Psikososial PDF
Psikososial PDF
TINJAUAN PUSTAKA
A. Konsep psikososial
1. Definisi psikososial
Psikososial adalah suatu kondisi yang terjadi pada individu yang
mencakup aspek psikis dan sosial atau sebaliknya. Psikososial menunjuk
pada hubungan yang dinamis antara faktor psikis dan sosial, yang saling
berinteraksi dan memengaruhi satu sama lain. Psikososial sendiri berasal
dari kata psiko dan sosial. Kata psiko mengacu pada aspek psikologis dari
individu (pikiran, perasaan dan perilaku) sedangkan sosial mengacu pada
hubungan eksternal individu dengan orang-orang di sekitarnya (Pusat Krisis
Fakultas Psikologi UI). Istilah psikososial berarti menyinggung relasi sosial
yang mencakup faktor-faktor psikologis (Chaplin, 2011).
Masalah-masalah psikososial menurut (Nanda, 2012) yaitu :
a. Berduka
b. Keputusasaan
c. Ansietas
d. Ketidakberdayaan
e. Risiko penyimpangan perilaku sehat
f. Gangguan citra tubuh
g. Koping tidak efektif
h. Koping keluarga tidak efektif
i. Sindroma post trauma
j. Penampilan peran tidak efektif
k. HDR situasional
6
7
2. Kecemasan
a. Pengertian kecemasan
Kecemasan adalah kekhawatiran yang tidak jelas dan menyebar,
yang berkaitan dengan perasaan tidak pasti dan tidak berdaya. Keadaan
emosi ini tidak memiliki objek yang spesifik. Ansietas dialami secara
subjektif dan dikomunikasikan secara interpersonal. Ansietas berbeda
dengan rasa takut yang merupakan penilaian intelektual terhadap sesuatu
yang berbahaya. Ansietas adalah respon emosional terhadap penilaian
tersebut yang penyebabnya tidak diketahui. Sedangkan rasa takut
mempunyai penyebab yang jelas dan dapat dipahami (Stuart, 2007).
Ansietas adalah perasaan takut yang tidak jelas dan tidak didukung
oleh situasi. Ketika merasa cemas, individu merasa cemas, individu
merasa tidak nyaman atau takut atau mungkin memiliki firasat akan
ditimpa malapetaka padahal ia tidak mengerti mengapa emosi yang
mengancam tersebut terjadi. Tidak ada objek yang dapat diidentifikasi
sebagai stimulus ansietas. Ansietas merupakan alat peringatan internal
yang memberikan tanda bahaya kepada individu (Viedebeck, 2008).
Kecemasan adalah perasaan tidak nyaman atau kekhawatiran yang
sama disertai respon autonom (sumber sering kali tidak spesifik atau
tidak diketahui oleh individu), perasaan takut yang disebabkan oleh
antisipasi terhadap bahaya. Hal ini merupakan isyarat kewaspadaan yang
memperingatkan individu akan adanya bahaya dan memampukan
individu untuk bertindak menghadapi ancaman (Nurarif & Kusuma,
2013).
b. Penyebab
Penyebab kecemasan menurut (Nurarif & Kusuma, 2013) yaitu :
1) Perubahan dalam (status ekonomi, lingkungan, status kesehatan, pola
interaksi, fungsi peran, status peran)
2) Pemajanan toksin
3) Terkait keluarga
4) Herediter
8
5) Infeksi/kontaminan interpersonal
6) Penularan penyakit interpersonal
7) Krisis maturasi, krisis situasional
8) Stres, ancaman kematian
9) Penyalahgunaan zat
10) Ancaman pada (status ekonomi, lingkungan, status kesehatan, pola
interaksi, fungsi peran, status peran, konsep diri)
11) Konflik tidak disadari mengenai tujuan penting hidup
12) Konflik tidak disadari menenai nilai yang esensial/penting
13) Kebutuhan tidak dipenuhi
c. Gejala-gejala kecemasan menurut (Nurarif & Kusuma,2013) yaitu :
1) Gejala perilaku dari kecemasan yaitu : penurunan produktivitas,
gerakan yang ireleven, gelisah, melihat sepintas, insomnia, kontak
mata yang buruk, mengekspresikan kekawatiran karena perubahan
dalam peristiwa hidup, agitasi, mengintai dan tampak waspada.
