Anda di halaman 1dari 124

KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM

PROGRAM
NASIONAL
PEMBERDAYAAN
MASYARAKAT
MANDIRI MANDIRI

P E R K O TA A N

KUMPULAN BAHAN
SERAHAN
PELATIHAN PENGUATAN BKM/UP/RELAWAN/LURAH

BB.03 LOKASI SIKLUS TAHUN KE 4


KENAIKAN KELAS TINGKAT KELURAHAN

ISU SIKLUS 1 SIKLUS 2 - 3 SIKLUS 4 PENGUATAN


1. PerencanaanPartisipatif
Metodologi Pengenalan Penguatan Metodologi Penguatan
metodologi pelaksanaan perencanaan implementasi
dan prinsip siklus dan partisipatif dan metodologi
prinsip GG penerapan prinsip prinsip GG perencanaan
melalu i prinsip diadopsi untuk partisipatif dan
tahapan siklus prinsip GG perencanaan prinsip prinsip
desa/kelurahan GG dalam
perencanaan
desa/kelurahan
Pengenalan dan Evaluasi tahunan Pengembangan
penguatan diadopsi dalam sistem evaluasi
evaluasi pelaksanaan partisipatif untuk
program pembangunan pembangunan
(tinjauan desa/kelurahan desa/kel
partisipatif)
Orientasi Perencanaan Pengenalan Penguatan Mainstreaming Mainstreaming
mainstreaming mainstreaming DRM dalam DRM dalam
DRM dalam DRM dalam Perencanaan Perencanaan
PJM PJM Desa/kelurahan Desa/kelurahan
Pronangkis Pronangkis
Pengenalan Penguatan Mainstreaming Mainstreaming
mainstreaming mainstreaming Gender dalam Gender dalam
Gender dalam gender dalam Perencanaan Perencanaan
PJM PJM Desa/kelurahan Desa/kelurahan
Pronangkis Pronangkis
Maintreaming Maintreaming
nangkis dalam nangkis dalam
perencanaan perencanaan
desa/kelurahan desa/kelurahan
Minimal 1 2 Perluasan isu Pelayanan dasar Pelayanan dasar
isu MDGs , MDGs pada dan perluasan akses
fokus pada kesehatan dan terhadap
sanitasi, air pendidikan sumberdaya
bersih, gizi dan
peningkatan
pendapatan
Harmonisasi/Sinergi/Ch PNPM Rintisan Konsolidasi Program program
anneling program Perkotaan channeling program2 nangkis masuk ke dalam
minimal (PNPM inti, skema perencanaan
dengan Dinas penguatan, cluster desa/kelurahan
terkait untuk 1,2 dan 3) (berdasarkan

Bahan Serahan | Pelatihan Penguatan BKM tahun ke 4 1


program ,channeling dengan kebutuhan yang
program air swasta/lembaga non tertuang dalam
bersih, sanitasi, pemerintah perencanaan
kesehatan dan Desa/kelurahan)
pendidikan
Sinergi dengan - Rintisan sinergi Perencanaan Perencanaan
Perencanaan Reguler PJM Desa/kelurahan Desa/kelurahan
(Musrenbang) Pronangkis ke dengan mainstream dengan mainstream
dalam nangkis menjadi nangkis menjadi
musrenbang prioritas dalam prioritas dalam
(penyesuaian musrenbang (pro musrenbang
waktu dan isu poor planning )
isu)
ISU SIKLUS 1 SIKLUS 2 - 3 SIKLUS 4 PENGUATAN
2. KelembagaanBKM/LKM
Pengembangan Pembentukan Pengembangan Pemilu ulang
Organisasi BKM/LKM Forum BKM BKM/LKM
dan perangkat
organisasinya
Pengenalan Pelaksanaan Mitra kelurahan/desa Mitra
peran peran dan penguatan dalam pelaksanaan kelurahan/desa
BKM dan UP peran peran pembangunan dalam pelaksanaan
sebagai BKM dan UP desa/kel bidang pembangunan
pengambil sebagai nangkis desa/kel bidang
kebijakan dan pengambil (pelaksana dan nangkis
pelaksana PJM kebijakan dan monitoring evaluasi (pelaksana dan
Pronangkis pelaksana PJM perencaanaan monitoring evaluasi
Pronangkis desa/kel) perencanaan
desa/kel)
Pengambilan Pengambilan Pengambilan Pengambilan
keputusan oleh keputusan keputusan konsultasi keputusan
BKM konsultasi antara BKM, konsultasi antara
BKM dan Kelurahan dan BKM, Kelurahan
KSM masyarakat dan masyarakat
Manajemen
Rencana Kerja RencanaKerja RencanaKerja
tahunan BKM tahunan tahunan
dan UP Pemerintah Pemerintah
Desa/kelurahan Desa/keluraha
RencanaKerja n
tahunanBKM RencanaKerja
danUP tahunanBKM
danUP
Monitoring Memperluas Bermitra dengan Bermitra
evaluasi monev untuk kelurahan dan dengan
pelaksanaan menilai lembaga lain untuk
kelurahandan
siklus perkembangan monev
KSM lembagalain
untukmonev

Mendokumenta Mempunyai Database nangkis Database


sikan kegiatan sistem database kelurahan , integrasi nangkis

2 Bahan Serahan | Pelatihan Penguatan BKM tahun ke 4


kegiatan nangkis dengan database kelurahan,
pelaksanaan sederhana nangkis kota/kab integrasi
PJM
dengan
Pronangkis
database
kota/kab

PPM Mengembangka Jaringan PPM JaringanPPM


berdasarkan n sistem PPM dengan kota/kab dengan
standar yang tepatguna
kota/kab
program berbasis budaya
lokal
Sumberdaya Keuangan PNPM menjadi Sumberdana Sumberdana utama Sumberdana utama
sumberdaya berasal dari berasal dari berasal dari
utama PNPM dan pemerintah daerah pemerintah daerah
sumber lain
Rencana Mempunyai Mempunyai Mempunyai
keuangan perencanaan perencanaan perencanaan
sesuai kerangka keuangan untuk keuangan dan keuangan dan
PNPM MP kegiatan sumberdaya sumberdaya
Pranata Melibatkan Penguatan Pelibatan Pelibatan
warga miskin partisipasi masyarakat miskin masyarakat miskin
dan perempuan warga miskin dan perempuan dan perempuan
berdasarkan dan perempuan diadopsi oleh diadopsi oleh
PAD dalam dalam kelurahan/desa kelurahan/desa
perencanaan perencanaan dalam pembangunan dalam
dan dan pembangunan
pengambilan pengambilan
keputusan keputusan
Memberikan Memberikan Memberikan akses Memberikan akses
akses informasi akses informasi informasi kepada informasi kepada
kepada warga kepada warga warga untuk semua warga untuk semua
mengenai mengenai informasi informasi
PNPM MP program pembangunan pembangunan
melalui media nangkis kelurahan/desa kelurahan/desa
yang melalui media
dikembangkan warga
oleh PNPM
MP
Pertanggungja Pertanggungja Pertanggungjaw Pertanggungjaw
waban waban abankeuangan abankeuangan
keuangan keuangan kepada kepada
kepada PNPM kepada kelurahandan kelurahandan
MP dan berbagai masyarakat masyarakat
masyarakat pemberi dana Sistem Sistem
dan masyarakat
pertanggungjaw pertanggungjaw
abandiadopsi abandiadopsi
untuk untuk
pembangunan pembangunan
desa/kelurahan desa/kelurahan
3. KSM
Pengembangan KSM terbentuk KSM Mempunyai Mempunyai

Bahan Serahan | Pelatihan Penguatan BKM tahun ke 4 3


Kelompok mempunyai perencanaan perencanaan
perencanaan kelompok, kelompok ,
kelompok dan keuangan dan
keuangandan
kegiatan rutin sumberdaya
sumberdaya

Monev KSMmampu KSM mampu


perkembangan menilai menilai
kelompok dan perkembangan
perkembangan
tingkat kelompok dan
kesejahteraan kelompokdan tingkat
anggota tingkat kesejahteraan
dilakukan oleh kesejahteraan
BKM
Akses sumberdaya Sumber Sumber Sumber Sumber keuangan
keuangan keuangan keuangan utama dari lembaga
bergantung terutama dari dana/keuangan di
utamadari
kepada BKM BKM , luar BKM dan
ditambah lembaga swadaya
dengan dana/keuangan
swadaya diluarBKMdan
swadaya

Sumberdaya Sumberdaya Sumberdaya alam


alam alamkota/kab kota/kab
desa/kelurahan
Jaringan Ekonomi : Akses pasar Aksespasar Akses pasar yang
Memulai lokal yanglebihluas lebih luas (jaringan
usaha kelurahan/keca kemitraan )
(jaringan
matan ,
pengembangan kemitraan)
usaha
Sosial Bekerjasama Berjaringan Berjaringan dengan
Memulai dengan dengan lembaga lembaga
program lembaga sosial yang lebih
lembaga
sederhana lembaga sosial luas (kota/nasional)
tingkat lembagasosial
kelurahan dan yanglebihluas
kecamatan (kota/nasional)

Penerima manfaat Warga miskin Warga miskin Wargamiskin Warga miskin dan
(PS-2) hampir miskin
Pemerintah Mendukung Terlibat dalam Bermitra Bermitra dengan
Kelurahan/Desa PNPM MP proses denganBKM BKM untuk
perencanaan mainstream nangkis
untuk
/siklus dan dalam perencanaan
penguatan mainstream desa/kel dan
KSM nangkisdalam pelaksanaan
perencanaan pembangunan
desa/keldan bidang kemiskinan

4 Bahan Serahan | Pelatihan Penguatan BKM tahun ke 4


pelaksanaan
pembangunan
bidang
kemiskinan

OUTPUT
% kelurahan % kelurahan %perencanaan % perencanaan
yang yang kelurahandengan kelurahan dengan
mempunyai mempunyai mainstreaming
mainstreaming
PJM PJM nangkis
Pronangkis Pronangkis nangkis

% PJM % PJM %perencanaan % perencanaan


Pronangkis Pronangkis kelurahan/desa kelurahan/desa
yang memuat yang yang memuat
yangmemuat
isu MDGs memperluas isu semua isu MDGs
infrastruktur MDGs semuaisuMDGs
dasar , kesehatan dan
pendapatan dan pendidikan
gizi
' % warga % Kelurahan %kelurahan/desa kelurahan/desa
miskin terlibat yang yangmelakukan yang melakukan
dalam siklus melakukan review
review
review pembangunan
partisipatif pembangunan desa/kelurahan
desa/kelurahan

% perempuan % PJM %Perencanaan Perencanaan


terlibat dalam Pronangkis desa/kelurahan desa/kelurahan
siklus yang sinergi ke yang terakomodir
yangterakomodir
dalam proses di dalam
musrenbang didalam perencanaan
perencanaan kota/kab
kota/kab

% BKM % warga %wargamiskin warga miskin yang


terbentuk miskin yang yangterlibatdalam terlibat dalam
terlibat dalam perencanaan
perencanaan
siklus desa/kelurahan
desa/kelurahan

Jumlah KSM % perempuan %perempuanyang perempuan yang


Terbentuk yang terlibat terlibatdalam terlibat dalam
dalam siklus perencanaan desa
perencanaandesa

% warga % BKM yang % BKM yang BKM yang menjadi


miskin yang mempunyai menjadi mitra mitra
mendapatkan rencana kerja kelurahan/desa kelurahan/desa
pelayanan tahunan dalam pelaksanaan dalam pelaksanaan
BKM pembangunan pembangunan
bidang nangkis bidang nangkis
% perempuan % Forum BKM % Forum BKM yang Forum BKM yang

Bahan Serahan | Pelatihan Penguatan BKM tahun ke 4 5


miskin yang terbentuk terlibat dalam terlibat dalam
mendapatkan musrenbang musrenbang
pelayanan kecamatan dan kecamatan dan
BKM kota/kab kota/kab
% lura/ka Des % KSM yang % KSM yang % KSM yang
yang terlibat dalam terlibat dalam terlibat dalam
mendukung pengambilan pengambilan pengambilan
PNPM MP keputusan di keputusan di tingkat keputusan di
BKM desa/kelurahan tingkat
desa/kelurahan
% BKM yang % kelurahan/desa % keluarahan/desa
mengembangka yang yang
n media warga mengembangkan mengembangkan
dan media warga dan media warga dan
menggunakann menggunakannya menggunakannya
ya untuk untuk transparansi untuk transparansi
transparansi informasi informasi
informasi
% BKM yang % keluarahan/desa% keluarahan/desa
melaksanakan yang melaksanakanyang melaksanakan
RWT RWT RWT
pembangunan desa
% BKM yang %kelurahan/desa % kelurahan/desa
melaksanakan yangmelaksanakan yang melaksanakan
audit keuangan audit keuangan
auditkeuangan

% BKM yang %Kelurahanyang % Kelurahan yang


mempunyai mempunyai mempunyai
sistem jaringan database
databasenangkis
penilaian nangkis kelurahan
perkembangan dengan kota/kab
kesejahteraan
penerima
manfaat
% KSM yang %KSMyang % KSM yang
mempunyai berjaringandengan berjaringan dengan
perencanaan pasar yang lebih
pasarlokal
dan kegiatan luas
rutin
% warga %KSMyang % KSM yang
miskin yang berjaringandengan berjaringan dengan
terlayani oleh lembaga lembaga
lembagalembaga
BKM di tingkat kota/kab
ditingkatkota/kab

% perempuan % warga miskin % warga miskin


miskin yang yang terlayani oleh yang terlayani oleh
terlayani oleh BKM BKM
BKM
% anggota % perempuan % perempuan
pemerintah miskin yang miskin yang
kelurahan/desa terlayani oleh BKM terlayani oleh BKM

6 Bahan Serahan | Pelatihan Penguatan BKM tahun ke 4


yang terlibat

Kegunaan dari Informasi


Tujuan Akhir Indikator Dampak
Dampak

Masyarakat miskin di Peningkatan akses ke pelayanan infrastruktur, Menentukan apakah PNPM


lokasi PNPM Mandiri ekonomi dan sosial di minimum 80% kelurahan pada memberikan dampak
Perkotaan mendapat tahun 2013. kesejahteraan sosial dan
manfaat dari ekonomi sesuai dengan yang
perbaikan sosial Jumlah penduduk di daerah perkotaan yang diharapkan.
ekonomi dan tata mendapat akses ke jalan yang baik dalam rentang
kepemerintahan 500 meter di bawah proyek.
setempat Infrastruktur dibangun minimum 20% lebih murah Indikator Sektor Inti Bank Dunia
dibandingkan dengan yang dibangun dengan pola
tidak bertumpu pada masyarakat, di 80% kelurahan.
Minimum 80% tingkat kepuasan pemanfaat terhadap
peningkatan pelayanan dan tata kepemerintahan

C Hasil Antara

setempat.
Minimum 90% pengaduan diselesaikan.

Indikator Hasil Kegunaan Pemantauan Hasil

Komponen 1: Komponen 1: Komponen 1:

A a. Kelompok
masyarakat yang
terorganisasi
memiliki akses
untuk
menyuarakan


Min. 40% tingkat partisipasi kaum miskin dan
kelompok rentan dalam pertemuan2 perencanaan
dan pengambilan keputusan.
Min. 40% tingkat kehadiran perempuan dalam
pertemuan perencanaan dan pengambilan
Menilai apakah rancangan
pembentukan LKM dan PJM
Pronangkis perlu diperbaiki .
Menentukan apakah proses
pemilihan LKM dan sosialisasi
keputusan. perlu diperbaiki.

P
pendapat dalam
menyusun Min. 30% penduduk dewasa mengikuti pemilihan
Perencanaan LKM di tingkat RT/komunitas basis.
Jangka
Menengah LKM terbentuk di minimum 90% kelurahan.
Program Min. 90% dari kelurahan telah menyelesaikan PJM
Penanggulangan Pronangkis dan telah selesai dan titerima dalam uji
Kemiskinan.

A
publik.

b. Pemerintah Min. 80% Pemerintah Kota/Kabupaten menyediakan


kota/kab Dana Daerah Untuk Urusan Bersama (DDUB)
memberikan sebesar min. 20%.
pelayanan yang
lebih baik untuk

I masyarakat
miskin.

Komponen 2:
Masyarakat
mendapat
Komponen 2:
Jumlah dari setiap kegiatan infrastuktur, ekonomi
dan sosial yang diselesaikan di min. 80% kelurahan.
Komponen 2:
Menentukan apakah dibutuhkan
peningkatan bantuan teknik di

A
peningkatan akses bidang tertentu.
infrastruktur Min. 70% dari infrastuktur yang dinilai memiliki
berdasarkan PJM kualitas baik.
Pronangkis. Min. 70% kelurahan dengan program pinjaman dana
bergulir memiliki pinjaman beresiko (LAR) 3 bulan
<10%.
Min. 90% kelurahan dengan program pinjaman dana

N
bergulir memiliki rasio pendapatan dan biaya
>125%.
Min. 90% kelurahan dengan program pinjaman dana
bergulir memiliki tingkat pengembalian modal
tahunan >10%.

Komponen 3: Komponen 3: Komponen 3:


Konsultan Min. 90% KMW menyediakan data secara akurat Menilai apakah bantuan teknik
menyediakan dan tepat waktu melalui SIM. dan dukungan pelaksanaan
bantuan teknik dan perlu diperbaiki/ditingkatkan
dukungan dalam Min. 70% LKM telah menyelesaikan audit keuangan
pelaksanaan proyek tahunan Menyediakan data yang
akurat tepat waktu untuk
pengambilan keputusan di
tingkat manajemen.

Bahan Serahan | Pelatihan Penguatan BKM tahun ke 4 7


PNPM Mandiri Perkotaan:
Proses Pembelajaran Penyadaran Kritis
Marnia Nes

PNPM Mandiri Perkotaan, merupakan proses pembelajaran masyarakat dalam menanggulangi


kemiskinan. Proses pembelajaran sebenarnya adalah proses pendidikan, artinya perubahan dapat
terjadi melalui proses pendidikan yang didampingi oleh Fasilitator di wilayah Kelurahan/Desa
sasaran.
Melalui proses belajar ini, diharapkan masyarakat mampu untuk merubah pola pikir dan sikap
perilaku sebagai manusia yang bertanggungjawab untuk menjalankan fitrahnya sebagai manusia,
yaitu manusia yang mampu memberikan potensi yang ada dalam dirinya untuk kesejahteraan diri
dan lingkungannya.
PNPM Mandiri Perkotaan mengawal proses pembelajaran ini melalui tahapan siklus, yaitu:

Apa yang dipelajari?


Siklus
Prinsip Nilai nilai Pola pikir
Kemasyarakatan

Rembug Partisipasi : Keadilan dan kesetaraan: Masyarakat merupakan


Kesiapan masyarakat semua lapisan subyek pembangunan dan
Masyarakat belajar masyarakat berhak untuk berhak untuk menentukan
(RKM) memutuskan mendapatkan informasi nasibnya sendiri tanpa
secara sadar dan mengambil paksaan dari pihak luar,
upaya keputusan tetapi berdasarkan kesadaran
pemecahan kritis mereka
masalah yang
mereka butuhkan

Refleksi Partisipasi, Keadilan dan kesetaraan, Penyebab utama kemiskinan :


Kemiskinan terlibat untuk saling memahami, dan lunturnya nilai nilai
menentukan saling perduli terhadap kemanusiaan.
masalah utama permasalahan orang lain.
Semua pihak
kemiskinan
Kejujuran untuk bertanggungjawab dalam
secara transparan
mengakui permasalahan. pemecahan masalah
dan demokratis.
kemiskinan.
Masyarakat mampu
melakukan analisa sebab
akibat permasalahan
kemiskinan

8 Bahan Serahan | Pelatihan Penguatan BKM tahun ke 4


Apa yang dipelajari?
Siklus
Prinsip Nilai nilai Pola pikir
Kemasyarakatan

Pemetaan Partisipasi, Perduli terhadap Masyarakat mampu


Swadaya transparansi permasalahan orang melakukan kajian dan
informasi dalam miskin, saling penelitian sederhana
menggali potensi menghargai, saling mengenai permasalahan di
dan memahami, kesetaraan wilayahnya, karena
permasalahan dalam kegiatan, masyarakatlah yang
bersama. mempunyai pengetahuan
Penghargaan terhadap
terhadap permasalahan diri
harkat dan martabat
dan lingkungannya bukan
manusia, yang
orang luar.
diperlakukan adil dan
setara dengan memberi Masyarakat mempunyai
kesempatan yang sama potensi untuk memecahkan
untuk terlibat. masalah tanpa harus selalu
tergantung kepada bantuan
Saling berbagi
pihak luar.
pengetahuan dan
informasi (saling Semua permasalahan
memberi) kemiskinan baik itu masalah
sosial, ekonomi maupun
lingkungan bersumber dari
sikap dan perilaku para
pelaku pembangunan.
Kemiskinan merupakan
masalah bersama

Pembangunan Demokrasi, Kejujuran, keadilan, Masyarakat mampu untuk


BKM kesetaraan, kerelawanan mengorganisir diri dalam
Partisipasi,
menjadi komitmen semua menentukan siapa yang harus
Desentralisasi di warga masyarakat. memimpin.
dalam
Pemimpin yang dipilih adalah
membangun
yang mempunyai kemampuan
kelembagaan
menggunakan potensinya
milik warga
untuk kesejahteraan orang
masyarakat yang
lain, pemimpin yang
representative.
mempunyai sikap mental
positif artinya merupakan
manusia yang berdaya
(sejati).

Bahan Serahan | Pelatihan Penguatan BKM tahun ke 4 9


Apa yang dipelajari?
Siklus
Prinsip Nilai nilai Pola pikir
Kemasyarakatan

PJM Pronangkis Partisipasi, Keadilan, kejujuran, dan Masyarakat mampu untuk


(perencanaan transparansi, kebersamaan dalam merencanakan program .
partisipatif) demokrasi dalam upaya memenuhi
Masyarakat mempunyai
proses belajar kebutuhan agar persoalan
tanggungjawab untuk
menyusun kemiskinan dapat
perencanaan.
rencana ditanggulangi.
rencana untuk Adil bukan beararti bagi rata,
memenuhi tetapi memberikan bantuan
kebutuhan warga bagi yang paling
masyarakat membutuhkan.
sesuai dengan
Pengembangan program
persoalan
tidak hanya bertumpu pada
persoalan yang
bantuan pihak luar akan
dihadapi.
tetapi bisa mengoptimalkan
potensi yang ada di
masyarakat.

Pengorgani- Partisipasi, Kejujuran, keadilan, Masyarakat mampu


sasian KSM demokrasi, kesetaraan, saling perduli mengorganisasikan dirinya
akuntabilitas, di di antara anggota dalam kelompok
dalam proses kelompok, saling
Masyarakat
berhimpun/berkel memahami, saling
ompok sebagai menghargai , saling Masayrakat miskin dapat
bagian modal percaya dipercaya
sosial.

Di dalam setiap tahapan siklus proses belajar tersebut dilaksanakan dengan pendekatan kelompok
melalui Diskusi Kelompok Terarah, rembug rembug dan melaksanakan refleksi refleksi bersama.
Melalui diskusi diskusi dan refleksi dalam kelompok, maka diharapkan terjadi dialog dan saling
berbagi pengetahuan, berbagi informasi, berbagi sumberdaya, berbagi peluang yang artinya
berbagi sumber kekuasaan yang dilandasi oleh nilai nilai kemanusiaan. Diharapkan pada
akhirnya akan tumbuh keperdulian terhadap permasalahan orang lain dan lingkungan. Pendekatan
ini juga dapat menciptakan pola pola hubungan masyarakat yang setara dan sekat sekat sosial
diharapkan bisa terbongkar.
Untuk mencapai tujuan belajar di atas, maka proses pendidikan yang dilaksanakan seharusnya
pendidikan yang dapat memanusiakan manusia, dimana di dalamnya terkandung sikap dan perilaku
dari pendidik (Fasilitator, relawan dan pihak lain) maupun peserta didik yang menjunjung tinggi
nilai - nilai kemanusiaan (saling menghargai, adil,setara, dsb).
Proses pendidikan sangat bergantung kepada paradigma pendidikan yang diyakini oleh pelaku
pendidik ( dalam hal ini lembaga pengembang program/Pelaku PNPMM Perkotaan). Karena
paradigrna pendidikan berimplikasi pada metode yang dipakai dalam prosesnya yang pada akhirnya
akan berdampak pada kesadaran masyarakat.

10 Bahan Serahan | Pelatihan Penguatan BKM tahun ke 4


Untuk menumbuhkan kesadaran kritis masyarakat, maka paradigma yang digunakan adalah
paradigma pendidikan kritis. Dalam perspektif kritis, pendidikan semestinya bisa menciptakan ruang
bagi masyarakat untuk mengidentifikasi secara bebas dan kritis menuju transformasi social.
Masyarakat didorong untuk belajar mengidentifikasi, menganalisa pola - pola hubungan (interaksi)
mereka dalam hidup bermasyarakat untuk membongkar sekat - sekat sosial sehingga terjadi
hubungan yang setara dan adil. Hubungan sosial yang setara dan adil, tidak ada dominasi dari
salah satu pihak, akan terjadi apabila masyarakat saling menghargai. saling memberi, saling
memahami sehingga terjadi manusia - manusia yang berdaya (sejati).
Metode yang digunakan dalam proses pembelajaran yang memberdayakan tentu saja harusnya
yang memungkinkan proses di atas terjadi. Oleh karena itu dalam PNPM Mandiri melode
pembelajaran yang digunakan dalam proses pendampingan adalah Participatory Andragogy.
Dalam pe!aksanaannya, pendekatan pendidikan tersebut menekankan pada pembelajaran yang
dialogis dengan prinsip prinsip:
Pendamping adalah Fasilitator, bukan Guru
Baik Pendamping maupun Masyarakat adalah warga belajar
Semua warga belajar adalah subjek, artinya hubungan di antara semua warga belajar adalah
hubungan yang adil dan setara, sedangkan obyeknya adalah reahlas kehidupan masyarakat
Komunikasi yang dibangun, komunikasi multi arah
Semua warga belajar, menjadi narasumber bagi yang lainnya karena masing -masing
mempunyai pengetahuan dan pengalaman yang khas yang bisa dibagikan kepada yang lain
sehingga akan 'memperkaya' pemahaman masing masing.
Dengan pernbelajaran yang dialogis di atas, dalam prosesnya diharapkan :
Tidak terjadi saling 'jegal' untuk kepentingan pribadi, maupun kelompok
Tidak ada diskriminasi
Tumbuh saling pemahaman terhadap permasalahan orang lain dan lingkungan, sehingga
terjadi saling rnenghargai
Tumbuh kebersamaan
Tumbuh kepedulian, dsb
Oleh karena itu fungsi Fasilitator adalah 'membongkar sekat - sekat sosial, yang bisa
memungkinkan proses di atas terjadi. Dalam PNPM Mandiri Perkotaan, proses beIajar tersebut
dilaksanakan dalam tahapan siklus , artinya dalam memfasilitasi semua tahapan siklus seharusnya
terjadi pembongkaran sekat -sekat yang menghilangkan dominasi dan diskriminasi dimana hal ini
bisa terjadi dengan menumbuhkan nilal - nilai kemanusiaan. Oleh karena itu penumbuhan nilai -
nilai (sikap perilaku) untuk membangun manusia yang berdaya (pemberdayaan sejati) menjadi pilar
ulama dalam pendekatan pembelajaran PNPM Mandiri Perkotaan.

Bahan Serahan | Pelatihan Penguatan BKM tahun ke 4 11


Siklus PNPM Mandiri Perkotaan: Implementasi Daur Program
Pembangunan Partisipatif
Marnia Nes

Siklus yang dikembangkan dalam intevensi Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat Mandiri
Perkotaan merupakan pengejawantahan dari daur program pembangunan partisipatif dari mulai
identifikasi kebutuhan, perencanaan, pelaksanaan sampai monitong evaluasi.

Siklus 1: Rembug Kesiapan Masyarakat ( RKM )


Merupakan proses awal dalam siklus PNPM Mandiri Perkotaan. Siklus ini dilaksanakan karena PNPM
Mandiri Perkotaan merupakan upaya penanggulangan kemiskinan yang diintervensi oleh pihak luar
( pemerintah ), sehingga masyarakat harus diberi kesempatan untuk mengambil keputusan
berkehendak untuk menerima atau menolak PNPM Mandiri Perkotaan sebagai alternatif pemecahan
masalah. Oleh karena itu RKM merupakan proses awal dari pengejawantahan pembangunan
partisipatif, karena masyarakatlah yang berhak untuk menentukan apakah mereka akan melakukan
upaya penanggulangan kemiskinannya sendiri.
Apabila masyarakat memutuskan untuk menerima PNPM Mandiri Perkotaan, maka secara otomatis
masyarakat harus mempunyai komitmen untuk melaksanakan upaya penanggulangan kemiskinan
dengan koridor yang sudah dikembangkan oleh PNPM Mandiri Perkotaan, yaitu melaksanakan
proses pembelajaran dalam daur penanggulangan kemiskinan secara partisipatif yang
dikejawantahkan dalam tahapan siklus-siklus selanjutnya.
Komitmen yang disepakati oleh masyarakat berimplikasi kepada beberapa konsekuensi yang harus
dijalankan oleh mereka seperti: mengikuti pertemuan-pertemuan untuk melaksanakan setiap
proses tahapan siklus, adanya motor penggerak yang bekerja dengan sukarela, kesediaan untuk
bekerjasama dari berbagai pihak ( tokoh, masyarakat miskin, masyarakat non miskin, aparat
pemerintah setempat, dll ), menyediakan dana swadaya untuk berbagai pertemuan dan pelatihan,
dan sebagainya.
Dengan mengetahui segala konsekuensi yang harus dihadapi diharapkan masyarakat betul-betul
siap untuk menerima intervensi PNPM Mandiri Perkotaan bukan karena iming-iming BLM akan
tetapi karena benar-benar mempunyai kehendak untuk melakukan upaya penanggulangan
kemiskinan bersama-sama.

Siklus 2: Refleksi kemiskinan


Refleksi Kemiskinan dilakukan untuk menumbuhkan kesadaran kritis masyarakat terhadap akar
penyebab masalah kemiskinan. Kesadaran kritis ini menjadi penting, karena selama ini seringkali
dalam berbagai program yang menempatkan masyarakat sebagai objek seringkali masyarakat
diajak untuk melakukan berbagai upaya pemecahan masalah tanpa mengetahui dan menyadari
masalah yang sebenarnya ( masalah dirumuskan oleh Orang Luar ).Kondisi tersebut menyebabkan
dalam pemecahan masalah masyarakat hanya sekedar melaksanakan kehendak Orang Luar atau

12 Bahan Serahan | Pelatihan Penguatan BKM tahun ke 4


karena tergiur dengan iming-iming bantuan uang, bukan melaksanakan kegiatan karena benar-
benar menyadari bahwa kegiatan tersebut memang bermanfaat bagi pemecahan masalah mereka.
Dalam pelaksanaannya, ada 2 hal penting yang harus dilakukan dalam Refleksi Kemiskinan, yaitu
Olah Rasa dan Olah Pikir , sehingga pendalaman yang dilakukan melibatkan mental, rasa dan
karsa.
Olah Pikir; Proses ini merupakan analisis kritis terhadap permasalahan kemiskinan yang dihadapi
masyarakat, untuk membuka mekanisme-mekanisme yang selama ini sering tidak tergali dan
tersembunyi di dalamnya. Analisa kritis terhadap permasalahan kemiskinan sering juga disebut
sebagai analisa sosial, artinya mencari secara kritis hubungan sebab akibat, sampai hal hal yang
paling dalam sehingga dapat ditemukan akar permasalahan kemiskinan yang sebenarnya. Setiap
kondisi,baik itu eksternal maupun internal, harus ditelusuri dan kemudian dicari hubungan sebab
akibatnya dalam suatu kerangka yang logis. Dalam hal ini setiap orang yang terlibat dalam refleksi
belajar untuk berpikir analitis dan logis, sehingga diharapkan tumbuh kesadaran kritis terhadap
berbagai penyebab kemiskinan yang berakar pada lunturnya nilai-nilai kemanusiaan seperti dapat
dilihat dalam bagan di bawah ini.

PENYEBAB KEMISKINAN

Dampak Penyebab tingkat 4 Penyebab tk 3 Penyebab tk 2 Penyebab tk 1

POLITIK YANG TAK


MEMBUKA AKSES KE
K KAUM MISKIN, KURANG INSTITUSI
PARTISIPASI PENGAMBIL ORANG
E KEPUTUSAN YANG TIDAK
KEBIJAKAN
M EKONOMI YANG TAK YANG TAK YANG BAIK DAN
I MEMIHAK; TAK ADA
BERPIHAK/ TAK MAMPU MURNI
KESEMPATAN, TAK ADA
S AKSES KE SUMBERDAYA, ADIL MENERAPKAN
K DSB NILAI-NILAI
UNIVERSAL
I SOSIAL YG SEGREGATIF; KEMANUSIAAN
N MARGINALISASI,
INTERNALISASI BUDAYA
A MISKIN, DSB
N FISIK; LINGKUNGAN
KUMUH,
ILEGAL, DSB

Olah Rasa adalah upaya untuk merefleksikan ke dalam terutama yang menyangkut sikap dan
perilaku mereka terhadap permasalahan kemiskinan. Upaya olah rasa lebih menyentuh hati
masing-masing orang yang terlibat dalam proses refleksi untuk merenungkan apa yang telah
diperbuat, dilakukan, sumbangan apa yang telah diberikan untuk melakukan upaya
penanggulangan kemiskinan dan bagi kesejahteraan dan perbaikan hidup masyarakat. Artinya
dalam olah rasa lebih menitikberatkan kepada sikap dan perilaku yang berhubungan dengan nilai-
nilai luhur manusia ( memanusiakan manusia ). Diharapkan akan tumbuh kesadaran masing-
masing bahwa manusia yang berdaya adalah Manusia yang mampu menjalankan fitrahnya sebagai
manusia, manusia yang berbeda dengan makhluk lain, yaitu manusia yang mampu memberi dan
mengabdikan kehidupannya untuk kesejahteraan umat manusia.
Dari olah pikir dan olah rasa di atas, diharapkan cara pandang peserta yang terlibat dalam diskusi
akan berubah dan berimplikasi pada:

Bahan Serahan | Pelatihan Penguatan BKM tahun ke 4 13


Kesadaran bahwa seharusnya mereka tidak menjadi bagian yang menambah persoalan, tetapi
merupakan bagian dari pemecahan masalah dengan cara berkehendak untuk memelihara nilai-
nilai luhur kemanusiaan.
Tumbuhnya pemahaman bahwa sikap dan perilaku yang sesuai dengan nilai-nilai luhur,
merupakan awal dari tumbuhnya modal sosial, sehingga dapat menumbuhkan kepercayaan
pihak luar terhadap masyarakat setempat.
Tumbuhnya kesadaran untuk malakukan upaya perbaikan, yang dimulai dari diri sendiri.
Sehingga setiap anggota masyarakat seharusnya mampu untuk memberikan sumbangan (baik
tenaga, waktu,pikiran, ruang bagi kelompok lain untuk berpartisipasi, berdemokrasi, dsb) untuk
bersama-sama menanggulangi masalah kemiskinan (baca: untuk kesejahteraan masyarakat)

Proses Refleksi kemiskinan secara rinci dapat dilihat pada Buku seri siklus : Panduan Diskusi
Refleksi Kemiskinan-PNPM Mandiri Perkotaan.

Siklus 3: Pemetaan Swadaya


Dalam proses identifikasi kebutuhan masyarakat, siklus lanjutan dari Refleksi Kemiskinan adalah
Pemetaan Swadaya. Dalam siklus ini masyarakat melakukan proses belajar untuk:
Menggali informasi: bagaimana kondisi nyata dari masalah-masalah yang dikemukakan dan
dirumuskan pada saat refleksi kemiskinan (sosial, ekonomi, lingkungan, kelembagaan,
kepemimpinan)? Masalah-masalah tersebut harus didukung oleh data dan fakta, sehingga
diperlukan proses penelitian untuk mengumpulkan informasi yang diperlukan.
Mengkaji, informasi dan fakta yang sudah didapatkan dianalisa dan dikaji bersama. Proses ini
merupakan analisa kritis terhadap berbagai kondisi yang ada berdasarkan informasi dan fakta
tadi untuk dicari sebab akibatnya termasuk kelompok-kelompok yang terkena dampak dari
masalah yang ada (kelompok sasaran). Setiap informasi yang muncul dianalisa apakah hal
tersebut merupakan masalah yang sebenarnya atau hanya merupakan gejala saja.
Merumuskan masalah: Pada tahapan ini masalah yang sudah ditemukan dan disepakati
bersama dikelompokkan (pengorganisasian masalah), kemudian dianalisa hubungan sebab
akibatnya dengan kembali membuat pohon masalah seperti yang dilakukan dalam refleksi
kemiskinan. Dengan demikian dalam melakukan analisa kritis akan terjadi proses refleksi yang
berulang-ulang. Artinya refleksi kemiskinan tidak hanya terjadi pada saat siklus yang pertama
akan tetapi terus dilakukan dalam siklus Pemetaan swadaya.

14 Bahan Serahan | Pelatihan Penguatan BKM tahun ke 4


PENYEBAB KEMISKINAN
Penyebab tingkat 4 Penyebab tk 3 Penyebab tk 2 Penyebab tk 1
Dampak
POLITIK YANG TAK
MEMBUKA AKSES KE
KAUM MISKIN, KURANG
K PARTISIPASI INSTITUSI
PENGAMBIL
E KEPUTUSAN
M EKONOMI YANG TAK ORANG
MEMIHAK; TAK ADA KEBIJAKAN YANG YANG TIDAK
I KESEMPATAN, TAK ADA YANG TAK TAK MAMPU
S BAIK DAN
AKSES KE SUMBERDAYA, BERPIHAK/ MENERAPKAN
K DSB ADIL NILAI-NILAI MURNI
I UNIVERSAL
N SOSIAL YANG KEMANUSIAAN
A SEGREGATIF;
MARGINALISASI,
N INTERNALISASI BUDAYA
MISKIN, DSB Kajian
kepemimpinan
FISIK; LINGKUNGAN Kajian
KUMUH,
ILEGAL, DSB kebijakan
Kajian
Kelembagaan
Berbagai kajian masalah
KKmiskin ekonomi, lingkungan dan sosial

Pada pelaksanaannya proses penggalian informasi, analisa masalah, dan perumusan masalah
seringkali tidak berdiri sendiri-sendiri, akan tetapi merupakan proses yang dilaksanakan sekaligus.
Metode dan teknik yang dikembangkan untuk Pemetaan Swadaya merupakan metode yang lebih
menekankan pada proses diskusi masyarakat. Alat kajian (tools) yang dikembangkan adalah alat
untuk mengajak masyarakat terlibat dalam proses penggalian informasi, analisa dan perumusan
masalah/kebutuhan, sehingga melalui proses tersebut sebetulnya masyarakat yang terlibat menjadi
peneliti bagi dirinya dan kehidupan lingkungannya sendiri.
Dengan terlibat dalam proses Pemetaan Swadaya masyarakat diharapkan mampu untuk:
Memahami persoalan nyata mereka sendiri yang berdasarkan kepada fakta dan informasi yang
ada, sehingga yang mereka rumuskan bukan daftar keinginan tetapi daftar kebutuhan yang
bermanfaat untuk lingkungannya terutama dalam rangka penanggulangan kemiskinan.
Pemecahan masalah (pemenuhan kebutuhan) tidak didasarkan kepada kehendak dan semata-
mata bantuan orang luar akan tetapi lebih banyak mengutamakan kemampuan sumberdaya
dan swadaya masyarakat.
Bagi orang dalam (masyarakat) kegiatan ini menjadi proses belajar dan penyadaran tentang
keadaan kehidupan dan lingkungan yang mereka hadapi, sehingga diharapkan terjadi
pemahaman terhadap kondisi warga di lingkungannya ( mengapa si A miskin, bagaimana
kondisi si B , dsb ). Penyadaran ini merupakan renungan terhadap permasalah dirinya dan
orang lain di lingkungannya sehingga diharapkan tumbuh kepedulian terhadap warga sekitar
dan mencari jalan keluar dari keadaan-keadaan yang dianggap mengganggu ( masalah ).
Bagi orang luar ( lembaga pengembang program ). Kegiatan ini merupakan proses belajar dan
penyadaran dalam memahami keadaan masyarakat , serta cara pandang dan nilai-nilai

Bahan Serahan | Pelatihan Penguatan BKM tahun ke 4 15


masyarakat yang mempengaruhi kehidupan mereka. Proses belajar ini juga akan menimbulkan
dukungan masyarakat terhadap program yang didampinginya, apabila benar-benar
berdasarkan kebutuhan-kebutuhan masyarakat, serta program kemudian dikembangkan oleh
masyarakat sendiri.

