Anda di halaman 1dari 64

KASUS KEMATIAN

EKLAMSI ANTEPARTUM

Fofi Livia Ariani


Pembimbing :
Dr. Hj. Desmiwarti SpOG(K)
RALAT
Usia : 35 tahun
CT-Scan : 16.45 wib
Anastesi : Spinal
Hal 14 :Pada follow up ICU Kontraksi : kurang baik, PPV(+)
Hal 14 : Suhu : 22.00 wib : 39,5 C
24.00 wib : 39,3 C
Pendahuluan
Sekitar 50.000 wanita meninggal setiap tahun akibat komplikasi terkait preeklampsia dan
eklampsia (Hezelgrave dkk., 2012).

Preeklampsia dan eklampsia adalah bentuk hipertensi dalam kehamilan yang paling menonjol
sebagai penyebab utama morbiditas dan mortalitas pada ibu dan bayi (WHO, 2011).

Pengontrolan tekanan darah ibu dengan antihipertensi penting untuk menurunkan insidensi
perdarahan serebral dan mencegah terjadinya stroke maupun komplikasi serebrovaskular lain
akibat preeklampsia dan eklampsia

Terapi antihipertensi yang inadekuat dalam perawatan klinis juga menjadi masalah serius yang
menyebabkan perdarahan intrakranial pada sebagian besar kasus
Anamnesis
Keluhan Utama
Seorang pasien wanita umur 35 tahun masuk KB IGD RSUP
dr. M. Djamil Padang tanggal 20 November 2016 jam 14.30
WIB kiriman RSUD Pariaman dengan diagnosa : G5P4A0H4
gravid preterm 34-35 minggu + Eklampsia antepartum dlm
regimen SM dosis maintenance
Riwayat Penyakit Sekarang
Penurunan kesadaran sejak 12 jam yang lalu. Sebelumnya pasien kejang
dirumah jam 01.00 malam sebanyak 5x, kejang seluruh tubuh, selama +
1,5 menit, setelah kejang pasien tidak sadar. Keluarga memanggil dukun
lalu karena tidak ada perubahan dipanggil bidan, bidan datang jam 09.00
pagi, di bidan didapatkan tekanan darah 200/110 kemudian pasien dirujuk
ke RSUD Pariaman, sampai jam 10.30, disana didapatkan tekanan darah
230/130, pasien diberikan regimen SM dosis inisial dan dilanjutkan dosis
maintenance. Di RSUD Pariaman pasien kejang 2x, kemudian pasien
dirujuk ke RSUP M Djamil dgn terpasang reg SM maintenance, NRM dan
Kateter.
Keluar lendir campur darah dari kemaluan (-)
Keluar air-air yang banyak dari kemaluan (-)
Keluar darah yang banyak dari kemaluan (-)
Tidak haid sejak 8 bulan yang lalu
HPHT: tidak diketahui TP: sulit ditentukan
Gerak anak dirasakan sejak 4 bulan yang lalu.
RHM : Mual (-), muntah (-), perdarahan (-).
ANC : kontrol ke bidan 1x pada kehamilan 5 bulan, Tidak
pernah didapatkan tensi tinggi.
RHT : Mual (-), muntah (-), perdarahan (-).
Riw. menstruasi : Menarche umur 12 tahun, siklus haid
tidak teratur 1x1 bulan, nyeri haid (-).
Riwayat Penyakit Dahulu
Tidak pernah menderita penyakit jantung, paru, hati, ginjal,
DM, HT dan riwayat alergi obat.

