Anda di halaman 1dari 16

PENGARUH KOMUNIKASI DAN KEPUASAN KERJA PEGAWAI

TERHADAP KINERJA AUDITOR PADA KANTOR INSPEKTORAT


PROVINSI SULAWESI TENGGARA
Jacob Breemer

Microdata

Jl. Bunga Matahari No. 66 Kemaraya Kendari Sulawesi Tenggara


Breemerjacob8@gmail.com

ABSTRAK

Pengaruh Komunikasi i dan Kepuasan Kerja Pegawai Terhadap Kinerja Auditor Pada
Kantor Inspektorat Provinsi Sulawesi Tenggara. Pembimbing : Muhammad Syarief
dan Nasrul.

Penelitian ini dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui (1) pengaruh secara bersama
sama antara komunikasi organisasi dan kepuasan kerja terhadap kinerja auditor inspektorat
Provinsi Sulawesi Tenggara. (2) pengaruh secara parsial antara komunikasi organisasi terhadap
kinerja auditor inspektorat Provinsi Sulawesi Tenggara. (3) pengaruh secara parsial antara
kepuasan kerja terhadap kinerja auditor inspektorat Provinsi Sulawesi Tenggara. Data yang
digunakan dalam penelitian adalah data auditor sebanyak 52 dan dianalisis dengan
menggunakan analisis regresi linear berganda.
Hasil penelitian diperoleh beberapa kesimpulan, antara lain (1) Komunikasi organisasi
dan kepuasan kerja secara bersama (simultan) berpengaruh positif dan signifikan terhadap
kinerja auditor pada Inspektorat Provinsi Sulawesi Tenggara. Komunikasi yang baik dalam
iklim organisasi dan rasa puas dalam melaksanakan pekerjaan audit akan meningkatkan kinerja
auditor. (2) Komunikasi organisasi yang diukur dengan subvariabel kepercayaan, pengambilan
keputusan partisipatif dan keterbukaan dalam komunikasi secara parsial berpengaruh positif
dan signifikan terhadap kinerja auditor pada Inspektorat Provinsi Sulawesi Tenggara. (3)
Kepuasan kerja yang diukur dengan subvariabel kepuasan terhadap gaji, kepuasan terhadap
pekerjaan itu sendiri, kepuasan terhadap sikap atasan dan kepuasan terhadap rekan kerja secara
parsial berpengaruh positif dan signifikan terhadap kinerja auditor pada Inspektorat Provinsi
Sulawesi Tenggara.

Kata Kunci. Komunikasi Organisasi, Kepuasan Kerja Dan Kinerja Auditor.

PENDAHULUAN
Dalam sebuah organisasi, komunikasi organisasi akan menggambarkan suasana kerja
organisasi atau sejumlah perasaan dan sikap -sikap orang yang bekerja dalam organisasi.
Dalam penelitian ini yang dimaksud iklim komunikasi organisasi merupakan suatu citra
makro, abstrak dan gabungan dari suatu fenomena global yang disebut komunikasi
organisasi (Muhammad 2007: 86-87). Penelitian yang dilakukan Reeding (2010)
menunjukkan bahwa iklim komunikasi lebih luas dari persepsi pegawai terhadap kualitas
hubungan dan komunikasi dalam organisasi serta tingkat pengaruh dan keterlibatan.
Reeding juga mengatakan bahwa komunikasi organisasi jauh lebih penting daripada
keterampilan atau teknik - teknik komunikasi semata - mata dalam menciptakan suatu
organisasi yang efektif (Kriyantono 2009 : 316). Hal ini sama seperti yang terjadi pada
Inspektorat Daerah yang menggunakan komunikasi untuk berbagai tujuan sesuai dengan
lingkup kerja Inspektorat Daerah.
Faktor lain yang mempengaruhi kinerja menurut Kriyantono (2009 : 416) adalah
kepuasan kerja para pegawai yang berada dalam organisasi tersebut. Kepuasan kerja
merupakan respon yang berbeda dari setiap pegawai, kepuasan menjadi respon atau
tanggapan seseorang terhadap beragam lingkungan kerja yang dihadapinya. Kepuasan kerja
dan komunikasi yang positif akan menciptakan kinerja pegawai dalam suatu organisasi dengan
baik. Organisasi merupakan kualitas yang relatif abadi dari lingkungan internal organisasi
yang dialami oleh anggota - anggotanya, mempengaruhi tingkah laku mereka serta dapat
diuraikan dalam istilah nilai-nilai suatu set karakteristik tertentu dari lingkungan. Pada
inspektorat, sebagian pegawai diberikan jabatan auditor untuk mengawasi dan mengevaluasi
kinerja keuangan pada pemerintahan daerah. Komunikasi yang terjadi pada para auditor
komunukasi berdasarkan jenis pekerjaan yang dilaksanakan.
Kepuasan kerja berpengaruh terhadap kinerja pegawai yang muncul dari kombinasi
berbagai faktor, diantaranya kepuasan dengan pekerjaan yang dikerjakan, gaji yang diterima,
sikap atasan dan perilaku rekan sekerja. Hal ini diyakini banyak organisasi sebagai faktor
utama kepuasan kerja auditor pada inspektorat, karena ada sebagian pegawai yang merasa
bahwa kepuasan dari sebuah pekerjaan diperoleh ketika mereka telah menyelesaikan pekerjaan
yang ditugaskan kepadanya sebagai tugas pokoknya. Terdapat berbagai faktor yang juga
berpengaruh cukup kuat dalam kepuasan kerja pegawai seperti adanya kepuasan dengan
ketepatan informasi, kepuasan dengan kemampuan seseorang yang menyarankan
penyempurnaan, kepuasan dengan efisiensi bermacam - macam saluran komunikasi,
kepuasan dengan kualitas media, kepuasan dengan cara komunikasi teman sekerja, kepuasan
dengan keterlibatan dalam komunikasi organisasi sebagai suatu kesatuan. (Muhammad :
2007). Indikator yang digunakan untuk mengukur kepuasan kerja menurut Robbins (2007 :
342) adalah kepuasan terhadap gaji, kepuasan terhadap pekerjaan itu sendiri, kepuasan terhadap
sikap atasan dan kepuasan terhadap rekan kerja.
Obyek penelitian ini adalah auditor inspektorat Provinsi Sulawesi Tenggara, karena
selain kompetensi yang dimiliki, integritas dan akuntabilitas yang harus dimiliki oleh auditor,
maka iklim komunikasi sebagaimana ini penting pada setiap organisasi, sangatlah penting
mengingat iklim komunikasi organisasi menjelaskan tentang keterlibatan pegawai dalam
pengambilan keputusan, bagaimana cara melibatkan bawahan dalam pengambilan keputusan,
kepercayaan yang terbangun dalam organisasi merupakan hal yang sangat penting dalam
mendukung kinerja Bastian (2006 : 149).
Sehubungan kinerja auditor, maka kepuasan kerja dalam bekerja merupakan faktor
penting yang selalu menjadi perhatian untuk mewujudkan hasil kerja yang diharapkan, karena
terkadang seorang auditor merasa puas dengan terselesaikannya pekerjaaan yang merupakan
tugas pokoknya. Demikian pula dengan auditor inspektorat Provinsi Sulawesi Tenggara, faktor
yang membuat auditor yang merasa puas dengan pekerjaannya adalah ketika mereka mampu
menyelesaikan tugas pemeriksaan yang dibebankan pada mereka dan mampu mencapai target
pelaporan tahunan yang menjadi tugas penting mereka dalam melakukan pemeriksaan Bastian
(2006 : 219).
Pelaksanaan penyelenggaraan pemerintah daerah Inspektorat Provinsi Sulawesi
Tenggara saat ini terdiri dari auditor ahli, auditor fungsional dengan berbagai latar belakang
pendidikan dan tingkat pengalaman kerja. Hal ini patut untuk di perhatikan bahwa pada
Inspektorat Provinsi Sulawesi Tenggara perlu pengkaderisasian tenaga pemeriksa atau auditor
internal yang handal di bidangnya. Kinerja yang di laksanakan oleh auditor Inspektorat
Provinsi Sulawesi Tenggara saat ini masih menjadi perhatian utama, karena masih banyaknya
temuan audit yang tidak terdeteksi oleh aparat inspektorat sebagai auditor internal.
Pengukuran terhadap kinerja auditor perlu dilakukan agar dapat diketahui sejauh mana
tingkat pencapaian hasil kinerja ataupun tingkat kegagalan yang di alami sehingga dengan
kondisi yang di ketahui kita dapat melakukan perbaikan-perbaikan pada masa mendatang.
Untuk mengukur kinerja auditor maka indikator yang di gunakan adalah sejauhmana