Proses Pemetaan Swadaya secara rinci dapat dilihat dalam Buku Siklus PNPM Mandiri
Perkotaan Panduan Pelaksanaan Pemetaan Swadaya

Siklus 4 a: Pembangunan BKM/LKM


Siklus ini merupakan jawaban dari kebutuhan masyarakat terhadap adanya organisasi masyarakat
warga yang mampu menerapkan nilai-nilai luhur yang dimotori oleh pemimpin yang mempunyai
kriteria yang sudah ditetapkan oleh masyarakat sebagai jawaban dari hasil analisa kelembagaan
dan refleksi kepemimpinan yang sudah dilaksanakan dalam siklus Pemetaan Swadaya.
Organisasi masyarakat warga yang dibangun bisa berbentuk paguyuban atau perhimpunan yang
mempunyai ciri-ciri:
Adanya kesetaraan dimana komunitas terbentuk sebagai himpunan warga yang setara di suatu
kelurahan.
Setiap anggota atau warga berhimpun secara proaktif, yaitu telah mempertimbangkan berbagai
aspek sebelum bertindak , karena adanya ikatan kesamaan (commond bond ), seperti
kepentingan, persoalan, tujuan, dsb
Tiap anggota atau warga berhimpun secara sukarela, bukan karena terpaksa
Membangun semangat saling percaya
Bekerjasama dalam kemitraan
Secara damai memperjuangkan berbagai hal, termasuk dalam hal ini menanggulangi
kemiskinan
Selalu menghargai keragaman dan dan hak azasi manusia sebagai dasar membangun sinergi
Menjunjung nilai-nilai demokrasi dalam setiap keputusan yang diambil dan secara intensif
melakukan musyawarah
Selalu mempertahankan otonomi atau kemerdekaan dari bebagai pengaruh kepentingan
Mampu bekerja secara mandiri
Posisi organisasi masyarakat warga:
Di luar institusi pemerintah
Di luar institusi militer
Di luar institusi agama
Di luar institusi pekerjaan atau usaha
Di luar institusi keluarga
Organisai Masyarakat Warga ( paguyuban atau perhimpunan ) tersebut dipimpin oleh pemimpin
kolektif, yang beranggotakan antara 9 sampai 11 orang. Lembaga Kepemimpinan Kolektif ini secara

16 Bahan Serahan | Pelatihan Penguatan BKM tahun ke 4


generik diberi nama BKM/LKM . Kriteria pemimpin kolektif ini ditentukan oleh masyarakat yang
dilakukan dalam refleksi kepemimpinan.
Tahapan pembentukan BKM/LKM , yaitu:
Membentuk panitia pemilihan yang dipilih oleh warga masyarakat. Panitia menyusun
mekanisme pemilihan yang akan dipilih di kelurahan/desa setempat. Proses pemilihan anggota
BKM/LKM adalah rahasia, tanpa pencalonan dan tanpa kampanye.Setiap warga dewasa pada
masyarakat setempat menuliskan beberapa nama yang menurut mereka memenuhi kriteria
yang telah disepakati, artinya anggota BKM/LKM yang dipilih adalah yang merefresentasikan
nilai-nilai luhur , bukan atas dasar keterwakilan wilayah, agama, ras, golongan, dan lain
sebagainya.
Mekanisme pemilihan dilakukan berjenjang dari RT, RW, Kelurahan/Desa berdasarkan pada
kohesifitas ( keakraban-hubungan sosial ) di antara warga masyarakat setempat. (mekanisme
pemilihan dapat dilihat pada Buku Panduan Pembentukan BKM/LKM ).
Membentuk Tim Perumus untuk menyusun draft AD/ART BKM/LKM . Draft AD/ART yang sudah
disusun kemudian diuji publik dengan cara melakukan rembug-rembug dengan komunitas-
komunitas di kelurahan/desa setempat. Langkah selanjutnya draft yang sudah diperbaiki
berdasarkan hasil uji publik dibahas dan disahkan pada rembug warga tingkat kelurahan/desa
pada saat pemilihan anggota BKM/LKM tingkat kelurahan/Desa.
Setiap warga kelurahan/desa setempat berhak sebagai pemilih.

Siklus 4 b : Pengembangan KSM


Kelompok Swadaya Masyarakat adalah kelompok sosial pada tingkat akar rumput, yang
mempunyai kegiatan-kegiatan sosial kemasyarakatan , ekonomi dan pemeliharaan lingkungan.
Dalam PNPM Mandiri Perkotaan diharapkan warga miskin dapat terlibat dan menerima manfaat dari
kelompok ini, dengan cara menjadi anggotanya dan diperlakukan adil seperti anggota masyarakat
yang lainnya.
Pengembangan KSM tidak harus membentuk baru, tetapi bisa menggunakan kelompok-kelompok
sosial yang sudah ada di masyarakat asalkan warga miskin mempunyai peluang untuk terlibat di
dalam kelompok, dan penerima manfaat langsung ( bantuan program ) adalah warga miskin. . Oleh
karena itu hasil identifikasi kelompok sosial, hubungan sosial, modal sosial dan hasil kajian ekonomi
dan lingkungan dalam siklus Pemetaan swadaya menjadi dasar untuk pengelompokkan masyarakat,
terutama bagaimana strategi agar warga miskin terlibat.
Kegiatan-kegiatan dalam satu kelompok bisa gabungan antara kegiatan ekonomi, kegiatan sosial
maupun kegiatan lingkungan. Contoh-contoh kegiatan yang dapat dikembangkan adalah: kegiatan
simpan-pinjam anggota kelompok, bantuan pinjaman modal usaha untuk anggota kelompok miskin,
kartus sehat, tabungan pendidikan dan sebagainya. Paling penting adalah bahwa kelompok ini
dibentuk atau dikembangkan bukan untuk menjadi pembenaran untuk mendapatkan bantuan uang
dari PNPM Mandiri Perkotaan, akan tetapi menjadi wahana bersama untuk saling belajar
memecahkan masalah, saling peduli dan menghargai di antara anggotanya dan kalau sudah
semakin berkembang dapat menumbuhkan kepercayaan (trust) dari pihak luar.

Siklus 5: PJM Pronangkis


PJM pronangkis merupakan perencaan partisipatif warga untuk mengembangkan program
penanggulangan kemiskinan, baik jangka pendek selama satu tahun maupun jangka menengah

Bahan Serahan | Pelatihan Penguatan BKM tahun ke 4 17


selama 3 tahun. Program yang dikembangkan berdasarkan hasil kajian masalah (kebutuhan) dan
analisa potensi dalam Pemetaan Swadaya.
Walaupun siklus ini merupakan siklus lanjutan dari pemetaan swadaya akan tetapi pelaksanaannya
setelah pembangunan BKM/LKM dan pengembangan KSM. Kegiatan ini dillakukan belakangan,
dengan dasar pemikiran bahwa anggota BKM/LKM lah yang akan mengambil keputusan untuk
pengembangan program-program mana dari kebutuhan masyarakat yang menjadi prioritas untuk
dikembangkan. Di sisi lain penerima manfaat dari program ini diprioritaskan warga miskin yang
sudah diidentifikasi dalam pemetaan swadaya, dan tergabung dalam KSM, sehingga KSM dibentuk
bukan karena adanya Pronangkis tetapi justru sebaliknya penerima manfaat program didasarkan
kepada KSM yang sudah ada.
Dalam pengembangan PJM pronangkis, sumberdaya baik manusia maupun sumberdaya lainnya
diharapkan bukan hanya dari PNPM Mandiri Perkotaan, akan tetapi harus dipikirkan pemenuhannya
dari swadaya masyarakat, Dinas/pemerintah setempat dan lembaga-lembaga lain yang mempunyai
program yang sejalan dengan PJM Pronangkis yang disusun oleh masyarakat.
Setelah satu tahun program berjalan, dilakukan evaluasi tahunan untuk melihat dan mengkaji
kembali apakah program yang dikembangkan sudah tepat tujuan dan tepat sasaran dan bagaimana
hasilnya. Kegiatan ini juga sekaligus untuk memperbaharui data-data yang ada, sehingga
kesalahan-kesalahan akan segera dapat ditemukan dan dapat diperbaiki. Berdasarkan hasil evaluasi
kemudian dilakukan perbaikan-perbaikan program apabila diperlukan.

Kaitan siklus P2KP dengan Daur Program


Siklus PNPM Mandiri Perkotaan diharapkan dapat berjalan terus dalam satu daur program
pembangunan partisipatif sehingga tidak akan berhenti setelah PJM pronangkis. Artinya kegiatan
masyarakat untuk menjalankan siklus bukan hanya terhenti sebatas proyek, akan tetapi menjadi
kegiatan yang berkelanjutan dan melembaga di masyarakat. Intervensi PNPM Mandiri Perkotaan
hanya mengawali proses belajar masyarakat, diharapkan dari proses belajar ini masyarakat bisa
mengembangkan pemecahan masalahnya secara mandiri, sehingga civil society yang diidam-
idamkan dapat terwujud yang akan berdampak pada pengurangan masalah-masalah kemiskinan.

18 Bahan Serahan | Pelatihan Penguatan BKM tahun ke 4


Tahapan Musrenbang

Bahan Serahan | Pelatihan Penguatan BKM tahun ke 4 19


PENGERTIAN DASAR TERKAIT MUSRENBANG
DESA/KELURAHAN
(Panduan Penyelenggaraan Musyawarah perencanaan pembangunan Desa/Kelurahan,Ditjen Bina
Bangda Departemen Dalam Negeri,Forum Pengembangan Partisipasi masyarakat, Januari 2008)

Desa dan Kelurahan


Pengertian tentang Desa dan Kelurahan
dituangkan dalam dua buah Peraturan
Pemerintah yaitu: PP No. 72/2005 tentang
Desa dan PP No. 73/2005 tentang Kelurahan.
Menurut PP No. 72/2005, Desa adalah
kesatuan masyarakat hukum yang memiliki
batas-batas wilayah yang berwenang untuk
mengatur dan mengurus kepentingan
masyarakat setempat, berdasarkan asal-usul
dan adat istiadat setempat yang diakui dan
dihormati dalam sistem Pemerintahan Negara
Kesatuan Republik Indonesia. Sedangkan
Kelurahan menurut PP No. 73/2005 adalah
wilayah kerja lurah sebagai perangkat Daerah
Kabupaten/Kota dalam wilayah kerja Kecamatan.
Dari dua pengertian diatas maka terlihat perbedaan yang cukup mendasar antara entitas desa dan
kelurahan yaitu adanya perbedaan dalam hal kewenangan. Desa memiliki kewenangan dan hak
untuk mengurus wilayahnya sesuai dengan aspirasi masyarakat yang hidup di wilayah desa
bersangkutan.Sedangkan Kelurahan tidak memiliki kewenangan seluas desa karena kelurahan
adalah tak lain merupakan organisasi perangkat daerah yang diberi kewenangan untuk
menjalankan tugas pokok yang terbatas yaitu urusan pemerintahan, pembangunan, dan
kemasyarakatan.
Perbedaan-perbedaa inilah yang akan menentukan posisi dan peran musrenbang terhadap
pembangunan di desa dan kelurahan. Untuk desa, musrenbang desa memiliki peran penting dalam
mendorong otonomi desa. Sedangkan untuk kelurahan, musrenbang kelurahan merupakan bagian
dari kerja organisasi Kelurahan dalam hal perencanaan pemabangunan di daerah.

Musrenbang dan Otonomi Desa


Otonomi desa dimaksudkan agar upaya pembangunan dan
peningkatan kesejahteraan desa menjadi lebih cepat terwujud
melalui pemberian kewenangan kepada desa untuk menyusun
program yang sesuai dengan kebutuhan dan aspirasi
masyarakatnya. Hal ini tidak akan terjadi bila pembangunan desa
masih ditentukan dan dirancang secara sentralistik seperti pada
masa lalu. Musrenbang desa sebagai salah satu tugas dan
kewenangan desa selaku unit otonom, merupakan proses yang
penting bagi desa untuk membangun desanya sendiri. Musrenbang

20 Bahan Serahan | Pelatihan Penguatan BKM tahun ke 4


desa jangan sampai dipersempit artinya menjadi kegiatan rutin hanya untuk mengisi formulir daftar
usulan kegiatan yang akan dibawa ke musrenbang kecamatan. Musrenbang desa yang diharapkan
adalah sebagai sebuah forum publik yang benar-benar menjadi bagian dari berjalannya otonomi
desa. Agar hal ini dapat benar-benar terjadi, UU No.32/tahun 2004 yang diperkuat dengan
Peraturan Pemerintah No.72/tahun 2005 tentang Desa menyebutkan ketentuan minimal 10% dari
APBD diperuntukan sebagai Alokasi Dana Desa (ADD) sebagai hak desa untuk memperoleh sumber
pembiayaan pembangunan desa dari pemerintah di atasnya.

Musrenbang dan Kelurahan


Musrenbang kelurahan bagi organisasi kelurahan adalah bagian
dari mekanisme perencanaan pembangunan di daerah untuk
merumuskan kegiatan-kegiatan pembangunan terutama yang
menjadi kewenangannya. Hasil musrenbang kelurahan akan
digunakan untuk menyusun Rencana Kerja Kelurahan dan
merumuskan prioritas permasalahan dan indikasi kegiatan yang
merupakan kewenangan pemerintah daerah untuk diajukan ke
musrenbang kecamatan. Selain itu, sebagai bagian fungsi
kelurahan untuk mendorong urusan kemasyarakatan,
musrenbang kelurahan pun dapat menjadi sarana bagi
pemerintah kelurahan dengan masyarakat untuk merumuskan
kegiatan pembangunan swadaya masyarakat kelurahan
maupaun kegiatan yang diusulkan untuk diajukan dibiayai
melalui Pos Bantuan APBD.

Konsep Payung Musrenbang Desa/Kelurahan

Perencanaan-penganggaran partisipatif
Sebagai bagian dari tatanan desa yang demokratis, Musrenbang Desa/Kelurahan
lebih memungkinkan untuk melibatkan warga seluas-luasnya ketimbang
musrenbang di tingkat kabupaten/kota dan di atasnya. Konsep payung
musrenbang adalah perencanaan-penganggaran partisipatif (participatory
planning and budgeting). Perancanaan dan penganggaran merupakan proses
yang tidak terpisahkan. Penyusunan rencana kerja desa membutuhkan sumber anggaran, sebab
kalaun tidak tersedia anggaran atau sumber daya lainnya, rencana kerja tersebut hanya akan
menjadi dokumen kertas saja. Artinya, dokumen perencanaan yang disebut RKP Desa dan
dokumen anggaran yang disebut APB Desa merupakan dua sisi uang logam yang diperlukan
sebagai acuan desa menjalankan pembangunan bagi kemajuan dan peningkatan kesejahteraan
warganya.

Perencanaan-penganggaran yang berpihak kepada kelompok miskin


(pro-poor) dan perempuan (pro-gender)
Perkembangan selanjutnya dari konsep perencanaan-penganggaran partisipatif
(participatory planning and budgeting) yang berpihak kepada kelompok miskin
(pro-poor) dan perempuan (pro-gender). Kedua konsep ini berkembang
sebagai kritik bahwa kelompok miskin dan perempuan sering diwakili oleh
kelompok elit dan laki-laki. Budaya masyarakat menyebabkan perempuan
seringkali tidak berperan di sektor publik dan urusan pembangunan dianggap sebagai urusan laki-
laki. Peminggiran ini harus diubah dan mereka seharusnya hadir, ikut bermusyawarah dan juga
ikut menerima manfaat langsung dari program dan anggaran pembangunan.

Bahan Serahan | Pelatihan Penguatan BKM tahun ke 4 21


Perencanaan-penganggaran yang berpihak kepada kelompok miskin/perempuan dapat diartikan
sebagai: (1) Prosesnya melibatkan kalangan marjinal/perempuan yang biasanya tidak ikut hadir
dan tidak ikut bersuara dalam forum publik; (2) Hasil rencana kerja yang disusun menetapkan
kelompok miskin/perempuan sebagai sasaran kegiatan atau penerima manfaat; (3) Alokasi
anggaran untuk kegiatan dengan kelompok miskin/perempuan sebagai sasaran atau penerima
manfaat langsung.

Tata pemerintahan yang baik (good governance)


Dengan bergulirnya otonomi daerah, diharapkan desa/kelurahan menjalankan peran pembangunan
untuk mewujudkan tatapemerintahan yang baik dan bersih (clean and good governance). Hal ini
hanya dapat terjadi apabila tiga pilar tata pemerintahan, menjalankan peran dan fungsinya masing-
masing. Ketiga pilar itu adalah:
Pemerintah desa/kelurahan (government);

Warga masyarakat (citizen); dan

Kalangan usaha/swasta (private sector).

Apabila salah satu pilar dari tatapemerintahan itu timpang, maka akan sulit tercapai tata
pemerintahan yang baik. Warga masyarakat perlu bersikap mengkoreksi jalannya pemerintahan
desa/kelurahan dan pembangunan sebagai warga yang baik. Sebaliknya pemerintah
desa/kelurahan menerima masukan masyarakat sebagai bagian dari keterbukaan dan tanggung
gugatnya. Sedangkan kalangan usaha/swasta berkontribusi terhadap peningkatan ekonomi lokal
dengan membuka peluang kerja, menjalankan kewajiban seperti membayar pajak, memperhatikan
kelestarian lingkungan, dan menjalankan tanggung jawab sosial lainnya.

Demokrasi desa (village democracy)


Khusus untuk otonomi desa, perkembangannya terjadi sebagai suatu upaya mengembalikan
kedaulatan desa sebagai bagian dari
bergulirnya reformasi dan pengembangan
demokrasi di Indonesia. Impian besar
otonomi desa adalah membangun
tatapemerintahan desa yang demokratis.
Karena desa merupakan unit yang kecil, dapat
diterapkan konsep demokrasi partisipatoris
yang bercirikanketerlibatan warga langsung
dalam berbagai proses publik. Berbeda
dengan unit pemerintahan lainnya yang lebih
menerapkan demokrasi perwakilan. Apa yang
dimaksudkan dengan sistem demokrasi desa?
Yaitu tatapemerintahan yang menempatkan
warga sebagai pemilik kedaulatan dan
menyerahkan mandat kepada pemimpin
(pemerintah desa). Artinya, pemimpin terpilih
harus mempertanggungjawabkan
pelaksanaan mandatnya kepada warga antara lain dalam bentuk Laporan Pertanggungjawaban
(LPJ) Kepala Desa (Tahunan). Secara konsep, sebuah desa dianggap demokratis bila prinsip-prinsip
dasar sistem demokrasi dapat dijalankan.

22 Bahan Serahan | Pelatihan Penguatan BKM tahun ke 4


Istilah-istilah Penting Musrenbang
RKP Desa dan Renja SKPD Kelurahan
Rencana Kerja Pembangunan Desa (RKP Desa) merupakan dokumen yang disusun sebagai produk
musrenbang. Kepala Desa membentuk Tim Penyusun RKP Desa yang bertugas membuat
rancangan awal RKP desa untuk dipaparkan di dalam pelaksanaan Musrenbang Desa/Kelurahan
dan kemudian diperbaiki penjabaran kegiatannya berdasarkan kesepakatan di musyawarah.
Rancangan awak RKP Desa ini hanya dapat disusun pada saat persiapan (pra musrenbang) bila
desa telah memiliki dokumen Rencana Program Jangka
Menengah Desa (RPJM Desa). Bila belum ada RPJM Desa,
RKP Desa disusun paska pelaksanaan musrenbang
berdasarkan usulan kegiatan prioritas yang disepakati
dalam musyawarah.
Untuk kelurahan, dokumen ini disebut Renja SKPD
Kelurahan.

RPJM Desa dan Renstra Kelurahan


Rencana Program Jangka Menengah Desa (RPJM Desa)
merupakan dokumen rencana desa yang disusun untuk
jangka waktu 5 tahun. Dokumen ini harus diacu dalam
pembahasan usulan kegiatan di musrenbang sehingga sebaiknya rancangan awal RKP Desa disusun
berdasarkan dokumen ini, dipaparkan di musrenbang dan diperbandingkan dengan hasil kajian
kondisi dan persoalan desa terkini, sehingga kemudian terjadi penyesuaian kembali. Mengapa harus
menyusun RPJM Desa? Berdasarkan hasil kajian, rencana pembangunan jangka pendek (tahunan)
yang terputus-putus ternyata tidak berdampak perubahan yang berarti. Agar rencana program
berkesinambungan diperlukan kerangka program jangka menengah untuk menjadi rujukan
penyusunan rencana kerja tahunan.
Untuk kelurahan, dokumen ini disebut Rencana Strategis (Renstra) Kelurahan.

Alokasi Dana Desa (ADD)


Alokasi Dana Desa adalah dana yang dialokasikan oleh Pemerintah Kabupaten/Kota untuk desa,
yang bersumber dari bagian dana perimbangan keuangan pusat dan daerah yang diterima oleh
Kabupaten/Kota (Pasal-1 UU No.72/tahun 2005). Dana dari Kabupaten/Kota yang diberikan
langsung kepada Desa untuk dikelola oleh Pemerintah Desa, dengan ketentuan 30% (tigapuluh per
seratus) digunakan untuk biaya operasional pemerintah desa dan BPD dan 70% (tujuh puluh per
seratus) digunakan untuk kegiatan pemberdayaan masyarakat. (Penjelasan Pasal-68 ayat 1 point c
UU No.72/tahun 2005).

ADD merupakan salah satu komponen APB Desa yang paling utama saat ini karena kebanyakan
desa belum mengembangkan pendapatan asli desa yang cukup besar. ADD merupakan hak desa
untuk memperoleh anggaran untuk menyelenggarakan pembangunan bagi kemajuan dan
kesejahteraan masyarakatnya. Untuk kelurahan, terdapat Pos Bantuan APBD yang diberikan oleh
Pemerintah Kabupaten/Kota.

Anggaran Pendapatan dan Belanja Desa (APB Desa)


Menurut PP No.72 tahun 2005, Anggaran Pendapatan dan Belanja Desa selanjutnya disingkat APB
Desa adalah rencana keuangan tahunan pemerintahan desa yang dibahas dan disetujui bersama
oleh Pemerintah Desa dan BPD, yang ditetapkan dengan Peraturan Desa (Pasal 1 ayat 12).

Bahan Serahan | Pelatihan Penguatan BKM tahun ke 4 23


Rancangan APB Desa dibahas dalam musyawarah perencanaan pembangunan desa (Pasal 73 ayat
2). Kepala Desa bersama BPD menetapkan APB Desa setiap tahun dengan Peraturan Desa (Pasal
73 ayat 3). Pedoman penyusunan APB Desa, perubahan APB Desa, perhitungan APB Desa, dan
pertanggungjawaban pelaksanaan APB Desa ditetapkan dengan Peraturan Bupati/Walikota (Pasal
74). APB Desa adalah dokumen yang disusun untuk menerjemahkan kegiatan di dalam RKP desa
menjadi alokasi anggaran kegiatan/program. Sumber pendapatan desa yang menjadi komponen
APBDes terdiri atas1:
Pendapatan asli desa, terdiri dari hasil usaha desa, hasil kekayaan desa, hasil swadaya dan
partisipasi, hasil gotong royong, dan lain-lain pendapatan asli desa yang sah;

Bagi hasil pajak daerah Kabupaten/Kota paling sedikit 10% (sepuluh per seratus) untuk desa
dan dari retribusi Kabupaten/Kota sebagian diperuntukkan bagi desa;

Bagian dari dana perimbangan keuangan pusat dan daerah yang diterima oleh kabupaten/kota
untuk desa paling sedikit 10% (sepuluh per seratus), yang pembagiannya untuk setiap desa
secara proporsional yang merupakan alokasi dana desa;

Bantuan keuangan dari Pemerintah, Pemerintah Provinsi, dan Pemerintah Kabupaten/Kota


dalam rangka pelaksanaan urusan pemerintahan;

Hibah dan sumbangan dari pihak ketiga yang tidak mengikat.

1
Pasal 168 PP 72/2005 tentang Desa.

24 Bahan Serahan | Pelatihan Penguatan BKM tahun ke 4


APBD dan Pemenuhan HAM
Praya Arie Indrayana

Dalam perspektif Hak Asasi Manusia, negara (pemerintah) sesungguhnya memiliki tiga kewajiban
untuk (1) menghargai hak asasi manusia rakyatnya; (2) melindungi hak asasi manusia rakyatnya;
dan (3) memenuhi hak asasi manusia rakyatnya (Hansen, 2000: 6 7). Kewajiban pertama, untuk
menghargai, mengharuskan pemerintah sendiri tidak melanggar hak-hak asasi rakyatnya. Hal ini
mencakup tindakan negara untuk memberlakukan hukum yang menjamin terpenuhinya hak asasi
rakyatnya itu. Kewajiban kedua, untuk melindungi, mengharuskan pemerintah mencegah dan
menindak penyimpangan-penyimpangan baik yang dilakukan oleh aparat pemerintah maupun pihak
lain dengan menegakkan aturan-aturan hukum yang diberlakukan pada pelanggar itu. Kewajiban
ketiga, untuk memenuhi, mengharuskan pemerintah mengkaji ulang prioritas kerjanya, membuat
perubahan-perubahan aturan, administrasi, anggaran, peradilan, dan hal yang diperlukan lainnya
untuk mewujudkan hak-hak tertentu dari rakyatnya (Noer Fauzi, 2002).

Anggaran merupakan instrumen kebijakan ekonomi pemerintah terpenting. Tidak hanya ekonomi,
anggaran juga merefleksikan prioritas pemerintah dalam kebijakan sosial, budaya, bahkan politik.
Anggaran adalah hasil terjemahan berbagai kebijakan, komitmen politik dan prioritas kerja
pemerintah dalam bentuk keputusan darimana uang didapat dan kemana uang keluar. Dari kedua
keputusan tersebut, kita dapat menentukan apakah pemerintah menghargai, melindungi ataupun
memenuhi hak asasi manusia.

Dalam konteks anggaran, kewajiban negara untuk menghargai, mencakup tindakan negara untuk
memberlakukan hukum yang mengatur besaran minimal alokasi anggaran pemerintah (nasional
dan daerah) untuk pemenuhan kebutuhan dasar rakyat dan pengembangan kualitas hidup. Negara
harus menjamin alokasi anggaran untuk pemenuhan untuk hanya menyebut beberapa hak atas
kesehatan, hak atas pendidikan, hak atas pekerjaan, hak untuk mendapat perlindungan dari
eksploitasi ekonomi, hak atas jaminan sosial, hak atas standar hidup yang layak, maupun hak untuk
menikmati kehidupan budaya. Dalam kewajiban ini, Indonesia baru menghargai hak warga
negaranya atas pendidikan. Konstitusi Indonesia telah menetapkan bahwa sekurang-kurangnya
20% dari anggaran belanja negara dan daerah khusus dialokasikan untuk memenuhi kebutuhan
penyelenggaraan pendidikan. Amanat Konstitusi ini diperkuat oleh Undang-undang Sistem
Pendidikan Nasional No. 20 Tahun 2003. Meskipun sudah diamanatkan dalam konstitusi dan
undang-undang, pemerintah pusat dan daerah masih saja melanggar. Alasannya adalah
keterbatasan dana. APBD Kota Bandung 2004 memang mengalokasikan 37% untuk sektor
pendidikan, namun dari jumlah itu hanya 7,3% yang dapat dinikmati langsung oleh para pelajar.
Jumlah ini masih jauh dibandingkan batasan minimal yang diatur dalam Undang-undang Sisdiknas
sebesar 20% (Bujet, Edisi 02/Tahun II/Maret 2004).

Selain itu, kewajiban negara untuk menghargai juga meliputi jaminan akses politik rakyat dalam
pengambilan keputusan pembangunan dan anggaran (hak politik). Hak warga negara ini dijamin
dalam Deklarasi Umum Hak Asasi Manusia Pasal 21 (1).

Bahan Serahan | Pelatihan Penguatan BKM tahun ke 4 25


Setiap orang berhak turut serta dalam pemerintahan negaranya, secara langsung atau melalui
perwakilan yang dipilih dengan bebas.

Karenanya pemerintah harus menjamin hak setiap orang untuk berpartisipasi dalam proses
perencanaan dan penganggaran pembangunan. Hak ini tidak hanya sebatas hak untuk hadir tetapi
juga hak untuk mengambil keputusan sesuai mekanisme yang disepakati bersama. Artinya
Keputusan Darimana Uang Didapat dan Kemana Uang Dibelanjakan diputuskan bersama antara
pemerintah dan warga.

Kewajiban kedua, untuk melindungi, mengharuskan pemerintah mencegah dan menindak


penyimpangan-penyimpangan anggaran, baik yang dilakukan oleh aparat pemerintah maupun
pihak lain. Secara legal formal, pemerintah harus memiliki aturan-aturan hukum yang memuat
instrumen pengawasan dan penindakan (sanksi) baik pada tahap perencanaan, pengesahan,
pelaksanaan maupun pelaporan anggaran. Pelaksanaan instrumen hukum ini tidaklah kewenangan
internal pemerintah semata. Harus dijamin ruang dimana pihak luar (masyarakat) dapat
memastikan bahwa hak-haknya telah terlindungi dengan benar dan tidak terjadi penggelapan
bahkan perlindungan atas penyimpangan demi semangat korps. Undang-undang tentang
Penyelenggaraan Negara yang Bersih dan Bebas dari Korupsi, Kolusi dan Nepotisme No. 28 Tahun
1999 merupakan satu landasan hukum bagi negara untuk melindungi HAM.

Perlindungan ini juga tidak boleh disandarkan kepada political will pemerintah. Pemerintah
(termasuk juga aparat penegak hukum dan legislatif) harus didakwa telah melanggar hak asasi
manusia rakyatnya apabila membiarkan terjadinya penyimpangan anggaran. Pemerintah telah
melanggar HAM apabila gagal melindungi hak asasi rakyatnya dari penyimpangan anggaran yang
terjadi. Apalagi kalau pelaku penyimpangan adalah aparatur itu sendiri. Dalam hal ini, tanggung
jawab individu tidak sebatas pada pertanggungjawaban pidana karena korupsi yang dilakukan atau
pertanggungjawaban perdata karena kerugian yang ditimbulkan. Setiap individu yang melakukan
penyimpangan anggaran juga dapat didakwa telah melanggar HAM. Hukum Hak Asasi Manusia
Internasional telah mengakui individu sebagai salah satu subjek pelanggaran HAM.

Maraknya kasus korupsi baik yang dilakukan oleh aparat eksekutif, legislatif maupun yudikatif akhir-
akhir ini merupakan ujian seberapa besar komitmen negara dalam penegakan HAM. Negara dapat
dikategorikan telah melanggar HAM apabila negara gagal menghukum para pelaku penyimpangan
anggaran. Di sisi lain negara juga melanggar HAM apabila tingkat korupsi yang dilakukan aparat
tidak berkurang, apalagi bertambah.

Kewajiban negara lainnya, yang tak kalah penting, adalah kewajiban untuk memenuhi. Kewajiban
ini mengharuskan pemerintah mengkaji ulang kebijakan dan prioritas kerja. Kebijakan dan prioritas
kerja ini harus diarahkan untuk menjawab permasalahan-permasalah yang riil tengah dihadapi
masyarakat, seperti rendahnya daya beli, besarnya angka pengangguran, tingginya angka kematian
ibu melahirkan, dan sebagainya. Selanjutnya, kebijakan anggaran juga harus diarahkan untuk
mengurangi pemborosan sumber daya, serta meningkatkan efisiensi dan efektivitas perekonomian.

Termasuk juga kewajiban negara untuk memenuhi adalah melakukan pembaruan hukum yang
menjamin setiap orang tanpa diskriminasi mendapatkan akses yang adil terhadap sumber daya
ekonomi dan sosial untuk mewujudkan hak asasinya. Kelompok-kelompok yang selama ini
terpinggirkan harus diberi previlige untuk memperoleh kembali akses mereka terhadap sumber
daya ekonomi. Begitupun akses politik mereka terhadap pengambilan keputusan. Perubahan
kebijakan anggaran pemerintah sangat mempengaruhi kehidupan kelompok ini. Peningkatan
kesejahteraan kelompok ini biasanya tergantung pada ada tidaknya, besar kecilnya alokasi
anggaran pemerintah untuk program-program seperti peningkatan pendapatan atau subsidi bahan

26 Bahan Serahan | Pelatihan Penguatan BKM tahun ke 4


kebutuhan pokok. Besar kecilnya alokasi belanja pemerintah untuk sektor pendidikan dan
kesehatan juga berdampak besar terhadap peningkatan kualitas hidup. Keterlibatan kelompok ini
dalam proses perencanaan dan pengesahan anggaran secara krusial akan turut mendorong
pemenuhan hak asasi manusia secara keseluruhan.

Pemerintah sekarang tidak lagi dapat berlindung pada pemahaman bahwa pemenuhan hak asasi
manusia dapat dilakukan secara bertahap karena minimnya sumber daya, khususnya pada hak
ekonomi, sosial dan budaya. Prinsip-prinsip Limburg yang didesain oleh para ahli hukum
internasional sebagai pedoman dalam mengimplementasikan Kovenan Internasional Hak Ekonomi,
Sosial dan Budaya telah meletakkan arah baru dalam melihat tanggung jawab negara. Paragraf
ke-16 Prinsip-prinsip Limburg menyatakan:

All States have an obligation to begin immediately to take steps towards full realization of the
contained in the Covenant.

Selanjutnya pada paragraf ke-22, ditegaskan lagi:

Some obligations under the Covenant require immediate implementation in full by all State
parties, such as the prohibition of discrimination in article 2(2) of the Covenant.

Jadi, meskipun CESCR menetapkan pencapaian secara bertahap dan mengakui realitas
keterbatasan sumber daya yang tersedia di satu sisi, pada sisi lain ia juga menetapkan berbagai
kewajiban yang memiliki efek segera (immediate effect) (ELSAM, 2001). Itu artinya, baik hak-hak
sipil dan politik, maupun hak ekonomi, sosial dan budaya, dapat dituntut pemenuhannya di muka
pengadilan nasional.

Referensi:
1. ELSAM, Hak Ekonomi, Sosial, Budaya, Esai-esai Pilihan, Jakarta, 2001
2. Noer Fauzi, Quo Vadis Pembaruan Hukum Agraria, Perspektif Transitional Justice Untuk
Penyelesaian Konflik, Seri Pengembangan Wacana HuMA, No. 3 Desember 2002.
3. Bujet, Edisi 02/Tahun II/Maret 2004

Bahan Serahan | Pelatihan Penguatan BKM tahun ke 4 27


Apa dan Mengapa Musrenbang Desa/Kelurahan
(Panduan Penyelenggaraan Musyawarah perencanaan pembangunan Desa/Kelurahan,Ditjen Bina
Bangda Departemen Dalam Negeri,Forum Pengembangan Partisipasi masyarakat, Januari 2008)

Musyawarah perencanaan pembangunan (musrenbang) desa/kelurahan adalah


forum musyawarah tahunan para pemangku kepentingan (stakeholder)
desa/kelurahan untuk menyepakati rencana kegiatan untuk tahun anggaran
berikutnya. Musrenbang desa/kelurahan dilakukan setiap bulan Januari untuk
menyusun rencana kegiatan tahunan desa dengan mengacu/memperhatikan
kepada rencana pembangunan jangka menengah desa (RPJM Desa) yang sudah
disusun2.
Musrenbang yang bermakna, akan membangun kesepahaman tentang kepentingan dan kemajuan
desa, dengan memotret potensi dan sumber-sumber pembangunan yang tersedia baik dari dalam
desa sendiri maupun dari luar desa.
Musrenbang adalah forum publik perencanaan (program) yang diselenggarakan oleh lembaga
publik yaitu pemerintah desa/kelurahan bekerjasama dengan warga dan para pemangku
kepentingan. Penyelenggaraan musrenbang merupakan salah satu tugas pemerintah
desa/kelurahan untuk menyelenggarakan urusan pemerintahan, pembangunan dan
kemasyarakatan.
Pembangunan tidak akan bergerak maju apabila salah satu saja dari tiga komponen
tatapemerintahan (pemerintah, masyarakat, swasta) tidak berperan atau berfungsi. Karena itu,
musrenbang juga merupakan forum pendidikan warga agar menjadi bagian aktif dari
tatapemerintahan dan pembangunan.

Kerangka Hukum Musrenbang Desa/Kelurahan


Undang-undang No. 32 tahun 2004 tentang Pemerintah Daerah merupakan
kerangka dasar otonomi daerah yang salah satunya mengamanatkan
dilaksanakannya perencanaan pembangunan dari bawah secara partisipatif.
Peraturan Pemerintah No.72/2005 tentang Desa menjabarkan lebih lanjut
mengenai posisi desa dalam konteks otonomi daerah dengan mengacu pada
UU 32/2004 tersebut. Sedangkan kelurahan dijabarkan dalam Peraturan Pemerintah No.73/2005
tentang Kelurahan.
Dalam rangka pelaksanaan otonomi, perencanaan pembangunan desa/kelurahan merupakan satu
kesatuan dalam sistem perencanaan pembangunan daerah (kabupaten/kota) dan merupakan
bagian dari sistem perencanaan pembangunan nasional. Payung hukum untuk pelaksanaan
musrenbang diatur dalam Undang-undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan

2
SEB Meneg Perencanaan Pembangunan Nasional/Kepala Bappenas dan Menteri Dalam Negeri tentang Petunjuk Teknis
Penyelenggaraan Musrenbang tahun 2007.

28 Bahan Serahan | Pelatihan Penguatan BKM tahun ke 4


Pembangunan Nasional, yang secara teknis pelaksanaannya sejauh ini masih diatur dengan Surat
Edaran Bersama (SEB) Menteri Negara Perencanaan Pembangunan Nasional/Kepala Bappenas dan
Menteri Dalam Negeri tentang Petunjuk Teknis Penyelenggaraan Musrenbang yang diterbitkan
setiap tahun3.
Perencanaan dan penganggaran merupakan suatu kesatuan konsep dan proses yang tidak
terpisahkan. Rencana pembangunan tidak dapat dijalankan tanpa anggaran atau sumber
pembiayaannya. Di tingkat desa disusun dokumen anggaran yang disebut Anggaran Pendapatan
dan Belanja Desa (APBDesa). Sementara itu, meskipun kelurahan bukan unit pemerintahan otonom
seperti halnya desa, musrenbang kelurahan dilakukan salah satunya untuk merumuskan kegiatan
prioritas dalam urusan pembangunan yang akan dimasukkan kedalam Renja SKPD kelurahan yang
merupakan bagian dari tahapan penyusunan APBD (kabupaten/kota).

Partisipasi Masyarakat dalam Musrenbang Desa/Kelurahan


Konsep musyawarah menunjukkan bahwa forum
musrenbang bersifat partisipatif dan dialogis. Musyawarah
merupakan istilah yang sebenarnya sudah jelas berarti
merupakan forum untuk merembukkan sesuatu dan berakhir
pada pengambilan kesepakatan atau pengambilan keputusan
bersama. Bukan seminar atau sosialisasi informasi. Proses
musrenbang jangan sampai disusun sebagai suatu acara
seremonial yang separuh atau sebagian besar dari waktunya
diisi dengan sambutan-sambutan atau pidato-pidato. Inti
dari musrenbang adalah partisipasi aktif warga.
Musrenbang desa/kelurahan adalah forum dialogis antara pemerintah dengan pemangku
kepentingan dari suatu isu/persoalan, kebijakan, peraturan, atau program pembangunan yang
sedang dibicarakan. Dalam musrenbangdes, pemerintah desa dan warga berembug dalam
menyusun program tahunan desanya. Demikian halnya di kelurahan, musrenbang kelurahan
menjadi media dialog dan penyepakatan penyusunan program dan kegiatan pembangunan di
wilayah kelurahan, baik yang ditangani secara swadaya, melalui pos bantuan daerah, menjadi
bagian Renja SKPD Kelurahan, maupun diajukan untuk ditangani oleh SKPD lain yang relevan.

Tujuan dan Keluaran Musrenbang Desa/Kelurahan


Tujuan Musrenbang Desa yaitu: Tujuan Musrenbang Kelurahan yaitu:
1. Menyepakati prioritas kebutuhan dan 1. Menyepakati prioritas kebutuhan dan
kegiatan desa yang akan menjadi bahan kegiatan yang termasuk urusan
penyusunan Rencana Kerja Pembangunan pembangunan yang menjadi wewenang
Desa dengan pemilahan sbb.: kelurahan yang menjadi bahan penyusun-
Prioritas kegiatan desa yang akan an Rencana Kerja SKPD Kelurahan.
dilaksanakan desa sendiri dan dibiayai 2. Prioritas kegiatan kelurahan yang akan
melalui dana swadaya desa/masyarakat; dilaksanakan oleh warga kelurahan yang
Prioritas kegiatan desa yang akan dibiayai melalui dana swadaya masyarakat
dilaksanakan desa sendiri yang dibiayai dan dikoordinasikan oleh lembaga
melalui Alokasi Dana Desa (ADD) yang kemasyarakatan di kelurahan setempat.
berasal yang berasal dari APBD 3. Prioritas kegiatan kelurahan yang akan
kabupaten/kota atau sumber dana lain; dilaksanakan kelurahan sendiri yang
Prioritas kegiatan desa yang akan dibiayai melalui dana bantuan dari

3
Surat edaran ini diterbitkan sambil menunggu ditetapkannya Peraturan Pemerintah yang mengatur tentang musrenbang.

Bahan Serahan | Pelatihan Penguatan BKM tahun ke 4 29


diusulkan melalui musrenbang pemerintah daerah (kabupaten/kota)
kecamatan untuk menjadi kegiatan 4. Prioritas kegiatan pembangunan kelurahan
pemerintah daerah dan dibiayai melalui yang akan diusulkan melalui musrenbang
APBD kab./kota atau APBD propinsi. kecamatan untuk menjadi kegiatan
2. Menyepakati Tim Delegasi Desa yang akan pemerintah daerah dan dibiayai melalui
memaparkan persoalan daerah yang ada di APBD kabupaten/kota atau APBD propinsi.
desanya pada forum musrenbang 5. Menyepakati Tim Delegasi kelurahan yang
kecamatan untuk penyusunan program akan memaparkan persoalan daerah yang
pemerintah daerah/SKPD tahun berikutnya. ada di kelurahannya di forum musrenbang
kecamatan untuk penyusunan program
pemerintah daerah/SKPD tahun berikutnya.

KELUARAN MUSRENBANG DESA/KELURAHAN


Keluaran Musrenbang Desa adalah: Keluaran Musrenbang Kelurahan adalah:
1. Daftar prioritas kegiatan untuk menyusun 1. Daftar prioritas kegiatan urusan
Rencana Kerja Pembangunan Desa untuk pembangunan untuk menyusun Rencana
tahun anggaran berjalan. Kerja SKPD kelurahan;
2. Daftar nama Tim Delegasi Desa yang akan 2. Daftar prioritas kegiatan pembangunan
mengikuti musrenbang kecamatan. yang akan dilaksanakan secara swadaya
3. Berita acara musrenbang desa. 3. Daftar permasalahan prioritas yang akan
diajukan ke musrenbang kecamatan
4. Daftar nama Tim Delegasi Kelurahan yang
akan mengikuti musrenbang kecamatan.
5. Berita acara musrenbang kelurahan

Proses Umum Musrenbang Desa/Kelurahan


Tahapan Pra Musrenbang Desa/Kelurahan
1. Pembentukan Tim Penyelenggara Musrenbang (TPM) oleh Kepala Desa/Lurah

Struktur organisasi TPM dan pembagian tugas: Ketua, bendahara, seksi-seksi (acara,
materi, logistik)

Pembentukan tim pemandu oleh TPM (3 orang).

