a l II Belu . Dari sural-surat paillinlaan lagu pard
pendengar ya ng Illa suk. RPD bisa Ill e ll ge lahui la g u <lpa ~aja
yang seda ng di ~ ukai masya rakat Be lu .

B.3. Merekam maleri pellyuluhall AIDS dall lagu piliha/l


Setelah materi penyuluhan dan lagu pilih a n s udah
di sepakati oleh Tim pembuatnya, Illaka langkah berikutnya
adalah merekam pada sebuah pita kaset. Untuk melakukan
rekaman bisa menggunakan fasilitas studio RPD.
Agar penumpang/pendengar tidak bosan, perlu direkam
beberapa jenis kaset penyuluhan AIDS. Dengan de mikian
pemilik kendaraan bisa memilih untuk membeli kaset mana
yang sesuai dengan seleranya.

C. Pendistribusian Kaset Penyuluhan AIDS


Di Kabupaten Be lu , para pemilik angkutan umum terga bung
dalam Organisasi Pengusaha Nasional Angkutan Bermotor di
Jalan Raya (Organda). DLLAJ memberikan pembinaan rutin
terhadap o rganisasi ini. Melalui organisasi inilah Tim
Penanggulangan AIDS bisa mendistribusikan kaset penyul u han
AIDS. Mi salnya dengan mengharuskan setiap kendaraan membeli
2 buah kaset tersebut pada saat kiir kendaraa nnya.
Dengan membeli kaset penyuluhan AIDS, - secara
ekonomi - para pemilik kendaraan tidak terlalu dibebani karena
setiap angkutan umum memang rutin membeli kaset lagu . Seperti
sudah dikemukakan di depan bahwa mus ik menjadi salah satu
daya tarik penumpang. Jadi biaya rutin yang se harusnya
digunakan untuk membeli kaset lagu dialihkan unluk membe li
kaset penyuluhan AIDS. Lagi pula kaset penyuluha n AIDS juga
berisi lagu-Iagu yang sedang digemari penumpang setelah
diseleksi dengan seksama oleh tim pembuatnya.

D. Pemutaran Kaset Penyuluhan AIDS


Yang memegang peranan utama untuk memutar kaset 1111
adalah sopir. Oleh karena itu perlu juga diberikan pembinaan pada
para sopir mengenai AIDS agar mereka men yadari dan mau
berparti s ipasi untuk memutar kaset tersebut. Selama ini
pembinaan terhadap para sopir memang sudah dilakukan oleh
DLLAJ, hanya untuk materi tentang AIDS belum dilakukan .

30
Tugas Tim Penanggulangan AIDS. yang akan dibenluk nanli.
unluk melakukan koordinasi.
Agar penumpang bisa menerima pesan-pesan yang
disampaikan. lenlang volume lape harus dialur sebaik mungkin.
Tidak lerlalu keras dan lidak lerlalu lemah. Kasel penyuluhan
juga harus dibual secara berkala -misalnya 6 bulan alau selahun
sekali- agar penumpang tidak bosan dengan lagu dan pesan yang
itu-itu saja.

E. Pemantauan dan Evaluasi


Untuk mengetahui apakah kegiatan penyuluhan AIDS di
angkutan umum efektif atau tidak, dilakukan pemantauan dan
evaluasi secara berkala oleh Tim Penanggulangan AIDS
Kabupaten Belu. Alat bantu untuk itu -salah satunya- ialah dengan
mengadakan kuis berhadiah. Caranya dengan menyampaikan
pertanyaan mengenai AIDS kepada masyarakat lewat radio
ataupun ditempel pada kendaraan umum. Penumpang atau
masyarakat umum yang pemah mendengar kaset penyuluhan
AIDS pasti bisa menjawab pertanyaan tersebut. Bagi mereka yang
ingin mengikuti kuis bisa menginmkan jawaban lewat kartu pos
ke Radio Pemerintah Daerah Tingkat II Belu. Semen tara itu setiap
bulan ada acara khusus AIDS di radio. Acara sepular AIDS di
RPD ini berisikan penyuluhan AIDS, menjawab pertanyaan
pertanyaan tentang AIDS dan masyarakat sekaligus dilakukan
penarikan undian kuis berhadiah.
Hadiah bisa diusahakan . Karena kuis berhadiah ini memakai
kartu pos dan perangko, maka kemungkinan besar jumlah
penjualan kartu pos dan perangko akan meningkat. Oleh karena
itu perlu dijalin kerja sarna dengan Perum Pos dan Giro agar mau
menyisihkan sedikit labanya untuk menyiapkan hadiah kuis
berhadiah ini .
Selain lewat kartu pos, kuis ini bisa menggunakan media
tiket bis antar kota. Di balik tiket bis dituliskan pertanyaan
mengenai AIDS . Penumpang bisa menuliskanjawabannya di atas
tiket tersebut, kemudian menginmkannya ke RPD untuk diundi
sebulan sekali. Hadiah untuk kuis likel ini bisa dimintakan pada
para pengusaha angkutan umum. Secara tidak langsung kuis likel
ini merupakan ajang promosi perusahaan angkutan. Masyarakat
tentu lebih tertarik dengan angkutan umum yang mengadakan

31
lInuian b~rhauiah ~ ~ma c alll ini, oleh !.;are na itu JlI III lah p~nuillrang
pun abn menin gkat. Jadi tidak terlalu m~njadi beb,m,ika sebagian
keuntungan pengu saha disisihkan untuk menyediak a n hadiah kllis
likl'1 ini, sebagai ganti penge luaran biaya promos i pe rusahaannya .
Penyelen ggaraan klli s be rhadiah ini bi sa juga bekerja ~ allla
dengan harian Pos Kupa ng. Kebetulan harian ini mempunyai
perhatian besar te rhadap penanggulanga n AIDS. Bag aimana
ea ranya? Barang siapa ingin mengikuti kuis bisa mengirimk a n
ja wabannya lewat kartu pos dengan syarat ditempe li kupon kui s
AIDS yang bi s a digunting dari Pos Kupang. Untuk bi s a
mendapatkan kupon kuis, masyarakat harus membeli Pos Kupang
agar bi sa mendapatkan kupon kuis AIDS. Diharapkan te rjadi
peningkatan tiras harian ini. Sebagian keuntung a n ini bisa
disisihkan untuk hadiah pemenang kuis ini .
Jadi seeara sederhana sudah bisa dilaksanakan 3 jenis kui s
berhadiah tentang AIDS, yaitu :
I. Lewat kartu pos, tanpa dibubuhi kupon kuis AIDS .
Siapa saja bisa mengikutinya .
2 . Lewat kartu pos yang dibubuhi kupon kuis AIDS.
Ini tentun ya hanya bisa diikuti oleh mereka yang memiliki
harian Pos Kupon .
3 . Lewat tiket bis antar kota.
Barang siapa memiliki tiket bis bisa mengikutinya.
Undian dari ketiga jenis kuis tersebut dilakukan seeara
bersamaan sebulan sekali di radio, saat berlangsungnya aeara
sepular AIDS.

Dan semua jawaban yang mas uk, -lew at kartu pos maupu n
lewat tiket bis,- kita bisa mengevaluasi sejauh mana pesan AIDS
sudah ditenma masyarakat Belu . Jika temyata respon masyarakat
eukup baik maka program penyuluhan AIDS bisa terus dijalanka n
dan lebih ditingkatkan lagi. Tetapi jika sebaliknya, maka perl u
dieari apa yang perlu d iperbaiki. Pada tahap mana yang masih
terjadi kekurangan . Ini semua menjadi bahan masukan bagi Tim
Penanggulangan AIDS Kabupaten Belu untuk dibahas bersama.
Jika kegiatan pokok di atas sudah berjalan dengan baik, mas ih
banyak kegiatan lain akan menyusul untuk mengembangkan yang
sudah ada, misalnya :

32
I. Penyuluhan Iewat tiket bis .
Pesan-pesan AlDS bisa dicetak di at as tiket bis.
2. Jumpa penggemar acara SeplItar AIDS.
Para peserta kuis dan pendengar acara SepttlM AI DS di Radio
Pemerintah Daerah Tingkat II Belu bisa dikumpulkan untuk
pergi ke pantai dan berdi s kusi tentang AIDS dengan para
dokter secara santai.
3. Kemah AIDS.
Diadakan perkemahan, di mana kegiatan dalam perkemahan
tersebut mengupas masalah AIDS .
4. Lomba menulis dan membaca puisi tentang AIDS.
5. Lomba cipta lagu AIDS.
6 . Lomba menyanyi lagu AIDS.
7. Dan lain-lain.

2.3. KEUNTUNGAN DAN KELEMAHAN


. Ada beberapa keuntungan melakukan penyuluhan AIDS di
angkutan umum, an tara lain :
I. Biaya murah
Tim Penanggulangan AIDS tidak perlu mengeluarkan banyak
biaya, biaya sebagian besar bisa dialihkan ke swasta. Atau
menjalin kerja sarna dengan berbagai pihak.
2. Cakupan banyak
Ada 223 angkutan umum yang ada di Belu . Anggap saja setiap
kendaraan dinaiki 50 penumpang/hari, berarti ada 11.150 orang/
hari yang mendengarkan penyuluhan AIDS tersebut. Berapa
orang yang mendengarkan dalam sebulan? setahun?
3. Jangkauan luas
Kendaraan umum yang ada di Belu mempunyai trayek sampai
ke desa, luar kabupaten bahkan ke luar provinsi.
4. Mudah dilaksanakan
Bagaimana susahnya jika kita memberikan penyuluhan
langsung pada ribuan orang di daerah yang begitu luas? Berapa
tenaga harus disediakan?
5. Menarik
Masyarakat tidak hanya diberi ceramah, tetapi mereka bisa juga
menikmati lagu-Iagu kegemarannya.

33
6. Memantau lebih mudah
Dengan adanya k uis berhad iah maka kegiat;jll pe nyu Iu ha n I n I
bisa dipanlau sekaligus dievaluasi dengan mudah .
7. Sasarannya termasuk sopir
Sopir merupakan salah salu ke lompok ri s iko tin gg i, o leh kare na
ilu harus diberikan pengertian yan g cukup ten ta ng AI DS.
8 . Sesuatu yang baru
Biasanya masyarakat selalu ingin mengetahui ha l-hal ba ru .
Penyuluhan ini termasuk metode baru di Kabupaten Belu .

9. Bisa dikembangkan lebih luas


Banyak kegiatan lain akan m e nyu s ul jika pe nyulu ha n In]
berhasil dijalankan .
10. Kegiatan yang positif bag i masyarakat Be lu
Dengan adanya keg iatan in i diharapkan masyarakat , -k hususnya
generasi muda- bisa mengisi hari-harinya de ngan keg iatan yan g
lebih bervariasi dan positif.
Kelemahan dari penyuluhan model ini adalah ti dak ad anya
komunikasi langsung. Selain itu, materi penyuluhan yang d iberik an
tidak mungkin terperinci. Tapi itu se mua bi sa ditanggulangi. C ara nya ?
Bekerja sarna dengan RPD dan Pos Kupan g. Semua pertan yaan yang
masuk bisa dijawab lewat radio atau koran tersebut de ngan lebi h rinci.

III. PENUTUP

Penyebaran AIDS yang sudah meliputi 14 provinsi di negara kita, membuat


Provinsi Nusa Tenggara Timur, -termasuk Belu-, harus semakin waspada.
Memang sekarang belum ada yang melaporkan adanya kasus HIV positif
maupun penderita AIDS di Belu. Akan te tapi dengan posisi geografis Be lu dan
arus globalisasi yang melanda dunia sangat mungkin virus tersebut suatu saat
singgah di Belu.
Pencegahan memang tidak mudah karena tidak adajalan pintas, t idak ada
vaksin ataupun peluru ajaih. Tapi bukan berarti kita tidak bisa mencegah nya.
Jika kita bertindak cukup cepat kita masih mempunyai ke sempatan untuk
menghindari skenario-skenario kasus yang paling buruk .
Langkah awal yang harus segera dilaksanakan adalah pembentukan Tim
Penanggulangan AIDS Kabupaten Belu . Langkah-Iangkah pencegahan segera
dilaksanakan . Kegiatan-kegiatan dibuat disesuaikan dengan kondisi dan situas i

34
dLlerah Belu. PenYllluhan AIDS bLlgi penlllllpang Lln gl\UlJ1l limlim merupLl bn
salah SLltu contoh kegialLln yang sesuLli dengLln kondisi Belu.
Semoga kegiatLln pen yulllhLln ini bisLl terlLlk sana seem'a efektif sebagai salah
satu eara untuk mencegah meluasnya AIDS di Kabupaten Belu tercinta.

DAFTAR PUSTAKA

I. Hartanto. Bali, AIDS dan Kondom di Hotel, MATRA No. 94, Mei 1994,
hal. J 39.
2. Hartono, Gandung. TaJ1(angan AIDS di Indonesia, dalaln Waspadalah
terhadap AIDS (2), Pusat Penyuluhan Kesehatan Masyarakat Departemen
Kesehatan Republik Indonesia, J993.
3. Utomo, Nona Pooroe dan JuJianto, Irwan . Pendidikan AIDS di tempa!
Kerja, KOMPAS, 4 September 1994, hal. J I.
4. .......... .... .. ... ... AIDS di Indonesia, HIGINA No. 34, 8 - 22 Juni 1994, hal.

16- 17.
5. .. ............ ........ Stralegi Global Pencegahan dan Penanggulangan AIDS,
dalam Waspadalah terhadap AIDS (I), Pusat Penyuluhan Kesehatan
Masyarakat Departemen Kesehatan Republik Indonesia, 1993.

35
W
0\

PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR

...

,..

1\.
PENANGGULANGAN AIDS DAN KETAHANAN

KELUARGA **)

Oleh Yahya Ansori *)

Secara nasional, pemerintah Indonesia terlihat lebih serius dalam


penanganan masalah AIDS . Keppres No. 36/94 merupakan kebijakan baru
pemerintah untuk penanggulangan penyakit yang terus berkembang dan
meminta korban ini . Di samping keterlibatan instansi lerkail, kebijakan baru
ini lelah mendasarkan, bahwa keluarga merupakan basis pertahanan mendasar
bagi ancaman AIDS. Sejalan dengan upaya penanggulangan AIDS, lulisan ini
akan membahas ancaman AIDS lerhadap kehidupan sosial-ekonomi
masyarakal, upaya yang perJu dilakukan, dan mengapa keluarga memiliki peran
penling dalam penanggulangan penyakil yang belum dikelemukan obalnya .

AIDS DAN BEBAN SOSIAL-EKONOMI


Di anlara penyakit menular yang pemah muncul, barangkali AIDS-Iah
yang segera menjadi ancaman serius kehidupan manusia. Sejak dikenalnya
tahun 1981 , AIDS telah menjadi penyakil yang lerus meminla korban.
Diperkirakan setiap 15-20 delik HIV menginfeksi satu orang . Sehingga
sampai akhir tahun 1993 kasus AIDS telah mencapai lebih dari dua jUla. di
antaranya 1,5 jUla kasus orang dewasa dan 0,5 juta kasus lainnya anak-anak
(WHO, 1993). Sedangkanjumlah infeksi HIV kini diderila 1O-12julajiwa dan
pada tahun 2000 nanti, angka ini diproyeksikan menjadi 30-40 juta infeksi
HIV atau 12-18 kasus AIDS.
Upaya medis harus dikembangkan, telapi hanya sebatas menghambal
saja. Obal Virus AIDS semacam AZT sampai kini hanya berfungsi sebagai
menghambal kerja HIY. Itupun dengan biaya yang amal mahal. Dalam
ketidakberadaan anti virus, maka biaya pengobatan penyakit AIDS sekitar
US$ 2.400. Jika biaya klinik US$ 10 per jam. Pengeluaran yang besar inipun
akhimya tidak bisa menjamin kelangsungan hidup penderita AIDS .
Pelayanan medis penyakit AIDS memang merupakan persoalan yang serius
di bidang ekonomi. Hanya yang mampu saja yang mendapatkan pelayanan.
Sebagian besar penderita yang umurnnya penduduk di dunia ketiga yang miskin
harus menyerah terkapar dan mati. Belum Jagi, penderita AIDS ilu umumnya
usia produklif. Dari 238 kasus HIV/ AIDS di Indonesia yang terlaporkan sampai
31 Agustus 1994, Jebih dari 70% adaJah usia 20-39 tahun. Kematian kelompok

.) Sarjana S I, Antropologi
U) Juara Harapan I Lomba Karya Thlis Bidang Kesehalan 1994

37
lI~i ~ 1 proelllktif ini ~lkan berarti pcnelcritaan ~o~ial-ekon o mi. Ka ~ lI~ eli Eisafaelur.
Peru dan negarcl tetangga kita. Thailand. Uganda dan Sub Sahara Afrika aelalLih
cermin k eg ana ~ an penyakit AIDS yang ~edang terjadi .
Kegana~an AIDS lebih mudah menyerang wanita serta memperburuk posisi
kallm hawa ini . baik secara ek o norni maupun ~osiaL Berbagai ~tudi di AS da n
Inggris oleh Leslified Faundation (lnd AIDS Pra vention Charity (1990)
menyebutkan, wanita tiga kali lebih besar kemungkinan terkena HIV daripada
laki-Iaki. Bilamana setiap hari wan ita melakukan hubungan seksual dengan
pasangan pengidap HIV, maka rata-rata dalam satu tahun akan terseran g AIDS.
Sedangkan laki-Iaki rata-rata akan terinfeksi HIV dalam kurun waktu dua tah u n
dan sembilan bulan. Keadaan yang lebih rentan terinfeksi HIV di kalangan
wanita adal a h kelompok wanita pekerja seksual. Di lingkungan ibu ruma h
tangga pengidap AIDS yang sedang mengandung 30-40% bayi yang difahirkan
akan tertular AIDS. Bayi-bayi itu akan mampu hidup maksimal 3-5 tahun. AIDS
telah menjadi ancaman bagi kesinambungan generasi. AIDS pula yang
memungkinkan lahimya anak-anak yatim yang menambah beban keluarga dan
sosial. AIDS memang merupakan malapetaka.

PENGEMBANGAN KIE AIDS


Kendati para ahli terus berjuang mati-matian untuk mencari formula vaksin
dan obat AIDS, rupanya belum bisa menaklukkan virus dengan struktur yang
unik ini. Bahkan ahli virologi yang menekuni khusus seluk beluk virus HIV
sekaliber Montagnie r dan Gallo pun angkat tangan. Sehingga hanya upaya
preventiflah yang bisa dilakukan untuk mengerem laju kematian manus ia akibat
AIDS. Upaya penyebarluasan informasi ten tang AIDS secara luas perlu
dikembangkan untuk meningkatkan kewaspadaan masyarakat dari se ranga n
AIDS.
Pengembangan komunikasi, informasi dan edukasi (KIE) untuk masyarakat
luas bukan tanpa masalah. Di antara masalah mendasar dalam pengembangan
KIE AIDS ini adalah stigma masyarakat tentang penyakit AI D S da n
penderitanya, serta masalah penanganan terhadap penderita AIDS.
Pandangan dan sikap prejudice terhadap kelompok masyarakat tertentu
bisa saja muncul di masyarakat, sebagai bentuk stigma sosial mereka terhadap
penderita AIDS. Ketika kaum homoseksual banyak yang menjadi korban
penyakit maut ini, orang menganggap bahwa AIDS adalah penyakit orang homo .
Ketika AIDS banyak diderita oleh orang asing, orang pun cenderung mendug a
bahwa AIDS penyakit orang asing . Ketika AIDS mewabah di kalangan pekerja
seksual, maka orang pun menyangka bahwa penyakit yang mematikan ini mili'k
mereka. AIDS dianggap milik dan hanya mengancam kelompok masyarakat

38
tertentu. Di sini AIDS telah menjaJi Illasalah prejudice dan deskrilllinasi.
Anggapan orang bahwa AIDS diderita kelompok-kelompok tertentu telah
membllahkan anemo dan sikap sosial negatif. dari yang setuju mengasingkan
sampai setujll mengutuk dan mengkarantina.
Setelah kini AIDS menjadi penyakit mematikan yang tidak mengenal batas
wilayah. ras dan golongan, anemo masyarakat dan sikap sosial negatif serupa
itu, kini mulai luntur. Sikap yang negatifterhadap penderitaAIDS akan terkikis
bersamaan dengan meningkatnya pengetahuan masyarakat tentang AIDS.
Kepekaan masyarakat terhadap berbagai aspek sosial yang menyertai masalah
AIDS. Bahkan kini setelah dikeluarkannya Keppres 36/1994 secara
kelembagaan AIDS tidak lagi hanya dipandang urusan Depkes, tetapi seluruh
lembagaiInstansi terkait termasuk onnas, LSM dan pihak swasta memiliki
kewajiban yang sama dalam menghadapi masalah AIDS.
Upaya edukasi AIDS untuk meningkatkan pengetahuan dan kewaspadaan
masyarakat menghindari AIDS ternyata tidak selalu mudah dilakukan. Upaya
kondomisasi misalnya, kita mesti berhadapan dengan masalah yang ambivalen
sekaligus antara (kesan) menghalalkan seks bebas yang jelas haram menu rut
agama, atau melakukan tindakan rasional demi pencegahan AIDS.
Rendahnya rata-rata pendidikan serta aneka macam golongan dan segmen
masyarakat rupanya menjadi persoalan tersendiri dalam melancarkan edukasi
AIDS. Para pekerja seksual, baik LTS (Laki-Iaki Tuna Susila) maupun WTS
(Wanita Tuna Susila), orang yang suka "jajan" di luar adalah di antara perilaku
risiko masyarakat yang perJu penanganan segera. Terbukti, beberapa segmen
masyarakat yang berperilaku risiko ini amat rendah pengetahuan mereka tentang
AIDS (Parwati dan Sarlito, 1991). Hal ini membuat mereka sembarangan saja
dalam berhubungan seksual. Mereka tidak sadar bahwa AIDS selalu mengintip
dan berupaya menyerangnya lewat hubungan seksual tidak aman (unsafe-sex).
Di sini, pengembangan edukasi AIDS tentang perilaku risiko di masyarakat
masih terasa kurang. Edukasi AIDS secara komunikatif, menjadi tuntunan
mendesak dalam rangka penanggulangan AIDS.

INTERVENSI PERILAKU
Sampai akhir Agustus 1994, epidemi HIV/AIDS di Indonesia 238 orang.
Melihat angka ini, orang pun bisa berargumen, AIDS belum apa-apa toh
kasusnya masih sedikit bila dibanding dengan keseluruhan penduduk Indone
sia yang kini sekitar 180 jutajiwa. Akan tetapi, mengingat perkembangan AIDS
sebagai fenomena gunung es makaepidemi HIV/AIDS di Indonesia itu bukanlah
gambaran yang sesungguhnya. Banyak paparan HIV di masyarakat yang belum
sempat at au tidak terdeteksi, karena keterbatasan sarana dan sistem surveilan.

39
Bagl Inuonesia. Al DS uapat berkembang biak Illelalui perilaku ~cksllal
beflsiko. Penyebaran AIDS melalui hubungan seksual akan lIlungklll
berkembang sehubungan dengan kian meningkatnya mobilitas penuuuuk uari
satu tempat ke tempat lain, serta makin meruyaknya praktik pelacuran di
berbagai teillpat yang umumnya terselubung. Ada dugaan. kelompok masyarakat
yang cenderung berperilaku risiko tertular AIDS adalah : orang yang scring
bepergian, para pelaut yang suka mendarat di berbagai pelabuhan, buruh
bangunan migran, serta para pengemudi kendaraan/truk.
Prediksi terhadap kalangan tertentu yang rentan tertular AIDS itu bukan
tanpa alasan. Studi kasus terhadap buruh bangunan migran di Bali dan sopir
truk Denpasar-Surabaya (1992), menunjukkan bahwa, banyak di antara mereka
yang kurang paham soal AIDS dan sering menjajakan seksualnya secara tidak
aman. Dari 30 buruh bangunan di sebuah proyek di Kabupaten Badung - yang
diamati secara kualitatif, 27 di antaranya suka main dengan pelacur yang sering
tanpa kondom, 14 orang pemah terjangkit penyakit hubungan seksual (PHS)
dengan frekuensi 4-7 kali. Dari 120 sopir yang melakukan perjalanan 4-7 kali
PP Denpasar-Surabaya diketahui, sebagian besar (68,33%) sering mencari
pelacur yang tersedia di jalanan. Praktik seksual tidak aman (tanpa kondom)
dan di sembarang tempat serta seringnya terkena PHS tersebut adalah "keadaan
yang empuk" bagi penularan AIDS. Masih dominannya praktik seksual tidak
aman, serta multiple partner yang terlibat adalah serangkaian indikasi, prostitusi
dapat menjadi terminal meledaknya AIDS.
PenularanAIDS Iewat seksual bukan hanya mungkin terjadi pada kalangan
tertentu seperti mereka yang menerjunkan diri dalam praktik prostitusi, tetapi
juga di masyarakat luas, termasuk kalangan remaja. Sebagaimana yang sudah
banyak disorot media massa, secara empiris memang perlu diakui, telah terjadi
pergeseran di masyarakat dalam perilaku seksual. Betapapun masih perlu dikaji
secara lebih kritis dan proporsional lebih lanjut, perilaku seksual di kalangan
generasi muda semakin longgar. Banyak mereka yang setuju hubungan intim
itu terjadi di luar atau sebelum nikah . Adakah ini berarti seks itu, meminjam
istilah wimpie. yang semula berfungsi sebagai prokreasi (keturunan) ini berubah
fungsi sebagai relasi dan institusi. Seks kini telah beralih fungsi sebagai hiburan.
Meluasnya hubungan seks secara bebas di masyarakat yang cenderung
menggejala kini adalah "Lampu kuning menjelang merah" bagi malapetaka
AIDS.
Penularan AIDS melalui jalur nonseksual juga perlu terus diperhatikan.
Dalam kaitan ini, skrining darah perlu terus dikembangkan untuk mengantisipasi
penularan AIDS lewat donor darah, pengembangan rasionalisasi pelayanan
suntikan di Pusat Kesehatan Masyarakat,juga perlu didukung oleh para petugas
kesehatan. Kemungkinan penularan AIDS lewatjarum suntik ini cukup rentan,

40
l11t'ngingut Illusih hidupnya bllduyu "Illinlu slintik" di Illu~yurukat. dun belum
lerjul11innyu ~ecura penuh slerilitus dan ra~ionalil:.ls pel11berian sunlikan (Yahya.
Indraguna. 1994).
Selllua kenyalaan yang rentan bagi penularan AIDS tersebut lenlu
Illerupakan pertimbangan Illendasar bagi penanggulangan penyakit mematikan
ini . Edukasi AIDS untuk meningkatkan kewaspadaan masyarakal terhindardari
malapetaka ini perlu terus digencarkan. Bahkan lebih jauh, pembinaan khusus
di kalangan Illasyarakat yang lebih mungkin berperilaku risiko juga perlu
dikembangkan. Intervensi perilaku dalam penanggulangan AIDS memang
saatnya dijalankan. Untuk mendukung intervensi perilaku ini dukungan
peneJilian kebijakan dan penelitian aksi sebagai pendukung program KIE AIDS
di Illasyarakat.

AIDS DAN KETAHANAN KELUARGA


Tahun 1994 ini, tema hari AIDS sedunia adaJah "AIDS dan Keluarga ".
Selaras dengan lema ini, Keppres 36/1994 menggariskan bahwa memperkuat
ketahanan keluarga adalah pola mendasar dalam penanggulangan AIDS. Dalam
kaitan ini, Dr. Michail Merson, direktor eksekutif program AIDS global (GPA)
menyatakan tenlang pentingnya kehidupan keluarga yakni keluarga yang diikat
oleh cinta kasih, kepercayaan, saling memberi dan keterbukaan berada pada
posisi terbaik untuk melindungi sesama dari ifneksi HIY. Keluarga yang dapat
melllberikan pertahanan dan perlindungan secara dini terhadap ancaman AIDS
dan melakukan perawatan bagi yang sudah terinfeksi HIV (BAI, Vol III, No.
3, 1994).
Sebagaimana disebutkan dalam Keppres 3611994, pentingnya kehidupan
keluarga sebagai basis penanggulangan AIDS ini bagi masyarakat Indonesia
sungguh konstruktif. Ini bila dihubungkan dengan hakikat , peran dan fungsi
keluarga sebagai nudes masyarakat. Pertama, keluarga sebagai institusi sosial
edukatif. Di sini, keluarga menjadi wadah untuk pembinaan nilai etika, moral
dan ajaran keagamaan bagi anggota dan lingkungan masyarakatnya.
Kedua, keluarga sebagai institusi sakraL Eksistensi dan perkembangan
suatu keluarga dilandasi oleh kesadaran dan tanggung jawab transendentaL
Ketiga, keluarga sebagai unit ekonomi, yakni adanya sistem kehidupan
ekonomi untuk menopang kelangsungan dan perkembangan keluarga. Taraf
dan kualitas kehidupan banyak ditentukan oleh kondisi ekonomi ini .
Keempat, keluarga sebagai fungsi reproduksi, yakni adanya kesinambungan
antar generasi. Dalam kaitan ini, keluarga memiliki peran dalam mendidik dan
membesarkan putra-putrinya, agar dapat tumbuh dan berkembang dengan baik
dan seimbang.

41
KI'IiIl1({. keluarga Illemiliki fung si sos ial-budaya. yakni ternpat mcmbina.
melestarikan dall mengembangkan tradisi masyarakatnya.
Keberadaan keluarga se bagai unit sosial-religius yang antara lain memiliki
peran ecJuka!lif tersebul. maka keluarga dapal menjadi basis yang kual cJala l11
mengantisipasi masalah AIDS. baik preventif. yakni melakukan antisipasi dini
untuk menjaga keluarganya dari serangan AIDS, maupun rehabilitatif dan
kuratif. yakni merawat secara wajar bagi anggola keluarga yang lerpapar virus
yang belum dik e temukan vaksin dan obatnya ini.

PENUTUP
AIDS akan menjadi masalah sosial ekonomi yang serius bila terlambal
melakukan antisipasi. KIE AIDS untuk meningkatkan pengetahuan dan
ke waspadaan masyarakat perlu terus digalakkan, termasuk upaya interven s i
perilaku di kalangan tertentu yang cenderung berperilaku risiko.
Peranan multi sektoral dalam penanggulangan AIDS akan lebih berhasil
bila setiap keluarga dalam masyarakat Indonesia mampu berperan akt if
dalam mengantisipasi masalah AIDS .

DAFTAR PUSTAKA

Berita AIDS Indonesia, Vol III, No.3, 1994


Data Perkembangan Kasus HI VIA IDS di Indonesia s.d. 31 Agustus 1994, Ditjen
P2M dan PLP Depkes RI.
Mari ya h, Emiliana. Perilaku seksual Buruh bangunan di Denpasar (suatu studi
kasus); Laporan Penelitian, UPLEK FK Unud , 1992.
Parwati, Tuti. Pen gem bangan Mate ri Peny uluhan AIDS unlLlk beberapu
Kelompok Sasaran di Propinsi Bali, Proceding Seminar Nasional
AIDS, UPLEK FK Unud, Juli 1991.
Pinalih, Indraguna. Praktik Pemberian suntikan di empat Puskesmas di Bali.
Journal JENN edisi 2 th . 1994.
Suarmiartha, Efo. Perilaku Seksuai Berisiko terhadap pelluiaran AIDS
Pengemudi Truk Denpasar-Surabaya; laporan penelitian, UPLEK FK
Unud , 1992.

Wiraw a n, Sarlito. Pen elitian kelompok Risiko di Jakarta dan Denpasar,


Proceding Seminar Nasional AIDS, UPLEK FK Unud, Juli 1991.

42
PERAN WANITA DALAM MENGANTISIPASI

PENYEBARAN AIDS **

Oleh Qomariah *)

PENDAHULUAN

Hampir semua masyarakat di dunia dan di Indonesia pernah mendengar


atau membaca di surat kabar dan majalah tentang penyakit AIDS. AIDS yang
disebabkan oleh virus HIV yang dapat mengakibatkan rusak dan menurunnya
sistem kekebalan tubuh manusia sehingga akan membawa maul. Beberapa
media massa menggambarkan makin terlihat adanya hubungan yang erat an tara
wan ita dan penyebaran AIDS . Beberapa surat kabar di Indonesia memberitakan
bahwa dalam pemeriksaan darah seorang WTS yang terkena HIV, kemudian
setelah beberapa bulan dia melahirkan anak. Berita lain, seorang WTS diketahui
terkena HIV dan kemudian diketahui bahwa pacar tetapnya juga terkena.
Kaum wanita mungkin akan berpikir, wanita-wanita yang diketahui terkena
itu tentu di masa akifnya sudah menyebarkan kepada beberapa ratus orang
laki-Iaki, dan ratusan laki-Iaki itu sudah menyebarkan kepada ribuan wanita.
Jangan-jangan suami atau pacar saya dan bahkan mungkin saya pun ada di
dalam Iingkaran tersebul.
Virus HIV memang menyebar seperti deret ukur ke seluruh penjuru dunia
baik di daerah perkotaan maupun di pedesaan. Di beberapa negara Afrika angka
kematian orang dewasa menjadi tiga kali lipat karena AIDS. Pelayanan
Kesehatan menjadi kewalahan, karena lebih dari 80% tempat tidur di RS
ditempati oleh orang-orang yang menderita penyakit yang berkaitan dengan
infeksi HIY.
Beberapa negara di Asia Tenggara tidak dapat mengelak dari serbuan AIDS,
jumlah kasus HIV meningkat secara kumulatif. Oi Indonesia kasus AIDS terus
bertambah, sampai akhir tahun 1993 jumlah orang yang dilaporkan HIV
seropositif yaitu 193 orang. Jumiah orang yang terkena HIV digambarkan seperti
gunung es. Angka 193 adalah angka yang didapat melalui pemeriksaan khusus
yang dapat dimisalkan dengan bagian atas gunung yang terlihat dari luar.
Sedangkan untuk keseluruhan yang terkena HIV, pada akhir 1993 itu WHO
memperkirakan jumlahnya di Indonesia sebanyak 34.000 orang .
Sepuluh tahun yang lalu pria merupakan dua pertiga orang dewasa yang
terinfeksi HIV karena penularan melalui hubungan homoseksual dan pecandu
obat bius sangat menonjol di negara-negara Eropa dan Amerika. Namun

*) Master in Community Health Research University or Western Australia .


.. *) Juara Harapan U Lomba Karya Thlis Bidang Kesehatan 1994

43
sekarang pe rbedaan jumlah yang terk e na H1V antara pria dan wanita ~udah
tidak ada lagi karena lebih dari 90(k penularan H1V seeara seksual.
WHO Illeramalkan bahwa pada tahun 2000 nanti le bih dari separuh infe ksi
HIV baru adalah wanita dan bayi yang tertular dari ibunya. Di Afrika angka
kematian bayi meningkat karena satu dari tiga orang anak yang dibhirkall () l eh
ibu yang tertular HIV terkena H1V dan me ninggal akibat AIDS. Sisanya dua
pertiga menjadi yatim piatu karena ibu atau bapaknya meninggal karena AIDS.
Posisi wan ita menjadi terbalik. Tadinya sebagai orang yang ditularkan.
sekarang menjadi orang yang menularkan. Wan ita yang tadinya dikategorikan
sebagai insan yang lemah lembut, pemalu, penuh perasaan, setia dan tegar dalam
menentang poligami, sekarang dianggap sebagai makhluk yang menakutkan,
bebas seks sehingga patut dicurigai sebagai penular AIDS.
Hubungan heteroseksual makin memegang peranan penting dalam
penularan HIV, di mana dalam hubungan ini wan ita lebih mudah terinfeksi
HIV dibandingkan pria yaitu 10 : I. Tulisan ini mengemukakan tentang
kehidupan cinta dan seks , kemungkinan terjadinya penularan HIV secara
heteroseksual pada wanita, serta membahas peran wan ita terutama di Indonesia
dalam upaya mencegah makin meluasnya penularan HIV tersebut.

WANITA : CINTA, SEKS DAN AIDS

Sesungguhnya sampai sekarang belum ada definisi yang komprehensif


dan dapat diterima secara luas tentang apa itu cinta. Seperti halnya dengan apa
itu sehat dan hidup itu sendiri. Cinta dan sehat temyata lebih mudah dirasakan
daripada didefinisikan. Menurut Karen Horney cinta adalah kemampuan untuk
memberi dan menerima kasih sayang yang ditandai oleh adanya kepercayaan
dan kemantapan (stabilitas) perasaan. Dalam film 'Love Story' Kant, seorang
filsuf mengimajinasikan 'love means never having to say you are sorry ' yang
diterjemahkan dengan manis 'cinta arlinya tidak pemah menyesali (apapun ,
lermasuk perbedaan alaupun kesalahan yang pemah terjadi anlara keduanya)'.
Seorang pakar seksuologi Havelock Ellis mengatakan cinla sebagai perpaduan
antara persahabatan dan seks . Seks merupakan lilik pangkal keberadaan manusia
dan masyarakal. Banyak cara untuk memanlapkan hubungan cinta dan seks,
lelapi yang paling dapat dilerima secara agama dan sosial adalah melalui ikatan
perkawinan .
Kehidupan seksual wanila yang sejali biasanya selalu dihubungkan dengan
perasaan cinlanya. Namun pada kenyalaannya wan ita dapal dikelompokkan
menurul aktivilas kehidupan seksualnya dan benluk hubungan dengan
pasangannya sebagai berikul.

44
I. Sebagai wanlla mandiri dalam seks. lidak berhubungan dengan siapapun.
2. Sebagai istri dari suami yang saling mencintai.
3. Sebagai kekasih dari seseorang yang saling mencintai.
4. Sebagai istri atau kekasih dari seseorang yang tidak atau kurang saling
mencintai
5. Sebagai istri at au keka:sih dari beberapa pria (free sex)
6. Sebagai wan ita yang melayani seksual pria-pria yang membutuhkannya
(WTS).

Peran wanita tersebut diurut sesuai dengan posisinya untuk dapat


terkontaminasi HIV dan kuat lemahnya hubungan batin antara wan ita dan
pasangannya. Pada kelompok nomor dua dan tiga, cinta diartikan dengan adanya
kepercayaan dan stabilitas perasaan kedua belah pihak. Perkawinan yang mereka
ciptakan disebut 'companionship marriage' di mana kriteria keberhasilan adalah
derajat kebahagiaan yang dihayati masing-masing pasangan. Maka pada bentuk
hubungan seperti ini virus HIV tidak akan pemah mampir ke daerah mereka,
kecuali melalui jalan lain sdain hubungan seks.
Pada mulanya penyebaran HIV pada wanita cenderung di kalangan
kelompok masyarakat tertentu yang disebut kelompok risiko tinggi yaitu
kelompok nomor lima dan enam yaitu wanita-wanita yang aktif melakukan
hubungan seksual dengan beberapa mitra seksual, wanita tuna susi la, mucikari,
pramuria panti pijat dan tempat hiburan lainnya seperti bar, discotik, karaoke.
Pada kelompok wanita seperti ini bila terkena HIV tidaklah terlalu mengejutkan,
karena bentuk hubungan mereka yang didasari oleh hawa nafsu atau tekanan
ekonomi. Mereka menanggung akibat atas perbuatan sendiri at au korban dari
situasi lingkungannya.
Namun sekarang penyebaran HIV dapat terjadi pada kelompok masyarakat
yang lebih luas, misalnya ibu-ibu rumah tangga dan ibu-ibu yang berada di
desa. Oalam suam smdi di beberapa negara temyata sam dari empat wan ita
yang terinfeksi HIV hanya mempunyai sam pasangan seksual selama hidupnya.
Hal ini dapat terjadi pada kelompok nomor empat yaitu pada pasangan yang
mempunyai hubungan yang rapuh, tidak seimbang. Wanita dalam hal ini jelas
menjadi korban kebohongan pihak pria. Oi satu pihak, istri menunggu dengan
cinta dan setia, namun di lain pihak, suami pulang membawakan oleh-oleh
virus HIV untuk sang istri atau ibu anak-anaknya.
Situasi seperti ini biasanya terjadi pada hubungan perkawinan tradisional,
di mana kriteria sukses dari perkawinan seperti ini adalah stabilitas perkawinan
(tidak ada perceraian meski apapun yang terjadi di dalamnya), bukan kualitas

45
perkawinun. Bentuk perkawinan seperti ini banyuk terjildi di negara-negara
sedang berkembang terulama di daerah pedesaannya.
Di Indonesia sekarang inijumlah wanita yang terkena HIV memang belum
sebanyak pria, situasi seperti ini sarna seperti terjadi di negam-negam lain
beberapa tahun yang lalu. Namun tidaklah mustahil di ll1asa mendatang situasi
AIDS Indonesia akan sarna dengan s ituasi di negam-negara Afrika dan As ia
lainnya pada saat ini di mana yang terkena adalah ibu-ibu rumah tangga yang
tidak tahu apa-apa tentang AIDS .
Wanita Indonesia yang sudah melaju mengikuti perkambangan IPTEK
dalam berbagai bidang, be1'eran penting dalam pembangunan bangsa sebagai
pendidik anak tunas bangsa dan pendamping suami, tentu merasa tergugah
mengetahui bakal terjadinya malapetaka posisi terbaIik ini. Wan ita Indonesia
tentu tidak ingin kelak menjadi tumpuan kesalahan atau sebagai kambing hitam
dalam penyebaran AIDS ini.
Sebenarnya berbagai cara telah dilakukan oleh pemerintah untuk
mengantisipasi terjadinya hal ini, namun pada kenyataannya masih terdapat
beberapa kendala yang perlu kita pikirkan bersama jalan keluamya.

