BAB II
LANDASAN TEORI
A. Motivasi Belajar
1. Pengertian Motivasi
Sebagai dasar untuk mengembangkan pengertian
tentang konsep motivasi, di bawah ini dikemukakan
ilustrasi yang menggambarkan tentang motivasi: Zaki
dan Zaenal adalah anggota kelas pada Sekolah
Menengah Kejuruan. Keduanya sama-sama menyukai
pelajaran fisika yang diajarkan oleh salah satu guru.
Kedua murid ini termasuk pandai, dalam suatu ujian,
keduanya mendapat nilai yang tinggi. Dalam ujian itu,
Zaki memperoleh nilai 91, tetapi agaknya ia belum
puas, kemudian ia membicarakannya dengan guru
tersebut. Ia akan lebih senang apabila nilainya 93,
karena nilai ini akan berpengaruh terhadap
keseluruhan nilai rata-ratanya. Ia ingin mencapai
rank of officer di kelasnya. Setelah diadakan
pembicaraan, ternyata nilainya tidak dapat diubah.
Akibatnya ia mengeluh kepada temannya bahwa guru
tersebut tidak memperlakukan secara wajar. Zaenal
yang ingin menjadi insinyru, juga menghadap guru
tersebut. Ia berdiskusi dengannya mengenai jawaban-
jawabannya yang salah. Setelah selesai berdiskusi, ia
menjadi puas karena pengetahuannya menjadi lebih
daripada sebelumnya. Berbeda dengan Zaki, Zaenal
20
1
Tim Penyusun Kamus Pusat Pembinaan dan Pengembangan
Bahasa, Kamus Besar Bahasa Indonesia (Jakarta : Balai Pustaka.
2005), hlm. 756.
2
M Ngalim Purwanto, Psikologi Pendidikan (Bandung : PT Remaja
Rosda Karya. 2007), hlm.60.
21
3
Sardiman AM, Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar (Jakarta :
PT Raja Grafindo Persada. 2007), hlm. 73.
4
Martin Handoko, Motivasi Daya Penggerak Tingkah Laku
(Yogyakarta : Kanisius. 1992), hlm. 10.
5
Tim Penyusun, Kamus, hlm. 756.
22
6
Syaiful Bahri Djamarah, Psikologi Belajar (Jakarta : PT Rineka
Cipta. 2002), hlm. 114. Lihat Oemar Hamalik, Psikologi Belajar
Mengajar (2004 : 173).
7
Anita E. Woolfolk, Educational Psycology (Needham Heights : A
Simon & Schuster Company. 1995), p. 331.
8
Sardiman, Interaksi, hlm. 74.
9
Oemar Hamalik, Psikologi Belajar Mengajar (Bandung : Sinar
Baru Algesindo. 2004), hlm. 173-174.
23
2. Perilaku Bermotivasi
Terjadinya tingkah laku manusia itu disebabkan
oleh adanya kebutuhan, dan kebutuhan yang dirasakan
seseorang itu muncul karena adanya dorongan
tertentu. Sebagai contoh: seseorang yang merasa lapar
terdorong untuk mempertahankan hidupnya. Dorongan
itu terwujudkan dalam bentuk kebutuhan akan makan.
Kebutuhan ini menimbulkan keadaan siap untuk
mencari makanan yang diarahkan pada obyek tertentu,
tujuan tertentu, misal ke warung makan. Setelah
obyek/tujuannya jelas, ia lalu bertindak menuju warung
makan. Proses terjadinya tingkah laku itu, jika
diskemakan sebagai berikut10:
Dorongan
keadaan siap (motif)
tindakan tujuan
Kebutuhan
Dorongan
motif motivasi
rangsangantindakan tujuan
Kebutuhan
Ibid.
12
30
3. Fungsi Motivasi
Setiap kegiatan yang dilakukan seseorang
senantiasa dilatarbelakangi oleh motivasi, dan motivasi
inilah yang mendorong mereka untuk melakukan suatu
kegiatan. Dalam belajar-pun diperlukan motivasi
sebagai kondisi esensial belajar itu sendiri. Hasil
belajar akan menjadi maksimal jika ada motivasi.