2. Persiapan teknis pelaksanaan musrenbang desa/kelurahan oleh TPM:

Penyusunan jadwal dan agenda musrenbang desa/kelurahan

Pengumuman kegiatan musrenbang desa/kelurahan dan penyebaran undangan kepada


peserta dan narasumber (minimal 7 hari sebelum Hari-H)

Mengkoordinir persiapan logistik (tempat, konsumsi, alat dan bahan).

30 Bahan Serahan | Pelatihan Penguatan BKM tahun ke 4


3. Persiapan oleh tim pemandu:

Pelaksanaan kajian desa/kelurahan (per dusun/RW dan atau per sektor/isu


pembangunan) untuk menyusun data/informasi permasalahan desa/kelurahan

Penyusunan rancangan awal RKP Desa yang diturunkan dari RPJM Desa atau Renja
Kelurahan yang diturunkan dari Renstra Kelurahan / RPJM Desa terutama yang
termasuk urusan pembangunan

Persiapan bahan masukan (materi) musrenbang lainnya yang relevan.

Tahapan Pelaksanaan Musrenbang Desa/Kelurahan

Musrenbang Desa

1. Pemaparan-pemaparan sebagai masukan untuk musyawarah:

Pemaparan oleh anggota masyarakat mengenai gambaran persoalan desa


menurut hasil kajian, yang dibagi sesuai dengan urusan/bidang
pembangunan desa: (1) Rangkuman permasalahan sosial-budaya desa
(termasuk ekonomi, pendidikan, kesehatan); (2) Rangkuman permasalahan
infrastruktur desa; (3) Rangkuman permasalahan pemerintahan desa

Pemaparan Kepala Desa mengenai: (1) Hasil evaluasi RKP-Desa yang sudah
berjalan; (2) Kerangka prioritas program menurut RPJM Desa; (3) Informasi
perkiraan ADD tahun berikut

Tanggapan pihak kecamatan mengenai paparan desa yang dihubungkan


dengan kebijakan dan prioritas program daerah di wilayah kecamatan ybs.

Perumusan pokok-pokok penting hasil pemaparan di atas dan


tanggapan/diskusi oleh warga masyarakat.

2. Musyawarah penyepakatan prioritas masalah/kebutuhan yang ada di desa


kegiatan untuk RKP-Desa tahun berikutnya dengan proses sbb.:

Pemilahan permasalahan yang menjadi prioritas desa sendiri dan yang


menjadi prioritas untuk diusulkan melalui musrenbang kecamatan

Pembahasan rancangan awal RKP-Desa

Penyusunan prioritas permasalahan/kebutuhan daerah yang ada di desa.

3. Musyawarah penentuan tim delegasi desa dengan proses sbb.:

Penyampaian/penyepakatan kriteria tim delegasi desa

Penentuan calon dari peserta musrenbang desa

Pemilihan/pengambilan suara

Penyampaian/penyepakatan mandat yang diberikan kepada tim delegasi.

Bahan Serahan | Pelatihan Penguatan BKM tahun ke 4 31


Tahapan Pasca Musrenbang Desa/Kelurahan
1) Rapat kerja tim perumus hasil musrenbang desa/kelurahan yang terdiri dari:

Dua-tiga (2-3) orang dari TPM dan perangkat desa/kelurahan

Tiga (3) orang anggota tim delegasi desa/kelurahan

2) Rapat kerja finalisasi dokumen:

RKP-Desa dan penyusunan APBDesa untuk desa

Renja SKPD Kelurahan dan penyusunan Daftar Prioritas Kegiatan Pembangunan


Swadaya Kelurahan dan Daftar Prioritas Permasalahan Pembangunan Kelurahan

Masukan (Dokumen/Data/Informasi) yang Dibutuhkan untuk


Penyelenggaraan Musrenbang Desa/Kelurahan
Pada tahap pelaksanaan musrenbang desa/kelurahan, dibutuhkan
materi/data/informasi sbb.:

Musrenbang Desa
Dokumen RPJM-Desa;

Hasil kajian desa (per dusun/RW dan atau per sektor/urusan/bidang pembangunan);

Hasil evaluasi RKP-Desa tahun sebelumnya;

Rancangan awal RKP-Desa tahun yang sedang berjalan.

Musrenbang Kelurahan
Renstra SKPD Kelurahan

Hasil kajian kelurahan (per dusun/RW dan atau per sektor/urusan/bidang pembangunan);

Hasil evaluasi Renja SKPD Kelurahan tahun sebelumnya, dan kegiatan pembanguan yang
sedang berjalan;

Rancangan awal Renja SKPD Kelurahan tahun yang sedang berjalan.

Dokumen-dokumen yang Dihasilkan Musrenbang Desa/Kelurahan


Seluruh proses musrenbang desa/kelurahan, menghasilkan dokumen-dokumen
sbb.:

Tahapan Pra Musrenbang Desa/Kelurahan


Rekap data/informasi hasil kajian desa (per dusun/RW ata per sektor);

Rancangan Awal Rencana Kerja Pembangunan Desa (RKP-Desa) Tahunan untuk


musrenbang desa dan Renja SKPD Kelurahan untuk musrenbang kelurahan.

32 Bahan Serahan | Pelatihan Penguatan BKM tahun ke 4


Tahapan Pelaksanaan Musrenbang Desa/Kelurahan
Notulensi dan berita acara pelaksanaan musrenbang;

Format-format isian penentuan prioritas kegiatan yang akan menjadi bahan utama
penyempurnaan rancangan awal RKP-Desa Tahunan atau Renja SKPD Kelurahan.

Tahapan Pasca Pelaksanaan Musrenbang Desa/Kelurahan


SK Kades/Kelurahan untuk Tim Delegasi Desa/Kelurahan;

Rencana Kerja Pembangunan Desa (RKP-Desa) Tahunan atau Renja SKPD Kelurahan;

Anggaran Pendapatan dan Belanja Desa (APBDes).

Rencana Anggaran dan Biaya Program Kelurahan

Peserta Musrenbang Desa/Kelurahan


Pelaksanaan musrenbang desa/kelurahan sebaiknya diumumkan secara terbuka minimal 7 hari
sebelum Hari-H sehingga warga masyarakat siapa pun dapat saja menghadirinya
sebab forum ini adalah milik warga masyarakat desa/kelurahan.
Komposisi peserta. Musrenbang desa/kelurahan akan lebih ideal apabila diikuti
oleh berbagai komponen masyarakat (individu atau kelompok) yang terdiri atas:
Keterwakilan wilayah (dusun/kampung/RW/RT);

Keterwakilan berbagai sektor (ekonomi/ pertanian/ kesehatan/ pendidikan/ lingkungan/


dsb.);

Keterwakilan kelompok usia (generasi muda; generasi tua);

Keterwakilan kelompok sosial dan jenis kelamin (tokoh masyarakat, tokoh adat; tokoh
agama; bapak-bapak; ibu-ibu; kelompok marjinal);

Keterwakilan 3 unsur tata pemerintahan (pemerintah desa/kelurahan, kalangan


swasta/bisnis, masyarakat umum);

Serta keterwakilan berbagai organisasi yang menjadi pemangku kepentingan dalam upaya
pembangunan desa/urusan kelurahan.

Tips Melibatkan Kelompok Marjinal dan Perempuan


Salah satu tugas Tim Penyelenggara Musrenbang dan tim pemandu adalah
mengupayakan keterlibatan berbagai kelompok masyarakat yang biasanya
tidak hadir dan berbicara di forum/musyawarah desa (termasuk perempuan).
Beberapa tips adalah:
Lakukan pendekatan pribadi kepada beberapa orang untuk
menjelaskan apa dan mengapa dilaksanakan musrenbang desa/kelurahan, serta
pentingnya keterlibatan warga semua kalangan;
Berikan informasi yang memungkinkan warga tersebut dapat memahami apa yang akan
dibahas dalam musrenbang;

Bahan Serahan | Pelatihan Penguatan BKM tahun ke 4 33


Lakukan pertemuan dengan kelompok khusus yang biasanya tidak mau hadir dalam forum
atau pertemuan desa untuk menggali aspirasinya (misal: kelompok buruh tani, kelompok
ibu-ibu, kelompok sektor informal, kelompok nelayan, dan sebagainya);
Identifikasi orang-orang dalam setiap kelompok tersebut untuk menjadi kontak dalam
pelibatan kelompoknya. Yakinkan orang ini untuk mendorong kelompoknya terlibat dalam
kegiatan-kegiatan musrenbang dan forum desa lainnya.

Peran dan tugas peserta. Peran/tugas utama peserta adalah berpartisipasi secara aktif dalam
proses musyawarah sampai pengambilan keputusannya. Berpartisipasi secara aktif bukan hanya
berarti pandai dan banyak bicara, melainkan juga mampu mendengarkan aspirasi dan pandangan
orang lain serta menjaga agar musrenbang benar-benar menjadi forum musyawarah bersama.
Kriteria (persyaratan) sebagai peserta. Meskipun semua warga desa berhak berpartisipasi
dalam Musrenbang Desa/Kelurahan, tetapi terdapat kriteria atau persyaratan yang sebaiknya
disampaikan kepada warga yang ingin menjadi peserta, yaitu:
Peserta menjunjung tinggi prinsip-prinsip musyawarah yaitu kesetaraan, menghargai
perbedaan pendapat, anti dominasi, anti diskriminasi, mengutamakan kepentingan umum
(desa), dan keberpihakan terhadap kalangan marjinal4.

Peserta bersedia mempersiapkan diri dengan cara ikut serta mengumpulkan dan mempelajari
berbagai informasi, dokumen, dan materi yang relevan untuk pelaksanaan musrenbang
desa/kelurahan. Untuk memperoleh informasi, peserta dapat menghubungi sumber informasi
yaitu Tim Pemandu maupun Tim Penyelenggara Musrenbang desa/kelurahan.

Peserta berminat membangun kapasitasnya mengenai kebijakan, aturan, arah program


pemerintah, berbagai isu pembangunan, dan sebagainya, sehingga bisa berperan serta sebagai
peserta musrenbang yang aktif. Untuk penguatan kapasitas, Tim Pemandu maupun Tim
Penyelenggara Musrenbang Desa/Kelurahan dapat menyelenggarakan simulasi musrenbang
desa/kelurahan.

Pengorganisasian Penyelenggaraan Musrenbang Desa/Kelurahan


Pemerintah desa/kelurahan dapat membentuk Lembaga Kemasyarakatan
(LKM)5 yang salah satu tugas/fungsinya adalah membantu sebagai penyusun
rencana, pelaksana dan pengelola pembangunan serta pemanfaat, pelestarian
dan pengembangan hasil-hasil pembangunan secara partisipatif6. Dalam
menyusun dan melaksanakan perencanaan pembangunan desa, pemerintahan
desa wajib melibatkan lembaga kemasyarakatan desa ini. Karena itu, biasanya
Kepala Desa menunjuk Ketua LKM/LPM untuk menjadi Ketua Tim Penyelenggara Musrenbang
desa/kelurahan.
Peran/tugas Tim Penyelenggara Musrenbang Desa/Kelurahan, yaitu:
Melakukan pertemuan/rapat panitia (pembagian peran dan tugas, menyusun jadwal
keseluruhan proses persiapan, pelaksanaan, dan paska musrenbang)

4
Lihat penjabaran prinsip-prinsip musrenbang desa.
5
Atau disebut juga Lembaga Pengembangan Masyarakat (LPM).
6
PP 72/2005 tentang Desa dan PP 73 tentang Kelurahan.

34 Bahan Serahan | Pelatihan Penguatan BKM tahun ke 4


Membentuk tim pemandu (siapa, peran dan tugas)

Menyepakati tatacara menentukan dan mengundang peserta

Mengelola anggaran penyelenggaraan musrenbang secara terbuka, efektif, dan efisien

Mengorganisir seluruh proses musrenbang desa/kelurahan, mulai dari tahap persiapan,


pelaksanaan, dan paska-pelaksanaan sampai selesai tersusunnya RKP-Desa untuk musrenbang
desa dan APB-Desa atau Renja SKPD Kelurahan untuk musrenbang kelurahan

Menyusun daftar cek-list dan mengkoordinir persiapan peralatan, bahan (materi), tempat, alat
dan bahan yang diperlukan

Menyusun jadwal dan agenda pelaksanaan musrenbang desa/kelurahan

Memastikan bahwa narasumber memberikan masukan yang dibutuhkan (relevan) untuk


melakukan musyawarah perencanaan desa melalui surat permintaan materi yang diperinci apa
saja yang diharapkan untuk dipaparkan atau berbincang langsung dengan narasumber

Apabila dibutuhkan, menyelenggarakan pelatihan atau simulasi musrenbang desa/kelurahan


dalam rangka penguatan kapasitas warga yang akan mengikuti musrenbang desa/kelurahan.
Simulasi musrenbang desa/kelurahan dapat dilakukan pada tahap pra-musrenbang
desa/kelurahan (tahap persiapan)

Kepala desa berperan/tugas menjadi penanggung jawab dari keseluruhan pelaksanaan


musrenbang di desanya.

Prinsip-prinsip Musrenbang Desa/Kelurahan


Prinsip-prinsip musrenbang desa/kelurahan, berlaku baik untuk pemandu, peserta, narasumber,
maupun semua pihak yang terlibat dalam pelaksanaan musrenbang desa/kelurahan. Prinsip-prinsip
ini tidak boleh dilanggar agar musrenbang desa/kelurahan benar-benar menjadi forum musyawarah
pengambilan keputusan bersama dalam rangka menyusun program kegiatan pembangunan desa.
Prinsip kesetaraan. Peserta musyawarah adalah warga desa dengan hak yang setara untuk
menyampaikan pendapat, berbicara, dan dihargai meskipun terjadi perbedaan pendapat.
Sebaliknya, juga memiliki kewajiban yang setara untuk mendengarkan pandangan orang lain,
menghargai perbedaan pendapat, dan menjunjung tinggi (menghormati) hasil keputusan forum
meskipun kita sendiri tidak sependapat.

Prinsip musyawarah dialogis. Peserta musrenbang


desa/kelurahan memiliki keberagaman tingkat pendidikan, latar
belakang, kelompok usia, jenis kelamin, status sosial-ekonomi, dan
sebagainya. Perbedaan dan berbagai sudut pandang tersebut diharapkan
menghasilkan keputusan terbaik bagi kepentingan masyarakat banyak
dan desa di atas kepentingan individu atau golongan.

Prinsip anti dominasi. Dalam musyawarah, tidak boleh ada individu/kelompok yang
mendominasi sehingga keputusan-keputusan yang dibuat tidak lagi melalui proses musyawarah
semua komponen masyarakat secara seimbang.

Bahan Serahan | Pelatihan Penguatan BKM tahun ke 4 35


Prinsip keberpihakan. Dalam proses musyawarah, dilakukan
upaya untuk mendorong individu dan kelompok yang paling diam untuk
menyampaikan aspirasi dan pendapatnya, terutama kelompok miskin,
perempuan dan generasi muda.

Prinsip anti diskriminasi. Semua warga desa memiliki hak dan kewajiban yang sama dalam
menjadi peserta musrenbang. Kelompok marjinal dan perempuan, juga punya hak untuk
menyatakan pendapat dan pikirannya dan tidak boleh dibedakan.

Prinsip pembangunan desa secara holistik. Musrenbang desa/kelurahan dimaksudkan


untuk menyusun rencana pembangunan desa, bukan rencana kegiatan kelompok atau sektor
tertentu saja. Musrenbang desa/kelurahan dilakukan sebagai upaya mendorong kemajuan dan
meningkatkan kesejahteraan desa secara utuh dan menyeluruh sehingga
tidak boleh muncul egosektor dan egowilayah dalam menentukan prioritas
kegiatan pembangunan desa.

36 Bahan Serahan | Pelatihan Penguatan BKM tahun ke 4


Musrenbang Kecamatan

A. Pengertian
1. Musrenbang Kecamatan adalah forum musyawarah tahunan para pemangku kepentingan
ditingkat kecamatan untuk mendapatkan masukan kegiatan prioritas dari desa/kelurahan serta
menyepakati rencana kegiatan lintas desa/kelurahan di kecamatan yang bersangkutan sebagai
dasar penyusunan Rencana Kerja Kecamatan dan Rencana Kerja Satuan Kerja Perangkat
Daerah kabupaten/kota pada tahun berikutnya.
2. Pemangku Kepentingan (Stakeholders) kecamatan adalah pihak yang berkepentingan dengan
kegiatan prioritas dari desa/kelurahan untuk mengatasi permasalahan di wilayah kecamatan
serta pihak-pihak yang berkaitan dengan dan atau terkena dampak hasil musyawarah.
3. Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD) adalah unit kerja Pemerintah Kabupaten/Kota yang
mempunyai tugas untuk mengelola anggaran dan barang daerah.
4. Rencana Kerja (Renja) SKPD adalah Rencana Kerja Satuan Kerja Perangkat Daerah.
5. Nara Sumber adalah pihak-pihak pemberi informasi yang dibutuhkan untuk proses pengambilan
keputusan dalam Musrenbang Kecamatan.
6. Peserta adalah pihak yang memiliki hak pengambilan keputusan dalam Musrenbang
Kecamatan.
7. Musrenbang Kecamatan menghasilkan antara lain:
a. Daftar kegiatan prioritas yang akan dilaksanakan sendiri oleh kecamatan dan menjadi
Rencana Kerja (Renja) Kecamatan yang akan dibiayai melalui anggaran kecamatan yang
bersumber dari APBD Kabupaten/Kota pada tahun berikutnya,
b. Daftar kegiatan Prioritas yang akan diusulkan ke Kabupaten/Kota yang disusun menurut
SKPD dan atau gabungan SKPD untuk dibiayai melalui anggaran SKPD yang bersumber dari
APBD Kabupaten/Kota.
c. Daftar nama delegasi kecamatan untuk mengikuti Musrenbang Kabupaten/kota.

B. Tujuan
Musrenbang Kecamatan diselenggarakan untuk:
1. Membahas dan menyepakati hasil-hasil Musrenbang dari tingkat desa/kelurahan yang akan
menjadi kegiatan prioritas pembangunan di wilayah kecamatan yang bersangkutan.
2. Membahas dan menetapkan kegiatan prioritas pembangunan di tingkat kecamatan yang belum
tercakup dalam prioritas kegiatan pembangunan desa/kelurahan.
3. Melakukan klasifikasi atas kegiatan prioritas pembangunan kecamatan sesuai dengan fungsi-
fungsi Satuan Kerja Perangkat Daerah Kabupaten/Kota.

C. Masukan
Hal-hal yang perlu disiapkan untuk penyelenggaraan Musrenbang Kecamatan antara lain adalah:
1. Dari Desa/Kelurahan:
a. Dokumen Rencana Kerja Pembangunan Tahunan dari masing-masing desa/kelurahan yang
berisi kegiatan prioritas yang dilengkapi kode desa/kelurahan dan kecamatan.
b. Daftar nama anggota delegasi dari desa/kelurahan untuk mengikuti Musrenbang
Kecamatan.
c. Daftar nama para wakil kelompok fungsional/asosiasi warga/organisasi sosial
kemasyarakatan, koperasi, LSM yang bekerja di kecamatan, atau organisasi tani/nelayan di
tingkat kecamatan.

Bahan Serahan | Pelatihan Penguatan BKM tahun ke 4 37


d. Daftar masalah, dan usulan kegiatan prioritas Desa/Kelurahan hasil identifikasi pelaku
program pembangunan di tingkat desa/kelurahan yang dibiayai oleh hibah/bantuan Luar
Negeri.

2. Dari Kabupaten/Kota:
a. Kode kecamatan (dua angka yang sama dengan yang disampaikan di desa/kelurahan)
untuk memudahkan SKPD dan Bappeda mengetahui kecamatan yuang mengusulkan
kegiatan tersebut.
b. Kegiatan prioritas pembangunan daerah untuk tahun mendatang, yang dirinci berdasarkan
SKPD pelaksananya beserta rencana pendanaannya di kecamatan tersebut.
c. Penjelasan nama dan jumlah Forum SKPD dan Forum Gabungan SKPD sebagaimana telah
ditentukan oleh Bappeda, berikut fungsi dan program terkaitnya.

D. Mekanisme
Tahapan pelaksanaan Musrenbang Kecamatan terdiri dari:
1. Tahap Persiapan:
a. Camat menetapkan Tim Penyelenggara Musrenbang Kecamatan.
b. Tim Penyelenggara melakukan hal-hal sebagai berikut:
a) mengkompilasi kegiatan prioritas pembangunan dari masing-masing desa/kelurahan
berdasarkan fungsi SKPD yang menjadi tanggungjawab SKPD.
b) menyusun jadual dan agenda Musrenbang Kecamatan.
c) mengumumkan secara terbuka tentang jadual, agenda, dan tempat Musrenbang
Kecamatan minimal 7 (tujuh) hari sebelum kegiatan dilakukan, agar peserta bisa
menyiapkan diri dan segera melakukan pendaftaran dan atau diundang.
d) membuka pendaftaran dan atau mengundang calon peserta Musrenbang Kecamatan, baik
wakil dari desa/kelurahan maupun dari kelompok-kelompok masyarakat.
e) menyiapkan tempat, peralatan dan bahan/materi serta notulen untuk Musrenbang
Kecamatan.

2. Tahap Pelaksanaan:
a. Pendaftaran peserta Musrenbang Kecamatan.
b. Pemaparan Camat mengenai masalah-masalah utama kecamatan, seperti kemiskinan,
pendidikan, kesehatan, prasarana dan pengangguran.
c. Pemaparan Kepala-kepala Cabang SKPD setempat atau Pejabat SKPD kabupaten/kota
mengenai rancangan Rencana Kerja SKPD di tingkat kecamatan yang bersangkutan beserta
strategi dan besaran plafon dananya.
d. Pemaparan Tim Penyelenggara Musrenbang Kecamatan tentang masalah utama dan kegiatan
prioritas dari masing-masing desa/kelurahan menurut fungsi/SKPD.
e. Verifikasi oleh delegasi desa/kelurahan untuk memastikan semua kegiatan prioritas yang
diusulkan oleh desa/kelurahan sudah tercantum menurut masing-masing SKPD.
f. Kesepakatan kriteria untuk menentukan kegiatan prioritas pembangunan kecamatan untuk
masing-masing fungsi/SKPD atau gabungan SKPD.
g. Pembagian peserta Musrenbang ke dalam kelompok pembahasan berdasarkan jumlah
fungsi/SKPD atau gabungan SKPD yang tercantum.
h. Kesepakatan kegiatan prioritas pembangunan kecamatan yang dianggap perlu oleh peserta
Musrenbang namun belum diusulkan oleh desa/kelurahan (kegiatan lintasdesa/kelurahan yang
belum diusulkan desa/kelurahan).
i. Kesepakatan kegiatan prioritas pembangunan kecamatan berdasarkan masing-masing
fungsi/SKPD.
j. Pemaparan prioritas pembangunan kecamatan dari tiap-tiap kelompok fungsi/SKPD atau
gabungan SKPD dihadapan seluruh peserta Musrenbang Kecamatan.

38 Bahan Serahan | Pelatihan Penguatan BKM tahun ke 4


k. Pemilihan dan Penetapan daftar nama delegasi kecamatan (3-5 orang) untuk mengikuti Forum
SKPD dan Musrenbang Kabupaten/ Kota. Komposisi delegasi tersebut harus terdapat
perwakilan perempuan.

Catatan
Dalam kondisi dokumen penunjang tidak lengkap atau keterbatasan nara sumber, Musrenbang
kecamatan tetap dilaksanakan minimal hingga langkah yang disebutkan pada butir 7, sehingga
Camat dapat menyusun gabungan prioritas kegiatan tahunan dari desa/kelurahan menurut SKPD.
Hasilnya kemudian disampaikan kepada Forum SKPD dan Forum Gabungan SKPD di tingkat
Kabupaten/Kota. Semua kondisi ini dicatat oleh notulen dalam Berita Acara Musrenbang
kecamatan.

E. Keluaran
Keluaran yang dihasilkan dari Musrenbang Kecamatan adalah:
1. Dokumen Rencana Kerja (Renja) Kecamatan yang akan dibiayai melalui anggaran kecamatan
yang bersumber dari APBD Kabupaten/Kota pada tahun berikutnya.
2. Daftar kegiatan Prioritas yang akan dilaksanakan melalui SKPD atau Gabungan SKPD.
3. Daftar nama delegasi kecamatan untuk mengikuti Forum SKPD dan Musrenbang
Kabupaten/kota.
4. Berita Acara Musrenbang Tahunan Kecamatan.

F. Peserta
Peserta Musrenbang Kecamatan adalah individu atau kelompok yang merupakan wakil dari
desa/kelurahan dan wakil dari kelompok-kelompok masyarakat yang beroperasi dalam skala
kecamatan (misalnya: organisasi sosial kemasyarakatan, organisasi petani, organisasi pengrajin,
dan lain sebagainya).

G. Narasumber
1. Dari Kabupaten/Kota: Bappeda, perwakilan SKPD, kepala-kepala cabang SKPD di kecamatan
yang bersangkutan, kepala-kepala unit pelayanan di kecamatan, anggota DPRD dari wilayah
pemilihan kecamatan yang bersangkutan. Khusus untuk anggota DPRD, forum ini bisa menjadi
forum untuk menjaring aspirasi masyarakat.
2. Dari Kecamatan: Camat, aparat kecamatan, LSM yang bekerja di kecamatan yang
bersangkutan, dan para ahli/profesional yang dibutuhkan.

H. Tugas Tim Penyelenggara


1. Merekapitulasi hasil dari seluruh Musrenbang Desa/Kelurahan.
2. Menyusun jadual dan agenda Musrenbang Kecamatan.
3. Mengumumkan secara terbuka tentang jadual, agenda, dan tempat pelaksanaan Musrenbang
Kecamatan.
4. Mendaftar peserta Musrenbang Kecamatan.
5. Memfasilitasi proses pelaksanaan Musrenbang Kecamatan.
6. Membantu para delegasi kecamatan dalam menjalankan tugasnya di Forum SKPD dan
Musrenbang Kabupaten/Kota.
7. Merangkum daftar kegiatan prioritas pembangunan di wilayah kecamatan untuk dibahas pada
Forum SKPD dan Musrenbang Kabupaten/ Kota.
8. Merangkum berita acara hasil Musrenbang Kecamatan sekurang-kurangnya memuat: a)
kegiatan prioritas yang disepakati, dan b) daftar nama delegasi yang terpilih.
9. Menyampaikan Berita Acara hasil Musrenbang Kecamatan kepada anggota DPRD dari wilayah
pemilihan kecamatan yang bersangkutan, sebagai referensi dalam forum pembahasan Panitia
Anggaran DPRD.

Bahan Serahan | Pelatihan Penguatan BKM tahun ke 4 39


I. Tugas Delegasi Kecamatan
1. Membantu Tim Penyelenggara menyusun daftar kegiatan prioritas pembangunan di wilayah
kecamatan untuk dibahas pada Forum SKPD dan Musrenbang Kabupaten/Kota.
2. Memperjuangkan kegiatan prioritas pembangunan kecamatan dalam Forum SKPD dan
Musrenbang Kabupaten/Kota.
3. Mengambil inisiatif untuk membahas perkembangan usulan kecamatan dengan delegasi dari
desa/kelurahan dan kelompok-kelompok masyarakat di tingkat kecamatan.
4. Mendiskusikan berita acara hasil Musrenbang Kecamatan dengan anggota DPRD dari wilayah
pemilihan kecamatan yang bersangkutan.
5. Setelah memperoleh kepastian mengenai berbagai kegiatan pembangunan yang akan
dilaksanakan di Kecamatan oleh masing-masing SKPD (dengan sumber dana dari APBD
maupun sumber lainnya), maka Tim Penyelenggara Musrenbang Tahunan Kecamatan dan
delegasi kecamatan membantu Camat mengumumkan program-program pembangunan yang
akan dilaksanakan dan mendorong masyarakat untuk melakukan pemantauan terhadap
kegiatankegiatan tersebut.

Forum Satuan Kerja Perangkat Daerah/Forum-SKPD Kabupaten/Kota

A. Pengertian
1. Forum SKPD (forum yang berhubungan dengan fungsi/sub fungsi, kegiatan/ sektor dan lintas
sektor) adalah wadah bersama antar pelaku pembangunan untuk membahas prioritas kegiatan
pembangunan hasil Musrenbang Kecamatan dengan SKPD atau gabungan SKPD sebagai upaya
mengisi Rencana Kerja SKPD yang tata cara penyelenggaraannya difasilitasi oleh SKPD terkait.
2. Pelaksanaan Forum SKPD atau Forum Gabungan SKPD memperhatikan masukan kegiatan dari
kecamatan, kinerja pelaksanaan kegiatan SKPD tahun berjalan, rancangan awal RKPD serta
Renstra SKPD. Namun demikian, dalam hal salah satu dokumen tersebut belum tersedia,
pelaksanaan Forum SKPD dan atau Forum Gabungan SKPD dapat tetap dilakukan.
3. Jumlah Forum SKPD dan formasi Forum Gabungan SKPD serta jadual acara pelaksanaannya
ditentukan dan dikoordinasikan Bappeda, disesuaikan dengan volume kegiatannya dan kondisi
setempat. Disarankan agar Iangkah persiapan sudah dilakukan sejak bulan Januari sehingga
pada bulan Februari sudah jelas diketahui jumlah dan nama forum SKPD atau Forum Gabungan
SKPD yang dibentuk.
4. Bappeda memprioritaskan pembentukan Forum SKPD dan Forum Gabungan SKPD pada:
a. Fungsi-fungsi pelayanan dasar pemerintahan daerah seperti: pendidikan dasar, kesehatan,
prasarana, dan dukungan kegiatan ekonomi masyarakat; dan
b. SKPD yang mengemban fungsi yang berkaitan dengan prioritas program-program
pembangunan kabupaten/kota tersebut. Sebagai contoh: Forum SKPD Pendidikan, Forum
SKPD Kesehatan, Forum SKPD Kimpraswil atau Forum Gabungan SKPD Perindustrian,
Perdagangan dan Koperasi,dan sebagainya.
5. Narasumber adalah pihak pemberi informasi yang perlu diketahui peserta Forum SKPD atau
Forum Gabungan SKPD untuk proses pengambilan keputusan hasil forum /Musrenbang.
6. Peserta adalah pihak yang memiliki hak pengambilan keputusan dalam Forum SKPD dan atau
Forum Gabungan SKPD melalui pembahasan yang disepakati bersama.
7. Hasil Forum SKPD adalah:
a. Renja (Rencana Kerja) SKPD yang memuat kerangka regulasi dan kerangka anggaran yang
dirinci menurut kecamatan dan sudah dibagi untuk pendanaan alokasi APBD setempat,
APBD Provinsi dan APBN;

40 Bahan Serahan | Pelatihan Penguatan BKM tahun ke 4


b. Daftar nama anggota delegasi Forum SKPD dan Forum Gabungan SKPD untuk mengikuti
pembahasan musrenbang tahunan kabupaten/kota.
8. Kerangka regulasi adalah rencana kegiatan melalui pengaturan yang mendorong partisipasi
masyarakat maupun lembaga terkait Iainnya untuk mencapai tujuan pembangunan
kabupaten/kota.
9. Kerangka Anggaran adalah rencana kegiatan pengadaan barang maupun jasa yang perlu
dibiayai oleh APBD untuk mencapai tujuan pembangunan kabupaten/kota.

B.Tujuan
Forum SKPD Kabupaten/Kota bertujuan untuk:
1. Mensinkronkan prioritas kegiatan pembangunan dari berbagai kecamatan dengan Rancangan
Rencana Kerja Satuan Perangkat Daerah (Renja SKPD).
2. Menetapkan kegiatan prioritas yang akan dimuat dalam Renja-SKPD.
3. Menyesuaikan prioritas Renja-SKPD dengan plafon/pagu dana SKPD yang termuat dalam
prioritas pembangunan daerah (Rancangan Rencana Kerja Pemerintah Daerah).
4. Mengidentifikasi keefektifan berbagai regulasi yang berkaitan dengan fungsi SKPD, terutama
untuk mendukung terlaksananya Renja SKPD.

C. Masukan
Berbagai hal yang perlu disiapkan dalam penyelenggaraan Forum SKPD dan Forum Gabungan SKPD
adalah:
1. Dari Provinsi dan Kementerian Negara: infomasi kegiatan dan pendanaannya yang bersumber
dari APBN dan APBD Provinsi.
2. Dari Kabupaten/Kota:
a. Daftar kegiatan prioritas yang bersumber dari Renstra-SKPD/Unit Kerja Daerah.
b. Kegiatan Prioritas pembangunan/Rancangan RKPD (jika sudah ada).
c. Rancangan Renja-SKPD.
d. Prioritas dan plafon/pagu dana indikatif untuk masing-masing SKPD.
e. Daftar individu/organisasi masyarakat skala kabupaten/kota seperti: Asosiasi Profesi, LSM,
peguruan tinggi dan mereka yang ahli serta memiliki perhatian terhadap fungsi/SKPD yang
bersangkutan.
f. Berbagai dokumen perencanaan dan regulasi yang terkait dengan pembangunan.
3. Dari Kecamatan:
a. Daftar kegiatan prioritas pembangunan di wilayah kecamatan hasil Musrenbang
Kecamatan.
b. Daftar delegasi kecamatan yang diutus untuk mengikuti pembahasan pada forum-forum
SKPD.

D. Mekanisme
Mekanisme pelaksanaan Forum-SKPD Kabupaten/Kota dilakukan dengan tahapan sebagai berikut:

1. Tahap Persiapan:
a. Kepala Bappeda menetapkan jumlah dan tata cara penyelenggaraan Forum SKPD dan atau
gabungan SKPD agar penyelenggaraannya secara optimal.Dalam tata cara tersebut tercantum:
jadwal, tempat, peserta, agenda pembahasan, dan keluaran Forum SKPD yang akan dibahas
dalam Musrenbang Kabupaten/Kota.
b. Kepala Bappeda menetapkan Tim Penyelenggara Forum SKPD dan Forum Gabungan SKPD
sesuai dengan jumlah dan formasi yang telah ditetapkan dan terdiri dari unsure SKPD dan
Bappeda sebagai tindak lanjut dari keputusan Kepala Bappeda.
c. Tim Penyelenggara Forum SKPD melakukan hal-hal sebagai berikut:

Bahan Serahan | Pelatihan Penguatan BKM tahun ke 4 41


a) menggabungkan daftar kegiatan prioritas pembangunan dari setiap kecamatan.
b) mengkompilasi daftar kegiatan prioritas pembangunan yang berasal dari Rancangan Renja-
SKPD.
c) mengindentifikasi kegiatan prioritas pembangunan dari tiap kecamatan yang sesuai dengan
kegiatan prioritas pembangunan yang berasal dari Renja-SKPD demikian pula dengan
kegiatan yang tidak sesuai.
d) memperkirakan biaya tiap kegiatan prioritas.
e) menyusun rincian agenda pembahasan Forum SKPD berdasarkan keputusan Kepala
Bappeda.
f) mengumumkan secara terbuka jadual, agenda pembahasan, dan tempat penyelenggaraan
Forum SKPD selambat-lambatnya 7 hari sebelum pelaksanaan.
g) membuka pendaftaran dan atau mengundang calon peserta Forum SKPD yang berasal dari
delegasi kecamatan maupun dan kelompokkelompok masyarakat yang bekerja dalam
bidang yang terkait dengan fungsi/SKPD tersebut dalam skala kabupaten/kota.
h) mempersiapkan bahan/materi dan peralatan serta notulen untuk Forum SKPD.

2. Tahap Pelaksanaan, dengan agenda sebagai berikut:


a. Pendaftaran peserta Forum SKPD oleh masing-masing Tim penyelenggara Forum SKPD.
b. Pemaparan dan pembahasan kegiatan prioritas pembangunan menurut rancangan Renja-SKPD
oleh Kepala SKPD.
c. Pemaparan kegiatan prioritas pembangunan yang dihasilkan oleh Musrenbang Kecamatan oleh
Tim Penyelenggara Forum SKPD.
d. Verifikasi kegiatan prioritas berbagai kecamatan oleh para delegasi kecamatan untuk
memastikan kegiatan prioritas dari kecamatan sudah telah tercantum.
e. Pemaparan kegiatan prioritas dan plafon/pagu dana indikatif SKPD yang bersumber dari
prioritas pembangunan daerah/Rancangan RKPD Kabupaten/Kota, Provinsi, dan
Kementrian/Lembaga Negara oleh Kepala SKPD.
f. Merumuskan kriteria untuk menyeleksi kegiatan prioritas pembangunan baik yang berasal dari
kecamatan maupun dari Rancangan Renja-SKPD.
g. Menetapkan kegiatan prioritas pembangunan berdasarkan kriteria yang telah ditetapkan,
sehingga plafon/pagu dana Renja-SKPD baik yang bersumber dari APBD Kabupaten/Kota, APBD
Provinsi, maupun APBN dapat dibelanjakan secara optimal (kerangka anggaran). Petunjuk
pengisian Form-Form kegiatan prioritas SKPD khusus untuk sumber pendanaan APBN dapat
dilihat pada Lampiran-2.
h. Menyusun rekomendasi untuk kerangka regulasi SKPD dengan cara:
a) mengidentifikasi keefektifan regulasi yang berkaitan dengan fungsi SKPD.
b) merekomendasikan regulasi yang baru, perubahan regulasi, penggabungan regulasi, atau
pembatalan sesuai kebutuhan.
i. Menetapkan delegasi masyarakat dari Forum SKPD yang berasal dari organisasi kelompok-
kelompok masyarakat skala Kabupaten/Kota untuk mengikuti Musrenbang Tahunan
Kabupaten/Kota (1-3 orang untuk setiap Forum SKPD). Dalam komposisi delegasi tersebut
terdapat perwakilan perempuan.

Catatan:
Dalam hal dokumen penunjang belum tersedia, Forum SKPD dan atau Forum Gabungan SKPD tetap
harus dilaksanakan. Semua kondisi ini dicatat oleh notulen dalam Berita Acara Forum SKPD.

E. Keluaran
Keluaran yang dihasilkan dari Forum-SKPD Kabupaten/Kota adalah:

42 Bahan Serahan | Pelatihan Penguatan BKM tahun ke 4


1. Rancangan Renja-SKPD berdasarkan hasil Forum SKPD yang memuat kerangka regulasi dan
kerangka anggaran SKPD.
2. Kegiatan Prioritas yang sudah dipilah menurut sumber pendanaan dari APBD setempat, APBD
Provinsi maupun APBN yang termuat dalam Rancangan Renja-SKPD disusun menurut
kecamatan dan desa/kelurahan. Selanjutnya, kegiatan prioritas setiap kecamatan disampaikan
kepada masing-masing kecamatan oleh para delegasi kecamatan.
3. Terpilihnya delegasi dari Forum SKPD yang yang berasal dari organisasi kelompok-kelompok
masyarakat skala kabupaten/kota untuk mengikuti Musrenbang Kabupaten/Kota.
4. Berita Acara Forum SKPD Kabupaten/Kota.

F. Peserta
Peserta Forum SKPD Kabupaten/Kota terdiri dari para delegasi kecamatan dan delegasi dari
kelompok-kelompok masyarakat di tingkat kabupaten/kota yang berkaitan langsung dengan
fungsi/SKPD atau gabungan SKPD yang bersangkutan. Ini mencakup antara lain Dewan Pendidikan
untuk Forum Pendidikan; RSUD, Ikatan Dokter Indonesia di daerah dan Ikatan Bidan Indonesia di
daerah untuk Forum Kesehatan dan lain sebagainya.

G. Narasumber
Kepala Satuan Kerja Perangkat Daerah Kabupaten/Kota, Kepala dan para pejabat Bappeda,
anggota DPRD dari Komisi Pasangan Kerja masingmasing Satuan Kerja Perangkat Daerah
Kabupaten/Kota, LSM yang memiliki bidang kerja sesuai dengan fungsi SKPD, ahili/profesional balik
yang berasal dari kalangan praktisi maupun akademisi.

H. Tugas Tim Penyelenggara


1. Merekapitulasi seluruh hasil Musrenbang Kecamatan.
2. Menyusun rincian jadual, agenda, dan tempat Forum SKPD.
3. Mengumumkan secara terbuka jadual, agenda, dan tempat pelaksanaan Forum SKPD.
4. Mendaftar peserta Forum SKPD.
5. Menyusun hasil pemutakhiran rancangan Renja-SKPD berdasarkan hasil Forum SKPD.
6. Menyediakan berbagai bahan kelengkapan untuk penyelenggaraan Forum-SKPD.
7. Merangkum berita acara penyelenggaraan Forum SKPD.
8. Melaporkan kepada Bappeda hasil pemutakhiran rancangan Renja-SKPD.
9. Memberikan hasil Forum SKPD kepada Komisi Pasangan Kerja di DPRD setempat.

I. Tugas Delegasi Forum SKPD


1. Membantu Tim Penyelenggara Forum SKPD dalam memutakhirkan rancangan Renja-SKPD.
2. Memperjuangkan kegiatan prioritas Renja-SKPD dalam Musrenbang Kabupaten/Kota.
3. Mendiskusikan berita acara hasil Forum SKPD dengan Komisi DPRD yang terkait.

Musrenbang Kabupaten/Kota

A. Pengertian
1. Musrenbang Kabupaten/Kota adalah musyawarah stakeholder Kabupaten/kota untuk
mematangkan rancangan RKPD Kabupaten/Kota berdasarkan Renja-SKPD hasil Forum SKPD
dengan cara meninjau keserasian antara rancangan Renja-SKPD yang hasilnya digunakan
untuk pemutakhiran Rancangan RKPD.

Bahan Serahan | Pelatihan Penguatan BKM tahun ke 4 43


2. Pelaksanaan Musrenbang Kabupaten/Kota memperhatikan hasil pembahasan Forum SKPD dan
Forum Gabungan SKPD, Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah/Renstra Daerah,
kinerja pembangunan tahun berjalan dan masukan dari para peserta.
3. Nara Sumber adalah pihak pemberi informasi yang perlu diketahui peserta Musrenbang untuk
proses pengambilan keputusan hasil Musrenbang.
4. Peserta adalah pihak yang memiliki hak untuk pengambilan keputusan dalam Musrenbang
melalui pembahasan yang disepakati bersama.
5. Hasil Musrenbang Kabupaten/Kota adalah prioritas kegiatan yang dipilah menurut sumber
pendanaan dari APBD setempat, APBD Provinsi dan APBN sebagai bahan pemutakhiran
Rancangan RKPD Kabupaten/Kota menjadi dasar penyusunan anggaran tahunan.
6. RKPD adalah Rencana Kerja Pemerintah Daerah. Kegiatan prioritas RKPD menjadi rujukan
utama penyusunan Rancangan Anggaran Pembangunan dan Belanja Daerah (RAPBD).

