PROGRAM
NASIONAL
PEMBERDAYAAN
MASYARAKAT
MANDIRI MANDIRI
P E R K O TA A N
KUMPULAN BAHAN
SERAHAN
PELATIHAN PENGUATAN BKM/UP/RELAWAN/LURAH
Penerima manfaat Warga miskin Warga miskin Wargamiskin Warga miskin dan
(PS-2) hampir miskin
Pemerintah Mendukung Terlibat dalam Bermitra Bermitra dengan
Kelurahan/Desa PNPM MP proses denganBKM BKM untuk
perencanaan mainstream nangkis
untuk
/siklus dan dalam perencanaan
penguatan mainstream desa/kel dan
KSM nangkisdalam pelaksanaan
perencanaan pembangunan
desa/keldan bidang kemiskinan
OUTPUT
% kelurahan % kelurahan %perencanaan % perencanaan
yang yang kelurahandengan kelurahan dengan
mempunyai mempunyai mainstreaming
mainstreaming
PJM PJM nangkis
Pronangkis Pronangkis nangkis
C Hasil Antara
setempat.
Minimum 90% pengaduan diselesaikan.
A a. Kelompok
masyarakat yang
terorganisasi
memiliki akses
untuk
menyuarakan
Min. 40% tingkat partisipasi kaum miskin dan
kelompok rentan dalam pertemuan2 perencanaan
dan pengambilan keputusan.
Min. 40% tingkat kehadiran perempuan dalam
pertemuan perencanaan dan pengambilan
Menilai apakah rancangan
pembentukan LKM dan PJM
Pronangkis perlu diperbaiki .
Menentukan apakah proses
pemilihan LKM dan sosialisasi
keputusan. perlu diperbaiki.
P
pendapat dalam
menyusun Min. 30% penduduk dewasa mengikuti pemilihan
Perencanaan LKM di tingkat RT/komunitas basis.
Jangka
Menengah LKM terbentuk di minimum 90% kelurahan.
Program Min. 90% dari kelurahan telah menyelesaikan PJM
Penanggulangan Pronangkis dan telah selesai dan titerima dalam uji
Kemiskinan.
A
publik.
I masyarakat
miskin.
Komponen 2:
Masyarakat
mendapat
Komponen 2:
Jumlah dari setiap kegiatan infrastuktur, ekonomi
dan sosial yang diselesaikan di min. 80% kelurahan.
Komponen 2:
Menentukan apakah dibutuhkan
peningkatan bantuan teknik di
A
peningkatan akses bidang tertentu.
infrastruktur Min. 70% dari infrastuktur yang dinilai memiliki
berdasarkan PJM kualitas baik.
Pronangkis. Min. 70% kelurahan dengan program pinjaman dana
bergulir memiliki pinjaman beresiko (LAR) 3 bulan
<10%.
Min. 90% kelurahan dengan program pinjaman dana
N
bergulir memiliki rasio pendapatan dan biaya
>125%.
Min. 90% kelurahan dengan program pinjaman dana
bergulir memiliki tingkat pengembalian modal
tahunan >10%.
Di dalam setiap tahapan siklus proses belajar tersebut dilaksanakan dengan pendekatan kelompok
melalui Diskusi Kelompok Terarah, rembug rembug dan melaksanakan refleksi refleksi bersama.
Melalui diskusi diskusi dan refleksi dalam kelompok, maka diharapkan terjadi dialog dan saling
berbagi pengetahuan, berbagi informasi, berbagi sumberdaya, berbagi peluang yang artinya
berbagi sumber kekuasaan yang dilandasi oleh nilai nilai kemanusiaan. Diharapkan pada
akhirnya akan tumbuh keperdulian terhadap permasalahan orang lain dan lingkungan. Pendekatan
ini juga dapat menciptakan pola pola hubungan masyarakat yang setara dan sekat sekat sosial
diharapkan bisa terbongkar.
Untuk mencapai tujuan belajar di atas, maka proses pendidikan yang dilaksanakan seharusnya
pendidikan yang dapat memanusiakan manusia, dimana di dalamnya terkandung sikap dan perilaku
dari pendidik (Fasilitator, relawan dan pihak lain) maupun peserta didik yang menjunjung tinggi
nilai - nilai kemanusiaan (saling menghargai, adil,setara, dsb).
Proses pendidikan sangat bergantung kepada paradigma pendidikan yang diyakini oleh pelaku
pendidik ( dalam hal ini lembaga pengembang program/Pelaku PNPMM Perkotaan). Karena
paradigrna pendidikan berimplikasi pada metode yang dipakai dalam prosesnya yang pada akhirnya
akan berdampak pada kesadaran masyarakat.
Siklus yang dikembangkan dalam intevensi Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat Mandiri
Perkotaan merupakan pengejawantahan dari daur program pembangunan partisipatif dari mulai
identifikasi kebutuhan, perencanaan, pelaksanaan sampai monitong evaluasi.
PENYEBAB KEMISKINAN
Olah Rasa adalah upaya untuk merefleksikan ke dalam terutama yang menyangkut sikap dan
perilaku mereka terhadap permasalahan kemiskinan. Upaya olah rasa lebih menyentuh hati
masing-masing orang yang terlibat dalam proses refleksi untuk merenungkan apa yang telah
diperbuat, dilakukan, sumbangan apa yang telah diberikan untuk melakukan upaya
penanggulangan kemiskinan dan bagi kesejahteraan dan perbaikan hidup masyarakat. Artinya
dalam olah rasa lebih menitikberatkan kepada sikap dan perilaku yang berhubungan dengan nilai-
nilai luhur manusia ( memanusiakan manusia ). Diharapkan akan tumbuh kesadaran masing-
masing bahwa manusia yang berdaya adalah Manusia yang mampu menjalankan fitrahnya sebagai
manusia, manusia yang berbeda dengan makhluk lain, yaitu manusia yang mampu memberi dan
mengabdikan kehidupannya untuk kesejahteraan umat manusia.
Dari olah pikir dan olah rasa di atas, diharapkan cara pandang peserta yang terlibat dalam diskusi
akan berubah dan berimplikasi pada:
Proses Refleksi kemiskinan secara rinci dapat dilihat pada Buku seri siklus : Panduan Diskusi
Refleksi Kemiskinan-PNPM Mandiri Perkotaan.
Pada pelaksanaannya proses penggalian informasi, analisa masalah, dan perumusan masalah
seringkali tidak berdiri sendiri-sendiri, akan tetapi merupakan proses yang dilaksanakan sekaligus.
Metode dan teknik yang dikembangkan untuk Pemetaan Swadaya merupakan metode yang lebih
menekankan pada proses diskusi masyarakat. Alat kajian (tools) yang dikembangkan adalah alat
untuk mengajak masyarakat terlibat dalam proses penggalian informasi, analisa dan perumusan
masalah/kebutuhan, sehingga melalui proses tersebut sebetulnya masyarakat yang terlibat menjadi
peneliti bagi dirinya dan kehidupan lingkungannya sendiri.
Dengan terlibat dalam proses Pemetaan Swadaya masyarakat diharapkan mampu untuk:
Memahami persoalan nyata mereka sendiri yang berdasarkan kepada fakta dan informasi yang
ada, sehingga yang mereka rumuskan bukan daftar keinginan tetapi daftar kebutuhan yang
bermanfaat untuk lingkungannya terutama dalam rangka penanggulangan kemiskinan.
Pemecahan masalah (pemenuhan kebutuhan) tidak didasarkan kepada kehendak dan semata-
mata bantuan orang luar akan tetapi lebih banyak mengutamakan kemampuan sumberdaya
dan swadaya masyarakat.
Bagi orang dalam (masyarakat) kegiatan ini menjadi proses belajar dan penyadaran tentang
keadaan kehidupan dan lingkungan yang mereka hadapi, sehingga diharapkan terjadi
pemahaman terhadap kondisi warga di lingkungannya ( mengapa si A miskin, bagaimana
kondisi si B , dsb ). Penyadaran ini merupakan renungan terhadap permasalah dirinya dan
orang lain di lingkungannya sehingga diharapkan tumbuh kepedulian terhadap warga sekitar
dan mencari jalan keluar dari keadaan-keadaan yang dianggap mengganggu ( masalah ).
Bagi orang luar ( lembaga pengembang program ). Kegiatan ini merupakan proses belajar dan
penyadaran dalam memahami keadaan masyarakat , serta cara pandang dan nilai-nilai
Proses Pemetaan Swadaya secara rinci dapat dilihat dalam Buku Siklus PNPM Mandiri
Perkotaan Panduan Pelaksanaan Pemetaan Swadaya
Perencanaan-penganggaran partisipatif
Sebagai bagian dari tatanan desa yang demokratis, Musrenbang Desa/Kelurahan
lebih memungkinkan untuk melibatkan warga seluas-luasnya ketimbang
musrenbang di tingkat kabupaten/kota dan di atasnya. Konsep payung
musrenbang adalah perencanaan-penganggaran partisipatif (participatory
planning and budgeting). Perancanaan dan penganggaran merupakan proses
yang tidak terpisahkan. Penyusunan rencana kerja desa membutuhkan sumber anggaran, sebab
kalaun tidak tersedia anggaran atau sumber daya lainnya, rencana kerja tersebut hanya akan
menjadi dokumen kertas saja. Artinya, dokumen perencanaan yang disebut RKP Desa dan
dokumen anggaran yang disebut APB Desa merupakan dua sisi uang logam yang diperlukan
sebagai acuan desa menjalankan pembangunan bagi kemajuan dan peningkatan kesejahteraan
warganya.
Apabila salah satu pilar dari tatapemerintahan itu timpang, maka akan sulit tercapai tata
pemerintahan yang baik. Warga masyarakat perlu bersikap mengkoreksi jalannya pemerintahan
desa/kelurahan dan pembangunan sebagai warga yang baik. Sebaliknya pemerintah
desa/kelurahan menerima masukan masyarakat sebagai bagian dari keterbukaan dan tanggung
gugatnya. Sedangkan kalangan usaha/swasta berkontribusi terhadap peningkatan ekonomi lokal
dengan membuka peluang kerja, menjalankan kewajiban seperti membayar pajak, memperhatikan
kelestarian lingkungan, dan menjalankan tanggung jawab sosial lainnya.
ADD merupakan salah satu komponen APB Desa yang paling utama saat ini karena kebanyakan
desa belum mengembangkan pendapatan asli desa yang cukup besar. ADD merupakan hak desa
untuk memperoleh anggaran untuk menyelenggarakan pembangunan bagi kemajuan dan
kesejahteraan masyarakatnya. Untuk kelurahan, terdapat Pos Bantuan APBD yang diberikan oleh
Pemerintah Kabupaten/Kota.
Bagi hasil pajak daerah Kabupaten/Kota paling sedikit 10% (sepuluh per seratus) untuk desa
dan dari retribusi Kabupaten/Kota sebagian diperuntukkan bagi desa;
Bagian dari dana perimbangan keuangan pusat dan daerah yang diterima oleh kabupaten/kota
untuk desa paling sedikit 10% (sepuluh per seratus), yang pembagiannya untuk setiap desa
secara proporsional yang merupakan alokasi dana desa;
1
Pasal 168 PP 72/2005 tentang Desa.
Dalam perspektif Hak Asasi Manusia, negara (pemerintah) sesungguhnya memiliki tiga kewajiban
untuk (1) menghargai hak asasi manusia rakyatnya; (2) melindungi hak asasi manusia rakyatnya;
dan (3) memenuhi hak asasi manusia rakyatnya (Hansen, 2000: 6 7). Kewajiban pertama, untuk
menghargai, mengharuskan pemerintah sendiri tidak melanggar hak-hak asasi rakyatnya. Hal ini
mencakup tindakan negara untuk memberlakukan hukum yang menjamin terpenuhinya hak asasi
rakyatnya itu. Kewajiban kedua, untuk melindungi, mengharuskan pemerintah mencegah dan
menindak penyimpangan-penyimpangan baik yang dilakukan oleh aparat pemerintah maupun pihak
lain dengan menegakkan aturan-aturan hukum yang diberlakukan pada pelanggar itu. Kewajiban
ketiga, untuk memenuhi, mengharuskan pemerintah mengkaji ulang prioritas kerjanya, membuat
perubahan-perubahan aturan, administrasi, anggaran, peradilan, dan hal yang diperlukan lainnya
untuk mewujudkan hak-hak tertentu dari rakyatnya (Noer Fauzi, 2002).
Anggaran merupakan instrumen kebijakan ekonomi pemerintah terpenting. Tidak hanya ekonomi,
anggaran juga merefleksikan prioritas pemerintah dalam kebijakan sosial, budaya, bahkan politik.
Anggaran adalah hasil terjemahan berbagai kebijakan, komitmen politik dan prioritas kerja
pemerintah dalam bentuk keputusan darimana uang didapat dan kemana uang keluar. Dari kedua
keputusan tersebut, kita dapat menentukan apakah pemerintah menghargai, melindungi ataupun
memenuhi hak asasi manusia.
Dalam konteks anggaran, kewajiban negara untuk menghargai, mencakup tindakan negara untuk
memberlakukan hukum yang mengatur besaran minimal alokasi anggaran pemerintah (nasional
dan daerah) untuk pemenuhan kebutuhan dasar rakyat dan pengembangan kualitas hidup. Negara
harus menjamin alokasi anggaran untuk pemenuhan untuk hanya menyebut beberapa hak atas
kesehatan, hak atas pendidikan, hak atas pekerjaan, hak untuk mendapat perlindungan dari
eksploitasi ekonomi, hak atas jaminan sosial, hak atas standar hidup yang layak, maupun hak untuk
menikmati kehidupan budaya. Dalam kewajiban ini, Indonesia baru menghargai hak warga
negaranya atas pendidikan. Konstitusi Indonesia telah menetapkan bahwa sekurang-kurangnya
20% dari anggaran belanja negara dan daerah khusus dialokasikan untuk memenuhi kebutuhan
penyelenggaraan pendidikan. Amanat Konstitusi ini diperkuat oleh Undang-undang Sistem
Pendidikan Nasional No. 20 Tahun 2003. Meskipun sudah diamanatkan dalam konstitusi dan
undang-undang, pemerintah pusat dan daerah masih saja melanggar. Alasannya adalah
keterbatasan dana. APBD Kota Bandung 2004 memang mengalokasikan 37% untuk sektor
pendidikan, namun dari jumlah itu hanya 7,3% yang dapat dinikmati langsung oleh para pelajar.
Jumlah ini masih jauh dibandingkan batasan minimal yang diatur dalam Undang-undang Sisdiknas
sebesar 20% (Bujet, Edisi 02/Tahun II/Maret 2004).
Selain itu, kewajiban negara untuk menghargai juga meliputi jaminan akses politik rakyat dalam
pengambilan keputusan pembangunan dan anggaran (hak politik). Hak warga negara ini dijamin
dalam Deklarasi Umum Hak Asasi Manusia Pasal 21 (1).
Karenanya pemerintah harus menjamin hak setiap orang untuk berpartisipasi dalam proses
perencanaan dan penganggaran pembangunan. Hak ini tidak hanya sebatas hak untuk hadir tetapi
juga hak untuk mengambil keputusan sesuai mekanisme yang disepakati bersama. Artinya
Keputusan Darimana Uang Didapat dan Kemana Uang Dibelanjakan diputuskan bersama antara
pemerintah dan warga.
Perlindungan ini juga tidak boleh disandarkan kepada political will pemerintah. Pemerintah
(termasuk juga aparat penegak hukum dan legislatif) harus didakwa telah melanggar hak asasi
manusia rakyatnya apabila membiarkan terjadinya penyimpangan anggaran. Pemerintah telah
melanggar HAM apabila gagal melindungi hak asasi rakyatnya dari penyimpangan anggaran yang
terjadi. Apalagi kalau pelaku penyimpangan adalah aparatur itu sendiri. Dalam hal ini, tanggung
jawab individu tidak sebatas pada pertanggungjawaban pidana karena korupsi yang dilakukan atau
pertanggungjawaban perdata karena kerugian yang ditimbulkan. Setiap individu yang melakukan
penyimpangan anggaran juga dapat didakwa telah melanggar HAM. Hukum Hak Asasi Manusia
Internasional telah mengakui individu sebagai salah satu subjek pelanggaran HAM.
Maraknya kasus korupsi baik yang dilakukan oleh aparat eksekutif, legislatif maupun yudikatif akhir-
akhir ini merupakan ujian seberapa besar komitmen negara dalam penegakan HAM. Negara dapat
dikategorikan telah melanggar HAM apabila negara gagal menghukum para pelaku penyimpangan
anggaran. Di sisi lain negara juga melanggar HAM apabila tingkat korupsi yang dilakukan aparat
tidak berkurang, apalagi bertambah.
Kewajiban negara lainnya, yang tak kalah penting, adalah kewajiban untuk memenuhi. Kewajiban
ini mengharuskan pemerintah mengkaji ulang kebijakan dan prioritas kerja. Kebijakan dan prioritas
kerja ini harus diarahkan untuk menjawab permasalahan-permasalah yang riil tengah dihadapi
masyarakat, seperti rendahnya daya beli, besarnya angka pengangguran, tingginya angka kematian
ibu melahirkan, dan sebagainya. Selanjutnya, kebijakan anggaran juga harus diarahkan untuk
mengurangi pemborosan sumber daya, serta meningkatkan efisiensi dan efektivitas perekonomian.
Termasuk juga kewajiban negara untuk memenuhi adalah melakukan pembaruan hukum yang
menjamin setiap orang tanpa diskriminasi mendapatkan akses yang adil terhadap sumber daya
ekonomi dan sosial untuk mewujudkan hak asasinya. Kelompok-kelompok yang selama ini
terpinggirkan harus diberi previlige untuk memperoleh kembali akses mereka terhadap sumber
daya ekonomi. Begitupun akses politik mereka terhadap pengambilan keputusan. Perubahan
kebijakan anggaran pemerintah sangat mempengaruhi kehidupan kelompok ini. Peningkatan
kesejahteraan kelompok ini biasanya tergantung pada ada tidaknya, besar kecilnya alokasi
anggaran pemerintah untuk program-program seperti peningkatan pendapatan atau subsidi bahan
Pemerintah sekarang tidak lagi dapat berlindung pada pemahaman bahwa pemenuhan hak asasi
manusia dapat dilakukan secara bertahap karena minimnya sumber daya, khususnya pada hak
ekonomi, sosial dan budaya. Prinsip-prinsip Limburg yang didesain oleh para ahli hukum
internasional sebagai pedoman dalam mengimplementasikan Kovenan Internasional Hak Ekonomi,
Sosial dan Budaya telah meletakkan arah baru dalam melihat tanggung jawab negara. Paragraf
ke-16 Prinsip-prinsip Limburg menyatakan:
All States have an obligation to begin immediately to take steps towards full realization of the
contained in the Covenant.
Some obligations under the Covenant require immediate implementation in full by all State
parties, such as the prohibition of discrimination in article 2(2) of the Covenant.
Jadi, meskipun CESCR menetapkan pencapaian secara bertahap dan mengakui realitas
keterbatasan sumber daya yang tersedia di satu sisi, pada sisi lain ia juga menetapkan berbagai
kewajiban yang memiliki efek segera (immediate effect) (ELSAM, 2001). Itu artinya, baik hak-hak
sipil dan politik, maupun hak ekonomi, sosial dan budaya, dapat dituntut pemenuhannya di muka
pengadilan nasional.
Referensi:
1. ELSAM, Hak Ekonomi, Sosial, Budaya, Esai-esai Pilihan, Jakarta, 2001
2. Noer Fauzi, Quo Vadis Pembaruan Hukum Agraria, Perspektif Transitional Justice Untuk
Penyelesaian Konflik, Seri Pengembangan Wacana HuMA, No. 3 Desember 2002.
