Anda di halaman 1dari 3

TRAUMA SERVIKAL

A. Anatomi Fisiologi

B.
B.

C.

Dermatom dan Miotom

D.
Miotom
E.
F.

Pengertian Trauma Servikal


Trauma servikal adalah suatu keadaan cedera pada tulang belakang servikal dan medulla spinalis
yang disebabkan oleh dislokasi, subluksasi, atau fraktur vertebra servikalis dan ditandai dengan
kompresi pada medula spinalis daerah servikal.
G. Etiologi
Fraktur servikal dapat disebabkan oleh beberapa hal, yaitu
1. Fraktur akibat peristiwa trauma
2. Fraktur akibat kelelahan atau tekanan
3. Fraktur patologik karena kelemahan pada tulang

H. Patofisiologi
I. Klasifikasi Trauma Servikal

J. Manifestasi Klinis
Menurut Hudak & Gallo, menifestasi klinis trauma servikal adalah sebagai berikut :
1. Lesi C1-C4
2. Lesi C5
3. Lesi C6
4. Lesi C7
Manifestasi klinik pada fraktur adalah sebagai berikut:
a. Nyeri
b. Bengkak/edama
c. Memar/ekimosis
d. Spasme otot
e. Penurunan sensasi
f. Gangguan fungsi
g. Mobilitas abnormal
h. Krepitasi
i. Deformitas
j. Shock hipovolemik
G. Pemeriksaan Diagnostik
Menurut Doenges, (2000) ada pun pemeriksaan penunjang trauma servikal yaitu:
1) Sinar X spinal
2) CT scan
3) MRI
4) Mielografi
5) Foto rontgen torak
6) GDA
H. Komplikasi
Komplikasi pada trauma servikal adalah :
a) Syok neurogenik
b) Syok spinal
c) Hipoventilasi
d) Hiperfleksia autonomic
e) Ileus Paralitik
f) Retensio urine
g) Pneumonia
h) Decubitus
I. Penatalaksanaan
Menurut ENA, (2000) penatalaksanaan pada pasien trauma servikal yaitu :
Mempertahankan ABC (Airway, Breathing, Circulation)
Stabililisasi tulang servikal sampai ada hasil pemeriksaan rontgen (C1 - C7) dengan
menggunakan collar (mencegah hiperekstensi, fleksi dan rotasi)
Memonitor tanda-tanda vital meliputi RR, AGD (PaCO2), dan pulse oksimetri.
Memonitor tingkat kesadaran dan output urin untuk menentukan pengaruh dari hipotensi dan
bradikardi.
Meningkatkan aliran balik vena ke jantung.
Berikan antiemboli
Tinggikan ekstremitas bawah
Meningkatkan tekanan darah
Berikan atropine sebagai indikasi untuk meningkatkan denyut nadi jika terjadi gejala
bradikardi.
Steroid dengan dosis tinggi diberikan dalam periode lebih dari 24 jam, dimulai dari 8 jam
setelah kejadian.
Memantau status neurologi pasien untuk mengetahui tingkat kesadaran pasien.
Memasang NGT untuk mencegah distensi lambung dan kemungkinan aspirasi jika ada
indikasi.
Memasang kateter urin untuk pengosongan kandung kemih.
Mengubah posisi pasien untuk menghindari terjadinya dekubitus.
J. Prognosis
Baik bila tipe stabil tanpa gangguan neurologis atau incomplete neurology deficit pada brown squard
& central cord syndrome.
Jelek bila complete transection & anterior cord syndrome

Anda mungkin juga menyukai