Anda di halaman 1dari 5

Teori perancangan kota

Teori Perancangan Kota


Menurut Tracik (1986) dalam suatu lingkungan permukiman ada rangkaian antara figure
ground, linkage dan place.
1. Teori Figure Ground (solid-void plan)

A. Pengertian Tata Guna Lahan (Land Use)

Land use atau tata guna lahan adalah pengaturan mengenai penggunaan lahan dimana
memerlukan sumberdaya manusia dan sumberdaya lainnya. Terdiri dari lahan terbangun
(urban solid) dan lahan terbuka (urban void). Pendekatan figure ground adalah suatu
bentuk usaha untuk memanipulasi atau mengolah pola existing figure ground dengan
cara penambahan, pengurangan, atau pengubahan pola geometris dan juga merupakan
bentuk analisa hubungan antara massa bangunan dengan ruang terbuka Figure ground
menekankan adanya public civics space atau open space pada kota sebagai figur.
Melalui figure ground plan dapat diketahui antara lain pola atau tipologi, konfigurasi
solid void yang merupakan elemental kawasan atau pattern kawasan penelitian, kualitas
ruang luar sangat dipengaruhi oleh figur bangunan-bangunan yang melingkupinya,
dimana tampak bangunan merupakan dinding ruang luar, oleh karena itu tata letak,
bentuk dan fasade (bagian muka) sistem bangunan harus berada dalam sistem ruang luar
yang membentuknya. Komunikasi antara privat dan publik tercipta secara langsung.
Ruang yang mengurung (enclosure) merupakan void yang paling dominan, berskala
manusia (dalam lingkup sudut pandang mata 25-30 derajat) void adalah ruang luar yang
berskala interior, dimana ruang tersebut seperti di dalam bangunan, sehingga ruang luar
yang enclosure terasa seperti interior. Diperlukan keakraban antara bangunan sebagai
private domain dan ruang luar sebagai public dominan yang menyatu.

a. Urban solid
Solid adalah bentukan fisik dari kota, yaitu berupa bangunan-bangunan dan blok-blok
kosong.
Tipe urban solid terdiri dari:
Massa bangunan, monumen
Persil lahan blok hunian yang ditonjolkan
Edges yang berupa bangunan
b. Urban void
Void adalah ruang kosong yang terdapat diantara bangunan-bangunan atau tatanan
bangunan yang terbentuk oleh adanya ruang terbuka, misalnya jalan yang merupakan
ruang penghubung antar bangunan.
Tipe urban void terdiri dari:
Ruang terbuka berupa pekarangan yang bersifat transisi antara publik dan privat
Ruang terbuka di dalam atau dikelilingi massa bangunan bersifat semi privat sampai
privat.
Jaringan utama jalan dan lapangan bersifat publik karena mewadahi aktivitas publik
berskala kota
Area parkir publik bisa berupa taman parkir sebagai nodes yang berfungsi preservasi
kawasan hijau
Sistem ruang terbuka yang berbentuk linier dan curvalinier. Tipe ini berupa daerah
aliran sungai, danau dan semua yang alami dan basah.

B. Pembagian Tata Guna Lahan (Land Use)

Tata guna lahan (land use) terbagi menjadi dua bagian, yaitu :
a. Kawasan terbangun, meliputi fasilitas pendidikan, fasilitas kesehatan, fasilitas
peribadatan, fasilitas perumahan fasilitas perkantoran, fasilitas rekreasi dan olah raga,
fasilitas perdagangan dan jasa serta fasilitas umum.
b. Kawasan terbuka/tak terbangun,
RTH (Ruang Terbuka Hijau) adalah ruang dalam kota atau wilayah yang lebih luas baik
dalam bentuk areal memanjang/ jalur maupun dalam bentuk lain, dimana dalam
penggunaanya lebih bersifat terbuka yang pada dasarnya tanpa bangunan dan
pemanfaatannya lebih bersifat pengisian hijau tanaman atau tumbuhan.
Daerah konservasi adalah daerah yang maengandung arti perlindungan sumberdaya
alam dan tanah tebuka serta pelestarian daerah perkotaan. Kawasan lindung diatur dalam
keppres RI Nomor 32 tahun 1990.