Riwayat Penyakit Keluarga


Tidak ada keluarga yang menderita penyakit keturunan,
menular, kejiwaan dan kelainan kongenital.
Riwayat Perkawinan : 1 x : tahun 2002
Riwayat Kehamilan/Abortus/Persalinan :
1. 1999, Perempuan, 3000 gr, cukup bulan, spontan, dukun,
hidup.
2. 2001, Perempuan, 2500 gr, cukup bulan, spontan, dukun,
hidup.
3. 2004, Perempuan, 3200 gr, cukup bulan, spontan, dukun,
hidup.
4. 2005, Laki-laki, 3000 gr, cukup bulan, spontan, bidan, hidup.
5. Sekarang.
Riwayat Kontrasepsi : (-)
Riwayat Imunisasi : (-)
Riwayat Kebiasaan : Merokok (-), alkohol (-), narkoba
(-)
Pemeriksaan fisik
PF/ KU Kes TD Nd Nf T
jelek sopor 140/100 140 30(nrm) 36,7C

Tinggi badan : 165 cm


LILA : 24 cm
BB sblm hamil : 55 kg
BB saat hamil : 65 kg
BMI : 20,2
Urine : 110 cc
Proteinuria : +3
Refleks Patella : +/+ Normal
Mata : Konjungtiva tidak anemis,
sklera tidak ikterik
Leher : Inspeksi : JVP 5 - 2 cmH2O
Kelenjar tiroid tidak tampak membesar
Toraks : Cor dan Pulmo dalam batas normal
Abdomen : Status Obstetrikus
Genitalia : Status Obstetrikus
Ekstremitas : Edema -/-, Reflek fisiologis +/+,
Reflek Patologis -/-
Status Obstetrikus
Abdomen
Inspeksi : Tampak membuncit melebihi usia kehamilan preterm
striae gravidarum (+) , sikatriks (-)
Pa :
LI :Teraba 4 jari bawah Proc. xyphoideus
Teraba massa besar, lunak, noduler
L II : Teraba banyak bagian-bagian kecil janin
L III : Teraba massa besar, lunak, noduler
L IV :Tidak dilakukan
His: (-)
Perkusi : Tymphani
Auskultasi : BU (+)/N BJA (+) 145-155
kali/menit

Genitalia : Inspeksi :V/U tenang, PPV(-)


USG Bayi I
USG Bayi II
Janin hidup gemeli intrauterine letsu - letkep
Bayi I
BPD : 87,5 mm AC : 233 mm
FL : 64,0 mm TBJ : 1980 gr
Bayi II
BPD : 81,6 mm AC : 233 mm
FL : 62,0 mm TBJ : 1630 gr
Ketuban cukup
Plasenta tertanam di fundus grade II-III
Kesan :
Gravid 34-35 mg sesuai biometri
Janin hidup gemeli letsu - letkep
Laboratorium 20-11-16

PARAMETER HASIL RUJUKAN


Hemoglobin 16,3 gr/dl 9.5-15
Leukosit 18.370/mm3 5.000 16.000
Hematokrit 48 % 37 43
Trombosit 114.000/mm3 150.000 400.000
APTT 34,8 detik 29,2 39,4
PT 9,1 detik 10 13,6
D-dimer 9481,46 < 500
Ureum darah 43 mg/dl 16,6 48,5
Creatinin darah 1,3 mg/dl 0,6 1,2
LDH 645 u/l 0 480
Gula darah sewaktu 138 mg/dL < 200
Protein total 5,8 mg/dL 67
Albumin 2,8 g/dL 3,5 5,2
Globulin 3,0 g/dL 1,3 - 2,7
Total bilirubin 1,4 mg/dL 0,1 1,2
SGOT 163 u/l 0 31
SGPT 631 u/l 0 34
Kalsium 8,2 mg/dl 8,1 10,4
Natrium 136 Mmol/L 136 - 145
Kalium 4,6 Mmol/L 3,5 5,1
Klorida serum 108 Mmol/L 97 111
Protein : +++
Glukosa : (-)
Leukosit : 0-1/LPB
Eritrosit : 0-1/LPB
Silinder : (-)
Kristal : (-)
Epitel : (+), gepeng
Bilirubin : (-)
Urobilinogen : (-)
Diagnosa :
Penurunan kesadaran ec Eklampsia antepartum dalam regimen SM
dosis maintenance dari luar pd G5P4A0H4 gravid preterm 34-35
minggu + HELLP sindrome
Janin hidup gemeli intra uterine letsu - letkep
Sikap :
Kontrol KU,VS, His, DJJ, jumlah urine, Ref. Patella
Lanjut regimen MgSO4 dosis maintenance
Informed concent
Lapor tim Eklampsia (mata, jantung, penyakit dalam, neurologi)
EKG
Antibiotik (skin test)