3. Bujet, Edisi 02/Tahun II/Maret 2004
2
SEB Meneg Perencanaan Pembangunan Nasional/Kepala Bappenas dan Menteri Dalam Negeri tentang Petunjuk Teknis
Penyelenggaraan Musrenbang tahun 2007.
3
Surat edaran ini diterbitkan sambil menunggu ditetapkannya Peraturan Pemerintah yang mengatur tentang musrenbang.
Struktur organisasi TPM dan pembagian tugas: Ketua, bendahara, seksi-seksi (acara,
materi, logistik)
Penyusunan rancangan awal RKP Desa yang diturunkan dari RPJM Desa atau Renja
Kelurahan yang diturunkan dari Renstra Kelurahan / RPJM Desa terutama yang
termasuk urusan pembangunan
Musrenbang Desa
Pemaparan Kepala Desa mengenai: (1) Hasil evaluasi RKP-Desa yang sudah
berjalan; (2) Kerangka prioritas program menurut RPJM Desa; (3) Informasi
perkiraan ADD tahun berikut
Pemilihan/pengambilan suara
Musrenbang Desa
Dokumen RPJM-Desa;
Hasil kajian desa (per dusun/RW dan atau per sektor/urusan/bidang pembangunan);
Musrenbang Kelurahan
Renstra SKPD Kelurahan
Hasil kajian kelurahan (per dusun/RW dan atau per sektor/urusan/bidang pembangunan);
Hasil evaluasi Renja SKPD Kelurahan tahun sebelumnya, dan kegiatan pembanguan yang
sedang berjalan;
Format-format isian penentuan prioritas kegiatan yang akan menjadi bahan utama
penyempurnaan rancangan awal RKP-Desa Tahunan atau Renja SKPD Kelurahan.
Rencana Kerja Pembangunan Desa (RKP-Desa) Tahunan atau Renja SKPD Kelurahan;
Keterwakilan kelompok sosial dan jenis kelamin (tokoh masyarakat, tokoh adat; tokoh
agama; bapak-bapak; ibu-ibu; kelompok marjinal);
Serta keterwakilan berbagai organisasi yang menjadi pemangku kepentingan dalam upaya
pembangunan desa/urusan kelurahan.
Peran dan tugas peserta. Peran/tugas utama peserta adalah berpartisipasi secara aktif dalam
proses musyawarah sampai pengambilan keputusannya. Berpartisipasi secara aktif bukan hanya
berarti pandai dan banyak bicara, melainkan juga mampu mendengarkan aspirasi dan pandangan
orang lain serta menjaga agar musrenbang benar-benar menjadi forum musyawarah bersama.
Kriteria (persyaratan) sebagai peserta. Meskipun semua warga desa berhak berpartisipasi
dalam Musrenbang Desa/Kelurahan, tetapi terdapat kriteria atau persyaratan yang sebaiknya
disampaikan kepada warga yang ingin menjadi peserta, yaitu:
Peserta menjunjung tinggi prinsip-prinsip musyawarah yaitu kesetaraan, menghargai
perbedaan pendapat, anti dominasi, anti diskriminasi, mengutamakan kepentingan umum
(desa), dan keberpihakan terhadap kalangan marjinal4.
Peserta bersedia mempersiapkan diri dengan cara ikut serta mengumpulkan dan mempelajari
berbagai informasi, dokumen, dan materi yang relevan untuk pelaksanaan musrenbang
desa/kelurahan. Untuk memperoleh informasi, peserta dapat menghubungi sumber informasi
yaitu Tim Pemandu maupun Tim Penyelenggara Musrenbang desa/kelurahan.
4
Lihat penjabaran prinsip-prinsip musrenbang desa.
5
Atau disebut juga Lembaga Pengembangan Masyarakat (LPM).
6
PP 72/2005 tentang Desa dan PP 73 tentang Kelurahan.
Menyusun daftar cek-list dan mengkoordinir persiapan peralatan, bahan (materi), tempat, alat
dan bahan yang diperlukan
Prinsip anti dominasi. Dalam musyawarah, tidak boleh ada individu/kelompok yang
mendominasi sehingga keputusan-keputusan yang dibuat tidak lagi melalui proses musyawarah
semua komponen masyarakat secara seimbang.
Prinsip anti diskriminasi. Semua warga desa memiliki hak dan kewajiban yang sama dalam
menjadi peserta musrenbang. Kelompok marjinal dan perempuan, juga punya hak untuk
menyatakan pendapat dan pikirannya dan tidak boleh dibedakan.
A. Pengertian
1. Musrenbang Kecamatan adalah forum musyawarah tahunan para pemangku kepentingan
ditingkat kecamatan untuk mendapatkan masukan kegiatan prioritas dari desa/kelurahan serta
menyepakati rencana kegiatan lintas desa/kelurahan di kecamatan yang bersangkutan sebagai
dasar penyusunan Rencana Kerja Kecamatan dan Rencana Kerja Satuan Kerja Perangkat
Daerah kabupaten/kota pada tahun berikutnya.
2. Pemangku Kepentingan (Stakeholders) kecamatan adalah pihak yang berkepentingan dengan
kegiatan prioritas dari desa/kelurahan untuk mengatasi permasalahan di wilayah kecamatan
serta pihak-pihak yang berkaitan dengan dan atau terkena dampak hasil musyawarah.
3. Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD) adalah unit kerja Pemerintah Kabupaten/Kota yang
mempunyai tugas untuk mengelola anggaran dan barang daerah.
4. Rencana Kerja (Renja) SKPD adalah Rencana Kerja Satuan Kerja Perangkat Daerah.
5. Nara Sumber adalah pihak-pihak pemberi informasi yang dibutuhkan untuk proses pengambilan
keputusan dalam Musrenbang Kecamatan.
6. Peserta adalah pihak yang memiliki hak pengambilan keputusan dalam Musrenbang
Kecamatan.
7. Musrenbang Kecamatan menghasilkan antara lain:
a. Daftar kegiatan prioritas yang akan dilaksanakan sendiri oleh kecamatan dan menjadi
Rencana Kerja (Renja) Kecamatan yang akan dibiayai melalui anggaran kecamatan yang
bersumber dari APBD Kabupaten/Kota pada tahun berikutnya,
b. Daftar kegiatan Prioritas yang akan diusulkan ke Kabupaten/Kota yang disusun menurut
SKPD dan atau gabungan SKPD untuk dibiayai melalui anggaran SKPD yang bersumber dari
APBD Kabupaten/Kota.
c. Daftar nama delegasi kecamatan untuk mengikuti Musrenbang Kabupaten/kota.
B. Tujuan
Musrenbang Kecamatan diselenggarakan untuk:
1. Membahas dan menyepakati hasil-hasil Musrenbang dari tingkat desa/kelurahan yang akan
menjadi kegiatan prioritas pembangunan di wilayah kecamatan yang bersangkutan.
2. Membahas dan menetapkan kegiatan prioritas pembangunan di tingkat kecamatan yang belum
tercakup dalam prioritas kegiatan pembangunan desa/kelurahan.
3. Melakukan klasifikasi atas kegiatan prioritas pembangunan kecamatan sesuai dengan fungsi-
fungsi Satuan Kerja Perangkat Daerah Kabupaten/Kota.
C. Masukan
Hal-hal yang perlu disiapkan untuk penyelenggaraan Musrenbang Kecamatan antara lain adalah:
1. Dari Desa/Kelurahan:
a. Dokumen Rencana Kerja Pembangunan Tahunan dari masing-masing desa/kelurahan yang
berisi kegiatan prioritas yang dilengkapi kode desa/kelurahan dan kecamatan.
b. Daftar nama anggota delegasi dari desa/kelurahan untuk mengikuti Musrenbang
Kecamatan.
c. Daftar nama para wakil kelompok fungsional/asosiasi warga/organisasi sosial
kemasyarakatan, koperasi, LSM yang bekerja di kecamatan, atau organisasi tani/nelayan di
tingkat kecamatan.
2. Dari Kabupaten/Kota:
a. Kode kecamatan (dua angka yang sama dengan yang disampaikan di desa/kelurahan)
untuk memudahkan SKPD dan Bappeda mengetahui kecamatan yuang mengusulkan
kegiatan tersebut.
b. Kegiatan prioritas pembangunan daerah untuk tahun mendatang, yang dirinci berdasarkan
SKPD pelaksananya beserta rencana pendanaannya di kecamatan tersebut.
c. Penjelasan nama dan jumlah Forum SKPD dan Forum Gabungan SKPD sebagaimana telah
ditentukan oleh Bappeda, berikut fungsi dan program terkaitnya.
D. Mekanisme
Tahapan pelaksanaan Musrenbang Kecamatan terdiri dari:
1. Tahap Persiapan:
a. Camat menetapkan Tim Penyelenggara Musrenbang Kecamatan.
b. Tim Penyelenggara melakukan hal-hal sebagai berikut:
a) mengkompilasi kegiatan prioritas pembangunan dari masing-masing desa/kelurahan
berdasarkan fungsi SKPD yang menjadi tanggungjawab SKPD.
b) menyusun jadual dan agenda Musrenbang Kecamatan.
c) mengumumkan secara terbuka tentang jadual, agenda, dan tempat Musrenbang
Kecamatan minimal 7 (tujuh) hari sebelum kegiatan dilakukan, agar peserta bisa
menyiapkan diri dan segera melakukan pendaftaran dan atau diundang.
d) membuka pendaftaran dan atau mengundang calon peserta Musrenbang Kecamatan, baik
wakil dari desa/kelurahan maupun dari kelompok-kelompok masyarakat.
e) menyiapkan tempat, peralatan dan bahan/materi serta notulen untuk Musrenbang
Kecamatan.
2. Tahap Pelaksanaan:
a. Pendaftaran peserta Musrenbang Kecamatan.
b. Pemaparan Camat mengenai masalah-masalah utama kecamatan, seperti kemiskinan,
pendidikan, kesehatan, prasarana dan pengangguran.
c. Pemaparan Kepala-kepala Cabang SKPD setempat atau Pejabat SKPD kabupaten/kota
mengenai rancangan Rencana Kerja SKPD di tingkat kecamatan yang bersangkutan beserta
strategi dan besaran plafon dananya.
d. Pemaparan Tim Penyelenggara Musrenbang Kecamatan tentang masalah utama dan kegiatan
prioritas dari masing-masing desa/kelurahan menurut fungsi/SKPD.
e. Verifikasi oleh delegasi desa/kelurahan untuk memastikan semua kegiatan prioritas yang
diusulkan oleh desa/kelurahan sudah tercantum menurut masing-masing SKPD.
f. Kesepakatan kriteria untuk menentukan kegiatan prioritas pembangunan kecamatan untuk
masing-masing fungsi/SKPD atau gabungan SKPD.
g. Pembagian peserta Musrenbang ke dalam kelompok pembahasan berdasarkan jumlah
fungsi/SKPD atau gabungan SKPD yang tercantum.
h. Kesepakatan kegiatan prioritas pembangunan kecamatan yang dianggap perlu oleh peserta
Musrenbang namun belum diusulkan oleh desa/kelurahan (kegiatan lintasdesa/kelurahan yang
belum diusulkan desa/kelurahan).
i. Kesepakatan kegiatan prioritas pembangunan kecamatan berdasarkan masing-masing
fungsi/SKPD.
j. Pemaparan prioritas pembangunan kecamatan dari tiap-tiap kelompok fungsi/SKPD atau
gabungan SKPD dihadapan seluruh peserta Musrenbang Kecamatan.
Catatan
Dalam kondisi dokumen penunjang tidak lengkap atau keterbatasan nara sumber, Musrenbang
kecamatan tetap dilaksanakan minimal hingga langkah yang disebutkan pada butir 7, sehingga
Camat dapat menyusun gabungan prioritas kegiatan tahunan dari desa/kelurahan menurut SKPD.
Hasilnya kemudian disampaikan kepada Forum SKPD dan Forum Gabungan SKPD di tingkat
Kabupaten/Kota. Semua kondisi ini dicatat oleh notulen dalam Berita Acara Musrenbang
kecamatan.
E. Keluaran
Keluaran yang dihasilkan dari Musrenbang Kecamatan adalah:
1. Dokumen Rencana Kerja (Renja) Kecamatan yang akan dibiayai melalui anggaran kecamatan
yang bersumber dari APBD Kabupaten/Kota pada tahun berikutnya.
2. Daftar kegiatan Prioritas yang akan dilaksanakan melalui SKPD atau Gabungan SKPD.
3. Daftar nama delegasi kecamatan untuk mengikuti Forum SKPD dan Musrenbang
Kabupaten/kota.
4. Berita Acara Musrenbang Tahunan Kecamatan.
F. Peserta
Peserta Musrenbang Kecamatan adalah individu atau kelompok yang merupakan wakil dari
desa/kelurahan dan wakil dari kelompok-kelompok masyarakat yang beroperasi dalam skala
kecamatan (misalnya: organisasi sosial kemasyarakatan, organisasi petani, organisasi pengrajin,
dan lain sebagainya).
G. Narasumber
1. Dari Kabupaten/Kota: Bappeda, perwakilan SKPD, kepala-kepala cabang SKPD di kecamatan
yang bersangkutan, kepala-kepala unit pelayanan di kecamatan, anggota DPRD dari wilayah
pemilihan kecamatan yang bersangkutan. Khusus untuk anggota DPRD, forum ini bisa menjadi
forum untuk menjaring aspirasi masyarakat.
2. Dari Kecamatan: Camat, aparat kecamatan, LSM yang bekerja di kecamatan yang
bersangkutan, dan para ahli/profesional yang dibutuhkan.
A. Pengertian
1. Forum SKPD (forum yang berhubungan dengan fungsi/sub fungsi, kegiatan/ sektor dan lintas
sektor) adalah wadah bersama antar pelaku pembangunan untuk membahas prioritas kegiatan
pembangunan hasil Musrenbang Kecamatan dengan SKPD atau gabungan SKPD sebagai upaya
mengisi Rencana Kerja SKPD yang tata cara penyelenggaraannya difasilitasi oleh SKPD terkait.
2. Pelaksanaan Forum SKPD atau Forum Gabungan SKPD memperhatikan masukan kegiatan dari
kecamatan, kinerja pelaksanaan kegiatan SKPD tahun berjalan, rancangan awal RKPD serta
Renstra SKPD. Namun demikian, dalam hal salah satu dokumen tersebut belum tersedia,
pelaksanaan Forum SKPD dan atau Forum Gabungan SKPD dapat tetap dilakukan.
3. Jumlah Forum SKPD dan formasi Forum Gabungan SKPD serta jadual acara pelaksanaannya
ditentukan dan dikoordinasikan Bappeda, disesuaikan dengan volume kegiatannya dan kondisi
setempat. Disarankan agar Iangkah persiapan sudah dilakukan sejak bulan Januari sehingga
pada bulan Februari sudah jelas diketahui jumlah dan nama forum SKPD atau Forum Gabungan
SKPD yang dibentuk.
4. Bappeda memprioritaskan pembentukan Forum SKPD dan Forum Gabungan SKPD pada:
a. Fungsi-fungsi pelayanan dasar pemerintahan daerah seperti: pendidikan dasar, kesehatan,
prasarana, dan dukungan kegiatan ekonomi masyarakat; dan
b. SKPD yang mengemban fungsi yang berkaitan dengan prioritas program-program
pembangunan kabupaten/kota tersebut. Sebagai contoh: Forum SKPD Pendidikan, Forum
SKPD Kesehatan, Forum SKPD Kimpraswil atau Forum Gabungan SKPD Perindustrian,
Perdagangan dan Koperasi,dan sebagainya.
5. Narasumber adalah pihak pemberi informasi yang perlu diketahui peserta Forum SKPD atau
Forum Gabungan SKPD untuk proses pengambilan keputusan hasil forum /Musrenbang.
6. Peserta adalah pihak yang memiliki hak pengambilan keputusan dalam Forum SKPD dan atau
Forum Gabungan SKPD melalui pembahasan yang disepakati bersama.
7. Hasil Forum SKPD adalah:
a. Renja (Rencana Kerja) SKPD yang memuat kerangka regulasi dan kerangka anggaran yang
dirinci menurut kecamatan dan sudah dibagi untuk pendanaan alokasi APBD setempat,
APBD Provinsi dan APBN;
B.Tujuan
Forum SKPD Kabupaten/Kota bertujuan untuk:
1. Mensinkronkan prioritas kegiatan pembangunan dari berbagai kecamatan dengan Rancangan
Rencana Kerja Satuan Perangkat Daerah (Renja SKPD).
2. Menetapkan kegiatan prioritas yang akan dimuat dalam Renja-SKPD.
3. Menyesuaikan prioritas Renja-SKPD dengan plafon/pagu dana SKPD yang termuat dalam
prioritas pembangunan daerah (Rancangan Rencana Kerja Pemerintah Daerah).
4. Mengidentifikasi keefektifan berbagai regulasi yang berkaitan dengan fungsi SKPD, terutama
untuk mendukung terlaksananya Renja SKPD.
C. Masukan
Berbagai hal yang perlu disiapkan dalam penyelenggaraan Forum SKPD dan Forum Gabungan SKPD
adalah:
1. Dari Provinsi dan Kementerian Negara: infomasi kegiatan dan pendanaannya yang bersumber
dari APBN dan APBD Provinsi.
2. Dari Kabupaten/Kota:
a. Daftar kegiatan prioritas yang bersumber dari Renstra-SKPD/Unit Kerja Daerah.
b. Kegiatan Prioritas pembangunan/Rancangan RKPD (jika sudah ada).
c. Rancangan Renja-SKPD.
d. Prioritas dan plafon/pagu dana indikatif untuk masing-masing SKPD.
e. Daftar individu/organisasi masyarakat skala kabupaten/kota seperti: Asosiasi Profesi, LSM,
peguruan tinggi dan mereka yang ahli serta memiliki perhatian terhadap fungsi/SKPD yang
bersangkutan.
f. Berbagai dokumen perencanaan dan regulasi yang terkait dengan pembangunan.
3. Dari Kecamatan:
a. Daftar kegiatan prioritas pembangunan di wilayah kecamatan hasil Musrenbang
Kecamatan.
b. Daftar delegasi kecamatan yang diutus untuk mengikuti pembahasan pada forum-forum
SKPD.
D. Mekanisme
Mekanisme pelaksanaan Forum-SKPD Kabupaten/Kota dilakukan dengan tahapan sebagai berikut:
1. Tahap Persiapan:
a. Kepala Bappeda menetapkan jumlah dan tata cara penyelenggaraan Forum SKPD dan atau
gabungan SKPD agar penyelenggaraannya secara optimal.Dalam tata cara tersebut tercantum:
jadwal, tempat, peserta, agenda pembahasan, dan keluaran Forum SKPD yang akan dibahas
dalam Musrenbang Kabupaten/Kota.
b. Kepala Bappeda menetapkan Tim Penyelenggara Forum SKPD dan Forum Gabungan SKPD
sesuai dengan jumlah dan formasi yang telah ditetapkan dan terdiri dari unsure SKPD dan
Bappeda sebagai tindak lanjut dari keputusan Kepala Bappeda.
c. Tim Penyelenggara Forum SKPD melakukan hal-hal sebagai berikut:
Catatan:
Dalam hal dokumen penunjang belum tersedia, Forum SKPD dan atau Forum Gabungan SKPD tetap
harus dilaksanakan. Semua kondisi ini dicatat oleh notulen dalam Berita Acara Forum SKPD.
