Anda di halaman 1dari 218

PENGARUH ORGANIZATIONAL CITIZENSHIP BEHAVIOR TERHADAP

KINERJA PEGAWAI BADAN LINGKUNGAN HIDUP KABUPATEN


BANYUMAS

SKRIPSI

Oleh :

YULIANTI
F1B012018

KEMENTERIAN RISET TEKNOLOGI DAN PENDIDIKAN TINGGI


UNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN
FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK
JURUSAN ILMU ADMINISTRASI NEGARA
PURWOKERTO
2016
PENGARUH ORGANIZATIONAL CITIZENSHIP BEHAVIOR TERHADAP
KINERJA PEGAWAI BADAN LINGKUNGAN HIDUP KABUPATEN
BANYUMAS

SKRIPSI

Oleh :

YULIANTI
F1B012018

Diajukan
untuk memenuhi salah satu persyaratan gelar
Sarjana Strata Satu (S1) Ilmu Administrasi Negara
Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik
Universitas Jenderal Soedirman

KEMENTERIAN RISET TEKNOLOGI DAN PENDIDIKAN TINGGI


UNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN
FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK
JURUSAN ILMU ADMINISTRASI NEGARA
PURWOKERTO
2016
LEMBAR PENGESAHAN

SKRIPSI
PENGARUH ORGANIZATIONAL CITIZENSHIP BEHAVIOR TERHADAP
KINERJA PEGAWAI BADAN LINGKUNGAN HIDUP KABUPATEN
BANYUMAS

Oleh :
YULIANTI
F1B012018

Diajukan
Untuk memenuhi salah satu persyaratan memperoleh gelar
Sarjana Strata Satu (S1) Ilmu Administrasi Negara
Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik
Universitas Jenderal Soedirman

Diterima dan disetujui


Pada tanggal:....................................

Tim Penguji

1. PEMBIMBING UTAMA I
Dr. Wahyuningrat, M.Si
NIP.19661111 199203 2 003

2. PEMBIMBING UTAMA II
Drs. Mahmud Setiahadi, M.Si
NIP.19560813 198702 1 001

3. PEMBIMBING PENGUJI
Drs. Darmanto S.S., M.Kes., M.Si
NIP.19610407 198702 1 001

Mengetahui
Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik

Dr. Ali Rokhman, M.Si


NIP. 19671017 199303 1 003

ii
PERNYATAAN KEASLIAN SKRIPSI

Saya yang bertanda tangan dibawah ini:

Nama : Yulianti

NIM : F1B012018

Jurusan : Ilmu Administrasi Negara

Fakultas : Ilmu Sosial dan Ilmu Politik

Universitas Jenderal Soedirman

Menyatakan dengan sebenarnya bahwa skripsi ini benar-benar merupakan hasil karya

saya dan semua isi yang ada dalam skripsi ini menjadi tanggung jawab saya. Apabila

di kemudian hari terbukti atau dapat dibuktikan bahwa skripsi ini hasil plagiat, maka

saya bersedia skripsi ini digugurkan dan gelar akademik yang telah saya peroleh

dibatalkan, serta diproses sesuai dengan peraturan yang berlaku yaitu Undang-undang

Nomor 20 Tahun 2003, Pasal 25 ayat 2 dan Pasal 70.

Purwokerto, Agustus 2016

Yang membuat pernyataan

Yulianti
F1B012018

iii
MOTTO

Di atas bumi dan di kolong langit ini


tidak ada barang yang pantas dicari, dihindari,
atau ditolak mati-matian. Meskipun demikian manusia itu
berusaha mati-matian untuk mencari, menghindari atau menolak
sesuatu, walaupun itu tidak sepantasnya dicari, ditolak, atau dihindarinya.
Bukankah apa yang dicari atau ditolak itu tidak menyebabkan orang
bahagia dan senang selamanya, atau celaka dan susah selamanya?
Sepanjang hidup manusia sejak masa kanak-kanak sampai tua,
Ia belum pernah mengalami senang selama tiga hari
tanpa susah, atau mengalami susah selama tiga hari
tanpa senang.
(Ki Ageng Suryomentaram: Wejangan Kawruh Beja Sawetah)

And it may be that you dislike a thing which is good for you...
(Quran Surah Al-Baqarah: 216)

Kepuasan terletak pada usaha, bukan pada hasil.


Usaha dengan keras adalah kemenangan yang hakiki.
(Mahatma Gandhi)

iv
PERSEMBAHAN

Alhamdulilah, puji syukur hanya kepada Allah SWT yang memberikan


karunia kepada penulis sehingga karya tulis ini dapat terselesaikan.
Terimakasih kepada kedua orang tua dan kakak penulis yang selalu
memberikan motivasi dan doa bagi penulis.
Terima kasih kepada Pemerintah yang telah membuat program Bidikmisi
sehingga penulis berkesempatan untuk menyelesaikan pendidikan di Universitas
Jenderal Soedirman. Karya tulis ini penulis persembahkan sebagai bukti bahwa
penulis bersungguh-sungguh dalam kesempatan yang telah diberikan. Semoga dilain
kesempatan dapat berjumpa lagi di lain universitas.
Teman-teman Administrasi Negara Unsoed 2012, teman seangkatan, teman
seperjuangan skripsi: Risma, Fomi, Yayuk, Nalora, Anis Tris, Tara, Hans, Lupita, Adi,
Taskia, Tia, Nikita, Fani, Anis, Sita, Bunga,Cia, Dea, Dinar, Ali, Huda, Sulis, Dias,
Afifah, Yeni, Maryam, Nurul, Mutia, Gita, Ririn, Rifan, Sofi, Bangkit, Giana, Sifa,
Nabila,Widya, Abid, dan semua yang belum disebut, semangat para pejuang skripsi
dan para job seeker.
Teman-teman selama tiga tahun di SMP: Sofi, Rosna, Toha, Roni, Apri, Ita,
Apri, Indri, Weni, Paryati, dan semuanya dari absen satu sampai empat puluh
pokoknya.
Teman-teman kos di PAP : Sri Ajiningsih, Linda, Lilis, Ayu, Nurul, Fita, Puspa.
Teman-teman KKN PPM Desa Melung periode Januari-Februari 2016: Fomi,
Bahar, Bakti, Ghani, Rina, Eti, Deni, Gendis, Cici, serta keluarga Bu Karin.
Semua teman-teman dan alumni SMA Negeri 1 Kutowinangun 2012.
Bapak dan Ibu Guru sejak SD hingga SMA yang pernah memberikan bekal ilmu
kepada penulis.

v
RINGKASAN

Badan Lingkungan Hidup Kabupaten Banyumas memiliki tugas pokok


pencegahan, pencemaran dan kerusakan lingkungan serta pengawasan lingkungan
hidup baik secara langsung maupun tidak langsung. Diperlukan pegawai yang mau
bekerja secara maksimal dan melebihi tanggung jawab formalnya agar tujuan dari
organisasi dapat tercapai. Perilaku bekerja diatas tanggung jawab formal ini
dinamakan organizational citizenship behavior (OCB). Menurut Robbins dan Jugde,
OCB merupakan perilaku pilihan yang tidak menjadi kewajiban kerja seorang
pegawai, namun mendukung lingkungan psikologis dan berfungsinya organisasi
secara efektif. Oleh karena itu, organisasi harus mengetahui penyebab timbulnya
OCB agar dapat digunakan untuk meningkatkan kinerja pegawai.
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh OCB terhadap
kinerja pegawai, pengaruh kepribadian terhadap OCB pegawai, kepuasan kerja
terhadap OCB pegawai, motivasi kerja terhadap OCB pegawai, dan pengaruh
bersama-sama antara kepribadian, kepuasan kerja, dan motivasi pegawai terhadap
OCB pegawai. Penelitian ini adalah penelitian survey. Populasi dalam penelitian ini
adalah pegawai Badan Lingkungan Hidup Kabupaten Banyumas dengan jumlah
responden 34 responden. Metode analisis yang digunakan adalah kuantitatif asosiatif.
Berdasarkan hasil penelitian dan anallisis data menggunakan analisis regresi
ordinal menunjukkan bahwa: (1) OCB pegawai berpengaruh secara positif dan
signifikan terhadap kinerja pegawai sebesar 0,815 atau 81,5 persen; (2) Kepribadian
pegawai berpengaruh secara positif dan signifikan terhadap OCB pegawai sebesar
0,905 atau 90,5 persen; (3) Kepuasan kerja berpengaruh secara positif dan signifikan
terhadap OCB pegawai sebesar 0,507 atau 50,7 persen; (4) Pengaruh motivasi
pegawai terhadap OCB pegawai sebesar 0,906 atau 90,6 persen; dan (5) Secara
bersama-sama kepribadian, kepuasan kerja, dan motivasi pegawai berpengaruh
terhadap OCB pegawai sebesar 0,985 atau 98,5 persen.
Berdasarkan hasil penelitian, dapat dirumuskan implikasi yaitu untuk
meningkatkan kinerja pegawai, Badan Lingkungan Hidup Kabupaten Banyumas
harus terlebih dahulu meningkatkan OCB pegawainya. OCB pegawai yang perlu
ditingkatkan adalah pada indikator toleransi terhadap keadaan dan partisipasi dalam
kegiatan organisasi. Pelatihan soft skill dan motivasi training dapat digunakan untuk
meningkatkan toleransi, partisipasi, dan inisiatif individu sehingga mereka memiliki
kemampuan dan kemauan untuk melakuakan tugas di atas tanggung jawab formalnya.
Selain itu perlu memperhatikan faktor-faktor yang mempengaruhi OCB pegawai
antara lain kepribadian, kepuasan kerja, dan motivasi pegawai.

Kata kunci: Kepribadian, kepuasan kerja, kinerja, motivasi, OCB

vi
SUMMARY

Environmental Agency Banyumas has the main tasks prevention of pollution


and environmental damage and control of environment either directly or indirectly.
Required employees who want to work optimally and beyond its formal
responsibilities for the purpose of organization can be achieved. Work beyond its
formal responsibilities called organizational citizenship behavior. According Robbins
and Judge, OCB is behavior choices employee shall not be compulsory, but support
psychological environment and the functioning of the organization effectively.
Therefore, organizations must know the cause of OCB that can be used to improve
employee performance.
The purpose of this study was to know effect of OCB on employee
performance, effect of personality on employee OCB, effect of job satisfaction on
employee OCB, effect of motivation on employee OCB, and effect of personality, job
satisfaction, and motivation simultaneously on employee OCB. This research is
survey. The population in this study take 34 respondents. Data analysis using
quantitative associate.
Based on the result of research and analysis using ordinal regression show than:
1. Employee OCB has positive effect on employee performance 0,815 or 81,5 percent;
2. Personality has positive effect on employee OCB 0,905 or 90,5 percent; 3. Job
satisfaction has positive effect on employee OCB 0,507 or 50,7 percent; 4. Motivation
has positive effect on employee OCB 0,906 or 90,6 percent; and 5. Personality, job
satisfaction, and motivation simultaneously have positive and significant effect on
OCB 0,985 or 98,5 percent.
The implication of this study: to improve performance, Environment Agency
Banyumas must first improve OCB. OCB indicators needs to be improved tolerance
and participation in the activities of the organization. Soft skill and motivation
training can be used to improve tolerance, participation and employee initiative so
that they have ability and willingness to work beyond their responsibilities. Also need
to pay attention to factors that effect OCB among other personalities, job satisfaction,
and motivation.

Keywords: Motivation, Performance, Personality, OCB, satisfaction.

vii
KATA PENGANTAR

Tiada kata seindah ucapan syukur kepada Allah SWT, karena penulis dapat

menyelesaikan penulisan skripsi yang berjudul Pengaruh Organizational Citizenship

Behavior terhadap Kinerja Pegawai Badan Lingkungan Hidup Kabupaten Banyumas.

Dengan segala kerendahan hati, penulis sampaikan terima kasih kepada:

1. Dr. Wahyuningrat, M.Si., selaku pembimbing utama atas bimbingan dan arahan

dalam penulisan skripsi ini;

2. Drs. Mahmud Setiahadi, M.Si., selaku pembimbing kedua atas bimbingan dan

arahan dalam penulisan skripsi ini;

3. Drs. Darmanto Sahat S., M. Kes., M.Si sebagai dosen penguji atas masukan

untuk penyempurnaan skripsi ini.

4. Dr. Bambang Tri Harsanto, M.Si., selaku dosen pembimbing akademik atas

bimbingan dan pengarahan selama penulis menempuh pendidikan;

5. Dr. Ali Rokhman, M.Si., selaku Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik,

Universitas Jenderal Soedirman;

6. Dr. Sukarso, M.Si., selaku ketua jurusan Ilmu Administrasi Negara Ilmu

Administrasi Negara;

7. Seluruh dosen administrasi jurusan Ilmu Administrasi Negara, Fakultas Ilmu

Sosial dan Ilmu Politik, Universitas Jenderal Soedirman;

8. Bapak Suyanto, S.H., M. Hum., Kepala Badan Lingkungan Hidup Kabupaten

Banyumas;

9. Bapak Sunaryo, Kepala Sub Bagian Umum Badan Lingkungan Hidup;

viii
10. Pegawai Badan Lingkungan Hidup Kabupaten Banyumas atas kesediaan menjadi

responden;

11. Staf Ilmu Administrasi Negara atas bantuan yang telah diberikan;

12. Semua pihak yang telah berkontribusi dalam penyusunan skripsi yang tidak dapat

penulis sebut satu persatu. Terima kasih atas bantuan dan dukungannya.

Penulis menyadari keterbatasan penulis dalam penyusunan skripsi ini.

Penullis mohon maaf apabila banyak kesalahan, untuk itu kritik dan saran sangat

diperlukan dalam skripsi ini. Penulis berharap skripsi ini bermanfaat bagi para

pembaca dan menambah kajian Ilmu Administrasi Negara.

Purwokerto, 2016

Penulis

ix
DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN JUDUL ............................................................................. i

HALAMAN PENGESAHAN ............................................................... ii

PERNYATAAN KEASLIAN ................................................................ iii

MOTTO ................................................................................................. iv

PERSEMBAHAN ................................................................................. v

RINGKASAN ........................................................................................ vi

SUMMARY ........................................................................................... vii

KATA PENGANTAR ............................................................................ viii

DAFTAR ISI .......................................................................................... x

DAFTAR TABEL .................................................................................. xiii

DAFTAR GAMBAR ............................................................................. xvii

DAFTAR LAMPIRAN .......................................................................... xviii

BAB I PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG MASALAH ......................................... 1

B. RUMUSAN MASALAH ........................................................ 12

C. TUJUAN PENELITIAN ......................................................... 13

D. MANFAAT PENELITIAN ...................................................... 14

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

A. TELAAH PUSTAKA .............................................................. 15

1. Variabel-variabel Penelitian .............................................. 17

a. Kinerja Pegawai ......................................................... 17

x
b. Organizational Citizenship Behavior Pegawai .......... 20
c. Kepribadian Pegawai ................................................. 27
d. Kepuasan Kerja ......................................................... 34
e. Motivasi Pegawai ...................................................... 41

2. Pengaruh Antar Variabel ................................................. 48

B. PENELITIAN TERDAHULU ................................................ 53

C. HIPOTESIS ............................................................................. 58

BAB III METODE PENELITIAN DAN ANALISIS DATA

A. LOKASI PENELITIAN .......................................................... 61

B. SASARAN PENELITIAN ...................................................... 61

C. METODE PENELITIAN ........................................................ 61

D. TEKNIK PENGAMBILAN SAMPEL .................................... 61

E. TEKNIK PENGUMPULAN DATA ........................................ 62

F. JENIS DATA ............................................................................ 63

G. DEFINISI KONSEP DAN OPERASIONAL .......................... 64

H. VALIDITAS DAN RELIABILITAS ALAT UKUR ................ 69

I. ANALISIS DATA .................................................................... 70

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

A. PROFIL BADAN LINGKUNGAN HIDUP KAB.


BANYUMAS .......................................................................... 75

B. DESKRIPSI RESPONDEN ..................................................... 79

C. ANALISIS DATA .................................................................... 85

1. Validitas Alat Ukur ........................................................... 85


2. Reliabilitas Alat Ukur ....................................................... 89
3. Deskripsi Variabel Penelitian ............................................ 90
4. Pengaruh Antar Variabel Penelitian .................................. 118
5. Kemurnian Hubungan Antar Variabel .............................. 132

xi
D. PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN ................................. 140

1.
Pengaruh Organizational Citizenship Behavior (X)
terhadap Kinerja Pegawai (Y) .............................................. 140
2. Pengaruh Kepribadian (Z1) terhadap Organizational
Citizenship Behavior (X) ..................................................... 143
3. Pengaruh Kepuasan Kerja (Z2) terhadap Organizational
Citizenship Behavior (X) ..................................................... 148
4. Pengaruh Motivasi Pegawai (Z3) terhadap Organizational
Citizenship Behavior (X) ..................................................... 153
5. Pengaruh secara bersama-sama Kepribadian (Z1),
Kepuasan Kerja (Z2), dan Motivasi Pegawai (Z3) terhadap
Organizational Citizenship Behavior (X) ............................ 156
BAB V KESIMPULAN DAN IMPLIKASI

A. KESIMPULAN ....................................................................... 158

B. IMPLIKASI ............................................................................. 160

DAFTAR PUSTAKA ............................................................................ 162

xii
DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel 1.1 LAKIP Tahun 2014 BLH Kab. Banyumas ................................ 5

Tabel 2.1 Penelitian Terdahulu .................................................................. 53

Tabel 4.1 Karakteristik Responden berdasarkan Jenis Kelamin ............... 80

Tabel 4.2 Karakteristik Responden berdasarkan Usia Pegawai ................ 80

Tabel 4.3 Karakteristik Responden berdasarkan Status Kepegawaian ..... 80

Tabel 4.4 Karakteristik Responden berdasarkan Golongan ...................... 82

Tabel 4.5 Karakteristik Responden berdasarkan Masa Kerja di BLH ...... 83

Tabel 4.6 Karakteristik Responden berdasarkan Tingkat Pendidikan ...... 84

Tabel 4.7 Hasil Uji Validitas Variabel Kinerja Pegawai ........................... 85

Tabel 4.8 Hasil Uji Validitas Variabel OCB Pegawai ............................... 87

Tabel 4.9 Hasil Uji Validitas Variabel Kepribadian .................................. 87

Tabel 4.10 Hasil Uji Validitas Variabel Kepuasan Kerja ............................ 88

Tabel 4.11 Hasil Uji Validitas Variabel Motivasi Pegawai ......................... 89

Tabel 4.12 Hasil Uji Reliabilitas Alat Ukur ................................................ 90

Tabel 4.13 Deskripsi Statistik Variabel Penelitian ...................................... 90

Tabel 4.14 Distribusi Frekuensi Variabel Kinerja Pegawai......................... 93

Tabel 4.15 Distribusi Frekuensi Indikator Kuantitas Kerja ........................ 94

Tabel 4.16 Distribusi Frekuensi Indikator Kualitas Kerja .......................... 95

Tabel 4.17 Distribusi Frekuensi Indikator Pengetahuan Kerja ................... 96

Tabel 4.18 Distribusi Frekuensi Indikator Kreativitas ................................ 97

Tabel 4.19 Distribusi Frekuensi Indikator Kooperatif ................................ 98

xiii
Tabel 4.20 Distribusi Frekuensi Indikator Kesadaran ................................. 98

Tabel 4.21 Distribusi Frekuensi Indikator Inisiatif ..................................... 99

Tabel 4.22 Distribusi Frekuensi Indikator Kualitas Individu ...................... 100

Tabel 4.23 Distribusi Frekuensi Variabel OCB ........................................... 101

Tabel 4.24 Distribusi Frekuensi Indikator Altruism .................................... 102

Tabel 4.25 Distribusi Frekuensi Indikator Courtesy ................................... 102

Tabel 4.26 Distribusi Frekuensi Indikator Sportsmanship .......................... 103

Tabel 4.27 Distribusi Frekuensi Indikator Civic Virtue .............................. 104

Tabel 4.28 Distribusi Frekuensi Indikator Consicientiousness ................... 105

Tabel 4.29 Distribusi Frekuensi Variabel Kepribadian ............................... 105

Tabel 4.30 Distribusi Frekuensi Indikator Ekstraversi ............................... 106

Tabel 4.31 Distribusi Frekuensi Indikator Mudah Bersepakat ................... 107

Tabel 4.32 Distribusi Frekuensi Indikator Sifat Berhati-hati ...................... 108

Tabel 4.33 Distribusi Frekuensi Indikator Stabilitas Emosi ....................... 108

Tabel 4.34 Distribusi Frekuensi Indikator Terbuka terhadap Hal Baru ...... 109

Tabel 4.35 Distribusi Frekuensi Variabel Kepuasan Kerja ......................... 110

Tabel 4.36 Distribusi Frekuensi Indikator Pekerjaan .................................. 111

Tabel 4.37 Distribusi Frekuensi Indikator Gaji ........................................... 112

Tabel 4.38 Distribusi Frekuensi Indikator Pengawasan .............................. 112

Tabel 4.39 Distribusi Frekuensi Indikator Kesempatan Promosi ............... 113

Tabel 4.40 Distribusi Frekuensi Indikator Lingkungan Kerja .................... 114

Tabel 4.41 Distribusi Frekuensi Variabel Motivasi Pegawai ...................... 114

Tabel 4.42 Distribusi Frekuensi Indikator Prestasi ..................................... 115

Tabel 4.43 Distribusi Frekuensi Indikator Kekuasaan ................................ 116

xiv
Tabel 4.44 Distribusi Frekuensi Indikator Afiliasi ...................................... 117

Tabel 4.45 Korelasi Kendall Tau-b antara Variabel OCB Pegawai dengan
Kinerja Pegawai ........................................................................ 120

Tabel 4.46 Model Fitting Information antara Variabel OCB Pegawai


dengan Kinerja Pegawai ............................................................ 121

Tabel 4.47 Pseudo R-Square antara Variabel OCB Pegawai dengan


Kinerja Pegawa ......................................................................... 121

Tabel 4.48 Korelasi Kendall Tau-b antara Variabel Kepribadian dengan


OCB Pegawai ............................................................................ 122

Tabel 4.49 Model Fitting Information Antara Variabel Kepribadian


dengan OCB Pegawai ............................................................... 123

Tabel 4.50 Pseudo R-Square antara Variabel Kepribadian dengan OCB


Pegawai ..................................................................................... 124

Tabel 4.51 Korelasi Kendall Tau-b antara Variabel Kepuasan Kerja


dengan OCB Pegawai ............................................................... 124

Tabel 4.52 Model Fitting Information antara Variabel Kepuasan Kerja


dengan OCB Pegawai ............................................................... 125

Tabel 4.53 Pseudo R-Square antara Variabel Kepuasan Kerja dengan


OCB Pegawai ............................................................................ 126

Tabel 4.54 Korelasi Kendall Tau-b antara Variabel Motivasi Pegawai


dengan OCB Pegawai ............................................................... 127

Tabel 4.55 Model Fitting Information antara Variabel Motivasi Pegawai


dengan OCB Pegawai ............................................................... 128

Tabel 4.56 Pseudo R-Square antara Variabel Motivasi Pegawai dengan


OCB Pegawai ............................................................................ 128

Tabel 4.57 Hubungan secara Bersama-sama antara Kepribadian,


Kepuasan Kerja, dan Motivasi Pegawai terhadap OCB ........... 129

Tabel 4.58 Model Fitting Information antara Kepribadian, Kepuasan


Kerja, dan Motivasi Pegawai terhadap OCB ............................ 130

Tabel 4.59 Pseudo R-Square antara Kepribadian, Kepuasan Kerja, dan


Motivasi Pegawai terhadap OCB ............................................. 131

xv
Tabel 4.60 Hubungan antara Kepribadian dengan OCB dikontrol oleh
Kepuasan Kerja ......................................................................... 133

Tabel 4.61 Hubungan antara Kepribadian dengan OCB dikontrol oleh


Motivasi Pegawai ...................................................................... 134

Tabel 4.62 Hubungan antara Kepuasan Kerja dengan OCB dikontrol oleh
Kepribadian ............................................................................... 135

Tabel 4.63 Hubungan antara Kepuasan Kerja dengan OCB dikontrol oleh
Motivasi Pegawai ......................................................................
136
Tabel 4.64 Hubungan antara Motivasi Pegawai dengan OCB dikontrol
oleh Kepribadian .......................................................................
138
Tabel 4.65 Hubungan antara Motivasi Pegawai dengan OCB dikontrol
oleh Kepuasan Kerja ................................................................. 139

xvi
DAFTAR GAMBAR

Halaman

Gambar 2.1 Anteseden OCB ......................................................................... 28

Gambar 2.2 Kerangka Berfikir ...................................................................... 61

Gambar 4.1 Struktur Organisasi Badan Lingkungan Hidup .......................... 78

Gambar 4.2 Normal P-P Plot Standardized Residual .................................... 119

xvii
DAFTAR LAMPIRAN

Halaman

Lampiran 1. Kuesioner Penelitian .................................................................. 1

Lampiran 2. Surat Ijin Penelitian ................................................................... 6

Lampiran 3. Tabel Distribusi Nilai r tabel ...................................................... 8

Lampiran 4. Tabulasi Jawaban Responden .................................................... 9

Lampiran 5. Uji Validitas dan Reliabilitas Variabel Kinerja .......................... 14

Lampiran 6. Uji Validitas dan Reliabilitas Variabel OCB .............................. 16

Lampiran 7. Uji Validitas dan Reliabilitas Variabel Kepribadian .................. 17

Lampiran 8. Uji Validitas dan Reliabilitas Variabel Kepuasan Kerja ............ 19

Lampiran 9. Uji Validitas dan Reliabilitas Variabel Motivasi Pegawai ......... 20

Lampiran 10. Uji Regresi Ordinal Variabel OCB dengan Kinerja ................... 22

Lampiran 11. Uji Regresi Ordinal Variabel Kepribadian dengan OCB ........... 24

Lampiran 12. Uji Regresi Ordinal Variabel Kepuasan Kerja dengan OCB ..... 26

Lampiran 13. Uji Regresi Ordinal Variabel Motivasi Pegawai dengan OCB .. 28

Lampiran 14. Uji Regresi Ordinal Variabel Kepribadian, Kepuasan Kerja,


dan Motivasi Pegawai terhadap OCB ........................................ 30

xviii
BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG MASALAH

Selama beberapa dekade terakhir, lingkungan hidup dan sumber daya

alam di Indonesia dan dunia mengalami degradasi, yaitu penurunan baik kualitas

maupun kuantitas akibat ulah manusia yang tidak bertanggung jawab dengan

sengaja mengeksploitasi lingkungan. Ulah manusia yang tidak bertanggung

jawab seperti pertambangan yang tidak memperhatikan kelestarian lingkungan,

penebangan hutan secara illegal tanpa adanya upaya reboisasi, pembukaan lahan

pertanian melalui pembakaran hutan, penggundulan hutan mangrove, serta

permasalahan sampah yang menjadi masalah hampir di semua daerah. Masalah

tersebut hanyalah masalah yang terjadi secara garis besar. Masalah tersebut tentu

saja diikuti oleh dampak yang luar biasa terhadap kondisi lingkungan. Kesehatan

masyarakat dipertaruhkan karena kondisi lingkungan yang tidak sehat.

Pencemaran udara yang disebabkan oleh pembakaran hutan di Sumatra dan

Kalimantan menyebabkan ratusan orang mengalami gangguan kesehatan

pernafasan.

Tjokrowinoto (2007: 16) mengatakan bahwa pertambahan jumlah

penduduk dan kemiskinan memperparah kondisi degradasi ekologi. Upaya

mengatasi hal ini dilakukan dengan cara meningkatkan kesadaran dan kepedulian

terhadap lingkungan kepada masyarakat agar mereka berperan dalam

penanggulangan masalah tersebut sesuai dengan kemampuan dan kapasitas yang

mereka miliki. Selain itu pemerintah juga mulai menggalakkan pembangunan

1
2

berkelanjutan/sustainable development.

Permasalahan lingkungan di Banyumas tidak jauh berbeda dengan

keadaaan di Indonesia pada umumnya. Salah satu kasus yang terjadi di

Kabupaten Banyumas adalah kasus penambangan emas di Ajibarang

yangterpaksa harus dihentikan. Hal ini terjadi karena penambang emas tidak

memiliki ijin untuk melakukan kegiatan penambangan. Kegiatan penambangan

tersebut harus berijin karena penambangan emas akan menyebabkan kerusakan

lingkungan. Cekungan-cekungan yang ditimbulkan setelah aktivitas

penambangan menjadikan lahan tersebut kritis. Bila musim penghujan datang

dikhawatirkan akan mengalami longsor karena alih fungsi lahan yang tidak tepat.

Permasalahan sampah pun tak kalah pelik dengan kondisi yang ada di

kota-kota besar. Volume sampah yang setiap hari semakin naik dan pengolahan

yang tidak maksimal menyebabkan masalah baru. Tempat pembuangan sampah

yang ada kondisinya sudah tidak memadai.Bau menyengat hingga kepemukiman

penduduk dan masuknya sampah ke area pertanian adalah permasalahan sampah

di TPA Gunung Tugel yang membutuhkan penanganan segera.

Kerusakan lingkungan saat ini sudah benar-benar mengkhawatirkan

apabila tidak segera ditangani. Pemerintah secara serius menanggapi isu

kerusakan lingkungan dengan cara membentuk Kementerian Lingkungan Hidup

di tingkat pusat dan badan atau kantor atau dinas untuk daerah. Menanggapi issue

tersebut, Pemerintah Indonesia mengeluarkan Undang-Undang Nomor 32 Tahun

2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup. Berdasarkan

undang-undang tersebut, Kementerian Lingkungan Hidup membentuk dua


3

jabatan fungsional bidang lingkungan hidup yaitu Pengendali Dampak

Lingkungan dan Pengawas Lingkungan Hidup.

Jabatan Fungsional sebagai Pengendali Dampak Lingkungan (PEDAL)

memiliki tugas pokok pencegahan pencemaran dan/atau kerusakan lingkungan,

serta pemulihan kualitas lingkungan. Sedangkan Jabatan Fungsional Pengawas

Lingkungan Hidup memiliki tugas pokok melakukan pengawasan lingkungan

hidup baik secara langsung maupun tidak langsung untuk mengetahui tingkat

ketaatan penanggung jawab usaha dan/atau kegiatan terhadap ketentuan dalam

izin lingkungan dan peraturan perundang-undangan di bidang perlindungan dan

pengelolaan lingkungan hidup.

Badan Lingkungan Hidup Kabupaten Banyumas memiliki tugas pokok

pencegahan pencemaran dan/atau kerusakan lingkungan serta pengawasan

lingkungan hidup baik secara langsung maupun tidak langsung di kabupaten

Banyumas. Badan Lingkungan Hidup Kabupaten Banyumas berhak untuk

mengeluarkan ijin kepada badan atau perorangan yang hendak memulai usaha.

Mereka juga berhak menolak pendirian usaha tersebut apabila usaha tersebut

nantinya memiliki dampak buruk kepada lingkungan. Melihat pentingnya peran

Badan Lingkungan Hidup maka diperlukan pegawai yang berkinerja tinggi. Hal

ini diperlukan karena visi misi yang ditetapkan oleh organisasi tidak akan

terwujud tanpa adanya pegawai yang berusaha untuk bekerja semaksimal

mungkin.

Bekerja secara maksimal tentu saja akan memberikan kinerja yang

tinggi. Sinambela (2012: 5) mendefinisikan kinerja pegawai sebagai kemampuan


4

pegawai dalam melakukan sesuatu keahlian tertentu. Kinerja pegawai dapat

digunakan untuk mengetahui seberapa jauh kemampuan pegawai untuk

melakukan tugas yang dibebankan kepadanya. Oleh karena itu, perlu kriteria

yang jelas dan terukur serta ditetapkan bersama-sama yang dijadikan sebagai

acuan.

Roziqin (2010: 42) mendefinisikan kinerja sebagai berikut:

Kinerja merupakan faktor penentu utama untuk menilai apakah sebuah


organisasi pemerintah telah berjalan dan berprestasi dengan baik, secara
kualitas maupun kuantitas. Secara kualitas bisa diukur dengan jasa, sikap
atau perilaku pegawai, dan secara kuantitas atau material bisa diukur
melalui produk yang dihasilkan.

Kinerja baik tiap-tiap individu maupun kelompok diperlukan oleh

organisasi untuk mewujudkan visi misi organiasi. Untuk mencapai tujuan

organisasi diperlukan individu yang mau bekerja melebihi tuntutan yang

tercantum dalam deskripsi pekerjaannya. Diperlukan orang-orang yang memiliki

perilaku mau menolong orang lain dan atau rekan kerja, menjadi sukarelawan

untuk tugas-tugas ekstra, patuh pada peraturan dan prosedur ditempat kerja.

Mereka tidak akan menerima imbalan atas apa yang telah merka lakukan namun

organisasi sangat menghargai perilaku tersebut. Perilaku ini biasa disebut sebagai

perilaku extra role behavior (ERB) oleh Van Dyne (1995) atau organizational

citizenship behavior (OCB).

Kinerja sebuah organisasi diukur untuk mengetahui rencana kerja yang

telah ditentukan apakah telah tercapai atau belum. Pengukuran kinerja suatu

organisasi pemerintah mengutamakan ketercapaian kegiatan (efektivitas) namun

berusaha semaksimal mungkin untuk melakukan efisiensi juga. Pada tahun 2014,
5

Badan Lingkungan Hidup Kabupaten Banyumas menyusun Laporan

Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (LAKIP) yang merupakan wujud

akuntabilitas pencapian kinerja dari pelaksanaan Rencana Pembangunan Jangka

Menengah Daerah (RPJMD) dan Rencana Kinerja Tahunan yang ditetapkan

melalui Penetapan Kinerja Tahun 2014. Visi penyelenggaraan Pemerintahan dan

Pembangunan yang menjadi tugas dan fungsi Badan Lingkungan Hidup

Kabupaten Banyumas periode 2014-2018 adalah Terwujudnya lingkungan yang

bersih dan hijau menuju masyarakat yang sejahtera. Dari visi tersebut,

dijabarkan dalam dua misi. Agar visi dan misi lebih mudah diimplementasikan

maka dirumuskan tujuan dan sasaran yang akan diwujudkan melalui pelaksanaan

program dan kegiatan keberhasilan Badan Lingkungan Hidup Kabupaten

Banyumas dalam mencapai tujuan dan sasaran diukur melalui capaian indicator

kinerja. Secara ringkas capaian kinerja Badan Lingkungan Hidup Kabupaten

Banyumas adalah sebagai berikut.

Tabel 1.1 LAKIP Tahun 2014 Badan Lingkungan Hidup Kab. Banyumas

No Aspek Capaian Anggaran yang Kategori


Kinerja digunakan
1. Terwujudnya pembangunan 100 89,15 persen Sangat
berwawasan lingkungan persen baik
a. Meningkatnya kualitas
lingkungan hidup.
b. Meningkatnya cakupan
pengawasan pencemaran
lingkungan.
c. Meningkatkan pengelolaan
sumber daya alam yang
mendukung pembangunan
berkelanjutan.
6

Lanjutan tabel 1.1


No Aspek Capaian Anggaran yang Kategori
Kinerja digunakan
2. Peningkatan kapasitas aparatur 100 85,79 persen Sangat
pemerintah dan masyarakat persen baik
dalam pengelolaan lingkungan
hidup.
a. Meningkatkan pemahaman
aparatur pemerintah
masyarakat dalam
pengelolaan lingkungan
hidup.
b. Meningkatkan partisipasi
masyarakat dalam
pengelolaan sampah dengan
konsep 3R.
Sumber: Data sekunder diolah, 2016

Dari tabel 1.1 mengenai laporan kinerja dapat dilihat bahwa pencapaian

kegiatan adalah sebesar 100 persen yang berarti semua rencana kerja tahun 2014

dapat dilaksanakan dengan baik sesuai dengan yang telah ditentukan sebelumnya.

Besarnya anggaran kegiatan yang digunakan masing-masing 89,15 persen dan

85,79 persen yang berarti untuk mewujudkan visi dan misi dapat menghemat

anggaran sebesar 10 persen dan 14 persen. Oleh karena itu kinerja yang dimiliki

Badan Lingkungan Hidup Banyumas pada tahun 2014 termasuk kategori sangat

bagus.

Badan Lingkungan Hidup Kabupaten Banyumas merupakan salah satu

organiasai publik yang sukses mewujudkan tujuan organisasi tersebut. Pada tahun

2014, Kabupaten Banyumas mendapatkan Piala Adipura dari Kementrian

Lingkungan Hidup. Piala Adipura diberikan kepada kota/daerah yang mampu

menciptakan lingkungan bersih dan sehat. Piala adipura ini merupakan wujud

keseriusan Badan Lingkungan Hidup dalam menjaga dan memperbaiki


7

lingkungan hidup. Piala adipura tentu saja membuat semua warga merasa bangga

atas kerja keras bersama selama ini. Akhirnya, setelah 17 tahun tidak pernah

menerima piala adipura, pada tahun 2014 berhasil membawa pulang piala

tersebut.

Selain itu, ada empat sekolah di Kabupaten Banyumas yang

mendapatkan penghargaan sebagai sekolah adiwiyata. Keempat sekolah tersebut

adalah SDN Locondong Rawalo, SMPN 9 Purwokerto, SMAN 2 Purwokerto,

dan SMAN Banyumas. Adiwiyata mempunyai makna sebagai tempat yang baik

dan ideal dimana dapat diperoleh segala ilmu pengetahuan dan berbagai norma

serta etika yang dapat menjadi dasar manusia menuju terciptanya kesejahteraan

hidup kita dan menuju kepada cita-cita pembangunan berkelanjutan. Tujuan

program Adiwiyata adalah mewujudkan warga sekolah yang bertanggung jawab

dalam upaya perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup melalui tata kelola

sekolah yang baik untuk mendukung pembangunan berkelanjutan (sumber:

Kementerian Lingkungan Hidup, www.menlh.go.id/information diakses pada

Sabtu, 19 September 2015). Pemerintah Kabupaten Banyumas melalui Badan

Lingkungan Hidup mencurahkan segenap tenaga dan pikiran dalam pembinaan

sekolah-sekolah yang ada di lingkungan Kabupaten Banyumas mewujudkan

sekolah yang sejuk, nyaman, hijau, asri, dan teduh, empat sekolah yang diajukan

oleh BLH Kabupaten Banyumas untuk mengikuti sekolah adiwiyata tingkat

popinsi akhirnya masuk nominasi sekolah adiwiyata tingkat nasional dan

keempat sekolah tersebut menerima penghargaan sebagai sekolah adiwiyata

nasional tahun 2014 (www.Banyumaskab.go.id).


8

Pada ajang Indonesia Green Region Award (IGRA) 2012, Kabupaten

Banyumas berhasil masuk babak final. Hal ini karena adanya upaya dari

pemerintah melalui Badan Lingkungan Hidup untuk terus menambah ruang

terbuka hijau (RTH) untuk mencapai kelestarian lingkungan hidup. Selain itu ada

usaha penambahan tutupan vegetasi dengan cara perlindungan mata air, gerakan

resapan dan bipori dalam rangka mitigasi perubahan iklim (www.swa.co.id/

diakses pada Minggu, 20 September 2015). IGRA merupakan bukti bahwa

kepedulian dan Komitmen kabupaten Banyumas dalam pengelolaan lingkungan

hidup dan keberpihakan terhadap program-program pemerintah berbasis

lingkungan hidup, juga mendapat pengakuan dari pihak swasta. Pada tahun 2012,

selain penghargaan IGRA juga mendapatkan penghargaan serupa dari

Kementerian Lingkungan Hidup yaitu penghargaan Raksaniyata 2012

(www.m.republika.co.id diakses pada Minggu, 20 September 2015).

Berbagai bentuk penghargaan dan prestasi yang diperoleh Badan

Lingkungan Hidup tentu saja tidak terlepas dari anggota organisasi yang telah

bekerja semaksimal mungkin untuk mewujudkan visi misi. Organisasi yang

sukses membutuhkan karyawan yanga akan melakukan lebih dari sekedar tugas

formal mereka dan mau memberikan kinerja yang melebihi harapan. Dunia kerja

yang dinamis dan lebih banyak tugas yang harus dikerjakan oleh tim, fleksibilitas

menjadi sangat penting. Organisasi membutuhkan orang-orang yang mau

memberikan kinerja terbaik kepada organisasi, hal ini karena kinerja organisasi

sangat tergantung dari kinerja individu.

Badan Lingkungan Hidup Kabupaten Banyumas harus memperhatikan


9

berbagai faktor yang mempengaruhi kinerja. Keberhasilan Badan Lingkungan

Hidup dalam mencapai beberapa prestasi yang pernah diraih tentu saja

memerlukan pegawai yang mampu dan mau mengerjakan tugas bukan hanya

termasuk tugas formalnya. Perilaku sukarela untuk mengerjakan tugas yang

bukan tugasnya tanpa terpaksa terhadap hal-hal yang mengedepankan

kepentingan organisasi tanpa mengharapkan imbalan atas apa yang telah

dilakukan menjadi sangat penting dalam pencapaian tujuan akhir organisasi.

