Makalah Bencana Geologi
Makalah Bencana Geologi
OLEH :
SHENDY BACHTERA
072.11.110
TEKNIK GEOLOGI
UNIVERSITAS TRISAKTI
JAKARTA
2014
KATA PENGANTAR
Puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa karena atas segala rahmat dan karunia-Nya
sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah yang berjudul Bencana Geologi (Geological Hazards)
ini dengan tepat waktu.
Makalah ini dibuat untuk memenuhi persyaratan tugas mata kuliah Bencana Geologi.
Dalam penulisan makalah ini, penulis banyak mendapatkan bantuan dari berbagai pihak. Oleh karena
itu dalam kesempatan ini penulis ingin menyampaikan banyak terima kasih kepada Bapak Afiat
Anugerahadi selaku dosen mata kuliah Bencana Geologi.
Isi laporan ini diselesaikan berdasarkan berbagai sumber pada halaman google. Penulis
sadar, makalah ini masih belum sempurna. Karenanya kritik dan saran yang sifatnya membangun
sangat penulis harapkan. Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi kita semua.
Penyusun
BAB I
BENCANA GEOLOGI
Pengertian Bencana
Bencana adalah peristiwa atau serangkaian peristiwa yang menyebabkan gangguan serius pada
masyarakat sehingga menyebabkan korban jiwa serta kerugian yang meluas pada kehidupan manusia
baik dari segi materi, ekonomi maupun lingkungan dan melampaui kemampuan masyarakat tersebut
untuk mengatasinya dengan menggunakan sumberdaya yang mereka miliki.
Bencana dapat dikategorikanmenjadi tiga, yaitu bencana alam, bencana sosial dan bencana campuran.
1. Bencana alam disebabkan oleh kejadian-kejadian alamiah seperti gempa bumi, tsunami, letusan
gunung api, dan angin topan.
2. Bencana sosial atau bencana buatan manusia, yaitu hasil dari tindakan langsung maupun tidak
langsung manusia seperti perang, konflik sosial, terorisme dan kegagalan teknologi.
3. Bencana dapat terjadi karena alam dan manusia sekaligus yang dikenal sebagai bencana
campuran / kompleks, seperti banjir dan kekeringan.
Jika dilihat dari tempo kejadiannya, ancaman bencana dapat terjadi secara mendadak, berangsur atau
musiman. Bencana yang terjadi secara mendadak adalah gempa bumi, tsunami, dan banjir bandang.
Ancaman yang berlangsung secara perlahan-lahan atau berangsur adalah banjir genangan, rayapan,
kekeringan dan ancaman yang terjadi musiman adalah banjir (di musim hujan), kekeringan (di musim
kemarau) dan suhu dingin.
Wabah/Penyakit Menular
Wabah atau epidemi adalah penyakit menular yang menyebar melalui populasi manusia di dalam ruang
lingkup yang besar, misalnya antar negara atau seluruh dunia. Contoh wabah terburuk yang memakan
korban jiwa jumlah besar adalah pandemi flu, cacar dan tuberkulosis.
Tanah Longsor
Terjadinya pergerakan tanah atau bebatuan dalam jumlah besar secara tiba-tiba atau berangsur-angsur
yang pada umumnya terjadi di daerah lereng yang gundul atau kondisi tanah dan bebatuan yang rapuh.
Biasanya daerah yang pernah mengalami longsor sebelumnya, merupakan daerah gundul dan aliran air
hujan adalah daerah yang rawan tanah longsor.
Bencana alam dapat mengakibatkan dampak yang merusak pada bidang ekonomi, sosial dan
lingkungan. Kerusakan infrastruktur dapat mengganggu aktivitas sosial, dampak dalam bidang sosial
mencakup kematian, luka-luka, sakit, hilangnya tempat tinggal dan kekacauan komunitas, sementara
kerusakan lingkungan dapat mencakup hancurnya hutan yang melindungi daratan.