2
kemampuan para auditor dalam menemukan dan kemampuan dalam melaporkan hasil
pemeriksaan (Morgan, 1999 : 24).
Kinerja merupakan gambaran pencapaian pelaksanaan suatu kegiatan atau program /
kebijaksanaan dalam mewujudkan sasaran, tujuan, misi, visi organisasi. Kinerja merupakan
kondisi yang harus di ketahui dan di informasikan kepada pihak-pihak tertentu sehingga dapat
di peroleh informasi tentang tingkat pencapaian hasil suatu instansi di hubungkan dengan visi
yang di emban suatu organisasi serta mengetahui dampak positif dan negatif suatu kebijakan
operasional yang diambil (Mangkunegara, 2005 : 77).
Berdasarkan tugas auditor sebagai audit internal pemerintah, maka inspektorat Provinsi
Sulawesi Tenggara perlu di dukung oleh kinerja yaitu kemampuan dalam menemukan dan
kemampuan dalam melaporkan hasil temuan auditornya. Auditor memiliki peran penting dalam
menjalankan fungsi pemeriksaan. Oleh karena itu menurut Mahmudi. (2007 : 102) seorang
auditor harus mampu mengembangkan iklim komunikasi yang baik dengan atasannya dan unit
tempat ia akan memeriksa dan harus memiliki kepuasan terhadap pekerjaan itu dengan tidak
ada tekanan dari manapun.
1.1. Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian latar belakang tersebuit diatas, maka rumusan masalah dalam
penelitian ini adalah sebagai berikut :
1. Apakah komunikasi organisasi dan kepuasan kerja secara bersama sama berpengaruh
positif dan signifikan terhadap kinerja auditor inspektorat Provinsi Sulawesi Tenggara.?
2. Apakah komunikasi organisasi berpengaruh positif dan signifikan terhadap kinerja
auditor inspektorat Provinsi Sulawesi Tenggara.?
3. Apakah kepuasan kerja berpengaruh positif dan signifikan terhadap kinerja pegawai
auditor inspektorat Provinsi Sulawesi Tenggara.?
1.2. Tujuan Penelitian
Berdasarkan uraian latar belakang dan rumusan masalah yang telah di sajikan, maka
tujuan yang hendak dicapai dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :
1. Untuk mengetahui pengaruh secara bersama sama antara komunikasi organisasi dan
kepuasan kerja terhadap kinerja auditor inspektorat Provinsi Sulawesi Tenggara.
2. Untuk mengetahui pengaruh secara parsial antara komunikasi organisasi terhadap
kinerja auditor inspektorat Provinsi Sulawesi Tenggara.
3. Untuk mengetahui pengaruh secara parsial antara kepuasan kerja terhadap kinerja
auditor inspektorat Provinsi Sulawesi Tenggara.
1.3. Manfaat Penelitian
Beberapa manfaat yang diharapkan dari penelitian ini berdasarkan tujuan tersebut
adalah sebagai berikut :
1. Bagi penulis, untuk menambah pengetahuan mengenai faktor - faktor yang dapat
mempengaruhi kinerja auditor terutama di kantor inspektorat Provinsi Sulawesi
Tenggara.
2. Manfaat bagi pemerintah dalam hal ini pihak Pemerintah Provinsi Sulawesi Tenggara,
penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan pemikiran tentang hal hal
yang dapat mempengaruhi kinerja pegawainya.
3. Bagi kemajuan ilmu pengetahuan penelitian ini diharapkan dapat memberikan tambahan
literatur dan pertimbangan untuk penelitian selanjutnya.

TINJAUAN PUSTAKA
1. Konsep Komunikasi
Komunikasi merupakan aktivitas dasar manusia yang dengan berkomunikasi, manusia
dapat saling berhubungan satu sama lain baik dalam kehidupan sehari-hari, di tempat
pekerjaan, dalam masyarakat atau di mana saja manusia berada. Tidak ada manusia yang tidak
akan terlibat dalam komunikasi. Menurut Smith & Williamson dalam pace, 2006 : 31. Secara

3
teknis, ini berarti bahwa seseorang tidak dapat menghindari untuk menunjukkan pesan, karena
orang adalah suatu pertunjukan pesan yang berjalan (Pace, 2006 : 38).
Hovland, Janis dan Kelley dalam Muhammad (2007 : 2), mengatakan bahwa
communication is the process by which an individual transmits stimully (usually verbal) to
modify the behavior of other individuals. Dengan kata-kata lain komunikasi adalah proses
individu mengirim stimulus yang biasanya dalam bentuk verbal untuk mengubah tingkah laku
orang lain.
Kata signal maksudnya adalah signal yang berupa verbal dan nonverbal yang
mempunyai aturan tertentu. Dengan adanya aturan ini menjadikan orang yang menerima signal
yang telah mengetahui aturannya akan dapat memahami maksud dari signal yang diterimanya
Jadi, dalam berkomunikasi diperlukan kesamaan makna antara komunikator dan komunikan,
karena bila terdapat kesamaan makna, komunikasi akan berlangsung dengan baik. Jelasnya jika
seseorang mengerti tentang sesuatu yang dinyatakan orang lain kepadanya, maka terdapat
hubungan yang komunikatif.
Proses komunikasi ini terjadi pada diri komunikator dan komunikan. Ketika
komunikator berniat akan menyampaikan suatu pesan kepada komunikan, maka dalam
dirinya terjadi suatu proses, yaitu pengemasan isi pesan dan lambang. Isi pesan pada
umumnya adalah pikiran, sedangkan lambang umumnya adalah bahasa (Elvinaro : 31).
Kemudian pesan tersebut ditransmisikan kepada komunikan. Apabila komunikan mengerti
isi pesan atau pikiran komunikator, maka komunikasi terjadi. Sebaliknya bilamana
komunikan tidak mengerti, maka komunikasi pun tidak terjadi.
Pada proses komunikasi ini dapat diklasifikasikan secara dua tahap, yakni sebagai
berikut :
a. Proses komunikasi secara primer
Proses komunikasi secara primer adalah proses penyampaian pikiran atau perasaan
seseorang kepada orang lain dengan menggunakan lambang (simbol) sebagai media
atau saluran. Adapun lambang sebagai media primer dalam proses komunikasi adalah
bahasa, isyarat, gambar, warna dan lain sebagainya yang secara langsung dapat
menerjemahkan pikiran atau perasaan komunikator kepada komunikan. Pada proses
komunikasi secara primer adalah bahasa yang paling banyak digunakan, sebab bahasa
mampu menerjemahkan pikiran seseorang kepada orang lain, apakah itu berbentuk ide,
gagasan, informasi atau opini.
b. Proses komunikasi secara sekunder
Proses komunikasi secara sekunder adalah proses penyampaian pesan oleh komunikator
kepada komunikan dengan menggunakan alat atau sarana sebagai media kedua setelah
memakai lambang sebagai media pertama. Pentingnya peranan media, yakni media
sekunder dalam proses komunikasi disebabkan oleh efisiensinya dalam mencapai
sasaran yaitu komunikan, karena proses komunikasi sekunder ini merupakan
sambungan dari proses komunikasi primer, maka dalam menata lambang-lambang
untuk memformulasikan isi pesan komunikasi, komunikator, harus memperhitungkan
ciri-ciri atau sifat-sifat media yang digunakan. Proses komunikasi secara sekunder ini
dalam menjangkau sasarannya dengan menggunakan media massa yang mempunyai
sirkulasi yang luas dan memiliki daya keserempakan. Seperti surat kabar, televisi siaran,
radio, film, leaftlet, brosur, dan lain-lain.
c. Proses komunikasi secara linear
Istilah linear mengandung makna lurus. Dalam konteks komunikasi, proses secara linear
adalah proses penyampaian pesan oleh komunikator kepada komunikan sebagai titik
terminal. Komunikasi linear ini berlangsung baik dalam situasi komunikasi tatap muka
(face-to-face communication) maupun dalam situasi komunikasi bermedia (mediated
communication). Proses komunikasi linear umumnya berlangsung pada komunikasi
bermedia, kecuali komunikasi melalui telepon. Komunikasi melalui telepon hampir