Dengan kata lain individu tersebut menampilkan perilaku extra-role. Perilaku

sukarela, tulus, senang hati, tidak meminta imbalan dan dapat meningkatkan

kinerja oleh Organ dan Podsakoff disebut sebagai Organizational citizenship

behavior.

Kebutuhan akan sebuah organisasi yang fleksibel semakin meningkat

karena semakin meningkatnya tuntutan pekerjaan dan dinamika tempat kerja

yang semakin tinggi. Pekerja yang terlibat dalam perilaku kewargaan yang baik

(OCB) akan mau membantu orang lain dalam timnya, sukarela mengerjakan

pekerjaan tambahan, menghindari konflik-konflik yang tidak perlu, menghormati

dan menaati peraturan, serta toleransi atas pembebanan dan ganggunan pekerjaan

sewaktu-waktu (Robbins dan Judge, 2015: 19).

Banyak penelitian yang membahas tentang pentingnya hubungan OCB

terhadap kinerja antara lain, Bogler dan Somech (2005: 420); Van Dyne et al.

(1994) dalam Bolino, Turnley dan Bloodgood (2002: 512); dan Setyowati (2012)

menyatakan bahwa OCB berpengaruh positif terhadap kinerja. Inti dasar dari

penelitian tersebut menyatakan bahwa faktor yang dapat mendukung karyawan


10

untuk meningkatkan kinerja adalah dengan mempunyai perilaku OCB.

Berdasarkan wawancara prasurvey yang dilakukan peneliti dengan

Bapak Sunaryo dari Bagian Umum mengenai perilaku sosial yang ditampilkan

oleh pegawai Badan Lingkungan Hidup mengungkapkan sebagai berikut:

Saya bekerja di Badan Lingkungan Hidup sini baru sekitar dua bulan
Mbak. Sebelum di Badan Lingkungan Hidup, saya bekerja di UPTD
Dinas Pendidikan. Saya sudah bekerja selama 35 tahun 7 bulan. Namun
disini baru dua bulan terhitung September. Sebagai orang baru di sini
saya merasa diterima oleh mereka. Bahasa gaulnya mereka semua
welcome. Badan Lingkungan Hidup ini kan organisasi yang cenderung
kecil maka sangat wajar bila kita disini merasa akrab satu sama lain.

Selain dengan Bapak Sunaryo, peneliti juga melakukan wawancara

prasurvey dengan Ibu Ning Mintarsih dari bagian Sub Bidang Penataan. Bu Ning

telah bekerja di Badan Lingkungan Hidup selama tujuh tahun. Ketika peneliti

bertanya mengenai perilaku tolong menolong yang dilakukan oleh para pegawai,

Bu Ning menjelaskan sebagai berikut:

Sikap tolong menolong sesama pegawai disini sangat tinggi. Hal ini
karena, para pegawai sadar bahwa mereka adalah tim kerja. Tolong
menolong dan saling membantu pekerjaan harus dilakukan agar tim kita
berhasil mewujudkan tugas kita. Apabila ada kesulitan tentu saja kita
tidak bisa hanya tinggal diam, kita membicarakan dengan satu tim agar
ditemukan pemecahan masalahnya. Ada tim pendamping senior untuk
pegawai baru. Tugas dari pendamping senior tentu saja untuk membagi
pengalaman pekerjaan apabila ada dari mereka mengalami kesulitan
dalam memahami pekerjaannya. Pendidikan tinggi kan belum tentu
menjamin mereka langsung paham dengan apa yang mereka hadapi, jadi
meskipun pendamping senior pendidikannya tidak lebih tinggi dari
mereka tetapi mereka memiliki pengalaman kerja yang lebih lama.
Sepanjang saya bekerja di sini, sebagian besar pegawai salah lihat
mereka menaati aturan. Hanya ada beberapa pegawai yang datang
terlambat. Sebagian besar pegawai selalu on time.

Dari wawancara prasurvey di atas dapat diketahui bahwa sebagian besar

pegawai Badan Lingkungan Hidup memiliki sikap tolong menolong yang tinggi
11

(altruism), kesediaan mendampingi pegawai baru (courtesy), serta taat terhadap

peraturan (consicientiousness). Perilaku yang ditunjukkan oleh pegawai tentu

saja akan berpangaruh terhadap kinerja yang nantinya akan dihasilkan. Perilaku

yang sudah dimiliki oleh sebagian besar pegawai akan semakin berpengaruh

apabila semua pegawai memiliki sikap positif seperti tolong menolong dan taat

peraturan.

Sikap taat peraturan pegawai Badan Lingkungan Hidup Kabupaten

Banyumas salah satunya dapat dilihat dari kehadiran mereka apakah tepat waktu

atau terlambat. Pegawai Badan Lingkungan Hidup Kabupaten Banyumas sudah

cenderung disiplin. Dari 34 pegawai, hanya 3-5 orang yang datang terlambat ke

kantor. Keterlambatan mereka pun masih bekisar dibawah sepuluh menit.

Ketidakhadiran pegawai ditempat kerjapun sangat rendah, mereka yang tidak

hadir di kantor pun karena izin, sakit, atau dinas di luar. Tidak ada pegawai yang

tidak hadir tanpa keterangan. Dilihat dari kedisiplinan pegawai, secara

keseluruhan sudah bagus. Oleh karena itu, organisasi harus mengetahui penyebab

timbulnya OCB atau hal-hal yang mendorong timbulnya OCB agar dapat

meningkatkan kinerja para pegawai yang nantinya akan berpengaruh terhadap

kinerja organisasi.

Berdasarkan uraian di atas, peneliti tertarik untuk meneliti pengaruh

Organizational Citizenship Behavior terhadap Kinerja Pegawai Badan

Lingkungan Hidup Kabupaten Banyumas.


12

B. PERUMUSAN MASALAH

Berdasarkan uraian di atas peneliti akan mencoba menganalisis

mengenai pengaruh Organizational Citizenship Behavior terhadap kinerja

pegawai, sehingga dapat ditarik perumusan masalah sebagai berikut:

1. Adakah pengaruh yang positif dan signifikan Organizational Citizenship

Behavior (X) terhadap Kinerja (Y) Pegawai Badan Lingkungan Hidup

Kabupaten Banyumas?

2. Adakah pengaruh yang positif dan signifikan Kepribadian (Z1) terhadap

Organizational Citizenship Behavior (X) pegawai Badan Lingkungan Hidup

Kabupaten Banyumas?

3. Adakah pengaruh yang positif dan signifikan Kepuasan Kerja (Z2) terhadap

Organizational Citizenship Behavior (X) Pegawai Badan Lingkungan Hidup

Kabupaten Banyumas?

4. Adakah pengaruh yang positif dan signifikan Motivasi (Z3) terhadap

Organizational Citizenship Behavior (X) Pegawai Badan Lingkungan Hidup

Kabupaten Banyumas?

5. Adakah pengaruh yang positif dan signifikan secara bersama-sama antara

Kepribadian Pegawai (Z1), Kepuasan Kerja Pegawai (Z2), dan Motivasi

Pegawai (X3) terhadap Organizational Citizenship Behavior (X) Pegawai

Badan Lingkungan Hidup Kabupaten Banyumas?


13

C. TUJUAN PENELITIAN

Berdasarkan uraian latar belakang dan rumusan masalah yang telah

dikemukakan di atas, maka tujuan penelitian yang hendak dicapai adalah sebagai

berikut:

1. Mengetahui apakah ada pengaruh yang positif dan signifikan antara

Organizational Citizenship Behavior terhadap Kinerja Pegawai Badan

Lingkungan Hidup Kabupaten Banyumas.

2. Mengetahui apakah ada pengaruh yang positif dan signifikan antara

Kepribadian Pegawai terhadap Organizational Citizenship Behavior Pegawai

di Badan Lingkungan Hidup Kabupaten Banyumas.

3. Mengetahui apakah ada pengaruh yang positif dan signifikan antara

Penempatan Pegawai terhadap Organizational Citizenship Behavior Pegawai

Badan Lingkungan Hidup Kabupaten Banyumas.

4. Mengetahui apakah ada pengaruh yang positif dan signifikan antara

Motivasi Pegawai terhadap Organizational Citizenship Behavior Pegawai

Badan Lingkungan Hidup Kabupaten Banyumas.

5. Mengetahui apakah ada pengaruh yang positif dan signifikan secara

bersama-sama antara Kepribadian Pegawai, Kepuasan Kerja Pegawai, dan

Motivasi Pegawai terhadap Organizational Citizenship Behavior Pegawai

Badan Lingkungan Hidup Kabupaten Banyumas.


14

D. MANFAAT PENELITIAN

1. Manfaat Teoritis

Hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah literatur kajian

ilmu administrasi negara khususnya penelitian yang akan mengkaji kinerja,

organizational citizenship behavior, kepribadian pegawai, kepuasan kerja,

dan motivasi pegawai. Selain itu, penelitian ini diharapkan mampu

memperjelas konsep maupun teori khususnya teori yang dipakai di dalam

Ilmu Administrasi Negara.

2. Manfaat Praktis

a. Memberikan referensi bagi kepala Badan Lingkungan Hidup Kabupaten

Banyumas dalam meningkatkan kinerja pegawai agar mereka mau

memberikan kinerja terbaik mereka untuk mewujudkan visi dan misi

organisasi.

b. Sebagai masukan bagi peneliti berikutnya dalam mengembangkan

penelitian dalam bidang sumber daya manusia dan perilaku organisasi.


BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. TELAAH PUSTAKA

Kinerja seringkali disama artikan dengan prestasi kerja, efektivitas kerja,

hasil kerja, pencapaian kerja, pencapaian tujuan, produktivitas dan berbagai

istilah lainya. Ada beberapa ahli yang berusaha untuk mendefinisikan kinerja

dengan memberikan beberapa batasan terhadap definisi kinerja.

Wirawan (2009: 9) mendefinisikan kinerja sebagai fungsi dari

kompetensi, sikap, dan tindakan. Kompetensi menggambarkan karakteristik

pengetahuan, ketrampilan, perilaku, dan pengalaman untuk melakukan suatu

pekerjaan atau peran tertentu secara efektif. Kompetensi secara objektif dapat

diukur dan dikembangkan melalui supervisi, manajemen kinerja, dan program

pengembangan SDM. Sikap menggambarkan perasaan mengenai sesuatu,

melukiskan perasaan senang atau tidak senang mengenai objek (orang, benda,

pekerjaan, atau keadaan) tertentu. Para psikolog menganggap sikap sebagai suatu

konstruk hipotetikal, yaitu sesuatu yang tidak dapat diobservasi secara langsung,

tetapi hanya dapat ditarik kesimpulan dari perilaku. Sikap mempunyai tiga

komponen, yaitu komponen afektif, kognitif, dan komponen perilaku. Elemen

terakhir dari kinerja adalah sebuah tindakan. Tindakan merupakan wujud nyata

dari pengetahuan dan sikap.

Pengukuran kinerja merupakan hal yang penting karena dengan

melakukan pengukuran kinerja akan diketahui apakah tujuan yang telah

15
16

ditetapkan dapat dicapai atau belum. Apabila tujuan yang telah ditentukan sudah

dapat dicapai maka harus diupayakan supaya kondisi kerja yang mendukung

pencapaian tujuan dipertahankan dan kekurangan-kekurangan yang masih

muncul dapat diminimalisir dan diperbaiki. Pengukuran kinerja merupakan upaya

memberikan umpan balik (feedback) yang berguna bagi perbaikan dan

meningkatkan kualitas organisasi agar dapat bersaing di masa mendatang. Hal ini

karena, umpan balik yang diperoleh dapat digunakan sebagai pengambilan

keputusan sekarang untuk menentukan strategi demi keberhasilan masa depan

(forecasting). Selain itu, pengukuran kinerja juga dapat digunakan untuk

membandingkan sebuah organisasi dengan organisasi yang sejenis, sehingga

penghargaan dan tindakan disiplin dapat dilakukan secara objektif.

Uha (2013: 235-236) mengaitkan pentingnya pengukuran kinerja

sebagai alat manajemen sebagai berikut:

1. Memastikan pemahaman para pelaksana akan ukuran yang digunakan


untuk pencapaian kinerja;
2. Memastikan tercapainya rencana kinerja yang telah disepakati;
3. Memonitor dan mengevaluasi pelaksanaan kinerja dan
membandingkannya dengan rencana kerja serta melakukan tindakan
untuk memperbaiki kinerja;
4. Memberikan penghargaan dan hukuman yang objektif atas prestasi
pelaksana yang telah diukur sesuai dengan sistem pengukuran kinerja
yang disepakati;
5. Menjadi alat komunikasi bawahan dan pimpinan dalam rangka
memperbaiki kinerja organisasi;
6. Mengidentifikasi apakah kepuasan pelanggan telah terpenuhi;
7. Membantu memahami proses kegiatan instansi pemerintah;
8. Memastikan bahwa pengambilan keputusan dilakukan secara objektif;
9. Menunjukkan peningkatan yang perlu dilakukan;
10. Mengungkapkan permasalahan yang terjadi.

Baedowi (2007: 144) berpendapat bahwa penilaian kinerja merupakan

sebuah review dan evaluasi periodik yang digunakan untuk mengetahui kinerja
17

pekerjaan karyawan. Aspek yang harus diperhatikan dalam penilaian kinerja

adalah ketrampilan, kesiapan atasan dan bawahan, proses yang terjadi, substansi

pekerjaan yang ada, serta kelanjutan atau follow-up dari substansi tersebut.

1. Variabel-variabel Penelitian

1.1 Kinerja Pegawai (Variabel Y)

1.1.1 Pengertian Kinerja Pegawai

Lijan Poltak Sinambela, dkk (2011: 136) mendefinisikan kinerja

pegawai sebagai kemampuan pegawai dalam melakukan suatu keahlian

tertentu. Kinerja pegawai sangat perlu diketahui karena dengan

mengetahui kinerja pegawai maka akan mengetahui seberapa jauh

kemampuan pegawai dalam melaksanakan tugas yang dibebankan

kepadanya. Oleh karena itu, kriteria dalam menentukan kinerja harus

jelas dan diketahui oleh semua pegawai agar dapat dijadikan acuan

dalam bekerja.

Prawirosentono (1999: 2) mendefinisikan kinerja sebagai hasil

kerja yang dapat dicapai oleh seseorang atau sekelompok orang dalam

suatu organisasi, sesuai dengan wewenang dan tanggung jawab

masing-masing, dalam rangka upaya untuk mencapai tujuan organisasi

bersangkutan secara legal, tidak melanggar hukum dan sesuai dengan

moral dan etika. Mangkunegara (2009: 67) mendefinisikan kinerja atau

prestasi kerja sebagai hasil kerja secara kualitas dan kuantitas yang

dicapai oleh seorang pegawai dalam melaksanakan tugasnya sesuai

dengan tanggung jawab yang diberikan kepadanya. Beberapa deskripsi


18

pekerjaan mengandung bagian standar prestasi. Standar yang diharapkan

dicapai oleh pegawai dibawah kewajiban dan tanggung jawab utama

dari deskripsi pekerjaan itu. Penilai prestasi dilakukan dengan

membandingkan prestasi dari setiap karyawan dengan standar prestasi

organisasi.

1.1.2 Unsur-unsur dan Dimensi Kinerja Pegawai

Prawirosentono (1999: 2) mengemukakan ada empat unsur


penting dalam kinerja yaitu:
1. Hasil kerja yang dicapai secara secara individu atau secara institusi,
sehingga kinerja diartikan sebagai hasil akhir yang diperoleh baik
secara sendiri maupun berkelompok;
2. Dalam melakukan tugasnya, orang atau lembaga diberikan
wewenang dan tanggung jawab, yang berarti orang atau lembaga
diberikan hak dan kekuasaan untuk bertindak sehingga pekerjaannya
dapat dilakukan dengan baik. Orang atau lembaga harus tetap dalam
pengawasan karena mereka harus mempertanggungjawabkan
pekerjaannya kepada pemberi hak dan kewajiban agar mereka tidak
menyalahgunakannya;
3. Pekerjaan harus dilakukan secara legal sehingga lembaga atau
individu dalam melakukan tugasnya harus mengikuti aturan yang
telah ditetapkan;
4. Pekerjaan harus sesuai dengan moral dan etika yang berlaku secara
umum.

Banyak sekali definisi kinerja yang telah dikemukakan oleh para

ahli. Uha (2013: 213) merangkum definisi para ahli sehingga diperoleh

unsur-unsur yang terdapat dalam kinerja adalah sebagai berikut:

1. Hasil-hasil fungsi pekerjaan;


2. Faktor-faktor yang berpengaruh terhadap prestasi kerja pegawai
seperti kemampuan, motivasi, kecakapan, dan persepsi peran;
3. Pencapaian tujuan organisasi;
4. Periode waktu tertentu;
5. Tidak melanggar hukum;
6. Sesuai dengan moral dan etika.

Sedangkan menurut Gomes (2003: 142) dalam Sulistiani (2011:


19

12) mengatakan bahwa terdapat paling tidak tiga tipe penilaian kinerja

yang berbeda, yaitu: (1) Result-based performance evaluation menilai

pekerjaan berdasarkan hasil-hasil akhir; (2) Behaviour-base

performance mengukur sarana (means), pencapaian sasaran (goals) dan

bukan hasil akhir (end result); dan (3) Judgement-based performance

evaluation merupakan tipe kriteria pengukuran kinerja berdasarkan

deskripsi perilaku yang spesifik.

Penilaian kinerja berdasarkan judgement (Judgement-Based

Performance Appraisal) menurut Gomes (2003: 142) dalam Sulistiani

(2011: 14) memiliki beberapa indikator pengukuran kinerja yaitu:

1. Quantity of Work yaitu jumlah kerja yang dilakukan dalam suatu


periode waktu yang ditentukan;
2. Quality of Work yaitu kualitas kerja yang dicapai berdasarkan
syarat-syarat kesesuaian dengan kesiapan;
3. Job Knowledge yaitu luasnya pengetahuan mengenai pekerjaan dan
ketrampilan;
4. Creativeness yaitu keaslian gagasan-gagasan yang dimunculkan dan
tindakan-tindakan untuk menyelesaikan persoalan-persoalan yang
timbul;
5. Cooperation yaitu kesediaan untuk bekerjasama dengan orang lain
atau sesama anggota organisasi;
6. Dependability yaitu kesadaran dan dapat dipercaya dalam hal
kehadiran dan penyelesaian kerja;
7. Initiative yaitu semangat untuk melaksanakan tugas-tugas baru dan
dalam memperbesar tanggung jawabnya, serta;
8. Personal qualities yaitu menyangkut kepribadian, kepemimpinan,
keramahan-tamahan, dan integritas pribadi.

Dari pengertian para ahli di atas maka kinerja pegawai dapat

diartikan sebagai hasil kerja yang dapat dicapai oleh seorang pegawai

sesuai dengan tanggung jawab dan kewenangan yang dimiliki untuk

mencapai tujuan yang telah ditentukan oleh organisasi dengan


20

menggunakan kemampuan yang dimiliki. Kemampuan yang dimiliki

seseorang akan sangat berpengaruh terhadap kinerja yang dihasilkan

karena berkaitan dengan bagaimana pegawai tersebut menyelesaikan

pekerjaannya. Sedangkan untuk mengukur kinerja pegawai, penelitian

ini menggunakan delapan indikator yang dikemukakan oleh Gomes

yaitu kuantitas pekerjaan, kualitas pekerjaan, pengetahuan pekerjaan,

kreativitas, kemampuan bekerja sama, kesadaran, inisiatif dan kualitas

kepribadian.

1.2 Organizational Citizenship Behavior (Variabel X)

1.2.1 Pengertian Organizational Citizenship Behavior

Konsep Organizational Citizenship Behavior (OCB) pertama

kali didiskusikan dalam literature penelitian organisasional pada awal

tahun 1980-an. Robbins dan Judge (2015: 19) mendefinisikan bahwa

OCB merupakan perilaku pilihan yang tidak menjadi bagian dari

kewajiban kerja formal seorang karyawan, namun mendukung pada

lingkungan psikologis dan berfungsinya organisasi secara efektif. Organ

dalam Bolino, Turnley dan Bloodgood (2002: 505) mendefinisikan OCB

sebagai perilaku yang bebas, tidak secara langsung atau eksplisit diakui

dalam sistem pemberian penghargaan dan dalam mempromosikan fungsi

organisasi. Dengan kata lain, OCB merupakan perilaku karyawan yang

melebihi peran yang diwajibkan, yang secara tidak langsung atau

eksplisit diakui oleh sistem reward formal.

Dipola dan Hoy dalam Waspodo dan Minadaniati (2012: 5)


21

menjelaskan bahwa OCB merupakan perilaku karyawan yang

mempraktikan peranan tambahan dan menunjukkan sumbangan kepada

organisasi melebihi peran spesifiknya dalam kerja. Ketersediaan dan

keikutsertaan untuk melakukan usaha yang melebihi tanggung jawab

formal dalam organisasi merupakan sesuatu yang efektif untuk

meningkatkan fungsi sebuah organisasi.

Sedangkan Van Dyne dalam Waspodo dan Minadaniati (2012: 5)

menyebut OCB atau extra-role behavior (ERB), adalah perilaku yang

menguntungkan organisasi atau diarahkan untuk menguntungkan

organisasi, dilakukan secara sukarela, dan melebihi ekspetasi peran yang

ada. OCB dapat dikatakan sebagai perilaku yang berakar dari kerelaan

dirinya untuk memberikan kontribusi melebihi peran inti atau tugasnya

terhadap perusahaan. Perilaku tersebut dilakukan baik disadari maupun

tidak disadari, diarahkan maupun tidak diarahkan, untuk dapat

memberikan manfaat dan keuntungan bagi perusahaannya. Pendapat lain

dari Garay dalam Waspodo dan Minadaniati (2012: 5) menjelaskan

bahwa OCB merupakan perilaku sukarela dari seorang pekerja untuk

dapat melakukan tugas atau pekerjaan diluar tanggung jawab atau

kewajiban demi kemajuan atau keuntungan organisasi. Johns dalam

Mira dan Margaretha (2012: 105) menyatakan bahwa OCB memiliki

karakteristik sebagai perilaku sukarela/ekstra-role behavior yang tidak

termasuk dalam uraian jabatan, perilaku spontan/tanpa saran atau

perintah seseorang, perilaku yang bersifat menolong, serta perilaku yang


22

tidak mudah terlihat dan dapat dinilai melalui evaluasi kerja.

Dari pengertian OCB di atas, peneliti mendefinisikan

organizational citizenship behavior sebagai perilaku ekstra melebihi

deskripsi pekerjaan yang dimiliki seseorang terhadap organisasinya

tanpa meminta imbalan atas apa yang dilakukan dan tanpa paksaan

dalam melakukannya didasarkan dari rasa keinginannya sendiri.

Perbedaan antara in-role dan extra-role adalah pada imbalan/reward.

Pada perilaku in-role biasanya diatur mengenai imbalan dan hukuman.

1.2.2 Dimensi Organizational Citizenship Behavior

Berdasarkan konsep OCB yang ada, Podsakoff dalam Budihardjo

(2004) dalam Mira dan Margaretha (2012: 105) mengemukakan tujuh

konstruk yang bersifat umum yaitu:

1. Helping behavior/ altruism/ courtesy


Menunjukkan perilaku membantu secara sukarela dan bukan
merupakan tugas dan kewajibannya. Dimensi ini menunjukkan
perilaku membantu karyawan baru berkaitan dengan persoalan yang
dihadapi. Misalnya membantu dalam mempergunakan peralatan
dalam bekerja. Dimensi ini disebut juga altruism, peacemaking atau
cheerleading.
2. Sportsmanship
Menunjukkan suatu kerelaan atau toleransi untuk bertahan dalam
keadaan yang tidak menyenangkan tanpa mengeluh. Perilaku ini
menunjukkan daya toleransi yang tinggi terhadap organisasi.
3. Organizational compliance/ general compliance/ organizational
obedience
Menunjukkan suatu sikap individu yang menerima peraturan dan
prosedur yang ada didalam organisasi. Hal tersebut tercermin dalam
sikap dan perilakunya yang sejalan dengan perilaku tersebut kendati
tidak ada yang mengawasi.
4. Organizational royalty/ spreading goodwill
Suatu perilaku yang berkaitan dengan upaya untuk mempromosikan
suatu organiasasi ke pihak luar, melindungi dan mempertahankan
organiasasi dari ancaman eksternal serta bertahan meskipun
organisasi penuh dengan resiko.
23

5. Civic virtue/ organizational participation


Terlibat dalam aktivitas organiasasi dan peduli terhadap
kelangsungan hidup organisasi secara sukarela berpartisipasi,
bertanggung jawab, dan terlibat dalam mengatasi persolan-persoalan
organisasi demi kelangsungan hidup organisasi. Seseorang juga
aktif mengemukakan gagasan-gagasan serta ikut mengamati
lingkungan bisnis dalam ancaman dan peluang.
6. Individual initiative/ conscientious
Suatu perilaku yang menunjukkan upaya sukarela dalam
meningkatkan cara dalam menjalankan tugasnya secara kreatif agar
kinerja organisasi meningkat. Perilaku tersebut melibatkan tindakan
kreatif dan inovatif secara sukarela untuk meningkatkan
kemampuan dalam menjalankan tugas demi peningkatan kinerja
organisasi.
7. Self-development
Suatu perilaku yang berkaitan dengan upaya meningkatkan
pengetahuan, keterampilan serta kemampuan tanpa diminta.

Sedangkan menurut Organ dalam Purba dan Seniati (2004: 106)

OCB terdiri dari lima dimensi, yaitu:

1. Altruism yaitu perilaku membantu meringankan pekerjaan yang


ditunjukkan kepada individu dalam organiasasi;
2. Courtesy yaitu membantu teman kerja mencegah timbulnya masalah
sehubungan dengan pekerjaannya dengan cara memberi konsultasi
dan informasi serta menghargai kebutuhan mereka;
3. Sportsmanship yaitu toleransi pada situasi yang kurang ideal
ditempat kerja tanpa mengeluh;
4. Civic virtue yaitu keterlibatan dalam kegiatan-kegiatan organisasi
dan peduli pada kelangsungan hidup organisasi;
5. Consicientiousness yaitu melakukan hal-hal yang menguntungkan
organisasi seperti mematuhi peraturan organisasi.

Dari dimensi OCB yang telah dikemukan oleh para ahli di atas

peneliti akan mengacu pada dimensi yang dikemukan oleh Organ

sebagai landasan penelitian. Menurut peneliti kedua dimensi di atas

sebenarnya memiliki cakupan yang sama, hanya saja dimensi yang

dikemukakan oleh Organ lebih sederhana dan sudah juga sudah bersifat

menyeluruh dari dimensi OCB yang dikemukakan oleh Podskoff. Untuk


24

mengukur OCB pegawai Badan Lingkungan Hidup Kabupaten

Banyumas indikator yang digunakan adalah altruism, courtesy,

sportsmanship, civic virtue, dan consicientiousness.

1.2.3 Manfaat Organizational Citizenship Behavior dalam Organisasi

Beberapa penelitian mengenai OCB menemukan pengaruh OCB

terhadap kinerja organisasi. Salah satunya adalah penelitian yang dilakukan

Podsakoff dan Mackenzie (1996) menemukan bahwa:

1. OCB meningkatkan produktivitas rekan kerja


a. Karyawan yang menolong rekan kerja akan mempercepat
penyelesaian tugas kerja rekan yang ditolong, hal ini akan
meningkatkan produktivitas karena pekerjaan menjadi cepat selesai.
b. Perilaku membantu yang ditunjukkan karyawan akan membantu
menyebarkan best practice ke seluruh unit kerja atau kelompok.
2. OCB meningkatkan produktivitas manajer
a. Karyawan yang menampilkan perilaku civic virtue akan membantu
manajer mendapatkan saran dan atau umpan balik yang berharga
bagi karyawan tersebut untuk meningkatkan efektivitas unit kerja.
b. Karyawan yang sopan yang menghindari terjadinya konflik dengan
rekan kerja, akan menolong manajer terhindar dari krisis
manajemen.
3. OCB menghemat sumber daya yang dimiliki manajemen dan organisasi
secara keseluruhan
a. Jika karyawan saling menolong dalam menyelesaikan masalah
pekerjaan sehingga tidak perlu melibatkan manajer, konsekuensinya
manajer dapat memakai waktunya untuk melakukan tugas lain
seperti membuat perencanaan organisasi.
b. Karyawan yang menampilkan consentioussness yang tinggi hanya
membutuhkan pengawasan minimal dari manajer sehingga manajer
dapat mendelegasikan tanggung jawab yang lebih besar kepada
25

mereka, ini berarti lebih banyak waktu yang dapat digunakan oleh
manajer untuk menyelesaikan tugas yang lebih penting.
c. Karyawan lama yang membantu karyawan baru dalam pelatihan dan
orientasi kerja akan membantu organisasi mengurangi biaya untuk
keperluan tersebut.
d. Karyawan yang menampilkan perilaku sportsmanship akan sangat
menolong manajer, sehingga manajer tidak memerlukan waktu
terlalu banyak untuk berurusan dengan keluhan-keluhan kecil
karyawan.
4. OCB membantu menghemat energy sumber daya yang langka untuk
memelihara fungsi kelompok
a. Keuntungan dari perilaku menolong adalah meningkatkan semangat,
moral, dan kerekatan (cohesiveness) kelompok, sehingga anggota
kelompok (atau manajer) tidak perlu menghabiskan energy dan
waktu untuk pemeliharaan fungsi kelompok.
b. Karyawan yang menampilkan perilaku courtesy terhadap rekan
kerja akan mengurangi konflik dalam kelompok, sehingga waktu
yang dihabiskan untuk menyelesaikan konflik manajemen
berkurang.
5. OCB dapat menjadi sarana efektif untuk mengkoordinasikan
kegiatan-kegiatan kelompok kerja
a. Menampilkan perilaku civic virtue (seperti menghadiri dan
berpartisipasi aktif dalam pertemuan di unit kerjanya) akan
membantu koordinasi diantara anggota kelompok, yang akhirnya
secara potensial meningkatkan efektivitas dan efisiensi kelompok.
b. Menampilkan perilaku courtesy (misalnya saling memberi informasi
tentang pekerjaan dengan anggota dari tim lain) akan menghindari
munculnya masalah yang membutuhkan waktu dan tenaga untuk
diselesaikan.
6. OCB meningkatkan kemampuan organisasi untuk menarik dan
mempertahankan karyawan terbaik
26

a. Perilaku menolong dapat meningkatkan moril dan kerekatan serta


perasaan saling memiliki diantara anggota kelompok, sehingga akan
meningkatkan kinerja organisasi dan membantu organisasi menarik
dan mempertahankan karyawan yang baik.
b. Memberi contoh pada karyawan lain dengan menampilkan perilaku
sportsmanship (misal tidak mengeluh karena
permasalahan-permasalahan kecil) akan menumbuhkan loyalitas
dan komitmen pada organisasi.
7. OCB meningkatkan stabilitas kinerja organisasi
a. Membantu tugas karyawan ynag tidak hadir di tempat kerja atau
yang mempunyai beban kerja berat akan meningkatkan stabilitas
(dengan cara mengurangi variabilitas) dari kinerja unit organisasi.
b. Karyawan yang conscientiousness cenderung mempertahankan
tingkat kinerja yang tinggi secara konsisten, sehingga mengurangi
variabilitas pada kinerja unit kerja.
8. OCB meningkatkan kemampuan organisasi untuk beradaptasi dengan
perubahan lingkungan
a. Karyawan yang mempunyai hubungan yang dekat dengan pasar
dengan sukarela memberi informasi tentang perubahan yang terjadi
di lingkungan dan memberi saran tentang bagaimana merespon
perubahan, sehingga organisasi dapat beradaptasi dengan cepat.
b. Karyawan yang aktif hadir dan berpartisipasi pada
pertemuan-pertemuan di organisasi akan membantu menyebarkan
informasi yang penting dan harus diketahui oleh organisasi.
c. Karyawan yang menampilkan perilaku conscientiousness misalnya
bersedia untuk memikul tanggung jawab baru dan mempelajari
keahlian baru akan meningkatkan kemampuan organisasi
beradaptasi dengan perubahan yang terjadi di lingkungannya.
1.3 Variabel-variabel Anteseden Organizational Citizenship Behavior

Berbagai definisi dan pengertian organizational citizenship behavior


27

(OCB) telah banyak dieksplorasi. Begitu pula dengan dimensi dan konsep

OCB. Namun variabel anteseden dari OCB masih menjadi bidang kajian

terus membutuhkan pembuktian penelitian. Jahangir, dkk (2004) mencoba

untuk membuat kerangka konsep dari anteseden OCB dan menemukan tujuh

variabel yang dapat menjadi anteseden OCB seperti pada gambar berikut.

Kepuasan kerja dan


Komitmen Organisasi

Persepsi Peran

Kepemimpinan
OCB
Persepsi keadilan

Kepribadian

Motivasi

Umur Pegawai
Gambar 2.1 Anteseden OCB

Meskipun ada tujuh anteseden OCB namun penelitian ini hanya akan

meneliti tiga variabel anteseden OCB yaitu kepribadian, kepuasan kerja, dan

motivasi pegawai. Menurut peneliti ketiga anteseden tersebutlah yang paling

berpengaruh terhadap OCB pegawai.

1.3.1 Kepribadian Pegawai (Variabel Z1)

1.3.1.1 Pengertian Kepribadian

Tampubolon (2004: 28) mendefinsikan kepribadian sebagai

perbedaan karakteristik individu. Kepribadian (personality) adalah

gambaran profil atau merupakan kombinasi dari karakteristik dan


28

keunikan seseorang secara alami dan interaksi dengan lainnya.

Kepribadian bisa juga dikatakan sebagai kombinasi antara seperangkat

fisik dan karakteristik mental seseorang. Cervone dan Pervin (2011: 10)

mendefinisikan kepribadian dari pengertian yang telah dikemukakan

oleh para psikolog kepribadian adalah untuk menggambarkan kualitas

psikologis yang memberikan kontribusi terhadap ketahanan (enduring)

individu dan pola khusus dari perasaan, pola pikir, dan perilaku.

Karakteristik kepribadian merupakan kualitas yang setidaknya konsisten

sepanjang waktu dan dalam berbagai situasi dari kehidupan seseorang.

Rivai (2003: 228) mengartikan kepribadian sebagai himpunan

karakteristik dan kecenderungan yang stabil serta menentukan sifat-sifat

umum dan perbedaan dalam perilaku seseorang. Gordon Allport dalam

Robbin dan Judge (2008: 127) mendefinisikan kepribadian sebagai

organisasi yang dinamis dalam sistem psikofisiologi individu yang

menentukan caranya untuk menyesuaikan diri secara unik terhadap

lingkungannya. Laura A. King (2010: 126) mendefinisikan kepribadian

(personality) sebagai suatu pola pikiran, emosi, dan perilaku yang

bertahan dan berbeda yang menjelaskan cara seseorang beradaptasi

dengan lingkungan. Sudut pandang psikodinamika (psychodynamic

perspective) memandang kepribadian pada dasarnya ketidaksadaran (di

luar sadar) dan berkembang dalam berbagai tahapan. Pandangan

psikodinamika memandang bahwa pengalaman dini dengan orang tua

memerankan peranan penting dalam membentuk kepribaadian seseorang.


29

Para ahli meyakini bahwa perilaku hanyalah karakteristik di permukaan

dan untuk memahami kepribadian sesorang maka harus menjelajahi

makna simbolis perilaku dan cara kerja pikiran yang dalam.

Gordon Allport dikenal sebagai Bapak Psikologi kepribadian

Amerika terganggu dengan pandang negative manusia yang

digambarkan oleh psikoanalisis. Ia menolak bahwa ketidaksadaran

adalah hal utama untuk memahami kepribadian. Ia menyakini bahwa

untuk memahami orang-orang yang sehat, kita harus memusatkan pada

kehidupan mereka saat ini, tidak pada pengalaman masa kanak-kanak

mereka. Allport (dalam King, 2010: 140) meyakini bahwa psikolog

kepribadian seharusnya memusatkan pada pemahaman individu yang

sehat dan menyesuaikan diri dengan baik yang ia gambarkan sebagai

orang yang memperlihatkan kesadaran diri dan orang lain yang positif

dan objektif, tertarik pada berbagai persoalan diluar pengalamannya

sendiri, rasa humor, pikiran sehat, dan filsafat hidup yang menyatu yang

diberikan oleh agama.

1.3.1.2 Dimensi Kepribadian

Ada dua kerangka kerja yang dominan untuk

mengidentifikasikan dan mengklasifikasikan sifat-sifat seseorang yaitu

melalui Meyer-Briggs Type Indicator (MBTI) dan The Five Factor

Model (FFM). Meyer-Briggs Type Indicator (MBTI) merupakan

penilaian indikator yang sering digunakan dengan 100 pertanyaan

mengenai bagaimana individu akan merasa dan bertindak dalam situasi


30

tertentu. Berdasarkan hasil tersebut, individu akan diklasifikasikan ke

dalam karakteristik sebagai berikut:

1. Ekstraver atau introver. Sesorang dikatakan bersifat ekstraver

apabila bersikap ramah, suka bergaul, dan tegas. Sedangkan

seseorang dikatakan bersifat introver adalah mereka yang pendiam

dan pemalu.

2. Sensitif atau intuitif. Karakteristik orang yang sensitif adalah

mereka yang lebih menyukai rutinitas, urutan, dan berfokus pada

detail. Sebaliknya karakteristik intuitif mengandalkan proses-proses

tidak sadar dan melihat gambaran umum.

3. Pemikir atau perasa. Karakteristik pemikir adalah menggunakan

alasan dan logika dalam menghadapi berbagai masalah, sebaliknya

karakteristik perasa mengandalkan nilai-nilai dan emosi pribadi

mereka.

4. Memahami atau menilai. Seseorang yang memiliki karakteristik

memahami menginginkan kendali, lebih suka mengatur, dan

terstruktur. Sedangkan mereka yang memiliki karakteristik menilai

cenderung lebih fleksibel dan spontan.

Hasil tes MBTI dapat digunakan untuk meningkatkan

kesadaran diri akan karakteristik yang mereka miliki dan memandu

karier. Hasil tes cenderung tidak berhubungan dengan prestasi kerja

seseorang. John Bearden mengembangkan tes kepribadian karyawan

yang disebut Model Lima Besar atau The Five Factor Model (FFM).
31

Penelitian mengenai kepribadian menemukan keterkaitan antara

dimensi-dimensi kepribadian dengan prestasi kerja. Para peneliti dalam

psiokologi kepribadian seperti Costa dan McCrae, 1998, 2006; Digman,

1990, 1996,2002; Hogan, 1987, 2006; McCrae dan Costa, 2006; dalam

King (2010: 141) telah menemukan bahwa pada dasarnya terdapat lima

dimensi kepribadian yang diwakili dalam bahasa umum dan juga

merangkum berbagai cara para psikolog mengkaji trait. Faktor Lima

Besar Kepribadian (big five factors of personality) yang diduga

menggambarkan berbagai dimensi utama kepribadian sebagai berikut:

1. Ekstraversi (ekstraversion) mengungkapkan tingkat kenyamanan

seseorang dalam berhubungan dengan orang lain. Seseorang yang

memiliki sifat ekstraversi cenderung optimis dalam memandang

segala sesuatu, tegas, mudah bersosialisasi, dan suka berkelompok.

Sedangkan individu yang memiliki sifat introver cenderung suka

menyendiri, penakut/pesimis, dan pendiam.

2. Mudah akur atau mudah bersepakat (agreeableness) merujuk pada

kecenderungan seseorang untuk patuh kepada orang lain. Seseorang

yang mudah bersepakat adalah mereka yang suka bekerja sama dan

suka membantu orang lain. Sedangkan individu yang tidak mudah

bersepakat memiliki sikap dingin, tidak ramah, dan suka menentang.

3. Sifat berhati-hati (conscientiousness) merujuk pada seseorang yang

bertanggung jawab, mampu menyesuaikan diri dengan lingkungan,

dapat diandalkan, dan tidak mudah bereaksi terhadap sesuatu yang


32

belum pasti. Sedangkan seseorang yang sifat kehati-hatiannya

rendah cenderung mudah terprovokasi, tidak dapat diandalkan, dan

tidak teratur/spontanitas.

4. Terbuka terhadap hal-hal yang baru (openness to experience)

mengelompokkan seseorang berdasarkan ketertarikan seseorang

terhadap hal-hal baru. Seseorang yang memiliki sifat terbuka

terhadap hal-hal baru cenderung kreatif, ingin tahu tinggi, dan

sensitif terhadap hal-hal yang bersifat seni. Sedang mereka yang

tidak terbuka cenderung memiliki sifat konvensional dan cenderung

nyaman dengan kondisi sekarang.

5. Stabilitas emosi (stability emotional) menilai seseorang berdasarkan

kemampuannya untuk menahan stres. Individu yang memiliki

kestabilan emosi yang baik cenderung tenang, percaya diri, tidak

mudah tegang dan gugup, puas dengan hasil kerja sendiri, dan

memiliki pendirian yang teguh. Seseorang yang memiliki stabilitas

emosi negatif cenderung mudah gugup, khawatir, depresi, dan tidak

memiliki pendirian yang teguh.