UPAYA PENCEGAHAN DAN HAMBATAN YANG ADA

Para pakar mengatakan kesehatan adalah milik kita yang tak ternilai
harganya, untuk itu perlu dipelihara sebaik-baiknya. Untuk bebas dari virus
HIV, seorang tokoh perawat dari Indiana University mengatakan 'prevention is
the only answer application of this concept in nursing'. Sejauh belum
ditemukannya vaksin yang memberikan perlindungan tubuh terhadap virus HIV
dan belum ditemukannya obat yang memulihkan sistem kekebalan tubuh yang
rusak akibat virus HIV, maka satu-satunya cara menghindarkan diri adalah
dengan upaya pencegahan .
Sejauh ini berbagai upaya sudah dilakukan oleh Departemen Kesehatan
untuk mencegah terjadinya malapetaka besar yang dapat menimbwlkan
keresahan sosial, kemelaratan, disintegrasi sosial dan kehancuran aspirasi serta
ekonomi ini.
Departemen Kesehatan secara gencar telah menyebarluaskan informasi
kepada masyarakatnya sebagai salah satu usaha menghentikan penularan
penyakit ini, baik melalui berbagai media massa, maupun penyuluhan secara
langsung pada orang yang belum terkena maupun yang sudah terkena.
Kelompok sasaran yang efektif dan paling mudah dijangkau uliltuk diberi
penyuluhan yaitu keIompok WTS. Diharapkan usaha ini dapat meningkatkan
pengetahuan para WTS ten tang AIDS, yang diharapkan akan mempengaruhi
sikap dan perilaku mereka untuk menghindar dengan pemakaian kondom.

46
Pada kenyalaannya meskipun mereka lelah mengelahui bahaya pellularall
AIDS, belum lenlu mereka abn mengubah sibp dan perilaku unluk ~ecara
kelal menghenlikan ranlai penularan ilu dengan memakai kondom. Hal ini
mungkin karena keinginan mereka unluk memuaskan langganan yang lidak
ingin berkondom lebih kual dari kelakualan akan lerkena panyakil ilU. Begilu
juga bagi WTS pengidap HIY. lebih dari separuh mereka lelap meneruskan
pekerjaan mereka dan lidak peduli dengan nasihal lenlang penyebaran AIDS.
Pada beberapa kasus HIY seropositif, mereka menjadi berputus asa, lidak peduli
dan mungkin malah menjadi sengaja meneruskan aktivitas seksual pada orang
lain yang tidak tahu apa-apa supaya menjadi senasib dengan mereka.

PERAN WANITA DALAM PENCEGAHAN DAN PENANGGULANGAN


AIDS

Seperti kita ketahui ibu-ibu Dharma Wanita dengan Gerakan PKK-nya


telah berhasil dalam Program Posyandu at au Pos Pelayanan Terpadu, Keluarga
Bereneana dan Kesehatan yang dianggap telah berhasil menurunkan angka
kematian bayi . Gerakan PKK mempunyai ratusan ibu-ibu kader-kader kesehatan
yang berasal dari masyarakat dengan berbagai tingkat pendidikan dan ekonomi,
tersebar di seluruh pelosok tanah air baik di kota maupun di desa (grass root).
Paling sedikit setiap bulan sekali mereka berkumpul di suatu tempat di desa
atau kelurahan masing-masing untuk menyelenggarakan Posyandu .
Potensi dan kesempatan-kesempatan yang sudah terbentuk pada ibu-ibu
PKK ini tentu dapat dimanfaatkan sebaik-baiknya dalam penyebaran informasi
yang dianggap penting terutama dalam usaha memutuskan mata rantai penularan
HIY. Upaya mana terutama ditujukan untuk membantu memperkuat moral,
situasi sosial ekonomi dan spiritual kaum wan ita. Apa yang ditakutkan tidak
akan terjadi bila hanya bertepuk dengan sebelah tangan .
Dari uraian yang dikemukakan terdahulu, dapat disimpulkan bahwa dalam
upaya peneegahan dan penanggulangan AIDS ini, masalahnya bukan hanya
faktor ketidaktahuan kaum wanita saja, tetapi yang paling penting adalah adanya
degradasi mental, labilnya perasaan, rendahnya kemampuan dan kesadaran,
dan adanya tekanan ekonomi. Pendekatan yang telah dilakukan oleh Petugas
Pemerintah at au Departemen Kesehatan mungkin saja kurang mengena di hati
mereka . Kesadaran dapat timbul dari berbagai eara, dengan adanya pendekatan
dari sesama wan ita dan dari kalangan masyarakat yang setingkat, mungkin
dapat lebih berarti karena dapat lebih memahami kebutuhan dan keinginan
rekannya.
Berikut ini kami meneoba mengemukakan beberapa upaya yang dapat
dilakukan oleh kaum wanita, dalam hal ini ibu-ibu kader kesehatan, untuk

47
berpartisipa~i aktif dalam menolong sesama menghindarkan diri dari HIV
Sebelumnya tentu ibu-ibu kader perlu diberi pengetahuan dan keterampilan
tentang hal -hal yang berkaitan dengan penularan AIDS.
Upaya-upaya tersebut antara lain:
I. Terhadap wan ita yang telah mempunyai pasangan hidup namun kurang
harmonis, ibu-ibu perlu memberi petunjuk kiat agar dapat menjalin
hubungan suami-istri yang penuh kasih sayang dan bersifat terbuka untuk
hal-hal yang mungkin masih perlu disesuaikan .
2. Pendekatan keagamaan sebagai petunjuk berperilaku baik dan bimbingan
moral perlu ibu-ibu berikan agar wan ita hanya mempunyai satu pasangan
saja yang sudah dipereaya dan dikenal baik.
3. Stabilitas mental dan ketegaran prinsip sesuai dengan posisinya perlu ibu
ibu berikan pada kaum wanita baik WTS, penganut bebas seks. para kekasih
maupun para istri, dalam upaya menghidarkan diri dari tertular AIDS.
4. Terhadap para WTS dan penganut bebas seks, ibu-ibu berusaha untuk
menanamkan prinsip dalam berhubungan seks agar mereka tetap
menyediakan dan memakai kondom untuk pria langganannya. lika
langganan berkeberatan lebih baik ditolak .
5. Untuk ini ibu-ibu perlu adanya pendekatan bertahap yaitu penyuluhan
kelompok at au konseling perorangan seeara periodik maupun insidentil
kepada semua kelompok WTS.
6. Bila memungkinkan ibu-ibu kader bersama-sama dengan petugas
Puskesmas mengatur jalannya skrining bagi para WTS yang dilakukan
seeara periodik.
7. Meskipun kemudian diketahui ada WTS pulang kampung karena sudah
terkena HIV, ibu-ibu kader harus merangkul mereka untuk bermasyarakat,
mengajak aktif dalam berbagai kegiatan latihan keterampilan wanita,
memberikan nasihat yang intensif, dan menearikan lapangan kerja sesuai
dengan kemampuannya.
Haknya sebagai manusia untuk menikmati sisa hidupnya dan bersosialisasi
sebagaimana manusia lain tetap dihargai dengan tidak memberitahukan
rahasia penyakitnya itu pada orang lain .
8. Perlu adanya bimbingan pada wan ita usia muda dan para orang tuanya
agar menunda usia perkawinan sampai betul-betul bertemu dengan
pasangan yang coeok, saling meneintai dan saling mengerti .
9. Perlu lebih diaktitKan kegiatan untuk pengadaan lapangan kerja yang coeok
bagi wanita mud a usia yang mempunyai pendidikan yang rendah, misalnya

48
menjahit. memasak. membual kerajinal1 tangan dan lain-lain. agar mereka
tidak dalam tekanan ekonomi yang kemudian akan menjurus ke pelacuran .
10. Sangatlah penting diberikan pendidikan seksual beserta segal a risiko yang
dapat teIjadi karena hubungan seks, kepada anak-anak dalam usia remaja,
agar mereka tidak terperosok dikarenakan kurangnya infonnasi.

PENUTUP

Pengalaman yang telah terjadi di negara-negara lain, di mana Virus HIV


yang menyebar pesat terutama di kalangan wan ita, angka penyebaran pada
kaum wan ita lebih cepat dibandingkan kaum pria. Cara penularan yang paling
banyak yaitu dengan cara heteroseksual. Kita tidak menginginkan hal ini
berulang di negara kita, karena kita tetap menginginkan citra wan ita Indonesia
yang lemah lembut dan kasih sayang perlu tetap dijaga . Oleh karena itu hal ini
perlu diantisipasi secara serius.
Negara kita mempunyai potensi yang sudah diakui dunia dengan
keberhasilan program Posyandunya yaitu organisasi wanita dengan anggota
yang tersebar di seluruh pelosok tanah air. Kaum wanita Indonesia ini menyatu
dalam gerakan PKK yang salah satu program pokoknya yaitu bidang kesehatan .
Situasi ini akan sangat menguntungkan bila ibu-ibu PKK dapat pula
bepartisipasi aktif dalam mencegah dan menanggulangi AIDS pada wanita.
Pemikiran ini didasarkan atas bila wanita dapat memutuskan mat a rantai
penularan HIV kepada mereka, maka penyebaran yang akan terjadi di kalangan
sesama pria (homoseksual) tidaklah sebanyak atau secepat bila wan ita ikut
terlibat di dalamnya. Bayi dan anak-anak yang tidak berdosapun tidak akan
tertular dari ibunya.

DAFTAR PUSTAKA

I. Abednego Hadi . AIDS dan PenangguLangan di Indonesia, disajikan pada


Seminar Pusdiknakes Depkes RI Jakarta, 19-1-1994.
2. Berman PA. ViLLage heaLth workers in Java Indonesia: coverage and eq
uity. Social Science and Medicine J 984; 4: 411-22.
3. Carole AC. Women and AIDS. Great Britain, 1990.
4 . Constance Band Wofsy. Human immunodeficiency virus infection in
Women. Jama, 1987 : 2074-2076.
5. Depkes RI. PenangguLangan AIDS. Jakarta, 1988 : 1-14.

49
6. Departcmcn Kcschatan RI. N({tion(ll policy for COIl1//1IIIli" p(/rricifJ((tion
Jakarta: Oepkcs RL 1987. 16-.17 .
in health rli:Te/opmenl.

7. Ocpal1emen Kcschatan RJ. POSHlI1dll : (/ c0l711711111iry h(lsf!d \'(:,hirll' to im


In : Third International Symposium
pro\'e child sun'ival and development.
of Public Health. Jakarta: Oepkcs RI, 1988 : 1-9.
8. Oepartemen Kesehatan RJ. Pedoman pembinaan peran se rra masyarakut
dalam keterpaduCln keluarga berencana kesehutan di tin gkat desa . Jakarta
: Depkes RI , 1984 : 7-10.
9. Doris Schoper. Research on AIDS interventions in developing countries:
State of the art. Great Britain, 1990 : 1265- 1270.
10. Ernaldi Bahar. Perilaku seksual dan AIDS : Tinjauan sosial-psikologik.
Di sajikan pada simposium IAKMI PaJembang, 5-9-1992.
II . Godwin Sheilia R. Prevention is the only answer application ofthe cencept
in nursing. Disajikan pada seminar Pusdiknakes Depkes RI Jakarta, 19-1
1994.
12. Guinan and Ann Hardy. Epidemiology of AIDS in women in the United
States. Jama, 1987 : 2039-2042.
13. Gwendolyn B et al. Mothers ofinjlll1ts with the acquired immunodeficiency
syndmme. Jama, 1985 : 363-366.
14. Harvey V Fineberg. Education to prevent AIDS: prospects and obstacles.
Harvard School of Public Health Boston, 1988 : 592-596.
15 . Manaloto CR et al. Sexual behaviour of Filipine female prostitutes after
diagnosis of HIV infection. Southeast Asian, 1990 : 301-305.
16. Priscilla Alexander. Pmstitutes are being scapegoated for heterosexual
AIDS. USA, 1987 : 249-263.
17. Qomariah . Risiko wanita terhadap AIDS dan cara menghindarinya.
Disajikan pad a simposium IAKMI Palembang, 5-9-1992 .
18. Sihombing G. Pencegahan dan konseling pada [nfeksi HIV dan AIDS.
Majalah Kesehatan Masyarakat Indonesia . Jakarta, 1992 : 343-346.
19. Werner D, Bower B. Helping health workers learn. USA : t!he Hesperian
Foundation, 1982 : 2. I - 10. 18.
20. World Health Organization. The community health workers. Geneva: WHO,
1987 : 10-443.

50
PERANAN ORANG TUA DALAM MENCEGAH

TERJADINYA AIDS PADA REMAJA **)

Oleh Dadan Imanudin *)

PENDAHULUAN
Tujuan pembangunan di bidang kesehatan adalah terciptanya kemampuan
untuk hidup sehat bagi setiap penduduk agar dapat mewujudkan derajat
kesehatan masyarakat yang optimal sebagai salah satu unsur kesejahteraan
umum dari tujuan nasional (Sistem Kesehatan Nasional, 1986).
Untuk mencapai tujuan tersebut diperIukan peran serta dari masyarakat.
Peran serta masyarakat adalah suatu proses di mana individu, kelompok dan
masyarakat bertanggung jawab at as kesehatan sendiri dengan tujuan untuk
memandirikan masyarakat dalam menyelesaikan masalah kesehatan.
AIDS merupakan suatu bentuk infeksi virus yang menyerang sistem
kekebalan tubuh. Kelompok umur yang banyak terserang adalah remaja, yang
merupakan masa di mana individu untuk mencari identitas diri, pada saat itu
terjadi peningkatan emosional, munculnya tanda-tanda seks sekunder, individu
mulai mencintai lawan jenisnya dan mulai ada keinginan untuk melakukan
hubungan seks. Jika pada masa ini, mereka tidak mendapatkan penanganan
dan perhatian yang positif, individu bisa terjerumus pada hal-hal yang negatif
misalnya melakukan hubungan seks di luar nonnal, sehingga kemungkinan
untuk terinfeksi virus AIDS adalah b.~sar dan akhimya mereka tercatat sebagai
pengidap AIDS . Tentu saja hal ini harus dicegah sedini mungkin.
Keluarga yang merupakan tempat di mana anak dilahirkan dan dibesarkan,
tempat menanamkan nilai-nilai dan keyakinan, mempunyai peranan yang sangat
besar terhadap pencegahan terjadinya AIDS pada remaja. Pada uraian
selanjutnya akan dijelaskan tentang peranan keluarga di dalam pencegahan
terjadinya AIDS pada remaja.
Tulisan ini bertujuan untuk memberikan gambaran kepada keluarga,
khususnya yang memiliki anak remaja tentang bagaimana peranannya dalam
rangka pencegahan terjadinya AIDS pada remaja.
Untuk mengetahui bagaimana peranan keluarga dalam mencegah terjadinya
AIDS pada remaja, perlu diketahui terlebih dahulu tentang apakah AlDS itu,
masa inkubasinya, dan bagaimana cara penularannya berikut akan dijelaskan
tentang hal tersebut di atas.

OJ Sarjana Kcpendidikan
.0) Juara harapan III lomha karya lulis bidang Kesehatan 1994

51
I. APAKAH AIDS IT U '?

A I OS (Acqui red Immllllot/e/iciPIIIT Smc!mm e) merupakan satu bentuk


infeksi virus yan g menyera ng sist e m ke kebalan tubuh se seorang . Si stem
kekebalan tubuh (imunitas ) adalah suatu rangkaian struktur di se luruh
tubuh yang melindungi kita dari infeksi . Virus yang menye rang adalah
HTLV III (Human T Lymphotropic Viru s III) atau belakangan ini terkenal
dengan nama HIV (Human Immunodefici e ncy Viru s) . Apabila sese orang
terkena virus ini, maka sistem kekebalan tubuhnya akan terganggu dan
mudah terkena infeksi.

II. MASA INKUBASI

Pada semua penyakit, termasuk yang disebabkan oleh virus, selalu


ada tenggang waktu antara masuknya kuman dengan timbulnya gejala,
yang disebut masa inkubasi .
Ketika kita terserang influ e nza sudah menginfeksi kita beberapa hari
sebelumnya, begitu juga AIDS masa inkubasinya bervariasi antara 6 bulan
sampa i 5 tahun.
Seseorang yang terkena virus HIV, tidak berarti langsung mengalami
sakit. Namun apabila seseorang yang terkena HIV, maka virus tersebut
akan menetap dalam tubuh selamany a.

III. TANDA DAN GEJALA

Kebanyakan , pengidap AIDS tidak menunjukkan gejala, sehingga


sangat membahayakan orang sekit a mya. Hal ini bi sa dipahami, karena
dalam keadaan tidak menunjukkan gej a la , ora ng akan menganggap bahwa
dia itu sehat, tetapi pada kenyat a annya dia sudah terinfeksi HIV dan
potensial sekali untuk menularkan kepada lingkungannya.
Sete lah masa inkubasi , timbu I demam menetap atau berk erin gat
berlebihan waktu malam hari , bukan karena hawa panas kemudian berat
badan menurun beberapa kilo g ram d a lam dua bulan bukan karena diet,
banyak bekerja atau depresi . Gejala lain berupa pembesaran kelenjar getah
bening sedikitnya pada tiga tempat yang berbeda dan menet a p lebih dari
tiga bula n, at au muncul benjolan ringan pada kulit , selaput lendir dubur.
rongga mulut , rongga hidung atau di kelopak mata. Mungkinjuga muncul
gejala batuk-batuk menahun walau tidak merokok, at au diare yang tidak
sembuh ~ sembuh, sariawan yang menetap pada lidah at au tenggorokan serta
munculnya gejala mudah sekali berdarah pada kulit atau selaput hidung ,

52
mulut dan dubur. Pada keadaan lebih lanjut penderita Illenjadi semakin
parah dan akhirnya meninggal.

IV. CARA PENULARAN

Banyak cara yang diduga menjadi eara penularan virus HIV, namun
hingga kini baru empat cara yang telah dibuktikan menjadi mekanisme
penularan penyakit ini. Cara penularan ini. akan menjadi mekanisme
penting bagi pencegahan perluasannya karena belum diketahui cara
pencegahan yang lain . Cara penularan tersebut adalah melalui :

A. Hubungan Seksual
Hubungan seksual ini menempati bagian terbesar dan kasus AIDS.
Hampir 72% kasus di Amerika Serikat terjadi akibat hubungan
homoseks di an tara laki-Iaki tetapi belum pemah ditemukan pada
wanita. Hal ini dianggap mungkin karena pada hubungan antara laki
laki akan terjadi retakan di lubang dubur selama hubungan kelamin
yang menjadi tempat masuknya virus yang berada di dalam semen
manusia. Namun ada juga yang ditularkan melalui hubungan
heteroseksual yang mana salah satunya telah mengidap AIDS.

B. Jarum Suntik
Penggunaan jarum suntik yang telah digunakan oleh
penyalahgunaan obat seperti pecandu narkotika adalah salah satu cara
bagi perluasan infeksi virus ini. Darah penderita AIDS yang menempel
padajarum suntik kemudian masuk ke dalam darah pecandu narkotika
yang menyuntikkan ke dalam tubuhnya. Di antara 14% laki-Iaki dan
53% wan ita penderita AIDS mendapatkan penyakit ini melalui cara
tersebut di atas.

C. Tranfusi Darah
Penularan virus AIDS melalui tranfusi darah hanya 1%. Masalah
ini menyebabkan semua donor darah menjadi sasaran pemeriksaan
untuk menentukan adanya pemaparan virus ini.
Penularan AIDS melalui transfusi ini biasanya banyak terjadi pada
kelompok yang menerima transfusi berulang kali.

D. Kehamilan atau Persalinan


Seorang bayi dapat terinfeksi HIV selama dalam kandungan

53
ibunya yang terinfebi \'irlls nwlailli plasenta. Penularan ini bisaill,lC :l
terjadl pada proses persalinan apabila alat-alat yang digllnakan slidah
tt'rkontami nasi.

V. PERANAN ORANG TlIA DALAM I\lENCEGAH TERJADINYA


AIDS PADA REMAJA

Orang tua mempunyai peranan penting dalam proses sosialisasi an ak


sebagai anggota keluarga. Dari orang tualah anak belajar tentang nilal
nilai dan sikap yang terdapat dan dianut masyarakat di sekitar mereka.
Pada dasarnya watak dan sikap seseorang individu untuk pertama kali
dibentuk oleh orang tuanya. Banyak teori mengemukaka n bahwa
pembentukandan perkembangan kepribadian pada masa kanak- kanak itu
mempunyai arti yang sangat besar dan penting di dalam pembentukan dasar
kepribadian dan identitas sosial seseorang individu.
Orang tua memperkenalkan dan menunjukkan nilai-nilai dan norma
keluarga sebagai persiapan anak untuk menyesuaikan diri di dalam
masyarakat tempat mereka tinggal.
Apa yang bisa dilakukan orang tua dalam mencegah terjerumusnya
anak-anak ke dalamjurang kesengsaraan yaitu terinfeksinya virus AIDS'!.
Berikut ada sedikit uraian bagi para orang tua untuk mencegah terjadinya
AIDS pada remaja, yaitu :

A. Ciptakan Keharmonisan dalam Rumah Tangga


Hubungan yang harmonis adalah hubungan yang selaras, serasi
dan sejalan, artinya di sini keluarga harns mampu menciptakan suasana
kehidupan yang selaras, serasi, akrab dan mesra antara ayah, ibu dan
anggota keluarga yang lain sesuai dengan fungsi yang ha rus
dijalankannya. Pembentukan kel uarga hannonis ini tidak terlepas dari
pembatasan peraturan-peraturan atau nonna-norma tertentu yang akan
mengatur kehidupan ke luarga itu . Apabila suasana rumah seperti il U,
diharapkan akan menghasilkan remaja dengan perilaku yang baik ,
karena anak tidak akan me rasa dirinya diabaikan di rumah yang bisa
menimbulkan anak mencari kesenangan sendiri.

B. Berikan Perhatian yang Cukup pada Anak-anak


Masa remaja merupakan masa yang penuh gejo lak emosi dan
ketidakseimbangan. Itulah sebabnya anak-anak muda mudah terk na
pengaruh lingkungan . Pengaruh-pengaruh negatif seolah-olah selah)

54
rnengint<ll <lnak-anak rernaja. Orang ttla sekarang lIli sepel1l serba salah.
anlLlra terl<llu debt dan terlalujauh Jengan anak-anak . Rernaja setlap
bli rnerasa ingin orang tua rnernperhatibnnya.
Timbulnya kesenjangan antara remaja dan orang tua menciptabn
peluang subur dalam hubungan antar remaja. Masyarabt kontemporer
memang menawarkan berbagai ragam pilihan dalam hubungan 50sial
remaja salU dengan remaja yang lain. Salah satu di antaranya adalah
hubungan intim. Dua ahli masalah remaja serta man tan pengajar di
Universitas Lomalinda California, Dr. Harold Shryock dan MervVn?
Harding, MD , Dr. PH, Phd, menjelaskan tentang percumbuan di
kalangan remaja dan muda-mudi.
Menurut pakar itu, anak-anak muda sering menyatakan kasih
sayang terhadap satu dengan yang lain dalam bentuk rangkulan,
sentuhan-sentuhan emosional serta rabaan pada bagian-bagian badan
yang sensitif. Sentuhan serta rabaan ini lambat laun akan menimbulkan
rangsangan, dan timbullah kontak seksual kalau cumbuan itu
dilanjutkan.
Pada masa remaja, anak mengalami suatu perubahan secara emosi,
fisik dan pengetahuan (Harlock, 1975). Pada saat itu anak
membutuhkan perhatian dan bimbingan orang tua, karena saat itu
bimbingan perhatian dibutuhkan sekali. Untuk memenuhi dan
mengendalikan kebutuhannya, anak memerlukannya dari orang tua
(Emory Bogardus, 1959). Kebutuhan di sini adalah kebutuhan akan
bimbingan dan petunjuk dari orang tua tentang norma-norma dan nilai
nilai yang berlaku di masyarakat. Biasanya perubahan akan
menimbulkan konfliks karena perubahan sela1u meningkatkanjumlah
kebutuhan yang biasanya tidak mungkin terpenuhi semuanya. Artinya
mungkin salah satu dari kebutuhan itu tidak terpenuhi . Tidak
terpenuhinya sam atau sebagian kebutuhan akan menghadapkan anak
kepada gagalnya pemenuhan kebutuhan psikologisnya (Branca, 1983).
Tidak berfungsinya salah satu dari fungsi orang tua ini akan
menyebabkan suatu ketegangan, perasaan tidak aman dan frustasi (Paul
H. Lendis) .
Karena itu, sebagai orang tua, kita harus mampu memenuhi
kebutuhan anak kita akan kasih sayang yang cukup. Berikanlah anak
anak perhatian dan kasih sayang secara wajar, sebab kasih sayang
dan perhatian yang berlebihan pun akan berdampak negatif pada
remaja yang memiliki tugas perkembangan sendiri.

55
C. Seleklif dalam Memilih Media Informasi

Tanpa kita sadari. lingkungan dapat mempengaruhi sedikit demi


sedikit \erhadap jiwa anak . Misalnya : pornografi yang berkembang
dalam bentuk yang terselubung . Penggambaran melalui film. Video
Casette, majalah dan surat kabar menjadi bahan \ontonan dan bacaan
bagi anak remaja yang tengah berkembang rasa keingintahuannya.
Sebagai orang tua, hendaknya kita pandai dalam memilih media
informasi, baik media visual maupun audiovisual. Kita harus bisa
menilai mana yang layak untuk anak-anak dan mana yang tidak layak.
Tentu saja sebagai orang tua yang bijaksana kita diharapkan mampu
mengadakan pendekatan kepada anak-anak untuk selanjutnya
memberikan penerangan bahwa hal tersebut belum layak untuk
didengar, dibaca dan ditonton oleh mereka.

D. Tidak Teledor dalam Penyimpanan Buku-buku yang Berbau Porno

Beberapa di antara bahan bacaan yang biasa dibaca remaja adalah


milik orang tuanya, di mana mereka teledor dan membiarkan begitu
saja hingga dibaca oleh anak-anak. Jika bahan bacaan itu bi sa
merangsang orang dewasa, apalagi bagi anak-anak yang secara fisik
maupun emosional belum dapat mengendalikan dirinya bila melihat
dan membaca bahan khusus untuk orang dewasa.
Keteledoran orang tua dapat membahayakan anak-anak.
Keinginlahuan anak sering membawa kepada eksperimentasi. Dan
tidak jarang terjadi, orang tua menyadari keteledorannya setelah
terlambat. Anak sudah menjadi korban, dan kini tinggal puing-puing
yang nyaris berantakan. Maka dari itu sebagai orang tua, kita jangan
sekali-kali menyimpan buku-buku bacaan yang berbau porno di
sembarang tempat, dengan maksud untuk menghindari buku tersebut
dibaca oleh anak-anak.

E. Berikan Pendidikan Seks dengan Baik dan dengan Bahasa yang


Halus pada Anak-anak

Pendidikan seks pada anak remaja memang perlu diberikan. Orang


tua perIu memulai pendidikan seks pada anak-anaknya di rumah .
Apabila anak-anak itu tidak mendapatkan pendidikan seks di rumah,
cepat atau lambat anak-anak akan mendapatkan informasi dari sumber
sumber lain. Sayang sekali jika sumber informasi yang dipakai dan

56
diperokh anak-anak lersebut sangat kabUL Ini menimbllikan
keinginlahllan anak-anak semakin besar. Dan sikap eksploralif anak
anak membawa mereka kemana saja informasi bisa diperoleh. Di
rumah. di bawah asuhan ayah dan ibu yang memang pal ing
berkepentingan dengan kesejahteraan anak di kemudian hari. adalah
tempal yang paling ideal untuk mengajarkan pendidikan seks. Tapi
sejauh itu, orang tua harus mempunyai keterampi Ian dalam
penyampaian informasi ini.
Kehidupan emosional yang labil pada remaja bisa menyebabkan
reaksi emosi yang labil pula dan sulit untuk diramalkan. Perubahan
perubahan emosi sering terjadi secara dramatis pada anak remaja. Hal
ini mendorong kita para orang tua, untuk bersikap hati-hati terutama
pada saat penyampaian pendidikan seks tersebut.
Mungkin di sini sebagai gambaran, orang tua pada awalnya bisa
memberitahukan tentang adanya perubahan-perubahan pada mas a
pubertas, yang dalam hal ini mungkin berupa ciri-ciri seks sekunder
yang dipengaruhi oleh hormon-hormon seks baik pada pria maupun
pada wan ita.
Kepada anak wanita, orang tua bisa menerangkan tentang
peristiwa menstruasi yang merupakan peristiwa alami yang terjadi
pad a setiap wan ita normal. Terangkan pula bahwa pada saat itu seorang
anak sudah memiliki organ-organ reproduksi yang matang sehingga
kemungkinan untuk terjadinya kehamilan adalah besar. Beritahukan
pula ten tang peru bah an yang terjadi pada payudara yaitu akan tumbuh
membesar,juga tentang pertumbuhan bulu-bulu pada ketiak dan pubis.
Adapun kepada anak laki-Iaki, orang tua bisa memberitahukan
tentang adanya peru bahan-peru bah an yang lazim terjadi pada masa
pubertas, yang juga merupakan akibat dari aktivitas hormon seks ini.
Di antara perubahan yang terjadi adalah peru bah an datam suara, yaitu
menjadi besar, pertumbuhan bulu-bulu pada ketiak dan pubis,
. pertumbuhan jakun dan adanya "wet dream". Terangkan bahwa hal
itu adalah wajar terjadi pada mereka anak-anak remaja. Kemudian
pada tahap berikutnya, anak harus diarahkan dalam pergaulan sosialnya
agar terhindar dari hal yang tidak diinginkan.
Seorang anak pada masa remaja cenderung untuk mengemukakan
permasalahannya kepada orang !l ain di luar keluarganya. Tetapi
mungkin di sini orang tua juga harus pandai dalam mengadakan
pendekatan dengan anaknya, tanpa harus menghambat tugas

57
perkelllbangan yang sedang diJalaninya . Biarbn an<l~ remuja
menyelesaikan tugas perkembangannya dengan bai~ .

F. Lebih Menanamkan Nilai-nilai Keagamaan pada Anak-anak

Anak-anak remaja yang kurang asuhan dari orang tuanya dan pendalaman
agama yang diberikan dari orang tua, dapal mempercepat si~ap anak jauh dari
sikap yang posit if dan sikap yang tidak diharapkan oleh orang tuanya serta
dapal mengurangi kepekaan religius seseorang. Oleh karena itu tanamkan nilai
nilai keagamaan pada anak sejak awa!.
Peran orang tua dalam mengasuh anaknya an tara lain menunjukkan sikap
yang positif, menciptakan lingkungan yang sehat serta mengajarkan dan
mendidik anak di dalam nilai-nilai keagamaan.

G. Salurkan Anak untuk Mengikuti Kegiatan Organisasi Remaja

Dalam wadah organisasi remaja ini, misalnya Karang Taruna, Pramuka


maupun olahraga, orang tua dapat menyalurkan dan mengembangkan minat
serta bakat si anak. Dengan demikian potensi yang ada dalam diri anak dapat
digali sebagai pengalaman dan bekal di masa datang.

PENUTUP

AIDS merupakan infeksi virus yang dapat meruntuhkan sistem kekebalan


tubuh secara menyeluruh. Oleh karena itu, seseorang mudah terkena penyakit
termasuk yang paling ringan sekalipun, yang pada orang normal lidak
menimbulkan masalah, penderita AIDS mengalaminya sebagai suatu
penderitaan . Pendeknya, akibat ketiadaan daya tahan tubuh inilah bisa muncul
segala macam penyakit infeksi yang menimbulkan seseorang menderita sakit.
Semua orang yang periJakunya cenderung ke arah hubungan seksual di
luar norma, berisiko menjadi pengidap AIDS, termasuk kaum muda. Biasanya
sindroma AIDS ini muncul setelah melewati masa remaja dan masuk ke masa
dewasa .
Seperti kita ketahui bahwa masa remaja merupakan masa di mana individu
mencari identitas diri, pada saat itu terjadi peningkatan emosional, munculnya
tanda-tanda seks sekunder, individu mulai mencintai lawan jenisnya dan mulai
ada keinginan untuk melakukan hubungan seks. Jika pada masa ini, mereka
tidak dapat penanganan dan perhatian yang positif, individu bisa terjerumus
pada hal-hal yang negatif, misalnya melakukan hubungan seks di luar norma,

58
~ehingga memungkink;}n untuk terinfeksi virus AIDS adalah besar dan akhirnya
mereka tercatat sebagai pengidap AIDS.
Orang lua dituntut harus bisa dan mampu berperilaku sebagai ayah dan
ibu yang bijaksana untuk memberikan contoh, bersikap dan berbuat pOSilif
kepada anak-anaknya terutama anak remaja. Dalam hal ini, hendaklah
diperhatikan tentang etika dan tata krama bergaul yang benar, sehingga anak
remaja kita tidak akan berperilaku seksual yang salah yang akan berisiko
menjadi pengidap AIDS. Beberapa cara yang dapat dilakukan orang tua dalam
mencegah terjadinya AIDS, yaitu : menciptakan keharmonisan dalam rumah
tangga, dan memberikan perhatian yang cukup pada anak-anak, selektif dalam
memilih media infonnasi, tidak teledor dalam penyimpanan buku-buku yang
berbau porno, memberikan pendidikan seks dengan baik dan dengan bahasa
yang halus pada anak-anak, lebih menanamkan nilai-nilai keagamaan pada anak
anak dan menyalurkan anak untuk mengikuti kegiatan organisasi remaja.
Demikian uraian ringkas ten tang Peranan Orang Tua dalam Mencegah
Terjadinya AIDS pada Remaja.
Akhimya, penulis berharap semoga tulisan ini bisa memberikan manfaat
bagi penu1is khususnya dan pembaca pada umumnya.

DAFTAR PUSTAKA

Andrianto Petrus dr., 1986, AIDS dan Penyakit Kelamin Lainnya, EGC, Jakarta.

Pasuhuk Willy B., 1988. AIDS. Indonesia Publishing House, Jakarta.

Soewamo R. , DRS., 1985. Membina Keluarga Sejahtera, Erlangga, Jakarta.

Surakhmad Winamo Prof. Dr. MSc . E., 1978. Paper Skripsi Thesis Disertasi,
Taronto, Bandung.

Weber Jonathan DR., 1986. AIDS Concerns You, Pagoda, London.

59
BEBERAPA KENDALA DAN UPAYA MENINGKATKAN

PERAN SERTA MASYARAKAT DALAM PENCEGAHAN DAN

PENANGGULANGAN AIDS DALAM MASYARAKAT

Oleh Dr. Venusri Latief, DSS *)

I. PENDAHULUAN

Penyakit AIDS atau Acquired Immuno Deficiency SYlldrom, merupakan


satu sindrom atau kumpulan gejala penyakit, karena terjadinya penurunan
sistem kekebalan tubuh yang dirusak oleh virus HIV (Hliman
Imumunodeficiency Virus). Dengan rusaknya sistem kekebalan tubuh maka
orang yang terinfeksi mudah diserang oleh penyakit-penyakit lain yang
berakibat fatal, yang dikenal dengan infeksi oportunistik. Kasus AIDS
pertama kali ditemukan Gottlieb dkk. pada bulan Juni 1981 dan virusny a
segera ditemukan oleh Luc Montagnier, Januari 1983. Pertambah a n
kasusnya setiap tahun, meningkat dengan sangat cepat. Penyakit ini sudah
menyebar ke seluruh dunia, yang merupakan satu pandemi, dan selal u
berakhir dengan kematian. Belum ada satu pengobatan pun yang dapat
menyelamatkan pasien AIDS dari kematiannya yang memi lukan.
Dalam Konferensi Intemasional AIDS ke-I 0 di Yokohama, Dirjen WHO
(Organisasi Kesehatan Sedunia), mengatakan bahwa jumlah kumulat if
infeksi HIV di dunia hingga 8 Agustus 1994, sudah melampaui 17 juta
kasus, padahal pada pertengahan 1993, jumlah orang yang terinfeksi HIV
diperkirakan ada 14 juta. Dan di antaranya itu yang menjadi AIDS menurut
WHO, sampai pertengahan tahun lalu 2,5 juta orang dan tahun ini sudah
menjadi empat juta kasus. Dan 17 juta pengidap HIV itu, Afrika yang
terbanyak lebih dari 8 jutajiwa dan Asia, terutama di Asia Tenggara leb ih
dari 2,5 jutajiwa, di mana lebih dari 500.000 kasus HIV terdapat di Thai
land. Menjelang tahun 2000 nanti diperkirakan di seluruh dunia akan
terdapat 30-40 juta yang menderita HIV, di mana di antaranya 10 juta berada
di Asia. Lebih dari 6000 orang setiap harinya tertular HIV, dan se maki n
banyak saja adalah orang-orang Asia. Dalam menghitung jumlah pasien
AIDS, kita harus ingat fenomena gunung es, di mana jumlah yang tidak
kelihatan jauh lebih banyak daripada yang terlihat atau yang terdete ksi.
Di Indonesia penderita AIDS sudah mencapai lebih dari 200 orang.
yaitu 223 sampai bulan Juli 1994. Dan diperkirakan yang menderita HIV
sudah mencapai 20.000 orang.

*) Juara Harapan IV Lomba Karya Thlis Bidang Kesehatan 1994.

