Anda di halaman 1dari 36

BAB 2

LANDASAN TEORI

2.1 Tinjauan Terhadap Pencahayaan Alami


Pencahayaan alami adalah pencahayaan yang dihasilkan oleh sumber cahaya
alami yaitu matahari dengan cahayanya yang kuat tetapi bervariassi menurut jam,
musim, dan tempat. Pencahayaan yang bersumber dari matahari dirasa kurang efektif
disbanding dengan pencahyaan buatan, hal ini disebabkan karena matahari dapat
memberikan intensitas cahaya yang tetap.
Pada penggunaan penchayaan alami diperlukan jendela-jendela yang besar,
dinding transparan dan dinding yang dilobangi, sehingga pembiayaan bangunan
menjadi mahal. Kenuntungan dari penggunaan sumber cahaya matahari adalah
pengurangan terhadap energi listrik.
Pencahayaan sebaiknya lebih mengutamakan pecahayaan alamiah dengan
merencanakan cukup jendela pada bangunan yang ada. Kalua karena alasan tekmis
penggunaan pencahayaan alamiah tidak memungkinkan, barulah pencahayaan buatan
dimanfaatkan dan inipun harus dilakukan dengan tepat. Untuk memenuhi intensitas
Cahaya yang diinginkan sumber cahaya alami dan buatan dapat digunakan secara
bersamaan sehingga menjadi lebih efektif.

2.1.1 Manfaat Pencahayaan Alami


Manfaat pencahayaan alami dibandingkan pencahayaan buatan :
1. Meningkatkan semangat kerja
- Cahaya matahari yang masuk ke dalam ruangan dapat memberikan kesan
hangat, meningkatkan keceriaan, dan semangat dalam ruang (Bean,
2004:193).
2. Sebagai penanda waktu
- Berada dalam suatu ruang yang tertutup dan tidak mendapat cahaya matahari
dapat mengacaukan orientasi waktu, disorientasi, dan terkucil dari
perubahan kondisi sekitar. Kondisi ini berpengaruh tidak baik terhadap
psikologis dan mengganggu jam biologis manusia (Pilatowicz, 1995: 56-
57).
3. Manfaat bagi kesehatan tubuh

9
10

- Sinar matahari berfungsi untuk mendukung pertumbuhan dan perkembangan


seseorang.

2.1.2 Peran Pencahayaan Alami


Peran yang diberikan cahaya alami mencakup lingkup yang sangat luas, mulai
dari lingkungan, manusia, serta arsitektur. Apabila dikaji lebih jauh peran yang
diberikan akan mencakup lebih banyak aspek lagi. Namun disini pembahasannya
hanya dibatasi pada peran cahaya alami terhadap manusia serta lingkungan binaan
atau arsitektur.
A. Peran Pencahaan Alami Pada Manusia
Salah satu peran yang diberikan cahaya alami pada manusia adalah dalam hal
kenyamanan. Peran ini diberikan tidak hanya di dalam bangunan, tetapi juga di luar
bangunan. Setidaknya ada dua macam kenyamanan yang dipengaruhi oleh cahaya
alami pada diri manusia, yaitu kenyamanan visual dan kenyamanan termal.
Kenyamanan visual terkait dengan cahaya alami yang membantu manusia dalam
mengakses informasi visual manusia. Kondisi visual yang terlalu gelap karena
kurangnya cahaya akan menciptakan ketidaknyamanan bagi indera visual.
Ketidaknyamanan ini juga akan mempengaruhi presepsi visual manusia terhadap
lingkungan visualnya.
Penerangan yang baik akan membantu kita mengerjakan pekerjaan dan
membuat kita merasa nyaman ketika mengerjakannya. Walaupun terkesan sederhana,
pernyataan ini merupakan tujuan dari lighting design, yaitu untuk menciptakan
kenyamanan, suasana yang menyenangkan, dan ruang yang fungsional bagi setiap
orang didalamnya (Lam, 1977).
Pencahayaan yang sesuai dengan kebutuhan dan aktivitas yang dilakukan, baik
dalam ruangan maupun diluar ruangan, akan memberikan kenyamanan visual pada
manusia. Kenyamanan visual yang tercipta itu tentu berdampak pada presepsi visual
terhadap ruagan tersebut, serta berbagai objek visual yang berada didalamnya.
Presepsi visual, atau respon manusia terhadap kondisi visual yang di akses oleh
indera visualnya, sangat dipengaruhi oleh cahaya karena cahayalah yang
memungkinkan kita dapat mengakses informasi visual. Untuk itu, penting bagi kita
untuk dapat memenuhi kebutuhan akan cahaya secara tepat dan sesuai dengan
kebutuhan sebuah ruang, baik dalam maupun ruang luar.
11

Cahaya matahari yang senantiasa disertai oleh energi panas harus mampu
dimaksimalkan sesuai dengan kebutuhan ruang dan kegiatan di dalamnya.
Kurangnya akses terhadap cahaya alami, menurut para ahli, dapat menyebabkan
depresi dan stress. Hal ini terkait dengan peran cahaya alami sebagai katalisator bagi
keluarnya beberapa jenis hormon. Kekurangan cahaya alami akan mengurangi
jumlah hormon tersebut yang pada gilirannya akan menyebabkan depresi dan stress.
Dengan mengetahui peran penting cahaya alami bagi tubuh dan kesehatan,
serta bagi kenyamanan dan factor psikologi setiap manusia maka akses terhadap
matahari harus disediakan. Hal ini menjadi permasalahan penting karena sebagian
besar waktu kita dihabiskan di dalam ruang. Berbagai kegitan di dalam ruanngan
harus menjadi bagian dalam menentukan arah dan akses cahaya matahari agar
kesehatan dan kenyamanan manusia tetap tercapai.
B. Peran Pencahayaan Alami Pada Arsitektur
Cahaya alami yang masuk kedalam bangunan membuat manusia memiliki
interaksi dengan ruang luar. Cahaya alami memberikan orientasi walaupun kita
sedang berada di dalam sebuah bangunan.
Cahaya alami yang masuk ke dalam ruangan juga membuat ruangan menjadi
lebih ateraktif dan manarik. Ruangan akan terasa lebih hangat sehingga aktivitas
didalamnya dapat berjalan lebih baik. Sebagaimana telah dibahas pada subbab
sebelumnya cahaya alami memiliki peran penting bagi manusia, termasuk bagi
kesehatan. Karena aktivitas manusia banyak dilakukan didalam ruangan, tugas
arsitekturlah untuk memberikan akses cahaya alami ke dalam setiap ruangan sesuai
dengan kebutuhannya.

