1. Pertama dan paling utama adalah sifat ikhlas, sebab tanpa keikhlasan segala amal usaha
akan sia-sia.
2. Harus dapat memperkirakan besarnya tugas yang akan diemban sehingga dapat
memberikan perhatian secara proporsional dengan tetap mengharapkan balasan-Nya yang
agung.
3. Bersikap bijak dan hati-hati dalam memilih metode pendekatan, memberi nasihat yang
baik dan beragumentasi dengan ahsan cara yang terbaik.
4. Bersikap lembut dan berakhlak mulia;penyabar, dapat menahan diri (tidak emosional),
dan terhadap segala di jalan dakwah, perhitungannya langsung diserahkan kepada Allah swt.
Demikian ini, karena meneladani Rasulullah saw. dan orang-orang yang mengikutinya.
5. Hendaknya memiliki pengetahuan yang komprehensif tentang masyarakat tempat aktivitas
dakwahnya berlangsung. Mengetahui segala permasalahan dan aliran yang berkembang di
tengah-tengahnya dan berusaha mengetahui lebih banyak tentang orang yang didakwahi.
6. Dai harus memiliki pemahaman agama yang mendalam dan senantiasa menimba ilmu
agar pemberiannya dapat sempurna.
7. Hendaklah mengkaji sirah Rasulullah saw. dan sahabat-sahabatnya yang mulia, juga
mangkaji Tarikh Islam secara mendalam agar dapat dijadikan bekal dan bantuan ketika ada
permasalahan di jalan dakwah. Demikianlah sikap para pelopor dakwah pendahulu kita.
8. Hendaklah menghafal Al Quran sesuai dengan kemampuan agar dapat digunakan sebagai
dasar-dasar dalam dakwahnya. Bahkan metode penceritaan Al Quran mempunyai kesan
yang sangat kuat dalam jiwa manusia.
9. Dalam pembicaraannya jangan hanya bermuatan rasional, tetapi harus dipadukan dengan
muatan emosional, karena sentuhan terhadap unsur emosi dapat mempersiapkan jiwa
manusia menerima apa yang diterima oleh akal, bahkan kesannya lebih mendalam.
Jika Allah memberikan hidayah kepada seorang saja lantaran dakwahnya, nilainya lebih
baik daripada humurun naanm onta merah
Terhadap sesama manusia, jadilah kalian laksana pohon, mereka melemparinya dengan
batu tetapi pohon itu malah membalas lemparan mereka dengan pohon.
(Hasan Al-Banna)
TIPS MENTORING SUKSES
Before Action
Kalau tujuan mentoring seperti itu, maka perubahan yang harus kita lakukan terhadap
peserta adalah perubahan perilaku, akhlak, dan fikrah keIslamannya. Artinya, kita harus
mempersiapkan kekuatan maknawiyah (keimanan) sebelum terjun ke medan perang tarbawi
ini. Biasakan untuk mengawali persiapan dengan tilawah agar perkataan kita diberi bobot
oleh Allah SWT, karena Allah Yang Maha Membolak-balik hati hamba-hamba-Nya. Juga
jangan lupa shalat malam sehari sebelumnya. Mudah-mudahan dengan persiapan ruhiyah
yang cukup, lidah kita tidak kelu saat member mentoring.
Terus apalagi persiapannya?
Persiapan materi. Brother, ingatlah bahwa seluruh ucapan kita harus berlandaskan dengan
ilmu. Bobot perkataan kita juga akan bernilai jika didasari dengan referensi-referensi Ilahiyah
dan pemikiran para pakar-pakar dakwah. Mungkin buku panduan Mentoring yang
diterbitkan Badan Pelaksana Mentoring dapat menjadi entri poin rekan-rekan dalam
memberikan materi. Tapi lebih bagus lagi kalau referensi yang disarankan juga rekan-rekan
baca.
Tapi jangan lupa, jadilah mentor yang menyenangkan, jangan terkesan menggurui.
Tips lainnya? Supaya persaudaraan kita dengan adik mentor tambah erat, sudah selayaknya
sebelum mentoring kita mengingatkan adik-adik mente untuk datang pada saat mentoring.