Rencana :
SC + TP
Hasil konsul jantung:
Kesan : Eklampsia pada G5P4A0H4 gravid 34-35 mg
Anjuran : Metil dopa 3x500 mg
Hasil konsul mata:
Kesan : Saat ini ditemukan tanda fundus eklamsia berat
Anjuran : Cendoliters 6x10 tts ODS
Hasil konsul penyakit dalam:
Kesan : Eklapmsia
G5P4A0H4 gravid preterm 34-35 minggu
Anjuran : Metil dopa 3x500 mg bila TD 160 mmHg
Hasil konsul neurologi:
Kesan : Akut simptomatic seizure
GCS : 9
G5P4A0H4 gravid preterm 34-35 minggu
Anjuran : CT-scan
CT-scan ( 16.45 )
20-11-2016 jam 17.30, dilakukan SCTPP + TP dengan spinal
Lahir seorang bayi I laki-laki
BB : 2100 gram
PB : 43 cm
A/S : 6/8
Lahir seorang bayi II laki-laki
BB : 1800 gram
PB : 40 cm
A/S : 4/6
Plasenta lahir dengan sedikit tarikan ringan pada ke-2 tali pusat, lengkap 2 buah,
berat + 500 gram, Panjang ke-2 tali Pusat + 50 cm, insersi parasentralis.
DilakukanTubektomi Pomeroy pada kedua tuba
Perdarahan selama tindakan + 250 cc
Diagnosa
P5A0H6 Post SCTPP ai Eklampsia antepartum dlm regimen SM dosis maintenance
dari luar + HELLP sindrome + TP ai anak cukup
Ibu dan anak dalam perawatan
Sikap:
Post Op rawat ICU
Kontrol KU, VS, PPV, balance cairan, reflek patela
Periksa darah rutin, PT/APTT post tindakan
IVFD 2 jalur:
Lanjut regimen MgSO4 dosis maintenance
RL 500cc + 2 amp oxitosin 20 tpm
Metil dopa 3x500 mg
Ceftriaxone 2x1 gr (iv)
Dexametason 2x10 mg
Misoprostol 4xII tab perectal
Follow Up ICU
20-11-2016 (18.30)
Anamnesa pasien tidak sadar

Pemeriksaan fisik
KU Kes TD Nd Nf T SpO2
jelek sopor 140/88 115 28 36,7C 100 %
Mata: konjungtiva tidak anemis
Abd : luka op tertutup perban, FUT 2 jari bpst, kontraksi baik
Gen : I: v/u tenang, PPV (-)
Diagnosa
P5A0H6 Post SCTPP ai Eklampsia antepartum dlm regimen SM dosis
maintenance dari luar + HELLP sindrome + TP ai anak cukup
Ibu dan anak dalam perawatan
Sikap :
Kontrol KU, VS, PPV, jumlah urine, Ref. Patella
Lanjut regimen MgSO4 dosis maintenance
IVFD 2 jalur:
Lanjut reg SM dosis maintenance
RL 500 cc + 2 amp oxitocin 20 tpm
transfusi PRC 2 unit
Ceftriaxone 2x1 gr
Metil dopa 3x500 mg
Dexametason 2x10 mg
Misoprostol 4xII tab perectal
Lain-lain sesuai intensivist
Laboratorium post op