2.1.3 Standarisasi Tingkat Penerangan Ruangan


- Kenyamanan Visual
Kenyamanan visual adalah kebutuhan akan tingkat penerangan yang baik di
didalam suatu ruangan. Pencahayaan yang baik, merupakan pencahayaan yang dapat
memenuhi kebutuhan akan penggunanya, terkait dengan jenis kegiatan yang
dilakukan di dalam ruang tersebut.
- Standarisasi Tingkat Penerangan Ruangan
Untuk mencapai kenyamanan visual dalam suatu ruangan, diperlukan
pengaturan terhadap intensitas cahaya yang masuk. Berikut ini merupakan SNI tata
cara sistem pencahayaan untuk rumah tinggal atau hunian:
12

Tabel 1. Tingkat Pencahayaan Rata-Rata, Renderasi Dan Temperatur Warna Yang Direkomendasikan
Fungsi Tingkat Kelompok Temperature Warna
Ruangan Pencahayaan Renderasi Warm Cool White Daylight
(Lux) Warna White 3300 K > 5300 K
< 3300 K 5300 K
Rumah Tinggal
Teras 60 1 atau 2
Ruang 120 150 1 atau 2
Tamu
Ruang 120 - 250 1 atau 2
Makan
Ruang 120 - 250 1
Kerja
Kamar 120 - 250 1 atau 2
Tidur
Kamar 250 1 atau 2
Mandi
Dapur 250 1 atau 2
Garasi 60 3 atau 4
Sumber: SNI 03-6197-2000, Konservasi Energi pada Sistem Pencahayaan

2.1.4 Strategi Pencahayaan Alami Menurut Para Ahli


Menurut buku Sunlight as Formgiver for Architecture karangan William M.
C. Lam terdapat beberapa strategi dasar pencahayaan alami :
1. Shading / Pembayangan
Penggunaan orientasi yang maksimal yaitu ke arah utara dan selatan untuk
membuat pembayangan dan pengalihan cahaya matahari lebih efisien dan lebih mudah
dibandingkan dengan penggunaan kaca rendah tranmisi (lowtransmission glass).
Dikarenakan dengan menggunakan kaca rendah tranmisi, tidak dapat menghilangkan
kebutuhan pembayangan dikarenakan 10 persen dari penerangan matahari dari kaca
rendah transmisi masih terlalu besar. Orientasi ke timur dan barat pembayangan yang
permanen tidak dapat mengontrol silau saat fajar dan saat senja.

Gambar 1. Pembayangan Kaca Dan Transmisi Rendah


Sumber: Sunlight As Formgiver For Architacture (1986)
13

Tabel 2. Macam-macam Shading Device


ShadingDevice Kelebihan Kekurangan
Cantilever (overhang) Menahan sinar Tidak dapat menahan sinar
matahari dari atas matahari yang datang dari
sudut rendah

Louver Overhang Mampu menyaring Tidak dapat menahan sinar


(Horizontal) intensitas cahaya dari yang datang dari sudut
atas, disesuaikan rendah
dengan kebutuhan Tidak dapat diaplikasi kan
pada bangunan tinggi

Panels/awning Menghalangi sinar Menghalangi pandangan ke


matahari pada sudut luar
rendah (arah Turut menghalangi cahaya
horizontal) langit, sehingga ruangan
menjadi gelap

Horizontal Louver Screen Dapat mengatur Tidak dapat diaplikasikan


intensitas matahari pada bangunan tinggi
yang ingin diperoleh
Menghalangi
masuknya sinar
matahari langsung

Egg Crate Mampu menghalangi Fasad bangunan menjadi


sinar matahari dari terkotak-kotak (kaku)
sudut kedatangan yang
rendah

Vertical Louver Menghalangi sinar Masih memungkinkan


matahari yang berasal masuknya cahaya matahari
dari samping dengan dalam jumlah banyak
sudut kedatangan
cahaya yang rendah

Sumber : Concept in Thermal Comfort, Egan, 1975


14

2. Redirection/Pengalihan Pencahayaan Alami


Penyebaran cahaya di tempat yang dibutuhkan untuk meminimalisir kebutuhan
cahaya buatan. Tingkat pencahayaan yang tinggi tidak efisien bila tidak di sebar atau
didistribusikan dengan baik.

Gambar 2. Pendistribusian Cahaya Ketempat Yang Di Butuhkan


Sumber: Sunlight As Formgiver For Architacture (1986)

3. Framing of View / Pengambilan View


Maksimalkan view ke luar bangunan dan blokview yang tidak bagus dengan
penggunaan elemen pembayangan yang sangat besar atau kecil, tergantung view yang
ingin di perlihatkan. Maksimalkan juga view ke dalam/interior dengan menciptakan
pemandangan yang indah untuk dilihat.

Gambar 3. Optimalisasi View


Sumber: Sunlight As Formgiver For Architacture (1986)

Cara untuk memasukkan cahaya alami dibagi berdasarkan orientasi bangunan,


bentuk bangunan, cara memasukkan cahaya ke dalam bangunan dan mengontrol
cahaya yang masuk ke dalam bangunan. (Manurung, 2012)
1. Orientasi Bangunan Terhadap Matahari
Orientasi bangunan memiliki peran yang sangat penting dalam mendesain
pencahayaan alami(daylighting design). Indonesia, sebagai negara yang berada
dibawah garis khatulistiwa, menerima cahaya matahari relati stabil sepanjang tahun.
Posisi demikian mengakibatkan negara ini hanya memiliki dua musim, yaitu musim
kemarau dan musim penghujan.
15

Cahaya matahari mulai menyinari bangunan-bangunan di Indonesia pada pagi


hari hingga sore hari, kondisi ini relatif sama sepanjang tahun. Perjalanan
pencahayaan sejak pagi hingga sore inilah yang harus dipertimbangkan dalam desain
bangunan agar cahaya dapat masuk ke dalam bangunan secara optimal. Selain itu,
arah cahaya yang berasal dari sisi timur dan tenggelam pada sisi barat juga harus
menjadi pertimbangan dalam menentukan jalan masuknya cahaya. Penataan ruang
pun harus dipertimbangkan. Karena, selain terkait dengan fungsi dan kegiatan,
masing-masing ruangan memiliki kebutuhan yang berbeda akan cahaya alami.
Arah datangnya cahaya bukan merupakan satu-satunya pertimbangan dalam
penentuan orientasi bangunan. Selain itu kondisi eksisting pada tapak yang dapat
menghalangi akses cahaya matahari menuju tapak juga harus diperhitungkan.
Menurut lippsmeier untuk orientasi bangunan dan perlindungan terhadap
cahaya matahari, berlaku aturan-aturan dasar berikut :
1. Sebaiknya fasad terbuka menghadap ke selatan atau utara, agar meniadakan
radiasi langsung dari cahaya matahari rendah dan konsentrasi tertentu yang
menimbulkan panas.
2. Pada daerah iklim tropis basah diperlukan pelindung untuk semua lubang
bangunan terhadap cahaya langsung dan tidak langsung, bahkan bila perlu
untuk seluruh bidang bangunan, karena bila langit tertutup awan, seluruh
bidang langit merupakan sumber cahaya.
2. Bentuk Bangunan terhadap Cahaya Matahari
Kepadatan bangunan yang sangat tinggi pada lokasi, serta sempitnya lahan
yang tersedia, kerap menjadi kendala dalam mengoptimalkan masuknya cahaya
alami ke dalam bangunan. Keterbatasan ini dapat direduksi dengan memainkan
geometri bangunan pada desain.
1) Bentuk Bangunan Ramping
Bentuk bangunan yang bangunan dengan bentuk yang ramping membuat
cahaya dapat masuk melalui dua sisi bangunan sehingga didapatkan cahaya
yang memadai asalkan didukung akses yang tepat, baik melalui bukaan
maupun bidang transparan.
Untuk mendapatkan berbagai bentuk seperti bentuk huruf I, L, H, T, U
dan sebagainya. Namun permainan geometri seperti ini juga harus
mempertimbangkan faktor bayangan, karena tanpa pertimbangan jarak dan
16

ketinggian bangunan, bidang-bidang tersebut justru akan menjadi penghalang


masuknya cahaya bagi bidang yang lainnya.