B. Tujuan
1. Mendapatkan masukan untuk penyempurnaan rancangan awal RKPD yang memuat prioritas
pembangunan daerah, pagu indikatif pendanaan berdasarkan fungsi SKPD, rancangan alokasi
dana desa termasuk dalam pemutakhiran ini adalah informasi mengenai kegiatan yang
pendanaannya berasal dari APBD Provinsi, APBN dan sumber pendanaan lainnya.
2. Mendapatkan rincian rancangan awal RKA SKPD, khususnya yang berhubungan dengan
pembangunan (Forum SKPD dan Forum Gabungan SKPD).
3. Mendapatkan rincian rancangan awal Kerangka Regulasi menurut SKPD yang berhubungan
dengan pembangunan (Forum SKPD dan Forum Gabungan SKPD).

C. Masukan
Berbagai hal yang perlu disiapkan dalam pelaksanaan Musrenbang Kabupaten/Kota adalah:
1. Dari Kabupaten/Kota:
a. Rancangan RKPD yang disusun oleh Bappeda berdasarkan prioritas pembangunan daerah.
b. Rancangan Renja-SKPD hasil Forum SKPD yang memuat kerangka regulasi dan kerangka
anggaran yang kegiatannya sudah dipilah berdasarkan sumber pendanaan dari APBD
Kabupaten/Kota, APBD Provinsi, APBN maupun sumber pendanaan lainnya.
c. Prioritas dan plafon anggaran yang dikeluarkan oleh Bupati/Walikota yang terdiri atas: a)
plafon untuk setiap SKPD dan b) plafon untuk Alokasi Dana Desa.
d. Daftar nama delegasi Forum SKPD yang terpilih untuk mengikuti Musrenbang
Kabupaten/Kota.
e. Berbagai dokumen perencanaan dan regulasi yang terkait dengan pembangunan.
2. Dari Kecamatan:
a. Daftar kegiatan prioritas pembangunan yang berasal dari kecamatan.
b. Daftar nama delegasi kecamatan yang terpilih untuk mengikuti Forum SKPD dan
Musrenbang Kabupaten/Kota.
c. Daftar nama delegasi Forum SKPD yang terpilih untuk mengikuti Musrenbang
Kabupaten/Kota.

D. Mekanisme
Musrenbang Kabupaten/Kota dilaksanakan dengan agenda sebagai berikut:
1. Tahap Persiapan:
a. Kepala Bappeda menetapkan Tim Penyelenggara Musrenbang Kabupaten/Kota.
b. Tim Penyelenggara melakukan hal-hal sebagai berikut:
a) mengkompilasi kegiatan prioritas pembangunan dari Forum SKPD dan Musrenbang
Kecamatan.
b) menyusun jadual dan agenda Musrenbang.

44 Bahan Serahan | Pelatihan Penguatan BKM tahun ke 4


c) mengumumkan secara terbuka jadual, agenda, dan tempat Musrenbang Kabupaten/Kota
minimal 7 hari sebelum acara Musrenbang dilakukan, agar peserta bisa segera melakukan
pendaftaran dan atau diundang.
d) membuka pendaftaran dan atau mengundang calon peserta Musrenbang Kabupaten/Kota,
balik delegasi dari kecamatan maupun dari Forum SKPD.
e) menyiapkan peralatan dan bahan/materi serta notulen untuk Musrenbang Kabupaten/Kota.

2. Tahap Pelaksanaan:
a. Pemaparan Rancangan RKPD dan kegiatan prioritas pembangunan serta plafon anggaran yang
dikeluarkan oleh Bupati/Walikota oleh Kepala Bappeda.
b. Pemaparan hasil kompilasi kegiatan prioritas pembangunan dari Forum SKPD berikut
pendanaannya oleh Ketua Tim Penyelenggara.
c. Verifikasi hasil kompilasi oleh Kepala SKPD, delegasi kecamatan, dan delegasi Forum-SKPD.
d. Pemaparan Kepala SKPD Rancangan Renja-SKPD (terutama SKPD yang mengemban fungsi
pelayanan dasar dan yang menjadi prioritas pembangunan Kabupaten/Kota), yang meliputi:
a) Isu-isu strategis SKPD yang berasal dari Renstra Kabupaten/Kota dan Renstra-SKPD/Unit
Kerja.
b) Tujuan, indikator pencapaian dan kegiatan prioritas pembangunan yang akan dimuat dalam
Renja-SKPD.
c) Penyampaian perkiraan kemampuan pendanaan terutama dana yang berasal dari APBD
Kabupaten/Kota, APBD Provinsi, APBN dan sumber dana Iainnya.
e. Membahas kriteria untuk menentukan kegiatan prioritas pembangunan tahun berikutnya.
f. Membagi peserta ke dalam beberapa kelompok berdasarkan fungsi/SKPD.
g. Menetapkan kegiatan prioritas sesuai dengan besaran plafon anggaran APBD setempat serta
yang akan diusulkan untuk dibiayai dari sumber APBD Provinsi, APBN maupun sumber dana
lainnya.
h. Membahas pemutakhiran Rancangan RKPD Kabupaten /Kota.
i. Membahas kebijakan pendukung implementasi program/kegiatan tahun berikutnya.

Catatan:
Dalam hal kondisi dokumen penunjang tidak lengkap atau keterbatasan nara sumber, Musrenbang
Kabupaten/Kota tetap dilaksanakan dalam rangka menentukan jenis kegiatan prioritas daerah.
Semua kondisi ini dicatat oleh notulen dalam Berita Acara Musrenbang Kabupaten/Kota.

E. Keluaran
Keluaran dari pelaksanaan Musrenbang Kabupaten/Kota adalah kesepakatan tentang rumusan yang
menjadi masukan utama untuk memutakhirkan rancangan RKPD dan rancangan Renja-SKPD, yang
meliputi:
1. Penetapan arah kebijakan, prioritas pembangunan, dan plafon/pagu dana balik berdasarkan
fungsi/SKPD.
2. Daftar kegiatan prioritas yang sudah dipilah berdasarkan sumber pembiayaan dari APBD
Kabupaten/Kota; APBD Provinsi, APBN, dansumber pendanaan lainnya.
3. Daftar usulan kebijakan/regulasi pada tingkat pemerintah Kabupaten/Kota, Provinsi dan/atau
Pusat.
4. Rancangan pendanaan untuk Alokasi Dana Desa.

F. Peserta
Peserta Musrenbang Kabupaten/Kota adalah delegasi dari Musrenbang Kecamatan dan delegasi
dari Forum SKPD.
G. Narasumber

Bahan Serahan | Pelatihan Penguatan BKM tahun ke 4 45


Satuan Kerja Perangkat Daerah Kabupaten/Kota, DPRD, LSM yang bekerja dalam skala
kabupaten/kota, Perguruan Tinggi, Perwakilan Bappeda Provinsi, Tim Penyusun RKPD, Tim
Penyusun Renja-SKPD Panitia/Tim Anggaran Eksekutif maupun DPRD.

H. Penyampaian Hasil Musrenbang Kabupaten/Kota


Setelah hasil Musrenbang Kabupaten/Kota disepakati oleh peserta, maka Pemerintah
Kabupaten/Kota menyampaikan hasilnya kepada:
1. DPRD setempat.
2. Masing-masing Satuan Kerja Perangkat Daerah Kabupaten/Kota.
3. Tim Penyusun Program Tahunan Daerah dan RAPBD.

46 Bahan Serahan | Pelatihan Penguatan BKM tahun ke 4


Bahan
n Bacaan :
HARM
MONISASI dan KONS
SOLIDASI P
PROGRAM PROGR
RAM PENAN
NGGULANGA
AN
KEMIS
SKIAN

Sebaga
ai upaya ko
oordinasi dan
n harmonisasi berbagai program pe
enanggulanga
an kemiskina
an,
pemeriintah menge
elompokkan program program penanggulan
ngan kemiskkinan terseb
but
berdassarkan segmentasi masyara
akat miskin penerima prog
gram sebagai berikut (lihatt Gambar 1) :

Jika dianalogikan, klaster


k pertam
ma merupaka
an pemberian
n ikan bagi ru
umah tangga sangat miskkin,
miskin,, dan hampir miskin yang memang mem
mbutuhkan ba
antuan perlind
dungan sosial.

BAR 1. TIGA KLASTER PR


GAMB ROGRAM PE
ENANGGULA
ANGAN KEMISKINAN

Kurun Wak
ktu PNPM Mandiri
M 07 2015, untuk menccapai Tujuan pembangun
: 200 nan
Milenium/ MDGs
M melalui gerakan berb
basis pemberd
dayaan masyyarakat.

Pada tahun 2015, setiap


p desa/kelurahan memiliki Forum Parttisipatif Warga
a/masyarakatt ,
ksi Pemberda
Rencana Ak ayaan Masyarrakat untuk penguatan ekonomi,
e sosial dan kualittas

Bahan
n Serahan | Pellatihan Pengua
atan BKM tahun ke 4 47
lingkungan hidup dan Lembaga Dana Amanah Masyarakat
M (Community
C T
Trust Fund) attau
Lumbung Desa
D untuk mendukung
m pe
elaksanaan Re
encana Aksi Pemberdayaa
P n Masyarakatt.

(PERCEPA
ATAN PENANGGULA
ANGAN KEMISKINAN
N oleh DEPUTI MENK
KO KESRA BIDANGK
KOORDINASI PENAN
NGGULANGAN KEMIS
SKINAN)

Klasterr kedua, dapat diibaratkan sebagai pe


emberian kail bagi kelompok masyara
akat miskin dan
d
hampirr miskin agar masyarakat dapat mandirri. Dan klaste
er ketiga, ibarrat memberikkan pancing dan
d
perahu
u, bagi kelom
mpok masyara
akat miskin yang
y sudah mandiri
m dan siap
s untuk mengembangk
m kan
usahan
nya, bahkan dapat
d mencipttakan lapanga
an pekerjaan bagi orang la
ain (lihat Gam
mbar 2).

GAMB
BAR 2. ANAL
LOGIKA TIGA
A KLASTER PROGRAM
P

KLASTER 3 PROGRAM
M:
PEMBERDAYAAN USAAHA
MIKRO DAN KECIL

KLASTER 2 PROGRAM
M:
PEMBERDAYAAN
MASYARAKAT

KLASTERR 1 PROGRAM :
BANTUAAN DAN
PERLIND
DUNGAN SOSIAL

TER PERTAM
KLAST MA adalah ke
elompok program progra
am bantuan dan
d perlindungan sosial ya
ang
ditujukkan terutama bagi masyara
akat termiskin
n di antara ya
ang miskin. Termasuk di dalamnya adalah
berbag
gai program pelayanan dasar
d seperti penyaluran beras bersubsidi (Raskin
n) dan jamin
nan
keseha
atan (Jamkesm
mas); pemberdayaan sosia
al keluarga, fa
akir miskin, komunitas
k ada
at terpencil, dan
d
penyan
ndang masala
ah kesejahterraan sosial la
ainnya; bantuan sosial unttuk masyarakkat rentan serta
korban
n bencana ala
am dan sosial; bantuan tunai bagi ruma
ah tangga sangat miskin yang
y memenu
uhi

488 Bahan Sera


ahan | Pelatihan Penguatan BKM tahun ke 4
persyaratan (Program Keluarga Harapan/PKH); serta peningkatan kapasitas kelembagaan
pengarusutamaan gender (PUG) dan anak (PUA).

Penajaman fokus dan sinkonisasi klaster program bantuan dan perlindungan sosial kelompok
Rumah Tangga Sasaran (RTS) dan kelompok rentan lainnya (kaum perempuan miskin, lansia,
korban bencana alam/konflik sosial, penyandang cacat, komunitas adat terpencil, dan lain
sebagainya).

KLASTER KEDUA adalah kelompok program program yang bertujuan untuk memberdayakan
masyarakat melalui Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat (PNPM) Mandiri. Mereka yang
tidak termasuk atau sudah lepas dari Klaster 1 didorong dan difasilitasi untuk dapat
mengoptimalkan potensi yang mereka miliki.

Upaya untuk menanggulangi kemiskinan sebenarnya telah dilakukan sejak Bangsa Indonesia mulai
melakukan upaya pembangunan. Hal ini dapat dilihat dengan banyaknya program program atau
proyek berbasis pemberdayaan masyarakat yang dilaksanakan oleh berbagai Kementerian /
Lembaga misalnya Inpres Desa Tertinggal (IDT), Program Konpensasi Pengurangan Subsidi Bahan
Bakar Minyak (PKPS-BBM), Program Pengembangan Kecamatan (PPK), Program Penanggulangan
Kemiskinan di Perkotaan (P2KP), Proyek Peningkatan Pendapatan Petani dan Nelayan Kecil (P4K),
Pemberdayaan Ekonomi Masyarakat Pesisir (PEMP), dan lain sebagainya.

Masing masing program tersebut telah memberikan andil dalam menahan laju kenaikan jumlah
penduduk miskin. Akan tetapi, dari kajian mengenai program program penanggulangan
kemiskinan yang berbasis pemberdayaan masyarakat di berbagai sector, pola yang dilakukan
selama ini masih parsial, tidak ada koordinasi dan sinkronisasi antar program program
penanggulangan kemiskinan, sehingga dirasa kurang efektif untuk menanggulangi kemiskinan.
Dengan pola seperti itu, terdapat daerah daerah yang mendapat program lebih dari 2 (dua) jenis,
sementara banyak daerah lain yang sama sekali tidak memperoleh program.

Berbagai program penanggulangan kemiskinan yang berbasis pemberdayaan masyarakat mulai


tahun 2007 dikonsolidasikan ke dalam PNPM Mandiri atau Program Mandiri. Program Mandiri ini
hakekatnya adalah gerakan nacional dalam mewujudkan pembangunan berbasis masyarakat yang
menjadi kerangka kebijakan serta acuan dan pedoman bagi pelaksanaan berbagai program
pemberdayaan masyarakat dalam rangka penanggulangan kemiskinan.

PNPM Mandiri merupakan harmonisasi dan sinkronisasi kebijakan dari program program
pemberdayaan masyarakat dalam hal pemilihan sasaran, prinsip dasar, strategi, pendekatan,
mekanisme dan prosedur yang diperlukan untuk mempercepat penanggulangan kemiskinan dan

Bahan Serahan | Pelatihan Penguatan BKM tahun ke 4 49


mempercepat penciptaan lapangan kerja. Program ini dilaksanakan melalui pemberdayaan
masyarakat seutuhnya dengan mendayagunakan seluruh potensi dan sumberdaya local, termasuk
sumber daya manusia, alam, teknologi, sosial, budaya, dan ekonomi.

Sebagai tahap awal pada tahun 2007 yang lalu, konsolidasi program program penanggulangan
kemiskinan yang berbasis pemberdayaan masyarakat hanya dilaksanakan oleh 2 (dua) program,
yaitu : Program Pengembangan Kecamatan (PPK) dan Program Penanggulangan Kemiskinan di
Perkotaan (P2KP). Secara bertahap berbagai program program pemberdayaan masyarakat untuk
penanggulangan kemiskinan yang tersebar di kementerian / lembaga dikonsolidasikan untuk
bergabung dalam wadah Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat Mandiri (PNPM Mandiri).

Dalam pelaksanaan PNPM Mandiri, keterlibatan masyarakat pertama tama adalah membentuk
kelompok kelompok yang dibimbing oleh fasilitator atau pendamping. Kemudian masyarakat
sendiri yang mengidentifikasi serta memutuskan kegiatan kegiatan yang diperlukan untuk
dilaksanakan. Apabila pendanaan dari anggaran pemerintah dirasakan kurang dari yang
diharapkan, masyarakat dengan prakarsanya menambah dana dan sumbangan lainnya sehingga
apa yang diharapkan masyarakat dapat terwujud.

PNPM Mandiri pada dasarnya mendorong masyarakat untuk merencanakan, melaksanakan, dan
mengawasi kegiatan kegiatan yang dibutuhkan oleh masyarakat untuk mengangkat derajat
kesejahteraan dan usaha produktifnya. Inilah inti proses pemberdayaan masyarakat yang
diterapkan dalam PNPM Mandiri yang menekankan pada bottom-up, membangun dari, oleh, dan
untuk masyarakat sesuai dengan motto PNPM Mandiri : Bangkit Bersama Untuk Mandiri !!!

KLASTER KETIGA ditujukan bagi kelompok / individu masyarakat miskin yang sudah/tidak masuk
ke dalam kategori penerima klaster pertama dan kedua karena dinilai memiliki mata penceharian
atau usaha yang cukup untuk dapat membiayai kebutuhan dasarnya, namun tetap perlu
ditingkatkan. Program program yang termasuk dalam klaster ini adalah program program
bantuan bagi pemberdayaan dan pengembangan usaha mikro dan kecil, baik berupa bantuan
modal ataupun peningkatan kapasitas, dan Kredit Usaha Rakyat (KUR).

Penerima manfaat klaster ketiga ini adalah kelompok masyarakat yang telah dilatih dan
ditingkatkan keberdayaan serta kemandiriannya pada klaster program sebelumnya, sehingga
mampu untuk memanfaatkan skema pendanaan yang berasal dari lembaga keuangan formal
seperti Bank, Koperasi, BPR, dan sebagainya. KUR adalah skema kredit/pembiayaan yang khusus
diperuntukan bagi usaha mikro, kecil, dan menengah, dan koperasi yang usahanya layak namun
mempunyai keterbatasan dalam pemenuhan persyaratan yang ditetapkan Perbankan.

50 Bahan Serahan | Pelatihan Penguatan BKM tahun ke 4


KUR dengan pola penjaminan ini merupakan jalan yang efektif untuk membuka akses pengusaha
mikro dan kecil dalam memperoleh pinjaman untuk pengembangan usahanya. Pemberian KUR ini
dapat mengurangi ketergantungan pengusaha mikro dan kecil kepada para rentenir, dan
mendorong peluang munculnya usaha baru yang dapat meningkatkan pendapatan masyarakat dan
menurunkan tingkat pengangguran. Dengan demikian tujuan pemberian KUR dengan pola
kemudahan yang diberikan sistem perbankan diharapkan dapat meningkatkan perekonomian
secara nacional.

Bahan Serahan | Pelatihan Penguatan BKM tahun ke 4 51


LK 1 Memetakan PJM Pronangkis

Pertanyaan yang terkait dengan pemetaan PJM Pronangkis.


Apa saja gagasan sosial dalam PJM Pronangkis yang belum berjalan ?
Dukungan apa yang dibutuhkan BKM/LKM dalam menjalankan gagasan-gagasan tersebut?

Gunakan matirks di bawah ini sebagai alat bantu :

Pelaksanaan PJM Pronangkis Dukungan yang dibutuhkan


No
yang membutuhkan dukungan Program Kebijakan

52 Bahan Serahan | Pelatihan Penguatan BKM tahun ke 4


Mendorong Kemitraan dan Kebijakan Penanggulangan
Kemiskinan
Upaya Memasarkan Gagasan Sosial Warga
Oleh : Marnia Nes
BKM/LKM merupakan organisasi nir laba yang memberi pelayanan kepada warga masyarakat
untuk memperjuangkan isu penanggulangan kemiskinan tanpa memperhitungkan imbalan laba.
Tugas BKM/LKM adalah membangun kepedulian berbagai pihak untuk bersama sama
menanggulangi kemiskinan terutama pada wilayah kelurahan/desa setempat. Dengan kata lain
anggota BKM/LKM dan perangkat organisasinya merupakan agen perubahan sosial masyarakat
serta wakil untuk memperjuangkan aspirasi masyarakat.

Gagasan gagasan perubahan sosial sesuai dengan tujuan pembangunan yaitu untuk menjadikan
masyarakat lebih maju, lebih mandiri dalam memecahkan persoalan kemiskinan yang pada
kahirnya akan mencapai kepada cita cita kesejahteraan dalam berbagai bidang (kesehatan,
pendidikan, ekonomi dan sebagainya).

Perubahan sosial yang difasilitasi oleh BKM/LKM yaitu :


Mendorong masyarakat yang tidak berdaya dan selalu menggantungkan diri pada orang lain,
menjadi masyarakat yang mampu membangun dirinya sendiri dengan cara terlibat aktif dari
mulai perumusan masalah, kebutuhan, perencanaan, monitroing dan evaluasi dalam setiap
kegiatan program penangggulangan kemiskinan.
Mendorong kepedulian warga untuk menyisihkan waktu dan tenaga untuk membantu
penanggulangan kemiskinan dengan menjadi relawan relawan warga yang akan bertindak
memfasilitasi keseluruhan proses daur program (siklus penanggulangan kemiskinan) dan
menyumbangkan pemikiran ataupun dana untuk kegiatan kegiatan program.
Membangun kembali modal sosial di masyarakat yang selama ini sudah mulai luntur dengan
dilandasi oleh nilai nilai kejujuran, keadilan, transparansi, akuntabilitas, dan nilai nilai
kemanusiaan dan kemasyarakatan lainnya.
Menjamin adanya kebijakan yang adil bagi semua pihak, dengan tidak membeda bedakan
golongan, status sosial, jenis kelamin dan perbedaan lainnya. Kebijakan yang dikeluarkan
semata mata untuk menanggulangi kemiskinan, artinya peruntukan dana dana yang ada
maupun programnya harus berorientasi pada kebutuhan warga miskin termasuk kaum
perempuan. Kebijakan kebijakan ini bisa tercermin dalam pranata pranata yang disusun
oleh BKM/LKM bersama masyarakat dan PJM Pronangkis.

Dalam melakukan proses perubahan, BKM/LKM dan masyarakat tidak dapat bekerja sendiri karena
permasalahan kemiskinan yang dihadapi begitu kompleks. Diperlukan sumberdaya baik itu sumber
daya manusia, sumber dana dari pihak lain dalam menjalankan programnya. Oleh karena itu
BKM/LKM harus bertindak sebagai penghubung antara masyarakat dengan pemerintah dan sektor
swasta dengan cara menggalang kerjasama dengan berbagai pihak, baik itu pihak pemerintah
maupun sektor swasta ( perguruan tinggi, pengusaha, LSM dan kelompok peduli lainnya). Artinya
BKM/LKM harus mampu mendorong kepedulian berbagai pihak untuk mendukung gagasan
gagasan perubahan sosial dalam penanggulangan kemiskinan.

Bahan Serahan | Pelatihan Penguatan BKM tahun ke 4 53


Agar gagasan gagasan perubahan tersebut dapat diterima dan mendapat dukungan berbagai
pihak, maka BKM/LKM perlu mengkampanyekan (mempromosikan) kegiatan kegiatan dan
program program penanggulangan kemiskinan yang sudah dan akan dilaksanakan agar
diketahui, dipahami dan pada akhirnya menjadi tanggungjawab semua pihak. Kampanye tidak
ubahnya seperti iklan/pemasaran untuk menjual produk , hanya saja dalam hal ini yang dijual
adalah gagasan gagasan sosial untuk penanggulangan kemiskinan, oleh karena itu pemasaran
dalam bidang ini sering disebut sebagai pemasaran sosial.

Pemasaran Sosial (Social Marketing)

Pemasaran adalah sebuah rangkaian kegiatan yang dimanfaatkan untuk memperoleh perhatian dari
pembeli potensial, memotivasi calon pembeli agar membeli, mendapatkan mereka untuk sungguh
sungguh membeli, dan berusaha untuk mengajak mereka untuk membeli dan membeli lagi.
Menurut Hermawan Kertajaya, pada prinsipnya marketing adalah sesuatu yang sangat sederhana,
yaitu seni menjual diri atau organisasi.

Di dunia bisnis, marketing diartikan sebagai kegiatan bisnis fenomena perdagangan, produk
yang dijual bisa berupa barang atau jasa yang berhubungan dengan kegiatan ekonomi dan bersifat
profit. Sedangkan pemasaran sosial, adalah strategi menjual gagasan untuk mengubah
pemikiran, sikap, perilaku masyarakat atau kelompok kelompok tertentu, terhadap isu atau
gagasan yang ditawarkan.

Pemasaran sosial yang berkembang selama ini dilakukan oleh berbagai lembaga untuk memasarkan
gagasan gagasan yang berhubungan dengan perubahan sosial kepada masyarakat dan juga
berbagai pihak lain yang bertujuan agar masyarakat mau berubah sikap dan perilakunya dalam
pembangunan. Dalam hubungannya dengan BKM, gagasan sosial gagasan sosial ini justru sudah
dilakukan oleh masyarakat, yang perlu dilakukan adalah memasarkan perubahan perubahan
pengetahuan, sikap dan perilaku yang sudah dilakukan oleh masyarakat dalam penanggulangan
kemiskinan kepada pihak luar. Diharapkan dengan melalui promosi dan mengkampanyekan apa
yang sudah dilaksanakan oleh BKM/LKM dan masyarakat kepada pihak luar , baik berupa PJM
Pronangkis maupun proses proses yang dilakukan , pihak luar akan peduli dan mendukung
BKM/LKM untuk mengimplementasikan gagasan gagasan yang sudah disusun oleh masyarakat.
Berdasarkan pengalaman, penerapan strategi pemasaran dalam dunia sosial terbukti dapat
memberdayakan organisasi dalam memperoleh dukungan sumberdaya manusia (berupa bantuan
teknis) maupun sumber dana potensial yang berasal dari para pihak (masyarakat, pemerintah
maupun sektor swasta).

Lebih jauh lagi , pemasaran sosial berhubungan erat dengan kemitraan dan kebijakan. Upaya
mendorong perubahan perilaku pada kalangan pengambil keputusan , baik itu lembaga pemerintah
ataupun swasta, pada akhirnya diharapkan mampu mendorong tersusunnya sebuah kebijakan.
Ketika pemerintah membeli gagasan sosial yang ditawarkan oleh BKM/LKM, misal melibatkan
masyarakat dalam pengembangan program, diharapkan pemerintah bisa mengadopsi dan
membuat kebijakan perencanaan partisipatif untuk program program pembangunan.

Kajian Awal

Ada dua isu yang harus dikaji pada tahap awal untuk mengembangkan strategi pemasaran yaitu :
1) analisa para pihak (stakeholder) dan 2) analisa potensi BKM/LKM

54 Bahan Serahan | Pelatihan Penguatan BKM tahun ke 4


1) Analisa Para Pihak (stakeholder)

Dalam mengembangkan strategi pemasaran sosial, terlebih dahulu harus dilakukan analisa situasi.
Analisa situasi, merupakan kegiatan untuk memetakan pihak pihak mana saja yang mau didorong
kepeduliannya agar mau diajak kerjasama dalam penanggulangan kemiskinan, baik berupa
dorongan kebijakan yang lebih pro poor, memberikan bantuan teknis maupun memberikan
bantuan sumber dana.

Isu isu yang harus dianalisa adalah, diantaranya adalah :

Bidang garapan lembaga : kesehatan, pendidikan, air bersih,dan sebagainya.


Jenis lembaga apakah lembaga tersebut merupakan lembaga pemerintah, bisnis,
perguruan tinggi, LSM dan sebagainya.
Apa yang menjadi visi utama , perhatian lembaga/kelompok?. Apakah visinya sejalan
dengan visi BKM/LKM?
Bagaimana pengetahuan, sikap, perilaku terhadap isu isu yang akan ditawarkan? Apakah
mendukung atau bertolak belakang ?. misalnya bagaimana pengetahuan dan sikap mereka
terhadap perencanaan partisipatif, terhadap pemecahan masalah kesehatan, terhadap
kerelawanan dan sebagainya.
Apa saja kebijakan kebijakan lembaga yang dapat mendukung atau menghambat
tawaran kerjasama yang akan dilakukan.
Apakah wilayah kelurahan/desa dimana BKM/LKM berdomisili merupakan cakupan wilayah
yang menjadi garapan mereka?
Apakah mereka sudah pernah kerjasama dengan pihak luar untuk pemecahan masalah
sosial?
Aturan aturan apa yang mereka terapkan dalam bekerjasama dengan pihak luar?.
Siapa kontak person yang bisa dihubungi?
Bagaimana l karakteristik para pengambil keputusan dalam lembaga tersebut, misalnya
apa yang menjadi minat mereka, apa yang tidak disukai oleh mereka?. Minat atau
perhatian mereka terhadap suatu isu tertentu, akan menentukan proses komunikasi dan
lobby pada tahap awal. Akan lebih mudah bagi berbagai pihak untuk berkomunikasi apabila
dimulai dari obrolan mengenai minat mereka.
Siapa orang orang yang bisa didekati yang mempunyai akses dan cukup didengar
suaranya oleh para pengambil keputusan.

Gambaran karakteristik umum lembaga - lembaga

Lembaga bisnis, pada saat ini banyak lembaga lembaga bisnis yang membawa nilai
nilai sosial untuk mengangkat image lembaganya dimata publik. Di dunia bisnis kini
perusahaan dinilai besar oleh publik apabila melakukan kebaikan demi kemanusiaan. Kini
perusahaan perusahaan besar berlomba melaksanakan Corporate Social Responsibility
(CSR), yaitu semacam program kegiatan yang sifatnya sukarela dan bukan bertujuan
komersil dengan menyisihkan sejumlah dana untuk kemanusiaan dan kemasyarakatan. Hal
ini tentu saja berkaitan erat dengan pemasaran organisasi mereka. Beberapa bentuk
promosi yang biasanya dilakukan untuk membangun image adalah : 1) upaya
menyediakan dana dalam bentuk kontribusi atau sumber lainnya untuk meningkatkan
kesdaran atau kepedulian terhadap masalah sosial 2) komitmen untuk menyumbangkan
atau mendonasi sejumlah uang dari penjualan produk produk tertentu. 3) upaya untuk
mendukung implementasi dan atau mengubah perilaku masyarakat . 4) membuat
kontribusi langsung dalam menyumbangkan sejumlah dana kemanusiaan. 5) upaya

Bahan Serahan | Pelatihan Penguatan BKM tahun ke 4 55


perusahaan dalam mendukung kegiatan karyawan dalam kegiatan sukarela. 6) membeli
produk langsung dari komunitas. Image yang dibangun sebagai perusahaan yang
mempunyai tanggungjawab sosial ini biasanya tercermin pula di dalam visi dan misi
lembaga.

Lembaga sosial ; seperti LSM , lembaga lembaga ini pada umumnya lebih menekankan
kepada menjual gagasan gagasan untuk perubahan dalam proses pembangunan. Artinya
visi lembaga lembaga ini kemungkinan besar sejalan dengan visi BKM/LKM dan
masyarakat dalam upaya memfasilitasi perubahan. Dalam mempromosikan dan
menjalankan gagasannya , mereka tidak bergerak sendirian. Pada umumnya lembaga
seperti ini mengedepankan kerjasama dengan pihak pihak lain, termasuk dengan
lembaga lembaga komunitas. Lembaga lembaga ini bekerja berdasarkan isu isu
khusus, misalnya : memberikan bantuan teknis untuk meningkatkan kapasitas masyarakat
dalam menyusun perencanaan, fasilitasi penyadaran masyarakat untuk isu isu tertentu
(lingkungan hidup, kesehatan, hukum dan sebagainya), meningkatkan kapasitas
masyarakat untuk usaha kecil dan bantuan teknis lainnya. Jarang sekali LSM lokal yang
memberikan bantuan berupa dana , jadi BKM/LKM bisa bekerjasama dengan lembaga
lembaga seperti ini untuk bantuan teknis dalam pengembangan program atau pelatihan
(coaching) untuk peningkatan keterampilan.

Perguruan Tinggi, sama dengan lembaga bisnis perguruan tinggi juga mempunyai
tanggungjawab sosial yang biasanya diwujudkan dalam bentuk bentuk penelitian dan
program program untuk pemberdayaan masyarakat. Pada umumnya, perguruan tinggi
mempunyai bagian khusus yang menangani kegiatan seperti ini yang umum dikenal
sebagai LPM (Lembaga Pengabdian Masyarakat). Sebagai gudang pendidik, mestinya
perguruan tinggi mempunyai sumberdaya manusia yang cukup untuk diajak peduli dan
kerjasama oleh BKM/LKM dalam penanggulangan kemiskinan. Bentuk kerjasama dan
kepedulian bisa berupa bimbingan teknis untuk pembuatan proposal kegiatan kepada pihak
lain, pebningkatan keterampilan pembukuan bagi UPK, pengembangan program dan
peningkatan pengetahuan dan keterampilan lain sesuai dengan bidang pendidikan yang
ada di dalam perguruan tinggi tersebut.

Lembaga Pemerintah; lembaga ini seharusnya tanpa dimintapun harus memfasilitasi dan
bekerjasama dengan masyarakat dalam pembangunan, karena memfasilitasi dan
mewujudkan kesejahteraan masyarakat memang kewajibannya. Akan tetapi pada
kenyataannya baik masyarakat maupun pemerintah bekerja sendiri sendiri karena
kurangnya kepercayaan antara satu pihak kepada pihak lainnya. Lembaga pemerintah
terdiri dari sektor sektor yang mempunyai bidang garapan yang sudah ditetapkan. Di
tingkat kota/kabupaten misalnya ada Dinas Pendidikan, Dinas Kesehatan, Dinas Pertanian,
Dinas Kehutanan dan sebagainya. Pada masing masing sektor, setiap dinas mempunyai
dana untuk mengembangkan program. Perlu dipetakan program program yang ada pada
masing masing sektor yang berhubungan dengan

penanggulangan kemiskinan dan sejalan dengan PJM Pronangkis yang sudah disusun oleh
masyarakat.

Proses analisa situasi untuk mengidentifikasi berbagai pihak tersebut bisa dilakukan secara formal
maupun informal, langsung maupun tidak langsung. BKM/LKM bisa melakukan penelitian sederhana
dengan bantuan berbagai pihak yang mengenal lembaga atau kelompok sasaran. BKM/LKM bisa
mencari dan memetakan lembaga lembaga atau individu tersebut dengan cara mencari informasi
melalui berbagai sumber seperti mengakses informasi melalui internet, surat kabar, majalah,

56 Bahan Serahan | Pelatihan Penguatan BKM tahun ke 4


kenalan, web P2KP (www.p2kp.org), fasilitator, KMW dan sebagainya. Lembaga lembaga atau
individu yang sudah didapat informasinya, dicatat dan didokumentasikan.

2) Mengenal Potensi Sendiri

Setelah memetakan para pihak yang mau diajak bekerja sama, maka BKM/LKM juga harus
memetakan potensi yang ada yang bisa ditawarkan kepada pihak lain supaya mereka tertarik untuk
bekerjasama dengan BKM/LKM dan masyarakat dalam penanggulangan kemiskinan.

Potensi dan kekuatan BKM/LKM sebagai modal penawaran tersebut meliputi :

Kualitas PJM Pronangkis yang sudah disusun, 1) apakah sudah memuat visi yang jelas
dalam penanggulangan kemiskinan?. 2) program program apa saja yang ada dalam
PJM? (kesehatan, pendidikan, sanitasi dan sebagainya). 3) Apakah sudah ada target
target capaian yang jelas untuk setiap program.Bagaimana target di bidang pendidikan,
apa target di bidang kesehatan dan sebagainya). 4) berapa dana yang dipunyai oleh BKM
/LKM untuk program program tersebut

BKM/LKM sebagai lembaga yang layak dipercaya untuk bekerjasama dengan pihak luar.
Potensi potensi ini bisa dilihat dari : 1) pengalaman mengelola program sebelumnya 2)
pengalaman bermitra dengan pihak lain sebelumnya 3) keberhasilan dalam melayani
masyarakat miskin dalam berbagai bidang seperti sanitasi dan kesehatan, air bersih dan
lainnya . Apakah program yang dikembangkan tepat sasaran (benar benar untuk warga
miskin)?. 4) bertanggungjawab terhadap kegiatan yang dilakukan baik dari sisi keuangan
maupun pelaksanaan kegiatan. Wujud dari lembaga yang bertanggung jawab ini adalah
adanya pengelolaan keuangan yang dibukukan dan transparan, melibatkan masyarakat
dalam setiap tahapan kegiatan dan pengambilan keputusan, mengumumkan setiap
kegiatan kepada warga masyarakat .

Kerelawanan merupakan modal yang utama dalam penanggulangan kemiskinan. Relawan


relawan terlatih merupakan modal untuk menggerakkan masyarakat dan menjalankan
pendampingan dalam pelaksanaan program. Bagi pihak pihak lain yang mau diajak
kerjasama, akan lebih mudah apabila BKM/LKM sudah mempunyai modal motor
penggerak masyarakat yang berupa relawan relawan warga.

Keterlibatan dan kepedulian masyarakat dalam program penanggulangan kemiskinan yang


dimotori oleh BKM/LKM, merupakan modal yang bisa ditawarkan kepada pihak luar. Oleh
karena itu penting diketahui dan didokumentasikan oleh BKM/LKM. 1) seberapa banyak
masyarakat yang berpartisipasi mulai dari tahapan identifikasi kebutuhan, perencanaan,
pelaksanaan dan monitoring evaluasi program. Dengan ini BKM/LKM bisa menjamin
ketepatan sasaran serta program yang sesuai kebutuhan masyarakat, dan kontrol dari
warga masyarakat terhadap program program yang dilaksanakan 2) bentuk bentuk
kepedulian warga seperti sumbangan tenaga, waktu dan swadaya dalam bentuk uang dan
barang. BKM/LKM harus bisa menjamin bahwa, masyarakat tidak semata mata
menggantungkan diri pada pihak luar akan tetapi menggunakan potensi yang dimiliki untuk
bersama sama menanggulangi kemiskinan.

Kapabilitas BKM/LKM dan UP UP dalam menjalankan program. Pengelolaan program


yang jujur, adil dan bermanfaat bagi masyarakat dengan tidak mementingkan diri sendiri
merupakan modal yang bisa ditawarkan kepada pihak luar dan menjadi kekuatan BKM/LKM

Bahan Serahan | Pelatihan Penguatan BKM tahun ke 4 57


dalam bermitra. Kapabilitas moral ini akan mempunyai nilai tambah dengan adanya
sumberdaya manusia di BKM/LKM dan UP UP yang sudah terlatih.

Pranata kelembagaan, penting bagi pihak luar untuk mengetahui adanya pranata
kelembagaan yang bisa menjamin apakah kerjasama yang akan dilakukan akan tepat
sasaran, dapat dipertanggungjawabkan, bermanfaat bagi warga miskin. Oleh karena itu
aturan dan nilai nilai yang sudah dikembangkan dalam BKM/LKM dan disepakati warga
masyarakat merupakan kekuatan untuk bermitra dengan

Penyusunan Strategi

Dibutuhkan strategi yang komprehensif untuk mengkomunikasikan prakarsa dan gagasan


masyarakat dan BKM/LKM dalam penanggulangan kemiskinan . Penyusunan strategi ditentukan
atas dasar :

Kebutuhan spesifik yang diharapkan dari pihak luar. Untuk menentukan jenis dukungan
atau kerjasama yang diperlukan dari pihak luar, tentu BKM/LKM harus memetakan terlebih
dahulu kapasitas apa yang masih kurang dari BKM, UP UP dan relawan dalam
memfasilitasi proses dan meningkatkan kapasitas masyarakat; sumberdaya apa yang
dibutuhkan agar PJM Pronangkis bisa diwujudkan (baik sumberdana, pelatihan maupun
dukungan lainnya).
Penentuan sasaran baik itu lembaga, kelompok maupun individu yang bisa mendukung
kebutuhan kebutuhan yang sudah diidentifikasi. BKM/LKM harus bisa menentukan pihak
mana yang mempunyai karakteristik dan bidang garapan yang sesuai kebutuhan.
Contohnya apabila mau kerjasama untuk menyadarkan masyarakat dalam bidang
kesehatan, BKM/LKM bisa menjadikan dinas kesehatan atau LSM yang bergerak dalam
bidang kesehatan untuk diajak kerjasama.
Menentukan tujuan yang diharapkan. Apa tujuan sosial marketing yang akan dilakukan,
apakah hanya untuk mendapatkan dukungan kebijakan dari pihak pihak tertentu untuk
mendukung gagasan yang ditawarkan? Misal dukungan dari DPRD agar mengeluarkan
kebijakan RAPBD untuk penanggulangan kemiskinan berbasis masyarakat. Tujuan lain
apakah BKM/LKM mengharapkan pihak lain bisa memberikan dukungan dengan cara
membantu mempromosikan PJM Pronangkis kepada pihak luar? Apakah tujuannya adalah
untuk mendapatkan dukungan dana atau dukungan bantuan teknis? Dan sebagainya.
Menentukan metode/cara yang akan dipakai untuk dalam memasarkan gagasan dan PJM
Pronangkis yang telah dilakukan oleh BKM/LKM bersama warga masyarakat. Metode atau
cara cara yang bisa dilakukan adalah :
a) Lobby secara informal kepada pihak pihak yang berhubungan dengan lembaga mitra.
BKM/LKM bisa menggunakan pihak pihak lain yang lebih dekat dengan lembaga mitra
untuk melakukan pendekatan awal, sebelum BKM/LKM sendiri melakukan pendekatan
langsung. Biasanya pendekatan informal akan lebih tepat bagi pihak pihak tertentu.
b) Dengar pendapat dengan para pengambil keputusan seperti DPRD dan walikota/bupati
, camat dan sebagainya.
c) Mengundang berbagai pihak untuk mengetahui kegiatan BKM/LKM dan warga
masyarakat dalam menanggulangi kemiskinan. Dalam pertemuan ini bisa dilakukan
presentasi oleh BKM /LKM mengenai PJM Pronangkis yang telah disusun dan
pengalaman menjalankan program sebelumnya, apabila ada.
d) Bazaar amal dan pasar informasi berupa pameran kegiatan kegiatan yang sudah
dilakukan mulai dari refleksi kemiskinan sampai penyusunan PJM Pronangkis dan juga
kegiatan kegiatan KSM (apabila sudah dilakukan).