2) Gejala afektif dari kecemasan yaitu : gelisah, distres, kesedihan yang
mendalam, ketakutan, perasaan tidak adekuat, berfokus pada diri
sendiri, peningkatan kewaspadaan, iritabilitas, gugup senang
berlebihan, rasa nyeri yang meningkatkan ketidakberdayaan,
peningkatan rasa ketidakberdayaan yang persisten, bingung,
menyesal, ragu/tidak percaya diri dan khawatir.
3) Gejala fisiologis dari kecemasan yaitu : wajah tenang, tremor tangan,
peningkatan keringat, peningkatan ketegangan, gemetar, tremor, suara
bergetar.
4) Gejala simpatik dari kecemasan yaitu : anoreksia, eksitasi
kardiovaskular, diare, mulut kering, wajah merah, jantung berdebar-
debar, peningkatan tekanan darah, peningkatan denyut nadi,
peningkatan reflek, peningkatan frekuensi pernapasan, pupil melebar,
kesulitan bernafas, vasokontriksi superfisial, lemah dan kedutan pada
otot.
9
f. Faktor pendukung
1) Faktor predisposisi
Menurut (Suart, 2007) berbagai teori telah dikembangkan untuk
menjelaskan asal ansietas :
a) Dalam pandangan psikoanalitis, ansietas adalah konflik
emosional yang terjadi antara dua elemen kepribadian: id dan
superego. Id mewakili dorongan insting dan impuls primitif,
sedangkan superego mencerminkan hati nurani dan dikendalikan
oleh norma budaya. Ego dan Aku, berfungsi menengahi tuntutan
dari dua elemen yang bertentangan tersebut dan fungsi ansietas
adalah mengingatkan ego bahwa ada bahaya.
b) Menurut pandangan interpersonal, ansietas timbul dari perasaan
takut terhadap ketidaksetujuan dan penolakan interpersonal.
Ansietas juga berhubungan dengan perkembangan trauma, seperti
perpisahan dan kehilangan, yang menimbulkan kerentanan
tertentu. Individu dengan harga diri rendah terutama rentan
mengalami ansietas yang berat.
c) Menurut pandangan perilaku, ansietas merupakan produk frustasi
yaitu segala sesuatu yang mengganggu kemampuan individu
11
3. Ketidakberdayaan
a. Pengertian
Ketidakberdayaan adalah persepsi seseorang bahwa tindakannya
tidak akan memengaruhi hasil secara bermakna, kurang pengendalian
yang dirasakan terhadap situasi terakhir atau yang baru saja terjadi. Pada
ketidakberdayaan, pasien mungkin mengetahui solusi terhadap
masalahnya, tetapi percaya bahwa hal tersebut diluar kendalinya untuk
mencapai solusi tersebut (Wilkinson, 2007).
Ketidakberdayaan adalah kondisi ketika individu atau kelompok
merasa tidak memiliki kendali personal atas peristiwa atau situasi tertentu
yang memengaruhi cara pandang, tujuan dan gaya hidup. Kebanyakan
individu mengalami perasaan tidak berdaya dalam berbagai tingkatan
disejumlah situasi berbeda. Diagnosis ini dapat digunakan untuk
menggambarkan individu yang berespons terhadap hilangnya kendali
dengan menunjukkan sikap apati, marah atau depresi. Suatu
ketidakberdayan yang berkepanjangan dapat mengarah pada
keputusasaan (Carpenito-Moyet, 2013).