4
tidak pernah berlangsung linear, melainkan dialogis, Tanya jawab dalam bentuk
percakapan.
d. Proses komunikasi secara sirkular
Dalam konteks komunikasi yang dimaksudkan dengan proses sirkular itu adalah
terjadinya feed back atau umpan balik yaitu terjadinya arus dari komunikan ke
komunikator. Oleh karena itu ada kalanya feed back tersebut mengalir dari komunikan
ke komunikator itu adalah respon atau tanggapan komunikan terhadap pesan yang
diterima dari komunikator.
Konsep umpan balik ini dalam proses komunikasi amat penting karena dengan
terjadinya umpan balik komunikator mengetahui apakah komunikasi itu berhasil atau
gagal, dengan kata lain apakah umpan balik itu positif atau negatif. Bila positif
komunikator patut gembira, sebaliknya jika negatif menjadi permasalahan, sehingga
komunikator harus mengulangi lagi dengan perbaikan gaya komunikasinya sampai
menimbulkan umpan balik positif.
2. Konsep Komunikasi Organisasi
Organisasi adalah suatu koordinasi rasional kegiatan sejumlah orang untuk mencapai
beberapa tujuan umum melalui pembagian kerja dan fungsi melalui hierarki otoritas dan
tanggung jawab dan organisasi adalah sistem hubungan yang terstruktur yang mengkoordinasi
usaha suatu kelompok orang untuk mencapai tujuan tertentu. Organisasi adalah suatu bentuk
sistem terbuka dari aktivitas yang dikoordinasi oleh dua orang atau lebih untuk mencapai suatu
tujuan bersama. Dari pengertian tersebut, maka dapat ditarik kesimpulan bahwa organisasi
merupakan suatu sistem yang mengkoordinasikan kegiatan - kegiatan dan mencapai tujuan
bersama atau tujuan umum. (Nurudin. (2007 : 23).
Komunikasi dan keberhasilan organisasi sangat berhubungan, memperbaiki komunikasi
organisasi berarti memperbaiki organisasi. Suatu organisasi ideal terbentuk dari unsur-unsur
universal, unsur-unsur universal ini dapat ditemukan dan digunakan untuk mengubah suatu
organisasi, unsur-unsur ini berkaitan dengan hasil organisasi yang diharapkan dan komunikasi
adalah satu dari unsur-unsur organisasi. Tujuan utama dalam mempelajari komunikasi adalah
memperbaiki organisasi.
Studi komunikasi organisasi adalah studi mengenai cara orang memandang obyek -
obyek, juga studi mengenai obyek - obyek itu sendiri Pace & Faules, (2005 : 3). Yang penting
adalah bahwa orang - orang yang berbeda berperilaku dengan cara - cara yang berbeda terhadap
apa yang mereka anggap objek yang layak diamati, dan perbedaan - perbedaan tersebut adalah
berdasarkan pada bagaimana orang - orang berpikir tentang obyek - obyek itu. Suatu obyek
sosial adalah sekadar obyek yang mempunyai makna bagi suatu kolektivitas atau menuntut
tindakan oleh manusia.
Komunikasi organisasi adalah suatu disiplin studi yang dapat mengambil sejumlah arah
yang sah dan bermanfaat (Pace & Faules, 2005 : 25). Secara fungsional komunikasi organisasi
dapat didefinisikan sebagai pertunjukan dan penafsiran pesan di antara unit - unit komunikasi
yang merupakan bagian dari suatu organisasi tertentu. Suatu organisasi terdiri dari unit-unit
komunikasi dalam hubungan - hubungan hierarkis antara satu dengan yang lainnya dan
berfungsi dalam suatu lingkungan (Pace & Faules, 2005 : 31).
Redding mengatakan bahwa komunikasi organisasi adalah pengiriman dan penerimaan
informasi dalam organisasi yang kompleks. Dan menurut Katz dan Kahn bahwa komunikasi
organisasi merupakan arus informasi, pertukaran informasi dan pemindahan arti di dalam suatu
organisasi (Muhammad, 2007 : 65).
Komunikasi organisasi adalah sebagai organizational communications is the process of
creating and exchanging messages within a network of interdependent relationship to cope
with environmental uncertainty. Atau dengan kata lain komunikasi organisasi adalah proses
menciptakan dan saling menukar pesan dalam satu jaringan hubungan yang saling tergantung

5
satu sama lain untuk mengatasi lingkungan yang tidak pasti atau yang selalu berubah - ubah
(Wiryanto, 2007 : 67).

3. Konsep Kepuasan Kerja


Ada beberapa pendapat mengenai definisi kepuasan kerja, adalah sebagai beriku :
a) Menurut Marihot T.E. Hariandja (2005 : 290), adalah sejauh mana individu merasakan
secara positif/negatif berbagai macam faktor / dimensi dari tugas-tugas dalam
pekerjaannya. Menurut A. A. Anwar Prabu Mangkunegara (2007 : 117), kepuasan kerja
adalah suatu perasaan yang menyokong / tidak menyokong diri pegawai yang berhubungan
dengan pekerjaannya maupun dengan kondisi dirinya.
b) Menurut L. Mathis & John H. Jakson terjemahan Jimmy Sadeli & Bayu Prawira (2011 : 98)
mengatakan bahwa kepuasan kerja adalah keadaan emosi yang positif dari mengevaluasi
pengalaman kerja seseorang. Menurut Veithzal Rivai (2010 : 475) kepuasan kerja
merupakan evaluasi yang menggambarkan seseorang atas perasaan sikapnya senang/tidak
senang, puas/tidak puas dalam bekerja.
Salah satu model teori yang berkaitan dengan kepuasan kerja, yaitu teori yang
dikemukakan oleh Junaedi Edi, 2006 : 66) yang dikenal dengan equity model theory/teori
kesetaraan. Intinya teori ini menjelaskan kepuasan dan ketidakpuasan dengan pembayaran
perbedaan antara jumlah yang diterima dengan jumlah yang dipersepsikan oleh pegawai lain
merupakan penyebab utama terjadinya ketidakpuasan. Untuk itu pada dasarnya ada 3 tingkatan
pegawai, yaitu :
a) Memenuhi kebutuhan dasar pegawai.
b) Memenuhi harapan pegawai sedemikian rupa, sehingga tidak mungkin mau pindah ke
tempat lain.
c) Memenuhi keinginan pegawai dengan mendapat lebih dari apa yang diharapkan.
Menurut Veithzal Rivai (2004 : 480), teori kepuasan kerja antara lain :
a. Teori Ketidaksetaraan (Discrepancy Theory)
Teori ini mengukur kepuasan kerja seseorang dengan menghitung selisih antara sesuatu
yang seharusnya dengan kenyataan yang dirasakan. Sehingga apabila kepuasannya
diperoleh melebihi yang diterimanya maka orang akan lebih puas lagi, sehingga
terdapat discrepancy tetapi merupakan discrepancy yang positif. Kepuasan kerja
seseorang tergantung pada selisih antara sesuatu yang dianggap akan didapatkan dengan
apa yang dicapai.
b. Teori Keadilan (Equety Theory)
Teori ini mengemukakan bahwa orang akan merasa puas/tidak puas, tergantung pada
ada/tidak adanya keadilan (equity)dalam suatu sistem, khususnya sistem kerja. Menurut
teori ini komponen utama dalam teori keadilan adalah input, hasil, keadilan, dan
ketidakadilan. Input adalah faktor bernilai bagi pegawai yang dianggap mendukung
pekerjaannya seperti, pendidikan, pengalaman, kecakapan, jumlah
tugas&peralatan/perlengkapan yang dipergunakan untuk melaksanakan pekerjaannya.
Hasilnya adalah sesuatu yang dianggap bernilai oleh seorang karyawan yang
diperolehnya dari pekerjaannya, seperti : upah/gaji, keuntungan sampingan, symbol,
status, penghargaan,&kesempatan untuk berhasil atau aktualisasi diri.
c. Teori 2 faktor (Two Factor Theory)
Menurut teori ini kepuasan kerja & ketidak puasan kerja itu merupakan hal yang
berbeda. Kepuasan & ketidakpuasan itu bukan satu variabel yang continue. Teori ini
menunjukkan karakteristik pekerjaan menjadi 2 kelompok yaitu satisfieas/motivator &
dissatisfieas. Satisfieas adalah faktor-faktor/ situasi yang dibutuhkan sebagai sumber
yang dibutuhkan. Kepuasan kerja yang terdiri dari pekerjaan yang menarik, penuh
tantangan, ada kesempatan untuk berprestasi, dan kesempatan untuk memperoleh
penghargaan. Terpenuhinya faktor tersebut akan menimbulkan kepuasan, namun tidak