Jika ternyata adik mente beralasan tidak bisa hadir, maka pastikan alasannya syari. dan tetap
berikan simpati yang baik sambil tetap memberikan tausiyah yang memperkokoh ikatan
persaudaraan dengannya.
At The battle
3. Lakukan warming up (kalau memungkinkan) yaitu dengan game, serta harapan dan target
capaian selama mentoring
4. Lakukan review materi sebelumnya, jawab pertanyaan jika ada yang bertanya.
6. Selalu ingatkan adik agar bersyukur bahwa kita dilahirkan dalam keadaan Islam, karena
orang Islam akan dijamin masuk surge, bersyukur bahwa kita dilahirkan dalam keadaan sehat
dan ingatkan bahwa beberapa implementasi dari bersyukur adalah ibadah yang benar,
menuntut ilmu dengan benar.
9. Menanyakan hajat satu per satu dan didoakan bersama-sama satu per satu. Misalkan
masalah diniyah, kuliah, keluarga atau keseharian di kampus, bahkan permasalahan remaja
sekalipun (curhat)
10. Pertanyaan cinta karena Allah. Bersalaman-berpelukan kalau perlu
Sebelum berpisah:
1. Ingatkan pertemuan selanjutnya
2. Tegaskan kembali janji atau kesediaan antum untuk membantu adik mente dalam urusan
tertentu (misalnya meminjamkan buku dll), dan
3. Catat keadaan terakhir dirinya (ruhiyah, akademis, keluarga, dll) di catatan pribadi antum,
supaya bisa di follow up atau dibantu mente lainnya. Jika menemukan permasalahan yang
serius atau sulit dipecahkan, silahkan hubungi Badan Pelaksana Mentoring.
4. Tutuplah menutup pertemuan mentoring dengan bersama melafazkan hamdalah,
Membaca istighfar dan Membaca doa penutup majelis
Dalam rangka taliful qulub (menyatukan hati manusia dengan taufiq Allah), kita harus
memperhatikan hal berikut:
a. Menanamkan pada diri mente, bahwa kita menyeru mereka kepada sebuah prinsip nilai,
bukan demi keuntungan pribadi. Tanamkan dalam perasaan mereka bahwa kita tidak
menginginkan sesuatu apapun sebagai balasan dari mereka, tidak pula ucapan terimakasih.
Akan tetapi kita hanya menginginkan agar kebaikan menyertai mereka semua.
b. Memberi kesan kepada mente bahwa kita selalu menaruh perhatian kepadanya dan
menginginkan kebaikan padanya.
c. Tidak bersikap keras meski hanya dengan kata-kata. Al-Quran tidak menyebut kekerasan
kecuali pada dua tempat:
Di tengah peperangan dalam menghadapi musuh
e. Ketika berbicara dengan mente, janganlah merasa tinggi daripadanya dan disesuaikan
dengan posisinya.
h. Hendaknya seorang dai merangsang tekad binaannya agar hatinya terbuka menerima
kebenaran.
i. Hendaklah menjauhi perselisihan dalam masalah fiqh dan meninggalkan debat atau saling
berbangga diri dengan pendapatnya.
Mengenalkan akan diri mereka, agar mereka memahami hakikat keberadaan atau
eksistensi mereka.
Mengenalkan mereka tentang Al Mashiir (akhir perjalanan hidup) yang menanti mereka
di akhirat.
Untuk memperoleh layanan istimewa, berikan pujian tak terduga dan tulus
Berkenalanlah dengannya, ada tiga cara jitu berkenalan dengan orang asing:
Ingat nama seseorang adalah kata yang paling penting di dunia ini bagi si pemilik nama
tersebut
Jadilah pendengar yang baik. Perhatikan apa yang ia katakan. Kesabaran tanpa batas
merupakan syarat mutlak bagi pendengar yang baik. Doronglah orang lain agar berbicara
tentang dirinya.
Usahakan agar berbicara dari sudut pandang minatnya sendiri untuk menemukan apa
yang ia inginkan. Jangan katakan pada lawan bicara apa yang anda inginkan dari percakapan
tersebut. Kalau tahu, ia akan lebih berhati-hati.