Gambar 4. Bentuk Bangunan Ramping, Geometri Huruf H


Sumber: APA STUDIO diakses tanggal 16 November 2015

2) Atrium
Atrium pada bangunan menciptakan ruang terbuka pada bagian dalam
sehingga memberikan jalan atau akses bagi masuknya cahaya alami. Dengan
adanya atrium ruang-ruang yang lain akan menjadi semakin ramping, dan
memiliki akses terhadap cahaya matahari melalui dua sisi, sisi bagian luar dan
sisi bagian dalam.

Gambar 5. GCF Entrance Main Atrium | LAVA


Sumber: http://www.archivenue.com/ diakses tanggal 16 November 2015

3) Memiringkan Fasad Bangunan


Pada lokasi yang padat, terutama ketika sekitar tapak dikelilingi
bangunan-bangunan tingi, maka akses cahaya matahari untuk masuk ke dalam
tapak semakin sempit. Jarak yang sangat sempit antara tapak dengan bangunan
disekitarnya menyebabkan sudut cahaya matahari semakin kecil. Kecilnya
sudut cahaya matahari dapat diatasi dengan memiringkan fasad bangunan
kearah dalam, sehingga sudut yang tercipta lebih besar daripada yang didapat
17

dengan fasad vertikal. Pendekatan ini memungkinkan ruang dalam memiliki


akses cahaya lebih besar, terutama pada bangunan bertingkat tinggi, dengan
sudut cahaya yang besa, bagunan akan menjangkau setiap lantai yang ada.

Gambar 6. Mechatronik by Ccaramel Architekten


Sumber: http://www.dezeen.com diakses tanggal 16 November 2015

3. Memasukkan Cahaya ke Dalam Bangunan


Secara umum, cahaya dapat dimasukkan ke dalam ruangan melalui dua bagian
bangunan, yaitu :
1) Memasukkan Cahaya dari Samping
Memasukkan cahaya dari samping menjadi lebih mudah karena
terkoordinasi dengan kulit bangunan, dan kerap dipertimbangkan sebagai akses
visual bagi pemandangan yang ada di luar bangunan. Cahaya dapat dimasukan
melalui bukaan ataupun bidang transparan pada bagian kulit atau pelingkup
bangunan. Pemasangan bidang transparan dengan menempatkan kaca sebagai
elem vertikal atau pelingkup bangunan, cahaya yang masuk ke dalam ruang
sangat besar, namun masalah silau dan kenyamanan termal juga akan muncul.
Jika pendekatan ini dilakukan tanpa mempertimbangkan kenyamanan
termal juga akan membuat udara panas terjebak didalam bangunan. Sekali pun
menggunakan bantuan penghawaan buatan, energi yang dibutuhkan untuk
mendinginkan ruangan akan menjadi sangat besar.
Pendekatan lain yang sering dilakukan untuk memasukkan cahaya dari
samping adalah dengan meletakkan jendela pada elemen vertikal atau dinding.
Jendela, selain untuk memasukkan cahaya dan menciptakan akses visual dari
dan ke dalam bangunan, juga kerap difungsikan untuk sirkulasi udara, bagi
terciptanya pergerakan dan pergantian udara di dalam ruang.
18

Gambar 7. Bidang Transparan pada Frontier Project / HMC Architects


Sumber: Archdailydiakses tanggal 16 November 2015

Semua peran tersebut dapat dilakukan secara bersamaan oleh jendela.


Kehadiran jendela juga akan memberikan pengaruh besar terhadap tampilan
bangunan secara keseluruhan, baik melalui bentuk, orientasi, ukuran, bahkan
sampai finishing yang digunakan.
Jendela dibagi menjadi tiga bagian area yaitu rendah, tengah dan tinggi.
Orientasi sudut pemantulan cahaya dan bentuk langit-langit diasumsikan sama
dengan kasus ini.
a. Jendela Rendah
Bentuk jendela rendah menghasilkan bentuk pencahayaan yang merata
dapat mendistribusikan pantulan cahaya kedalam bangunan. Dengan
menggunakan jendela rendah memungkinkan dinding bagian atas dan langit-
langit akan terkesan gelap. Hal tersebut dapat diatasi dengan meminimalisir
daerah depan dengan memiringkan langit-langit kebawah menuju kepala
jendela dan meletakan jendela rendah berdekatan dengan dinding tegak lurus.
Jendela rendah dapat memiliki view tergantung besarnya jendela tersebut,
terlihat pada contoh gambar diatas. Gambar kedua dengan skala jendela rendah
yang kecil ruangan tersebut tidak memiliki view yang memuaskan. Dengan
demikian unsur privasi merupakan masalah untuk penggunaan jendela rendah,
sulit mengkombinasikan unsur privasi dengan beberapa view dan cahaya
dibangunan rendah dengan jendela rendah.
19

Gambar 8. Peletakan Jendela Dekat Dengan Dinding


Sumber: Sunlight As Formgiver For Architacture (1986)

Gambar 9. Contoh Jendela Rendah


Sumber: Sunlight As Formgiver For Architacture (1986)

b. Jendela Tinggi
Keuntungan dari jendela tinggi adalah menghasilkan penyebarancahaya
terbaik saat langit mendung, selain itu jendela tinggi dapat menghasilkan
cahaya dengan tingkat privasi dan keamanan yang lebih baik dari jendela lain.

Gambar 10. Contoh Jendela Tinggi


Sumber: Sunlight As Formgiver For Architacture (1986)

Kerugian utama dari jendela tinggi adalah pendistribusian cahayanya


kurang menguntungkan untuk langit-langit dari pantulan cahaya bawah tanah.
Jendela tinggi memaksimalkan potensial silau dari langit dan matahari dan
20

pasti membingungkan atau tidak pasti. Dari segi view jendela atas juga kurang
memuaskan.