6
terpenuhinya faktor ini tidak selalu mengakibatkan ketidakpuasan. Dissatisfieas (Hegein
Factor) adalah faktor-faktor yang menjadi sumber ketidakpuasan yang terdiri dari
gaji/upah pengawasan, hubungan antara pribadi, kondisi kerja & status.
Menurut Sedarmayanti, 2007 : 291), faktor yang mempengaruhi kepuasan kerja adalah
sebagai berikut :
a) Gaji. yaitu jumlah bayaran yang diterima seseorang sebagai akibat dari pelaksanaan
kerja apakah sesuai dengan kebutuhan dan dirasakan adil.
b) Pekerjaan itu sendiri. yaitu Isi pekerjaan yang dilakukan seseorang apakah memiliki
elemen yang memuaskan
c) Rekan sekerja. yaitu teman - teman kepada siapa seseorang senantiasa berinteraksi
dalam pelaksanaan pekerjaan seseorang dapat merasakan rekan kerjanya sangat
menyenangkan/tidak menyenangkan.
d) Atasan. yaitu seseorang yang senantiasa memberi perintah/petunjuk dalam pelaksanaan
kerja. Cara - cara atasan dapat tidak menyenangkan bagi seseorang menyenangkan dan
hal ini dapat mempengaruhi kepuasan kerja.
e) Promosi. yaitu kemungkinan seseorang dapat berkembang melalui kenaikan jabatan.
Seseorang dapat merasakan adanya kemungkinan yang besar untuk naik jabatan/tidak.
Proses kenaikan jabatan kurang terbuka, ini juga dapat mempengaruhi tingkat kepuasan
kerja karyawan.
f) Lingkungan kerja. yaitu Lingkungan Fisik & Psikologis. Untuk meningkatkan kepuasan
kerja pegawai, perusahaan harus merespon kebutuhan pegawai dan hal ini sekali lagi
secara tidak langsung telah dilakukan pada berbagai kegiatan manajemen sumber daya
manusia seperti dijelaskan sebelumnya. Namun demikian, tindakan lain masih perlu
dilakukan dengan cara yang disebut peningkatan kualitas kehidupan kerja.
4. Konsep Kinerja Pegawai
Kinerja merupakan hasil kerja yang dicapai oleh seorang pegawai dalam melaksanakan
tugas dan tanggung jawabnya. Berdasarkan keputusan lembaga Administrasi Negara Republik
Indonesia Nomor 239/IX/6/8/2003, kinerja merupakan gambaran mengenai sejauh mana
keberhasilan / kegagalan pelaksanaan tugas pokok dan fungsi suatu entitas. Kinerja instansi
pemerintahan adalah gambaran mengenai tingkat pencapaian sasaran ataupun tujuan instansi
pemerintah yang meneidentifikasikan tingkat keberhasilan dan kegagalan pelaksanaan
kegiatan-kegiatan sesuai dengan program dan kebijakan yang telah di tetapkan ( LAN,2003 ).
Istilah kinerja dari kata Inggris yaitu performance. Menurut (Ulum, Ihyaul. 2009).
Kinerja atau performance merupakan perilaku dari seseorang yang secara langsung
berhubungan dengan aktifitas hasil kerja, pencapaian tugas dimana istilah tugas berasal dari
pemikiran aktifitas yang dibutuhkan oleh pekerja. Bebrapa defenisi kinerja menurut para ahli
sebagai berikut :
a) Menurut Bambang Kusriyanto dalam Anwar Prabu Mangkunegara (2005: 9) Kinerja
adalah perbandingan hasil yang dicapai dengan peran serta tenaga kerja per satuan
waktu (lazimnya per jam). Sedangkan menurut Faustino Cardosa Gomes dalam A.A.
Anwar Prabu Mangkunegara, (2005: 9) Definisi kinerja sebagai ungkapan seperti
output, efisiensi serta efektivitas sering dihubungkan dengan produktivitas.
b) Menurut Anwar Prabu Mangkunegara (2005: 9) sendiri bahwa kinerja adalah hasil
kerja secara kualitas dan kuantitas yang dicapai oleh seseorang dalam melaksanakan
tugasnya sesuai dengan tanggung jawab yang diberikan kepadanya. Oleh karena itu
dapat disimpulkan bahwa kinerja Sumber Daya Manusia adalah prestasi kerja, atau
hasil kerja (output) baik kualitas maupun kuantitas yang dicapai SDM per satuan
periode waktu dalam melaksanakan tugas kerjanya sesuai dengan tanggung jawab yang
diberikan kepadanya.
c) Robbinson 2006 : 99 Administrasi Negara Republik Indonesia Nomor 239/IX/6/8/2003
mendefinisikan kinerja sebagai hasil dari pekerjaan yang terkait dengan tujuan

7
organisasi seperti kualitas, efisien dan kriteria efektifitas kerja lainnya. Selain itu kinerja
juga di definisikan sebagai tingkat kebutuhan seorang individu sebagai pengharapan
atas pekerjaan yang dilakukannya. Setiap harapan dari tiap individu dinilai berdasarkan
peran. Jika peran yang dimainkan seseorang individu tidak diketahui dengan jelas atau
nampak samar, maka setiap individu tidak akan mengetahui secara persis apa yang
diharapkannya.
Beberapa Definisi pengukuran kinerja berdasarkan pendapat para ahli yaitu sebagai
berikut Menurut Anwar Prabu Mangkunegara 2005:9, kinerja diartikan sebagai hasil kerja
secara kualitas dan kuantitas yang dicapai oleh seorang pegawai dalam melaksanakan tugasnya
sesuai dengan tanggung jawab yang diberikan kepadanya.

5. Kerangka Konseptual

Komunikasi Organisasi (X1)


Wayne Pace (2005)
1. Kepercayaan ( trust )
2. Pengambilan keputusan
partisipatif
3. Keterbukaan dalam
komunikasi
Kinerja Auditor (Y)
Bernadine dalam Masud,
(2004).

1. Kualitas,
2. Kuantitas,
3. Ketepatan waktu,
4. Efektifitas; dan Kemandirian

Kepuasan Kerja (X2)


Robbins (2007).