58 Bahan Serahan | Pelatihan Penguatan BKM tahun ke 4


e) Mengirimkan profil BKM/LKM dan tawaran kerjasama kepada berbagai lembaga yang
sudah diidentifikasi sebelumnya. Dalam tawaran kerjasama harus jelas keuntungan
bagi kedua belah pihak, BKM/LKM harus mampu meyakinkan lembaga/pihak lain
keuntungan apa yang akan mereka peroleh dari kerjasama yang ditawarkan.
f) Mempresentasikan PJM Pronangkis kepada dinas dinas terkait dan lembaga
lembaga lain .
g) Mengikuti musrenbang dan memperjuangkan PJM Pronangkis agar menjadi bagian dari
musrenbang.
h) Membangun jaringan dengan BKM/LKM lain melalui forum BKM/LKM dan menjadi
anggota jaringan lembaga lembaga yang mempunyai visi yang sama dalam
penanggulangan kemiskinan, sehingga kemungkinan memasarkan PJM Pronangkis
akan lebih terbuka.
i) Mempromosikan parakarsa BKM/LKM dan masyarakat dan tawaran kerjasama kepada
pihak lain dalam web PNPM Mandiri Perkotaan atau situs situs web pihak lain.
j) Bekerjasama dengan media media massa agar prakarsa masyarakat dan BKM dimuat
secara rutin dalam media massa. Dengan cara ini msayarakat luas akan lebih mengenal
prakarsa masyarakat dalam menanggulangi kemiskinan, sehingga lebih banyak peluang
berbagai pihak untuk menggalang kerjasama.

Informasi yang akan dikomunikasikan :


a) Tempat dan wilayah sasaran BKM/LKM
b) Visi dan misi
c) PJM Pronangkis . Gambaran untuk program khusus yang sesuai dengan karakteristik
lembaga yang akan diajak bermitra harus lebih ditonjolkan dalam profil. Misal apabila
mau mengajak bermitra dinas kesehatan, maka program program dalam bidang
kesehatan harus lebih dikedepankan.
d) Program umum BKM/LKM untuk melaksanakan PJM Pronangkis.
e) Pengalaman pengalaman dalam pelaksanaan program termasuk bagaimana
melibatkan warga masyarakat, akuntabilitas yang selama ini dijalankan, penentuan
warga miskin sebagai kelompok sasaran, transparansi dan membangun kontrol dari
warga masyarakat.
f) Posisi keuangan BKM/LKM saat ini, penggunaan dana dana yang dipunyai oleh
BKM/LKM dan UP UP dalam pelaksanaan PJM Pronangkis.
g) Data data relawan warga, berapa jumlahnya dan bagaimana kapasitas dan potensi
lainnya.
h) Aturan aturan dan nilai nilai dalam lembaga dalam pengembangan dan
pelaksanaan program.
i) Data data BKM/LKM dan UP UP , berapa jumlahnya dan kapasitas serta potensi
lainnya.
j) Data data swadaya masyarakat.
k) Kerjasama yang bisa dilakukan oleh berbagai pihak dengan BKM/LKM dalam
penanggulangan kemiskinan.

Menentukan alat dan Media; Untuk mempromosikan prakarsa masyarakat dalam


penanggulangan kemiskinan, maka diperlukan media media bantu . Media bantu yang
bisa dekembangkan dapat berupa :

a) Media cetakan seperti booklet atau leaflet mengenai profil BKM , produk produk dan
kegiatan KSM.
b) Tulisan tulisan dan foto foto kegiatan

Bahan Serahan | Pelatihan Penguatan BKM tahun ke 4 59


c) Film permasalahan kemiskinan dan prakarsa masyarakat dalam penanggulangannya,
dapat dikemas dalam media VCD
d) Bahan bahan presentasi

Memetakan kemampuan BKM/LKM untuk melakukan pemasaran sosial. Apa saja kekuatan
dan kelemahan yang dipunyai oleh BKM/LKM untuk menjalankan pemasaran sosial seperti
di atas. BKM/LKM harus mampu menggunakan kekuatan (potensi) yang ada dan
memperbaiki kelemahan kelemahan yang harusnya menjadi modal untuk
mempromosikan kegiatan agar pihak lain mau mndukung dan bekerjasama untuk
menanggulangi kemiskinan.

60 Bahan Serahan | Pelatihan Penguatan BKM tahun ke 4


Jakarta, 10 Maret 2008
Ramai-ramai Kerjasama dengan BFI

Salah satu perusahaan swasta yang aktif terlibat dalam


penanggulangan kemiskinan adalah PT BFI Financial
Indonesia Tbk. Sejak tahun 2005, perusahaan swasta di
bidang jasa pembiayaan pengadaan kendaraan
bermotor roda empat dan alat-alat berat ini telah
membantu Badan Keswadayaan Masyarakat (BKM)
dalam menjalankan kegiatan tridaya.
Kesediaan BFI berpartisipasi dalam program ini tidak
hanya sekedar charity, BFI sangat mendukung
keberadaan BKM, yang tidak hanya menggalang dana
bagi kegiatan-kegiatan peningkatan kesejahteraan
masyarakat kurang mampu, tetapi juga turut
memberdayakan masyarakat miskin.

Puluhan BKM berhasil melakukan kemitraan (channeling) dengan BFI. Bentuk kemitraan tersebut
diantaranya, rehabilitasi rumah sehat dan pembangunan MCK yang dilakukan di sejumlah wilayah.
Setidaknya, 17 BKM yang tersebar di Provinsi Banten, Jawa Barat, Jawa Tengah, Kalimantan
Selatan, Sulawesi Utara, Sulawesi Tengah, Sulawesi Tenggara dan Nusa Tenggara Barat, menerima
bantuan dana dari BFI.

Ketujuhbelas program kemitraan tersebut terbagi lagi menjadi 25 sub-proyek. Dimana 23 sub-
proyek di antaranya berkaitan dengan rehabilitasi rumah sehat bagi kepala keluarga miskin dan dua
sub-proyek untuk pembangunan MCK serta sarana air bersih.

Pada kegiatan kemitraan sebelumnya, BFI juga memberikan pelatihan intensif di bidang analisis
kredit, pembukuan dan administrasi sederhana. Pelatihan diberikan kepada anggota Unit Pengelola
Keuangan (UPK) dari tiga BKM Kota/Kabupaten Bogor yang memiliki kinerja terbaik dalam hal
penyaluran kredit mikro.

Pelatihan yang dilakukan beberapa kali dari September 2005


hingga September 2006. Bertindak sebagai trainer dalam
pelatihan ini adalah Credit Analyst Coordinator PT BFI, Eddy
Raharjo. Pelatihan yang diberikan ini tidak mengubah sistem
pembukuan yang telah berjalan di masing-masing BKM. Kami
hanya memperbaiki beberapa bagian yang belum sempurna.
Komitmen kami, pelatihan akan berkelanjutan hingga mereka
mampu dan memahami materi yang kami berikan, kata Eddy.

Selain itu, BKM Karya Mandiri, di Desa Temuwangi, Kecamatan


Pedan, Kabupaten Klaten, Jawa Tengah juga melakukan

Bahan Serahan | Pelatihan Penguatan BKM tahun ke 4 61


kemitraan dengan BFI dalam program rehabilitasi rumah korban gempa YogyaJateng, 27 Mei
2006. BFI sepakat memberikan dukungan dana sebesar Rp 300 juta untuk pembangunan
konstruksi dasar 15 rumah dengan konsep tahan gempa.

Acara simbolis peletakan batu pertama oleh wakil dari


Kantor Bupati Klaten dan Francis Lay Sioe Ho selaku
Presiden Direktur BFI dilakukan pada tanggal 28
September 2006. Keseluruhan proyek telah rampung
pada pertengahan Februari 2007. Program kemitraan
rehabilitasi rumah korban gempa Yogya-Jateng ini
menandai partisipasi perusahaan swasta pertama dalam
menunjang program pemerintah untuk memberdayakan
kembali masyarakat yang menjadi korban gempa.

BFI sungguh terpanggil untuk mendukung upaya


pemerintah melalui P2KP. Kami berharap dengan
terjunnya BFI sebagai wakil perusahaan swasta dalam membantu program penanggulang
kemiskinan, dapat menjadi teladan dan mengundang partisipasi perusahaan swasta lainnya, ujar
Francis Lay Sioe Ho.

Francis menambahkan, dengan adanya replikasi dari pihak swasta lainnya untuk ikut terjun dalam
program ini, maka akan mempercepat proses pembangunan kembali daerah dengan kondisi
ekonomi memprihatinkan. Pemerintah juga akan merasa terbantu dengan adanya program
kemitraan semacam ini. Dari sisi masyarakat, mereka menjadi lebih cepat tertangani dan tidak
hanya bergantung pada kucuran dana pemerintah saja, imbuh Francis. (Tri Maulana, Tenaga Ahli
Chanelling KMP P2KP-2, PNPM Mandiri Perkotaan; Firstavina)

62 Bahan Serahan | Pelatihan Penguatan BKM tahun ke 4


Banjarmasin, 25 Januari 2011
Seratus Unit Sepeda dari Walikota Banjarmasin

Badan Keswadayaan Masyarakat (BKM) Amanah,


Kelurahan Kelayan Selatan, Kecamatan Banjarmasin
Selatan menerima bantuan 100 unit sepeda dari
Walikota Banjarmasin Yudi Wahyuni untuk siswa SD
dan SMP yang masuk kategori miskin.

Bantuan itu diawali kegiatan KSM sosial yang


dipelopori oleh Unit Pengelola Sosial (UPS) BKM
Amanah, yang menyalurkan bantuan berupa sarana
transportasi sekolah untuk anak-anak sekolah miskin.
Bantuan ini dicetuskan mengingat letak sekolah anak-
anak ini mencapai 3 5 kilometer, tapi mereka
berjalan kaki ke sekolah, karena tidak mempunyai
sarana transportasiseperti sepeda.

Melihat permasalahan ini, BKM Amanah dan segenap UP-UP, termasuk Tim Fasilitator mengadakan
pertemuan dengan warga guna membentuk KSM sosial, yaitu KSM Purnama. Dari hasil rembug
bersama warga muncul bermacam-macam usulan, mulai dari bantuan alat sekolah seperti buku,
seragam, beasiswa hingga bantuan sepeda.

Akhirnya, pada 5 Februari 2010, masyarakat sepakat memberi bantuan sepeda sebagai salah satu
sarana meningkatkan pendidikan anak-anak sekolah miskin ini. Alasannya, sepeda diyakini akan
berpengaruh efektif dan sangat bermanfaat terhadap kelangsungan anak-anak bersekolah. Namun
ternyata, dana yang tersedia (sebesar Rp10,2juta ) hanya cukup untuk membeli sekitar 10 unit
sepeda saja. Padahal, anak-anak miskin yang akan dibantu lebih dari 100 orang.

Menghadapi permasalahan itu BKM yang dikordinatori oleh Saimin itu melakukan channeling
dengan Pemerintah Kota (Pemkot) Banjarmasin. Saimin dan anggota BKM Amanah langsung
ditemui oleh Walikota Banjarmasin Yudi Wahyuni. Mereka menyampaikan permasalahan yang
sedang mereka hadapi tersebut kepada walikota.

Mendengar itu Yudi Wahyuni mengaku tertarik dengan program BKM Amanah dan langsung
memberikan bantuan 100 unit sepeda yang diberikan kepada BKM dengan bertahap (dua tahap).
Tahap I akan diserahkan 50 unit secara simbolis di Aula Kelurahan Kelayan Selatan, berbarengan
dengan penyerahan 10 unit bantuan sepeda dari PNPM Mandiri Perkotaan. Tahap II, menyerahkan
50 unit sepeda dan dilaksanakan pada 25 Maret 2010.

Sekilas Profil BKM Amanah

BKM Amanah Kelurahan Kelayan Selatan adalah salah satu BKM mandiri di Kecamatan Banjarmasin
Selatan. BKM Amanah juga meraih program PAKET tahun 2010, dan termasuk dalam P2KP
Advanced, PNPM Kelautan dan Perikanan (KP).

Bahan Serahan | Pelatihan Penguatan BKM tahun ke 4 63


Menurut Koordinator BKM Amanah Saimin, pada tahun 2011 ini PNPM Pariwisata akan masuk ke
Kelurahan Kelayan Selatan, karena kelurahan ini memang memiliki potensi pariwisata. Sebagian
besar wilayah kelurahan ini terletak di pingiran Sungai Basirih dan berpotensi dikembangkan
pariwisata sungai.

Selain itu BKM Amanah juga sering melakukan kegiatan rembug dengan berbagai Forum BKM dan
tim konsultan, antara lain silaturahmi BKM Amanah yang dihadiri oleh Tim Gabungan PNPM Mandiri
P2KP Advance, dan dihadiri oleh TA Capacity Building, Korkot Banjarmasin - Batola, Askot-Askot
dan Tim Fasilitator Banjarmasin Selatan. (Tim CB OC-6 Kalsel PNPM Mandiri Perkotaan; Firstavina)

64 Bahan Serahan | Pelatihan Penguatan BKM tahun ke 4


LK-2 Analisa lembaga/Komunitas sebagai target pemasaran
Gagasan Dukungan Lembaga/Komu Karakteristik
Sosial yang nitas yang bisa Lembaga/kelompok/individu
diharapkan menjadi target
(PJM
sasaran
Pronangkis )
yang belum
berjalan
Cantumkan juga Analisa untuk masing masing :
kontak person
apa bidang garapan lembaga/kelompok
apabila ada
Apa yang menjadi visi utama ,
perhatian lembaga/kelompok?. Apakah
visinya sejalan dengan visi BKM/LKM?
Bagaimana pengetahuan, sikap,
perilaku terhadap isu isu yang akan
ditawarkan? Apakah mendukung atau
bertolak belakang ?. misalnya
bagaimana pengetahuan dan sikap
mereka terhadap perencanaan
partisipatif, terhadap pemecahan
masalah kesehatan, terhadap
kerelawanan dan sebagainya.
Apa saja kebijakan kebijakan
lembaga yang dapat mendukung atau
menghambat tawaran kerjasama yang
akan dilakukan.
Apakah wilayah kelurahan/desa dimana
BKM berdomisili merupakan cakupan
wilayah yang menjadi garapan mereka?
Apakah mereka sudah pernah
kerjasama dengan pihak luar untuk
pemecahan masalah sosial?
Aturan aturan apa yang mereka
terapkan dalam bekerjasama dengan
pihak luar?.
Siapa kontak person yang bisa
dihubungi?
Bagaimana karakteristik para
pengambil keputusan dalam lembaga
tersebut,
Siapa orang orang yang bisa didekati
yang mempunyai akses dan cukup
didengar suaranya oleh para
pengambil keputusan

Bahan Serahan | Pelatihan Penguatan BKM tahun ke 4 65


LK- 3 Analisa Potensi BKM/LKM , Relawan, UP, KSM
Gagasan Dukungan Lembaga/Ko
Sosial yang munitas yang
Karakteristik Lembaga/kelompok/individu Potensi BKM,LKM,
diharapkan bisa menjadi
(PJM Relawan, UP dan
target
Pronangkis ) KSM
sasaran
yang belum
berjalan
Analisa untuk masing masing :
apa bidang garapan lembaga/kelompok
Apa yang menjadi visi utama , perhatian lembaga/kelompok?.
Apakah visinya sejalan dengan visi BKM/LKM?
Bagaimana pengetahuan, sikap, perilaku terhadap isu isu yang
akan ditawarkan? Apakah mendukung atau bertolak belakang ?.
misalnya bagaimana pengetahuan dan sikap mereka terhadap
perencanaan partisipatif, terhadap pemecahan masalah
kesehatan, terhadap kerelawanan dan sebagainya.
Apa saja kebijakan kebijakan lembaga yang dapat mendukung
atau menghambat tawaran kerjasama yang akan dilakukan.
Apakah wilayah kelurahan/desa dimana BKM berdomisili
merupakan cakupan wilayah yang menjadi garapan mereka?
Apakah mereka sudah pernah kerjasama dengan pihak luar untuk
pemecahan masalah sosial?
Aturan aturan apa yang mereka terapkan dalam bekerjasama
dengan pihak luar?.
Siapa kontak person yang bisa dihubungi?
Bagaimana karakteristik para pengambil keputusan dalam
lembaga tersebut,
Siapa orang orang yang bisa didekati yang mempunyai akses
dan cukup didengar suaranya oleh para pengambil keputusan

66 Bahan Serahan | Pelatihan Penguatan BKM tahun ke 4


LK 4 Strategi Pemasaran Sosial BKM/LKM

Gagasan Sosial Lembaga/Komunit


as yang bisa
(PJM Pronangkis ) yang Dukungan yang Pesan Promosi Metode Media yang
menjadi target
belum berjalan diharapkan Komunikasi dibutuhkan
sasaran

Apa kelebihan
yang dipunyai
oleh BKM/LKM,
UP, relawan,
KSM, warga
untuk
melaksanakan
PJM Pronangkis
Apa manfaat
yang akan
diperoleh oleh
lembaga/komuni
tas lain dari
kerjasama yang
diharapkan

Bahan Serahan | Pelatihan Penguatan BKM tahun ke 4 67


68 Bahan Serahan | Pelatihan Penguatan BKM tahun ke 4
LK- 5 Kualitas PJM Pronangkis

Apa yang harus


Kualitas PJM Pronangkis Bagaimana caranya
Ditingkatkan
Visi : apakah sudah jelas ?
Apa sudah ada target target yang
jelas untuk semua bidang program?
Apakah sudah ada indikator yang
dapat diukur?
Berapa dana yang dipunyai oleh
BKM/LKM untuk setiap program ?
Apakah ada dana swadaya
masyarakat? Bagaimana BKM/LKM
menggalang dana swadaya
masyarakat?
Apakah sudah ada orang orang
yang akan melaksanakan program?
Bagaimana kualitas orang orang
tersebut? Apakah harus dibayar
ataukah bekerja atas dasar
kerelawanan?
Apakah masyarakat terlibat dalam
keseluruhan proses perencanaan?
Berapa % warga yang terlibat?
Berapa warga miskin yang menjadi
kelompok sasaran? Siapa yang
menentukan kelompok sasaran?
dll


Bahan Serahan | Pelatihan Penguatan BKM tahun ke 4 69
Mengapa Melakukan Lobby dan Negosiasi?*
Setiap orang sejatinya adalah seorang negosiator. Tanpa disadari, setiap orang sesungguhnya
kerap melakukan lobby & negosiasi dalam keseharian hidup sebagai upaya mewujudkan
keinginannya. Bahkan selagi masih kecil, seorang anak kerap menggunakan cara tertentu untuk
meminta dibelikan uang jajan atau mainan oleh orangtuanya, entah dengan merayu, merajuk,
sampai menangis. Lobby & negosiasi juga terjadi antara istri dan suami, pedagang dan pembeli,
pejabat dan stafnya, antar politisi, antar pengusaha, dan seterusnya. Singkatnya, lobby & negosiasi
hampir selalu muncul dalam setiap aspek kehidupan manusia, baik itu individual maupun kelompok.
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), negosiasi diartikan sebagai proses tawar-menawar
dengan jalan berunding untuk memberi atau menerima guna mencapai kesepakatan bersama
antara satu pihak (kelompok atau organisasi) dengan pihak lain. Sedangkan berdasarkan New
Oxford American Dictionary (2nd Edition), lobby diartikan sebagai upaya untuk memengaruhi
seseorang (pejabat politik atau publik) atas suatu isu. Dengan definisi ini, baik lobby maupun
negosiasi pada prinsipnya memiliki makna yang sama, yaitu membuka ruang
pertukaran sumber daya untuk memenuhi kebutuhan. Perbedaan atas keduanya lebih
pada bentuknya saja. Bentuk formal biasa disebut negosiasi, sedangkan bentuk
informal dinyatakan sebagai lobby. Proses lobby tidak terikat waktu dan tempat, dan
bisa dilakukan terus menerus dalam waktu panjang. Namun proses lobby juga memerlukan
kemampuan komunikasi interpersonal yang lebih tinggi dibandingkan dengan negosiasi.
Kemampuan interpersonal ini dipakai untuk mengolah proses pertukaran kepentingan dalam situasi
yang nyaman dan bersahabat.
Tuntutan untuk melakukan lobby dan negosiasi memang biasanya muncul ketika seseorang atau
suatu kelompok tidak memiliki sumber daya yang cukup untuk memenuhi kebutuhan atau
kepentingannya, sehingga dibutuhkan tambahan atau bantuan dari pihak lain. Implisit di dalamnya,
seseorang atau kelompok itu juga harus siap memberikan atau merelakan sesuatu yang bernilai
yang dapat kita tukar dengan sesuatu yang dibutuhkannya itu.
Berdasarkan uraian singkat di atas, negosiasi memiliki sejumlah karakteristik utama, yaitu:
1. Senantiasa melibatkan orang baik sebagai individual, perwakilan organisasi atau
perusahaan, sendiri atau dalam kelompok;
2. Menggunakan cara-cara pertukaran sesuatu baik berupa tawar menawar (bargain)
maupun tukar menukar (barter);
3. Negosiasi biasanya menyangkut hal-hal di masa depan atau sesuatu yang belum terjadi
dan kita inginkan terjadi;
4. Ujung dari negosiasi adalah adanya kesepakatan yang diambil oleh kedua belah pihak,
meskipun kesepakatan itu misalnya kedua belah pihak sepakat untuk tidak sepakat.
5. Hampir selalu berbentuk tatap-muka yang menggunakan bahasa lisan, gerak tubuh
maupun ekspresi wajah;

70 Bahan Serahan | Pelatihan Penguatan BKM tahun ke 4


6. Memiliki ancaman terjadinya atau di dalamnya mengandung konflik yang terjadi mulai dari
awal sampai terjadi kesepakatan dalam akhir negosiasi;
Walau mengandung konflik, lobby atau negosiasi sejatinya merupakan cara yang paling efektif
untuk mengatasi dan menyelesaikan konflik atau perbedaan kepentingan. Dengan mengembangkan
kemampuan lobby dan negosiasi, setiap pihak bisa mendapatkan apa yang dibutuhkannya tanpa
harus melakukan cara-cara ekstrim, seperti perang, pemaksaan, atau perebutan. Secara umum,
suatu proses lobby atau negosiasi akan menghasilkan 4 kemungkinan:
1. Kuadran Kalah-kalah (Menghindari konflik). Kuadran keempat ini menjelaskan cara
mengatasi konflik dengan menghindari konflik dan mengabaikan masalah yang timbul. Atau
bisa berarti bahwa kedua belah pihak tidak sepakat untuk menyelesaikan konflik atau
menemukan kesepakatan untuk mengatasi konflik tersebut. Kita tidak memaksakan
keinginan kita dan sebaliknya tidak terlalu menginginkan sesuatu yang dimiliki atau
dikuasai pihak lain. Cara ini sebetulnya hanya bisa kita lakukan untuk potensi konflik yang
ringan dan tidak terlalu penting. Jadi agar tidak menjadi beban dalam pikiran atau
kehidupan kita, sebaiknya memang setiap potensi konflik harus dapat segera diselesaikan
2. Kuadran Menang-kalah (Persaingan). Kuadran kedua ini memastikan bahwa kita
memenangkan konflik dan pihak lain kalah. Biasanya kita menggunakan kekuasaan atau
pengaruh kita untuk memastikan bahwa dalam konflik tersebut kita yang keluar sebagai
pemenangnya. Biasanya pihak yang kalah akan lebih mempersiapkan diri dalam pertemuan
berikutnya, sehingga terjadilah suatu suasana persaingan atau kompetisi di antara kedua
pihak. Gaya penyelesaian konflik seperti ini sangat tidak mengenakkan bagi pihak yang
merasa terpaksa harus berada dalam posisi kalah, sehingga sebaiknya hanya digunakan
dalam keadaan terpaksa yang membutuhkan penyelesaian yang cepat dan tegas.
3. Kuadran Kalah-menang (Mengakomodasi). Agak berbeda dengan kuadran kedua, kuadran
ketiga yaitu kita kalah mereka menang ini berarti kita berada dalam posisi mengalah atau
mengakomodasi kepentingan pihak lain. Gaya ini kita gunakan untuk menghindari kesulitan
atau masalah yang lebih besar. Gaya ini juga merupakan upaya untuk mengurangi tingkat
ketegangan akibat dari konflik tersebut atau menciptakan perdamaian yang kita inginkan.
Mengalah dalam hal ini bukan berarti kita kalah, tetapi kita menciptakan suasana untuk
memungkinkan penyelesaian yang paripurna terhadap konflik yang timbul antara kedua
pihak. Mengalah memiliki esensi kebesaran jiwa dan memberi kesempatan kepada pihak
lain untuk juga mau mengakomodasi kepentingan kita sehingga selanjutnya kita bersama
bisa menuju ke kuadran pertama.
4. Menang-menang (Kolaborasi). Kuadran pertama ini disebut dengan gaya manajemen
kolaborasi atau bekerja sama. Tujuan kita adalah mengatasi konflik dengan menciptakan
penyelesaian melalui konsensus atau kesepakatan bersama yang mengikat semua pihak
yang bertikai. Proses ini biasanya yang paling lama memakan waktu karena harus dapat
mengakomodasi kedua kepentingan yang biasanya berada di kedua ujung ekstrim satu
sama lainnya. Proses ini memerlukan komitmen yang besar dari kedua pihak untuk
menyelesaikannya dan dapat menumbuhkan hubungan jangka panjang yang kokoh. Secara
sederhana proses ini dapat dijelaskan bahwa masing-masing pihak memahami dengan
sepenuhnya keinginan atau tuntutan pihak lainnya dan berusaha dengan penuh komitmen
untuk mencari titik temu kedua kepentingan tersebut.
Menang


Bahan Serahan | Pelatihan Penguatan BKM tahun ke 4 71
4 2

Menang Kalah

3 1

Kalah
*Bahan tulisan ini dikutip, dengan penambahan sesuai kebutuhan, dari sumber:
1. Baharuddin Suryadi, Negosiasi Yang Berhasil
(http://www.sinarharapan.co.id/ekonomi/mandiri/2003/0513/man01.html)
2. __, Negosiasi (http://www.edo.web.id/wp/2007/08/14/negosiasi/)

Tipe-tipe Negosiator*
Berbicara mengenai negosiasi, ada beberapa pendekatan yang dapat dilakukan, yaitu soft
bargaining, hard bargaining dan principled negotiation.

Soft bargaining
Soft bargaining melibatkan bentuk negosiasi yang menitikberatkan pada posisi (menang/kalah),
dibandingkan kepentingan dari diadakannya negosiasi itu sendiri. Akan tetapi, untuk menghindari
masalah-masalah yang kerap muncul dalam perundingan yang melibatkan posisi, para negosiator
akan melakukan pendekatan soft seperti memperlakukan lawan bicaranya sebagai teman,
mencari kesepakatan dengan harga apapun, dan menawarkan sebuah hasil perundingan atas dasar
penciptaan hubungan yang baik dengan lawan bicara. Para pelaku negosiasi yang melakukan
pendekatan dengan cara seperti berikut akan mempercayai lawan bicaranya, dan akan bersikap
terbuka dan jujur mengenai prinsip-prinsip dasar atau alasan mendasar yang mereka miliki
mengenai perundingan tersebut kepada lawan bicara mereka. Hal ini akan membuat mereka
menjadi rentan bagi para hard bargainers yang akan bertindak secara kompetitif dengan
menawarkan hanya beberapa pilihan saja yang benar-benar sesuai dengan alasan mendasar
mereka, bahkan melakukan ancaman. Di dalam sebuah perundingan yang melibatkan perunding
keras dan lembut, maka akan kita temui bahwa perunding keras hampir selalu tampil dengan
kesepatakan yang lebih baik secara mendasar.

Hard bargaining
Sebagaimana yang sudah diutarakan pada bagian soft bargaining, hard bargaining juga
menitikberatkan pada posisi dibanding kepentingan dari perundingan yang terjadi. Negosiator
dengan pendekatan semacam ini sangatlah bersifat kompetitif, dengan melihat kemenangan
sebagai satu-satunya tujuan akhir. Bagi beberapa orang pakar, perunding-perunding keras ini
memadang lawan bicara mereka sebagai saingan. Mereka tidak mempercayai lawan bicara mereka
dan berusaha untuk bermain secerdik mungkin untuk mencoba mendapatkan keuntungan maksimal
dalam negosiasi. Sebagai contohnya, mereka akan tetap berpegang teguh dengan posisi awal
mereka, atau tawaran pertama mereka, menolak untuk melakukan perubahan. Mereka mencoba
untuk mengecoh lawan bicara mereka khususnya terhadap alasan mereka (soft bargainers) datang

72 Bahan Serahan | Pelatihan Penguatan BKM tahun ke 4


ke perundingan tersebut dan menuntut keuntungan sepihak dalam pencapaian kesepakatan.
Mereka akan memberlakukan trik dan tekanan dalam usaha mereka untuk menang pada sesuatu
yang mereka anggap sebagai sebuah kontes kemauan. Bilamana mereka berhadapan dengan
perunding lunak, maka para perunding keras ini cenderung untuk selalu menang. Lain halnya jika
berhadapan dengan perunding keras lainnya, di mana ada kemungkinan tidak tercapainya kata
sepakat sama sekali (no outcome).

Principled Negosiation
Principled negotiation adalah nama yang diberikan untuk pendekatan yang berbasiskan pada
kepentingan yang tertulis di dalam sebuah buku, Getting to Yes, yang pertama kali diluncurkan
pada tahun 1981 oleh Roger Fisher dan William Ury. Di dalam buku tersebut tertulis empat dasar di
dalam negosiasi: 1) pisahkan antara pelaku dengan masalah; 2) fokus pada kepentingan, bukan
posisi; 3) ciptakan pilihan untuk hasil yang mutual; 4) tekankan pada kriteria yang bersifat objektif.
Memisahkan pelaku dari masalah berarti meniadakan hal-hal yang berhubungan dengan masalah
personal dari isu inti, dan bila memang ingin dibicarakan, sebaiknya dibicarakan secara independen.
Masalah personal/orang umumnya akan melibatkan masalah yang berkaitan dengan persepsi,
emosi dan komunikasi. Persepsi adalah sesuatu yang penting karena hal tersebut membantu dalam
pendefinisian masalah serta solusinya. Dan bilamana terdapat kenyataan yang sifatnya objektif dan
kenyataan tersebut diinterpretasikan secara berbeda oleh orang-orang yang berbeda dalam situasi
yang berbeda pula, pada akhirnya kata sepakat akan sulit tercapai.
Masalah personal juga terkait dengan kesulitan-kesulitan emosi contohnya: ketakutan,
kemarahan, ketidakpercayaan dan keresahan. Bilamana emosi-emosi ini dilibatkan di dalam
perundingan, maka kata sepakat akan semakin sulit tercapai. Masalah di dalam komunikasi juga
dapat dikategorikan sebagai masalah personal. Ada tiga macam masalah komunikasi yang mungkin
terdapat di dalam sebuah perundingan. Yang pertama, para pelaku perundingan mungkin tidak
berbicara satu dengan yang lainnya. Di mana komentar-komentar mereka secara formal ditujukan
kepada lawan bicara mereka, akan tetapi sebenarnya mereka sedang membicarakan pihak lain di
luar pelaku perundingan yang hadir pada saat itu.
Masalah yang kedua timbul ketika di antara kelompok tidak saling mendengar. Seharusnya mereka
mendengarkan secara menyeluruh terhadap apa yang dibicarakan, malahan mereka merencanakan
respons masing-masing. Yang terakhir, para anggota kelompok masing-masing saling berbicara
satu dengan lainnya, di mana kesalahpahaman dan salah interpretasi mungkin saja terjadi.
Negosiasi terhadap kepentingan berarti negosiasi mengenai hal-hal yang benar-benar dibutuhkan
dan diinginkan oleh orang-orang, bukan apa yang mereka katakan mereka ingin-kan atau
butuhkan. Sering kali, kedua hal tersebut tidaklah sama. Orang-orang cenderung untuk mengambil
sikap yang ekstrim yang dibuat untuk melakukan tindakan balasan untuk lawan bicara mereka. Jika
mereka ditanya mengapa mereka mengambil sikap demikian, maka alasan utama mereka adalah
bahwa sesungguhnya keinginan mereka yang sebenar-benarnya adalah kompatibel, bukan mutually
exclusive.
Dengan berfokus pada kepentingan, para pelaku perundingan akan dapat dengan mudah
memenuhi prinsip dasar yang ketiga yaitu, menciptakan pilihan yang bersifat mutual. Hal ini berarti
bahwa para negosiator seharusnya berusaha untuk mendapatkan solusi-solusi baru untuk masalah
yang dibicarakan dan membuat kedua pihak untuk menang, bukan berusaha menang, dan lainnya
harus kalah.
Prinsip yang keempat adalah untuk menekankan pada kriteria yang objektif. Meskipun tidak
tersedia secara gamblang, tapi hal tersebut dapat dicari. Hal ini akan sangat memudahkan proses


Bahan Serahan | Pelatihan Penguatan BKM tahun ke 4 73
negosiasi. Jika sebuah serikat dan manajemen berusaha/berjuang atas sebuah kontrak, mereka
dapat melihat apa yang disetujui atau dilakukan oleh perusahaan serupa di luar sana sebagai
kriteria objektif mereka. Jika orang melakukan negosiasi atas harga sebuah rumah ataupun mobil,
mereka akan mencari berapa harga yang ditawarkan untuk benda yang serupa. Hal ini akan
memberikan kedua belah pihak tuntunan terhadap keadilan.
Terakhir kali, para pelaku negosiasi harus sudah mengetahui alternatif-alternatif apa saja yang
mungkin ada. Jika Anda tidak mengetahui alternatif-alternatif Anda, Anda mungkin akan menerima
kesepakatan yang jauh lebih buruk dibandingkan dengan apa yang mungkin Anda miliki, atau
menolak sesuatu yang lebih baik dari apa yang sudah dicapai /disepakati.
*Bahan tulisan ini dikutip, dengan penambahan sesuai kebutuhan, dari sumber:
3. Baharuddin Suryadi, Negosiasi Yang Berhasil

74 Bahan Serahan | Pelatihan Penguatan BKM tahun ke 4


Tahapan dan Teknik Negosiasi
Pada dasarnya negosiasi adalah cara bagaimana kita mengenali, mengelola dan mengendalikan
emosi kita dan emosi pihak lain. Di sinilah seringkali banyak di antara kita tidak menyadari bahwa
negosiasi sebenarnya lebih banyak melibatkan apa yang ada di dalam hati atau jiwa seseorang. Ini
seperti gambaran sebuah gunung es, di mana puncak yang kelihatan merupakan hal-hal yang
formal, tuntutan yang dinyatakan dengan jelas, kebijakan atau prosedur perusahaan, maupun
hubungan atau relasi bisnis yang didasarkan pada hitungan untung rugi.
Sedangkan yang sering dilupakan dalam proses negosiasi adalah hal-hal yang tidak kelihatan,
seperti misalnya hasrat, keinginan, perasaan, nilai-nilai maupun keyakinan yang dianut oleh
individual yang terlibat dalam konflik atau yang terlibat dalam proses negosiasi. Hal-hal yang di
dalam inilah justru seringkali menjadi kunci terciptanya negosiasi yang sukses dan efektif.
Negosiasi sebenarnya melibatkan tiga hal pokok yang kami sebut sebagai Negotiation Triangle,
yaitu terdiri dari HEART (yaitu karakter atau apa yang ada di dalam kita yang menjadi dasar dalam
kita melakukan negosiasi), HEAD (yaitu metoda atau teknik-teknik yang kita gunakan dalam
melakukan negosiasi), HANDS (yaitu kebiasaan-kebiasaan dan perilaku kita dalam melakukan
negosiasi yang semakin menunjukkan jam terbang kita menuju keunggulan atau keahlian dalam
bernegosiasi).
Jadi sebenarnya tidaklah cukup melakukan negosiasi hanya berdasarkan hal-hal formal, kebijakan
dan prosedur, atau teknik-teknik dalam negosiasi. Justru kita perlu menggunakan ketiga komponen
tersebut yaitu: karakter, metoda dan perilaku.
Dalam banyak hal, negosiasi justru tidak terselesaikan di meja perundingan atau meja rapat formal,
tetapi justru dalam suasana yang lebih informal dan relaks, di mana kedua pihak berbicara dengan
hati dan memanfaatkan sisi kemanusiaan pihak lainnya. Karena pada dasarnya selain hal-hal formal
yang ada dalam proses negosiasi, setiap manusia memiliki keinginan, hasrat, perasaan, nilai-nilai
dan keyakinan yang menjadi dasar bagi setiap langkah pengambilan keputusan yang
dilakukannya.

Langkah-langkah bernegosiasi
Persiapan. Langkah pertama dalam melakukan negosiasi adalah langkah persiapan. Tahap ini
sangat penting karena persiapan yang baik merupakan fondasi yang kokoh bagi negosiasi yang
akan kita lakukan. Hal tersebut akan memberikan rasa percaya diri yang kita butuhkan dalam
melakukan negosiasi. Yang pertama harus kita lakukan dalam langkah persiapan adalah
menentukan secara jelas apa yang ingin kita capai dalam negosiasi. Tujuan ini harus jelas dan
terukur, sehingga kita bisa membangun ruang untuk bernegosiasi. Tanpa tujuan yang terukur, kita
tidak memiliki pegangan untuk melakukan tawar-menawar atau berkompromi dengan pihak
lainnya.
Kedua, kenali karakter dan latar belakang lawan negosiasi kita. Gali informasi sebanyak mungkin
mengenai siapa dia/mereka, kekuatan dan kelemahannya, apa tujuan atau kepentingannya. Tujuan
yang jelas dan terukur disertai pengetahuan atas lawan negosiasi akan memudahkan kita
menyusun elemen ketiga, yaitu beberapa alternatif skenario. Menyusun alternatif ini penting


Bahan Serahan | Pelatihan Penguatan BKM tahun ke 4 75
dilakukan agar kita selalu tanggap menghadapi berbagai kemungkinan situasi. Dalam hal ini,
menyangkut juga apa tawaran maksimum dan minimum yang bisa kita berikan sesuai tujuan kita.
Hal terakhir yang tak kalah pentingnya adalah kesiapan mental kita. Usahakan kita dalam kondisi
relaks dan tidak tegang. Cara yang paling mudah adalah dengan melakukan relaksasi. Bagi kita
yang menguasai teknik pemrograman kembali bawah sadar (subconscious reprogramming) kita
dapat melakukan latihan negosiasi dalam pikiran bawah sadar kita, sehingga setelah melakukannya
berkali-kali secara mental, kita menjadi lebih siap dan percaya diri.
Pembukaan. Mengawali sebuah negosiasi tidaklah semudah yang kita bayangkan. Kita harus
mampu menciptakan atmosfir atau suasana yang tepat sebelum proses negosiasi dimulai. Untuk
mengawali sebuah negosiasi dengan baik dan benar, kita perlu memiliki rasa percaya diri,
ketenangan, dan kejelasan dari tujuan kita melakukan negosiasi. Ada tiga sikap yang perlu kita
kembangkan dalam mengawali negosiasi yaitu: pleasant (menyenangkan), assertive (tegas, tidak
plin-plan), dan firm (teguh dalam pendirian). Senyum juga salah satu hal yang kita perlukan dalam
mengawali sebuah negosiasi, sehingga hal tersebut akan memberikan perasaan nyaman dan
terbuka bagi kedua pihak. Berikut ada beberapa tips dalam mengawali sebuah negosiasi:
a. Jangan memegang apa pun di tangan kanan anda ketika memasuki ruangan negosiasi;
b. Ulurkan tangan untuk berjabat tangan terlebih dulu;
c. Jabat tangan dengan tegas dan singkat;
d. Berikan senyum dan katakan sesuatu yang pas untuk mengawali pembicaraan.
Selanjutnya dalam pembicaraan awal, mulailah dengan membangun common ground, yaitu sesuatu
yang menjadi kesamaan antar kedua pihak dan dapat dijadikan landasan bahwa pada dasarnya
selain memiliki perbedaan, kedua pihak memiliki beberapa kesamaan yang dapat dijadikan dasar
untuk membangun rasa percaya.
Memulai proses negosiasi. Langkah pertama dalam memulai proses negosiasi adalah
menyampaikan (proposing) apa yang menjadi keinginan atau tuntutan kita. Yang perlu diperhatikan
dalam proses penyampaian tujuan kita tersebut adalah:
a. Tunggu saat yang tepat bagi kedua pihak untuk memulai pembicaraan pada materi pokok
negosiasi;
b. Sampaikan pokok-pokok keinginan atau tuntutan pihak anda secara jelas, singkat dan
penuh percaya diri;
c. Tekankan bahwa anda atau organisasi anda berkeinginan untuk mencapai suatu
kesepakatan dengan mereka;
d. Sediakan ruang untuk manuver atau tawar-menawar dalam negosiasi, jangan membuat
hanya dua pilihan ya atau tidak;
e. Sampaikan bahwa jika anda memberi kami itu, kami akan memberi anda ini if youll give
us this, well give you that. Sehingga mereka mengerti dengan jelas apa yang harus
mereka berikan sebagai kompensasi dari apa yang akan kita berikan.
f. Hal kedua dalam tahap permulaan proses negosiasi adalah mendengarkan dengan efektif
apa yang ditawarkan atau yang menjadi tuntutan pihak lain. Mendengar dengan efektif
memerlukan kebiasaan dan teknik-teknik tertentu. Seperti misalnya bagaimana
mengartikan gerakan tubuh dan ekspresi wajah pembicara. Usahakan selalu membangun
kontak mata dengan pembicara dan kita berada dalam kondisi yang relaks namun penuh
perhatian.
Zona Tawar Menawar (The Bargaining Zone). Dalam proses inti dari negosiasi, yaitu proses
tawar menawar, kita perlu mengetahui apa itu The Bargaining Zone (TBZ). TBZ adalah suatu

76 Bahan Serahan | Pelatihan Penguatan BKM tahun ke 4


wilayah ruang yang dibatasi oleh harga penawaran pihak penjual (Sellers Opening Price) dan
Tawaran awal oleh pembeli (Buyers Opening Offer). Di antara kedua titik tersebut terdapat Buyers
Ideal Offer, Buyers Realistic Price dan Buyers Highest Price pada sisi pembeli dan Sellers Ideal
Price, Sellers Realistic Price dan Sellers Lowest Price pada sisi pembeli. Kesepakatan kedua belah
pihak yang paling baik adalah terjadi di dalam wilayah yang disebut Final Offer Zone yang dibatasi
oleh Sellers Realistic Price dan Buyers Realistic Price. Biasanya kesepakatan terjadi ketika terdapat
suatu overlap antara pembeli dan penjual dalam wilayah Final Offer Zone.
Menurut G. Richards Shell, ada tiga macam tipe negosiator dalam etika penawaran yaitu: Poker
school, Idealist School, dan Pragmatist School.

