TENTANG
MEMUTUSKAN
Menetapkan : KEPUTUSAN KEPALA PUSKESMAS PERAWATAN MAMPU
PONED KIBANG BUDI JAYA TENTANG PENINGKATAN
MUTU KLINIS DAN KESELAMATAN PASIEN DI
PUSKESMAS PERAWATAN MAMPU PONED KIBANG BUDI
JAYA
Ketiga : Identifikasi dokumentasi dan pelaporan kasus ktd, kpc, knc dalam
lampiran 2
Kesembilan : Segala biaya yang timbul akibat pelaksanaan keputusan ini dibebankan
pada anggaran yang tersedia.
Kesepuluh : Keputusan ini berlaku pada tanggal ditetapkan, dengan ketentuan akan
dilakukan koreksi apabila ternyata dikemudian hari terdapat perubahan
atau kekeliruan.
ERISMA TAUFIK
Lampiran 1
Keputusan Kepala Puskesmas Perawatan Mampu
Poned Kibang Budi Jaya
Nomor :
Tanggal :
1. Penyusunan indicator klinis dan indicator perilaku pemberi layanan klinis di Puskesmas
Perawatan Mampu Poned Kibang Budi Jaya dilaksanakan dengan melibatkan tenaga klinis.
2. Untuk hal tersebut dipandang perlu dibentuk Tim Manajemen Mutu yang di dalamnya terdapat
Tim Peningkatan Mutu Kinerja Pelayanan Klinis dan Keselamatan Pasien serta Tim Penyusun
Indikator Klinis, hal ini dibuat sedemikianrupa dikarenakan keterbatasan sumber daya manusia.
Tim Manajemen Mutu Terpadu sebagai berikut ini :
Penanggung Jawab : Kepala Puskesmas Perawatan Mampu Poned Kibang Budi Jaya
Ketua : dr. Natasya Beggy Candesa
Sekretaris : Suharni, amd. Keb
Ketua PMKP : dr. Nilawaty
Anggota : Lilis Aryani, Amd.Keb
Tukini Ari
Wayan Sudiasih, Amd.Keb
Tri Sukanti, Amd. Kep
3. Tim Manajemen Mutu yang mana di dalamnya terdapat Tim Peningkatan Mutu Kinerja dan
Keselamatan Pasien bertugas juga untuk:
a. Melaksanakan evaluasi perilaku pelayanan klinis.
b. Mendokumentasikan hasil evaluasi perilaku pelayanan klinis.
c. Melaporkan hasil evaluasi perilaku pelayanan klinis kepada kepala puskesmas
setiap tiga bulan sekali guna perbaikan perilaku pelayanan klinis.
4. Tim Manajemen Mutu berkewajiban untuk melibatkan tenaga klinis dalam peningkatan
mutu klinis dan keselamatan pasien yang memiliki kewajiban sebagai berikut::
a. Meningkatkan mutu pelayananan dengan menerapkan sistem manajemen mutu di
semua tingkatan penyelenggaraan kegiatan puskesmas
b. Memberi pelayanan terbaik untuk mencapai kepuasan dan keselamatan untuk
pasien
c. Melakukan upaya perbaikan secara berkala untuk mencapai hasil yang lebih
optimal
d. Peningkatan kinerja pegawai puskesmas yang dilakukan secara periodic
5. Pihak dan petugas yang terlibat dalam upaya melakukan pemantauan pelaksanaan dan
peningkatan mutu pelayanan klinis dan keselamatan pasien adalah sebagai berikut :
a. Medis : dokter dan dokter gigi
b. Paramedis : perawat dan bidan
c. Farmasi : Asisten Apoteker
d. Laboratorium : dokter
e. Gizi : Nutrisionis
f. Kesehatan Masyarakat : Sanitarian
6. Tim Manajemen Mutu membuat indicator-indikator mutu/kinerja klinis yang sebagai
berikut :
No Indikator Standar
1 UGD
1.1 respon time pelayanan di UGD 5 mnt