Penelitian ini menggunakan Model Kepribadian Lima Faktor

sebagai alat untuk menganalisis variabel penelitian yang dilakukan

kepada pegawai Badan Lingkungan Hidup Kabupaten Banyumas. Model

Kepribadian Lima Besar ini dipilih karena model ini lebih cocok

digunakan untuk mengetahui kinerja seseorang, sedangkan model MBTI

tidak cocok bila digunakan untuk melihat kinerja seseorang terhadap


33

organisasi. Secara teoritis kelima faktor ini berdiri sendiri, seseorang

dapat merupakan kombinasi dari kelimanya. Beberapa penelitian

mengenai faktor lima besar seperti Lingjaerde, Foreland dan Engvik,

2001; Miacic dan Goldberg, 2007; Pukrop, Sass, dan Steinmeyer, 2000;

dalam King (2010: 144) menunjukkan tingkat kemunculan faktor-faktor

dalam profil kepribadian di budaya yang berbeda-beda.

1.3.1.3 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kepribadian

Banyak ilmuawan berpendapat bahwa kepribadian seseorang

sangat dipengaruhi oleh keturunan atau lingkungan. Kepribadian

seseorang dibentuk dari faktor keturunan dan lingkungan secara

bersama-sama. Penjelasan lebih lanjut mengenai pendapat faktor apa

saja yang berpengaruh terhadap kepribdaian adalah sebagai berikut:

1. Keturunan

Kepribadian yang berasal dari keturunan diasumsikan

bahwa kepribadian berasal dari molekul gen yang terdapat di dalam

kromosom. Penelitian menunjukkan bahwa sifat seperti perasaan

malu, takut, dan agresif dapat dikaitkan dengan karakteristik bawaan.

Penelitian mengenai anak-anak kembar identik yang dibesarkan

secara terpisah menyimpulkan bahwa keturunan memainkan peran

penting dalam menentukan kepribadian seseorang. Anak yang

kembar akan lebih memiliki kepribadian yang hampir sama dengan

saudara kembarnya dibandingkan lingkungan tempat dia dibesarkan.

2. Lingkungan
34

Budaya merupakan salah satu pembentuk kepribadian

seseorang. Di dalam lingkungan tempat tinggal terdapat nilai-nilai

diantara keluarga, teman-teman, dan kelompok-kelompok sosial.

Nilai dan norma yang ada di dalam masyarakat diwariskan kepada

generasi berikutnya. Ideologi yang telah mengakar pada suatu kultur

mungkin akan sedikit berpengaruh terhadap kultur lain.

3. Situasi

Situasi mempengaruhi dampak keturunan dan lingkungan

terhadap kepribadian. Meskipun pada umumnya kepribadiaan

seseorang mantap dan konsisten, akan berubah apabila menghadapi

situasi yang berbeda. Tuntutan yang berbeda dari situasi yang

berlainan memunculkan aspek-aspek yang berlainan dari

kepribadian seseorang.

Dari pengertian kepribadian di atas peneliti mendefinisikan

kepribadian sebagai himpunan karakteristik, kecenderungan yang stabil

yang menentukan sifat umum dan perbedaan dalam perilaku seseorang.

Indikator yang digunakan untuk mengukur kepribadian dalam penelitian

ini adalah tingkat kenyamanan seseorang dalam berhubungan dengan

orang lain; mudah bersepakat; sifat berhati-hati; stabilitas emosi; dan

terbuka terhadap hal-hal baru.

1.3.2 Kepuasan Kerja (Variabel Z2)

1.3.2.1 Pengertian Kepuasan Kerja

Robbins dan Judge (2015: 49) mendefinisikan kepuasan kerja


35

sebagai suatu perasaan positif tentang pekerjaan seseorang yang

merupakan hasil dari evaluasi karakteristiknya. Semakin kecil antara gap

yang diharapkan dengan kenyataan yang ada, maka akan cenderung

semakin puas. Definisi lain dari Dole dan Schoedar dalam Koesmono

(2006: 93) mendefinisikan kepuasan kerja sebagai perasaan dan reaksi

individu terhadap lingkungan pekerjaanya. Perasaan dan reaksi positif

akan diberikan oleh pegawai apabila lingkungan pekerjaannya

menyenangkan dan membuatnya nyaman.

Spector dalam Omar, Lolli, Chen-McChain dan Dickerson

(2011: 3) mendefinisikan kepuasan kerja sebagai perasaan umum

mengenai pekerjaan mereka yang oleh para ahli dihubungkan dengan

sikap mereka dalam beberapa aspek atau masalah pekerjaan. Hoppeck

dalam Asad (2011: 104) menarik kesimpulan setelah mengadakan

penelitian terhadap 309 karyawan pada perusahaan di New Hope,

Pennsylvania, USA bahwa kepuasan kerja merupakan penilaian dari

pekerjaan yaitu seberapa jauh pekerjaannya secara keseluruhan

memuaskan kebutuhannya. Kepuasan kerja dianggap sebagai hasil dari

pengalaman karyawan yang berhubungan dengan nilai seperti yang

dikehendaki dan diharapkan dari pekerjaannya. Dengan kata lain,

kepuasan kerja adalah sikap dari individu sebagai umpan balik terhadap

pekerjaannya.

Sementara itu, Luthans (2006: 243) mendefinisikan kepuasan

kerja sebagai hasil dari persepsi karyawan mengenai seberapa baik


36

pekerjaan mereka memberikan hal yang paling dinilai penting.

Tampubolon (2008: 38) menyatakan bahwa kepuasan karyawan dalam

suatu kelompok kerja atau organisasi pada akhirnya akan digambarkan

sebagai tingkat produktivitas kerja karyawan, tingkat kehadiran/absen,

serta keluar dan masuknya karyawan yang tinggi (turn over rates) dalam

suatu kelompok kerja atau organisasi.

1.3.2.2 Teori-teori Kepuasan Kerja

Teori kepuasan kerja mencoba mengungkapkan apa yang

menyebabkan sebagian orang merasa lebih puas terhadap pekerjaannya

dari yang lainnya. Wibowo (2007: 301) menyebutkan teori kepuasan

kerja antara lain:

1. Two-factor Theory

Merupakan teori kepuasan kerja yang menganjurkan

satisfactory (kepuasan) dan dissatisfactory (ketidakpuasan)

merupakan bagian dari kelompok variabel yang berbeda, yaitu

motivator dan hygient factor. Biasanya orang mengharapkan faktor

tertentu yang memberikan kepuasan apabila tersedia dan

menimbulkan ketidakpuasan apabila tidak tersedia. Ketidakpuasan

dihubungkan dengan kondisi disekitar pekerjaan yaitu kondisi kerja,

gaji, keamanan, kualitas pengawasan, dan hubungan dengan orang

lain dan bukan pekerjaan itu sendiri. Faktor ini mencegah reaksi

negative, dinamakan sebagai faktor hygiene atau maintenance

factors. Kepuasan terkait dengan pekerjaan itu sendiri atau hasil


37

langsung dari pekerjaan tersebut, seperti sifat pekerjaan, prestasi

dalam pekerjaan, peluang promosi dan kesempatan untuk

pengembangan dari dan pengakuan orang lain. Teori dua faktor

dikembangkan oleh Frederick Herberg menyatakan bahwa

karakteristik kerja dikelompokkan menjadi dua kategori, yaitu:

a. Penyebab ketidakpuasan (dissatisfactory) merupakan faktor

hygiene atau faktor pemeliharaan. Apabila kebutuhan ini belum

terpenuhi dapat menyebabkan ketidakpuasan kerja, namun

apabila terpenuhi belum tentu menyebabkan kepuasan kerja.

Faktor hygiene antara lain: gaji, kebijakan pengawasan,

hubungan antara atasan dengan bawahan, kondisi kerja,

keamanan kerja dan status pekerjaan.

b. Penyebab kepuasan (satisfactory) yaitu faktor motivator. Faktor

motivator antara lain: prestasi, pengakuan, tanggung jawab,

pekerjaan itu sendiri, dan pengendalian diri.

2. Value Theory

Kepuasan kerja terjadi pada tingkatan dimana pekerjaan

yang diterima individu sesuai dengan harapan. Semakin banyak

orang menerima hasil, akan semakin puas. Semakin sedikit maka

akan kurang puas. Value theory memfokuskan pada hasil manapun

yang menilai orang tanpa memperhatikan siapa mereka. Kepuasan

berasal dari berbagai faktor oleh karena itu, cara untuk memuaskan

pekerja adalah dengan mencari apa yang mereka inginkan dan


38

apabila mungkin memberikannya.

3. Teori Keadilan

Teori ini dikembangkan oleh Adams. Prinsip teori ini

adalah bahwa orang merasa puas atau tidak puas, tergantung apakah

ia merasakan adanya keadilan atau tidak atas suatu situasi. Perasaan

adil atau tidak adil diperoleh dengan membandingkan dirinya

dengan orang lain baik seorganisasi maupun di tempat lain. Menurut

teori ini, setiap karyawan akan membandingkan rasio

input-outcomes dirinya dengan rasio input-outcomes orang lain

(comparison persons). Wexley dan Yulk dalam Asad (2004: 106)

menyatakan bila perbandingan itu dianggap cukup adil, maka ia

akan cukup puas. Bila perbandingan tersebut tidak seimbang tetapi

menguntungkan (over compensation inequity), bisa menimbulkan

kepuasan tetapi bisa pula tidak. Tetapi bila perbandingan itu tidak

seimbang maka akan menimbulkan ketidakpuasan.

1.3.2.3 Faktor-faktor yang Mendorong Kepuasan Kerja

Luthans dalam Kaswan (2012: 287) menyebutkan ada lima

karakteristik kepuasan kerja yaitu:

1. Pekerjaan itu sendiri.

Seberapa besar pekerjaan memberikan seseorang tugas yang

menarik, kesempatan untuk belajar dan kesempatan untuk

menerima tanggung jawab. Individu menikmati pekerjaannya

sendiri tanpa terpengaruh oleh faktor lain.


39

2. Gaji/ upah

Berapa besar imbalan financial yang diterima dan seberapa

besar hal itu dianggap pantas/adil dibandingkan dengan imbalan

di organisasi lain. Individu merasa puas karena sistem

penggajian yang seimbang antara produktivitas yang

dikeluarkan dengan imbalan yang diterima.

3. Kesempatan promosi

Kesempatan maju dalam organisasi. Individu mendapatkan

kesempatan promosi karena prestasi kinerja yang bagus.

Kesempatan pengembangan diri melalui penataran, pendidikan,

dan pelatihan.

4. Pengawasan

Kemampuan penyelia memberikan bantuan teknis dan

dukungan perilaku. Individu merasa puas karena mereka

diawasi atau diperhatikan setiap melakukan pekerjaan yang

selanjutnya merasa dihargai.

5. Rekan kerja

Seberapa besar rekan kerja terampil secara teknis dan secara

sosial memberikan dukungan. Lingkungan kerja merupakan

faktor penting terutama membangun komunikasi multi arah

yang akan menciptakan kenyamanan dalam bekerja.

Sedangkan Kreitner dan Kinicki dalam Wibowo (2007:

302-304) menyebutkan lima faktor yang mempengaruhi kepuasan


40

kerja, yaitu:

1. Pemenuhan kebutuhan (need fulfillment)

Kepuasan ditentukan oleh tingkatan karakteristik pekerjaan

yang memberikan kesempatan pada individu untuk memenuhi

kebutuhannya.

2. Perbedaan (discrepancies)

Kepuasan merupakan suatu hasil memenuhi harapan.

Pemenuhan harapan mencerminkan perbedaan antara apa yang

diharapkan dan apa yang diterima individu dari pekerjaan.

Apabila harapan lebih besar daripada apa yang diterima, orang

akan tidak puas. Sebaliknya apabila apa yang mereka terima

lebih dari harapan maka mereka akan puas.

3. Pencapaian Nilai (value attainment)

Kepuasan merupakan hasil dari persepsi pekerjaan yang

memberikan pemenuhan nilai kerja individu yang penting.

4. Keadilan (equity)

Kepuasan merupakan fungsi dari seberapa adil individu

diperlakukan ditempat kerja. Kepuasan merupakan hasil dari

persepsi orang bahwa perbandingan antara hasil kerja dan

inputnya relative lebih menguntungkan dibandingkan dengan

perbandingan antara keluaran dan masukan pekerjaan lainnya.

5. Komponen genetic (dispositional/genetic components)

Kepuasan kerja merupakan fungsi dari sifat pribadi dan faktor


41

genetic. Perbedaan individu hanya memiliki arti penting untuk

menjelaskan kepuasan kerja seperti halnya karakteristik

lingkungan pekerjaan.

Dapat disimpulkan bahwa kepuasan kerja adalah perasaan puas

terhadap pekerjaannya dan imbalan yan diperoleh. Kepuasan kerja

terjadi karena harapan yang dimiliki seseorang dapat terhadap

pekerjaannya dapat terpenuhi oleh kenyataan dalam dunia kerja yang

sekarang. Harapan tersebut dapat berupa imbalan diharapkan sesuai,

kondisi kerja yang nyaman, atasan yang memperhatikan, dan promosi

atau kesempatan untuk berkembang. Kepuasan kerja dalam penelitian

ini diukur dengen indikator kepuasan terhadap pekerjaan; kepuasan

terhadap gaji; kepuasan terhadap pengawasan; kepuasan terhadap

kesempatan promosi; dan kepuasan terhadap lingkungan kerja.

1.3.3 Motivasi Pegawai (Variabel Z3)

1.3.3.1 Pengertian Motivasi

Pada dasarnya sebuah organisasi mengharapkan pegawai yang

mampu, cakap, dan terampil, namun yang lebih penting adalah mereka

mau bekerja keras dalam berkeinginan untuk mencapai hasil yang

optimal. Kemampuan, kecakapan dan ketrampilan karyawan tidak akan

ada artinya tanpa adanya kemaunan keras dari pegawai dengan

mempergunakan kemampuan, kecakapan dan ketrampilan yang

dimilikinya. Organisasi memerlukan individu yang memiliki motivasi

yang tinggi agar mereka mau bekerja keras dan antusias untuk mencapai
42

produktivitas kerja yang tinggi. Seorang manajer dalam organisasi dapat

memberikan moivasi kepada para bawahannya agar mereka mau bekerja

secara maksimal untuk mencapai tujuan organisasi. Orang-orang akan

mau bekerja keras apabila kebutuhan mereka dapat terpenuhi dari hasil

pekerjaannya.

Pinder dalam Robbins dan Judge (2015: 127) mendefinisikan

motivasi sebagai proses yang menjelaskan mengenai kekuatan, arah, dan

ketekunan seseorang dalam upaya untuk mencapai tujuan. Motivasi

secara umum berkaitan dengan upaya setiap tujuan. Kekuatan (intensity)

menggambarkan seberapa kerasnya seseorang dalam berusaha. Kekuatan

yang besar tidak mungkin memberikan hasil kinerja yang memuaskan

kecuali upaya tersebut disalurkan dalam suatu arahan (direction) yang

memberikan keuntungan bagi organisasi. Dimensi terakhir dari motivasi

adalah ketekunan yang berarti mengukur berapa lama seseorang dapat

mempertahankan upayanya untuk mencapai tujuan mereka. Gerungan

(2002: 41) mendefinisikan motivasi dorongan, keinginan, hasrat dan

tenaga penggerak lainnya untuk melakukan sesuatu dalam rangka

mencapai suatu tujuan.

Menurut Siagian (2002: 102) motivasi merupakan daya dorong

bagi seseorang untuk memberikan kontribusi yang sebesar mungkin

demi keberhasilan organisasi agar tercapai tujuannya. Mangkunegara

(2009: 93) mendefinisikan motif sebagai suatu dorongan dalam diri

pegawai yang perlu dipenuhi agar pegawai tersebut dapat menyesuaikan


43

diri dengan lingkungannya, sedangkan motivasi diartikan sebagai

kondisi yang menggerakkan pegawai agar mampu mencapai tujuan dari

motifnya.

1.3.3.2 Teori-teori Motivasi

Ada banyak teori motivasi yang hingga saat ini masih

sering digunakan oleh para manajer untuk memotivasi pegawainya

agar mereka mau bekerja dengan baik sehingga tujuan organisasi

tercapai. Ada beberapa teori motivasi yang hingga saat ini masih

digunakan antara lain:

1. Hirarki Kebutuhan

Teori Hieraraki kebutuhan Maslow mengasumsikan

bahwa kebutuhaan manusia yang bertingkat akan menjadi

motivasi bagi pegawai dalam bekerja. Pegawai bekerja untuk

memenuhi kebutuhan mereka. Kebutuhan yang telah terpenuhi

tidak akan menjadi motivasi lagi bagi seseorang, dan menurut

asumsi Maslow maka tingkat yang lebih tinggi akan menjadi

motivasi berikutnya. Maslow memisahkan lima kebutuhan ke

dalam urutan yang lebih tinggi dan lebih rendah. Maslow

membuat hipotesis bahwa setiap manusia memiliki kebutuhan

yang berjenjang/hierarki yaitu:

a. Fisiologis meliputi kebutuhan akan pangan, sandang,

tempat tinggal, dan kebutuhan lainnya.

b. Rasa aman meliputi keamanan dari bahaya fisik dan


44

psikologis.

c. Sosial meliputi kebutuhan akan kasih sayang, rasa memiliki,

penerimaan, dan persahabatan.

d. Penghargaan meliputi kebutuhan akan harga diri,

kemandirian, dan pencapaian, status, pengakuan, dan

perhatian.

e. Aktualisasi diri meliputi kebutuhan akan menjadi apa yang

mereka harapkan, pencapaian prestasi, pengembangan

potensi diri.

Kebutuhan fisiologis dan kebutuhan akan rasa aman

merupakan urutan kebutuhan yang lebih rendah. Kebutuhan yang

lebih rendah sebagian besar akan terpuaskan secara eksternal

melalui imbalan, misalnya gaji, kontrak serikat, dan kedudukan

tetap. Kebutuhan sosial, penghargaan, dan aktualisasi diri

merupakan urutan kebutuhan yang lebih tinggi dan dipenuhi secara

internal di dalam diri seseorang.

2. Konsep Motivasi -- Hygiene

Hertzberg mengaitkan faktor-faktor intrinsik dengan

kepuasan kerja dan menghubungkan faktor ekstrinsik dengan

ketidakpuasan kerja. Hertzberg meyakini bahwa faktor-faktor yang

mendorong kepuasan belum tentu memotivasi pekerja. Hertzberg

mengkategorikan kondisi seperti mutu pengawasan, gaji, kebijakan

perusahaan, kondisi fisik kerja, hubungan dengan orang lain di


45

tempat kerja sebagai faktor murni (hygiene factor). Ketika

faktor-faktor tersebut memadai, orang tidak akan puas; tetapi

mereka juga tidak akan dipuaskan. Sedangkan untuk memotivasi

orang akan pekerjaan mereka dapat dilakukan dengan cara

menekankan pada faktor-faktor yang berhubungan dengan pekerjaan

itu sendiri atau dengan hasil yang secara langsung dapat diperoleh

dari pekerjaannya, seperti kesempatan kenaikan pangkat, peluang

meningkatkan ketrampilan, pengakuan, tanggung jawab, dan

pencapaian.

3. Motivasi Prestasi

Kast dan Rosenzweig (2002: 411) mengemukakan bahwa

kebutuhan akan prestasi dalam hirarki kebutuhan Maslow didasari

pada kebutuhan penghargaan dan aktualisasi diri. Sedangkan

motivator Herzberg berpendapat bahwa pengakuan akan prestasi

penting bagi kepuasan pribadi. Menurut McClelland, manusia

memiliki tiga tingkatan motif, yaitu:

a. Motif berprestasi, yaitu motif yang mendorong untuk


menunjukkan suatu standart keistimewaan (excellence),
mencari prestasi dari tugas, kesempatan atau kompetisi.
b. Motif afiliasi, yaitu motif yang mendorong untuk menunjukkan,
memelihara dan memperbaiki hubungan dengan orang lain.
c. Motif kekuasaan, yaitu motif yang mendorong untuk mencari
status dan situasi dimana mereka dapat mengontrol pekerjaan
atau tindakan orang lain.

Tiga tingkatan motif yang dikemukan oleh McClelland


46

akan peneliti gunakan sebagai indikator untuk mengetahui motivasi

pegawai Badan Lingkungan Hidup Banyumas.Untuk memperjelas

teori kebutuhan dari McClelland, Robbins dan Judge (2008: 230)

menambahkan beberapa individu memiliki dorongan kuat untuk

berhasil. Mereka lebih berjuang untuk pencapaian tujuan pribadi

daripada memperoleh penghargaan. Mereka memiliki keinginan

untuk melakukan sesuatu dengan lebih baik atau lebih efisien

dibanding sebelumnya. Dorongan ini merupakan kebutuhan

pencapaian (nAch).

Kebutuhan kekuatan (nPow) adalah keinginan untuk

memiliki pengaruh, menjadi berpengaruh, dan mengendalikan

individu lain. Individu dengan kebutuhan kekuasan tinggi suka

bertanggung jawab, berjuang untuk mempengaruhi individu lain,

senang ditempatkan dalam situasi yang kompetitif dan berorientasi

status, serta cenderung lebih khawatir dengan wibawa dan

mendapatkan pengaruh atas individu lain daripada kinerja yang

efektif.

Kebutuhan ketiga yang dipisahkan oleh McClelland adalah

hubungan (nAff). Individu dengan motif hubungan yang tinggi

berjuang untuk persahabatan, lebih menyukai situasi yang

kooperatif daripada situasi-situasi yang kompetitif, dan

menginginkan hubungan-hubungan yang melibatkan tingkat

pengertian mutual yang tinggi.


47

McClelland dalam Thoha (2008: 68) menemukan empat

karakteristik orang yang memiliki motivasi tinggi berdasarkan hasil

risetnya bertahun-tahun yaitu:

1. Suka mengambil resiko yang moderat. Penemuan McClelland

menemukan bahwa orang yang memiliki motivasi berprestasi

tinggi maka dia akan melakukan pengamatan yang jeli dengan

keadaan sehingga usaha yang dilakukan mendekati tujuannya.

2. Memerlukan umpan balik segera. Mereka senang dengan

informasi yang berkaitan dengan hasil-hasil yang dikerjakan.

Informasi ini dijadikan sebagai umpan balik untuk memperbaiki

prestasi yang akan datang.

3. Memperhitungkan keberhasilan. Mereka cenderung

memperhitungkan keberhasilan prestasinya dan kurang

memperhitungkan penghargaan-penghargaan materi. Ia lebih

puas pada instrinsik dari tugas yang dibebankan kepadanya.

Pujian, penghargaan, dan hadiah-hadiah yang melimpah

bukanlah karena ia mengharapkan tetapi orang lain atau

lingkungan yang menghargainya.

4. Menyatu dengan tugas. Orang yang memiliki prestasi tinggi

akan cenderung menyatu dengan tugas sampai dia berhasil. Dia

tidak bisa meninggalkan sebelum selesai secara keseluruhan.

Terkadang orang yang memiliki prestasi tinggi terkadang

memiliki pengaruh yang kurang menyenangkan terhadap orang


48

yang berhubungan dengannya. Orang lain terkadang merasa

orang tersebut tidak bersahabat. Orang yang berprestasi tinggi

tidak selalu ramah dengan orang lain.

Dari beberapa pengertian motivasi di atas, dapat didefinisikan

motivasi sebagai dorongan dan keinginan untuk melakukan sesuatu

untuk mencapai tujuan tertentu. Dorongan dan keinginan inilah yang

menyebabkan seseorang bertindak untuk mencapai sesuatu. Motivasi

pegawai dalam penelitian ini diukur dengan menggunakan indikator

kebutuhan akan prestasi; kebutuhan akan kekuasaan; dan kebutuhan

akan afiliasi.

2. Pengaruh Antar Variabel

2.1 Pengaruh Organizational Citizenship Behavior (X) terhadap Kinerja

Pegawai (Y)

Penelitian yang dilakukan oleh Bogler dan Somech (2005: 420)

pada 983 guru SMP dan SMA di Israel menunjukkan bahwa, OCB yang

dimiliki oleh guru sangat berpengaruh terhadap partisipasi mereka dalam

pengambilan keputusan sehingga berdampak signifikan terhadap

keberhasilan sekolah dalam mencapai tujuannya. Penelitian Yu-Chen (2014)

pada pegawai teknik dan supervisor menemukan bahwa OCB berpengaruh

positif terhadap kinerja organisasi. Pegawai yang memiliki pengalaman lebih

lama dalam organisasi akan lebih sedikit memiliki efek positif OCB terhadap

kinerja, sedangkan pegawai yang memiliki sedikit pengalaman akan

memiliki efek positif OCB yang berpengaruh lebih besar kepada kinerja.
49

Penelitian Ahmad Sanni (2013) pada pegawai Bank Syariah di

Malang menemukan bahwa keadilan prosedural dan komitmen organisasi

berpengaruh positif terhadap OCB, sedangkan kepuasan kerja tidak

berpengaruh terhadap OCB. Variabel OCB sendiri berpengaruh secara positif

kepada kinerja organisasi. Dengan menggunakan analisis jalur ditemukan

bahwa keadilan procedural mempengaruhi OCB sebesar 0,519; komitmen

organisasi mempengaruhi sebesar 0,300; kepuasan kerja berpengaruh

terhadap OCB sebesar 0,047; dan pengaruh OCB terhadap kinerja sebesar

0,269.

Endah Setyowati (2012) menemukan pengaruh yang signifikan

OCB terhadap kinerja karyawan PDAM Kabupeten Banyumas. Wiwiek

Harwiki (2013) melakukan penelitian pada koperasi yang ada di Jawa Timur

menemukan bahwa servant leadership berpengaruh terhadap budaya

organisasi, komitmen organisasi, dan kinerja pegawai secara signifikan,

namun tidak berpengaruh signifikan terhadap OCB. Komitmen organisasi

berpengaruh secara signifikan terhadap OCB, namun tidak signifikan

terhadap kinerja. OCB berpengaruh secara signifikan terhadap kinerja.

2.2 Pengaruh Kepribadian (Z1) terhadap Organizational Citizenship

Behavior (X)

Penelitian yang dilakukan oleh Purba dan Seniati (2004: 105-111)

pada industri proses dan menemukan pengaruh yang cukup besar

kepribadian dan komitmen organisasi terhadap OCB karyawan. Semakin

tinggi traits extraversion yang ditampilkan dalam bentuk mudah bergaul


50

dan aktif, traits openness to experience yang ditampilkan dalam bentuk

imajinatif dan kreatif, traits conscientiousness yang ditampilkan dalam

bentuk bertanggung jawab, tekun, dan berorientasi pada keberhasilan.

Semakin terikat karyawan tersebut secara emosional dengan perusahaan,

maka semakin cenderung ia membantu rekan kerja dan atasan dalam hal

menyelesaikan tugas, pencegahan masalah dalam bekerja, dan pemberian

semangat dan penguatan, serta semakin cenderung ia membantu organisasi

secara keseluruhan, dengan cara menolerir situasi yang kurang ideal dalam

bekerja, peduli pada kelangsungan hidup perusahaan dan patuh pada

peraturan dan tata tertib perusahaan. Endah Setyowati (2012) menemukan

pengaruh yang signifikan kepribadian terhadap OCB karyawan PDAM

Kabupeten Banyumas. Hal ini sejalan dengan Moorman dan Blakely (1995)

dan Van Dyne, dkk (2000) yang mengemukakan bahwa kolektivisme

berpengaruh positif terhadap OCB. Pengaruh kepribadian terhadap OCB

juga dibuktikan oleh Organ (1990;1994), Organ dan Lingl (1995), Penner,

dkk (1997) dalam Jangahir, dkk (2004: 80).

2.3 Pengaruh Kepuasan Kerja (Z2) terhadap Organizational Citizenship

Behavior (X)

Waspodo dan Minadaniati (2012: 1-16) menemukkan bahwa

kepuasan kerja dan iklim organisasi berpengaruh terhadap OCB karyawan.

Kepuasan kerja dan iklim organisasi berpengaruh sebesar 15,7% terhadap

OCB, selebihnya 84,3% dipengaruhi oleh variabel lainnya.

Niken Ratna Pravitasari (2012) menemukan bahwa kepuasan kerja,


51

budaya dan motivasi kerja berpengaruh positif dan signifikan terhadap OCB

(organizational citizenship behavior). Melly Widiastuti (2013) melakukan

penelitian dengan judul Pengaruh Kepuasan Kerja terhadap Organizational

Citizenship Behavior (OCB) pada Karyawan PT. IJBP Jakarta menemukan

bahwa ada pengaruh yang sangat signifikan antara kepuasan kerja terhadap

OCB pada karyawn PT. IJBP Jakarta sebesar 60,3 persen.

Deborah A. Jasovsky (2001) dalam disertasinya menemukan bahwa

kepuasan kerja dan Komitmen organisasi berpangaruh secara positif kepada

OCB staff perawat. David A. Foote dan Thomas Li-Ping Tang (2008)

melakukan penelitian yang melibatkan 242 pekerja menemukan bahwa

kepuasan kerja dan OCB berpengaruh secara signifikan, seperti hubungan

antara komitmen kelompok dengan OCB. Hubungan antara kepuasan kerja

dengan OCB ditengahi oleh komitmen kelompok, semakin kuat hubungan

komitmen kelompok maka akan semakin tinggi. Penelitian Abdullah

Osman,dkk (2015) menemukan bahwa kepuasan kerja, motivasi kerja, dan

perceived organizational Support memiliki korelasi positif yang tinggi

terhadap OCB. kepuasan kerja berpengaruh terhadap OCB sebesar 0,573.

Penelitian yang dilakukan oleh Smith, dkk (1983); and Bateman and

Organ (1983); Organ (1997); Deluga (1995); Penner, Midili dan Kegelmeyer

(1997) dalam Jahangir, dkk.(2004: 80) menemukan bahwa kepuasan kerja

merupakan prediktor terbaik dari OCB. Davis (1992) juga menemukan

bahwa kepuasna kerja memiliki hubungan yang positif dengan OCB dan

kinerja. Kepuasan kerja memiliki pengaruh yang signifikan pada absensi


52

pegawai, perputaran pegawai, dan stress pegawai.

2.4 Pengaruh Motivasi Pegawai (Z3) terhadap Organizational Citizenship

Behavior (X)

Penelitian yang dilakukan oleh Pravitasari (2012) menemukan

bahwa kepuasan kerja, budaya dan motivasi kerja berpengaruh positif dan

signifikan terhadap OCB. Populasi dari penelitian ini adalah seluruh

karyawan kontrak PT AST sebanyak 239 karyawan. Fenomena yang muncul

pada PT AST adalah turunnya kinerja karyawan sehingga jumlah karyawan

yang ada belum mampu membuat melayani pelanggan. Oleh karena itu, PT

ASH sejak 2008 melakukan perekrutan karyawan kontrak.

Abdullah Osman, dkk (2015) melakukan penelitian melibatkan 300

pekerja dari tiga organisasi berbeda. Penelitian ini menemukan bahwa

kepuasan kerja, motivasi kerja, dan perceived organizational Support

memiliki korelasi positif yang tinggi terhadap OCB. Motivasi berpengaruh

terhadap OCB sebesar 0,690.

Organ (1990); Kemery, dkk (1997); Tang dan Ibrahim (1998);

Penner, dkk (1997) dalam Jahangir, dkk (2004) mencoba untuk

mengeksplorasi pengaruh dari kepribadian dan motivasi terhadap OCB.

Sebelumnya tidak ada penelitian yang menggunakan motivasi sebagai

prediktor dari OCB. Bentuk baru dari motivasi yang dibangun oleh Leonard,

Beauvais, dan Scholl (1999) menemukan bahwa lima sumber motivasi

diukur melalui proses intrinsik; instrumental; konsep diri eksternal; konsep

diri internal; dan internalisasi tujuan. Barbuto, dkk. (2001) berpendapat


53

bahwa teori-teori motivasi dapat bekerja sebagai anteseden OCB.

B. Penelitian Terdahulu

Tabel 2.1 Penelitian Terdahulu

No Judul Penelitian,Nama, Tujuan Metode Hasil Penelitian


dan Tahun Penelitian Penelitian Penelitian
1. The Influence of Job Penelitian ini Kuantitatif Penelitian ini
Satisfaction, Motivation bertujuan untuk menemukan bahwa
and Perceived meneliti kepuasan kerja,
Organizational Support bagaimana motivasi kerja dan
toward Organizational pengaruh persepsi dukungan
Citizenship Behavior kepuasan kerja, organisasi memiliki
(OCB): A Persective of motivasi kerja, korelasi yang tinggi
American-Based dan persepsi dengan OCB.
Organization in Kulim, dukungan Namun, persepsi
Malaysia organisasi dukungan
Abdul Osman, Yusuf terhadap OCB di organisasi memiliki
Haji Othman, S M organisasi yang korelasi tertinggi
Sohel Rana, berbasis Amerika terhadap OCB. Hal
Mohammad Solaiman di Kulim ini karena pekerja
dan Bharat Lal (2015) yang merasa
mendapat dukungan
dari organisasi akan
memberikan kinerja
yang lebih baik
kepada organisasi
2. Analisis Variabel Penelitian ini Kuantitatif Penelitian ini
Anteseden OCB dan bertujuan untuk menemukan bahwa
Pengaruhnya terhadap mengetahui karakteristik
Kinerja Karyawan pengaruh pekerjaan,
Perusahaan Daerah Air karakteristik kepemimpinan
Minum Banyumas pekerjaan, transformasional,
Endah Setyowati (2012) kepemimpinan keadilan organisasi,
transformational, kepibadian
keadilan berpengaruh secara
organisasi, positif dan
kepribadian signifikan terhadap
terhadap OCB, OCB.
dan pengaruh OCB juga
OCB terhadap berpengaruh secara
kinerja karyawan positif dan
PDAM signifikan terhadap
Kabupaten kinerja karyawan
Banyumas PDAM Banyumas.
54

Lanjutan tabel 2.1


No Judul Penelitian,Nama, Tujuan Metode Hasil Penelitian
dan Tahun Penelitian Penelitian Penelitian
3. The Effect of Penelitian ini Kuantitatif Hasil penelitian
Occupational Image on berusah untuk menemukan bahwa
the Relationship menguji peran kepuasan kerja dan
between Organizational dari gambaran komitmen
Citizenship Behavior, kerja sebagai organisasi
Job Satisfaction, and variabel berhubungan
Organizational moderating dengan OCB dan
Commitment among antara OCB, level tertinggi OCB
Hospital Staff Nurse kepuasan kerja, dapat ditemukan
Deborah A. Jasovsky dan komitmen tergantung dari citra
(2001) organisasi. kelompok, namun
tes lebih lanjut
dibutuhkan untuk
menjelaskan secara
umum kekurangan
yang mendukung
kedudukan
kelompok yang
telah dimodifikasi.
4. The Influence of Penelitian ini Kuantitatif Penelitian ini
Servant Leadership on bertujuan untuk menemukan bahwa
Organizational Culture, menyelidi servant leadership
Organizational pengaruh dari berpengaruh
Commitment, servant terhadap budaya
Organizational leadership organisasi,
Citizenship Behavior terhadap budaya komitmen
and Employee organisasi, organisasi, dan
Performance (Study of komitmen kinerja pegawai
Outstanding organisasi, OCB, secara signifikan,
Cooperatives in East dan kinerja namun tidak
Java Province, pegawai pada berpengaruh
Indonesia) koperasi yang terhadap OCB.
Wiwiek Harwiki (2013) terkenal di Komitmen
Provinsi Jawa organisasi
Timur. berpengaruh secara
signifikan terhadap
OCB, namun tidak
signifikan terhadap
kinerja. OCB
berpengaruh
terhadap kinerja.
55

Lanjutan tabel 2.1


No Judul Penelitian,Nama, Tujuan Metode Hasil Penelitian
dan Tahun Penelitian Penelitian Penelitian
5. Antecedents and Penelitian ini Kuantitatif Peneliti
Consequences of berusaha untuk mendeskripsikan
Organizational membuat bangun anteseden OCB dari
Citizenship Behavior dasar untuk semua perspektif,
(OCB): A Conceptual menganalisis antara lain kejelasan
Framework in impak OCB pada peran, kepribadian,
Reference to Health kinerja kepemimpinan,
Sector organisasi yang komitmen
Hardeep Chahal dan diukur melalui organisasi, dan
Shivani Mehta (2010) berbagai keadilan organisas.,
preposisi dasar Pengaruh dari
yaitu anteseden anteseden tersebut
dan konsekuen dikorelasikan
dari OCB. dengan lima alat
ukur kinerja yaitu
penurunan
pergantian pegawai,
penurunan absensi,
kepuasan dan
loyalitas pegawai,
kepuasan
pelanggan, dan
loyalitas konsumen
6. Organizational Penelitian ini Analisis Penelitian ini
Citizenship Behavior: berusaha untuk Data mengidentifikasikan
Its Nature and mengeksplorasi Sekunder anteseden OCB
Antecedents berbagai definisi antara lain:
Nadim Jahangir, OCB dan kepuasan kerja dan
Mohammad Muzahid mengujidimensi komitmn organisasi,
Akbar, Mahmudul Haq OCB untuk persepsi peran,
(2004) menemukan kepemimpinan dan
anteseden OCB. pergantian
kepemimpinan,
persepsi keadilan,
kepribadian,
motivasi, dan umur
pekerja. Ketika
anteseden diketahui
maka manajer dapat
meningkatkan OCB
untuk kinerja yang
lebih bagus.
56

Lanjutan tabel 2.1


No Judul Penelitian,Nama, Tujuan Metode Hasil Penelitian
dan Tahun Penelitian Penelitian Penelitian
7. Role of Procedural Penelitian ini Kuantitatif Hasil penelitian ini
Justice, Organizational bertujuan untuk menemukan bahwa
Commitment, and Job menentukan keadilan prosedural
Satisfaction on Job peran dari OCB dan komitmen
Performance: the sebagai variabel organisasi
Mediating Effect of mediasi antara berpengaruh positif
Organizational kepemimpinan terhadap OCB,
Citizenship Behavior transformasional, sedangkan kepuasan
Ahmad Sanni (2013) komitmen kerja tidak
organisasi dan berpengaruh
kepuasan kerja terhadap OCB.
terhadap kinerja Variabel OCB
pegawai. sendiri berpengaruh
terhadap kinerja
organisasi.
8. Pengaruh Kepuasan Penelitian ini Kuantitatif Penelitian ini
Kerja dan Iklim bertujuan untuk: menemukan bahwa:
Organisasi terhadap 1. Secara empirik 1.Pengaruh
Organizational menguji kepuasan kerja
Citizenship Behavior pengaruh terhadap OCB
(OCB) Karyawan pada kepuasan kerja sebesar 2,386 dan
PT. Trubus Swadaya terhadap OCB signifikansi 0,020.
Depok pada PT. Trubus 2. Pengaruh iklim
Agus AWS Waspodo Swadaya Depok. organisasi terhadap
dan Lussy Minadaniati 2. Secara OCB sebesar 2.288
(2012) empirik menguji dan signifikansi
pengaruh iklim 0,026.
organisasi Pengaruh kepuasan
terhadap OCB kerja dan iklim
pada PT. Trubus organisasi terhadap
Swadaya Depok. OCB sebesar 0,157
4. Secara empirik atau 15,7 persen.
menguji
pengaruh
kepuasan kerja
dan iklim
organisasi
terhadap OCB
pada PT. Trubus
Swadaya Depok.
57

Lanjutan tabel 2.1


No Judul Penelitian,Nama, Tujuan Metode Hasil Penelitian
dan Tahun Penelitian Penelitian Penelitian
9. The Moderating Effect Penelitian ini Kuantitatif Hasil penelitian
of Perceived Job bertujuan untuk menemukan
Characteristics on the mengeksplorasi hubungan yang
Proactive Personality - hubungan antara positif antara
Organizational kepribadian kepribadian yang
Citizenship Behavior proaktif dengan proaktif secara
Erick W. Ligouri, OCB. langsung dengan
Benjamin D. McLarty OCB, dan hubungan
dan Jeffrey Muldoon ini dimoderasi oleh
(2012) keduanya otonomi
dan arti pekerjaan.
10 Performance Appraisal Penelitian ini Kuantitatif Hasil penelitian
Process and bertujuan untuk menemukan bahwa
Organizational Menguji Hubungan antara
Citizenship Behavior bagaimana proses penilaian
Wei Zheng, Miang proses penilaian kinerja dengan OCB
Zhang, dan Hai Li kinerja secara parsial
(2012) diasosiasikan berhubungan
dengan OCB. dengan komitmen
afektif. Hubungan
penilaian
penghargaan
dengan OCB akan
menguat apabila
berhubungan secara
langsung dan akan
melemah apabila
melalui komitmen
afektif.

Perbedaan penelitian ini dengan penelitiaan terdahulu terletak pada fokus dan

lokus penelitian. Fokus penelitian adalah kinerja pegawai dan organizational

citizenship behavior pegawai Badan Lingkungan Hidup Kabupaten Banyumas.