PARAMETER HASIL RUJUKAN


Hemoglobin 11,5 gr/dl 9.5-15
Leukosit 16.040/mm3 5.000 16.000
Hematokrit 34 % 37 43
Trombosit 88.000/mm3 150.000 400.000
APTT 36,8 detik 29,2 39,4
PT 10,6 detik 10 13,6
D-dimer 7496 < 500
Ureum darah 47 mg/dl 16,6 48,5
Creatinin darah 1,6 mg/dl 0,6 1,2
LDH - 0 480
Gula darah sewaktu 176 mg/dL < 200
Protein total 3,9 mg/dL 67
Albumin 1,8 g/dL 3,5 5,2
Globulin 2,1 g/dL 1,3 - 2,7
Total bilirubin 0,6 mg/dL 0,1 1,2
SGOT 387 u/l 0 31
SGPT 113 u/l 0 34
Kalsium 7,3 mg/dl 8,1 10,4
Natrium 135 Mmol/L 136 - 145
Kalium 4,3 Mmol/L 3,5 5,1
Klorida serum 110 Mmol/L 97 111
Follow Up
Jam Td Nd Nf PPV Urine
19.00 140/88 115 24 - -
19.30 135/87 120 22 -
20.00 115/87 130 22 - -
20.30 80/70 120 24 - -
21.00 107/90 124 24 - 35 cc
21.30 130/90 133 22 -
22.00 107/71 138 23 -
22.30 99/55 135 24 -
23.00 122/60 133 24 - 90 cc
00.00 117/84 131 30 -
01.30 98/57 113 24 -
02.00 80/60 80 5 -
Follow Up ICU
20-11-2016 (20.30)
Anamnesa pasien tidak sadar

Pemeriksaan fisik
KU Kes TD Nd Nf T SpO2
jelek sopor 80/70 115 28 36,7C 100%
Mata: konjungtiva tidak anemis
Abd : luka op tertutup perban, FUT 2 jari bpst, kontraksi baik
Gen : I: v/u tenang, PPV (-)
Diagnosa
Syok hipovolemik
P5A0H6 Post SCTPP ai Eklampsia antepartum dlm regimen SM dosis
maintenance dari luar + HELLP sindrome + TP ai anak cukup
Ibu dan anak dalam perawatan
Sikap :
Pasang CVP (dokter anestesi)
Resusitasi loading gelofusin 500cc
Crossmatch PRC 4 unit, Trombosit 10 unit, FFP 5 unit, cryo 2 unit.
Bila setelah resusitasi cairan tensi tidak naik berikan epinefrin
Follow Up ICU
21-11-2016 (02.00)
Anamnesa pasien tidak sadar

Pemeriksaan fisik
KU Kes TD Nd Nf T SpO2
jelek sopor 80/70 80 satu-satu 36,7C 50%
Mata: konjungtiva tidak anemis
Abd : luka op tertutup perban, FUT 2 jari bpst, kontraksi baik
Gen : I: v/u tenang, PPV (-)
Diagnosa
Bradipnoe
P5A0H6 Post SCTPP ai Eklampsia antepartum dlm regimen SM dosis
maintenance dari luar + HELLP sindrome + TP ai anak cukup
Ibu dan anak dalam perawatan
BAB III
TINJAUAN PUSTAKA
Preeklampsia dan
Eklampsia
Merupakan bagian dari
Hipertensi dalam kehamilan

The National High Blood Pressure


Education Program (NHBPEP) :
1. Hipertensi Kronik
2. Preklampsia
3. Eklampsia
4. Hipertensi kronik dengan
superimposed preeklampsia
5. Hipertensi gestasional
DIAGNOSIS

b. Proteinuria a. Hipertensi
Proteinuria merupakan Diagnosis hipertensi dalam
adanya protein 300 mg dari kehamilan ditegakkan jika
jumlah urin 24 jam (diukur tekanan darah sistolik lebih dari
dengan metode Esbach) atau atau sama dengan 140 mmHg
kadar protein dalam urin 30 dan tekanan darah diastolik
mg/dl (1+ pada dipstik) dari lebih dari atau sama dengan 90
urin acak tengah yang tidak mmHg (SOGC, 2008).
menunjukkan tanda-tanda
infeksi saluran kemih (SOGC,
2008; POGI, 2006).

