DISUSUN OLEH
TIM KADERISASI NURANI FKM UI 19
2019
TIMELINE MENTORING
Mentoring merupakan sebuah model pembinaan generasi muda muslim yang telah tersebar secara luas
di sekolah-sekolah dan di kampus-kampus. Hal ini disebabkan mentoring merupakan bentuk pembinaan
yang memiliki keunggulan-keunggulan di antaranya :
1. Didapatnya pemantauan yang lebih intensif dan melekat dari seorang mentor terhadap
perkembangan kualitas peserta mentoring.
2. Lebih mendalamnya pengenalan terhadap peserta mentoring, sehingga mentor dapat
menerapkan pendekatan secara khusus kepada tiap peserta.
3. Terbangunnya ukhuwah yang lebih kokoh antar peserta mentoring.
4. Lebih dimungkinkannya pembinaan dapat berlangsung secara kontinu.
Karena itu, buku ini dibuat secara khusus untuk membantu pelaksanaan program mentoring di FKM.
Buku ini, disertai pelatihan-pelatihan yang diperlukan bagi peserta mentoring diharapkan akan
meningkatkan kualitas pelaksanaan kegiatan mentoring di FKM.
Karena itu, buku ini sebaiknya hanya dipegang oleh mentor, tidak oleh peserta mentoring. Bila peserta
mentoring membutuhkan bahan bacaan, mentor hendaknya memberikan referensi buku-buku yang
dapat dibaca sesuai referensi yang disebutkan dalam buku ini
PEMBUKAAN MENTORING
1. Mengucap Salam
Hukum dasar mengucap salam dalam Fiqih dasar adalah Sunnah. Namun,
mengawali mentoring dengan pengucapan Salam menjadi hal yang sangat
ditekankan, karena diharapkan hal ini bisa menjadi pemicu akan ketertarikan dan
semangat mentee. Terutama salam dengan diawali dari hati yang tulus dan
dibungkus dengan nada semangat
2. Mukadimah
5. Membaca Al Quran
Mengawali mentoring dengan tilawah menjadi wajib karena ini merupakan salah
satu metode awal tarbiyah. Terkait teknis membaca Al Quran, dapat dilakukan
dengan banyak cara sesuai kondisi mentoring dan output yang ingin dicapai dalam
mentoring saat itu. Metode membaca Al Quran dalam mentoring, dapat dilakukan
dengan banyak cara, di antaranya:
Tilawah Jama’i
Tilawah sendiri-sendiri
7. Menanyakan kabar
Metode yang bisa digunakan untuk menanyakan kabar dalam mentoring dapat
melalui berbagai cara, yaitu :
Tools ini digunakan jika waku sempit dan dapat melatih spontanitas serta
kepekaan akan kabar diri. Namun sebaiknya digunakan jika output hari itu
tidak terlalu mengarah pada ukhuwah. Caranya adalah dengan
menggambarkan 3 kata yang merepresentasikan kabar mentee hari ini,
misalkan “Lelah, Lillah, Semangat!”
Tools mana pun yang digunakan dapat disesuaikan dengan dinamika mentoring dan output
yang diharapkan pada sesi itu. Dari sudut pandang pementor pentingnya poin menanyakan
kabar adalah untuk: (1) menyentuh hati mentee kemudian juga (2) mampu mengarahkan
cara pandang anaknya.
PENYAMPAIAN MATERI
1. Memaparkan Materi
Materi biasa disampaikan 30-40 menit sesuai kurikulum materi. Menjelaskan materi
dengan seru dan memastikan anak mentor tertarik dengan materi yang kita bawa. Hal ini
bisa diimplementasikan dengan memberi motivasi untuk belajar Islam lebih dalam,
memberikan logika sederhana, serta implemantasinya dalam kehidupan. Oia, pastikan
anaknya mencatat materi ya.
Sesi diskusi bisa berlangsung 5 – 15 menit sesuai kebutuhan. Jika ragu untuk menjawab maka bisa
mencatat pertanyaan mereka dan dilempar ke grup formen ataupun ke murobbi langsung. Catatan
Penting:jangan malu untuk bilang tidak tahu untuk hal yang memang belum kita tahu.
PENUTUP MENTORING
1. Membaca Hamdalah
2. Membaca Istighfar
Untuk poin ke-tiga dank ke-empat, sebenarnya terdapat beberapa pandangan apakah
baiknya membaca do’a penutup majelis, atau membaca rabithah dahulu. Yang bisa kami
sampaikan dalam pemilihan urutan di atas, adalah bahwa sunnah yang shahih lebih kami
utamakan sehingga kami letakkan urutannya terlebih dahulu.
BIODATA MENTOR
Nama : ………………………………………………………………………………………….
Alamat : ………………………………………………………………………………………….
………………………………………………………………………………………….
Sebagai seorang muslim, tentu sholat telah menjadi hal yang sering kita lakukan dalam kegiatan
sehari-hari. Mulai dari bangun tidur di waktu subuh, hingga sebelum kita beristirahat di waktu malam
setelah melakukan kegiatan penuh dalam satu hari. Namun tahukah teman-teman rahasia keistimewaan
sholat dibandingkan dengan ibadah-ibadah lainnya?
PENGERTIAN SHALAT
Menurut tata bahasa Arab, Shalat berarti do’a. Sedangkan secara syari’at, menurut mayoritas
ulama ahli fiqih, sholat adalah perkataan dan perbuatan, yang kunci atau pembukanya adalah bersuci,
tahriim (pengharam) nya adalah takbir, dan penghalangnya adalah ucapan salam.
Maksud dari kalimat perkataan dan perbuatan adalah di dalam shalat terdapat bacaan dan ayat
AlQuran dan juga gerakan seperti takbiratul ihram, ruku’, i’tidal, sujud, dan lainnya. Lalu, penjelasan dari
kunci pembukanya adalah bersuci adalah perkataan dan gerakan disebut sebagai ibadah sholat apabila
syarat untuk bersuci atau berwudhu dilaksanakan. Sedangkan maksud dari tahriim (pengharam) sholat
adalah takbir adalah takbir merupakan pembatas dari perbuatan-perbuatan seperti makan, minum,
berbincang, atau gerakan yang bukan gerakan sholat tanpa keperluan. Sedangan maksud dari
penghalalalnya adalah ucapan salam adalah ketika seseorang telah mengucapkan salam di akhir
shalatnya, maka hal-hal yang tadinya haram dilakukan sejak takbiratul ihram menjadi boleh dilakukan
kembali.
Shalat merupakan ibadah yang memiliki kedudukan sangat mulia dan penting di dalam Islam.
Sholat lima waktu diwajibkan bagi setiap Muslim dan Muslimah yang sudah baligh, berakal, sesuai
dengan ketetapan Al-Qur’an, As-Sunnah dan ijma’ para ulama. Kewajiban untuk melaksanakan sholat
lima waktu bukanlah perintah yang main-main dan dapat diremehkan, sebab Rasulullah SAW telah
bersabda:
“Lima shalat yang Allah wajibkan atas hamba-Nya. Barangsiapa yang mengerjakannya dan tidak
menyia-nyiakannya sedikit pun karena menganggap enteng, maka ia memiliki perjanjian dengan Allah
untuk memasukkannya ke dalam Surga. Dan barangsiapa yang tidak mengerjakannya, maka ia tidak
memiliki perjanjian dengan Allah. Jika Allah berkehendak, maka Dia mengadzabnya. Dan jika Dia tidak
berkehendak, maka Dia mengampuninya.” (HR. Malik).
Kewajiban sholat lima waktu ini akan terus ada bagi setiap insan yang telah baligh, berakal, baik
sehat maupun sakit, laki-laki dan perempuan, merdeka maupun hamba sahaya, baik yang mukim
maupun yang musafir dan baik dalam keadaan aman maupun saat perang. Sholat tidak gugur hingga
orang tersebut hilang akalnya atau pada perempuan yang mengalami masa haid maupun nifas.