Penelitian ini menggunakan metode penelitian kuantitatif asosiatif dengan metode

penelitian survey. Tujuan penelitian ini juga berbeda dengan penelitian. Tujuan

penelitian ini adalah untuk mengetahui adakah pengaruh yang positif dan signifikan

organizational citizenship behavior terhadap kinerja pegawai Badan Lingkungan


58

Hidup Kabupaten Banyumas, serta mengetahui adakah pengaruh yang positif dan

signifikan dari anteseden organizational citizenship behavior pegawai Badan

Lingkungan Hidup Kabupaten Banyumas. Penelitian ini adalah penelitian bertingkat

yaitu pertama-tama menguji pengaruh OCB terhadap kinerja pegawai kemudian

mencari anteseden OCB yang paling berpengaruh terhadap OCB.

C. Hipotesis

Menurut Sugiyono (2007: 85) hipotesis adalah jawaban sementara

terhadap rumusan masalah pada suatu penelitian yang baru didasarkan pada teori

dan didukung oleh penelitian yang relevan, tetapi belum ada pembuktian secara

empiris.

1. Model Verbal

a. Hipotesis Nol (Ho)

1). Tidak ada pengaruh yang positif dan signifikan antara organizational

citizenship behavior (X) terhadap kinerja pegawai (Y) Badan

Lingkungan Hidup Kabupaten Banyumas

2). Tidak ada pengaruh yang positif dan signifikan antara kepribadian

(Z1) terhadap organizational citizenship behavior (X) pegawai

Badan Lingkungan Hidup Kabupaten Banyumas.

3). Tidak ada pengaruh yang positif dan signifikan antara kepuasan kerja

(Z2) terhadap organizational citizenship behavior (X) pegawai

Badan Lingkungan Hidup Kabupaten Banyumas.

4). Tidak ada pengaruh yang positif dan signifikan antara motivasi

pegawai (Z3) terhadap organizational citizenship behavior (X)


59

pegawai Badan Lingkungan Hidup Kabupaten Banyumas.

5). Tidak ada pengaruh yang positif dan signifikan antara kepribadian

(Z1), kepuasan kerja (Z2), dan motivasi pegawai (Z3) terhadap

organizational citizenship behavior (X) pegawai Badan

Lingkungan Hidup Kabupaten Banyumas.

b. Hipotesis Kerja (Ha)

1). Ada pengaruh yang positif dan signifikan antara organizational

citizenship behavior (X) terhadap kinerja pegawai (Y) Badan

Lingkungan Hidup Kabupaten Banyumas.

2). Ada pengaruh yang positif dan signifikan antara kepribadian (Z1)

terhadap organizational citizenship behavior (X) pegawai Badan

Lingkungan Hidup Kabupaten Banyumas.

3). Ada pengaruh yang positif dan signifikan antara kepuasan kerja (Z2)

terhadap organizational citizenship behavior (X) pegawai Badan

Lingkungan Hidup Kabupaten Banyumas.

4). Ada pengaruh yang positif dan signifikan antara motivasi pegawai (Z3)

terhadap organizational citizenship behavior (X) pegawai Badan

Lingkungan Hidup Kabupaten Banyumas.

5). Ada pengaruh yang positif dan signifikan secara bersama-sama antara

kepribadian (Z1), kepuasan kerja (Z2), dan motivasi pegawai (Z3)

terhadap organizational citizenship behavior (X) pegawai Badan

Lingkungan Hidup Kabupaten Banyumas.


60

2. Model Geometrik

H2
Kepribadian (Z1)

Organizational
Kepuasan Kerja H3 H5
Citizenship Behavior
(Z2) (OCB) (X)

Motivasi (Z3) H1
H4

Kinerja Pegawai (Y)

Gambar 2.2 Kerangka Berfikir


BAB III

METODE PENELITIAN

A. LOKASI PENELITIAN

Penelitian ini akan dilakukan di Badan Lingkungan Hidup

Kabupaten Banyumas. Pemilihan lokasi didasarkan atas prestasi Badan

Lingkungan Hidup tahun 2014 yang telah berhasil memperoleh Piala

Adipura. Keberhasilan memperoleh Piala Adipura karena adanya kerja keras

dari semua pihak terutama pegawai Badan Lingkungan Hidup.

B. SASARAN PENELITIAN

Sasaran dari penelitian ini adalah seluruh pegawai Badan

Lingkungan Hidup Kabupaten Banyumas yang berstatus sebagai PNS dan

non-PNS. Alasan pemilihan pegawai sebagai sasaran penelitian karena setiap

pegawai merupakan komponen utama dari sebuah organisasi yang

berpengaruh terhadap kinerja individu.

C. METODE PENELITIAN

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian

survey, yaitu metode penelitian yang menggunakan kuesioner sebagai

instrumen pokok dalam mengumpulkan data dan informasi dari responden.

Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui berapa besar pengaruh variabel

bebas terhadap variabel terikat.

D. TEKNIK PENGAMBILAN SAMPEL

Populasi dari penelitian ini adalah semua pegawai Badan

62
63

Lingkungan Hidup Kabupaten Banyumas baik yang berstatus PNS maupun

non-PNS. Populasi dalam penelitian ini berjumlah 34 orang. Pengambilan

sampel dalam penelitian menggunakan metode sampling jenuh atau sensus.

Jadi sampel dari penelitian ini adalah sebesar 34 orang.

E. TEKNIK PENGUMPULAN DATA

Metode pengumpulan data dalam penelitian ini adalah:

a. Kuesioner

Kuesioner merupakan teknik pengumpulan data yang dilakukan

dengan cara memberi seperangkat pertanyaan atau pernyataan tertulis

kepada responden untuk dijawab. Dalam penelitian ini ada lima

kuesioner yang digunakan yaitu: kuesioner yang mengukur kepribadian

pegawai, kepuasan kerja, motivasi pegawai, organizational citizenship

behavior, dan kinerja. Penyusunan kelima kuesioner menggunakan skala

likert yaitu skala yang digunakan untuk mengukur, sikap, pendapat, dan

persepsi seseorang atau sekelompok orang tentan fenomena sosial.

Jawaban dari responden yang bernilai positif lebih tinggi nilainya dari

jawaban responden yang negatif. Masing-masing jawaban akan diberi

skala numerik sebagai berikut:

Sangat tidak setuju = skor 1

Tidak setuju = skor 2

Netral = skor 3

Setuju = skor 4

Sangat setuju = skor 5


64

b. Dokumentasi

Dokumentasi merupakan pengumpulan data melalui arsip-arsip

tertulis yang berasal dari berbagai sumber yang berasal dari dinas atau

departemen tertentu, dapat pula data yang tersedia pada biro statistik

atau dokumen skala, lembaga pemerintah ataupun swasta, serta berbagai

sumber yang lain (Poerwanti, 2000: 167). Data yang digunakan dalam

penelitian ini antara lain laporan akuntabilitas kinerja institusi

pemerintah (Lakip) 2014, daftar hadir pegawai bulan September 2015,

dan prestasi-prestasi yang dimiliki oleh Badan Lingkungan Hidup.

F. Jenis Data

Secara garis besar data dalam penelitian ini dibagi menjadi dua

yaitu:

a. Data primer

Data primer merupakan data yang diperoleh secara langsung

dari sumbernya atau narasumber sebagai responden yang langsung

berhubungan dengan focus penelitian. Data primer dalam penelitian ini

adalah kuesioner yang diisi oleh pegawai Badan Lingkungan Hidup.

b. Data sekunder

Data sekunder adalah data diperoleh melalui laporan-laporan,

buku-buku, catatan-catatan yang berkaitan erat dengan permasalahan

yang diteliti. Data sekunder dari penelitian ini antara lain laporan

akuntabilitas kinerja institusi pemerintah (Lakip) 2014, daftar hadir

pegawai September 2015, dan prestasi-prestasi yang dimiliki oleh badan


65

lingkungan Hidup.

G. DEFINISI KONSEP DAN DEFINISI OPERASIONAL

a. Definisi Konsep

Definisi konseptual bersifat hipotetikal dan tidak dapat

diobservasi. Definisi konseptual merupakan suatu konsep yang

didefinisikan dengan referensi konsep yang lain. Definisi konsep dalam

penelitian ini adalah sebagai berikut:

1) Kinerja (Y) merupakan hasil kerja secara kualitas dan kuantitas

yang dicapai oleh seorang pegawai dalam menyelesaikan tugasnya

sesuai dengan tanggung jawab yang diberikan kepadanya.

2) Organizational Citizenship Behavior (OCB) (X) adalah perilaku

sukarela pegawai yang tidak tercantum sebagai kewajiban formal,

namun mendukung berfungsinya organisasi secara efektif.

3) Kepribadian (Z1) adalah himpunan karakteristik, kecenderungan

yang stabil yang menentukan sifat umum dan perbedaan dalam

berperilaku seseorang.

4) Kepuasan kerja (Z2) adalah perasaan senang dan positif terhadap

pekerjaan.

5) Motivasi (Z3) merupakan dorongan dan keinginan untuk melakukan

sesuatu untuk mencapai tujuan.

b. Definsi Operasional

Definisi operasional merupakan definisi yang didasarkan pada

karakteristik yang dapat diobservasi dari apa yang sedang didefinisikan


66

atau mengubah konsep-konsep yang berupa konstruk dengan kata-kata

yang menggambarkan perilaku atau gejala yang dapat diamati dan yang

dapat diuji dan ditentukan kebenarannya oleh orang lain. Definisi

operasional dari penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Kinerja pegawai (Y) dapat diukur dengan:

a. Kuantitas pekerjaan (quantity of work)

-Pekerjaan yang dilakukan memenuhi target yang telah

ditentukan

- Hasil pekerjaan melebihi target yang diharapkan

b. Kualitas pekerjaan (quantity of work)

- Hasil pekerjaan memuaskan organisasi

- Kualitas pekerjaan sesuai dengan standar

c. Pengetahuan terhadap pekerjaan (job knowledge)

- Memiliki pengetahuan yang luas mengenai pekerjaan

- Mengauasai tugas dan kewajiban pekerjaan dengan baik

d. Kreativitas (creativity)

- Menyelesaikan pekerjaan dengan kreatif

-Mengetahui gagasan yang orisinil untuk menyelesaikan

pekerjaan

e. Kemampuan mengorganisasikan pekerjaan (cooperative)

- Pekerjaan terorganisir dengan baik

- Mampu bekerja sama dalam tim

f. Kesadaran dan dapat dipercaya (dependability)


67

- Berusaha datan untuk tepat waktu

- Selalu menyelesaikan pekerjaan tepat waktu

g. Inisiatif menyelesaikan pekerjaan (inisiative)

- Memiliki inisiatif untuk segera menyelesaikan pekerjaan yang

diberikan

-Senang dengan hal-hal baru yang berkaitan untuk

menyelesaikan pekerjaan

h. Kemampuan personal (personal qualities)

- Kemampuan yang baik dalam menyikapi pekerjaan

- Ramah kepada semua orang

2. Organizational Citizenship Behavior (X) diukur dengan:

a. Sukarela membantu orang lain (altruism)

- Sukarela membantu rekan kerja

- Membantu para tamu dan orang yang membutuhkan pelayanan

b. Membantu rekan kerja mencegah timbulnya masalah (courtesy)

-kesediaan membantu orientasi pegawai baru maupun anak magang

- Menjaga kekompakan tim

c. Toleransi terhadap keadaan (sportsmanship)

- Berusaha untuk menyelesaikan konflik yang ada di lingkungan kerja

- Membangun citra positif organisasi

d. Partisipasi dalam kegiatan organisasi (civic virtue)

- Bersedia mengikuti perubahan

- Mendukung semua kegiatan yang dilakukan organisasi


68

- Memberikan pendapat saat rapat

e. Inisiatif individu (consicientiousness)

- Selalu datang tepat waktu

- Bekerja sesuai jam kerja

- Selalu mematuhi aturan organisasi

3. Kepribadian Pegawai (Z1) dalam penelitian ini diukur dengan:

a. Tingkat kenyamanan seseorang dalam berhubungan dengan orang lain

(ekstraversi)

- Memandang segala sesuatu kemungkinan dengan optimis

- Mudah bersosialisasi dan berbaur dengan orang baru

b. Mudah akur atau mudah bersepakat (agreeableness)

- Senang bekerja sama dengan orang lain

- Suka membantu orang lai yang membutuhkan bantuan

c. Sifat berhati-hati (consicientiousness)

- Bertanggung jawab terhadap pekerjaan yang diberikan

- Mengerjakan pekerjaan secara terencana

- Tidak mudah bereaksi isu/berita yang belum pasti kebenaranya

d. Stabilitas emosi (emotional stability)

- Tidak mudah tegang dan gugup

- Percaya diri dalam menghadapi pekerjaan

- Memiliki pendirian yang teguh

e. Terbuka terhadap hal-hal baru (openness to experience)

- Memiliki keingitahuan yang tinggi terhadap hal-hal baru


69

- Memiliki kreativitas yang tinggi dalam menyelesaikan pekerjaan

4. Kepuasan Kerja (Z2) dalam peelitian ini diukur dengan:

a. Kepuasan terhadap pekerjaan

- Perasaan puas terhadap pekerjaan karena pekerjaan yang menarik

- Kesesuaian antara pekerjaan dengan disiplin ilmu yang dimiliki

b. Kepuasan terhadap gaji

- Kepuasan terhadap gaji yang diterima tiap bulan

- Kepuasan terhadap tunjangan yang diberikan

c. Kepuasan terhadap pengawasan

- Kepuasan terhadap pengawasan yang dilakukan oleh sub bidang

- Kepuasan terhadap keputusan yang diambil oleh kepala bidang

d. Kepuasan terhadap kesempatan promosi

- Kesempatan promosi yang adil

-Kesempatan untuk mengembangkan diri melalui pendidikan

dan pelatihan yang adil

e. Kepuasan terhadap lingkungan kerja

- Hubungan dengan rekan kerja bagus

- Lingkungan kerja sesuai dengan yang diharapkan

5. Motivasi Pegawai (Z3) dalam penelitian ini diukur dengan:

a. Kebutuhan akan prestasi

- Keinginan untuk mencapai hasil pekerjaan yang maksimum

- Keinginan untuk mencapai prestasi yang mungkin dapat diraih

b. Kebutuhan akan kekuasaan


70

- Keinginan untuk mencapai karier tertinggi

- Keinginan untuk menjadi pemimpin

c. Kebutuhan akan afliliasai

- Mudah bergaul dengan orang lain

- Berusaha untuk harmonis dengan rekan kerja

H. Validitas dan Realibilitas Alat Ukur

a. Validitas Alat Ukur

Hadari Nawawi dan Martini Hadari (2006: 178) menyebutkan

bahwa validitas atau tingkat ketepatan adalah tingkat kemampuan

instrument penelitian untuk mengungkapkan data sesuai dengan masalah

yang hendak diungkapkan. Dari sudut instrument, pengukuran adalah

kemampuan instrument penelitian untuk mengukur apa yang hendak

diukurnya secara tepat dan benar. Adapun rumus r tersebut adalah

(Suliyanto, 2011: 16):

N ( XY ) ( X Y )
ri =
( N X 2 ( X ) 2 ( N Y 2 ( Y ) 2 )

Keterangan:

r = Koefisien korelasi product moment


N = Jumlah responden
X = skor tiap item pertanyaan
Y =total skor instrumen penelitian

Dengan derajat kebebasan (df)= N-2 dan = 0,05 besarnya r tabel adalah

0,349 , maka:

1. Jika r hitung > r table , maka pernyataan valid

2. Jika r hitung < r table , maka pernyataan tidak valid.


71

b. Reliabilitas Alat Ukur

Hadari Nawawi dan Martini Hadari (2006: 190) menyebutkan

bahwa reliabilitas atau tingkat ketepatan adalah tingkat kemampuan

instrument penelitian untuk mengemukakan data secara tetap dari tingkat

sekelompok individu. Instrument yang memiliki tingkat reliabilitas tinggi

cenderung menghasilkan data yang sama tentang suatu variabel atau

unsur-unsurnya, jika diulangi pada waktu berbeda pada sekelompok individu

yang sama.

Rumus teknik Alpha Cronbach sebagai berikut:

k Si 2
ri =
k 1 St 2

Keterangan:

ri / = Koefisien reliabilitas instrumen


k = Mean kuadrat antara Subjek
Si2 = Mean kuadrat kesalahan
St2 = Variants total

Teknik pengujian reliabilitas variabel penelitian dalam teknik adalah

dengan membandingkan hasil perhitungan (ri) atau koefisien alpha () pada

variabel penelitian yang diperoleh r (product moment). Jika (ri) atau alpha ()

pada variabel penelitian tersebut lebih besar dari 0,60 maka instrumen

penelitian reliabel. Jika nilai koefisien alpha (ri) <0,60, maka instrumen

penelitian tidak reliabel.

I. Analisis Data

Hipotesis asosiatif merupakan dugaan adanya hubungan

antarvariabel dalam populasi. Pembuktian dilakukan dengan menghitung


72

koefisien korelasi antar variabel yang dikaji kemudian diuji signifikansinya.

Koefisien korelasi adalah angka yang menunjukkan arah dan kuat hubungan

antar dua variabel atau lebih. Arah dinyatakan dalam bentuk positif dan

negatif, sedangkan kuat hubungan dinyatakan dalam bentuk koefisien

korelasi. Hubungan dinyatakan positif jika nilai satu variabel ditingkatkan

maka akan meningkatkan variabel lainnya, dan sebaliknya. Sedangkan

hubungan negatif apabila nilai satu variabel ditingkatkan maka akan

menurunkan variabel lainnya.

Data dalam penelitian ini adalah ordinal, maka teknik analisis yang

digunakan adalah sebagai berikut:

a. Korelasi Kendal Tau ( )

Korelasi Kendal Tau ( ) digunakan untuk mencari korelasi

antara dua variabel yang memiliki skala ordinal. Korelasi Kendal Tau

dapat diperhitungkan lebih lanjut bagi kepentingan korelasi parsial

(Slamet, 1994; Sugiyono, 2006; dalam Isna dan Warto, 2013: 271).

Rumus Kendal Tau:

S

2 N ( N 1)
1

Keterangan:
= koefisien korelasi Kendal Tau
S = skor sebenarnya
N = banyaknya objek atau individu yang diurutkan pada X dan Y

b. Koefisien Konkordansi Kendal W

Koefisien Konkordansi Kendal W digunakan untuk mencari

korelasi antara dua atau lebih variabel independen dengan satu variabel
73

dependen yang memiliki skala ordinal. Koefisien Konkordansi Kendall

W dalam penelitian ini digunakan untuk mengetahui pengaruh

bersama-sama variabel kepribadian, kepuasan kerja, dan motivasi

terhadap variabel organizational citizenship behavior. Rumus untuk

menghitung W adalah sebagai berikut (Siegel, 1986; dalam Isna dan

Warto, 2013):

S
W 1
12 k (N 3 N )
2

Keterangan:

W = koefisien korelasi konkordansi kendal w

Rj
2

S = jumlah kuadrat deviasi observasi dari Rj, jadi S = R j
N

k = banyak himpunan ranking penjenjangan, misal banyak penilai

Rj = jumlah ranking yang diberikan

N = banyak objek atau individu yang diberi ranking

1
12 k 2 (N 3 N ) = jumlah maksimum yang mungkin dicapai deviasi

kuadrat, yaitu jumlah S yang dapat terjadi dengan adanya kecocokan

sempurna diantara k ranking

c. Korelasi Parsial Kendal

Korelasi parsial menghitung dua variabel seperti menghitung

korelasi pada umumnya namun menganggap variabel ketiga konstan

(Santoso, 2014: 233). Korelasi parsial dalam penelitian ini digunakan

untuk menghitung korelasi dari variabel anteseden OCB dengan


74

mengganggap anteseden yang lain sebagai variabel konstan. Rumus

korelasi parsial adalah:

xy xz yz
xy. z
1 1
xz
2
yz
2

Keterangan:

X dan Y = variabel yang hendak diuji

Z = variabel yang dianggap konstan

d. Regresi Ordinal

Analisis regresi ordinal digunakan karena data yang dianalisis

memiliki variabel dengan skala pengukuran minimal ordinal. Tujuan

menggunakan regresi ordinal adalah mendapatkann model terbaik dan

sederhana yang menggambarkan pengaruh antara variabel independen

(predictor) dengan variabel dependen (outcome). Persamaan matematika

regresi ordinal dijelaskan oleh Ghozali (2006) dalam Isna dan Warto

(2012: 302) sebagai berikut:

p1
log it ( p1) log 1 ' x
1 p1
p1 p 2
log it ( p1 p 2) log 1 ' x
1 p1 p 2
p1 p 2 ... pk
log it ( p1 p 2 ... pk ) log 1 ' x
1 p1 p 2 ... pk

e. Kriteria Penerimaan Hipotesis

Hipotesis yang dikemukan dalam penelitian ini merupakan

hipotesis asosiatif yang menanyakan hubungan antar dua variabel atau


75

lebih. Pengujian hipotesis nol (Ho) dan hipotesis kerja (H1) dilakukan

dengan cara melihat angka signifikansinya, dengan ketentuan:

1. Signifikansi > 0,05 maka Ho diterima maka H1 ditolak;

2. Signifikansi < 0,05 maka Ho ditolak maka H1 diterima.


BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. PROFIL BADAN LINGKUNGAN HIDUP KABUPATEN BANYUMAS

Badan Lingkungan Hidup Kabupaten Banyumas merupakan salah satu

instansi pemerintah daerah Kabupaten Banyumas yang beralamat di Jalan Warga

Bhakti Nomor 03, Purwokerto. Badan Lingkungan Hidup Kabupaten Banyumas

dibentuk berdasakan Peraturan Daerah Kabupaten Banyumas Nomor 27 Tahun

2009 tentang Organisasi dan Tata Kerja Lembaga Teknis Daerah Kabupaten

Banyumas (Lembaran Daerah Kabupaten Banyumas Tahun 2009 Nomor 3 Seri D)

sebagaimana telah diubah beberapa kali terakhir dengan Peraturan Daerah

Kabupaten Banyumas Nomor 17 Tahun 2011 tentang Perubahan Kedua

(Lembaran Daerah Kabupaten Banyumas Tahun 2011 Nomor 5 Seri D). Sebagai

unsur pelaksana Pemerintah Daerah, Badan Lingkungan Hidup Kabupaten

Banyumas dipimpin oleh seorang Kepala yang berada dibawah dan bertanggung

jawab kepada Bupati melalui Sekretaris Daerah.

1. Struktur Organisasi

Susunan Organisasi Badan Lingkungan Hidup Kabupaten

Banyumas yang dibentuk berdasarkan Peraturan Daerah Nomor 27 Tahun

2009 tentang Organisasi dan Tata Kerja Lembaga Teknis Daerah Kabupaten

Banyumas (Lembaran Daerah Kabupaten Banyumas Tahun 2009 Nomor 3

Seri D) sebagaimana telah diubah beberapa kali terakhir dengan Peraturan

Daerah Kabupaten Banyumas Nomor 17 Tahun 2011 tentang Perubahan

76
77

Kedua (Lembaran Daerah Kabupaten Banyumas Tahun 2011 Nomor 5 Seri

D) terdiri atas:

1. Kepala Badan;

2. Sekretariat terdiri dari:

a. Sekretaris:

b. Sub Bagian Umum;

c. Sub Bagian Keuangan; dan

d. Sub Bagian Bina Program.

3. Bidang Konservasi Sumber Daya Alam, terdiri dari:

a. Kepala Bidang Konservasi dan Sumber Daya Alam;

b. Kasubbid Penataan; dan

c. Kasubbid Kemitraan.

4. Bidang Pengendali Dampak Lingkungan, terdiri dari:

a. Kepala Pengendali Dampak Lingkugan;

b. Kasubbid Pengawasan; dan

c. Kasubbid Pembinaan.

5. UPT Laboratorium, terdiri dari:

a. Kepala UPT;

b. Kasubbag Tata Usaha.

6. Kelompok Jabatan Fungsional


78

Adapun Struktur Organisasi Badan Lingkungan Hidup Kabupaten

Banyumas adalah sebagai berikut:

KEPALA

SEKRETARIS
KELOMPOK
JABATAN FUNGSIONAL

KA KA KA BAG
SUBBAG SUBBAG SUB BINA
UMUM KEUANG PROGRAM
AN

KEPALA BIDANG KEPALA BIDANG


PENGENDALIAN KONSERVASI SUMBER
DAMPAK LINGKUNGAN DAYA ALAM

KA KA KA KASUB
SUBBID SUBBID SUBBID BID
PEMBINA PENGAWAS PENATAAN KEMITRA
AN AN AN

KEPALA UNIT
PELAKSANA TEKNIS

KEPALA BAGIAN SUB


TATA USAHA

Gambar 4.1 Struktur Organisasi Badan Lingkungan Hidup Kabupaten


Banyumas
79

2. Tugas dan Fungsi

Pelaksanaan tugas pokok dan fungsi Badan Lingkungan Hidup

Kabupaten Banyumas selain di dasarkan pada Peraturan Daerah Kabupaten

Banyumas Nomor 17 Tahun 2011 juga didasarkan pada Peraturan Bupati

Banyumas Nomor 45 Tahun 2011 tentang Penjabaran Tugas dan Fungsi Badan

Lingkungan Hidup Kabupaten Banyumas.

a. Tugas

Berdasarkan Peraturan Bupati Nomor 45 Tahun 2011 disebutkan bahwa

Badan Lingkungan Hidup mempunyai tugas melaksanakan penyusunan dan

pelaksanaan kebijakan daerah di bidang lingkungan hidup.

b. Fungsi

Dalam rangka menyelenggarakan tugasnya, Badan Lingkungan Hidup

Kabupaten Banyumas menyelenggarakan fungsi:

1). Perumusan kebijakan teknis lingkup lingkungan hidup;

2). Pemberian dukungan atas penyelenggaraan pemerintahan daerah lingkup

lingkungan hidup;

3). Pembinaan dan pelaksanaan tugas lingkup lingkungan hidup; dan

4). Pelaksanaan tugas lain yang diberikan Bupati sesuai dengan tugas dan

fungsinya.

3. Visi Misi Badan Lingkungan Hidup

Untuk mencapai tujuan dasar dari terbentuknya Badan Lingkungan

Hidup maka dibuatlah Visi yang hendak dicapai oleh Badan Lingkungan Hidup

yaitu Terwujudnya lingkungan yang bersih dan hijau menuju masyarakat


80

yang sejahtera.

Untuk mewujudkan visi yang telah ditetapkan, maka dilakukan

langkah-langkah konkrit yaitu dengan membuat misi yang akan dilakukan. Misi

yang telah ditetapkan oleh Badan Lingkungan Hidup adalah sebagai berikut:

1. Meningkatkan pengendalian pencemaran dan perusakan lingkungan.

2. Meningkatkan perlindungan dan konservasi sumberdaya alam.

3. Peningkatan kapasitas SDM dan kelembagaan dalam pengelolaan

lingkungan hidup.

B. DESKRIPSI RESPONDEN

Responden dari penelitian ini adalah pegawai Badan Lingkungan Hidup

Kabupaten Banyumas. Responden berjumlah 34 orang yang terdiri dari pegawai

PNS dan non PNS. Penyebaran kuesioner diberikan langsung oleh peneliti

kepada responden, namun karena kesibukan dari masing-masing responden maka

kuesioner baru terkumpul semua setelah dua minggu disebar. Responden yang

tidak terlalu sibuk ketika penyebaran kuesioner langsung mengisi kuesioner dan

langsung dikembalikan kepada peneliti. Berdasarkan data yang terkumpul dari 34

orang responden melalui kuesioner terhadap beberapa informasi yang

memberikan gambaran mengenai karakteristik responden antara lain sebagai

berikut:

1. Karakteristik Responden berdasarkan Jenis Kelamin

Jenis kelamin seseorang bukanlah penghalang seseorang untuk

berprestasi. Stereotip terhadap jenis kelamin tertentu juga mempengaruhi

penerimaan maupun penempatan pegawai. Gambaran umum responden


81

berdasarkan jenis kelamin dapat dilihat pada tabel berikut ini:

Tabel 4.1. Karakteristik Responden berdasarkan Jenis Kelamin

No Jenis Kelamin Jumlah Persentase (%)


1. Laki-laki 21 61,8
2. Perempuan 13 38,2
Total 34 100
Sumber: Data primer diolah, 2016

Tabel karakteristik responden berdasarkan jenis kelamin

menunjukkan bahwa jumlah responden laki-laki sebanyak 21 orang

responden atau 61,8 persen sedangkan responden perempuan sebanyak 13

orang responden atau 38,2 persen. Total responden sebanyak 34 orang yang

merupakan keseluruhan jumlah pegawai Badan Lingkungan Hidup

Kabupaten Banyumas ketika penelitian ini dilakukan. Sebagian besar

pegawai yang ada di Badan Lingkungan Hidup adalah laki-laki karena

banyak pekerjaan yang harus dikerjakan di lapangan.

2. Karakteristik Responden berdasarkan Usia Pegawai

Usia seseorang akan berpengaruh terhadap kematangan berfikir

seseorang. Selain itu usia semakin tinggi usia seseorang seharusnya juga

semakin tinggi pula pengalaman kerja yang dimilikinya. Gambaran umum

responden berdasarkan usia pegawai dapat dilihat pada tabel berikut ini:

Tabel 4.2. Karakteristik Responden berdasarkan Usia Pegawai

No Golongan Usia Pegawai Jumlah Persentase (%)


1. Dibawah atau 30 tahun 8 23,5
2. 31-40 tahun 4 11,8
3. 41-50 tahun 10 29,4
4. di atas 51 tahun 12 35,3
Total 34 100
Sumber: data primer diolah, 2016
82

Tabel karakteristik responden berdasarkan usia pegawai

menunjukkan kelompok responden dibagi menjadi empat golongan usia

pegawai. Golongan pertama adalah untuk pegawai dengan karakteristik usia

dibawah atau 30 tahun. Jumlah responden dibawah atau usia 30 tahun

berjumlah 8 orang responden atau 23,5 persen. Golongan kedua adalah

pegawai yang berusia antara 31-40 tahun berjumlah 4 orang responden atau

11, 8 persen. Selanjutnya adalah pegawai pada rentang usia 41-50 tahun

berjumlah 10 orang responden atau 29, 3 persen. Terakhir adalah responden

dengan usia di atas 51 tahun atau merupakan pegawai senior berjumlah 12

orang atau 35,3 persen dari total pegawai. Jumlah responden terbanyak

berasal dari pegawai yang berusia di atas 51 tahun. Hal ini tentu

mempengaruhi mereka dalam menyelesaikan tugas mereka.

3. Karakteristik Responden berdasarkan Status Kepegawaian

Status kepegawaian yang dimiliki oleh pegawai akan berpengaruh

terhadap sikap mereka dalam bekerja. Seringkali pegawai yang merasa aman

dan jauh dari pemecatan atau pemutusan kerja akan bekerja secara maksimal,

namun seringkali pula terjadi sebaliknya. Gambaran umum responden

berdasarkan status kepegawaian responden dapat dilihat pada tabel berikut

ini:

Tabel 4.3.Karakteristik Responden berdasarkan Status Kepegawaian

No Status Kepegawaian Jumlah Persentase (%)


1. PNS 27 79,4
2. Non PNS 7 20,6
Total 34 100
Sumber: Data primer diolah, 2016
83

Karakteristik responden berdasarkan status kepegawaian Badan

Lingkungan Hidup Kabupaten Banyumas dalam menjalankan tugasnya

terdiri dari PNS dan Non PNS. Responden dengan status pegawai sebagai

PNS sejumlah 27 orang atau 79,4 persen, sedangkan responden non PNS

berjumlah 7 orang atau 20,6 persen.

4. Karakteristik Responden berdasarkan Golongan

Golongan ruang seorang PNS akan berpengaruh terhadap banyak

hal antara lain gaji, tunjangan, kesempatan promosi, dan tugas yang dimiliki.

Gambaran umum responden berdasarkan golongan dapat dilihat pada tabel

berikut ini:

Tabel 4.4. Karakteristik Responden berdasarkan Golongan

No Golongan Kepegawaian Jumlah Persentase (%)


1. - 7 20,6
2. Golongan II 7 20,6
3. Golongan III 13 38,2
4. Golongan IV 7 20,6
Total 34 100
Sumber: Data primer diolah, 2016

Karakteristik responden berdasarkan golongan menunjukkan bahwa

ada 7 atau 20,6 persen responden yang tidak memiliki golongan kepangkatan

karena mereka adalah pegawai non PNS. Golongan II terdiri dari 7

responden atau 20,6 persen, golongan III sebanyak 13 responden atau 38, 2

persen, dan golongan IV terdiri dari 7 orang responden atau 20,6 persen.

5. Karakteristik Responden berdasarkan Masa Kerja di Badan

Lingkungan Hidup

Masa kerja seseorang akan berpengaruh terhadap kemampuannya


84

untuk menangani dan menghadapi pekerjaannya. Semakin lama seseorang

bekerja seharusnya semakin memahami pekerjaannya. Gambaran umum

karakteristik responden berdasarkan lama kerja di Badan Lingkungan Hidup

Kabupaten Banyumas dapat dilihat pada tabel berikut ini:

Tabel 4.5. Karakteristik Responden berdasarkan Masa Kerja di BLH

No Lama kerja di BLH Jumlah Persentase (%)


1. Dibawah satu tahun 7 20.6
2. 1-2 tahun 5 14.7
3. 3-4 tahun 4 11.8
4. 5 tahun 2 5.9
5. di atas 5 tahun 16 47.1
Total 34 100
Sumber: Data primer diolah, 2016

Tabel 4.5 menunjukkan bahwa responden yang memiliki masa kerja

lebih dari 5 tahun di Badan Lingkungan Hidup Kabupaten Banyumas

merupakan proporsi terbesar yaitu 16 orang atau 47,1 persen. Jumlah

terbanyak kedua adalah pegawai yang memiliki masa kerja dibawah satu

tahun yaitu 7 orang atau 20,6 persen. Selanjutnya disusul oleh pegawai yang

memiliki masa kerja 1-2 tahun sebanyak 5 orang atau 14,7 persen, kemudian

pegawai yang memiliki masa kerja 3-4 tahun sebanyak 4 orang atau 11,8

persen. Persentase terkecil sebesar 5,9 persen atau 2 orang yaitu pegawai

yang memiliki masa kerja 5 tahun. Semakin lama masa kerja yang dimiliki

maka akan semakin banyak pengalaman yang dimiliki untuk menyelesaikan

pekerjaan.

6. Karakteristik Responden berdasarkan Tingkat Pendidikan

Pekerjaan yang bersifat profesional membutuhkan tingkat


85

pendidikan tertentu. Pendidikan seseorang juga akan mempengaruhi

pandangan seseorang terhadap suatu hal. Gambaran umum responden

berdasarkan tingkat pendidikan yang ditempuh dapat dilihat pada tabel

berikut ini:

Tabel 4.6. Karakteristik Responden Berdasarkan Tingkat Pendidikan

No Pendidikan Terakhir Jumlah Persentase (%)


1. SD 1 2.9
2. SMA 8 23.5
3. D3 2 5.9
4. S1 18 52.9
5. S2 5 14.7
Total 34 100
Sumber: Data primer diolah, 2016

Tabel 4.6 memberikan informasi bahwa pendidikan terakhir para

pegawai yang paling banyak adalah S1/sarjana sebanyak 18 orang responden

atau 52,9 persen. Terbesar kedua adalah lulusan SMA dengan jumlah 8

responden atau 23,5 persen. Jumlah responden yang memiliki pendidikan

terakhir S2/magister sebanyak 5 orang atau 14,7 persen, sedangkan

responden dengan pendidikan terakhir SD sebanyak satu orang atau 2,9

persen. Semakin tinggi pendidikan seseorang maka akan memiliki kecakapan

dan kemampuan kerja yang semakin baik pula.


86

C. ANALISIS DATA

1. Validitas Alat Ukur

Validitas merupakan tingkat kemampuan instrumen penelitian untuk

mengungkapkan data sesuai dengan masalah yang hendak diungkapkan.

Untuk menguji validitas alat ukur penelitian dalam penelitian ini dilakukan

dengan analisis butir. Analisis butir dilakukan dengan cara mengkorelasikan

skor item dengan skor total variabel dengan menggunakan korelasi Product

Moment. Penelitian ini menggunakan alat bantu analisis SPSS versi 16.

Kriteria dari valisditas setiap item pertanyaan adalah apabila

koefisien korelasi/ r hitung bernilai positif dan lebih besar atau sama dengan

nilai r tabel. Apabila ada item yang tidak valid maka harus dikeluarkan dari

kuesioner dan tidak diperhitungkan. Penelitian ini memiliki sampel sebesar

34 pegawai dan mengikuti ketentuan df=N-2 dan taraf signifikansi 95 persen

maka ditemukan r tabel =0,349.

a. Validitas Variabel Kinerja Pegawai

Variabel kinerja pegawai dalam penelitian ini diukur dengan

menggunakan 16 item pernyataan dari delapan indikator yang

dikemukan oleh Gomes. Uji validitas instrumen kinerja pegawai dapat

dilihat pada tabel berikut:

Tabel 4.7. Hasil Uji Validitas Variabel Kinerja Pegawai

Pernyataan r hitung r tabel Validitas


1 0,701 0,349 Valid
2 0,621 0,349 Valid
3 0,543 0,349 Valid
4 0,580 0,349 Valid
5 0,801 0,349 Valid
87

Lanjutan tabel 4.7


Pernyataan r hitung r tabel Validitas
6 0,753 0,349 Valid
7 0,753 0,349 Valid
8 0,335 0,349 Tidak valid
9 0,614 0,349 Valid
10 0,731 0,349 Valid
11 0,406 0,349 Valid
12 0,658 0,349 Valid
13 0,772 0,349 Valid
14 0,741 0,349 Valid
15 0,859 0,349 Valid
16 0,609 0,349 Valid
Sumber: Data primer diolah, 2016

Tabel 4.7 memberi informasi bahwa dari 16 instrumen yang

diajukan untuk meneliti kinerja pegawai ternyata ada satu instrumen

yaitu nomor 8 dengan koefisien korelasi 0,335. Instrumen yang tidak

valid tersebut selanjutnya dikeluarkan dari kuesioner. Item yang valid

adalah item yang memiliki nilai r hitung lebih dari r tabel yaitu sebesar

0,349. Ada 14 item yang memiliki nilai koefisien korelasi di atas 0,60

sehingga korelasi yang terjadi masuk dalam kategori kuat. Nilai korelasi

terendah yang masih lebih besar dari r tabel adalah 0,403 merupakan

item pernyataan nomor 11, sedangkan korelasi tertinggi sebesar 0,859

atau item nomor 15.

b. Validitas Variabel OCB

Variabel OCB dalam penelitian ini diukur dengan menggunakan

12 item pernyataan yang dikembangkan dari indikator Podskoff. Hasil

uji validitas variabel OCB dapat dilihat pada tabel berikut ini:
88

Tabel 4.8. Hasil Uji Validitas Variabel OCB

Pernyataan r hitung r tabel Validitas


17 0,849 0,349 Valid
18 0,895 0,349 Valid
19 0,709 0,349 Valid
20 0,915 0,349 Valid
21 0,884 0,349 Valid
22 0,914 0,349 Valid
23 0,792 0,349 Valid
24 0,839 0,349 Valid
25 0,793 0,349 Valid
26 0,847 0,349 Valid
27 0,906 0,349 Valid
28 0,872 0,349 Valid
Sumber: Data primer diolah, 2016

Hasil uji validitas menunjukkan bahwa dari 12 item pernyataan

yang digunakan untuk mengukur OCB semua item valid. Nilai koefisien

korelasi atau r hitung sebagian besar bernilai di atas 0,80 sehingga

sebagian besar item yang diajukan berkorelasi sangat kuat. Nilai

koefisien terendah adalah 0,709 sedangkan nilai tertinggi adalah 0,915.