Gambar 11. Penerapan Jendela Tinggi


Sumber: Sunlight As Formgiver For Architacture (1986)

c. Jendela Tengah
Jendela tengah tidak sebaik dengan jendela rendah dalam hal
pendistribusian cahaya dari pantulan tanah dan tidak sebaik jendela tinggi
dalam pendistribusian cahaya dari langit mendung. Akan tetapi, jendela tengah
menghasilkan pencahayaan yang cukup untuk kegunaan ruangannya ini
merupakan pilihan yang cukup disukai karena jendela ini menghasilkan view
terbaik. Cahaya yang silau dengan cahaya yang maksimal dari jendela tengah
dapat diatasi dengan memiringkan jendela tengah menjadi di bawah tanah
pandangan mata dari posisi pekerjaan yang paling penting, tetapi belum
memungkinkan mereka terlihat oleh langit-langit.

Gambar 12. Contoh Jendela Tengah


Sumber: Sunlight As Formgiver For Architacture (1986)

2) Memasukkan Cahaya dari Atas


Memasukkan cahaya dari atas sangat berbeda dengan memasukkan
cahaya dari samping. Cahaya yang dimasukkan melalui bagian atas umumnya
memiliki kuantitas cahaya yang lebih tinggi dan lebih stabil disbanding cahaya
yang dimasukkan dari bagian samping. Cahaya dari samping sangat bergantung
pada posisi matahari dan pantulan dari permukaan atau perkerasan pada bidang
21

horisontal. Sebagian besar cahaya alami yang masuk dari sisi samping
bukannya merupakan cahaya matahari langsung (sunlight), melainkan cahaya
pantulan langit (skylight).
Cahaya yang masuk melalui bagian atas merupakan kombinasi cahaya
matahari dan cahaya pantulan langit. Cara memasukkan cahaya alami dari
bagian atas yang sangat sering dilakukan adalah dengan menggunakan skylight.
Dalam konteks memasukkan cahaya alami dari bagian atas, skylightmerupakan
jalan cahaya yang disediakan melalui bagian atas bangunan dengan
menggunakan bidang transparan, baik berupa kaca, plastik, polikarbonat,
maupun bidan transparan lainnya.

Gambar 13. Beberapa Jenis Pencahayaan yang Mengikuti Bentuk Atap


Sumber: Pencahayaan Alami dalam Arsitektur

Bentuk skylightsendiri sangat variatif. Ada yang hanya bidang datar,


mengikuti bidang atap, berbentuk segitiga, kubah, setengah lingkarang,
seperempat lingkaran, serta kombinasi di antaranya. Beberapa juga dilakukan
pengulangan, seperti atap gerjaji, untuk mendapatkan kuantitas cahaya yang
optimal, serta menciptakan irama pada desain bangunan.
Dari sisi pencahayaan sendiri, pertimbangan arah datangnya cahaya
sangatlah penting sehingga cahaya yang masuk dengan sudut yang tepat dan
arah yang tepat ke dalam ruang, sesuai kebutuhan pencahayaan ruang dalam.
22

Gambar 14. Skylight Datar


Sumber: http://www.archiexpo.com/ diakses tanggal 16 November 2015

Gambar 15. Skylight Segitiga


Sumber: http://www.velux.co.uk/ diakses tanggal 16 November 2015

Gambar 16. Skylight Bujur


Sumber:http://everydaytourist.ca/ diakses tanggal 16 November 2015
4. Mengontrol Cahaya yang Masuk
Cahaya alami memiliki karatker yang berbeda dengan cahaya buatan. Pada
cahaya buatan, kita dapat menentukan intensitas, arah cahaya, pola cahaya serta
sumber cahaya yang diinginkan. Sedangkan cahaya alami yang bersumber dari
cahaya matahari dan cahaya yang dipantulkan oleh langit akan masuk ke dalam
bangunan dengan intensitas, arah cahaya dan sudut cahaya yang sulit diprediksi. Ini
sangat dipengruhi oleh kondisi eksternal seperti kondisi langit, apakah berawan atau
tidak, faktor geografis dan topologi, serta faktor lain yang terdapat di sekitar
bangunan.
23

Dengan intensitas cahaya matahari yang sangat besar, mencapai 10.000 lux
bahkan lebih, arsitek atau desainer harus melakukan kontrol terhadap cahaya
matahari yang masu kedalam bangunan. Kontrol dilakukan agar cahaya yang masuk
tidak berlebihan sehingga berdampak pada kenyamanan manusia yang beraktivitas di
dalam bangunan.
Saat ini ada banyak variasi alat kontrol seiring berkembangnya teknologi dan
gaya arsitektur bangunan. Tidak saja secara fungsional, tetapi alat kontrol juga akan
mempengaruhi bangunan secara visual, baik pada tampilan luar bangunan, maupun
interior bangunan.

Gambar 17. Tipe Alat Kontrol Eksternal (1-10) dan Internal (11-15)
Sumber: Pencahayaan Alami Dalam Arsitektur

Kontrol cahaya matahari terdiri dari dua macam, yaitu:


1. Kontrol Eksternal
Pada umumnya, kontrol cahaya yang besifat permanen diletakkan pada sisi luar
bangunan, atau dengan kata lain merupakan kontrol eksternal. Inisangat dipengaruhi
oleh kebutuhan alat kontrol yang kuat, menyatu dengan bangunan, tahan terhadap
kondisi cuaca, serta mudah dalam perawatannya. Beberapa di antaranya yang paling
banyak kita temui ialah overhang, sebuat alat kontrol yang kerap dibuat dengan
bahan beton dan diletakkan diatas jendela.
24

Overhang berfungsi untuk mencegah masuknya cahaya matahari langsung


yang menyilaukan. Namun, alat kontrol ini memiliki kelemahan karena sifatnya
permanen dan tidak dapat diatur sesuai kebutuhan. Di sisi lain, bentuk yang massif
juga membantu untuk meredam dan mencegah panas yang masuk ke dalam ruangan.
Berbeda dengan overhang yang bersifat massif dan berpotensi menghambat
pergerakan udara ke dalam ruang, louver (kisi-kisi) menciptakan akses bagi
pergerakan udara. Pada perkembangannya, sistem louver telah banyak digunakan
untuk mengontrol cahaya dan di sisi lain tetap memungkinkan terjadinya pergerakan
udara ke dalam ruangan. Bentuknya juga sangat mendukung desain bangunan karena
dapat disesuaikan dengan mudah, baik material yang digunakan maupun modul yang
dipilih. Kebanyakan louverberbahan logam dan kayu dan diletakkan di atas jendela
ataupun bidang transparan untuk mencegah terjadinya silau pada ruangan.
2. Kontrol Internal
Pada kontrol internal, alat kontrol yang dapat digerakkan lebih banyak dipilih.
Kebutuhan yang berbeda pada tiap ruang cahaya, serta perubahan arah cahaya yang
terjadi waktu ke waktu dengan intensitas yang juga kerap berubah, membutuhkan
alat kontrol yang dapat disesuaikan. Teknologi telah membantu dalam operasional
alat kontrol semacam ini sehingga sangat mudah dioperasikan. Beberapa ada yang
telah menggunakan alat sensor yang bergerak secara otomatis sesuai arah datangnya
cahaya matahari. Kebutuhan akan interaksi visual dengan ruang luar menjadi salah
satu alasan tipe ini banyak digunakan.

