EKLAMSI ANTEPARTUM
Preeklampsia dan eklampsia adalah bentuk hipertensi dalam kehamilan yang paling menonjol
sebagai penyebab utama morbiditas dan mortalitas pada ibu dan bayi (WHO, 2011).
Pengontrolan tekanan darah ibu dengan antihipertensi penting untuk menurunkan insidensi
perdarahan serebral dan mencegah terjadinya stroke maupun komplikasi serebrovaskular lain
akibat preeklampsia dan eklampsia
Terapi antihipertensi yang inadekuat dalam perawatan klinis juga menjadi masalah serius yang
menyebabkan perdarahan intrakranial pada sebagian besar kasus
Anamnesis
Keluhan Utama
Seorang pasien wanita umur 35 tahun masuk KB IGD RSUP
dr. M. Djamil Padang tanggal 20 November 2016 jam 14.30
WIB kiriman RSUD Pariaman dengan diagnosa : G5P4A0H4
gravid preterm 34-35 minggu + Eklampsia antepartum dlm
regimen SM dosis maintenance
Riwayat Penyakit Sekarang
Penurunan kesadaran sejak 12 jam yang lalu. Sebelumnya pasien kejang
dirumah jam 01.00 malam sebanyak 5x, kejang seluruh tubuh, selama +
1,5 menit, setelah kejang pasien tidak sadar. Keluarga memanggil dukun
lalu karena tidak ada perubahan dipanggil bidan, bidan datang jam 09.00
pagi, di bidan didapatkan tekanan darah 200/110 kemudian pasien dirujuk
ke RSUD Pariaman, sampai jam 10.30, disana didapatkan tekanan darah
230/130, pasien diberikan regimen SM dosis inisial dan dilanjutkan dosis
maintenance. Di RSUD Pariaman pasien kejang 2x, kemudian pasien
dirujuk ke RSUP M Djamil dgn terpasang reg SM maintenance, NRM dan
Kateter.
Keluar lendir campur darah dari kemaluan (-)
Keluar air-air yang banyak dari kemaluan (-)
Keluar darah yang banyak dari kemaluan (-)
Tidak haid sejak 8 bulan yang lalu
HPHT: tidak diketahui TP: sulit ditentukan
Gerak anak dirasakan sejak 4 bulan yang lalu.
RHM : Mual (-), muntah (-), perdarahan (-).
ANC : kontrol ke bidan 1x pada kehamilan 5 bulan, Tidak
pernah didapatkan tensi tinggi.
RHT : Mual (-), muntah (-), perdarahan (-).
Riw. menstruasi : Menarche umur 12 tahun, siklus haid
tidak teratur 1x1 bulan, nyeri haid (-).
Riwayat Penyakit Dahulu
Tidak pernah menderita penyakit jantung, paru, hati, ginjal,
DM, HT dan riwayat alergi obat.
Rencana :
SC + TP
Hasil konsul jantung:
Kesan : Eklampsia pada G5P4A0H4 gravid 34-35 mg
Anjuran : Metil dopa 3x500 mg
Hasil konsul mata:
Kesan : Saat ini ditemukan tanda fundus eklamsia berat
Anjuran : Cendoliters 6x10 tts ODS
Hasil konsul penyakit dalam:
Kesan : Eklapmsia
G5P4A0H4 gravid preterm 34-35 minggu
Anjuran : Metil dopa 3x500 mg bila TD 160 mmHg
Hasil konsul neurologi:
Kesan : Akut simptomatic seizure
GCS : 9
G5P4A0H4 gravid preterm 34-35 minggu
Anjuran : CT-scan
CT-scan ( 16.45 )
20-11-2016 jam 17.30, dilakukan SCTPP + TP dengan spinal
Lahir seorang bayi I laki-laki
BB : 2100 gram
PB : 43 cm
A/S : 6/8
Lahir seorang bayi II laki-laki
BB : 1800 gram
PB : 40 cm
A/S : 4/6
Plasenta lahir dengan sedikit tarikan ringan pada ke-2 tali pusat, lengkap 2 buah,
berat + 500 gram, Panjang ke-2 tali Pusat + 50 cm, insersi parasentralis.