Tidak ada item yang dikeluarkan dari instrumen OCB ini.

c. Validitas Variabel Kepribadian Pegawai

Variabel kepribadian di dalam penelitian ini diukur dengan

menggunakan 12 item pernyataan yang dikembangkan dari indikator

Model Lima Besar. Hasil uji validitas instrumen kepribadian model lima

besar dapat dilihat sebagai berikut:

Tabel 4.9. Hasil Uji Validitas Variabel Kepribadian

Pernyataan r hitung r tabel Validitas


29 0,824 0,349 Valid
30 0,774 0,349 Valid
31 0,827 0,349 Valid
89

Lanjutan tabel 4.7


Pernyataan r hitung r tabel Validitas
32 0,807 0,349 Valid
33 0,664 0,349 Valid
34 0,835 0,349 Valid
35 0,862 0,349 Valid
36 0,773 0,349 Valid
37 0,661 0,349 Valid
38 0,879 0,349 Valid
39 0,827 0,349 Valid
40 0,753 0,349 Valid
Sumber: Data primer diolah, 2016

Hasil uji validitas instrumen kepribadian menunjukkan bahwa

dari 12 item pernyataan semuanya valid. Dari 12 item pernyataan yang

diajukan, ada 7 pernyataan yang berkorelasi sangat kuat dan 5

pernyataan yang berkorelasi kuat. Tidak ada item yang digugurkan dari

instrumen yang digunakan.

d. Validitas Variabel Kepuasan Kerja

Variabel kepuasan kerja di dalam penelitian ii diukur dengan

menggunakan 10 item pernyataan dari indikator yang dikemukan oleh

Luthans. Hasil uji validitas variabel kepuasan kerja pada tabel berikut :

Tabel 4.10. Hasil Uji Validitas Variabel Kepuasan Kerja

Pernyataan r hitung r tabel Validitas


41 0,720 0,349 Valid
42 0,747 0,349 Valid
43 0,684 0,349 Valid
44 0,774 0,349 Valid
45 0,805 0,349 Valid
46 0,837 0,349 Valid
47 0,784 0,349 Valid
48 0,837 0,349 Valid
49 0,705 0,349 Valid
50 0,757 0,349 Valid
Sumber: Data primer diolah, 2016
90

Tabel 4.10 menunjukkan bahwa dari 10 item instrumen yang

digunakan semuanya valid. Nilai r hitung semua item lebih besar dari r

tabel. Hubungan yang kuat terjadi pada 7 item pernyataan, sedangkan 3

item memiliki hubungan yang sangat kuat. Tidak ada item yang harus

digugurkan dalam instrumen ini.

e. Validitas Variabel Motivasi Pegawai

Variabel motivasi pegawai dalam penelitian ini diukur dengan

menggunakan 6 item pernyataan menggunakan indikator tiga tingkatan

motivasi yang dikemukakan oleh McClelland. Hasil uji validitas

variabel motivasi pegawai dapat dilihat pada tabel berikut ini:

Tabel 4.11. Hasil Uji Validitas Variabel Motivasi Pegawai

Pernyataan r hitung r tabel Validitas


51 0,868 0,349 Valid
52 0,895 0,349 Valid
53 0,886 0,349 Valid
54 0,882 0,349 Valid
55 0,851 0,349 Valid
56 0,839 0,349 Valid
Sumber: Data primer diolah, 2016

Hasil uji validitas variabel motivasi pegawai menunjukkan

bahwa semua item valid. Nilai r hitung lebih besar dari r tabel. Besarnya

koefisien korelasi lebih dari 0,80 sehingga dapat ditafsirkan bahwa

hubungan antara item dan item total bersifat sangat kuat.

2. Reliabilitas Alat Ukur

Reliabilitas adalah tingkat kemampuan instrumen penelitian untuk

mengemukan data secara tetap dari tingkat sekelompok individu. Teknik

pengujian reliabilitas dilakukan dengan membandingkan hasil perhitungan


91

atau koefisien alpha pada variabel penelitian dengan 0,60. Apabila hasil uji

reliabilitas lebih besar dari 0,60 maka instrumen dikatakan reliabel. Hasil uji

reliabilitas alat ukur dalam penelitian ini dapat dilihat pada tabel berikut ini:

Tabel 4.12. Hasil Uji Reliabilitas alat ukur

Variabel Koefisien alpha Batas Reliabilitas


Kinerja pegawai 0,913 0,60 Reliabel
OCB 0,964 0,60 Reliabel
Kepribadian 0,976 0,60 Reliabel
Kepuasan kerja 0,918 0,60 Reliabel
Motivasi pegawai 0,931 0,60 Reliabel
Sumber: Data primer diolah, 2016

Hasil uji reliabilitas alat ukur menunjukkan bahwa semua alat ukur

reliabel sehingga dapat digunakan untuk penelitian yang akan datang.

Koefisien alpha tertinggi adalah variabel kepribadian sedangkan yang

terendah adalah variabel kinerja pegawai.

3. Deskripsi Variabel Penelitian

Sebelum melakukan uji hipotesis, perlu dilakukan analisis deskriptif

statistik variabel penelitian. Deskriptif statistik variabel penelitian dapat

dilihat pada tabel berikut ini:

Tabel 4.13. Deskripsi Statistik Variabel Penelitian

Variabel Std.
N Minimum Maximum Sum Mean Deviation
Kinerja pegawai 34 44 73 2028 59.65 7.655
OCB 34 16 60 1661 48.85 8.214
Kepribadian 34 23 60 1665 48.97 7.740
Kepuasan kerja 34 22 50 1256 36.94 7.215
Motivasi pegawai 34 13 30 803 23.62 4.362
Valid N (listwise) 34
Sumber: Data primer diolah, 2016
92

Tabel deskriptif statistik variabel penelitian memberikan informasi

sebagai berikut:

a. Rata-rata (mean) nilai kinerja pegawai dengan jumlah data 34 adalah

59,65. Nilai minimum adalah 44 dan nilai maksimum adalah 73, dengan

standar deviasi 7,655, dan nilai skor riil adalah 2028.

b. Rata-rata (mean) nilai OCB dengan jumlah data 34 adalah 48,85. Nilai

minimum adalah 16 dan nilai maksimum adalah 60, dengan standar

deviasi 8,214, dan nilai skor riil adalah 1661.

c. Rata-rata (mean) nilai kepribadian dengan jumlah data 34 adalah 48,97.

Nilai minimum adalah 23 dan nilai maksimum adalah 60, dengan standar

deviasi 7.740, dan nilai skor riil adalah 1665.

d. Rata-rata (mean) nilai kepuasan kerja dengan jumlah data 34 adalah

36,97. Nilai minimum adalah 22 dan nilai maksimum adalah 50, dengan

standar deviasi 7,215, dan nilai skor riil adalah 1256.

e. Rata-rata (mean) nilai motivasi pegawai dengan jumlah data 34 adalah

23,62. Nilai minimum adalah 13 dan nilai maksimum adalah 30, standar

deviasi 4,362, dan nilai skor riil adalah 803.

Untuk mendeskripsikan variabel dalam penelitian ini dilakukan dengan

menggunakan distribusi frekuensi. Data hasil output dalam analisis dibagi

kedalam rentang kelas yang disajikan dalam tabel. Rentang kelas dalam

penelitian dibagi ke dalam tiga kelas yang terdiri dari rendah, sedang, dan

tinggi. Distribusi frekuensi masing-masing variabel disajikan berikut ini.


93

a. Deskripsi Variabel Kinerja

Kinerja pegawai dalam organisasi sangat penting karena

mempengaruhi kinerja organisasi. Untuk meningkatkan kinerja individu

dapat dilakukan dengan berbagai cara antara lain meningkatkan perilaku

extra-role atau organizational citizenship behavior (OCB). Untuk

melihat besaran kinerja individu dapat dilihat melalui beberapa aspek

antara lain kuantitas, kualitas, pengetahuan, kreativitas, kooperatif,

kesadaran, inisiatif dan kualitas individu. Nilai distribusi kinerja

pegawai Badan Lingkungan Hidup Kabupaten Banyumas, dapat dilihat

pada tabel berikut ini.

Tabel 4.14. Distribusi Frekuensi Variabel Kinerja

Kinerja Jumlah Persentase (%)


Rendah 8 23,5
Sedang 14 41,2
Tinggi 12 35,3
Jumlah 34 100
Sumber: Data primer diolah, 2016

Tabel 4.14 menunjukkan secara keseluruhan variabel kinerja

pegawai memiliki kinerja pegawai masuk kategori sedang. Hal ini

dibuktikan dengan 14 responden atau 41,2 persen dari keseluruhan

pegawai masuk kategori sedang, kategori kinerja tinggi sebanyak 12

responden atau 35,3 persen sedangkan kategori kinerja rendah sebanyak

8 responden atau 23,5 persen. Indikator-indikator yang menggambarkan

kinerja pegawai Badan Lingkungan Hidup Kabupaten Banyumas adalah

sebagai berikut.
94

1) Kuantitas Kerja

Kuantitas kerja merupakan jumlah kerja yang dapat dilakukan dalam

suatu periode waktu tertentu oleh seorang pegawai. Merujuk pada dua

pernyataan indikator kuantitas kerja yakni pekerjaan yang saya kerjakan

memenuhi target yang ditentukan dan pekerjaan yang saya kerjakan

melebihi target, yang diharapkan kepada responden dapat dikategorikan

menjadi tiga yakni rendah, sedang, dan tinggi. Tabel berikut menjelaskan

bagaimana deskripsi kuantitas kerja pegawai Badan Lingkungan Hidup

Kabupaten Banyumas.

Tabel 4.15. Distribusi Frekuensi Indikator Kuantitas Kerja

Kuantitas Jumlah Persentase (%)


Rendah 2 5,9
Sedang 4 11,8
Tinggi 28 82,4
Jumlah 34 100
Sumber: Data primer diolah, 2016

Tabel 4.15 menunjukkan bahwa kuantitas kerja dari pegawai

Badan Lingkungan Hidup Kabupaten Banyumas yang masuk kategori

tinggi sebanyak 28 responden atau 82,4 persen dari keseluruhan pegawai,

kategori sedang sebanyak 4 responden atau 11,8 persen, sedangkan

pegawai dengan kategori kuantitas kerja rendah sebanyak 2 responden

atau 5,9 persen. Secara umum kuantitas kerja pegawai masuk kategori

tinggi. Hal ini dibuktikan dengan 28 responden atau 82,4 persen dari

keseluruhan pegawai masuk kategori tinggi. Kuantitas kerja pegawai

dapat diselesaikan dengan baik, hal ini tercermin pada keberhasilan

program-program yang dimiliki oleh organisasi. Tanpa adanya pegawai


95

yang menyelesaikan pekerjaan mereka sesuai dengan yang ditentukan

maka kinerja organisasi yang baik tidak akan pernah terwujud.

2) Kualitas Kerja

Kualitas kerja yang bagus yaitu berdasarkan syarat-syarat yang

telah ditentukan. Kualitas kerja yang baik akan diterima oleh organisasi

karena telah sesuai dengan yang disyaratkan. Berdasarkan dua

pernyataan indikator kualitas kerja yakni hasil kerja saya memuaskan

organisasi dan kualitas pekerjaan saya sesuai standar, yang disampaikan

kepada responden dapat dikatego rikan menjai tiga yaitu tinggi, sedang,

dan rendah. Tabel berikut menjelaskan deskripsi dari indikator kualitas

kerja dalam variabel kinerja pegawai Badan Lingkungan Hidup

Kabupaten Banyumas.

Tabel 4.16. Distribusi Frekuensi Indikator Kualitas Kerja

Kualitas Jumlah Persentase (%)


Rendah 4 11,8
Sedang 4 11,8
Tinggi 26 76,5
Jumlah 34 100
Sumber: Data primer diolah 2016

Tabel 4.16 memberikan informasi bahwa sebagian besar kualiitas

kerja pegawai masuk kategori tinggi sebanyak 26 responden atau 76,5

persen, kategori sedang 4 responden atau 11,8 persen dan kategori

rendah 4 responden atau 11,8 responden dari keseluruhan responden.

Secara umum kualitas kerja pegawai masuk kategori tinggi. Hal ini

dibuktikan dengan 26 responden atau 76,5 persen dari keseluruhan

pegawai masuk kategori tinggi.


96

3) Pengetahuan Kerja

Pengetahuan kerja yakni luasnya pengetahuan dan ketrampilan

yang dimiliki pegawai mengenai pekerjaannya. Berdasarkan dua

pernyataan indikator pengetahuan kerja yakni saya memiliki

pengetahuan yang luas mengenai pekerjaan dan saya menguasai tugas

dan kewajiban pekerjaan dengan baik, yang disampaikan kepada

responden dapat dikategorikan menjadi tiga yaitu tinggi, sedang, dan

rendah. Tabel berikut menjelaskan deskripsi pengetahuan kerja pegawai.

Tabel 4.17. Distribusi Frekuensi Indikator Pengetahuan Kerja

Pengetahuan Kerja Jumlah Persentase (%)


Rendah 2 5,9
Sedang 5 14,7
Tinggi 27 79,4
Jumlah 34 100
Sumber: Data primer diolah, 2016

Tabel 4.17 memberikan informasi bahwa pengetahuan kerja

pegawai sebagian besar masuk kategori tinggi yakni 27 responden atau

79,4 persen, kategori sedang 5 responden atau 14,7 persen, dan kategori

rendah sebanyak 2 responden atau 5,9 persen. Secara keseluruhan

pengetahuan kerja pegawai masuk ke dalam kategori tinggi. Hal ini

dibuktikan dengan 27 responden atau 79, persen dari keseluruhan

pegawai masuk kategori tinggi.hal ini juga didukung oleh masa kerja

yang dimiliki oleh pegawai. Sebagian besar pegawai sudah bekerja lebih

dari 5 tahun di Badan Lingkungan Hidup.


97

4) Kreativitas

Kreativitas yang dimiliki oleh pegawai ditunjukkan pada cara

seseorang menyelesaikan pekerjaan. Berdasarkan dua pernyataan

indikator kreativitas yang disampaikan kepada responden dapat

digolongkan ke dalam tiga kategori yaitu tinggi, sedang, dan rendah.

Tabel berikut menunjukkan kategori kreativitas pegawai.

Tabel 4.18. Distribusi Frekuensi Indikator Kreativitas

Kreativitas Jumlah Persentase (%)


Rendah 4 11,8
Sedang 11 32,4
Tinggi 19 55,9
Jumlah 34 100
Sumber: Data primer diolah 2016

Tabel 4.18 memberikan informasi bahwa sebagian besar

kreativitas pegawai masuk ke dalam kategori tinggi sebanyak 19

responden atau 55,9 persen, kategori sedang sebanyak 11 responden atau

32,4 persen, dan kategori rendah sebanyak 4 responden atau 11,8 persen.

Secara keseluruhan kreativitas pegawai masuk ke dalam kategori tinggi.

Hal ini dibuktikan dengan 19 responden atau 55,9 persen dari

keseluruhan pegawai masuk kategori tinggi.

5) Kooperatif

Kooperatif yaitu kesediaan untuk bekerja sama dengan orang lain

atau anggota organisasi. Saat ini pekerjaan lebih banyak mengutamakan

serangkaian kerja tim. Hal ini didasari pada keterbatasan individu

sehingga perlu bekerja sama dengan orang lain. Tabel berikut

memberikan deskripsi kategori indikator kooperatif pegawai yang


98

dikategorikan ke dalam tiga rentang yakni tinggi, sedang, dan rendah.

Tabel 4.19. Distribusi Frekuensi Indikator Kooperatif

Kooperatif Jumlah Persentase (%)


Rendah 1 2,9
Sedang 5 14,7
Tinggi 28 82,4
Jumlah 34 100
Sumber: Data primer diolah 2016

Tabel 4.19 memberikan informasi bahwa kesediaan bekerja sama

dengan orang lain pegawai yang masuk kateori tinggi sebanyak 28

responden atau 82,4 persen, kategori sedang sebanyak 5 responden atau

14,7 persen, dan kategori rendah sebanyak 1 responden atau 2,9 persen.

Secara umum kooperatif masuk ke dalam kategori tinggi. Hal ini

dibuktikan dengan 28 responden atau 82,4 persen dari keseluruhan

pegawai masuk kategori tinggi.

6) Kesadaran

Kesadaran yakni perilaku pegawai yang selalu berusaha untuk

bekerja sesuai dengan aturan yang berlaku meskipun tidak diawasi oleh

orang lain. Tabel berikut memberikan deskripsi kategori indikator

kesadaran pegawai yang dikategorikan ke dalam tiga rentang yakni

tinggi, sedang, dan rendah.

Tabel 4.20. Distribusi Frekuensi Indikator Kesadaran

Kesadaran Jumlah Persentase (%)


Rendah 3 8,8
Sedang 4 11,8
Tinggi 27 79,4
Jumlah 34 100
Sumber: Data primer diolah 2016
99

Tabel 4.20 memberikan informasi bahwa sebagian besar pegawai

masuk kategori tinggi yakni 27 responden atau 79,4 persen, kategori

sedang sebanyak 4 responden atau 11,8 persen, dan kategori rendah

sebanyak 3 responden atau 8,8 persen. Secara keseluruhan kesadaran

masuk ke dalam kategori tinggi. Hal ini dibuktikan dengan 27 responden

atau 79,4 persen dari keseluruhan pegawai masuk kategori tinggi.

7). Inisiatif

Inisiatif yaitu semangat untuk melaksanakan tugas-tugas baru.

Inisiatif berasal dari diri individu. Semakin tinggi inisiatif seseorang

untuk menyelesaikan tugasnya maka pekerjaan tidak akan

tertunda-tunda. Pekerjaan yang selesai tepat waktu atau bahkan sebelum

tenggang waktu yang diberikan akan menjauhkan pegawai dari stress

yang mungkin terjadi. Tabel berikut memberikan deskripsi kategori

indikator inisiatif pegawai yang dikategorikan ke dalam tiga rentang

yakni tinggi, sedang, dan rendah.

Tabel 4.21. Distribusi Frekuensi Indikator Inisiatif

Inisiatif Jumlah Persentase (%)


Rendah 3 8,8
Sedang 4 11,8
Tinggi 27 79,4
Jumlah 34 100
Sumber: Data primer diolah 2016

Tabel 4.21 memberikan informasi bahwa inisiatif pegawai

sebagian besar masuk kategori tinggi yakni 27 responden atau 79,4

persen, kategori sedang sebanyak 4 responden atau 11,8 persen, dan

kategori rendah sebanyak 3 responden atau 8,8 persen. Secara


100

keseluruhan inisiatif pegawai masuk kategori tinggi. Hal ini dibuktikan

dengan 27 responden atau 79,4 persen dari keseluruhan pegawai masuk

ke dalam kategori tinggi.

8). Kualitas Individu

Kualitas individu yakni menyangkut sifat dan integritas seorang

pegawai. Seseorang yang memiliki kualitas individu yang baik ditandai

dengan kemampuannya yang baik dalam menyelsaikan pekerjaan, selain

itu juga bersikap ramah terhadap orang lain. Tabel berikut memberikan

deskripsi kategori indikator kualitas individu yang dikategorikan ke

dalam tiga rentang yakni tinggi, sedang, dan rendah.

Tabel 4.22. Distribusi Frekuensi Indikator Kualitas Individu

Kualitas Individu Jumlah Persentase (%)


Rendah 2 5,9
Sedang 6 17,6
Tinggi 26 76,5
Jumlah 34 100
Sumber: Data primer diolah 2016

Tabel 4.22 memberikan gambaran secara umum bahwa indikator

kualitas individu masuk kategori tinggi. Hal ini dibuktikan dengan 26

responden atau 76,5 persen dari keseluruhan pegawai masuk kategori

tinggi, kategori sedang 6 responden atau 17,6 persen, dan kategori

rendah 2 responden atau 5,9 persen.


101

b. Deskripsi Variabel OCB

Perilaku bekerja melebihi tanggung jawab formalnya sangat

penting dalam pencapaian kinerja. Altruism, courtesy, sportsmanship,

civic virtue, dan consicitiousness merupakan bagian dari OCB pegawai.

Deskripsi variabel OCB pegawai Badan Lingkungan Hidup Kabupaten

Banyumas dapat dilihat pada tabel berikut ini.

Tabel 4.23. Distribusi Frekuensi Variabel OCB

OCB Jumlah Persentase (%)


Rendah 1 2,9
Sedang 4 11,8
Tinggi 29 85,3
Jumlah 34 100
Sumber: Data primer diolah, 2016

Tabel 4.23 menunjukkan bahwa secara keseluruhan variabel

OCB masuk kategori tinggi. Hal ini dibuktikan dengan 29 responden

atau 85,3 persen dari keseluruhan pegawai masuk kategori tinggi,

kategori sedang 4 responden atau 11,8 persen, dan kategori rendah 1

responden atau 2,9 persen. Indikator yang menggambarkan OCB

pegawai adalah sebagai berikut.

1). Altruism

Altruism yakni perilaku sukarela membantu orang lain dan

membantu menyelesaikan masalah pekerjaan orang lain. Tabel berikut

memberikan deskripsi kategori indikator altruism yang dikategorikan ke

dalam tiga rentang yakni tinggi, sedang, dan rendah.


102

Tabel 4.24. Distribusi Frekuensi Indikator Altruism

Altruism Jumlah Persentase (%)


Rendah 1 2,9
Sedang 2 5,9
Tinggi 31 91,2
Jumlah 34 100
Sumber: Data primer diolah 2016

Tabel 4.24 memberikan gambaran secara umum bahwa

indikator altruism masuk kategori tinggi. Hal ini dibuktikan dengan 31

responden atau 91,2 persen dari keseluruhan pegawai masuk kategori

tinggi, kategori sedang 2 responden atau 5,9 persen, dan kategori rendah

1 responden atau 2,9 persen.

2). Courtesy

Courtesy yaitu perilaku sukarela pegawai membantu rekan kerja

mencegah timbulnya masalah. Sikap ini ditunjukkana antara lain dengan

bersedian membantu orientasi pegawai tanpa disuruh dan berusaha

menjaga kekompakan. Tabel berikut memberikan deskripsi kategori

indikator courtesy yang dikategorikan ke dalam tiga rentang yakni tinggi,

sedang, dan rendah.

Tabel 4.25. Distribusi Frekuensi Indikator Courtesy

Courtesy Jumlah Persentase (%)


Rendah 1 2,9
Sedang 4 11,8
Tinggi 29 85,3
Jumlah 34 100
Sumber: Data primer diolah 2016

Tabel 4.24 memberikan gambaran secara umum bahwa indikator

courtesy masuk kategori tinggi. Hal ini dibuktikan dengan 29 responden


103

atau 85,3 persen dari keseluruhan pegawai masuk kategori tinggi,

kategori sedang 4 responden atau 11,8 persen, dan kategori rendah 1

responden atau 2,9 persen.

3). Sportsmanship

Sportsmanship yaitu perila apa saja yang menunjukkan toleransi

terhadap keadaan yang kurang ideal tanpa mengeluh. Sikap ini

ditunjukkan dengan keikutsertaan pegawai dalam menyelesaikan konflik

di lingkungan kerja dan berusaha membangun citra positif organisasi.

Tabel berikut memberikan deskripsi kategori indikator sportsmanship

yang dikategorikan ke dalam tiga rentang yakni tinggi, sedang, dan

rendah.

Tabel 4.26. Distribusi Frekuensi Indikator Sportsmanship

Courtesy Jumlah Persentase (%)


Rendah 1 2,9
Sedang 15 44,1
Tinggi 18 52,9
Jumlah 34 100
Sumber: Data primer diolah 2016

Tabel 4.26 memberikan gambaran secara umum bahwa indikator

sportsmanship masuk kategori tinggi. Hal ini dibuktikan dengan 18

responden atau 52,9 persen dari keseluruhan pegawai masuk kategori

tinggi, kategori sedang 15 responden atau 44,1 persen, dan kategori

rendah 1 responden atau 2,9 persen.

4). Civic Virtue

Civic virtue yaitu perilaku pegawai berpartisipasi dalam

organisasi untuk menjaga keberlangsungan kehidupan organisasi. Hal ini


104

ditunjukkan dengan kesediaan pegawai mengikuti perubahan dan

kegiatan. Tabel berikut memberikan deskripsi kategori indikator civic

virtue yang dikategorikan ke dalam tiga rentang yakni tinggi, sedang,

dan rendah.

Tabel 4.27. Distribusi Frekuensi Indikator Civic Virtue

Courtesy Jumlah Persentase (%)


Rendah 1 2,9
Sedang 6 17,6
Tinggi 27 79,4
Jumlah 34 100
Sumber: Data primer diolah 2016

Tabel 4.27 memberikan gambaran secara umum bahwa indikator

civic virtue masuk kategori tinggi. Hal ini dibuktikan dengan 27

responden atau 79,4 persen dari keseluruhan pegawai masuk kategori

tinggi, kategori sedang 6 responden atau 17,6 persen, dan kategori

rendah 1 responden atau 2,9 persen.

5). Consicientiousness

Consicientiousness yaitu perilaku bebas yang melebihi

persyaratan tugas, pekerjaan, dan etika kerja. Sikap ini ditunjukkan

antara lain selalu datang tepat waktu, bekerja sesuai jam kerja, dan selalu

mematuhi peraturan organisasi. Tabel berikut memberikan deskripsi

kategori indikator consicientiousness yang dikategorikan ke dalam tiga

rentang yakni tinggi, sedang, dan rendah.


105

Tabel 4.28. Distribusi Frekuensi Indikator Consicientiousness

Courtesy Jumlah Persentase (%)


Rendah 1 2,9
Sedang 1 2,9
Tinggi 32 94,1
Jumlah 34 100
Sumber: Data primer diolah 2016

Tabel 4.28 memberikan gambaran secara umum bahwa indikator

consicientiousness masuk kategori tinggi. Hal ini dibuktikan dengan 32

responden atau 94,1 persen dari keseluruhan pegawai masuk kategori

tinggi, kategori sedang 1 responden atau 2,9 persen, dan kategori rendah

1 responden atau 2,9 persen. Consicientiousness yang tinggi juga

dibuktikan dengan sedikitnya jumlah pegawai yang datang terlambat.

c. Deskripsi Variabel Kepribadian

Tiap orang memiliki kepribadian yang khas, berbeda satu sama

lain, serta tidak dapat dibagikan kepada orang lain. Mengkaji manusia

berkaitan dengan trait/sifat kepribadiannya memungkinkan kita

mengenalnya lebih baik. Ekstraversi, mudah akur, berhati-hati, stabilitas

emosi, dan terbuka terhadap hal-hal baru merupakan indikator

kepribadian dalam penelitian ini. Deskripsi variabel kepribadian dapat

dilihat pada tabel berikut ini.

Tabel 4.29. Distribusi Frekuensi Variabel Kepribadian

Kepribadian Jumlah Persentase (%)


Rendah 2 5,9
Sedang 13 38,2
Tinggi 19 55,9
Jumlah 34 100
Sumber: Data primer diolah 2016
106

Tabel 4.29 menunjukkan bahwa secara keseluruhan variabel

kepribadian masuk kategori tinggi. Hal ini dibuktikan dengan 19

responden atau 55,9 persen dari keseluruhan pegawai masuk kategori

tinggi, kategori sedang 13 responden atau 38,2 persen, dan kategori

rendah 2 responden atau 5,9 persen. Indikator yang menggambarkan

kepribadian pegawai adalah sebagai berikut.

1) Ekstraversi

Ekstraversi yaitu mengungkapkan tingkat kenyamanan seseorang

dalam berhubungan dengan orang lain. Orang yang memiliki sikap

ekstraversi cenderung bersikap optimis dan mudah bersosialisasi dengan

lingkungan baru. Tabel berikut memberikan deskripsi kategori indikator

ekstraversi yang dikategorikan ke dalam tiga rentang yakni tinggi,

sedang, dan rendah.

Tabel 4.30. Distribusi Frekuensi Indikator Ekstraversi

Ekstraversi Jumlah Persentase (%)


Rendah 2 5,9
Sedang 4 11,8
Tinggi 28 82,4
Jumlah 34 100
Sumber: Data primer diolah 2016

Tabel 4.30 memberikan gambaran secara umum bahwa indikator

ekstraversi masuk kategori tinggi. Hal ini dibuktikan dengan 28

responden atau 82,4 persen dari keseluruhan pegawai masuk kategori

tinggi, kategori sedang 2 responden atau 11,8 persen, dan kategori

rendah 2 responden atau 5,9 persen.


107

2) Mudah Bersepakat

Mudah bersepakat yaitu kecenderungan seseorang untuk patuh

kepada orang lain. Orang yang mudah bersepakat akan mudah dalam

bekerja sama dan mudah membantu orang lain. Tabel berikut

memberikan deskripsi kategori indikator mudah bersepakat yang

dikategorikan ke dalam tiga rentang yakni tinggi, sedang, dan rendah.

Tabel 4.31. Distribusi Frekuensi Indikator Mudah Bersepakat

Mudah Bersepakat Jumlah Persentase (%)


Rendah 2 5,9
Sedang 2 5,9
Tinggi 30 88,2
Jumlah 34 100
Sumber: Data primer diolah 2016

Tabel 4.31 memberikan gambaran secara umum bahwa indikator

mudah bersepakat masuk kategori tinggi. Hal ini dibuktikan dengan 30

responden atau 88,2 persen dari keseluruhan pegawai masuk kategori

tinggi, kategori sedang 2 responden atau 5,9 persen, dan kategori rendah

2 responden atau 5,9 persen.

3) Sifat Berhati-hati

Sikap berhati-hati yaitu merujuk pada seseorang yang

bertanggung jawab terhadap pekerjaan yang diberikan, mengerjakan

pekerjaan secara terencana, dan tidak mudah bereaksi terhadap berita

yang belum pasti kebenarannya. Tabel berikut memberikan deskripsi

kategori indikator sifat berhati-hati yang dikategorikan ke dalam tiga

rentang yakni tinggi, sedang, dan rendah.


108

Tabel 4.32. Distribusi Frekuensi Indikator Sifat Berhati-hati

Sifat Berhati-hati Jumlah Persentase (%)


Rendah 1 2,9
Sedang 1 2,9
Tinggi 32 94,1
Jumlah 34 100
Sumber: Data primer diolah 2016

Tabel 4.32 memberikan gambaran secara umum bahwa indikator

sifat berhati-hati masuk kategori tinggi. Hal ini dibuktikan dengan 32

responden atau 94,1 persen dari keseluruhan pegawai masuk kategori

tinggi, kategori sedang 1 responden atau 2,9 persen, dan kategori rendah

1 responden atau 2,9 persen.

4) Stabilitas Emosi

Stabilitas emosi yaitu kemampuan individu menahan stress. Hal

ini ditunjukkan dengan tidak mudah tegang dan gugup dalam

menghadapi pekerjaan, percaya diri, dan memiliki pendirian yang teguh.

Tabel berikut memberikan deskripsi kategori indikator stabilitas emosi

yang dikategorikan ke dalam tiga rentang yakni tinggi, sedang, dan

rendah.

Tabel 4.33. Distribusi Frekuensi Indikator Stabilitas Emosi

Stabilitas Emosi Jumlah Persentase (%)


Rendah 6 17,6
Sedang 6 17,6
Tinggi 22 64,7
Jumlah 34 100
Sumber: Data primer diolah 2016

Tabel 4.33 memberikan gambaran secara umum bahwa indikator

stabilitas emosi masuk kategori tinggi. Hal ini dibuktikan dengan 22


109

responden atau 64,7 persen dari keseluruhan pegawai masuk kategori

tinggi, kategori sedang 6 responden atau 17,6 persen, dan kategori

rendah 6 responden atau 17,6 persen.

5) Terbuka terhadap Hal-hal Baru

Terbuka terhadap hal-hal baru yaitu merujuk pada seseorang

yang tertarik terhadap hal-hal baru. Seseorang yang memiliki sifat

terbuka terhadap hal-hal baru akan cenderung menampilkan sifat ingin

tahu dan kreativitas yang tinggi dalam menyelesaikan pekerjaan. Tabel

berikut memberikan deskripsi kategori indikator terbuka terhadap

hal-hal baru yang dikategorikan ke dalam tiga rentang yakni tinggi,

sedang, dan rendah.

Tabel 4.34. Distribusi Frekuensi Terbuka terhadap Hal Baru

Terbuka terhadap Hal Baru Jumlah Persentase (%)


Rendah 3 8,8
Sedang 6 17,6
Tinggi 25 73,5
Jumlah 34 100
Sumber: Data primer diolah 2016

Tabel 4.34 memberikan gambaran secara umum bahwa indikator

terhadap hal-hal baru masuk kategori tinggi. Hal ini dibuktikan dengan

25 responden atau 73,5 persen dari keseluruhan pegawai masuk kategori

tinggi, kategori sedang 6 responden atau 17,6 persen, dan kategori

rendah 3 responden atau 8,8 persen.


110

d. Deskripsi Variabel Kepuasan Kerja

Kepuasan kerja terjadi karena harapan yang dimiliki seseorang

terhadap pekerjaannya dapat terpenuhi oleh kenyataan dalam dunia kerja

yang ada. Orang yang puas terhadap organisasi akan memberikan reaksi

yang positif terhadap organisasi dan akan lebih mudah terlibat dalam

OCB. Kepuasan kerja dalam penelitian ini diukur dengan indikator

kepuasan terhadap pekerjaan, kepuasan terhadap gaji, kepuasan terhadap

pengawasan, kepuasan terhadap kesempatan promosi, dan kepuasan

terhadap lingkungan kerja. Deskripsi variabel kepuasan kerja Badan

Lingkungan Hidup Kabupaten Banyumas dapat dilihat pada tabel

berikut ini.

Tabel 4.35. Distribusi Frekuensi Variabel Kepuasan Kerja

Kepuasan Kerja Jumlah Persentase (%)


Rendah 6 17,6
Sedang 17 50
Tinggi 11 32,4
Jumlah 34 100
Sumber: Data primer diolah, 2016

Tabel 4.35 memberikan gambaran secara umum bahwa variabel

kepuasan kerja masuk kategori sedang. Hal ini dibuktikan dengan 17

responden atau 50 persen dari keseluruhan pegawai masuk kategori

sedang, kategori tinggi 11 responden atau 32,4 persen, dan kategori

rendah 6 responden atau 17,6 persen. Indikator yang menggambarkan

kepuasan kerja adalah sebagai berikut.

1) Pekerjaan

Kepuasan tehadap pekerjaan yaitu perasaan puas terhadap


111

pekerjaan yang menarik dan sesuai dengan bidang ilmu yang dimiliki.

Kesesuaian antara harapan pekerjaan dengan pekerjaan yang dimiliki

akan membuat orang puas. Tabel berikut memberikan deskripsi kategori

indikator pekerjaan yang dikategorikan ke dalam tiga rentang yakni

tinggi, sedang, dan rendah.

Tabel 4.36. Distribusi Frekuensi Indikator Pekerjaan

Pekerjaan Jumlah Persentase (%)


Rendah 4 11,8
Sedang 9 26,5
Tinggi 21 61,8
Jumlah 34 100
Sumber: Data primer diolah 2016

Tabel 4.36 memberikan gambaran secara umum bahwa indikator

pekerjaan masuk kategori tinggi. Hal ini dibuktikan dengan 21

responden atau 61,8 persen dari keseluruhan pegawai masuk kategori

tinggi, kategori sedang 9 responden atau 26,5 persen, dan kategori

rendah 4 responden atau 11,8 persen.

2) Gaji

Kepuasan terhadap gaji yaitu perasaan puas terhadap balas jasa

yang diberikan organisasi atas kontribusi yang diberikan kepada

organisasi. Dengan gaji yang diterima, pegawai akan memenuhi

kebutuhan-kebutuhan fisik, status sosial, dan egoistiknya. Tabel berikut

memberikan deskripsi kategori indikator gaji yang dikategorikan ke

dalam tiga rentang yakni tinggi, sedang, dan rendah.


112

Tabel 4.37. Distribusi Frekuensi Indikator Gaji

Gaji Jumlah Persentase (%)


Rendah 7 20,6
Sedang 12 35,3
Tinggi 15 44,1
Jumlah 34 100
Sumber: Data primer diolah 2016

Tabel 4.37 memberikan gambaran secara umum bahwa indikator

gaji masuk kategori tinggi. Hal ini dibuktikan dengan 15 responden atau

44,1 persen dari keseluruhan pegawai masuk kategori tinggi, kategori

sedang 12 responden atau 35,3 persen, dan kategori rendah 7 responden

atau 20,6 persen.

3) Pengawasan

Kepuasan terhadap pengawasan yaitu berkaitan dengan

kemampuan atasan memberikan bantuan teknis dan dukungan perilaku.

Tabel berikut memberikan deskripsi kategori indikator pengawasan yang

dikategorikan ke dalam tiga rentang yakni tinggi, sedang, dan rendah.

Tabel 4.38. Distribusi Frekuensi Indikator Pengawasan

Pengawasan Jumlah Persentase (%)


Rendah 1 2,9
Sedang 13 38,2
Tinggi 20 58,8
Jumlah 34 100
Sumber: Data primer diolah 2016

Tabel 4.38 memberikan gambaran secara umum bahwa indikator

pengawasan masuk kategori tinggi. Hal ini dibuktikan dengan 20

responden atau 58,8 persen dari keseluruhan pegawai masuk kategori

tinggi, kategori sedang 13 responden atau 38,2 persen, dan kategori


113

rendah 1 responden atau 2,9 persen.

4) Kesempatan Promosi

Kesempatan promosi berkaitan dengan kesempatan yang

diberikan kepada pegawai untuk berpindah ke pekerjaan yang lebih

tinggi dalam pembayaran, tanggung jawab, dan atau level. Tabel berikut

memberikan deskripsi kategori indikator kesempatan promosi yang

dikategorikan ke dalam tiga rentang yakni tinggi, sedang, dan rendah.

Tabel 4.39. Distribusi Frekuensi Indikator Kesempatan Promosi

Kesempatan Promosi Jumlah Persentase (%)


Rendah 5 14,7
Sedang 14 41,2
Tinggi 15 44,1
Jumlah 34 100
Sumber: Data primer diolah 2016

Tabel 4.39 memberikan gambaran secara umum bahwa indikator

kesempatan promosi masuk kategori tinggi. Hal ini dibuktikan dengan

15 responden atau 44,1 persen dari keseluruhan pegawai masuk kategori

tinggi, kategori sedang 14 responden atau 41,2 persen, dan kategori

rendah 5 responden atau 14,7 persen.

5) Lingkungan Kerja

Lingkungan kerja yang menyebabkan kepuasan ditandai oleh

hubungan kerja dengan rekan kerja yang bagus dan sesuai dengan yang

diharapkan. Tabel berikut memberikan deskripsi kategori indikator

lingkungan kerja yang dikategorikan ke dalam tiga rentang yakni tinggi,

sedang, dan rendah.


114

Tabel 4.40. Distribusi Frekuensi Indikator Lingkungan Kerja

Lingkungan Kerja Jumlah Persentase (%)


Rendah 2 5,9
Sedang 12 35,3
Tinggi 20 58,8
Jumlah 34 100
Sumber: Data primer diolah 2016

Tabel 4.40 memberikan gambaran secara umum bahwa indikator

lingkungan kerja masuk kategori tinggi. Hal ini dibuktikan dengan 20

responden atau 58,8 persen dari keseluruhan pegawai masuk kategori

tinggi, kategori sedang 12 responden atau 35,3 persen, dan kategori

rendah 2 responden atau 5,9 persen.

e. Deskripsi Variabel Motivasi Pegawai

Setiap tingkah laku manusia dikendalikan oleh intuisi,

pengamatan, apa yang dipikirkan, apa yang dirasakan atau yang

diketahui lebih dulu. Motivasilah yang mendorong seseorang untuk

melakukan sesuatu. Tindakan yang dilakukan karena adanya keinginan

untuk mewujudkannya. Kebutuhan akan prestasi, kebutuhan akan

kekuasaan, dan kebutuhan akan afiliasi merupakan indikator motivasi

pegawai. Deskripsi variabel motivasi pegawai Badan Lingkungan Hidup

Kabupaten Banyumas dapat dilihat pada tabel berikut ini.

Tabel 4.41. Distribusi Frekuensi Variabel Motivasi Pegawai

Motivasi Pegawai Jumlah Persentase (%)


Rendah 6 17,6
Sedang 9 26,5
Tinggi 19 55,9
Jumlah 34 100
Sumber: Data primer diolah 2016
115

Tabel 4.41 memberikan gambaran secara umum bahwa variabel

motivasi pegawai masuk kategori tinggi. Hal ini dibuktikan dengan 19

responden atau 50,0 persen dari keseluruhan pegawai masuk kategori

tinggi, kategori sedang 9 responden atau 26,5 persen, dan kategori

rendah 6 responden atau 17,6 persen. Indikator yang menggambarkan

motivasi pegawai adalah sebagai berikut.

1) Kebutuhan akan Prestasi

Kebutuhan akan prestasi diukur melalui adanya keinginan untuk

mencapai hasil pekerjaan dan prestasi yang maksimum. Tabel berikut

memberikan deskripsi kategori indikator kebutuhan akan prestasi yang

dikategorikan ke dalam tiga rentang yakni tinggi, sedang, dan rendah.

Tabel 4.42. Distribusi Frekuensi Indikator Kebutuhan Prestasi

Kebutuhan akan Prestasi Jumlah Persentase (%)


Rendah 7 20,6
Sedang 3 8,8
Tinggi 24 70,6
Jumlah 34 100
Sumber: Data primer diolah 2016

Tabel 4.42 memberikan gambaran secara umum bahwa indikator

kebutuhan akan prestasi masuk kategori tinggi. Hal ini dibuktikan

dengan 24 responden atau 70,6 persen dari keseluruhan pegawai masuk

kategori tinggi, kategori sedang 3 responden atau 8,8 persen, dan

kategori rendah 7 responden atau 20,6 persen.

2) Kebutuhan akan Kekuasaan

Kebutuhan akan kekuasaan diukur melalui adanya keinginan

untuk mencapai karier tertinggi dan keinginan untuk menjadi pemimpin.


116

Orang yang memiliki motivasi tinggi akan menunjukkan ciri-ciri antara

lain memiliki pengaruh, dihormati, dan senang mengatur orang lain.