60
Melihar perkembangan meningkatnya penderila HIV itu. m<.lk<.l berb<.lgai
up<.lya sudah dilakukan oleh berbagai negara dan juga oleh WHO. namun
sampai sekarang upaya terse but. belum d<.lpat menangkal pertambahan
penderita AIDS yang melaju dengan pesat Strategi Global menangkal
AIDS yang dicanangkan oleh WHO. yang sudah banyak diikuti oieh
berbagai negara di dunia, sejak tahun 1986 tampaknya juga tidak berhasil
dengan memuaskan , sehingga perlu ditinjau kembali, disesuaikan dengan
perkembangan sekarang. Dalam strategi global dari WHO itu landasan
pemikirannya adalah bahwa AIDS menyebar melalui perilaku manusia
secara perorangan. Jadi ditekankan kepada perubahan perilaku seksual
perorangan. Temyata cara demikian tidak begitu ampuh, karena banyak
faktor-faktor lain yang berpengaruh. Di antaranya adalah faktor kemiskinan
dan kebodohan. Dengan situasi kemiskinan nantinya orang terjerumus
menjadi pekerja seks dan ini sangat rawan akan menjadi penderita AIDS.
Selanjutnya dilakukanlah pemberian informasi dan penyuluhan mengenai
bahaya AIDS kepada masyarakat. Temyata ini juga kurang berhasil, karena
banyak yang salah kaprah dan salah bertindak dalam menghadapi kasus
AIDS.
Seperti diketahui, hingga sekarang telah terbukti bahwa penularan vi
rus HIV adalah melalui hubungan seksual, apakah itu secara vaginal, anal
ataukah orogen ita I. Selain hubungan seksual adalah melalui suntikan yang
bergantian dari seorang penderita ke temannya yang lain yang belum
terinfeksi HIY. Biasanya keadaan ini terjadi pada penderita narkotik. Yang
lain adalah penularan yang tidak disengaja, karena tidak teliti dalam
pemeriksaan atau keteledoran, penularan dapat melalui transfusi darah yang
sudah tercemar virus HIY. Dan yang cukup banyak juga sekarang adalah
penularan terhadap bayi yang dikandung seorang ibu yang menderita AIDS,
walaupun kemungkinan tertularnya langsung adalah 25%. Dalam
laporannya di USA ada 7000 kasus bayi kemungkinan tertular AIDS setiap
tahunnya . Dengan mengetahui cara-cara penularan, kita dapat
mengetahui dan pengantisipasi apa yang akan terjadi dan bagaimana
kemungkinan cara pencegahan dan penanggulangan penyakit AIDS,
terutama untuk bayi yang dikandung ibu penderita AIDS.
Dari pengalaman negara Thailand dan Malaysia terlihat bahwa
pertambahan penderita AIDS, sangat pesat. Pusat penularan yang potensial
adalah tempat atau lokasi WTS, tempat dengan berkedok panti pijat,
orang-orang homoseksual, atau wan ita yang bekerja dengan berkedok
pemandu wisata sambi I menjajakan seks, dan cara-cara lainnya. Demikian
juga halnya di negara kita, berbagai penelitian menunjukkan bahwa pada

61
44 panti pijat di Jakarta Seiatan (Yudarini 1992 ). lebih dari 50(;" t,llllll
panti pij a t ll1engadakan hubun ga n seksllal dan sedikit sekali yang
l1lenyediakan ko nd o ll1. Dell1ikian pula ll1enurllt SuaJ1li 'lrtha. tc rn yata
pe ngell1udi truk l1lempunyai ri s iko tinggi lertular AIDS, brena lebih dari
68. :rFIc supir tersebut biasa ll1ellcari WTS dan tidak biasa l1l e makai
ko ndOIl1.

Melihat sitllasi sekarang ini, tampaknya akan terjadi peningkatanjumlah


penderita AIDS di tahun-lahun mendatang di Indonesia . Untuk itu perlu
diambil langkah-Iangkah yang lebih drastis dan reali s tik baik oleh
pemerintah maupun oJeh lembaga swadaya masyarakat atau seluruh lapisan
masyarakat. Dalam hal ini kita harus mengetahui kendala-kendala dalam
masyarakat dalam rangka pencegahan dan penanggulangan AIDS ini,
sehingga peran serta masyarakat itu dapat lebih ditingkatkan dalam
menghadapi penyakit AIDS di masa mendatang.

II. PENGALAMAN MENGHADAPI PASIEN AIDS DAN REAKSI


MASYARAKAT

Pada suatu hari , tepatnya han Kamis 19 Agustus 1993 oleh seorang
ibu dan diantar seseorang yang saya kenai, saya diminta datang untuk
memeriksa anaknya, yang sakit tidak dapat berjalan dan tidak mau makan.
Anak tersebut, seorang pria kurus kering atau ceking, berumur 25 tahun
datang dengan ibunya dari Jakarta . Setelah saya periksa, keadaan umum ,
jelek, terlihat sangat "mengerikan", hampir di seluruh tubuhnya terdapat
benjolan dengan warna agak ungu, di mulutnya terJihat warna keputihan
dengan ada sesuatu yang tumbuh, demikian juga ada benjolan di daerah
anusnya. Teru s terang saja, waktu saya melihat pertama kali, saya agak
"takut dan ngeri" juga. Karena saya menduga orang ini kemungkinan
menderita AIDS, saya minta waktu menggunakan jas praktik dan sarung
tangan atau handschoen karet. Temyata pasien ini pemah dirawat di sebuah
rumah sakit "mewah" di Jakarta Selatan. Dan telah dilakukan pemeriksaan
darah untuk mengetahui ada atau tidaknya AIDS, yaitu ELISA dan West
ern Blot (WB) yang temyata positif. Waktu itu saya menyarankan untuk
dirawat di RS Pemerintah atau Swasta. Untuk supaya lebih aman dan
nyaman dan juga untuk menjaga namanya dia minta kepada saya untuk
dirawat di rumah sakit swasta saja. Setelah saya menghubungi berbagai
rumah sakit swasta, tidak satu pun yang mau merawatnya. Akhirnya saya
menghubungi Ketua Panitia Penanggulangan AIDS di RS Pemenntah dan
ternyata waktu itu belum siap. Perlu juga diketahui karena situasi pasien
yang makin gawat, say a dibantu dengan seorang perawat, langsung

62
memberikan infus glokosa Jan Nael. dan juga memberikan makaniln
melalui milag slang . Ternyata pemberiiln makanan infus dan melalui milag
slang dengiln gizi yilng tinggi, serta diberikiln bennacam Obilt. yaitu kapsul
retrovir, untuk AIDS, obat anti jamur dan obat untuk infeksi di paru
parunya, maka tidak lama kemudian keadaan pasien menjadi makin
membaik . Setelah sebulan lebih dirawat di rumah familinya itu, pasien
dapat duduk dan makan sendiri. serta benjolan yang ada di tubuhnya mulai
menghilang.
Dari bisik-bisik dan desas-desus dan dengan pemberitaan koran Pikiran
Rakyat Bandung, 26 Oktober 1993 akhirnya masyarakat setempat menjadi
tahu, bahwa di salah satu rumah di RTnya ada pasien AIDS. Terjadilah
berbagai reaksi dalam masyarakat, mulai dari yang positif sampai yang
negatif dan ekstrim. Yang terbanyak adalah reaksi yang negatif dan tidak
mengerti sarna sekali . Mereka semua ketakutan, sehingga melewati halaman
rumah pasien itu mereka tidak berani sarna sekali. Betul-betul banyak hal
yang tidak sesuai dengan apa yang diberikan da'l am penyuluhan. Keresahan
makin bertambah terus dalam masyarakat, akhimya datang utusan kepada
saya, agar pasien itu segera dibawa atau dipindahkan ke tempat lain. Malah
banyak sekali ancaman yang saya terima melalui telepon, supaya
memindahkan pasien. Kalau tidak mereka mengancam akan membakar
rumah atau akan menghadang saya. Hampir 30 kali telepon yang saya
terima setiap harinya yang meminta supaya pasien dipindahkan, pokoknya
mereka semua menolak kehadiran pasien itu. Mungkin hanya satu at au
dua orang saja di an tara 100 penelpon yang bersedia membantu, reaksi
yang terbanyak adalah negatif dan ekstrim. Walaupun sudah dijelaskan
berkali-kali, bahwa mereka salah persepsi terhadap penyakit AIDS, mereka
tetap menolak keberadaan AIDS di daerahnya.
Setelah berunding dengan ke'luarga, karena keadaan yang makin tidak
terkendali, akhrnya si pasien dibawa kembali ke Jakarta, dan tetap tidak
mau dirawat di rumah sakit. Atas permintaan keluarga, saya terpaksa liap
minggu datang ke rumahnya di Jakarta dari Bandung. Selama hampir en am
bulan saya merawatnya di Jakarta, keadaan umunmya makin baik. Waktu
ibunya ke luar negeri saya tidak tahu lagi keadaannya, karena diserahkan
perawatannya kepada dokter yang ada di Jakarta.
Dari pengalaman merawat pasien AIDS di rumah, dapat kita lihat,
bahwa pengertian dan persepsi masyarakat, banyak yang salah dan sangat
berlebihan. Informasi atau penyuluhan yang diberikan baik oleh media
elektonika maupun oleh media cetak tidak menemui sasarannya. Demikian
juga penyuluhan langsung, masih banyak disalahartikan oleh masyarakat.

63
Di antara yang I-.eliru cJitcrirn~1 adalah ll1asalah cara penularannya. ketakutan
yang berlebihan. dan cara-cara bertindak terhadap pasien AIDS yang wal-.tu
itu ticJak sernpat ll1asuk rllrnJh SJki!. tetapi dirawat cJi rurnah saja.

Ill. BEBERAPA KENDALA DALAM MASYARAKAT DALAJ\1


PENCEGAHAN DAN PENANGGULANGAN AIDS

Barangkali, kalau tidak dirnulai dengan aktif sejak sekarang program


penanggulangan AIDS, maka tidaklah mengherankan jumlah kasus AIDS
di Indonesia pada masa mendatang akan menyamai Thailand at au Malay
sia keadaannya. Jika sudah sedemikian banyaknya maka program yang
sebaik apapun dalam pencegahan atau penanggulangan AIDS tidak ada
manfaatnya lagi. Kita lihat saja perkembangan yang dapat infeksi HIV di
Indonesia, pada tahun 1992, baru ada 36 penderita, maka tahun 1994 sudah
lebih dari 200, tepatnya 223, jadi sudah meningkat 6 x jumlah 1992.

Untuk menjalankan program penanggulangan yang baik, kita perlu


mengetahui kendala apa dalam masyarakat yang mungkin menghambat
program dalam pelaksanaannya.
Tingkat pendidikan dan keadaan kesehatan masyarakat. Umumnya
tingkat pendidikan masyarakat masih rendah, sehingga banyak infonnasi
yang diberikan, sukar dan tidak dimengerti oleh masyarakat banyak, malah
terjadi distorsi informasi mengenai AIDS . Apalagi kalau yang memberikan
informasi itu juga kurang menguasai masalahnya. Dalam masalah
pendidikan ini, termasukjuga pendidikan dalam bidang kesehatan. Hal ini
dapat kita lihat, apabila seseorang dinyatakan positif HIV, orangnya atau
WTSnya malah menghilang entah kemana. Seharusnya dia mengadakan
konsultasi, ini malah hilang. Umumnya masyarakat kita, tidak menerima
kenyataan apa adanya. Faktor sosio budaya juga berperan dalam
penanggulangan AIDS. Masyarakat seharusnya menduk.,mg atau membantu
mencarikan dana untuk pembelian obat atau perawatan yang mahal, yang
terjadi malah sebaliknya, pasien diusir dan dikucilkan dalam ketakutan.
J ika dilakukan pemeriksaan, mereka umumnya keberatan , takut ketahuan
penyakitnya nanti dan ini sangat memalukan yang bersangkutan. Demikian
pula kalau kita menganjurkan penggunaan kondom, mempunyai konotasi
lain. seakan-akan kita menyuruh orang-orang untuk melakukan hubungan
seksual dengan orang lain, padahal maksudnya supaya terhindar atau
kemungkinan dapat AIDS akan lebih kecil,jika dibandingkan dengan tanpa
kondom.

64
Keadaan ~ o sio ekonomi masyarakat. terutama masyarakat miskin.
cendemng akhirnya menjual seks kemana-mana. sehingga timbul daerah
daerah pelacuran yang tidak terkontrol dan meluas. Keadaan ini sangat
rawan dalam pengembangan AIDS, dan susah memberantasnya. Dan daerah
mi skin ini.juga rawan dalam bidang kesehatan . Penyakit-penyakit infeksi
lain gampang terjadi dan menular sangat cepat. Sekiranya di daerah rniskin
tersebut. terdapat AIDS , maka hal tersebut akan mempercepat proses infeksi
oportunistik, dan akan menambah sukar penanggulangan AIDS. Di Indo
nesia tentu saja masalah TBC pam-pam yang mempakan bahaya utama
dengan berkembangnya AIDS.
Masalah penyalahgunaan atau penggunaan yang merugikan dari zat
narkotik, psikotropik dan suntikan-suntikan lainnya, juga menjalar ke
negara kita. Suntikan obat psikotropik yang bergamian dilakukan, terutama
oleh para remaja akan memudahkan penularan penyakit AIDS dari satu ke
lain orang. Dan ini umumnya tidak disadari mereka. Hampir semua orang
yang sudah menderita AIDS, cenderung untuk menularkannya kepada
orang lain, dengan caranya masing-masing, yaitu melalui hubungan seksual
tanpa bayaran, melalui suntikan bekas dari pasien AIDS dan lain-lain .
Peranan Lembaga Swadaya Masyarakat, boleh dikatakan tidak
berfungsi dalam hal ini . Banyak kendala yang dihadapi, terutama masalah
sumber daya manusia yang mengerti masalah penyakit ini tidak ada ,
demikian pula masalah dana, boleh dikatakan tidak atau belum ada yang
mendukungnya. Demikian pula peranan para remaja di rukun tetangga,
yang terkenal, dengan Karang Taruna itu, tidak menunjukkan aktivitasnya
menghadapi masalah AIDS. Hal ini mungkin berkaitanjuga dengan sumber
daya manusianya dan dana masyarakat setempat.
Ada satu hal yang juga perlu diperhatikan, yaitu masalah peranan kaum
agama, terutama agama Islam, yang masih kurang perhatiannya terhadap
AIDS, padahal dikatakan peranan agama sang at penting dalam pencegahan
penyakit AIDS. Barangkali perIu diberikan penjelasan atau penyuluhan
yang intensif ke dalam pesantren-pesantren, sehingga nantinya para ulama
akan lebih aktif menanggulangi atau menghambat perkembangan AIDS,
melalui dakwah pada setiap kesempatan .
Pemerintah sudah berusaha keras dengan segala kemampuannya dan
dana yang tersedia untuk menanggulangi masalah AIDS. Beberapa
peraturan dan Keppres,juga sudah dikeluarkan. Dalam kenyataannya sangat
diperlukan bantu an masyarakat banyak. Di Jakarta dan beberapa kota besar
lainnya, telah diadakan pemeriksaan darah cuma-cuma untuk mengetahui

65
ada atau tidal\nya HIV Belum Jela lap o rJn yang re~llll ..~ebcrap;l banya"
kesempatan ini digunakan oleh masyaral\al. Pengamatan say a di Bandung.
walaupun diberikan cuma-ClIllla oleh beberapa Lab. yang dike lola .~wasta.
tampaknya tidak banyak digllnakan oleh orang-orang yang berisiko tinggi.
Di sini juga penting pengertian masyarakat akan pentlllgnya pemcribaan
darah untuk mengetahui adanya HIV
Pemberian informasi tampaknya masih teru s harus digalakkan, apakah
itu melalui media elektronika ataukah media cetak. eara penyampaian
infonnasi, jangan menimbulkan kejenuhan atau menjadi salah pengertian
bagi yang menerimanya. Hot line telepon juga kurang dimanfaatkan .
Barangkali poster-poster di Puskesmas dan di Kantor Kelurahan perlu
diperbanyak atau di tempat keramaian umum yang mudah dilihat dan
mudah puladimengerti. Bantuan masyarakat untuk menempatkan di
tempat-tempat yang dianggap strategi sangat diperlukan.

IV. APA YANG DAPAT DIKERJAKAN MASYARAKAT ?

Setelah kita mempelajari berbagai kendala dalam masyarakat dalam


pencegahan dan penanggulangan AIDS, maka kita dapat berusaha
meningkatkan peran serta masyarakat menghadapi AIDS. Tampaknya
tidaklah mudah untuk menggerakkan masyarakat sehingga semua potensi
yang ada pada mereka dapat dimanfaatkan dan diarahkan dengan tepat.
Upaya untuk meningkatkannya sebetulnya banyak sekali, tetapi tentu yang
dapat dikerjakan dengan mudah dan tidak bertele-tele, dan biaya rendah .

1. Mengaktifkan Lembaga Swadaya Masyarakat di daerah masing


masing atau Yayasan-yayasan yang bergerak untuk kemanusiaan. Di
Jakarta ada Yayasan AIDS Indonesia yang sampai sekarang masih
kurang dikenal di daerah. Yayasan at au LSM ini dapat membuat
kelompok khusus atau ke~ ompok kerja, yang membahas masalah AIDS
di daerahnya masing-masing dan mengadakan diskusi dengan berbagai
instansi terkait di daerahnya. Bantuan tenaga ahli atau sumber daya
manusia yang mengetahui dapat diminta ke pemerintah atau dalam
hal ini Departemen Kesehatan setempat. Kalau memang sudah ada
pasien AIDS di daerahnya, selain melaporkan, Yayasan atau LSM dapat
membantu dana at au fasilitas untuk pembelian obat-obatan yang cukup
mahal, atau menolong mencarikan obat-obatan yang diperlukan.

2 . Menggiatkan para remaja, meJalui Karang Taruna atau progaram PKK


di daerah masing-masing, membentuk kelompok kerja, atau kelompok

66
khusus untuk Illcndiskusikan kClllungkinan adanya AIDS di daerahnya.
Dengan mengadakan diskusi dan pokja tersebut, para remaja yang
termasuk mempuny'ai risiko tinggi untuk mendapatkan AIDS. dapat
mengetahui bahayanya, sehingga dapat menahan dirinya untuk tidak
melakukan hubungan seksual di luar nikah atau sering berganti-ganti
pasangan dalam hubungan seksual.
3. Masyarakat juga dapat membantu memberitahukan kepada aparat
keamanan setempat, baik di kota at au di pinggiran kota mengenai
penggunaan rumah atau tempat untuk prostitusi atau WTS, yang bukan
di tempat "resmi", walaupun sebetulnya tidak ada tempat yang resmi
untuk WTS. Jangan bertindak sendiri atau menghukum dengan
tindakan yang berlawanan dengan hukum yang berlaku.
Demikianjuga tempat-tempat yang digunakan untuk "slebor" at au teler
bagi para remaja, supaya segera dilaporkan ke aparat keamanan karena
nantinyajuga akan menjurus ke masalah hubungan seksual homo atau
heteroseksual.
4. Masyarakat pesantren supaya diikutsertakan secara aktif dalam
penanggulangan AIDS. Sebelumnya tentu diberikan informasi oleh
aparat kesehatan mengenai AIDS . Dan nantinya orang-orang di
pesantren atau para ulama yang akan aktif menangkal AIDS, menu rut
cara-cara mereka yang sesuai dengan hukum agama Islam.
5. Supaya masyarakat memasang poster yang diminta mereka atau yang
diberikan oleh Yayasan atau LSM atau dari Depkes dan
memasangkannya di tempat yang mudah dilihat oleh banyak orang,
seperti di stasiun bus, stasiun kereta api, di halte atau perhentian bus,
di tempat Taruna Karya (Tarka) atau tempat remaja berkumpul.
6. Di tempat-tempat di mana banyak berdatangan turis asing dari manca
negara, atau di tempat industri pariwisata, masyarakat supaya ikut
serta mengawasi kemungkinan penyalahgunaan tempat-tempat tertentu
untuk berbuat mesum. Walaupun masalah ini berat, setidak-tidaknya
di tempat tertentu itu, dalam keadaan terpaksa, harus disediakan
"pengaman", atau kondom .
7. Diharapkan masyarakat dapat berperan aktif, untuk ikut memeriksakan
dirinya atau darahnya, supaya dapat diberikan konseling atau konsultasi
kepada yang memintanya, terutama orang-orang yang mempunyai
risiko tinggi untuk mendapat AIDS, misalnya WTS, pemandu wisata,
at au orang-orang yang sering berganti pasangan seks atau yang pemah
ke luar negeri dan "main" dengan wan ita asing selama di sana.

67
R Di tempat arisan atau pengaJian-pengaJian dalam masyarakat .~edapat
mungkin juga diadakan diskusi ringan meng e nai AIDS. supaya
keluarga clapat mengetahui dan dapat mewaspadai penyakit ini.
9 . Radio s wasta niaga dan radio swasta kepunyaan masyarakat. supaya
iku[ memberikan pe nyuluhan kepada masyarakat secara terus-menerus
dan memberikan informasi yang aktual mengenai penyakit ini. Selain
itu dapat menghubungi langsung radio yang be rsangkuta n untuk
menanyakan berbagai masalah mengenai AIDS. Demikianjuga siaran
TV swasta, hendaknya masyarakat meminta supaya diadakan s iaran
yang kontinyu, untuk mengetahui perkembangan penyakit AIDS. Jadi
jangan sifatnya menunggu saja dari pemerintah.

V. PENINGKATAN KERJA SAMA ANTARA PEMERINTAH DAN


MASYARAKAT

Informasi yang dibe rik an oleh instansi pemerintah, m is alny a


Departemen Kesehatan, dari berbagai Universitas atau badan pemerintah
lainnya, seperti Deppen melaIui TVRI dan RRI, saya anggap masi h kurang
dan banyak salah persepsi, sehingga tidak mencapai sasarannya. D isku si
dan kelompok kerja yang diadakan oleh pemerintah juga masih kurang
mengikutsertakan masyarakat.

Pengerahan sumber daya manusia yang mengerti masalah ini ke dalam


masyarakatjuga masih kurang. PenyuIuhan yang diberikan Iangsu ng yang
sifatnya searah, juga tidak ada artinya. Pemasangan poster yang dibuat
ol'eh Depkes mengenai bahaya penyakit AIDS, sebaiknya juga diserahkan
kepada masyarakat di mana dipasangnya yang terbaik , dan isi poster mudah
dimengerti.

Dana yang diberikan oleh pemerintah, yang berasal sebagian dari APBN
dan dari WHO, bagaimana penggunaannya masyarakat tidak tahu banyak .
Apakah dana tersebut, untuk memeriksa darah bagi yang berisiko tinggi
ataukah untuk berbagai kegiatan penyu luhan dan lain-lain. Apakah dana
pemerintah juga membantu LSM at au Yayasan yang bergerak dalam
menanggulangi AIDS. Dengan mengetahui penggunaan pemerintah itu,
maka masyarakat akan tergugah untuk membantu, jika memang temyata
kurang pendanaannya.

Menurut pengamatan saya selama ini, rasanya pemerintah kurang aktif


mengadakan kerja sarna dengan masyarakat, sehingga sering kasus-kasus
AIDS terlambat dimonitor oleh aparat pemerintah sendiri . Keterlambatan

68
itu karena masyarakat menganggap aparat pemerintah kurang cepat
tanggap, dalam menanggulangi kasus AIDS. Banyak petugas kesehatan,
kalau ditanya tidak tahu berbuat apa walaupun sudah ada petunjuk atau
Keputusan Menkes atau Dirjen Pelayanan Medik Depkes. Kebanyakan
petugas kesehatanjuga dalam ketakutan sehingga untuk melihat at au datang
ke tempat pasien mereka saling tunggu menunggu, sehingga reak s i
masyarakat menjadi lebih takut dan panik.
Sebaiknya Pemerintah cq Departemen Kesehatan meninjau kembali
cara-cara yang digunakan sampai sekarang, dan mengevaluasi
kekurangannya dan membuat program baru yang lebih baik, program
penanggulangan AIDS, sehingga masyarakat luas betuI-betuI ikut berperan
serta secara aktif dengan kesadarannya sendiri dalam menanggulangi AIDS,
mumpung belum terlambat.
Dalam rangka meningkatkan kerja sarna antara pemerintah dan
masyarakat, banyak sekali cara-caranya. Apakah itu melalui yayasan
yayasan, LSM, Pemerintah mengambil prakarsa untuk mengaktifkan
mereka menanggulangi AIDS. Mungkin di daerah masing-masing, Dinas
atau Puskesmas mengambil inisiatifuntuk memberikan penyuluhan, diskusi
dan lain-lain, membentuk Pokja atau apapun namanya dan ini dilakukan
harus secara terus-menerus, sampai sudah ditemukan obat AIDS nantinya.
Atau membentuk Panitia PenangguJangan AIDS, yang unsur-unsumya
sarna banyaknya antara masyarakat dan orang-orang pemerintah, sehingga
mereka betul-betul merasa ikut serta dengan aktif.

VI. KESIMPULAN DAN SARAN

Dalam rangka pencegahan dan penanggulangan AIDS, terutama di


Indonesia, temyata terdapat banyak kendala dalam masyarakat yang harus
segera dapat diantisipasi sebelumnya. Jika masyarakat tidak ikut aktif secara
sadar dalam menangguJangi AIDS, maka kemungkinan akan teIjadi ledakan
AIDS, seperti di negara tetangga kita Thailand dan Malaysia. Penyuluhan
berkesinambungan harus dilakukan, demikian juga poster bahaya AIDS,
supaya disebarluaskan, bukan hanya di Puskesmas saja, tetapi di tempat
keramaian lainnya. Pemerintah supaya betul-betul memberikan perhatian
yang serius dalam penanggulangan AIDS, dan meningkatkan kerja sarna
dengan masyarakat atau LSM atau Yayasan yang bergerak dalam
penanggulangan AIDS. Hanya dengan semangat gotong royong, dan
pengumpulan dana dari masyarakat, kita akan Iebih berhasil dalam
mencegah dan menanggulangi AIDS di negara kita ini.

69
OAFTAR PUSTAKA

I . Amman, AJ and Franscicco, S : Th e Acquired IlIIlI1l1l1(} de/ieieIlCl' S m dmlll


ill in/l int ([lid children. Ann. Intern Med J 03 : 734, 1985
2, Christ G ,H, Siegel: Psvchosoci(/I Issues-Preventioll and Treotlf1 en! ill AIDS
: Etiology, Diagnosis, Treatment and Prevention , 2nd ed 321-337 ,
Lippencot, 1989,
3, Daniels, Victor G : AIDS, the acquired immuno deficiellcy syndrom , 2nd
ed MTP Limited, London, 1987 ,
4. Djoerban, Z : Epidemiologi AIDS, update J 993, makalah pada Kongres
Nasional IDASI, Bandung 15 Juli 1993 .
5 , Gorman, C : Moms, Kids and AIDS, Time, July 4, 1994 ,
6. Jonathan. M : Global AIDS into 1990, Geneve, 1989.
7. Latif, Venu sri : Kapan dan di mana pasien AIDS harus dirawat "PR", 29
September 1993.
8. Latif, Venusri : Sejarah dan Perkembangan AIDS, "PR" 7 Desember 1993.
9. Peter, Piot AIDS, an international perspective Science ; 1988 : 239.
10. Saag, M; Pathogenesis of HIV Infection, Abstract, Wellcome 1994.
II. Tjokronegoro, A dkk; Seluk Beluk AIDS yang Perlu Anda Ketahui, Fak.
Kcdokteran Univ. Indonesia, Jakarta, 1992.
12. WHO AIDS series 1. Guidelines for the development of national AIDS
preventation and control programme, Geneve, 1988 .

70
PERANAN KELOMPOK MASYARAKAT

DALAM MENGATASI AIDS

Oleh Tommy Sujarwadi*

I. PENDAHULUAN

1. LATAR BELAKANG

Acquired lmmuno Deficiency Syndrome (AIDS) adalah suatu jenis


penyakit yang melemahkan pertahanan tubuh manusia, yang penyebabnya
adalah virus HIV (Human lmmuno Deficiency Virus). Virus ini sampai
sekarang belum ada obat pemusnah yang efektif ataupun vaksin untuk
pencegahannya. Orang yang terkena virus ini tinggal menanti ajal, karena
tidak ada harapan sembuh. Masa inkubasi virus HIV berkisar antara 5
sampai dengan 10 tahun.
AIDS merupakan penyakit menular dengan angka kematian yang tinggi
dan dapat menjangkiti seluruh lapisan masyarakat dari mulai bayi sampai
orang dewasa.
Sulitnya, penyakit AIDS secara lahiriah sui it dideteksi oleh orang awam.
Berbeda dengan penyakitjiwa atau penyakit menular tertentu yang secara
fisik dapat dilihat dengan mata teianjang, tentunya pencegahannya tidak
begitu sulit.
Berbagai sikap dan kebijaksanaan pemerintah di berbagai belahan dunia
yang melakukan penelitian secara laboratoris guna menemukan vaksin
antivirus AIDS, seiring dengan hasilnya yang masih nihil, mereka pun tak
segan-segan mengkampanyekan sikap anti AIDS. Dengan kampanye ini,
masyarakat sangat takut kejangkitan virus ini, bahkan takut pUlla mendekati
penderita, bahkan yang lebih ironisnya lagi, apapun yang terpegang atau
yang terpakai oleh penderita, mereka sangat takut.
Sejauh ini langkah-Iangkah yang dilakukan di banyak negara hanyalah
yel-yel anti AIDS, atau jika dilakukan secara alamiah, lebih bersifat u lasan
tentang cara kerja virus AIDS yang memang agresif dalam menciptakan
ketidakkebalan organ tubuh .

) Juara Harapan V Lomba Karya Tulis Bidang Kesehalan 1994

II
ltu tak jauh dengan proses pembunuhan secara perlahan. Baik yel
ataupun ulasan medis pada dasarnya merupakan imbauan, yan g sifat
ketaatannya sangat tergantung pada kesadaran perseorangan.

Dalam upaya pencegahan dan penanggulangan penyakit yang hingg a


saat ini belum ada obatnya. untuk itu diperlukan kegiatan yang Illeliputi
penyuluhan, pelayanan. pemarHauan dan pengendalian bahaya AIDS , sela in
itu juga melakukan pengamatan epidemiologik pada kelompok pe nduduk
yang berisiko tinggi. Selain itu menyebarluaskan infonnasi mengenai A IDS
dalam berbagai media massa, dalam kaitan pemberitaan yang te pat da n
tidak menimbulkan keresahan masyarakat.

2. PRINSIP DALAM MENGATASI AIDS

Prinsip dasar dalam mengatasi AIDS adalah bagaiman a upay a


mengatasi AIDS agar dapat dilaksanakan oleh masyarakat dan pemerintah .
Masyarakat adalah pelaku utama dan pemerintah berkewajiban untuk
mengarahkan, membimbing, serta menciptakan suasana yang menunjang.
Dalam sejarah, untuk mengatasi suatu penyakit, baru kali ini pemerintah
menyatakan masyarakat adalah pelaku utama. Ini dilandasi kesadaran
bahwa belum ada teknologi untuk mencegah AIDS. Satu-satl.lnya senjata
yang dimiliki oleh umat manusia hanyalah pendidikan untuk melindung i
diri masing-masing. Dan pendidikan yang paling efektif adalah pendidika n
yang dilakukan oleh masyarakat untuk melindungi dirinya sendiri.
Selain itu masyarakat dan organisasi/lembaga non pemerintah
memainkan peranan yang penting dan diakui sebagai mitra setara dalam
usaha nasional. Untuk mencegah dan menanggulangi AIDS di Indonesia ,
kelompok-kelompok masyarakat di Indonesia berperan khusus dan sanga t
penting dalam upaya memenuhi kebutuhan masyarakat luas aka n
pendidikan dan infonnasi yang tepat dan benar.
Dalam prinsip tersebut, terlihat kesadaran bahwa dalam mengatasr
AIDS pemerintah tidak mungkin berjalan sendirian. Perubahan perilaku
tidak berada dalam kendali pemerintah. Masyarakatlah yang harus berupaya
mengubah perilaku warganya sendiri.
Oleh karena penanggulangan AIDS, khususnya pengobatan, belum ada
obat yang efektif dan pencegahan secara medis be lum ada vaksinnya maka
peran serta masyarakat sangat dibutl.lhkan untuk mengatasi AIDS ini.
Masalah sekarang adalah bagaimana mendorong kelompok-kelompok
masyarakat untuk ikut berperan serta dalam mengatasi AIDS ')

72
H. PERANAN KELOMPOK MASYARAKAT
1. PERANAN PERS

Pesan media massa sangat besar dalam menyampaikan berita mengenai


AIDS. Bahkan pers juga bisa menjadi bumerang karena menyebabkan
masyarakat memusuhi penderita AIDS .
Oleh sebab itu, peranan pers untuk dapat bekerja sama sangat penting
dan mendesak untuk dilaksanakan, mengingat peran pers yang sangat
efektif dalam upaya menumbuhkan kesadaran akan bahaya penyakit AIDS
kepada masyarakat, khususnya bagi mereka yang berisiko tinggi seperti
WTS, PTS, Homo Seks, Biseks, dan sebagainya.
Selain itu, hendaknya pers dalam memberitakan ka s us AIDS
melakukannya dengan pendekatan emphaty, membayangkan seandainya
berada pada pihak yang diberitakan. Hal tersebut mutlak diperlukan
mengingat kasus AIDS bukan hanya masalah medis semata, namun juga
mempunyai muatan tertinggi .
Penderita AIDS yang diekspos di media massa justru akan
menimbulkan rasa aman semu di kalangan masyarakat. Masyarakat akan
mengira bahwa pemerintah telah melakukan "pembersihan" tempat-tempat
pelacuran , sehingga mereka merasa aman untuk mencari hiburan ke sana .
Dengan demikian "pengamanan" WTS penderita AIDS justru tidak
membantu upaya penyuluhan untuk mengubah perilaku berisiko tinggi.
Dalam penangguIangan AIDS , tampaknya dampak sosial yang timbul
akibat penyakit ini perlu mendapat perhatian lebih besar, sampai saat ini
informasi yang diterima masyarakat masih banyak dan sepotong-sepotong
sehingga terjadi salah persepsi .
Sebagai contoh istilah kelompok berisiko tinggi (high risk) yang sering
diartikan dengan pelacur, homoseks, dan pekerja lainnya yang berhubungan
dengan prostitusi. Padahal saat ini, selain kelompok pekerja seks tersebut,
dokter, perawat atau orang yang melakukan transfusi darah secara kontinyu
juga termasuk high risk. Oleh sebab itu, istilah kelompok high risk ini
perlu diganti dengan istilah perilaku yang high risk, sehingga pengertiannya
bisa lebih dimengerti oleh masyarakat umum.
Dampak sosial negatifyang dapat timbul akibat kesalahpahaman pada
masyarakat adalah terjadinya pengucilan penderita AIDS dan seluruh
keluarganya. Sedangkan kesalahpahaman yang paling banyak adalah
mengira virus AIDS bisa ditularkan melalui kontak sosial, pakaian, udaral
pemapasan, gigitan serangga, penggunaan kolam renang. sumur, kamar

73
mandi alau we Umum, dan sebagainya. Sehingga akhirnya masyarakat
mengucilkan penderila dan keluarganya . Namun dari sudul kepentingan
luas. tIndakan pencegahan adalah lebih baik daripada penanggulangan .

2. PERANAN DUNIA PENDIDIKAN


Kila bisa belajar banyak dari kekalahan negara-negara lain dalam
melawan AIDS. Satu di antaranya, agar kita tidak lupul melakukan upaya
upaya awal mencegah jangkitan AIDS di kalangan remaja. Seyogianya
sasaran kelompok umur ini kita nilai strategis karena lebih separo komposisi
demografi kita diisi oleh generasi muda.
Berbeda dengan orang dewasa, pola epidemiologis AIDS pada
kelompok usia remaja memerIukan pendekatan khusus, antara lain karena
perilaku seksual mereka berkarakteristik spesial.
Kasus AIDS usia remaja yang dilaporkan di banyak negara hanya
sebagian kecilnya saja, sehingga seolah-olah dampak fenomena 'gunung
es' AIDS pad a kelompok ini, dinilai kecil saja. Padahal masa sindroma ini
bisa mencapai 8 tahun sejak masuknya virus HIV ke dalam tubuh, yang
berarti penyakitnya baru akan mengejawantah setelah mereka dewasa .
Kenyataan inilah yang menjadi alasan mengapa kasus AIDS usia remaja
belum mendapat pelayanan khusus.
Untuk mengatasi masalah itu, sudah waktunya bagi setiap keluarga
untuk tidak lagi merasa tabu menyelenggarakan kehidupan pengasuhan
anak-anak dengan pendidikan seks sejak bayi . Informasi seksual sudah
tak mungkin lagi ditunda . Dengan demikian kita bisa seirama mengikuti
derap strategis AIDS global.
Informasi seksual, penggalaan dari pendidikan seks, seyogianya
diberikan oleh pihak-pihak yang berkompeten untuk materi itu seusai
dengan wawasan dan kemampuan daya serap anak pada masing-masing
jenjangnya, supaya tidak sampai menyimpang dan menjadi tidak sehat.
Untuk mempersiapkan generasi yang bebas dari penyakit ini atau
setidak-tidaknya mengurangi laju pertumbuhan penyakit AIDS, maka
generasi muda, terutama pelajar dan mahasiswa sebaiknya diberi
penyuluhan kesehatan tentang ilmu reproduksi dan AIDS secara ilmiah .
lnformasi yang benar dan tepat mengenai AIDS inilah yang mereka
butuhkan, sebelum mereka aktif secara seksual.
Selain itu, tak lupa juga memberikan penataran kepada guru-guru
tentang penyakit AIDS yang kemudian dapat disampaikan kepada murid
muridnya.

74
3. PERANAN DUNIA USAHA

Secara perundang-uodangan tidak ada satu aturan pun yang dapat


dipakai untuk memberhentikan seorang pengidap HIV Ipenderita AIDS dari
tempat kerjanya . Namun sayang, banyak peru sahaan yang tidak
menginginkan kehadiran mereka. Mereka diminta untuk mengundurkan
diri dari perusahaannya. Padahal secara fisik, kemampuan maupun
produktivitas kerja mereka tidak berbeda dengan yang sehat, apalagi masih
tahap HIV positif. Untuk mengatasi masalah ini, salah satu jalan adalah
melakukan persuasi ke dalam dunia usaha, bahwa yang bersangkutan tidak
perlu ditakuti, dan penularannya sangat spesifik .
Sampai saat ini, ban yak perusahaan yang tidak mau mempekerjakan
penderita AIDS karena ketakutan terhadap penyakit itu sendiri atau sekedar
menjaga citra perusahaan . Selama ini mereka takut konsumennya akan
meninggalkan setelah mengetahui bahwa di perusahaan itu ada penderita
AIDS. Sikap dan pandangan masyarakat inilah yang harus diubah.
Semestinya, perusahaan harus dapat membuat perusahaannya yang
mempekerjakan penderita AIDS, mendapat citra yang positif di mata
masyarakat sebagai perusahaan yang manusiawi dan tidak diskriminatif.
AIDS adalah penyakit yang hanya bisa ditularkan lewat kontak seksual ,
transfusi darah, maupun penggunaan jarum suntik yang tercemar virus
AIDS. Oleh karena itu , kemungkinan penularan AIDS ini di tempat kerja
relatif kecil.
Walaupun pegawai terinfeksi, maka pegawai tersebut tidak akan
menunjukkan gejala fisik sampai sekitar 5 -10 tahun. Ia masih bisa bekerja
produktif seperti pagawai sehat lainnya .
Selama ini, petugas menghadapi kesulitan menjaring wanita penghibur
di hotel-hotel, klab malam dan tempat-tempat sejenis lainnya. Sebab tidak
semua menetap di hotel , tapi tersebar di dalam kota. Ada yang di bawa
tamu dari luar, hanya menginap untuk beberapa malam.
Oleh sebab itu, para pengusaha hotel dan klab malam agar tidak
menyembunyikan para wanita penghibur yang ada atau sering mangkal di
tempatnya bila ada petugas yang datang untuk mengambil sampel darah.
Para pengusaha harus mengerti dan terbuka. bahwa tindakan pemeriksaan
ini untuk kepentingan masyarakat banyak .
Namun dari permasalahan tersebut di atas, yang sangat memprihatinkan
lagi adalah sikap Departemen Tenaga Kerja yang tak jauh beda dengan
beberapa perusahaan . Menangkal dengan cara mensyaratkan "BEBAS
AIDS".