2. Teori Keterkaitan (Lingkage)

Linkage artinya berupa garis semu yang menghubungkan antara elemen yang satu dengan
yang lain, nodes yang satu dengan nodes yang lain, atau distrik yang satu dengan yang
lain. Garis ini bisa berbentuk jaringan jalan, jalur pedestrian, ruang terbuka yang
berbentuk segaris dan sebagainya. Menurut Fumuhiko Maki, Linkage adalah semacam
perekat kota yang sederhana, suatu bentuk upaya untuk mempersatukan seluruh
tingkatan kegiatan yang menghasilkan bentuk fisik suatu kota. Menurut Shirvani (1985),
linkage menggambarkan keterkaitan elemen bentuk dan tatanan masa bangunan, dimana
pengertian bentuk dan tatanan massa bangunan tersebut akan meningkatkan fungsi
kehidupan dan makna dari tempat tersebut. Karena konfigurasi dan penampilan massa
bangunan dapat membentuk, mengarahkan, menjadi orientasi yang mendukung elemen
linkage tersebut.

A. Tipe-Tipe Teori Linkage Urban Space


Teori ini terbagi menjadi 3 tipe yaitu:
a. Compositional form
Bentuk ini tercipta dari bangunan yang berdiri sendiri secara 2 dimensi. Dalam tipe ini
hubungan ruang jelas walaupun tidak secara langsung
b. Mega form
Susunan-susunan yang dihubungkan ke sebuah kerangka berbentuk garis lurus dan
hirarkis.
c. Group form
Bentuk ini berupa akumulasi tambahan struktur pada sepanjang ruang terbuka. Kota-
kota tua dan bersejarah serta daerah pedesaan menerapkan pola ini.

3. Teori Lokasi (Place)

Bila pada figure ground theory dan linkage theory ditekankan pada konfigurasi massa
fisik , dalam place theory ditekankan bahwa integrasi kota tidak hanya terletak pada
konfigurasi fisik morfologi, tetapi integrasi antara aspek fisik morfologi ruang dengan
masyarakat atau manusia yang merupakan tujuan utama dari teori ini, melalui pandangan
bahwa urban design pada dasarnya bertujuan untuk memberikan wadah kehidupan yang
baik untuk penggunaan ruang kota baik publik maupun privat. Pentingnya place theory
dalam spasial design yaitu pemahaman tentang culture dan karakteristik suatu daerah
yang ada menjadi ciri khas untuk digunakan sebagai salah satu pertimbangan agar
penghuni (masyarakat) tidak merasa asing di dalam lingkungannya. Sebagaimana tempat
mempunyai masa lalu (linkage history), tempat juga terus berkembang pada masa
berikutnya. Artinya, nilai sejarah sangat penting dalam suatu kawasan kota. Aspek
spesifik lingkungan menjadi indikator yang sangat penting dalam menggali potensi,
mengatur tingkat perubahan serta kemungkinan pengembangan di masa datang.
Teori ini berkaitan dengan space terletak pada pemahaman atau pengertian terhadap
budaya dan karakteristik manusia terhadap ruang fisik. Space adalah void yang hidup
mempunyai suatu keterkaitan secara fisik. Space ini akan menjadi place apabila diberikan
makna kontekstual dari muatan budaya atau potensi muatan lokalnya.

A. Teori Desain Ruang Kota

Salah satu bentuk keberhasilan pembentuk place adalah seperti aturan yang dikemukakan
Kevin Lynch untuk desain ruang kota:
a) Legibillity (kejelasan)
Sebuah kejelasan emosional suatu kota yang dirasakan secara jelas oleh warga kotanya.
Artinya suatu kota atau bagian kota atau kawasan bisa dikenali dengan cepat dan jelas
mengenai distriknya, landmarknya atau jalur jalannya dan bisa langsung dilihat pola
keseluruhannya.