The Its a Game Poker School


Orang yang mempunyai pandangan poker school memandang bahwa negosiasi adalah
sebuah permainan dengan aturan pasti. Bertindak sesuai aturan dianggap etis sedangkan
apabila bertindak sebaliknya dianggap tidak etis
Orang yang berpandangan tersebut terkadang mengijinkan cara cara curang dalam
memenangkan negosiasi asal cara cara tersebut tidak melanggar aturan yang telah
ditetapkan.
Orang yang memiliki pandangan poker school memiliki tiga masalah pokok yaitu: (1)
Mereka beranggapan bahwa penawaran dengan cara mengancam adalah sebuah
permainan (2) Semua orang dianggap memiliki aturan yang sama (setiap orang dianggap
akan melakukan hal yang sama), (3) Aturan tersebut dianggap bertentangan dengan
sebuah aturan yurisdiksi tunggal yang berlaku (Aturan apapun akan diabaikan jika
bertentangan dengan satu aturan pokok negosiasi: MENANG!).

The Do the Right Thing Even If It Hurts Idealist School.


Orang yang mempunyai pandangan Idealis berpendapat bahwa proses penawaran adalah
salah satu aspek kehidupan sosial bukan sebuah aktivitas spesial dengan keunikannya
sendiri dalam membuat aturan.
Seorang idealis tidak akan mengijinkan penggunaan cara cara curang walaupun tidak
melanggar aturan dalam sebuah negosiasi.
Seorang idealis dalam melakukan suatu negosiasi mendasarkan pandangannya pada filosofi
dan agama yang dianut.
Seorang idealis mengijinkan anggapan bahwa kecurangan pada negosiasi akan
menurunkan moralitas dan kepercayaan dengan teman, menghilangkan rasa tanggung
jawab pada orang lain, dsb.
Seorang idealist sangat tidak menyetujui bahwa sebuah negosiasi dianggap sebagai
permainan. Negosiasi adalah sesuatu hal yang dianggap serius dan memiliki konsekuensi
pada masa yang akan datang.
Seorang idealis juga menganggap bahwa seorang poker school dianggap predator yang
akan mematikan lawannya dan egois karena lebih mementingkan dirinya sendiri.

The WhaT Goes Around Comes Around Pragmatist School.


Karakter orang seperti ini masih menyadari tentang tidak etisnya sebuah kecurangan dalam
bernegosiasi tetapi pada situasi tertentu dia tetap melakukannya karena dianggap tidak
melanggar aturan.
Mereka lebih sering melakukan dan mengijinkan kebohongan sebagai salah satu trik
negosiasi dibanding seorang idealis.
Ada lima cara yang dilakukan seorang pragmatisme untuk memblok dan menghindari
bencana untuk melindungi kepentingan mereka, yaitu: (1) Menyatakan bahwa pertanyaan
itu di luar batas; (2) Menjawab dengan pertanyaan yang berbeda; (3) Menghindar dari


Bahan Serahan | Pelatihan Penguatan BKM tahun ke 4 77
pertanyaan tersebut; (4) Memberi pertanyaan pada diri anda sendiri; (5) Mengubah subyek
dari pertanyaan tersebut.

Membangun Kesepakatan. Babak terakhir dalam proses negosiasi adalah membangun


kesepakatan dan menutup negosiasi. Ketika tercapai kesepakatan biasanya kedua pihak melakukan
jabat tangan sebagai tanda bahwa kesepakatan (deal or agreement) telah dicapai dan kedua pihak
memiliki komitmen untuk melaksanakannya.
Yang perlu kita ketahui dalam negosiasi tidak akan pernah tercapai kesepakatan kalau sejak awal
masing-masing atau salah satu pihak tidak memiliki niat untuk mencapai kesepakatan. Kesepakatan
harus dibangun dari keinginan atau niat dari kedua belah pihak, sehingga kita tidak bertepuk
sebelah tangan.
Karena itu, penting sekali dalam awal-awal negosiasi kita memahami dan mengetahui sikap dari
pihak lain, melalui apa yang disampaikan secara lisan, bahasa gerak tubuh maupun ekspresi wajah.
Karena jika sejak awal salah satu pihak ada yang tidak memiliki niat atau keinginan untuk mencapai
kesepakatan, maka hal tersebut berarti membuang waktu dan energi kita. Untuk itu perlu dicari
jalan lain, seperti misalnya: conciliation, mediation dan arbitration melalui pihak ketiga.
Sumber:
http://www.edo.web.id/wp/2007/08/14/negosiasi/
http://insidewinme.blogspot.com/2008/03/paham-paham-etika-negosiasi.html

78 Bahan Serahan | Pelatihan Penguatan BKM tahun ke 4


15 Hukum Negosiasi
1. Ingat selalu bahwa segala sesuatu dapat dinegosiasikan. Jangan menyempitkan topik sebuah
negosiasi pada satu topik saja. Kembangkan sebanyak mungkin hal-hal atau ide-ide pokok yang
dapat dinegosiasikan dan jangan lupa untuk segera menciptakan ide pokok yang baru bilamana
Anda dan anggota kelompok lainnya mengalami jalan buntu pada satu ide pokok tertentu.
2. Persiapkan segala sesuatunya terlebih dahulu.
3. Kristalisasikan visi Anda mengenai kesepakatan tersebut. Pihak yang dapat memvisualisasikan
hasil akhirnya umumnya merupakan pihak yang memimpin jalannya perundingan.
4. Informasi adalah kekuatan. Dapatkan sebanyak mungkin informasi yang bisa di dapatkan
sebelumnya supaya Anda yakin bahwa Anda memahami betul nilai dari pengadaan perundingan
tersebut. Ingatlah, sangat sedikit perundingan yang mulai seketika juga pada saat pihak lawan
sudah tiba di meja.
5. Ajukan pertanyaan. Perjelas informasi yang tidak Anda mengerti. Tentukan baik itu kebutuhan
implisit maupun eksplisit dari pihak lawan.
6. Mendengar. Ketika Anda mendengar dengan baik, Anda tidak hanya mendapatkan ide-ide baru
untuk menciptakan hasil win/win tetapi juga membuat lawan bicara Anda merasa bahwa
mereka diperhatikan dan dihargai. Hal ini juga membuat Anda dapat mencari apa sebetulnya
yang menjadi keinginan dari lawan bicara Anda. Jika Anda berasumsi bahwa lawan bicara Anda
membutuhkan hal yang sama (sama-sama ngotot), Anda segera dapat menempatkan diri Anda
sedemikian rupa untuk dapat memenangkan negosiasi tersebut.
7. Tentukan target untuk setiap kesepakatan. Definisikan tingkat penerimaan minimum untuk
setiap kesepatakan. Jika bagi Anda tidak cukup jelas apa tujuan Anda sendiri, Anda akan
berakhir dengan hanya dapat bereaksi pada proposal yang diberikan oleh lawan bicara Anda.
8. Targetkan aspirasi Anda setinggi mungkin. Jadikan aspirasi Anda seakan-akan menjadi satu-
satunya faktor terpenting di dalam menentukan hasil akhir dari perundingan tersebut. Anda
dapat menargetkannya tinggi-tinggi semudah untuk menargetkannya pada tingkat yang
rendah.
9. Kembangkan pilihan-pilihan dan strategi. Orang-orang yang sukses adalah mereka yang
memiliki sejumlah alternatif yang dapat diterima. Serupa dengan hal tersebut, negosiator yang
sukses adalah mereka yang memiliki strategi yang baik untuk dapat mengubah pilihan-pilihan
mereka menjadi kenyataan. Pikirlah layaknya seekor dolphin. Dolphin adalah satu-satunya
hewan yang dapat berenang di dalam laut yang penuh dengan hiu sebaik di dalam lautan yang
tenang. Dolphin mampu untuk mengadaptasikan strategi-strateginya dan kebiasaannya pada
lawan mereka. Ingatlah, bahkan ketika berunding dengan hiu, Anda masih memiliki pilihan
Anda dapat berjalan menjauhinya!
10. Jujur dan adil. Di dalam hidup ini, segala sesuatu yang berputar akan selalu berputar. Tujuan
yang ingin dicapai di dalam menciptakan hasil win/win adalah supaya kedua pihak dapat
merasa bahwa kebutuhan dan tujuan mereka masing-masing telah tercapai, sehingga mereka
berkenan untuk datang lagi dan melakukan perundingan lainnya. Sebuah lingkungan
kepercayaan akan mengurangi waktu yang dibutuhkan untuk menciptakan hasil win/win.


Bahan Serahan | Pelatihan Penguatan BKM tahun ke 4 79
11. Jangan pernah menerima penawaran pertama. Sering kali, pihak lawan akan memberikan
penawaran yang menurut mereka pasti Anda tolak hanya untuk melihat seberapa kuat
pemahaman Anda terhadap hal pokok.
12. Rundingkan dengan kekuatan/kuasa jika memungkinkan. Jika hal tersebut tidak mungkin,
setidaknya ciptakan penampilan yang berkuasa. Jika pihak lawan berpikir bahwa Anda tidak
memiliki alasan yang cukup untuk menolerir hal-hal di luar tuntutan Anda, pihak lawan
tentunya akan enggan untuk melakukannya.
13. Temukan apa yang diinginkan oleh pihak lawan. Jangan menyerah terlalu cepat, dan akuilah
konsesi sebagai sebuah konsesi. Menyerah terlalu dini akan membuat lawan bicara Anda
beranggapan bahwa Anda mungkin dapat menerima hal-hal lainnya di luar tuntutan Anda.
14. Koperatif dan bersahabat. Hindari sikap menjilat ataupun terlalu frontal, yang sering kali
menggagalkan negosiasi.
15. Gunakan kekuatan kompetisi. Seseorang yang berpikir bahwa untuk berkompetisi dengan bisnis
Anda adalah sesuatu yang penting akan berkenan untuk memberikan lebih dari apa yang
mereka maksudkan pada mulanya. Seni negosiasi adalah sebuah keahlian yang berharga untuk
diajarkan kepada setiap anggota di dalam keluarga (tidak hanya berlaku untuk kalangan
bisinis), termasuk anak-anak. Sebuah contoh sederhana dari sekelompok anggota keluarga
yang berusaha untuk menentukan rencana sore hari. Beri tantangan kepada setiap anggota
keluarga untuk menyampaikan ide-ide mereka, sebanyak mungkin, yang mungkin dapat
diterima oleh anggota keluarga lainnya. Hal ini mungkin bukanlah sesuatu yang disenangi
setiap saat. Akan tetapi bila hal ini terus dilakukan, jika orang-orang mencoba untuk bersikap
sensitif terhadap kebutuhan dan emosi dari yang lain, dan jika mereka benar-benar
mendengar, solusi yang diharapkan dapat dicapai lebih sering lagi. Apa yang pada mulanya
terlihat seratus persen bertentangan, dapat berbalik menjadi suatu keadaan di mana pihak
lawan menjadi kawan di dalam mencapai tujuan yang mutual.

Sumber: Baharuddin Suryadi, Negosiasi yang Berhasil,


http://www.sinarharapan.co.id/ekonomi/mandiri/2003/0513/man01.html

80 Bahan Serahan | Pelatihan Penguatan BKM tahun ke 4


Bone, 14 Agustus 2008
Kepercayaan Lahirkan Kerjasama dengan BRI

Awal Desember 2007, UPK dan salah seorang anggota BKM Lahemma, Kelurahan Apala,
Kecamatan Barebo, Kabupaten Bone, Sulawesi Selatan (Sulsel) berbincang-bincang dengan Mantri
BRI Unit Apala-Bajoe. Mereka membahas mengenai pengelolaan dana bergulir UPK-BKM Lahemma
yang dilaksanakan sejak Desember 2005. Ternyata, BRI Unit tertarik kepada kemampuan UPK-BKM
mengelola pinjaman bergulir dengan tingkat pengembalian pinjaman yang sangat lancar (RR
100%).

Namun, kesuksesan tidak diraih begitu saja, melainkan dengan upaya yang dilakukan oleh UPK-
BKM agar masyarakat memahami benar aturan main peminjaman. Informasi tentang tata cara
peminjaman disebarluaskan melalui seluruh anggota BKM, baik di RT/RW setempat maupun di
kantor UPK.

Hal-hal yang berkaitan dengan pengelolaan pinjaman bergulir di UPK-BKM ini pun diceritakan
dengan gamblang kepada Mantri BRI Unit. Mulai dari proses pengajuan pinjaman oleh KSM sejak
pengajuan usulan (proposal) pinjaman KSM kepada petugas UPK. Selanjutnya, dilakukan penilaian
kelayakan permohonan pinjaman serta kelayakan KSM oleh UPK. Jika layak, maka petugas UPK
memberikan rekomendasi tentang besarnya pinjaman yang dikabulkan kepada BKM, papar UPK
BKM Fatma.

Koordinator BKM Akbar menambahkan keterangan, BKM melakukan verifikasi terhadap


rekomendasi petugas UPK. Tujuannya adalah memberikan persetujuan sekaligus tanggung jawab
kepada UPK untuk melakukan pencairan pinjaman KSM yang yang bersangkutan. Aturan ini
diterapkan untuk menciptakan keterbukaan dan tanggung jawab bersama, tegas Akbar.

Meski demikian, lanjutnya, saat pencairan pinjaman semua anggota KSM calon peminjam harus
hadir bersama dengan keluarganya (suami-istri). Langkah ini dipilih untuk menumbuhkan tanggung
jawab bersama di tingkat keluarga anggota peminjam dan tanggung-renteng antaranggota KSM.
Selanjutnya, BKM memberikan pemahaman mengenai perjanjian kredit kepada semua peminjam.
Selanjutnya, UPK dan BKM bersepakat dengan KSM.

Sebagai upaya meningkatkan pengelolaan keuangan rumah tangga peminjam, KSM disyaratkan
untuk menabung 0,5% dari total dana yang dipinjamnya. Selain mengajarkan pola hidup hemat
dan surplus, tabungan juga digunakan sebagai wujud tanggung-renteng dalam bentuk dana jaga-
jaga. Kebijakan wajib menabung bagi seluruh peminjam merupakan hasil kesepakatan antara UPK-
BKM dengan KSM.

Mendengar penjelasan tersebut, Mantri BRI Unit mengaku tertarik dan menyampaikan hal ini
kepada kepala unitnya. Kepala unit menanggapi secara positif dan meminta BKM memfasilitasi
pertemuan dengan KSM binaan BKM Lahemma, yang dijadwalkan pada 15 Desember 2007. Dalam
agenda pertemuan, Kepala unit BRI Apala-Bajoe mempresentasikan dana Kredit Usaha Rakyat
(KUR) serta syarat-syaratnya kepada anggota KSM serta menyampaikan tabel pengembalian
kepada UPK-BKM. Dari hasil pertemuan tersebut terbangunlah channeling antara BKM Lahemma
dengan BRI Unit Apala - Bajoe.


Bahan Serahan | Pelatihan Penguatan BKM tahun ke 4 81
Pada tahap awal BRI hanya melayani Kupedes Pertanian dengan suku bunga 2% per bulan dengan
jangka waktu empat bulan. Pengembalian pinjaman dilakukan sekaligus di bulan keempat (setiap
panen). Pinjaman tersebut dicairkan pada 20 Desember 2007 kepada 21 orang anggota KSM
dengan total dana Rp 31.500.000,-

Pada Januari 2008, BRI kembali menggulirkan Kupedes Perdagangan kepada sembilan anggota
KSM sebesar Rp 25 juta. Suku bunga 2% per bulan tetap, sedangkan jangka waktu pengembalian
bervariasi: 12 bulan, 18 bulan dan 24 bulan. Pembayaran angsuran pokok dan bunga dilakukan
setiap bulan. Agunan fisik tidak ada, melainkan lembaga BKM Lahemma itu sendiri sebagai
agunannya.

Pada April 2008, 21 aggota KSM penerima Kupedes Pertanian telah melunasi kreditnya. Melihat ini,
BRI memberikan kesempatan kembali kepada anggota KSM yang masih membutuhkan kredit dan
pada Mei 2008, BRI kembali mengucurkan dana sebesar Rp 17 juta kepada enam anggota KSM.
Tidak hanya itu, BRI juga membuka kran pelayanan kredit kepada anggota KSM yang masih
membutuhkan kredit, yang telah diverifikasi oleh UPK dan BKM serta mendapatkan persetujuan dan
rekomendasi dari BKM Lahemma.

Kebijakan wajib menabung ini diberlakukan pula kepada KSM yang telah difasilitasi pinjamannya
oleh BRI. Untuk peminjam Kupedes Pertanian, tabungan minimal 1% dari total dana yang dipinjam
dari BRI dan dapat ditarik setelah 3 kali melakukan pinjaman (3 kali musim panen). Sesuai hasil
kesepakatan antara KSM Peminjam dengan UPK dan BKM Lahemma, jika dana tabungan tersebut
mencapai Rp 6 juta, maka dana dapat digunakan untuk menyewa sawah. Hasil sawah yang disewa
akan digunakan untuk tambahan BOP-UPK serta santunan kepada fakir miskin, yatim piatu, orang
tua jompo dan kegiatan sosial lainnya. (Alim/Tim Keuangan KMP P2KP-2, PNPM Mandiri Perkotaan;
Firstavina)

82 Bahan Serahan | Pelatihan Penguatan BKM tahun ke 4


Jakarta, 10 Maret 2008
Ramai-ramai Kerjasama dengan BFI

Salah satu perusahaan swasta yang aktif


terlibat dalam penanggulangan
kemiskinan adalah PT BFI Financial
Indonesia Tbk. Sejak tahun 2005,
perusahaan swasta di bidang jasa
pembiayaan pengadaan kendaraan
bermotor roda empat dan alat-alat berat
ini telah membantu Badan Keswadayaan
Masyarakat (BKM) dalam menjalankan
kegiatan tridaya. Kesediaan BFI
berpartisipasi dalam program ini tidak
hanya sekedar charity, BFI sangat
mendukung keberadaan BKM, yang
tidak hanya menggalang dana bagi
kegiatan-kegiatan peningkatan
kesejahteraan masyarakat kurang
mampu, tetapi juga turut
memberdayakan masyarakat miskin.

Puluhan BKM berhasil melakukan kemitraan (channeling) dengan BFI. Bentuk kemitraan tersebut
diantaranya, rehabilitasi rumah sehat dan pembangunan MCK yang dilakukan di sejumlah wilayah.
Setidaknya, 17 BKM yang tersebar di Provinsi Banten, Jawa Barat, Jawa Tengah, Kalimantan
Selatan, Sulawesi Utara, Sulawesi Tengah, Sulawesi Tenggara dan Nusa Tenggara Barat, menerima
bantuan dana dari BFI.

Ketujuhbelas program kemitraan tersebut terbagi lagi menjadi 25 sub-proyek. Dimana 23 sub-
proyek di antaranya berkaitan dengan
rehabilitasi rumah sehat bagi kepala
keluarga miskin dan dua sub-proyek
untuk pembangunan MCK serta sarana
air bersih.

Pada kegiatan kemitraan sebelumnya,


BFI juga memberikan pelatihan intensif
di bidang analisis kredit, pembukuan
dan administrasi sederhana. Pelatihan
diberikan kepada anggota Unit
Pengelola Keuangan (UPK) dari tiga
BKM Kota/ Kabupaten Bogor yang
memiliki kinerja terbaik dalam hal
penyaluran kredit mikro.

Pelatihan yang dilakukan beberapa


Bahan Serahan | Pelatihan Penguatan BKM tahun ke 4 83
kali dari September 2005 hingga September 2006. Bertindak sebagai trainer dalam pelatihan ini
adalah Credit Analyst Coordinator PT BFI, Eddy Raharjo. Pelatihan yang diberikan ini tidak
mengubah sistem pembukuan yang telah berjalan di masing-masing BKM. Kami hanya memperbaiki
beberapa bagian yang belum sempurna. Komitmen kami, pelatihan akan berkelanjutan hingga
mereka mampu dan memahami materi yang kami berikan, kata Eddy.

Selain itu, BKM Karya Mandiri, di Desa Temuwangi, Kecamatan Pedan, Kabupaten Klaten, Jawa
Tengah juga melakukan kemitraan dengan BFI dalam program rehabilitasi rumah korban gempa
YogyaJateng, 27 Mei 2006. BFI sepakat memberikan dukungan dana sebesar Rp 300 juta untuk
pembangunan konstruksi dasar 15 rumah dengan konsep tahan gempa.

Acara simbolis peletakan batu pertama


oleh wakil dari Kantor Bupati Klaten dan
Francis Lay Sioe Ho selaku Presiden
Direktur BFI dilakukan pada tanggal 28
September 2006. Keseluruhan proyek
telah rampung pada pertengahan
Februari 2007. Program kemitraan
rehabilitasi rumah korban gempa Yogya-
Jateng ini menandai partisipasi
perusahaan swasta pertama dalam
menunjang program pemerintah untuk
memberdayakan kembali masyarakat
yang menjadi korban gempa.

BFI sungguh terpanggil untuk


mendukung upaya pemerintah melalui
P2KP. Kami berharap dengan terjunnya
BFI sebagai wakil perusahaan swasta dalam membantu program penanggulang kemiskinan, dapat
menjadi teladan dan mengundang partisipasi perusahaan swasta lainnya, ujar Francis Lay Sioe Ho.

Francis menambahkan, dengan adanya replikasi dari pihak swasta lainnya untuk ikut terjun dalam
program ini, maka akan mempercepat proses pembangunan kembali daerah dengan kondisi
ekonomi memprihatinkan. Pemerintah juga akan merasa terbantu dengan adanya program
kemitraan semacam ini. Dari sisi masyarakat, mereka menjadi lebih cepat tertangani dan tidak
hanya bergantung pada kucuran dana pemerintah saja, imbuh Francis. (Tri Maulana, Tenaga Ahli
Chanelling KMP P2KP-2, PNPM Mandiri Perkotaan; Firstavina)

84 Bahan Serahan | Pelatihan Penguatan BKM tahun ke 4


Jambi, 5 Juni 2007
BKM Gandeng PetroChina dan WKS
Kepedulian dan tanggungjawab sosial,
itulah isu yang diusung oleh BKM Karya
Makmur (Desa Pandan Makmur) dan
Camat Geragai saat menggandeng PT
PetroChina, satu-satunya perusahaan
pengeboran minyak di Kabupaten
Tanjung Jabung Timur dengan lokasi
sumur pengeboran dan produksi secara
administratif berada di Desa Pandan
Makmur.

Keinginan kuat untuk menggandeng


PetroChina ini muncul setelah BKM dan
camat (selaku PJOK) berkoordinasi
dalam pelaksanaan realisasi kegiatan
fisik BLM tahap 1 di Desa Pandan
Makmur. Alokasi Dana BLM Rp 32,5 juta,
yang rencananya digunakan untuk normalisasi parit alam dengan volume 2000 m x 4 m x 2 m ini
dilakukan karena lahan-lahan sawit serta pekarangan milik warga, selama ini sangat akrab dengan
genangan air (baca: banjir).

Kegiatan ini menjangkau sampai dengan batas desa. Jika ingin membuang air ke koala/parit
utama, masih diperlukan penggalian parit sepanjang 3 km lagi, dengan menembus desa tetangga
(Pandan Jaya). Salah satu desa yang dilewati Parit Alam Sundik juga mendapat program P2KP.
Mengingat kondisi ini, maka sumbangsih yang diharapkan dari perusahaan asing ini adalah
tambahan volume galian parit baru sampai ke koala, sekaligus membuat jembatan atau gorong-
gorong guna memperlancar saluran air.

Karena aliran sungai alam ini tertutup


oleh jalan produksi perusahaan itu,
maka usulan keinginan dari BKM dan
PJOK tersebut sulit untuk segera
terealisasi. Namun, berkat koordinasi
PJOK dengan pihak manajemen
PetroChina, akhirnya perusahaan ini
berjanji dan menyanggupi usulan BKM,
bahkan akan menambah lagi galian parit
baru sepanjang 1 km, menembus parit
sekunder desa tetangga.

PJOK juga berjanji akan berkoordinasi


dengan Desa Pandan Jaya dalam usulan
kegiatan BLM tahap 2, guna
mensinkronkan program P2KP di Desa


Bahan Serahan | Pelatihan Penguatan BKM tahun ke 4 85
Pandan Makmur dengan Desa Pandan Jaya.

Jika BKM Karya Makmur (Desa Pandan Makmur), berhasil menggandeng PT PetroChina, BKM Karya
Mandiri (Desa Rantau Karya) pun berhasil menggaet PT Wira Karya Sakti (WKS) saat realisasi BLM
1 P2KP. Kepedulian PT WKS terhadap Desa Rantau Karya ini merupakan tanggung jawab sosial
perusahan, karena produksinya banyak berlokasi di wilayah Desa Rantau Karya, tutur Toni, salah
seorang anggota BKM Karya Mandiri.

PT WKS merupakan salah satu perusahan HTI dengan tanaman akasia sebagai tanaman
produksinya. Bentuk kemitraan PT WKS dengan BKM dalam pelaksanaan BLM 1 ini adalah
menyediakan alat-alat berat untuk penggalian dan penimbunan tanah.

Kemitraan PT WKS di desa ini difasilitasi oleh Community Development perusahaan tersebut. Meski
sudah dibantu dengan alat-alat berat dari WKS, warga tetap melaksanakan kegiatan tersebut
secara bergotong royong, terutama warga RT setempat. Ini dilakukan guna membangun
kebersamaan dan rasa memiliki, jelas Koordinator BKM Karya Mandiri Suwarji.

Selain penimbunan tanah oleh WKS, kegiatan juga


diikuti dengan cuci parit di sekitar polongan atau
gorong-gorong yang dibangun, sehingga aliran air
drainase lancar. Drainase yang baik dan lancar tentu
sangat membantu warga dimana sebagian besar
adalah petani sawit dan karet. Pengelolaan drainase
ini sangat dibutuhkan, mengingat hampir sebagian
besar wilayah pertanian adalah tanah gambut dan
bergambut.

PT WKS juga digandeng oleh BKM Berkah Usaha


(Desa Pandan Lagan). Namun berbeda dengan
Rantau Karya, bantuan yang diberikan oleh WKS
dalam hal ini adalah bantuan alat berat/short arm
untuk melakukan cuci parit sekunder sepanjang
2000 m x 8 m x 2 m, dengan dana BLM Rp 14 juta.
Kemitraan ini dibangun sebagai bentuk sinergi
antara BKM, pemerintah desa dan PT WKS.

Bantuan dari perusahaan setempat juga tidak hanya


terjadi di Rantau Karya dan Pandan Lagan saja,
bahkan BKM di Desa Suka Maju juga berhasil
menggaet PT. Kaswari, perusahan yang bergerak dalam perkebunan kelapa sawit. Bentuk bantuan
dari PT Kaswari ini berupa polongan dan tanah merah untuk penimbunan, jelas Koordinator BKM
Jaya Mandiri Rujianto. (Tim 10, Korkot 1 Kabupaten Tanjung Jabung Timur/Totok, TA Monev KMW
IX P2KP-3 Jambi, Riau, dan Kepri; Nina)

86 Bahan Serahan | Pelatihan Penguatan BKM tahun ke 4


Membangun Kerjasama Kelompok
BUJUR SANGKAR BERANTAKAN
Strategi ini merupakan permainan yang dibuat untuk membangun kerjasama diantara team /
kelompok.

Petunjuk :

Siapkan karton yang telah berbentuk bujur sangkar dengan ukuran yang cukup (20 cm x
20 cm) sebanyak 6 buah.

Kemudian potonglah setiap bujur sangkar dengan secara bebas seperti dibawah ini : (untuk
lebih memudahkan pemandu mencari pasangannya, maka berilah tanda / hurup pada salah
satu sisi disetiap potongnya tersebut , Namur dalam pemberian tanda, jangan sampai
terlalu besar yang akhirnya diketahui oleh peserta)

c c c

c
c
c

Selanjutnya Bujur sangkar yang telah dipotong masukanlah kedalam 4 buah amplop secara
acak. Dari 6 bujur sangkar dimasukan ke dalam 4 amplop. Dengan catatan setiap potongan
disebar ke berbagai amplop. Hindari memasukan pasangan potongan secara utuh 1 bujur
sangkar ke dalam 1 amplop, kaena akan lebih memudahkan menyusunya.
Kemudian bagilah peserta menjadi 4 kelompok, dan berilah mereka setiap satu kelompok 1
amplop.
setelah terbagi 4 kelompok, maka berilah tugas kepada setiap kelompok untuk
menyambungkan setiap potongan yertas yang ada di amplop menjadi bentuk bujur
sangkar.
Biarlah setiap kelompok mengembangkan strategy dengan catatan hanya pada potongan
kertas yang ada.
Berilah waktu 10 menit untuk menyusun bujur sangkar tersebut.
Apabila di suatu kelompok ada kelebihan potongan kertas atau kekurangan, maka setiap
kelompok diperbolehkan untuk menukarkan kepada kelompok lainya yang ada pasangan
potongan yertas tersebut.
Apaila peserta merasa kesusahan mencari pasangan potongan ketas tersebut, maka
pemandu memberikan kode hurup yang telah ditulis pada setiap potongan kertas. Setiap
hurup dipasangkan dengan hurup yang sama lagi, seperti contoh diatas.


Bahan Serahan | Pelatihan Penguatan BKM tahun ke 4 87
Ngada, 5 November 2009
BKM Trikora Bermitra dengan BLH Ngada untuk
Olah Sampah

Kehidupan masyarakat di wilayah perkotaan tidak akan


pernah lepas dari yang namanya sampah, baik organik
maupun sampah non organik. Setiap hari, kedua jenis
sampah tersebut dihasilkan dan selalu menjadi
permasalahan pemerintah dan masyarakat kota,
termasuk di Bajawa, ibu kota kabupaten Ngada.

Sampah menjadi momok bagi masyarakat perkotaan,


karena menjadi sumber penyakit dan sumber konflik
sosial, terutama di lingkungan permukiman. Ini karena
bau busuk dan kesan kotor pasti mengusik siapa pun
yang melihat dan melewati sampah yang berserakan dan tertumpuk. Sampah mustahil berkurang,
apalagi habis! Setiap hari sampah selalu dihasilkan. Kita pasti sependapat, seiya-sekata,
memandang bahwa sampah kotor dan berbau busuk. Sampah adalah barang atau sesuatu yang
tidak berguna lagi.

Tapi imej tersebut sekarang harus diubah. Karena, sesuatu yang dianggap tidak berguna
(terbuang) ternyata masih menyimpan nilai ekonomis, bahkan bisa menjadi sesuatu yang berguna
dan bisa dirupiahkan. Artinya, masih bisa menjadi potensi sumber penghasilan tambahan bagi
rumah tangga.

Terkait dengan penanganan sampah ini, di daerah-daerah lain sudah mengembangkan pengolahan
sampah organik menjadi pupuk kompos, sampah plastik diproses menjadi biji-bijian plastik, kertas
dan kardus disulap menjadi kertas/kardus daur ulang.

Bajawa, sebagai ibukota Kabupaten Ngada harus menjadi contoh penyelesaian masalah
persampahan dan pengelolaan yang benar, agar bermanfaat bagi masyarakat dan lingkungannya.
Dengan motto, Wujudkan Bajawa sebagai Kota Sahabat yang Bersih dan Hijau, begitu dikatakan
Kepala Badan Lingkungan Hidup (BLH) kabupaten Ngada.

Pemerintah kabupaten (Pemkab) Ngada, melalui BLH yang dikomandani Hilarius Sutanto ini
melakukan kerjasama dengan Badan Keswadayaan Masyarakat (BKM) Wiu Riwu, kelurahan Trikora,
kecamatan Bajawa dan Kelompok Swadaya Masyarakat (KSM) Lingkungan Mora Sama untuk
mengelola persampahan.

Kesepakatan kerja sama tersebut yang disaksikan oleh Lurah Trikora itu ditandai dengan
diluncurkannya dana sebesar Rp 90 juta, yang berasal dari Anggaran Pendapatan dan Belanja
Daerah (APBD) Kabupaten Ngada Tahun 2009. Dari pihak BKM sendiri menyiapkan lahan sebagai
lokasi untuk pembangunan rumah mesin pengolah sampah, termasuk gudang, serta menyiapkan
tenaga kerja.

88 Bahan Serahan | Pelatihan Penguatan BKM tahun ke 4


Pada tahap awal kerjasama ini BLH menyiapkan mesin
pengolah sampah, dilanjutkan dengan menggelar
pelatihan pengolahan sampah menjadi pupuk kompos
kepada BKM Wiu Riwu dan KSM Mora Sama, sekaligus
membantu mendisain kemasan produk pupuk kompos.

Koordinator BKM Wiu Riwu Yoseph Neko mengatakan,


saat ini KSM Mora Sama telah memproduksi pupuk
bokasi dalam kemasan Netto 5 Kg, dengan harga jual
Rp 6.000 per kilogram, walau tempat proses
produksinya masih menggunakan salah satu ruangan di
BLH.

Namun, guna membangun lokasi pembuatan pupuk bokasi yang representatif, kini KSM yang
dibantu Tim Fasilitator, tengah merampungkan proposal usulan kegiatan lingkungan, yakni
pembangunan rumah mesin dan peralatan produksi lainnya senilai Rp 90 juta (dari dana APBD
kabupaten) untuk diajukan ke BLH. Lokasi pembangunan rumah mesin sudah ada dan lokasi lahan
tersebut telah dihibahkan oleh pemiliknya. Sedangkan, format proposal menggunakan format
proposal kegiatan lingkungan P2KP, jelas Yoseph Neko, yang dibenarkan Ketua KSM Mora Sama
Willybrodus Roga, seraya menunjukkan proposal di tangannya.

Kepala BLH kabupaten Ngada Hilarius Sutanto membenarkan mengenai kemitraan BLH dengan
BKM Wiu Riwu, kelurahan Trikora dalam pengolahan sampah organik menjadi pupuk kompos.
Selain mengadakan pelatihan kepada BKM dan KSM, lanjut dia, pihak BLH juga menyiapkan mesin
produksi dan peralatan pendukung lain, seperti gerobak sampah, serta memberikan bantuan dana
yang bersumber dari APDB sebesar Rp 90 juta. Menurut Hilarius Sutanto, jika KSM Mora Sama
berhasil dalam pengelolaan sampah organik ini, BLH akan melanjutkan kemitraan dalam
pengolahan sampah plastik.

Sementara itu, Lurah Trikora Yoseph Bhara, SE, mengaku menyambut baik kerja sama BKM dengan
BLH kabupaten Ngada. Karena, kerja sama ini dapat membantu mengatasi masalah persampahan
di Bajawa umumnya dan kelurahan Trikora khususnya. Apalagi, sesuai presentasi yang disampaikan
oleh Kepala BLH kabupaten Ngada, ternyata pengelolaan sampah menjadi pupuk bokasi dapat
mendatangkan penghasilan baru bagi warga saya di kelurahan Trikora ini, tuturnya.

Lurah Trikora juga sangat antusias ketika pihak BLH menyatakan akan meningkatkan program
kemitraan dengan BKM dalam pengolahan sampah plastik, jika BKM dan KSM Mora Sama berhasil
dalam pengolahan sampah organik ini. (Marius Y. Aiba, Askot CD Kabupaten Ngada, OC-7 NTT,
PNPM Mandiri Perkotaan; Firstavina)


Bahan Serahan | Pelatihan Penguatan BKM tahun ke 4 89
Mataram, 14 September 2009
Pagesangan Channeling dengan Pegadaian
UPK-BKM Tunas Makmur, Kelurahan Pagesangan,
Kecamatan Mataram, Kota Mataram, Provinsi Nusa
Tenggara Barat (NTB) berhasil melakukan channeling
dengan Perum Pegadaian dalam pelaksanaan kegiatan
pinjaman bergulir.

Kelurahan Pagesangan merupakan bagian dari wilayah


dampingan P2KP sejak tahun 2004. Kelurahan ini
merupakan miniatur Indonesia dengan pelbagai macam
suku, ras, agama dan etnis yang tinggal dan bermukim
dalam satu tempat. Mayoritas suku di kelurahan ini
adalah suku Sasak, Bali, Jawa, Madura, Bugis, etnis
Tionghoa dan etnis Arab. Mereka menganut agama
yang berbeda-beda pula; Islam, Hindu dan Budha.
Dapat dikatakan, Kelurahan Pagesangan merupakan sebuah representasi Pluralisme yang
beradab. Pasalnya, masyarakat Kelurahan Pagesangan hidup rukun, damai dan sangat toleran,
jauh dari huru-hara dan kasak-kusuk.

Mencapai Kelurahan Pagesangan hanya membutuhkan waktu 10


menit dari Bandara Selaparang, Mataram. Letaknya berada di
bagian Selatan Kota Mataram, bertetangga dengan Kelurahan
Sekarbela, yang terkenal sebagai sentra produksi dan jual-beli
mutiara.

BKM Tunas Makmur, Kelurahan Pagesangan, terbentuk pada 7


Mei 2005 dan telah melaksanakan pemilihan anggota BKM yang
kedua pada 12 September 2007. Berdasar musyawarah BKM,
bersama dengan seluruh unsur masyarakat, diputuskan akan
mengalokasikan dana pinjaman bergulir sebagai modal awal UPK
sebesar Rp 167.614.500, hingga akhir Juli 2009, untuk melayani
59 KSM dengan jumlah anggota (pemanfaat) sebanyak 263
orang.

Manajer UPK-BKM Tunas Makmur terpilih adalah Roswati, atau


akrab dipanggil Bu Ros. Ia menjadi manajer UPK sejak Juni 2008, menggantikan manajer UPK
lama. Wanita kelahiran 21 Agustus 1963 ini masih terlihat sangat energik dalam menjalankan tugas
tata buku dan administrasi seluruh transaksi keuangan yang berkaitan dengan kegiatan pinjaman
bergulir. Ia juga tampak kompak dan guyub bersama Sekretaris BKM Tunas Makmur Eeng Maryani.

Berkat kegigihan dan keuletan Bu Ros inilah UPK-BKM Tunas Makmur Kelurahan Pagesangan
berhasil melakukan channeling dengan Perum Pegadaian Kota Mataram dalam bentuk
penambahan modal pinjaman bergulir.

90 Bahan Serahan | Pelatihan Penguatan BKM tahun ke 4


Berawal dari adanya 12 KSM yang tercantum di daftar tunggu dan belum terlayani oleh UPK,
padahal mereka sangat membutuhkan penambahan modal usaha. Bu Ros yang telah berikrar untuk
menghibahkan sebagian hidupnya untuk memberikan manfaat terhadap sesama, mencari informasi
tentang kemungkinan melakukan kerja sama penambahan modal bagi warga miskin dalam
menjalankan usahanya.

Dengan bantuan Fasilitator Ekonomi Nur Misnah, Bu Ros diajak melakukan negosiasi awal terkait
penjajakan kerja sama dengan pihak Pegadaian. Kebetulan Bu Ros memiliki seorang kenalan di
perum tersebut. Melalui Heri, kenalan Bu Ros tersebut, diperoleh informasi bahwa Pegadaian
memiliki skim program pinjaman bergulir untuk kelompok masyarakat miskin, dengan syarat
terdapat lembaga yang bersedia menjadi avalis (penjamin). Tak berselang lama, atas kesepakatan
bersama seluruh anggota BKM dan UP-UP, UPK diberikan mandat agar dapat memfasilitasi semua
persyaratan dalam menjalin kerja sama dengan Pegadaian.

Menyambut tugas yang diamanatkan oleh BKM, ibunda dari Heny Natasya Rosalina ini
meningkatkan intensitas koordinasi dengan pihak manajemen Pegadaian. Petugas Pegadaian pun
melakukan survai dan analisa kelayakan UPK-BKM sebagai lembaga penjamin, dimulai dengan
pemeriksaan terhadap kas harian, Buku Besar dan
Neraca Saldo serta buku Laba-Rugi.

Selanjutnya, Bu Ros memfasilitasi pembentukan KSM


channeling pertama, terdiri dari 12 orang wanita (dalam
satu KSM). KSM itu dinamai Wanita Mandiri, sebab
seluruh anggotanya adalah wanita yang berikrar untuk
mandiri dan dapat membantu pendapatan keluarga,
sambil memenuhi kelengkapan persyaratan
administrasi. Selang tiga hari kemudian, petugas survai
dari Pegadaian datang guna melakukan pemeriksaan
usaha anggota dan mengetahui bentuk serta lokasi
usahanya. Dua hari berikutnya, yakni 9 Juli 2009,
seluruh anggota KSM Wanita Mandiri diminta berkumpul
di kantor BKM dan dilakukan pencairan dana pinjaman
sebesar Rp 30juta, atau Rp 2,5juta per anggota.

Jumlah bantuan modal tersebut dirasa sangat berarti bagi masyarakat Kelurahan Pagesangan untuk
mengembangkan usahanya. Sebagaimana dirasakan oleh Ketua KSM Faridatul Ain (24). Ia sangat
bersyukur mendapat pinjaman modal untuk mengembangkan usaha distribusi tempe dan
pracangan di Pasar Pagesangan.

Dalam klausul perjanjian antara pihak pegadaian dengan UPK-BKM, selaku avalis, jumlah jasa 1,5
persen yang dikenakan kepada KSMsama dengan jasa pinjaman bergulir yang dikelola UPK
dengan proporsi pembagian 1 persen untuk Pegadaian dan 0,5
persen untuk UPK.

Guna meningkatkan intensitas kerjasama, disiapkan KSM


berikutnya, dengan jumlah 10 anggota. Kali ini diperkirakan
dapat menyerap dana sebesar Rp 25juta. Jika rencana tersebut
berhasil artinya beredar dana dari pihak lain (Pegadaian) di
tengah masyarakat Kelurahan Pagesangan. Hal ini diharapkan


Bahan Serahan | Pelatihan Penguatan BKM tahun ke 4 91
dapat merangsang tumbuh-kembangnya usaha-usaha produtif berskala home industry.