KEUTAMAAN SHOLAT
Banyak sekali keutamaan-keutamaan yang terdapat dalam perkara sholat. Oleh sebab itu,
mulai dari sekarang mari kita perhatikan lagi tentang sholat kita, lebih menyegerakan diri untuk sholat
tepat waktu, lebih banyak belajar lagi untuk menyempurnakan sholat kita, serta lakukanlah muhasabah
diri apakah kita telah menunaikan hak-hak Allah. Karena sesungguhnya apa yang kita amalkan akan
menjadi pahala untuk diri kita, dan Allah telah menjanjikan Al Falaah bagi hamba-hambanya yang
melaksanakan sholat, yaitu mendapatkan kebahagiaan yang ia inginkan di dunia dan mendapat surga
di akhirat serta diamankan dari yang dikhawatirkan atau kesengsaraan neraka.
Daftar Pustaka:
Rabbani, Abu F. (2018). Sifat Shalat Nabi. Bogor: Media Tarbiyah
Ceramah Agama: Wasiat Nabi Menjaga Sholat (Bagian 1) – Ustadz Sufyan Bafin Zen
https://www.youtube.com/watch?v=R3U70GF-6lY&t=2036s
[Khutbah Jum'at] Jangan Kau Tinggalkan Shalat ! - Ustadz DR Syafiq Riza Basalamah MA
https://www.youtube.com/watch?v=dQgNOQ2Zi0s
Dakwah Sunnah. Perbaikilah Sujud Anda Karena Itulah Keadaan Paling Dekat Dengan Allah. [Online]. Retrieved at
http://dakwahsunnah.com/blog/9-fiqh/60-perbaiki-sujud-anda-karena-itulah-keadaan-paling-dekat-dengan-allah.html
Hakim, Muhammad S. (2018). Keutamaan-keutamaan Ibadah Shalat. [Online]. Retrieved at https://muslim.or.id/43999-
keutamaan-keutamaan-ibadah-shalat.html
MATERI II
MA’RIFATULLAH (MENGENAL ALLAH SWT)
Ternyata, Ma’rifatullah telah dikenalkan kepada kita semua sejak dini lho. Yaitu saat kita bayi. Setiap bayi
yang baru lahir disunnahkan untuk diadzankan dan diiqamahkan.
)إ ِ ْفتَ ُح ْوا َع َلى ِص ْبيَانِكُ ْم َأ َّو َل َك ِل َم ٍة (ال إله إال هللا
Bukalah (bacakanlah) atas bayi-bayi kalian kalimat pertama: ( ال إله إال هللاHR. Hakim)
Pendengaran adalah yang pertama berfungsi; dengan dibacakan adzan dan iqamah maka yang paling
awal didengar adalah kalimat tauhid. Nah, tapi ketika kita dewasa, tidak sedikit dari kita yang memilih
berpaling dari Tauhid yang sudah ditanamkan sejak dini ini. Apakah mengenal Allah cukup dengan
mendengar dan menyebut namaNya saja? Cukupkah bagi kita untuk sekedar tahu bahwa Allah adalah
Tuhan kita?
KEKUATAN DALIL
Dalil dari Ma’rifatullah sangat lengkap dan tidak dapat dibantah lagi:
1. Dalil FITRAH
Buka QS. Ar-Rum 30:30 manusia diciptakan sesuai dengan fitrah (suci, Islam)
Buka QS. Al-A’raf 7:172 karena saat janin sudah ditiupkan ruh, Allah SWT telah
membuat perjanjian akan pengakuan Allah sebagai Robbnya
Rasul SAW bersabda,
َ علَى ا ْل ِف ْط َر ِة َفأَبَ َواهُ ي ُ َه ِودَانِ ِه أ َ ْو يُنَ ِص َرانِ ِه أ َ ْو ي ُ َم ِج
سانِ ِه َ ُ كُ ُّل َم ْولُو ٍد يُولَد
Setiap bayi yang lahir berdasarkan atas fitrah (suci, Islam). Kedua orang tuanyalah yang
menjadikan dia Yahudi, Nasrani, atau Majusi (HR Bukhari-Muslim)
Maka, berdosalah yang menyebabkan fitrah manusia tertutupi
2. Dalil AKAL
Seorang pengembala ditanya tentang bagaimana dia dapat membuktikan bahwa Allah
itu ada?
Maka dia berkata, “Kalau di tanah ada bekas tapak-tapak kaki onta, maka berarti ada
onta yang telah lewat di tanah itu. Bagaimana dengan bekas-bekas ciptaan Allah yang
sangat banyak ini?”
Mudah membuktikannya
Bagaimana mungkin semua alam semesta ini terjadi secara kebetulan?
Hanya Allah semata yang mampu membuat seluruh alam semesta ini, bahkan
sebanyakpun orang tidak dapat membuat apa yang Allah buat ini.
3. Dalil WAHYU
Jika kita buka kembali Al-Qur’an kita dan apabila kata “Allah” atau “Rabb” atau kata
gantiNya ditandai dengan warna merah, maka akan terlihat bahwa setiap halamannya
tidak ada yang luput.
Maka, Allah SWT telah memperkenalkan DiriNya dalam Al-Qur’an demikian banyaknya
Mari kita cek satu ayat saja di Ayat Kursi sudah menyebutkan 10 sifat Allah
Jika kita punya Qur’an yang kata “Allah” atau “Rabb” atau kata gantiNya ditandai dengan
warna merah, maka akan terlihat bahwa setiap halamannya tidak ada yang luput
Dalil ini bahkan yang terkuat dan terbaik dalam mengenal Allah karena Allah Sendiri
yang menyebutkanNya
DEFINISI DAN JENIS-JENIS TAUHID
Tauhid berasal dari َ ت َْوحِ ْيدًا – ي ُ َوحِ د ُ – َو َّحدyang berarti mengesakan Allah SWT, tidak menyekutukan
Allah. Hanya benar-benar memikirkan Allah saja.
Jika diibaratkan pohon keimanan, tauhid ini dapat diibaratkan akar. Untuk menopang pohon yang
kuat dan besar, kita butuh akar dalam menjangkau jauh ke bawah tanah sehingga ia bisa mencari unsur
hara terbaik di sana. Akar ini pun kemudian harus kuat, tidak boleh goyah karena ia menjadi pondasi
yang kokoh untuk menopang besarnya batang dan pohon yang berada di atasnya. Untuk mendapatkan
akar yang kokoh ini, kita harus paham dahulu jenis-jenis tauhid itu sendiri. Tauhid dibagi menjadi 3
macam, yaitu:
1. Tauhid Rububiyah
“Sesungguhnya dalam penciptaan langit dan bumi, dan silih bergantinya malam dan siang
terdapat tanda-tanda bagi orang-orang yang berakal” (QS. Ali Imran 3 : 190)
Tauhid jenis ini dapat didefinisikan sebagai kesaksian bahwa Allah adalah Rabb, ia sebagai
Raja, pencipta makhluk hidup, yang menjaga, mengawasi, dan merubah keadaan mereka. Definisi
lain yaitu kita mentauhidkan Allah dengan perbuatan-perbuatan Allah SWT. Meyakini tauhid
rububiyah, yaitu mengakui bahwa Allah lah yang menciptakan seluruh alam semesta, menghidupkan,
memberikan rizqi dan ujian kepada manusia, dsb. Bahasa mudahnya: dengan tauhid rububiyah, kita
percaya bahwa seluruh jagad raya ini diciptakan, dipelihara, dan diakhiri oleh Allah saja.