Gambar 18. Overhang


Sumber: forums.autodesk.com diakses tanggal 17 November 2015
25

Gambar 19. Louver Screen


Sumber: www.designbuilder.co.uk diakses tanggal 17 November 2015

Dari sisi perletakkannya, alat kontrol dibagi kedalam dua bagian, yaitu:
1. Vertikal
2. Horisontal
Pembagian ini tidak hanya ditemui pada alat kontrol eksternal, tetapi juga pada
alat kontrol internal. Pemilihan keduanya didasarkan pada arah datangnya cahaya,
serta sudut cahaya yang masuk ke dalam ruangan.
Alat kontrol vertikal lebih efektif dalam mengntrol cahaya matahari yang
datang dari samping dan memantulkannya kembali, sedangkan alat kontrol horisontal
lebih sesuai untuk mengontrol cahaya yang datang dari atas.
Pemilihan material pada louver menjadi hal yang penting, karena faktor cuaca
dan iklim akan memengaruhi keawetan alat kontrol. Pada bangunan tinggi, dimana
perawatan sulit dilakukan, lebih baik menggunakan material yang tahan terhadap
cuaca, korosi, serta mudah perawatannya seperti stainless stell. Selain itu, faktor
tampilan bangunan yang kontekstual.

Gambar 20. Louver Horizontal Gambar 21. Louver Vertical


Sumber: Archdaily diakses tanggal 17 November 2015
26

Gambar 22. Louver Combination


Sumber: Archdaily diakses tanggal 17 November 2015

2.2 Tinjauan Terhadap Apartemen


Menurut Kamus Besar Indonesia, defini dari apartemen adalah tempat tinggal
(terdiri atas kamar duduk, kamar tidur, kamar mandi, dapur, dsb) yang berada pada
satu lantai bangunan bertingkat yang besar dan mewah, dilengkapi dengan berbagai
fasilitas (kolam renang, pusat kebugaran, toko, dsb).
Apartemen adalah suatu kawasan bangunan yang memuat beberapa grup
hunian yang berupa rumah flat atau rumah petak bertingkat yang diwujudkan untuk
mengatasi masalah perumahan akibat kepadatan tingkat hunian dan keterbatasan
lahan dengan harga terjangkau di perkotaan. (Panduan Perancangan Bangunan
Komersil, Endy Marlina,2007)
Apartemen adalah satu ruangan atau lebih, biasanya merupakan bagian dari
struktur hunian yang dirancang untuk ditempati oleh lebih dari satu keluarga.
Normalnya berfungsi sebagai perumahan sewa dan tidak dimiliki olehpenghuninya
dan dikelola oleh pemilik atau pengelola properti. (Dictionary of Real Estate, Wiley,
1996)
Maka, definisi apartemen adalah sebuah bangunan terdiri dari unit-unit hunian
yang disusun secara vertikal yang diwujudkan untuk mengatasi masalah
keterbatasan penduduk dan keterbatasan lahan.
27

Gambar 23. Gedung Apartemen


Sumber : ArchDaily, diakses tanggal 2 Oktober 2015

2.2.1 Karakteristik Apartemen


Ada beberapa hal yang dapat membedakan antara satu apartemen dengan
apartemen lainnya seperti, tinggi bangunan, penampilan fisik, fasilitas yang
disediakan, strukturyang digunakan, dan kelas apartemen, namun secara garis besar
apartemen memiliki ciri-ciri sebagai berikut :
Memiliki jumlah lantai lebih dari satu
Terdiri atas beberapa unit hunian dalamsatu lantai
Setiap unit hunian terdiri atas minimal 3 macam ruang yaitu ruang tidur, dapur
dan kamar mandi.
Setiap penghuni akan saling berbagi fasilitas yang ada pada apartemen
Sirkulasi vertikalnya berupa tangga atau liftt sementara sirkulasi horizontalnya
berupa koridor
Setiap unit akan mendapatkan jendela yang menghadap ke luar bangunan

Adapun ruang-ruang yang umumnya ada pada sebuah apartemen antara lain :
- Ruang duduk
Ruang duduk harus dapat menampung aktivitas bersama suatu keluarga seperti
menonton, mendengar musik, membaca, dan tempat bermain anak-anak,
sekaligus sebagai tempat relaksasi individual. Pada beberapa apartemen, ruang
duduk juga berfungsi sebagai ruang tamu. Adapula ruang duduk yang sekaligus
menyatu dengan kamar tidur, terutama pada unit hunian tipe studio dengan luas
paling minimal.
- Ruang makan
Ruang makan letaknya dekat dengan dapur dan adakalanya menyatu dengan
dapur ataupun ruang duduk untuk menghemat ruang.
28

- Dapur
Dapur harus dapat mewadahi semua aktivitas persiapan makanan,
penyimpanan dan penyajian makanan.
- Kamar tidur
Setiap kamar tidur harus memiliki ruang yang cukup untuk menampung dua
orangdan harus memiliki jendela yang menghadap keluar bangunan untuk
keperluan pencahayaan dan pengudaraan. Kamar tidur harus dirancang supaya
kedap suaranya semaksimal mungkin untuk kenyamanan tidur penghuninya.
- Kamarmandi
Perlengkapan kamar mandi yang paling standar terdiri dari kloset (duduk atau
jongkok) dan shower atau bak mandi, wastafel dapat ditambahkan namun tidak
mutlak. Pada kamar mandi apartemen menengah ke atas, kamar mandi
dilengkapi dengan bathtub, adapula yang memiliki ruang peralihan tempat
peralatan mandi (handuk dll) atau kamar rias.
Pada apartemen mewah, ada penambahan ruang-ruang seperti ruang kerja,
ruang penerima tamu, foyer, ruang khusus pembantu, perpustakaan dan ruang baca,
ruang rias, ruang penyimpanan pakaian.

2.2.2 Klasifikasi Apartemen


Apartemen memiliki klasifikasinya sendiri yang membedakan penghuni,
fungsi, letak, sasaran, kepemilikan itu sendiri, dan pengaplikasian apartemen adalah
sebagai berikut :
1. Klasifikasi Apartemen Berdasarkan Tipe Pengelolaan
Berdasarkan tipe pengelolaannya, terdapat tiga jenis apartemen (Akmal, 2007),
yaitu :
- Serviced Apartemen
Apartemen yang dikelola secara menyeluruh oleh manajemen tertentu,
biasanya menyerupai cara pengelolaan sebuah hotel, yaitu penghuni
mendapatkan pelayanan ala hotel bintang lima, misalnya unit berperabotan
lengkap, housekeeping, layanan kamar, laundry, business centre.
- Apartemen Perseorangan (Condominium)
Apartemen ini biasanya apartemen yang mewah. Dimana apartemen tersebut
dapat dimiliki menjadi milik perseorangan. Dimana untuk biaya perawatan dan
pelayanan, mereka membayar kepada pengelola apartemen.
29

- Apartemen Milik Bersama (Cooperatif)


Tipe apartemen ini biasanya dimiliki oleh semua penghuni yang ada di dalam
apartemen tersebut. Sehingga mulai dari perawatan, tanggung jawab dan
pelayanan semua menjadi tanggung jawab dari penghuni yang tinggal di dalam
apartemen tersebut.