b) Identitas dan susunan


Identitas artinya image orang akan menuntut suatu pengenalan atas suatu obyek dimana
didalamnya harus tersirat perbedaan obyek tersebut dengan obyek yang lainnya, sehingga
orang dengan mudah bisa mengenalinya. Susunan artinya adanya kemudahan
pemahaman pola suatu blok-blok kota yang menyatu antar bangunan dan ruang
terbukanya

c) Imageability
Artinya kualitas secara fisik suatu obyek yang memberikan peluang yang besar untuk
timbulnya image yang kuat yang diterima orang. Image ditekankan pada kualitas fisik
suatu kawasan atau lingkungan yang menghubungkan atribut identitas dengan
strukturnya.
Kevin Lynch menyatakan bahwa image kota dibentuk oleh 5 elemen pembentuk wajah
kota, yaitu:
Paths
Adalah suatu garis penghubung yang memungkinkan orang bergerak dengan mudah.
Paths berupa jalur, jalur pejalan kaki, kanal, rel kereta api, dan yang lainnya.
Edges
Adalah elemen yang berupa jalur memanjang tetapi tidak berupa paths yang merupakan
batas antara 2 jenis fase kegiatan. Edges berupa dinding, pantai hutan kota, dan lain-lain.
Districts
Districts hanya bisa dirasakan ketika orang memasukinya, atau bisa dirasakan dari luar
apabila memiliki kesan visual. Artinya districts bisa dikenali karena adanya suatu
karakteristik kegiatan dalam suatu wilayah.
Nodes
Adalah berupa titik dimana orang memiliki pilihan untuk memasuki districts yang
berbeda. Sebuah titik konsentrasi dimana transportasi memecah, paths menyebar dan
tempat mengumpulnya karakter fisik.
Landmark
Adalah titik pedoman obyek fisik. Berupa fisik natural yaitu gunung, bukit dan fisik
buatan seperti menara, gedung, sculpture, kubah dan lain-lain sehingga orang bisa dengan
mudah mengorientasikan diri di dalam suatu kota atau kawasan.

d) Visual and symbol conection


Visual conection
Visual conection adalah hubungan yang terjadi karena adanya kesamaan visual antara
satu bangunan dengan bangunan lain dalam suatu kawasan, sehingga menimbulkan image
tertentu. Visual conection ini lebih mencangkup ke non visual atau ke hal yang lebih
bersifat konsepsi dan simbolik, namun dapat memberikan kesan kuat dari kerangka
kawasan
Dalam pengaturan suatu landuse atau tata guna lahan, relasi suatu kawasan memegang
peranan penting karena pada dasarnya menyangkut aspek fungsional dan efektivitas.
Seperti misalnya pada daerah perkantoran pada umumya dengan perdagangan atau
fungsi-fungsi lain yang kiranya memiliki hubungan yang relevan sesuai dengan
kebutuhannya.

Symbolic conection
Symbolic conection dari sudut pandang komunikasi simbolik dan cultural anthropology
meliputi:
Vitality
Melalui prinsip-prinsip sustainance yang mempengaruhi sistem fisik, safety yang
mengontrol perencanaan urban struktur, sense seringkali diartikan sebagai sense of place
yang merupakan tingkat dimana orang dapat mengingat tempat yang merupakan tingkat
dimana orang dapat mengingat tempat yang memiliki keunikan dan karakteristik suatu
kota.
Fit
Menyangkut pada karakteristik pembangkit sistem fisikal dari struktur kawasan yang
berkaitan dengan budaya, norma dan peraturan yang berlaku
Penutup
Tulisan tentang Teori Perancangan Kota ini dibuat berdasarkan sumber-sumber dari
para ahli yang berkompeten dibidang ini. Memang masih banyak kekurangan dalam
tulisan ini, mohon dapat dimaklumi. Demikianlah teori-teori tentang perancangan kota ini
dibuat. Semoga dapat bermanfaat, sekian dan terimakasih.

Daftar Pustaka

teori urban desain pReSty LaRaSati.htm


forumdetil.asp.htm
Balchin, P., N., Isaac, D. and Chen, J., Urban
economics; a global perspective, Palgrave,
Hampshire, 2000.

Habitat, An urbanizing world; global report on


human settlements 1996, Oxford University
Press, New York, 1996.

Habitat, Cities in a globalizing world; global


report on human settlements 2001, Earthscan Publications Ltd, London, 2001.

Sassen, S., The global city , Princeton University Press, New Jersey, 2001

http://utubuin.blogspot.com/2010/04/teori-perancangan-kota.html

Anda mungkin juga menyukai