Anda di halaman 1dari 3

INDIKASI DAN KONTRAINDIKASI PADA PEMERIKSAAN

HSG (HISTEROSALPINGOGRAFI)

Oleh Indah Nur Janah 151510383018

Pemeriksaan HSG atau Histerosalpingografi merupakan prosedur pemeriksaan radiologi


dengan cara memasukkan media kontras radio-opaque melalui canulla untuk melihat bentuk,
ukuran, dan posisi uterus serta tuba falopi. Pemeriksaan ini juga dapat memperlihatkan lesi
seperti polip, tumor dan juga fistula. Serta dapat digunakan untuk memeriksa patensi tuba
fallopi dalam kasus sterilisasi.

Dalam pemeriksaan HSG di Indonesia, para ahli radiologi sering menggunakan bahan
kontras yang larut dalam air yaitu urografin 60% (meglumin diatrizoate 60% atau sodium
diatrizoate 10%). Urografin merupakan bahan kontras yang bersifat encer sehingga
memberikan opasitas yang memuaskan dan mudah masuk ke dalam tuba falopi dan
menimbulkan terjadinya pelimpahan kontras ke dalam peritoneum dengan segera. Pada
beberapa tahun terakhir, bahan kontras lipiodol ultrafluid juga dipakai dalam prosedur
pemeriksaan HSG, namun lipiodol memiliki kekurangan yaitu resorpsi kembali berlangsung
lama jika kontras masuk kedalam rongga peritoneum. Jumlah bahan kontras yang digunakan
pada pemeriksaan HSG tergantung dari masing-masing pasien tetapi kebanyakan
menggunakan kontras mendekati 10 ml. Penggunaan kontras minyak sudah banyak
ditinggalkan karena menyebabkan beberapa komplikasi yaitu emboli paru, granuloma pada
permukaan peritoneum, fibrosis peritoneum, dan penyerapan yang lebih lama.

Waktu pemeriksaan yang tepat untuk pemeriksaan HSG adalah hari ke-9, ke-10 atau ke-11
dalam siklus haid (dihitung sejak hari pertama mendapat haid). Umumnya saat memasuki hari
ke-9, haid telah selesai dan belum terjadi ovulasi (dilepaskannya sel telur dari indung telur).
Sebaiknya HSG dilakukan seminggu setelah menstruasi, sebelum ovulasi untuk meyakinkan
bahwa pasien tidak sedang hamil pada saat pemeriksaan. Karena dalam siklus normal, ovulasi
terjadi pada hari ke-10.

Pemeriksaan HSG harus dilakukan setelah menstruasi, hal ini dimaksudkan agar cairan
kontras tadi tidak ikut masuk ke pembuluh darah yang pada saat menstruasi dalam keadaan
terbuka. Jika cairan kontras sampai ikut masuk dikhawatirkan akan menyebabkan
penyumbatan di pembuluh darah. Pemilihan hari yang diasumsikan belum terjadi ovulasi
sebagai hari pemeriksaan pun bertujuan agar tidak mengganggu sel telur yang akan dilepaskan
oleh indung telur. Memasukkan cairan yang mengandung zat kontras ke dalam saluran telur
saat terjadinya ovulasi dikhawatirkan dapat mempengaruhi kualitas sel telur.

Ada beberapa indikasi dilakukan pemeriksaan HSG salah satu yang paling sering yaitu
masalah ketidaksuburan atau biasa disebut dengan Infertilitas, pada kasus ini pemeriksaan
HSG memiliki tujuan untuk mendiagnosa ada atau tidaknya sumbatan pada salah satu atau
bahkan kedua tuba fallopi yang dapat menghambat berkumpulnya sperma dan sel telur.
Disamping itu, pemeriksaan HSG juga dapat memberikan gambaran dari cavum uteri dan
mendeteksi adanya abnormalitas uterus yang menyebabkan infertilitas atau keguguran
berulang.