Bencana alam dapat mengakibatkan dampak yang merusak pada bidang ekonomi, sosial dan
lingkungan. Kerusakan infrastruktur dapat mengganggu aktivitas sosial, dampak dalam bidang sosial
mencakup kematian, luka-luka, sakit, hilangnya tempat tinggal dan kekacauan komunitas, sementara
kerusakan lingkungan dapat mencakup hancurnya hutan yang melindungi daratan.
Respon Terhadap Bencana; fase ini adalah melakukan tindakan yang segera diambil ketika
sebelum bencana, selama bencana terjadi dan setelah terjadi bencana dan mencoba untuk
memperkecil dampak buruk aikbat bencana.
Pemulihan Bencana; berbagai langkah yang dilakukan untuk menormalisir kondisi sosial,
ekonomi dan lingkungan setelah bencana baik untuk jangka pendek maupun jangka panjang.
Kesiapan Menghadapi Bencana; kesiapan yang dilakukan sebelum terjadinya bencana. Kegiatan
ini untuk membangun kemampuan lembaga dan manajemen dalam menghadapi waktu-waktu
yang krisis setelah bencana.
Dampak Bencana
Ia juga menambahkan erupsi gunung api tidak dapat diprediksikan untuk jangka panjang. "Apalagi
beberapa watak letusan gunung api telah berubah, ujar Sutopo.
Sutopo menuturkan terdapat 386 kabupaten/kota di Indonesia dengan jumlah penduduk 157 juta jiwa
yang tinggal di daerah rawan bahaya gempa bumi dengan sumber gempa berasal dari daerah subduksi
dan sesar di daratan. Sedangkan potensi tsunami terdapat pada 233 kabupaten/kota dengan penduduk 5
juta jiwa berada pada daerah rawan tsunami di Indonesia.
Tsunami sangat ditentukan oleh gempa bumi baik magnitude, kedalaman, dan sumbernya. Sumber
tsunami di Indonesia disebabkan zona subduksi, intra plate, erupsi gunung di laut, ataupun akibat
tsunami dari luar wilayah Indonesia kata Sutopo.
Sutopo mengatakan selama tahun 1629-2012 terdapat sekitar 172 tsunami di Indonesia dan saat ini
terdapat enam gunung berstatus Siaga atau level III, yaitu Gunung Raung, Gunung Rokatenda, Gunung
Sangeangapi, Gunung Lokon, Gunung Karang Etang, dan Gunung Ijen; 13 gunung berstatus Waspada
atau Level II yaitu Gunung Gamalama, Gunung Bromo, Gunung Talang, Gunung Krakatau, Gunung
Kerinci, Gunung Gamkonora, Gunung Ibu, Gunung Papandayan, Gunung Ili Lewotolo, Gunung
Sinabung, Gunung Dukono, Gunung Semeru, dan Gunung Marapi.
Gunung Lokon diperkirakan masih memiliki energi untuk terjadi letusan seperti yang terjadi selama
ini, kata Sutopo. Dia juga mengatakan, untuk melakukan antisipasi atau penanggulangan bencana
tahun 2013, semua kegiatan dilakukan baik untuk kesiapsiagaan dan pencegahan, penanganan darurat,
rehabilitasi dan rekonstruksi pasca bencana, penguatan kelembagaan, peningkatan kapasitas
BNPB/BPBD.
Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (bahasa Inggris: Centre of Volcanology and
Geological Hazard Mitigation) (disingkat PVMBG) adalah salah satu unit di lingkungan Badan
Geologi Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral yang dibentuk berdasarkan Keputusan Menteri
Energi dan Sumber Daya Mineral tentang Organisasi dan Tata Kerja Departemen Energi dan Sumber
Daya Mineral bertugas melaksanakan perumusan kebijaksanaan, standardisasi, bimbingan teknis dan
evaluasi bidang vulkanologi dan mitigasi bencana alam geologi. Lembaga ini bertujuan pengelolaan
informasi potensi kegunungapian dan pengelolaan mitigasi bencana alam geologi, sedangkan misi yang
diemban adalah meminimalkan korban jiwa manusia dan kerugian harta benda dari bencana geologi.