1. Kepuasan terhadap Gaji,


2. Kepuasan terhadap Pekerjaan
Itu Sendiri,
3. Kepuasan terhadap sikap
atasan,
4. Kepuasan terhadap rekan kerja

Gambar 3.1. Kerangka konseptual

6. Hipotesis Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah yang dikemukakan sebelumnya, maka hipotesis dalam


penelitian ini adalah sebagai berikut :
H1 : Komunikasi organisasi dan kepuasan kerja secara bersama sama atau secara simultan
berpengaruh positif dan signifikan terhadap kinerja auditor pada kantor Inspektorat
Provinsi Sulawesi Tenggara.
H2 : Komunikasi organisasi berpengaruh positif dan signifikan terhadap kierja auditor pada
kantor Inspektorat Provinsi Sulawesi Tenggara.
H3 : Kepuasan kerja berpengaruh positif dan signifikan terhadap kinerja auditor pada kantor
Inspektorat Provinsi Sulawesi Tenggara.

8
METODE PENELITIAN
1. Desain Penelitian
Penelitian ini akan meneliti tentang pengaruh komunikasi organisasi dan kepuasan
kerja terhadap kinerja auditor pada kantor inspektorat Provinsi Sulawesi Tenggara. Untuk
mengetahui hal tersebut, maka digunakan metode deskriptif dalam bentuk studi pengaruh
(correlation studies) dengan menggunakan pendekatan kuantitatif.
Danim Sudarwan, (2010 : 15) menjelaskan mengenai metode deskriptif sebagai
prosedur pemecahan masalah yang di selidiki dengan menggambarkan keadaan subyek atau
obyek penelitian pada saat sekarang berdasarkan fakta - fakta itu pada tahap permulaan
tertuju pada usaha mengemukakan gejala - gejala secara lengkap dalam aspek yang
diselidiki, agar jelas keadaan atau kondisinya. Penemuan gejala - gejala itu berarti juga
tidak sekedar menunjukan distribusinya, akan tetapi termasuk usaha mengemukakan
hubungannya satu dengan lain dalam aspek - aspek yang diselidiki.
2. Populasi dan sampel Penelitian.
Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh auditor Inspektorat Provinsi Sulawesi
Tenggara yang berjumlah 52 orang.
Dengan sedikitnya jumlah populasi yang ada, maka sampel dalam penelitian ini
adalah keseluruhan dari jumlah populasi, yaitu sebanyak 52 orang auditor dengan teknik
penentuan sampelnya menggunakan metode sensus. atau dikenal juga dengan istilah
sampling jenuh adalah teknik pengambilan sampel yang menjadikan semua populasi
digunakan sebagai sampel.
3. Jenis dan sumber data
Data primer adalah data atau informasi yang berkaitan dengan penelitian ini dan diperoleh
secara langsung tanpa melalui perantara dari sumber asli/utama untuk menjawab pertanyaan
penelitian, yang kemudian dikembangkan dengan pemahaman sendiri oleh penulis di dalam
mengambil kesimpulan. Data sekunder adalah data yang dikumpulkan dengan sumber lain
dengan pendekatan studi kepustakaan melalui literatur - literatur, buku - buku, catatan dan
laporan historis yang telah tersusun dalam arsip (data dokumenter) yang dipublikasikan
maupun data instansi atau badan yang berhubungan dengan obyek penelitian.
4. Metode pengumpulan data
Adapun metode pengumpulan data dalam penelitian ini di lakukan dengan cara :
a) Wawancara, yaitu pengumpulan data dengan melakukan interaksi atau hubungan
langsung dengan responden. Data wawancara dalam penelitian ini berupa interaksi
kepada responden yang berkaitan dengan kajian berdasarkan hasil hasil penelitian.
b) Dokumentasi, yaitu pengambilan data yang telah di dokumentasikan oleh pihak
inpektorat Provinsi Sulawesi Tenggara yang relevan dengan penelitian ini.
c) Kuisioner, yaitu kumpulan pertanyaan yang di susun berdasarkan indikator penelitian
terdahulu dan di sesuaikan dengan keadaan obyek penelitian saat ini. Pernyataan dalam
kuisioner untuk masing - masing variabel dalam penelitian ini diukur dengan
menggunakan skala Likert, yaitu suatu skala yang digunakan untuk mengukur sikap,
pendapat, persepsi seseorang atau sekelompok orang tentang fenomena sosial.

5. Metode analisis data


Model regresi linear berganda menurut Sugiyono (2009 : 92) dalam bukunya
ekonometrika suatu pendekatan aplikatif adalah sebagai berikut :
Y a 1 x1 2 x2 ....ixi

9
Keterangan:
Y = variabel terikat
a = konstanta
1 x1... 2 x2 .. = koefisien regresi
X1, dan X2 = variabel bebas
= eror
Dari persamaan tersebut di aplikasikan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :
Y a 1 x1 2 x2
Dimana:
Y = Kinerja Auditor
a = Konstanta
X1 = Komunikasi organisasi
X2 = Kepuasan Kerja
1... 2 ... = Koefisien regresi
= Faktor kesalahan atau eror.

HASIL DAN PEMBAHASAN


1. Deskripsi Statistik
Hasil analisis deskripsi statistik tentang pengaruh komunikasi organisasi dan kepuasan kerja
terhadap kinerja auditor pada kantor Inspektorat Provinsi Sulawesi Tenggara dengan
menggunakan data yang dikumpulkan melalui kuisioner yang diukur dengan skala likert
berdasarkan skor yang ditetapkan. Penetapan skor rata-rata diberikan batasan nilai yang
diinterprestasi sebagai berikut :
Tabel 1 Dasar Interpretasi Skor
No. Nilai Skor Interpretasi
1. X 1,5 Berada pada daerah sangat negatif/sangat rendah
2. 1,5 < X 2,5 Berada pada daerah negatif/ rendah
3. 2,5 < X 3,5 Berada pada daerah tengah-tengah/cukup rendah
4. 3,5 < X 4,5 Berada pada daerah positif/ tinggi
5. X 4,5 Berada pada daerah sangat positif/ sangat tinggi
Sumber : Arikunto (dimodifikasi) 1998.
Tabel 5.3 menunjukkan batasan skor dari tanggapan responden berada pada nilai skor 3,5 <
X 4,5 yaitu kriteria positif dan tinggi dan bermakna bahwa semua tanggapan responden
dalam penelitian ini adalah positif dan tinggi.

2. Hasil Analisis
Penggunaan model regresi untuk menguji pengaruh komunikasi organisasi dan kepuasan
kerja terhadap kinerja auditor pada kantor Inspektorat Provinsi Sulawesi Tenggara dianalisis
dengan menggunakan analisis regresi linear berganda untuk mengetahui pengaruh masing-
masing variabel. Berdasarkan hasil analisis dengan program SPSS 19 diperoleh data sebagai
berikut :
Tabel 2.Hasil Perhitungan Koefisien Regresi
Strandardized
Variabel Bebas t-hitung t-signifikan
Coefficient Regresi
X1 0,781 4,619 0,025
X2 0,883 6,737 0,000
R-Square = 0,923
R = 0,961
F-hitung = 293,181
F-Signifikan = 0,000

10
a (Constanta) = 1,851
N = 52
= 0,05
Sumber : Hasil olahan data primer (Lampiran 4)