Indikasi kedua dilakukan pemeriksaan HSG adalah Lokalisasi IUD (Intra Uterine Device)
yang bertujuan untuk melihat ada atatidaknya IUD didalam cavum uteri dan melihat lokasi
IUD jika mengalami pergeseran atau kelainan. Untuk indikasi ini, sebelum dilakukan prosedur
HSG lebih baik dilakukan foto polos abdomen yang bertujuan untuk melihat IUD masih
nampak didalam abdomen atau sudah tidak tampak.

Indikasi ketiga dilakukan pemeriksaan HSG adalah Pendarahan Pervagina Minimal yang
mungkin disebabkan oleh adanya mioma uteri, polip endomentrium, adenomatorus, dll. Pada
indikasi ini juga dapat dilihat ada atau tidaknya kelainan bawaan pada uterus atau adhesi dalam
kanalis servisis dan cavum uteri yang dapat menyebabkan abortus.

Indikasi keempat dilakukan pemeriksaan HSG adalah Hidrosalping. Hidrosalping


merupakan salah satu bentuk peradangan kronik pada salping yang sering terjadi akibat hasil
akhir pyosalping dengan reabsorbsi eksudat purulan yang diganti dengan cairan jernih. Untuk
melihat keadaan salping.

Indikasi selanjutnya dilakukan pemeriksaan HSG adalah Sterilisasi Primer / Sekunder.


Pada indikasi ini, pemeriksaan HSG perlu dilakukan untuk melihat potensi dari tuba fallopi
dan biasanya dilakukan setelah operasi tuba fallopi untuk menentukan keberhasilan operasi.
Pada tuba yang paten akan terjadi pelimpahan kontras dari tuba ke dalam rongga peritoneum.
Hal ini memberikan gambaran yang khas karena bahan kontras akan tersebar diantara
lingkaran-lingkaran usus dalam perut.
Dari beberapa indikasi yang telah disebutkan diatas, terdapat pula kontraindikasi dari
pemeriksaan HSG yang menyebabkan pemeriksaan harus ditunda salah satunya adalah
Menstruasi karena ketika menstruasi pembuluh darah sedang dalam keadaan terbuka sehingga
dikhawatirkan jika tetap dilakukan pemeriksaan HSG akan menyebabkan penyumbatan pada
pembuluh darah.

Kontraindikasi kedua dari pemeriksaan HSG adalah Infeksi, baik infeksi yang terjadi pada
organ genital bagian dalam ataupun luar. Hal tersebut dikarenakan adanya kemungkinan
infeksi akan menjalar ke rahim dan tuba fallopi melalui bahan kontras yang dimasukkan.

Kontraindikasi ketiga dari pemeriksaan HSG adalah Pendarahan Pervagina Berat. Hal
tersebut disebabkan jika adanya pendarahan, maka bahan kontras bisa masuk kedalam vena
uterina dan vena ovarii kemudian masuk kedalam vena cava inferior, jantung sebelah kanan
dan selanjutnya masuk kedalam paru-paru.

Kontraindikasi selanjutnya dari pemeriksaan HSG adalah Hamil. Bila sedang dalam
keadaan hamil penggunaan sinar radiasi akan berbahaya bagi fetus dan kemungkinan terjadinya
obortus sangat tinggi. Disamping hal tersebut, saat hamil kondisi vagina dalam keadaan
sensitif.

Referensi

Annymous. Ayah Bunda. Periksa Kesehatan Saluran Telur dengan HSG. [Online]
https://www.ayahbunda.co.id/prakonsepsi-gizi-kesehatan/periksa-kesehatan-saluran-telur-
dengan-hsg.

Hardhiani, Allaely. 2015. KESEHATAN. Cerita Tentang HSG #TTC. February 17, 2015, p.
1.

R H Daffner, MD. 1993. Clinical Radiology. [book auth.] Gynecologic Imaging. First Edition.
US : Elsevier, 1993, pp. 260 - 262.

Rasad, S. 2008. Hysterosalpingography. [book auth.] Radiologi Diagnostik. Edisi Kedua.


Jakarta : Universitas Indonesia, 2008, pp. 321 - 324.

Anda mungkin juga menyukai