Lembaga ini dibentuk setelah meletusnya Gunung Kelud di Jawa Timur tahun 1919. Pada tanggal 16
September 1920 dibentuk Vulkaan Bewakings Dients (Dinas Penjagaan Gunungapi) di bawah Dients
Van Het Mijnwezen. Pada tahun 1922 diresmikan menjadi Volcanologische Onderzoek (VO), yang
kemudian pada tahun 1939 dikenal sebagai Volcanological Survey.
Dalam kurun waktu tahun 1920-1941, Volcanologische Onderzoek membangun sejumlah pos
penjagaan gunung api, yaitu Pos Gunung Krakatau di Pulau Panjang, Pos Gunung Tangkuban Perahu,
Pos Gunung Papandayan, Pos Kawah Kamojang, Pos Gunung Merapi (Babadan, Krinjing, Plawangan,
Ngepos), Pos Gunung Kelud, Pos Gunung Semeru, serta Pos Kawah Ijen. Selama pendudukan Jepang,
kegiatan penjagaan gunungapi ditangani oleh Kazan Chosabu.
Setelah Indonesia merdeka, dibentuk Dinas Gunung Berapi (DGB) di bawah Jawatan Pertambangan.
Tahun 1966 diubah menjadi Urusan Vulkanologi di bawah Direktorat Geologi. Pada tahun 1976
berubah lagi menjadi Sub Direktorat Vulkanologi di bawah Direktorat Geologi, Departemen
Pertambangan.
Pada tahun 1978 dibentuk Direktorat Vulkanologi di bawah Direktorat Jenderal Pertambangan Umum,
Departemen Pertambangan dan Energi. Tahun 1992 dibentuk Direktorat Vulkanologi di bawah
Direktorat Jenderal Geologi dan Sumberdaya Mineral.
Pada tahun 2001, urusan gunungapi, gerakan tanah, gempabumi, tsunami, erosi dan sedimentasi
ditangani oleh Direktorat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi. Setelah bergabung dengan
Badan Geologi, Direktorat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi berubah nama institusinya
menjadi Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG).
Di dunia internasional, PVMBG dikenal dengan sebutan Volcanology Survey Indonesia (VSI). Saat ini
dipimpin oleh M. Hendrasto dan berkantor pusat di Bandung.
TRIBUNJOGJA.COM Sleman
Pada musim penghujan seperti sekarang ini, ancaman bahaya longsor akan makin meningkat. Kejadian
bencana longsor di Jombang dan Kudus beberapa waktu lalu yang menelan korban juga bisa
mengancam daerah lain. Pasalnya pemukiman rumah penduduk yang berada di daerah lereang
perbukitan memiliki resiko terkena ancaman longsor.
Guru Besar Jurusan Teknik Geologi UGM, Dwikorita Karnawati mengimbau agar masyarakat waspada
terhadap bencana tanah lonsor. Menurutnya, kejadian longsor disebabkan oleh gerakan tanah disertai
dengan suara gemuruh atau suara gemeretak dari arah atas lereng, yang pada awalnya dapat disertai
batu-batu kecil atau kerikil yang menggelinding ke arah bawah lereng.
"Apabila mendengar suara gemuruh ini, jangan segera menghampiri lokasi gerakan tanahatau bahkan
berkerumun pada lokasi tersebut dan segera menghubungi aparat pemerintah setempat dan mencari
bantuan penyelamatan," kata Dwikorita kepada Tribunjogja.com, Minggu (9/2/2014).