Tauhid rububiyah ini sejatinya dimiliki oleh fitrah manusia pada umumnya, baik muslim ataupun
tidak. Sedangkan atheis dan komunis yang mengingkari tauhid rububiyah ini bisa jadi lebih rusak
fitrahnya dibandingkan orang-orang dengan agama lain karena mereka menistakah fitrah ini.
Dalam sebuah kajian tafsir Quran, ada pertanyaan mengapa Allah menurunkan kata rabb
sebagai penyebutan dirinya dalam pembawa wahyu pertama; Iqra’ bismirabbikallazi kholaq (bacalah
dengan nama Rabb-mu yang telen menciptakan). Jawabannya adalah karena dalam memahami
berbagai perintah Allah (Iqra’), keinginan Allah, kita harus menyadari dulu bahwa yang memberi perintah
ini adalah Pencipta Seluruh Alam Semesta.
2. Tauhid Uluhiyah
“Katakanlah: "Siapakah yang lebih Kuat persaksiannya?" Katakanlah: "Allah". dia menjadi saksi antara
Aku dan kamu. dan Al Quran Ini diwahyukan kepadaku supaya dengan dia Aku memberi peringatan
kepadamu dan kepada orang-orang yang sampai Al-Quran (kepadanya). Apakah Sesungguhnya
kamu mengakui bahwa ada tuhan-tuhan lain di samping Allah?"
Katakanlah: "Aku tidak mengakui." Katakanlah: "Sesungguhnya dia adalah Tuhan yang Maha Esa
dan Sesungguhnya Aku berlepas diri dari apa yang kamu persekutukan (dengan Allah)" (QS. Al Anam
6 : 19)
Dan (ingatlah), ketika Tuhanmu mengeluarkan keturunan anak-anak Adam dari sulbi mereka dan Allah
mengambil kesaksian terhadap jiwa mereka (seraya berfirman): "Bukankah Aku Ini Tuhanmu?"
mereka menjawab: "Betul (Engkau Tuban kami), kami menjadi saksi". (Kami lakukan yang
demikian itu) agar di hari kiamat kamu tidak mengatakan: "Sesungguhnya kami (Bani Adam) adalah
orang-orang yang lengah terhadap Ini (keesaan Tuhan)" (QS. Al A’raf : 172)
Tauhid ini didefinisikan sebagai jenis tauhid di mana kita rela segala bentuk peribadatan kita
hanya ditujukan kepada Allah atau mempertauhidkan Allah dengan segala perbuatan-perbuatan
hamba; seperti doa, takut, berharap, tawakkal, cinta, benci, sholat, baca Al-Qur’an dan ibadah-
ibadah lainnya, semua itu hanya untuk Allah SWT. Hal ini seperti firman Allah yang ada dalam Q.S
Al-An’am ayat 162-163 yang artinya:
SANGAT DISARANKAN UNTUK MEMBUKA KEMBALI AL-QUR’ANNYA DAN MEMBACA
ARABNYA.
“Katakanlah (Muhammad), “Sesungguhnya sholatku, ibadahku, hidupku, dan matiku hanyalah
untuk Allah,..”
Dengan Bahasa lain, tauhid uluhiyah ini meminta kita untuk hanya meletakkan Allah sebagai
alasan kita bergerak, karena melakukan apa saja yang diperintahkan Allah. Serta juga menjadi alasan
kita untuk berhenti, mundur, karena kita tahu apa saja yang Allah larang dan benci.
Untuk mencoba memberi pemahaman pada mentee, coba gunakan analog ini: Ilah, definisi
menurut Abu Alal Mauludi, Ilah yaitu sesuatu yang dianggap penting dan dipentingkan oleh manusia
sehingga manusia itu rela dirinya dikuasai oleh ilah tersebut. Coba ganti kata ilah dengan uang,
kekasih, dll. Intinya buat memudahkan mereka mengerti aja.
Syaikh DR. Shalih Al Fauzan berkata: “Dari tiga bagian tauhid ini yang paling ditekankan
adalah tauhid uluhiyah. Karena ini adalah misi dakwah para rasul, dan alasan diturunkannya kitab-
kitab suci, dan alasan ditegakkannya jihad di jalan Allah. Semua itu adalah agar hanya Allah saja
yang disembah, dan agar penghambaan kepada selainNya ditinggalkan” (Lihat Syarh Aqidah Ath
Thahawiyah).
3. Tauhid Asma’ wa Sifat
Tauhid ini dijelaskan dengan meyakini asma’wa sifat, yaitu bahwa Allah memiliki nama-nama
dan sifat-sifat yang sangat tinggi dan terbaik. Lantas juga menggunakan nama- nama terbaik Allah
(Asmaul Husna) dalam setiap doa-doa kita.
Untuk menjelaskan contoh, coba gunakan beberapa poin di bawah ini:
Kita percaya bahwa Allah memiliki sifat dan nama “Ghofur” yang artinya Maha Pemaaf, maka ketika
berbuat dosa, kita tidak perlu terlalu berlarut pada kesedihan dan berputus asa pada Allah, justru sangat
dianjurkan untuk istighfar, meminta ampun, menyebut-nyebut nama Ghofur ini dalam setiap doa-doa
kita.
Kita juga percaya bahwa Allah Maha Mendengar, “Sami’un”, maka dalam setiap doa yang kita lantunkan,
kita harus percaya bahwa Allah pasti mendengar setiap keresahan, serta mendengarkan setiap
permintaan. Bahkan Allah menyukai hambaNya yang senantiasa memanggil-manggilNya. Tinggal
permasalahannya, apakah kita telah memberikan waktu yang cukup agar kita sendiri bisa berbicara pada
Allah.
HIKMAH MEMAHAMI ILMU TAUHID
Orang yang tinggi tauhidnya, baik tauhid rububiyah, uluhiyah, serta asma wa syifa’ maka akan
tercermin dari berbagai kesehariannya. Berikut merupakan contohnya :
1. Tidak pernah takut akan rintangan
Berangkat dari pernyataan bahwa apa yang ia kerjakan adalah untuk melaksanakan perintah
Ilahnya; Allah, ia juga percaya bahwa ia sedang mencari keridhoan Rabb tertinggi, pencipta alam
semesta. Maka orang-orang semacam ini, mereka bukan lagi berkutat dengan ketakutan akan kendala
dalam melakukan berbagai hal, tapi mereka berkutat pada hal yang lebih jauh, apakah yang mereka
lakukan ini akan menimbulkan keridhoan Allah yang tertinggi atau tidak.
Sebagaimana kutipan hikmah yang disebutkan Umar Ibnu Khattab, “Aku tidak peduli, apakah
keadaan bagiku ini baik atau buruk di mataku karena yang aku pedulikan adalah apakah keadaanku ini
baik atau buruk di mata Allah.”
2. Selalu meletakkan Allah pada tujuan tertingginya
Tidak pernah menjadi masalah untuk bercita-cita menjadi mahasiswa berprestasi, Ketua BEM,
Ketua DPM, Ketua LK, menjadi Presiden, Ketua RT, atau pada hakikatnya tidak pernah masalah untuk
menjadi khalifah di muka bumi, tapi permasalahannya adalah jika kita tidak mencari keridhoan Allah
dalam menjadi khalifah, maka kemungkinan besar yang terjadi adalah kerusakan.
MENJELASKAN TUJUAN KEHIDUPAN
Berangkat dari sana, setelah memahami siapa Allah, langkah berikutnya adalah mengetahui mengapa
Allah menciptakan manusia.
Sebuah Riwayat menyatakan bahwa perkara pertama yang harus dilaksanakan dalam agama
adalah mengenal Allah (awwaluddin ma’rifatullah). Bermula dengan mengenal Allah, maka kita akan
mengenali diri kita sendiri. Siapakah kita, dimanakah kedudukan kita dibanding makhluk-makhluk
yang lain, apakah sama misi hidup kita dengan binatang-binatang yang ada di bumi ini, apakah tanggung
jawab kita dan kemanakah kesudahan hidup kita. Semua persoalan itu akan terjawab secara tepat
setelah kita mengenal betul-betul Allah sebagai Rabb dan Ilah. Yang Mencipta, Yang
Menghidupkan, Yang Mematikan dan seterusnya.