Berdasarkan hasil analisis regresi linear berganda yang disajikan pada tabel 5.19 diperoleh
persamaan regresi linear berganda Pengaruh Komunikasi Organisasi dan Kepuasan Kerja
terhadap kinerja auditor pada kantor Inspektorat Provinsi Sulawesi Tenggara adalah :
Y = 0,781X1+ 0,883X2
Persamaan tersebut menggambarkan pengaruh masing-masing variabel independen
terhadap variabel dependen dimana setiap perubahan yang terjadi terhadap nilai X1, dan X2,
yang disebabkan oleh naik atau turunnya nilai koefisien regresi () akan memberikan pengaruh
terhadap nilai Y. Untuk jelasnya dapat diintepretasikan sebagai berikut :
a. Nilai koefisien variabel X1 adalah positif. Hal ini berarti semakin baik iklim komunikasi
organisasi, maka kinerja auditor akan meningkat.
Nilai koefisien (b) dari komunikasi organisasi yang positif bermakna bahwa
komunikasi organisasi yang terdiri dari indikator kepercayaan, pengambilan keputusan
partisipatif dan keterbukaan dalam komunikasi memberi pengaruh yang signifikan yaitu
0,781 terhadap kualitas kinerja auditor auditor Inspektorat Provinsil Sulawesi Tenggara.
Masing-masing indikator dari variabel komunikasi organisasi dalam penelitian ini memiliki
makna sebagai berikut :
a) Kepercayaan sebagai indikator dari komunikasi organisasi membentuk rasa saling
percaya adi antara auditor untuk melaksanakan pekerjaan dengan baik.
b) pengambilan keputusan partisipatif sebagai indikator dari iklim komunikasi
organisai mendukung kegiatan auditor dalam pengambilan keputusan bersama
(partisipatif) untuk menentukan hasil kerja atau tujuan hasil yang akan dicapai.
c) Keterbukaan dalam komunikasi sebagai indikator dari komunikasi organisasi
membentuk sikap terbuka dalam berkomunikasi di antara auditor yang ada pada
Inspektorat Provinsil Sulawesi Tenggara.
b. Nilai X2 adalah kepuasan kerja yang bernilai positif yang berarti bahwa semakin baik
pelaksanaan pekerjaan auditor, maka akan semakin puas dengan hasil kerja yang dicapai.
Nilai koefisien regresi (b) dari kepuasan kerja adalah positif bermakna bahwa
kepuasan kerja auditor yang didukung dengan indikator kepuasan terhadap gaji, kepuasan
terhadap pekerjaan itu sendiri, kepuasan terhadap sikap atasan dan kepuasan terhadap rekan
kerja, mempunyai pengaruh yang signifikan yaitu 0,883 terhadap kualitas kinerja auditor
Inspektorat Provinsil Sulawesi Tenggara. Maksudnya adalah apabila semakin puas auditor
dalam bekerja maka semakin baik kinerja auditor tersebut dalam melaksanakan pekerjaan.
Pengaruh dari kepuasan kerja terhadap kinerja auditor yang menunjukkan pengaruh positif,
bermakna bahwa perubahan kinerja ditentukan oleh adanya peningkatan kepuasan kerja
auditor.
c. Pengujian Hipotesis
Hasil analisis regresi pada lampiran hasil analisis statistik SPSS yang diringkas
pada tabel 4.20 dapat diinterpretasikan Pengaruh Komunikasi Organisasi dan Kepuasan
Kerja terhadap kinerja auditor pada kantor Inspektorat Provinsi Sulawesi Tenggara yang
dijelaskan sebagai berikut :
1) Komunikasi organisasi (X1) memiliki nilai p-value = 0,025 < 0,050, artinya
komunikasi organisasi secara parsial berpengaruh positif dan signifikan terhadap kinerja
auditor Inspektorat Provinsi Sulawesi Tenggara.

11
2) Kepuasan Kerja (X2) memiliki nilai p-value = 0,000 < 0,05 artinya signifikan, artinya
kepuasan kerja secara parsial berpengaruh positif dan signifikan terhadap kinerja
auditor Inspektorat Provinsi Sulawesi Tenggara.
Nilai R (angka koefisien korelasi ) sebesar 0,961 menunjukkan korelasi hubungan
antara variabel komunikasi organisasi (X1), dan kepuasan kerja (X2) terhadap kinerja
auditor (Y) pada Inspektorat Provinsi Sulawesi Tenggara adalah sangat kuat berada di atas
0,5. Hasil analisis korelasi (R) menunjukkan bahwa komunikasi organisasi (X1), dan
kepuasan kerja (X2) berhubungan dengan kinerja auditor dalam membuat oritensi hasil
yang akan dicapai dalam pelaksanaan pekerjaan untuk mencapai kualitas hasil kerja yang
diinginkan dengan menyelesaikan kuantitas pekerjaan yang dihadapi dengan teliti, dan
melakukan pekerjaan secara efektif dan mandiri untuk melaksanaan pekerjaan sesuai
dengan tugas dan tanggung jawab.
Pengujian simultan (Anova Test) bertujuan untuk mengetahui pengaruh bersama-sama
variabel independen terhadap variabel dependen. Hasil uji F dari variabel komunikasi
organisasi dan kepuasan kerja secara bersama-sama berpengaruh signifikan terhadap kinerja
auditor Inspektorat Provinsi Sulawesi Tenggara. Hasil uji F menunjukkan nilai p-value
0,000 < 0,005, Disini berarti komunikasi organisasi dan kepuasan kerja secara simultan
berpengaruh terhadap kinerja auditor Inspektorat Provinsi Sulawesi Tenggara.
Nilai R ( R-Square ) atau koefisien Determinas sebesar 0,923 menunjukkan bahwa 92,3
% variasi dari kinerja auditor pada Inspektorat Provinsi Sulawesi Tenggara dijelaskan oleh
variabel iklim komunikasi organisasi dan kepuasan kerja sedangkan sisanya 7,7%
dijelaskan oleh variabel lain diluar model. Nilai koefisien determinasi (R2) yang mencapai
92,3% menunjukkan bahwa secara keseluruhan perubahan peningkatan kinerja auditor
dipengaruhi oleh iklim komunikasi organisasi dan kepuasan kerja.
3. Pembahasan
a. Pengaruh Komunikasi Organisasi dan Kepuasan Kerja terhadap Kinerja Auditor
Komunikasi organisasi dan kepuasan kerja dalam penelitian ini variabel independen
yang diduga berpengaruh secara simultan terhadap kinerja auditor Inspektorat Provinsi
Sulawesi Tenggara. Pengaruh yang simultan atau uji Anova dalam Regresi Linear
Berganda seperti yang digunakan dalam penelitian ini menunjukkan adanya gabungan dari
dua atau lebih variabel indpenden berbeda yang dapat memberikan perubahan meningkat
atau menurun kepada variabel dependen. Hasil analisis dalam penelitian ini ditemukan
bahwa komunikasi organisasi dan kepuasan kerja secara bersama atau secara simultan
memberikan pengaruh yang positif dan signifikan terhadap kinerja auditor Inspektorat
Provinsi Sulawesi Tenggara.
Pengaruh ini menunjukkan bahwa terjadi perubahan yang meningkat pada kedua
variabel. Peningkatan komunikasi organisasi, akan membuat kinerja auditor meningkat
karena adanya kepercayaan, pengambilan keputusan partisipatif dan keterbukaan dalam
berkomunikasi.
Pelaksanaan pekerjaan yang dilakukan oleh auditor pada Inspektorat Provinsi
Sulawesi Tenggara membutuhkan kepercayaan, pengambilan keputusan partisipatif dan
keterbukaan dalam berkomunikasi untuk dapat melaksanakan tugas pemeriksaan sesuai
dengan pedoman kerja dan jabatan auditor yang telah ditetapkan berdasarkan Peraturan
Menteri Negara Pendayagunaan Aparatur Negara Nomor:PER/220/M.PAN/2008 tentang
jabatan fungsional auditor dan angka kreditnya. Pelaksanaan tugas secara profesional dari
seorang auditor adalah kombinasi dari kompetensi, sikap dan tindakan. Auditor adalah
Jabatan yang mempunyai ruang lingkup, tugas, tanggungjawab, dan wewenang untuk
melakukan pengawasan intern pada instansi pemerintah, lembaga dan/atau pihak lain yang
didalamnya terdapat kepentingan negara sesuai dengan peraturan perundang-undangan,