Saat curah hujan tinggi, masyarakat yang tinggal di daerah perbukitan atau di sekitar lereng untuk
segera berusaha lari menghindar sementara hingga menunggu hujan berhenti. "Bila mendengar suara
gemuruh, segera menuju ke lahan yang lebih datar dan jauh dari lereng yang rentan, dan jauh dari
lembah sungai," sarannya.
Guna mewaspadai gejala awal tanah longsor akibat gerakan tanah atau batuan sebagai peringatan dini,
bisa dilihat dengan miringnya pohon-pohon dan tiang-tiang pada lereng, muncul retakan-retakan tanah
berbentuk lengkung memanjang berbentuk tapal kuda pada lereng. Selain itu, lereng tiba-tiba terlihat
menggembung, "Biasanya muncul rembesan-rembesan air pada lereng, dan apabila rembesan makin
deras dan airnya menjadi keruh, maka diperkirakan lereng segera akan bergerak dan terjadi longsor,"
kata peneliti longsor ini.
Selain itu, naiknya muka air sungai beberapa sentimeter, dan air sungai menjadi keruh lebih keruh, atau
tiba-tiba terjadi aliran lumpur atau aliran pasir pada lembah sungai, bisa sebagai penanda terkjadi
longsor. Sedangkan dari sisi bangunan rumah ditandai dengan munculnya retakan pada lantai dan
tembok bangunan. "Amblesnya sebagian lantai konstruksi bangunan ataupun amblesnya tanah pada
lereng. Lalu pintu atau jendela bangunan tiba-tiba tidak dapat dibuka," jelasnya.
Setelah musim hujan berlalu, untuk menghindari ancaman longsor bagi mereka yang sudah terlanjur
menempati rumahnya, dia menyarankan agar segera melakukan upaya perbaikan lereng dan lingkungan.
Masyarakat diharapkan dapat memperbaiki geometri lereng, melancarkan saluran-saluran air pada
lereng, membuat perkuatan lereng dan menanami lereng dengan vegetasi yang tepat.
Di lain pihak, Dwikorita menghimbau kepada pemerintah untuk melakukan penataan tata ruang dengan
melakukan pemetaan geologi untuk mengetahui daerah zona rawan longsor. "Daerah yang rawan ini
sebetulnya sudah dipetakan namun belum didetilkan atau dimasukkan dalam tata ruang penataan
lahan," bebernya.
Menurut Rita, demikian ia akrab disapa, umumnya pembangunan tata ruang di beberapa daerah tidak
memperhatikan aspek daerah risiko zona tanah bergerak. "Misalnya tol Cipularang tanahnya tetap terus
bergerak, beban kendaraan akan memperepat pergerakan tanah namun bisa diperkuat drainase tapi
tidak bisa dikurangi," paparnya.
Dia menyarankan agar daerah pemukiman yang berada di zona tanah bergerak perlu dipertimbangkan
pembangunan tata ruangnya untuk menghindari jatuhnya korban saat terjadi bencana longsor tiba.
"Yang jadi masalah penegakan hukun tata ruang sering tidak diterapkan dan selalu dilanggar. Aspek
hukum, sosial, rekayasa geologi, perlu dirumuskan bersama dengan segera," tutupnya. (*)
Peranan Ahli Geologi Di Nusa Tenggara Barat Dalam Mitigasi Bencana Geologi
BAB II
GEOLOGICAL HAZARDS
Overview
Geological hazards are natural phenomena that cause major problems all over the world. The expansion
and development of cities leads into an increase in impact and damage due to geological hazards. In
general, most of geological hazards associated with desert environments are related to natural
conditions, although some may due to human activities. Potential geological hazards that may occur
under desert conditions include erosion and deposition associated with sand drifting and dune
movement, corrosion, low bearing capacity of sediments, sabkha zones that are unsuitable for
construction, land subsidence due to loose oil, salt domes, rock falls, landslides, earth fissures and
sinkholes, subsidence, and many more.