Di dalam Al Quran, telah dijelaskan bahwa tujuan kehidupan ini ada 2 poin yaitu:
1. Beribadah kepada Allah
“Dan aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka mengabdi kepada-Ku.”
(QS. Adz Dzariat 51 : 56). Dalam hal ini, disebutkan manusia dan jin. Tapi pertanyaannya: kenapa
manusia yang diiutamakan? Kenapa bukan jin? Jawabannya adalah manusia mengemban tugas kedua
sehingga termuliakan.
2. Menjadi Khalifah di Muka Bumi
Ingatlah ketika Tuhanmu berfirman kepada para Malaikat: "Sesungguhnya Aku hendak
menjadikan seorang khalifah di muka bumi". Mereka berkata: "Mengapa Engkau hendak menjadikan
(khalifah) di bumi itu orang yang akan membuat kerusakan padanya dan menumpahkan darah, padahal
kami senantiasa bertasbih dengan memuji Engkau dan mensucikan Engkau?" Tuhan berfirman:
"Sesungguhnya Aku mengetahui apa yang tidak kamu ketahui". (QS. Al Baqoroh 2 : 30)
Inilah hakikat kehidupan manusia. Amanah yang Allah berikan hanya pada manusia. Di dalam
Al Quran dijelaskan bahwa Allah telah menawarkan amanah berupa syariat Islam ini kepada seluruh
makhluknya, tapi semuanya bahkan mengiba dan menolak amanah ini. Dalam surat Al Hasyr dijelaskan
bahwa Gunungpun tidak sanggup menerima amanah berupa Al Quran sehinga ia bisa terpecah belah
karena rasa takutnya kepada Allah. Pada akhirnya, manusialah yang menerima amanah ini.
*Khalifah, singkatnya adalah gelar yang diberikan untuk penerus Nabi Muhammad dalam
kepemimpinan umat Islam.
NOTES:
Kepada para mentor HEBAT, berikut link materi online yang teman-teman bisa akses melalui youtube di
HP masing-masing. Sifatnya hanya sebagai penguatan akan materi yang nantinya mentor-mentor
sampaikan kepada adik-adik kisi. Semoga bermanfaat dan Semangat!
https://youtu.be/BMfvxsvPVdE
https://youtu.be/FwjXSCWp1mg
MATERI 3
DEKAT DENGAN AL QURAN
Dan sesungguhnya telah Kami mudahkan Al-Quran untuk diingat, maka adakah orang yang mengambil
pelajaran?
(QS. Al-Qamar[54]: 17)
Para ahli tafsir menjelaskan maksud ayat ini adalah bahwa Allah telah memudahkan semua
bentuk interaksi dengan Al-Qur’an, termasuk di dalamnya mengahafal Al-Qur’an. Percayalah dengan
janji Allah bahwa siapa pun yang ingin dekat dengan Al-Qur’an pasti Allah akan mudahkan semua
jalannya. Setelah percaya dengan janji Allah ini, yang harus kita lakukan kemudian adalah usaha dan
kesabaran serta mujahadah (bersungguh-sungguh).
Rasulullah memberi banyak penjelasan tentang keutamaan-keutamaan Al-Qur’an (Fadhail Al-
Qur’an) yang jika dihayati dengan baik maka dapat menjadi motivasi untuk semakin tertarik dengan Al-
Qur’an. Berikut ini merupakan fadhail Al-Qur’an:
1. Allah mengangkat derajat Ahlul Qur’an (orang yang dekat dengan Al-Qur’an) sebagai
keluarga-Nya
Rasulullah SAW. bersabda:
“Sesungguhnya di antara manusia terdapat keluarga Allah.” Para sahabat bertanya, “siapakah
mereka, wahai Rasulullah?” Rasulullah SAW. menjawab, “Ahlul-Qur’an, mereka adalah
keluarga Allah dan orang pilihannya.”
(HR. Ibnu Majah)
Hadits ini menjelaskan bahwa ada kedekatan spesial antara manusia dengan Allah
ketika ia dekat dengan Al-Qur’an. Kedekatan ini akan membuat manusia merasa mudah untuk
melaksanakan perintah Allah dan menjauhi larangan-Nya.
Sangat banyak keutamaan-keutamaan dari Al-Qur’an yang akan kita dapatkan jika kita mau dan
berusaha dekat dengan Al-Qur’an. Yakinlah selama kita berusaha untuk dapat berinteraksi dengan Al-
Qur’an di waktu luang maupun sempit dengan penuh ikhlas dan hanya mengharap pahala dari Allah,
maka kita akan mendapat keutamaan-keutamaan yang sudah dijanjikan Allah tersebut. Allah juga
memberikan pahala dan rahmat kepada siapapun yang membaca Al-Quran. Bahkan Rasulullah
mengatakan bahwa siapa yang membaca satu huruf dalam Al-Qur’an akan mendapat satu pahala dan
akan dilipatgandakan menjadi sepuluh kali lipat.
“Barangsiapa yang membaca satu huruf dari Al-Qur’an, baginya satu pahala dan akan dilipat gandakan
menjadi sepuluh kali lipat. Aku tidak mengatakan “alif lam mim” itu satu huruf, tapi alif satu huruf, lam
satu huruf dan mim satu huruf.”
(HR. Tirmidzi)
Semua kecintaan kita dengan Al-Qur’an dan semua usaha yang kita kerahkan untuk selalu dekat
dengan Al-Qur’an akan membawa kita kepada kenikmatan tertinggi, yaitu masuk ke dalam surga.
MATERI 4
BERSEGERA DALAM KEBAIKAN
Pernahkah kalian merasa sangat ingin bersegera melakukan suatu hal kebaikan yang kalian
ingin lakukan? Namun seringkah kita malah menunda melakukannya karena takut dinilai buruk dimata
manusia atau menundanya dengan alasan-alasan dunia lainnya? Ternyata di dalam Al-Qur’an, Allah
selalu menggunakan bahasa yang menggugah agar manusia jangan berlambat-lambat melainkan
bersegera menuju kebaikan.
Maksud ayat ini kata Syaikh Muhammad bin Sholih Al ‘Utsaimin adalah jadilah yang nomor satu dalam
melakukan kebaikan. (Syarh Riyadhus Sholihin, 2: 6).
ْ ض أ ُ ِعد
ََّت ِل ْل ُمتَّقِين ُ س َم َواتُ َو ْاْل َ ْر ُ ارعُوا إِلَى َم ْغ ِف َرةٍ ِم ْن َربِِّ ُك ْم َو َجنَّ ٍة َع ْر
َّ ض َها ال ِ سَ َو
“Dan bersegeralah kamu kepada ampunan dari Tuhanmu dan kepada surga yang luasnya
seluas langit dan bumi yang disediakan untuk orang-orang yang bertakwa.” (QS. Ali Imran: 133).
Antara kata wa saari’uu dan fastabiquu sekalipun intinya sama, yaitu bersegera dan bergegas
menuju suatu tujuan, tetapi masing-masing mempunyai makna khusus:
1. Dalam kata wa saari’uu yang ditekankan adalah kesegeraan bergerak, tanpa sedikit pun
ragu, dan tanpa bertele-tele memikirkan sesuatu di luar itu, sehingga membuatnya tidak maksimal. Begitu
ada panggilan shalat misalnya, ia segera bangkit meninggalkan segala pekerjaan apapun pentingnya
pekerjaan itu, karena ia tahu bahwa tidak ada pekerjaan yang lebih penting dari pada shalat.