12
yang diduduki oleh Pegawai Negeri Sipil dengan hak dan kewajiban yang diberikan secara
penuh oleh pejabat yang berwenang.
Pelaksanaan pekerjaan auditing membutuhkan komunikasi yang baik dan terbuka
sehingga pekerjaan dapat diselenggarakan dengan baik. Para auditor memiliki tanggung
jawab dan wewenang untuk melakukan pemeriksaan terhadap unit kerja di dalam
Inspektorat maupun di luar termasuk pada satuan kerja perangkat daerah. Tugas dan
wewenang ini juga membuat para auditor membutuhan lingkungan kerja yang dapat
mendukung pelaksanaan pekerjaan mereka dengan kepercayaan yang diberikan untuk
bekerja, kemampuan untuk melakukan pengambilan keputusan partisipatif dan
keterbukaan dalam berkomunikasi untuk memperoleh informasi yang dibutuhkan untuk
mencapai tujuan kerja.
Proses komunikasi dalam organisasi kerja seperti pada Inspektorat secara primer
adalah proses penyampaian pikiran atau perasaan para auditor kepada rekan sekerja dan
atasan dengan menggunakan komunikasi langsung maupun dalam bentuk laporan hasil
kerja. Kemampuan kerja yang ditunjukkan oleh seorang auditor didukung oleh jabatan
yang didelegasikan kepadanya sehingga komunikasinya organisasi yang terbangun adalah
kepercayaan, kemampuan melakukan pengambilan keputusan dan keterbukaan dalam
berkomunikasi.
Perubahan yang terjadi pada pengaruh pada perubahan pengaruh positif ditandai
dengan koefisien regresi (b) yang bernilai positif dan signifikansi < 0,005 yang
mengindikasikan bahwa perubahan yang terjadi pada kinerja auditor disebabkan oleh
peningkatan komunikasi organisasi dan kepuasan kerja auditor. Variabel independen yang
terdiri dari iklim komunikasi organisasi dan kepuasan kerja memiliki pengaruh yang dapat
mengubah kinerja auditor.
Hasil penelitian dari Antony Akhmad Z.A (2013) menunjukkan bahwa komunikasi
organisasi dan kepuasan kerja mempunyai pengaruh yang signifikan dan positif terhadap
kinerja pegawai pada Badan Ketahanan Pangan.
Berdasarkan hasil penelitian, konsep teori dan hasil terdahulu, maka dapat
dikemukakan bahwa komunikasi organisasi dan kepuasan kerja memiliki pengaruh yang
positif dan signifikan terhadap kinerja auditor. Dengan demikian diperoleh bahwa hipotesis
pertama dapat dibuktikan.
b. Pengaruh Komunikasi Organisasi terhadap Kinerja Auditor
Auditor Inspektorat Provinsi Sulawesi Tenggara melakukan komunikasi dengan
sesama rekan kerja, atas dan pihak lain yang diperiksa oleh auditor. Komunikasi yang
terbangun dalam kegiatan organisasi adalah komunikasi langsung berupa diskusi, dan
wawancara sedangkan komunikas tidak langsung disajikan melalui laporan hasil kerja
(LHK) sebagai bagian dari laporan hasil pemeriksaan (LHP). Pengukuran variabel
komunikasi organisasi dilakukan melalui subvariabel kepercayaan, pengambilan keputusan
partisipatif dan keterbukaan dalam berkomunikasi.
Komunikasi organisasi dihadapkan dengan sikap dan perilaku pegawai yang pada
inspektorat dalam membangun kepercayaan untuk bekerja dengan baik, melakukan
pengambilan keputusan dengan baik, dan bersikap terbuka dalam berkomunikasi karena
tidak semua pegawai memiliki kompetensi yang sama sehingga perlu ada peningkatan
komunikasi organisasi dari waktu kerja.
Deskripsi variabel komunikasi organisasi menunjukkan bahwa butir pernyataan dari
subvariabel komunikasi organisasi yang dikaji memiliki nilai skor 3,50 4,5 yang berada
pada kategori tinggi dengan nilai validitas lebih besar dari 0,30 dan nilai reliabilitas lebih
besar dari 0,60. Sementara itu hasil uji regresi menunjukkan bahwa variabel iklim
komunikasi organisasi berpengaruh positif dan signifikan terhadap kinerja auditor
Inspektorat. Dengan demikian diperoleh bahwa hipotesis kedua dapat dibuktikan.

13
Hasil penelitian ini sejalan dengan pendapat Menurut Wayne Pace (2005 : 163)
dalam buku komunikasi organisasi menjelaskan bahwa indikator yang perlu di teliti dalam
sistem komunikasi pada sebuah organisasi, adalah sebagai berikut :
1. Kepercayaan ( trust )
Komunikasi dengan mengutamakan kepercayaan akan dapat membangun kerja
sama yang baik dalam bekerja. Indokator kepercayaan dalam berkomunikasi ini
mencakup kejujuran, kepastian, ketepatan dan kecepatan.

2. Pengambilan keputusan partisipatif


Komunikasi dengan tujuan pengambilan keputusan merupakan komunikasi
pertanggung jawaban atas hasil pekerjaan yang dikerjakan untuk diperoleh keputusan
atas hasil kerja.
3. Keterbukaan dalam komunikasi
Komunikasi yang terbuka membuat para komunikan dan komunikator saling
mengetahui dan memahami pesan yang terbentuk untuk melaksanakan perbaikan, revisi
atau imovasi pada masa mendatang.
Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Mia Aulia Hasan
(2011) bahwa komunikasi organisasi mempunyai hubungan yang erat dengan kinerja
pegawai.
Berdasarkan hasil penelitian, konsep teori dan penelitian relevan yang dikemukakan
tersebut, maka dapat diperoleh bahwa iklim komunikasi organisasi merupakan variabel
yang berpengaruh terhadap kinerja auditor. Untuk itu diperlukan adalah peningkatan
komunikasi organisasi melalui peningkatan kepercayaan dalam bekerja, kemampuan
melakukan pengambilan keputusan partisipatif dan keterbukaan dalam berkomunikasi
dengan baik pada masa mendatang.
c. Pengaruh Kepuasan Kerja terhadap Kinerja Auditor
Kepuasan kerja yang menjadi salah satu variabel yang berpengaruh terhadap
kinerja auditor menunjukkan adanya pengaruh positif dan signifikan. Kedua variabel
tersebut saling meningkat artinya ketika kepuasan kerja auditor meningkat, maka
kinerja mereka meningkat. Hal terlihat dari kepuasan terhadap gaji, kepuasan terhadap
pekerjaan itu sendiri, kepuasan terhadap atasan dan kepuasan terhadap rekan kerja.
Kepuasan kerja pada auditor akan mendorong mereka untuk bekerja secara
efektif dan efisien. Gaji yang lancar diterima setiap bulan ditambah dengan tunjangan
kerja auditor, pedoman kerja mereka jelas dalam melaksanakan pemeriksaan, adanya
perintah kerja yang jelas, dan kerja sama dengan rekan sekerja membuat para auditor
akan termotivasi untuk bekerja dengan baik tetapi ada kalanya auditor tidak mendapat
tujangan dan hanya perintah kerja tanpa ada pedoman kerja yang mengakibatkan hasil
kerja menjadi tidak efektif dan efisien.
Deskripsi variabel kepuasan kerja menunjukkan bahwa butir pernyataan dari
subvariabel kepuasan kerja yang meliputi kepuasan terhadap gaji, kepuasan terhadap
pekerjaan itu sendiri, kepuasan terhadap sikap atasan dan kepuasan terhadap rekan
kerja, memiliki nilai skor 3,50 4,5 yang berada pada kategori tinggi dengan nilai
validitas lebih besar dari 0,30 dan nilai reliabilitas lebih besar dari 0,60. Sementara itu
hasil uji regresi menunjukkan bahwa variabel kepuasan kerja berpengaruh positif dan
signifikan terhadap kinerja auditor Inspektorat. Dengan demikian diperoleh bahwa
hipotesis kedua dapat dibuktikan.
Hasil penelitian ini didukung pendapat Luthan (2006) yang mendefinisikasi
kepuasan kerja sebagai keadaan yang menyenangkan atau emosi positif yang dihasilkan
dari penilaian pekerjaan atau pengalaman kerja seseorang. Kepuasan kerja dihasilkan