Objectives
In order to serve the community, the Geological Hazards Team of the Saudi Geological Survey started
a program to study and monitor geological hazards, whether natural or man-made, throughout the
Kingdom of Saudi Arabia. The teams evaluate the different geological hazards, predict their origin and
mode of formation and calculate the risk from these hazards on lives and property, as well as on the
surrounding environment. Many technical reports have been published by the Department on flooding
and other geohazards in the Kingdom. The locations of geological hazards in Saudi Arabia are shown
Some examples of geological hazards that have been investigated and documented by the Geological
Hazards Department are as follows:
1. Flood Hazards
Although the average rainfall in the coastal areas of the Kingdom is very small, rainstorms on the
nearby mountains can generate flash floods that damage properties and result in loss of life. The
Geological Hazards Team has investigated several wadis between Jizan and Jeddah and is continuing
studies of other wadis.
The aim is to prepare detailed hydrological studies of the wadis in order to determine the potential
danger from the floods and to recommend suitable remedial measures.
Landslides are rock, earth, or debris flows on slopes due to gravity. They can occur on any terrain
given the right conditions of soil, moisture, and the angle of slope. Integral to the natural process of the
earth's surface geology, landslides serve to redistribute soil and sediments in a process that can be in
abrupt collapses or in slow gradual slides. Also known as mud flows, debris flows, earth failures, and
slope failures, they can be triggered by rain, floods, earthquakes, and other natural causes as well as
human-made causes, such as grading, terrain cutting and filling, excessive development, and so on. The
factors affecting landslides can be geological or by man-made, and can occur in developed or
undeveloped areas, or in areas where the terrain has been altered for roads, houses, utilities, buildings
and mining activities.
The Saudi Geological Survey is studying landslides in order to mitigate the risks. Landslides may be
more devastating than all other natural hazards combined, and can affect utilities, transportation, and
public and private infrastructure. Most of the rock slopes along the descents between the Arabian
Shield mountains and the Red Sea coast that cut through the escarpment are subject to slope instability
and rock falls, especially after rain storms.
3. Karst Hazards
Different types of sinkholes have been recognized in Saudi Arabia. The sinkholes are of various sizes,
shapes and occur at different depths. Their presence may cause a direct risk to infrastructure such as
urban areas, roads, areas being developed, and farmland. Some sinkholes have also appeared in barren
uninhabited areas. In recent years more than eight large sinkholes or ground collapses have occurred to
the west of Al Khafji and in the An Nuayriyah area (northeast Saudi Arabia) due to dissolution of the
underlying limestone.
4. Earth Fissures
Earth fissures can result from several geodynamic processes. Earthquakes can form fissures as was the
case along the coast to the south of Haql in 1995. Earth fissures can also be formed due to excessive
groundwater withdrawal, as occurred at Tabah, An Naiy and Al Yutamah. The Geohazards and
Engineering Geology Teams are monitoring the movement across earth fissures and producing hazard
zonation maps.
Some problematic soils and rocks may pose a danger to anything constructed on them. Soils such as
sabkha may collapse and react with foundations while loess can also collapse. Clayey soils and weak
rocks such as claystone and shale may swell. The Geohazards and Engineering Geology Teams are
investigating the sabkha soils in Jeddah, Jazan, Yanbu and Al Jubail and swelling rocks at Al Qasim.
Sabkha in general forms due to variations in the rate of evaporation of salt water in the soil. Engineers
classify sabkha into four common types: 1) Sabkha, 2) Playa, 3) Salt Playa, and 4) Saline. After the
evaporation of saline water from a lake a crust of salt is formed. Coastal sabkha is formed from
continental sediments that are mixed with sea water during regression of the sea level. The mineral
composition of coastal sabkha is characterized by the presence of aragonite, calcite, gypsum, and
dolomite. These sabkha soils have a negative impact on infrastructure causing problems in buildings.