2. Adapun kata fastabiquu lebih kepada perintah berlomba jangan sampai keduluan yang
lain. Di sini terkesan ada banyak orang yang masing-masing bergerak cepat dan bersegera untuk
mencapai tujuan tertentu.
Dalam konteks ini, manusia harus bergegas dalam melaksanakan kebaikan. Jika dia ingat suatu
kebaikan, maka bersegeralah melaksanakannya, di antaranya adalah shalat, sedekah, puasa, haji,
berbakti pada orang tua, menyambung silaturahim, dan kebaikan-kebaikan lain yang harus segera
dilaksanakan. Orang yang suka menunda kebaikan, bisa jadi dia tidak bisa lagi mengerjakannya setelah
itu, baik karena mati, sakit, ketinggalan, maupun karena faktor-faktor lainnya. Dijelaskan dalam sebuah
hadist dari Nabi Shalallahu 'Alaihi Wasallam.
“Bersegeralah kamu sekalian untuk melakukan amal-amal yang shalih, karena akan terjadi suatu
bencana yang menyerupai malam yang gelap gulita dimana ada seseorang pada waktu pagi ia
beriman tapi pada waktu sore ia kafir, pada waktu sore ia beriman tapi pada waktu pagi ia kafir, ia
rela menukar agamanya dengan sedikit keuntungan dunia. (H.R. Muslim).
Dalam melakukan kebaikan memang seringkali terasa berat, karena seseorang tidak hanya
sekedar melakukan kebaikan namun lebih dari itu, ia melakukan kebaikan dengan segera. Sikap segera
melakukan kebaikan ini biasanya lebih membutuhkan pengorbanan-pengorbanan dari sekedar
melakukan kebaikan secara ‘biasa-biasa’ saja. Namun lantaran pengorbanan tersebut, Allah SWT juga
menyiapkan banyak keutamaan yang akan diraih, diantaranya:
1. Bertambahnya keimanan seseorang
Dalam ayat lain Allah SWT berfirman: “Dan orang-orang yang beriman dengan ayat-ayat Tuhan
mereka, dan orang-orang yang tidak mempersekutukan dengan Tuhan mereka (sesuatu apapun), dan
orang-orang yang memberikan apa yang telah mereka berikan, dengan hati yang takut, (karena mereka
tahu bahwa) sesungguhnya mereka akan kembali kepada Tuhan mereka, mereka itu orang-orang yang
bersegera melakukan kebaikan, dan merekalah orang-orang yang akan segera memperoleh anugerah-
anugerah dari Allah”. (Al-Mukminun: 59-61).
Allah SWT menjelaskan kisah terkabulnya doa Nabi Zakaria as dan sifat beliau juga para Nabi
yang menjadi penyebab terkabulnya doa: “Dan (ingatlah kisah) Zakaria, tatkala ia menyeru Tuhannya:
"Ya Tuhanku janganlah Engkau membiarkan Aku hidup seorang diri dan Engkaulah waris yang paling
baik. Maka kami memperkenankan doanya, dan kami anugerahkan kepadanya Yahya dan kami jadikan
isterinya dapat mengandung. Sesungguhnya mereka adalah orang-orang yang selalu bersegera dalam
(mengerjakan) perbuatan-perbuatan yang baik dan mereka berdoa kepada kami dengan harap dan
cemas, dan mereka adalah orang-orang yang khusyu' kepada kami”. (Al-Anbiyaa: 89-90).
Hal ini bisa dicapai dengan mengerjakan perintah atau bersegera dalam menuju surga dengan
mengerjakan amal yang dapat mengantarkan kepadanya. Tidak ada amal yang dapat mengantarkan ke
surga kecuali amal saleh. Inilah yang dapat menjadi perantara bagi seseorang sebagai tiket menuju
surga, maka bergegaslah melakukannya. Menjadi Muslim tipe seperti ini adalah pilihan. Sebagaimana
ada pilihan menjadi tipe yang lain. Dalam ayat lain dijelaskan: “Kemudian Kitab itu kami wariskan kepada
orang-orang yang kami pilih di antara hamba-hamba kami, lalu di antara mereka ada yang menganiaya
diri mereka sendiri dan di antara mereka ada yang pertengahan dan diantara mereka ada (pula) yang
berlomba berbuat kebaikan dengan izin Allah. yang demikian itu adalah karunia yang amat
besar”. (Faathir: 32).
Maka dari itu, mari bersegera mengerjakan kebaikan dan jangan ditunda-tunda sebelum datang sesuatu
yang menghalangimu (Ingat 5 Perkara sebelum 5 Perkara; Sehat sebelum sakit, muda sebelum tua, kaya
sebelum miskin, lapang sebelum sempit, hidup sebelum mati).
MATERI 5
MASUK ISLAMNYA SALMAN AL-FARISI
RADHIALLAHU ‘ANHU
Dari Abdullah bin Abbas Radhiallaahu ‘anhu berkata, “Salman al-Farisi menceritakan biografinya
kepadaku dari mulutnya sendiri. Dia berkata, ‘Aku seorang lelaki Persia dari Isfahan, warga suatu desa
bernama Jai. Ayahku adalah seorang tokoh masyarakat yang mengerti pertanian. Aku sendiri yang paling
disayangi ayahku dari semua makhluk Allah. Karena sangat sayangnya aku tidak diperbolehkan keluar
rumahnya, aku diminta senantiasa berada di samping perapian, aku seperti seorang budak saja.
Aku dilahirkan dan membaktikan diri di lingkungan Majusi, sehingga aku sebagai penjaga api yang
bertanggung jawab atas nyalanya api dan tidak membiarkannya padam.
Ayahku memiliki tanah perahan yang luas. Pada suatu hari beliau sibuk mengurus bangunan. Beliau
berkata kepadaku, ‘Wahai anakku, hari ini aku sibuk di bangunan, aku tidak sempat mengurus tanah,
cobalah engkau pergi ke sana!’ Beliau menyuruhku melakukan beberapa pekerjaan yang harus
diselesaikan.
Aku keluar menuju tanah ayahku. Dalam perjalanan aku melewati salah satu gereja Nasrani. Aku
mendengar suara mereka yang sedang sembahyang. Aku sendiri tidak mengerti mengapa ayahku
mengharuskan aku tinggal di dalam rumah saja (melarang aku keluar rumah).
Tatkala aku melewati gereja mereka, dan aku mendengar suara mereka sedang shalat maka aku masuk
ke dalam gereja itu untuk mengetahui apa yang sedang mereka lakukan?
Begitu aku melihat mereka, aku kagum dengan shalat mereka, dan aku ingin mengetahui peribadatan
mereka. Aku berkata dalam hati, ‘Demi Allah, ini lebih baik dari agama yang kita anut selama ini.’
Demi Allah, aku tidak beranjak dari mereka sampai matahari terbenam. Aku tidak jadi pergi ke tanah milik
ayahku. Aku bertanya kepada mereka, ‘Dari mana asal usul agama ini?’ Mereka menjawab, ‘Dari Syam
(Syiria).’
Kemudian aku pulang ke rumah ayahku. Padahal ayahku telah mengutus seseorang untuk mencariku.
Sementara aku tidak mengerjakan tugas dari ayahku sama sekali. Maka ketika aku telah bertemu
ayahku, beliau bertanya, ‘Anakku, ke mana saja kamu pergi?
Bukankah aku telah berpesan kepadamu untuk mengerjakan apa yang aku perintahkan itu?’ Aku
menjawab, ‘Ayah, aku lewat pada suatu kaum yang sedang sembahyang di dalam gereja, ketika aku
melihat ajaran agama mereka aku kagum. Demi Allah, aku tidak beranjak dari tempat itu sampai matahari
terbenam.’