DilakukanTubektomi Pomeroy pada kedua tuba
Perdarahan selama tindakan + 250 cc
Diagnosa
P5A0H6 Post SCTPP ai Eklampsia antepartum dlm regimen SM dosis maintenance
dari luar + HELLP sindrome + TP ai anak cukup
Ibu dan anak dalam perawatan
Sikap:
Post Op rawat ICU
Kontrol KU, VS, PPV, balance cairan, reflek patela
Periksa darah rutin, PT/APTT post tindakan
IVFD 2 jalur:
Lanjut regimen MgSO4 dosis maintenance
RL 500cc + 2 amp oxitosin 20 tpm
Metil dopa 3x500 mg
Ceftriaxone 2x1 gr (iv)
Dexametason 2x10 mg
Misoprostol 4xII tab perectal
Follow Up ICU
20-11-2016 (18.30)
Anamnesa pasien tidak sadar
Pemeriksaan fisik
KU Kes TD Nd Nf T SpO2
jelek sopor 140/88 115 28 36,7C 100 %
Mata: konjungtiva tidak anemis
Abd : luka op tertutup perban, FUT 2 jari bpst, kontraksi baik
Gen : I: v/u tenang, PPV (-)
Diagnosa
P5A0H6 Post SCTPP ai Eklampsia antepartum dlm regimen SM dosis
maintenance dari luar + HELLP sindrome + TP ai anak cukup
Ibu dan anak dalam perawatan
Sikap :
Kontrol KU, VS, PPV, jumlah urine, Ref. Patella
Lanjut regimen MgSO4 dosis maintenance
IVFD 2 jalur:
Lanjut reg SM dosis maintenance
RL 500 cc + 2 amp oxitocin 20 tpm
transfusi PRC 2 unit
Ceftriaxone 2x1 gr
Metil dopa 3x500 mg
Dexametason 2x10 mg
Misoprostol 4xII tab perectal
Lain-lain sesuai intensivist
Laboratorium post op
Pemeriksaan fisik
KU Kes TD Nd Nf T SpO2
jelek sopor 80/70 115 28 36,7C 100%
Mata: konjungtiva tidak anemis
Abd : luka op tertutup perban, FUT 2 jari bpst, kontraksi baik
Gen : I: v/u tenang, PPV (-)
Diagnosa
Syok hipovolemik
P5A0H6 Post SCTPP ai Eklampsia antepartum dlm regimen SM dosis
maintenance dari luar + HELLP sindrome + TP ai anak cukup
Ibu dan anak dalam perawatan
Sikap :
Pasang CVP (dokter anestesi)
Resusitasi loading gelofusin 500cc
Crossmatch PRC 4 unit, Trombosit 10 unit, FFP 5 unit, cryo 2 unit.
Bila setelah resusitasi cairan tensi tidak naik berikan epinefrin
Follow Up ICU
21-11-2016 (02.00)
Anamnesa pasien tidak sadar
Pemeriksaan fisik
KU Kes TD Nd Nf T SpO2
jelek sopor 80/70 80 satu-satu 36,7C 50%
Mata: konjungtiva tidak anemis
Abd : luka op tertutup perban, FUT 2 jari bpst, kontraksi baik
Gen : I: v/u tenang, PPV (-)
Diagnosa
Bradipnoe
P5A0H6 Post SCTPP ai Eklampsia antepartum dlm regimen SM dosis
maintenance dari luar + HELLP sindrome + TP ai anak cukup
Ibu dan anak dalam perawatan
BAB III
TINJAUAN PUSTAKA
Preeklampsia dan
Eklampsia
Merupakan bagian dari
Hipertensi dalam kehamilan
b. Proteinuria a. Hipertensi
Proteinuria merupakan Diagnosis hipertensi dalam
adanya protein 300 mg dari kehamilan ditegakkan jika
jumlah urin 24 jam (diukur tekanan darah sistolik lebih dari
dengan metode Esbach) atau atau sama dengan 140 mmHg
kadar protein dalam urin 30 dan tekanan darah diastolik
mg/dl (1+ pada dipstik) dari lebih dari atau sama dengan 90
urin acak tengah yang tidak mmHg (SOGC, 2008).
menunjukkan tanda-tanda
infeksi saluran kemih (SOGC,
2008; POGI, 2006).
Kejang
Kejang pada eklampsia selalu didahului
dengan preeklampsia.
Kejang-kejang dimulai dengan kejang tonik
yang berlangsung 15 30 detik segera
disusul dengan kejang klonik + 1 menit
berangsur-angsur kejang melemah dan
akhirnya penderita diam tidak bergerak
(Angsar, 2010).