Usahakan agar lawan bicara merasa penting. Umpani egonya dan lakukan semua itu
dengan tulus.
Mentoring merupakan salah satu elemen penting yang tidak bisa dipisahkan dari proses
kaderisasi & syiar islam dalam sebuah Lembaga Dakwah Kampus. Sebab, salah satu peran
penting mentoring yakni sebagai ujung tombak rekrutmen & pembinaan. Di LDK Al-Ikhwan
Unpatti proses mentoring ini berlangsung saat mahaiswa muslim menawarkan mata kuliah
agama islam. Selama ini pelaksanaan mentoring merupakan hasil kerja sama antara dosen
pengasuh mata kuliah agama islam dengan LDK Al-Ikhwan Unpatti melalui Bapan Semi
Otom Mentoring Agama Islam.
Jika dikelola dengan baik maka mentoring bisa menjadi lumbung rekrutmen kader yang
sangat masif. Sebab dalam proses Mentoring Agama Islam melibatkan seluruh mahasiswa
muslim yang menawarkan mata kilah agama islam. Hal ini berarti bahwa, semua mahasiswa
muslim Unpatti pasti akan bersentuhan dengan proses mentoring dengan kata lain semua
mahasiswa muslim Unpatti pasti bersentuhan dengan LDK Al-Ikhwan. Akan tetapi peluang
besar untuk merekrut kader ini sejauh belum berjalan maksimal, bahkan terkadar mubazir
dan buang-buang waktu. Hal ini disebabkan orintasi mentor yang melenceng dari makna
mentoring yang sesungguhnya.
Seharunya seorang mentor menjadikan mentoring sebagai sarana nasrul fiqroh islam kepada
mahasiswa muslim, dengan harapan mereka tersibgoh dengan kebaikan. Namun yang terjadi
selama ini, mentor terkesan menjadikan proses mentoring sebagai proses perkuliahan agama
islam yang orintasinya hanya sekedar nilai semata. Seorang mentoring mestinya memahami
bahwa ia adalah juru dakwah (dai) di kampus yang pekerjaan utamanya adalah menyuruh
dan mengajak sebanyak-banyaknya mahasiswa muslim kepada kebaikan. Jadi penekanan
mentor kepada mentee pada nilai harusnya dihilangkan dalam proses mentoring agar peserta
mentoring pun tidak mengikuti mentoring hanya untuk mandapat nilai semata. Mentor
harusnya menanamkan pada diri mentee, bahwa kita menyeru mereka kepada sebuah
prinsip, bukan demi keuntungan pribadi. Tanamkan dalam perasaan mereka bahwa kita
tidak menginginkan sesuatu apapun sebagai balasan dari mereka, tidak pula ucapan
terimakasih. Akan tetapi kita hanya menginginkan agar kebaikan menyertai mereka semua.
Ibarat kita melihat mereka hendak terjerumus ke jurang neraka, maka kita ingin
menyelamatkannya.
Tugas seorang mentor seperti tugas seorang dokter yang akan memberikan obat sesuai
dengan penyakit yang diderita pasiennya. Tidak masuk akan kalau semua pasien diberi obat
yang sama, karena penyakit mereka tentu berbeda-beda satu sama lain.
Perilaku dan keteladanan seorang mentor yang ikhlas akan member pengaruh yang besar
daripada tulisan dan ceramah. Ibarat remote control yang dapat digunakan untuk
memindahkan acara TV dari jarak yang jauh tanpa harus memakai kabel, begitu juga dengan
seorang mentor yang ikhlas dan penuh kasih saying, tidak akan kesulitan memasukkan apa
yang ada dalam hatinya ke dalam hati orang lain.
Jika tatapan mata yang dipenuhi oleh rasa iri dan dengki itu dapat memberikan mudharat,
maka tatapan yang dipenuhi rasa iman dan kasih saying akan menimbulkan cinta keimanan.