Usaha Mikro dan Kecil sebesar Rp 55 juta semakin menguatkan pernyataan bahwa masyarakat
adalah tambang emas dan mutiara yang tak ternilai harganya jika digali dengan tekun dan sabar.
Dan, akan ditemukan banyak mutiara seperti Bu Ros, yang bertebaran di tengah gerak dan
dinamika masyarakat, yang umumnya mulai kedap dengan nilai-nilai kemanusiaan serta melupakan
ajaran kitab suci.

Saya berjuang mengobati ketergantungan masyarakat terhadap rentenir dan merasakan kepuasan
manakala hidup ini bermanfaat bagi sesama, kata Bu Ros, di sela-sela kesibukan menjalankan
tugas dan kewajibannya. (Baiq Fitri Miswaryuni, S.E., Askot MK Mataram, OC-8 Provinsi NTB, PNPM
Mandiri Perkotaan; Firstavina)

92 Bahan Serahan | Pelatihan Penguatan BKM tahun ke 4


Tanah Laut, 3 Juni 2008
2
Pada
ang Rum
mput Amb
bungan untuk
u Sa
api Bergu
ulir
Deesa Ambunga an memiliki kaawasan padang rumput lu uas
ya
ang sangatt potensial untuk pengembang gan
peeternakan. Padang rump put ini telah
h dimanfaatkkan
cukup lama oleh masya arakat lokal untuk usa aha
peeternakan sap
pi dan kambinng. Atas dasa
ar potensi itulah
Peemda Kabupa aten Tanah Laut meneta apkan, komod diti
peeternakan seebagai salah h satu komoditi unggulan
ekkonomi rakyatt.

De
esa Ambunga an termasuk dalam wilayyah Kecamattan
Pe
elaihari Kabupaten Tanahh Laut, Proviinsi Kalimanttan
Se
elatan (Kalse
el), yang meerupakan salah satu lokkasi
da
ampingan P2K KP sejak tah
hun 2005. Ja
arak Kecamattan
Pelaiha
ari ke Banjarmasin Ibbukota Provinsi Kalsel sekitar 65 kilometer, dengan jumlah
pendudduk 243.762 jiwa. Menuru
ut hasil penda
ataan tahun 2005,
2 jumlah
h penduduk miskin
m mencapai
64.5166 jiwa (26,46
6%). Hampir 75% mata pencaharian masyarakatn nya adalah perkebunan
p d
dan
peternaakan.

Dalam rangka men ningkatkan pe endapatan ekkonomi masyyarakat dan mendukung


m P
Program Pem
mda
Tanah Laut tentang g pengemban ngan komoditti unggulan peternakan,
p s
serta dengan memanfaatkkan
potenssi lokal yang tersedia
t beru
upa padang ruumput sebagai sumber paakan ternak sapi,
s maka BK
KM
Ambun ngan Pasar Ja ayau, Desa Ambungan,
A b
bermitra denggan Dinas Pe
eternakan Kaabupaten Tannah
Laut membentuk
m Pa
anitia Kemitra
aan (Pakem). Kemudian, dibuat propoosal program pengembang gan
ternak sapi yang diuusulkan dalam
m Program PAAKET P2KP.

Propossal tersebut disetujui


d dalam
m penetapan kegiatan PA AKET P2KP da an dilaksanakkan tahun 200 06,
dengann pendanaan bersumber dari d APBD me elalui Dinas Pe
eternakan Kabupaten Tana ah Laut sebessar
Rp 1577,5 juta, ditam
mbah swadayya masyarakat Rp 10 juta dan BLM Pakket P2KP sebe esar Rp 30 ju uta.
Dana APBD
A disalurk
kan kepada Kelompok
K Tan
ni Mekar Jayaa Desa Ambu ungan untuk pembelian sa api
sebanyyak 42 ekor, yang dipeliha ara oleh 21 orang petani (setiap oranng memeliharra 2 ekor sap pi).
Sedanggkan, dana BLM PAKET P2 2KP dimanfatkan untuk me embeli 8 ekorr sapi yang dipelihara
d oleh
h8
orang KK miskin.

Pelaksaanaan kegiata
an ini dikerjakkan dalam du ua termin, yaiitu termin perrtama pada Desember
D 200
06-
Januarri 2007 dan te
ermin kedua pada
p April Mei
M 2007.

Pelaksa
anaan prograam PAKET pe engembangan n ternak sappi ini berdampak sangat positif
p terhaddap
peningkatan pendapatan rumah tangga pem melihara sapi, sehingga maasyarakat lain
n tertarik unttuk
beterna
ak sapi. Kare
ena, selain telah
t terbuktii mendapat keuntungan, pemeliharaan juga muda ah,
berkat pakan ternak
k yang tersedia di sekitar desa.
d


Bahan
n Serahan | Pellatihan Pengua
atan BKM tahun ke 4 93
Guna memastikan terwujudnya keberlanjutan pengembangan program peternakan sapi ke depan,
BKM bersama kelompok Tani Mekar Jaya Desa Ambungan sepakat menetapkan aturan main
perguliran usaha sapi. Aturan ini bertujuan agar usaha peternakan sapi terus berkembang dan
makin menjangkau masyarakat miskin yang memerlukan modal usaha berupa ternak sapi.

Aturan main yang disepakati untuk sistem penggemukan sapi adalah keuntungan yang didapat
(selisih antara harga penjualan dengan harga pokok pembelian) diberikan kepada pemelihara
sebesar 75% dan BKM 25%. Uang pokok akan dibelikan sapi kembali untuk dipelihara oleh
masyarakat lain yang belum pernah memelihara. Hasil pembagian keuntungan yang diterima BKM
(sebesar 25%) akan digunakan untuk kegiatan penanggulangan kemiskinan di Desa Ambungan,
termasuk membeli sapi baru untuk menambah jumlah pemelihara penggemukan sapi.

Hingga kini, jumlah sapi yang telah dijual oleh peternak sebanyak dua ekor dengan harga jual
masing-masing Rp 4 juta. Mengingat harga pokok pembelian sapi adalah Rp 3 juta, berarti, ada
keuntungan sebesar Rp 1 juta. Sesuai dengan aturan yang disepakati, peternak mendapat
keuntungan sebesar Rp 750.000 (75% dari total keuntungan) dan BKM sebesar Rp 250.000 (25%
dari total keuntungan). Sedangkan harga pokok pembelian sebesar Rp 3 juta dibelikan sapi kembali
untuk dipelihara oleh KK miskin lain. (Tim PAKET KMW IV Kalsel/PAKET KMP P2KP-2, PNPM Mandiri
Perkotaan; Firstavina)

94 Bahan Serahan | Pelatihan Penguatan BKM tahun ke 4


Bali, 23 Februari 2010
Sekali Lagi, Laut Menyelamatkan Hidupku

Ada lirih dalam benak kita. Sekian banyak keramba-


keramba terapung di laut lepas, sebagai salah satu
sumber penghidupan warga Kelurahan Serangan, tapi
sejauh ini hanya warga menengah ke atas yang
mampu mengapungkan keramba-kerambanya, lengkap
dengan organisme-organisme laut tumbuh dan
berkembang di dalamnya.

Melirik kondisi ini Unit Pengelola Lingkungan (UPL)


yang ada di Serangan menghimpun warga miskin yang
turut menyusun PJM Pronangkis dan mulai
menuangkan idenya untuk bersama-sama membuat
keramba dan membudidayakan lobster laut. Akhirnya,
dengan dibarengi kebulatan tekad, disepakati membentuk KSM Tanjung Segara Jaya, yang terdiri
dari empat kepala keluarga miskin. Bersama UPL dan didampingi Faskel, KSM meninjau lokasi yang
akan dibuatkan keramba dan menentukan titiknya.

Awalnya warga pesimis dengan pembiakannya,


mengingat dari masa penaburan benih hingga panen
mencapai 3-4 bulan, tergantung nutrisi yang diberikan.
Namun dengan perkiraan hitungan kasar bahwa
seekor lobster dewasa bisa dihargai Rp 250.000 per
ekor, jika panen lobster yang didapat mencapai 20
ekor maka akan menghasilkan Rp 5 juta. Apalagi jika
hasil panen lebih dari 20 ekor! Membayangkan
perhitungan matematis tersebut, warga merasa
antusias dan mulai muncul kemauan untuk mengelola
sarana yang akan dibuatkan untuk mereka.

Berbekal semangat dan swadaya tenaga untuk


membuat keramba, mereka mulai mengerjakannya. Dengan dana Rp 20 juta dari BLM, mereka
membuat satu unit keramba dengan empat kolam di dalamnya. Padahal, biaya normal untuk
membuat keramba adalah sekitar Rp 30 juta. Biaya keramba buatan KSM dapat ditekan, karena
KSM mengupayakan bantuan tenaga dan material dari kelompok keramba lain.

Semangat saling membantu dan saling memberi terwujud dalam kelompok ini. Sikap saling berbagi
pun muncul, terbukti dari pembagian titik lokasi penempatan keramba. Hal ini sangat mendukung
perkembangan lobster ke depannya. Warga pun dapat memulai hidup baru dari potensi alam yang
kadang kita lupakan keberadaannya.

Setelah keramba selesai digarap, mereka perlu bibit lobster yang harganya tidak murah. Untuk
golongan keluarga miskin, mungkin tidak akan terjangkau. Kondisi semakin sulit dari keterpurukan
modal awal. Namun, itu tidak menjadi masalah besar, karena di BAPPUK II sudah ada perguliran


Bahan Serahan | Pelatihan Penguatan BKM tahun ke 4 95
dana untuk menunjang ekonomi lemah dari P2KP. Hal
tersebut menjadi solusi untuk memecahkan masalah
permodalan untuk pembibitan. Akhirnya, KSM Tanjung
Segara Jaya mengajukan pnjaman ke Unit Pengelola
Keuangan (UPK) BKM setempat.

Tidak cukup hanya dengan pengalaman kelompok lain


dalam pembiakan lobster, kegiatan ini bisa berjalan,
perlu juga ilmu-ilmu pembudidayaan tepat agar
menghasilkan lobster berkualitas tinggi dan bernilai
ekonomis tinggi. Untuk itu perlu digelar pelatihan
pembudidayaan dan manajemen pemasaran untuk ke
depannya. Muncul lah suatu ide melaksanakan
pelatihan budidaya lobster, yang diupayakan dari Unit Pengelola Sosial (UPS). Kondisi ini
menunjukkan terwujudnya suatu keterikatan antarunit pengelola di BKM, sehingga manfaatnya bisa
lebih dirasakan masyarakat.

Kini, mengapung sudah, sebuah sumber penghidupan baru bagi warga miskin di Serangan.
Harapan ke depan, KSM ini mampu mengembangkan usaha kecil tersebut, sehingga mampu
membebaskan mereka dari kesulitan ekonomi.

Lautku, sumber penghidupanku. Kau kujaga, dengan harapan kaupun menjaga kami dari lapar dan
haus yang selalu dirasakan. Arusmu mampu menggerakkan sampanku hingga ke laut lepas. Riakmu
memberikan kedamaian bagi hati kami yang lara, hingga tak mungkin kau kutinggalkan begitu
tanpa menyentuh dan menghias permukaanmu dengan keramba-keramba penghidupanku. (Tim
Infrastruktur OC-7 Provinsi Bali, KMP P2KP Advanced; Firstavina)

Informasi lebih lanjut mengenai tambak lobster Serangan, silakan hubungi:

Sekretariat BKM Segara Asih


Jalan Tukad Pekaseh No. 11, Serangan
Bali
Tlp. (0361) 7473798

96 Bahan Serahan | Pelatihan Penguatan BKM tahun ke 4


KELOMPOK SWADAYA MASYARAKAT (KSM) PEMINJAM

Kelompok Swadaya Masyarakat (KSM) Peminjam adalah KSM yang dibentuk oleh warga masyarakat
dalam kepentingannya untuk memanfaatkan dana Bantuan Langsung Masyarakat (BLM) PNPM
Mandiri Perkotaan untuk kegiatan Pinjaman Bergulir. Disebut KSM Peminjam, karena KSM ini
dibentuk hanya untuk kepentingan memperoleh pinjaman bergulir sebagai salah satu upaya
meningkatkan kesejahteraan mereka yang pada umumnya adalah warga masyarakat miskin.
Untuk mencapai pemanfaatan tersebut secara optimal perlu dikaji persyaratan KSM Peminjam yang
ideal, Proses pembentukannya, pengelolaan KSM serta pembinaan terhadap KSM baik yang
dilakukan oleh BKM/LKM, UPK, maupun oleh relawan, fasilitator, Aparat Kelurahan, maupun PJOK
Kecamatan.

1. PERSYARATAN KSM PEMINJAM (IDEAL)


Pada dasarnya KSM peminjam sama dengan KSM pada umumnya, hanya untuk keperluan
tujuan pinjaman bergulir diperlukan tambahan beberapa persyaratan khusus, antara lain :
a. KSM dibentuk hanya untuk tujuan penciptaan peluang usaha dan kesempatan kerja serta
peningkatan pendapatan masyarakat.
b. Anggota KSM termasuk kategori keluarga miskin sesuai kriteria yang ditetapkan sendiri
oleh BKM/LKM dan masyarakat (Anggota KSM termasuk dalam daftar warga miskin
PS2)
c. Jumlah anggota KSM minimum 5 orang, maksimum 10 orang, minimum 30 % anggota
KSM tersebut adalah wanita serta telah memiliki pengurus KSM minimal ketua dan
sekretaris yang dipilih oleh anggota dan aktif melaksanakan tugas tugasnya.
d. semua anggota KSM menyetujui sistem tanggung renteng (bertanggung jawab bersama)
terhadap pinjaman yang akan diterima KSM dan anggotanya serta dituangkan secara
tertulis dalam pernyataan tanggung renteng.
e. semua anggota sudah memiliki tabungan masing-masing minimum sebesar 5 % dari
besar pinjaman bergulir yang diajukan dan disimpan di UPK atau bank diwilayah UPK.
f. KSM sudah mempunyai pembukuan / pencatatan keuangan sederhana yang memadai
sesuai kebutuhan.
g. semua anggota KSM telah memperoleh pelatihan tentang pinjaman bergulir, pembukuan,
rencana usaha, kewirausahaan dan pengelolaan ekonomi rumah tangga (PERT) dari
fasilitator dan BKM/LKM, UPK.

2. PEMBENTUKAN KSM PEMINJAM


a. KSM dibentuk atas dasar kesepakatan anggota-anggotanya secara sukarela, demokratis,
partisipatif, transparan dan kesetaraan;
b. Keluarga miskin yang berada dalam satu lingkungan (RT/RW) difasilitasi oleh BKM/LKM
mengadakan pertemuan dan diberi sosialisasi mengenai KSM, tujuannya, ketentuan dasar
KSM, kegiatan dan tanggung jawab masing-masing anggota KSM.
c. Berdasarkan sosialisasi tersebut kemudian BKM/LKM mengarahkan warga miskin tersebut
untuk membentuk kelompok swadaya masyarakat. Pembentukan kelompok diserahkan
kepada masyarakat untuk menentu kan sendiri berapa minimum jumlah anggota
kelompok, siapa saja yang diterima menjadi anggota kelompok.


Bahan Serahan | Pelatihan Penguatan BKM tahun ke 4 97
d. Kelompok swadaya masyarakat (KSM) yang sudah terbentuk ini kemudi an memilih
sendiri pengurus KSMnya yang minimal terdiri dari Ketua dan sekretaris KSM. Tugas
Ketua adalah memimpin KSM dalam setiap pertemuan, melakukan
pencatatan/pembukuan KSM dan mengarahkan anggota-angotanya sesuai tujuan
dibentuknya KSM. Tugas sekretaris adalah mencatat hasil kesepakatan pertemuan
anggota KSM, membantu Ketua dalam mengelola kelompok dan membuat aturan main
kelompok.
e. Hasil pembentukan kelompok dan pengurusnya ini kemudian dilaporkan kepada
BKM/LKM untuk dibuatkan Berita Acara pembentukan KSM.

3. PENGELOLAAN KSM PEMINJAM


Agar KSM berfungsi sesuai dengan tujuan dibentuknya, maka KSM perlu dikelola dengan
baik. Pengelolaan KSM dilakukan secara partisipatif oleh seluruh anggota KSM dipimpin oleh
Pengurus KSM. Langkah-langkah pengelolaan KSM yang baik antara lain :
a. Pengurus KSM membuat pembagian tugas antara Ketua dan Sekretaris. Ketua
memimpin KSM dalam setiap pertemuan, melakukan pencatatan / pembukuan KSM dan
mengarahkan anggota-angotanya sesuai tujuan dibentuknya KSM. Tugas sekretaris
adalah mencatat hasil kesepakatan pertemuan anggota KSM, membantu Ketua dalam
mengelola kelompok dan membuat aturan main kelompok.
b. Pengurus membuat aturan main KSM antara lain :
Jadwal pertemuan rutin dan insidentil untuk membahas masalah usaha, pinjaman,
tabungan dan tunggakan,
Kesepakatan tanggung renteng dan bentuk pelaksanaannya,
Peningkatan kemampuan dan ketrampilan usaha anggota, dll.
c. Seluruh anggota diusahakan memahami seluruh aturan main yang ditetap kan KSM
dengan melakukan tanya jawab untuk pemahaman dan pemberian penjelasan
terhadap hal-hal yang masih belum dipahami. Apabila diperlukan dapat meminta
BKM/LKM atau UPK untuk memfasilitasi dan memberikan penjelasan atas hal-hal yang
belum dipahami tersebut.
d. Apabila seluruh anggota KSM sudah memahami aturan main KSM, diminta mereka
mewujudkannya dengan mematuhi semua aturan main tersebut dalam bentuk :
Menghadiri setiap pertemuan yang diadakan KSM baik yang rutin maupun yang
insidentil
Menandatangani pernyataan sepakat menanggung bersama (tang gung renteng)
dan merealisasikan dalam bentuk saling mengingat kan kepada sesama anggota
KSM tentang kewajian-2 yang harus dipenuhi dan menanggung bersama apabila
terdapat anggota KSM yang menungak.
Senantiasa mengikuti kegiatan pelatihan maupun coaching yang diadakan oleh
BKM/LKM/UPK/Fasilitator dalam rangka peningkatan kemampuan dan ketrapilan
usaha mereka.

Meneguhkan Morisama, Menuai Sejahtera Bersama

98 Bahan Serahan | Pelatihan Penguatan BKM tahun ke 4


Morisama adalah kata dari bahasa asli suku Mbojo (Kota Bima), yang mengandung arti Pentingnya
Kebersamaan dalam hidup. Kata ini diabadikan menjadi nama Badan Keswadayaan Masyarakat
(BKM) oleh masyarakat Kelurahan Ntobo, Kecamatan Rasanae Timur, Kota Bima Provinsi Nusa
Tenggara Barat (NTB). BKM Morisama dibentuk pada 25 Maret 2005.

Relevan dengan slogan PNPM Mandiri Perkotaan: Membangun Kebersamaan dan Kemandirian,
filosofi adiluhung itu diadopsi dari budaya luhur masyarakat Ntobo, yang menjunjung tinggi nilai
kekeluargaan dan kebersamaan sebagai peninggalan paling berharga dari para leluhur mereka.

Menurut Koordinator BKM Morisama H. Jaharuddin (58 tahun), jika salah seorang warga
menyelenggarakan acara pernikahan, maka semua bergotong-royong, secara sukarela memberikan
bantuan berupa uang, bahan makanan pokok, kue dan kebutuhan bahan lainnya. Hal itu
memperkuat kebersamaan dan kekeluargaan yang telah mereka lestarikan sebagai modal sosial
yang telah dimiliki guna mencapai kemakmuran dan kesejahteraan secara bersama-sama. Modal
sosial itu pula lah yang sedang digali dan hendak ditumbuhkembangkan dalam serangkaian
pembelajaran PNPM Mandiri Perkotaan melalui tahapan (siklus) yang ditawarkan kepada
masyarakat, dalam upaya penanggulangan kemiskinan secara
mandiri dan berkelanjutan.

Kelurahan Ntobo tidak terlalu susah dijangkau. Secara


geografis, letak kelurahan ini berada sekitar 10 kilometer dari
pusat Kota Bima, di bagian utara. Luas wilayahnya mencapai
220 Hektare dan terdiri atas tiga RW dan 18 RT. Kelurahan ini
merupakan salah satu lokasi sasaran P2KP sejak tahun 2004,
yang diteruskan dengan PNPM Mandiri Perkotaan.

Secara umum, penduduknya melakoni tani dan menenun


sebagai mata pencaharian. Berdasar data demografi kelurahan,
hingga akhir tahun 2009 warga miskin yang tinggal di
Kelurahan Ntobo sekitar 55%. Artinya, separuh lebih
penduduknya masih tergolong masyarakat kurang beruntung
dan menjadi sasaran langsung PNPM Mandiri Perkotaan.

Dibandingkan dengan beberapa tahun silam, kondisi masyarakat sekarang mengalami kemajuan
yang sangat signifikan. Pelbagai upaya peningkatan pendapatan warga telah digagas dan
direalisasikan oleh BKM Morisama sejak tahun 2005, baik melalui penumbuhan usaha-usaha baru
maupun pemantapan usaha yang telah berjalan dengan fasilitasi dana pinjaman bergulir yang tidak
berbelit-belit dan jasa yang terjangkau, ungkap H. Jaharuddin.

Mengingat mata pencaharian utama masyarakat Ntobo adalah bertani dan menenun, maka dengan
bantuan modal tersebut mereka dapat berperan sebagai pengusaha sendiri dan terlepas dari
tekanan para pemodal. Hal itu diamini oleh Sumarlah, salah seorang anggota KSM tenun.

Pengelolaan dana pinjaman bergulir sebagai salah satu pilar penanggulangan kemiskinan di
Kelurahan Ntobo pernah mengalami pasang surut. Kinerja keuangan pada indikator Repayment
Rate (RR) pada medio akhir 2008 hanya mencapai 40%.

Berkat kerja keras dan perjuangan tak kenal lelah yang dipelopori oleh H. Jaharuddin dan seluruh
anggota BKM Morisama, serta didukung aparat pemerintah kelurahan melalui kunjungan langsung
ke rumah-rumah anggota KSM guna penagihan, sekaligus memberikan pemahaman terkait tujuan


Bahan Serahan | Pelatihan Penguatan BKM tahun ke 4 99
program dalam memberikan bantuan tersebut. Hal ini
dilakukan guna mengembalikan kesadaran masyarakat
dan kembali melakukan pembayaran angsuran dana
bergulir. Akhirnya, pada Mei 2009, RR di wilayah ini
meningkat menjadi 93%. Capaian tersebut dapat
dipertahankan secara konstan hingga September
2009.

Peristiwa turnover (pergantian) UPK lama Nurwahidah


kepada UPK baru Harijah rupanya membawa dampak
cukup signifikan terhadap kinerja keuangan UPK-BKM
Morisama. Saat itu saya butuh penyesuaian. Banyak
anggota KSM yang belum saya kenal dan sebagian
anggota KSM belum mengetahui perihal pergantian tersebut, sehingga mereka bingung harus
membayar ke mana, tutur Harijah. Kejadian ini sempat menurunkan kinerja RR. Pada bulan
Oktober-November 2009, RR menjadi 79%.

Kemudian, H. Jaharuddin kembali berkiprah menjadi penyelamat BKM. Pria bersahaja yang disegani
masyarakat ini mengambil inisiatif bersama anggota BKM lainnya, dengan disupport penuh Lurah
Ntobo Ishaka dan para perangkatnya, serta difasilitasi secara optimal oleh Fasilitator Ekonomi Titin
Nuryaningsih. Mereka melakukan musyawarah terbuka dengan mengundang seluruh anggota KSM
dan membahas pinjaman bermasalah tersebut.

Dalam pengarahannya Lurah Ntobo menyampaikan, dana pinjaman bergulir adalah dana amanah.
Mengamankan dan melestarikannya adalah tanggung jawab kita bersama, agar kelak di kemudian
hari kita tidak dianggap menyalahgunakan hak-hak anak-cucu kita ini, tutur Ishaka.

Hal tersebut dipertegas oleh Titin. Menurutnya, capaian pelaksanaan kegiatan pinjaman bergulir
adalah bagian dari penilaian paling dominan untuk mengukur seberapa besar tingkat kesadaran
dan kebersamaan dalam upaya penanggulangan kemiskinan.

Tindak lanjut hasil musyawarah adalah membentuk tim penagihan dan pembinaan KSM yang
melibatkan semua unsur masyarakat.

Dalam waktu yang relatif singkat, Tim Penagihan dan Pembinaan KSM menjalankan program
kegiatannya. Hasilnya sangat menggembirakan. Angsuran KSM lancar. Tunggakan dilunasi secara
bertahap dan seluruh pinjaman bermasalah telah ditertibkan secara administratif maupun teknis
penyelesaiannya. Maka, pada Desember 2009 kinerja RR meningkat menjadi 91% dan dapat
dipertahankan hingga Januari 2010.

Atas upaya dan kerja keras seluruh komponen masyarakat dalam mendukung kegiatan P2KP
sampai dengan PNPM Mandiri Perkotaan seraya memegang teguh filosofi morisama, pada tahun
2009 Kelurahan Ntobo berhak mendapatkan program PAKET, sebagai intervensi lanjutan dari PNPM
Mandiri Perkotaan. Saat itu BKM Morisama dinyatakan telah memenuhi kriteria berdaya menuju
mandiri.

Pada Juni 2009, Kelurahan Ntobo kedatangan tamu dari provinsi. Yakni Tim verifikasi kelayakan
lokasi sasaran Neighborhood Development (ND). Kelurahan Ntobo menjadi salah satu kriteria lokasi

100 Bahan Serahan | Pelatihan Penguatan BKM tahun ke 4


yang dicalonkan menjadi lokasi ND, sebagai wujud optimalisasi masyarakat mandiri menuju
masyarakat madani.

Hanya saja, fakta berkata lain. Hasil penilaian terakhir Tim Verifikasi Kelayakan Lokasi ND
menyatakan, pada tahun 2009 Kelurahan Ntobo belum termasuk lokasi yang menjadi sasaran
program ND. Karena, salah satu indikator utama penilaian tidak mempu dipertahankan dengan
posisi stabil beberapa bulan terkahir.

Kegagalan adalah keberhasilan yang tertunda, tegas H. Jaharuddin dengan nada optimis, meski
terlihat raut agak kecewa saat merespon keputusan tersebut.

Kami tetap akan berupaya menjaga kekompakan dan kebersamaan seluruh unsur masyarakat
Ntobo guna mencapai kinerja dalam seluruh kegiatan PNPM Mandiri Perkotaan, terutama capaian
indikator kinerja UPK, Sekretariat dan Keuangan BKM, meski kami tidak mendapat ND. Niat kami
adalah membantu masyarakat Ntobo keluar dari masalah kemiskinan, katanya.

Tidak ada keberhasilan yang lahir secara kebetulan, melainkan dari hasil usaha dan kerja keras.
Semangat dan jiwa optimis BKM, mulai dari koordinator, anggota dan UP-UP, serta pemerintah
kelurahan dan seluruh unsur masyarakat, menjadi jembatan menuju kehidupan masyarakat yang
lebih baik. Semoga. (Nur Wahdaniah, Tim Faskel 3 Kota Bima, OC-7 NTB, PNPM Mandiri Perkotaan;
Firstavina)


Bahan Serahan | Pelatihan Penguatan BKM tahun ke 4 101
Tahapan Perkembangan Kelompok
Ada empat tahap perkembangan kelompok yang wajib diketahui fasilitator/Pendamping. Setiap
tahap perkembangan memiliki ciri-ciri dan bentuk-bentuk pendampingannya sendiri. Secara
diagramatik, tahap perkembangan, ciri, dan pendampingan fasilitator dapat digambarkan sebagai
berikut.
Tahap Ciri-ciri Peran Pendamping dan Anggota Kelompok

Tahap Pertama: Umur kelompok masih sangat Mengenali satu per satu anggota kelompok, apa
Perintisan muda, bahkan ada yang belum kegiatan mereka dalam kehidupan sehari-hari.
berbentuk kelompok Mendorong kehadiran anggota dalam setiap
pertemuan.
Meyakinkan anggota masyarakat bahwa pertemuan
kelompok itu penting.
Jaga agar kehadiran anggota di pertemuan bukan
dipengaruhi oleh adanya BLM.
Tahap Kedua : Kejelasan tujuan, kegiatan, Menyepakati dan memahami tujuan dan cita-cita
Penataan aturan kelompok, peran kelompok.
(Tumbuh) pengurus, adalah hal penting Menyusun rencana kegiatan dalam waktu tertentu (3
yang harus diperhatikan bulanan, satu kalender musim tanam, tahunan).
Menyusun aturan kelompok seperti hari dan tempat
pertemuan, ketentuan pengadaan dan
pengembangan modal kelompok dan administrasinya.
Tahap Ketiga : Pada tahap ini keadaan rumah Memperluas lingkup dan jangkauan progam yang
Pengembangan tangga kelompok sudah mulai dikembangkannya. Misalnya, jika awalnya hanya
(Berkembang) tertata, sehingga kelompok belajar tentang hama pada tahap ini kelompok di
perlu di fasilitasi untuk ajak untuk mengembangkan gagasan pengembangan
mengembangkan isi pertemuan pertanian yang bisa membawa hasil lebih banyak
kelompok, modal, usaha, dan namun ramah lingkungan dan berkelanjutan.
kerja sama dengan pihak-pihak Kesetaraan kedudukan dan peran perempuan di
lain kelompok harus semakin diperkuat.
Kerja sama dengan pihak lain baik itu pemerintah
maupun swasta harus di perkuat. Beri kepercayaan
penuh dan dorongan bahwa mereka mampu
menangani urusan melalui proses latihan dan
mencoba.
Tahap Keempat : Peran fasilitator/pendamping Peran fasilitator/pendamping semakin berkurang,
Pemandirian mulai berkurang, sebaliknya peran kelompok untuk mengelola pertemuan, rapat
peran pengurus & anggota dalam pengurus, dan kerjasama dengan pihak lain semakin
mengambil keputusan semakin besar.
banyak. Pembuatan rencana
kegiatan dan evaluasinya
dilakukan secara mandiri oleh
kelompok.

102 Bahan Serahan | Pelatihan Penguatan BKM tahun ke 4


Bagaimana Arah Pengembangan Kelompok?
Upaya-upaya pendampingan yang diarahkan kepada pembangunan kelompok mandiri sekurang-
kurangnya terfokus kepada 2 hal penting.

Penguatan ke dalam Kelompok


Pertama, berorientasi kepada peningkatan pendapatan anggota dan kelompok. Dalam rangka ini
perlu diupayakan terus-menerus pemahaman dan peningkatan kapasitas pengelolaan anggaran
kelompok dan anggaran rumah tangga bagi anggota. Kapasitas ini terutama dalam hal
pembentukan cadangan atau tabungan yang efektif, pemupukan modal swadaya dan
pengembangan usaha-usaha produksi dan pemasaran.

Kedua, penguatan organisasi kelompok. Hal ini ditandai oleh pertemuan yang teratur, rutin dan
berkelanjutan. Sistem administrasi keuangan tertib dan transparan. Pemilihan pengurus dipilih dari
dan oleh anggota, secara teratur melakukan program pendidikan anggota. Perencanaan program
kelompok, pelaksanaan, dan evaluasinya dilakukan secara partisipatif.

Ketiga, penguatan nilai-nilai dalam kelompok. Terutama menanamkan sikap keterbukaan di


kalangan anggota terhadap hal-hal seperti peluang kerjasama dan teknologi-teknologi baru untuk
mencapai skala usaha yang lebih besar. Selain itu juga menanamkan prinsip demokrasi dan
partisipasi dalam kelompok, serta kesetaraan jender (laki-laki dan perempuan).

Penguatan ke tingkat Komunitas


Pertama, penguatan kepemimpinan alternatif. Selama proses pendampingan kelompok diharapkan
muncul personil-personil yang mampu menjadi alternatif kepemimpinan lokal (kepemimpinan
informal). Mengapa disebut kepemimpinan alternatif? Karena di desa telah ada kepemimpinan
formal (pemerintah desa) dan informal (tokoh agama, adat, ketokohan). Kepemimpinan alternatif
ini diharapkan bisa muncul karena kualitas dan kemampuannya, serta kepeduliannya kepada
persoalan dan masa depan masyarakat.

Kedua, pengembangan kader-kader dan agen perubahan masyarakat. Kelompok, kepemimpinan


kelompok, dan kader-kadernya yang kuat diharapkan menjadi agen perubahan di komunitasnya.
Mereka menjadi kelompok dan personil-personil yang aktif, kritis, dan berpengaruh di komunitasnya
sehingga berkembang dinamika baru. Kelompok-kelompok ini termasuk individu-individu yang
menjadi anggotanya menjadi simpul komunikasi di dalam dan keluar komunitasnya. Pengaruh
yang diharapkan dari kelompok dan anggota-anggota kelompok adalah suatu penguatan
kerjasama, jaringan komunikasi dan pembelajaran yang lebih terbuka dan partisipatif.

Ketiga, mendorong transformasi sosial dengan adanya penguatan organisasi, kepemimpinan lokal
alternatif dan berkembangnya dinamika di masyarakat. Ini diharapkan terjadi karena kepemimpinan
alternatif (demokratis, partisipatif, terbuka) menjadi pilihan baru ketimbang kepemimpinan
tradisional (paternalistik, feodal). Model komunikasi pembangunan konvensional (penyuluhan,
penerangan) diperkaya/digantikan dengan model komunikasi dialogis (musyawarah, lokakarya
desa, forum warga, diskusi, dan sebagainya).


Bahan Serahan | Pelatihan Penguatan BKM tahun ke 4 103
PEMBINAAN KSM PEMINJAM

Kualitas KSM yang ideal tidak hanya ditentukan oleh proses pembentukan dan pengelolaannya akan
tetapi juga sangat dipengaruhi oleh pembinaan dari pihak-pihak yang terkait dengan KSM. Adapun
pihak pihak yang terkait dengan KSM antara lain : BKM/LKM, UPK, Relawan, Aparat Kelurahan,
PJOK Kecamatan dan Fasilitator.

BKM/LKM dan UPK adalah mereka yang terlibat dan berkepentingan langsung dengan KSM,
sementara Relawan, Aparat Kelurahan, PJOK Kecamatan dan Fasilitator adalah mereka yang
berkepentingan secara sosial terhadap KSM.

Pembinaan KSM oleh BKM/LKM/UPK

BKM/LKM dan UPK dikatakan berkepentingan secara langsung dengan KSM karena kinerja mereka
juga sangat dipengaruhi oleh kualitas KSM yang menjadi nasabahnya. Apabila kualitas KSM tidak
baik dan kerjasama antar anggota KSM tidak baik sehingga tidak terbentuk tangung jawab bersama
(tanggung renteng) maka tanggung jawab pembayaran kembali pinjaman kepada UPK juga akan
terganggu. Demikian sebaliknya apabila kualitas kerjasama antar anggota KSM dan taggung jawab
bersama (tanggung renteng) sangat baik maka pembayaran kembali pinjaman kepada UPK akan
berjalan dengan baik dan kinerja UPK serta BKM menjadi baik.

Untuk itu BKM/LKM dan UPK perlu melakukan pembinaan kepada KSM melalui kegiatan-kegiatan :
a. BKM/LKM/UPK memastikan bahwa anggota KSM telah mulai membentuk tabungan sebagai
bukti kedisiplinan dalam mewujudkan tanggung jawab bersama sebelum memperoleh pinjaman
dari UPK
b. BKM/LKM/UPK memberikan penjelasan tentang ketentuan umum pinjaman UPK kepada seluruh
anggota KSM dalam pertemuan rutin yang diadakan oleh KSM. Kehadiran dalam pertemuan
tersebut juga sebagai sarana BKM/LKM/UPK medeteksi kepatuhan anggota KSM dalam
memenuhi undangan pengurus KSM untuk berkumpul dan sarana memahamkan anggota KSM
atas ketentuan pemberian pinjaman dari UPK.
c. BKM /LKM/ UPK memberikan penyadaran kepada KSM dan anggotanya bahwa pinjaman yang
akan diterima dari UPK adalah suatu hutang yang wajib dikembalikan / dibayar kembali,
bukannya suatu hibah dari pemerin tah.
d. Disamping penyampaian ketentuan mengenai pemberian pinjaman dari UPK, BKM/LKM juga
memberikan pemahaman tentang pengelolaan ekonomi rumah tangga serta bagaimana
membuat rencana usaha dan berwirausaha yang baik. Pemahaman ini juga diperlukan oleh
anggota KSM untuk dapat mengelola ekonomi dalam rumah tangganya agar mampu
meningkatkan kesejahteraan rumah tangganya secara terencana.
e. BKM/LKM melalui Pengawas UPK / UPK memberikan pembinaan sebulan setelah KSM menerima
pinjaman dari UPK. Pembinaan dilakukan dalam bentuk kunjungan ke lokasi usaha dan domisili
anggota KSM untuk memastikan keadaan kehidupan rumah tangga dan usaha anggota KSM.
Disamping itu juga untuk memastikan penggunaan pinjaman yang diteri ma dari UPK apakah
dipergunakan sesuai dengan tujuan pada waktu mengajukan permohonan pinjaman.
f. BKM/LKM dan UPK baik sendiri sendiri maupun bekerja sama dengan instansi pemerintah /
swasta memberikan pelatihan / coaching kepada KSM dan anggtanya dalam rangka

104 Bahan Serahan | Pelatihan Penguatan BKM tahun ke 4


meningkatkan kemampuan dan ketrampilan berusaha KSM dan anggotanya agar terjadi
peningkatan kualitas SDM maupun produknya.
g. Pengawas UPK dan UPK membantu mencarikan pemecahan terhadap anggota KSM yang
mengalami masalah baik dalam usaha maupun kedaan keuangannya. Disamping itu Pengawas
UPK dan UPK juga mendorong anggota KSM lainnya ikut merealisasikan rasa tanggung jawab
bersama (tanggung renteng) atas masalah yang dialami salah satu anggota KSM.
h. Pengawas UPK dan UPK membina KSM dan anggotanya dalam terus memupuk tabungan
selama jangka waktu pinjaman, dan menghimbau agar tabungan tersebut tidak sampai diambil
sampai lunasnya pinjaman yang diterima KSM.
i. Pengawas UPK dan UPK meminta bantuan BKM/LKM untuk mencarikan sumber dana lain selain
BLM apabila KSM beserta anggotanya yang telah melewati batas maksimum pemberian
pinjaman baik dari sisi frekuensi maupun jumlah pinjaman, agar mereka masih tetap mendapat
akses dari lembaga keuangan maupun perbankan.

Pembinaan KSM oleh Relawan, Aparat Kelurahan, PJOK Kecamatan dan Fasilitator.
Disamping pembinaan KSM yang dilakukan oleh BKM/LKM dan UPK sebagai pihak yang terkait
langsung kepentingannya dengan KSM, Relawan, Aparat Kelurah an, PJOK Kecamatan dan
Fasilitator / Konsultan juga memiliki peran yang cukup penting dalam pembinaan KSM

Peran mereka dilakukan dalam bentuk kegiatan-kegiatan antara lain :


a. Menumbuhkan penyadaran kepada warga masyarakat bahwa pinjaman yang diterimanya
adalah suatu hutang yang harus dibayar kembali bukan merupakan hibah dari pemerintah
b. Menumbuhkan penyadaran warga masyarakat bahwa setiap orang yang berhutang harus
bertanggung jawab membayar kembali pinjamannya sesuai dengan jumlah dan jangka waktu
yang telah diperjanjikan sebelumnya karena apabila menunggak berarti telah merampas
kesem patan warga lain untuk memperoleh pinjaman dari UPK
c. Menumbuhkan penyadaran warga masyarakat bahwa wujud tanggung jawab bersama
(tanggung renteng) adalah dengan saling mengingatkan antar sesama anggota dan bersedia
menanggung bersama tunggakan yang terjadi karena salah seorang anggota tidak
melaksanakan kewajibannya
d. Menumbuhkan penyadaran warga masyarakat bahwa kesinambungan pelayanan pinjaman
oleh UPK sangat ditentukan oleh kedisiplinan semua anggota KSM peminjam dalam
membayar kembali pinjaman yang diterimanya beserta jasa pinjamannya. Tanpa kedisiplinan
akan terjadi penurunan modal UPK yang pada ujungnya akan menghentikan pelayanan
pemberian pinjaman yang berarti juga menghentikan upaya pengentasan kemiskinan melalui
sarana pinjaman bergulir.
e. Memahamkan kepada warga masyarakat bahwa pinjaman harus dipergunakan sesuai dengan
tujuan awal waktu mengajukan pinjaman agar peningkatan kesejahteraan bisa tercapai.
Karena apabila terjadi penyalahgunaan penggunaan pinjaman akan mengakibatkan
munculnya kesulitan baru, sehingga bukan pengentasan kemiskinan yang terjadi akan tetapi
pemantasan kemiskinan.


Bahan Serahan | Pelatihan Penguatan BKM tahun ke 4 105
Pendampingan Kelompok Mandiri
Oleh : PIDRA Indonesia

Pendampingan kelompok mandiri dilaksanakan melalui kegiatan pertemuan rutin kelompok dan
pelatihan penguatan internal kelembagaan kelompok mandiri oleh fasilitator desa. Jadwal
pertemuan rutin kelompok mandiri untuk masing-masing kelompok di desa dampingan tidaklah
sama. Jadwal pertemuan ditentukan oleh kelompok sendiri yang disesuaikan dengan ketersediaan
waktu yang luang pada masing-masing anggota kelompok.

Pendampingan Melalui Pertemuan Rutin


Dalam pendampingan kelompok mandiri menggunakan komponen internal kelompok sebagai
indikator pendampingan, dimana komponen internal terdiri dari lima (5) Bidang Hasil Pokok yang
terdiri dari (i) Organisasi; (ii) Administrasi; (iii) Permodalan; (iv) Usaha/ Kegiatan On - Farm atau Of
- Farm; (v) Akseptasi/ Kesinambungan.