E. Keluaran
Keluaran yang dihasilkan dari Forum-SKPD Kabupaten/Kota adalah:
F. Peserta
Peserta Forum SKPD Kabupaten/Kota terdiri dari para delegasi kecamatan dan delegasi dari
kelompok-kelompok masyarakat di tingkat kabupaten/kota yang berkaitan langsung dengan
fungsi/SKPD atau gabungan SKPD yang bersangkutan. Ini mencakup antara lain Dewan Pendidikan
untuk Forum Pendidikan; RSUD, Ikatan Dokter Indonesia di daerah dan Ikatan Bidan Indonesia di
daerah untuk Forum Kesehatan dan lain sebagainya.
G. Narasumber
Kepala Satuan Kerja Perangkat Daerah Kabupaten/Kota, Kepala dan para pejabat Bappeda,
anggota DPRD dari Komisi Pasangan Kerja masingmasing Satuan Kerja Perangkat Daerah
Kabupaten/Kota, LSM yang memiliki bidang kerja sesuai dengan fungsi SKPD, ahili/profesional balik
yang berasal dari kalangan praktisi maupun akademisi.
Musrenbang Kabupaten/Kota
A. Pengertian
1. Musrenbang Kabupaten/Kota adalah musyawarah stakeholder Kabupaten/kota untuk
mematangkan rancangan RKPD Kabupaten/Kota berdasarkan Renja-SKPD hasil Forum SKPD
dengan cara meninjau keserasian antara rancangan Renja-SKPD yang hasilnya digunakan
untuk pemutakhiran Rancangan RKPD.
B. Tujuan
1. Mendapatkan masukan untuk penyempurnaan rancangan awal RKPD yang memuat prioritas
pembangunan daerah, pagu indikatif pendanaan berdasarkan fungsi SKPD, rancangan alokasi
dana desa termasuk dalam pemutakhiran ini adalah informasi mengenai kegiatan yang
pendanaannya berasal dari APBD Provinsi, APBN dan sumber pendanaan lainnya.
2. Mendapatkan rincian rancangan awal RKA SKPD, khususnya yang berhubungan dengan
pembangunan (Forum SKPD dan Forum Gabungan SKPD).
3. Mendapatkan rincian rancangan awal Kerangka Regulasi menurut SKPD yang berhubungan
dengan pembangunan (Forum SKPD dan Forum Gabungan SKPD).
C. Masukan
Berbagai hal yang perlu disiapkan dalam pelaksanaan Musrenbang Kabupaten/Kota adalah:
1. Dari Kabupaten/Kota:
a. Rancangan RKPD yang disusun oleh Bappeda berdasarkan prioritas pembangunan daerah.
b. Rancangan Renja-SKPD hasil Forum SKPD yang memuat kerangka regulasi dan kerangka
anggaran yang kegiatannya sudah dipilah berdasarkan sumber pendanaan dari APBD
Kabupaten/Kota, APBD Provinsi, APBN maupun sumber pendanaan lainnya.
c. Prioritas dan plafon anggaran yang dikeluarkan oleh Bupati/Walikota yang terdiri atas: a)
plafon untuk setiap SKPD dan b) plafon untuk Alokasi Dana Desa.
d. Daftar nama delegasi Forum SKPD yang terpilih untuk mengikuti Musrenbang
Kabupaten/Kota.
e. Berbagai dokumen perencanaan dan regulasi yang terkait dengan pembangunan.
2. Dari Kecamatan:
a. Daftar kegiatan prioritas pembangunan yang berasal dari kecamatan.
b. Daftar nama delegasi kecamatan yang terpilih untuk mengikuti Forum SKPD dan
Musrenbang Kabupaten/Kota.
c. Daftar nama delegasi Forum SKPD yang terpilih untuk mengikuti Musrenbang
Kabupaten/Kota.
D. Mekanisme
Musrenbang Kabupaten/Kota dilaksanakan dengan agenda sebagai berikut:
1. Tahap Persiapan:
a. Kepala Bappeda menetapkan Tim Penyelenggara Musrenbang Kabupaten/Kota.
b. Tim Penyelenggara melakukan hal-hal sebagai berikut:
a) mengkompilasi kegiatan prioritas pembangunan dari Forum SKPD dan Musrenbang
Kecamatan.
b) menyusun jadual dan agenda Musrenbang.
2. Tahap Pelaksanaan:
a. Pemaparan Rancangan RKPD dan kegiatan prioritas pembangunan serta plafon anggaran yang
dikeluarkan oleh Bupati/Walikota oleh Kepala Bappeda.
b. Pemaparan hasil kompilasi kegiatan prioritas pembangunan dari Forum SKPD berikut
pendanaannya oleh Ketua Tim Penyelenggara.
c. Verifikasi hasil kompilasi oleh Kepala SKPD, delegasi kecamatan, dan delegasi Forum-SKPD.
d. Pemaparan Kepala SKPD Rancangan Renja-SKPD (terutama SKPD yang mengemban fungsi
pelayanan dasar dan yang menjadi prioritas pembangunan Kabupaten/Kota), yang meliputi:
a) Isu-isu strategis SKPD yang berasal dari Renstra Kabupaten/Kota dan Renstra-SKPD/Unit
Kerja.
b) Tujuan, indikator pencapaian dan kegiatan prioritas pembangunan yang akan dimuat dalam
Renja-SKPD.
c) Penyampaian perkiraan kemampuan pendanaan terutama dana yang berasal dari APBD
Kabupaten/Kota, APBD Provinsi, APBN dan sumber dana Iainnya.
e. Membahas kriteria untuk menentukan kegiatan prioritas pembangunan tahun berikutnya.
f. Membagi peserta ke dalam beberapa kelompok berdasarkan fungsi/SKPD.
g. Menetapkan kegiatan prioritas sesuai dengan besaran plafon anggaran APBD setempat serta
yang akan diusulkan untuk dibiayai dari sumber APBD Provinsi, APBN maupun sumber dana
lainnya.
h. Membahas pemutakhiran Rancangan RKPD Kabupaten /Kota.
i. Membahas kebijakan pendukung implementasi program/kegiatan tahun berikutnya.
Catatan:
Dalam hal kondisi dokumen penunjang tidak lengkap atau keterbatasan nara sumber, Musrenbang
Kabupaten/Kota tetap dilaksanakan dalam rangka menentukan jenis kegiatan prioritas daerah.
Semua kondisi ini dicatat oleh notulen dalam Berita Acara Musrenbang Kabupaten/Kota.
E. Keluaran
Keluaran dari pelaksanaan Musrenbang Kabupaten/Kota adalah kesepakatan tentang rumusan yang
menjadi masukan utama untuk memutakhirkan rancangan RKPD dan rancangan Renja-SKPD, yang
meliputi:
1. Penetapan arah kebijakan, prioritas pembangunan, dan plafon/pagu dana balik berdasarkan
fungsi/SKPD.
2. Daftar kegiatan prioritas yang sudah dipilah berdasarkan sumber pembiayaan dari APBD
Kabupaten/Kota; APBD Provinsi, APBN, dansumber pendanaan lainnya.
3. Daftar usulan kebijakan/regulasi pada tingkat pemerintah Kabupaten/Kota, Provinsi dan/atau
Pusat.
4. Rancangan pendanaan untuk Alokasi Dana Desa.
F. Peserta
Peserta Musrenbang Kabupaten/Kota adalah delegasi dari Musrenbang Kecamatan dan delegasi
dari Forum SKPD.
G. Narasumber
Sebaga
ai upaya ko
oordinasi dan
n harmonisasi berbagai program pe
enanggulanga
an kemiskina
an,
pemeriintah menge
elompokkan program program penanggulan
ngan kemiskkinan terseb
but
berdassarkan segmentasi masyara
akat miskin penerima prog
gram sebagai berikut (lihatt Gambar 1) :
Kurun Wak
ktu PNPM Mandiri
M 07 2015, untuk menccapai Tujuan pembangun
: 200 nan
Milenium/ MDGs
M melalui gerakan berb
basis pemberd
dayaan masyyarakat.
Bahan
n Serahan | Pellatihan Pengua
atan BKM tahun ke 4 47
lingkungan hidup dan Lembaga Dana Amanah Masyarakat
M (Community
C T
Trust Fund) attau
Lumbung Desa
D untuk mendukung
m pe
elaksanaan Re
encana Aksi Pemberdayaa
P n Masyarakatt.
(PERCEPA
ATAN PENANGGULA
ANGAN KEMISKINAN
N oleh DEPUTI MENK
KO KESRA BIDANGK
KOORDINASI PENAN
NGGULANGAN KEMIS
SKINAN)
GAMB
BAR 2. ANAL
LOGIKA TIGA
A KLASTER PROGRAM
P
KLASTER 3 PROGRAM
M:
PEMBERDAYAAN USAAHA
MIKRO DAN KECIL
KLASTER 2 PROGRAM
M:
PEMBERDAYAAN
MASYARAKAT
KLASTERR 1 PROGRAM :
BANTUAAN DAN
PERLIND
DUNGAN SOSIAL
TER PERTAM
KLAST MA adalah ke
elompok program progra
am bantuan dan
d perlindungan sosial ya
ang
ditujukkan terutama bagi masyara
akat termiskin
n di antara ya
ang miskin. Termasuk di dalamnya adalah
berbag
gai program pelayanan dasar
d seperti penyaluran beras bersubsidi (Raskin
n) dan jamin
nan
keseha
atan (Jamkesm
mas); pemberdayaan sosia
al keluarga, fa
akir miskin, komunitas
k ada
at terpencil, dan
d
penyan
ndang masala
ah kesejahterraan sosial la
ainnya; bantuan sosial unttuk masyarakkat rentan serta
korban
n bencana ala
am dan sosial; bantuan tunai bagi ruma
ah tangga sangat miskin yang
y memenu
uhi
Penajaman fokus dan sinkonisasi klaster program bantuan dan perlindungan sosial kelompok
Rumah Tangga Sasaran (RTS) dan kelompok rentan lainnya (kaum perempuan miskin, lansia,
korban bencana alam/konflik sosial, penyandang cacat, komunitas adat terpencil, dan lain
sebagainya).
KLASTER KEDUA adalah kelompok program program yang bertujuan untuk memberdayakan
masyarakat melalui Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat (PNPM) Mandiri. Mereka yang
tidak termasuk atau sudah lepas dari Klaster 1 didorong dan difasilitasi untuk dapat
mengoptimalkan potensi yang mereka miliki.
Upaya untuk menanggulangi kemiskinan sebenarnya telah dilakukan sejak Bangsa Indonesia mulai
melakukan upaya pembangunan. Hal ini dapat dilihat dengan banyaknya program program atau
proyek berbasis pemberdayaan masyarakat yang dilaksanakan oleh berbagai Kementerian /
Lembaga misalnya Inpres Desa Tertinggal (IDT), Program Konpensasi Pengurangan Subsidi Bahan
Bakar Minyak (PKPS-BBM), Program Pengembangan Kecamatan (PPK), Program Penanggulangan
Kemiskinan di Perkotaan (P2KP), Proyek Peningkatan Pendapatan Petani dan Nelayan Kecil (P4K),
Pemberdayaan Ekonomi Masyarakat Pesisir (PEMP), dan lain sebagainya.
Masing masing program tersebut telah memberikan andil dalam menahan laju kenaikan jumlah
penduduk miskin. Akan tetapi, dari kajian mengenai program program penanggulangan
kemiskinan yang berbasis pemberdayaan masyarakat di berbagai sector, pola yang dilakukan
selama ini masih parsial, tidak ada koordinasi dan sinkronisasi antar program program
penanggulangan kemiskinan, sehingga dirasa kurang efektif untuk menanggulangi kemiskinan.
Dengan pola seperti itu, terdapat daerah daerah yang mendapat program lebih dari 2 (dua) jenis,
sementara banyak daerah lain yang sama sekali tidak memperoleh program.
PNPM Mandiri merupakan harmonisasi dan sinkronisasi kebijakan dari program program
pemberdayaan masyarakat dalam hal pemilihan sasaran, prinsip dasar, strategi, pendekatan,
mekanisme dan prosedur yang diperlukan untuk mempercepat penanggulangan kemiskinan dan
Sebagai tahap awal pada tahun 2007 yang lalu, konsolidasi program program penanggulangan
kemiskinan yang berbasis pemberdayaan masyarakat hanya dilaksanakan oleh 2 (dua) program,
yaitu : Program Pengembangan Kecamatan (PPK) dan Program Penanggulangan Kemiskinan di
Perkotaan (P2KP). Secara bertahap berbagai program program pemberdayaan masyarakat untuk
penanggulangan kemiskinan yang tersebar di kementerian / lembaga dikonsolidasikan untuk
bergabung dalam wadah Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat Mandiri (PNPM Mandiri).
Dalam pelaksanaan PNPM Mandiri, keterlibatan masyarakat pertama tama adalah membentuk
kelompok kelompok yang dibimbing oleh fasilitator atau pendamping. Kemudian masyarakat
sendiri yang mengidentifikasi serta memutuskan kegiatan kegiatan yang diperlukan untuk
dilaksanakan. Apabila pendanaan dari anggaran pemerintah dirasakan kurang dari yang
diharapkan, masyarakat dengan prakarsanya menambah dana dan sumbangan lainnya sehingga
apa yang diharapkan masyarakat dapat terwujud.
PNPM Mandiri pada dasarnya mendorong masyarakat untuk merencanakan, melaksanakan, dan
mengawasi kegiatan kegiatan yang dibutuhkan oleh masyarakat untuk mengangkat derajat
kesejahteraan dan usaha produktifnya. Inilah inti proses pemberdayaan masyarakat yang
diterapkan dalam PNPM Mandiri yang menekankan pada bottom-up, membangun dari, oleh, dan
untuk masyarakat sesuai dengan motto PNPM Mandiri : Bangkit Bersama Untuk Mandiri !!!
KLASTER KETIGA ditujukan bagi kelompok / individu masyarakat miskin yang sudah/tidak masuk
ke dalam kategori penerima klaster pertama dan kedua karena dinilai memiliki mata penceharian
atau usaha yang cukup untuk dapat membiayai kebutuhan dasarnya, namun tetap perlu
ditingkatkan. Program program yang termasuk dalam klaster ini adalah program program
bantuan bagi pemberdayaan dan pengembangan usaha mikro dan kecil, baik berupa bantuan
modal ataupun peningkatan kapasitas, dan Kredit Usaha Rakyat (KUR).
Penerima manfaat klaster ketiga ini adalah kelompok masyarakat yang telah dilatih dan
ditingkatkan keberdayaan serta kemandiriannya pada klaster program sebelumnya, sehingga
mampu untuk memanfaatkan skema pendanaan yang berasal dari lembaga keuangan formal
seperti Bank, Koperasi, BPR, dan sebagainya. KUR adalah skema kredit/pembiayaan yang khusus
diperuntukan bagi usaha mikro, kecil, dan menengah, dan koperasi yang usahanya layak namun
mempunyai keterbatasan dalam pemenuhan persyaratan yang ditetapkan Perbankan.
Gagasan gagasan perubahan sosial sesuai dengan tujuan pembangunan yaitu untuk menjadikan
masyarakat lebih maju, lebih mandiri dalam memecahkan persoalan kemiskinan yang pada
kahirnya akan mencapai kepada cita cita kesejahteraan dalam berbagai bidang (kesehatan,
pendidikan, ekonomi dan sebagainya).
Dalam melakukan proses perubahan, BKM/LKM dan masyarakat tidak dapat bekerja sendiri karena
permasalahan kemiskinan yang dihadapi begitu kompleks. Diperlukan sumberdaya baik itu sumber
daya manusia, sumber dana dari pihak lain dalam menjalankan programnya. Oleh karena itu
BKM/LKM harus bertindak sebagai penghubung antara masyarakat dengan pemerintah dan sektor
swasta dengan cara menggalang kerjasama dengan berbagai pihak, baik itu pihak pemerintah
maupun sektor swasta ( perguruan tinggi, pengusaha, LSM dan kelompok peduli lainnya). Artinya
BKM/LKM harus mampu mendorong kepedulian berbagai pihak untuk mendukung gagasan
gagasan perubahan sosial dalam penanggulangan kemiskinan.
Pemasaran adalah sebuah rangkaian kegiatan yang dimanfaatkan untuk memperoleh perhatian dari
pembeli potensial, memotivasi calon pembeli agar membeli, mendapatkan mereka untuk sungguh
sungguh membeli, dan berusaha untuk mengajak mereka untuk membeli dan membeli lagi.
Menurut Hermawan Kertajaya, pada prinsipnya marketing adalah sesuatu yang sangat sederhana,
yaitu seni menjual diri atau organisasi.
Di dunia bisnis, marketing diartikan sebagai kegiatan bisnis fenomena perdagangan, produk
yang dijual bisa berupa barang atau jasa yang berhubungan dengan kegiatan ekonomi dan bersifat
profit. Sedangkan pemasaran sosial, adalah strategi menjual gagasan untuk mengubah
pemikiran, sikap, perilaku masyarakat atau kelompok kelompok tertentu, terhadap isu atau
gagasan yang ditawarkan.
Pemasaran sosial yang berkembang selama ini dilakukan oleh berbagai lembaga untuk memasarkan
gagasan gagasan yang berhubungan dengan perubahan sosial kepada masyarakat dan juga
berbagai pihak lain yang bertujuan agar masyarakat mau berubah sikap dan perilakunya dalam
pembangunan. Dalam hubungannya dengan BKM, gagasan sosial gagasan sosial ini justru sudah
dilakukan oleh masyarakat, yang perlu dilakukan adalah memasarkan perubahan perubahan
pengetahuan, sikap dan perilaku yang sudah dilakukan oleh masyarakat dalam penanggulangan
kemiskinan kepada pihak luar. Diharapkan dengan melalui promosi dan mengkampanyekan apa
yang sudah dilaksanakan oleh BKM/LKM dan masyarakat kepada pihak luar , baik berupa PJM
Pronangkis maupun proses proses yang dilakukan , pihak luar akan peduli dan mendukung
BKM/LKM untuk mengimplementasikan gagasan gagasan yang sudah disusun oleh masyarakat.
Berdasarkan pengalaman, penerapan strategi pemasaran dalam dunia sosial terbukti dapat
memberdayakan organisasi dalam memperoleh dukungan sumberdaya manusia (berupa bantuan
teknis) maupun sumber dana potensial yang berasal dari para pihak (masyarakat, pemerintah
maupun sektor swasta).
Lebih jauh lagi , pemasaran sosial berhubungan erat dengan kemitraan dan kebijakan. Upaya
mendorong perubahan perilaku pada kalangan pengambil keputusan , baik itu lembaga pemerintah
ataupun swasta, pada akhirnya diharapkan mampu mendorong tersusunnya sebuah kebijakan.
Ketika pemerintah membeli gagasan sosial yang ditawarkan oleh BKM/LKM, misal melibatkan
masyarakat dalam pengembangan program, diharapkan pemerintah bisa mengadopsi dan
membuat kebijakan perencanaan partisipatif untuk program program pembangunan.
Kajian Awal
Ada dua isu yang harus dikaji pada tahap awal untuk mengembangkan strategi pemasaran yaitu :
1) analisa para pihak (stakeholder) dan 2) analisa potensi BKM/LKM
Dalam mengembangkan strategi pemasaran sosial, terlebih dahulu harus dilakukan analisa situasi.
Analisa situasi, merupakan kegiatan untuk memetakan pihak pihak mana saja yang mau didorong
kepeduliannya agar mau diajak kerjasama dalam penanggulangan kemiskinan, baik berupa
dorongan kebijakan yang lebih pro poor, memberikan bantuan teknis maupun memberikan
bantuan sumber dana.