The degree of damage depends on the characteristics of the sabkha, the degree of subsidence, and the
bearing capacity of the sabkha. A technical report about the characteristics of the Jizan sabkha has been
produced by the Department.
Drifting sand and dune movement are some of the most serious natural problems facing the Arabian
Peninsula due to the expansion of cities, roads, industries, and agricultural development. If not
controlled, movement of sand dunes creates problems for industrial plants, residential areas, roads,
power lines, and pipelines. Problems that have been studied within active dunes include closing of
roads, as well as other problems that affect the development of various areas.
Problems related to salt domes occur in many locations in the Jizan area, especially in the old city of
Jizan. Lenses of salt extend away from the salt domes at depths that range from a few meters to tens of
meters under the flat areas. These cause problems that include damage to buildings and infrastructure
or even collapses, with building failures, fractures, and tilting, road cracks, an undulating ground
surface, and tilting of posts and electricity poles.
Environmental Geology
Environmental Geology applies geologic concepts and principals to addressing geologic hazards and
environmental issues. As a multidisciplinary science involving human interaction with, and impact on,
the environment earth, air and water it shares close ties with engineering geology, which applies
geologic knowledge to engineering practice. This page is dedicated to the memory of two geologists,
Cathy Schulten Wellendorf and Dr. Troy L. Pw of Arizona State University, who contributed greatly
to environmental geology studies here in Arizona.
Environmental geology is a broad field that draws upon a number of geologic sub-disciplines:
hydrology (surface water and groundwater resources and management), geomorphology and the study
of processes that shape the earths surface, waste containment and pollution of air, water, and soil, and
oil and gas resource management. Perhaps the best known application of environmental geology is to
manage and mitigate geologic hazards that threaten people, their property and infrastructure. This
includes hazards such as floods both flash floods and regional floods, earthquakes, landslides
(avalanche, rock fall, slump and creep), karst features (sinkholes and fissures), debris flows, volcanic
activity (pyroclastic flows, lava flows and lahars), earth fissures, and radon gas among other geologic
hazards.
For a cogent description of geologic hazards in Arizona, and some advice on how to avoid or minimize
their impacts, see AZGSs A Home Buyers Guide to Geologic Hazards in Arizona, a volume in our
Down-to-Earth popular geology series that was dedicated to Dr. Troy L. Pw. Geologic hazards
encountered in Arizona are briefly described below.
Earth fissures
Earth fissures are associated with basin subsidence that accompanies extensive ground water
withdrawal. In Arizona, fissures were first noted near Eloy in 1929. The physical appearance of fissures
varies greatly, but they may be more than a mile in length, up to 15 feet wide, and 100s of feet deep.
Fissures erode rapidly during torrential rains to form extensive gullies that present a substantial hazard
to people and infrastructure. Importantly, fissures potentially provide a ready conduit to deliver runoff
and contaminated waters to basin aquifers. Rapid population growth in southern Arizona has
increasingly juxtaposed suburban development and fissures.
Earthquakes
The Earths crust in the Western U.S. is riddled with faults. When crustal rocks move abruptly along
the fault, earthquakes occur. Deaths and injuries from earthquakes usually stem from collapse of
buildings, roads and bridges, or due to cascading events such as fires, landslides, or tsunami. Arizona
has experienced historical earthquakes, and has many faults that have generated large prehistoric
earthquakes.
In October 2012, Arizona joined California, Utah and states in the Western U.S. to host a shakeout
earthquake preparedness drill in our case, the Great Arizona Shakeout. Some important Arizona
earthquake resources are available at our earthquake page.
Floods constitute the most commonly encountered geologic hazard both nationally and regionally.
Arizonas monsoon season, with its predilection for sudden, torrential and localized rainfall, coupled
with a landscape incised by thousands of washes and gullies, is ripe for dangerous flash floods. Of
particular concern from a floodplain-management perspective is flooding on alluvial fans, where
channels diverge downstream and broad areas outside of channels may be inundated in large floods.