2. Klasifikasi Apartemen berdasarkan Jenis dan Besar Bangunan


Jika berdasarkan jenis dan besarnya bangunan (Akmal, 2007), apartemen
terdiri atas :
- GardenApartement
Bangunan apartemen dua sampai empat lantai. Apartemen memiliki halaman
dan taman disekitar bangunan. Apartemen ini sangat cocok untuk keluarga inti
yang memiliki anak kecil karena anak-anak dapat mudah mencapai taman.
Biasanya untuk golongan menengah keatas.
- Walked-UpApartement
Bangunan apartemen yang terdiri atas tiga sampai dengan enam lantai.
Apartemen ini kadang-kadang memiliki lift, tetapi bias juga tidak. Jenis
apartemen ini disukai oleh keluarga yang lebih besar (keluarga ini ditambah
orang tua). Gedung apartemen hanya terdiri atas dua atau tiga unit apartemen.
- Low Rise Apartment
Apartemen dengan Ketinggian bangunan kurang dari tujuh lantai dan
menggunakan tangga sebagai alat transportasi vertikal. Biasanya untuk
golongan menengah kebawah.

Gambar 24. Low Rise Apartement


Sumber : ArchDaily, diakses tanggal 2 Oktober 2015

- Medium Rise Apartment


Bangunan apartemen yang terdiri dari tujuh sampai dengan sepuluh lantai.
Jenis apartemen ini lebih sering dibangun dikota satelit.
30

Gambar 25. Medium Rise Apartment


Sumber : ArchDaily, diakses tanggal 2 Oktober 2015

- High Rise Apartment


Bangunan apartemen yang terdiri atas lebih dari sepuluh lantai. Dilengkapi
area parker bawah tanag, system keamanan dan servis penuh. Struktur
apartemen lebih kompleks sehingga desain unit apartemen cenderung standar.
Jenis ini banyak dibangun dipusat kota.

Gambar 26. High Rise Apartment


Sumber : ArchDaily, diakses tanggal 2 Oktober 2015

3. Klasifikasi Apartemen berdasarkan Tipe Unit


Klasifikasi pada apartemen berdasarkan tipe unitnya ada empat (Akmal,2007),
yaitu :
- Studio
Unit apartmen yang hanya memiliki satu ruang. Ruang ini sifatnya multifungsi
sebagai ruang duduk, kamar tidur dan dapur yang semula terbuka tanpa partisi.
Satu-satunya ruang yang terpisah biasanya hanya kamar mandi. Apartemen tipe
studio relatif kecil. Tipe ini sesuai dihuni oleh satu orang atau pasangan tanpa
anak. Luas minimal 20-35 m2.
31

Gambar 27. Tipe Unit Studio


Sumber : Google Image, diakses tanggal 2 Oktober 2015

- Apartemen 1, 2, 3 Kamar / Apartemen Keluarga


Pembagian ruang apartemen ini mirip rumah biasa. Memiliki kamar tidur
terpisah serta ruang duduk, ruang makan, dapur yang bias terbuka dalam satu
ruang atau terpisah. Luas apartemen ini sangat beragam tergantung ruang yang
dimiliki serta jumlah kamarnya. Luas minimal untuk satu kamar tidur adalah
25 m2, 2 kamar tidur 30 m2, 3 kamar tidur 85 m2, dan 4 kamar tidur 140 m2.

Gambar 28. Tipe Unit 1, 2, 3 Kamar / Apartemen Keluarga


Sumber : Google Image, diakses tanggal 2 Oktober 2015

- Loft
Loft adalah bangunan bekas gudang atau pabrik yang kemudian
dialihfungsikan sebagai apartemen. Caranya adalah dengan menyekat-nyekat
bangunan besar ini menjadi beberapa hunian. Keunikan apartemen adalah
biasanya memiliki ruang yang tinggi, Mezzanine atau dua lantai dalam satu
unit. Bentuk bangunannya pun cenderung berpenampilan industrial. Tetapi,
beberapa pengembang kini menggunakan istilah loft untuk apartemen dengan
mezzanine atau dua lantai tetapi dalam bangunan yang baru. Sesungguhnya ini
32

salah kaprah karena kekhasan loft justru pada konsep bangunan bekas pabrik
dan gudangnya.

Gambar 29. Tipe Unit Loft


Sumber : ArchDaily, diakses tanggal 2 Oktober 2015

- Penthouse
Unit hunian ini berada dilantai paling atas sebuah bangunan apartemen.
Luasnya lebih besar daripada unit-unit di bawahnya. Bahkan, kadang-kadang
satu lantai hanya ada satu atau dua unit saja. Selain lebih mewah, penthouse
juga sangat privat karena memiliki liftt khusus untuk penghuninya. Luas
minimumnya adalah 300 m2.

Gambar 30. Tipe Unit Penthouse


Sumber : ArchDaily, diakses tanggal 2 Oktober 2015

4. Klasifikasi Apartemen berdasarkan Tujuan Pembangunan


Berdasarkan tujuan dari pembangunannya suatu apartemen terbagi menjadi tiga
(Akmal, 2007), yaitu:
- Komersial
Apartemen yang hanya ditujukan untuk bisnis komersial yang mengejar
keuntungan atau profit.
- Umum
Apartemen yang ditujukan untuk semua lapisan masyarakat, akan tetapi
biasanya hanya dihuni oleh lapisan masyarakat kalangan menengah kebawah.
- Khusus
33

Apartemen yang hanya dipakai oleh kalangan tertentu saja, dan biasanya
dimiliki suatu perusahaan atau instansi yang dipergunakan oleh para pegawai
maupun tamu yang berhubungan dengan pekerjaan.

5. Klasifikasi Apartemen berdasarkan Golongan Sosial


Berdasarkan golongan sosial (Savitri et al., 2007) pada pembangunan
apartemen, dibagi menjadi empat yaitu :
- Apartemen Sederhana
- Apartemen Menengah
- Apartemen Mewah
- Apartemen Super Mewah

Yang membedakan keempat tipe diatas adalah fasilitas yang terdapat dalam
apartemen tersebut. Semakin lengkap fasilitas dalam sebuah apartemen, maka
semakin mewah apartemen tersebut. Pemilihan bahan bangunan dan sistem
apartemen juga berpengaruh. Semakin baik kualitas material dan semakin banyak
pelayannya, semakin mewah apartemen tersebut.