14
dari persepsi pekerja mengenai seberapa baik pekerjaan mereka kerja dan hasil yang
dicapai sesuai dengan tujuan yang ditetapkan.
Hasil penelitian Dian Kristianto dkk (2011) menyebutkan bahwa kepuasan kerja
berpengaruh terhadap kinerja pegawai dengan komitmen organisasi sebagai variabel
intervening yang mendukung terbentuknya kepuasan kerja pegawai dalam
melaksanakan pekerjaan pada unit kerja yang ditempati.
Berdasarkan hasil penelitian, konsep teori, dan penelitian terdahulu, maka dapat
dikemukakan bahwa kepuasan kerja yang diperoleh auditor melalui kesesuaian gaji,
kesesuaian pekerjaan, sikap atasan dan kerja sama dengan rekan kerja dapat mendorong
mereka untuk melaksanakan pekerjaan dengan baik yang para gilirannya akan
meningkatkan kinerja auditor. Hasil analisis menunjukkan bahwa kepuasan kerja
berpengaruh positif dan signifikan terhadap kinerja auditor, dengan demikian hipotesis
ketiga dapat dibuktikan.

KESIMPULAN DAN SARAN


1. Komunikasi organisasi dan kepuasan kerja secara bersama (simultan) berpengaruh positif
dan signifikan terhadap kinerja auditor pada Inspektorat Provinsi Sulawesi Tenggara.
Komunikasi yang baik dalam iklim organisasi dan rasa puas dalam melaksanakan pekerjaan
audit akan meningkatkan kinerja auditor yang meliputi kualitas dalam bekerja, kuantitas
menyelesaikan pekerjaan, ketepatan waktu dan efektivitas serta mandiri dalam bekerja.
2. Komunikasi organisasi yang diukur dengan indikator kepercayaan, pengambilan keputusan
partisipatif dan keterbukaan dalam komunikasi secara parsial berpengaruh positif dan
signifikan terhadap kinerja auditor pada Inspektorat Provinsi Sulawesi Tenggara.
3. Kepuasan kerja yang diukur dengan indikator kepuasan terhadap gaji, kepuasan terhadap
pekerjaan itu sendiri, kepuasan terhadap sikap atasan dan kepuasan terhadap rekan kerja
secara parsial berpengaruh positif dan signifikan terhadap kinerja auditor pada Inspektorat
Provinsi Sulawesi Tenggara.

DAFTAR PUSTAKA

Amir, M. Taufiq, 2011, Manajemen Strategik Kosep dan Aplikasi, Jakarta: PT. Raja
Grafindo Persada.
Anwar Prabu Mangkunegara, 2007, Manajemen Sumber Daya Manusia untuk perusahaan. :
PT. Remaja Rosdakarya. Bandung,
Bastian, Indra, 2006, Akuntansi Sektor Publik: Suatu Pengantar, Erlangga, Jakarta.
Bastian, Indra, 2006, Sistem Perencanaan dan Penganggaran Pemerintahan Daerah di
Indonesia, Salemba Empat, Jakarta.
Denny, Richard, 2006. Kiat Komunikasi yang Efektif dan Impresif. Gramedia, Jakarta.
Effendy, Onong Uchjana. 2007. Ilmu Komunikasi (Teori dan Praktek). Bandung: Remaja
Rosdakarya
Elvinaro, Ardianto. (2008). Komunikasi Massa Suatu Penghantar. Bandung: Simbiosa
Rektama Media.
Gibson, James L et al 2006, Organizations (Behavior, Structure, Processes),
Twelfth Edition, McGrow Hill
Hamidi. (2007). Metode Penelitian dan Teori Komunikasi. Malang: Universitas
Muhammdiyah Malang.
Husien Umar, 2004, Metodologi Penelitian Untuk Skripsi dan Tesis Bisnis; Bandung: Alfabeta.
Husein Umar, 2002, Petunjuk Lengkap Membuat Skripsi dan Tesis;Rajawali Pers.
Instruksi Presiden Nomor 3 Tahun 2003 tentang Kebijakan dan Strategi Nasional
Pengembangan e-Government di Lingkungan Pemerintah.

15
Junaedi Edi, 2006. Pengaruh Kepuasan Kerja Karyawan Terhadap Kinerja Karyawan Pada
PT. KHI Industries Cigading-Cilegon Banten, UNIKOM, Bandung.
Keputusan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara Nomor 63 Tahun 2003 tentang Pedoman
Penyelenggaraan Pelayanan.
Keputusan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara Nomor 81 Tahun 1993tentang Pedoman
Tata Laksana Pelayanan Umum.
Luthans, Fred. 2006. Perilaku Organisasi, (Alih Bahasa V.A Yuwono, dkk),
EdisiBahasa Indonesia, Yogyakarta: ANDI.
Marihot Tua Efendi Hariandja, 2005, Manajemen Sumber Daya Manusia. Grasindo. Jakarta.
Mathis, Robert L & John H. Jackson ( Terjemahan Jimmy Sadeli dan Bayu Prawira), 2001.
Manajemen Sumber Daya Manusia, jilid 1, Penerbit Salemba, Jakarta.
Moh, Asad, 2004, Psikologi Industri, Liberti, Yogyakarta.
Muhammad, Arni, 2007. Komunikasi Organisasi. Bumi Aksara, Jakarta.
Nurudin. (2007). Sistem Komunikasi Indonesia. Jakarta: Raja Grafindo Persada.
Pace, F. Wayne dan Don F. Faules. (2005). Komunikasi organisasi : Strategi
meningkatkan kinerja perusahaan. Jakarta : Penerbit Erlangga.
R. Wayne Pace, Don F. Faulos, Komunikasi Organisasi: Strategi meningkatkan kinerja
perusahaan (editor Deddy Mulyana, MA, Ph.D.), PT Remaja Rosdakarya Bandung
2006.
Robbins, Stephen P. 2006.Teori Organisasi Struktur; Desain & Aplikasi. Jakarta,
Arcen
Robbins, Stephen P. 2007. Perilaku Organiasi. Alih Bahasa Hadyana Pujaatmaka,
dkk. Penerbit Prenhallindo : Jakarta
Sedarmayanti, 2007, Sumber Daya Manusia Dan Produktivitas Kerja. CV. Mandar Maju.
Bandung.
Sihotang, A, 2007, Manajemen Sumber Daya Manusia. PT. Pradnya Paramita. Jakarta.
T. Handoko, 2001. Manajemen Personalia Manajemen Sumber Daya Manusia, BPSE,
Yogyakarta
Umi Nariamawati, 2007, Riset Manjemen Sumber Daya Manusia; Jakarta: Agung Media.
Umi Narimawati, 2006, Jurnal Trikonomika Fakultas Ekonomi Unpas: Bandung
Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah.
Undang-Undang Nomor 9 Tahun 2001 tentang Pembentukan Kota Cimahi.
Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1985 tentang Pengadilan Tata Usaha Negara
Veithzal Rivai, 2008, Manajemen Sumber Daya Manusia Untuk Perusahaan dari teori ke
praktik. PT. RajaGrafindo Persada. Jakarta.
Wiryanto. (2000). Pengantar Ilmu Komunikasi . Jakarta: Grasindo.
Werner dan James, 2009. Teori Komunikasi. Prenada Media, Jakarta.
Wibowo, 2007, Manajemen Kinerja; PT. Raja Grafindo Persada: Jakarta.

16

Anda mungkin juga menyukai