Lembaga bisnis, pada saat ini banyak lembaga lembaga bisnis yang membawa nilai
nilai sosial untuk mengangkat image lembaganya dimata publik. Di dunia bisnis kini
perusahaan dinilai besar oleh publik apabila melakukan kebaikan demi kemanusiaan. Kini
perusahaan perusahaan besar berlomba melaksanakan Corporate Social Responsibility
(CSR), yaitu semacam program kegiatan yang sifatnya sukarela dan bukan bertujuan
komersil dengan menyisihkan sejumlah dana untuk kemanusiaan dan kemasyarakatan. Hal
ini tentu saja berkaitan erat dengan pemasaran organisasi mereka. Beberapa bentuk
promosi yang biasanya dilakukan untuk membangun image adalah : 1) upaya
menyediakan dana dalam bentuk kontribusi atau sumber lainnya untuk meningkatkan
kesdaran atau kepedulian terhadap masalah sosial 2) komitmen untuk menyumbangkan
atau mendonasi sejumlah uang dari penjualan produk produk tertentu. 3) upaya untuk
mendukung implementasi dan atau mengubah perilaku masyarakat . 4) membuat
kontribusi langsung dalam menyumbangkan sejumlah dana kemanusiaan. 5) upaya
Lembaga sosial ; seperti LSM , lembaga lembaga ini pada umumnya lebih menekankan
kepada menjual gagasan gagasan untuk perubahan dalam proses pembangunan. Artinya
visi lembaga lembaga ini kemungkinan besar sejalan dengan visi BKM/LKM dan
masyarakat dalam upaya memfasilitasi perubahan. Dalam mempromosikan dan
menjalankan gagasannya , mereka tidak bergerak sendirian. Pada umumnya lembaga
seperti ini mengedepankan kerjasama dengan pihak pihak lain, termasuk dengan
lembaga lembaga komunitas. Lembaga lembaga ini bekerja berdasarkan isu isu
khusus, misalnya : memberikan bantuan teknis untuk meningkatkan kapasitas masyarakat
dalam menyusun perencanaan, fasilitasi penyadaran masyarakat untuk isu isu tertentu
(lingkungan hidup, kesehatan, hukum dan sebagainya), meningkatkan kapasitas
masyarakat untuk usaha kecil dan bantuan teknis lainnya. Jarang sekali LSM lokal yang
memberikan bantuan berupa dana , jadi BKM/LKM bisa bekerjasama dengan lembaga
lembaga seperti ini untuk bantuan teknis dalam pengembangan program atau pelatihan
(coaching) untuk peningkatan keterampilan.
Perguruan Tinggi, sama dengan lembaga bisnis perguruan tinggi juga mempunyai
tanggungjawab sosial yang biasanya diwujudkan dalam bentuk bentuk penelitian dan
program program untuk pemberdayaan masyarakat. Pada umumnya, perguruan tinggi
mempunyai bagian khusus yang menangani kegiatan seperti ini yang umum dikenal
sebagai LPM (Lembaga Pengabdian Masyarakat). Sebagai gudang pendidik, mestinya
perguruan tinggi mempunyai sumberdaya manusia yang cukup untuk diajak peduli dan
kerjasama oleh BKM/LKM dalam penanggulangan kemiskinan. Bentuk kerjasama dan
kepedulian bisa berupa bimbingan teknis untuk pembuatan proposal kegiatan kepada pihak
lain, pebningkatan keterampilan pembukuan bagi UPK, pengembangan program dan
peningkatan pengetahuan dan keterampilan lain sesuai dengan bidang pendidikan yang
ada di dalam perguruan tinggi tersebut.
Lembaga Pemerintah; lembaga ini seharusnya tanpa dimintapun harus memfasilitasi dan
bekerjasama dengan masyarakat dalam pembangunan, karena memfasilitasi dan
mewujudkan kesejahteraan masyarakat memang kewajibannya. Akan tetapi pada
kenyataannya baik masyarakat maupun pemerintah bekerja sendiri sendiri karena
kurangnya kepercayaan antara satu pihak kepada pihak lainnya. Lembaga pemerintah
terdiri dari sektor sektor yang mempunyai bidang garapan yang sudah ditetapkan. Di
tingkat kota/kabupaten misalnya ada Dinas Pendidikan, Dinas Kesehatan, Dinas Pertanian,
Dinas Kehutanan dan sebagainya. Pada masing masing sektor, setiap dinas mempunyai
dana untuk mengembangkan program. Perlu dipetakan program program yang ada pada
masing masing sektor yang berhubungan dengan
penanggulangan kemiskinan dan sejalan dengan PJM Pronangkis yang sudah disusun oleh
masyarakat.
Proses analisa situasi untuk mengidentifikasi berbagai pihak tersebut bisa dilakukan secara formal
maupun informal, langsung maupun tidak langsung. BKM/LKM bisa melakukan penelitian sederhana
dengan bantuan berbagai pihak yang mengenal lembaga atau kelompok sasaran. BKM/LKM bisa
mencari dan memetakan lembaga lembaga atau individu tersebut dengan cara mencari informasi
melalui berbagai sumber seperti mengakses informasi melalui internet, surat kabar, majalah,
Setelah memetakan para pihak yang mau diajak bekerja sama, maka BKM/LKM juga harus
memetakan potensi yang ada yang bisa ditawarkan kepada pihak lain supaya mereka tertarik untuk
bekerjasama dengan BKM/LKM dan masyarakat dalam penanggulangan kemiskinan.
Kualitas PJM Pronangkis yang sudah disusun, 1) apakah sudah memuat visi yang jelas
dalam penanggulangan kemiskinan?. 2) program program apa saja yang ada dalam
PJM? (kesehatan, pendidikan, sanitasi dan sebagainya). 3) Apakah sudah ada target
target capaian yang jelas untuk setiap program.Bagaimana target di bidang pendidikan,
apa target di bidang kesehatan dan sebagainya). 4) berapa dana yang dipunyai oleh BKM
/LKM untuk program program tersebut
BKM/LKM sebagai lembaga yang layak dipercaya untuk bekerjasama dengan pihak luar.
Potensi potensi ini bisa dilihat dari : 1) pengalaman mengelola program sebelumnya 2)
pengalaman bermitra dengan pihak lain sebelumnya 3) keberhasilan dalam melayani
masyarakat miskin dalam berbagai bidang seperti sanitasi dan kesehatan, air bersih dan
lainnya . Apakah program yang dikembangkan tepat sasaran (benar benar untuk warga
miskin)?. 4) bertanggungjawab terhadap kegiatan yang dilakukan baik dari sisi keuangan
maupun pelaksanaan kegiatan. Wujud dari lembaga yang bertanggung jawab ini adalah
adanya pengelolaan keuangan yang dibukukan dan transparan, melibatkan masyarakat
dalam setiap tahapan kegiatan dan pengambilan keputusan, mengumumkan setiap
kegiatan kepada warga masyarakat .
Pranata kelembagaan, penting bagi pihak luar untuk mengetahui adanya pranata
kelembagaan yang bisa menjamin apakah kerjasama yang akan dilakukan akan tepat
sasaran, dapat dipertanggungjawabkan, bermanfaat bagi warga miskin. Oleh karena itu
aturan dan nilai nilai yang sudah dikembangkan dalam BKM/LKM dan disepakati warga
masyarakat merupakan kekuatan untuk bermitra dengan
Penyusunan Strategi
Kebutuhan spesifik yang diharapkan dari pihak luar. Untuk menentukan jenis dukungan
atau kerjasama yang diperlukan dari pihak luar, tentu BKM/LKM harus memetakan terlebih
dahulu kapasitas apa yang masih kurang dari BKM, UP UP dan relawan dalam
memfasilitasi proses dan meningkatkan kapasitas masyarakat; sumberdaya apa yang
dibutuhkan agar PJM Pronangkis bisa diwujudkan (baik sumberdana, pelatihan maupun
dukungan lainnya).
Penentuan sasaran baik itu lembaga, kelompok maupun individu yang bisa mendukung
kebutuhan kebutuhan yang sudah diidentifikasi. BKM/LKM harus bisa menentukan pihak
mana yang mempunyai karakteristik dan bidang garapan yang sesuai kebutuhan.
Contohnya apabila mau kerjasama untuk menyadarkan masyarakat dalam bidang
kesehatan, BKM/LKM bisa menjadikan dinas kesehatan atau LSM yang bergerak dalam
bidang kesehatan untuk diajak kerjasama.
Menentukan tujuan yang diharapkan. Apa tujuan sosial marketing yang akan dilakukan,
apakah hanya untuk mendapatkan dukungan kebijakan dari pihak pihak tertentu untuk
mendukung gagasan yang ditawarkan? Misal dukungan dari DPRD agar mengeluarkan
kebijakan RAPBD untuk penanggulangan kemiskinan berbasis masyarakat. Tujuan lain
apakah BKM/LKM mengharapkan pihak lain bisa memberikan dukungan dengan cara
membantu mempromosikan PJM Pronangkis kepada pihak luar? Apakah tujuannya adalah
untuk mendapatkan dukungan dana atau dukungan bantuan teknis? Dan sebagainya.
Menentukan metode/cara yang akan dipakai untuk dalam memasarkan gagasan dan PJM
Pronangkis yang telah dilakukan oleh BKM/LKM bersama warga masyarakat. Metode atau
cara cara yang bisa dilakukan adalah :
a) Lobby secara informal kepada pihak pihak yang berhubungan dengan lembaga mitra.
BKM/LKM bisa menggunakan pihak pihak lain yang lebih dekat dengan lembaga mitra
untuk melakukan pendekatan awal, sebelum BKM/LKM sendiri melakukan pendekatan
langsung. Biasanya pendekatan informal akan lebih tepat bagi pihak pihak tertentu.
b) Dengar pendapat dengan para pengambil keputusan seperti DPRD dan walikota/bupati
, camat dan sebagainya.
c) Mengundang berbagai pihak untuk mengetahui kegiatan BKM/LKM dan warga
masyarakat dalam menanggulangi kemiskinan. Dalam pertemuan ini bisa dilakukan
presentasi oleh BKM /LKM mengenai PJM Pronangkis yang telah disusun dan
pengalaman menjalankan program sebelumnya, apabila ada.
d) Bazaar amal dan pasar informasi berupa pameran kegiatan kegiatan yang sudah
dilakukan mulai dari refleksi kemiskinan sampai penyusunan PJM Pronangkis dan juga
kegiatan kegiatan KSM (apabila sudah dilakukan).
a) Media cetakan seperti booklet atau leaflet mengenai profil BKM , produk produk dan
kegiatan KSM.
b) Tulisan tulisan dan foto foto kegiatan
Memetakan kemampuan BKM/LKM untuk melakukan pemasaran sosial. Apa saja kekuatan
dan kelemahan yang dipunyai oleh BKM/LKM untuk menjalankan pemasaran sosial seperti
di atas. BKM/LKM harus mampu menggunakan kekuatan (potensi) yang ada dan
memperbaiki kelemahan kelemahan yang harusnya menjadi modal untuk
mempromosikan kegiatan agar pihak lain mau mndukung dan bekerjasama untuk
menanggulangi kemiskinan.
Puluhan BKM berhasil melakukan kemitraan (channeling) dengan BFI. Bentuk kemitraan tersebut
diantaranya, rehabilitasi rumah sehat dan pembangunan MCK yang dilakukan di sejumlah wilayah.
Setidaknya, 17 BKM yang tersebar di Provinsi Banten, Jawa Barat, Jawa Tengah, Kalimantan
Selatan, Sulawesi Utara, Sulawesi Tengah, Sulawesi Tenggara dan Nusa Tenggara Barat, menerima
bantuan dana dari BFI.
Ketujuhbelas program kemitraan tersebut terbagi lagi menjadi 25 sub-proyek. Dimana 23 sub-
proyek di antaranya berkaitan dengan rehabilitasi rumah sehat bagi kepala keluarga miskin dan dua
sub-proyek untuk pembangunan MCK serta sarana air bersih.
Pada kegiatan kemitraan sebelumnya, BFI juga memberikan pelatihan intensif di bidang analisis
kredit, pembukuan dan administrasi sederhana. Pelatihan diberikan kepada anggota Unit Pengelola
Keuangan (UPK) dari tiga BKM Kota/Kabupaten Bogor yang memiliki kinerja terbaik dalam hal
penyaluran kredit mikro.
Francis menambahkan, dengan adanya replikasi dari pihak swasta lainnya untuk ikut terjun dalam
program ini, maka akan mempercepat proses pembangunan kembali daerah dengan kondisi
ekonomi memprihatinkan. Pemerintah juga akan merasa terbantu dengan adanya program
kemitraan semacam ini. Dari sisi masyarakat, mereka menjadi lebih cepat tertangani dan tidak
hanya bergantung pada kucuran dana pemerintah saja, imbuh Francis. (Tri Maulana, Tenaga Ahli
Chanelling KMP P2KP-2, PNPM Mandiri Perkotaan; Firstavina)
Melihat permasalahan ini, BKM Amanah dan segenap UP-UP, termasuk Tim Fasilitator mengadakan
pertemuan dengan warga guna membentuk KSM sosial, yaitu KSM Purnama. Dari hasil rembug
bersama warga muncul bermacam-macam usulan, mulai dari bantuan alat sekolah seperti buku,
seragam, beasiswa hingga bantuan sepeda.
Akhirnya, pada 5 Februari 2010, masyarakat sepakat memberi bantuan sepeda sebagai salah satu
sarana meningkatkan pendidikan anak-anak sekolah miskin ini. Alasannya, sepeda diyakini akan
berpengaruh efektif dan sangat bermanfaat terhadap kelangsungan anak-anak bersekolah. Namun
ternyata, dana yang tersedia (sebesar Rp10,2juta ) hanya cukup untuk membeli sekitar 10 unit
sepeda saja. Padahal, anak-anak miskin yang akan dibantu lebih dari 100 orang.
Menghadapi permasalahan itu BKM yang dikordinatori oleh Saimin itu melakukan channeling
dengan Pemerintah Kota (Pemkot) Banjarmasin. Saimin dan anggota BKM Amanah langsung
ditemui oleh Walikota Banjarmasin Yudi Wahyuni. Mereka menyampaikan permasalahan yang
sedang mereka hadapi tersebut kepada walikota.
Mendengar itu Yudi Wahyuni mengaku tertarik dengan program BKM Amanah dan langsung
memberikan bantuan 100 unit sepeda yang diberikan kepada BKM dengan bertahap (dua tahap).
Tahap I akan diserahkan 50 unit secara simbolis di Aula Kelurahan Kelayan Selatan, berbarengan
dengan penyerahan 10 unit bantuan sepeda dari PNPM Mandiri Perkotaan. Tahap II, menyerahkan
50 unit sepeda dan dilaksanakan pada 25 Maret 2010.
BKM Amanah Kelurahan Kelayan Selatan adalah salah satu BKM mandiri di Kecamatan Banjarmasin
Selatan. BKM Amanah juga meraih program PAKET tahun 2010, dan termasuk dalam P2KP
Advanced, PNPM Kelautan dan Perikanan (KP).
Selain itu BKM Amanah juga sering melakukan kegiatan rembug dengan berbagai Forum BKM dan
tim konsultan, antara lain silaturahmi BKM Amanah yang dihadiri oleh Tim Gabungan PNPM Mandiri
P2KP Advance, dan dihadiri oleh TA Capacity Building, Korkot Banjarmasin - Batola, Askot-Askot
dan Tim Fasilitator Banjarmasin Selatan. (Tim CB OC-6 Kalsel PNPM Mandiri Perkotaan; Firstavina)
Apa kelebihan
yang dipunyai
oleh BKM/LKM,
UP, relawan,
KSM, warga
untuk
melaksanakan
PJM Pronangkis
Apa manfaat
yang akan
diperoleh oleh
lembaga/komuni
tas lain dari
kerjasama yang
diharapkan
Bahan Serahan | Pelatihan Penguatan BKM tahun ke 4 69
Mengapa Melakukan Lobby dan Negosiasi?*
Setiap orang sejatinya adalah seorang negosiator. Tanpa disadari, setiap orang sesungguhnya
kerap melakukan lobby & negosiasi dalam keseharian hidup sebagai upaya mewujudkan
keinginannya. Bahkan selagi masih kecil, seorang anak kerap menggunakan cara tertentu untuk
meminta dibelikan uang jajan atau mainan oleh orangtuanya, entah dengan merayu, merajuk,
sampai menangis. Lobby & negosiasi juga terjadi antara istri dan suami, pedagang dan pembeli,
pejabat dan stafnya, antar politisi, antar pengusaha, dan seterusnya. Singkatnya, lobby & negosiasi
hampir selalu muncul dalam setiap aspek kehidupan manusia, baik itu individual maupun kelompok.
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), negosiasi diartikan sebagai proses tawar-menawar
dengan jalan berunding untuk memberi atau menerima guna mencapai kesepakatan bersama
antara satu pihak (kelompok atau organisasi) dengan pihak lain. Sedangkan berdasarkan New
Oxford American Dictionary (2nd Edition), lobby diartikan sebagai upaya untuk memengaruhi
seseorang (pejabat politik atau publik) atas suatu isu. Dengan definisi ini, baik lobby maupun
negosiasi pada prinsipnya memiliki makna yang sama, yaitu membuka ruang
pertukaran sumber daya untuk memenuhi kebutuhan. Perbedaan atas keduanya lebih
pada bentuknya saja. Bentuk formal biasa disebut negosiasi, sedangkan bentuk
informal dinyatakan sebagai lobby. Proses lobby tidak terikat waktu dan tempat, dan
bisa dilakukan terus menerus dalam waktu panjang. Namun proses lobby juga memerlukan
kemampuan komunikasi interpersonal yang lebih tinggi dibandingkan dengan negosiasi.
Kemampuan interpersonal ini dipakai untuk mengolah proses pertukaran kepentingan dalam situasi
yang nyaman dan bersahabat.
Tuntutan untuk melakukan lobby dan negosiasi memang biasanya muncul ketika seseorang atau
suatu kelompok tidak memiliki sumber daya yang cukup untuk memenuhi kebutuhan atau
kepentingannya, sehingga dibutuhkan tambahan atau bantuan dari pihak lain. Implisit di dalamnya,
seseorang atau kelompok itu juga harus siap memberikan atau merelakan sesuatu yang bernilai
yang dapat kita tukar dengan sesuatu yang dibutuhkannya itu.
Berdasarkan uraian singkat di atas, negosiasi memiliki sejumlah karakteristik utama, yaitu:
1. Senantiasa melibatkan orang baik sebagai individual, perwakilan organisasi atau
perusahaan, sendiri atau dalam kelompok;
2. Menggunakan cara-cara pertukaran sesuatu baik berupa tawar menawar (bargain)
maupun tukar menukar (barter);
3. Negosiasi biasanya menyangkut hal-hal di masa depan atau sesuatu yang belum terjadi
dan kita inginkan terjadi;
4. Ujung dari negosiasi adalah adanya kesepakatan yang diambil oleh kedua belah pihak,
meskipun kesepakatan itu misalnya kedua belah pihak sepakat untuk tidak sepakat.
5. Hampir selalu berbentuk tatap-muka yang menggunakan bahasa lisan, gerak tubuh
maupun ekspresi wajah;
Bahan Serahan | Pelatihan Penguatan BKM tahun ke 4 71
4 2
Menang Kalah
3 1
Kalah
*Bahan tulisan ini dikutip, dengan penambahan sesuai kebutuhan, dari sumber:
1. Baharuddin Suryadi, Negosiasi Yang Berhasil
(http://www.sinarharapan.co.id/ekonomi/mandiri/2003/0513/man01.html)
2. __, Negosiasi (http://www.edo.web.id/wp/2007/08/14/negosiasi/)
Tipe-tipe Negosiator*
Berbicara mengenai negosiasi, ada beberapa pendekatan yang dapat dilakukan, yaitu soft
bargaining, hard bargaining dan principled negotiation.