Tabel berikut memberikan deskripsi kategori indikator kebutuhan akan

kekuasaan yang dikategorikan ke dalam tiga rentang yakni tinggi,

sedang, dan rendah.

Tabel 4.43. Distribusi Frekuensi Indikator Kekuasaan

Kebutuhan akan Kekuasaan Jumlah Persentase (%)


Rendah 5 14,7
Sedang 13 38,2
Tinggi 16 47,1
Jumlah 34 100
Sumber: Data primer diolah 2016

Tabel 4.43 memberikan gambaran secara umum bahwa indikator

kebutuhan akan kekuasaan masuk kategori tinggi. Hal ini dibuktikan

dengan 16 responden atau 747,1 persen dari keseluruhan pegawai masuk

kategori tinggi, kategori sedang 13 responden atau 38,2 persen, dan

kategori rendah 5 responden atau 14,7 persen.

3) Kebutuhan akan Afiliasi

Kebutuhan akan afiliasi merupakan kebutuhan akan kehadiran

dan dukungan orang lain. Kebutuhan akan afiliasi menyebabkan

seseorang ditandai dengan mudah bergaul dengan orang lain dan

berusaha menciptakan lingkungan kerja yang harmonis dengan orang

lain. Tabel berikut memberikan deskripsi kategori indikator kebutuhan

akan afiliasi yang dikategorikan ke dalam tiga rentang yakni tinggi,

sedang, dan rendah.


117

Tabel 4.44. Distribusi Frekuensi Indikator Afiliasi

Kebutuhan akan Afiliasi Jumlah Persentase (%)


Rendah 1 2,9
Sedang 4 11,8
Tinggi 29 85,3
Jumlah 34 100
Sumber: Data primer diolah 2016

Tabel 4.44 memberikan gambaran secara umum bahwa indikator

kebutuhan akan afiliasi masuk kategori tinggi. Hal ini dibuktikan dengan

29 responden atau 85,3 persen dari keseluruhan pegawai masuk kategori

tinggi, kategori sedang 4 responden atau 11,8 persen, dan kategori

rendah 1 responden atau 2,9 persen.


118

4. Pengaruh Antar Variabel Penelitian

Untuk mencari pengaruh antara dua atau lebih variabel dengan tipe

data ordinal maka digunakan regresi ordinal. Namun sebelum mencari

pengaruh antar variabel harus dicari hubungan antar variabel. Untuk mencari

hubungan dua variabel dilakukan dengan melakukan korelasi kendal tau-b,

sedangkan hubungan lebih dari dua variabel digunakan korelasi konkordasi

kendal. Apabila hubungan antar variabel signifikan maka baru diproses lebih

untuk mengetahui pengaruh dari variabel. Sebaliknya, bila hubungan tidak

signifikan maka tidak akan diproses lebih lanjut.

Selanjutnya, dari hasil perhitungan korelasi hubungan antar variabel

dapat disimpulkan tingkat hubungan antara variabel terikat dengan variabel

bebas. Dasar pengambilan keputusan apakah hubungan antar variabel

signifikan atau tidak maka harus dilakukan dengan melihat angka

signifikansinya. Apabila signifikansi > 0,05 maka Ho diterima dan

signifikansi < 0,05 maka Ho ditolak.

Sebelum melakukan korelasi antar variabel maka dilakukan uji

normalitas data untuk mengetahui apakah data dari penelitian ini

berdistribusi normal atau tidak. Uji normalitas dilakukan untuk menghindari

kesalahan pengambilan sampel, kesalahan input data atau memang karena

ada karakteristik yang jauh dari rata-rata (Suliyanto, 2011:69). Uji normalitas

dilakukan dengan metode analisis grafik berikut:


119

Gambar 4.2 Normal P-P Plot Regression Standardizes Residual

Berdasarkan tampilan Normal P-P Plot Regression

Standardized terlihat bahwa titik-titik menyebar di sekitar garis diagonal.

Oleh karena itu berdasarkan uji normalitas maka data penelitian yang

ada berdistribusi normal.

a. Pengaruh OCB Pegawai (X) terhadap Kinerja Pegawai (Y)

Pembahasan pengujian hipotesis pertama diawali dengan

pembahasan hasil hubungan antara OCB Pegawai (X) dengan Kinerja

Pegawai (Y). Analisis hubungan ini dilakukan dengan analisis Kendall

Tau-b. Berikut ini adalah hasil teknik analisis korelasi Kendall Tau-b.
120

Tabel 4.45. Korelasi Kendall Tau-b Antara OCB Pegawai


Terhadap Kinerja Pegawai

Kinerja
OCB Pegawai
Kendall's OCB Correlation Coefficient 1.00 .696**
tau_b Sig. (2-tailed) . .001
N 34 34
Kinerja Correlation Coefficient .696** 1.00
Pegawai Sig. (2-tailed) .001 .
N 34 34
Sumber: Data primer diolah, 2016

Tabel 4.45 menunjukkan bahwa hasil perhitungan statistik,

koefisien korelasi Kendall Tau-b antara Variabel OCB Pegawai terhadap

Kinerja Pegawai sebesar 0,696 dengan menunjukkan hubungan yang

positif. Artinya, semakin baik OCB Pegawai, maka akan semakin

meningkatkan Kinerja Pegawai dan juga sebaliknya, semakin buruk

OCB Pegawai maka Kinerja Pegawai akan semakin menurun.

Hasil uji korelasi tersebut diperkuat dengan membandingkan

nilai sig. (2-tailed) dengan (0,05). Berdasarkan perhitungan statistik

menunjukkan bahwa nilai sig 0,001 < 0,05. Dengan demikian, korelasi

antara variabel OCB Pegawai dengan Kinerja Pegawai sebesar 0,696

adalah signifikan.

Selanjutnya untuk menguji pengaruh antara variabel OCB

Pegawai (X) dengan Kinerja Pegawai (Y) digunakan analisis regresi

ordinal, yang hasilnya ditampilkan sebagai berikut.


121

Tabel 4.46. Model Fitting Information Antara OCB Pegawai


dengan Kinerja Pegawai
Model -2 Log Likelihood Chi-Square df Sig.
Intercept Only 51.210
Final .000 51.210 3 .001
Sumber: Link Function: Logit. Data primer diolah, 2016

Tabel 4.46 menunjukkan bahwa Model Fitting Information

menunjukkan pengaruh variabel OCB Pegawai (X) terhadap Kinerja

Pegawai (Y) diperoleh koefisien regresi ordinal sebesar 51,210 dan

signifikansi pada taraf kepercayaan 0,001 < 0,05. Model ini berarti dapat

digunakan untuk memprediksi pengaruh dari variabel OCB Pegawai

terhadap Kinerja Pegawai. Artinya, setiap kenaikan satu unit sebesar

51,210 pada varibel OCB Pegawai maka akan diikuti pula kenaikan satu

unit sebesar 51,210 pada variabel Kinerja Pegawai.

Selanjutnya untuk mengetahui berapa sumbangan variabel OCB

Pegawai (X) terhadap Kinerja Pegawai (Y) digunakan Pseudo R-Square,

yang hasilnya ditampilkan pada tabel berikut ini.

Tabel 4.47. Pseudo R-Square Antara Variabel OCB


Pegawai dengan Kinerja Pegawai

Cox and Snell .778


Nagelkerke .815
McFadden .487
Sumber: Link Function: Logit. Data primer diolah, 2016

Bagian Pseudo R-Square pada tabel 4.47 menunjukkan sejauh

mana variabel OCB Pegawai mampu menjelaskan variabel Kinerja

Pegawai. Berdasarkan nilai Nagelkerke sebesar 0,815 artinya variabel


122

OCB Pegawai mampu menjelaskan variabel Kinerja Pegawai sebesar

81,5 persen, sedangkan sisanya 18,5 persen dijelaskan oleh faktor lain

yang tidak diteliti.

b. Pengaruh Kepribadian (Z!) terhadap OCB Pegawai (Z2)

Pembahasan pengujian hipotesis kedua ini dilakukan seperti

pengujian sebelumnya, yaitu akan diawali oleh pembahasan hasil

hubungan antara Kepribadian (Z1) dengan OCB Pegawai (X) dengan

analisis Kendall Tau-b. Berikut ini adalah hasil teknik analisis koerelasi

Kendall Tau-b.

Tabel 4.48. Korelasi Kendall Tau-b Antara Kepribadian


terhadap OCB Pegawai

Kepribadian OCB
Kendall's Kepribadian Correlation Coefficient 1.00 .844**
tau_b Sig. (2-tailed) . .001
N 34 34
OCB Correlation Coefficient .844** 1.00
Sig. (2-tailed) .001 .
N 34 34
Sumber: Data primer diolah, 2016

Tabel 4.48 menunjukkan bahwa hasil perhitungan secara statistik,

koefisien korelasi Kendall Tau-b antara variabel Kepribadian dengan

OCB Pegawai sebesar 0,844 dengan menunjukkan hubungan yang positif.

Artinya semakin baik Keperibadian, maka akan meningkatkan OCB

Pegawai dan juga sebaliknya, semakin buruk Kepribadian maka OCB

Pegawai akan semakin menurun.

Hasil uji korelasi tersebut juga diperkuat dengan membandingan


123

nilai sig. (2-tailed) dengan (0,05). Berdasakan perhitungan statistik

menunjukkan bahwa nilai sig 0,001 < 0,05. Dengan demikian, korelasi

antara variabel Kepribadian terhadap OCB Pegawai sebesar 0,844 adalah

signifikan.

Selanjutnya, untuk menguji pengaruh antara variabel Kepribadian

(Z1) dengan OCB Pegawai (X) digunakan analisis regresi ordinal, yang

hasilnya ditampilkan sebagai berikut.

Tabel 4.49 Model Fitting Information Antara Kepribadian


dengan OCB Pegawai

Model -2 Log Likelihood Chi-Square df Sig.


Intercept Only 49.870
Final .000 49.870 4 .001
Sumber: Link Function: Logit. Data primer diolah, 2016

Tabel 4.49 menunjukkan bahwa Model Fitting Information

menunjukkan pengaruh variabel Kepribadian (Z1) terhadap OCB

Pegawai (X) diperoleh koefisien regresi ordinal sebesar 49,870 dan

signifikansi pada taraf 0,001 < 0,05. Model ini berarti dapat digunakan

untuk memprediksi pengaruh dari variabel Kepribadian terhadap OCB

Pegawai. Artinya, setiap kenaikan satu unit 49,870 pada variabel

Kepribadian maka akan diikuti pula kenaikan satu unit sebesar 49,870

pada variabel OCB Pegawai.

Selanjutnya, untuk mengetahui berapa sumbangan variabel

Kepribadian (Z1) terhadap OCB Pegawai (X) digunakan Pseudo

R-Square, dapat dilihat pada tabel berikut.


124

Tabel 4.50. Pseudo R-Square Antara Kepribadian dengan


OCB Pegawai

Cox and Snell .769


Nagelkerke .905
McFadden .774
Sumber: Link Function: Logit. Data primer diolah, 2016

Tabel 4.50 menunjukkan sejauh mana variabel Kepribadian

menjelaskan variabel OCB Pegawai. Nilai Nagelkerke 0,905

menunjukkan bahwa variabel Kepribadian mampu menjelaskan variabel

OCB Pegawai sebesar 90,5 persen, sedangkan sisanya 9,5 persen

dijelaskan oleh faktor lain.

c. Pengaruh Kepuasan Kerja (Z3) terhadap OCB Pegawai (X)

Pembahasan pengujian hipotesis ketiga ini dilakukan seperti

pengujian sebelumnya, yaitu akan diawali oleh pembahasan hasil

hubungan antara Kepuasan Kerja (Z2) dengan OCB Pegawai (X) dengan

analisis Kendall Tau-b. Berikut ini adalah hasil teknik analisis koerelasi

Kendall Tau-b.

Tabel 4.51. Korelasi Kendall Tau-b Antara Kepuasan


Kerja terhadap OCB Pegawai

Kepuasan Kerja OCB


Kendall's Kepuasan Correlation Coefficient 1.00 .607**
tau_b Kerja Sig. (2-tailed) . .001
N 34 34
**
OCB Correlation Coefficient .607 1.00
Sig. (2-tailed) .001 .
N 34 34
Sumber: Data primer diolah, 2016
125

Tabel 4.51 menunjukkan bahwa hasil perhitungan berdasarkan

statistik, koefisien korelasi Kendall Tau-b antara Kepuasan Kerja

terhadap OCB Pegawai sebesar 0,607 dengan menunjukkan hubungan

yang positif. Artinya semakin baik Kepuasan Kerja pegawai, maka akan

meningkatkan OCB Pegawai dan juga sebaliknya, semakin buruk

kepuasan kerja maka OCB Pegawai akan semakin menurun.

Hasil uji korelasi tersebut juga dapat diperkuat dengan

membandingkan nilai sig. (2-tailed) dengan (0,05). Berdasarkan

perhitungan statistik menunjukkan bahwa nilai sig 0,001 < 0,05. Dengan

demikian, korelasi antara variabel kepuasan kerja terhadap OCB pegawai

sebesar 0,607 adalah signifikan.

Selanjutnya, untuk menguji pengaruh antara variabel Kepuasan

Kerja (Z2) dengan OCB Pegawai (X) digunakan analisis regresi ordinal,

yang hasilnya ditampilkan sebagai berikut.

Tabel 4.52. Model Fitting Information Antara Kepuasan Kerja


terhadap OCB Pegawai

Model -2 Log Likelihood Chi-Square df Sig.


Intercept Only 38.098
Final 18.946 19.151 4 .001
Sumber: Link Function: Logit. Data primer diolah, 2016

Tabel 4.52 menunjukkan bahwa Model Fitting Information

menunjukkan pengaruh variabel Kepuasan Kerja (Z2) terhadap OCB

Pegawai (X) diperoleh koefisien regresi ordinal sebesar 38,098 dan

signifikan pada taraf kepercayaan 0,001 < 0,05. Model ini berarti dapat

digunakan untuk memprediksi pengaruh dari variabel Kepuasan Kerja


126

terhadap OCB Pegawai. Artinya setiap kenaikan satu unit sebesar 38,098

pada variabel kepuasan kerja maka akan diikuti pula kenaikan satu unit

sebesar 38,098 pada variabel OCB Pegawai.

Selanjutnya, untuk mengetahui sumbangan variabel kepuasan

kerja (Z2) terhadap OCB Pegawai (X) digunakan Pseudo R-Square yang

dapat dilihat pada tabel berikut.

Tabel 4.53. Pseudo R-Square Antara Kepuasan Kerja dengan


OCB Pegawai

Cox and Snell .431


Nagelkerke .507
McFadden .297
Sumber: Link Function: Logit. Data primer diolah, 2016

Tabel 4.53 Pseudo R-Square menunjukkan sejauh mana variabel

Kepuasan Kerja mampu menjelaskan variabel OCB Pegawai.

Berdasarkan nilai Nagelkerke sebesar 0,507 menunjukkan bahwa

variabel Kepuasan Kerja mampu menjelaskan variabel OCB Pegawai

sebesar 50,7 persen sedangkan 49,3 persen dijelaskan oleh faktor lain.

d. Pengaruh Motivasi Pegawai (Z3) terhadap OCB Pegawai (X)

Pembahasan pengujian hipotesis keempat ini dilakukan seperti

pengujian sebelumnya, yaitu akan diawali oleh pembahasan hasil

hubungan antara Motivasi Pegawai (Z3) dengan OCB Pegawai (X)

dengan analisis Kendall Tau-b. Berikut ini adalah hasil teknik analisis

koerelasi Kendall Tau-b.


127

Tabel 4.54. Korelasi Kendall Tau-b antara Motivasi Pegawai


terhadap OCB Pegawai

Motivasi Pegawai OCB


Kendall's Motivasi Correlation Coefficient 1.00 .695**
tau_b Pegawai Sig. (2-tailed) . .001
N 34 34
**
OCB Correlation Coefficient .695 1.00
Sig. (2-tailed) .001 .
N 34 34
Sumber: Data primer diolah, 2016

Tabel 4.54 menunjukkan bahwa hasil perhitungan secara statistik,

koefisien korelasi Kendall Tau-b antara variabel Motivasi Pegawai

terhadap OCB Pegawai sebesar 0,695 menunjukkan hubungan yang

positif. Artinya semakin baik motivasi pegawai maka akan meningkatkan

OCB Pegawai dan juga sebaliknya, semakin buruk motivasi pegawai

maka akan OCB Pegawai akan semakin menurun.

Hasil uji korelasi tersebut juga dapat diperkuat dengan

membandingkan nilain sig. (2-tailed) dengan (0,05). Berdasarkan

perhitungan statistik menunjukkan bahwa nilai sig 0,001 < 0,05. Dengan

demikian, korelasi antara motivasi pegawai terhadap OCB Pegawai

sebesar 0,695 adalah signifikan.

Selanjutnya untuk menguji pengaruh antara variabel Motivasi

Pegawai (Z3) dengan OCB Pegawai (X) digunakan analisis regresi

ordinal yang hasilnya ditampilkan sebagai berikut.


128

Tabel 4.55. Model Fitting Information Antara Motivasi


Pegawai terhadap OCB Pegawai

Model -2 Log Likelihood Chi-Square df Sig.


Intercept Only 49.906
Final .001 49.906 4 .001
Sumber : Link Function: Logit. Data primer diolah, 2016

Tabel 4.55 menunjukkan bahwa Model Fitting Information

menunjukkan pengaruh variabel Motivasi Pegawai (Z3) terhadap OCB

Pegawai (X) diperoleh koefisien regresi ordinal sebesar 49,906 dan

signifikansi 0,001 < 0,05. Model ini dapat digunakan untuk memprediksi

pengaruh dari variabel motivasi pegawai terhadap OCB Pegawai.

Artinya setiap kenaikan satu unit sebesar 49,906 pada variabel motivasi

pegawai maka akan diikuti pula kenaikan satu unit sebesar 49,906 pada

variabel OCB Pegawai.

Selanjutnya, untuk mengetahui berapa sumbangan variabel

motivasi pegawai (Z3) terhadap OCB Pegawai (X) digunakan PSeudo

R-Square yang dapat dilihat pada tabel berikut ini.

Tabel 4.46. Pseudo R-Square Antara Variabel Motivasi


Pegawai dengan OCB Pegawai

Cox and Snell .770


Nagelkerke .906
McFadden .774
Sumber: Link Function: Logit. Data primer diolah, 2016
Tabel 4.56 Pseudo R-Square menunjukkan sejauh mana

variabel motivasi pegawai mampu menjelaskan OCB Pegawai.

Berdasarkan nilai Nagelkerke sebesar 0,906 artinya variabel motivasi


129

pegawai mampu menjelaskan OCB Pegawai sebesar 90,6 persen

sedangkan 9,4 persen dijelaskan oleh faktor lain.

e. Pengaruh secara Bersama-sama Variabel Kepribadian (Z1),

Kepuasan Kerja (Z2), dan Motivasi Pegawai (Z3) terhadap OCB

Pegawai (X)

Pengujian hipotesis kelima berbeda dengan pengujian sebelumnya.

Pertama, untuk mengetahui hubungan secara bersama-sama antara

kepribadian, kepuasan kerja, dan motivasi pegawai terhadap OCB

pegawai dilakukan dengan mencari koefisien Konkordansi Kendall W.

Hubungan secara bersama-sama antara kepribadian, kepuasan kerja, dan

motivasi pegawai terhadap OCB pegawai akan ditampilkan pada tabel

berikut ini.

Tabel 4.57. Hubungan secara Bersama-sama antara


Kepribadian, Kepuasan Kerja, dan
Motivasi Pegawai terhadap OCB

N 34
Kendall's Wa .895
Chi-Square 91.242
df 3
Asymp. Sig. .001
Sumber: Data primer diolah, 2016

Tabel 4.57 menjelaskan bahwa jumlah responden atau pegawai

yang dianalisis sebanyak 34 orang dan nilai koefisien Konkordansi

Kendall W sebesar 0,895. Koefisien korelasi 0,895 menunjukkan adanya

korelasi yang sangat kuat antara kepribadian, kepuasan kerja, dan

motivasi kerja terhadap OCB, dengan arah positif. Artinya, semakin baik
130

kepribadian, kepuasan kerja dan motivasi pegawai maka akan

meningkatkan OCB Pegawai dan juga sebaliknya, semakin buruk

kepribadian, kepuasan kerja, dan motivasi pegawai maka akan semakin

OCB Pegawai akan semakin turun.

Hasil uji korelasi tersebut juga diperkuat dengan

membandingkan nilai sig. (2-tailed) dengan (0,05). Nilai sig, 0,001<

0,05 artinya korelasi secara bersama-sama antara kepribadian, kepuasan

kerja, dan motivasi pegawai terhadap OCB Pegawai sebesar 0,895

adalah signifikan.

Selanjutnya, untuk menguji pengaruh secara bersama-sama

variabel Kepribadian (Z1), Kepuasan Kerja (Z2), dan Motivasi Pegawai

(Z3) terhadap OCB Pegawai (X) digunakan analisis regresi ordinal, yang

hasilnya ditampilkan sebagai berikut.

Tabel 4.58. Model Fitting Information Antara Variabel


Kepribadian, Kepuasan Kerja, dan Motivasi
Pegawai terhadap OCB Pegawai

Model -2 Log Likelihood Chi-Square df Sig.


Intercept Only 61.664
Final .000 61.664 11 .001
Sumber: Link Function: Logit. Data primer diolah, 2016

Tabel 4.58 menunjukkan bahwa Model Fitting Information

menunjukkan pengaruh bersama-sama antara variabel Kepribadian (Z1),

Kepuasan Kerja (Z2), dan Motivasi Pegawai (Z3) terhadap OCB

Pegawai (X) diperoleh koefisien regresi ordinal sebesar 61,664 dan

signifikansi pada taraf 0,001. Model ini berarti dapat digunakan untuk
131

memprediksi pengaruh secara bersama-sama dari variabel kepribadian,

kepuasan kerja, dan motivasi pegawai terhadap OCB Pegawai. Artinya

setiap kenaikan satu unit sebesar 61,664 pada variabel kepribadian,

kepuasan kerja, dan motivasi pegawai maka akan diikuti pula kenaikan

satu unit sebesar 61,664 pada variabel OCB Pegawai.

Selanjutnya, untuk mengetahui berapa besaran sumbangan

variabel Kepribadian (Z1), Kepuasan Kerja (Z2), dan Motivasi Pegawai

(Z3) terhadap OCB Pegawai (X) digunakan Pseudo R-Square, yang

ditampilkan pada tabel berikut.

Tabel 4.59. Pseudo R-Square Hasil Antara Variabel


Kepribadian, Kepuasan Kerja, dan Motivasi
Pegawai terhadap OCB Pegawai

Cox and Snell .837


Nagelkerke .985
McFadden .957
Sumber: Link Function: Logit. Data primer diolah, 2016
Tabel 4.59 Pseudo R-Square menunjukkan sejauh mana

variabel Kepribadian, Kepuasan Kerja, dan Motivasi Pegawai mampu

menjelaskan variabel OCB Pegawai. Berdasarkan nilai Nagelkerke

sebesar 0,985 artinya variabel Kepribadian, Kepuasan Kerja, dan

Motivasi Pegawai mampu menjelaskan variabel OCB Pegawai sebesar

98,5 persen sedangkan sisanya 1,5 persen dijelaskan faktor lain yanng

tidak diteliti.
132

5. Kemurnian Hubungan Antar Variabel

Korelasi digunakan untuk melihat hubungan atau pengukuran

keeratan hubungan antar dua variabel. Namun dalam praktik, disadari bahwa

sebuah variabel tidak terkait dengan satu variabel, namun bisa beberapa

variabel lainnya. Hal ini menyebabkan perlunya memperhatikan adanya

variabel lain saat menghitung korelasi dua variabel tertentu, yang

diaplikasikan dengan penggunaan korelasi parsial. Korelasi parsial

menghitung korelasi dua buah variabel seperti perhitungan korelasi pada

umumnya, namun dengan menganggap sebuah variabel (ketiga) menjadi

konstan. Penghitungan korelasi per bagian (parsial) ini bertujuan untuk

mengetahui efek dari variabel ketiga tersebut pada keeratan hubungan dua

variabel yang dikorelasikan.

Dasar pengambilan keputusan dilakukan dengan membandingkan

nilai xy. z dengan xy dan signifikansi dengan (0,05) . Apabila xy. z > xy

dan sig. < (0,05) maka hubungan yang terjadi adalah murni, xy. z < xy dan

sig.< (0,05) hubungan yang terjadi adalah murni, sedangkan xy. z < xy dan

sig. > (0,05) hubungan yang terjadi adalah palsu.

a. Hubungan antara Kepribadian dengan OCB yang dikontrol oleh

Kepuasan Kerja

Untuk melihat kemurnian hubungan antara kepribadian dengan

OCB maka akan dicoba untuk melakukan kontrol dengan menggunakan

variabel kepuasan kerja yang dianggap konstan. Hubungan antara

kepribadian dengan OCB yang dikontrol oleh kepuasan kerja dapat


133

dilihat pada tabel berikut.

Tabel 4.60. Hubungan antara Kepribadian dengan OCB


dikontrol oleh Kepuasan Kerja

Control Variables Kepribadian OCB


Kepuasan Kepribadian Correlation 1.00 .875
Kerja Significance (2-tailed) . .001
df 0 31
OCB Correlation .875 1.00
Significance (2-tailed) .001 .
df 31 0
Sumber: Data primer diolah, 2016

Tabel 4.60 menunjukkan bahwa besarnya hubungan antara

kepribadian pegawai dan OCB yang dikontrol oleh kepuasan kerja adalah

sebesar 0,875 dengan arah positif. Artinya ada hubungan yang sangat kuat

antara kepribadian dengan OCB Pegawai dengan kepuasan kerja dibuat

konstan.

Untuk melihat kemurnian hubungan yang terjadi antara

kepribadian dan OCB yang dikontrol oleh kepuasan kerja maka harus

membandingkan xy. z dengan xy dan signifikansinya dengan (0,05).

Nilai xy. z = 0,875 dan nilai xy = 0,844 sedangkan sig = 0,001 dan

(0,05). Nilai xy. z > xy sedangkan sig. 0,001 < 0,05 artinya hubungan

Kepribadian dengan OCB Pegawai adalah murni. Hal ini berarti

kepuasan kerja tidak berpengaruh secara nyata terhadap hubungan antara

kepribadian dengan OCB Pegawai.


134

b. Hubungan antara Kepribadian dengan OCB yang dikontrol oleh

Motivasi Pegawai

Untuk melihat kemurnian hubungan antara kepribadian dengan

OCB maka akan dicoba untuk melakukan kontrol dengan menggunakan

variabel motivasi pegawai yang dianggap konstan. Hubungan antara

kepribadian dengan OCB yang dikontrol oleh motivasi pegawai dapat

dilihat pada tabel berikut.

Tabel 4.61. Hubungan antara Kepribadian dengan OCB


dikontrol oleh Motivasi Pegawai

Control Variables Kepribadian OCB


Motivasi Kepribadian Correlation 1.00 .827
Pegawai Significance (2-tailed) . .001
df 0 31
OCB Correlation .827 1.00
Significance (2-tailed) .001 .
df 31 0
Sumber: Data primer diolah, 2016

Tabel 4.61 menunjukkan bahwa besarnya hubungan antara

kepribadian pegawai dan OCB Pegawai yang dikontrol oleh motivasi

pegawai adalah sebesar 0,827 dengan arah positif. Artinya semakin

tinggi kepribadian pegawai dengan motivasi pegawai dibuat konstan.

Untuk melihat kemurnian hubungan yang terjadi antara

kepribadian dengan OCB Pegawai yang dikontrol oleh motivasi pegawai,

maka harus membandingkan nilai xy. z dengan xy sedangkan

signifikansi dengan (0,05). Nilai xy. z = 0,827 dan xy = 0,844

sedangkan sig.= 0,001 dan = 0,05. Nilai xy. z < xy dan 0,001 < 0,05
135

artinya terdapat hubungan yang murni dan signifikan antara kepribadian

dengan OCB Pegawai dengan menganggap motivasi pegawai konstan.

Hal ini berarti variabel motivasi pegawai tidak berpengaruh secara nyata

terhadap hubungan antara variabel kepribadian dengan OCB Pegawai.

c. Hubungan antara Kepuasan Kerja dengan OCB yang dikontrol oleh

Kepribadian

Untuk melihat kemurnian hubungan antara kepuasan kerja

dengan OCB maka akan dicoba untuk melakukan kontrol dengan

menggunakan variabel kepribadian pegawai yang dianggap konstan.

Hubungan antara kepuasan kerja dengan OCB yang dikontrol oleh

kepribadian pegawai dapat dilihat pada tabel berikut.

Tabel 4.62. Hubungan antara Kepuasan Kerja dengan OCB


dikontrol oleh Kepribadian

Kepuasan
Control Variables Kerja OCB
Kepribadian Kepuasan Correlation 1.00 .142
Pegawai Kerja Significance (2-tailed) . .430
df 0 31
OCB Correlation .142 1.00
Significance (2-tailed) .430 .
df 31 0
Sumber: Data primer diolah, 2016

Tabel 4.62 memberikan informasi bahwa hubungsn antara

kepuasan kerja dengan OCB Pegawai dengan menganggap kepribadian

pegawai konstan adalah sebesar 0,142 dengan arah positif. Artinya

semakin tinggi kepuasan kerja maka akan semakin tinggi pula OCB

Pegawai dengan kepuasan kerja dibuat konstan.


136

Untuk melihat kemurnian hubungan yang terjadi antara kepuasan

kerja dan OCB yang dikontrol oleh kepribadian maka harus

membandingkan xy. z dan xy dengan signifikansi dan (0,05). Nilai

xy. z = 0,124 dan nilai xy = 0,607 sedangkan sig = 0,430 dan = 0,05.

Nilai xy. z < xy dan sig. > (0,05) artinya hubungan yang terjadi antara

kepuasan kerja dengan OCB adalah palsu. Hal ini berarti variabel

kepribadian berpengaruh secara nyata terhadap hubungan kepuasan kerja

dengan OCB Pegawai.

d. Hubungan antara Kepuasan Kerja dengan OCB yang dikontrol oleh

Motivasi Pegawai

Untuk melihat kemurnian hubungan antara kepuasan kerja

dengan OCB maka akan dicoba untuk melakukan kontrol dengan

menggunakan variabel motivasi pegawai yang dianggap konstan.

Hubungan antara kepuasan kerja dengan OCB yang dikontrol oleh

motivasi pegawai dapat dilihat pada tabel berikut.

Tabel 4.63. Hubungan antara Kepuasan Kerja dan OCB


Dikontrol oleh Motivasi Pegawai

Control Variables Kepuasan Kerja OCB


Motivasi Kepuasan Correlation 1.00 .442
Pegawai Kerja Significance (2-tailed) . .010
df 0 31
OCB Correlation .442 1.00
Significance (2-tailed) .010 .
df 31 0
Sumber: Data primer diolah, 2016
137

Tabel 4.63 memberikan informasi bahwa besarnya hubungan

antara kepuasan kerja dan OCB dengan membuat variabel motivasi

pegawai konstan adalah sebesar 0,442 dengan arah positif. Artinya,

semakin tinggi kepuasan kerja maka akan semakin tinggi pula OCB

Pegawai dengan motivasi kerja dibuat konstan.

Untuk melihat kemurnian hubungan yang terjadi antara kepuasan

kerja dan OCB yang dikontrol oleh motivasi pegawai maka harus

membandingkan xy. z dengan xy dan signifikansi dengan (0,05). Nilai

xy. z = 0,442 dan nilai xy = 0,60 sedangkan sig.= 0,010 dan = 0,05.

Nilai xy. z < xy namun sig. < 0,05 artinya hubungan yang terjadi antara

kepuasan kerja dengan OCB adalah murni. Hal ini berarti motivasi

pegawai tidak berpengaruh secara nyata terhadap hubungan kepuasan

kerja dengan OCB Pegawai.

e. Hubungan antara Motivasi Pegawai dengan OCB yang dikontrol

oleh Kepribadian

Untuk melihat kemurnian hubungan antara motivasi pegawai

dengan OCB maka akan dicoba untuk melakukan kontrol dengan

menggunakan variabel kepribadian pegawai yang dianggap konstan.

Hubungan antara motivasi pegawai dengan OCB yang dikontrol oleh

kepribadian pegawai dapat dilihat pada tabel berikut.


138

Tabel 4.64. Hubungan antara Motivasi pegawai dan OCB


Dikontrol oleh Kepribadian

Control Variables Motivasi Pegawai OCB


Kepribadian Motivasi Correlation 1.00 -.038
Pegawai Pegawai Significance (2-tailed) . .836
df 0 31
OCB Correlation -.038 1.00
Significance (2-tailed) .836 .
df 31 0
Sumber: Data primer diolah, 2016

Tabel 4.64 memberikan informasi bahwa besarnya hubungan

antara motivasi pegawai dan OCB Pegawai dengan membuat variabel

kepribadian konstan adalah sebesar -0,038. Artinya semakin tinggi

motivasi pegawai maka akan semakin rendah OCB Pegawai apabila

kepribadian dianggap konstan.

Untuk melihat kemurnian hubungan yang terjadi antara motivasi

pegawai dan OCB yang dikontrol oleh kepribadian maka harus

membandingkan xy. z dengan xy dan signifikansi dengan (0,05).

Nilai xy. z = -0,038 dan nilai xy = 0,695 sedangkan sig.= 0,836 dan =

0,05 . Nilai xy. z < xy dan sig.> 0,05 artinya hubungan yang terjadi

antara motivasi pegawai dengan OCB adalah palsu. Hal ini berarti

variabel kepribadian berpengaruh secara nyata terhadap hubungan antara

variabel motivasi pegawai dan OCB Pegawai.


139

f. Hubungan antara Motivasi Pegawai dengan OCB yang dikontrol

oleh Kepuasan Kerja

Untuk melihat kemurnian hubungan antara motivasi pegawai

dengan OCB maka akan dicoba untuk melakukan kontrol dengan

menggunakan variabel kepribadian pegawai yang dianggap konstan.

Hubungan antara motivasi pegawai dengan OCB yang dikontrol oleh

kepribadian pegawai dapat dilihat pada tabel berikut.

Tabel 4.65. Hubungan antara Motivasi Pegawai dan OCB


Dikontrol oleh Kepuasan Kerja

Control Variables Motivasi Pegawai OCB


Kepuasan Motivasi Correlation 1.00 .625
Kerja Pegawai Significance (2-tailed) . .001
df 0 31
OCB Correlation .625 1.00
Significance (2-tailed) .001 .
df 31 0
Sumber: Data primer diolah, 2016

Tabel 4.65 memberikan informasi bahwa besarnya hubungan

antara motivasi pegawai dan OCB dengan membuat variabel kepuasan

kerja konstan adalah sebesar 0,625 dengan arah positif. Artinya semakin

tinggi motivasi pegawai akan semakin tinggi pula OCB Pegawai dengan

menganggap kepuasan kerja konstan.

Untuk melihat kemurnian hubungan yang terjadi antara motivasi

pegawai dan OCB pegawai yang dikontrol oleh kepuasan kerja maka

harus membandingkan xy. z dengan xy dan signifikansi dengan

(0,05). Nilai xy. z = 0,625 dan nilai xy = 0,695 sedangkan sig.= 0,001
140

dan = 0,05 . Nilai xy. z < xy dan sig.< 0,05 artinya terdapat hubungan

yang murni antara motivasi pegawai dengan OCB Pegawai dengan

menganggap kepuasan kerja konstan. Hal ini berarti kepuasan kerja

tidak berpengaruh nyata terhadap hubungan antara motivasi pegawai

dengan OCB Pegawai.

D. PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN

1. Pengaruh Organizational Citizenship Behavior (X) terhadap Kinerja

Pegawai (Y)

Hasil penelitian menunjukkan diterimanya hipotesis 1 bahwa

organizational citizenship behavior berpengaruh positif dan signifikan

terhadap kinerja pegawai Badan Lingkungan Hidup Kabupaten Banyumas.

Variabel OCB Pegawai dapat menjelaskan kinerja pegawai sebesar 48,7

persen. Pegawai merupakan salah satu unsur dalam organisasi seharusnya

mampu menunjukkan kinerja yang baik dan memberikan kontribusi yang

maksimal kepada organisasi. Peningkatan kinerja pegawai akan sangat

berpengaruh terhadap kinerja organisasi baik organisasi swasta maupun

publik. Kinerja sektor publik yang buruk akan memberikan ketidakpuasan

publik, menurunnya tingkat kepercayaan masyarakat, dan menghambat

penyelenggaraan pemerintahan suatu daerah. Sanni (2013) menemukan

bahwa OCB berpengaruh terhadap kinerja.

Beberapa penelitian menemukan bahwa level OCB individu akan

memiliki efek yang signifikan pada kinerja pegawai. Semakin tinggi OCB

pegawai maka akan semakin tinggi kinerja pegawai. Luthan (2006: 251)
141

menyatakan bahwa OCB secara positif berhubungan dengan kinerja dan

keefektifan individu, group, dan organisasi. Dalam penelitian ini OCB

Pegawai diukur melalui indikator:

a. Altruism yaitu perilaku sukarela pegawai membantu orang lain dan

membantu menyelesaikan masalah pekerjaan orang lain. Altruism

pegawai. Berdasarkan hasil perhitungan distribusi frekuensi altruism

masuk ke dalam kategori tinggi.

b. Courtesy yaitu perilaku sukarela pegawai untuk membantu rekan kerja

mencegah timbulnya masalah. Sikap ini ditunjukkan antara lain bersedia

membantu orientasi pegawai baru tanpa disuruh dan berusaha untuk

menjaga kekompakkan. Berdasarkan hasil perhitungan distribusi

frekuensi courtesy pegawai masuk ke dalam kategori tinggi.

c. Sportsmanship yaitu perilaku apa saja yang menunjukkan toleransi

terhadap keadaan yang kurang ideal tanpa mengeluh. Berdasarkan hasil

penelitian menemukan bahwa sikap pegawai untuk menyelesaikan koflik

yang ada di lingkungan kerja dan sikap pegawai untuk membangun citra

positif organisasi masuk kategori tinggi.

d. Civic virtue yaitu yaitu perilaku pegawai berpartisipasi dalam kegiatan

organisasi untuk menjaga keberlangsungan kehidupan organisasi. Hasil

penelitian ini menemukan bahwa kebersediaan pegawai untuk mengikuti

perubahan, kesediaan pegawai untuk mendukung semua kegiatan

organisasi dan memberikan pendapat saat rapat masuk ke dalam kategori

tinggi. Sikap civic virtue yang dimiliki oleh pegawai akan sangat
142

berpangaruh terhadap masa depan organisasi. Lingkungan yang berubah

membuat organisasi harus mengikuti perubahan pula. Dalam hal ini,

pegawai merupakan bagian dari organisasi yang paling fleksibel yang

dapat dengan mudah mengikuti perubahan dibandingkan bagian lain dari

organisasi.

e. Consicientiousness yaitu perilaku bebas yang melebihi persyaratan tugas,

pekerjaan, dan etika kerja. Berdasarkan hasil penelitian

consicientiousness atau inisiatif individu masuk ke dalam kategori tinggi.

Perilaku ini ditunjukkan pegawai dengan selalu datang tepat waktu,

bekerja sesuai jam kerja, dan selalu mematuhi peraturan organisasi.

Perilaku pegawai sudah cukup baik, terlihat pada absensi pegawai yang

rendah dan jumlah pegawai yang telat juga sedikit. Keterlambatan

datang pegawai juga rendah. Bulan agustus 2015 misalnya, hanya

sembilan orang pegawai yang pernah telat dan dalam hitungan

akumulasi menit hanya satu orang yang keterlambatan datangnya lebih

dari 60 menit.

Berdasarkan hasil perhitungan distribusi frekuensi, variabel OCB

pegawai masuk ke dalam kategori tinggi.

Hasil penelitian ini mendukung penelitian terdahulu yang telah

meneliti pengaruh OCB terhadap kinerja antara lain Harwiki (2013),

Yu-Chen (2014), Zheng, dkk (2012), Organ (1998), Podsakoff MacKenzei

(2000), Van Dyne, dkk (1994), Setyowati (2012) menemukan bahwa OCB

berpengaruh terhadap kinerja. Faktor yang dapat mendukung pegawai untuk


143

meningkatkan kinerja adalah dengan mempunyai perilaku OCB. Semakin

meningkat OCB akan semakin meningkatkan produktivitas kerja dan

stabilitas kinerja.

2. Pengaruh Kepribadian (Z1) terhadap Organizational Citizenship

Behavior (X)

Berdasarkan hasil pengujian hipotesis 2 yang telah dilakukan

sebelumnya, didapatkan bahwa variabel kepribadian secara positif dan

signifikan berpengaruh terhadap OCB pegawai Badan Lingkungan Hidup.

Penelitian ini mendukung penelitian yang telah dilakukan oleh Purba dan

Seniati (2004) bahwa kepribadian berpengaruh terhadap OCB. Pengaruh

yang signifikan dari trait kepribadian lima besar terhadap OCB disebabkan

karena pegawai di Indonesia lebih menjunjung tinggi nilai kebersamaan,

lebih mementingkan rasa dibandingkan rasio dan menempatkan kepentingan

orang lain di atas kepentingan pribadi.