1.2 Prosedur pengobatan bekerja sesuai SOP 100 %
1.3 Pencegahan dan kontrol infeksi (kepatuhan hand
hygiene, ketersediaan APD, penggunaan APD) 100 %
2 Poli Umum
2.1. Assessment pasien (kelengkapan assessment awal 100 %
medis)
2.2 Prosedur pengobatan (bekerja sesuai SOP) 100 %
2.3 Waktu tunggu di poli umum 30 mnt
2.4 Waktu pelayanan di poli umum 30 mnt
3 Poli Gigi
2.1. Assessment pasien (kelengkapan assessment awal 100 %
medis)
2.2 Prosedur pengobatan (bekerja sesuai SOP) 100 %
2.3 Anestesi (komplikasi anestesi karena reaksi anestesi) 2%
2.4 Pencegahan dan kontrol infeksi (kepatuhan hand
hygiene, ketersediaan APD, penggunaan APD) 100 %
4 Poli KIA/KB
4.1 Assessment pasien (kelengkapan assessment awal 100 %
medis)
4.2 Prosedur pengobatan (bekerja sesuai SOP) 100 %
4.3 Waktu tunggu di poli KIA 30 mnt
4.4 Waktu pelayanan di poli KIA 30 mnt
4.5 Pencegahan dan kontrol infeksi pelayanan KB 100%
(kepatuhan hand hygiene, ketersediaan APD, penggunaan
APD)
5 Ruang Obat
5.1 Kesalahan pemberian obat 0%
5.2 Waktu tunggu pelayanan obat jadi ( 15 menit) 90 %
5.3 Waktu tunggu obat racikan ( 30 menit) 90 %
6 Laboratorium
100%
6.1 Spesimen diperiksa
100%
6.2 Hasil laboratorium disampaikan
7. Bila dalam terdapat hasil evaluasi peningkatan mutu layanan klinis dan keselamatan
pasien maka dilakukan pelaksanaan penyampaian hasil oleh Tim peningkatan mutu
layanan klinis dan keselamatan kepada semua petugas klinis di Puskesmas melalui
sebuah rapat.
ERISMA TAUFIK
Lampiran 2
Keputusan Kepala Puskesmas Perawatan Mampu
Poned Kibang Budi Jaya
Nomor :
Tanggal :
Kewajiban tenaga klinis dalam hal mengidentifikasi dokumentasi dan pelaporan kasus KTD,
KPC dan KNC dalam butir kebijakan mutu sebagai berikut :
1. Identifikasi dokumentasi dan pelaporan kasus KTD, KPC dan KNC dilakukan oleh
semua tenaga klinis serta wajib melaksanakan identifikasi, dokumentasi dan melaporkan
apabila menemukan kejadian tidak diharapkan, kejadian potensial cedera dan kejadian
nyaris cedera.
2. Laporan yang dimaksud dalam diktum pertama adalah dilaporkan lisan kepada dokter
penanggung jawab pelayanan pada saat kejadian agar dilakukan pencegahan dan
pertolongan sesegera mungkin. Laporan harus dibuat tertulis maksimal dalam 2x24 jam.
ERISMA TAUFIK
Lampiran 3
Keputusan Kepala Puskesmas Perawatan Mampu
Poned Kibang Budi Jaya
Nomor :
Tanggal :
A. PENDAHULUAN
Keselamatan pasien adalah suatu sistem dimana puskesmas membuat asuhan pasien
lebih aman yang meliputi asesmen risiko, identifikasi dan pengelolaan hal yang
berhubungan dengan risiko pasien, pelaporan dan analisis insiden, kemampuan belajar dari
insiden dan tindak lanjutnya serta implementasi solusi untuk meminimalkan timbulnya
risiko dan mencegah terjadinya cedera yang disebabkan oleh kesalahan akibat
melaksanakan suatu tindakan untuk tidak mengambil tindakan yang seharusnya diambil.