Soft bargaining
Soft bargaining melibatkan bentuk negosiasi yang menitikberatkan pada posisi (menang/kalah),
dibandingkan kepentingan dari diadakannya negosiasi itu sendiri. Akan tetapi, untuk menghindari
masalah-masalah yang kerap muncul dalam perundingan yang melibatkan posisi, para negosiator
akan melakukan pendekatan soft seperti memperlakukan lawan bicaranya sebagai teman,
mencari kesepakatan dengan harga apapun, dan menawarkan sebuah hasil perundingan atas dasar
penciptaan hubungan yang baik dengan lawan bicara. Para pelaku negosiasi yang melakukan
pendekatan dengan cara seperti berikut akan mempercayai lawan bicaranya, dan akan bersikap
terbuka dan jujur mengenai prinsip-prinsip dasar atau alasan mendasar yang mereka miliki
mengenai perundingan tersebut kepada lawan bicara mereka. Hal ini akan membuat mereka
menjadi rentan bagi para hard bargainers yang akan bertindak secara kompetitif dengan
menawarkan hanya beberapa pilihan saja yang benar-benar sesuai dengan alasan mendasar
mereka, bahkan melakukan ancaman. Di dalam sebuah perundingan yang melibatkan perunding
keras dan lembut, maka akan kita temui bahwa perunding keras hampir selalu tampil dengan
kesepatakan yang lebih baik secara mendasar.
Hard bargaining
Sebagaimana yang sudah diutarakan pada bagian soft bargaining, hard bargaining juga
menitikberatkan pada posisi dibanding kepentingan dari perundingan yang terjadi. Negosiator
dengan pendekatan semacam ini sangatlah bersifat kompetitif, dengan melihat kemenangan
sebagai satu-satunya tujuan akhir. Bagi beberapa orang pakar, perunding-perunding keras ini
memadang lawan bicara mereka sebagai saingan. Mereka tidak mempercayai lawan bicara mereka
dan berusaha untuk bermain secerdik mungkin untuk mencoba mendapatkan keuntungan maksimal
dalam negosiasi. Sebagai contohnya, mereka akan tetap berpegang teguh dengan posisi awal
mereka, atau tawaran pertama mereka, menolak untuk melakukan perubahan. Mereka mencoba
untuk mengecoh lawan bicara mereka khususnya terhadap alasan mereka (soft bargainers) datang
Principled Negosiation
Principled negotiation adalah nama yang diberikan untuk pendekatan yang berbasiskan pada
kepentingan yang tertulis di dalam sebuah buku, Getting to Yes, yang pertama kali diluncurkan
pada tahun 1981 oleh Roger Fisher dan William Ury. Di dalam buku tersebut tertulis empat dasar di
dalam negosiasi: 1) pisahkan antara pelaku dengan masalah; 2) fokus pada kepentingan, bukan
posisi; 3) ciptakan pilihan untuk hasil yang mutual; 4) tekankan pada kriteria yang bersifat objektif.
Memisahkan pelaku dari masalah berarti meniadakan hal-hal yang berhubungan dengan masalah
personal dari isu inti, dan bila memang ingin dibicarakan, sebaiknya dibicarakan secara independen.
Masalah personal/orang umumnya akan melibatkan masalah yang berkaitan dengan persepsi,
emosi dan komunikasi. Persepsi adalah sesuatu yang penting karena hal tersebut membantu dalam
pendefinisian masalah serta solusinya. Dan bilamana terdapat kenyataan yang sifatnya objektif dan
kenyataan tersebut diinterpretasikan secara berbeda oleh orang-orang yang berbeda dalam situasi
yang berbeda pula, pada akhirnya kata sepakat akan sulit tercapai.
Masalah personal juga terkait dengan kesulitan-kesulitan emosi contohnya: ketakutan,
kemarahan, ketidakpercayaan dan keresahan. Bilamana emosi-emosi ini dilibatkan di dalam
perundingan, maka kata sepakat akan semakin sulit tercapai. Masalah di dalam komunikasi juga
dapat dikategorikan sebagai masalah personal. Ada tiga macam masalah komunikasi yang mungkin
terdapat di dalam sebuah perundingan. Yang pertama, para pelaku perundingan mungkin tidak
berbicara satu dengan yang lainnya. Di mana komentar-komentar mereka secara formal ditujukan
kepada lawan bicara mereka, akan tetapi sebenarnya mereka sedang membicarakan pihak lain di
luar pelaku perundingan yang hadir pada saat itu.
Masalah yang kedua timbul ketika di antara kelompok tidak saling mendengar. Seharusnya mereka
mendengarkan secara menyeluruh terhadap apa yang dibicarakan, malahan mereka merencanakan
respons masing-masing. Yang terakhir, para anggota kelompok masing-masing saling berbicara
satu dengan lainnya, di mana kesalahpahaman dan salah interpretasi mungkin saja terjadi.
Negosiasi terhadap kepentingan berarti negosiasi mengenai hal-hal yang benar-benar dibutuhkan
dan diinginkan oleh orang-orang, bukan apa yang mereka katakan mereka ingin-kan atau
butuhkan. Sering kali, kedua hal tersebut tidaklah sama. Orang-orang cenderung untuk mengambil
sikap yang ekstrim yang dibuat untuk melakukan tindakan balasan untuk lawan bicara mereka. Jika
mereka ditanya mengapa mereka mengambil sikap demikian, maka alasan utama mereka adalah
bahwa sesungguhnya keinginan mereka yang sebenar-benarnya adalah kompatibel, bukan mutually
exclusive.
Dengan berfokus pada kepentingan, para pelaku perundingan akan dapat dengan mudah
memenuhi prinsip dasar yang ketiga yaitu, menciptakan pilihan yang bersifat mutual. Hal ini berarti
bahwa para negosiator seharusnya berusaha untuk mendapatkan solusi-solusi baru untuk masalah
yang dibicarakan dan membuat kedua pihak untuk menang, bukan berusaha menang, dan lainnya
harus kalah.
Prinsip yang keempat adalah untuk menekankan pada kriteria yang objektif. Meskipun tidak
tersedia secara gamblang, tapi hal tersebut dapat dicari. Hal ini akan sangat memudahkan proses
Bahan Serahan | Pelatihan Penguatan BKM tahun ke 4 73
negosiasi. Jika sebuah serikat dan manajemen berusaha/berjuang atas sebuah kontrak, mereka
dapat melihat apa yang disetujui atau dilakukan oleh perusahaan serupa di luar sana sebagai
kriteria objektif mereka. Jika orang melakukan negosiasi atas harga sebuah rumah ataupun mobil,
mereka akan mencari berapa harga yang ditawarkan untuk benda yang serupa. Hal ini akan
memberikan kedua belah pihak tuntunan terhadap keadilan.
Terakhir kali, para pelaku negosiasi harus sudah mengetahui alternatif-alternatif apa saja yang
mungkin ada. Jika Anda tidak mengetahui alternatif-alternatif Anda, Anda mungkin akan menerima
kesepakatan yang jauh lebih buruk dibandingkan dengan apa yang mungkin Anda miliki, atau
menolak sesuatu yang lebih baik dari apa yang sudah dicapai /disepakati.
*Bahan tulisan ini dikutip, dengan penambahan sesuai kebutuhan, dari sumber:
3. Baharuddin Suryadi, Negosiasi Yang Berhasil
Langkah-langkah bernegosiasi
Persiapan. Langkah pertama dalam melakukan negosiasi adalah langkah persiapan. Tahap ini
sangat penting karena persiapan yang baik merupakan fondasi yang kokoh bagi negosiasi yang
akan kita lakukan. Hal tersebut akan memberikan rasa percaya diri yang kita butuhkan dalam
melakukan negosiasi. Yang pertama harus kita lakukan dalam langkah persiapan adalah
menentukan secara jelas apa yang ingin kita capai dalam negosiasi. Tujuan ini harus jelas dan
terukur, sehingga kita bisa membangun ruang untuk bernegosiasi. Tanpa tujuan yang terukur, kita
tidak memiliki pegangan untuk melakukan tawar-menawar atau berkompromi dengan pihak
lainnya.
Kedua, kenali karakter dan latar belakang lawan negosiasi kita. Gali informasi sebanyak mungkin
mengenai siapa dia/mereka, kekuatan dan kelemahannya, apa tujuan atau kepentingannya. Tujuan
yang jelas dan terukur disertai pengetahuan atas lawan negosiasi akan memudahkan kita
menyusun elemen ketiga, yaitu beberapa alternatif skenario. Menyusun alternatif ini penting
Bahan Serahan | Pelatihan Penguatan BKM tahun ke 4 75
dilakukan agar kita selalu tanggap menghadapi berbagai kemungkinan situasi. Dalam hal ini,
menyangkut juga apa tawaran maksimum dan minimum yang bisa kita berikan sesuai tujuan kita.
Hal terakhir yang tak kalah pentingnya adalah kesiapan mental kita. Usahakan kita dalam kondisi
relaks dan tidak tegang. Cara yang paling mudah adalah dengan melakukan relaksasi. Bagi kita
yang menguasai teknik pemrograman kembali bawah sadar (subconscious reprogramming) kita
dapat melakukan latihan negosiasi dalam pikiran bawah sadar kita, sehingga setelah melakukannya
berkali-kali secara mental, kita menjadi lebih siap dan percaya diri.
Pembukaan. Mengawali sebuah negosiasi tidaklah semudah yang kita bayangkan. Kita harus
mampu menciptakan atmosfir atau suasana yang tepat sebelum proses negosiasi dimulai. Untuk
mengawali sebuah negosiasi dengan baik dan benar, kita perlu memiliki rasa percaya diri,
ketenangan, dan kejelasan dari tujuan kita melakukan negosiasi. Ada tiga sikap yang perlu kita
kembangkan dalam mengawali negosiasi yaitu: pleasant (menyenangkan), assertive (tegas, tidak
plin-plan), dan firm (teguh dalam pendirian). Senyum juga salah satu hal yang kita perlukan dalam
mengawali sebuah negosiasi, sehingga hal tersebut akan memberikan perasaan nyaman dan
terbuka bagi kedua pihak. Berikut ada beberapa tips dalam mengawali sebuah negosiasi:
a. Jangan memegang apa pun di tangan kanan anda ketika memasuki ruangan negosiasi;
b. Ulurkan tangan untuk berjabat tangan terlebih dulu;
c. Jabat tangan dengan tegas dan singkat;
d. Berikan senyum dan katakan sesuatu yang pas untuk mengawali pembicaraan.
Selanjutnya dalam pembicaraan awal, mulailah dengan membangun common ground, yaitu sesuatu
yang menjadi kesamaan antar kedua pihak dan dapat dijadikan landasan bahwa pada dasarnya
selain memiliki perbedaan, kedua pihak memiliki beberapa kesamaan yang dapat dijadikan dasar
untuk membangun rasa percaya.
Memulai proses negosiasi. Langkah pertama dalam memulai proses negosiasi adalah
menyampaikan (proposing) apa yang menjadi keinginan atau tuntutan kita. Yang perlu diperhatikan
dalam proses penyampaian tujuan kita tersebut adalah:
a. Tunggu saat yang tepat bagi kedua pihak untuk memulai pembicaraan pada materi pokok
negosiasi;
b. Sampaikan pokok-pokok keinginan atau tuntutan pihak anda secara jelas, singkat dan
penuh percaya diri;
c. Tekankan bahwa anda atau organisasi anda berkeinginan untuk mencapai suatu
kesepakatan dengan mereka;
d. Sediakan ruang untuk manuver atau tawar-menawar dalam negosiasi, jangan membuat
hanya dua pilihan ya atau tidak;
e. Sampaikan bahwa jika anda memberi kami itu, kami akan memberi anda ini if youll give
us this, well give you that. Sehingga mereka mengerti dengan jelas apa yang harus
mereka berikan sebagai kompensasi dari apa yang akan kita berikan.
f. Hal kedua dalam tahap permulaan proses negosiasi adalah mendengarkan dengan efektif
apa yang ditawarkan atau yang menjadi tuntutan pihak lain. Mendengar dengan efektif
memerlukan kebiasaan dan teknik-teknik tertentu. Seperti misalnya bagaimana
mengartikan gerakan tubuh dan ekspresi wajah pembicara. Usahakan selalu membangun
kontak mata dengan pembicara dan kita berada dalam kondisi yang relaks namun penuh
perhatian.
Zona Tawar Menawar (The Bargaining Zone). Dalam proses inti dari negosiasi, yaitu proses
tawar menawar, kita perlu mengetahui apa itu The Bargaining Zone (TBZ). TBZ adalah suatu
Bahan Serahan | Pelatihan Penguatan BKM tahun ke 4 77
pertanyaan tersebut; (4) Memberi pertanyaan pada diri anda sendiri; (5) Mengubah subyek
dari pertanyaan tersebut.
Bahan Serahan | Pelatihan Penguatan BKM tahun ke 4 79
11. Jangan pernah menerima penawaran pertama. Sering kali, pihak lawan akan memberikan
penawaran yang menurut mereka pasti Anda tolak hanya untuk melihat seberapa kuat
pemahaman Anda terhadap hal pokok.
12. Rundingkan dengan kekuatan/kuasa jika memungkinkan. Jika hal tersebut tidak mungkin,
setidaknya ciptakan penampilan yang berkuasa. Jika pihak lawan berpikir bahwa Anda tidak
memiliki alasan yang cukup untuk menolerir hal-hal di luar tuntutan Anda, pihak lawan
tentunya akan enggan untuk melakukannya.
13. Temukan apa yang diinginkan oleh pihak lawan. Jangan menyerah terlalu cepat, dan akuilah
konsesi sebagai sebuah konsesi. Menyerah terlalu dini akan membuat lawan bicara Anda
beranggapan bahwa Anda mungkin dapat menerima hal-hal lainnya di luar tuntutan Anda.
14. Koperatif dan bersahabat. Hindari sikap menjilat ataupun terlalu frontal, yang sering kali
menggagalkan negosiasi.
15. Gunakan kekuatan kompetisi. Seseorang yang berpikir bahwa untuk berkompetisi dengan bisnis
Anda adalah sesuatu yang penting akan berkenan untuk memberikan lebih dari apa yang
mereka maksudkan pada mulanya. Seni negosiasi adalah sebuah keahlian yang berharga untuk
diajarkan kepada setiap anggota di dalam keluarga (tidak hanya berlaku untuk kalangan
bisinis), termasuk anak-anak. Sebuah contoh sederhana dari sekelompok anggota keluarga
yang berusaha untuk menentukan rencana sore hari. Beri tantangan kepada setiap anggota
keluarga untuk menyampaikan ide-ide mereka, sebanyak mungkin, yang mungkin dapat
diterima oleh anggota keluarga lainnya. Hal ini mungkin bukanlah sesuatu yang disenangi
setiap saat. Akan tetapi bila hal ini terus dilakukan, jika orang-orang mencoba untuk bersikap
sensitif terhadap kebutuhan dan emosi dari yang lain, dan jika mereka benar-benar
mendengar, solusi yang diharapkan dapat dicapai lebih sering lagi. Apa yang pada mulanya
terlihat seratus persen bertentangan, dapat berbalik menjadi suatu keadaan di mana pihak
lawan menjadi kawan di dalam mencapai tujuan yang mutual.
Awal Desember 2007, UPK dan salah seorang anggota BKM Lahemma, Kelurahan Apala,
Kecamatan Barebo, Kabupaten Bone, Sulawesi Selatan (Sulsel) berbincang-bincang dengan Mantri
BRI Unit Apala-Bajoe. Mereka membahas mengenai pengelolaan dana bergulir UPK-BKM Lahemma
yang dilaksanakan sejak Desember 2005. Ternyata, BRI Unit tertarik kepada kemampuan UPK-BKM
mengelola pinjaman bergulir dengan tingkat pengembalian pinjaman yang sangat lancar (RR
100%).
Namun, kesuksesan tidak diraih begitu saja, melainkan dengan upaya yang dilakukan oleh UPK-
BKM agar masyarakat memahami benar aturan main peminjaman. Informasi tentang tata cara
peminjaman disebarluaskan melalui seluruh anggota BKM, baik di RT/RW setempat maupun di
kantor UPK.
Hal-hal yang berkaitan dengan pengelolaan pinjaman bergulir di UPK-BKM ini pun diceritakan
dengan gamblang kepada Mantri BRI Unit. Mulai dari proses pengajuan pinjaman oleh KSM sejak
pengajuan usulan (proposal) pinjaman KSM kepada petugas UPK. Selanjutnya, dilakukan penilaian
kelayakan permohonan pinjaman serta kelayakan KSM oleh UPK. Jika layak, maka petugas UPK
memberikan rekomendasi tentang besarnya pinjaman yang dikabulkan kepada BKM, papar UPK
BKM Fatma.
Meski demikian, lanjutnya, saat pencairan pinjaman semua anggota KSM calon peminjam harus
hadir bersama dengan keluarganya (suami-istri). Langkah ini dipilih untuk menumbuhkan tanggung
jawab bersama di tingkat keluarga anggota peminjam dan tanggung-renteng antaranggota KSM.
Selanjutnya, BKM memberikan pemahaman mengenai perjanjian kredit kepada semua peminjam.
Selanjutnya, UPK dan BKM bersepakat dengan KSM.
Sebagai upaya meningkatkan pengelolaan keuangan rumah tangga peminjam, KSM disyaratkan
untuk menabung 0,5% dari total dana yang dipinjamnya. Selain mengajarkan pola hidup hemat
dan surplus, tabungan juga digunakan sebagai wujud tanggung-renteng dalam bentuk dana jaga-
jaga. Kebijakan wajib menabung bagi seluruh peminjam merupakan hasil kesepakatan antara UPK-
BKM dengan KSM.
Mendengar penjelasan tersebut, Mantri BRI Unit mengaku tertarik dan menyampaikan hal ini
kepada kepala unitnya. Kepala unit menanggapi secara positif dan meminta BKM memfasilitasi
pertemuan dengan KSM binaan BKM Lahemma, yang dijadwalkan pada 15 Desember 2007. Dalam
agenda pertemuan, Kepala unit BRI Apala-Bajoe mempresentasikan dana Kredit Usaha Rakyat
(KUR) serta syarat-syaratnya kepada anggota KSM serta menyampaikan tabel pengembalian
kepada UPK-BKM. Dari hasil pertemuan tersebut terbangunlah channeling antara BKM Lahemma
dengan BRI Unit Apala - Bajoe.
Bahan Serahan | Pelatihan Penguatan BKM tahun ke 4 81
Pada tahap awal BRI hanya melayani Kupedes Pertanian dengan suku bunga 2% per bulan dengan
jangka waktu empat bulan. Pengembalian pinjaman dilakukan sekaligus di bulan keempat (setiap
panen). Pinjaman tersebut dicairkan pada 20 Desember 2007 kepada 21 orang anggota KSM
dengan total dana Rp 31.500.000,-
Pada Januari 2008, BRI kembali menggulirkan Kupedes Perdagangan kepada sembilan anggota
KSM sebesar Rp 25 juta. Suku bunga 2% per bulan tetap, sedangkan jangka waktu pengembalian
bervariasi: 12 bulan, 18 bulan dan 24 bulan. Pembayaran angsuran pokok dan bunga dilakukan
setiap bulan. Agunan fisik tidak ada, melainkan lembaga BKM Lahemma itu sendiri sebagai
agunannya.