Sudarmayanti (2004: 2) secara sederhana mengartikan kepribadian

yang meliputi berbagai unsur, baik jasmani maupun rohani yang merupakan

usaha seseorang dalam merealisasikan diri sebagai manusia seutuhnya yang

tercermin dalam tingkah lakunya. Tiap orang memiliki kepribadian yang

khas, berbeda satu dengan lainnya, serta tidak dapat dibagikan kepada orang

lain. Mengkaji manusia berkaitan dengan sifat/trait kepribadiannnya

memungkinkan kita mengenalnya lebih baik. King (2010: 145) menyatakan

bahwa sifat-sifat yang kita miliki berpengaruh terhadap kesehatan, cara kita

berpikir, keberhasilan karier, dan hubungan kita dengan orang lain. Indikator
144

kepribadian dalam penelitian ini adalah:

a. Ekstraversi yaitu mengungkapkan tingkat kenyamanan seseorang dalam

berhubungan dengan orang lain. Hasil penelitian menunjukkan bahwa

ekstraversi masuk dalam kategori tinggi. Seorang yang memiliki sifat

ekstraversi cenderung bersikap optimis dan mudah bersosialisasi dengan

orang baru. Seorang pegawai yang memiliki sifat ekstravesi akan

cenderung lebih mudah untuk mencapai apa yang mereka inginkan

karena mereka merasa optimis serta didukung oleh sifatnya yang mudah

berhubungan dengan orang lain.

b. Mudah akur atau mudah bersepakat yaitu kecenderungan seseorang

untuk patuh kepada orang lain. Orang yang mudah bersepakat akan

mudah dalam bekerja sama dan mudah membantu orang lain. Hasil

penelitian menunjukkan bahwa mudah akur atau bersepakat masuk

dalam kategori tinggi. Sedarmayanti (2004: 123) menyatakan bahwa

kerja sama berarti berkaitan dengan seseorang yang bekerja dengan

orang lain atau lebih untuk mencapai suatu tujuan yang dianggap dapat

dibagi. Kerja sama akan memaksimalkan hasil bagi semua orang yang

terlibat berkaitan dengan hasil keputusan akan prestasi menyeluruh,

gabungan antara prestasi perorangan dengan prestasi bersama. Disisi lain,

pegawai yang dengan senang hati membantu orang lain berarti telah

menunjukkan perilaku sukarela dalam bekerja atau yang sering disebut

organizational citizenship behavior. Mereka yang mudah bekerja sama

dan membantu orang lain yang mengalami kesulitan merupakan salah


145

satu langkah maju mendekati kinerja optimal. Kinerja pegawai yang

optimal tentu saja akan mendorong tercapainya tujuan dari terbentuknya

organisasi.

c. Sifat berhati-hati yaitu merujuk pada seseorang yang bertanggung jawab

terhadap pekerjaan yang diberikan, mengerjakan pekerjaan secara

terencana, dan tidak mudah bereaksi terhadap berita yang belum pasti

kebenarannya. Hasil penelitian menunjukkan bahwa sifat berhati-hati

yang dimiliki oleh pegawai masuk ke dalam kategori tinggi.

d. Stabilitas emosi yaitu kemampuan individu untuk menahan stres. Hasil

penelitian menunjukkan bahwa pegawai tidak mudah tegang dan gugup

dalam menghadapi pekerjaan, kepercayaan diri pegawai dalam

menghadapi pekerjaan dan pendirian yang teguh masuk dalam kategori

tinggi. Individu yang memiliki stabilitas emosi yang bagus akan lebih

percaya diri saat mengerjakan tugas yang dimilikinya.

e. Terbuka terhadap hal-hal baru yaitu merujuk pada seseorang yang

tertarik terhadap hal-hal baru. Seseorang yang memiliki sifat terbuka

akan cenderung menampilkan sifat ingin tahu terhadap hal-hal baru dan

kreativitas yang tinggi dalam menyelesaikan pekerjaan. Hasil penelitian

menunjukkan bahwa memiliki keingintahuan yang tinggi terhadap

hal-hal baru dan memiliki kreativitas yang tinggi dalam menyelesaikan

pekerjaan masuk ke dalam kategori tinggi. Sifat terbuka pegawai akan

mendorong mereka untuk mengikuti cara baru, meskipun mereka harus

belajar lebih dahulu. Namun pegawai yang kurang memiliki sifat terbuka
146

akan cenderung resisten untuk mengikuti perubahan. Mereka

menganggap cara kerja dan aturan yang baru tidak menguntungkan

mereka. Hal ini tentu akan menghambat kegiatan dan tujuan organisasi.

Sikap lebih berbahaya bagi organisasi adalah penolakan yang bersifat

implisit. Menurut Winardi (2008: 249) penolakan implisit dapat

memanifestasikan diri dalam bentuk absensi yang semakin meningkat,

permohonan untuk ditransfer, pengunduran diri, kurangnya motivasi

untuk bekerja, dan seringya datang terlambat ditempat kerja.

Hasil penelitian secara keseluruhan menemukan bahwa variabel

kepribadian pegawai masuk dalam kategori tinggi. Seluruh indikator

kepribadian juga masuk kategori tinggi. Namun berdasarkan besarnya

persentase pada tabel distribusi frekuensi, indikator stabilitas emosi dan

terbuka terhadap hal-hal baru perlu mendapatkan perhatian karena kedua

indikator memiliki persentase yang lebih kecil daripada yang lain.

Penelitian yang dilakukan oleh Organ dan Lingl (1995) dengan

menggunakan dua dimensi kepribadian lima faktor yaitu agreeableness dan

conscientiousness pada 99 pegawai di Inggris dan Amerika Serikat

menemukan bahwa hanya conscientiousness yang berpengaruh secara positif

dan signifikan terhadap terhadap OCB. Dimensi agreeableness tidak

berpengaruh terhadap dimensi altruism dari OCB. Namun, penelitian ini

menemukan bahwa indikator agreeableness (mudah akur) dan

onscientiousness (sikap berhati-hati) memiliki pengaruh yang signifikan

terhadap terhadap dimensi OCB pegawai. Hasil penelitian ini sejalan dengan
147

penelitian yang dilakukan oleh Elanain (2007) menemukan bahwa dimensi

agreeableness dan conscientiousness merupakan prediktor kepribadian yang

berpengaruh terhadap OCB.

Berdasarkan hasil korelasi parsial menemukan bahwa hubungan

antara kepribadian dengan OCB Pegawai adalah murni dan signifikan.

Hubungan kepribadian dan OCB pegawai bersifat murni saat dikontrol oleh

variabel kepuasan kerja maupun motivasi pegawai. Hal ini sejalan dengan

Wirawan (2013: 723) yang menyebutkan bahwa faktor utama yang

menentukan seseorang melakukan OCB adalah kepribadian pegawai.

Banyak ilmuwan yang berpendapat bahwa kepribadian dipengaruhi

oleh keturunan, lingkungan, dan situasi. Penelitian yang dilakukan oleh Farh,

Zhong, dan Organ (2004) menemukan bahwa kebudayaan berpengaruh

terhadap OCB. Sedangkan budaya merupakan faktor yang membentuk

kepribadian seseorang. Hal ini karena di lingkungan tempat tinggal terdapat

nilai dan norma yang ada di masyarakat yang diwariskan kepada generasi

berikutnya.

Penelitian yang dilakukan oleh Setyowati menemukan bahwa

kepribadian berpengaruh terhadap OCB karyawan PDAM Banyumas.

Hubungan antara indikator kepribadian dan OCB semuanya positif dan

signifikan. Hal ini berarti semakin tinggi tingkat kepribadian yang dimiliki

oleh responden maka akan semakin tinggi pula tingkat OCB yang dimiliki

oleh responden. Hasil penelitian yang menemukan bahwa kepribadian

berpengaruh secara signifikan terhadap OCB pegawai mungkin karena lokasi


148

penelitian masih memiliki kesamaan dalam hal budaya dan norma yang ada

secara umum yaitu di Kabupaten Banyumas.

Hasil penelitian ini mendukung penelitian terdahulu yang

menemukan bahwa kepribadian berpengaruh terhadap OCB antara lain

Moorman dan Blakely (1995) dan Van Dyne, dkk (2000) yang menemukan

bahwa kolektivitas berpengaruh terhadap OCB. Akinbode (2011)

menemukan bahwa kepribadian merupakan prediktor dari OCB khususnya

pada dimensi ekstraversi dan terbuka terhadap hal-hal baru.

3. Pengaruh Kepuasan Kerja (Z2) terhadap Organizational Citizenship

Behavior (X)

Berdasarkan hasil pengujian hipotesis ketiga yang telah dilakukan

menemukan bahwa kepuasan kerja berpengaruh secara positif dan signifikan

terhadap OCB pegawai Badan Lingkungan Banyumas. Penelitian ini

mendukung penelitian yang dilakukan oleh Pravitasari (2012) yang

menemukan pengaruh yang sangat signifikan antara kepuasan kerja terhadap

OCB pada karyawan PT. IJBP Jakarta. Sedangkan Osman, dkk (2015)

menemukan bahwa kepuasan kerja berpengaruh terhadap OCB.

Menurut Teori Dua Faktor yang dikemukan oleh Herberg kepuasan

yang terkait dengan gaji, kondisi kerja, dan pengawasan memberikan

kepuasan yang rendah terhadap kepuasan kerja. Motivasi yang dapat

meningkatkan kepuasan kerja adalah pekerjaan itu sendiri, peluang promosi

dan kesempatan untuk mengembangkan kemampuan diri. Indikator kepuasan

kerja yang digunakan dalam penelitian ini adalah indikator yang dikemukan
149

oleh Luthan, bahwa kepuasan kerja diukur dengan:

a. Pekerjaan yaitu perasaan puas terhadap pekerjaan yang menarik dan

sesuai dengan bidang ilmu yang dimiliki. Berdasarkan hasil penelitian

menunjukkan bahwa indikator kepuasan terhadap pekerjaan masuk

kategori tinggi. Kesesuaian antara harapan pekerjaan dengan pekerjaan

yang dimiliki akan membuat seseorang puas. Orang mengidentifikasikan

diri dengan pekerjaannya, dan pekerjaan membentuk berbagai aspek

kehidupan. Menurut Bartel, Wrzesniewski, dan Wiesenfeld, 2007;

Wrzesniewski, 2003; dalam King (2010: 265) pekerjaan adalah pengaruh

yang paling penting terhadap kondisi keuangan, aktivitas

bersenang-senang, lokasi rumah, pertemanan, dan kesehatan. Pegawai

yang melihat pekerjaan sebagai suatu panggilan akan lebih mungkin

untuk mengalami pekerjaan sebagai suatu yang bermakna dan

memuaskan. Individu-individu tersebut akan menujukkan dengan tingkat

kepuasan kerja yang tinggi dan lebih mungkin terlibat untuk melakukan

tindakan OCB dengan mendedikasikan waktu yang lebih dan lebih

jarang absen.

b. Gaji merupakan balas jasa dalam bentuk uang yang diterima pegawai

sebagai konsekuensi dari statusnya sebagai seorang pegawai yang

memberikan kontribusi dalam mencapai tujuan organisasi. Dengan gaji

yang diterima, pegawai akan memenuhi kebutuhan-kebutuhan fisik,

status sosial, dan egoistiknya sehingga memperoleh kepuasan kerja dari

gaji yang diterimanya. Hasil penelitian menemukan bahwa indikator gaji


150

masuk kategori tinggi. Namu, pegawai yang masuk kategori rendah pun

termasuk tinggi, hal ini diasumsikan yang tidak puas terhadap gaji

adalah pegawai non-PNS yang hanya mendapatkan gaji sesuai UMR dan

tidak mendapatkan tunjangan. Namun penelitian yang dilakukan oleh

Cohen-Charash, dan Spector (2001) dalam King (2010: 260)

menemukan bahwa kepuasan kerja tidak bergantung pada besarnya gaji,

tetapi lebih kepada persepsi pegawai bahwa apa yang diterimanya adil.

Kepuasan kerja yang dimiliki oleh pegawai akan berpengaruh terhadap

perilaku mereka untuk ikut serta dalam mecapai tujuan organisasi.

c. Pengawasan yaitu berkaitan dengan kemampuan atasan memberikan

bantuan teknis dan dukungan perilaku. Hasil penelitian menemukan

bahwa indikator pengawasan masuk kategori tinggi. Seorang atasan

memiliki tanggung jawab berkaitan dengan komunikasi dan konseling

serta penerapan disiplin kepada bawahannya. Menurut Asad (2004: 113)

kepuasan kerja pegawai dapat ditingkatkan dengan memperhatikan

hubungan yang baik antara atasan dengan bawahan sehingga pegawai

merasa sebagai bagian dari organisasi. Pengawasan yang baik tentu akan

mengurangi absensi pegawai dan turn over.

d. Kesempatan promosi dalam penelitian ini ditandai dengan kesempatan

promosi yang adil dan kesempatan untuk mengembangkan diri melalui

pendidikan yang adil. Kesempatan promosi berkaitan dengan

kesempatan yang diberikan kepada pegawai untuk berpindah ke

pekerjaan yang lebih tinggi dalam pembayaran, tanggung jawab dan atau
151

level. Hasil dari penelitian ini menemukan bahwa indikator kesempatan

promosi masuk kategori tinggi. Promosi diberikan kepada pegawai yang

dianggap memiliki prestasi sebagai wujud dari hadiah atau penghargaan

yang diberikan kepadanya. Kesempatan untuk mengembangkan diri

melalui pendidikan dan pelatihan yang adil berkaitan dengan

pengembangan karir seorang pegawai. Pegawai diberi kesempatan untuk

meningkatkan kemampuannya, misalnya melalui pelatihan-pelatihan,

kursus dan juga melanjutkan jenjang pendidikannya.

e. Lingkungan kerja yang menyebabkan kepuasan ditandai oleh hubungan

kerja dengan rekan kerja yang bagus dan sesuai dengan yang diharapkan.

Hasil penelitian menenukan bahwa hubungan dengan rekan kerja yang

bagus dan lingkungan kerja sesuai dengan yang diharapkan masuk

kategori tinggi. Hubungan yang harmonis, sopan, dan saling

menghindari terjadinya konflik yang tidak perlu akan menjadikan

lingkungan kerja nyaman bagi pegawai. Lingkungan kerja yang nyaman

tentu saja akan membuat pegawai dapat bekerja dengan tenang tanpa ada

gangguan dari lingkungan tempat kerjanya. Selain itu, kemampuan

pemimpin organisasi untuk memanajemen konflik yang terjadi dalam

organisasi juga akan berpengaruh terhadap lingkungan organisasi.

Berdasarkan perhitungan distribusi frekuensi variabel kepuasan

kerja masuk kategori sedang. Hasil penelitian ini mendukung penelitian

terdahulu yang menemukan Smith, dkk (1983); Bateman dan Organ (1983);

Deluga (1995); Panner, Midili dan Kegelmeyer (1997) dalam Jahangir (2004)
152

yang menemukan bahwa kepuasan kerja merupakan prediktor terbaik dari

OCB. Kepuasan kerja memiliki pengaruh yang signifikan terhadap absensi

pegawai, perputaran pegawai, dan stres pegawai. Selain itu banyak penelitian

yang menemukan bahwa kepuasan kerja berpengaruh secara positif dan

signifikan terhadap OCB antara lain Waspodo dan Minadaniati (2012),

Jasovsky (2001), dan Foote dan Tang (2008).

Meskipun kepuasan kerja berpengaruh secara positif dan signifikan

terhadap pegawai, namun berdasarkan analisis korelasi parsial menemukan

bahwa hubungan antara kepuasan kerja dengan OCB pegawai bila

kepribadian dianggap konstan adalah palsu. Hal ini berarti faktor kepribadian

sangat berpengaruh terhadap hubungan antara kepuasan kerja dengan OCB

pegawai. Harus selalu melibatkan kepribadian untuk meningkatkan kepuasan

kerja agar berpengaruh terhadap OCB pegawai.

Sedangkan berdasarkan analisis korelasi parsial antara kepuasan kerja

dengan OCB bila motivasi pegawai dianggap konstan adalah murni. Hal ini

berarti faktor motivasi pegawai tidak berpengaruh secara nyata terhadap

hubungan antara kepuasan kerja dengan OCB pegawai. Untuk meningkatkan

kepuasan kerja agar berpengaruh terhadap OCB pegawai dapat mengabaikan

motivasi pegawai.
153

4. Pengaruh Motivasi (Z3) Pegawai terhadap Organizational Citizenship

Behavior (X)

Berdasarkan hasil pengujian hipotesis keempat yang telah dilakukan

didapatkan bahwa motivasi pegawai berpengaruh secara positif dan

signifikan terhadap OCB pegawai Badan Lingkungan Hidup Kabupaten

Banyumas. Hal ini berarti motivasi pegawai yang dimiliki oleh pegawai

Badan Lingkungan Hidup Kabupaten Banyumas sangat mempengaruhi OCB

yang dimiliki oleh pegawai. Hasil penelitian ini mendukung penelitian

terdahulu yang menemukan bahwa motivasi berpengaruh terhadap OCB.

Osman, dkk (2015) menemukan bahwa motivasi berpengaruh terhadap OCB.

Setiap manusia mempunyai lingkungan hidup berbeda sehingga

menimbulkan kebutuhan hidup yang berbeda pula. Setiap tingkah laku

manusia dikendalikan oleh intuisi, pengamatan, apa yang dipikir, yang

dirasakan atau yang diketahui lebih dulu (Sedarmayanti, 2004: 134).

Motivasi lah yang mendorong seseorang untuk melakukan sesuatu. Motivasi

merupakan dorongan dan keinginan untuk melakukan sesuatu untuk

mencapai tujuan. Motivasi merupakan tenaga penggerak seseorang untuk

melakukan tindakan yang dikehendakinya. Tindakan yang dilakukan karena

adanya keinginan untuk mewujudkan.

Komponen-komponen motivasi pegawai Badan Lingkungan Hidup

Kabupaten Banyumas yang mendukung peningkatan OCB pegawai perlu

untuk selalu ditingkatkan. Kebutuhan akan berprestasi, kebutuhan akan

kekuasaan, dan kebutuhan akan afiliasi perlu diberikan perhatian yang lebih
154

oleh pemangku kepentingan. Menurut Winardi (2008: 8) kebutuhan

mempengaruhi individu secara langsung karena sebagian mereka

mempengaruhi pikiran-pikiran dan tindakan-tindakannya.

Kebutuhan-kebutuhan yang dibawa oleh pegawai akan berusaha

untuk selalu diwujudkan. Kebutuhan yang khas dan kepribadian yang unik

harus ditemukan rangsangan yang tepat sehingga mereka bekerja sama untuk

mewujudkan tujuan dan sasaran organisasi, disamping upaya mewujudkan

kebutuhan individu. Berdasarkan perhitungan distribusi frekuensi variabel

motivasi pegawai masuk kategori sedang, sedangkan berdasarkan distribusi

frekuensi per indikator adalah sebagai berikut.

a. Kebutuhan akan prestasi diukur melalui adanya keinginan untuk

mencapai hasil pekerjaan dan prestasi yang maksimum. Hasil penelitian

menemukan bahwa kebutuhan akan prestasi masuk kategori tinggi.

Orang yang memiliki keinginan untuk meraih prestasi maksimal akan

menyelesaikan tugasnya selalu lebih baik daripada yang lain. Orang

yang memiliki motivasi yang tinggi akan merencanakan segala sesuatu

dengan matang, sehingga kesuksesan dapat dicapai. Mereka akan

bertanggung jawab baik dalam kegagalan maupun kesuksesan dalam

menyelesaikan pekerjaannya.

b. Kebutuhan akan kekuasaan diukur melalui adanya keinginan untuk

mencapai karier tertinggi dan keinginan untuk menjadi pemimpin. Orang

yang memiliki motivasi yang tinggi akan menunjukkan ciri-ciri antara

lain memiliki pengaruh, dihormati dan senang mengatur orang lain.


155

Pegawai yang memiliki motif kekuasaan tinggi merasa senang dengan

tugas yang dibebankan kepadanya. Mereka cenderung lebih peduli

dengan kebanggaan, prestise, dan pengaruh mereka kepada orang lain.

Hasil penelitian menemukan bahwa indikator ini masuk kategori tinggi.

Beberapa responden, khususnya wanita, kurang memiliki motif akan

kekuasaan. Hal ini karena, semakin tinggi kekuasaan seseorang maka

akan berakibat semakin tinggi pula tanggung jawabnya, sedangkan

wanita yang bekerja memiliki peran ganda.

c. Kebutuhan akan afiliasi merupakan kebutuhan akan kehadiran dan

dukungan orang lain. Kebutuhan akan afiliasi menyebabkan seseorang

berhubungan secara akrab ditandai dengan mudah bergaul dengan orang

lain dan berusaha untuk menciptakan lingkungan kerja yang harmonis

dengan orang lain. Hasil penelitian menemukan bahwa indikator ini

masuk kategori tinggi. Hubungan kerja dan lingkungan kerja memiliki

peranan yang penting dalam memotivasi pegawai.

Penelitian ini mendukung penelitian terdahulu yang menemukan

bahwa motivasi pegawai berpengaruh secara signifikan terhadap OCB antara

lain Organ (1990); Kemery, dkk (1997); Tang dan Ibrahim (1998); Penner,

dkk (1997) dalam Jahangir, dkk (2004) yang mencoba unruk mengeksplorasi

pengaruh kepribadian dan motivasi terhadap OCB. Bentuk baru dari

motivasi yang dibangun oleh Leonard, Beauvis, dan Scholl (1999) dalam

Jahangir (2004) menemukan bahwa lima sumber motivasi diukur melalui

proses intrinsik, instrumental, konsep diri eksternal, konsep diri internal, dan
156

internalisasi tujuan. Barbuto, dkk (2001) berpendapat bahwa teori-teori

motivasi dapat bekerja sebagai anteseden OCB.

Berdasarkan hasil analisis korelasi parsial antara motivasi pegawai

dengan OCB pegawai dan menganggap kepribadian konstan adalah palsu.

Hal ini berati kepribadian sangat berpengaruh terhadap hubungan antara

motivasi pegawai dan OCB pegawai. Dengan menganggap kepribadian

konstan, didapatkan hasil korelasi negatif antara motivasi pegawai dengan

OCB pegawai. Dapat dikatakan bahwa untuk meningkatkan motivasi

pegawai agar berpengaruh terhadap OCB pegawai adalah dengan melibatkan

kepribadian pegawai.

Sedangakan hasil korelasi parsial antara motivasi pegawai dengan

OCB pegawai dengan menganggap kepuasan kerja konstan adalah murni. Ini

berarti kepuasan kerja tidak berpengaruh secara nyata terhadap hubungan

motivasi pegawai dan OCB. Untuk meningkatkan motivasi pegawai agar

berpengaruh terhadap OCB pegawai dapat mengabaikan kepuasan kerja.

5. Pengaruh Secara Bersama-sama antara Kepribadian (Z1), Kepuasan

Kerja (Z2), dan Motivasi Pegawai (Z3) terhadap Organizational

Citizenship Behavior (X)

Berdasarkan hasil pengujian hipotesis kelima didapatkan bahwa

secara bersama-sama kepribadian, kepuasan kerja dan motivasi pegawai

berpengaruh secara positif dan sigifikan terhadap OCB pegawai Badan

Lingkungan Hidup Kabupaten Banyumas. Bahkan kepribadian, kepuasan

kerja, dan motivasi pegawai berpengaruh terhadap OCB pegawai Badan


157

Lingkungan Hidup Kabupaten Banyumas hampir sempurna. Hal ini berarti

kepribadian, kepuasan kerja dan motivasi pegawai yang dimiliki oleh

pegawai Badan Lingkungan Hidup Kabupaten Banyumas sangat

mempengaruhi OCB yang dimiliki oleh pegawai. Penelitian ini memperkuat

penelitian yang dilakukan oleh Jahangir, dkk yang menyatakan bahwa

anteseden OCB antara lain kepribadian (individual disposition, kepuasan

kerja, dan teori-teori motivasi.

Organizational citizenship behavior atau lebih mudah disingkat

OCB merupakan perilaku sukarela pegawai yang tidak tercantum sebagai

kewajiban formal, namun mendukung berfungsinya organisasi secara efektif.

Sebuah organisasi tidak akan mampu berkompetisi, mengubah

sumber-sumber, dan melayani para pemangku kepentingan jika pegawainya

hanya sekedar melakukan sekedar uraian tugasnya. Namun apabila para

pegawai memiliki OCB maka akan terjadi kerja sama dan saling membantu

antar pegawai yang akan mendukung dalam konteks sosial dan psikologikal.

Hal ini berarti organisasi memerlukan kinerja kontekstual atau yang sering

disebut OCB, disamping kinerja pelaksaan tugas.

Menurut Wirawan (2013: 723) kepribadian merupakan faktor pertama

yang mendorong seseorang melakukan OCB, sedangkan pegawai yang puas

terhadap pekerjaannya akan lebih mungkin untuk melakukan OCB daripada

pegawai yang tidak puas. Luthan (2006: 251) menemukan bahwa OCB

berhubungan dengan kinerja dan keefektifan kelompok dan organiasasi.

Besarnya pengaruh bersama-sama antara variabel kepribadian,


158

kepuasan kerja, dan motivasi pegawai terhadap kinerja pegawai Badan

Lingkungan Hidup Kabupaten Banyumas seharusnya menjadi perhatian

organisasi. Organisasi harus memperhatikan hal-hal yang dapat digunakan

untuk meningkatkan kepribadian, kepuasan kerja, dan motivasi pegawai

karena akan meningkatkan OCB pegawai. Semakin tinggi tingkat OCB yang

ditunjukkan oleh seorang pegawai akan semakin tinggi pula kinerja yang

dimiliki oleh seorang pegawai. Apabila semua pegawai menunjukkan kinerja

yang tinggi maka kinerja organisasi akan semakin tinggi pula. Kinerja

organisasi yang tinggi merupakan jembatan bagi organisasi untuk

mewujudkan visi misi.


159

BAB V

KESIMPULAN DAN IMPLIKASI

A. KESIMPULAN

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan oleh peneliti dapat

disimpulkan bahwa:

1. Ada pengaruh yang positif dan signifikan antara Organizational Citizenship

Behavior terhadap Kinerja Pegawai Badan Lingkungan Hidup Kabupaten

Banyumas. Dengan demikian hipotesis yang menyatakan Organizational

Citizenship Behavior berpengaruh secara positif dan signifikan terhadap

Kinerja Pegawai Badan Lingkungan Hidup Kabupaten Banyumas diterima.

2. Ada pengaruh yang positif dan signifikan antara Kepribadian Pegawai

terhadap Organizational Citizenship Behavior Pegawai Badan Lingkungan

Hidup Kabupaten Banyumas. Dengan demikian hipotesis yang menyatakan

bahwa Kepribadian Pegawai berpengaruh secara positif dan signnifikan

terhadap Organizational Citizenship Behavior Pegawai Badan Lingkungan

Hidup Kabupaten Banyumas diterima.

3. Ada pengaruh yang positif dan signifikan antara Kepuasan Kerja terhadap

Organizational Citizenship Behavior Pegawai Badan Lingkungan Hidup

Kabupaten Banyumas. Dengan demikian, hipotesis yang menyatakan bahwa

Kepuasan Kerja berpengaruh secara positif dan signifikan terhadap

Organizational Citizenship Behavior Pegawai Badan Lingkungan Hidup

Kabupaten Banyumas diterima.


160

4. Ada pengaruh yang positif dan signifikan secara bersama-sama antara

Kepribadian, Kepuasan Kerja, dan Motivasi Pegawai terhadap

Organizational Citizenship Behavior Pegawai Badan Lingkungan Hidup

Kabupaten Banyumas. Dengan demikian, hipotesis yang menyatakan bahwa

secara bersama-sama Kepribadian, Kepuasan Kerja, dan Motivasi Pegawai

berpengaruh secara positif dan signifikan terhadap Organizational

Citizenship Behavior Pegawai Badan Lingkungan Hidup Kabupaten

Banyumas diterima.

5. Ada pengaruh yang positif dan signifikan antara Motivasi Pegawai terhadap

Organizational Citizenship Behavior Pegawai Badan Lingkungan Hidup

Kabupaten Banyumas. Dengan demikian, hipotesis yang menyatakan bahwa

Motivasi pegawai berpengaruh secara positif dan signifikan terhadap

Organizational Citizenship Behavior Pegawai Badan Lingkungan Hidup

Kabupaten Banyumas diterima.


161

B. IMPLIKASI

Berdasarkan kesimpulan penelitian, dapat dirumuskan implikasi sebagai

berikut:

1. Kinerja pegawai Badan Lingkungan Hidup Kabupaten Banyumas masuk

ke dalam kategori sedang. Untuk meningkatkan kinerja pegawai harus

terlebih dahulu meningkatkan OCB pegawai. OCB pegawai yang perlu

ditingkatkan adalah toleransi dan partisipasi pegawai. Pelatihan soft skill

dan motivasi training dapat digunakan untuk meningkatkan toleransi,

partisipasi, dan inisiatif individu sehingga mereka memiliki kemampuan

dan kemauan untuk melakukan tugas di atas tanggung jawab formalnya.

2. Kepribadian pegawai Badan Lingkungan Hidup Kabupaten Banyumas

masuk kategori tinggi. Kepribadian pegawai yang sudah tinggi perlu

ditingkatkan seperti pada stabilitas emosi dan keterbukaan terhadap

hal-hal baru. Pelatihan soft skill secara kontinu dapat digunakan untuk

mendorong pegawai memiliki kemampuan intrapersonal dan

interpersonal sehingga pegawai memiliki kemampuan untuk selalu

optimis,percaya diri, bersikap baik kepada siapa pun, mudah bekerja

sama dalam tim dan peka terhadap orang lain.

3. Kepuasan kerja pegawai Badan Lingkungan Hidup Kabupaten

Banyumas masuk kategori sedang. Untuk meningkatkan kepuasan kerja

perlu memperhatikan semua indikator kepuasan kerja. Hal ini terjadi

karena, meskipun semua indikator kepuasan kerja masuk kategori tinggi


162

namun tidak ada yang nilainya lebih dari 70 persen. Artinya untuk setiap

indikator, pegawai yang memiliki kepuasan kerja tinggi tidak ada 70

persen pegawai. Beberapa hal dapat dilakukan untuk meningkatkan

kepuasan kerja antara lain memberikan kesempatan pegawai untuk

beraktualisasi diri, memberikan diklat dan pelatihan kerja, serta

pengawasan yang bersifat personal dan kekeluargaan.

4. Motivasi pegawai Badan Lingkungan Hidup Kabupaten Banyumas

masuk kategori tinggi. Motivasi pegawai yang sudah tinggi perlu

ditingkatkan adalah pada motivasi akan kekuasaan. Pelatihan

kepemimpinan dapat diberikan kepada pegawai agar memahami arti dan

tugas dari pemimpin.

5. Nilai Nagelkerke pengaruh kepribadian, kepuasan kerja, dan motivasi

pegawai terhadap OCB pegawai sebesar 98,5 persen dan 1,5 persen

dipengaruhi oleh variabel lain diluar penelitian ini. Penelitian mendatang

dapat melakukan penelitian dengan menggunakan variabel lain seperti

persepsi keadilan, gaya kepemimpinan, persepsi peran, karakteristik

pekerjaan, umur pegawai, dan komitmen pegawai.

6. Nilai Nagelkerke pengaruh OCB terhadap kinerja pegawai sebesar 81,5

persen dan 18,5 persen dipengaruhi oleh variabel lain. Penelitian yang

akan datang dapat menggunakan variabel lain seperti gaya

kepemimpinan, disiplin kerja, kemampuan kerja, maupun variabel lain.


163

DAFTAR PUSTAKA

As'ad, Moh. 2004. Psikologi Industri Edisi Kesembilan. Yogyakarta: Liberty.

Baedhowi. 2007. Manajemen Sumber Daya Manusia. Semarang: Pelita Insani.

Cervone, Daniel & Lawrence A. Pervin. 2011. Kepribadian: Teori dan Penelitian,
Edisi 10. Jakarta: Penerbit Salemba Humanika.

Dessler, Gary. 2008. Manajemen Sumber Daya Manusia Jilid 1 edisi Kesepuluh.
Jakarta: PT Indeks.

Gerungan, W.A. 2002. Psikologi Sosial. Bandung: Eresco.

Hadari, N., & Hadari , M. (2006). Instrumen Penelitian Bidang Sosial. Yogyakarta:
Gadjahmada University Press.

Hasibuan, M. 2010. Organisasi dan Motivasi. Jakarta: Bumi Aksara.

Kast, Freemont E., dan Rosenzweig, James E. 2007. Organisasi dan Managemen.
Jakarta: PT. Bumi Aksara.

Kaswan. 2012. Manajemen Sumber Daya Manusia untuk Keunggulan Organisasi.


Yogyakarta: Graha ilmu.

King, A. Laura. 2010. Psikologi Umum: Sebuah Pandangan Apresiatif Buku 2.


Jakarta: Penerbit Salemba Humanika.

Luthans, F. 2006. Perilaku Organisasi. (E. Sepuluh, Ed., V. Yuwono, S. Purwanti, T.


Prabawati, & W. Rosari, Trans.) Yogyakarta: Penerbit Andi.

Mangkunegara, Anwar Prabu. 2009. Manajemen Sumber Daya Manusia Perusahaan.


Bandung: PT Remaja Rosdakarya.

Panggabean, M. 2004. Manajemen Sumber Daya Manusia. Bogor: Penerbit Ghalia


Indonesia.

Prawirosentono, Suyadi. 1999. Kebijakan Kinerja Karyawan: Kiat Membangun


Organisasi Kompetitif Menjelang Perdagangan Bebas Dunia. Yogyakarta:
BPFE.

Rivai, Veithzal. 2003. Kepemimpinan dan Perilaku Organisasi. Jakarta: PT


RajaGravindo Persada.

--------------------. 2005. Manajemen Sumber Daya Manusia untuk Perusahaan dari


Teori ke Praktek. Jakarta: RajaGrafindo Persada.
164

Robbins, S., & Judge, T. 2015. Perilaku Organisasi Edisi 16. Jakarta: Salemba
Empat.

------------------------------. 2008. Perilaku Organisasi Edisi 12. Jakarta: Salemba


Empat.

Roziqin, M. 2010. Kepuasan Kerja. Malang : Averroes Press.

Santoso, Singgih. 2014. Statistika NonParametrik Edisi Revisi. Jakarta: PT Elex


Media Komputindo

Sarwono, J. 2006. Metode Penelitian Kuantitatif & Kualitatif. Yogyakarta: Graha


Ilmu.

Sedarmayanti. 2004. Pengembangan Kepribadian Pegawai. Bandung: Mandar Maju.

Sinambela, L. 2012. Kinerja Pegawai Teori Pengukuran dan Implikasi. Yogyakarta:


Graha Ilmu.

Sugiyono. 2008. Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D. Bandung:


Alfabeta.

Suliyanto. 2011. Ekonomitrika Terapan: Teori & Aplikasi dengan SPSS. Yogyakarta:
Penerbit Andi.

Suseno, Miftahun Ni'mah. 2012. Statistika: Teori dan Aplikasi untuk Penelitian Ilmu
Sosial dan Humaniora. Yogyakarta: Ash-Shaff.

Tampubolon, Manahan P. 2004. Perilaku Organisasi. Jakarta: Ghalia Indah.

Tjokrowinoto, M. 2007. Pembangunan Dilema dan Tantangan. Yogyakarta: Pustaka


Pelajar.

Thoha, Miftah.2008. Perilaku Organisasi; Konsep Dasar dan Aplikasinya. Jakarta:


PT. RajaGrafindo Persada.

Uha, Ismail Nawawi. 2013. Budaya Organisasi Kepemimpinan dan Kinerja. Jakarta:
Kencana Prenadamedia Group.

Wibowo. 2007. Manajemen Kinerja. Jakarta: Rajawali Press.

Winardi, J. 2008. Motivasi & Pemotivasian dalam Manajemen. Jakarta: RajaGrafindo


Persada.

Wirawan. 2007. Budaya dan Iklim Organisasi: Teori, Aplikasi, dan Penelitian. Jakarta:
Salemba Empat.

-----------. 2013. Kepemimpina: Teori, Psikologi, Perilaku Organisasi, Aplikasi dan


165

Penelitian. Jakarta: Rajawali Press.

Sumber lain:

Akinbode. 2011. Demographic and Dispositional Characteristic as Predictors of


Organizational Citizenship Behavior. Ife PsychogIA, Vol.19, No.1,
pp.375-403.

Badan Lingkungan Hidup Kabupaten Banyumas. 2014. Laporan Akuntabilitas


Kinerja Instansi Pemerintah (LAKIP) Tahun 2014. Tidak dipublikasikan.

Bolino, M., Turnley, W., dan Bloodgood, J. 2002. Citizenship Behavior and the
Creation of Social Capital in Organization. Academy of Management Journal,
Vol.7, No.4, pp.502-522.

Borman, W.C. dan Motowidlo, S.J. 1997. Task Performance and Contextual
Performance: the Meaning for Personnel Selection Research. Human
Performance, Vol.10, pp.99-109.

Chahal, Hardeep dan Shivani Mehta. 2010. Antecedents and Consequences of


Organizational Citizenship Behavior (OCB): A Conceptual Framework in
Reference to Health Care Sector. Journal of Services Research, Vol.10. No.2,
pp. 25-44.

Dyne, L.V, et al. 1994. Organizational Citizenship Behavior: Construct Redefinition,


Measurement, and Validation. Academy of Management Journal, Vol 37,
pp.765-802.

Elanain, Hossam M. Abu. 2007. The Five-Factor Model of Personality and


Organizational Citizenship Behavior. SAM. Advanced Management Journal,
Vol.72, No.3. 47-57.

Farh, Jiing-Lih. Zhong, Chen-Bo, dan Organ, Dennis W. 2004. Organizational


Citizenship Behavior in the Peoples Republic of Chine. Organization
Science. Vol. 15, No. 2 pp.241-253.
Farrel, Sara K dan Lisa M. Finkelstein. 2011. The Impact of Motive Attribution on
Coworker Justice Perception of Rewarded Organizational Citizenship
Behavior. J Bus Psychol, Vol.26, pp.57-69

Foote, David A. dan Thomas Li-Ping Tang. 2008. Job Satisfaction and
Organizational Citizzenship Behavior (OCB): Does team Commitment make a
difference in self-directed teams?. Management Decision, Vol.46 No.6
pp.933-947.

Harwiki, Wiwiek. Desember 2013. The Influence of Servant Leadership on


Organizational Culture, Organizational Comittment, Organizational
166

Citizenship Behavior and Employees Performance (Study of Outstanding


Cooperative in East Java Province, Indonesia). Journal of Economics and
Behavior Study, Vol.5, No.12, pp.876-885

Jahangir, Nadim. dan Akbar, Mohammad Muzahid. Haq, Mahmudul. 2004.


Organizational Citizenship Behavior: It Nature and Antecedents. BRAC
Universiy Journal, Vol.1 No.2, pp.75-85.

Jasovsky, Deborah A. 2001. The Effect of Occupational Image on the Relationship


Betwen Organizational Citizenship Behavior, Job satisfaction, and
Organizational Comittment among Hospital Staff Nurse. Disertasi. Rutgers,
the State University of New Jersey.

Koesmono, T. 2006. Pengaruh Budaya Organisasi terhadap Motivasi dan Kepuasan


Kerja serta Kinerja pada Sub Sector Industri Pengolahan Kayu Skala
Menengah di Jawa Timur. Jurnal Manajemen dan Kewirausahaan, Vol.7
No.2, pp.177-178.

Liguori, Eric W. 2012. The Moderating Effect of Perceived Job Characteristics on


the Proactive Personality-Organizational Citizenship Behavior. Leadership &
Organization Development Journal, Vol.34, No.8, pp.724-740.

Mira, W., dan Margaretha, M. 2012. Pengaruh Servant Leadership terhadap


Komitmen Organisasi dan Organizational Citizenship Behavior. Jurnal
Manajemen, Vol.11 No.2, pp.99-116.

Moon, Henry. 2002. Private and Public Help: the Tripartite Model of Personality and
Organizational Citizenship Behavior. Disertasi. Michigan State University.

Omar, A., Lolli, J., Chen-McCain, S.-L., dan Dickerson, J. 2011. A Comparison
Between Full and Part-Time Lodging Employees on Job Satisfaction,
Organizational Commitment, and Job Performance. ScholarWorks@UMass
Amherst, pp.1-15.

Osman, Abdullah, dkk. 2015. The Influence of Job Satisfaction, Job Motivation &
Perceived Organizational Support towards Organizational Citizenship
Behavior (OCB): A Perspective of American-Based Organization in Kulim,
Malaysia. Asian Social Science. Vol.11, No.21, pp.174-182.

Organ, Dennis W. dan Lingl, Andreas. 1995. Personality, Job Satisfaction, and
Organizational Citizenship Behavior. The Journal of Social Psychology,
Vol.135 No.3, pp.339-350.