Insiden keselamatan pasien yang selanjutnya disebut insiden adalah setiap kejadian yang
tidak disengaja dan kondisi yang mengakibatkan atau berpotensi mengakibatkan cedera
yang dapat dicegah pada pasien, terdiri dari Kejadian Tidak Diharapkan, Kejadian Potensial
Cedera dan Kejadian Nyaris Cedera.
B. TEMA
Penanganan Kejadian Tidak Diharapkan, Kejadian Potensial Cedera dan Kejadian
Nyaris Cedera akan meningkatkan mutu pelayanan medis.
C. TUJUAN
a. Terciptanya budaya keselamatan pasien di Puskesmas
b. Meningkatnya akuntabilitas Puskesmas terhadap pasien dan masyarakat
c. Menurunnya Kejadian Tidak Diharapkan, Kejadian Potensial Cedera dan Kejadian
Nyaris Cedera di Puskesmas
d. Terlaksananya program-program pencegahan sehingga tidak terjadi penanggulangan
Kejadian Tidak Diharapkan, Kejadian Potensial Cedera dan Kejadian Nyaris Cedera
D. SASARAN
a. Puskesmas
b. Puskesmas Pembantu
c. Poskesdes
E. BENTUK KEGIATAN
Penanganan terhadap terjadinya kasus Kejadian Tidak Diharapkan, Kejadian Potensial
Cedera dan Kejadian Nyaris Cedera adalah sebagai berikut :
1. Identifikasi kasus
2. Pelaporan kepada Tim Manajemen Mutu Puskesmas
3. Analisis kasus oleh Tim Manajemen Mutu Puskesmas
4. Penyusunan Rencana Perbaikan oleh Tim Manajemen Mutu Puskesmas
5. Implementasi / Pelaksanaan Perbaikan pada Mutu Layanan Klinis oleh semua tenaga
klinis di Puskesmas
6. Pencegahan terulangnya kembali kasus yang sama oleh semua tenaga klinis di
Puskesmas
F. PENUTUP
Demikian program ini disusun untuk memberikan gambaran mengenai penanganan
Kejadian Tidak Diharapkan, Kejadian Potensial Cedera dan Kejadian Nyaris Cedera di
Puskesmas Perawatan Mampu Poned Kibang Budi Jaya.
ERISMA TAUFIK
Lampiran 4
Keputusan Kepala Puskesmas Perawatan Mampu
Poned Kibang Budi Jaya
Nomor :
Tanggal :
A. A. Pendahuluan
Manajemen resiko klinis merupakan suatu upaya sistematis yang dilakukan di puskesmas
dalam rangka mengurangi resiko akibat pelaksanaan pelayanan medis. Resiko klinis dapat
berupa bahaya, kesalahan, musibah atau potensi terjadinya hal-hal yang merugikan pasien
terkait dengan atau sebagai dampak asuhan klinis yang diberikan kepadanya
B. B. Tujuan
Meminimalkan terjadinya kesalahan medis, kejadian yang tidak diharapkan dan kerugian
pada pasien sehingga membuat asuhan pasien menjadi lebih lama.
Meminimalkan kemungkinan terjadinya klaim dan mengendalikan biaya klaim yang harus
menjadi tanggungan institusi.
C. C. Sasaran
a. Puskesmas
b. Puskesmas Pembantu
c. Poskesdes
E. E. Laporan Kejadian
Pelaporan setiap masalah atau kejadian yang menyimpang dari yang direncanakan atau
secara normal seharusnya tidak terjadi dan berdampak pada keselamatan pasie, berpotensi
menghadapkan puskesmas pada tuntutan hokum berpotensi menghadapkan pasien pada
keadaan yang beresiko.
Masalah/kejadian tidak harus selalu sudah menyebabkan cedera tetapi termasuk juga
kejadian yang potensial menyebabakaan cedera.
Pelaporan atas masalah/kejadian yang dapat dijadikan pelajaran untuk mengeliminasi dan
meminimalkan resiko terutama yang mempunyai dampak terhadap anggaran dan resiko
ketersediaan keuangan dan peralatan.