16
4. Keputuasaan
a. Pengertian
Keputusasaan adalah keadaan emosional subjektif yang
berkepanjangan ketika individu tidak menemukan alternatif atau pilihan
pribadi guna memecahkan masalah yang dihadapi atau mencapai hal
yang diinginkan dan tidak dapat mengerahkan energi demi
kepentingannya sendiri guna menetapkan sejumlah tujuan. Keputuasaan
berbeda dari ketidakberdayaan, yakni ketika seseorang yang putus asa
tidak menemukan solusi atas permasalahannya atau cara untuk mencapai
hal yang diinginkan, sekalipun ia memegang kendali atas kehidupannya.
Seseorang yang tidak berdaya mampu melihat alternatif atau jawaban
atas permasalahannya, namun tidak mampu melakukan upaya apapun
karena kurangnya kendali atau sumber daya yang dimiliki (Carpenito-
Moyet, 2013).
Keputusasaan adalah kondisi subjektif yang ditandai dengan
individu memandang hanya ada sedikit bahkan tidak ada alternatif atau
pilihan pribadi dan tidak mampu memobilisasi energi demi kepentingan
18
B. Pengetahuan
1. Definisi pengetahuan
Pengetahuan merupakan domain yang sangat penting untuk
terbentuknya tindakan seseorang. Dari pengalaman dan penelitian ternyata
perilaku yang tidak didasari oleh pengetahuan akan lebih langgeng dari
perilaku yang tidak didasari oleh pengetahuan (Wawan, 2010).
Pengetahuan psikososial adalah hasil dari tahu dan ini terjadi setelah
orang melakukan pengindraan terhadap objek tertentu yaitu masalah
psikososial. Pengindraan terhadap kecemasan tersebut terjadi melalui panca
indera manusia, yakni indra penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa dan
raba. Sebagian besar pengetahuan manusia diperoleh melalui mata dan
telinga (Notoatmodjo, 2007).
Dalam Notoatmodjo (2007) pengetahuan atau kognitif merupakan
domain yang sangat penting untuk terbentuknya tindakan seseorang (overt
behavior). Dari pengalaman dan penelitian ternyata perilaku yang
didasarkan oleh pengetahuan akan lebih langgeng daripada perilaku yang
tidak didasari oleh pengetahuan. Sebuah penelitian mengungkapkan bahwa
sebelum orang mengadopsi perilaku baru (berperilaku baru), dalam diri
orang tersebut terjadi proses yang berurutan, yakni:
a. Awareness (kesadaran), di mana orang tersebut menyadari dalam arti
mengetahui terlebih dahulu terhadap stimulus masalah psikososial.
b. Interest (merasa tertarik), terhadap stimulus atau masalah psikososial
tersebut. Di sini sikap subjek sudah mulai timbul.
21
dan tidak dapat dipisahkan baik dalam disiplin keilmuan, pendidikan maupun
dalam praktek pelayanan medis/klinis pada orang dewasa dengan penekanan
pada pandangan holistik dan sikap humanistis (Sudoyo, Setiyohadi, Alwi,
Simadibrata K, & Setiati, 2006).
Menurut hasil stastistika dari bidang staff rekam medis RS Islam Sultan
Agung Semarang penyakit dalam tertinggi di RS Islam Sultan Agung
Semarang adalah hipertensi esensial (primer) sebesar 3137 kasus kemudian
gastritis sebesar 1473 kasus dan penyakit ginjal tahap akhir sebesar 290 kasus.
28
D. Kerangka teori
Faktor-faktor yang
mempengaruhi
pengetahuan :
1. Pendidikan Pengetahuan perawat
2. Media massa dalam aspek psikososial
3. Sosial budaya, ekonomi
4. Lingkungan
5. Pengalaman
6. Usia
E. Kerangka konsep
F. Variabel penelitian
Variabel penelitian ini adalah variabel tunggal yaitu pengetahuan perawat
dalam aspek psikososial di ruang rawat inap penyakit dalam RS Islam Sultan
Agung Semarang.