Ayahku menjawab, ‘Wahai anakku, tidak ada kebaikan sedikitpun dalam agama itu. Agamamu dan
agama ayahmu lebih bagus dari agama itu.’ Aku membantah, ‘Demi Allah, sekali-kali tidak! Agama itu
lebih bagus dari agama kita.’ Kemudian ayahku khawatir dengan diriku, sehingga beliau merantai kakiku,
dan aku dipenjara di dalam rumahnya.
Suatu hari ada serombongan orang dari agama Nasrani diutus menemuiku, maka aku sampaikan kepada
mereka, ‘Jika ada rombongan dari Syiria terdiri dari para pedagang Nasrani, maka supaya aku
diberitahu.’ Aku juga meminta agar apabila para pedagang itu telah selesai urusannya dan akan kembali
ke negrinya, memberiku izin bisa menemui mereka.
Ketika para pedagang itu hendak kembali ke negrinya, mereka memberitahu kepadaku. Kemudian rantai
besi yang mengikat kakiku aku lepas, lantas aku pergi bersama mereka sehingga aku tiba di Syiria.
Sesampainya aku di Syiria, aku bertanya, ‘Siapakah orang yang ahli agama di sini?’ Mereka menjawab,
‘Uskup (pendeta) yang tinggal di gereja.’ Kemudian aku menemuinya. Kemudian aku berkata kepada
pendeta itu, ‘Aku sangat mencintai agama ini, dan aku ingin tinggal bersamamu, aku akan membantumu
di gerejamu, agar aku dapat belajar denganmu dan sembahyang bersama-sama kamu.’ Pendeta itu
menjawab, ‘Silahkan.’
Ternyata pendeta itu seorang yang jahat, dia menyuruh dan menganjurkan umat untuk bersedekah,
namun setelah sedekah itu terkumpul dan diserahkan kepadanya, ia menyimpan sedekah tersebut untuk
dirinya sendiri, tidak diberikan kepada orang-orang miskin, sehingga terkumpullah 7 peti emas dan perak.
Aku sangat benci perbuatan pendeta itu. Kemudian dia meninggal. Orang-orang Nasrani pun berkumpul
untuk mengebumikannya. Ketika itu aku sampaikan kepada khalayak, ‘Sebenarnya, pendeta ini adalah
seorang yang berperangai buruk, menyuruh dan menganjurkan kalian untuk bersedekah. Tetapi jika
sedekah itu telah terkumpul, dia menyimpannya untuk dirinya sendiri, tidak memberikannya kepada
orang-orang miskin barang sedikitpun.’
Mereka pun mempertanyakan apa yang aku sampaikan, ‘Apa buktinya bahwa kamu mengetahui akan
hal itu?’ Aku menjawab, ‘Marilah aku tunjukkan kepada kalian simpanannya itu.’ Mereka berkata, Baik,
tunjukkan simpanan tersebut kepada kami.’
Lalu Aku memperlihatkan tempat penyimpanan sedekah itu. Kemudian mereka mengeluarkan sebanyak
7 peti yang penuh berisi emas dan perak. Setelah mereka menyaksikan betapa banyaknya simpanan
pendeta itu, mereka berkata, ‘Demi Allah, selamanya kami tidak akan menguburnya.’ Kemudian mereka
menyalib pendeta itu pada tiang dan melempari jasadnya dengan batu.
Kemudian mereka mengangkat orang lain sebagai penggantinya. Aku tidak pernah melihat seseorang
yang tidak mengerjakan shalat lima waktu (bukan seorang muslim) yang lebih bagus dari dia, dia sangat
zuhud, sangat mencintai akhirat, dan selalu beribadah siang malam. Maka aku pun sangat mencintainya
dengan cinta yang tidak pernah aku berikan kepada selainnya. Aku tinggal bersamanya beberapa waktu.
Kemudian ketika kematiannya menjelang, aku berkata kepadanya, ‘Wahai Fulan, selama ini aku hidup
bersamamu, dan aku sangat mencintaimu, belum pernah ada seorangpun yang aku cintai seperti cintaku
kepadamu, padahal sebagaimana kamu lihat, telah menghampirimu saat berlakunya taqdir Allah, kepada
siapakah aku ini engkau wasiatkan, apa yang engkau perintahkan kepadaku?’
Orang itu berkata, ‘Wahai anakku, demi Allah, sekarang ini aku sudah tidak tahu lagi siapa yang
mempunyai keyakinan seperti aku.
Orang-orang yang aku kenal telah mati, dan masyarakatpun mengganti ajaran yang benar dan
meninggalkannya sebagiannya, kecuali seorang yang tinggal di Mosul (kota di Irak), yakni Fulan, dia
memegang keyakinan seperti aku ini, temuilah ia di sana!’
Lalu tatkala ia telah wafat, aku berangkat untuk menemui seseorang di Mosul. Aku berkata, ‘Wahai Fulan,
sesungguhnya si Fulan telah mewasiatkan kepadaku menjelang kematiannya agar aku menemuimu, dia
memberitahuku bahwa engkau memiliki keyakinan sebagaimana dia.’
Kemudian orang yang kutemui itu berkata, ‘Silahkan tinggal bersamaku. Aku pun hidup bersamanya.’
Aku dapati ia sangat baik sebagaimana yang diterangkan Si Fulan kepadaku. Namun ia pun dihampiri
kematian. Dan ketika kematian menjelang, aku bertanya kepadanya, ‘Wahai Fulan, ketika itu si Fulan
mewasiatkan aku kepadamu dan agar aku menemuimu, kini taqdir Allah akan berlaku atasmu
sebagaimana engkau maklumi, oleh karena itu kepada siapakah aku ini hendak engkau wasiatkan? Dan
apa yang engkau perintahkan kepadaku?’
Orang itu berkata, ‘Wahai anakku, Demi Allah, tak ada seorangpun sepengetahuanku yang seperti aku
kecuali seorang di Nashibin (kota di Aljazair), yakni Fulan. Temuilah ia!’
Maka setelah beliau wafat, aku menemui seseorang yang di Nashibin itu. Setelah aku bertemu
dengannya, aku menceritakan keadaanku dan apa yang di perintahkan si Fulan kepadaku.
Orang itu berkata, ‘Silahkan tinggal bersamaku.’ Sekarang aku mulai hidup bersamanya. Aku dapati ia
benar-benar seperti si Fulan yang aku pernah hidup bersamanya. Aku tinggal bersama seseorang yang
sangat baik.
Namun, kematian hampir datang menjemputnya. Dan di ambang kematiannya aku berkata, ‘Wahai
Fulan, Ketika itu si Fulan mewasiatkan aku kepada Fulan, dan kemarin Fulan mewasiatkan aku
kepadamu? Sepeninggalmu nanti, kepada siapakah aku akan engkau wasiatkan? Dan apa yang akan
engkau perintahkan kepadaku?’
Orang itu berkata, ‘Wahai anakku, Demi Allah, tidak ada seorangpun yang aku kenal sehingga aku
perintahkan kamu untuk mendatanginya kecuali seseorang yang tinggal di Amuria (kota di Romawi).
Orang itu menganut keyakinan sebagaimana yang kita anut, jika kamu berkenan, silahkan
mendatanginya. Dia pun menganut sebagaimana yang selama ini kami pegang.’
Setelah seseorang yang baik itu meninggal dunia, aku pergi menuju Amuria. Aku menceritakan perihal
keadaanku kepadanya. Dia berkata, ‘Silahkan tinggal bersamaku.’
Akupun hidup bersama seseorang yang ditunjuk oleh kawannya yang sekeyakinan.
Di tempat orang itu, aku bekerja, sehingga aku memiliki beberapa ekor sapi dan kambing. Kemudian
taqdir Allah pun berlaku untuknya. Ketika itu aku berkata, ‘Wahai Fulan, selama ini aku hidup bersama
si Fulan, kemudian dia mewasiatkan aku untuk menemui Si Fulan, kemudian Si Fulan juga mewasiatkan
aku agar menemui Fulan, kemudian Fulan mewasiatkan aku untuk menemuimu, sekarang kepada
siapakah aku ini akan engkau wasiatkan?dan apa yang akan engkau perintahkan kepadaku?’