Pada April 2008, 21 aggota KSM penerima Kupedes Pertanian telah melunasi kreditnya. Melihat ini,
BRI memberikan kesempatan kembali kepada anggota KSM yang masih membutuhkan kredit dan
pada Mei 2008, BRI kembali mengucurkan dana sebesar Rp 17 juta kepada enam anggota KSM.
Tidak hanya itu, BRI juga membuka kran pelayanan kredit kepada anggota KSM yang masih
membutuhkan kredit, yang telah diverifikasi oleh UPK dan BKM serta mendapatkan persetujuan dan
rekomendasi dari BKM Lahemma.
Kebijakan wajib menabung ini diberlakukan pula kepada KSM yang telah difasilitasi pinjamannya
oleh BRI. Untuk peminjam Kupedes Pertanian, tabungan minimal 1% dari total dana yang dipinjam
dari BRI dan dapat ditarik setelah 3 kali melakukan pinjaman (3 kali musim panen). Sesuai hasil
kesepakatan antara KSM Peminjam dengan UPK dan BKM Lahemma, jika dana tabungan tersebut
mencapai Rp 6 juta, maka dana dapat digunakan untuk menyewa sawah. Hasil sawah yang disewa
akan digunakan untuk tambahan BOP-UPK serta santunan kepada fakir miskin, yatim piatu, orang
tua jompo dan kegiatan sosial lainnya. (Alim/Tim Keuangan KMP P2KP-2, PNPM Mandiri Perkotaan;
Firstavina)
Puluhan BKM berhasil melakukan kemitraan (channeling) dengan BFI. Bentuk kemitraan tersebut
diantaranya, rehabilitasi rumah sehat dan pembangunan MCK yang dilakukan di sejumlah wilayah.
Setidaknya, 17 BKM yang tersebar di Provinsi Banten, Jawa Barat, Jawa Tengah, Kalimantan
Selatan, Sulawesi Utara, Sulawesi Tengah, Sulawesi Tenggara dan Nusa Tenggara Barat, menerima
bantuan dana dari BFI.
Ketujuhbelas program kemitraan tersebut terbagi lagi menjadi 25 sub-proyek. Dimana 23 sub-
proyek di antaranya berkaitan dengan
rehabilitasi rumah sehat bagi kepala
keluarga miskin dan dua sub-proyek
untuk pembangunan MCK serta sarana
air bersih.
Bahan Serahan | Pelatihan Penguatan BKM tahun ke 4 83
kali dari September 2005 hingga September 2006. Bertindak sebagai trainer dalam pelatihan ini
adalah Credit Analyst Coordinator PT BFI, Eddy Raharjo. Pelatihan yang diberikan ini tidak
mengubah sistem pembukuan yang telah berjalan di masing-masing BKM. Kami hanya memperbaiki
beberapa bagian yang belum sempurna. Komitmen kami, pelatihan akan berkelanjutan hingga
mereka mampu dan memahami materi yang kami berikan, kata Eddy.
Selain itu, BKM Karya Mandiri, di Desa Temuwangi, Kecamatan Pedan, Kabupaten Klaten, Jawa
Tengah juga melakukan kemitraan dengan BFI dalam program rehabilitasi rumah korban gempa
YogyaJateng, 27 Mei 2006. BFI sepakat memberikan dukungan dana sebesar Rp 300 juta untuk
pembangunan konstruksi dasar 15 rumah dengan konsep tahan gempa.
Francis menambahkan, dengan adanya replikasi dari pihak swasta lainnya untuk ikut terjun dalam
program ini, maka akan mempercepat proses pembangunan kembali daerah dengan kondisi
ekonomi memprihatinkan. Pemerintah juga akan merasa terbantu dengan adanya program
kemitraan semacam ini. Dari sisi masyarakat, mereka menjadi lebih cepat tertangani dan tidak
hanya bergantung pada kucuran dana pemerintah saja, imbuh Francis. (Tri Maulana, Tenaga Ahli
Chanelling KMP P2KP-2, PNPM Mandiri Perkotaan; Firstavina)
Kegiatan ini menjangkau sampai dengan batas desa. Jika ingin membuang air ke koala/parit
utama, masih diperlukan penggalian parit sepanjang 3 km lagi, dengan menembus desa tetangga
(Pandan Jaya). Salah satu desa yang dilewati Parit Alam Sundik juga mendapat program P2KP.
Mengingat kondisi ini, maka sumbangsih yang diharapkan dari perusahaan asing ini adalah
tambahan volume galian parit baru sampai ke koala, sekaligus membuat jembatan atau gorong-
gorong guna memperlancar saluran air.
Bahan Serahan | Pelatihan Penguatan BKM tahun ke 4 85
Pandan Makmur dengan Desa Pandan Jaya.
Jika BKM Karya Makmur (Desa Pandan Makmur), berhasil menggandeng PT PetroChina, BKM Karya
Mandiri (Desa Rantau Karya) pun berhasil menggaet PT Wira Karya Sakti (WKS) saat realisasi BLM
1 P2KP. Kepedulian PT WKS terhadap Desa Rantau Karya ini merupakan tanggung jawab sosial
perusahan, karena produksinya banyak berlokasi di wilayah Desa Rantau Karya, tutur Toni, salah
seorang anggota BKM Karya Mandiri.
PT WKS merupakan salah satu perusahan HTI dengan tanaman akasia sebagai tanaman
produksinya. Bentuk kemitraan PT WKS dengan BKM dalam pelaksanaan BLM 1 ini adalah
menyediakan alat-alat berat untuk penggalian dan penimbunan tanah.
Kemitraan PT WKS di desa ini difasilitasi oleh Community Development perusahaan tersebut. Meski
sudah dibantu dengan alat-alat berat dari WKS, warga tetap melaksanakan kegiatan tersebut
secara bergotong royong, terutama warga RT setempat. Ini dilakukan guna membangun
kebersamaan dan rasa memiliki, jelas Koordinator BKM Karya Mandiri Suwarji.
Petunjuk :
Siapkan karton yang telah berbentuk bujur sangkar dengan ukuran yang cukup (20 cm x
20 cm) sebanyak 6 buah.
Kemudian potonglah setiap bujur sangkar dengan secara bebas seperti dibawah ini : (untuk
lebih memudahkan pemandu mencari pasangannya, maka berilah tanda / hurup pada salah
satu sisi disetiap potongnya tersebut , Namur dalam pemberian tanda, jangan sampai
terlalu besar yang akhirnya diketahui oleh peserta)
c c c
c
c
c
Selanjutnya Bujur sangkar yang telah dipotong masukanlah kedalam 4 buah amplop secara
acak. Dari 6 bujur sangkar dimasukan ke dalam 4 amplop. Dengan catatan setiap potongan
disebar ke berbagai amplop. Hindari memasukan pasangan potongan secara utuh 1 bujur
sangkar ke dalam 1 amplop, kaena akan lebih memudahkan menyusunya.
Kemudian bagilah peserta menjadi 4 kelompok, dan berilah mereka setiap satu kelompok 1
amplop.
setelah terbagi 4 kelompok, maka berilah tugas kepada setiap kelompok untuk
menyambungkan setiap potongan yertas yang ada di amplop menjadi bentuk bujur
sangkar.
Biarlah setiap kelompok mengembangkan strategy dengan catatan hanya pada potongan
kertas yang ada.
Berilah waktu 10 menit untuk menyusun bujur sangkar tersebut.
Apabila di suatu kelompok ada kelebihan potongan kertas atau kekurangan, maka setiap
kelompok diperbolehkan untuk menukarkan kepada kelompok lainya yang ada pasangan
potongan yertas tersebut.
Apaila peserta merasa kesusahan mencari pasangan potongan ketas tersebut, maka
pemandu memberikan kode hurup yang telah ditulis pada setiap potongan kertas. Setiap
hurup dipasangkan dengan hurup yang sama lagi, seperti contoh diatas.
Bahan Serahan | Pelatihan Penguatan BKM tahun ke 4 87
Ngada, 5 November 2009
BKM Trikora Bermitra dengan BLH Ngada untuk
Olah Sampah
Tapi imej tersebut sekarang harus diubah. Karena, sesuatu yang dianggap tidak berguna
(terbuang) ternyata masih menyimpan nilai ekonomis, bahkan bisa menjadi sesuatu yang berguna
dan bisa dirupiahkan. Artinya, masih bisa menjadi potensi sumber penghasilan tambahan bagi
rumah tangga.
Terkait dengan penanganan sampah ini, di daerah-daerah lain sudah mengembangkan pengolahan
sampah organik menjadi pupuk kompos, sampah plastik diproses menjadi biji-bijian plastik, kertas
dan kardus disulap menjadi kertas/kardus daur ulang.
Bajawa, sebagai ibukota Kabupaten Ngada harus menjadi contoh penyelesaian masalah
persampahan dan pengelolaan yang benar, agar bermanfaat bagi masyarakat dan lingkungannya.
Dengan motto, Wujudkan Bajawa sebagai Kota Sahabat yang Bersih dan Hijau, begitu dikatakan
Kepala Badan Lingkungan Hidup (BLH) kabupaten Ngada.
Pemerintah kabupaten (Pemkab) Ngada, melalui BLH yang dikomandani Hilarius Sutanto ini
melakukan kerjasama dengan Badan Keswadayaan Masyarakat (BKM) Wiu Riwu, kelurahan Trikora,
kecamatan Bajawa dan Kelompok Swadaya Masyarakat (KSM) Lingkungan Mora Sama untuk
mengelola persampahan.
Kesepakatan kerja sama tersebut yang disaksikan oleh Lurah Trikora itu ditandai dengan
diluncurkannya dana sebesar Rp 90 juta, yang berasal dari Anggaran Pendapatan dan Belanja
Daerah (APBD) Kabupaten Ngada Tahun 2009. Dari pihak BKM sendiri menyiapkan lahan sebagai
lokasi untuk pembangunan rumah mesin pengolah sampah, termasuk gudang, serta menyiapkan
tenaga kerja.
Namun, guna membangun lokasi pembuatan pupuk bokasi yang representatif, kini KSM yang
dibantu Tim Fasilitator, tengah merampungkan proposal usulan kegiatan lingkungan, yakni
pembangunan rumah mesin dan peralatan produksi lainnya senilai Rp 90 juta (dari dana APBD
kabupaten) untuk diajukan ke BLH. Lokasi pembangunan rumah mesin sudah ada dan lokasi lahan
tersebut telah dihibahkan oleh pemiliknya. Sedangkan, format proposal menggunakan format
proposal kegiatan lingkungan P2KP, jelas Yoseph Neko, yang dibenarkan Ketua KSM Mora Sama
Willybrodus Roga, seraya menunjukkan proposal di tangannya.
Kepala BLH kabupaten Ngada Hilarius Sutanto membenarkan mengenai kemitraan BLH dengan
BKM Wiu Riwu, kelurahan Trikora dalam pengolahan sampah organik menjadi pupuk kompos.
Selain mengadakan pelatihan kepada BKM dan KSM, lanjut dia, pihak BLH juga menyiapkan mesin
produksi dan peralatan pendukung lain, seperti gerobak sampah, serta memberikan bantuan dana
yang bersumber dari APDB sebesar Rp 90 juta. Menurut Hilarius Sutanto, jika KSM Mora Sama
berhasil dalam pengelolaan sampah organik ini, BLH akan melanjutkan kemitraan dalam
pengolahan sampah plastik.
Sementara itu, Lurah Trikora Yoseph Bhara, SE, mengaku menyambut baik kerja sama BKM dengan
BLH kabupaten Ngada. Karena, kerja sama ini dapat membantu mengatasi masalah persampahan
di Bajawa umumnya dan kelurahan Trikora khususnya. Apalagi, sesuai presentasi yang disampaikan
oleh Kepala BLH kabupaten Ngada, ternyata pengelolaan sampah menjadi pupuk bokasi dapat
mendatangkan penghasilan baru bagi warga saya di kelurahan Trikora ini, tuturnya.
Lurah Trikora juga sangat antusias ketika pihak BLH menyatakan akan meningkatkan program
kemitraan dengan BKM dalam pengolahan sampah plastik, jika BKM dan KSM Mora Sama berhasil
dalam pengolahan sampah organik ini. (Marius Y. Aiba, Askot CD Kabupaten Ngada, OC-7 NTT,
PNPM Mandiri Perkotaan; Firstavina)
Bahan Serahan | Pelatihan Penguatan BKM tahun ke 4 89
Mataram, 14 September 2009
Pagesangan Channeling dengan Pegadaian
UPK-BKM Tunas Makmur, Kelurahan Pagesangan,
Kecamatan Mataram, Kota Mataram, Provinsi Nusa
Tenggara Barat (NTB) berhasil melakukan channeling
dengan Perum Pegadaian dalam pelaksanaan kegiatan
pinjaman bergulir.
Berkat kegigihan dan keuletan Bu Ros inilah UPK-BKM Tunas Makmur Kelurahan Pagesangan
berhasil melakukan channeling dengan Perum Pegadaian Kota Mataram dalam bentuk
penambahan modal pinjaman bergulir.
Dengan bantuan Fasilitator Ekonomi Nur Misnah, Bu Ros diajak melakukan negosiasi awal terkait
penjajakan kerja sama dengan pihak Pegadaian. Kebetulan Bu Ros memiliki seorang kenalan di
perum tersebut. Melalui Heri, kenalan Bu Ros tersebut, diperoleh informasi bahwa Pegadaian
memiliki skim program pinjaman bergulir untuk kelompok masyarakat miskin, dengan syarat
terdapat lembaga yang bersedia menjadi avalis (penjamin). Tak berselang lama, atas kesepakatan
bersama seluruh anggota BKM dan UP-UP, UPK diberikan mandat agar dapat memfasilitasi semua
persyaratan dalam menjalin kerja sama dengan Pegadaian.
Menyambut tugas yang diamanatkan oleh BKM, ibunda dari Heny Natasya Rosalina ini
meningkatkan intensitas koordinasi dengan pihak manajemen Pegadaian. Petugas Pegadaian pun
melakukan survai dan analisa kelayakan UPK-BKM sebagai lembaga penjamin, dimulai dengan
pemeriksaan terhadap kas harian, Buku Besar dan
Neraca Saldo serta buku Laba-Rugi.
Jumlah bantuan modal tersebut dirasa sangat berarti bagi masyarakat Kelurahan Pagesangan untuk
mengembangkan usahanya. Sebagaimana dirasakan oleh Ketua KSM Faridatul Ain (24). Ia sangat
bersyukur mendapat pinjaman modal untuk mengembangkan usaha distribusi tempe dan
pracangan di Pasar Pagesangan.
Dalam klausul perjanjian antara pihak pegadaian dengan UPK-BKM, selaku avalis, jumlah jasa 1,5
persen yang dikenakan kepada KSMsama dengan jasa pinjaman bergulir yang dikelola UPK
dengan proporsi pembagian 1 persen untuk Pegadaian dan 0,5
persen untuk UPK.
Bahan Serahan | Pelatihan Penguatan BKM tahun ke 4 91
dapat merangsang tumbuh-kembangnya usaha-usaha produtif berskala home industry.
Usaha Mikro dan Kecil sebesar Rp 55 juta semakin menguatkan pernyataan bahwa masyarakat
adalah tambang emas dan mutiara yang tak ternilai harganya jika digali dengan tekun dan sabar.
Dan, akan ditemukan banyak mutiara seperti Bu Ros, yang bertebaran di tengah gerak dan
dinamika masyarakat, yang umumnya mulai kedap dengan nilai-nilai kemanusiaan serta melupakan
ajaran kitab suci.
Saya berjuang mengobati ketergantungan masyarakat terhadap rentenir dan merasakan kepuasan
manakala hidup ini bermanfaat bagi sesama, kata Bu Ros, di sela-sela kesibukan menjalankan
tugas dan kewajibannya. (Baiq Fitri Miswaryuni, S.E., Askot MK Mataram, OC-8 Provinsi NTB, PNPM
Mandiri Perkotaan; Firstavina)
De
esa Ambunga an termasuk dalam wilayyah Kecamattan
Pe
elaihari Kabupaten Tanahh Laut, Proviinsi Kalimanttan
Se
elatan (Kalse
el), yang meerupakan salah satu lokkasi
da
ampingan P2K KP sejak tah
hun 2005. Ja
arak Kecamattan
Pelaiha
ari ke Banjarmasin Ibbukota Provinsi Kalsel sekitar 65 kilometer, dengan jumlah
pendudduk 243.762 jiwa. Menuru
ut hasil penda
ataan tahun 2005,
2 jumlah
h penduduk miskin
m mencapai
64.5166 jiwa (26,46
6%). Hampir 75% mata pencaharian masyarakatn nya adalah perkebunan
p d
dan
peternaakan.
Pelaksaanaan kegiata
an ini dikerjakkan dalam du ua termin, yaiitu termin perrtama pada Desember
D 200
06-
Januarri 2007 dan te
ermin kedua pada
p April Mei
M 2007.
Pelaksa
anaan prograam PAKET pe engembangan n ternak sappi ini berdampak sangat positif
p terhaddap
peningkatan pendapatan rumah tangga pem melihara sapi, sehingga maasyarakat lain
n tertarik unttuk
beterna
ak sapi. Kare
ena, selain telah
t terbuktii mendapat keuntungan, pemeliharaan juga muda ah,
berkat pakan ternak
k yang tersedia di sekitar desa.
d
Bahan
n Serahan | Pellatihan Pengua
atan BKM tahun ke 4 93
Guna memastikan terwujudnya keberlanjutan pengembangan program peternakan sapi ke depan,
BKM bersama kelompok Tani Mekar Jaya Desa Ambungan sepakat menetapkan aturan main
perguliran usaha sapi. Aturan ini bertujuan agar usaha peternakan sapi terus berkembang dan
makin menjangkau masyarakat miskin yang memerlukan modal usaha berupa ternak sapi.
Aturan main yang disepakati untuk sistem penggemukan sapi adalah keuntungan yang didapat
(selisih antara harga penjualan dengan harga pokok pembelian) diberikan kepada pemelihara
sebesar 75% dan BKM 25%. Uang pokok akan dibelikan sapi kembali untuk dipelihara oleh
masyarakat lain yang belum pernah memelihara. Hasil pembagian keuntungan yang diterima BKM
(sebesar 25%) akan digunakan untuk kegiatan penanggulangan kemiskinan di Desa Ambungan,
termasuk membeli sapi baru untuk menambah jumlah pemelihara penggemukan sapi.
Hingga kini, jumlah sapi yang telah dijual oleh peternak sebanyak dua ekor dengan harga jual
masing-masing Rp 4 juta. Mengingat harga pokok pembelian sapi adalah Rp 3 juta, berarti, ada
keuntungan sebesar Rp 1 juta. Sesuai dengan aturan yang disepakati, peternak mendapat
keuntungan sebesar Rp 750.000 (75% dari total keuntungan) dan BKM sebesar Rp 250.000 (25%
dari total keuntungan). Sedangkan harga pokok pembelian sebesar Rp 3 juta dibelikan sapi kembali
untuk dipelihara oleh KK miskin lain. (Tim PAKET KMW IV Kalsel/PAKET KMP P2KP-2, PNPM Mandiri
Perkotaan; Firstavina)
Semangat saling membantu dan saling memberi terwujud dalam kelompok ini. Sikap saling berbagi
pun muncul, terbukti dari pembagian titik lokasi penempatan keramba. Hal ini sangat mendukung
perkembangan lobster ke depannya. Warga pun dapat memulai hidup baru dari potensi alam yang
kadang kita lupakan keberadaannya.