6. Klasifikasi Apartemen berdasarkan Kepemilikan


Pengklasifikasian jenis apartemen yang berdasarkan pada kepemilikan (Chiara,
1986) yaitu :
- Apartemen Sewa
Pemilik membangun dan membiayai oprasi serta perawatan bangunan,
penghuni membayar uang sewa selama jangka waktu tertentu.
- Apartemen Kondominium
Penghuni dan pengelola unit yang menjadu haknya, tidak ada batasan bagi
penghuni intuk menjual kembali atau menyewakan unit miliknya. Penghuni
biasanya membayar uang pengelolaan ruang bersama yang dikelola oleh
gedung.
- Apartemen Koperasi
Apartemen dimiliki oleh koperasi, penghuni memiliki saham didalamnya
sesuai dengan unit yang ditempatinya. Bila penghuni pindah, ia dapat menjual
sahamnya kepada koperasi atau salon penghuni baru dengan persetujuan
koperasi. Biaya operasional dan pemeliharaan ditanggung oleh koperasi.
34

2.2.3 Fasilitas Standar Pada Apartemen


Ada beberapa fasilitas standar yang terdapat pada apartemen berdasarkan kelas
apartemen tersebut antara lain:

Tabel 3. Fasilitas Standar Yang Ada di Apartemen Berdasarkan Kelas Apartemen


Letak Kelas Bawah Kelas Menengah Kelas Mewah
Dalam unit Penjaga keamanan Intercom Penjaga pintu dan
hunian Alarm pintu telepon
Balkon Balkon
Pendingin ruangan Pendingin ruangan
tersendiri terpusat
Entrance servis
Dalam Binatu Binatu Parkir yang terjaga
bangunan Lobi kecil Area komersial ketat
Ruang bersama Tempat berbelanja
Tempat Liftt servis
penyimpanan Penjaga pintu
barang bersama CCTV
Parkir sistem valet
Ruang pertemuan
Pusat kebugaran
Kolam renang
tertutup
Tapak Parkir di luar Parkir dengan Taman
bangunan pengawasan/di Area rekreasi
Tempat menjemur dalam bangunan Kolam renang
pakaian Tempat bermain di
luar ruangan
Tempat duduk-
duduk di luar
ruangan
Kolam renang
Sumber: Apartments: Their Designs and Development (1967)

2.2.4 Persyaratan Teknis Apartemen


Dalam perancangan sebuah apartemen ada sebuah standar teknis kelengkapan
bangunan yang di buat oleh Peraturan Menrteri PU NO. 60/PRT/1992, antara lain:
Alat transportasi vertikal, terdiri dari:
Lift, untuk bangunan dengan ketinggian di atas 4 lantai.
Tangga, untuk bangunan dengan tinggi maksimal 4 lantai.
Pintu dan tangga darurat
Alat dan sistem pemadaman kebakaran.
Penangkal petir
35

Jaringan air bersih yang terdiri dariUnderground tank, roof tank, dan pompa.
Saluran pembuangan air hujan
Saluran pembuangan air limbah
Sistem pembuangan sampah
Tempat jemur
Jaringan listrik dengan generator cadangan
Jaringan gas
Jaringan telepon

2.3 Studi Banding


A. Studi Banding Terkait Pencahayaan Alami
1. Hong Kong International Airport

Gambar 31. Zona Keberangkatan


Sumber: Foster + Partners diakses tanggal 17 November 2015

HKIA atau Hong Kong International Airportyang juga sering disebuat


dengan Chek Lap Kok Airport merupakan salah satu karya dari Norman Foster.
Sebagai salah satu bandara terbesar di dunia, bandara ini memiliki pendekatan
struktur yang sangat kompleks dan pemanfaatan pencahayaan alami yang
sangat baik dalam memenuhi kebutuhan pencahayaan di dalam bangunan pada
pagi sampai sore hari.
Pada bagian keberangkatan, cahaya alami memiliki akses yang sangat
luas ke dalam bangunan melalui bidang vertikal yang menggunakan kaca
sebagai pembentuk dinding. Cahaya alami juga memiliki akses ke dalam
36

bangunan melalui bagian langit-langit dengan pendekatan desain yang sangat


baik sehingga tidak mengakibatkan silau.

Gambar 32. Atrium Bandara


Sumber: Foster + Partners diakses tanggal 17 November 2015

Konsep perancangan pada bagian atap menggunakan atap yang


ringan, bebas dari instalasi pelayanan, pencahayaan alami dan intgrasi di
bawah terminal utama penanganan bagasi, pelayanan lingkungan dan
transportasi. Bangunan yang sangat besar ini terlihat ringan karena
penyelesaian desain dengan menggunakan warna perak dan kejernihan ruang.
Selain membuat bangunan terlihat ringan, warna perak juga memantulkan
cahaya yang baik.
Area keberangkatan dan kedatangan berada pada lantai yang berbeda
tetapi disatukan oleh sebuah atrium yang berperan sebagai ruang bersama.
Atrium pada bandara ini memciptakan ruang yang sangat luas dan megah serta
berperan menghantarkan cahaya alami yang masuk melalui bagian atas dan
samping secara merata ke seluruh bangunan. Hal ini berperan besar dalam
mengurangi penggunaan cahaya buatan yang membutuhkan energi yang sangat
besar. Kualitas kaca yang digunakan mampu mereduksi efek silau yang
diakibatkan oleh cahaya matahari langsung, sehingga informasi visualtetap
dapat dinikmati dengan sangat baik.
37

Gambar 33 . Check-In HallHong Kong International Airport


Sumber: Foster + Partners diakses tanggal 17 November 2015
Upaya mengoptimalkan cahaya matahari dilakukan dengan sungguh-
sungguh. Cahaya dimasukkan dari berbagai arah. Dalam hal ini bentuk
bangunan yang menyerupai pesawat terbang menciptakan ruang-ruang yang
ramping. Dimana, bentuk yang ramping memungkinkan cahaya masuk dengan
baik dari bebagai sisi bangunan. Cahaya yang masuk melalui dua bagian,
melalui elemen dinding dan elemen atap. Pada bagian dinding, selain berperan
sebagai akses cahaya alami, dinsing kaca juga memungkinkan terciptanya
interaksi visual antara bagian dalam dan luar bandara.
Pemanfaatan cahaya alami pada bangunan ini tidak hanya dilakukan pada
ruang-ruang utama seperti ruang kedatangan, ruang keberangkatan dan ruang
tunggu, tetapi juga dilakukan pada beberapa ruang penghubung.