F. F. Sumber Kesalahan Medis
Manusia a. Kelelahan
b. Kurang terlatih
c. Komunikasi yang buruk.
d. Kekuasaan memonopoli
e. Keterbatasan waktu
f. Sanksi yang lemah.
g. Keraguan
h. Terlalu percaya diri
Tidak mau belajar
Organisasi a. Perencanaan kebijaksanaan yang tidak jelas
b. Administrasi/pembiayaan yang minimal
c. Kepemimpinan yang memihak
d. Umpan balik yang tidak jelas
e. Ketidakjelasan peraturan
f. Personil yang salah tempat
g. Ketidakjelasan tugas atau pembagian tugas
1. Rancang bangun gedung/ Teknical a. Peralatan yang buruk
h. b. Peralatan yang minimal
c. Tidak banyak informasi penggunaan alat
d. Tidak menggunakan SOP
e. Kuramg integrasi
G. Penutup
Demikianlah hal ini dibuat untuk memberikan gambaran mengenai mengenai penerapan
manajemen resiko klinis di Puskesmas Perawatan Mampu Poned Kibang Budi Jaya.
ERISMA TAUFIK
Lampiran 5
Keputusan Kepala Puskesmas Perawatan Mampu
Poned Kibang Budi Jaya
Nomor :
Tanggal :
1. Kesadaran (Awareness)
Seluruh staf Puskesmas harus sadar untuk bekerja dengan berhati-hati. Seluruh staf puskesmas
mampu mengenali kesalahan dan belajar dari kesalahan tersebut, erta mengambil tindakan untuk
memperbaikinya.
2. Terbuka dan Adil
Bagian yang fundamental dari organisasi dengan budaya keselamatan adalah menjamin adanya
keterbukaan dan adil, berbagi informasi secara terbuka dan bebas, perlakuan yang adil terhadap
staf waktu terjadi insiden.
Adapun konsekuensi terbuka dan adil adalah:
a. Staf harus terbuka terhdap insiden yang melibatkan mereka
b. Staf dan Puskesmas harus akuntabel terhadap tindakan mereka
c. Staf merasa mampu berbicara kepada pasien dan atasannya tentang insiden yang terjadi
d. Puskesmas terbuka dengan staf, pasien dan masyarakat
e. Staf diperlakukan adil dan didukung jika terjadi insiden
3. Pendekatan Sistem
Memiliki budaya keselamatan akan mendorong terciptanya lingkungan yang mempertimbangkan
semua komponen sebagai faktor yang ikut berkontribusi terhadap insiden yang terjadi. Hal ini
menghindari kecenderungan untuk menyalahkan individu dan lebih melihat kepda sistem dimana
individu tersebut bekerja. Inilah yang disebut pendekatan sistem (System Approach).
ERISMA TAUFIK
Lampiran 6
Keputusan Kepala Puskesmas Perawatan Mampu
Poned Kibang Budi Jaya
Nomor :
Tanggal :
Penetapan standar layanan klinis Puskesmas Perawatan Mampu Poned Kibang Budi Jaya
sebagai berikut :
1. Pelayanan klinis berorientasi pada SPM (Standar Pelayanan Minimal) diutamakan SPM
Kabupaten apabila tidak terdapat pada SPM Kabupaten maka mengacu kepada SPM
Propinsi Lampung dan atau Nasional.
2. Pelayanan klinis dilakukan sesuai dengan SOP Puskesmas Perawatan Mampu Poned Kibang
Budi Jaya.