Katakanlah, Dialah yang menciptakan kamu dan menjadikan bagi kamu pendengaran,
penglihatan dan hati (QS. Al-Mulk: 23). Saudaraku, karena rahmat Allah lah kita berlaku
lemah lembut terhadap adik-adik kita, sekiranya kita berlaku keras, niscaya mereka akan
menjauh dari kita, dari Islam ini.
Di luar kategori di atas ada yang terang-terangan menolak dan tidak suka terhadap kita, para
penyeru dakwah. Untuk kategori tersebut, kita harus hati-hati dan tetap berhubungan secara
baik padanya. Tunjukkan simpati yang ahsan dari kita untuk member sinar rahmatan lil
alamin dari cahaya Islam.
Murahkan senyum.
Abbas Assisi
METODE PENYAMPAIAN MATERI MENTORING
2. Diskusi, merupakan proses pertukaran pendapat, perasaan dan pengalaman antara dua
orang atau lebih tentang topic tertentu. Dalam metode diskusi terjadi komunikasi dua arah
antara peserta dengan mentor dan antara peserta sendiri.
3. Permaianan peran (role play), merupakan metode latihan yang dimaksudkan untuk
menempatkan seseorang pada situasi tertentu seolah-olah menggambarkan situasi yang
sebenarnya.
4. Studi kasus, pada metode ini peserta dihadapkan pada suatu kasus tertentu dan diberikan
informasi yang diperlukan peserta untuk menilai, mempelajari dan berusaha memecahkan
kasus tersebut.
5. Mengajukan pertanyaan, metode ini untuk menunjang metode ceramah dan diskusi yang
dilakukan.
7. Permainan kelompok (game), pada metode ini peserta diminta mengerjakan suatu bentuk
permainan tertentu yang di dalamnya terdapat konsep materi yang akan disampaikan.
8. Menonton film, merupakan penyampaian materi ke peserta melalui media visual berupa
film yang didalamnya terdapat cerita film atau dokumentari yang berhubungan dengan
materi mentoring.
9. Rihlah, merupakan metode yang dilakukan di alam sekitar (outdoor), untuk mencari
suasan baru dalam menyampaikan materi, sekaligus untuk menjalin ukhuwah.
10. Riyadhoh, metode ini dilakukan untuk meningkatkan jasadiyah peserta dan mentor, yang
didalamnya disisipkan dengan materi mentoring yang berhubungan.
Apapun metode yang dipilih, hal yang harus tetap diperhatikan oleh seorang mentor dalam
menjalankan mentoring adalah: 12
Menggunakan bahasa yang komunikatif (sederhana) dan mudah dipahami peserta
Menggiatkan dan memotivasi daya berpikir peserta dan menciptakan suasana yang
komunikatif (peserta mentor atau peserta peserta).
Konsekuen atas kontrak belajar (kesepakatan kelompok) yang telah disepakati (misalnya
bila terlambat, baik mentor maupun peserta harus ada hukumannya).
Awali pembukaan mentoring dengan salam dan kata-kata pembuka, bisa juga diselingi
dengan menanyakan kabar mente, dll. Kemudian aktivitas mentoring dibuka dengan bacaan
basmalah dan sholawat Nabi
2. Tilawah
Banyak jumlah ayat yang dibaca dapat disesuaikan dengan kondisi dan situasi mente pada
saat itu. Setelah selesai tilawah, ada baiknya mentor mengajak mente untuk mentadaburi satu
atau dua ayat dari keseluruhan ayat yang dibaca.
3. Taujih/Kultum
Taujih/Kultum yang diberikan bisa dari mentor itu sendiri atau bisa juga semisal sampaikan
oleh mente secara bergilir.
4. Materi
Penyampaian materi hendeklah disesuaikan dengan modul yang telah disediakan namun hal
ini tidak berarti mentor hanya menjadikan modul tersebut sebagao satu-satunya referensi.
5. Penutup Akhiri pertemuan, dengan kata-kata penutup. Kemudian terakhir pertemuan
ditutup dengan membaca istighfar, hamdalah, dan doa penutup majelis.
