Anda di halaman 1dari 3

Nama Maba : Chintya Clara Abidha Dewantari

Nama Garda : Obstetrics

AMNIOCENTESIS

Amniosintesis adalah pemeriksaan yang biasa digunakan untuk uji


abnormalitas kromosom, penyakit genetik, infeksi pada fetus, mengevaluasi
kematangan paru serta dapat digunakan sebagai terapi pada kondisi hidramnion.
Saat ini, amniosintesis telah banyak digunakan oleh masyarakat. Pemeriksaan ini
dilakukan pada wanita hamil yang berusia diatas 35 tahun dengan hasil tes
skrining prenatal positif, riwayat kelainan genetik yang spesifik dalam keluarga
serta riwayat kelainan genetik pada kehamilan sebelumnya. Waktu pelaksanaan
amniosintesis ini adalah usia kehamilan 15-18 minggu. Di US biasa dilakukan
amniosintesis dini, yaitu pada usia kehamilan 10-14 minggu. Namun, karena
potensial tinggi untuk menjadi PROM (Prematur Ruptur Of Membran), infeksi
dan pendarahan, sehingga amniosintesis jarang dilakukan pada usia ini.
Amniosintesis yang dilakukan pada trimester II tidak menunjukkan resiko yang
signifikan terhadap terjadinya ELBW (Extremely Low Birth Weight, Less Than
1000 gr) maupun VLBW (Very Low Birth Weight, Less Than 1500 gr). Adanya
infeksi kulit aktif pada tempat pungsi amniosintesis, jumlah amnion yang sedikit
(hidramnion), serta letak plasenta yang menutupi seluruh dinding anterior
uterus merupakan kontraindikasi dilakukannya pemeriksaan ini.
Amniosentesis merupakan prosedur invasif transabdominal. Ultrasonografi
(USG) digunakan sebagai penuntun dalam melakukan aspirasi cairan amnion
dengan menggunakan jarum spinal berukuran 20-22 G. Jarum diarahkan secara
langsung ke arah kantong amnion dengan menghindari janin dan tali pusat tanpa
melintasi plasenta. Lokal anestesi tidak umum digunakan karena
ketidaknyamanan yang ditimbulkan pada saat pengambilan cairan amnion
tergolong kecil. Sebanyak 20 ml cairan amnion diambil untuk digunakan dalam
analisis kromosom. Setelah selesai, dilakukan observasi perdarahan pada lokasi
bekas suntikan jarum di uterus. Selain itu dilakukan dokumentasi terhadap
gerakan jantung janin pada akhir prosedur. Cairan amnion tersebut kemudian
dikirim ke laboratorium untuk dikultur dan dilakukan pemeriksaan kariotipe.
Pemeriksaan ini memerlukan waktu selama 7-10 hari.
Amniosentesis meningkatkan sedikit risiko keguguran, terutama jika
dilakukan sebelum usia kehamilan 15 minggu. Untuk menurunkan risiko ini,
amniosentesis dilakukan oleh dokter yang berkompetensi dan berpengalaman.
Tidak bisa dipastikan mengapa bisa terdapat sedikit kemungkinan amniosentesis
mengarahkan kepada keguguran. Bisa jadi disebabkan oleh infeksi, perdarahan,
penggunaan jarum ukuran besar, percobaan berkali-kali, korioamnionitis pasca
amniosintesis atau kerusakan membrana amniotik yang disebabkan oleh prosedur.
Selain itu, bisa juga disebabkan karena menjalani amniosintesis dengan usia
kehamilan dibawah 15 minggu. Keguguran yang terjadi setelah prosedur
amniosentesis dilaporkan sebanyak 1 dari 300-500 kasus. Keguguran ini
meningkat 2 kali pada wanita dengan obesitas kelas 3 (IMT 40 kg/m2).
Sebanyak 66 kematian janin dilaporkan pada 12,000 prosedur amniosentesis pada
trimeseter kedua dimana sebanyak 12% diantaranya disebabkan karena infeksi
intrauterin yang sudah ada sebelumnya. Komplikasi lain yang dapat terjadi
diantaranya adalah merembesnya cairan amnion (1-2%) serta korioamnionitis
(0,1%). Selain beresiko keguguran, amniosintesis juga beresiko mengalami
infeksi. Sekitar 1 dari 1.000 ibu hamil yang menjalani amniosentesis mengalami
infeksi serius di dalam cairan amniotik. Infeksi bisa disebabkan oleh perlukaan
pada usus dengan jarum yang digunakan pada prosedur, kuman yang ada di kulit
(perut) ikut masuk bersama jarum ke dalam rongga perut atau rahim, kuman yang
ada di alat USG atau jeli USG, ikut masuk ke dalam rongga perut. Terdapat juga
risiko cedera pada janin dengan jarum yang digunakan melakukan amniosentesis.
Namun, dengan panduan USG tak terputus selama amniosentesis telah
menurunkan kemungkinan komplikasi ini dan saat ini sangat jarang.
`

Daftar Pustaka
Irianti, Bayu, Dkk. 2014. Asuhan Kehamilan Berbasis Bukti. Jakarta: CV Sagung
Seto.
Leven, Kenneth J, dkk. 2013. Obstetri William. Jakarta: Penerbit Buku
Kedokteran EGC.
dr. I Putu Cahya Legawa. 2015. Amniosentesis. http://dokter.legawa.com/?p=290.
Diakses pada tanggal 25 Agustus. Jam 20.00
Summase, S.pd. 2014. Amniosentesis: Diagnosa Kelainan dan Gangguan Kesehatan
Janin dalam Kandungan. http://www.infosehatkeluarga.com/amniosentesis-
diagnosa-kelainan-dan-gangguan-kesehatan-janin-dalam-kandungan/. Diakses
pada tanggal 25 Agustus. Jam 21.00
dr. I Nyoman Rudi Susantha, Sp.OG. 2015. AMNIOSENTESIS.
http://idigianyar.org/artikelidigianyar.php?page_detil=11. Diakses pada tanggal 26
Agustus. Jam 09.00

Anda mungkin juga menyukai