Setelah keramba selesai digarap, mereka perlu bibit lobster yang harganya tidak murah. Untuk
golongan keluarga miskin, mungkin tidak akan terjangkau. Kondisi semakin sulit dari keterpurukan
modal awal. Namun, itu tidak menjadi masalah besar, karena di BAPPUK II sudah ada perguliran
Bahan Serahan | Pelatihan Penguatan BKM tahun ke 4 95
dana untuk menunjang ekonomi lemah dari P2KP. Hal
tersebut menjadi solusi untuk memecahkan masalah
permodalan untuk pembibitan. Akhirnya, KSM Tanjung
Segara Jaya mengajukan pnjaman ke Unit Pengelola
Keuangan (UPK) BKM setempat.
Kini, mengapung sudah, sebuah sumber penghidupan baru bagi warga miskin di Serangan.
Harapan ke depan, KSM ini mampu mengembangkan usaha kecil tersebut, sehingga mampu
membebaskan mereka dari kesulitan ekonomi.
Lautku, sumber penghidupanku. Kau kujaga, dengan harapan kaupun menjaga kami dari lapar dan
haus yang selalu dirasakan. Arusmu mampu menggerakkan sampanku hingga ke laut lepas. Riakmu
memberikan kedamaian bagi hati kami yang lara, hingga tak mungkin kau kutinggalkan begitu
tanpa menyentuh dan menghias permukaanmu dengan keramba-keramba penghidupanku. (Tim
Infrastruktur OC-7 Provinsi Bali, KMP P2KP Advanced; Firstavina)
Kelompok Swadaya Masyarakat (KSM) Peminjam adalah KSM yang dibentuk oleh warga masyarakat
dalam kepentingannya untuk memanfaatkan dana Bantuan Langsung Masyarakat (BLM) PNPM
Mandiri Perkotaan untuk kegiatan Pinjaman Bergulir. Disebut KSM Peminjam, karena KSM ini
dibentuk hanya untuk kepentingan memperoleh pinjaman bergulir sebagai salah satu upaya
meningkatkan kesejahteraan mereka yang pada umumnya adalah warga masyarakat miskin.
Untuk mencapai pemanfaatan tersebut secara optimal perlu dikaji persyaratan KSM Peminjam yang
ideal, Proses pembentukannya, pengelolaan KSM serta pembinaan terhadap KSM baik yang
dilakukan oleh BKM/LKM, UPK, maupun oleh relawan, fasilitator, Aparat Kelurahan, maupun PJOK
Kecamatan.
Bahan Serahan | Pelatihan Penguatan BKM tahun ke 4 97
d. Kelompok swadaya masyarakat (KSM) yang sudah terbentuk ini kemudi an memilih
sendiri pengurus KSMnya yang minimal terdiri dari Ketua dan sekretaris KSM. Tugas
Ketua adalah memimpin KSM dalam setiap pertemuan, melakukan
pencatatan/pembukuan KSM dan mengarahkan anggota-angotanya sesuai tujuan
dibentuknya KSM. Tugas sekretaris adalah mencatat hasil kesepakatan pertemuan
anggota KSM, membantu Ketua dalam mengelola kelompok dan membuat aturan main
kelompok.
e. Hasil pembentukan kelompok dan pengurusnya ini kemudian dilaporkan kepada
BKM/LKM untuk dibuatkan Berita Acara pembentukan KSM.
Relevan dengan slogan PNPM Mandiri Perkotaan: Membangun Kebersamaan dan Kemandirian,
filosofi adiluhung itu diadopsi dari budaya luhur masyarakat Ntobo, yang menjunjung tinggi nilai
kekeluargaan dan kebersamaan sebagai peninggalan paling berharga dari para leluhur mereka.
Menurut Koordinator BKM Morisama H. Jaharuddin (58 tahun), jika salah seorang warga
menyelenggarakan acara pernikahan, maka semua bergotong-royong, secara sukarela memberikan
bantuan berupa uang, bahan makanan pokok, kue dan kebutuhan bahan lainnya. Hal itu
memperkuat kebersamaan dan kekeluargaan yang telah mereka lestarikan sebagai modal sosial
yang telah dimiliki guna mencapai kemakmuran dan kesejahteraan secara bersama-sama. Modal
sosial itu pula lah yang sedang digali dan hendak ditumbuhkembangkan dalam serangkaian
pembelajaran PNPM Mandiri Perkotaan melalui tahapan (siklus) yang ditawarkan kepada
masyarakat, dalam upaya penanggulangan kemiskinan secara
mandiri dan berkelanjutan.
Dibandingkan dengan beberapa tahun silam, kondisi masyarakat sekarang mengalami kemajuan
yang sangat signifikan. Pelbagai upaya peningkatan pendapatan warga telah digagas dan
direalisasikan oleh BKM Morisama sejak tahun 2005, baik melalui penumbuhan usaha-usaha baru
maupun pemantapan usaha yang telah berjalan dengan fasilitasi dana pinjaman bergulir yang tidak
berbelit-belit dan jasa yang terjangkau, ungkap H. Jaharuddin.
Mengingat mata pencaharian utama masyarakat Ntobo adalah bertani dan menenun, maka dengan
bantuan modal tersebut mereka dapat berperan sebagai pengusaha sendiri dan terlepas dari
tekanan para pemodal. Hal itu diamini oleh Sumarlah, salah seorang anggota KSM tenun.
Pengelolaan dana pinjaman bergulir sebagai salah satu pilar penanggulangan kemiskinan di
Kelurahan Ntobo pernah mengalami pasang surut. Kinerja keuangan pada indikator Repayment
Rate (RR) pada medio akhir 2008 hanya mencapai 40%.
Berkat kerja keras dan perjuangan tak kenal lelah yang dipelopori oleh H. Jaharuddin dan seluruh
anggota BKM Morisama, serta didukung aparat pemerintah kelurahan melalui kunjungan langsung
ke rumah-rumah anggota KSM guna penagihan, sekaligus memberikan pemahaman terkait tujuan
Bahan Serahan | Pelatihan Penguatan BKM tahun ke 4 99
program dalam memberikan bantuan tersebut. Hal ini
dilakukan guna mengembalikan kesadaran masyarakat
dan kembali melakukan pembayaran angsuran dana
bergulir. Akhirnya, pada Mei 2009, RR di wilayah ini
meningkat menjadi 93%. Capaian tersebut dapat
dipertahankan secara konstan hingga September
2009.
Kemudian, H. Jaharuddin kembali berkiprah menjadi penyelamat BKM. Pria bersahaja yang disegani
masyarakat ini mengambil inisiatif bersama anggota BKM lainnya, dengan disupport penuh Lurah
Ntobo Ishaka dan para perangkatnya, serta difasilitasi secara optimal oleh Fasilitator Ekonomi Titin
Nuryaningsih. Mereka melakukan musyawarah terbuka dengan mengundang seluruh anggota KSM
dan membahas pinjaman bermasalah tersebut.
Dalam pengarahannya Lurah Ntobo menyampaikan, dana pinjaman bergulir adalah dana amanah.
Mengamankan dan melestarikannya adalah tanggung jawab kita bersama, agar kelak di kemudian
hari kita tidak dianggap menyalahgunakan hak-hak anak-cucu kita ini, tutur Ishaka.
Hal tersebut dipertegas oleh Titin. Menurutnya, capaian pelaksanaan kegiatan pinjaman bergulir
adalah bagian dari penilaian paling dominan untuk mengukur seberapa besar tingkat kesadaran
dan kebersamaan dalam upaya penanggulangan kemiskinan.
Tindak lanjut hasil musyawarah adalah membentuk tim penagihan dan pembinaan KSM yang
melibatkan semua unsur masyarakat.
Dalam waktu yang relatif singkat, Tim Penagihan dan Pembinaan KSM menjalankan program
kegiatannya. Hasilnya sangat menggembirakan. Angsuran KSM lancar. Tunggakan dilunasi secara
bertahap dan seluruh pinjaman bermasalah telah ditertibkan secara administratif maupun teknis
penyelesaiannya. Maka, pada Desember 2009 kinerja RR meningkat menjadi 91% dan dapat
dipertahankan hingga Januari 2010.
Atas upaya dan kerja keras seluruh komponen masyarakat dalam mendukung kegiatan P2KP
sampai dengan PNPM Mandiri Perkotaan seraya memegang teguh filosofi morisama, pada tahun
2009 Kelurahan Ntobo berhak mendapatkan program PAKET, sebagai intervensi lanjutan dari PNPM
Mandiri Perkotaan. Saat itu BKM Morisama dinyatakan telah memenuhi kriteria berdaya menuju
mandiri.
Pada Juni 2009, Kelurahan Ntobo kedatangan tamu dari provinsi. Yakni Tim verifikasi kelayakan
lokasi sasaran Neighborhood Development (ND). Kelurahan Ntobo menjadi salah satu kriteria lokasi
Hanya saja, fakta berkata lain. Hasil penilaian terakhir Tim Verifikasi Kelayakan Lokasi ND
menyatakan, pada tahun 2009 Kelurahan Ntobo belum termasuk lokasi yang menjadi sasaran
program ND. Karena, salah satu indikator utama penilaian tidak mempu dipertahankan dengan
posisi stabil beberapa bulan terkahir.
Kegagalan adalah keberhasilan yang tertunda, tegas H. Jaharuddin dengan nada optimis, meski
terlihat raut agak kecewa saat merespon keputusan tersebut.
Kami tetap akan berupaya menjaga kekompakan dan kebersamaan seluruh unsur masyarakat
Ntobo guna mencapai kinerja dalam seluruh kegiatan PNPM Mandiri Perkotaan, terutama capaian
indikator kinerja UPK, Sekretariat dan Keuangan BKM, meski kami tidak mendapat ND. Niat kami
adalah membantu masyarakat Ntobo keluar dari masalah kemiskinan, katanya.
Tidak ada keberhasilan yang lahir secara kebetulan, melainkan dari hasil usaha dan kerja keras.
Semangat dan jiwa optimis BKM, mulai dari koordinator, anggota dan UP-UP, serta pemerintah
kelurahan dan seluruh unsur masyarakat, menjadi jembatan menuju kehidupan masyarakat yang
lebih baik. Semoga. (Nur Wahdaniah, Tim Faskel 3 Kota Bima, OC-7 NTB, PNPM Mandiri Perkotaan;
Firstavina)
Bahan Serahan | Pelatihan Penguatan BKM tahun ke 4 101
Tahapan Perkembangan Kelompok
Ada empat tahap perkembangan kelompok yang wajib diketahui fasilitator/Pendamping. Setiap
tahap perkembangan memiliki ciri-ciri dan bentuk-bentuk pendampingannya sendiri. Secara
diagramatik, tahap perkembangan, ciri, dan pendampingan fasilitator dapat digambarkan sebagai
berikut.
Tahap Ciri-ciri Peran Pendamping dan Anggota Kelompok
Tahap Pertama: Umur kelompok masih sangat Mengenali satu per satu anggota kelompok, apa
Perintisan muda, bahkan ada yang belum kegiatan mereka dalam kehidupan sehari-hari.
berbentuk kelompok Mendorong kehadiran anggota dalam setiap
pertemuan.
Meyakinkan anggota masyarakat bahwa pertemuan
kelompok itu penting.
Jaga agar kehadiran anggota di pertemuan bukan
dipengaruhi oleh adanya BLM.
Tahap Kedua : Kejelasan tujuan, kegiatan, Menyepakati dan memahami tujuan dan cita-cita
Penataan aturan kelompok, peran kelompok.
(Tumbuh) pengurus, adalah hal penting Menyusun rencana kegiatan dalam waktu tertentu (3
yang harus diperhatikan bulanan, satu kalender musim tanam, tahunan).
Menyusun aturan kelompok seperti hari dan tempat
pertemuan, ketentuan pengadaan dan
pengembangan modal kelompok dan administrasinya.
Tahap Ketiga : Pada tahap ini keadaan rumah Memperluas lingkup dan jangkauan progam yang
Pengembangan tangga kelompok sudah mulai dikembangkannya. Misalnya, jika awalnya hanya
(Berkembang) tertata, sehingga kelompok belajar tentang hama pada tahap ini kelompok di
perlu di fasilitasi untuk ajak untuk mengembangkan gagasan pengembangan
mengembangkan isi pertemuan pertanian yang bisa membawa hasil lebih banyak
kelompok, modal, usaha, dan namun ramah lingkungan dan berkelanjutan.
kerja sama dengan pihak-pihak Kesetaraan kedudukan dan peran perempuan di
lain kelompok harus semakin diperkuat.
Kerja sama dengan pihak lain baik itu pemerintah
maupun swasta harus di perkuat. Beri kepercayaan
penuh dan dorongan bahwa mereka mampu
menangani urusan melalui proses latihan dan
mencoba.
Tahap Keempat : Peran fasilitator/pendamping Peran fasilitator/pendamping semakin berkurang,
Pemandirian mulai berkurang, sebaliknya peran kelompok untuk mengelola pertemuan, rapat
peran pengurus & anggota dalam pengurus, dan kerjasama dengan pihak lain semakin
mengambil keputusan semakin besar.
banyak. Pembuatan rencana
kegiatan dan evaluasinya
dilakukan secara mandiri oleh
kelompok.
Kedua, penguatan organisasi kelompok. Hal ini ditandai oleh pertemuan yang teratur, rutin dan
berkelanjutan. Sistem administrasi keuangan tertib dan transparan. Pemilihan pengurus dipilih dari
dan oleh anggota, secara teratur melakukan program pendidikan anggota. Perencanaan program
kelompok, pelaksanaan, dan evaluasinya dilakukan secara partisipatif.
Ketiga, mendorong transformasi sosial dengan adanya penguatan organisasi, kepemimpinan lokal
alternatif dan berkembangnya dinamika di masyarakat. Ini diharapkan terjadi karena kepemimpinan
alternatif (demokratis, partisipatif, terbuka) menjadi pilihan baru ketimbang kepemimpinan
tradisional (paternalistik, feodal). Model komunikasi pembangunan konvensional (penyuluhan,
penerangan) diperkaya/digantikan dengan model komunikasi dialogis (musyawarah, lokakarya
desa, forum warga, diskusi, dan sebagainya).
Bahan Serahan | Pelatihan Penguatan BKM tahun ke 4 103
PEMBINAAN KSM PEMINJAM
Kualitas KSM yang ideal tidak hanya ditentukan oleh proses pembentukan dan pengelolaannya akan
tetapi juga sangat dipengaruhi oleh pembinaan dari pihak-pihak yang terkait dengan KSM. Adapun
pihak pihak yang terkait dengan KSM antara lain : BKM/LKM, UPK, Relawan, Aparat Kelurahan,
PJOK Kecamatan dan Fasilitator.
BKM/LKM dan UPK adalah mereka yang terlibat dan berkepentingan langsung dengan KSM,
sementara Relawan, Aparat Kelurahan, PJOK Kecamatan dan Fasilitator adalah mereka yang
berkepentingan secara sosial terhadap KSM.
BKM/LKM dan UPK dikatakan berkepentingan secara langsung dengan KSM karena kinerja mereka
juga sangat dipengaruhi oleh kualitas KSM yang menjadi nasabahnya. Apabila kualitas KSM tidak
baik dan kerjasama antar anggota KSM tidak baik sehingga tidak terbentuk tangung jawab bersama
(tanggung renteng) maka tanggung jawab pembayaran kembali pinjaman kepada UPK juga akan
terganggu. Demikian sebaliknya apabila kualitas kerjasama antar anggota KSM dan taggung jawab
bersama (tanggung renteng) sangat baik maka pembayaran kembali pinjaman kepada UPK akan
berjalan dengan baik dan kinerja UPK serta BKM menjadi baik.
Untuk itu BKM/LKM dan UPK perlu melakukan pembinaan kepada KSM melalui kegiatan-kegiatan :
a. BKM/LKM/UPK memastikan bahwa anggota KSM telah mulai membentuk tabungan sebagai
bukti kedisiplinan dalam mewujudkan tanggung jawab bersama sebelum memperoleh pinjaman
dari UPK
b. BKM/LKM/UPK memberikan penjelasan tentang ketentuan umum pinjaman UPK kepada seluruh
anggota KSM dalam pertemuan rutin yang diadakan oleh KSM. Kehadiran dalam pertemuan
tersebut juga sebagai sarana BKM/LKM/UPK medeteksi kepatuhan anggota KSM dalam
memenuhi undangan pengurus KSM untuk berkumpul dan sarana memahamkan anggota KSM
atas ketentuan pemberian pinjaman dari UPK.
c. BKM /LKM/ UPK memberikan penyadaran kepada KSM dan anggotanya bahwa pinjaman yang
akan diterima dari UPK adalah suatu hutang yang wajib dikembalikan / dibayar kembali,
bukannya suatu hibah dari pemerin tah.
d. Disamping penyampaian ketentuan mengenai pemberian pinjaman dari UPK, BKM/LKM juga
memberikan pemahaman tentang pengelolaan ekonomi rumah tangga serta bagaimana
membuat rencana usaha dan berwirausaha yang baik. Pemahaman ini juga diperlukan oleh
anggota KSM untuk dapat mengelola ekonomi dalam rumah tangganya agar mampu
meningkatkan kesejahteraan rumah tangganya secara terencana.
e. BKM/LKM melalui Pengawas UPK / UPK memberikan pembinaan sebulan setelah KSM menerima
pinjaman dari UPK. Pembinaan dilakukan dalam bentuk kunjungan ke lokasi usaha dan domisili
anggota KSM untuk memastikan keadaan kehidupan rumah tangga dan usaha anggota KSM.
Disamping itu juga untuk memastikan penggunaan pinjaman yang diteri ma dari UPK apakah
dipergunakan sesuai dengan tujuan pada waktu mengajukan permohonan pinjaman.
f. BKM/LKM dan UPK baik sendiri sendiri maupun bekerja sama dengan instansi pemerintah /
swasta memberikan pelatihan / coaching kepada KSM dan anggtanya dalam rangka
Pembinaan KSM oleh Relawan, Aparat Kelurahan, PJOK Kecamatan dan Fasilitator.
Disamping pembinaan KSM yang dilakukan oleh BKM/LKM dan UPK sebagai pihak yang terkait
langsung kepentingannya dengan KSM, Relawan, Aparat Kelurah an, PJOK Kecamatan dan
Fasilitator / Konsultan juga memiliki peran yang cukup penting dalam pembinaan KSM
Bahan Serahan | Pelatihan Penguatan BKM tahun ke 4 105
Pendampingan Kelompok Mandiri
Oleh : PIDRA Indonesia
Pendampingan kelompok mandiri dilaksanakan melalui kegiatan pertemuan rutin kelompok dan
pelatihan penguatan internal kelembagaan kelompok mandiri oleh fasilitator desa. Jadwal
pertemuan rutin kelompok mandiri untuk masing-masing kelompok di desa dampingan tidaklah
sama. Jadwal pertemuan ditentukan oleh kelompok sendiri yang disesuaikan dengan ketersediaan
waktu yang luang pada masing-masing anggota kelompok.
Pembinaan lima (5) Bidang Hasil Pokok kepada kelompok mandiri dilaksanakan dalam setiap
kegiatan pertemuan dan secara terperinci disampaikan sebagai berikut :
1. Organisasi. Kegiatan yang dilakukan adalah membimbing kelompok untuk melakukan
pertemuan anggota serta menetapkan jadwal pertemuan setiap bulan atau setiap dua minggu
sekali dan selanjutnya membahas fungsi, tugas dan tanggung jawab pengurus kelompok serta
kewajiban dan hak baik pengurus maupun anggota.
2. Administrasi. Memberikan motivasi kepada anggota agar dapat menabung dalam rangka
pengadaan buku-buku administrasi umum dan keuangan bagi dokumentasi kegiatan kelompok.