Makin tepat motivasi yang diberikan, akan makin
berhasil pula pelajaran itu.13 Jadi motivasi akan
senantiasa menentukan intensitas usaha belajar para
siswa.
Selain itu, motivasi bertalian dengan pencapaian
tujuan, seorang pelajar rela mengurung diri dalam
kamar untuk belajar karena akan menghadapi ujian
pagi harinya. Dengan demikian, motivasi
mempengaruhi adanya kegiatan. Berkaitan dengan itu,
ada tiga fungsi motivasi :
a. Mendorong manusia untuk berbuat, sebagai
motor penggerak dari setiap kegiatan yang akan
dikerjakan,
b. Menentukan arah suatu perbuatan, yakni
arah tujuan yang hendak dicapai dari suatu
kegiatan,
c. Menyeleksi perbuatan, yakni menentukan
perbuatan-perbuatan apa yang harus dikerjakan
guna mencapai tujuan, dengan menyisihkan
perbuatan-perbuatan yang tidak bermanfaat bagi
tujuan tersebut. Seorang siswa yang akan
menghadapi ujian dengan harapan dapat lulus,
pasti akan melakukan kegiatan belajar dan tidak
akan menghabiskan waktunya untuk hal yang lain
seperti main catur, sebab tidak sesuai dengan
tujuan.14
14
Ibid., hlm. 85.
32
Ibid.
16
33
17
Raymond J. Wlodkowski dan Judith H. Jaynes, Eager to Learn
terjemah oleh Nur Setyo Budi Widarto, Hasrat Untuk Belajar
(Yogyakarta : Pustaka Pelajar. 2004), hlm. 13.
18
Mohamad Surya, Psikologi Pembelajaran dan Pengajaran
(Jakarta : CV Mahaputra Adidaya. 2003), hlm. 92.
34
19
Purwanto, Psikologi, hlm. 64-72.
35
20
Anita E. Woolfolk dan Lorraine McCune-Nicolich, Educational
Psikology for Teacher terjemah oleh M Khairul Anam, Mendidik
Anak-anak Bermasalah (Jakarta : Inisiasi Press. 2004), hlm. 370.
36
4. Pengertian Belajar
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI),
belajar berarti berusaha memperoleh kepandaian. 22
Berdasarkan arti ini, dalam belajar termuat makna
24
Ibid., hlm. 21.
39
25
Muhibbin Syah, Psikologi Belajar (Jakarta : PT Raja Grafindo
Persada. 2006), hlm. 90.
26
Ibid., hlm. 91.
40
27
Ibid.
41
5. Kegiatan Belajar
Telah dijelaskan sebelumnya, bahwa tidak semua
kebutuhan mengharuskan individu belajar. Kebutuhan
yang dapat dipenuhi dengan refleks atau insting tidak
memerlukan pembelajaran. Menangis bagi seorang
bayi yang lapar merupakan insting dan sebagai respon
terhadap kebutuhan makan. Demikian juga kebutuhan
28
Hamalik, Psikologi, hlm. 45-49.
29
Sardiman, Interaksi, hlm. 22.
42
6. Perilaku Belajar
a. Hasil pembelajaran
33
Syaiful Bahri Djamarah, Psikologi Belajar (Jakarta : PT Rineka
Cipta. 2002), hlm 13.
34
Surya, Psikologi, hlm. 73.
49
36
Ibid., hlm. 76.
51
37
Ibid., hlm. 77.
52
7. Tujuan Belajar
Pencapaian tujuan belajar tidak dapat dipisahkan
dari adanya sistem lingkungan belajar yang kondusif
dan berkait juga dengan kegiatan mengajar, yaitu
suatu usaha menciptakan sistem lingkungan yang
memungkinkan terjadinya proses belajar. Sistem
lingkungan belajar itu dipengaruhi oleh berbagai
komponen yang masing-masing komponen saling
mempengaruhi. Komponen-komponen itu misalnya:
tujuan pembelajaran yang ingin dicapai, materi yang
ingin diajarkan, guru dan siswa yang memainkan
peranan, jenis kegiatan yang dilakukan, serta sarana-
prasarana belajar mengajar yang tersedia.39
Komponen sistem lingkungan itu saling
mempengaruhi secara bervariasi sehingga setiap
peristiwa belajar memiliki profil yang unik dan
40
Ibid., hlm. 25.