Prastowo, Andika Eko. 2013. Pengaruh Motivasi Kerja, Kepuasan Kerja dan OCB
(Organizational Citizenship Behavior) terhadap Kinerja Karyawan (Studi pada
Karyawan PT. Buana Alam Tirta - Yogyakarta). Thesis UPN Veteran
Yogyakarta. http://repository.upnyk.ac.id/6898/ diakses pada Selasa, 20
167

November 2015.

Pravitasari, Niken Ratna. 2012. Pengaruh Kepuasan Kerja, Budaya dan Motivasi
Kerja terhadap Kinerja dengan Mediasi OCB (Organizational Citizenship
Behavior) pada Karyawan Kontrak PT AST. Students Journal of
Accounting and Banking, 1(1),
http://www.unisbank.ac.id/ojs/index.php/fe8/article/view/935 diakses pada
Selasa, 20 November 2015

Podsakoff, P., MacKenzie, S., Paine, J., dan Bacharach, D. 2000. Organizational
citizenship behaviors: a critical review of the theoretical and empirical
literature and suggestions for future research. Journal of Management,
Vol. 26 No.3, 513-63.

Purba, D., dan Seniati, A. Desember 2004. Pengaruh Kepribadian dan Komitmen
Organisasi terhadap Organizational Citizenship Behavior. Makara, Sosial
Humaniora, Vol. 8 No.3, pp.105-111.

Sanni, Ahmad. 2013. Role of Procedural Justice, Organizational Commitment and


Job Satisfaction on Job Performance: The Mediating Effect of Organizational
Citizenship Behavior. International Journal of Business and Management,
Vol.8, No. 15.

Setyowati, Endah. 2012. Analisis Variabel Anteseden OCB dan Pengaruhnya


terhadap Kinerja Karyawan Perusahaan Daerah Air Minum Banyumas.
Skripsi. Universitas Jenderal Soedirman, Purwokerto.

Sulistiani. 2011. Pengaruh Budaya Organisasi, Komitmen Organisasi dan


Kemampuan Kerja terhadap Kinerja Pegawai Sekretatiat Daerah Kabupaten
Wonosobo. Tesis. Univesitas Jendral Soedirman, Purwokerto.

Waspodo, A., dan Minadaniati, L. 2012. Pengaruh Kepuasan Kerja dan Iklim
Organisasi terhadap Organizational Citizenship Behavior (OCB) Karyawan
pada PT. Trubus Swadaya. Jurnal Riset Manajemen Sains Indonesia (JRMSI),
Vol. 3 No.1, 1-16.

Wei, Yu-Chen . 2014. The Benefits of Organizational Citizenship Behavior for the
Job Performance and the Moderating Role of Human Capital. International
Journal of Business and Management, Vol.9 No.7, pp. 87-99
Widiastuti, Melly. 2013. Pengaruh Kepuasan Kerja terhadap Organizational
Citizenship Behavior (OCB) pada Karywawan PT. IJBP Jakarta. Skripsi.
http://library.gunadarma.ac.id/repository/view/3754152/pengaruh-kepuasan-k
erja-terhadap-organizational-citizenship-behavior-ocb-pada-karyawan-pt-ijbp-
jakarta.html/ diakses pada Selasa, 20 Oktober 2015.

Zheng, Zheng, Mian Zang dan Hai Li. 2012. Performance Appraisal Process and
Organizational Citizenship behavior. Journal of Managerial Psychology,
168

Vol.27 No.7, pp. 732-752

www.banyumaskab.go.id./empat-sekolah-masuk-nominasi-adiwiyata-nasional.
diakses pada September 19, 2015)
www.menlh.go.id./information/ diakses pada September 19, 2015, from Kementerian
Lingkungan Hidup.
www.m.republika.co.id/komitmen-pemerintah-terhadap-lingkungan/ diakses pada
Minggu, 20 September 2015).
www.swa.co.id/banyumas-tambah-RTH/ diakses pada Minggu, 20 September 2015.
1

Lampiran 1. Kuesioner Penelitian

Kepada Yth.

Bapak/Ibu/Sdr...................

Di Tempat

Assalamualaikum Wr. Wb

Dalam rangka penyelesaian studi pada Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik
Universitas Jendral Soedirman, saya bermaksud mengadakan penelitian skripsi
berjudul: Pengaruh Organizational Citizenship Behavior terhadap Kinerja
Pegawai Badan Lingkungan Hidup Kabupaten Banyumas.
Penelitian ini menggunakan kuesioner sebagai alat pengumpulan data yang
utama. Oleh karena itu, saya selaku peneliti mengundang Bapak/Ibu/Saudara untuk
berpartisipasi dalam pengisian kuesioner ini. Saya menyadari bahwa waktu
Bapak/Ibu/Saudara sangat berrharga, tetapi waktu yang diberikan Bapak/Ibu/Saudara
untuk menjawab kuesioner ini akan sangat bernilai tidak hanya bagi peneliti, tetapi
juga kepada semua pihak yang berkepentingan berkaitan dengan kajian mengenai
kinerja pegawai Badan Lingkungan Hidup.
Jawaban Bapak/Ibu/Saudara akan sepenuhnya dirahasiakan. Saya tidak akan
membuka jawaban anda secara perorangan kepada pihak manapun. Saya sangat
menghargai dan berterima kasih atas kesediaan Bapak/Ibu/Saudara untuk membantu
saya dalam penelitian ini.

Wassalamualaikum Wr.Wb
Purwokerto, Maret 2016

Hormat saya,

Yulianti
F1B012018
2

I. IDENTITAS RESPONDEN

Mohon diisi semua pertanyaan dibawah ini dengan memberi tanda

cheklist/centang () pada jawaban yang paling sesuai menurut Anda.

Nama : ........................................................(boleh tidak diisi)

Jenis kelamin : Pria Wanita

Usia : .................... Tahun

Golongan :

Status kepegawaian : Non PNS/ PNS

Masa kerja di BLH : ..................... Tahun

Pendidikan terakhir :

Bagian :
3

II. VARIABEL PENELITIAN

Untuk mengukur setiap variabel responden diminta memberikan pendapat terkait

dengan pernyataan-pernyataan berikut ini dengan cara memberi tanda ceklist/centang

() pada kolom yang sesuai terkait dengan pekerjaan Anda.

Keterangan skor alternatif jawaban:

Sangat Sangat
Tidak setuju Netral Setuju
tidak setuju setuju

STS TS N S SS

KINERJA PEGAWAI
No Pernyataan STS TS N S SS
1 Saya mampu menyelesaikan pekerjaan
sesuai dengan target yang ditentukan
2 Saya mampu menyelesaikan pekerjaan
melebihi target
3 Kualitas hasil pekerjaan selalu bisa diterima
oleh pimpinan
4 Kualitas hasil pekerjaan saya sesuai dengan
standar yang ditentukan
5 Saya menguasai dengan baik pekerjaan
yang saya hadapi
6 Saya mengusai tugas dan kewajiban
pekerjaan saya dengan baik
7 Saya memiliki kreativitas yang tinggi dalam
mencari ide baru
8 Gagasan yang saya tuangkan dalam
pekerjaan murni gagasan saya
9 Saya mampu mengkoordinasi pekerjaan
dengan baik
10 Saya mampu bekerja sama dengan rekan
kerja
11 Saya selalu berusaha datang tepat waktu
12 Saya mampu menyelesaikan pekerjaan tepat
waktu
13 Saya memiliki inisiatif untuk menyelesaikan
pekerjaan lebih baik
14 Saya senang dengan hal-hal baru mengenai
pekerjaan
4

15 Saya memiliki kemampuan yang baik dalam


menyikapi pekerjaan
16 Saya ramah dalam menghadapi siapa saja

ORGANIZATIONAL CITIZENSHIP BEHAVIOR


No Pernyataan STS TS N S SS
17 Saya bersedia membantu rekan kerja yang
mengalami kesulitan dalam menyelesaikan
tugasnya
18 Saya akan membantu para tamu dan orang
yang membutuhkan pelayanan dengan
senang hati
19 Saya akan membantu orientasi kerja
pegawai baru apabila dibutuhkan
20 Saya berusaha menjaga kekompakan tim
21 Saya akan berusaha ikut menyelesaikan
konflik yang terjadi di lingkungan kerja
22 Saya berusaha menunjukkan kesan yang
baik organisasi
23 Saya bersedia mengikuti perubahan yang
dilakukan organisasi
24 Saya akan mendukung semua kegiatan
yang dilakukan oleh organisasi
25 Saya memberikan pendapat saat rapat
26 Saya selalu datang tepat waktu
27 Saya bekerja sesuai dengan jam kerja
28 Saya selalu mematuhi aturan yang ada

KEPRIBADIAN
No Pernyataan STS TS N S SS
29 Saya selalu memandang semua
kemungkinan dengan optimis
30 Saya bersosialisasi dan berbaur dengan
orang baru
31 Saya senang bekerja sama dengan orang
lain
32 Saya akan berusaha membantu orang lain
yang membutuhkan bantuan
33 Saya tidak suka menunda pekerjaan
34 Saya berusaha untuk menyelesaikan
pekerjaan sebaik-baiknya
35 Saya tidak mudah terpengaruh dengan isu
yang belum jelas
36 Saya tidak mudah tegang dan gugup
dalam menghadapi pekerjaan
5

37 Saya selalu percaya bahwa semua


pekerjaan dapat saya kerjakan
38 Saya tidak mudah dipengaruhi orang lain

39 Saya tertarik dengan hal-hal baru yang


dapat membantu dalam bekerja
40 Saya berusaha menciptakan cara baru
dalam bekerja agar tidak monoton

KEPUASAN KERJA
No Pernyataan STS TS N S SS
41 Saya merasa bahwa pekerjaan saya
menyenangkan
42 Disiplin ilmu yang saya memiliki sesuai
dengan bidang pekerjaan saya saat ini
43 saya puas dengan gaji yang saya terima tiap
bulan
44 Saya puas dengan tunjangan yang diberikan
45 Saya puas terhadap pengawasan yang
dilakukan oleh Kepala Bidang
46 Saya puas dengan keputusan yang diambil
oleh kepala bidang
47 Saya mendapatkan kesempatan promosi
yang adil
48 Saya merasa bahwa aturan, kenaikan
pangkat, dan jabatan sudah sesuai
49 Hubungan dengan rekan kerja bagus
50 Lingkungan kerja sudah sesuai dengan
harapan

MOTIVASI PEGAWAI
No Pernyataan STS TS N S SS
51 Saya bekerja karena adanya keinginan
untuk mencapai pekerjaan yang maksimal
52 Saya ingin prestasi yang mungkin dapat
dicapai
53 Saya termotivasi untuk mencapai karier
tertinggi
54 Saya ingin menjadi pemimpin dalam
organisasi
55 Saya mudah bergaul dengan bawahan,
atasan, dan rekan kerja
56 Saya ingin bekerja dengan tenang bersama
orang lain
6

Lampiran 2. Surat Ijin Penelitian


7
8

Lampiran 3. DISTRIBUSI NILAI rtabel SIGNIFIKANSI 5% dan 1%

N The Level of Significance N The Level of Significance


5% 1% 5% 1%
3 0.997 0.999 38 0.320 0.413
4 0.950 0.990 39 0.316 0.408
5 0.878 0.959 40 0.312 0.403
6 0.811 0.917 41 0.308 0.398
7 0.754 0.874 42 0.304 0.393
8 0.707 0.834 43 0.301 0.389
9 0.666 0.798 44 0.297 0.384
10 0.632 0.765 45 0.294 0.380
11 0.602 0.735 46 0.291 0.376
12 0.576 0.708 47 0.288 0.372
13 0.553 0.684 48 0.284 0.368
14 0.532 0.661 49 0.281 0.364
15 0.514 0.641 50 0.279 0.361
16 0.497 0.623 55 0.266 0.345
17 0.482 0.606 60 0.254 0.330
18 0.468 0.590 65 0.244 0.317
19 0.456 0.575 70 0.235 0.306
20 0.444 0.561 75 0.227 0.296
21 0.433 0.549 80 0.220 0.286
22 0.432 0.537 85 0.213 0.278
23 0.413 0.526 90 0.207 0.267
24 0.404 0.515 95 0.202 0.263
25 0.396 0.505 100 0.195 0.256
26 0.388 0.496 125 0.176 0.230
27 0.381 0.487 150 0.159 0.210
28 0.374 0.478 175 0.148 0.194
29 0.367 0.470 200 0.138 0.181
30 0.361 0.463 300 0.113 0.148
31 0.355 0.456 400 0.098 0.128
32 0.349 0.449 500 0.088 0.115
33 0.344 0.442 600 0.080 0.105
34 0.339 0.436 700 0.074 0.097
35 0.334 0.430 800 0.070 0.091
36 0.329 0.424 900 0.065 0.086
37 0.325 0.418 1000 0.062 0.081
9

Lampiran 5. Tabulasi Jawaban Responden

Kinerja Pegawai
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15
1 4 3 2 5 4 4 4 4 3 5 4 4 4 4 4 58
2 5 4 4 4 4 4 3 4 4 3 5 5 5 4 5 63
3 4 1 4 4 4 4 2 4 4 4 4 3 3 3 5 53
4 4 4 4 4 4 5 3 4 4 4 4 4 4 4 4 60
5 4 3 4 4 4 4 3 4 5 5 4 4 4 4 5 61
6 4 2 4 4 4 4 2 3 4 5 3 3 3 3 4 52
7 4 4 4 4 4 4 3 4 4 4 4 4 4 4 4 59
8 5 2 5 5 5 5 4 5 5 5 5 5 5 5 5 71
9 4 4 4 4 4 4 2 3 4 4 4 3 3 4 4 55
10 4 4 4 4 4 4 5 4 5 5 5 5 5 4 3 65
11 4 2 3 3 3 2 2 3 3 4 3 3 2 3 4 44
12 4 3 3 4 3 3 3 4 4 5 4 4 4 4 4 56
13 4 3 4 4 3 3 4 3 4 2 4 4 4 3 2 51
14 4 4 4 4 2 2 3 4 4 4 2 4 4 3 3 51
15 5 4 4 4 5 5 5 5 5 5 5 5 4 5 5 71
16 4 4 2 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 58
17 3 2 3 4 3 4 3 4 3 4 4 3 1 2 3 46
18 4 3 4 4 3 3 3 4 4 4 2 4 4 4 4 54
19 5 4 5 5 5 5 5 4 5 5 5 5 5 5 5 73
20 5 4 4 4 5 5 4 4 5 5 5 5 4 5 5 69
21 4 4 4 4 4 4 4 5 4 5 5 4 4 4 5 64
22 4 4 3 3 4 4 4 4 4 3 4 4 4 3 4 56
23 4 2 2 4 4 4 3 4 4 4 3 4 4 4 4 54
24 4 4 4 5 4 4 4 4 5 4 4 5 5 4 5 65
25 4 3 4 4 4 4 4 4 5 4 4 4 5 4 4 61
26 4 3 4 4 4 4 4 4 4 4 4 1 1 4 4 53
27 4 2 3 4 3 3 3 4 4 4 4 3 1 3 4 49
28 5 4 4 4 4 4 5 4 4 5 4 4 5 5 5 66
29 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 60
30 5 4 5 5 5 5 5 5 4 5 5 5 5 5 5 73
31 5 4 4 5 5 4 4 4 5 5 4 4 4 4 5 66
10

32 5 4 4 4 4 4 4 4 5 5 5 4 5 4 4 65
33 4 5 5 5 5 5 4 4 5 3 4 5 4 5 5 68
34 4 3 4 4 4 4 3 4 4 4 4 4 4 4 4 58

OCB Pegawai
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12
1 4 4 4 4 3 4 4 4 4 4 4 4 47
2 5 4 4 4 3 4 4 4 3 4 4 4 47
3 5 5 5 4 4 4 3 4 4 4 4 4 50
4 5 4 4 4 4 3 4 4 3 4 4 4 47
5 4 5 4 5 4 5 4 4 4 4 4 4 51
6 4 4 4 4 3 4 4 3 4 4 4 4 46
7 4 4 4 4 4 4 4 4 3 4 4 4 47
8 5 5 5 5 5 5 5 5 4 5 5 5 59
9 4 4 4 4 3 4 4 4 4 4 4 4 47
10 5 4 4 4 3 4 4 3 3 5 4 5 48
11 4 4 4 4 3 3 3 3 2 4 4 3 41
12 4 5 4 3 3 4 3 3 4 4 4 4 45
13 4 3 4 4 3 4 4 4 4 3 3 4 44
14 4 4 4 4 4 4 4 2 4 4 4 4 46
15 5 5 4 5 5 5 5 5 5 5 5 5 59
16 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 48
17 1 1 3 1 1 1 3 1 1 1 1 1 16
18 4 4 4 4 3 4 4 4 3 4 4 4 46
19 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 60
20 4 4 4 5 4 4 4 4 4 5 5 5 52
21 4 4 4 4 3 4 4 4 5 4 4 4 48
22 4 4 4 4 3 4 4 4 4 3 4 4 46
23 4 4 4 4 3 3 3 3 3 4 4 4 43
24 5 5 4 5 5 5 5 5 4 4 4 5 56
25 5 5 5 5 4 4 4 4 4 4 4 4 52
26 4 4 4 4 4 4 4 4 5 5 5 5 52
27 4 3 3 4 1 4 3 1 4 4 4 4 39
28 5 5 5 5 5 5 5 4 5 4 5 4 57
29 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 48
30 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 60
31 4 4 3 4 3 4 4 4 4 4 4 5 47
32 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 60
33 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 60
34 5 4 3 4 4 4 4 4 3 4 4 4 47
11

Kepribadian Pegawai
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12
1 5 5 5 4 5 4 4 3 3 3 1 3 45
2 4 5 4 4 5 4 3 4 4 4 4 3 48
3 4 4 4 4 4 4 4 4 3 4 4 4 47
4 4 3 4 4 4 4 3 4 4 4 4 4 46
5 5 5 5 5 4 4 5 5 4 4 4 4 54
6 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 3 47
7 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 48
8 4 4 4 5 5 5 5 5 5 5 5 5 57
9 4 4 4 3 4 4 4 4 4 4 4 4 47
10 4 4 4 5 4 5 4 3 3 4 4 4 48
11 3 4 3 4 4 4 3 3 3 3 3 3 40
12 2 4 4 4 4 4 5 3 3 3 4 3 43
13 3 4 4 4 3 4 3 4 3 3 4 4 43
14 4 4 4 4 3 4 4 4 2 3 4 4 44
15 5 4 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 59
16 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 48
17 2 1 1 2 3 1 1 3 3 2 1 3 23
18 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 3 47
19 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 60
20 5 4 5 5 4 5 4 4 5 4 4 4 53
21 5 5 4 4 4 5 4 4 4 5 4 4 52
22 4 4 4 4 4 4 3 3 2 3 4 4 43
23 4 4 4 4 3 4 4 4 3 3 4 3 44
24 5 5 5 5 4 5 5 4 4 4 5 5 56
25 5 5 5 5 4 4 4 4 5 4 5 5 55
26 5 5 4 5 5 5 5 4 4 5 5 4 56
27 2 1 1 4 4 4 3 3 4 3 2 3 34
28 5 5 4 4 5 5 5 4 5 4 5 4 55
29 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 48
30 4 4 4 4 5 5 5 5 5 5 5 4 55
31 4 4 5 5 4 4 5 5 4 5 4 5 54
32 5 5 5 5 5 5 5 5 4 5 5 5 59
33 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 60
34 4 4 4 4 4 4 4 4 3 4 4 4 47
12

Kepuasan Kerja
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
1 4 4 2 3 3 3 4 4 5 3 35
2 4 4 1 2 3 3 3 3 5 4 32
3 4 4 4 4 4 4 3 2 4 4 37
4 4 4 4 3 4 4 3 4 4 4 38
5 4 4 3 3 3 3 3 3 4 3 33
6 4 4 4 4 4 4 3 4 4 3 38
7 4 4 4 4 3 3 3 3 4 4 36
8 4 5 4 2 4 4 2 5 5 2 37
9 4 2 4 3 3 3 3 4 4 4 34
10 4 3 4 4 4 4 3 4 4 3 37
11 3 2 4 3 3 3 5 4 4 3 34
12 4 2 2 3 3 3 3 3 4 3 30
13 2 4 4 3 3 3 3 3 4 3 32
14 3 3 3 3 4 4 4 4 4 3 35
15 5 4 5 5 4 4 5 5 5 4 46
16 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 40
17 1 2 3 3 3 3 3 2 1 1 22
18 4 2 3 2 2 2 3 3 4 4 29
19 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 50
20 4 5 3 3 4 4 4 4 5 4 40
21 4 4 4 4 4 4 3 4 4 4 39
22 4 5 4 4 4 4 4 4 4 3 40
23 3 2 2 2 3 3 2 3 4 3 27
24 3 4 4 4 5 5 5 5 5 4 44
25 5 5 3 2 4 4 4 3 4 4 38
26 5 4 2 4 5 5 4 4 4 4 41
27 1 2 3 3 3 3 2 1 1 3 22
28 4 2 2 2 4 3 2 1 4 2 26
29 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 40
30 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 50
31 4 3 4 4 4 3 4 4 4 4 38
32 5 4 5 5 5 5 5 5 5 5 49
33 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 50
34 5 4 4 3 4 4 3 3 4 3 37
13

Motivasi Pegawai
1 2 3 4 5 6
1 3 4 4 3 4 4 22
2 4 4 4 4 4 4 24
3 4 4 4 4 4 4 24
4 4 5 4 3 4 4 24
5 4 4 3 4 4 4 23
6 3 3 3 3 3 3 18
7 4 3 3 3 4 4 21
8 4 4 4 2 5 5 24
9 3 3 3 3 4 4 20
10 3 3 2 2 4 4 18
11 3 3 3 3 3 3 18
12 4 4 4 3 4 4 23
13 3 3 2 2 3 4 17
14 4 4 3 2 4 4 21
15 5 5 5 5 5 5 30
16 4 4 4 4 4 4 24
17 3 3 3 2 1 1 13
18 4 4 3 3 4 4 22
19 5 5 5 5 5 5 30
20 5 5 4 4 4 5 27
21 5 4 4 3 4 4 24
22 4 4 3 3 4 4 22
23 3 4 3 3 4 4 21
24 5 5 5 5 5 5 30
25 5 5 5 5 5 5 30
26 4 4 5 4 4 5 26
27 3 3 3 2 4 3 18
28 4 5 5 5 5 4 28
29 4 4 4 4 4 4 24
30 4 4 5 4 4 4 25
31 4 4 5 5 5 5 28
32 5 5 5 5 5 5 30
33 5 5 5 5 5 5 30
34 4 4 4 4 4 4 24
14

Lampiran 6. Uji Validitas dan Reliabilitas Variabel Kinerja Pegawai (Y)

Correlations

kinerja pegawai
**
y1 Pearson Correlation .701

Sig. (2-tailed) .001

N 34
**
y2 Pearson Correlation .621

Sig. (2-tailed) .001

N 34
**
y3 Pearson Correlation .543

Sig. (2-tailed) .001

N 34
**
y4 Pearson Correlation .580

Sig. (2-tailed) .001

N 34
**
y5 Pearson Correlation .801

Sig. (2-tailed) .001

N 34
**
y6 Pearson Correlation .753

Sig. (2-tailed) .001

N 34
**
y7 Pearson Correlation .753

Sig. (2-tailed) .001

N 34

y8 Pearson Correlation .335

Sig. (2-tailed) .053

N 34
**
y9 Pearson Correlation .614

Sig. (2-tailed) .001

N 34
**
y10 Pearson Correlation .731
15

Sig. (2-tailed) .001

N 34
*
y11 Pearson Correlation .406

Sig. (2-tailed) .017

N 34
**
y12 Pearson Correlation .685

Sig. (2-tailed) .001

N 34
**
y13 Pearson Correlation .772

Sig. (2-tailed) .001

N 34
**
y14 Pearson Correlation .741

Sig. (2-tailed) .001

N 34
**
y15 Pearson Correlation .859

Sig. (2-tailed) .001

N 34
**
y16 Pearson Correlation .609

Sig. (2-tailed) .001

N 34

kinerja pegawai Pearson Correlation 1

Sig. (2-tailed)

N 34

*. Correlation is significant at the 0.05 level (2-tailed).

**. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).

Reliability Statistics
Cronbach's
Alpha N of Items
.913 15
16

Lampiran 7. Uji Validitas dan Reliabilitas Variabel OCB Pegawai (X)

Correlations

ocb
**
x17 Pearson Correlation .849

Sig. (2-tailed) .001

N 34
**
x18 Pearson Correlation .895

Sig. (2-tailed) .001

N 34
**
x19 Pearson Correlation .709

Sig. (2-tailed) .001

N 34
**
x20 Pearson Correlation .915

Sig. (2-tailed) .001

N 34
**
x21 Pearson Correlation .884

Sig. (2-tailed) .001

N 34
**
x22 Pearson Correlation .914

Sig. (2-tailed) .001

N 34
**
x23 Pearson Correlation .792

Sig. (2-tailed) .001

N 34
**
x24 Pearson Correlation .839

Sig. (2-tailed) .001

N 34
**
x25 Pearson Correlation .793

Sig. (2-tailed) .001

N 34
**
x26 Pearson Correlation .847
17

Sig. (2-tailed) .001

N 34
**
x27 Pearson Correlation .906

Sig. (2-tailed) .001

N 34
**
x28 Pearson Correlation .872

Sig. (2-tailed) .001

N 34

ocb Pearson Correlation 1

Sig. (2-tailed)

N 34

**. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).

*. Correlation is significant at the 0.05 level (2-tailed).

Reliability Statistics
Cronbach's
Alpha N of Items
.964 12

Lampiran 8. Uji Validitas dan Reliabilitas Variabel Kepribadian Pegawai (Z1)

Correlations

kepribadian
pegawai
**
z1.29 Pearson Correlation .824

Sig. (2-tailed) .001

N 34
**
z1.30 Pearson Correlation .774

Sig. (2-tailed) .001

N 34
**
z1.31 Pearson Correlation .827

Sig. (2-tailed) .001


18

N 34
**
z1.32 Pearson Correlation .807

Sig. (2-tailed) .001

N 34
**
z1.33 Pearson Correlation .664

Sig. (2-tailed) .001

N 34
**
z1.34 Pearson Correlation .835

Sig. (2-tailed) .001

N 34
**
z1.35 Pearson Correlation .862

Sig. (2-tailed) .001

N 34
**
z1.36 Pearson Correlation .773

Sig. (2-tailed) .001

N 34
**
z1.37 Pearson Correlation .661

Sig. (2-tailed) .001

N 34
**
z1.38 Pearson Correlation .879

Sig. (2-tailed) .001

N 34
**
z1.39 Pearson Correlation .827

Sig. (2-tailed) .001

N 34
**
z1.40 Pearson Correlation .753

Sig. (2-tailed) .001

N 34

kepribadian pegawai Pearson Correlation 1

Sig. (2-tailed)

N 34

**. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).


19

*. Correlation is significant at the 0.05 level (2-tailed).

Reliability Statistics
Cronbach's
Alpha N of Items
.944 12

Lampiran 9. Uji Validitas dan Reliabilitas Variabel Kepuasan Kerja Pegawai (Z2)

Correlations

kepuasan kerja
**
z2.41 Pearson Correlation .720

Sig. (2-tailed) .001

N 34
**
z2.42 Pearson Correlation .747

Sig. (2-tailed) .001

N 34
**
z2.43 Pearson Correlation .684

Sig. (2-tailed) .001

N 34
**
z2.44 Pearson Correlation .774

Sig. (2-tailed) .001

N 34
**
z2.45 Pearson Correlation .805

Sig. (2-tailed) .001

N 34
**
z2.46 Pearson Correlation .837

Sig. (2-tailed) .001

N 34
**
z2.47 Pearson Correlation .784

Sig. (2-tailed) .001

N 34
20

**
z2.48 Pearson Correlation .837

Sig. (2-tailed) .001

N 34
**
z2.49 Pearson Correlation .705

Sig. (2-tailed) .001

N 34
**
z2.50 Pearson Correlation .757

Sig. (2-tailed) .001

N 34

kepuasan kerja Pearson Correlation 1

Sig. (2-tailed)

N 34

**. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).

*. Correlation is significant at the 0.05 level (2-tailed).

Reliability Statistics
Cronbach's
Alpha N of Items
.918 10

Lampiran 10. Uji Validitas dan Reliabilitas Variabel Motivasi Pegawai (Z3)

Correlations

motivasi pegawai
**
z3.51 Pearson Correlation .868

Sig. (2-tailed) .001

N 34
**
z3.52 Pearson Correlation .895

Sig. (2-tailed) .001

N 34
**
z3.53 Pearson Correlation .886

Sig. (2-tailed) .001


21

N 34
**
z3.54 Pearson Correlation .882

Sig. (2-tailed) .001

N 34
**
z3.55 Pearson Correlation .851

Sig. (2-tailed) .001

N 34
**
z3.56 Pearson Correlation .839

Sig. (2-tailed) .001

N 34

motivasi pegawai Pearson Correlation 1

Sig. (2-tailed)

N 34

**. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).


Reliability Statistics
Cronbach's
Alpha N of Items
.931 6
22

Lampiran 11. Uji Regresi Ordinal Variabel OCB dengan Kinerja Pegawai

Warnings

There are 11 (55.0%) cells (i.e., dependent variable levels by combinations of predictor
variable values) with zero frequencies.

The log-likelihood value is practically zero. There may be a complete separation in the data.
The maximum likelihood estimates do not exist.

The PLUM procedure continues despite the above warning(s). Subsequent results shown
are based on the last iteration. Validity of the model fit is uncertain.

Case Processing Summary

Marginal
N Percentage

tinggi rendahnya kinerja sangat rendah 3 8.8%


pegawai
rendah 8 23.5%

sedang 10 29.4%

tinggi 7 20.6%

sangat tinggi 6 17.6%

tinggi rendahnya ocb pegawai sangat rendah 1 2.9%

sedang 2 5.9%

tinggi 20 58.8%

sangat tinggi 11 32.4%

Valid 34 100.0%

Missing 0

Total 34

Model Fitting Information

Model -2 Log Likelihood Chi-Square df Sig.

Intercept Only 51.210

Final .001 51.210 3 .001

Link function: Logit.


23

Goodness-of-Fit

Chi-Square df Sig.

Pearson 3.343 9 .949

Deviance 3.316 9 .950

Link function: Logit.

Pseudo R-Square

Cox and Snell .778

Nagelkerke .815

McFadden .487

Link function: Logit.

Parameter Estimates

95% Confidence Interval

Estimate Std. Error Wald df Sig. Lower Bound Upper Bound

Threshold [yy = 1] -21.057 1676.928 .001 1 .990 -3307.775 3265.661

[yy = 2] -3.706 .927 15.991 1 .001 -5.522 -1.890

[yy = 3] -1.903 .783 5.910 1 .015 -3.438 -.369

[yy = 4] -.030 .592 .003 1 .960 -1.191 1.131

Location [xx=1] -38.201 5542.919 .001 1 .995 -10902.123 10825.721

[xx=3] -38.201 4094.877 .001 1 .993 -8064.013 7987.611

[xx=4] -3.189 .925 11.894 1 .001 -5.002 -1.377


a
[xx=5] 0 . . 0 . . .

Link function: Logit.

a. This parameter is set to zero because it is redundant.


24

Lampiran 12. Uji Regresi Ordinal Variabel Kepribadian dengan OCB Pegawai

Warnings

There are 13 (65.0%) cells (i.e., dependent variable levels by combinations of predictor
variable values) with zero frequencies.

The log-likelihood value is practically zero. There may be a complete separation in the data.
The maximum likelihood estimates do not exist.

The PLUM procedure continues despite the above warning(s). Subsequent results shown
are based on the last iteration. Validity of the model fit is uncertain.

Case Processing Summary

Marginal
N Percentage

tinggi rendahnya ocb pegawai sangat rendah 1 2.9%

sedang 2 5.9%

tinggi 20 58.8%

sangat tinggi 11 32.4%

tinggi rendahnya kepribadian sangat rendah 1 2.9%


pegawai rendah 1 2.9%

sedang 4 11.8%

tinggi 14 41.2%

sangat tinggi 14 41.2%

Valid 34 100.0%

Missing 0

Total 34

Model Fitting Information

Model -2 Log Likelihood Chi-Square df Sig.

Intercept Only 49.870

Final .001 49.870 4 .001

Link function: Logit.

Goodness-of-Fit
25

Chi-Square df Sig.

Pearson .004 8 1.001

Deviance .008 8 1.001

Link function: Logit.

Pseudo R-Square

Cox and Snell .769

Nagelkerke .905

McFadden .774

Link function: Logit.

Parameter Estimates

95% Confidence Interval

Estimate Std. Error Wald df Sig. Lower Bound Upper Bound

Threshold [xx = 1] -34.280 63.928 .288 1 .592 -159.576 91.016

[xx = 3] -20.290 43.679 .216 1 .642 -105.900 65.320

[xx = 4] -1.299 .651 3.979 1 .046 -2.576 -.023

Location [z11=1] -43.288 110.705 .153 1 .696 -260.266 173.691

[z11=2] -27.289 54.807 .248 1 .619 -134.708 80.131

[z11=3] -19.191 43.695 .193 1 .661 -104.831 66.449

[z11=4] -10.886 32.272 .114 1 .736 -74.139 52.366


a
[z11=5] 0 . . 0 . . .

Link function: Logit.

a. This parameter is set to zero because it is redundant.


26

Lampiran 13. Uji Regresi Ordinal Variabel Kepuasan Kerja dengan OCB

Warnings

There are 9 (45.0%) cells (i.e., dependent variable levels by combinations of predictor
variable values) with zero frequencies.

Unexpected singularities in the Fisher Information matrix are encountered. There may be a
quasi-complete separation in the data. Some parameter estimates will tend to infinity.

The PLUM procedure continues despite the above warning(s). Subsequent results shown
are based on the last iteration. Validity of the model fit is uncertain.

Case Processing Summary

Marginal
N Percentage

tinggi rendahnya ocb pegawai sangat rendah 1 2.9%

sedang 2 5.9%

tinggi 20 58.8%

sangat tinggi 11 32.4%

tinggi rendahnya kepuasan sangat rendah 4 11.8%


kerja pegawai rendah 5 14.7%

sedang 14 41.2%

tinggi 6 17.6%

sangat tinggi 5 14.7%

Valid 34 100.0%

Missing 0

Total 34

Model Fitting Information

Model -2 Log Likelihood Chi-Square df Sig.

Intercept Only 38.098

Final 18.946 19.151 4 .001

Link function: Logit.


27

Goodness-of-Fit

Chi-Square df Sig.

Pearson 11.050 8 .199

Deviance 7.510 8 .483

Link function: Logit.

Pseudo R-Square

Cox and Snell .431

Nagelkerke .507

McFadden .297

Link function: Logit.

Parameter Estimates

95% Confidence Interval

Estimate Std. Error Wald df Sig. Lower Bound Upper Bound

Threshold [xx = 1] -25.605 1.469 303.702 1 .001 -28.485 -22.725

[xx = 3] -24.253 1.191 414.882 1 .001 -26.587 -21.919

[xx = 4] -20.135 .811 616.214 1 .001 -21.725 -18.546

Location [z22=1] -23.787 1.520 244.889 1 .001 -26.766 -20.808

[z22=2] -22.194 1.399 251.562 1 .001 -24.937 -19.452

[z22=3] -21.837 1.062 422.800 1 .001 -23.918 -19.755

[z22=4] -20.104 .001 . 1 . -20.104 -20.104


a
[z22=5] 0 . . 0 . . .

Link function: Logit.

a. This parameter is set to zero because it is redundant.


28

Lampiran 14. Uji Regresi Ordinal Variabel Motivasi Pegawai dengan OCB

Warnings

There are 12 (60.0%) cells (i.e., dependent variable levels by combinations of predictor
variable values) with zero frequencies.

The log-likelihood value is practically zero. There may be a complete separation in the data.
The maximum likelihood estimates do not exist.

The PLUM procedure continues despite the above warning(s). Subsequent results shown
are based on the last iteration. Validity of the model fit is uncertain.

Case Processing Summary

Marginal
N Percentage

tinggi rendahnya ocb pegawai sangat rendah 1 2.9%

sedang 2 5.9%

tinggi 20 58.8%

sangat tinggi 11 32.4%

tinggi rendahnya motivasi sangat rendah 1 2.9%


pegawai rendah 5 14.7%

sedang 4 11.8%

tinggi 13 38.2%

sangat tinggi 11 32.4%

Valid 34 100.0%

Missing 0

Total 34

Model Fitting Information

Model -2 Log Likelihood Chi-Square df Sig.

Intercept Only 49.906

Final .001 49.906 4 .001

Link function: Logit.

Goodness-of-Fit
29

Chi-Square df Sig.

Pearson .001 8 1.001

Deviance .001 8 1.001

Link function: Logit.

Pseudo R-Square

Cox and Snell .770

Nagelkerke .906

McFadden .774

Link function: Logit.

Parameter Estimates

95% Confidence Interval

Estimate Std. Error Wald df Sig. Lower Bound Upper Bound

Threshold [xx = 1] -32.539 139.212 .055 1 .815 -305.389 240.310

[xx = 3] -22.292 104.472 .046 1 .831 -227.053 182.470

[xx = 4] -2.303 1.049 4.820 1 .028 -4.358 -.247

Location [z33=1] -43.567 284.518 .023 1 .878 -601.213 514.078

[z33=2] -21.886 104.476 .044 1 .834 -226.655 182.883

[z33=3] -12.312 74.485 .027 1 .869 -158.300 133.677

[z33=4] -4.787 1.478 10.498 1 .001 -7.684 -1.891


a
[z33=5] 0 . . 0 . . .

Link function: Logit.

a. This parameter is set to zero because it is redundant.


30

Lampiran 16. Uji Regresi Ordinal secara bersama-sama kepribadian, kepuasan kerja,
dan motivasi terhadap OCB pegawai
Warnings

There are 52 (72.2%) cells (i.e., dependent variable levels by combinations of predictor variable
values) with zero frequencies.

The log-likelihood value is practically zero. There may be a complete separation in the data. The
maximum likelihood estimates do not exist.

The PLUM procedure continues despite the above warning(s). Subsequent results shown are based
on the last iteration. Validity of the model fit is uncertain.

Case Processing Summary

N Marginal Percentage

tinggi rendahnya ocb pegawai sangat rendah 1 2.9%

sedang 2 5.9%

tinggi 20 58.8%

sangat tinggi 11 32.4%

tinggi rendahnya kepribadian sangat rendah 1 2.9%


pegawai rendah 1 2.9%

sedang 4 11.8%

tinggi 14 41.2%

sangat tinggi 14 41.2%

tinggi rendahnya kepuasan sangat rendah 4 11.8%


kerja pegawai rendah 5 14.7%

sedang 14 41.2%

tinggi 6 17.6%

sangat tinggi 5 14.7%

tinggi rendahnya motivasi sangat rendah 1 2.9%


pegawai rendah 5 14.7%

sedang 4 11.8%

tinggi 13 38.2%

sangat tinggi 11 32.4%

Valid 34 100.0%

Missing 0

Total 34
31

Model Fitting Information

Model -2 Log Likelihood Chi-Square df Sig.

Intercept Only 61.664

Final .001 61.664 11 .001

Link function: Logit.

Goodness-of-Fit

Chi-Square df Sig.

Pearson 2.682 40 1.001

Deviance 3.766 40 1.001

Link function: Logit.

Pseudo R-Square

Cox and Snell .837

Nagelkerke .985

McFadden .957

Link function: Logit.


32

Parameter Estimates

95% Confidence Interval

Estimate Std. Error Wald df Sig. Lower Bound Upper Bound

Threshold [xx = 1] -45.283 58.912 .591 1 .442 -160.748 70.182

[xx = 3] -33.336 51.876 .413 1 .520 -135.011 68.339

[xx = 4] -9.126 42.870 .045 1 .831 -93.150 74.899

Location [z11=1] -51.666 80.508 .412 1 .521 -209.459 106.126

[z11=2] -31.673 53.177 .355 1 .551 -135.897 72.552

[z11=3] -18.496 26.249 .497 1 .481 -69.943 32.951

[z11=4] -12.022 22.135 .295 1 .587 -55.405 31.361


a
[z11=5] 0 . . 0 . . .

[z22=1] -1.624 56.772 .001 1 .977 -112.895 109.646

[z22=2] -8.519 42.936 .039 1 .843 -92.672 75.634

[z22=3] -9.125 42.894 .045 1 .832 -93.195 74.945

[z22=4] -2.520 45.557 .003 1 .956 -91.811 86.771


a
[z22=5] 0 . . 0 . . .
a
[z33=1] 0 . . 0 . . .

[z33=2] -6.016 14.891 .163 1 .686 -35.203 23.170

[z33=3] -3.292 42.513 .006 1 .938 -86.615 80.031

[z33=4] -.908 2.009 .204 1 .651 -4.846 3.029


a
[z33=5] 0 . . 0 . . .

Link function: Logit.

a. This parameter is set to zero because it is redundant.

Anda mungkin juga menyukai