THE GREAT CREATOR
METODE PENDEKATAN
Ceramah dan diskusi
RINCIAN BAHASAN
Makna Ma'rifatullah
Ma'rifatullah berasal dari kala marifah dan Allah. Ma'rifah berarti mengetahui, mengenal.
Mengenal Allah bukan melalui zat Allah tetapi mengenal-Nya lewat tanda-tanda kebesaran-
Nya (ayat-ayatNya).
Pentingnya Mengenal Allah
Seseorang yang mengenal Allah pasti akan tahu tujuan hidupnya (QS 51:56) dan tidak
tertipu oleh dunia.
Marifatullah merupakan ilmu yang tertinggi yang harus difahami manusia (QS 6:122).
Hakikat ilmu adalah memberikan keyakinan kepada yang mendalaminya. Marifatullah
adalah ilmu yang tertinggi sebab jika difahami memberikan keyakinan mendalam.
Memahami Marifatullah juga akan mengeluarkan manusia dari kegelapan kebodohan
kepada cahaya hidayah yang terang [6:122] .
Semua sifat di atas merupakan bibit-bibit kekafiran kepada Allah yang harus dibersihkan dari
hati. Sebab kekafiranlah yang menyebabkan Allah mengunci mati, menutup mata dan telinga
manusia serta menyiksa mereka di neraka (QS 2:6-7)
REFERENSI
Said Hawwa, Allah Jalla Jalaluhu
Aqidah Seorang Muslim 1, Al-Ummah
ALOKASI WAKTU Uraian Waktu
Langkah
Pembukaan Mentor menyampaikan pengantar dan 5
sasaran materi Marifatullah
Diskusi Mentor mengajukan pertanyaan tentang 5
Pendahuluan logika keberadaan Allah
Ceramah Mentor mengurAlkan isi materi 30
Diskusi Mentor menyediakan forum diskusi dan 10
tanya jawab
Penutup Mentor merangkum/menyimpulkan isi 10
materi sekaligus menutup dengan doa
SYUMULIYATUL ISLAM
SASARAN MATERI
Peserta mengetahui pengertian diin menurut Al-Qur'an
Mengetahui perbedaan dienullah dan dien ghoiru dienullah
Mengetahui kesempurnaan ajaran Islam sehingga berusaha mengamalkan dan
mempelajarinya.
METODE PENDEKATAN
Ceramah dan diskusi
RINCIAN BAHASAN
Ad-dien menurut Al-Quran
Dinullah, DienuI Islam [48:28, 61:9] Dienullah dibawa oleh semua Rosul dan nabi untuk
keselamatan manusia. Disebut juga dengan dienul haq (dienus samaawi).
Dinul ghoiru dienullah, bukan dari Allah. Jumlahnya lebih dari satu (QS. 48;28) hasil
rekayasa pikiran manusia, biasa disebut agama budaya (dienul ardli)
Ciri-ciri dinullah/dienus-Samaawi
Bukan tumbuh dari masyarakat, tapi diturunkan untuk masyarakat. Disampaikan oleh
manusia pilihan Allah (utusan-Nya), utusan itu hanya menyampaikan bukan menciptakan.
REFERENSI
Diktat agama IPB, Uts. Didin Hafidhuddin
ALOKASI WAKTU Uraian Waktu
Langkah
Pendahuluan Mentor membuka pertemuan dan 5
menerangkan tujuan materi
Games Mentor memberikan games dan hikmahnya 10
Ceramah Mentor menerangkan isi materi 30
Diskusi Mentor membuka forum diskusi dan tanya 10
jawab
Penutup Mentor menyimpulkan materi dan 5
menutupnya dengan doa
SYAHADATAIN
TUJUAN
Peserta memahami makna dan hakikat dua kalimat syahadah
Peserta mengetahui pengaruh dua kalimat syahadah bagi kehidupan orang mu'min
METODE PENDEKATAN
Ceramah dan diskusi
RINCIAN BAHASAN
Definisi Syahadatain
Syahadatain berarti dua kalimat syahadah. Dua syahadah yang dimaksud adalah syahadah
Uluhiyah dan syahadah risalah.