ERISMA TAUFIK
Lampiran 7
Keputusan Kepala Puskesmas Perawatan Mampu
Poned Kibang Budi Jaya
Nomor :
Tanggal :
Dalam penyusunan standar pelayanan klinis dipandang perlu untuk mengacu terhadap
dokumen-dokumen tertentu sebagai referensi, berikut ini dokumen external yang ditetapkan
sebagai acuan penyusunan standar pelayanan klinis :
NO DOKUMEN EXTERNAL
1. Undang-Undang No 36 tahun 2014 tentang Tenaga Kesehatan
2 Undang-Undang No 29 tahun 2004 tentang Praktik Kedokteran
3 Undang-Undang No 44 tahun 2009 tentang Rumah Sakit
4 Standar Asuhan Keperawatan, Kartika Sari Wijayaningsih, S.Kep, Ners
5 Standar Pelayanan Minimal IDI
6 Permenkes No 5 tahun 2014 tentang Panduan Praktik Klinis Bagi Dokter di Faskes Primer
7 Permenkes No 269 tahun 2008 tentang Rekam Medis
8 Pedoman Triase Puskesmas Perawatan Mampu Poned Kibang Budi Jaya
9 Permenkes No 75 tahun 2014 tentang Puskesmas
10 Panduan Kewaspadaan Universal Puskesmas Perawatan Mampu Poned Kibang Budi Jaya
11 Pedoman Manajemen Penunjang Layanan Klinis Puskesmas Perawatan Mampu Poned
Kibang Budi Jaya
12 Pedoman Keselamatan Pasien Rumah Sakit, 2008
13 Permenkes No 1691 tahun 2011 tentang Keselamatan Pasien
14 Peraturan Pemerintah Nomor 51 Tahun 2009 Tentang Pekerjaan Kefarmasian
15 Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 411/MENKES/PER/III/2010
Tentang Laboratorium Klinik
16 Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 43 Tahun 2013 tentang cara penyelenggaraan
laboratorium klinik yang baik
17 Laboratorium klinik, Gandasoebrata
18 Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 46 Tahun 2015 tentang Akreditasi Puskesmas
19 Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 80 tahun 2016 tentang Penyelenggaraan Pekerjaaan
Asisten Tenaga Kesehatan
20 Good Laboratory Practice, Departemen Kesehatan Republik Indonesia Ditjen Bina
Lingkungan Kemenkes RI 2008
21 Materi Pelatihan Manajemen Kefarmasian di Instalasi Farmasi Kabupaten/Kota, Japan
International Coorperation Agency (JICA), 2010
22 Pedoman Pelayanan Kefarmasian di Puskesmas, Direktorat Bina Farmasi Komunitas dan
Klinik, Ditjen Bina Kefarmasian dan Alat kesehatan, 2006
23 Pedoman Pengelolaan Obat Publik dan Perbekalan Kesehatan di Daerah Perbatasan,
Direktorat Bina Obat Publik dan Perbekalan Kesehatan, 2007
24 Buku Panduan Praktis Pelayanan Kontrasepsi, 2003
25 Pelayanan Kesehatan Neonatal esensial, Ditjen Bina Gizi dan KIA, 2012
26 Diagnosis Fisik, Adams
27 Kumpulan Kuliah Ilmu Bedah, FKUI
28 Pedoman Kewaspadaan Universal di Pelayanan Kesehatan 2010
29 Buku Pedoman Pengobatan Dasar di Puskesmas 2007
30 Pedoman Pemeriksaan fisik diagnostic Puskesmas Perawatan Mampu Poned Kibang Budi
Jaya
31 Pedoman pemeriksaan penunjang medic Puskesmas Perawatan Mampu Poned Kibang
Budi Jaya
32 Pedoman pengobatan rasional Puskesmas Perawatan Mampu Poned Kibang Budi
33 Pedoman PI Puskesmas Perawatan Mampu Poned Kibang Budi Jaya
34 Peraturan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi Republik
Indonesia Nomor 25 tahun 2004 tentang Pedoman Umum Penyusunan Indeks Kepuasan
Masyarakat Terhadap Pelayanan Instansi Pemerintah
35 Peraturan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi Republik
Indonesia Nomor 16 tahun 2014 tentang Pedoman Survey Kepuasan Masyarakat Terhadap
Penyelenggaraan Pelayanan Publik
ERISMA TAUFIK