Arizonas major rivers and streams are more likely to swell and flood during the sustained regional
storms that occur in the fall and winter seasons.
Debris flows are mixtures of water and debris (typically 80% solids and 20% water) that move
downslope under the influence of gravity. They entrain and transport particles ranging from clays, silt,
and sand to boulders tens of feet in maximum dimension. They resemble slurry of wet concrete as they
rush down gradient in channels or stream valleys. In Arizona, they are particularly prevalent during
monsoon storms in areas recently scorched by wildfires, e.g., debris flows on the east flank of the San
Francisco Peaks following the Schultz wildfire of summer 2010.
The Arizona landscape is a beautiful and bedazzling collage of mountains, valleys, canyons, plateaus,
mesas, rivers, washes, and volcanoes. But the natural features that make Arizona so magnificent are
rife with geologic hazards that threaten Arizonans and their property. To assist homeowners and
home buyers in understanding the nature and scope of geologic hazards throughout the State, the
Arizona Geological Survey (AZGS) is providing free The Homeowner's Online Guide to Geologic
Hazards in Arizona.
In 2002, AZGS geoscientists, Ray Harris and Phil Pearthree, set out to identify geologic hazards that
threaten Arizona property. They explored the geologic literature, examined maps, and conducted field
investigations. Their efforts resulted in, A Home Buyers Guide to Geologic Hazards in Arizona,
describing the geologic hazards common to Arizona: floods, earth fissures and subsidence, earthquakes,
debris flows, landslides, karst formations, swelling or collapsing soils, and even volcanic eruptions.
The Home Buyers Guide is one of three AZGS publications comprising this online compendium of
resources. The second, Radon: A Geologic Hazard in Arizona, was published in 1992 by AZGS
Senior Geoscientist, Jon Spencer. It is a marvelous primer on the origin and hazards of radon gas,
which is second only to tobacco as a cause of lung cancer in the U.S. Spencer uses maps, graphs, and
descriptive text to finger radon hot spots in Arizona.
The third publication, Land Subsidence and Earth Fissures in Arizona was written by geologist
Steven Slaff. Subsidence is a growing problem in the valleys of south-central Arizona. Slaff draws on
maps, photos, line drawings, and an easy-to-read text to illustrate how and why subsidence occurs. If
you want to understand this anthropogenic-caused geologic problem, and its byproduct earth fissures,
this is the place to start.
This online guide is part of our continuing effort to inform the Arizona public about geologic hazards
that could impact their lives. These publications, now available as PDF downloads, describe Arizonas
major geologic hazards and include maps to show where these hazards are prevalent.
DAFTAR PUSTAKA
http://www.sgs.org.sa/english/naturalhazards/pages/geohazard.aspx
http://www.azgs.az.gov/hazards.shtml
http://www.azgs.az.gov/homeownersguide.shtml
http://geology.utah.gov/maps/geohazmap/
http://www.aegweb.org/students-educators/student-resources/aeg-for-students/geologic-hazards
http://www.dcnr.state.pa.us/topogeo/hazards/index.htm
http://www.mtu.edu/peacecorps/programs/geo-mitigation/
http://geosurvey.state.co.us/hazards/Pages/Hazards%20Welcome.aspx
http://gsa.state.al.us/gsa/geologichazards/index.htm
http://www.ibnurusydy.com/geo-bencana/
http://id.wikipedia.org/wiki/Pusat_Vulkanologi_dan_Mitigasi_Bencana_Geologi
http://micra-indo.org/article/ifdol_mahyudin__microfinance_institutions_preparedness_on_disaster
http://www.slideshare.net/hermansatmoko/mitigasi-bahaya-geologi-dalam-pengembangan-lapangan-
panas-bumi
http://www.iagi.or.id/paper/peranan-ahli-geologi-di-nusa-tenggara-barat-dalam-mitigasi-bencana-
geologi