Kejang
Kejang pada eklampsia selalu didahului
dengan preeklampsia.
Kejang-kejang dimulai dengan kejang tonik
yang berlangsung 15 30 detik segera
disusul dengan kejang klonik + 1 menit
berangsur-angsur kejang melemah dan
akhirnya penderita diam tidak bergerak
(Angsar, 2010).
Faktor Risiko
a. Faktor Kehamilan
1) Nullipara
2) Kehamilan kembar
3) Mola hidatidosa

b. Faktor sosiodemografi:
1) Usia kurang dari (< 20) tahun atau lebih dari (> 35) tahun
2) Ras Afrika dan Amerika

c. Faktor genetik:
1) Riwayat preeklampsia dalam keluarga

d. Faktor gaya hidup maternal:


Obesitas
e. Riwayat penyakit sebelumnya:
1) Preeklampsia pada kehamilan sebelumnya
Wanita dengan preeklampsia pada kehamilan pertama berisiko
tujuh kali lipat mengalami preeklampsia pada kehamilan
selanjutnya.
2) Hipertensi kronik
Wanita dengan hipertensi kronik berisiko mengalami preeklampsia
dengan insidensi dibandingkan wanita normotensi yaitu 12,1%
versus 0,3% (dari seluruh kehamilan).
3) Diabetes mellitus
Wanita dengan diabetes mellitus sebelum hamil berisiko empat
kali lipat mengalami preeklampsia pada kehamilannya (Duckitt dan
Harrington, 2005).
Etiologi dan Patogenesis
1. Teori kelainan vaskularisasi plasenta
Kegagalan remodelling arteri spiralis (Invasi sel-sel trofoblas
pada lapisan otot arteri spiralis tidak terjadi) arteri spiralis
gagal bervasodilatasi hipoperfusi dan iskemia plasenta
radikal bebas kerusakan sel endotel
Teori kerusakan sel endotel
Kerusakan sel endotel agregasi sel-sel trombosit
tromboksan Kadar prostasiklin lebih rendah daripada
tromboksan kenaikan tekanan darah
Teori imunologis
Penurunan ekspresi HLA-G menghambat invasi trofoblas
ke jaringan desidua implantasi yang abnormal respon
kekebalan ibu terhadap antigen janin
Teori genetik
Wanita nullipara dengan riwayat preeklampsia dalam keluarga
memiliki risiko dua hingga lima kali lipat mengalami
preeklampsia
Manifestasi Klinis
a. Sistem syaraf pusat: nyeri kepala, gangguan penglihatan,
kesadaran menurun, dan dapat terjadi koma disertai kejang
(eklampsia) jika pusat motorik terganggu.
b. Sistem kardiovaskular: hipertensi dengan derajat
bervariasi, resistensi vaskular yang tinggi, dan gagal jantung.
c. Sistem respirasi: peningkatan risiko edema paru.
d. Sistem hematologi: hiperkoagulasi trombosit dan aktivasi
system fibrinolisis.
e. Ginjal: penurunan laju filtrasi glomerulus, peningkatan
proteinuria, peningkatan kreatinin, dan oliguria.
f. Hepar: peningkatan enzim hepar, nyeri pada kuadran kanan
atas abdomen, dan pecahnya kapsula Glisson dengan
perdarahan hepar.
g. Sistem endokrin: ketidakseimbangan prostasiklin relatif
terhadap tromboksan.
h. Uteroplasenta: penurunan aliran darah rahim,
pertumbuhan janin terhambat, dan oligohidramnion
Komplikasi
A. Perdarahan serebral
Komplikasi paling umum sebagai akibat dari vasospasme dan tingginya tekanan
darah pada preeklampsia dan eklampsia adalah perdarahan serebral
b. Gangguan visus (penglihatan)
Gangguan visus pada preeklampsia dan eklampsia dihubungkan dengan
terjadinya vasospasme arteri retina
c. Koma
Pasien eklampsia akan mengalami perubahan kesadaran hingga koma akibat
edema otak yang luas . Derajat hilangnya kesadaran dapat dinilai dengan Glasgow
Coma Scale
d. Edema paru
Penderita preeklampsia mempunyai risiko lebih besar terjadinya edema paru
disebabkan payah jantung kiri, kerusakan sel endotel pada pembuluh darah
kapiler paru, dan menurunnya diuresis
e. Asites
Asites (akumulasi cairan dalam rongga perut) yang menyertai preeklampsia dapat
terjadi sebagai akibat dari peningkatan permeabilitas kapiler yang menyeluruh
f. Oliguria
Oliguria (produksi urin < 500 ml selama 24 jam) pada preeklampsia terjadi karena
hipovolemia sehingga aliran darah ke ginjal menurun yang menyebabkan penurunan
produksi urin
g. Tromboemboli
Tromboemboli adalah penyumbatan beberapa bagian system kardiovaskular oleh
massa bekuan darah yang tidak terkendali. Preeklampsia berkaitan dengan
penyempitan arteri spiralis pada plasenta yang dapat menyebabkan kondisi iskemia
dan tromboemboli .
h. Sindrom HELLP (hemolysis, elevated levels of liver enzymes, low platelet count)
Sindrom HELLP adalah gangguan terkait kehamilan yang dikarakterisir oleh
timbulnya hemolisis, peningkatan enzim hepar (disfungsi hepar), dan
trombositopenia
i. Intrauterine growth restriction (IUGR)
IUGR atau pertumbuhan janin terhambat ditentukan bila berat janin kurang dari
10% dari berat yang harus dicapai pada usia kehamilan tertentu. Penurunan aliran
darah uteroplasenta menyebabkan janin kekurangan oksigen dan nutrisi pada
trimester akhir sehingga timbul pertumbuhan janin terhambat, ditandai dengan
lingkar perut yang jauh lebih kecil daripada lingkar kepala
j. Intrauterine fetal death (IUFD)
Peningkatan terjadinya kematian janin intrauterin pada preeklampsia dan
eklampsia secara tidak langsung merupakan akibat dari pertumbuhan janin terhambat

k. Prematuritas (kelahiran preterm)


Preeklampsia secara signifikan meningkatkan risiko kelahiran preterm
(persalinan yang terjadi sebelum usia kehamilan 37 minggu) yang iatrogenik atas
indikasi maternal karena memburuknya penyakit ibu mengharuskan terminasi
kehamilan (pengakhiran kehamilan) lebih awal
l. Asfiksia
Penurunan aliran darah melalui plasenta pada preeklampsia dapat mengurangi
aliran oksigen ke janin sehingga menimbulkan gawat janin yang berlanjut sebagai
asfiksia pada bayi baru lahir .
Perdarahan Intra Serebral
Perdarahan intraserebral (PIS) spontan non traumatik :
ekstravasasi spontan darah ke dalam parenkim otak yang
dapat meluas ke ventrikel otak atau pada kasus yang jarang
dapat sampai ke ruang subarachnoid.
akibat ruptur spontan pembuluh darah kecil yang telah
mengalami kerusakan akibat proses hipertensi kronis atau
amyloid angiopathy
Patofisiologi
1. Banyak dari perdarahan tersebut akan terus berkembang
dan membesar dalam beberapa jam setelah onset gejala
pertama yang dikenal dengan early hematoma growth
2. Edema dan cedera otak dapat timbul beberapa hari setelah
PIS sebagai akibat proses inflamasi yang disebabkan trombin
dan produk akhir dari proses pembekuan (perihematomal
injury)
Tanda dan Gejala Klinis
Defisit neurologis yang cepat,
Tanda klinis peningkatan tekanan intrakranial (TIK) seperti
nyeri kepala, muntah, penurunan kesadaran.
Disautonomia seperti bradikardia, takikardia, hiperventilasi,
febris, dan hiperglikemia.
muncul pada 24 jam pertama
Disebabkan oleh kombinasi antara ekspansi perdarahan,
edema perihematoma, kejang dan hidrocephalus.
HipertensI merupakan faktor resiko paling penting dan paling sering
menyebabkan perdarahan intraserebral.
Lipohyalinosis : perubahan pada dinding pembuluh darah serebral yang
berukuran kecil sampai sedang berupa degenerasi otot polos ,
pembentukan mikroaneurisma oleh trombosis atau perdarahan mikro
dan hyalinisasi intima di pembuluh darah tersebut.
bagian dalam dari otak seperti thalamus, basal ganglia, pons,
cerebellum dan periventricular gray matter.
Pada lokasi tersebut di vaskularisasi oleh pembuluh darah
lenticulostriata dan paramedian yang mempunyai dinding tipis dan
terpapar langsung oleh tekanan intravaskular yang tinggi karena
merupakan cabang langsung dari pembuluh darah utama
Penatalaksanaan di Ruang Gawat
Darurat
Pengelolaan jalan napas,
pernapasan dan sirkulasi (ABCs control),
kontrol tekanan darah,
pengelolaan tekanan intrakranial,
terapi anti kejang,
identifikasi dan pengelolaan koagulopati
Pasien dengan skor GCS dibawah 8 sebaiknya dilakukan
intubasi untuk mencegah komplikasi
Peningkatan tekanan darah yang ekstrim setelah PIS harus
dikendalikan secara hati-hati
Tekanan darah rerata dipertahankan dibawah 130mmHg
untuk pasien dengan PIS dan riwayat hipertensi
Dibawah 100 mmHg untuk yang telah menjalani kraniotomi.
Untuk semua kasus tekanan darah sistolik dipertahankan
diatas 90 mmHg dan pasien yang telah dipasang monitor TIK,
TPO dipertahankan diatas 70 mmHg.
Pengelolaan TIK dapat dilakukan dengan cara melakukan
elevasi kepala 1530 derajat, pemberian manitol 20%. Tehnik
hiperventilasi (mencapai PaCO2 3035 mmHg) dilakukan
terutama pada pasien yang menunjukkan tanda-tanda herniasi
Pemeriksaan fungsi koagulasi perlu dilakukan untuk
menyingkirkan adanya koagulopati yang memperberat
kondisi pasien.
Pembedahan dan Penatalaksanaan
Anestesi
Evakuasi hematoma,
pemasangan drain ventricular eksternal (EVD),
intraventrikular trombolisis ataupun pembedahan stereotactic
minimal invasif,