Faktor Risiko
a. Faktor Kehamilan
1) Nullipara
2) Kehamilan kembar
3) Mola hidatidosa
b. Faktor sosiodemografi:
1) Usia kurang dari (< 20) tahun atau lebih dari (> 35) tahun
2) Ras Afrika dan Amerika
c. Faktor genetik:
1) Riwayat preeklampsia dalam keluarga
55
Anamnesa :
Riwayat kejang sebanyak 5x sejak 13 jam yang lalu
Penurunan kesadaran sejak kejang yang pertama
Tekanan darah tinggi 200/110 saat diperiksa bidan
Tidak haid sejak 8 bulan yang lalu
Tanda-tanda inpartu (-)
APAKAH Riwayat Hipertensi selama hamil disangkal suami
DIAGNOSA
PADA Kesadaran : somnolen, Td : 140/100 , Nd : 140 , Nfs :
30(NRM)
PASIEN INI Pemeriksaan abdomen
leopold didapatkan tinggi fundus 4 jari dibawah
SUDAH proc.xypoideus, BJA I: 160x/menit, BJA II : 150x/mnt.
TEPAT? HIS : -
Pemeriksaan Penunjang :
Protein urin : +++
Gravid 34-35 mg sesuai biometri
Penurunan Kesadaran ec Eklampsia Janin hidup gemeli letsu letkep
antepartum dalam Regimen MgSO4 Ct-scan : tidak ada hasil interpretasi
dosis maintenance+ HELLP Lab : SGOT dan SGPT , LDH
Syndrom pada G5P4A0H4 gravid
34-35 minggu
janin hidup gemelli intra uterine
APAKAH PENATALAKSANAAN PASIEN INI SUDAH TEPAT ?
Perifer :
Ditatalaksana dengan tidak optimal dari sejak awal kehamilan diketahui, padahal
pasien ini memiliki 2 faktor resiko untuk terjadinya preeklampsi yaitu multipara
dan gamelli.
Kepercayaan masyarakat pada daerah tersebut lebih condong ke dukun, dan
tingkat pengetahuan dukun terhadap tanda bahaya kehamilan didaerah itu juga
sangat rendah.
Monitoring pengawasan kehamilan pada pasien yang beresiko tinggi didaerah
tersebut sangat rendah. Jika monitoring terhadap pasien yang beresiko tinggi
dilakukan dengan baik, maka kejadian eklampsi dapat dicegah
APAKAH PENATALAKSANAAN PASIEN INI SUDAH TEPAT ?
RSUP :
Pemeriksaan di IGD yang tidak lengkap sehingga untuk mengetahui
penyebab penurunan kesadaran dan tingkat kerusakan organ menjadi
tidak jelas sehingga mengakibatkan tatalaksana pengobatan menjadi tidak
optimal.
Konfirmasi terhadap kesediaan ICU yang tidak jelas, sehingga
mengakibatkan tatalaksana pada saat terminasi yang tidak optimal
Pengawasan terhadap tingkat kesadaran pasien yang luput sehingga
terlambat untuk melakukan tindakan definitive dengan segera
Pasien dengan penurunan kesadaran yang kemungkinan
disebabkan adanya peninggina tekanan intrakranial baik
karena edema serebri atau PIS, tindakan terminasi sebaiknya
menggunakan anastesi umum, karena anastesi spinal mampu
menimbulkan potensi terjadinya kompilkasi serebri setelah
dilakukan pungsi duramater
Jika penyebab penuruanan keadaran diketahui lebih awal
sebelum pasien diterminasi, maka jika memang terdapat PIS
yang masiv maka dapat segera dilakukan tindakan evakuasi
perdarahan intraserebral pada saat dilakukan sectio pada
pasien ini, maka kemampuan bertahan akan meningkat.
Untukpenata laksanaan post operasi pada pasien ini jg tdk
maksimal. Pasien walaupun berada dalam pengawasan di ICU
sebaiknya pasien berada dalam keadaan normokapnea,
dimana dari sejak awal psien diintubasi untuk pengendalian
ventilasi dengan menggunakan ventilator, sehingga PCO2
tean dalam batas normal
kemungkinan penyebab kematian yaitu akibat
perdarahan Intraserebral yang makin bertambah dan
tidak tertangani secara optimal yang merupakan
komplikasi dari Eklampsia. Hal tersebut dapat dilihat
APAKAH dari cepatnya perburukan hingga terjadinya kematian
pada pasien ini.
PENYEBAB
KEMATIAN
PADA
PASIEN INI? kasus Eklampsia yang diikuti dengan komplikasi akut
membutuhkan penanganan yang lebih intensif dan
holistic untuk mencegah terjadinya kematian.
Sayangnya interpretasi hasil CT Scan tidak didapatkan data yang jelas apakah
ditemukan adanya perdarahan intaserebral.
Pada sebuah studi anatomis , Govan (1961) menyimpulkan bahwa perdarahan otak
merupakan penyebab kematian pada 39 diantara 110 kasus eklamsia yang fatal.
KESIMPULAN
TERIMAKASIH