Gambar 34. Ruang Penghubung ke Fasilitas Transportasi


Sumber: Foster + Partners diakses tanggal 17 November 2015
38

2. Hongkong And Shanghai Bank Headquarters

Gambar 35. Hongkong And Shanghai Bank Headquarters


Sumber: Foster + Partners diakses tanggal 17 November 2015

Hongkong And Shanghai Bank Headquarters ini merupakan salah satu


bangunan karya dari Norman Foster. Bangunan ini dirancang dengan
mengoptimalkan cahaya matahari yang masuk ke dalam bangunan dari
berbagai sisi. Cahaya tidak hanya dimasukkan dari bagian atas dan samping,
tetapi juga dari bagian bawah bangunan. Dari kulit bangunan yang didominasi
material kaca transparan terlihat upaya memasukkan cahaya bangunan dari sisi
utara dan selatan. Cahaya yang masuk secara langsung ke tiap-tiap lantai
menciptakan pemandangan yang jelas dan cahaya yang memadai untuk
melakukan berbagai aktifitas di dalamnya.
Pada bagian dalam, bangunan seolah dibagi dalam dua bagian, yaitu
utara dan selatan, dipisahkan oleh void yang besar atau atrium. Pembagian ini
sepertinya dimasukkan untuk membuat bangunan lebih ramping, sehingga
memungkinkan setiap ruangan mendapatkan cahaya alami yang merata.
Namun, jumlah lantai yang lebih dari 40 lantai akan membuat cahaya
dari atas bangunan sangat terbatas daya jangkaunya sehingga cahaya alami pun
dimasukkan melalui bagian bawah bangunan dengan cara mengangkat
bangunan atau menyatukan dua lantai menjadi satu lantai.Dengan demikian,
tercipta akses bagi cahaya yang dimasukkan melalui bagian bawah bangunan.
Namun, akses bagi cahaya matahari melalui bagian bawah bangunan tidak
membuat tingkat privasi bangunan menjadi berkurang. Ruang publik yang ada
39

di lantai dasar tetap dipisahkan dengan ruang privat yang ada diatasnya dengan
elemen kaca.

Gambar 36. Memasukkan Cahaya dari Bawah


Sumber: Foster + Partners diakses tanggal 17 November 2015

Gambar 37. Menyatukan Dua Lantai


Sumber: Foster + Partners diakses tanggal 17 November 2015

Cahaya yang masuk didistribusikan secara merata dengan menggunakan


material kaca pada bagian pembatas yang mengelilingi void di tiap-tiap lantai.
Tidak terdapat dinding masif yang menghalangi, ini bertujuan untuk
memberikan akses seluas-luasnya bagi penyebaran cahaya. Upaya ini terlihat
sangat berhasil karena pada siang hari ruangan bagian dalam terlihat cukup
terang dengan pencahayaan alami.
Upaya mengoptimalkan masuknya cahaya matahari semakin terlihat
dilakukan secara serius dengan menambahkan reflektor di sisi bangunan.
Cahaya yang datang dari sisi selatan bangunan pun dioptimalkan dengan
memantulkannya melalui sebuat reflektor sepanjang sekitar 30 m. Cahaya yang
40

masuk melalui reflektor yang berada diluar bangunan kemudian disebarkan dan
diteruskan ke berbagai arah melalui reflektor yang berada di dalam bangunan.
seluruh upaya yang dilakukan dalam merespon cahaya alami menunjukkan
kepedulian desain terhadap lingkungan dengan mereduksi penggunaan
pencahayaan buatan yang boros energi.

Gambar 38. Reflector


Sumber: Foster + Partners diakses tanggal 17 November 2015

B. Studi Banding Terkait Apartemen


1. Pearl Garden Apartment

Gambar 39. Pearl Garden Apartement


Sumber : Brosur Pearl Garden

Data Proyek
Arsitek : PT Bias Tekno Art Kreasindo
Arsitek Prinsipal : Sardjono Sani
Nama : Pearl Garden
Lokasi :Jend Gatot Subroto, Jakarta Selatan
Klien : PT Wiranusa Grahatama
Konsultan Manajemen Konstruksi : PT Putra Satria Prima
41

Konsultan Struktur : PT Wiratman & Associates


Kontraktor ME : PT Pradiptaya
Selesai : 2006
Luas Lahan : 3,5 Ha
Luas Apartemen : 34.000m
Total Unit Apartemen : 235 unit
Luas Perkantoran : 127.000m.
Besmen : 4 Lapis (1.300 unit mobil)

Gambar 40. Blockplan & Siteplan Pearl Garden Apartement


Sumber : Brosur Pearl Garden

Pearl GardenApartment merupakan sebuah kawasan hunian perkantoran


yang teridiri dari apartemen mewah low-rise, town house, dan office tower
yang memiliki nuansa resort. Memiliki beberapa fasilitas seperti fasilitas
bisnis, rekreasi, club house, dan lain-lainnya.
Berikut ini merupakan fasilitas yang dimiliki Pearl GardenApartment :
Fasilitas Utama
o Elevator, Lift Lobby, Lift Service
o Landscape Garden and Gazebo for outdoor
o function & socials
o Water Garden
o Club House & Facilities (5 Star Class)
o Telephone & Fax
o Broadband Internet
o Cable TV
Fasilitas Bisinis
o Lobby Lounge
42

o Function Hall & Pre Function


o ATMs
Fasilitas Rekreasi
o Outdoor / Indoor Swimming Pool
o Resort type borderless pool
- Adult: Upper Pool
- Children: Lower Pool
- Pool Side Bar
Club House dan fasilitasnya
o Outdoor Jacuzzi
o Steam Room & Sauna
o Fitness / Aerobic Area
o Shower & Changing Room
o Coffee Shop
Timber Deck Sitting Area
o Outdoor Terraces
o Outdoor BBQ Area

Gambar 41. Lokasi Pearl Garden Apartement


Sumber : Brosur Pearl Garden

Apartemen ini memiliki 4 bagian bangunan dengan 7 tipe unit yang


berbeda-beda. Berikut ini merupakan unit-unit tersebut :
43

Gambar 42. Apartemen Bagian Badan Gambar 43. Apartemen Bagian Front Type Hook
(A). Tiper Standar 2BR (B). Studio (A). Tipe120m2(B). Tipe 110m2 (C). Tipe 115m2
Sumber : Brosur Pearl Garden Sumber : Brosur Pearl Garden

Gambar 44. Tipe Panaromic Gambar 45. Tipe Standar 3BR


Sumber : Brosur Pearl Garden Sumber : Brosur Pearl Garden

Apartemen ini merupakan hunian bergaya modern dengan konsep


bangunan lowrise apartment yang memiliki ketinggian 411 lantai dengan
44

tampak yang berbeda-beda yang memungkinkan pemakain kompleks


mempunyai individual karakter tiap unit. Sehingga bisa tampil eksklusif,
karena memiliki 12 tampak yang mewakili blok-blok yang terkait. Berlainan
dengan apartemen pada umumnya, yang berbeda lantai tapi tipe unitnya sama.

2.4 Kerangka Berfikir

Gambar 46. Skematik Kerangka Berfiki

Anda mungkin juga menyukai