Evakuasi hematoma, bertujuan


mengurangi efek massa, mencegah pelepasan produk
neuropatik dari hematoma, dan mencegah interaksi
berkepanjangan antara hematoma dan jaringan otak normal
yang dapat memicu proses patologis.
Pasien dengan tindakan neurosurgikal sebaiknya dibangunkan
dari anestesi secepatnya sehingga dapat segera dilakukan
penilaian status neurologisnya sebagai evaluasi dari hasil
pembedahan, namun secara umum bila kondisi pasien
mempunyai potensi gangguan homeostasis intrakranial
pascaoperasi maka slow weaning dan delayed extubation
merupakan pilihan yang dilakukan
Penatalaksanaan di Ruang Perawatan
Intensif (ICU)
Pasien dengan penurunan kesadaran yang memerlukan bantuan
pernapasan, monitoring kardiovaskular dan tekanan intrakranial
memerlukan pengelolaan terapi di ICU

Perawatan di ICU mencakup beberapa hal antara lain:


Pemberian bantuan pernapasan mekanik dan sedasi
Pengaturan tekanan darah
Pengaturan dan pengawasan TIK
Pengelolaan cairan dan nutrisi
Pengawasan gula darah dan suhu tubuh
Pencegahan terhadap resiko peptic ulcer dan deep vein thrombosis
Terapi antikejang (bila diperlukan)
BAB IV
DISKUSI
Telah dilaporkan kasus Seorang pasien
wanita umur 35 tahun masuk ruang
resusitasi RS. Dr. M. Djamil Padang
tanggal 20 November 2016 jam 14.30
kiriman RSUD Pariaman dengan
diagnosa G5P4A0H4 gravid preterm 34-
35 minggu + eklampsi antepartum
dalam regimen SM dosis maintenance

55
Anamnesa :
Riwayat kejang sebanyak 5x sejak 13 jam yang lalu
Penurunan kesadaran sejak kejang yang pertama
Tekanan darah tinggi 200/110 saat diperiksa bidan
Tidak haid sejak 8 bulan yang lalu
Tanda-tanda inpartu (-)
APAKAH Riwayat Hipertensi selama hamil disangkal suami
DIAGNOSA
PADA Kesadaran : somnolen, Td : 140/100 , Nd : 140 , Nfs :
30(NRM)
PASIEN INI Pemeriksaan abdomen
leopold didapatkan tinggi fundus 4 jari dibawah
SUDAH proc.xypoideus, BJA I: 160x/menit, BJA II : 150x/mnt.
TEPAT? HIS : -

Pemeriksaan Penunjang :
Protein urin : +++
Gravid 34-35 mg sesuai biometri
Penurunan Kesadaran ec Eklampsia Janin hidup gemeli letsu letkep
antepartum dalam Regimen MgSO4 Ct-scan : tidak ada hasil interpretasi
dosis maintenance+ HELLP Lab : SGOT dan SGPT , LDH
Syndrom pada G5P4A0H4 gravid
34-35 minggu
janin hidup gemelli intra uterine
APAKAH PENATALAKSANAAN PASIEN INI SUDAH TEPAT ?

Perifer :
Ditatalaksana dengan tidak optimal dari sejak awal kehamilan diketahui, padahal
pasien ini memiliki 2 faktor resiko untuk terjadinya preeklampsi yaitu multipara
dan gamelli.
Kepercayaan masyarakat pada daerah tersebut lebih condong ke dukun, dan
tingkat pengetahuan dukun terhadap tanda bahaya kehamilan didaerah itu juga
sangat rendah.
Monitoring pengawasan kehamilan pada pasien yang beresiko tinggi didaerah
tersebut sangat rendah. Jika monitoring terhadap pasien yang beresiko tinggi
dilakukan dengan baik, maka kejadian eklampsi dapat dicegah
APAKAH PENATALAKSANAAN PASIEN INI SUDAH TEPAT ?

RSUP :
Pemeriksaan di IGD yang tidak lengkap sehingga untuk mengetahui
penyebab penurunan kesadaran dan tingkat kerusakan organ menjadi
tidak jelas sehingga mengakibatkan tatalaksana pengobatan menjadi tidak
optimal.
Konfirmasi terhadap kesediaan ICU yang tidak jelas, sehingga
mengakibatkan tatalaksana pada saat terminasi yang tidak optimal
Pengawasan terhadap tingkat kesadaran pasien yang luput sehingga
terlambat untuk melakukan tindakan definitive dengan segera
Pasien dengan penurunan kesadaran yang kemungkinan
disebabkan adanya peninggina tekanan intrakranial baik
karena edema serebri atau PIS, tindakan terminasi sebaiknya
menggunakan anastesi umum, karena anastesi spinal mampu
menimbulkan potensi terjadinya kompilkasi serebri setelah
dilakukan pungsi duramater
Jika penyebab penuruanan keadaran diketahui lebih awal
sebelum pasien diterminasi, maka jika memang terdapat PIS
yang masiv maka dapat segera dilakukan tindakan evakuasi
perdarahan intraserebral pada saat dilakukan sectio pada
pasien ini, maka kemampuan bertahan akan meningkat.
Untukpenata laksanaan post operasi pada pasien ini jg tdk
maksimal. Pasien walaupun berada dalam pengawasan di ICU
sebaiknya pasien berada dalam keadaan normokapnea,
dimana dari sejak awal psien diintubasi untuk pengendalian
ventilasi dengan menggunakan ventilator, sehingga PCO2
tean dalam batas normal
kemungkinan penyebab kematian yaitu akibat
perdarahan Intraserebral yang makin bertambah dan
tidak tertangani secara optimal yang merupakan
komplikasi dari Eklampsia. Hal tersebut dapat dilihat
APAKAH dari cepatnya perburukan hingga terjadinya kematian
pada pasien ini.
PENYEBAB
KEMATIAN
PADA
PASIEN INI? kasus Eklampsia yang diikuti dengan komplikasi akut
membutuhkan penanganan yang lebih intensif dan
holistic untuk mencegah terjadinya kematian.

Sayangnya interpretasi hasil CT Scan tidak didapatkan data yang jelas apakah
ditemukan adanya perdarahan intaserebral.
Pada sebuah studi anatomis , Govan (1961) menyimpulkan bahwa perdarahan otak
merupakan penyebab kematian pada 39 diantara 110 kasus eklamsia yang fatal.
KESIMPULAN
TERIMAKASIH

Anda mungkin juga menyukai