Orang itu berkata, ‘Wahai anakku, demi Allah, aku tidak mengetahui seorangpun yang akan aku
perintahkan kamu untuk mendatanginya. Akan tetapi telah hampir tiba waktu munculnya seorang nabi,
dia diutus dengan membawa ajaran nabi Ibrahim. Nabi itu akan keluar diusir dari suatu tempat di Arab
kemudian berhijrah menuju daerah antara dua perbukitan. Di antara dua bukit itu tumbuh pohon-pohon
kurma. Pada diri nabi itu terdapat tanda-tanda yang tidak dapat disembunyikan, dia mau makan hadiah
tetapi tidak mau menerima sedekah, di antara kedua bahunya terdapat tanda cincin kenabian. Jika
engkau bisa menuju daerah itu, berangkatlah ke sana!’
Kemudian orang inipun meninggal dunia. Dan sepeninggalnya, aku masih tinggal di Amuria sesuai
dengan yang dikehendaki Allah.
Pada suatu hari, lewat di hadapanku serombongan orang dari Kalb, mereka adalah pedagang. Aku
berkata kepada para pedagang itu, ‘Bisakah kalian membawaku menuju tanah Arab dengan imbalan
sapi dan kambing-kambingku?’ Mereka menjawab, ‘Ya.’ Lalu aku memberikan ternakku kepada mereka.
Mereka membawaku, namun ketika tiba di Wadil Qura, mereka menzha-limiku, dengan menjualku
sebagai budak ke tangan seorang Yahudi.
Kini aku tinggal di tempat seorang Yahudi. Aku melihat pohon-pohon kurma, aku berharap, mudah-
mudahan ini daerah sebagaimana yang disebutkan si Fulan kepadaku. Aku tidak biasa hidup bebas.
Ketika aku berada di samping orang Yahudi itu, keponakannya datang dari Madinah dari Bani Quraidzah.
Ia membeliku darinya. Kemudian membawaku ke Madinah. Begitu aku tiba di Madinah aku segera tahu
berdasarkan apa yang disebutkan si Fulan kepadaku. Sekarang aku tinggal di Madinah.
Allah mengutus seorang RasulNya, dia telah tinggal di Makkah beberapa lama, yang aku sendiri tidak
pernah mendengar ceritanya karena kesibukanku sebagai seorang budak. Kemudian Rasul itu berhijrah
ke Madinah. Demi Allah, ketika aku berada di puncak pohon kurma majikanku karena aku bekerja di
perkebunan, sementara majikanku duduk, tiba-tiba salah seorang keponakannya datang menghampiri,
kemudian berkata, ‘Fulan,
Celakalah Bani Qailah (suku Aus dan Khazraj). Mereka kini sedang berkumpul di Quba’ menyambut
seseorang yang datang dari Makkah pada hari ini. Mereka percaya bahwa orang itu Nabi.’
Tatkala aku mendengar pembicaraannya, aku gemetar sehingga aku khawatir jatuh menimpa majikanku.
Kemudian aku turun dari pohon, dan bertanya kepada keponakan majikanku, ‘Apa tadi yang engkau
katakan? Apa tadi yang engkau katakan?’ Majikanku sangat marah, dia memukulku dengan pukulan
keras. Kemudian berkata, ‘Apa urusanmu menanyakan hal ini, Lanjutkan pekerjaanmu.’
Aku menjawab, ‘Tidak ada maksud apa-apa, aku hanya ingin mencari kejelasan terhadap apa yang
dikatakan. Padahal sebenarnya saya telah memiliki beberapa informasi mengenai akan diutusnya
seorang nabi itu.’
Pada sore hari, aku mengambil sejumlah bekal kemudian aku menuju Rasulullah shallallohu ‘alaihi
wasallam, ketika itu beliau sedang berada di Quba, lalu aku menemui beliau. Aku berkata, ‘Telah sampai
kepadaku kabar bahwasanya engkau adalah seorang yang shalih, engkau memiliki beberapa orang
sahabat yang dianggap asing dan miskin. Aku membawa sedikit sedekah, dan menurutku kalian lebih
berhak menerima sedekahku ini daripada orang lain.’
Aku pun menyerahkan sedekah tersebut kepada beliau, kemudian Rasulullah shallallohu ‘alaihi wasallam
bersabda kepada para sahabat, ‘Silahkan kalian makan, sementara beliau tidak menyentuh sedekah itu
dan tidak memakannya. Aku berkata, ‘Ini satu tanda kenabiannya.’
Aku pulang meninggalkan beliau untuk mengumpulkan sesuatu. Rasulullah shallallohu ‘alaihi wasallam
pun berpindah ke Madinah. Kemudian pada suatu hari, aku mendatangi beliau sambil berkata, ‘Aku
memperhatikanmu tidak memakan pemberian berupa sedekah, sedangkan ini merupakan hadiah
sebagai penghormatanku kepada engkau.’
Kemudian Rasulullah makan sebagian dari hadiah pemberianku dan memerintahkan para sahabat untuk
memakannya, mereka pun makan hadiahku itu. Aku berkata dalam hati, ‘Inilah tanda kenabian yang
kedua.’
Selanjutnya aku menemui beliau Shallallahu ‘alaihi wa sallam saat beliau berada di kuburan Baqi’ al-
Gharqad, beliau sedang mengantarkan jenazah salah seorang sahabat, beliau mengenakan dua lembar
kain, ketika itu beliau sedang duduk di antara para sahabat, aku mengucapkan salam kepada beliau.
Kemudian aku berputar memperhatikan punggung beliau, adakah aku akan melihat cincin yang
disebutkan Si Fulan kepadaku.
Pada saat Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam melihatku sedang memperhatikan beliau, beliau
mengetahui bahwa aku sedang mencari kejelasan tentang sesuatu ciri kenabian yang disebutkan salah
seorang kawanku. Kemudian beliau melepas kain selendang beliau dari punggung, aku berhasil melihat
tanda cincin kenabian dan aku yakin bahwa beliau adalah seorang Nabi. Maka aku telungkup di hadapan
beliau dan memeluknya seraya menangis.
Rasulullah bersabda kepadaku, ‘Geserlah kemari,’ maka akupun bergeser dan menceritakan perihal
keadaanku sebagaimana yang aku ceritakan kepadamu ini wahai Ibnu Abbas. Kemudian para sahabat
takjub kepada Rasulullah shallallohu ‘alaihi wasallam ketika mendengar cerita perjalanan hidupku itu.”
Salman sibuk bekerja sebagai budak. Dan perbudakan inilah yang menyebabkan Salman terhalang
mengikuti perang Badar dan Uhud. “Rasulullah shallallohu ‘alaihi wasallam suatu hari bersabda
kepadaku, ‘Mintalah kepada majikanmu untuk bebas, wahai Salman!’ Maka majikanku membebaskan
aku dengan tebusan 300 pohon kurma yang harus aku tanam untuknya dan 40 uqiyah.
Kemudian Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa salllam mengumpulkan para sahabat dan bersabda, ‘Berilah
bantuan kepada saudara kalian ini.’ Mereka pun membantuku dengan memberi pohon (tunas) kurma.
Seorang sahabat ada yang memberiku 30 pohon, atau 20 pohon, ada yang 15 pohon, dan ada yang 10
pohon, masing-masing sahabat memberiku pohon kurma sesuai dengan kadar kemampuan mereka,
sehingga terkumpul benar-benar 300 pohon.
Setelah terkumpul Rasulullah bersabda kepadaku, ‘Berangkatlah wahai Salman dan tanamlah pohon
kurma itu untuk majikanmu, jika telah selesai datanglah kemari aku akan meletakkannya di tanganku.’