Syahadah Uluhiyah
Terdiri dari kalimat Laa Ilaaha Illallah. (QS 12:40; 47:19; 7:59; hadist 1; hadist 2)
Jadi, Syahadah Uluhiyah (Laa Ilaaha Illallah) merupakan penolakan terhadap seluruh
bentuk Ilah yang diikuti dengan mengukuhkan Allah saja sebagai satu-satunya Ilah. (QS 14:
24-26; Lih. Fatwa Ibnu Taimiyah).
Jika seseorang memulai dengan menegakkan Laa Ilaaha pada dirinya maka akan tumbuh
Al-Baro. Al-Baro' berarti memusuhi, membenci dan menghancurkan setiap Bentuk Ilah selain
Allah.
Ilah adalah sesuatu yang ditakuti, diharapkan, dicintai, ditaati dan disembah.
Dengan membatalkan semua bentuk Ilah di luar Allah dan mengacuahkannya hanya
untuk Allah, akan tumbuh Al-Wala. Al-Wala' berarti loyalitas, siap memantau perintah Allah
dengan penuh kecintaan dan ketaatan, mengabdi semata-mata kepada Allah dan tidak
bersedia menjalankan perintah siapa pun, kapan pun, dimana pun juga, kecuali itu sesuai
dengan perintah Allah.
Jika seseorang telah memiliki prinsip bahwa tiada yang berhak untuk diabdi kecuali Allah
(Laa ma'buda bihaqqin Illa Allah) barulah dapat dikatakan seorang mukhlisin (orang yang
ikhlas) sejati. Orang-orang yang ikhlas inilah yang tidak akan pernah berhasil digoda oleh
syaithan. (QS 38: 82-83)
Syahadah Risalah
Pengakuan 'persona garata' (orang yang dipercaya) terhadap Rasulullah sebagai duta
Allah bagi alam semesta dan kesiapan untuk menjadikan beliau sebagai 'examplia gratia'
(contoh/uswah) dalam setiap aspek kehidupan. (QS 21:1O7 ; 33:21 ; 68:4) .
Jika seseorang muslim mengakui Nabi SAW sebagai persona garata dan siap
menjadikannya sebagai exampliu gratia maka barulah dikatakan dia berwala' (loyal) kepada
Rasulullah SAW.
Berwala' kepada nabi berarti harus senantiasa ittiba' (mengikuti) kepada beliau dalam
setiap aspek kehidupan. Karena Ittibaur Rasul merupakan bukti kecintaan dan ketaatan
kepada nabi SAW.
Syahadah Uluhiyah dan risalah adalah suatu kesatuan (unity) yang tak dapat dipisahkan.
Seorang muslim tidak dapat menerima hanya satu saja dari kedua syahadah itu. Jika
seseorang hanya menerima syahadah uluhiyah saja berarti dia menjadi ingkar sunnah. Bila
seseorang hanya menerima syahadah risalah saja berarti dia menjadi seorang Mohammedian.
Keduanya tidak diperbolehkan dan bukan bagian dari ummat Islam.
Catatan:
1. Hadist 1: "Siapa yang mati dan dia tahu (meyakini) Laa Ilaaha Illallaah? niscaya dia akan
masuk surga"
2. Hadist 2: "Siapa yang mengatakan bahwa tiada Ilah selain Allah niscaya akan masuk surga
sesuatu dengau amalnya"
3. Fatwa Ibnu Taimiyah: "Tiada kesenangan dan kenikmatan yang sempurna bagi hati kecuali
dalam kecintaan kepaada Allah dan bertaqarrub kepada-Nya dengan mengerjakan apa-apa
yang dicintai-Nya. Kecintaan takkan terjadi kecuali dengan berpaling dari kecintaan kepada
selain-Nya. Inilah hakikat Laa Ilaaha Illallah. Inilah jalan Ibrahim dan semua nabi serta rasul."
REFERENSI
Paket BP Nurul Fikri, Syahadahmu Syahadahku
Muhammad bin Said bin Salim Al-Qathany, Loyalitas Muslim terhadap Islam
Said Al-Qathany, Muhammad bin Abd. Wahhab, Muh. Qutb, Memurnikan Laa Ilaaha
Illallah