75
4. PERANAN TENAGA KESEHATAN

Setiap pemeriksaan untuk mendiagnosa AIDS harus diuahului dengan


penJelasan yang benar dan mendapat persetujuan yang bersangkutan (in
formed consent). sebelum dan sesudahnya harus diberikan konseling yan g
memadai dan hasil pemeriksaan wajib dirahasiakan.
Sudah tentu prinsip ini harus diberlakukan terhadap semua warga
negara , termasuk mereka yang berperilaku berisiko tinggi, sepe rti WTS ,
Waria, dan sebagainya. Sekali lagi yang menjadi masalah di sini adalah
pelaksanaan di lapangan. Sungguh kontras bunyi prinsip yang indah ini
dibandingkan dengan praktik pengambilan sampel darah di lokalisasi
pelacuran selama ini .
Petugas kesehatan datang didampingi aparat keamanan. Kemudian
pernyataan Informed Consent disodorkan untuk ditandatangan i tanpa
pilihan untuk menoIak, dan contoh darah diambil dengan ceramah
sekedarnya yang dinamakan 'konseling" . Apabila ditemukan ada yang
positif HIV, yang empunya darah dilacak dengan mengerahkan tim lintas
sektoral.
TidakIah mengherankan apabila beritanya cepat menjaIar ke warga
sekitar tempat pengidap tinggal dan ke media massa, dengan akibat yang
menyedihkan bagi yang bersangkutan. Selanjutnya mereka "diawasi"
bahkan "diamankan", dan "dibatasi" ruang geraknya, tanpa dasar huku m
apapun. Konseling yang selama ini diberikan tidak lebih dari petuah dan
penntah yang menyimpang dan makna konseling yang sesungguhnya, yang
bertumpu pada suasana kemitraan dengan keputusan tetap berada di tangan
klien.

5. PERANAN PMI

Hasil penelitian terakhir WHO menunjukkan peluang terbesar


penularan penyakit AIDS adalah transfusi darah . Peluang transfusi darah
untuk menyebarkan AIDS hampir 90 persen, jauh di atas seksua/ inter
course (hubungan seksual) yang peluangnya hanya berkisar 0, I - 1,0 persen
dan jarum suntik, 0,5 - 1,0 persen, tetapi iron,i snya, 80 sampai 90 persen
penderita AIDS di kawasan Asia Tenggara memperoleh penyakit tersebut
melalui hubungan seksual.
Oleh karena itu, peranan PMI untuk membantu mendeteksi penderita
AlDS sangat dibutuhkan dan mendesak. Sebab darah yang diberikan para
donor itu sebelum ditranfusikan kepada orang lain yang membutuhkan

76
lerlebih dahulu harus dilakukan pengujian unluk mengelahui apakah darah
tersebut mengandung bibit penyakit at au tidak, termasuk virus HIV
Petugas PMI harus selalu siap dalam membanru mengatasi AIDS namun
itu semua kembali bergantung kepada bantuan masyarakat.
Usaha yang dapat dilakukan oleh petugas PMI ant ara lain
I. Melakukan skrining pada darah yang akan ditransfu s ikan untuk
mencegah penularan virus HIV
2. Membantu praktik suntik dan tusuk jarum agar menggunakan jarum
yang telah disterilkan.
Petugas PMI setelah menemukan darah yang mengandung virus HIV,
hendaknya tidak mengumumkan nama mereka yang mengidapnya. Baik
kepada orang lain maupun kepada media massa.

KESIMPULAN

eara yang paling ampuh dalam menangguJangi AIDS adalah dengan eara
menghindari perilaku berisiko tinggi. Hal ini tergantung kepada masyarakat
itu sendiri dibantu oleh infonnasi dan pendidikan dari berbagai kelompok
masyarakal.
Kelompok-kelompok masyarakat harus berusaha untuk memberikan
penyuluhan, konseling kepada penderita AIDS. Dengan solusi semaeam ini,
kalaupun diadakan tindakan karantina terhadap penderita AIDS dapat dilakukan
seeara manusiawi sesuai dengan nonna-norma kesusilaan dan keagamaan.
Oleh karena itu, jalan keluamya daJam menghadapi AIDS adalah perlu
adanya peran serta dari kelompok-kelompok masyarakat untuk memberi
dukungan moral dan sosial agar penderita AIDS tidak berpuru s asa, sambil
menunggu datangnya obat pemusnahnya. Di samping kesadaran sosial dan
moral bagi penderita AIDS untuk bertingkah laku dan tidak menulari keluarga
dan masyarakat lingkungannya.
Sedangkan langkah-Iangkah yang harus dilaksanakan untuk mengatasi
AIDS adalah :
I. Penyuluhan intensif kepada masyarakat luas untuk meningkatkan tanggung
jawab pribadi dalam melindungi diri dari penularan AIDS, dan
menghilangkan ketakutan yang berlebihan dan prasangka tidak berdasar
terhadap penderita AIDS .
2. Promosi HIV seeara suka rela dan terjamin kerahasiaannya di sertai
konseling efektif unruk mengubah perilaku bersikap tinggi .

77
.\ Mengemhangkclll lInuang -ulHLing uan peraturan untuk rnenciptakan
,uasana yang membantu upaya pendekatan kepada mereka yang berisiko
tinggi. mencegah diskrill1lnasi di tempal kerJa dan di semua te mpat
pelayanan. menjarnin kesukareban tes HIY. dan menjarnin keraha siaan
hasil tes HIV at au diagnosis AIDS

DAFTAR PUSTAKA

I. Kornpas, 19 Februari 1994

2. Kompas , 26 Maret 1994

J. Kompas, 25 April 1996

4. Kompas, 3 Mei 1994

5. Kompas, 16 Mei 1994

6. Kompas, 28 Juli 1994

7. Kompas, 30 Agustus 1994

8. Republika, 14 April 1994

9. Republika, 29 Juni 1994

10. Republika, 4 Agustus 1994

11. Suara Pembaharuan, 141anuari 1994

12. Suara Pembaharuan, 12 luni 1994.

78
ANAKANAK SEHAT,

MASA DEPAN BANGSA KUAT **)

Oleh Ny. Widhi Hartlni oil)

1. PENDAHULUAN

Ketika membuka Konferensi Regional Asia Pasifik Forum


Intemasional untuk Kesejahteraan Anak di Istana Negara pada tanggal 2
Februari 1994. Presiden Soeharto antara lain mengatakan : "Generas; muda
akan lemah. jika anak-anaknya lemah. Karena itu. meningkatkan
kesejahteraan anak berarti menyiapkan generasi muda yang lebih tangguh.
Dan, menyiapkan generasi muda yang tangguh berarti menyiapkan bangsa
yang tangguh ". Bertitik tolak dari kata-kata Presiden inilah kami melihat
bahwa keluarga memang mempunyai peran strategis dalam menyiapkan
masa depan bangsa, karena dari ke\uargalah anak-anak dilahirkan. dididik
dan dibesarkan. Maka, jika keluarga-keluarga sungguh-sungguh
memperhatikan kesejahteraan anak, mereka ikut ambil bagian dalum
mempersiapkan generasi masa depan bangsa yang kuat.
Jika kita menengok ketentuan yang telah tergoreskan dalam GBHN,
kita dapat mengetahui bahwa sejak GBHN pertama dalam Pembangunan
Jangka Panjang I, telah dirumuskan hakikat pembangunan nasional, yakni
pembangunan manusia seutuhnya dan masyarakat seluruhnya. Oleh karena
itu, jika keluarga-keluarga ingin sungguh berpartisipasi dalam
mempersiapkan generasi masa depan yang tangguh, mereka pun harus
memperhatikan penyejahteraan anak secara menyeluruh. Semakin banyak
orang menyadari bahwa memperlengkapi anak dengan satu aspek
kehidupan saja, misalnya harta saja, tidak memberikan kesejahteraan
menyeluruh pada diri si anak. Demikian aspek kesehatan anak hanya dilihat
dari kesehatan jasmani saja, kita belum memberikan kesehatan yang utuh
pada diri si anak. Masih banyak aspek lain yang perlu mendapatkan
perhatian jika kita ingin menjadikan anak-anak sejahtera seutuhnya.
Tulisan ini bermaksud mengajak keluarga-keluarga Indonesia
berpartisipasi dalam pembentukan masa depan bangsa yang kuat dengan
membesarkan anak-anak secara utuh, sehat walafiat, jasmani dan rohani.
Untuk itu, kami akan berbicara mengenai kesehatan anak dengan mengacu
pada indikator kesejahteraan anak, seperti yang dirumuskan oleh Biro Pusat
Statistik tahun 1994. Adapun indikator yang kami ambiJ adaJah :

.) Pend!"ikan terakhlr Sekolab Bldan


) Juan I Lomba Karya lUI. BlcWJg Kftdtatan 1994

79
Aspek Kesehatan dan Gizi

Aspek Pendidikan

Aspek Ekonomi

Aspek Sosial-Budaya dan Agama

Aspek Lingkungan Sosial dan Fisik.

Demikian pembahasan tulisan ini akan mengikuti aspek-aspek


tersebut.

2. ASPEK KESEHATAN DAN GIZI


Pepatah Latin Kuno "Mens sana in corpore sana" (dalam tubuh yang
sehat terdapat jiwa yang sehat) merupakan salah satu kebijakan umat
manusia yang telah lama mengendap di hati sanubari, yakni bahwa
kesehatan jasmani merupakan nilai dasar yang harus dipenuhi untuk
memungkinkan berkembangnya nilai-nilai lain dalam hidup manusia.
Karena itulah berbicara tentang kesejahteraan manusia, khususnya
kesejahteraan anak-anak, keluarga-keluarga harus pertama-tama
memperhatikan unsur dasar ini.

Karena kesehatan tubuh terutama ditopang oleh makan a n dan


minuman yang masuk ke dalam tubuh manusia, maka memperhatikan
kesehatan jasmani keluarga berarti juga memperhatikan nilai makanan yang
disalltap oleh keluarga. Dalam hal ini pemerintah telah lama mencanangkan
pola makanan "empat sehaf. lima sempurna", yang untuk zaman ini tidak
terlalu sulit untuk dipenuhi oleh keluarga-keluarga Indonesia. Sebagai ibu
rumah tangga, soal makanan memang menjadi perhatian utama saya. Soal
gizi (mutu makanan) menempati urutan pertama dalam men y jikan
makanan. Selanjutnya, soal selera keluarga juga saya perhatikan. agar
makanan yang bergizi itupun dinikmati oleh seluruh keluarga. B iasanya,
anak-anak suka masakan-masakan tertentu, yangjustru nilai gizinya sangat
rendah . Untuk itu saya berusaha agar masakan tersebut dapat disajikan
dengan mengubah nilai gizinya. Misalnya, daripadajajan bakso di luaran
yang nilai gizinya rendah, bahkan sering mengandung zat berbahaya, saya
mencoba resep masakan bakso dengan nilai gizi yang lebih tinggi dan
mengurangi bumbu atau bah an yang tidak menguntungkan kesehatan.
Berdasarkan beberapa buku dan petunjuk kesehatan, kita dapat mengetahui
bahan-bah an dan bumbu yang berguna bagi kesehatan kita.

Khusus berkaitan dengan kesehatan dan kesejahteraan bayi, pemberian


ASI adalah mutlak perlu. Maka, walaupun saya dinas di rumah sakit
pemerintah, saya berusaha agar anak-anak saya mendapatkan AS ] yang
cukup. sampai waktunya mereka harus berpindah ke bentuk makanan yang

80
lain. Oi samping AS[ merupakan satu-satunya susu yang paling bergizi
bagi anak-anak. pemberiannya juga dapat menumbuhkan ja[inan kasih
sayang ibu dan anak secara mendalam. [ni merupakan kebahagiaan yang
tidak akan terlupakan bagi seorang ibu. Tentu, tak perlu diragukan , di
samping ASI, anak-anak perlu dijaga ke sehatannya lewat imunisasi
lengkap, yang sekarang tersedia [uas di semua Puskesmas atau Posyandu .
Penjagaan dan pemelih araan kesehatan secara teliti sejak usia dini
akan memberikan jaminan kesejahteraan yang lebih baik bagi anak-anak
untuk masa depan mereka.

3. ASPEK PENDIDIKAN
Pendidikan merupakan unsur kedua yang paling penting dalam
kehidupan anak. Boleh dikatakan seluruh perjalanan hidup anak hingga
dewasa merupakan suatu proses pendidikan. Anak-anak akan tumbuh
sehat dan utuh, jika pendidikan yang diberikan oleh orang tua pun juga
utuh . Pendidikan yang utuh ini menyangkut berbagai macam bidang, antara
lain : bidang intelektual, bidang sosial, bidang afektif/emosional, bidang
mentaVspiritual.
Tentu semua bidang itu sudah diberikan di sekolah-sekolah, bahkan
dalam beberapa hal, khususnya di bidang intelektual, sekolah mungkin
menyajikan pendidikan yang lebih baik. Namun pendidikan keluarga tetap
merupakan pendidikan pertama dan utamil, karena ada banyak kekhususan
dalam keluarga yang tidak dapat ditemukan di tempat lain.
Kekhususan pertama, keluarga memberikan lingkungan yang tidak
dapat diberikan oleh tempat lain. Selama dua puluh empatjam setiap hari.
keluarga dapat memberikan pengalaman hidup kepada anak-anak. Keluarga
adalah lingkungan. di mana orang tua dan anak-anak dapat makan bersama,
bermain bersama, bepergian bersama, bahkan tidurdi bawah satu atap .
Inilah lingkungan alamiah, yang memberikan pengalaman pendidikan
pertama kepada anak-anak. Bila kita menyadari hal ini. kita dapat
menciptakan iklim mendidik dalam seluruh perjalanan keluarga kita. Iklim
inilah yang diperlukan agar anak berkembang secara utuh.
Kekhususan kedua. keluarga tidak hanya memberikan pendidikan
lewat pengetahuan dan pengalaman, tetapi terlebih- Iebih lewat teladan.
Orang tua mempunyai kesempatan yang luas untuk menanamkan nilai
nilai luhur dalam diri si anak, bukan hanya lewat nasihat, tetapi terlebih
lebih lewat teladan . Ini jauh lebih berarti daripada segudang nasihat.
Pengalaman kami menunjukkan bahwa teladan merupakan saran a
pengajaran yang paling efektif dibanding dengan sarana-sarana lain .

81
Kekhusl/sall kCliga, keluarga merupakan tempat teduh dan
perlindungan yang paling aman bagi anak-anak. Pepalah Inggris yang
mengalakan "There is no place like home. " (Tidak ada lempal seperti
rumah) memang sangallepal. Dalam masa perlumbuhan anak -anak sangal
membuluhkan lerbenluknya harga diri dan rasa percaya diri. Kebutuhan
kejiwaan ini hanya dapal dipenuhi secara uluh oleh orang lua, karena
pemenuhan dari kebuluhan itu hanya dapat dilanamkan sejak awa l' oleh
orang tua. IniJah makna cinla orang lua bagi anak-anak. Oleh karena itu
sejak awal, hal ini kami sadari dan kami usahakan lerwujud dalam keluarga.
Demikianlah, dalam perjalanan hidup si anak, keliga hallersebut selalu
kami perhatikan, sehingga pendidikan di sekolah hanya merupakan
lambahan dari seJuruh proses pendidikan si anak. Perkembangan hidup si
anak secara utuh hanya mungkin lercapai jika ada komilmen penu h dari
orang tua unluk mencintai anak-anaknya.

4. ASPEK EKONOMI
Bukan rahasia lagi bahwa ekonomi keJuarga merupakan salah salu
unsur terpenting dalam perjalanan hidup keluarga. Meskipun banyak faklor
lain, yang menentukan kebahagiaan keJuarga, kita harus mengakui tanpa
ditopang oleh penghasiIan yang cukup, keIuarga akan mudah sekali goyah,
bahkan dapat hancur berantakan. Apalagi kalau hal ini dikaitkan dengan
kebutuhan pendidikan anak-anak, yang makin lama makin mahal.
Oleh karena itu, membangun ekonomi keIuarga dengan penuh
kecermatan merupakan syarat mutlak agar keluarga sejahtera dapat tercapai.
Dengan istilah "membangun ekonomi keluarga" lidak dimaksudkan
"menjadi kaya". Justru sebaliknya, orang harus hali-hati dengan nasfu
manusia untuk menjadi kaya, karena nafsu seperti ini seringkali menjadi
bumerang bagi keutuhan keluarga ilu sendiri. Dengan isti lah "membangun
ekonomi keluarga" dimaksudkan "mengatur semua bentuk pemasukan dan
pengeluaran uang keluarga secara realistis demi kesejahteraan keluarga".
Dari pengertian ini jelas orang harus tahu pasti penghasilan keJuarganya
dan juga kebutuhan keluarga yang harus dipenuhi oleh penghasilannya
tersebul.
Ada beberapa prinsip yang perlu diperhatikan daJam membangun
ekonomi keluarga :
Pertama, prinsip keterbukaan. Hal pertama yang perlu diketahui secara
pasti dalam membangun ekonomi keluarga adalah "berapa penghasilan
suami-istri setiap bulannya". Oleh karena itu pertama-tama dituntut
keterbukaan suami-istri dalam hal penghasilan mereka. Wujud dari

82
keterbukaan ini dapat bel1llacam- macam. Untuk ko nteks zaman ini orang
bisa menggunakan jasa bank untuk mewujudkan keterbukaan so al
keuangan antar suami-islri. Oengan membuka tabungan keluarga, misalnya,
kila dapal dengan mudah melihat posisi keuangan keluarga setiap ~aal.
Kelerbukaan juga dapal dilakukan dengan membeberkan pemasukan dan
pengeluaran suami-istri setiap hari, sehingga pemasukan dan pengeluaran
selalu terpantau seliap hari. Keterbukaan seperti ini juga akan memudahkan
bagi suami-istri dalam mengevaluasi perjalanan perekonomian rumah
tangga.
Kedua, prinsip peren canaan . Jika kita sudah memegang uang ,
seringkali kita begitu gampang membelanjakannya tanpa perhitungan yang
matang . Itulah sebabnya sering kita dengar uang gaji sudah habis pada
pertengahan bulan, padahal kita masih harus tetap hidup pada separuh bul an
bersangkutan . Kejadian seperti ini mencerminkan tiadanya perencanaan
dalam mengatur ekonomi keluarga . Oleh karena itu, jika keluarga ingin
membangun ekonominya dengan baik , tidak ada jalan lain kecuali
menyusun suatu perencanaan, baikjangka pendek, maupunjangka panjang.
Perencanaan jangka pendek mencakup semua kebutuhan rutin dan tetap
dan kebutuhan-kebutuhan e sen s ial lainnya. Keluarga harus dap at
mengalokasikan uang untuk perencanaan jangka pendek ini, sebab
kebutuhan-kebutuhan ini tidak dapat ditunda lagi. Perencanaan jangka
panjang mencakup kebutuhan- kebutuhan yang tidak terlalu mendesak
namun perlu dipersiapkan sejak dini, misalnya : kebutuhan pendidikan
anak-anak , persiapan jika salah satu anggota kelaurga sakit keras,
kebutuhan-kebutuhan sekunder. Sehubungan dengan perencanaan jangka
panjang ini, peranan tabungan dan asuransi sangat penting . Maka
pengeluaran kelu arga harus diatur sedemikian rupa sehingga masih ada
sisa yang dapat ditabung untuk keperluan jangka panjang ini.
Prinsip ketiga, penyesuaian gaya hidup. Zaman irii adalah zaman yang
penuh dengan iming-iming dunia. Oi mana-mana orang dijejali dengan
berbagai macam iklan yang mempesona. Bahkan seandainya kita duduk
duduk di rumah sambi I nonton TV, mendengarkan radio atau membaca
majalah dan surat kabar, kita tetap akan bertemu dengan berbagai mac am
iklan yang menawarkan segala macam kenyamanan . Perjumpaan dengan
teman dan tetangga pun tidak luput dari penawaran-penawaran baru yang
menarik. Semua ini dapat menggoda orang untuk memasuki gaya hidup
tertentu, yang tidak selalu sejalan dengan kemampuan kocek kita. Oleh
karena itu orang perlu selalu menyadari pentingnya menyesuaikan gaya
hidup dengan kemampuan ekonomi keluarga. Nilai-nilai yang dipegang
oleh suami-istri dalam hal harta kekayaan dan uang harus disamakan .

83
Deng<ln cam ilu akan terbentukl<lh gay<l hidup ke luarga yang sesliai deng a n
keadaan ekonomi rumah tangga . Tanpa pe nyesuaian itu kelaurga ak an
terhanyut oleh nilai-nilai iklan yang serb<l mcnggiurkan, namun dapat
merusa k keutuhan keluarga.

Berdasa rkan ketiga prin s ip itulah keluarga membangun e kon o minya .


Pengalaman kami menunjukkan, jika ketiga prinsip itu dipegang tegu h,
ekonomi rumah tangga pun dapat berjalan dengan lancar. Memang ada
saat-saat krisi s dan sulit, namun berhubung saat-saat seperti itu sudah
diantisipasi dalam perencanaan, maka pada umumnya krisi s terse hut dapat
teratasi dengan baik.
Satu hal penting dalam pengaturan ekon o mi rumah tangga adalah
kaitannya dengan kesejahteraan anak-anak . Anak-anak perlu mempuny ai
pemahaman yangjelas dan nilai-nilai yang baik berkaitan dengan ekono mi
rumah tangga . Mereka harus dapat menghargai jerih payah orang tua oalam
memenuhi kebutuhan keluarga dan sekaligus membentuk diri scbagai
pribadi yang menjunjung tinggi pentingnya kerja untuk menghasilk an
sesuatu yang berharga. Ada beberapa hal yang mungkin dapat memberi
kan ilham bagi orang tua dalam menyejahterakan anak-anak di bida ng
eko nomi :
J. Sejak kecil anak-anak dilibatkan dalam pengel o laan ekonomi ruma h
tangga . Pelibatan ini tentu saja di sesuaikan dengan usia anak-anak .
Misalnya, mereka dibiasakan menghargai makanan yang di sediakan
di meja makan dengan menyantapnya penuh suka cita; bila sudah agak
besar, mungkin mereka dapat dilibatkan dalam mencatat belanjaan,
jujur dalam men ye rahkan uang kembalian, cermat dala m
memanfaatkan uang saku, dan sebagainya.
2. T idak merahasiakan kesulitan keuangan di hadapan anak-anak.
Kesulitan keuangan bisa membuat suami-istri mengalami tekanan batin
(stress). Jika hal ini dirahasiakan, justru anak-anak akan diliputi rasa
takut, karena mereka hanya merasakan dampak tekanan batin oran g
tua mereka, tanpa memahami benar-benar penyebabnya. Maka jauh
lebih baik jika mereka tahu permasa lahan yang dihadapi orang tua,
agar dengan demikian mereka ikut prihatin dan memahami jika
berbagai fasilitas yang mereka nikmati terpaksa harus dikurangi.
3. Memberi ua ng saku sewajamya sedini mungkin sesuai dengan usia
anak-anak. Dengan mempercayakan sejumlah uang saku, orang tua
juga mengajarkan pentingnya pengaturan uang dalam hidup . .Jika
seorang anak menginginkan permainan yang mahal, mi salnya, ia harns
berjuang mendapatkannya dengan cara menabung . Nilai kerja haru s

84
terkait pada uang, sehingga sejak awal anak-anak sudah memahami
pentingnya bekerja untuk menghasilkan uang.
4. Tidak menggunakan uang sebagai sarana hukuman atau rayuan. Hal
ini untuk menghindari sikap anak yang hanya mau bekerja karena
akan diberi upah. Oleh karena itu uang saku tidak boleh dikaitkan
dengan seberapa jauh seorang anak membantu pekerjaan orang tua.
Uang saku adalah hak si anak, tetapi membantu orang tua juga
merupakan kewajiban si anak . Oleh karena itu pulalah, uang tidak
boleh dijadikan alat untuk merayu anak agar ia mau bekerja .
Singkatnya, kesejahteraan ekonomi dalam keluarga memang bukan
sekedar memberikan jaminan keeukupan di bidang ekonomi, melainkan
juga menanamkan nilai-nilai moral yang harus dipegang teguh dalam
menjalani hidup, misalnya: nilai kerja, nilai kejujuran, nilai ekonomis
(hemat, belanja sesuai dengan kebutuhan, menabung dan sebagainya).
Kesejahteraan ekonomi juga bersifat antisipatif terhadap masa depan,
sehingga perjalanan hidup keluarga tidak sampai tersendat-sendat karena
berbagai maeam kesulitan di bidang ekonomi . Oengan eara inilah kita tidak
hanya memberikanjaminan hidup yang layak kepada anak-anak, melainkan
juga menanamkan nilai dan sikap moral yang baik dalam diri anak-anak
berkaitan dengan masalah keuangan.

5. ASPEK SOSIAL-BUDAYA DAN AGAMA


Seperti sudah disinggung dalam aspek pendidikan, keutuhan pribadi
manusia menuntut kedewasaan dalam berbagai maeam hal. Oi antaranya
adalah kedewasaan mental-spiritual. Kesejahteraan keluarga yang sejati
tentu tidak boleh dilepaskan dari pendidikan di bidang ini.
Oi bidang sosial-budaya anak-anak perlu mendapatkan ruang untuk
berkembang. Maka sejak keeil berbagai kesempatan untuk
mengembangkan minat dan hobi sejauh mungkin dipenuhi. Oalam
pengelolaan ekonomi rumah tangga hal ini perlu diperhitungkan. Hal ini
penting, karena seringkali orang tua terlalu menekankan faktor intelektual,
padahal anak-anak lebih banyak menaruh minat di bidang keterampilan
dan tidak mustahil rejekinya ada di bidang tersebut. Kita tahu di zaman
ini penghasilan seorang aktor/aktris, penari, pemahat, pelukis, musikus,
oJahragawan, dan sebagainya, dapat melampaui penghasilan seorang
manager perusahaan. Oleh karena itu, kesejahteraan si anak pun akan lebih
lengkap jika berbagai minat di bidang sosial-budaya inipun mendapatkan
penyalurannya.

85
Hal ini t ~ ntu memerlukan pengamatan yang balk dan orang tua.
Serin gka li bakat-bakat :-; i an ak ;;udah mulai tampak ~eJak kecil. Jika orang
tua tanggap dan memberikan peluang bagi si anak untuk mengembang
kan bakatnya tersebut. tentu hi.l s il yi.lng baik di.ln memuaskan dapat
diharapkan. Pengalaman keluarga kami menunjukkan bahwa penyaluran
hobi dan minat yang dirinti s sejak dini membuahkan hasil yang ~ angat
baik , apalagi jika latihan-Iatihan yang dijalani si anak didukun g dan
didampingi oleh orang tua.
Yang Jebih sulit untuk ditangani dalam hal sosial-budaya di zama n ini
adalah soal "nonton TV". Kesulitannya terletak dalam hal :
I. Pengaturan jadwal nonton TV dan belajar.
2. PemiJihan tayangan TV yang boleh ditonton oleh anak-anak.
3. Penyelesaian konflikjika anak-anak berebut program yang disenangi.

Pad a umumnya kebijakan orang tua yang konsisten akan sangat


membantu dalam hal "non ton TV" ini. Misalnya: antara pukul 18.00-20.00
TV tidak boleh nyala, sebab waktu tersebut digunakan untuk belajar. Ji ka
kebijakan ini seeara umum diikuti seeara ajeg, anak-anak akan terbiasa
juga dengan peraturan tersebut. Demikian juga jika orang tua ajeg dalam
melarang salah satu tayangan TV, karena dianggap kurang sesuai dengan
u ia anak-anak misalnya dengan eara orang tua sendiri juga tidak menonton
tayangan tersebut - dapat diharapkan anak-anak juga akan menaatinya.
Ke bijakan orang tua sangat menentukan dalam membentuk mental anak
anak .

Hal yang sama berlaku dalam pendidikan agama. Keluarga yang


bero rientasi Ketuhanan pasti menempatkan iman pada tempat utama
ke hi dupan keluarga. Iman tentu bukan pertama-tama ibadah, melainkan
penghayatan nilai-nilai keagamaan dalam seluruh perjalaan hidup
seseorang . Tentu, yang paling menonjol dalam penghayatan iman adalah
ibadah seseorang. Jika orang tua menginginkan anak-anaknya meneapai
kedewasaan spiritual, hal pertama yang perlu diperhatikan adalah mendidik
mereka untuk beribadah dengan baik dan benar. Selanjutnya, mcreka
dididik untuk menghayati nilai-nilai keagamaan dalam hidup sehari-hari.

Pengalaman keluarga kami menunjukkan bahwa nilai-nilai keagamaan


hanya mungkin tertanam dengan baik dalam diri anak-anak melalui teladan
orang tua. Entah itu sembahyang, mendalami iman, kegiatan keagamaan,
nasi hat-nasi hat rohani, dan seterusnya hanya dapat berdaya guna dengan
baik , jika orang tua sendiri menjalaninya. Maka lebih baik anak-anak
mengetahui keterliatan orang tua dalam hidup keagamaan. Suasana religius

86
dalam hidup keluarga yang diciplakan oleh orang lua akan berpengaruh
besar dalam membentuk jiwa religius dalam diri anak-anak.

6. ASPEK LINGKUNGAN SOSIAL DAN FISIK


Aspek terakhir yang menentukan kesejahteraan anak-anak adalah
lingkungan sosial dan fisiko Semua ahli ilmu jiwa sepakat bahwa
perkembangan seorang anak, di samping ditentukan oleh faktor keturunan
dan pendidikan,juga ditentukan oleh lingkungan sosial dan fisiknya. Maka
jika kita ingin memberikan kesejahteraan optimal kepada anak-anak, aspek
lingkungan sosial dan fisik harus mendapatkan perhatian .
Datam hat tingkungan sosial , yang pating penting diperhatikan adalah
menjaga agar anak-anak bergaul dengan orang atau ternan-ternan yang
baik. Pengaruh teman dalam hidup si anak sangat besar. Lebih baik
membiarkan teman-temannya datang ke rumah daripada anak kita
keluyuran ke mana-mana dengan ternan-ternan yang tidak kita ketahui
identitasnya. Pengawasan yang ketat sangat diperlukan pada usia remaja,
sebab usia tersebut adalah usia yang sangat rawan, yang mempermudah
pengaruh jelek masuk dalam diri si anak. Kegiatan-kegiatan yang positif,
yakni penyaturan bakat dan minat, akan sangat membantu mengurangi
hasrat dan energi anak untuk ketuyuran tanpa tujuan. Biasanya anak-anak
cenderung menjadi anak nakaI, karena mereka tidak tahu dan mungkin
juga tidak mempunyai kesempatan untuk menyalurkan hasrat dan energi
mereka ke bidang-bidang yang positif. Itulah sebabnya orang tua perlu
memandangjauh ke depan datam mengatur dan mempersiapkan pendidikan
anak dengan memberikan peluang-peluang untuk penyaluran bakat dan
minat.
Lingkungan sosial yang baik dapat diperoleh dengan kerja sarna
dengan beberapa keluarga yang mempunyai anak-anak yang seusia. Jika
orang tua saling mengenal, pengawasan perkembangan kedewasaan sosiat
anak-anak pun akan lebih terjamin.
Berkaitan dengan tingkungan fisiko yang pertama tentu adalah
lingkungan rumah sendiri. Kebersihan rumah, penataan rumah, privacy
anggota keluarga adalah hal-hal yang mendukung perkembangan positif
anak-anak. Sedini mungkin anak-anak hendaknya diberi kamar sendiri,
agar sejak awal mereka belajar bertanggung jawab menata lingkungan
fisiknya.
Udara dan air yang bersih tentu harus mendapatkan perhatian utama.
Ini merupakan prasyarat utama untuk dapat hidup dengan tayak. Kesutitan
air bersih memang kadang-kadang harus dihadapi keluarga . Tetapi zaman

87
sekarang ada banyak cara agar kebuluhan akan air bersih ini dapal dipenuh i.
Namun, jib memang kesulilan ini lidak dapat diatasi SLlll1a sekali, lebih
baik keluarga meninggalkan tempat tersebul dan mencari tempat lain yang
lebih memungkinkan untuk mendapatkan air bersih.
Penanaman nilai kebersihan sejak dini penting sekali, khususnya di
bidang sanitasi. Kebutuhan untuk buang air, selokan. kotak sampah
merupakan kebutuhan vital keluarga, agar lingkungan fisik yang bersih
sungguh-sungguh terjamin.

7. PENUTUP
Masa depan bangsa Indonesia terletak pada generasi mUdanya.
Perhatian yang serius terhadap kesejahteraan anak-anak dalam segala
bidang berarti perhatian yang serius pula terhadap kesejahteraan bangsa
di masa depan .
Seringkali orang merasa bahwa sebagai bapak alau ibu kita tidak bi sa
berpartisipasi dalam pembangunan bangsa. Padahal, jika para orang tu a
memberikan perhatian yang baik pada pengembangan dan pendidikan anak
anak, ia sudah menunjukkan danna baktinya bagi pembangunan bangsa .
Memang, perannya bukan peran yang menonjol, namun tidak berarti bah wa
perannya itu tidak bernilai. Orang tua yang baik ada'iah warga negara yang
baik, karena ia mengisi negaranya dengan insan-insan yang baik pula.
Atas dasar ilu perlulah ditingkatkan kesadaran nasional para orang
tua dalam mendidik dan membesarkan anak-anaknya. Para pejuang,
pahlawan dan pemimpin bangsa Indonesia yang telah menyumbangkan
banyak jasa kepada negara dan bangsa tidak dapat dilepaskan dari jasa
para orang tua . Maka penyadaran terhadap peran luhur mereka sangallah
penting.
Memberikan kesehatan yang utuh kepada anak-anak merupakan bekal
utama bagi anak-anak dalam menjadi manusia yang utuh , sehat jasmani
dan rohani. Jika hal ini disadari orang tua, ia tidak hanya mempersiapk a n
insan Indonesia yang baik, melainkan juga ikut berpartisipasi dalam
membentuk masa depan bangsa yang kuat.

88
DAFTAR PUSTAKA

I. Adams, J .E. So/l'illg Marriagl! Prohll!lIls. New Jeresey : PRB Company.


198~ .

2. Biro Pusat Statistik. Illdikator Kesl!jlhtel'([an Anak 1994. Jakarta: BPS.


1995.

3. Blackburn. Bill and Deana. Stress Points in Marriage, Waco: Word Books.
1986.

4. Kantor Menteri Koordinator Kesejahteraan Rakyat. Laporan


Perkembangan Kesejahteraan Anak Indonesia 1994. Jakarta: 1994.

5. Nilsson, Lennart. A Child is born, London: Doubleday, 1994.

6. Sayogyo, Indeks Mutu Hidup, Prisma No. II hal. 9-19.

89
MENGGUGAH PARTISIPASI MASYARAKAT

DESA TERTINGGAL DALAM PRAKTIK

KESEHATAN KELUARGA SEBAGAI DUKUNGAN

PENGEMBANGAN SUMBER DAYA MANUSIA**)

Oleh Erna Surjadi *)

Gerakan nasional penanggulangan kemiskin a n telah di c anangkan


pemerintah dan ditandaskan kembali tahun 1993, melalui amanat dalam Garis
garis Besar Haluan Negara (GBHN) 1993, yang menyatakan bahwa " Oalam
Pembangunan Jangka Panjang Pertama, pembangunan telah menyebar di
seluruh penjuru tanah air dan jumlah rakyat yang hidup di dalam kemiskinan
telah sangat banyak berkurang. Upaya untuk lebih memeratakan pembangunan
serta menghilangkan kemiskinan dan keterbelakangan masih perlu terus
dilanjutkan dan ditingkatkan".
Peningkatan penanggulangan kemiskinan telah diinstruksikan langsung
oleh Presiden melalui Instruksi Presiden Nomor 5 tahun 1993 tanggal 27 Oe
sember 1993, yang popuJer dengan nama Program Inpres Oesa Tertinggal (IOn.
Sebagaimana tersirat dalam hakikat pembangunan nasional, yaitu suatu
pencerminan kehendak untuk terus-menerus meningkatkan kesejahteraan dan
kemakmuran rakyat Indonesia secara adil dan merata, maka peranan kesehatan
keluarga dalam hal kesejahteraan dan atau kemakmuran rakyat tidak dapat
diabaikan. Mensana in corpore sano, dalam tubuh yang sehat terdapat jiwa
yang kuat. Rakyat sehat, negara kuat, demikian kita dengar sebagai suatu yel
yel yang ingin mengungkapkan betapa pentingnya kesehatan dalam masyarakat.
Kesehatan menjadi pokok yang semakin penting di kalangan masyarakat
miskin, karena bilajatuh sakit ekonomi rumah tangga dapat langsung ambruk.
Berbeda dengan orang kaya, karena dengan kemajuan teknologi infoll11asi dan
didukung dengan revolusi komunikasi, transaksi bisnis masih d apat
dilaksanakan dari rumah sakit dengan fasilitas telepon genggam atau bahkan
internet serta ada banyak orang lain yang dapat ditunjuk menggantikan selama
yang bersangkutan tidak aktif.
Kesehatan tubuh kadang-kadang, bahkan sering diabaikan oleh para
pekerja, baik dari kalangan bawah maupun kalangan atas . Sampai -sampai ada
istilah 'workoholic', kecanduan kerja. Terlena dalam pekerjaan atau karena
dorongan ekonomi menyebabkan orang bekerja dari pagi bahkan subuh, siang
*) Pendidikan terakhir Strau-2, Master of Science.
**) Juara II Lomba Karya Thlis Bidang Kesehatan 1995.

90
~ ampai malam hari . Tanpa diketahui. ~ang pe"erja dapat ter"ena se r<Jngan
penyakit hepatiti s. sakit lambung dan lain-lain yang jelas ,,"an mengganggu
produktivit as kerj anya.
Adanya penyakit yang dapat ditularkan me lalui udaru sepe rti influensa.
tuberculosi s dan lain-lain dapat menyebabkan anggota keluarga atau orang yang
berdekatan terkena penyakit yang sama . Dapat dibayan g kan apabila hal ini
dialami oleh keluarga mi sk in . Belum lagi adanya suatu kenyataan rendah gizi
yang menye limuti keluarga-keluarga miskin, karena kekurangtahuan terhadap
sumber makanan pembentuk energi dan pembangunan se l-sel tubuh. Yang
sebenarnya dapat diperoleh melalui sumber-sumber makanan pengganti.
Jadi, suatu program penggugahan tentang pentingnya ke se hatan keluarga
sangat perlu dilak sa nakan pemerintah dalam upaya mendukung tercapainya
usaha lompatan dari garis kemiskin an golongan ini ke arah kondisi yang lebih
baik.

PROGRAM lDT DAN PERANAN SEKTOR KESEHATAN


Keberhasilan program lDT ini, disebutkan akan ditentukan oleh
a. Adanya motivasi penduduk miskin itu sendiri untuk mengubah nasibnya.
b. Adanya dukungan aparat yang penuh dedikasi dalam penanggulangan
kemiskinan.
c. Adanya kepedulian dan peran serta aktif seluruh lapisan masyarakat.
Maka peranan sektor kesehatan dalam memberikan motivasi kepada
penduduk miskin sangat diperlukan dalam usaha memperhatikan kesehatan
keluarganya se hingga mendukung upaya penanggulangan kemiskinan. Karena
secara tidak langsung akan mendukung kesinambungan kerja pencari nafkah
dalam keluarga dan secara langsung dapat melakukan penghematan dalam
pencegahan penyakit yang dapat menyerang keluarga.
Kata orang. bila sudah miskin jangan sakit, karen a untuk makan sehari
hari saja sudah sulit apalagi untuk beli obat ? Tetapi justru yang miskin ini
sering sakit, karena lemahnya daya pertahanan tubuh atau karena kurang
memelihara kesehatannya.
Sejak tahun 1994, pemerintah khusu snya Departemen Kesehatan telah
mencanangkan Kartu Sehat , sebagai salah satu upaya memerangi kemi skinan ,
di mana para penduduk miskin ini dapat berobat dengan gratis . Tetapi bagi
penduduk miskin, ada hal yang mendasar, yaitu : penghasilan yang seharusnya
diterima menjadi hilang bila pergi ke Puskesmas dan tidak bekerja, karena
mereka bukan pegawai dari suatu instansi yang tidak memotong gaji selama

91
yang bcr.~angkutan \aklt. Schingga kerap uIJump'-lI. orang mi\kln maslh retar
bekt'rJ'l walaupun saklL sepanjang tubuh masih kuat ulbawa jalan. akibatny a
sang penyakit akan makin menggerogoti tubuhnya.
Maka suatu rindakan promosl kesehatan dan tindakan pencegahan yang
dapat dilak sa nakan sendiri oleh masyarakat dalam pemeliharaan kesehatan
keluarganya adalah hal yang sangat diperlukan oleh masyarakat miskin. Dalam
kemisklnannya, suatu informasi yang sangat membantu adalah antara lain
berupa efisiensl pengaturan gizi (/enru saja dengan dana lerha/as). keluarga
berencana, tindakan perlindungan tubuh terhadap perubahan cuaca dan musim,
perlindungan kesehatan dan keselamatan kerja dan dimungkinkannya suatu
konsulta s i ke se hatan keluarga langsung dalam kelompok ma sya rakat
(POKMAS) didampingi oleh petugas kesehatan sebagai motivat or, fa~ilitator,
komunikator dan dinamisator.
Para petugas kesehatan dapat dibekali bahan penyuluhan yang sesuai
dengan jenis usaha POKMAS IDT, yaitu, di bidang petemakan, pertanian,
peri kanan, perkebunan, industri kecil, perdagangan kecil, jasa dan tam bang
rakyat. Sebagai contoh: perihal keselamatan dan kesehatan kerja.
Dari survei mata nasional tahun 1992, diketahui adanya hubungan
gangguan mata karena sering silau menentang matahari sewaktu menangkap
ikan di laut, atau loncatan api las dan sebagainya. Contoh lainnya tentu saja
perlu disusun dengan teliti sesuai dukungan medis teknis dari unsur ahli terkait.
Lebih lanjut pusat penyuluhan dapat memolesnya menjadi suatu bah an bacaan
atau informasi menarik, praktis untuk didengar dan dilaksanakan.

GERAKAN PENGGUGAHAN
Mengetahui pentingnya waktu bagi para pekerja di kalangan penduduk
miskin, maka mengumpulkan mereka untuk suatu penyuluhan sangatlah sulit
dilaksanakan. Maka usaha ini harus diarahkan kepada anggota keluarga Jainnya
yang serumah, misalnya kaum ibu, para orang tua yang diam di rumah dan
anak sekolah .

KAUM IBU
Usaha pos pelayanan terpadu (Posyandu) dan petugas lapangan keluarga
berencana (PLKB) merupakan suatu titipan sarana komunikasi yang baik bagi
materi kesehatan keluarga. Pembantu saya yang berasal dari desa terpencil di
Jawa Timur, sudah memahami perlunya pasang spiral agar keluarga yang
ditanggungnya tidak bertambah banyak.
Kaum ibu ini diharapkan dapat membawa informasi kepada keluarganya
sewaktu makan malam . Apalagi bila dilengkapi dengan gambar-gambar praktis

92
yang dJpal dibJwa pulang. maka besar harapan program penggugahan ini dapal
membawa hasil.

ORANG TVA
Di desa-desa ada bebempa orang lua yang karena kondisi fisiknya lidak
memungkinkan yang bersangkutan bekerja, tetapi diam di rumah sambil
mengerjakan pekerjaan-pekerjaan yang ringan. Biasanya orang-orang ini masih
dapat berjalan dan diharapkan dapat digugah untuk mendengarkan penyuluhan
ten tang kesehatan keluarga, yang diadakan di tempat Kepala Desa atau tempat
masyarakat desa berkumpul.
Ada keuntungan psikologi s bila kita dapat menjangkau kelompok ini, yaitu
kedudukannya dalam keluarga yang masih dihormati anak, menantu dan cucu
serta adanya gairah kembali berperan sebagai penasihat dalam keluarga dan
rasa berguna dalam hidupnya yang semakin tua dan lemah.

ANAK SEKOLAH
Dengan diberlakukannya program wajib belajar sembilan tahun oleh
pemerintah sejak tahun 1994 yang lalu, maka penyuluhan kesehatan keluarga
ini dapat pula dititipkan kepada anak-anak mulai tingkat sekolah dasar sampai
sekolah lanjut tingkat pertama. Program Usaha Kesehatan Sekolah (UKS) yang
biasanya dijalankan bersama-sama dengan Usaha Kesehatan Gigi Sekolah
(UKGS) dapat membawa brosur mengenai kesehatan keluarga dan kesehatan
giginya, karena bila sakit gigi parah, para pekerja pun sulit untuk bekerja dengan
optimal. Pada desa-desa yang sulit dijangkau oleh program UKS/UKGS,
penyuluhan ini dapat dititipkan melalui tempat-tempat pengajian , surau atau
pondok pesantren.

MATERIPENYULUHAN
Mengingat target kelompok penyuluhan yang beragam, perlu
dikembangkan suatu presentasi visual dan narasi yang cocok untuk kelompok
tertentu. Pada umumnya informasi gambar akan menarik perhatian pembaca
dengan cepaL Materi yang perlu dikemukakan dalam usaha peningkatan
kesehatan keluarga, yang disesuaikan dengan targetnya adalah antara lain:

1. Besar Keluarga
Suatu semboyan nenek zaman dulu, banyak anak banyak rejeki, sudah
tidak dapat diberlakukan lagi . DuJu bumi masih sepi penduduk, sekarang
terJalu banyak orang. Apalagi dalam keluarga , makin ban yak anggotanya
makin ban yak yang harus diberi makan. sedangkan yang mencari nafkah

93
tillak hertarnbah. Bila makan terlalu seJikit. mab kesehatan akan
terganggu . Maka suatu perencanaan dalamJumlah anak sangat diper/ukan.
fnfonnasi Keluarga Berencana dan penggunaan alat kontrasepsi merupakan
hal utama dan pertama dalam kesejahteraan keluarga.

2. Kebersihan Pangkal Kesehatan


Telah diketahui adanya potensi pengurangan penyakit seiring dengan
dilaksanakannya perbaikan sumber air dan sanitasi keluarga . Kebersihan
pangkal kesehatan . Beberapa penyakit seperti typhoid. trach o ma, conjunc
tiviti s, cholera dapat dicegah . Tetapi mungkin kebersihan ini belum
dipraktikkan dengan sempurna oleh masyarakat. Maka perlu diingatkan
kepada kaum ibu dan anggota keluarga lainnya. Praktik gerakan Jumat
Bers ih yang dicanangkan pemerintah tahun 1994 perlu digalakkan pula.

3. Pengaturan Gizi
Gizi adalah istilah dunia kedokteran dan telah dikenal masyarakat kota.
Kebanyakan makan adalah juga masalah gizi, bukan hanya kekurangan
makan. Bagi orang desa, miskin lagi , yang mereka tahu adalah apakah
hari ini cukup makan dan kenyang. Rasanya, bagi mereka tidak ada masalah
kebanyakan makan, yang ada adalah kekurangan makan . Kalaupun ada,
penyakit kebanyakan makan pada orang miskin adalah karena sudah
beberapa hari tidak makan, sehingga sekali makan kekenyanganjadi sakit.
Informa si tentang sumber makanan pembentuk energi, seperti karbohidrat
dan pembangun sel tubuh seperti protein perlu diberikan kepada masyarakat
miskin. Bahwa tahu, tempe adalah juga protein, bukan saja ikan atau daging
dan berharga sebagai pembangun tubuh, mungkin belum mereka ketahui .
Se ora ng anak bercerita bahwa anak-anak di desa sehari-hari makan nasi,
singkong, jagung, say ur mayur, dan jarang makan ikan apalagi daging .
Bagaimana dengan ayam? Wah binatang itu dipelihara untuk dijual
tel u mya, sekali-kali bukan untuk dimakan, demikian kata pembantu say a.
Mereka belum menyadari apabila anak-anaknya pandai, karena gizi yang
cukup dan akhirnya berpenghasilan, sepuluh ayam pun dapat dibe li lagi.
Peranan makanan em pat sehat lima sempuma secara praktis dengan contoh
makanan yang mudah didapat perlu diperkenalkan pada mereka. Peranan gizi
yang baik sudah tidak dapat di sangkallagi bagi kesehatan keluarga serta dalam
membentuk sumber daya manu sia yang handal sedari usia anak-anak. Hal ini
perlu diyakini para ibu di desa.

PERANAN KADER DESA ATAU POKMAS IDT


Sistem panutan ma s ih berlaku dan rasanya masih dominan dalam

94
masyarabt desa. Oleh karena itu. peranan para Kader desa at au kelompok
Illasyarakat (POKMAS) lOT sangat menentubn. Pel1emuan-pertemuan berkala
yang memberi kesempatan konsultasi kesehatan keluarga dengan pendamping
dari petugas kesehatan akan memelihara motivasi dan mendorong partisipasi
ma syarakat dalam praktik kesehatan keluarga yang sebaik-baiknya.

APRES1ASl DALAM PERAN SERTA MASYARAKAT


Oalam pelaksanaan program yang melibatkan masyarakat perlu dipikirkan
tentang apresias i terhadap peran serta masyarakal, agar kelangsungan program
dapat terus dipelihara.
Penulis mempunyai pengalaman pada tahun J 979 sampai tahun 1981
menggerakkan program swadaya masyarakat dalam dana kesehatan gigi anak
sekolah di kecamatan Cengkareng. Pada waktu itu, lapangan terbang Sukarno
Hatta belum ada, sekolah-sekolah dasar yang berjumlah J 3S buah itu terse bar
di pelosok desa, sampai-sampai ada yang berlokasi di tengah sawah. Penduduk
daerah Kamal memiliki ciri bau ikan asin, karena mereka adalah keluarga
nelayan. Beberapa anak masih bertelanjang kaki ke sekoJah, karena tidak
memiliki sepatu. Ketika kami, para petugas UKSIUKGS datang, para anak
anak yang sedang belajar segera berkemas ketakutan . Mereka melarikan diri,
bahkan ada yang lompat dari jendela karena pintu kelas masih tertutup. Persepsi
mereka tentang petugas kesehatan sangat memprihatinkan.
Lain kali, terpaksa sang dokter gigi mengajar menyanyi, " ... bangun tidur
kuterus mandi, tidak lupa menggosok gigi ... ". Suara nyanyian, telah
membangkitkan rasa ingin tahu anak-anak yang telah lari serabutan keluar kelas.
Mereka datang kembali. Oemikianlah, lambat laun hubungan anak-anak dengan
petugas kesehatan dapat terbina dan mereka bahkan dengan bangga berbaris
untuk diberikan imunisasi. Bantuanflash card (kartu bergambar), atau sarung
tangan berbicara telah membuai anak-anak yang tanpa sadar telah menyerap
informasi kesehatan yang diberikan.
Kadil Peran Serta Masyarakat (PSM) Oepkes mengatakan: Community
acceptance akan mendukung individual acceptance. Hal itu memang terjadi
dengan mengherankan di kecamatan Cengkareng. Gerakan penggugahan
dimulai pada tahun 1979, melalui suatu seri penyuluhan kesehatan gigi, setiap
2-3 bulan sekali selama 30 menit yang dilaksanakan sebelum rapat bulanan
Penilik P & P dengan seluruh Kepala SO di kecamatan Cengkareng. Tersedia
10 seri penyuluhan, tetapi sedari seri ke-4 , para pimpinan sudah mulai tergerak
membantu program kesehatan gigi sekolah secara swadaya.
Hasilnya, dengan himbauan uang sebesar duapuluh lima rupiah saja untuk
setiap anak , setiap tahunnya, anak-anak SD di kecamatan Cengkareng telah

9S
berhJ,i1 mendukung peiJksclnJan kUl11ur-kumur dengan fluor dan "Ikat glgi
l11ilsal. BagLllmana caranya') Bagi anak-anak miskin uang Rp 2."i.OO juga
masalah. tetapi mereka tidak kekurangan kreativitas. Oi daerah Cengkareng
ban yak orang membeli sirop yang memiliki tUtliP plastik. Padahal tutup ilu
dapal dipakai untuk kumur-kumurdengan tluor, yaitu ba.gi yang tidak memiliki
gelas sendiri. Ramai-ramai mencan tutup plastik, b lu menJualnya kepada anak
yLlng lebih ada seharga Rp. 25,00. Oi sinilah, rasa kesetiakawanan sosial yang
dipupuk oleh para guru menampakkan diri, anak-anak rela membayar uang
~ejumlah tersebut, walaupun mereka telah memiliki gelas ku mur sendiri.
Akhirnya, kumpulan tutup plastik lebih populer di kalangan anak-anak dan
dana swadaya UKGS dapat terkumpul. Program kumur-kumurdiharapkan dapat
dijalankan setiap minggu satu kali dan sikat gigi masal sebulan sekali.
Orang bilang. usaha yang bagaimana baikpun tidak akan berjalan baik
tanpa adanya motor penggerak. Petugas kesehatan hanya sekali-ka li datang,
praktis satu SO hanya 3-4 kali dalam setahun baru dapat terkunjungi, karena
pelugas UKGS juga bekerja di klinik gigi maka waktu kunjungan te rbatas.
Oleh karena itu peranan guru sebagai motivator dan dinamisator sangatlah
diharapkan. Mereka mungkin keberatan bekerja ekstra di luar kurikulum sekolah
apalagi bila mengurangi waktu yang dapat dipergunakan untuk me ncari
penghasilan tambahan bagi keluarga.
Sebagai pengertian akan kondisi ini serta sekaligus untuk mengelola dana
yang terkumpul, waktu itu sekitar satu juta rupiah, disusun tim pengelola
administratif dan medis teknis swadaya UKGS, di mana pimpinannya ad arah
Penilik P & P sebagai penanggung jawab dan beberapa Kepala SO se bagai
pengurus Jain, sedangkan petugas kesehatan sebagai penanggungjawab medis
teknis.
Usaha apresiasi diberikan alas keterlibatan guru yang melaporkan
pelaksanaan kumur-kumur, sikat gigi masal sesuaijadwal yang telah ditetapkan
petugas kesehatan. Nama-nama mereka tertulis dalam daftar evaluasi, sekolah
sekolah yang dapat memenuhi target jadwal merasa mendapat perhatian.
Kunjungan anak untuk pengobatan gigi ke Puskesmas meningkat, laporan
dari SO di seluruh kecamatan dapat lengkap diperoleh. Suatu dampak positif
lain adalah terbinanya hubungan yang lebih erat antara para guru pelaksana,
pengunls swadaya, pejabat penilik P & P, bahkan didukung oleh Camat setempat
serta dengan petugas kesehatan sendiri.

KESINAMBUNGAN KUNJUNGAN PETUGAS KESEHATAN


Rupanya ada faktor lain yang lupa diperhitungkan, keberadaan petugas
kesehatan sebagai fasilitator masih letap dibutuhkan.

96
Program swadaya Cengkareng telah berjalan selJJl1J enam bulan. ketika
penanggung jawab medis teknis dipindahtugaskan ke tingkat provinsi pada
bulan September 1981. Penilik P & P menulis surat beberapa bu Ian kemudian.
bahwa mereka memerlukan dorongan kontinyu. sedangkan petugas pengganti
jarang berkunjung ke SD at au berjumpa dengan para kepala sekolah. maka
lama-kelamaan gairah para pelaksana mulai mengendur dan akhimya program
swadaya ini lenyap setelah setahun seiring dengan habi snya dana. Sayangl
Kami sempat menitikkan air mat a karenanya.
lelaslah terlihat, bahwa tidak adanya dukungan dari komunitas lama
kelamaan akan mematikan ini s iatif perorangan. Dengan demikian,
penggugahan partisipasi masyarakat desa tertinggal perlu tetap didampingi
secara terus-menerus oleh petugas kesehatan , melalui pembinaan POKMAS,
pertemuan berkala konsultasi kesehatan keluarga, lomba bayi sehat dan lain
lain serta apresiasi kepada para personil yang terlibat.
Apresiasi kepada masyarakat dapat berupa stiker gambar tertentu, yang
diberikan pad a kunjungan konsultasi kesehatan keluarga, di mana apabila telah
terkumpul sejumlah tertentu akan mendapatkan bonus hadiah resep masakan
praktis bergizi, sikat gigi, sampel makanan atau lainnya dari para sponsor.
Kepada para pengelola dapat diberikan apresiasi atas terpenuhinya sejumlah
target pertemuan dan atau laporan pelaksanaannya. Buletin kegiatan yang
mencantumkan nama-nama para anggota dan pengunjungnya akan merupakan
apreasiasi tersendiri bagi masyarakat.

PENUTUP
Tulisan di atas adalah suatu opini belaka yang didorong oleh rasa dedikasi
kepada Departemen Kesehatan dalam mendukung program pemerintah dalam
pembangunan nasional serta menyukseskan program IDT. Dari pengalaman di
atas penulis yakin bahwa petugas kesehatan dan masyarakat dapat berbuat
sesuatu bagi penduduk miskin . Bukan berupa uang atau obat ketika sakit, tetapi
sesuatu yang jauh lebih berharga yaitu, kesehatan itu sendiri yang dapat
dipelihara melalui praktik kesehatan keluarga.
Besar harapan, walaupun dana dan sarana terbatas dalam pemeliharaan
kesehatan, keluarga-keluarga dalam program IDT dapat memiliki upaya
pencegahan dan pemeliharaan kesehatan sehingga program pengembangan
sumber daya manusia dapat dilaksanakan sejak dini bagi anak-anaknya.
Lebih lanjut, dengan dikuranginya waktu sakit bagi para pencari nafkah,
uang dapat terkumpul, produktivitas kerja dapat ditingkatkan karena tubuh yang
sehat dan akhimya dapat tercipta suatu jiwa yang kuat yang percaya bahwa

97
n:.l~ibnya
bukan "U:.ltu ~uratan. tetapi barang ~iapa ya ng berusaha akan layak
menikmati hasil Jerih payahnya dan lambat laun kemiskinan akan hilang dalam
kamu s mereka .

Jakarta, 12 Oktober 1995 .

DAFTAR PUSTAKA

I . Hari Kcsehatan Nasional ke-30 Tahun 1994, Pembangunan Kesehatan


untuk Meningkatkan Kualitas Sumber Oaya Manusia, Oepkes RI.

TOT dan Program Pembangunan yang Menunjang, bahan penataran


KGBOB, Sekjen Depkes RI, Okt. 1995, dibawakan oleh Dr. Widyastuti,
MSc, MPH.

3. Our planet, Ollr health, Report of the WHO Commission on Health and
Environment, World Health Organization, Geneva, 1992.

4. Program Swadaya Kesehatan Gigi Sekolah di Kecamatan Cengkareng,


1981, oleh penulis dan Dr. Bastaman Basuki, MPH.

5. The trade Union Leader's Compendium on Family Welfare in Organised


Industry, International Labour Office, S. Nakatani, 1984.

98
PENDIDIKAN KESEHATAN KELUARGA SEBAGAI

PILAR UTAMA DALAM PENINGKATAN

KUALITAS SUMBER DAYA MANUSIA **)

Oleh Drs. Suherman *)

PENDAHULUAN
Sebagaimana dinyatakan dalam Garis-garis Besar Haluan Negara (GBHN)
tahun 1993, hakikat pembangunan nasional adalah pembangunan manusia
seutuhnya dan pembangunan seluruh masyarakat Indonesia. Pemyataan tersebut
mengandung pengertian bahwa pembangunan manusia Indonesia tertuju pada
upaya peningkatan kualitas Sumber Daya Manusia (SDM), baik sebagai insan
maupun sebagai sumber daya pembangunan yang merupakan satu kesatuan
yang tidak terpisahkan.
Peningkatan kualitas sumber daya manusia, merupakan tuntutan yang
tumbuh sejalan dengan perkembangan pembangunan yang makin cepat dan
kompleks terutama perkembangan ekonomi, industrialisasi, arus informasi dan
pesatnya perkembangan IImu Pengetahuan dan Teknologi (IPTEK) yang makin
menuntut sumber daya manusia yang tinggi kuaJitasnya. Dengan demikian
peningkatan kualitas sumber daya manusia menjadi tuntutan yang sangat
mendesak, baik dalam jangka pendek maupun jangka panjang .
Pembangunan bidang kesehatan yang merupakan salah satu sendi utama
dalam peningkatan kualitas sumber daya manusia, mempunyai keterkaitan yang
erat dengan upaya untuk mewujudkan pola hidup bersih dan sehat sebagai
sikap hidup dan budaya bangsa, sehingga terbentuk keluarga dan masyarakat
maka harus dimulai dati tingkat keluarga yakni melalui pendidikan kesehaan
(health education) sebagai dasar dalam mengembangkan kualitas sumber daya
manusia, seperti juga ditekankan dalam Pembangunan Jangka Panjang Kedua
(P1P II).
Pendidikan kesehatan keluarga merupakan suatu upaya yang diarahkan
kepada perilaku anggota keluarga, agar mereka mempraktikkan petilaku hidup
sehat dalam kehidupan sehari-hari. Melalui pendidikan kesehatan keluarga
mendorong anggota keluarga untuk memahami dan menciptakan usaha-usaha
yang menunjang kesehatannya, sebagai bagian dari upaya meningkatkan
kualitas sumber daya manusia untuk meningkatkan ketahanan nasional. Oleh
karena itu ketahanan nasional yang cukup tangguh yang kita miliki dewasa ini,
*) Pendidikan lerakhir Psikologi Pendidikan dan Bimbingan, FKJP V1KP Bogor, tahun 1991.
..) Juara III Lomba Karya Tulis Bidang Kesehatan 1995.

99
ber~u Illher Jan ketahanan Illa~y arabt J <l n ~ -;<lngat J I pengaru h i () It: h k.etahan <l n
h:eluarga. yang salah salu unsur lerpenti ngnya lalah k.t: sehatan k.eluarga. dl
samping pendidik an dan ekonomi .
Pe mban gunan kualitas keluarga diarahkan pad a terwlIJuJnya kualltas
keluarga ya ng bercirikan kemandinan . dan ketahanan kelua rga se bagai potensi
sumber daya Illanu sia, pengguna dan pemelihara lin gkun gan. ::;e rta pem bina
keseraslan manu sia dalam lingkungan hidup untuk mewujudkan pembangunan
berkelanjutan . Untuk mew uju dkannya harus diupaya'kan pe ningkatan
keterpaduan. peran serta dan pembinaan keluarga dengan memperhatikan nilai
nilai agama, kese rasian , keselarasan dan kese imbangan perkembangan sosi al
budaya serta tata nilai yang hidup dal am keluarga dan masya rakat.

KESEHATAN KELUARGA
Kesehatan keluarga menurut Undang-undang No. 23 tahun 1992 tentan g
Kesehatan, meliputi kesehatan suami istri, anak dan anggota keluarga lainnya.
Dengan demikian kese hatan keluarga adalah kesehatan kelompok individu yang
terkait dalam satu kesatuan bio-psiko sosio ekonomi budaya, mencak up segi
segi kesehatan jasmani, rohani dan sosia l.
Kesehatan keluarga sebagai suatu un sur dasar kesejahteraan umum, yang
akan memperkokoh ketahanan nasional. Mengingat keluarga se hal
menghasilkan anak yang akan tumbuh dan berkembang menjadi anggot a
masyarakat yang sehat, memiliki produktivitas kerja tinggi, tidak banya k
menyerap biaya pengobatan dan perawatan penyakit, memiliki daya sai ng dan
kemandirian yang tinggi. Oleh karenanya kesehatan keluarga me mpunyai nilai
ekonomis yang tinggi .
Derajat kesehatan keluarga sangat ditentukan oleh derajat ke sehata n
masing-masing anggota keluarga. Ad apun faktor yang turut mempengaruhi
derajat kesehatan keluarga menu rut HL BLOOM (1974), yaitu :
I . Faktor lingkungan di mana keluarga itL! berada, yang meliputi : Iingkungan
fisik , biologis, sosial ekonomi dan budaya.
2. Faktor perilaku, baik dari keluarga sebagai satu kesatuan maupun setiap
individu anggota keluarga.
3. Faktor pelayanan kesehatan, terutama pelayanan kesehatan keluarga baik
profesional maupun swadaya di tengah masyarakat atau dalam keluarga
itll sendiri.
4. Faktor keturunan, yaitu sifat genetis yang ada dan diturunkan dalam
keluarga.

100
FUNGSI KELUARGA DALAM MENINGKATKAN DERAJAT
KESEHATAN
Dalam penyelenggaraan pendidikan kesehatan keluarga perlu
dikembangkan secara optimal fungsi-fungsi keluarga yang diarahkan untuk
meningkatkan derajat kesehatan keluarga sebagai upaya peningkatan kualitas
sumber daya manusia. Setiap keluarga diharapkan mau dan mampu meneiptakan
suasana yang konduktif bagi pembangunan diri, keluarga. masyarakat dan
bangsanya melalui pengembangan fungsi-fungsi keluarga. Fungsi keluarga
tersebut, yaitu :

1. Fungsi Keagamaan
Setiap keluarga diharapkan mampu berfungsi sebagai wah ana untuk
meneiptakan seluruh anggota keluarganya menjadi insan-insan agamis,
yang penuh iman dan taqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa. Idealnya
pewarisan nilai-nilai atau norma-norma keagamaan diberikan langsung
oleh orang tua kepada anak-anaknya, atau suami kepada istrinya. Apabila
. tidak, maka orang tua memberikan motivasi dan menjadi eontoh bagi anak
anaknya dalam bersikap dan bertingkah laku sesuai dengan norma-norma
agama yang mereka anut.

2. Fungsi Sosial Budaya


Setiap keluarga mampu untuk menggali, mengembangkan, dan
melestarikan kekayaan sosial budaya yang dimiliki oleh masyarakatnya
dan diterapkan dalam kehidupan sehari-hari . Penguasaan terhadap bahasa
daerah, tata eara sopan santun terhadap orang tua, suami terhadap istri dan
sebaliknya, sebaiknya pertama-tama diwariskan di lingkungan keluarga
masing-masing.

3. Fungsi Kasih Sayang


Setiap keluarga diharapkan mampu berfungsi untuk mewujudkan proses
pengembangan timbal balik rasa einta dan kasih sayang an tar anggota
keluarga. "Silih asah, silih asih, silih asuh" pada masyarakat Sunda adalah
suatu ungkapan yang menunjukkan hubungan yang hamomis di antara
anggota keluarga, dengan eara saling mengingatkan, saling mengasihi dan
saling melindungi. Pemyataan rasa kasih sayang di antara anggota keluarga
memiliki pola-pola tertentu, dan biasanya sangat berhubungan dengan adat
istiadat setempat.

4. Fungsi PerJindungan
Keluarga diharapkan berfungsi sebagai tempat perlindungan yang
memberikan rasa aman. tenteram lahir dan batin. Suami merasa terlindung

101
"arena uda iSlri yang mendampingnyu. uemikian sebuliknya. Anak-,lIlak
menjudi terlindung kurenu adu orang tuu yang menpdi tumpuan
penguduannya. Masa depan anak sebagian besar terletak pada tangan orang
tua. sedangkan masa depan orang lua sebagian be sar terletak pada anak
anaknya yang akan memperhatikan dan memeliharanya. Atas dasar inilah
seorang ahli sosiologi PETER L. BERGER, mengemukakan bahwa
keluarga sebagai institu s i masih akan letap bertahan dan diperlukan .

5. Fungsi Reproduksi
Setiap suami istri yang diikat dengan perkawinan yang sah diharapkan
mampu memberikan keturunan yang berkualitas, sehingga menjadi insan
yang berguna bagi keluarganya, masyarakat dan negara . Pendidikan
reproduksi sehat bagi keluarga muda, dan cal o n-calon suami atau istri
adalah sangat penting mulai diberikan pertama-tama di lingkungan
keluarga.

6. Fungsi Edukatif dan Sosialisasi


Keluarga diharapkan mampu menjadi pendidik yang pertama dan utama
bagi anak dalam menumbuhkembangkan kekuatan-kekuatan fisik, mental
dan sosial. Pendidikan informal yang diberikan orang tua kepada anaknya
ialah pendidikan yang pertama dan berkelanjutan, di mana peranan orang
tua sangat penting dalam memberikan beka'i kepada anaknya agar bisa
hidup tanpa kesulitan di masyarakat. Ayah ibu adalah figur bagi anak
anaknya, oleh karena itu keteladanan orang tua sangat menentukan dalam
proses pendidikan dan sosialisasi datam keluarga .

7. Fungsi Ekonomi
Setiap ketuarga diharapkan mampu berfungsi meningkatkan keterampil
an datam usaha ekonomi produktif, sehingga tercapai peningkatan
pendapatan ketuarga. Sejalan dengan perkembangan emansipasi wanita,
maka pencarian nafkah bukan hanya ada di tangan suami tapi juga istri,
bahkan anak, hal ini memperlihatkan perubahan nilai kerja dan peran
masing-masing anggota keluarga sebagai satu kesatuan ekonomis.

8. Fungsi Pelestarian Lingkungan


Keluarga diharapkan mampu membiasakan diri untuk memelihara dan
melestarikan lingkungan di mana mereka tinggal. Kebiasaan hidup bersih
dan mencintai lingkungan perIu diperlihatkan oleh orang tua kepada
anaknya. Kepedulian terhadap lingkungan yang bersih dan sehat perlu
ditanamkan sejak dini dalam keluarga. Program "Jumat Bersih ",
membuang sampah pada tempatnya adalah salah satu bentuk pelaksanaan
fungsi keluarga dalam pelestarian lingkungan .

102
Berkaitan dt'ngan pembangunan keluarga. Bapak Pres iden Soeharto pada
tanggal 29 Juni 1993 telah mencanangkan "HARI KELUARGA NASIONAL"
pada setiap tanggal 29 Juni . Hal ini membuktikan betapa besar rungsi dan
peranan keluarga yang turut menentukan kualitas manusia pad a masa yan g
akan datang. sebagai cik({l !Jukliliahirnya ketahanan nasiona!.

PERANAN PENDIDIKAN KESEHATAN DALAM KELUARGA


Seperti k ita maklumi bahwa keluarga merupakan faktor pertama dan utama
dalam kunci keberhasilan kesehatan. Pepatah mengatakan "Health begins at
home ", artinya bahwa sebenarnyalah kesehatan itu dimulai dari rumah
(keluarga). Karena itu pantaslah dikalakan bahwa rumah (keluarga), merupakan
laboratorium mini dalam mendidik dan melatih anggola keluarga akan perilaku
sehat (health behavior).
Pendidikan kesehatan (health education) adalah bagian dari seluruh upaya
kesehatan yang menitikberatkan pada upaya meningkatkan perilaku anggota
keluarga, agar mereka mempraktikkan perilaku hidup atnu gaya sehat (health
life style ) yang mencakup 4 (empat) dimensi, yaitu :
I. Mengubah perilaku dari yang negatif (yang tidak sesuai dengan nilai-nilai
kesehatan) ke arah yang positif (sesuai dengan nilai-nilai kesehatan).
2. Mempertahankan dan membina perilaku yang sudah baik, dan sudah sesuai
dengan njlai-nilai kesehatan, atau yang menguntungkan bagi kesehatan.
3. Menghilangkan perilaku, kebiasaan-kebiasaan , tradisi-tradisi yang
merugikan kesehatan.
4. Mengembangkan dan menumbuhkan perilaku, kebiasaan-kebiasaan, dan
nilai-nilai yang menguntungkan bagi kesehatan.
Pendidikan kesehatan sebagai upaya atau proses pembelajaran kesehatan,
sehingga keluarga mau dan mampu untuk memelihara kesehatan mereka sendiri
(mandiri). Kemampuan yang ingin ditingkatkan dalam pendidikan kesehatan
mencakup 3 (tiga) domain atau ranah (H.L. BLOOM, 1908), yaitu :
I. Pengetahuan (Cognitive domain)
Pendidikan kesehatan dalam hal ini memberikan informasi-infonnasi
kesehaan , dianalisa dan dievaluasi oleh anggota keluarga sebagai sasaran
pendidikan .
2. Sikap (Affective domain)
Pendidikan kesehatan dalam konteks ini mengupayakan agar sasaran
pendidikan mengubah sikapnya, kepercayaannya, alau nilai-nilai yang
dianut yang negatif menjadi positif.

103
3. Keterampilan (Psychomotor domaill)
Pendidikan kesehatan dalam konteks ini mengupayakan agar sasaran
pendiJikan bcrperilaku positif. dan melaksanakan kegiatan-kegiatan yang
menunjang kesehatannya.
Pendidikan kesehatan keluarga berupaya untuk menjembatani an tara apa
yang harus dilakukan oleh anggota keluarga untuk mencapai kesehatannya,
dengan apa yang telah mereka lakukan pada saat ini. Pendidikan kesehatan
keluarga juga memberikan kemudahan-kemudahan at au kOlildisi-kondisi yang
memungkinkan anggota keluarga berperilaku hidup sehat. Dengan kata lain,
pendidikan kesehatan keluarga merupakan kunci sukses bagi keberhasilan
kesehatan keluarga yang merupakan kegiatan pokok bagi keluarga, sebab tanpa
pendidikan kesehatan dalam keluarga, maka kesehatan keluarga akan sulit
mencapai tujuan yang diharapkan, yaitu terdapatnya sumber day a manusia yang
berkual itas.

USAHA-USAHA KELUARGA MENCIPTAKAN PERILAKU HIDUP


SEHAT
Perilaku anggota keluarga boleh jadi merupakan penyebab utama timbul
nya masalah kesehatan dalam keluarga, akan tetapi dapat juga merupakan
kunci utama pemecahannya manakala keluarga itu mengenali hal apa saja
yang menyebabkan, menyelesaikan atau mencegah timbulnya masalah
kesehatan keluarga tersebut. Ada 3 (tiga) hal yang dapat dikerjakan keluarga
untuk mengatasi kebiasaan peri laku yang tidak sehat yaitu :
I. Abaikan perilaku yang tidak sehat itu, tetapi doronglah cara perilaku lain
yang ada dan menunjang kesehatan.
2. Sedikit demi sedikit ubahlah perilaku yang tidak sehat itu, untuk
menghilangkan segi-segi yang lebih berbahaya.
3. Ganti seluruh kebiasaan yang tidak sehat itu dengan perilaku yang sehat.
Berkaitan dengan perilaku hidup sehat, berikut ini beberapa usaha
kesehatan yang bersifat murah, mudah dan ekonomis, tetapi bermanfaat besar
bagi peningkatan derajat kesehatan keluarga maupun masyarakat menuju
peningkatan kualitas sumber daya manusia.
lndan Entjang dalam bukunya llmu Kesehatan Masyarakat, me
ngemukakan usaha-usaha keluarga untuk memelihara dan mempertinggi derajat
kesehatannya, antara lain :
I. Memelihara kebersihan (badan, pakaian, rumah dan lingkungannya),
dengan cara :

104
a. Mandi 2 kali sehari. menggosok gigi. menclIci tangan sebelllin dan
sesudah makan.
b. Pakaian dicuci dan disetrika.
c. Rumah dan lingkungannya disapu. buang air limbah. sampah dan
kotoran pada tempatnya.
2. Makan makanan yang sehat. dengan cara :
a. Bersih dari bibit penyakit.
b. Cukup kualitas dan kuantitasnya.

3. Cara hidup yang teratur dengan cara :


a. Makan, tidur, bekerja dan beristirahat seeara teratur.
b. Rekreasi dan menikmati hiburan pada waktunya.

4. Meningkatkan daya tahan tubuh dan kesehatan jasmani , dengan eara :


a. Vaksinasi untuk mendapatkan kekebalan terhadap penyakit tertentu .
b. Berolahraga, aerobic seeara teratur.

5. Menghindari terjadinya penyakit, dengan eara :


a. Menghindari kontak dengan sumber penularan penyakit, baik yang
berasal dari penderita maupun sumber lainnya.
b. Menghindari pergaulan yang tidak baik.
e. Selalu berpikir dan berbuat baik.
d. Membiasakan diri untuk mematuhi aturan-aturan kesehatan.

6. Meningkatkan taraf keeerdasan dan rohaniah, dengan eara :


a. Patuh pada ajaran agama.
b. Cukup santapan rohani .
c. Meningkatkan pengetahuan baik dengan membaea buku-buku ilmu
pengetahuan, menuntut ilmu di bangku sekolah, ataupun belajar dari
pengalaman hidup.

7. Melengkapi rumah dengan fasilitas-fasilitas hidup sehat, dengan eara :


a. Adanya sumber air yang bersih.
b . Adanya kakus yang sehat.
c. Adanya tempat buang sampah dan air limbah yang baik.
d. Adanya perJengkapan pertolongan pertama pad a keeelakaan at au sakit
mendadak .
8. Pemeriksaan kesehatan, dengan eara :
a. Secara periodik pada waktu-waktu tertentu walaupun merasa sehat.
b. Segera memeriksakan diri bila merasa sakit.
HIGIENA, menguraikan perilaku keluarga untuk menuju hidup sehat,
an tara lain :

105
I . MenCllC i tangan secara benar (pakai sabun) pada saat . sebe Ium dan sesud a h
makan. se beillm menyiapkan atall memegang makanan dan setelah buang
ai r be.sar. Hal JIli dapat mencegah penularan penyakit.

.., Men c uc i alat-alat makan. penting karena dapat membunuh kllman-kuman


penyakit.

3. Mandi sedikitnya 2 kali sehan pakai sabun mandi dan Illc nggoso k g ig i
seca ra benar.

4 . Penggunaan jamban yang se hat untuk keperluan buang air besar. lamban
harus dibers ihkan seeara teratur dan bersih dari lalat, sehingga dapat
mencegah penyebaran penyakit.

5. Memanfaatkan air bers ih yang sehat, dengan eara :


a. Menjauhkanjarak sumber air bersih darijamban dan buang air limbah .
b . Menjaga peralatan penyimpanan air bersih (ember, gentong, dll.) dalam
keadaan bersih.
c. Menyimpan air minum dalam wadah yang bersih.
d. Air yang diminum harus dimasak dahulu dan dimasukkan ke dal a m
tempat (teko, kendi, cerek, gelas, termos, dll.) yang bersih.
6. Pe ngelolaan makanan atau minuman yang bersih dan sehat. D;:lIam ha l ini
alat makanan untuk mempersiapkan makanan harus tetap bersih, dan
makanan yang dihidangkan harus tertutup, sehingga terlindung d uri lalat
dan binatang lainnya.
7. C ara penanganan sampah yang sehat, dengan cara membuat lubang khusus
u ntuk menanam dan membakar sampah setiap hari, sehingga dapat
dimanfaatkan untuk pupuk .
8. Penanganan yang baik terhadap air limbah rumah tangga. Air limbah rum ah
tan gga yang berasal dari kamar mandi, dapur dan tempat meneuc i perlu
dibuatkan saluran dan penampungan secara teratm, sehingga tidak
menimbulkan peneemaran terhadap sumber air bersih dan tempat
perlindungan binatang perantara penyakit (vektor).

Sementara itu Soekidjo NOlOalmodjo, mengemukakan beberapa eara


perilaku atau gaya hidup sehat, yaitu :
I . Tidak merokok.
2. Makan dengan menu se imbang .
3 . Tidak minum alkohol atau minuman keras .
4 . Tidak menyalahgunakan penggunaan obat (kecanduan obat).
5. Melakukan olahraga secara teratur.
6. Dapat mengelol a atau mengalasi sIres.

106
7. Tidal-.. berganli-ganli pa:->angan dalam melabtkan hubungan seb .
8 . Dapal meny esuaikan diri dengan lingkungan.
9 . Menghindari perilaku-perilaku lain yang berisiko lerhadap derajat
kesehalan .

KESIMPULAN
Peningkatan kualitas sumber daya manusia bertujuan untuk meningkatkan
ketahanan nasional yang bersumber dari ketahanan masyarakat, dan sangat
dipengaruhi oleh ketahanan keluarga. Untuk itu upaya peningkatan kualitas
sumber daya manusia harus dimulai dari tingkat keluarga, karena keluarga
merupakan unit sosial terkecil dan merupakan ikatan sosial yang kuat dari
masyarakat.
Untuk mencapai kualitas sumber daya manusia, derajat kesehatan keluarga
merupakan syarat mutlak yang harus diwujudkan terlebih dahulu, melalui
pendidikan kesehatan keluarga . Mengingat pendidikan kesehatan keluarga
diarahkan kepada seluruh aspek kehidupan keluarga dan diselenggarakan
melalui keteladanan orang tua (suami istri), dalam kehannonisan kehidupan
keluarganya serta sikap atau perilaku hidup sehat bagi seluruh anggota keluarga.
Melalui pendidikan kesehatan keluarga yang dilakukan sejak dini secara
terus-menerus, terpadu dan menyeluruh, akan terbentuk keluarga dengan
lingkungan kehidupan yang sehat baikjasmani, rohani maupun sosial. Keluarga
sehat inilah yang akan menghasilkan keturunan yang akan tumbuh dan
berkembang menjadi insan pembangunan yang sehat, cerdas dan produktif,
sehingga mejadi tumpuan bangsa dan negara guna pembangunan di masa
mendatang . Karenanya marilah kita bangun keluarga sehat dan sejahtera
sebagai wahana pembangunan bangsa.

107
DAFTAR REFERENSI

Azrul Azwar 1981, PCl1gwzwr 1111111 KCSI!lwfUn Lingkllllgan, Mutiara, Jakart'-1.

BP-7 Pusal. 1991, Bahan Penlltamll P-/-, UUD 1945, GBHN. Jakarta .

Bina Diknaskes Edisi No. 16 tahun 1991, No. 19,20,21, tahun 1994
dan No. 22 tahun 1995.

Depkes, RI, 1990, Rem'ana Pokok Pemhangunan Jangka Panjang Bidang


Kesehatan, Jakarta.

Depkes. RI, 1989, Pedoman HidliP Sehat, Jakarta,

Ida Badus Tjitarsa, 1992, Pendidikan Kesehatan. ITB dan Universitas Udayana.

Indan Entjang, J 991, Ilmu Kesehatan Masyarakat. PT. Citra Aditya Bakt i,
Bandung.

Kanwil Depes. Provinsi Jawa Barat, 1994, Pedoman Keluarga Sejahtera.


Bandung.

Kanwil Depkes. Provinsi Jawa Barat, 1995, Peranan Kelllarga dahlm


Mewujudkan Kesejahteraan Keluarga di Jawa Barat, Bandung.

Pemerint'-1h Daerah Tingkat r Jawa Bara!, 1994, Kehijaksanaan Pemerintah


dalam Peningkatan Kualitas Sumber Daya Manusia, Bandung.

Warta Posyandu, No. III tahun 1990/1991, Peran Serta Masyarakat, Bandung.

Zainuddin SK, 1992, Pendidikan Sex Secara Dini dalam Keluarga, Bogor.

108
UPAYA KESEHATAN JAMIUL UMMAH (UKJU)

DALAM MENINGKATKAN SUMBER DAYA MANUSIA

DAN KESEHATAN KELUARGA **)

Oleh Drg. Darmono, M.Med.Sc. *)

I. PENDAHULUAN
Tujuan Pembangunan Jangka Panjang II adalah meningkatkan
pertumbuhan ekonomi seiring dengan peningkatan kualitas sumber daya
manusia (4) . Kualitas sumber daya manusia akan dapat terwujud apabila
beberapa indikator yang peka untuk peningkatkan derajat kesehatan
masyarakat, seperti angka kematian bayi, angka kematian ibu maternal
dan umur harapan hidup sudah dapat dieliminasi.
Upaya untuk meningkatkan derajat kesehatan akan dapat dilaksanakan
secara optimal, apabila berbagai macam program yang berkaitan dengan
sumberdaya manusia diarahkan semaksimal mungkin untuk meningkatkan
kesehatan keluarga.
Untuk mengantisipasi ini, berbagai macam upaya terobosan harus
dilaksanakan . Upaya terobosan tersebut harus mencakup sebagian besar
keluarga, dapat diterima, tepat, dapat diusahakan dan dapat diinformasikan
serta dilaksanakan oleh institusi formal maupun informal yang ada daJam
masyarakat, melalui wadah komunikasi yang mempunyai hubungan
langsung ke keluarga. Selain itu upaya terse but harus mencakup kegiatan
promotif, preventif, kuratif dan rehabilitatif.

II. PEMBENTUKAN WADAH KOMUNlKASI


Sebagian besar masyarakat Indonesia masih tinggal di pedesaan .
Masyarakat ini biasanya bersifat religius dan patuh terhadap para Kiail
Tuan Guru (bagi pemeluk Agama Islam), Pastur atau Pendeta (bagi pemeluk
Agama Katholik atau Protestan), Pedande (bagi pemeluk Agama Hindu)
dan Bhiksu (bagi pemeluk Agama Budha).
Penduduk Indonesia kurang leibh 90% beragama Islam, khususnya
di Provinsi Nusa Tenggara Barat, yang 96,2% penduduknya memeluk
Agama Islam (3), pada tahun 199011991 telah diJakukan penelitian kualitatif
mengenai Peran Umat Islam dalam partisipasinya penyebarluasan informasi
dan upaya pelayanan kesehatan dasar (6).

*) Pendidikan terakhir Master Of Medical Science (Med.Sc.)


U) Juara Harapan I Lomba Karya Thlis Bidang Kesehatan 1994

109
Hasil pcnelitian kualitatif tcrsebut menyatakan bahwa
I . Pemasaran sosial kesehatan masyarakat (di dalam, Ji dekat dan di
luar) sentra, dapat dilaksanakan Ji tiga sentra Islam utama yaitu Pondok
Pesantren, MasJid dan Majelis Taklim.
2. Pelaksanaan Posyandu yang dekat dengan sentra-sentra tersebut
memerlukan pengayoman dan pembinaan dari Tuan Guru yang
berpengaruh.
3. Tuan-tuan Guru pada dasarnya terbuka untuk kerja sama dalam
memasyarakatkan program-program kesehatan ke masyarakat. namun
dirasakan jangkauan penyebaran infonnasi dan tawaran serta kerja
sama yang kongkret masih sangat terbatas.
Sebagai tindak lanjut dari hasil penelitian tersebut, maka pada tahun
199211993 telah dikembangkan Upaya Kesehatan Jamiul Ummah (UKlU).

III. UPAYA KESEHATAN JAMIUL UMMAH (UKJU)


UKlU adalah bentuk partisipasi kesehatan yang merupakan perpaduan
dua kegiatan, yaitu penyebarluasan infonnasi dan pelayanan kesehatan
dasar sederhana yang dirangkaikan dengan kegiatan keagamaan.
UKlU dapat digunakan oleh masyarakat untuk menggali potensinya,
terutama dalam mengembangkan partisipasi aktifnya di bidang kesehatan
dalam bentuk Pos Kesehatan Pondok Pesantren (Pokestren), Pusat
Infonnasi Kesehatan (Pusinkes) dan Pos Pelayanan Terpadu Asuhan Tokoh
Agama (Posyandu ASTA).

1. Poskestren
Poskestren adalah merupakan Pos Kesehatan di Pondok Pesantren
(Ponpes) yang melakukan kegiatan promotif, prevent if, kuratif dan
rehabilitatif yang dilakukan oleh tenaga kader yang diambil dari para
santri.
Kegiatan ini tidak saja melibatkanjemaah Ponpes sendiri, namun
juga masyarakat umum di sekitarnya termasuk keluarga. Berbagai
kegiatan khutbah, pengajian, penyuluhan kesehatan dan lain-Iainnya
dilaksanakan secara bervariasi di lingkungan pondok pesantren
maupun di luar pondok pesantren.
Pelayanan kuratif sederhana yang merupakan "entry point" dari
kegiatan Poskestren ini, dapat dilaksanakan satu sampai enam kali
seminggu tergantung hasil kesepakatan dengan Puskesmas.

110
2. Pusinkes
Pusinkes adalah merupakan salah satu wadah penyebarluasan
informasi kesehatan ke masyarakat, misalnya lewat masjid. Wadah
ini dapat dilakukan di institusi formal maupun informal yang ada dalam
masyarakat. Dengan pengertian ini. Pusinkes dapat dikembangkan di
mana saja, di mana masyarakat menghendaki untuk itll.

3. Posyandu ASTA
Posyandu ASTA adalah Posyandu yang diasuh dan dibina oleh
Tokoh Agama bersama-sama unsur terkait setempat. Dengan kehadiran
Posyandu ASTA ini masyarakat akan mendapatkan minimal tujuh
pelayanan kesehatan dasar (SapIa Krida Posyandu) yaitu KIA, KB,
Gizi, Imunisasi, penanggulangan diare, penyuluhan, sanitasi dasar
dan penyediaan obat-obatan esensial, serta mendapatkan siraman
rohani dari tokoh agama setempat.

IV. PENGEMBANGAN UKJU


Pengembangan UKJU diarahkan sesuai dengan prinsip yang telah
dideklarasikan oleh WHO yang tertuang dalam "Health For All by The
Year 2000" atau kesehatan bagi semua pada tahun 2000. Prinsip tersebut
sesuai dengan apa yang akan dicapai oleh kesehatan di Indonesia pada
tahun 2000.
Dalam UKJU, pada tahun 2000dapat diartikan sebagai suatu keadaan
di mana setiap institusi Islam dapat mengatur upaya kesehatannya sesuai
dengan kemampuannya, agar para Santri, KiaifTuan Guru dan seluruh umat
Islam lainnya dapat memperoleh pengetahuan dan pemeliharaan kesehatan
secara memadai, yang dikendalikan oleh Iman dan Taqwa, serta cerdas.
Dengan demikian pengetahuan kesehatan dasar yang dimiliki dapat
dimanfaatkan sepenuhnya untuk kesejahteraan umat.
Untuk itu diperlukan adanya upaya pemberian bekal pengetahuan
kesehatan masyarakat kepada seluruh umat Islam, melalui Kiai, Tuan Guru
dan Santri. Pembekalan ini dapat merupakan kegiatan rutin, yang diajarkan
mulai dari tingkat pendidikan dasar sampai dengan pendidikan menengah
atas. Kegiatan ini merupakan kegiatan intrakurikuler pondok pesantren.
Sedangkan kegiatan ekstrakurikuler dapat dikembangkan, mencakup upaya
promotif, preventif, kuratif dan rehabilitatif yang lebih luas dengan
memanfaatkan semua potensi yang dimilikinya (J ).

JJI
V. PERAN UKIU DALAM KESEHATAN KELUARGA
Arti sehat menurut WHO didefini sikan "Health is complete state of
physical. mental. social wellhein{i. and not merelv the ahsence of diseas e
or in(ernitv". Jadi kesehatan adalah suatu keadaan sehat sifik , mental dan
sosial dan bukan hanya keadaan yang bebas dari penyakit, cac at dan
kelemahan. Agar UKJU dapat melakukan kegiatan yang mengarah pada
kesehatan keluarga, maka kegiatannya dapat diarahkan melalui mekani sme
tertentu, dengan paket peran yang antara lain meliputi upaya pencegahan
penyakit dan pengobatan sederhana (self care), pembinaan kesehatan anak,
usaha perbaikan gizi keluarga, ASI dan pemanfaatannya serta Acqui red
Immune Deficiency Syndrome (AIDS) .

1. Mekanisme Pembinaan Kesehatan Keluarga Melalui UKIU


Di daerah Dati II, Kecamatan dan Desa di Indonesia, peran sentra
sentra umat Islam bervariasi. Di beberapa daerah, peranan Pondok
Pesantren, Masjid dan Majeli s Taklim sangat dominan, sedangkan di
beberapa d aerah yang lain, dijumpai Pondok Pesantren, Masjid dan
Majelis Taklim yang kurang menonjolldominan. Dengan demikian
diperlukan adanya mekanisme pembinaan UKJU terhadap kesehatan
keluarga untuk masing-masing sentra.
Mekanisme pe mbinaan kesehatan keluarga melalui UKJU dapat
dilihat pada bagan di bawah ini :

Bagan 1 : Poskestren

BUPATI

(DINKES DATI II)

CAMAT
(PUSKESMAS)

PONDOK
<->
LKMD DESA
<->
PESANTREN
DASA WISMA (PUSTU)

"t "vI
KESEHATAN POSYANDU
KELUARGA ASTA

112
Po npes rnerniliki akse, yang IU<Js . Merda tidak saj<J d<lpat
berhubungan langsllng den gan Pirnpinan Wilayah (BlIpati. Camat
maupun Kepala Desa), tapi jUgLl dapat melakukan kegiatan langsung
ke masyarakat dan bLlhkan keluLlrga .

Bagan 2 : Pusinkes

PUSKESMAS

DAN PUSTU

Iv

MASJID DAN <->


LKMD <->
DESA
REMAJA MASlID DASA WlSMA (PUSTU)*
~ ~

L - I_ - - - - . _ _ ~
I
v
KESEHATAN

KELUARGA

Pustu : Puskesmas Pembantu

Penyebarluasan infonnasi kesehatan lewat masjid ke keluarga


dapat dilakukan bersama-sama Puskesmas maupun Puskesmas
Pembantu.

Bagan 3 : Majelis Taklim

KELOMPOK KESEHATAN
<----->
PENGAJlAN KELUARGA

Kelompok pengajian mempunyai akses langsung ke keluarga,


sehingga informasi kese hatan lewat kelompok pengajian dapat
disampaikan langsung ke keluarga .

113
2. Kesehatan untuk Keluarga
Pakel pesan kesehalan melalui UKJU unluk keluarga dilekankdn
agar anggola keluarga mengutamakan upaya pencegahan lerhadap
penyakit atau gangguan fisik maupun rohani. Pada dasarnya upa ya
lersebul ada 2 macam, yakn!
a. Upaya Preventif
Upaya-upaya yang dilakukan dapat berupa
I) lnformasi macam-macam penyakit yang menonjol sepe rt i
diare , Infeksi Saluran Pemafasan Akut (lSPA) Jan la in-lain
gejala-gejala serta upaya pencegahan yang ddakukan .
2) Pendidikan akhlak diintensif'kan pada keluarga. dan juga
melalui seko lah, madrasah dan pondok pesantren.
3) Pendidikan reproduksi remaja dan Keluarga Berencana aga r
diberikan semenjak di rumah tangga oleh orang tuanya d a n
di seko lah, madrasah dan pondok pesantren oleh g uru -guru ,
KiaifTuan Guru.
4) Upaya pencegahan lainnya seperti AIDS dan lain-Iainn y
yang berorientasi pada pengertian aJaran agama d an
kesadaran ten tang hidup sosial.
b. Upaya Kuratif
Pengobatan penyakit ringan secara fisik dapat dilak uk an ol eh
keluarga (self care). dan oleh tenaga kesehatan bagi perawata n
yang tidak dapat dilakukan oleh keluarga. Upaya kese hatan mental
dengan menggunakan pendekatan keagamaan.

3. Pembinaan Kesehatan Anak Melalui UKJU


Anak merupakan potensi bangsa se hingga perlu di s iap kan da n
dikembangkan untuk kematangan pribadinya.
Presiden Soeharto pada upacara pembukaan Konferensi Nasiona l
Pembinaan dan Pengembangan Kesejahteraan Anak menyatak an
"Guna menyiapkan tunas bangsa yang sehat dan kuat di m asa
mendatang, pertumbuhan, perkembangan dan pemeliharaan
anak perlu diawasi sejak dari awal kehidupan".
Yang dimaksud dengan pertumbuhan dan perkembangan anak d i
sini adalah suatu peristiwa, mulai dari bersatunya sperma ayah dengan
sel telur ibu pad a kandungan ibunya dan berakhir pada akil ba liqnya
seorang remaJa .

114
Informasi ini sangat diperlukan karena :
<l. Anak sebagai pemberian Allah, perlu mendapat perhatian dan
kasih sayang agar ia dapat tumbuh dan berkembang secara
optimal, baik menral maupun jasmaninya.
b. Lima tahun pertama dalam kehidupan anak merupakan tahun yang
amat penting. Untuk itu Balita perlu mendapat perhatian secara
khusu s baik masukan makanan atau gizinya maupun
perkembangan menralnya, sehingga ia akan menjadi manusia
sehat jasmani maupun rohaninya.
c. Sumber daya manusia yang berkualitas akan dapat terwujud bila
pembinaan kesehatan dimulai dari dalam kandungan.
Upaya pemeliharaan kesehatan anak dapat dilakukan :
a. Pada waktu anak dalam kandungan
Pengetahuan dan sikap ibu tentang gizi seimbang sangat
memegang peranan penting dalam pertumbuhan bayi datam
kandungan . Ibu harus menjaga kesehatannya selama mengandung,
agar pertumbuhan bayi dalam kandungan dapat sempuma. Selain
itu perawatan payudara, memelihara kebersihan pribadi dan
lingkungan melalui Gerakan Jumat Bersih (GJB), mengatur waktu
istirahat, imunisasi, pemeriksaan kesehatan secara rutin pada unit
unit pelayanan perlu dilakukan oleh si ibu .
Di samping upaya-upaya tersebut di atas , pendekatan kerohanian
juga perlu ditingkatkan sehingga diharapkan bayi yang
dikandungnya dapat tumbuh dan berkembang menjadi anak yang
sholeh.
b. Pada waktu bayi berusia 0-1 tahun
Pada masa ini, informasi yang perlu diberikan adalah perawatan
bayi, manfaat Kolostrum dan ASI, menjaga kebersihan pribadi
baik ibu maupun bayi dan lingkungan melalui GJB tetap
diteruskan, imunisasi, pemeriksaan bayi secara periodik,
penyediaan waktu yang cukup untuk menyusui dan merawat bayi .
c. Pada waktu anak berusia 1-5 tahun
Pada mas a ini, infonnasi yang perlu diberikan adalah pemanfaatan
ASI sampai dengan umur 2 tahun, menjaga kebersihan pribadi
baik ibu maupun bayi dan lingkungan melalui GJB, pemeriksaan
anak secara periodik, menimbangkan anak secara teratur,
perbaikan gizi, pengenalan terhadap agama yang dianut oleh orang
tuanya.

115
d. P(lc/(/ \\'(/kll1 (l1l({k hertl.li(/ 5- /2 /(1111111
Pada masa allak u~ia tersebut perlu adanya perhatian orallg tlla
terhadap kesempatan dan kemauan Llilak untuk beLIJar,
membiasakan berorganisasi, pendidikun keagamaan dan berolah
raga (2)
Dalam rangku pe ningkatan kualilUs sumber daya manusia
informasi dan praktik mengenai gizi seimbang adalah sangat
diperlukan oleh keluarga. Hal ini dapat dilakukan k wat Usaha
Perbaikan Gizi Keluarga.

4. Usaha Perbaikan Gizi Keluarga


Memilih makanan yang tidak menyimpang dari ketentuan agama,
dalam rangka pemenuhan kewajiban memetihara dan melestarikan
kehidupan keluarga sangat penting. Dalam kaitannya dengan hal
tersebut di alas, maka beberapa pedoman mengenai makanan dik aitkan
dengan agama Islam adalah sebagai berikut :
a. Dalam kerangka makna peribadatan, makanan harus dipilih,
diperoleh, dipersiapkan dan dinikmati sesuai dengan ketentuan
ketentuan agama.
b. Sebagai pemenuhanjas mani dan mencapai tujuan hidup, mak'lllan
haru s sehat, bervariasi dengan takaran yang seimbang sesuai
dengan umur dan beral badannya.
Pilihan makanan yang halal, sehat, terutama "kandungan yodium"
dan Vitamin A dan C yang cu kup, sangat diperlukan bagi se mua orang,
lerutama anak-anak , lebih-Iebih sejak masih dalam kandungan sampai
dengan menjelang ma sa ak il balig, karena pe rt llm buhan dan
perkembangan jasmani , kecerdasan, rohani dan sosial di kemudian
hari sangat ditentukan dalam mas a tersebut di atas.
Informasi mengenai Usaha Perbaikan Gizi Keluarga tidak akan
sempuma, kalau tidak dilengkapi dengan informasi men genai ASl dan
manfaalnya.

5. ASI dan Manfaatnya


Upaya untuk mewujudkan anak yang sholeh dan memiliki
mental fisik dan kecerdasan yang prima adalah merupakan kewajiban
bagi setiap keluarga Muslim seperti telah digariskan pada Surat An
Nisa ayat 9, yang artinya : "Dan hendaklah fakuf pada Allah orang
orang vang seandainva meninggalkan di belakang mereka anak-anak

116
yung lemoh. Yling mereku klwl\'(lfir lerhadap (kesejolllcruun) lIlereko,
Olch schuh iTll hcn{/ukloh IIIcreku heriaq\\'u kepo{/u AI/uh don
helldaklah lI1ereku IIU'Ilf!,IICOpkol1 perkalOGIl -"(/JIg hcnur" (Q,S.4. AI
Baqarah 2:1:1) (2),
Cita-cita ini telah diangkat sebagai tujuan utallla dari
pelllbangunan suatu negara. terlllasuk Indonesia. yaitu dalalll GBHN
telah digariskan secara tegas bahwa pada hakikatnya Tujuan Nasional
adalah pelllbangunan manusia Indonesia seutuhnya, fisik maupun
mental spiritual.
Penelitian menunjukkan bahwa banyak sekali terjadi
penyimpangan-penyimpangan dalam pemberian makanan kepada
bayi, antara lain:
I, Kecenderungan menurunnyajumlah ibu yang menyusui bayinya,
khususnya di daerah perkotaan.
2. Hanya 34% dari ibu yang menyusui anaknya secara Eklusif (ASI
saja) sampai bayi berumur empat bulan.
3. Dibuangnya "Kolostrum" (ASI yang keluar pada hari-hari pertama
bayi lahir) yang sangat bermanfaat untuk kekebalan bayi terhadap
beberapa penyakit infeksi.
4. Diberikannya makanan pendamping ASI (MP-ASI) terlalu dini.
5. Diberikannya makanan Pralaktal, yaitu makanan yang diberikan
sebelum ASI keluar (misalnya pisang, kelapa muda dan
sebagainya) dan lain-lain penyimpangan.
Agar kegiatan pemberian ASI dapat dipahami semaksimal
mungkin oleh keluarga, maka petugas penyuluh/Santri harus
memahami berbagai istilah yang dipergunakan dalam kaitannya
dengan ASI dan proses menyusui.

Manfaat ASI
Menyusui atau memberikan ASI kepada bayi, sang at bermanfaat
bagi ibu dan bayi. Bagi bayi, ASI merupakan makanan terbaik.
karena :
I. ASI mengandung gizi yang susunannya sangat sempuma untuk
proses tumbuh kembang bayi, makanan alami, hangat, segar, steril
dan tidak basi.
2. ASI mudah sekali dicema dan diserap, mengandung zat anti
infeksi dan anti alergi.

117
j Menyusu l ll1empengaruhl pertul1lbuhan glgi dan rahang "e
yang sel1l purna .
4. AS! menjal1lin pertumbuhan sel-sel kecerdasan anah.. Jan
mencegah kegel1lukan.
Selain AS! berl1lanfaat bagi bayi. di lain pihak berl1lanfaat pula
bagi ibu menyu su i. Manfaat tersebut antara lain
I. Mengembalikan kccantikan ibu seperti se diakala. karena
menyusui dapa! l1lenyebabkan kontraksi rahim dan mcngeluarkan
darah dari jaringan yang ridak diperlukan dalam rahim . Dengan
demikian, bentuk tubuh ibu akan kel1lbali seperti se mula.
2. Memberikan kepuasan batin, karena ibu berhasil memberikan
makanan bayi yang sangat disayanginya, yang merupakan tugas
mulia seorang ibu sebagai tercantum pada surat AI Baqarah ayat
233. Selain itu pemanfaatan ASI dapat mencegah kanker payudara
dan membina kasih sayang an tara ibu dan anak.

6. Acquired Immune Deficiency Syndrome (AIDS)


AIDS adalah suatu kumpulan gejala penyakit yang diakibatkan
rusaknya sistem kekeb al an tubuh manusia karena H u man
Immunodeficienc y Virus (HIV). Penyakit ini sampai sekarang belum
ditemukan vaksin dan obatnya. Seseorang yang mengidap HIV,
selamanya virus tersebu! akan ada dalam darahnya, dan selalu siap
untuk menularkan penyakit ke orang lain (5).
Penularan penyakit tersebut dapat melalui transfusi darah, alat
alat operasi yang tercemar HIV, hubungan kelamin dan ibu mengidap
virus AIDS ke bayi yang dilahirkan.
Kemungkinan penularan AIDS lewat hubungan seks hanya sekitar
0, I %-1 % saja, tetapi hal ini sering dilakukan, serta masih ban aknya
penduduk yang melakukan penyimpangan hubungan seksual, sehingga
penularan AIDS lewat hubungan seksual cukup tinggi.
Agar penyakit ini dapat dicegah, maka informasi mengenai
pencegahan AIDS lewat jalur agama ke keluarga sangat penting.

VI. KESIMPULAN
Peningkatan kualitas su mber daya manusia melalui kesehatan kelaurga
akan dapat di laksanakan secara optimal melalui jalur agama dan di sekolah
sekolah. Upaya untuk peningkatan kualitas sumber daya bagi umat Islam

J 18
Japat dilaksanabn lewat UKJU. Upaya lewat UKJU ini harus seiring dan
seirama dengan unit/sektor terkait, yang muaranya diarahkan untuk
mencakup peningkatan kesehatan keillarga.
Peningkatan pengetahllan pelayanan kesehatan dasar bagi tokoh-tokoh
agama sangat diperlllkan untuk dasar perilakll hidllp sehat yang didasari
oleh iman dan taqwa . Apabila tokoh-tokoh agama melailli wadah yang
memungkinkan dapat menyebarillaskan informasi tersebut ke keluarga,
maka peningkatan kualitas sllmber daya manllsia melailli kesehatan
keillarga dapat dilaksanakan dengan baik, efektif dan efisien.
lnformasi pelayanan kesehatan dasar lewat keluarga yang penting
untuk peningkatan kualitas sumber daya manusia meliputi upaya promotif,
preventif, kuratif dan rehabilitatif yang dikemas dengan keyakinan
keagamaan. Selain penyakit-penyakit menular dan tidak menlliar yang
dapat memberikan dampak positif terhadap peningkatan status kesehatan,
informasi yang sangat penting lainnya adalah pembinaan kesehatan anak,
usaha perbaikan gizi keluarga, ASI dan pemanfaatannya serta AIDS.

DAFTAR PUSTAKA

I . Darmono, Prospek dan Tanrangan Program Diseminasi UKJU, Mataram,


1993.
2 . Departemen Agama RI. , Modul Keluarga Bahagia Sejahrera, Jakarta, 19931
1994.
3. Dinas Kesehatan Dati I Nusa Tenggara Barat dan KSPKK Universitas
Diponegoro Semarang, Pembentukan dan Pengelolaan Upaya Keseharan
Jamiul Ummah (UKJU) di Provinsi Nusa Tenggara Barar, Mataram, 19921
1993.

4. Ketetapan-ketelapan MPR-Rl 1993 dan GBHN 1993-1998.


5. Pusat Penyuluhan Kesehatan Masyarakat Departemen Kesehatan Rl dan
Departemen Agama RI., Pedoman Penyuluhan AIDS menurur Agama
Islam, Jakarta, 1994.
6. Satoto, dkk ., Keikutsertaan Umat Islam da/am Bidang Kesehatan di Pulau
Lombok, 1990/1991.

119
PENDIDIKAN SEKS UNTUK REMAJA

MERUPAKAN ALTERNATIF UPAYA

MENINGKATKAN KUALITAS SUMBER DAYA

GENERASI MUDA INDONESIA **)

Oleh Winahyu Rutikah Yuniati *)

BAB I PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Akhir-akhir ini banyak bermunculan masalah-masalah re maja baik di
media elektronik maupun media cetak . Kualitas dan kuantitas masalah
masalah remaja tersebut cukup memprihatinkan seperti penggunaan obat
terlarang/minuman keras, mengompas, ta wuran antar sekolah/geng, kebut
kebutan liar dan sek s bebas.
Khususnya tentang seks bebas, banyak remaja kita yang s udah
melakukan hubungan seks baik dengan pacar/teman atau wan ita tuna su sila.
Akibatnya banyak " kecelakaan " di kaJangan remaja yang berakhir dengan
aborsi atau terjangkiti penyakit kelamin .
Dari pengamatan penulis, remaja-remaja banyak yan g belum
mengetahui tentang fungsi organ reproduksi manusia yang erat kaitannya
dengan kenakalan mereka (hubungan sek s). Sehingga mereka bertindak
gegabah, memburu kesenangan sesaat tanpa memikirkan akibatnya.
Apalagi dengan merebaknya tayangan film yang mengumbar "sekwil-da"
(sekitar wiJayah dada) dan "bupati" (buka paha tinggi-tinggi) , yang mudah
merangsang libido seks remaja.
Menghadapi era teknologi dan globalisasi dibutuhkan sumber daya
manusia Indonesia yang berkualitas baik fisik maupun mental. 01eh sebab
itu pembinaan remaja hendaknya segera ditangani secara dini dan terpadu
an tara pihak-pihak yang terkait.
Bertitik tolak dari hal-hal tersebut di at as, maka penulis memberanikan
diri untuk menyumbangkan sedikit gagasan tentang upaya pembinaan
remaja, khususnya kesehatannya melalui " pendidikan seks" .
"Pendidikan seks" yang kami maksudkan adalah :
I. Pemberian pengetahuan tentang si stem reproduksi pria dan wan ita .

) Pendidikan terakbir. Perguruan Tinggi.

**) Juara Harapan II Lomba Karya Thlis Bidang Kesehatan 1994

120
2. Pemberian pengetahuan lenlang perubahan-perubahan biologis,
psikologis dan psikososial sebagai akibat dari pertumbuhan dan
perkembangan manusia.
3. Pemberian pengetahuan ten tang urutan kejadian dalam reproduksi
seksual pada manusia.
4. Pemberian pengetahuan tentang penyakit akibat penyalahgunaan organ
seks (seks bebas) dan dampaknya.
5. Pemberian pengetahuan dan penanaman moral, etika dan agama.

B. BATASAN MASALAH
Pada karya tul is ini kami akan membahas "Pendidikan Seks"
khususnya nomor 1,2,3, dan 4. Remaja yang dimaksud adalah anak-anak
seusia siswa Sekolah Menengah Umum.

BAB n PELAKSANAAN PENDIDlKAN SEKS

Me1ihat tingkat perkembangan anak dan perkembangan lingkungan sosial


anak, sebaiknya pengetahuan ini diberikan di kelas I. Hal ini juga dapat
mengurangi risiko yang lebih fatal karena-anak telah mengetahui secara dini.
Mengingat latar be1akang pendidikan orang tua remaja yang sangat bervariasi
maka pendidikan seks diberikan oleh guru yang berkompeten atau paramedis
yang ditunjuk oleh dinas kesehatan (terutama kegiatan nomor I, 2, 3 pada
batasan masalah). Untuk kegiatan nomor 4 selain guru juga orang tua.

Untuk anak-anak yang duduk di bangku SMU, pada kurikulum bidang


studi biologi terdapat bahasan tentang reproduksi pada manusia sehingga
pendidikan seks dapat diintegrasikan di dalam bahasan tersebut oleh Guru
Biologi. Tetapi dengan diberlakukannya kurikulum baru 1994 anak-anak SMU
mendapat pengetahuan ini di ke1as III jurusan IPA (penjurusan di kelas III)
sehingga anak-anakyang masuk jurusan IPS atau Bahasa tidak mendapat
pengetahuan ini. Hal ini tentu saja diperlukan kebijaksanaan sekolah, di sinilah
dibutuhkan suatu kerja sarna antara guru, terutama guru biologi, guru
bimbingan penyuluhan, guru agama, guru pendidikan Pancasila dan kepala
sekolah. Artinya, untuk anak-anak jurusan IPS dan Bahasa disediakan waktu
tersendiri untuk menyampaikan pendidikan seks. Demikian juga dengan anak
anak. yang mengenyam pendidikan di Sekolah Menengah Kejuruan seperti
STM, SMEA, SMKK, SMKI dan banyak lagi.

121
Paua kurikulurn sekolah-sekolah kejuruan tidak terdapat baha n l-.aji~lIl
tenlang reproduksi rnanusia. Di sinilah peranan pararnedis dibuluhkan unlu k
menyarnpaikan pendidikan se ks di se kolah -sekolah kejuruan. Oleh se oab il u
pembinaan remaja dalam pemberian pengelahuan pendidikan seks harus lerpadu
dan secara nasional. Untuk ilu harus ad a kerja sa rna antara Deparlemen
Pendidikan dan Ke budayaan dengan Departemen Kesehatan yang akhim ya
dituangkan dalam suatu keputusan pemerintah pusat yang dapat dijadikan
landasan bertindak bagi pelaksana di lapangan .

Dalam penyampaian materi ini digunakan metode eeramah dan tanyajawab


dengan media gam bar anatomi alat reproduksi manusia (charta) atau mode l
anatomi alat reproduksi manusia (charta timbuL) . Siswa dibagi menjadi dua
kelompok yaitu kelompok pria dan kelompok wan ita. Agar siswa tidak malu/
sungkan dalam mengajukan pertanyaan, kelompok pria ditangani guru/
paramedis pria dan kelompok wanita ditangani guru/paramedis wanita (bila
memungkinkan) . Kelompok pria juga mempelajari sistem reproduksi wanita,
demikian juga sebaliknya.
Untuk penanaman nilai agama disesuaikan dengan tinjauan agama masing
masing anak oleh guru agama yang bersangkutan .

BAB III MATERI PENDIDIKAN SEKS UNTUK REMAJA

A. PENGETAHUAN SISTEM REPRODUKSI MANUSIA


1. Sistem Reproduksi Pada Pria
Sistem reproduksi pria terdiri dari atas sepasang testis, saluran
saluran genital, kelenjar-kelenjar tambahan dan penis.
a. Testis, berbentuk oval, terletak di dalam kantong yang disebut
skrotum yang terletak di luar badan. Suhu di dalam testis 2-3
derajat Celcius lebih rendah dari suhu badan, sehingga baik untuk
pembentukan sel spenna. Otot dartos dari skrotum menggerakkan
testis mendekat atau menjauhi badan sesuai suhu di luar tubuh,
agar suhu testis tetap. Penampang membujur testis, menunjukkan
bagian-bagian sebagai berikut :
J) Tunica aLbuginea, adalah kapsul pembungkus jaringan ikal.
2) TubuLus seminiferus, atau saluran seminiferus. Saluran in i
berkelok-kelok, panjangnya lebih kurang 50 em dengan garis
menengah lebih kurang 20 mikron. Saluran seminiferus

122
terletak di dalam lobus testicular (ruang testicular) mel1lpakan
tempat penghasil spermatozoid .
3) Sellevdig (sel interstitial), terletak pada jaringan pengikat
dan merupakan penghasil hormon testosteron (hormon seks
pria).

b. Saluran genital, terdiri atas bagian-bagian sebagai berikut :


I) Tubulus recti (saluran recti), menghubungkan ujung tubulus
seminiferus dengan rete restis (bagian tengah testis) .
2) Vasa efferentia (saluran efferensia), menghubungkan rete
testis dengan epididymis . Jumlahnya lebih kurang 10-20
buah. Bagian ini menampung sperma untuk dipindah ke
epididymis .
3) Epididymis, saluran berkelok-kelok panjangnya lebih
kurang 5 meter. Terdiri atas bagian kepala (puneak) dan
bagian dasar. Epididymis adalah tempat absorbsi eairan
spenna sehingga menjadi agak pekat (eairan tersebut berasal
dari sekresi sel tubulus seminiferus). Sel sperma kemudian
disimpan untuk sementara waktu di bagian dasar epididymis .
4) Vasa deferentia (saluran deferensia) adalah saluran lurus yang
panjangnya 40 em . Saluran ini menghubungkan bagian dasar
epididymis dengan saluran uretra di dalam penis. Bagian
ujung sebelum ke uretra membesar disebut ampula ,
dilanjutkan saluran ejakulasi yang bermuara ke uretra.

e. Kelenjar tambahan
I) Vesica seminalis (kantong seminalis)
Dinding kantong seminalis mensekresi eairan lendir yang
mengandung banyak fruktosa, sedikit asam askorbat dan
asam amino. Bahan-bahan ini berfungsi untuk memberi
makanan pada semen, serta untuk melindungi sel sperma
sebelum membuahi ovum. Semen adalah campuran yang
terdiri atas sel sperma dan eairan yang dihasilkan oleh
berbagai kelenjar tambahan. Apabila kantong seminalis
berkontraksi menyebabkan sperma keluar ke duktus ejakulasi
(saluran ejakulasi) diteruskan ke uretra.

2) KeLenjar pros/a/
Kelenjar prost at berbentuk bulat, mengelilingi bagian pangkal

123
saluran uretra. Kelenjar ini mensekresi cairan yang bersifat
alkali dan seperll milk. Cairan ini mengandung asam "itrat,
asam fosfat serta spermine . Apabila kelenjar ini berkontraksi
cairan dikeluarkan sehingga menambah cairan sperma . Sifat
alkali cairan fosfat penting arlinya untuk menetralk an sifat
asam pada vasa deferens dan cairan yang ada di dalam vagina .
Oengan demikian sel spenna dapat bergerak aktif seh ingga
fertil isasi dapat berhasi I.
3) Kelenjar cowper (Kelenjar bulbouretralis)
Ukurannya sebesar butir kacang . Terletak di bagian proksimal
uretra. Kelenjar ini menghasilkan cairan mukosa. Cairan ini
untuk menambah semen dan pelicin.

d. Penis
Penis adaJah alat kopulasi pria yaitu memindahkan spenna supaya
membuahi ovum di daJam tubuh wanita. Penis terdiri at as corpus
cavernosum yang dibungkus olehjaringan ikat tunica albugenia .
Oi daJam corpus cavernosum terdapatjaringan pembuluh darah.
Rangsangan mekanis maupun psikis dapat menyebabkan penis
ereksi (menegang), disebabkan jaringan pembuluh darah
men gem bang dan darah banyak mengalir ke penis. Bagian ujung
penis disebut glens penis, yang dilindungi oleh selaput yang
disebut kulup.

2. Sistem Reproduksi Wanita


Sistem reproduksi wanita terdiri atas sepasang ovarium (indung
telur), saluran fallopian, ute rus dan organ kelamin bagian luar.

a. Ovarium
Pada wanita, ovarium berjumlah dua buah (kanan kiri), terletak
pada dinding rongga badan oleh lipatan yang terJetak pada
peritonium. Ovarium mempunyai fungsi ganda yaitu penghasil
ovum dan pensekresi hormon wan ita. Ovarium terdiri atas cor
tex dan medulla, yang dilindungi oleh jaringan ikat albugenia.
Lapisan terluar cortex tersusun oleh sel-sel epitel germinal is
sebagai penghasil sel-sel gamet. Cortex terdiri atas folikel-folikel
yang sedang berkembang menuju pemasakan dan medulla terdiri
atas stoma yang berisi jaringan ikat, pembuluh darah dan folikel
folikel yang telah masak (folike! de graa/).

124
b. Sail/Hili fal/opial/ (Ol'idl/cr)
Oviduct adalah saluran yang panjangnya kbih kurang 12 cm,
berfungsi meny1llurkan ovum dari ovarium menuju uterus (rahim).
Bagian ujung saluran fallopian berupa corong yang diperluas
dengan bangunan berupa rumbai-rumbai yang bergerak-gerak di
dekat ovarium ketika ovum masak pada saat ovulasi .
Lubang saluran fallopian dilapisi eppitel bersilia dan otot. Gerak
ovum menuju ke uterus dibantu oleh gerak 0101 dinding saluran
fallopian.
c. Uterus (rahim)
Ulerus adalah ruangan yang berdinding lebal dengan panjang lebih
kurang 7,5 cm dan lebar 5 cm, lerdiri atas liga lapisan, berturut
lurul dari luar ke dalam yaitu Japisan serosa, lapisan miomelrium,
dan lapisan endometrium.
Lapisan myometrium terdiri alas berkas sel otot polos yang selama
kehamilan sensitif (peka) terhadap oxytosin (hormon dari
hipotalamus yang berpengaruh pada otot pol os untuk
berkontraksi). Lapisan endometrium keadaannya lembut dan halus
tersusun dari sel-sel epitel, sel kelenjar dan pembuJuh darah.
Ruang uterus mampu mengembang (membesar, hingga 500 kali
volumenya selama kehamiJan. Jalan masuk ke uterus bag ian
sebelah bawah disebul cervix (Ieher rahim).

d. Vagina
Vagina adalah saluran yang letaknya di bagian bawah uterus
berbatasan dengan cervix. Saluran ini merupakan lempal bagi
penis ketika kopulasi dan jalan bagi bayi ketika berJangsung
persalinan . Bagian dalam berlipat-lipat. dekat ke ujung
membentuk seiapul dara (hymen) .

e. Organ kelamin luar


Organ kelamin luar terdiri at as bagian-bagian sebagai
berikut :

I) Clitoris (kelentit) yailu slruktur yang homolog dengan


pems.

2) Vulva, terdiri atas labium mayor (bibir besar) dan labium


minor (bibir kecil).

125
_\) Lubang saluran kcncing merupakan ujul1g terluar \~.t1uran
uretra,

4) Lubang vagina, merupakan ujung terluar sa luran vaglOa.

5) Fundus, yuilU bagian lipat paha,

Pada dinding vulva terdapat kelenjar vestibuler yang mengeluarkan


mukus (eairan lendir) apabila ada rangsangan seksual, sehingga menjadi
basa h dan liein,

B. PERUBAHAN BIOLOGIS, PSIKOLOGIS DAN PSIKOSOSIAL


AKIBAT DARI PERTUMBUHAN DAN PERKEMBANGAN
MANUSIA
Pertumbuhan dan perkembangan pada manusia berjalan seiring,
Pertumbuhan manusia dipengaruhi oleh faktor-faktor dalam yaitu gen dan
hormon serta faktor luar yaitu makanan, lingkungan, aktivitas fisik,
Manusia mengalami pertumbuhan primer dan pertumbuhan sekunder. Pada
umur tertentu pertumbuhan disesuaikan dengan perkembangan yaitu
menjelang dewasa, misalnya pada pertumbuhan anak-anak, ada organ
organ yang belum aktif kemudian akan aktif menjelang masa dewasa , Pada
saat itulah akan terjadi perubahan-perubahan biologis ,
Pada masa pubertas (umur 12-15 tahun) akan timbul (berkembang)
tanda-tanda kelamin kedua (sekunder) dengan pertumbuhan rambut pada
ketiak, jambang, kumis pada laki-Iaki dan tumbuhnya payudara dan
membesarnya pinggul pada wanita , Seeara fisik pada masa in i te lah siap
bereproduksi, Perubahan biologis yang terjadi pada pria ditandai mimpi
basah yaitu mimpi yang disertai pengeluaran spenna sedangkan pada wanita
mengalami mensturasi, Mensturasi yaitu peluruhan dinding uteru s
menyebabkan perdarahan karena setelah ovulasi tidak terjadi pembuahan
ovum oleh spenna, Mensturasi berJangsung antara 4-7 hari di mana sekitar
500 em kubik darah danjaringan dinding uterus lepas dikeluarkan melalui
vagina. Siklus mensturasi adalah peri ode lebih kurang 28 hari , selama waktu
itu wan ita yang subur rnengalami ovulasi yang diselingi mensturasi , Ovulasi
adalah peristiwa folikel de graaf di dalam ovarium peeah rnelepaskan ovum.
Pada masa pubertas ini dorongan seks tampak lebih rnenonjol. Hal ini
juga mempengaruhi tingkah laku rernaja rnisalnya suka bersolek, saling
tertarik pada lawan jenis tennasuk ingin mengetahui masalah hubungan
seks,
Perubahan psikis pada remaja misalnya kebutuhan akan agama,
kebutuhan akan rasa arnan. Selain itu ada peru bah an yang sifatnya

126
berhubungan dengan orang lai n (psi kososia I) sepert i kebutuhan u nlll k
d i kenai , kebutuhan ber~elompok, memperoleh penghargaan, memi Ii k i,
memperoleh pengalaman barn . Pada penyampaian materi ini di!ekankan
bahwa adanya perubahan tersebut adalah alamiah namun harus dapa!
dikendalikan oleh pikiran (rasio) yang berlandaskan norma agama, moral
dan etika.

C. URUTAN KEJADIAN DALAM REPRODUKSI SEKSUAL


MANUSIA
Urntan kejadian dalam reproduksi seksual manusia adalah sebagai
berikut :

1. Pernbentukan garnet (sel kelarnin)


Pada pria : testis menghasi Ikan jutaan sel spenna (200 juta) yang
disemprotkan ke dalam tubuh wanita secara refleks lewat penis
ketika kopulasi.
Pada wanita : ovarium menghasilkan ovum (sel telur) lebih
kurang 400 yang dilepaskan sejak akil balig hingga menoupase
tetapi setiap bulan hanya satu ovum yang dilepaskan secara
otomatis dari ovarium. Ovum sampai ke oviduct menanti dibuahi
sel spenna.

2. KopuJasi
Penis yang menegang menyemprotkan sel sperma ke dalam vagina
(cervix) wanita waktu ejakulasi.
3. Fertilisasi
Setiap sel sperma yang berenang menuju oviduct mempunyai
kesempatan untuk membuahi ovum yang menanti di oviduct. Dalam
keadaan nonnal, hanya satu sel spenna yang membuahi ovum . Setelah
terjadi pembuahan kedua nukleus sel gamet melebur membentuk zigot
dan sel spenna lainnya mati.
4. Pernbelahan Sel
Zigot membelah diri membentuk morula, blastula, gastrula dan menuju
ke ruang rahim.
5. Irnplantasi (rnenernpel)
Zigot yang telah berkembang tadi, di ruang rahim akan menempel
pada dinding rahim (uterus).
6. Thrnbuh
Gastrula yang menempel pad a dinding rahim kemudian tumbuh

127
menjadi dua bagian yaitu elllhri(l dan fi/u.lel/f(( . Keduanya berhubun ~a n
Jengan tali pusal. Embrio dibungkus o leh amnion (kLInton~ cairan)
untuk melindungi terhadap kerusakan atau goncangan. Embrio tumbuh
(masa kehamilan) selama 38 minggu (9 bulan). kellludian menanti
persal inan.
7. Persalinan atau Kelahiran
Otot rahim berkontraksi. cervix membesar dan bayi didorong kcluar.
Yang normal kepala bayi yang keluar diikuti bagian tubuh Iajnnya.
Pada saat tertekan amnion pecah. cairan amnion keluar (bersa ma bayi)
untuk melicinkan jalan. Setelah bayi keluar. kemudian ta li pusat
dipotong (tidak sakit karena tidak ada saraf di situ)
8. Sesudah Kelahiran
Tiga puluh menit setelah bayi lahir, dinding rahim berkontraksi lag i
untuk mengeluarkan plase nta.

Plasenta adalah organ yang tumbuh di dalam dinding rahim sellama


masa hamil (gestasi ). Organ ini bertugas mensuplai makanan (glukosa dan
asam amino) dan mensuplai oksigen untuk pemapasan. Kecuali itu plasenta
juga berfungsi membuang urea dan zat buangan yang lain, serta membuang
karbon dioksida.
Pertukaran substansi zat terjadi pada pembuluh kapiler yang berada
di viii pad a ujung tali pusat. Viii terletak di ruang yang berisi darah ibu.
Darah ibu tidak bercampur dengan darah embrio. Jika bercampur
kemungkinan dapat terjadi pembuluh darah embrio pecah karena tekanan
darah ibu, mungkin juga dapat terjadi peristiwa penggumpalan darah.

D. PENYAKIT AKIBAT PENYALAHGUNAAN ORGAN SEKS DAN


DAMPAKNYA
Apabila hubungan kelamin dilakukan secara bebas (tanpa pemikahan)
dapat menimbulkan penyakit :
I) Sift lis, ditimbulkan oleh bakteri dengan gejala pertama luka yang tidak
lerasa sakit pada ujung penis/cervix dalam 90 hari setelah hubungan
kelamin, 4 sampai 6 minggu kulit timbul ruam, setelah beberapa
minggu infeksi menjalar ke sislem saraf menyebabkan kelumpuhan,
idiot, kebulaan. Bayi yang belum lahir dapat lertular melalui plasenta
sehingga abnorrnal/lahir mati.
2) Gonorrhoea, oleh bakteri, penyakit baru tampak setelah 2-8 hari
setelah hubungan seks yaitu keluarnya cairan lendir kuning dari

128
organ kelall1in priaJwanit<1. dapat menyebabkan kemandulan Lm~ na
saluran terslImbat jarin ga n yang terinfeksi .
.
:\) AIDS (Acquired Immune DejiciellCY SmdromJ, disebabkan HIV virus
yang menyerang s istem imunitas tubuh. AkibatnY:J tubuh menjadi tidak
keballagi lerhadap kuman yang me nyeran g tubuh. Gejalanya tampak
setelah 6 minggu - 8 tahun setelah infeksi , dengan gejala berat tubuh
turun, demam dan keluar keringat dingin, lelah, pneumonia, pada kulit
timbul bisul ungu . Penderita umumnya mati karena belum
diketemukan va ksinnya.
4) Herpes genital, disebabkan oleh virus yang ada hubungannya dengan
cacar air. Terasa sakit dan gatal di sekitar alat kelamin.
Untuk penanaman etika, moral dan agama dapat ditekankan oleh gurul
paramedis bahwa hubungan kelamin antara pria dan wanita dianggap sah
menu rut hukum agama dan negara apabila keduanya telah menikah
(berhubungan seks hanya dengan suamiJisterinya) .

BAB IV PEN U T U P

A. KESIMPULAN
Dari pengamatan dan pengalaman penuli s maka :
I . "Pendidikan Seks" dapat diberikan kepada remaja yang usianya
setingkat siswa Sekolah Menengah Umum dan sebaiknya mulai kelas
I, dengan pertimbangan anak sudah mampu mencema pengetahuan
tersebut serta perkembangan lingkungan sosial anak yang semakin
mengkhawatirka n.
2. "Pendidikan seks" versi Indonesia adalah memberikan pengetahuan
kepada remaja tentang Sistem Reproduksi Manusia, Perubahan Akibat
Pertumbuhan dan Perkembangan Anak , Urutan Kejadian dalam
Reproduksi Seksual Manusia, Penyakit Akibat Penyalahgunaan
Organ Seks.
3 . Dengan "Pendidikan Seks" versi Indonesia untuk remaja dapat
mencegah/mengurangi penyalahgunaan organ seks, sehingga
mencegah penyakit-penyakit kelamin oleh bakteri/virus.

B. SARAN
Departemen Kesehatan melalui RS/Puskesmas dapat meberi
penyegaran bagi guru-guru biologi ten tang hal-hal yang berhubungan

129
uengan materJ-materi pendidlbll~e i-.: .~ ter.~ebut ~1t<lU IllCltel"l-materi lam unrui-.:
menambah wawasan guru bi olog i.
Materi pendidikan seks untuk jurusan IPS disampaikan Secara uetail.
namun untuk siswa non JPNkejuruan materi dapat dikurangi .

DAFTAR PUSTAKA

Dwidjoseputro. D. Prof.Dr. dkk. Biologi SMA I. Jakarta Departemen


Pendidikan dan Kebudayaan, 1984.

Danusukarto Sukotjo, dr. Berbagai Penyakit dalam Kehidupan Keluarga.


Jakarta : BPK Gunung Mulia, 1989.

Gayo, M.AR. Buku Pintar Kesehatan. Jakarta: CY Mawar Gempita. 1985.

Tim Penyusun. Biologi SMA. Klaten : PT lntan Pari wara, 1991.

Willis, Sofyan S. Drs. Problema Remaja dan Pemecahannya . Bandung :


Angkasa" 1981.

Yatim, Wildan. Drs. Embryologi. Bandung : Tarsito, 1984.

Yatim, Wildan. Drs. Reproduksi dan Embryologi. Bandung : Tarsito, 1982.

130
PERANAN ORANG TUA DALAM MENINGKATKAN

KESEHATAN PADA ANAK UNTUK

MEWUJUDKAN GENERASI MUDA YANG SEHAT,

KREATIF DAN BERPRESTASI DI MASA DEPAN **)

Oleh Sri Randaniati *)

A. PENDAHULUAN
Untuk dapat melangsungkan pembangunan bangsa diperlukan
berbagai modal pembangunan yang salah satunya adalah sumber daya
manusia. Pembangunan bangsa yang semakin maju, tentunya menuntut
manusia-manusia yang handal, manusia yang sehat, cerdas, terampil ,
mandiri, kreatif, berprestasi dan bel1aqwa terhadap Tuhan Yang Maha Esa.
Bila kita bicara mengenai kualitas sumber daya manusia sebagai aset
bangsa di masa depan, maka kita harus mampu mempersiapkan sumber
daya manusia sejak dini. Pembinaan dan pengembangan kesehatan anak
merupakan suatu usaha untuk menciptakan sumber daya manusia yang
berkualitas tinggi . Hal ini dikarenakan, masa anak adalah masa-masa yang
sangat strategis untuk meletakkan landasan yang kokoh bagi terwujudnya
manusia Indonesia seutuhnya yang menjadi sumber daya insani dan modal
pembangunan bangsa.
Agar anak dapat tumbuh menjadi pemuda-pemudi Indonesia yang
sehat, kreatif dan berprestasi, anak membutuhkan ayah dan ibu atau orang
tua yang tidak hanya untuk memenuhi kebutuhan fisik saja. Namun lebih
dari itu anakjuga membutuhkan bimbingan psikologi, rohani serta tempat
untuk mengadu, berbicara dan berlindung pada saat anak mendapat masalah
dalam kehidupannya.
Anak dapat kita umpamakan sebagai tunas muda masa kini. Generasi
masa depan penerus kelangsungan hidup bangsa Indonesia. Siapapun
orangnya yang menatap anak kita akan selalu terkandung harapan, harapan
dari orang tuanya, harapan masyarakat bahkan harapan bangsa dan
negaranya.
Oleh karena itu sudah sewajamya apabila anak menjadi fokus perhatian
dalam pembangunan bangsa yang diarahkan untuk meningkatkan kesehatan
fisik, mental dan sosial yang optimal sesuai dengan kemampuan yang
dimilikinya, sehingga dapat terwujud sumber daya manusia yang unggul

*) Mahasiswa Tingkat ill, Akademi Keperawatan DR. Otten, Bandung.


.. ) Juara Harapan In Lomba karya 10lis Bidang Kesebatan 1995.

131
Jan Illelllpunyui kcsanggupun Jalum mencapai kehiuupun yang idyak.
~ e hat. bahagia dan sejahtera lahir batin uulum masyarabt Inuunesia yang
aktif membangun.
Bertitik to1ak dari hal tersebut di atas. mab penulis dalam kesempatan
kali ini mengambil judul karya tulis berupa "Perallall Orallg Fila dO/lim
i'vleningkatkwz Kesehatan pada An([k lIntlik MewlIjlldkatl Genemsi MlIlia
wlIlg Sehat, K reatif dan Berprestasi cii Masa Depan"

Adapun tujuan dari penulisan karya tu1is ini ada1ah untuk


meningkatkan kualitas sumber daya manusia melalui pembinaan keseha tan
anak, yang di dalamnya mencakup peningkatan peranan orang tua da lam
pembinaan kesehatan anak.
Selanjutnya dalam karya tulis ini akan dibahas mengenai peranan orang
tua dalam meningkatkan kesehatan anak untuk mewujudkan generasi muda
yang sehat, kreatif dan berprestasi di masa depan.

B. PERANAN ORANG TUA DALAM MENINGKATKAN KE


SEHATAN ANAK UNTUK MEWUJUDKAN GENERASI MUDA
YANG CERDAS, KREATIFDAN BERPRESTASI DI MASA DEPAN
Kesehatan pada masa anak-anak dapat menentukan kua1 itas generasi
muda bangsa di masa yang akan datang, karena hanya dalarn manusia
yang sehatlah pembangunan dapat terlaksana secara berkesinambung an.
Kesehatan anak merupakan unsur dari kesehatan ke1uarga, untuk itu
tentunya keluarga mempunyai andil yang cukup besar dalam meningkatkan
kesehatan anak, sehingga mampu mewujudkan anak yang sehat, kreatif
dan berprestasi sebagai harapan orang tua, masyarakat, bangsa dan negara.
Keluarga merupakan unit dasar tempat anak tumbuh dan berkembang,
di mana di dalamnya terdapat ayah , ibu dan anak. Untuk mempersiapkan
seorang anak yang berguna, harus diawali oleh kesiapan ayah dan ibunya
untuk menjadi orang tua yang benar-benar bertanggung jawab terhadap
keberhasilan masa depan putra-putrinya.

Untuk memulai peranannya dalam peningkatan kesehatan anak, maka


orang tua harus mempersiapkan anak sejak dalam kandungan. Karena
proses perkembanganjasmani dan rohani sebenamya sudah dimulai sejak
kehamilan. Ibu yang sedang hamil harus mampu memenuhi kebutuhan
dirinya danjanin yang dikandungnya . Bila ia makan, ia tidak hanya makan
untuk dirinya saja tapi juga bagi makhluk kecil yang ada di dalam rahim
nya. Ini berarti ibu harus lebih meningkatkan konsumsi makanan yang
bergizi, menjaga kondisi tubuh dengan me!lgurangi aktivitas bentt, dan

132
juga harus rajin memeriksabn kehdlllilannya ke Posyandu atauplIll ke
Puskesmas . Diharapkan dengan perawatan yang. baik dan cermat selalll<l
kehamilan maka orang lLla akan mendapatkan anak yang sehat setelah ia
dilahirkan nanti.
Setelah me lewati ma sa kandungan, selanJutnya anak lahir ke dunia
sebagai bayi yang dapat diibarutkan kertas yang putih, a ninya pada saat
itu kondisi bayi ditentukan ole h perilaku orang tuanya . Sehat dan sakitnya
bayi te rsebut tergantung bagaimana orang tua mengasuhnya dan memenuhi
kebutuhan hidupnya. Oleh karena itu semakin besarlah peranan orang tua
dalam mewujudkan anak yang sehat.
Kini bayi itu tumbuh dan berkembang dengan pesat, baik itu
pertumbuhan fisik maupun perkembangan mental. Faktor kesehatan pun
memegang peranan yang cukup penting dalam mendukung proses
pertumbuhan dan perkembangan, sebab dengan badan yang sakit-sakitan
tidak akan mungkin otak dapat berkembang dengan maksimal. Untuk itulah
bayi memerlukan makanan yang sehat dan bergizi tinggi. Di saat seperti
inilah orang tua memegang peranan dan tanggungjawab yang besar dalam
pemenuhan gizi bayinya itu. Ibu diharuskan untuk memberikan ASI saja
kepada bayinya sejak umur 0 bulan sampai usia 4 bulan, dengan maksud
agar bayi mendapatkan nutrisi yang sesuai dengan kondisinya, juga untuk
mempererat tali kasih antara ibu dan bayinya.
Untuk mencegah agar bayinya itu terbebas dari serangan penyakit
dan untuk mengetahui perkembangan kesehatan anak, maka tentunya orang
tua harus rajin membawanya ke Posyandu untuk ditimbang dan
mendapatkan imunisasi . Karena dengan imunisasi maka bayi akan
mendapat kekebalan dalam tubuhnya terhadap penyakit-penyakit tertentu
seperti polio, campak, difteri, TBC, tetanu s dan pertusis . Sebaiknya
sebelum bayi itu mencapai usia 2 tahun, imunisasi dasar itu harus telah
diberikan dengan lengkap yang mencakup imunisasi BCG, DPT, polio
dan campak.
Sejalan dengan pertambahan usianya, bayi kini mulai belajar berjalan
dan juga belajar berbicara. Dalam hal ini orang tua bertugas untuk
memberikan latihan dan bimbingan untuk kelancaran proses perkembangan
motorik anaknya tadi.
Menginjak usia 1-3 tahun , bayi yang sehat tadi tumbuh menjadi
seorang anak yang sehat pula. Secara fisik ia semakin berkembang, ia
mulai berlari dan bergerak dengan dinamis . Pada saat seperti ini orang tua
harus berperan sebagai pelatih dan selalu waspada untuk menjaga ke
amanan diri anaknya tersebut dari bahaya cedera. Begitu pula dengan

133
perkernnangan mentalnya, anak yang sehat selalu mempunyai bellly"k
kelnginan dan inisi<ltiL untuk itu ora ng tU<l png<ln banY<lk melarang
terhad<lp kei nglnann y<l itu, tap i arahk<lnl<lh kepada seS U<ltu ya ng posltlf
dan bergun<l t<lnpa membantah keinginan anaknya,
Bila kita melihat pada teori perkembangan psikose xual Fre ud, m;ISCl
1-:\ tahun lIli merupakanfase anal stage (toddler) di mana pada masa ini
<lnak mendapatkan kepuasan pada saat ada yang keluar dari dalam tubuhnY<l
terutama buang air besar, biasanya ia akan berlama-Iama di kamar mandi.
Peranan orang tua untuk meningkatkan kesehatan anak pada saat ini adalah
se lalu membiasakan menerapkan hidup bersih, misalnya selalu
membawanya ke kamar mandi bila anak ingin buang air besar se hingga
lama kelamaan ia akan terbiasa,
Dengan bertambahnya kecerdasan anak, ia kini telah mulai tampak
makin sempuma dalam penyusunan kata-kata, ia sudah bisa menggunakan
awalan dan akhiran , sekalipun belum sesempuma orang dewasa. Karena
itu orang tua yang arif akan membenarkannya dengan hati-hati bila ada
ucapan anak yang salah, diusahakan agar anak itu tidak merasa tersinggung
dengan pembetulan tadi, Dan biasakanlah anak untuk mengucapkan ka ta
kata dengan benar dan sopan. Anak selalu meniru perbuatan orang tuanya ,
oleh karena itu orang tua harus memberikan contoh tingkah laku yang
baik pada anaknya. Janganlah be rtengk ar di hadapan anak, k arena hal itu
akan berpengaruh sekali terhadap perkembangan psikologi anak, Seorang
anak yang dibesarkan di tengah kelu a rga yang tidak hannonis di mana
setiap hari orang tuanya hanya bertengkar saja, maka anak akan me rasa
dirinya tidak dihargai dan memilih untuk pergi keluar rumah atau bahkan
melakukan pelampiasan ke hal-hal yang kurang baik seperti misalny a su ka
menggangu teman, berani melawan orang tua atau tidak mau masuk
sekolah. Hal-hal seperti ini sudah seri ng kita saksikan, sehingga dapat
dipastikan bahwa situasi dan kondisi keluarga sangat berpengaruh terhadap
perkembangan kesehatan fisik dan mental anak,

Menginjak usia pra sekolah, dia mulai sering bertanya tentang segala
hal, ia selalu ingin tahu keadaan sekelilingnya, dan banyak memiliki
inisiatif. Dalam menghadapi saat-saat se perti ini orang tua tidak boleh
banyak mengucapkan kata "jangan" pada anak, kecuali tentunya pada
hal-hal yang sangat membahayakan jiwanya. Karena bila anak banyak
dilarang maka ia akan kehilangan kepercayaan dirinya dan kehilangan
otonominya. Sebaiknya dalam hal ini orang tua berperan sebagai penga was,
ia han ya bertugas untuk mengawasi anak-anaknya dan bila sudah mendekati
pada keadaan yang d apat membahayakan jiwanya, beri ia pengertian yang
jelas dan sederhana, sehingga ketak di kemudian hari akan terpatri dalam

134
pikiran dan hatinya bahwa tindakan itu salah atau kllrang balk . Kini ia
mulai ke luar dari rumahnya untuk bermain dan berk elompok bersama
anak-anak lainnya yang ~ebaya. tanpa membedakan jeni s kelamin. Tanpa
disadari olehnya. sebenarnya ia sudah mulai belajar bersosialisasi dan
berhubungan dengan orang lain. Orang tlla berperan dalam mengajarkan
dan memberikan pengertian bagaimana eara bersos iali sasi yang baik.
bagaimana eara menjadi teman yang menyenangkan . agar di senangi dan
diterima oleh teman-temannya.
Sej alan dengan perkembangan fisik dan ment alnya yang semakin
sempurna, kini ia mulai memasuki lingkungan Sekolah Dasar yang banyak
membawa pengaruh terhadap kehidupannya. Pada masa ini ia lebih
banyak memusatkan kepada proses berpikir, ingatannya semakin kuat. dan
mulai membiasakan diri untuk belajar. Untuk itu orang tua berkewajiban
dalam pemenuhan fisilitas anak dan mendorong anak untuk belajar.
Dalam hal ini orang tua harus membimbing anak dalam belajar di rumah
ataupun membantu dalam memeeahkan persoalan yang ditemukannya di
sekolah.
Kadang-kadang di usia sekolah (6-12 tahun), ia lebih mempercayai
gurunya daripada kedua orang tuanya. Sehingga pada saat seperti ini
orang tuanya harus bisa bekerja sama dengan guru dalam rangka
peningkatan kemajuan anak, baik dari segi pengetahuan maupun peri laku
sehari-hari .
Setelah memasuki lingkungan sekolah ini, ia akan mulai mendapatkan
banyak teman dalam lingkungan sosial yang lebih luas . Proses sosialisasi
mulai berkembang semakin pesat, seiring dengan perkembangan
mentalnya. Biasanya anak banyak mendapat masalah dan rintangan dalam
bergaul dengan temannya . Orang tua haru s mampu menciptakan
komunikasi yangjujur dan terbuka sehingga dapat membantu anak dalam
memecahkan masalah-masalah tersebut. Berilah pengertian dan pen jelasan
pada anak mengenai cara-cara bergaul yang baik.
Pertumbuhan fisik anak semakin berkembang sempuma. Ia tumbuh
semakin sehat dengan menunjukkan perilaku yang lincah, giat dan selalu
ceria. Ia mulai menyenangi kegiatan-kegiatan seperti olahraga ataupun
kesenian. Pada saat seperti ini orang tua harus banyak memberikan
kesempatan pada anaknya untuk menyalurkan kesenangannya. Dari hal
ini orang tua dapat mengindentifikasi bakat anak untuk dikembangkan di
masa depannya.
Kesehatan rohani dan pengenalan akan Tuhan harus sudah mulai
ditanamkan pada diri anak. Orang tua harus bisa memberikan penjelasan

135
dan pcngcni ~\n yilng \cdcrh,1I1il tel1[ang ha\..iLlt Tuhan ini. Setel~\h ill!
Inllbilah diaprkan kcpada anak eara-eara berihadah ,eperti berdoa ataupun
\embahyang. sehingga anak tidak han ya se hat sceara fi:-;ik tapi rohaninY i\
Juga tcrisi. dcngan demikian kelak ia bisa menjadi ,lIluk yang bertaqwa
dan rujin beribadah.
Setelah mendapatkan bimbingun. ,nahan serta didikan dari orang
lUanya. kini anak tadi tllmbuh menjadi seo rang remaja yang schat. ccrdas.
bertaqwa, dan bcrkepribadian luhur. Dan kemudian ia mulai memasliki
Jenjang sekolah yang lebih tinggi yaitu SMP dan SMA .
Masa remaja merupakan masa peralihan antara anak-anak dengan masa
dewasa. Pada saat itulah ia tak ingin diperlakukan seperti anak kecil lagi.
walaupun secara keilmuan ia memang masih anak-anak. Berbagai
perubahan banyak dialami olehnya baik fisik maupun psikisnya. Terkadang
perubahan itu merupakan hal yang asing sehingga sering menimbulkan
rasa kaget dan bingung.
Secara fisik ia banyak mengalami perubahan benl1.1k I1.1buh yang sangat
pesat. Perubahan organ sexual pun mulai terjadi . Untuk il1.1 orang tua harus
dapat menjelaskan , mengarahkan dan memberi pengertian ten tang
perubahan yang sedang ia alami, sehingga ia tidak akan merasa kebingunan
lagi. Oleh karena itu diperlukan sual1.1 komunikasi yang jujur dan terbuka
antara orang tua dan anak dalam menghadapi masa-masa ini.
Pada masa remaja ini, anak banyak mengalami gejolak emosi dan
tekanan j iwa, sehingga terkadang mudah menyimpang dari norma dan ni lai
nilai sosial yang berlaku di masyarakat, misalnya bunuh diri karena pums
cinta, minum minuman keras, merokok, terlibat dalam narkotik dan lain
sebagainya. Karena itu orang tua harus lebih menanamkan nilai-nilai
keagamaan dan juga memperkenalkan norma-norma yang berlaku di
masyarakat. Selain itu berilah perhatian yang penuh terhadap anaknya,
supaya ia terhindar dari segala masalah kenakalan remaja tadi .
Di usia remaja , orang tua harus dapat membantu anak dalam
menyalurkan bakat dan kemampuan yang dimilikinya, sehingga mereka
mempunyai cita-cita yang sesuai dengan bakat dan minat yang dimilikinya,
dan selanjutnya dapat terjun ke lapangan pekerjaan yang benar-benar
diminatinya. Orang l1.1a harus dapat mengidentifikasi bakat dan kemampuan
anak dengan melihat prestasinya di sekolah atau dari kegiatan
ekstrakulikuler yang diminatinya. Berilah kesempatan pada anak unl1.1k
berkembang dan menentukan pilihannya sendiri dan orang l1.1a berada di
belakang untuk mendorong keinginan anaknya.

136
Masa SMA Idail he-rlalu, kini ia mulai nle-masuki jenjang perguruan
linggi yang se-suai dengan pilihannya. Sekarang ia mulai menyadari bahwa
dirlllya merupakan ilarapan orang tua, masyarakat. bangsa dan ne gara.
Karena itu dengan segenap kemampuannya ia beru ~ aha untuk mendapalkan
dan meraih apa yan g dicita-citakannya. Pada saat seperti ini orang lua
lidak bisa mele paskan kewajibannya begitu saja, mereka masih berperan
dalam membina, membimbing dan mengarahkan anaknya sehingga ia bi sa
berhasil meraih cita-citanya.
Setelah ia melewati perjuangan yang panjang dan berat, ia kini mampu
meraih apa yang diinginkannya. Dia adalah seorang generasi muda dengan
segala kemampuan dan kemauan untuk mengabd i kepada orang tua,
masyarakat, bangsa dan negara. Ternyata setelah kita telurusi , bahwa
dengan pembinaan, pengarahan, pendidikan dan bimbingan , baik yang
dilakukan di bidang kesehatan fisik , mental maupun sosial yang
dilaksanakan oleh orang tua terhadap anaknya, sangat memegang peranan
penting dalam mewujudkan generasi muda yang sehat, cerdas, kreatif dan
berprestasi.

D. PENUTUP
Peningkatan kesehatan keluarga merupakan salah saW upaya
menciptakan sumber daya manusia yang berkualitas. Bila kita mengkaji
kesehatan keluarga tentunya tidak lepas dari kesehatan anak, karena anak
adalah harapan yang tidak dapat dipisahkan dari keberadaan keluarga,
bahkan justru pembinaan yang pertama dan utama berada dalam lingkup
keluarga.
Upaya pembinaan kesehatan anak yang dilakukan oleh orang tuanya
bukan hanya dari segi fisik saja tetapi juga segi mental dan sosial, yaitu
pembinaan awal dalam perilaku kehidupan beragama dan berbudi pekerti
luhur, serta memberikan kesempatan bermain bersama dalam rangka
menumbuhkan daya cipta dan kreativitas serta hidup bermasyarakat.
Sehingga bila setiap orang tua mampu melaksanakan perannya dengan
baik, maka akan terwujud dan tercipta generasi muda bangsa yang handal
sebagai sumber day a manusia yang berkualitas tinggi dan mampu
meneruskan pembangunan bangsa dan negara di masa yang akan datang .
Generasi mud a yang sehat, kreatif dan berprestasi merupakan sumber
daya manusia yang tak temilai harganya dalam melanjutkan tong kat estafet
pembangunan bangsa Indonesia di masa yang akan datang .

137
DAFTAR PUSTAKA

Whaley. Lucille F. Donna L. Wong, Esst'l1li(/{ 01 Pt'di(l(ric Nursing. The C Y.


Mosby Company, St. Lo uis. 1985.

Behrman, Richard E., Victor C Vaugham, Alih bahasa Drs. Med. Moelia Radja
Siregar, /lmll Kese/wtan Anak l. EGC, Jakarta, 1990.

Moehji , Sjahmien BSc., Pemelihaman Ci zi Bavi dan Balita, Bhratara Karya


Aksara, Jakarta, 1988.

Sujanto, Agus, Psikologi Perkembangan, Aksara Baru, Jakarta, 1982.

138
ALIH PENGETAHUAN DAN KETERAMPILAN DASAR

BIDANG KESEHATAN DALAM MENINGKATKAN

SUMBER DAYA MANUSIA MENUJU

KELUARGA SEHAT **)

Oleh Drs. Djani *)

A. LATAR BELAKANG
Yang melatarbelakangi penulisan karya tulis ini adalah :
I . Pembangunan kesehatan menyentuh seluruh lapisan kehidupan
masyarakat yang berkembang dengan cepat dan kompleks, sehingga
perJu disusun suatu tatanan upaya kesehatan yang bisa dilaksanakan
dalam kondisi apapun, sesuai dengan potensi yang ada baik dari
pemerintah, masyarakat maupun keluarga.
2. Sesuai Repelita VI Bangsa Indonesia lebih mampu untuk tumbuh dan
berkembang melanjutkan pembangunan kesehatan sendiri menuju
tercapainya hidup sehat bagi semua penduduk.

B. MASALAH DAN PEMBATASANNYA


Mengingat masalah sangat luas, maka penulis membatasinya sesuai
dengan kondisi prioritas yaitu :
I. Bagaimana meningkatkan sumber daya manusia dalam keluarga
sebagai unit masyarakat terkecil, agar memiliki pengetahuan dan
keterampiJan dasar dalam bidang kesehatan sebagai modal utama
kekuatan sendiri?
2. Bagaimana strategi penyampaian alih pengetahuan dan keterampilan
dasar bidang kesehatan, agar keluarga memiliki pola perilaku hidup
sehat?

C. TUJUAN
Berdasarkan latar belakang dan masalah, maka dapat dirumuskan
tujuannya adalah :

*) Mahasiswa Tingka\ In, Akademi Keperawatan DR. Ollen, Bandung.


*) Juara Harapan IV Lomba karya Thlis Bidang Kesehatan 1995.

139
I. SClTIua keillarga ~ecara na.~iullal paJa tahun kedua Pellta VI dan tlllgkat
I)usun. DesaiKelurahan. Kecamatan. Kotamadya atau Kahupaten Jan
Pro\insi. sudah memiliki pen ge tahuan dan keterampi Ian dasar dalam
bidan g kesehatan serta memahami perilaku hidllp sehal.

Semua keluarga seema nasi o nal mulai tahun keti ga Pelita VI dari
tin g kat DuslIn. DesaiKelurahan. Kecamatan . KotamadyaiKabupaten
dan Provinsi dapat mengat as i masalah kesehatan ting kat dasar secara
dini yang terjadi di dalam keluarga sesuai kemampuan berdasarkan
perilaku hidup sehat.

D. UPAYA PENINGKATAN KESEHATAN KELUARGA


Pelayanan kesehatan di rumah keluarga merupakan satu di a ntara
kegiatan pokok pelayanan kesehatan yang dilaksanakan oleh Pu s at
Kesehatan Masyarakat di tingkat Kecamatan bahkan Desa di se luruh
Indonesia.
Pelayanan diprioritaskan terutama kepada keluarga golonga n rawan,
kas u s-kasus risiko tinggi yang tidak dapat melaksanakan rujukan ke
Pu skesmas atau ke Rumah Sakit serta kasus-kasus ringan lainnya yang
dipa ndang perlu mendapatkan pelayanan kesehatanlkeperawatan di rumah
keluarga.
Dengan pertimbangan keluarga sebagai unit terkecil dari masya rakat
dan sekaligus sebagai unit tempat pelayanan kesehatan , maka keluarga
me mpunyai tanggung jawab memelihara dan meningkatkan kesehatan
nya sendiri .
Di sadari bahwa sebagian besar keluarga, belum men getahui da n belum
meng e rti serta belum bisa mel a kukan upaya-upaya prakti s untuk
meningkatkan kesehatannya sendiri sesuai dengan konsep hidup seh a t dan
be~erilaku sehat, maka upaya yang utama dan mutlak. dilakukan yaitu :
a lih pe ngetahuan dan alih keterampilan dasar bidang ke seh a ta n dan
keperawa tan di rumah keluarga.
Agar tujuan yang sudah dirumu s kan dapat terwuJud menjadi
ken yataan , maka diperlukan stra tegi upaya-upaya yang akan dilakuka n
terutama dalam melaksanakan alih pengetahuan dan alih keterampil a n dasar
bidang ke sehatan, berikut ini dapat penulis kemukakan :

1. Alih Pengetahuan Dasar Bidang Kesehatan


Dalam rangka alih pengetahuan (knowledge) dasar bidang keseh a ta n
yang dimaksud adalah pengetahu an dasar kesehatan yang dimiliki o le h

140
sC'mua petuga s y ang ada di Puskesmas/Puske s ll)as Pembantu l
Puskesma s Keliling. diberikan at au disampaikan ke pada semua
keluarga yang ada di wilayah ke rja yang menjadi tanggung jawab
Puske smas tersebut. Cara atau tekniknya yaitu :
a . M e ngadakan pendd:atan langsung kepada lok o h-Iok o h
masy a rakal di lingkal Du sun. De sa dengan jala n kunjungan ke
Du sun / Desa atau kunjungan langsung ke keluarg a (hom e I'isit)
dan saal pertemuan ilu dilakukan penyampaian pen getahuan dasar
tentang kesehatan, bisa dengan teknik cerama h, diskusi dan tanya
jawab yang dilengkapi dengan eontoh-eontoh yang praktis mudah
dipahami dan dimengerti oleh keluarga.
b. Dalam penyampaian pengetahuan dapat dibentuk kelompok
keluarga an tara 7-1 0 keluarga menjadi satu kelompok, atau dapat
juga dibentuk kelompok berdasarkan lokasi tempat tinggal,
sehingga dapat memudahkan para keluarga untuk berkumpul!
hadir bersama.
e . Setiap setelah penyampaian pengetahuan baik kepada keluarga
maupun kelompok keluarga, perlu dilakukan evaluasi agar dapat
diketahui seberapa jauh tingkat pemahaman keluarga terhadap
materi yang sudah disampaikan, jika ada yang belum dimengertil
dipahami, maka perlu diulang kembali .
2. Alih Keterampilan Dasar Bidang Kesehatan
Jika pengetahuan dasar bidang kesehatan sudah dipahami oleh
keluarga, selanjutnya mewujudkan pengetahuan itu ke dalam benluk
kerjalketerampilan (skill) dengan mempraktikkan seeara bertahap
semua pengetahuan yang sudah dimiliki pada saat proses belajar
mengajar yang diberikan oleh semua petugas Puskesmas berdasarkan
keahlian masing-masing sesuai jadwal yang sudah disepakati bersama
dan tidak mengganggu kegiatan keluarga dalam mencari nafkah
Keterampilan yang dimak sud tidak hany a memberikan eontoh oleh
tenaga Puskesmas kepada keluarga/kelompok keluarga, tetapi akan
lebih efektif jika dilakukan oleh keluargalkelompok keluarga,
sepanjang diawasi dan dibimbing oleh tenaga dari Puskesmas.
Adapun jenis-jenis kegiatan di bidang kesehatan yang sifatnya
mendasar yang perlu diketahui dan dilakukan oleh keluarga yaitu :
a. Kesehatan Lingkungan meliputi :

I) Memelihara kebersihan semua ruangan rumah dan isi rumah


setiap hari sehingga tampak bersih .

141
2) MenJaga keherslhan Ilngkungan keluarga masing-ma,lng
dengan cam:
a) Mengumpulkan dan membuan g sa mpah di tempat
sam pah yang sudah disediakan di dalam maupun di ILiar
rumah .
b) Mencegah pencemaran dan penularan penyakit dengan
Jalan membuang air besar di kakus keluarga masing
masing yang memenuhi syarat kesehatan .
c) Membuang air limbah keluarga pad a tempat khusus, atau
bersama-sama keluarga lain yang berdekatan membuat
saluran pembuangan air Iimbah yang memenuhi syarat
kesehatan .
d) Membersihkan sekeliling rumah di lingkungan rumah
masing-masing dengan jalan memelihara kebersihan,
kerapihan dan keindahan .
e) Mengadakan sumber air untuk keperluan ke luarga
dengan jalan membuat sumur gali yang memenuhi syarat
kesehatan atau memiliki saluran PAM jika mampu.
b. Asuhan Keperawatan Dasar di Rumah Keluarga
I) Yang berhubungan dengan pengumpulan data vital me
Iiputi
a) Mengukur suhu tubuh menggunakan termometer.
b) Menghitung denyut nadi.
c) Menghitung pemafasan .
d) Mengetahui/mengukur tekanan darah.
2) Yang berhubungan dengan kebersihan perorangan me
liputi:
a) Membersihkan mulut dan gigi .
b) Mandi menggunakan sabun/memandikan paslen di
tempat tidur.
c) Mencuci rambut sampai bersih bagi se luruh anggota
keluarga.
d) Memotong kuku dan menjaga kebersihan kuku.
3) Yang berhubungan dengan penyakit di rumah keluarga :
a) Membantu memberikan makan dan minum kepada
anggota keluarga yang sakit di rumah.
b) Memenuhi kebutuhan oksigen.
c) Meminumkan obat kepada anggota keluarga yang sakit
melalui mulut, kulit, saluran pernafasa n dan mata.

142
d) Memberikan kompres panas atau dingin.
e) Member! kompres pad a lub .
o Mengganti balutan .
g) Mencegah dan merawat luka leeet akibat dudukl
berbaring terlalu lama pada posisi yang sarna.
e. Pemanfaatall Fasilitas Kesehatan dan Melakllkan Rujllkan
Sesuai dengan pembangunan dan pengembangan pelayanan
kesehatan kepada masyarakat, perlu dijelaskan kepada keluarga
bahwa fasilitas kesehatan seperti Puskesmas, Puskesmas Keliling,
Puskesmas Pembantu bahkan Bidan Desa sudah tersedia di
seluruh pelosok tanah air. Selanjutnya dijelaskan kepada keluarga
peranan, fung si dan tugas dari masing-masing sarana yang ada
itu, agar tercipta persamaan persepsi antara petugas kesehatan
dan keluarga sebagai pengguna/pemakai sarana. Dengan demikian
keluarga dan masyarakat yang membutuhkan dapat terpenuhi
yang pada akhirnya jika hal ini benar-benar terwujud, maka
sumber daya manusia siap untuk melaksanakan peningkatan
kesehatan keluarga, yang pada gilirannya nanti tahun 2000

keluarga mampu mengatasi masalah kesehatannya.

Disadari bahwa proses belajar mengajar dalam upaya me

ningkatkan sumber daya manusia melalui peningkatan kesehatan


keluarga minimal 3 syarat utama yang harus menjadi proses di
dalam kegiatannya yaitu, pengetahuan (knowledge), keterampilan
(skilf) dan sikap (attitude).

E. STRATEGI DAN METODE


1. Strategi
Didasari tugas yang akan dilaksanakan ini cukup luas, maka diperlukan
strategi praktis untuk mewujudkannya yaitu dengan jalan :
a. Melakukan pendekatan kepada penanggung jawab wilayah atau
daerah sampai di tingkat kecamatan, desa sampai ke dusun baik
lintas sektoral maupun lintas program, agar mendukung program
alih pengetahuan dan alih keterampilan dasar bidang kesehatan
oleh petugas kesehatan khususnya Puskesmas, terhadap semua
keluarga di wilayah kerjanya.
b. Mengembangkan dan menyiapkan lingkungan serta fasilitas yang
mendukung pelaksanaan alih pengetahuan dan alih keterampilan
dasar bidang kesehatan, termasuk penambahan dan penyiapan

143
lenaga ke!'ehalan yang cukup di Pu!'ke~ma!', Pu!'kc!'ma!' Pern
bantu, Puske!'mas Keliling dan penempatan segera Bidan di Desa .
c. Meningkatkan pemahaman dan kemarnpuan keluarga dalalll
bidang kesehatan melalui berbagai eara atau metode yang tepa!.

2. Metode
Untuk menentukan suatu metode dalam pereneanaan kegi at an alih
pengetahuan dan alih ketera mpilan dasar dalam bidang k sehatan
terhadap keluarga, perlu dikaji lebih lanjut tujuan yang ing in dieapai
oleh program kesehatan yang akan ditunjang.
Seperti diketahui untuk memilih metode yang akan dipergun akan.
sangat tergantung kepada unsur perilaku keluarga dan rnasyarakat yang
akan diu bah dan ditingkatkan. Seea ra umum da larn perilaku manu sia
ada 3 unsur yang pe rl u menjadi perhatian unt u k diubah d a n
ditingkatkan, agar nantinya individu, keluarga dan ma sy arak at
berperilaku positif sesua i dengan pola hidup sehat.
Ketiga unsur perilaku yang dimaksud yaitu unsur pengetahu an. unsur
ke terampilan dan unsur sikap. Selanjutnya bagaimana m e ng ubah da n
meningkatkan ketiga unsur perilaku tersebut?
Berdasarkan pengalaman d an kenyataan sehari-hari, untuk m ngubah
perilaku dapat dengan beberapa cara yaitu :
a. Dengan Metode DipaksaITerpaksa Seca ra Sederhana

Berdasarkan hakikat ma nusia dalam kontek pendidi ka n ter


dapat 2 pandangan yaitu :
I) Pandangan pertama, bahwa manusia adalah se bagai suatu
mesin (mechan istic model of man ). Pand an gan ini ber
kesimpulan bahwa manusia pasif seperti robot, dapat diberi
bentuk sesuai den ga n kemampuan/kemauan si pern beri
bentuk . la kosong tanpa potensi serta mudah dimanipu Jasi
karena itu pendid ikan atau belajar mengajar bertuju an untuk
memindahkan sejumlah pengetahuan dan keterampil an untuk
mengisi kekosongan, sehingga terjadilah manus ia yang
berkualitas.
2) Pandangan kedua, bahwa rnanusia merupakan suatu bentuk
kehidupan (organisme model ofman), yaitu merupakan suatu
bentuk kehidupan yang selalu turnbuh , berubah dan
berkembang menuju kebaikan sistem kehidupan individu ,

144
keluarga dan merupakun kehidupan yang penuh potensi. aktif
bergerak dan berbuat atas tenaga dalamnya sendiri. Metode
ini bisa dilakukan, karena individu dan keluarga :
a) Menginginkan imbalan atau hadiah.
b) Menghindarkan hukuman karena adanya ancaman
tertentu.
c) Individu atau keluarga menginginkan adanya hubungan
baik dengan pihak lain.
d) Menginginkan adanya pengakuan.

b. Metode Meniru
Sesuai pandangan bahwa, manusia bersifat plastis, hal ini di
maksudkan bahwa manusia bisa menyesuaikan diri dengan
lingkungannya atau mengubah lingkungan sesuai dengan
keinginannya. Kondisi ini disadari atau tanpa disadari secara
mendalam oleh individulkeluarga, ia terdorong untuk berperilaku
sesuai yang dilihat, misalnya meniru keluarga lain membersihkan
lingkungan rumahnya, ikut-ikutan mengimunisasi anaknya,
ikut-ikutan pergi ke Posyandu dan lain-lain.

c. Metode Menghayati
Seseorang atau keluarga mengubah perilakunya karena
mengetahui arti dan manfaat yang sesungguhnya, misalnya
seorang atau keluarga melaksanakan cara hidup sehat karena
memahami arti dan manfaat hidup sehat bagi diri sendiri atau
keluarganya.
Program dan kondisi ini perlu dilaksanakan sehingga terwujud
menjadi kenyataan, mengingat bahwa untukmengubah perilaku
seseorang atau keluarga agar memiliki pengetahuan dan
keterampilan dasar bidang kesehatan mutlak dilaksanakan, agar
keluarga mampu mengatasi masalah kesehatannya sendiri .
Sehingga tahun 2000 benar-benar terwujud sebagai keluarga yang
sehat berdasarkan kekuatan sendiri.

F. EVALUASI DAN TINDAK LANJUT


Evaluasi merupakan suatu proses yang harus dilakukan, karena
evaluasi sebagai tahap yang menentukan apakah tujuan suatu kegiatan telah
tercapai, atau sampai dimanakah tujuan tersebut telah tercapai, oleh karena
itu evaluasi selalu berkaitan dengan tujuan.

145
cvalua.,i juga menyanghllt r L' nga lllbiian J..eputu:-;an. he rdasdrk<lIl at ;l"
Ja\\aban atau hasi l yang diperoleh. khu sus dalam tulisan ini yall~ perlll
mend apatk an jawabun adaluh :
I. Apakah keillar'ga mlliai tin gkut dllsun. desa. kecam 'ltan. kaburate n
dan provin si pada tahun kedua Pclita VI sudall Illelllili \.. i pcnge til hll dl1
Jan kCle ramp ilan dasar hidan g kese llatan. se ta mt'muha mi konsep
perilaku se hat')
2. Ap akah keluurgJ mul ai lingkat du sun. d a, kec anlu[JI1. "abupatc n
Jan prov im,i, ma mpu mengata:-. i masa lah ke sehatan l ingkat asar sccam
J in i yan terjad i clala m kc lu arga c. lI ai d<; ll gan J..c mampuan "e illurga
bcrda<;arkan p 'ri lak ll se hdO

Agarevallla.,i mudah dilaksanakan dan ha<: iJnya bisa Jiren.:aya. l11a"a


Jitentukan knteria dan stanJar, Jised ia"an insll1JI11Cn pC llil dian lentunya
yang 111 mua! J..etiga aspek yailu pengetahu an, kCleral11p ilan dan <; ikap .
J ib eva lu as i sudah di lakllkan berdas ark an kriteria dan ~landar
penilaian yang sudah di tetarkan, se lanjutnya dibandi ngkan dcngan lUJuan
yang "mJah dirum llskan. maka tim penilai m narik sllatu eSlinpulan . JikJ
tujuall 'udah terc apai mak a perlu d itindak lanjuti de ngan Jal;'(11
mempe rtahankan J an meningkalkan kegialan teT~ebut.
Apabi la tujuan lidak lcrcapai nlau encapaiunnya Sangal kecll, maka
harm di cari se bab-"ebabn ya , seh ingga dalam tind ak lanjulnya nanli 'il:s uai
dengan masa lah yang belurn teratu"i. aluu mengubah slralegi/mclode Jan
tek nik atnu m ninj au kembali lujuann ya.

G . KESIMPULAN DAN SAR4N

1. Kesimpulan
a. Tujua n pe mban gu nan kese hatan ada la h unt uk men in gka lkan
kesadaran, kemauun dan kemampuan untui-.. hi dup seha t bagi
eliap penduduk agar lerwllj ll d de rajal kesehatan kelllnrga dan
masyarakat yang optimal.
b. Dala m Pelita V] bangsa Indones ia Iebi h rnampu llntuk tumbuh
dan berkemban g melanjutkan pembangunan kesehatan de ngan
kesadaran memili ki kekualan sendiri untu k hidup sehat bngi setrap
penduduk.
c. Mengi ngat lua nya wi layah k e ~ja Puskes mas dan banyakn ya pro
gram Puskesmas yang harus dilaksanakan , tidak sebandi ng de ngan

146
tersedially~llenaga Unlllk rnelllberikan pelayanan kesehalan . maka
sebagai ko nsekllens inya tidak terlayani kebutuhan akan pelayanan
kesehalan lerhadap keluarga dan masyarakat.
d. Untllk rnengetahlli tingkat keberhasilan llpaya-llpaya yang
dilakukan di bidang kesehatan terhadap ke illarga. rnaka dilakukan
evaluasi secara teru s-rnenerus.

2. Saran-saran
a. Unwk rnewujudkan tujuan pernbangunan kesehatan naisonal dan
untuk rneningkatkan sumber daya manusia, melalui peningkatan
kesehatan keluarga, jalan yang mutlak diternpuh adalah alih
pengetahuan dan alih keterampilan dasar bidang kesehatan oleh
petugas kesehatan terhadap keluarga .
b. Tenaga yang melaksanakan alih pengetahuan dan alih keterampil
an dasar bidang kesehatan terhadap keluarga yaitu semua petugas
Puskesmas, Puskesmas Pembantu, Puskesmas Keliling dan Bidan
Desa, serta dilengkapi dengan fasilitas penunjang yang cukup.
c. Luas wilayah kerja Puskesmas dan banyaknya program pokok
Puskesmas tidak sebanding dengan tersedianya tenaga untuk
memberikan pelayanan kesehatan. Maka Departemen Kesehatan
memprioritaskan penambahan tenaga dan mendistribusikan
tenaga kesehatan terampil di semua tempat pelayanan kesehatan
seperti yang disebutkan di at as secara berimbang.
d. Agar dalam pelaksanaannya lancar dan mencapai sasaran, maka
diperlukan koordinasi lintas program secara intensif dan lintas
sektoral secara kontinyu.
e . Agar kegiatan dapat diketahui mencapai tujuan atau tidak, maka
dilakukan evaluasi oleh tim gabungan dinas terkait secara lintas
sektoral maupun lintas program, dengan kriteria setingkat lebih
tinggi di atasnya, secara langsung mengadakan observasil
pengamatan, wawancara, angket kepada keluarga.

147
DAFTAR PUSTAKA

Dep<lrleillen Kesehalan RI. Pedoll/(/I/ Kepermm/(ll/ Behe/"{/p{/ Penmki( KhllSlf.1


eli R/(I/w/r. Jakana, 1991.

Deparlernen Kesehalan RI. Pel/vuluhol/ Keseh(l{(lll dall Perc/II'(II{/I/ Kesell({(({11


Masyarakat, Jakana, 1984.

Deparlernen Kesehatan Rl, Sistem Kesehatan Nasiollol. J akana, 1982.

Departernen Kesehatan RI, Bekalku Mel7lbangun Desa Beberapa Cara


Menyampaikan Pesan Kepada Masyarakat, Jakana , 1980.

Departernen Kesehatan RI, Panduan Bidan di 7ingkat Desa, Jakana , 1989.

Kenneth W. Newell, Health By The People, World Health Organization,


Geneva, 1975.

Salvacion, B. Bailon, Family Health Nursing, UP. College Of Nursing, D iliman,


Quezon City, Philippines, 1978.

148
PENGEMBANGAN SUMBER DAYA MANUSIA

DALAM RANGKA MENINGKATKAN

KESEHATAN KELUARGA **)

Oleh Sitti Faridah *)

I. PENDAHULUAN

1. LATAR BELAKANG
Tujuan Pembangunan Nasional pada hakikatnya adalah untuk
kesejahteraan bangsa. Banyak aspek yang menunjang kesejahteraan bangsa,
salah satu di antaranya adalah terwujudnya tingkat kesehatan yang
optimal bagi seluruh rakyat Indonesia. Dari berbagai macam upaya
kesehatan dititikberatkan juga pada upaya penyelenggaraan kesehatan
keluarga . Sebagaimana yang tercantum pada Undang-Undang Kesehatan
Nomor 23 Tahun 1992 pad a Bab V bag ian pertama Pasal I I ayat I dan
Bab V bag ian kedua Pasal 12 sampai dengan Pasal 19 ten tang Kesehatan
Keluarga.

Jika suatu keluarga sehat maka akan menunjang kesehatan seluruh


bangsa, karena keluarga merupakan bagian terkecil dari masyarakat dan
masyarakat bagian seluruh bangsa Indonesia. Oleh karena itu kesehatan
keluarga sangat menunjang pembangunan Nasional.

Pengembangan Sumber Daya Manusia merupakan suatu usaha untuk


meningkatkan kesehatan keluarga . Hal ini berdasarkan prinsip bahwa
manusia merupakan sumber daya yang paling berharga dan hanya sumber
daya manusialah yang mempunyai kemampuan yang dapat menampakkan
dirinya dalam bentuk yang positif maupun dalam bentuk yang negatif.
Dalam bentuknya yang positif berusaha untuk menciptakan dan
meningkatkan kesehatan diri dan keluarganya sedangkan dalam bentuk
negatifnya tidak pemah memikirkan usaha peningkatan kesehatan keluarga,
hal negatif inilah yang tidak diinginkan.

Oleh karena itu tidaklah mengherankan sekarang ini pemerintah dan


ilmuwan memberikan perhatian yang lebih kepada pentingnya Sumber
Daya Manusia, baik untuk kepentingan Nasional maupun untuk ke
pentingan yang lebih kecil yaitu keluarga .

.)
**) Juara Harapan V Lomba karya l\Jlis Bidang Kesehatan 1995.

149
Banyak hal-hal yang dapatlllcmpengan.lhi ke~ehatan kL' luarg~1. eli Illana
ke~ehatan keluarga tersebut diselenggarakan untuk Illclll:apai keluarga
sehat, kecil. bahagia dan sejahtera. Haltersebut tidak terlepas dari subjek
nya yaitu anggota keluarga yang be rusaha untuk mencapai apa yang
diharapkan. Oleh karena itu perlu diusahakan upaya peningkatan sumber
daya manusia.

2. TUJUAN
Adapun tujuan yang ingin dicapai pada penyusunan karya tlliis ini
adalah untuk :
a. Mengetahui sejauh mana keterkaitan antara pengembangan sumber
daya manusia dalam meningkatkan kesehatan keluarga .
b . Dalam mengetahui usaha-llsaha yang dapat ditempuh dalam rangk a
pengembangan sumber daya manusia sehingga kesehat a n yan g
optimal dapat tercapai khususnya kesehatan keluarga.

II. FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KESEHATAN KELUARGA

1. KESEHATAN PRIBADI
Setiap orang ingin selalu sehat, betapapun kayanya seseorang b ila
jatuh sakit pasti tidak akan merasa senang, orang pandai juga tidak dapat
meng amalkan kepandaiannya. Orang sakit (pasien) merupak a n be ban bag i
kel uarga dan masyarakat. Bila ditinjau dari segi Epidemo login ya, pe n
derita merupakan sumber penutaran penyakit yang mengancam kesehata n
anggota keluarga atau masyarakat lainnya .
O le h karena itu untuk mencapai kesehatan keluarga salah satu faktor
yang mempengaruhi adalah kesehatan pribadi yang sangat berhubunga n
dengan higiene/kebersihan perorangan . Kesehatan p r ibadi yan g
mempengaruhi kesehatan keluarga yang dimaksud di sini ada lah kesehatan
suami, istri , anak dan angg ta keluarga lainnya yang tinggal serumah
dengan keluarga tersebut, baik yang mempunyai hubunga n dam h ata u tidal< .
Hal ini berdasarkan Undang-Undang Kesehatan Nomor 23 Tah un 1992
Bab V bagian kedua PasaJ 12 ayat I.
U saha kesehatan pribad i merupakan upaya seorang demi seorang yang
berhubungan dengan pemeliharaan d an derajat kesehatannya sendir i,
sehingga bukan hanya suami atau istri atau anggota keluarga saj a, tetapi
semua harus melakukan usaha kesehatan pribadi . Hal-ha l yan g dap at
dilakukan pada kesehatan pribadi adalah :

150
iI. Ml'lIli:'Iihil/"{/ KfdwJ".1i//{/I I
Badan : mandi setiap hari. gosok gigi, cuci tangan.
Pakaian : dicuci dan disetrika.
Kesemuanya merupakan usaha sehingga tidak dapat menimbulkan
kuman penyakit. mi salnya penyakit kulit, diare dan sebagainya.

h. Makanan vang Sehat


Makanan yang kita makan haruslah halal, bersih, bebas dari penyakit,
cukup kualitas maupun kuantitasnya. Hal yang diperhatikan bukan
hanya bahan makanannya tetapi peralatan makan, pengolah makanan,
pengangkutan dan berbagai hal yang berhubungan dengan makanan
harus diperhatikan.

c. Cara Hidup yang Teratur


Makan, tidur, bekerja dan beristirahat secara teratur.
Rekreasi dan menikmati hiburan .

d. Meningkatkan Daya Tahan Tubuh dan Kesehatan Jasmani


Olah raga secara teratur.
Vak sinasi untuk mendapatkan kekebalan terhadap penyakit.
Orang yang imun (kebal) merupakan penghalang terjadinya
penyebaran penyakit. Karena itu vaksinasi di samping berguna untuk
diri sendiri juga melindungi orang lain.

e. Menghindari Terjadinya Penyakit


Menghindari kontak dengan sumber penularan penyakit.

Menghindari pergaulan yang tidak baik .

Selalu berfikir dan berbuat baik.

Membiasakan diri untuk mematuhi aturan-aturan kesehatan.

Maka sudah selayaknya setiap warga negara yang baik selalu


memelihara dan meningkatkan kesehatan dirinya (badan, mental dan
sosialnya) dengan sebaik-baiknya untuk kepentingan diri sendiri dan
keluarga yang merupakan sumbangan yang besar sekal i terhadap usaha
pemeliharaan dan peningkatan kesehatan masyarakat Indonesia pada
umumnya .

2. LING KUNG AN
Lingkungan merupakan segala sesuatu baik benda maupun keadaan
yang berada di sekitar manusia, yang dapat mempengaruhi kehidupan
manusia dan masyarakat. Lingkungan dapat d ibagi menjadi empat
golongan yaitu :

151
/. LillgkllllgUIl Bi% g ik yang leruiri alLIs organismc-org,lIlisfl)c hiuup
yang berada di sekilar 1l)al1usia.
2. Lingkullgoll Fisik yang lerdiri alas benda-benda yang lak hidup yang
berada di sekilar manusia, misalnya: udara, sinar malahari, lallah, air.
peru mahan dan sebagainya.
3. Lingkltl1gan Ekol1omi merupakan lingkungan hidup yang ab~lrak

4. Lingkungan Mental Sosial.

Keempat lingkungan lersebul saling pengaruh-mempengaruhi secara


timbal balik. Salah satu pengaruh yang dapat ditimbulkan adalah keseha!an
manusia, di mana akan mencakup kesehatan keluarga. Penl ingnya
lingkungan yang sehal lelah dibuklikan oleh WHO, yang menyatakan
bahwa di negara-negara yang sedang berkembang banyak penyaki! yang
khronis endemis, sering lerjadi epidemi, masa hid up yang pcndek, angka
kemalian bayi linggi disebabkan oleh lingkungan yang buruk .
Keadaan lingkungan yang buruk dapal digambarkan sebagai
berikul :

a. Penyediaan air rumah tangga yang tidak memenuhi syarat baik


kualitas maupun kuantitasnya.
Air yang dipergunakan dalam rumah langga baik unruk minum, masak,
mandi dan mencuci dan untuk keperluan lainnya haruslah memen uhi
syaral. Syarat kuanlitasnya berupa jumlah air lelah mencukupi unruk
segala keperJuan sehari-hari, dan syarat kuaJilasnya berupa syaral fisik,
khemis maupun bakleriologis. Secara umum bahwa air lersebul lidak
berwama, berasa, berbau, !idak mengandung zal berbahaya dan !idak
mengandung bibit penyakit.
Jika air unluk keperluan seluruh anggota keJuarga memenuhi syaral
maka keluarga kita akan lerbebas dari "water born disease" (penyakil
yang dapa! di!imbulkan dari air), sehingga dapat menunjang kesehatan
keJuarga.

b. Pembuangan kotoran, sampah dan air limbah yang kurang baik


Pembuangan kotoran, sampah dan air limbah yang ti dak menurut
aturan akan dapat menimbulkan penyakit. Adapun pembuangan
kotoran (tinja) yang memenuhi aruran kesehatan yaiIU :
Tidak boleh mengotori tanah permukaan, air permukaan dan air

dalam tanah.

Kotoran tidak boleh terbuka.

152
Kakus harus lerlindungl tlari penglihalan orang lain.
Pembualannya mudah dan murah.
Adapun pembuangan air limbah yang berupa air kotor dari dapur.
kamar mandi, WC, perusahaan-perusahaan. tidak dibuang begitu saja
pada sungai, danau, atau badan air lainnya. Hal ini bertujuan untuk
mencegah pengotoran sumber air, tanah permukaan, perlindungan
ekosistem. mencegah tempat berkembang biaknya bibit-bibit penyakit
dan juga menghilangkan pemandangan yang tidak sedap.
Begitu pula dengan pembuangan sampah. Agar tidak membahaya
kan kesehatan manusia, maka perlu pengaturan dalam pembuangan
berupa penyimpanan, pengumpulan, pembuangan dan pengolahan
kembali.

c. Perumahan yang terlalu sempit


Keadaan peru mahan merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi
kesehatan keluarga . Seperti yang dikemukakan WHO bahwa
peru mahan yang tidak cukup dan terlalu sempit akan mengakibatkan
tingginya kejadian penyakit.
Rumah yang sehat menurut Winslow harus memenuhi kebutuhan
fisiologis, psikologis, menghindari terjadinya kecelakaan dan penyakit.
Rumah yang terlalu sempit (terlalu banyak penghuninya) maka
ruangan akan kekurangan oksigen yang akan menyebabkan
menurunnya daya tahan tubuh sehingga penularan penyakit saluran
pernafasan, TBC dan kulit mudah menular dari manusia yang satu ke
manusia yang lainnya. Begitu pula dengan fasilitas akan berkurang
dan Privacy dari tiap anggota keluarga akan terganggu. Sehingga
anggota keluarga terutama anak-anak tidak senang tinggal di rumah
yang mengakibatkan timbulnya masalah-masalah sosia\.
Untuk mencapai keluarga yang sehat maka rumah dan pengaturannya
harus memenuhi syarat kesehatan. Hal ini disebabkan rumah
merupakan tempat di mana anggota-anggota keluarga berkumpul dan
saling berhubungan dan rumah bukan hanya tempat istirahat semata
tetapi untuk mendapatkan kesenangan, kecintaan dan kebahagiaan.

d. Keadaan ekonomi dan sosial yang buruk


Lingkungan ekonomi yang buruk berupa kemiskinan merupakan
lingkungan yang sangat membahayakan kesehatan manusia Uasmani,
rohani, dan sosial) . Karena miskin orang tidak dapat memenuhi
kebutuhannya, sehingga sangat mudah untuk diserang penyakit.

153
Demikian pula halnya keauaan ~osial yan g kuraIlg baik y<lng uapat
kita lihat dengan s ifat kebiadaban .ego is dan anti sosialillaka kL'schatan
terutama kesehatan ro haninya terganggu . Dengan kuran g baiknya
kead aa n ekonomi dan sos ial maka k ese hatan keluarga y a ng
kita idam-idamkan berupa keluarga yang sehat dan sejahtera s u lit
tercapai .
Dari gambaran lingkung a n yang buruk tersebut maka jelasla h bahwa
keempat unsur lingkungan tersebut sangat berpengaruh tercapainya
kesehatan keluarga .

3. GIZI
Masalah gizi di Indonesia merupakan masalah yang cukup be rat. P ada
hakikatnya berpangkal pada keadaan e konomi keluarga yang kurang d a n
kurangnya pengetahuan tentang nilai gizi dari makanan-makanan yang
ada. Masalah gizi ini sangat berpe ngaruh pula pada kesehatan ke luarga,
khususnya untuk perkembangan anak-anak.
Masalah g izi yang sering timbul disebabkan tidak tersedianya da la m
kon sumsi makanan yang dipengaruhi oleh status ekonomi , sosial bu da ya
serta kesehatan perorangan . Berbagai faktor serta kaitan antara satu fa kto r
dengan faktor lain sehingga menimbulkan masalah gizi dilukiskan dal am
satu skema determinan keadaan gizi oleh Levinsion (Iampiran).
Masalah gizi yang sering timbul adalah :

a. Kekurangan Kalori Protein (KKP)


Kurang Kalori Protein dapat terjadi pad a orang dewasa dan juga anak
anak . Karena KKP pertumbuhan menj adi terhambat yang merupakan
manifestasi ringan, dan dapat merupakan awal penyakit kwashioko r,
marasmu s. Sedangkan pada orang dewasa manifestasi KKP in i dikenal
dengan busung lapar. Hal ini seringkali ditemukan pada wani ta ham il
atau menyusui.
Masalah KKP juga dapat timbul karena infeksi sehingga mengurang i
masuknya zat gizi. Hal ini tidak terlepas dari padatnya pemuki m n
penduduk dan sanitasi lingkungan yang kurang baik .

h. Kekurangan Vitamin A
Sebagian orang masih belum mengetahui bahwa mata dapat buta
karena kekurangan suatu zat makanan. Gejala awal kekurangan zat
ini adalah buta senja.
Setiap tahun ribuan anak-anak menjadi buta atau matanya rusak karena

154
kekurangan Vitamin A . Masalah kekurangan Vitamin A ini secara
umum disebut xerophha!lI1ia.
Masalah kekurangan vitamin ini khususnya pada anak-anak dapat
diatasi dengan salah satu cara yaitu berperannya seorang ibu dengan
baik. Ibu yang dapat memperkenalkan dan membiasakan anaknya
memakan sayuran dan buah-buahan.
c. Anemia Gizi
Kekurangan hemoglobin darah yang disebabkan oleh berbagai faktor
dapat menimbu Ikan anemi. Penyebab anemi bermacam-macam antara
lain kekurangan zat besi, malaria, cacing tambang dan perdarahan.
tetapi yang paling menonjol adalah anemi gizi.
Golongan penduduk yang sangat rawan terhadap anemi gizi adalah
wanita hamil, anak pra-sekolah, anak sekolah dan pekerja-pekerja
berpenghasilan rendah.
d. Gondok Endemik
Penyakit ini disebabkan oleh kekurangan yodium dalam bahan makan.
Hal ini lebih sering terjadi pada keluarga di daerah pegunungan di
mana aimya sangat sedikit mengandung yodium.
Kekurangan yodium pada anak-anak menyebabkan cretinisme (kerdil).
Oleh karena itu dilakukan penyuntikan yodium pada masyarakat di
mana terdapat gondok endemi dan cretin endemi.
Begitu pentingnya gizi dalam menunjang kesehatan keluarga
sehingga dicanangkan Usaha Perbaikan Gizi Keluarga (Applied Nutrition
Program) yang bertujuan untuk meningkatkan gizi anak-anak dan ibu-ibu
di pedesaan.
Dengan Usaha Perbaikan Gizi Keluarga ini maka akan memperkecil
timbulnya masalah-masalah gizi keluarga. Sehingga kesehatan ibu, anak,
bapak dan anggota keluarga yang lain akan tercapai yang merupakan bag ian
dari kesehatan keluarga.

III. UPAYA PENGEMBANGAN SUMBER DAYA MANUSIA

Upaya pengembangan sumber daya manusia merupakan suatu tindakan


atau kegiatan-kegiatan sehingga keinginan untuk mencapai keluarga yang sehat
dapat tercapai. Tindakan atau kegiatan-kegiatan tertentu itu sasaran utamanya
seluruh masyarakat di mana diupayakan untuk meningkatkan wawasan,
pengetahuan, keahlian atau keterampilan masyarakat sehingga dapat mengubah

155
diri dan ling~lIn ga nnya <Jlau f<J~tor-fakl()r ya ng Ill t il1re ng ,lrllhi ~L'~eh,ll dn
keluurg<J.
Adupun upaya-upaya pengembangan sumberdaya manusiu untuk lllenL'L1pa l
keluarga yang sehat dapat berupa kegiatan yaitu

1. PENDIDIKAN DAN LATIHAN


Para teoritis ilmu-ilmu sosial dan praktisi yang berusaha mendal ami
masalah-masalah pengembangan sumber daya manusia sependapat bahwa
salah satu wahana yang paling efektif yang dapat dan harus digunakan
dalam pengembangan sumber daya manusia adalah pendidikan dan latihan.
Pendidikan dan latihan merupakan proses, teknik dan metoda be lajar
mengajar dalam rangka mengalihkan sesuatu pengetahuan dari seseorang
kepada orang lain. Hal ini dilakukan dengan pendekatan yang fonnal ba ik
seeara kurikuler maupun ekstra kurikuler.
Dalam bidang kesehata n, pada umumnya usa ha yang di tem pu h
berhubu ngan dengan masyarakat. Usaha ini tidak akan berhasi l ba ik bila
masyarakat tidak diberi pe ndid ikan dan penerangan yang baik-bai knya
te ntang kesehatan. Berdasarkan hal tersebut maka pendidikan dapal
m numbuhkan pengertian yang sebaik-baiknya tentang masalah kese hatan
dan da pat menggerakkan agar mereka turut serta seeara aktif untuk
meneapai tujuan kesehatan .
Salah satu hal yang paling berbahaya yang menganeam kesehatan
manusia adalah ketidakngertian (ignorance). Oleh karena itu mereka baru
memperhatikan kesehatannya setelah menjadi sakit tetapi orang tid ak
menilai mengapa menjadi sakit, misalnya mengapa dia men derita c holera.
Je laslah bahwa usa ha pencegahan kurang sekali dihayati dan dis adari dan
ki ta akan tetap terbelakang selama masyarakat tidak menyadarinya. Di
sinilah perlunya pendidikan kesehatan, tanpa pendidikan maka kita tak
akan pemah mengubah sikap masyarakat tersebut. Bila diti njau dari faktor
faktor yang mempengaruhi k sehaan keluarga, maka pendidikan khususnya
pendidikan kesehatan sangatlah menunjang. Karena faktor penunjang
kesehatan keluarga yaitu higiene perorangan dan san itasi lingkungan
merupakan masalah sikap hidup dan salah satu eara penggarapan ke arah
perubahan sikap tersebut adalah kegiatan pendidikan dan latihan.
Pendidikan kesehatan akan membuat perorangan dan masyarakat beba
dari ketidakngertian ini , sehingga masyarakat menyadari bahwa
pemeliharaan kebersihan diri dan Iingkungan merupakan usaha peneegahan
yang efektif.

156
Hal-hal yang dapat diberikan pada pendidikan kesehatan pad a
umumnya kesehatan masyarakat dan khususnya kesehatan keluarga
misalnya masalah penyediaan a ir bersih. peningkatan higiene perorangan
dan sanitasi lingkungan. menyu sun menu sehat dari bahan-bahan makanan
yang ada, merawat bayi dan sebagainya.
Metoda pendidikan kesehatan beraneka ragam dan bervariasi
tergantung pada bentuk masy arakat di mana usaha ini dijalankan, dan
bentuk masyarakat ini ditentukan oleh faktor sosial, ekonomi, kultural,
religi, taraf kepadatan penduduk dan sebagainya. Sehingga untuk
menetapkan metoda yang akan dilaksanakan diperlukan pengetahuan
sosial berupa sikap, getaran jiwa, adat-istiadat dan kebiasaan orang-orang
di daerah tersebut.

2. PENINGKATAN KETERAMPILAN
Peningkatan keterampilan merupakan satu upaya meningkatkan
sumber daya manusia terutama dalam hal mencapai kesehatan keluarga.
Upaya ini tidak terlepas dari upaya pertama, yaitu latihan. Karena latihan
pada dasamya merupakan upaya dalam memberikan keterampilan.
Salah satu tujuan dari peningkatan keterampilan adalah memperbaiki
keadaan ekonomi keluarga yang minim . Karena keadaan ekonomi
merupakan penyebab masalah kesehatan sehingga perlu dilakukan
peningkatan keterampilan. Keadaan ekonomi minim menyebabkan faktor
kesehatan keluarga kurang dapat dipenuhi. Misalnya untuk membuat rumah
yang sehat dan segal a fasilitasnya sulit karena kurangnya dana dan juga
masalah gizi kurang dapat dipenuhi sehingga pertumbuhan anak-anak tidak
dapat berkembang dengan baik. Oleh karena itu dengan peningkatan
keterampilan dapat mencapai kesehatan keluarga.
Selain itu peningkatan keterarnpilan juga sangat diperlukan bagi ibu
ibu. Kaum ibu yang mempunyai keterampilan mengolah makanan dengan
menu yang berlainan setiap hari dapat meningkatkan selera makan anak
anak . Karena kita ketahui bahwa anak-anak adalah golongan yang paling
enggan makan terutama sayuran. Dengan adanya keterampilan seorang
ibu sehingga anak-anaknya dapat tumbuh baik dengan gizi yang cukup.
Peningkatan keterampilan seorang ibu bukan hanya untuk
pertumbuhan anak-anak tetapi juga untuk semua anggota keluarga dan
juga termasuk dirinya sendiri. Dalam hal ini terutama dapat dilihat pada
ibu-ibu hamil, adanya keterampilan dan pengetahuan seorang ibu hamil
maka akan memilih makanan apa yang sesuai untuk perkembangan janin,
sehingga akan melahirkan putra-putri yang bergizi baik dan berbadan sehat.

157
IV. KESIMPULAN

Kesehalan keluarga akan menunJang kesehatan seluruh bangsa Oleh karena


itu perlu dilakukan usaha untuk meningkatkan kesehatan keluarga . Salah satu
upa ya adalah peningkat a n sumber daya manu s ia khususnya dalarn hal-hal yang
mempengaruhi kesehatan keluarga.
Adapun hal-hal yang mempengaruhi kese halan keluarga adalah kesehalan
pribadi, kesehatan lingkungan dan masalah gizi. Ketiga faktor te rsebut
dipengaruhi oleh sikap dan tingkat pengetahuan anggota keluarga di mana hal
ini ya ng mendasari us aha peningkatan sumber da ya manusia .
Usaha-usaha unruk meningkatkan sumber daya manusia dapat ditempuh
dengan eara pendidikan dan latihan serta peningkatan keterampilan . Di mana
pendid ik an dan lalihan dapat mengubah pemikiran ke arah yang benar at au
menambah wawasan dalam kesehatan keluarga. Tidak terlepas juga dari usaha
peningkatan keterampilan dapat menunjang pendapatan keluarga serta
pemenuhan gizi bagi anggota keluarga.

DAFTAR PUSTAKA

Departemen Kesehalan RI., Pendidikan Kependudukan untuk Akademi


akademi di Lingkungan Departemen Kesehatan, Jakarta, Departemen
Kesehatan RI. , J 982.

Departemen Kesehatan RI., Undang-Undang Repuhlik Indonesia No. 23 Tahun


1992 Tentang Kesehatan. Jakarta, 1992.

Entjang Indan, Ilmu Kesehatan Masyarakat, Bandung, PenerbitAlumni, 1986.

Siagian, S.P. Pengembangan Sumber Daya Insani. Jakarta, PTGunung Agung,


1982.

158
LAMPJRAN I
DETERMINAN GIZI
Zal-/al gizi ualam ll1akanan

adaltidak program pemberian


Masukan makanan
makanan di luar keluarga

STATUS GIZI Daya beli keluarga

/
/
/
/ Kebiasaan makanlkesehatan
/ /
/ orang tualibu
L -_ _ _ _ _ _ _ _ _ _ _ _ _ _ _ _ _ _ ~

Adaltidak adanya
penyakit infeksi
\
\ ~ Luasnya pemeliharaan kesehatan I

\
\
\

Lingkungan fisik dan sosial

159
-

J;>889~\:l~0e
illl 1111 1111111111!IIII 111111111111111 1111111111 111111

~IS3NoaNI ~118nd3~
N~1~H3S3~ N3W31~~d3a

Anda mungkin juga menyukai