Aku pun menanamnya dengan dibantu para sahabat. Setelah selesai aku menghadap
Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa salllam dan memberitahukan perihalku. Kemudian Rasulullah
shallallohu ‘alaihi wasallam keluar bersamaku menuju kebun yang aku tanami itu. Kami dekatkan pohon
(tunas) kurma itu kepada beliau dan Rasulullah pun meletakkannya di tangan beliau. Maka, demi jiwa
Salman yang berada di TanganNya, tidak ada sebatang pohon pun yang mati.
Untuk tebusan pohon kurma sudah terpenuhi, aku masih mempunyai tanggungan uang sebesar 40
uqiyah. Kemudian Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa salllam membawa emas sebesar telur ayam hasil
dari rampasan perang. Lantas beliau bersabda, ‘Apa yang telah dilakukan Salman al-Farisi?’ Kemudian
aku dipanggil beliau, lalu beliau bersabda, ‘Ambillah emas ini, gunakan untuk melengkapi tebusanmu
wahai Salman!’
Wahai Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa salllam, bagaimana status emas ini bagiku? Rasulullah
menjawab, ‘Ambil saja! Insya Allah, Allah Subhanahu wa Ta’ala akan memberi kebaikan kepadanya.’
Kemudian aku menimbang emas itu. Demi jiwa Salman yang berada di TanganNya, berat ukuran emas
itu 40 uqiyah. Kemudian aku penuhi tebusan yang harus aku serahkan kepada majikanku, dan aku
dimerdekakan.
Setelah itu aku turut serta bersama Rasulullah shallallohu ‘alaihi wasallam dalam perang Khandaq, dan
sejak itu tidak ada satu peperangan yang tidak aku ikuti.” [1]
Sumber: Sittuna Qishshah Rawaha an-Nabi wash Shahabah al-Kiram, Muhammad bin Hamid Abdul
Wahab, edisi bahasa Indonesia: “61 KISAH PENGANTAR TIDUR Diriwayatkan Secara Shahih dari
Rasulullah dan Para Sahabat”, pent. Pustaka Darul Haq, Jakarta
MATERI 6
ISLAM DAN INDONESIA
Pendahuluan
Bagi umat Islam, Islam bukan sebatas agama, namun sebagai aturan hidup yang universal dan
komprehensif. Pemahaman ini yang menjadi pegangan seorang muslim
Islam yang masuk ke Indonesia mengalami berbagai benturan kebudayaan, karena itu proses
Islamisasi di Indonesia tidak mudah.
Dalam catatan sejarah sering diungkap bahwa Islam datang ke Indonesia secara damai, artinya
tidak dibawa dengan kekuatan merusak; sehingga proses islamisasi harus dilakukan secara
berkelanjutan.
Proses Islamisasi
Islam mulai berkembang dengan mengalirnya pedagang-pedagang Timur Tengah ke kepulauan
Nusantara dan Tiongkok
Proses Islamisasi semakin meningkat di lapisan atas, di bidang politik, sistem sosial sehari-hari,
sistem budaya sampai ke lapisan bawah
Islam datang ke Indonesia tidak membawa arsitektur negara lain, namun masih mentolelir
arsitektur yang sudah ada.
o Relief candi wanita-wanita yang berkemban? Islam masuk corak model lebih tertutup
Proses Islamisasi
Namun di Indonesia, Islam mengalami proses Indonesianisasi, dalam arti di”petanikan” atau
di”pedesakan”. Islam yg tadinya dinamis menjadi statis.
o Sebagai contoh, musik arab yang begitu dinamis tonenya menjadi musik yang
kontemplatif dan mistis. Jadi di Indonesia Islam yang berawal dari budaya kota, budaya
kelas pedagang dan kelas menengah yang mobil dan dinamis menjadi budaya desa,
agraris dan statis.
Masyarakat lebih cenderung pada tradisi, sehingga membawa dampak ciri-ciri pedesaan
melekat pada Islam, yakni tertutup. (coba perhatikan basis Muhammadiyah dan NU)
Kebangkitan Islam
Pada awal abad XX, umat Islam mulai sadar diri.
o Munculnya SI yang mempunyai program komprehensif (mendirikan koperasi dan toko)
kesadaran umat mulai muncul, mereka sadar akan pentingnya persatuan, pentingnya
politik, pentingnya ekonomi, pentingnya pendidikan dan lain-lain bukan hanya semata
ritual.
o Munculnya kesadaran warganegara tatkala Indonesia merdeka
o Islam menentang dualisme umat dan warga negara
Resolusi Jihad
Berpijak pada fatwa jihad di atas, para ulama se-Jawa dan Madura mengukuhkan Resolusi Jihad
dalam rapat yang digelar pada tangga 21 – 22 Oktober 1945 di kantor Pengurus Besar NU di
Bubutan, Surabaya.
Pengaruh Resolusi Jihad ini semakin meluas. Selain Laskar Hizbullah dan Sabilillah, anggota
kelaskaran lain juga ikut berbondong-bondong ke Surabaya.
Resolusi Jihad merupakan kontribusi pemikiran dan perjuangan KH. Hasyim Asy’ari demi
menegakkan syariat Islam dan mempertahankan kedaulatan NKRI.
Perang Kemerdekaan
Peristiwa Palagan Ambara Tokoh Sudirman
Ambarawa adalah kota militer bagi Hindia Belanda. Ada Benteng Willem I (banteng pendem)
Ambarawa pada masa pendudukan jepang memiliki sebuah kamp yang berisikan khusus
perempuan dan anak-anak Belanda.
Ambarawa menjadi sasaran kedatangan pasukan sekutu, dari Inggris
Salah satu pasukan pemukul dari arah selatan berasal dari Divisi V Kedu, dengan Komandan
Kolonel Sudirman. Pasukan ini berhasil memukul mundur pasukan Sekutu, pada 12 November
1945, dengan strategi Supit Urang.
Bung tomo dan peristiwa 10 November
• Perbandingan jumlah pejuang Surabaya dengan pasukan Sekutu mencapai empat
banding satu. Namun, jumlah korban Indonesia mencapai 5 persen dari keseluruhan
pejuang, sedangkan Inggris "hanya" kehilangan 1 persen tentaranya. Tetapi, dalam
angka 1 persen itu sudah termasuk dua orang jenderal.
• Bung Tomo Ikut Menggelorakan Perang 10 November 1945 melalui pidato-pidato beliau
di radio Radio Pemberontakan Republik Indonesia
Dari RIS (Republik Indonesia Serikat) ke NKRI (Negara Kesatuan Republik Indonesia)
Pasca pengakuan Kemerdekaan Indonesia oleh Belanda pada 27 Desember 1949,
pemerintahan Indonesia berbentuk Serikat.
Mosi Integral
Pemerintahan RIS hanya bertahan selama 8 Bulan, ketika Natsir mengusulkan Mosi Integral
diusulkan ke Parlemen pada 3 April 1950. Momen ini ini merupakan cikal bakal terbentuknya
Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI).
Mosi ini muncul ketika Natsir merasa hasil Konferensi Meja Bundar (KMB) di Den Haag, Belanda,
tahun 1949 yang tidak memberikan keuntungan bagi Indonesia.
Pak Natsir waktu itu melihat ini adalah cara Belanda untuk menjajah kembali untuk yang kedua
kalinya karena faktanya KMB itu Indonesia sangat dirugikan.”
Melalui mosi inilah RIS berubah kembali menjadi NKRI, dengan Natsir sebagai PM-nya.
Hari/Tanggal:
CATATAN MENTOR
Hari/Tanggal:
CATATAN MENTOR
Hari/Tanggal:
CATATAN MENTOR
Hari/Tanggal:
CATATAN MENTOR
Hari/Tanggal:
CATATAN MENTOR
Hari/Tanggal: