Anda di halaman 1dari 4

Vinsensia Dita/ 112012114

Herniasi Otak

Anatomi

Rongga tengkorak dipisahkan melalui dua kompartemen yang merupakan lipatan dari duramater.
Kedua hemisfer otak dipisahkan oleh falx cerebri, sedangkan fossa anterior dan posterior
dipisahkan oleh tentorium. Herniasi merupakan keadaan dimana kompartemen otak berpindah ke
kompartemen lain disekitar otak yang seharusnya tidak ditempati oleh bagian tersebut.1 Herniasi
otak dapat terjadi bila terdapat tekanan pada kompartemen dural yang menyebabkan otak akan
berpindah ke tekanan yang lebih rendah. Penekanan tersebut dapat disebabkan adanya
perdarahan, tumor, abses, atau infark dengan oedem otak. Adanya gangguan kesadaran
kebanyakan disebabkan oleh pindahnya subthalamic-struktur batang otak bagian atas ke lateral
dan ke bawah serta herniasi bagian medial lobus temporal (uncus, hippocampus) ke bawah
melalui tentorium.

Etiologi

Herniasi otak dapat terjadi bila terdapat tekanan pada kompartemen dural yang menyebabkan
otak akan berpindah ke tekanan yang lebih rendah. Penekanan tersebut dapat disebabkan adanya
perdarahan, hydrocephalus, tumor, abses, atau infark dengan oedem otak. Herniasi juga dapat
terjadi karena tidak adanya TIK tinggi ketika lesi massa seperti hematoma terjadi di perbatasan
kompartemen otak. Hal ini paling sering akibat pembengkakan otak dari cedera kepala. Herniasi
otak adalah efek samping yang paling umum dari tumor di otak, termasuk tumor otak primer dan
tumor otak metastasis.

Klasifikasi Herniasi Otak

1. Herniasi Subfalcine ( Cingulate)

Definisi : gyrus cingulai mengalami herniasi ke bawah falks cerebri. Bagian paling dalam dari
lobus frontalis akan terdorong ke falks cerebri. Hal ini dapat terjadi apabila salah satu dari
hemisfer membengkak dan menolak garis singulata. Hernia yang progresif dapat menjadi
herniasi sentral
Etiologi : lesi supratentorial lateral

Gambaran klinis :

Biasanya asimptomatik, lakukan observasi ketat secara klinis atau radiologis


Peningkatan tonus pada ekstremitas bawah. Kemudian pada tahap yang lebih lanjut akan
terjadi kelemahan pada kaki dan abulia (kehilangan minta atau inisiatif).
Waspada terjadinya herniasi transtentorial, yang akan menekan arteri cerebri anterior.

gambar 1. Herniasi otak

2. Herniasi tentorial sentral (Axial)


Definisi : adanya pergeseran otak (diencephalon dan mesencephalon) ke arah kaudal melalui
insisura trans tentorial.
Etiologi : lesi supratentorial midline, pembengkakan cerebral yang difuse, herniasi uncal tahap
lanjut.
Gambaran klinis :
Deteriorasi mulai dari rostral ke caudal ( kegagalan diencephalon sampai medulla
oblongata secara berurutan)
Penurunan tingkat kesadaran (penekanan mesencephalon)
Gangguan pergerakan bola mata (gangguan gerak ke atas) sunset eye
Perdarahan batang otak akibat robekan vasa perforantes arteri basilaris
Diabetes insipidus (akibat penarikan tangkai hipofisis dab hipoalamus yang merupakan
tanda stadium akhir
Pada tahap lanjut pupil tidak reaktif lagi, opthalmoplegia, dan postur dekortikasi.
Biasanya dapat keadaan herniasi central terjadi bila ada edema otak diffuse di
supratentorial, perdarahan, atau tumor di bagian tengah otak.
3. Herniasi tentorial lateral (Uncal)
Definisi : uncus lobus temporalis dan hipokampus bergeser ke medial kea rah tepi tentorial dan
batang otak.
Pada herniasi uncal terjadi pergeseran aspek median lobus temporal otak melalui tentorium
sehingga dengan demikian dapat menekan batang otak bagian atas. Biasanya terdapat lesi karena
masa pada hemisfer atau fossa medial lateral. Tentorium jaringan dapat dari korteks otak dalam
proses yang disebut decortication.
Uncus dapat menekan saraf kranial ketiga dan pedunculus cerebri. Manifestasi klinis
yang dapat terlihat awalnya dilatasi ipsilateral pupil atau reaksi lambat terhadap cahaya. Pada
tahap lanjutan terjadi opthalmoplegia ekternal dan internal komplit, dan hemiparesis baik
ipsilaterat atau cokntralateral. Pelebaran pupil sering mendahului terkena kompresi saraf kranial
III (serat parasimpatis adalah radial terletak di serat eferen somatik umum di saraf kranial III),
yang merupakan penyimpangan dari mata ke "bawah dan keluar" posisi karena hilangnya
persarafan untuk semua pergerakan otot mata kecuali untuk rektus lateral (diinnervasi oleh VI
saraf kranial) dan oblik superior (diinnervasi oleh saraf kranial IV). Gejala terjadi dalam urutan
ini karena serat parasimpatis eksentrik mengelilingi serat motor dari saraf kranial III dan,
karenanya, yang pertama yang dikompresi.

Pada beberapa kasus, perpindahan lateral dari midbrain menyebabkan kompresi dari
pedunculus cerebri yang berlawanan, menyebabkan tanda Babisnski dan the Kernohan-Woltman
sign. Kemudian dengan ditambahnya penekanan pada bagian atas batang otak, pergeseran
jaringan, memungkinkan untuk tertekannya pembuluh darah besar yaitu arteri cerebral anterior
dan arteri cerebral posterior yang menyebabkan infark dari otak. Selain itu juga dapat
menyebabkan hambatan dari system ventricular sehingga bermanifestasi sebagai hydrocephalus
regional.
Kompresi terhadap arteri serebral posterior akan menyebabkan gangguan pada fungsi
penglihatan kontralateral yang dikenali sebagai homonimus kontralateral hemianopia. Kemudian
diikuti dengan symptom yang juga penting yaitu false localizing sign yang berakibat dari
kompresi pada krus serebral kontralateral yang mengandung fiber kortikospinal dan
kortikobulbar desendens. Ini diikuti dengan hemiparesis ipsilateral. Berhubung traktus
kortikospinalis secara predominan menginnervasi otot flexor, maka kaki akan terlihat dalam
keadaan ekstensi. Dengan peningkatan tekanan intracranial, postur dekortikasi akan terlihat.
Herniasi tipe ini juga akan menyebabkan kerosakan pada batang otak, yang berefek letargi,
bradikardi, kelainan respiratori dan dilatasi pupil. Herniasi uncal akan berlanjut dengan herniasi
central sekiranya tidak ditangani.
Herniasi Tonsil (Coning)
Definisi : tonsil cerebella herniasi melalui foramen magnum (disebut juga herniasi foramen
magnum)
Etiologi : lesi infatrentorial atau terjadi setelah adanya herniasi tentorial sentralis
Gambaran klinis :
Kompresi pusat kardiovaskuler
Dapat diakibatkan oleh lumbal punksi pada pasien dengan SOL (space occupying
lesion) umumnya di fossa posterior basis cranii

Daftar pustaka

1. Hauser SL. Harrisons neurology in clinical medicine. 3rd Ed. New York: McGraw-
Hill; 2013.h.133-4.
2. Ropper AH, Samuels MA, Klein JP. Adams and victors principles of neurology. 10th
Ed. New York: McGraw-Hill; 2014.h.648.
3. Brust JCM. Current diagnosis & treatment neurology. 2nd Ed. New York: McGraw-
Hill; 2012.h.394.
4. Lindsay KW, Bone I, Callander R. Neurology and neurosurgery illustrated. 3rd Ed.
London: Churchill Livingstone; 1997.h.216.

Anda mungkin juga menyukai