56
8. Motivasi Belajar
a. Prinsip Dasar Motivasi Belajar
Dalam rangka memaksimalkan pencapaian hasil
belajar maka dipandang perlu mengetahui prinsip
dasar motivasi yang berkaitan dengan kegiatan belajar.
Dengan mengetahui hal itu diharapkan dapat
memaksimalkan peranan motivasi yang akan
berdampak pada pencapaian hasil belajar secara
maksimal. Berikut ini adalah prinsip-prinsip yang
dimaksud41:
41
Djamarah, Psikologi, hlm 118.
57
42
Sardiman, Interaksi, hlm. 33.
61
45
Surya, Psikologi, hlm. 95.
66
46
Raymond J Wlodkowski dan Judith H Jaynes, Eager to Learn
terjemah oleh : Nur Setyo Budi, Hasrat untuk Belajar : Membantu
Anak-anak Termotivasi dan Mencintai Belajar (Yogyakarta : Pustaka
Pelajar. 2004), hlm. 28-32.
69
B.Kinerja Guru
1. Pengertian Kinerja
Dalam kamus besar Bahasa Indonesia, kinerja
diartikan sebagai prestasi yang diperlihatkan,
kemampuan kerja.47 Dalam bahasa Inggris didapati
istilah performance yang diartikan sebagai notable
action, achievment,48 yang berarti tingkah laku atau
perbuatan yang tampak dan dapat diamati sebagai
manifestasi kerja.
Tentang konsep kerja, Byars dan Rue berpendapat
bahwa: ... performance refers to degree of
accomplishment of the tasks that make up an
individuals job, it reflects how well an individual is full
filling the requirements of a job.49 Kinerja sebagai
refleksi seorang pekerja dalam memenuhi persyaratan-
persyaratan sebuah pekerjaan sebagaimana yang
dimaksud dalam kutipan di atas, dapat diartikan bahwa
kinerja dapat dilihat dari hasil pekerjaan seseorang
yang meliputi nilai kualitas dan juga nilaikuantitas.
Kualitas hasil pekerjaan mengacu pada kepuasan
47
Tim Penyusun, Kamus, hlm. 570.
48
Hornby et. All., Oxford Advance Learners Dictionary of Current
English (Oxford : Oxford University Press. 1987), hlm. 628.
49
Byars LL dan Leslie WR, Human Resource Management (Boston
: Irwin Hanewood. 1991), hlm. 250.
70
52
Ibid., hlm. 50.
73
hlm. 90.
75
60
Ibid.
78
Ibid.
61
79
63
Suparman dan Purwanto, Pengembangan Bahan Ajaran,
Program Pembentukan Kemampuan Mengajar Bagi Guru (Yogyakarta
: Universitas Negeri Yogyakarta. 2000), hlm. 28.
81
65
Gredler Margaret, Learning and Instruction : Theory in to
Practice (New York : Macmillan Publishing Company. 1986), hlm 53.
66
Ahmad Azhari, Supervisi Rencana Program Pembelajaran
(Jakarta : Rian Putra. 2003), hlm. 28.
83
pendidikan.
Ibid., hlm. 5.
69
87
70
Ibid.
88
Ibid.
71
89
77
Raymond J., Hasrat untuk , hlm. 28-32.
97
C. Prestasi Belajar
1. Pengertian
81
Zaenal Arifin, Evaluasi Instruksional; Prinsip, Teknik,
Prosedur (Bandung : PT Remaja Rosda Karya. 1988), hlm. 3-5.
82
Sudirman, Ilmu Pendidikan (Bandung : PT Remaja Rosda
Karya. 1990), hlm. 30.
101
Tabel 2.1
Jenis, Indikator, dan Cara Evaluasi Prestasi
A. Ranah Cipta (Kognitif)
104
Ranah/
No Indikator Cara Evaluasi
Jenis
3.
Apresiasi 1. Menganggap a. Tes skala
(sikap penting dan sikap
mengharga bermanfaat b. Pemberian
i) 2. Menganggap tugas
106
tindakan
bertindak dan
anggota tubuh lainnya.