Pembinaan lima (5) Bidang Hasil Pokok kepada kelompok mandiri dilaksanakan dalam setiap
kegiatan pertemuan dan secara terperinci disampaikan sebagai berikut :
1. Organisasi. Kegiatan yang dilakukan adalah membimbing kelompok untuk melakukan
pertemuan anggota serta menetapkan jadwal pertemuan setiap bulan atau setiap dua minggu
sekali dan selanjutnya membahas fungsi, tugas dan tanggung jawab pengurus kelompok serta
kewajiban dan hak baik pengurus maupun anggota.
2. Administrasi. Memberikan motivasi kepada anggota agar dapat menabung dalam rangka
pengadaan buku-buku administrasi umum dan keuangan bagi dokumentasi kegiatan kelompok.
Perangkat administrasi yang ada pada masing-masing kelompok :
Buku Daftar Anggota
Buku Kehadiran anggota
Buku Simpan Pinjam
Buku Tamu
Buku Notulen Rapat
Buku Kas
Buku Induk
Buku Bank
3. Permodalan. Kegiatan pendampingan yang dilakukan memberikan motivasi agar kelompok
menghimpun modal berupa Simpanan Pokok dan Simpanan Wajib Anggota sebagai ikatan bagi
mereka dalam memperkuat kelembagaan kelompok sedangkan pemupukan modal secara
eksternal (dari luar anggota) adalah usaha ekonomi, misalnya pembersihan lahan serta angkat
pasir baik milik anggota kelompok maupun di luar anggota kelompok, dagang kios, usaha
ternak, dan lain-lain.
4. Usaha On Farm, of Farm dan Non-farm. Memotivasi anggota kelompok untuk mampu
menciptakan kegiatan usaha ekonomi sesuai dengan sumberdaya lokal dan potensi yang
dimiliki. Pendekatan yang dilakukan dengan melakukan kegiatan identifikasi minat untuk
mendapatkan masukan tentang minat yang diinginkan anggota kelompok, sehingga akan
menjadi panduan dalam memberikan pelatihan teknis.
5. Akseptasi/Keberlanjutan. Dalam pendekatan pendampingan dilakukan dengan melakukan
pengkaderan tenaga relawan yang berasala dari kelompok atau masyarakat desa setempat.
Tujuannya adalah apabila proyek sudah berakhir maka relawan akan mampu menjadi

106 Bahan Serahan | Pelatihan Penguatan BKM tahun ke 4


pengganti fasilitator untuk mendampingi kelompok yang sudah ada. Disamping itu difasilitasi
untuk membangun jejaring dengan pihak lain diluar kelompok agar pada gilirannya akan
mampu memperkuat kelembagaan kelompok baik dari sisi usaha maupun permodalan.

Bahan Serahan | Pelatihan Penguatan BKM tahun ke 4 107


Semarang, 25 Juli 2006
Membidik Mitra Strategis
Banyak jalan menuju Roma, mungkin itu istilah yang tepat untuk menangkap peluang kemitraan.
Kesempatan untuk melakukan kemitraan dengan berbagai pihak terbuka luas bagi BKM. Bahkan,
pemerintah telah mendorong proses berjalannya kemitraan itu sendiri dengan mengeluarkan
berbagai regulasi yang mengoptimalkan lembaga perbankan nasional maupun BUMN untuk
berperan serta memberikan wadah bagi berjalannya kemitraan. Selama ini pemerintah menilai
bahwa BUMN maupun perbankan dipandang memiliki peran strategis dalam membantu pembinaan
dan pengembangan usaha kecil yang dampaknya adalah mengatasi kemiskinan di masyarakat.

Pihak BUMN dan perbankan sendiri ternyata menyambut baik adanya regulasi pemerintah, seperti
Program Kredit Usaha Mikro Kecil yang menggunakan dana SUP 005 dan Keputusan Menteri BUMN
No. 236 tahun 2003 tentang Program Kemitraan dan Bina Lingkungan (PKBL). Karena, misi mereka
selain membantu usaha kecil yang ada di wilayah kerjanya, juga untuk meningkatkan citra
perusahaan yang mampu mengembangkan mitra binaan di sektor usaha inti maupun non-inti.

Sekarang permasalahannya, sejauh mana BKM peka terhadap iklim kondusif yang diciptakan
pemerintah dengan adanya program kemitraan yang terbuka luas ini. Hal tersebut memerlukan
suatu strategi yang harus dimiliki BKM guna menangkap peluang tersebut. Keberadaan sebuah
program kemitraan sebenarnya oleh BKM sudah menjadi kebutuhan yang tidak bisa dielakkan.
Karena, dalam perkembangannya BKM dituntut untuk mandiri. Sedangkan di sisi lain,
perkembangan jumlah KSM menuntut BKM untuk mencari solusi dalam penambahan modal.

Menggali Potensi dan Menjajaki Kemitraan


Bagaimana kita bisa melakukan kemitraan tanpa mengenal terlebih dulu apa yang kita miliki dan
siapa yang akan kita ajak bermitra, jawabnya tidak akan mungkin. Menggali potensi masyarakat
dan mengenal lebih dulu siapa yang akan kita ajak bermitra adalah penting. Menggali potensi
masyarakat ini dimaksudkan supaya kemitraan tersebut benar-benar tepat sasaran dan dibutuhkan
oleh masyarakat. Jangan sampai terjadi, BKM sudah banyak melakukan kemitraan dengan pihak
luar tetapi tidak dimanfaatkan secara optimal oleh masyarakat karena kurang diminati dan
kurangnya informasi. Sehingga, tidak bisa sesuai dengan tujuan untuk keberlanjutan
penanggulangan kemiskinan.

Seperti yang terjadi di BKM Tlogo Makmur, Semarang. Menurut Tulus Widodo (Koordinator BKM
Tlogo Makmur), BKM ini telah mampu menggali potensi yang bisa dimanfaatkan untuk program
penanggulangan kemiskinan di daerahnya sendiri. Banyaknya tenaga dokter yang ada di Kelurahan
Telogosari merupakan potensi untuk bermitra dengan para dokter, dengan merencanakan
membentuk klinik yang difasilitasi oleh BKM dan kelurahan. Sampai sekarang hasilnya memang
positif, selain bertujuan melayani masyarakatkarena letak Puskesmas yang jauhpihak BKM tidak
perlu mencari mitra di luar kelurahan untuk program penanggulangan kemiskinan. Selain itu
pentingnya informasi dalam forum-forum BKM yang intensif hingga berhasil dan dapat
direalisasikan kepada pihak yang akan memberikan kerjasama. Karena, informasi yang diberikan
oleh pihak-pihak luar yang ingin bermitra biasanya sering disampaikan dalam forum-forum
bersama, karena dianggap lebih efektif dan sasarannya akan lebih luas.

108 Bahan Serahan | Pelatihan Penguatan BKM tahun ke 4


Kuncinya adalah Sosialisasi dan Kepercayaan
Tidak serta merta BKM akan memperoleh mitra yang strategis seperti yang diharapkan. Khususnya
dalam penambahan modal untuk program penanggulangan kemiskinan atau pengembangan KSM.
BKM perlu dikenal terlebih dulu, bukan hanya oleh masyarakat tetapi juga oleh pihak yang akan
bermitra. Dari berbagai pengalaman yang telah dilakukan oleh BKM-BKM yang berhasil melakukan
kemitraan dengan dinas pemerintah, perbankan maupun BUMN, kemitraan diperoleh dari adanya
kesadaran dan semangat pengurus BKM untuk melanjutkan program penanggulangan kemiskinan.

Seperti yang dilakukan BKM Podosugih, Kota Pekalongan. Menurut Bapak Anton (pengurus BKM
Podosugih), hasil kemitraan yang ada selama ini berawal dari sosialisasi terprogram yang dilakukan
BKM. Bahkan, BKM sendiri mempunyai unit khusus yang bertugas untuk bersosialisasi dengan
masyarakat dan selalu hadir di forum RT atau RW sambil mengenalkan BKM dan program-
programnya. Maksud sosialisasi tersebut, agar masyarakat lebih merasa memiliki dan
menumbuhkembangkan BKM. Sehingga, dengan ikatan yang erat antara BKM dan masyarakat,
pihak luar yang ingin mengembangkan potensi di kelurahan akan dapat memanfaatkan BKM
sebagai mitra untuk mengembangkan masyarakat.

Begitu juga yang terjadi di BKM Sari Asih, Kelurahan Padang Sari, Semarang. Walaupun tidak ada
unit khusus untuk melakukan sosialisasi seperti di Podosugih, strategi yang dilakukan BKM ini sama,
yaitu mengenalkan KSM-KSM yang potensial. Cara tersebut lebih efektif, dengan mengadakan pasar
rakyat secara rutin, bekerjasama dengan aparat kelurahan untuk memfasilitasi kegiatan tersebut.
Hasilnya sangat memuaskan. Pasar rakyat tersebut ternyata mampu mencuri perhatian Pertamina
dan BTN yang pada waktu itu memang sedang fokus mencari mitra binaan guna membantu
perbankan dan BUMN menyalurkan pinjaman kepada pengusaha kecil. Langkah yang ditempuh
oleh kedua BKM di atas setidaknya telah memberikan gambaran bahwa sebenarnya sosialisasi
adalah kunci awal untuk meraih kemitraan.

Menurut Pertamina UPMS Jateng dan DIY sebagai salah satu BUMN yang ikut serta
mengembangkan mitra binaan, pihak Pertamina akan menyalurkan pinjaman ke usaha mikro
kepada lembaga yang kegiatannya jelas dan dikenal oleh masyarakat luas. Sehingga, pihak
Pertamina percaya akan kemampuan dari lembaga tersebut untuk mengelola dan mengembangkan
usaha mikro sesuai dengan tujuan bersama, yaitu penanggulangan kemiskinan dan kemanfaatan
bersama.

Selain sosialisasi yang baik, hal lain yang perlu ditindaklanjuti dari kemitraan adalah menjaga
kepercayaan yang diberikan oleh pihak lain. Mungkin ini diperlukan konsistensi dari berbagai pihak.
Baik pengurus maupun masyarakat sebagai pengguna hasil kemitraan. Kegiatan-kegiatan yang
dilakukan juga harus tepat sasaran sesuai dengan keinginan masyarakat, dan sesuai dengan
prosedur dari pihak pemberi mitra. Kemudian juga perlu dilakukan monitoring dan pembinaan KSM.
Dengan adanya monitoring dan pembinaan KSM, resiko dari pemanfaatan dana kemitraan tidak
tepat sasaran akan bisa diminimalisir. Monitoring dan pembinaan ini tidak saja dilakukan oleh BKM.
Sebagian BUMN biasanya memiliki program-program monitoring dan pembinaan yang dilakukan
secara rutin, karena mereka juga bertanggungjawab terhadap dana yang disalurkan tersebut.

Dari kiat-kiat yang ada dalam menangkap peluang kemitraan, sekarang tergantung BKM untuk
mengoptimalkan implementasinya. Mungkin masih banyak cara yang lebih kreatif untuk bisa
memanfaatkan kemitraan dengan pemerintah, perbankan, BUMN atau dengan masyarakat sendiri.
(Haz, Tabloid Swara Mandiri, Edisi 03 Februari Maret 2006, KMW Propinsi Jawa Tengah; nina).


Bahan Serahan | Pelatihan Penguatan BKM tahun ke 4 109
Panduan Memandu Monev Partisipatif
PERKEMBANGAN KSM
Pertemuan Bulanan Internal Satu KSM

Mendiskusikan perkembangan kegiatan KSM


Mendiskusikan perkembangan kondisi kesehatan, pendidikan &
persoalan kehidupan lainnya yang dialami keluarga anggota KSM

Sangat baik jika ada kertas plano dan spidol. Bila tidak tersedia, gunakan alat
bantu diskusi lainnya yang ada.

Peserta
Pertemuan kecil ini sebaiknya dihadiri oleh seluruh anggota keluarga KSM:
suami, istri dan anak. Jadikanlah pertemuan ini sebagai forum silaturrahmi
antar anggota KSM. Di beberapa pertemuan awal, Relawan dapat menjadi
fasilitator/pemandu hingga dirasakan kelompok dapat berdiskusi secara
mandiri. Salah seorang peserta harus ada yang berperan sebagai notulen
pertemuan agar kelompok memiliki catatan perkembangan KSM.

PERKEMBANGAN KEGIATAN KSM


1. Sampaikan tujuan pertemuan. Pastikan semua orang memahami manfaat
kehadirannya di pertemuan ini bagi pengembangan KSM dan
pengembangan kehidupannya ke depan.
2. Jelaskan kepada peserta bahwa kita akan mendiskusikan perkembangan
KSM kita. Ajak peserta untuk bersama-sama mengingat kembali tujuan
dan manfaat yang ingin diperoleh dengan membentuk KSM serta
kegiatan yang direncanakan untuk mencapai tujuan.

KSM seharusnya memiliki dokumen rencana kerja KSM. Dokumen ini


berisi tujuan, manfaat, kegiatan, dsb., yang berkaitan dengan KSM.
Apabila KSM tidak memiliki dokumen perencanaan ini, maka sebaiknya di
pertemuan awal ini mulailah dengan membangun kesepakatan menyusun
rencana kerja KSM. Pandulah kelompok (KSM) untuk menyusun rencana
kerja yang sederhana, yang sekurang-kurangnya memuat (1) tujuan
pendirian KSM; (2) manfaat yang akan diterima anggota; (3) kegiatan-
kegiatan yang dirancang untuk mencapai tujuan; (4) hasil kegiatan; (5)
waktu dan tempat kegiatan; (6) penanggungjawab kegiatan.

110 Bahan Serahan | Pelatihan Penguatan BKM tahun ke 4


3. Diskusikan kegiatan-kegiatan yang berlangsung selama 1 bulan ke
belakang, hasilnya serta hambatan (masalah) yang dialami.
4. Diskusikan mengapa masalah muncul serta tindakan-tindakan yang
diperlukan guna mengatasi masalah sehingga pelaksanaan kegiatan 1
bulan ke depan akan lebih baik lagi.

Perkembangan Hambatan Tindakan yg


Bulan ini Diperlukan

5. Rangkum hasil diskusi dan sampaikan kembali sebagai kesepakatan


tindak lanjut bersama

Diskusi berikutnya adalah diskusi mengenai perkembangan kualitas


kehidupan keluarga anggota KSM. Panduan ini hanya memuat panduan
diskusi mengenai kesehatan dan pendidikan. Jika kelompok merasa perlu
mendiskusikan kesehatan atau pendidikan keluarganya, diskusikan. Jika
tidak, kelompok dapat mengembangkan tema diskusi lainnya sesuai
dengan kondisi kehidupannya seperti persoalan lingkungan, pekerjaan,
dsb. Biarkan saja diskusi mengalir sebagaimana layaknya masyarakat
ngobrol-ngobrol.

MENDISKUSIKAN KEBUTUHAN ATAS KESEHATAN


6. Sampaikan bahwa sekarang kita akan berdiskusi mengenai kondisi
kesehatan keluarga. Jelaskan bahwa masalah kesehatan tidak semata
persoalan pribadi/keluarga. Keluarga lain dapat juga membantu
penyelesaian masalah. Sekurang-kurangnya, dengan saling bercerita, kita
akan dapat memperkuat psikologis kita menghadapi masalah.
7. Minta setiap peserta untuk menceritakan :
Penyakit apa saja yang diderita 1 bulan ke belakang?
Siapa yang menderita penyakit tersebut (suami, istri, balita,
anak, anggota keluarga lainnya)?
Penyakit apa saja yang menular?
Upaya pengobatan yang dilakukan?
8. Diskusikan upaya-upaya pencegahan yang dapat dilakukan keluarga
untuk memperkuat kondisi kesehatan keluarga.
9. Diskusikan upaya-upaya memperkuat kondisi kesehatan yang dapat
dilakukan kelompok (KSM) seperti mengakses layanan penyuluhan
kesehatan, puskesmas, penyemprotan nyamuk demam berdarah, dsb.
10. Sampaikan kembali kesepakatan tindak lanjut bersama.

Bahan Serahan | Pelatihan Penguatan BKM tahun ke 4 111


Jenis Anggota Keluarga Penderita Upaya Upaya
Penya Sua Ist Bali Ana lainn Pengobat Pencegahan
kit mi ri ta k ya an

MENDISKUSIKAN KEBUTUHAN ATAS INFORMASI/PENDIDIKAN


11. Sampaikan bahwa sekarang kita akan berdiskusi mengenai kondisi dan
kebutuhan informasi/pendidikan keluarga. Jelaskan bahwa pendidikan
tidak semata-mata hanya mengenai sekolah. Tetapi lebih luas dari itu
adalah informasi pengembangan kualitas hidup seperti pengetahuan
tentang hidup bersih dan sehat, pengetahuan keagamaan, informasi
hiburan, informasi kegiatan sosial dan kepemerintahan, dsb.

Kelompok juga dapat mendiskusikan perkembangan sekolah (proses


belajar) anak-anak. Bisa saja, misalnya, persoalan anak yang malas
belajar karena lebih sering menghabiskan waktunya main atau nonton
permainan PS yang ada di dekat rumah. Atau persoalan-persoalan terkait
biaya pendidikan seperti SPP, beli buku, transport, dsb. Persoalan-
persoalan ini dibicarakan bersama, dicari solusinya bersama.

12. Galilah kebutuhan-kebutuhan informasi masing-masing peserta.


13. Diskusikan potensi-potensi yang ada di sekitar masyarakat untuk dapat
memenuhi kebutuhan pendidikan di atas.
14. Sepakati kebutuhan yang menjadi prioritas 1 bulan ke depan serta
tindakan-tindakan yang diperlukan untuk memenuhi kebutuhan.

Kebutuhan Potensi Tindakan yg


Pendidikan Diperlukan

15. Sampaikan kembali kesepakatan tindak lanjut bersama.

112 Bahan Serahan | Pelatihan Penguatan BKM tahun ke 4


Pertemuan 3 Bulanan KSM

Mendiskusikan perkembangan kegiatan KSM


Mendiskusikan perkembangan kondisi kesehatan, pendidikan dan
persoalan kehidupan lainnya yang dialami keluarga anggota KSM dan
warga sekitar.

Sangat baik jika ada kertas plano dan spidol. Bila tidak tersedia, gunakan
alat bantu diskusi lainnya yang ada.

Peserta
Pertemuan ini merupakan pertemuan antar-KSM yang berada di
RW/dusun yang sama. Pertemuan ini sebaiknya dihadiri oleh seluruh
anggota keluarga KSM: suami, istri dan anak. Jadikanlah pertemuan ini
sebagai forum silaturrahmi antaranggota KSM. Pertemuan juga dihadiri
oleh anggota BKM, unit pengelola, relawan, warga masyarakat
sekitar, dan pimpinan masyarakat setempat.

Pertemuan sebaiknya juga mengundang pihak-pihak yang dapat menjadi


narasumber diskusi seperti petugas kesehatan (bidan, dokter, penyuluh
kesehatan, dsb), petugas pendidikan (guru, penilik sekolah, dinas
pendidikan, dsb), penyuluh pertanian (jika sekiranya akan mendiskusikan
persoalan pertanian), penyuluh kehutanan (jika sekiranya akan
mendiskusikan persoalan kehutanan), dsb.

Relawan atau anggota BKM dapat menjadi fasilitator/pemandu


pertemuan. Jangan lupa untuk menyiapkan notulensi pertemuan.

PERKEMBANGAN KEGIATAN KSM


1. Sampaikan tujuan pertemuan. Pastikan semua orang memahami
manfaat kehadirannya di pertemuan ini bagi pengembangan KSM dan
pengembangan kehidupan warga keseluruhan ke depan.
2. Jelaskan kembali mengenai konsep KSM yang ingin dibangun di
masyarakat.

KSM merupakan upaya membantu masyarakat menanggulangi


kemiskinan melalui peningkatan keberdayaan institusi masyarakat di
tingkat lokal. Peningkatan pendapatan masyarakat dapat menjadi
entry point pengembangan KSM. Namun KSM bukanlah semata-mata
kelompok peminjam (sekedar berorientasi ekonomi) dengan
memanfaatkan dana BLM. Lebih dari itu KSM merupakan kelompok
pemberdayaan. Bisa dikatakan KSM menjadi wadah bagi tumbuhnya
rasa percaya diri, semangat kemandirian, saling kepercayaan sosial,
rasa kebersamaan dan lain-lain. Nilai-nilai ini yang dipercaya dapat
membantu masyarakat menanggulangi kemiskinan. (selengkapnya


Bahan Serahan | Pelatihan Penguatan BKM tahun ke 4 113
mengenai KSM dapat dilihat di Modul KSM)
3. Persilahkan masing-masing KSM untuk menceritakan perkembangan
KSM-nya selama 3 bulan ke belakang, hasilnya, hambatan yang
dialami, tindakan-tindakan yang dilakukan mengatasi hambatan, dan
perkembangan KSM sejak awal tahun hingga saat ini.

Perkembangan KSM
Tindakan
Perkembangan
Kegiatan 3 Hambatan yg
awal tahun
bulan lalu Dilakukan
hingga saat ini

4. Fasilitator/pemandu menuliskan presentasi ini di kertas plano.


Ingatkan peserta untuk mencatat masukan-masukan yang akan
diberikan kepada KSM.
5. Setelah semua selesai presentasi, tampilkan semua hasil presentasi
sehingga dapat dibaca oleh semua peserta. Beri kesempatan kepada
peserta yang ingin memberi masukan kepada KSM.
6. Dorong proses saling berbagi, saling belajar diantara peserta hingga
rencana tindak lanjut bersama.

Diskusi berikutnya adalah diskusi mengenai perkembangan kualitas


kehidupan keluarga anggota KSM dan warga sekitar. Panduan ini
hanya memuat panduan diskusi mengenai kesehatan dan pendidikan.
Jika kelompok merasa perlu mendiskusikan kesehatan atau pendidikan
keluarganya, diskusikan. Jika tidak, kelompok dapat mengembangkan
tema diskusi lainnya sesuai dengan kondisi kehidupannya seperti
persoalan kenaikan harga bahan kebutuhan pokok, kenaikan ongkos
transportasi, persoalan lingkungan, pekerjaan, dsb. Biarkan saja
diskusi mengalir sebagaimana layaknya masyarakat ngobrol-ngobrol.

PERKEMBANGAN KONDISI KESEHATAN


7. Sampaikan bahwa sekarang kita akan berdiskusi mengenai kondisi
kesehatan keluarga dan kesehatan lingkungan 3 bulan terakhir.
8. Gali pendapat dari peserta mengenai:
Penyakit yang banyak diderita oleh laki-laki dewasa?
Penyakit yang banyak diderita oleh perempuan dewasa?
Penyakit yang banyak diderita oleh balita?
Penyakit yang banyak diderita oleh anak-anak?
Penyakit apa saja yang menular?
Upaya pengobatan yang dilakukan?
9. Diskusikan, apakah ada hubungan antara penyakit-penyakit tersebut
dengan kondisi lingkungan.
10. Persilahkan petugas kesehatan untuk memberikan masukan informasi
dan pengetahuan mengenai kesehatan keluarga dan lingkungan.

114 Bahan Serahan | Pelatihan Penguatan BKM tahun ke 4


11. Diskusikan upaya-upaya pencegahan yang dapat dilakukan untuk
memperbaiki kondisi lingkungan.
12. Sampaikan kembali kesepakatan tindak lanjut bersama.

PERKEMBANGAN KONDISI PENDIDIKAN


13. Sampaikan bahwa sekarang kita akan berdiskusi mengenai kondisi
dan kebutuhan pendidikan keluarga. Jelaskan bahwa pendidikan
tidak semata-mata hanya mengenai sekolah. Tetapi lebih luas dari itu
adalah pendidikan pengembangan kualitas hidup seperti
pengetahuan tentang hidup bersih dan sehat, pengetahuan
keagamaan, informasi hiburan, informasi kegiatan sosial dan
kepemerintahan, dsb.
14. Galilah kebutuhan-kebutuhan pendidikan masing-masing KSM yang
selama ini belum mampu diselesaikan sendiri oleh KSM, misalnya
kebutuhan biaya sekolah, buku sekolah, kebutuhan keterampilan
pertanian, dsb.

Diskusi dapat juga dimulai dengan persoalan-persoalan aktual


pendidikan di lingkungan warga seperti ada beberapa anak putus
sekolah karena tidak punya biaya, gedung-gedung sekolah yang rusak,
beberapa orang masih tidak bisa baca tulis, dsb. Persoalan-persoalan
ini dibicarakan bersama, dicari solusinya bersama.

15. Diskusikan potensi-potensi yang ada di sekitar masyarakat untuk


dapat memenuhi kebutuhan pendidikan di atas.
16. Persilahkan pihak-pihak penyedia layanan pendidikan untuk memberi
masukan.
17. Sepakati kebutuhan pengembangan pendidikan masyarakat yang
menjadi prioritas 3 bulan ke depan serta tindakan-tindakan yang
diperlukan untuk memenuhi kebutuhan.

Kebutuhan Potensi Tindakan yg


Pendidikan Diperlukan

18. Sampaikan kembali kesepakatan tindak lanjut bersama.

Bahan Serahan | Pelatihan Penguatan BKM tahun ke 4 115


Belajar dari Pengalaman

Proses pembelajaran yang dipakai adalah belajar dari pengalaman atau seringkali disebut sebagai
pengalaman berstruktur. Cara ini dipakai agar dalam proses belajar tersebut , warga belajar terbiasa
untuk menganalisa persoalan dan kebutuhan hidupnya agar menjadi manusia yang kritis.

Proses belajar dari pengalaman dapat digambarkan sebagai berikut :

DAUR BELAJAR ORANG DEWASA

1. Melakukan atau
Mengalami

5. Menerapkan 2. Mengungkapkan

4. Menyimpulkan 3. Mengolah atau


menganalisis

Mengalami atau Melakukan


Seseorang akan mendapatkan pengetahuan melalui apa yang dia lakukan berdasarkan pengalaman
pengalaman yang dialaminya. Akan tetapi bisa juga pengetahuan itu didapat dari apa yang dialami oleh
orang lain. Proses pertukaran pengalaman dan pengetahuan akan terjadi kalau dia antara warga saling
bertukar informasi melalui berbagai kegiatan salah satunya bisa dilakukan dalam belajar.

Mengungkapkan
Pada proses belajar bersama dalam kegiatan belajar di BKM/LKM, UP & relawan, para warga belajar
diajak untuk mengungkapkan pengetahuan dan pengalaman yang dimilikinya.

Mengolah atau Menganalisis

116 Bahan Serahan | Pelatihan Penguatan BKM tahun ke 4


Dalam proses ini anggota BKM/LKM, UP & relawan, diajak untuk menemukan pola dengan mengkaji
sebab sebab dan kaitan kaitan permasalahan yang dialami tersebut yakni tatanan, aturan aturan,
sistem , sikap dan perilaku yang menjadi akar persoalan.

Menyimpulkan
Anggota BKM/LKM, UP & relawan diajak untuk merumuskan makna dari pengalaman dan kondisi
kehidupan yang dialami tersebut sebagai suatu pelajaran dan pemahaman atau pengetahuan baru yang
lebih utuh, berupa prinsip prinsip atau kesimpulan umum (generalisasi) dari hasil pengkajian atas
pengalaman tersebut.

Penerapan
Anggota BKM/LKM, UP & relawan diajak untuk merumuskan dan merencanakan tindakan tindakan
baru yang lebih baik berdasarkan hasil pemahaman atau pengertian baru tersebut, sehingga sangat
memungkinkan untuk menciptakan kenyataan kenyataan baru yang lebih baik. Proses pengalaman
belumlah lengkap, sebelum pemahaman baru penemuan baru tersebut dilaksanakan dan diuji dalam
perilaku yang sesungguhnya. Tahap inilah bagian yang bersifat uji coba.

Setiap orang sering melalui tahapan yang berbeda beda dalam proses belajar, ada yang belajar dimulai
dari pengalaman nyata, ada yang mulai dari pengamatan, dan seterusnya. Untuk kelompok anak anak
apabila pengalaman ini belum didapatkan proses mengalami bisa dilakukan melalui berbagai kegiatan
yang dirancang khusus misalnya melalui permainan, menanam tumbuh tumbuhan dalam pot, atau
kegiatan lainnya dan setelah itu mereka diajak untuk mengamati kegiatan bersama sama.

Tahapan Kegiatan Belajar

Kegiatan belajar dalam BKM/LKM, UP & relawan dapat dimulai dari proses identifikasi kebutuhan,
perencanaan proses belajar, pelaksanaan kegiatan belajar , penilaian perkembangan belajar dan
penerapan hasil belajar dalam kehidupan sehari hari.

Proses tersebut dapat digambarkan sebagai berikut :

Perubahan Sosial

Identifikasi
Kebutuhan
Partisipasi Masyarakat Belajar

Penilaian Rencana
Perkembangan Proses
Belajar Belajar

Pelaksanaan
Kegiatan
Belajar


Bahan Serahan | Pelatihan Penguatan BKM tahun ke 4 117
Identifikasi Kebutuhan Belajar :
Sebelum memulai proses pembelajaran, kita terlebih dahulu harus mengetahui apa yang ingin dipelajari
oleh anggota BKM/LKM, UP & relawan hal ini disebut dengan identifikasi kebutuhan belajar. Kebutuhan
belajar ini biasanya berkaitan dengan kebutuhan pemecahan masalah yang dihadapi oleh anggota
kelompok yang semestinya sudah bisa diperkirakan dari sejak refleksi kemiskinan, misalnya ada
kelompok buta aksara, ada kelompok yang harus menambah pengetahuannya mengenai kesehatan, ada
kelompok yang membutuhkan tambahan pengetahuan dan keterampilan membuat kue, cara menghitung
biaya untuk berjualan dan sebagainya. Harus diperhatikan bahwa setiap anggota mempunyai kebutuhan
yang berbeda beda, tetapi biar bagaimanapun pasti ada beberapa anggota yang mempunyai kebutuhan
dan harapan harapan yang sama dan bisa dijadikan satu kelompok.

Perencanaan Proses Belajar


Setelah kebutuhan belajar ditemukan dan disepakati bersama, tahap selanjutnya adalah membuat proses
perencanaan yang kita sebut dengan rencana belajar. Rencana belajar adalah langkah demi langkah
bagaimana kegiatan belajar akan dilakukan. Rencana ini merupakan panduan bagi pengelola BKM/LKM,
UP & relawan dan relawan relawan yang akan membantu proses belajar anggota kelompok . langkah
demi langkah bagaimana kegiatan belajar akan dilakukan. Sedangkan bagi anggota BKM/LKM, UP &
relawan rencana ini merupakan gambaran bagi mereka bagaimana proses belajar akan dilalui dan
dijalankan, sehingga mereka tahu apa yang akan mereka alami dalam proses belajar. Usahakan
penyusunan rencana belajar ini dilakukan bersama sama anggota kelompok, bukan hanya disusun oleh
Koordinator BKM/LKM, UP & relawan.

Pelaksanaan Kegiatan Belajar


Bagaimana proses belajar dilaksanakan?. Pada umumnya dalam pelaksanaan kegiatan belajar , warga
belajar hanya dianggap sebagai orang yang akan menerima pengetahuan dari pihak luar (guru,
instruktur, atau yang lainnya). Dalam kasus kasus pembelajaran tersebut pihak pengajar lah yang
lebih banyak memberikan arahan arahan, penjelasan penjelasan dan bicara lebih banyak. Warga
belajar hanya menjadi pendengar, sehingga tidak banyak memperoleh kesempatan untuk bertanya atau
mengemukakan pendapatnya.
Kenyataannya warga belajar juga sebetulnya mempunyai pengetahuan dan pengalaman masing masing
yang bisa dibagikan kepada yang lainnya, oleh karena itu berkembanglah proses pembelajaran
partisipatif. Dalam proses pembelajaran partisipatif warga belajar diberi kesempatan untuk
mengemukakan pendapat , bertanya dan tukar pengalaman melalui proses proses dialog dalam diskusi
kelompok, tanya jawab , presentasi dan cara cara lainnya. Dengan memberikan kesempatan kepada
warga belajar untuk mengemukakan pendapat dan pengalamannya , biasanya proses pembelajaran akan
lebih efektif.

Penilaian Perkembangan Belajar


Proses belajar bersama BKM/LKM, UP & relawan bukanlah proses yang hanya terjadi satu kali, akan
tetapi berjalan secara menerus dalam kurun waktu tertentu berdasarkan kesepakatan bersama. Untuk
mengetahui apakah proses belajar yang dilakukan bermanfaat dan sesuai dengan kebutuhan serta
harapan peserta, kita harus mengetahui perkembangan kemajuan warga belajar setiap kelompok
/anggota BKM/LKM, UP & relawan.
Mengukur atau mengetahui perkembangan kemajuan, baik menyangkut kemajuan belajar warga maupun
kemajuan cara cara kita memfasilitasi proses belajar dengan cara yang runtut biasa disebut evaluasi
atau penilaian. Penilaian ini bisa dilakukan pada saat proses belajar sedang berlangsung, setelah proses
selesai dengan cara cara formal maupun informal. Penilaian menyangkut kepada : 1) Apa saja yang
berhasil dan faktor apa yang menyebabkan berhasil; 2) Apa saja yang gagal dan faktor apa yang
menyebabkan kegagalan? Dan 3) Proses perubahan apa yang terjadi pada warga belajar?.

118 Bahan Serahan | Pelatihan Penguatan BKM tahun ke 4


Identifikasi Kebutuhan Belajar
(Diadaptasi dari Membangun Masyarakat Pembelajar UNESCO & SPPM)

Pada proses awal pengembangan BKM/LKM, UP & relawan, kita harus memastikan adanya anggota
anggota yang berminat untuk mengikuti kegiatan. Untuk menjaring anggota tentu saja keberadaan
BKM/LKM, UP & relawan harus diinformasikan kepada warga masyarakat sehingga siapapun bisa
menjadi anggota dan dapat belajar bersama sama di dalam BKM/LKM, UP & relawan, baik perempuan
maupun laki laki, dewasa maupun anak anak.

Setelah terjaring anggota, undanglah mereka dalam pertemuan untuk menentukan kebutuhan belajar
apa untuk masing masing anggota yang berhubungan dengan masalah masalah kesejahteraan
keluarga seperti pendidikan, kesehatan, ekonomi, lingkungan dan sebagainya. Hal ini penting untuk
mengetahui apa sebenarnya masalah masalah, kebutuhan kebutuhan serta yang mereka harapkan
dari kegiatan belajar dari para anggota. Selain hal tersebut, penting pula untuk diketahui kemampuan
keaksaraan, tingkat pendidikan dan kondisi kondisi lainnya dari anggota . Dengan mengetahui hal hal
tersebut, maka kita akan dengan mudah menentukan dan merancang materi materi belajar untuk
masing masing kelompok.

Identifikasi kebutuhan belajar dilakukan untuk mengetahui masalah dan kebutuhan warga belajar
sehingga kegiatan pembelajaran yang dilakukan kemudian lebih efektif.

Proses pembelajaran bersama masyarakat akan efektif bila :


Materi yang dipelajari sesuai dengan minat dan kebutuhan hidup sehari hari
Materi yang dipelajari menyelesaikan masalah paling penting dalam hidup warga
Materi atau pengetahuan baru agar bisa langsung dipraktekan masyarakat.

Cara Identifikasi Kebutuhan Belajar

Daftar masalah, kebutuhan dan tingkat kemampuan warga belajar ternyata banyak dan beragam.
Biasanya akan terjadi kesulitan bagi kita untuk menyusun materi belajar yang bisa merangkum seluruh
harapan anggota. Diskusi bersama untuk menentukan kebutuhan belajar bisa dilakukan dengan
mendaftar kebutuhan masing masing. Apabila anggota BKM/LKM, UP & relawan relatif banyak (lebih
dari 10 orang), di dalam pertemuan mintalah anggota BKM/LKM, UP & relawan untuk berkelompok dan
mendiskusikan dan memilih kebutuhan belajar. Setelah selesai diskusi dalam kelompok kemudian bahas
bersama apakah ada kebutuhan yang sama dari setiap kelompok ataukah ada yang berbeda. Buatlah
tabel untuk memudahkan diskusi dan mendapatkan daftar kebutuhan belajar.

Masalah Keluarga Kebutuhan Belajar Kelompok Yang Membutuhkan


Kalau musim hujan Pencegahan terhadap Ibu ibu dan bapak bapak
terjadi wabah diare diare
Pengobatan

Ibu ibu tidak bisa Belajar aksara Ibu ibu


baca tulis
dsb


Bahan Serahan | Pelatihan Penguatan BKM tahun ke 4 119
Memprioritaskan Kebutuhan Belajar

Dalam identifikasi kebutuhan, pastinya akan banyak sekali kebutuhan yang muncul dan tidak semuanya
bisa dibahas dalam proses belajar yang akan dilaksanakan. Biasanya tidak semua kebutuhan satu
kelompok merupakan kebutuhan kelompok lainnya. Kadang kadang ada kebutuhan yang dirasakan
sama oleh beberapa anggota kelompok sekaligus. Buatlah prioritas kebutuhan belajar bersama sama,
para anggota lah yang mempertimbangkan, menyeleksi dan menentukan kebutuhan kebutuhan
tersebut.

Seluruh masalah yang sudah diseleksi bisa dibagi ke dalam 2 kelompok besar, yaitu masalah masalah
strategis dan masalah masalah praktis. Masalah strategis adalah masalah yang membutuhkan
pemecahan jangka panjang. Masalah praktis adalah masalah masalah yang mendesak, serta
membutuhkan penanganan jangka pendek untuk memecahkannya.

Contoh ;

Daftar Masalah Strategis Daftar Masalah Praktis


Tidak Punya usaha sampingan Kesehatan anak tidak baik
Perempuan tidak punya suara di desa/kelurahan Hama padi tidak bisa dikendalikan
Tingginya pengangguran Banyak ibu meninggal sewaktu melahirkan
Jalan desa rusak Anak anak muda tidak hormat kepada orang
tua
Harga pupuk dan bibit padi terlalu mahal Jumlah anak terlalu banyak

Dari hasil identifikasi di atas, kemudian kita bisa menentukan materi pembelajaran apa yang diperlukan.
Buatlah daftar materi belajar yang diperlukan dan siapa saja yang membutuhkan materi belajar tersebut.

120 Bahan Serahan | Pelatihan Penguatan BKM tahun ke 4


Menilai Proses dan Hasil Belajar
Kita harus mengetahui perkembangan kemajuan warga belajar yang kita dampingi dan kita juga harus
meningkatkan cara cara kita memfasilitasi.

Menilai proses dan hasil belajar diperlukan untuk :


Mengidentifikasi peningkatan pengetahuan, sikap dan perilaku warga belajar sesuai dengan
tujuan belajar yang sudah ditetapkan
Mengidentifikasi masalah masalah yang terkait dengan strategi kita dalam memfasilitasi proses
pembelajaran.
Mengidentifikasi kebutuhan kebutuhan belajar baru yang belum diprogramkan
Memperbaiki atau memodifikasi alat dan bahan bahan belajar
Mengidentifikasi dan merancang kegiatan pembelajaran berikutnya sesuai dengan kebutuhan
terbaru warga belajar

Penilaian bisa dilakukan dengan cara cara formal seperti tes atau penugasan, tetapi juga bisa dilakukan
dengan memberikan pertanyaan pertanyaan, obrolan dan mengamati kegiatan warga belajar.

Penitng diperhatikan :

Secara alamiah, warga belajar akan melakukan penilaian sendiri atas proses belajar yang
dilakukannya, dan secara alamiah pula mereka memutuskan sendiri tentang apa yang akan
mereka hasilkan berikut tindak lanjutnya.
Warga belajar lebih mengetahui potensi dirinya
Yang kita nilai bukan hanya keberhasilan atau kegagalannya, tetapi terutama hdala proses
perubahannya.

Apa yang Dinilai?

Sebelum menilai, kita harus memeriksa kembali catatan mengenai kebutuhan dan alasan alasan
mengenai warga ikut dalam kegiatan BKM/LKM. Biasanya kita akan mendapatkan beragam alasan dan
kebutuhan warga belajar , misalnya :
Ingin dapat memahami, mebaca dan menulis tentang cara cara penularan penyakit muntaber
Ingin dapat memahami, membaca dan menulis tentang cara cara penularan penyakit muntaber
Ingin mengetahui cara cara pengendalian hama
Ingin mengetahui kesehatan reproduksi
Ingin mengetahui hak hak perempuan dalam pembangunan desa/kelurahan
Dan sebagainya.

Alasan alasan yang dikemukakan oleh warga belajar adalah landasan utama kita dalam merancang
penilaian. Dengan kata lain, penilaian kita tidak berlandaskan kepada apa yang kita mau atau apa tujuan
program, tetapi terutama didasarkan pada keinginan dan kebutuhan warga belajar.

Pada umumnya, penilaian kita harus meliputi beberapa aspek :


Bahan Serahan | Pelatihan Penguatan BKM tahun ke 4 121
Keterampilan baca, tulis dan hitung : yang dinilai apakah warga belajar dapat membaca materi
yang dipelajari misal : membaca petunjuk mengenai makanan tambahan bagi bayi.
Kemampuan menganalisis masalah : yang dinilai apakah warga belajar dapat menjelaskan
hubungan sebab akibat dari masalah. Misalnya : bisa menjelaskan mengapa banyak orang tidak
memberikan makanan tambahan bagi bayi, apa akibat-akibatnya dan lain lain.
Perubahan perubahan sikap dan perilaku : yang dinilai adalah sejauh mana pengetahuan dan
sikap warga mengenai topik belajar meningkat, dan bagaimana warga menerapkan apa yang
dipelajarinya dalam kehidupan sehari hari .
Proses pembelajaran : yang dinilai adalah apakah warga belajar hadir penuh, merasa nyaman
mengikuti kegiatan, apakah media yang kita gunakan sudah tepat dan lain lain.

122 Bahan Serahan | Pelatihan Penguatan BKM tahun ke 4


www.p2kp.org l www.pnpm-perkotaan.org

Program
Nasional
Pemberdayaan
Masyarakat (PNPM)
Mandiri
Perkotaan

KANTOR PUSAT

Jl. Pattimura No. 20, Kebayoran Baru,


Jakarta Selatan, Indonesia - 12110
KANTOR PROYEK

Jl. Penjernihan 1, No.19F, Pejompongan,


Jakarta Pusat, Indonesia - 10210
SEKRETARIAT TP PNPM MANDIRI
www.pnpm-mandiri.org
PENGADUAN
P.O. Box 2222 JKPMT
SMS : 0817 148 048
e-mail : ppm@pnpm-perkotaan.org

Anda mungkin juga menyukai