Perangkat administrasi yang ada pada masing-masing kelompok :
Buku Daftar Anggota
Buku Kehadiran anggota
Buku Simpan Pinjam
Buku Tamu
Buku Notulen Rapat
Buku Kas
Buku Induk
Buku Bank
3. Permodalan. Kegiatan pendampingan yang dilakukan memberikan motivasi agar kelompok
menghimpun modal berupa Simpanan Pokok dan Simpanan Wajib Anggota sebagai ikatan bagi
mereka dalam memperkuat kelembagaan kelompok sedangkan pemupukan modal secara
eksternal (dari luar anggota) adalah usaha ekonomi, misalnya pembersihan lahan serta angkat
pasir baik milik anggota kelompok maupun di luar anggota kelompok, dagang kios, usaha
ternak, dan lain-lain.
4. Usaha On Farm, of Farm dan Non-farm. Memotivasi anggota kelompok untuk mampu
menciptakan kegiatan usaha ekonomi sesuai dengan sumberdaya lokal dan potensi yang
dimiliki. Pendekatan yang dilakukan dengan melakukan kegiatan identifikasi minat untuk
mendapatkan masukan tentang minat yang diinginkan anggota kelompok, sehingga akan
menjadi panduan dalam memberikan pelatihan teknis.
5. Akseptasi/Keberlanjutan. Dalam pendekatan pendampingan dilakukan dengan melakukan
pengkaderan tenaga relawan yang berasala dari kelompok atau masyarakat desa setempat.
Tujuannya adalah apabila proyek sudah berakhir maka relawan akan mampu menjadi
Pihak BUMN dan perbankan sendiri ternyata menyambut baik adanya regulasi pemerintah, seperti
Program Kredit Usaha Mikro Kecil yang menggunakan dana SUP 005 dan Keputusan Menteri BUMN
No. 236 tahun 2003 tentang Program Kemitraan dan Bina Lingkungan (PKBL). Karena, misi mereka
selain membantu usaha kecil yang ada di wilayah kerjanya, juga untuk meningkatkan citra
perusahaan yang mampu mengembangkan mitra binaan di sektor usaha inti maupun non-inti.
Sekarang permasalahannya, sejauh mana BKM peka terhadap iklim kondusif yang diciptakan
pemerintah dengan adanya program kemitraan yang terbuka luas ini. Hal tersebut memerlukan
suatu strategi yang harus dimiliki BKM guna menangkap peluang tersebut. Keberadaan sebuah
program kemitraan sebenarnya oleh BKM sudah menjadi kebutuhan yang tidak bisa dielakkan.
Karena, dalam perkembangannya BKM dituntut untuk mandiri. Sedangkan di sisi lain,
perkembangan jumlah KSM menuntut BKM untuk mencari solusi dalam penambahan modal.
Seperti yang terjadi di BKM Tlogo Makmur, Semarang. Menurut Tulus Widodo (Koordinator BKM
Tlogo Makmur), BKM ini telah mampu menggali potensi yang bisa dimanfaatkan untuk program
penanggulangan kemiskinan di daerahnya sendiri. Banyaknya tenaga dokter yang ada di Kelurahan
Telogosari merupakan potensi untuk bermitra dengan para dokter, dengan merencanakan
membentuk klinik yang difasilitasi oleh BKM dan kelurahan. Sampai sekarang hasilnya memang
positif, selain bertujuan melayani masyarakatkarena letak Puskesmas yang jauhpihak BKM tidak
perlu mencari mitra di luar kelurahan untuk program penanggulangan kemiskinan. Selain itu
pentingnya informasi dalam forum-forum BKM yang intensif hingga berhasil dan dapat
direalisasikan kepada pihak yang akan memberikan kerjasama. Karena, informasi yang diberikan
oleh pihak-pihak luar yang ingin bermitra biasanya sering disampaikan dalam forum-forum
bersama, karena dianggap lebih efektif dan sasarannya akan lebih luas.
Seperti yang dilakukan BKM Podosugih, Kota Pekalongan. Menurut Bapak Anton (pengurus BKM
Podosugih), hasil kemitraan yang ada selama ini berawal dari sosialisasi terprogram yang dilakukan
BKM. Bahkan, BKM sendiri mempunyai unit khusus yang bertugas untuk bersosialisasi dengan
masyarakat dan selalu hadir di forum RT atau RW sambil mengenalkan BKM dan program-
programnya. Maksud sosialisasi tersebut, agar masyarakat lebih merasa memiliki dan
menumbuhkembangkan BKM. Sehingga, dengan ikatan yang erat antara BKM dan masyarakat,
pihak luar yang ingin mengembangkan potensi di kelurahan akan dapat memanfaatkan BKM
sebagai mitra untuk mengembangkan masyarakat.
Begitu juga yang terjadi di BKM Sari Asih, Kelurahan Padang Sari, Semarang. Walaupun tidak ada
unit khusus untuk melakukan sosialisasi seperti di Podosugih, strategi yang dilakukan BKM ini sama,
yaitu mengenalkan KSM-KSM yang potensial. Cara tersebut lebih efektif, dengan mengadakan pasar
rakyat secara rutin, bekerjasama dengan aparat kelurahan untuk memfasilitasi kegiatan tersebut.
Hasilnya sangat memuaskan. Pasar rakyat tersebut ternyata mampu mencuri perhatian Pertamina
dan BTN yang pada waktu itu memang sedang fokus mencari mitra binaan guna membantu
perbankan dan BUMN menyalurkan pinjaman kepada pengusaha kecil. Langkah yang ditempuh
oleh kedua BKM di atas setidaknya telah memberikan gambaran bahwa sebenarnya sosialisasi
adalah kunci awal untuk meraih kemitraan.
Menurut Pertamina UPMS Jateng dan DIY sebagai salah satu BUMN yang ikut serta
mengembangkan mitra binaan, pihak Pertamina akan menyalurkan pinjaman ke usaha mikro
kepada lembaga yang kegiatannya jelas dan dikenal oleh masyarakat luas. Sehingga, pihak
Pertamina percaya akan kemampuan dari lembaga tersebut untuk mengelola dan mengembangkan
usaha mikro sesuai dengan tujuan bersama, yaitu penanggulangan kemiskinan dan kemanfaatan
bersama.
Selain sosialisasi yang baik, hal lain yang perlu ditindaklanjuti dari kemitraan adalah menjaga
kepercayaan yang diberikan oleh pihak lain. Mungkin ini diperlukan konsistensi dari berbagai pihak.
Baik pengurus maupun masyarakat sebagai pengguna hasil kemitraan. Kegiatan-kegiatan yang
dilakukan juga harus tepat sasaran sesuai dengan keinginan masyarakat, dan sesuai dengan
prosedur dari pihak pemberi mitra. Kemudian juga perlu dilakukan monitoring dan pembinaan KSM.
Dengan adanya monitoring dan pembinaan KSM, resiko dari pemanfaatan dana kemitraan tidak
tepat sasaran akan bisa diminimalisir. Monitoring dan pembinaan ini tidak saja dilakukan oleh BKM.
Sebagian BUMN biasanya memiliki program-program monitoring dan pembinaan yang dilakukan
secara rutin, karena mereka juga bertanggungjawab terhadap dana yang disalurkan tersebut.
Dari kiat-kiat yang ada dalam menangkap peluang kemitraan, sekarang tergantung BKM untuk
mengoptimalkan implementasinya. Mungkin masih banyak cara yang lebih kreatif untuk bisa
memanfaatkan kemitraan dengan pemerintah, perbankan, BUMN atau dengan masyarakat sendiri.
(Haz, Tabloid Swara Mandiri, Edisi 03 Februari Maret 2006, KMW Propinsi Jawa Tengah; nina).
Bahan Serahan | Pelatihan Penguatan BKM tahun ke 4 109
Panduan Memandu Monev Partisipatif
PERKEMBANGAN KSM
Pertemuan Bulanan Internal Satu KSM
Sangat baik jika ada kertas plano dan spidol. Bila tidak tersedia, gunakan alat
bantu diskusi lainnya yang ada.
Peserta
Pertemuan kecil ini sebaiknya dihadiri oleh seluruh anggota keluarga KSM:
suami, istri dan anak. Jadikanlah pertemuan ini sebagai forum silaturrahmi
antar anggota KSM. Di beberapa pertemuan awal, Relawan dapat menjadi
fasilitator/pemandu hingga dirasakan kelompok dapat berdiskusi secara
mandiri. Salah seorang peserta harus ada yang berperan sebagai notulen
pertemuan agar kelompok memiliki catatan perkembangan KSM.
Sangat baik jika ada kertas plano dan spidol. Bila tidak tersedia, gunakan
alat bantu diskusi lainnya yang ada.
Peserta
Pertemuan ini merupakan pertemuan antar-KSM yang berada di
RW/dusun yang sama. Pertemuan ini sebaiknya dihadiri oleh seluruh
anggota keluarga KSM: suami, istri dan anak. Jadikanlah pertemuan ini
sebagai forum silaturrahmi antaranggota KSM. Pertemuan juga dihadiri
oleh anggota BKM, unit pengelola, relawan, warga masyarakat
sekitar, dan pimpinan masyarakat setempat.
Bahan Serahan | Pelatihan Penguatan BKM tahun ke 4 113
mengenai KSM dapat dilihat di Modul KSM)
3. Persilahkan masing-masing KSM untuk menceritakan perkembangan
KSM-nya selama 3 bulan ke belakang, hasilnya, hambatan yang
dialami, tindakan-tindakan yang dilakukan mengatasi hambatan, dan
perkembangan KSM sejak awal tahun hingga saat ini.
Perkembangan KSM
Tindakan
Perkembangan
Kegiatan 3 Hambatan yg
awal tahun
bulan lalu Dilakukan
hingga saat ini
Proses pembelajaran yang dipakai adalah belajar dari pengalaman atau seringkali disebut sebagai
pengalaman berstruktur. Cara ini dipakai agar dalam proses belajar tersebut , warga belajar terbiasa
untuk menganalisa persoalan dan kebutuhan hidupnya agar menjadi manusia yang kritis.
1. Melakukan atau
Mengalami
5. Menerapkan 2. Mengungkapkan
Mengungkapkan
Pada proses belajar bersama dalam kegiatan belajar di BKM/LKM, UP & relawan, para warga belajar
diajak untuk mengungkapkan pengetahuan dan pengalaman yang dimilikinya.
Menyimpulkan
Anggota BKM/LKM, UP & relawan diajak untuk merumuskan makna dari pengalaman dan kondisi
kehidupan yang dialami tersebut sebagai suatu pelajaran dan pemahaman atau pengetahuan baru yang
lebih utuh, berupa prinsip prinsip atau kesimpulan umum (generalisasi) dari hasil pengkajian atas
pengalaman tersebut.
Penerapan
Anggota BKM/LKM, UP & relawan diajak untuk merumuskan dan merencanakan tindakan tindakan
baru yang lebih baik berdasarkan hasil pemahaman atau pengertian baru tersebut, sehingga sangat
memungkinkan untuk menciptakan kenyataan kenyataan baru yang lebih baik. Proses pengalaman
belumlah lengkap, sebelum pemahaman baru penemuan baru tersebut dilaksanakan dan diuji dalam
perilaku yang sesungguhnya. Tahap inilah bagian yang bersifat uji coba.
Setiap orang sering melalui tahapan yang berbeda beda dalam proses belajar, ada yang belajar dimulai
dari pengalaman nyata, ada yang mulai dari pengamatan, dan seterusnya. Untuk kelompok anak anak
apabila pengalaman ini belum didapatkan proses mengalami bisa dilakukan melalui berbagai kegiatan
yang dirancang khusus misalnya melalui permainan, menanam tumbuh tumbuhan dalam pot, atau
kegiatan lainnya dan setelah itu mereka diajak untuk mengamati kegiatan bersama sama.
Kegiatan belajar dalam BKM/LKM, UP & relawan dapat dimulai dari proses identifikasi kebutuhan,
perencanaan proses belajar, pelaksanaan kegiatan belajar , penilaian perkembangan belajar dan
penerapan hasil belajar dalam kehidupan sehari hari.
Perubahan Sosial
Identifikasi
Kebutuhan
Partisipasi Masyarakat Belajar
Penilaian Rencana
Perkembangan Proses
Belajar Belajar
Pelaksanaan
Kegiatan
Belajar
Bahan Serahan | Pelatihan Penguatan BKM tahun ke 4 117
Identifikasi Kebutuhan Belajar :
Sebelum memulai proses pembelajaran, kita terlebih dahulu harus mengetahui apa yang ingin dipelajari
oleh anggota BKM/LKM, UP & relawan hal ini disebut dengan identifikasi kebutuhan belajar. Kebutuhan
belajar ini biasanya berkaitan dengan kebutuhan pemecahan masalah yang dihadapi oleh anggota
kelompok yang semestinya sudah bisa diperkirakan dari sejak refleksi kemiskinan, misalnya ada
kelompok buta aksara, ada kelompok yang harus menambah pengetahuannya mengenai kesehatan, ada
kelompok yang membutuhkan tambahan pengetahuan dan keterampilan membuat kue, cara menghitung
biaya untuk berjualan dan sebagainya. Harus diperhatikan bahwa setiap anggota mempunyai kebutuhan
yang berbeda beda, tetapi biar bagaimanapun pasti ada beberapa anggota yang mempunyai kebutuhan
dan harapan harapan yang sama dan bisa dijadikan satu kelompok.
Pada proses awal pengembangan BKM/LKM, UP & relawan, kita harus memastikan adanya anggota
anggota yang berminat untuk mengikuti kegiatan. Untuk menjaring anggota tentu saja keberadaan
BKM/LKM, UP & relawan harus diinformasikan kepada warga masyarakat sehingga siapapun bisa
menjadi anggota dan dapat belajar bersama sama di dalam BKM/LKM, UP & relawan, baik perempuan
maupun laki laki, dewasa maupun anak anak.
Setelah terjaring anggota, undanglah mereka dalam pertemuan untuk menentukan kebutuhan belajar
apa untuk masing masing anggota yang berhubungan dengan masalah masalah kesejahteraan
keluarga seperti pendidikan, kesehatan, ekonomi, lingkungan dan sebagainya. Hal ini penting untuk
mengetahui apa sebenarnya masalah masalah, kebutuhan kebutuhan serta yang mereka harapkan
dari kegiatan belajar dari para anggota. Selain hal tersebut, penting pula untuk diketahui kemampuan
keaksaraan, tingkat pendidikan dan kondisi kondisi lainnya dari anggota . Dengan mengetahui hal hal
tersebut, maka kita akan dengan mudah menentukan dan merancang materi materi belajar untuk
masing masing kelompok.
Identifikasi kebutuhan belajar dilakukan untuk mengetahui masalah dan kebutuhan warga belajar
sehingga kegiatan pembelajaran yang dilakukan kemudian lebih efektif.
Daftar masalah, kebutuhan dan tingkat kemampuan warga belajar ternyata banyak dan beragam.
Biasanya akan terjadi kesulitan bagi kita untuk menyusun materi belajar yang bisa merangkum seluruh
harapan anggota. Diskusi bersama untuk menentukan kebutuhan belajar bisa dilakukan dengan
mendaftar kebutuhan masing masing. Apabila anggota BKM/LKM, UP & relawan relatif banyak (lebih
dari 10 orang), di dalam pertemuan mintalah anggota BKM/LKM, UP & relawan untuk berkelompok dan
mendiskusikan dan memilih kebutuhan belajar. Setelah selesai diskusi dalam kelompok kemudian bahas
bersama apakah ada kebutuhan yang sama dari setiap kelompok ataukah ada yang berbeda. Buatlah
tabel untuk memudahkan diskusi dan mendapatkan daftar kebutuhan belajar.
Bahan Serahan | Pelatihan Penguatan BKM tahun ke 4 119
Memprioritaskan Kebutuhan Belajar
Dalam identifikasi kebutuhan, pastinya akan banyak sekali kebutuhan yang muncul dan tidak semuanya
bisa dibahas dalam proses belajar yang akan dilaksanakan. Biasanya tidak semua kebutuhan satu
kelompok merupakan kebutuhan kelompok lainnya. Kadang kadang ada kebutuhan yang dirasakan
sama oleh beberapa anggota kelompok sekaligus. Buatlah prioritas kebutuhan belajar bersama sama,
para anggota lah yang mempertimbangkan, menyeleksi dan menentukan kebutuhan kebutuhan
tersebut.
Seluruh masalah yang sudah diseleksi bisa dibagi ke dalam 2 kelompok besar, yaitu masalah masalah
strategis dan masalah masalah praktis. Masalah strategis adalah masalah yang membutuhkan
pemecahan jangka panjang. Masalah praktis adalah masalah masalah yang mendesak, serta
membutuhkan penanganan jangka pendek untuk memecahkannya.
Contoh ;
Dari hasil identifikasi di atas, kemudian kita bisa menentukan materi pembelajaran apa yang diperlukan.
Buatlah daftar materi belajar yang diperlukan dan siapa saja yang membutuhkan materi belajar tersebut.
Penilaian bisa dilakukan dengan cara cara formal seperti tes atau penugasan, tetapi juga bisa dilakukan
dengan memberikan pertanyaan pertanyaan, obrolan dan mengamati kegiatan warga belajar.
Penitng diperhatikan :
Secara alamiah, warga belajar akan melakukan penilaian sendiri atas proses belajar yang
dilakukannya, dan secara alamiah pula mereka memutuskan sendiri tentang apa yang akan
mereka hasilkan berikut tindak lanjutnya.
Warga belajar lebih mengetahui potensi dirinya
Yang kita nilai bukan hanya keberhasilan atau kegagalannya, tetapi terutama hdala proses
perubahannya.
Sebelum menilai, kita harus memeriksa kembali catatan mengenai kebutuhan dan alasan alasan
mengenai warga ikut dalam kegiatan BKM/LKM. Biasanya kita akan mendapatkan beragam alasan dan
kebutuhan warga belajar , misalnya :
Ingin dapat memahami, mebaca dan menulis tentang cara cara penularan penyakit muntaber
Ingin dapat memahami, membaca dan menulis tentang cara cara penularan penyakit muntaber
Ingin mengetahui cara cara pengendalian hama
Ingin mengetahui kesehatan reproduksi
Ingin mengetahui hak hak perempuan dalam pembangunan desa/kelurahan
Dan sebagainya.
Alasan alasan yang dikemukakan oleh warga belajar adalah landasan utama kita dalam merancang
penilaian. Dengan kata lain, penilaian kita tidak berlandaskan kepada apa yang kita mau atau apa tujuan
program, tetapi terutama didasarkan pada keinginan dan kebutuhan warga belajar.
Bahan Serahan | Pelatihan Penguatan BKM tahun ke 4 121
Keterampilan baca, tulis dan hitung : yang dinilai apakah warga belajar dapat membaca materi
yang dipelajari misal : membaca petunjuk mengenai makanan tambahan bagi bayi.
Kemampuan menganalisis masalah : yang dinilai apakah warga belajar dapat menjelaskan
hubungan sebab akibat dari masalah. Misalnya : bisa menjelaskan mengapa banyak orang tidak
memberikan makanan tambahan bagi bayi, apa akibat-akibatnya dan lain lain.
Perubahan perubahan sikap dan perilaku : yang dinilai adalah sejauh mana pengetahuan dan
sikap warga mengenai topik belajar meningkat, dan bagaimana warga menerapkan apa yang
dipelajarinya dalam kehidupan sehari hari .
Proses pembelajaran : yang dinilai adalah apakah warga belajar hadir penuh, merasa nyaman
mengikuti kegiatan, apakah media yang kita gunakan sudah tepat dan lain lain.
Program
Nasional
Pemberdayaan
Masyarakat (PNPM)
Mandiri
Perkotaan
KANTOR PUSAT