Anda di halaman 1dari 38

Standar Pelayanan Kebidananan terdiri dari 24 Standar, meliputi :

A. Standar Pelayanan Umum (2 standar)


Standar 1 : Persiapan untuk Kehidupan Keluarga Sehat
Bidan memberikan penyuluhan dan nasehat kepada perorangan, keluarga dan masyarakat
terhadap segala hal yang berkaitan dengan kehamilan, termasuk penyuluhan kesehatan
umum, gizi, keluarga berencana, kesiapan dalam menghadapi kehamilan dan menjadi
calon orang tua, menghindari kebiasaan yang tidak baik dan mendukung kebiasaan yang
baik.
Standar 2 : Pencatatan dan Pelaporan
Bidan melakukan pencatatan semua kegiatan yang dilakukannya, yaitu registrasi. Semua ibu
hamil di wilayah kerja, rincian pelayanan yang diberikan kepada setiap ibu
hamil/bersalin/nifas dan bayi baru lahir, semua kunjungan rumah dan penyuluhan kepada
masyarakat. Di samping itu bidan hendaknya mengikutsertakan kader untuk mencatat
semua ibu hamil dan meninjau upaya masyarakat yang berkaitan dengan ibu hamil dan
bayi baru lahir. Bidan meninjau secara teratur catatan tersebut untuk menilai kinerja dan
penyusunan rencana kegiatan untuk meningkatkan pelayanannya.

B. Standar Pelayanan Antenatal (6 standar)


Standar 3 : Identifikasi Ibu Hamil
Bidan melakukan kunjungan rumah dan berinteraksi dengan masyarakat secara berkala untuk
memberikan penyuluhan dan memotivasi ibu, suami, dan anggota keluarganya agar
mendorong ibu untuk memeriksakan kehamilannya sejak dini dan secara teratur
Standar 4 : Pemeriksaan dan Pemantauan Antenatal
Bidan memberikan sedikitnya 4x pelayanan antenatal. Pemeriksaan meliput anamnesis dan
pemantauan ibu janin dengan seksama untuk menilai apakah perkembangan berlangsung
normal. Bidan juga harus mengenali kehamilan risti/ kelainan, khususnya anemia, kurang
gizi, hipertensi, PMS, infeksi HIV, memberikan pelayanan imunisasi, nasehat dan
penyuluhan kesehatan serta tugas terkait lainnya yang diberikan oleh puskesmas. Mereka
harus mencatat data yang tepat pada setiap kunjungan. Bila ditemukan kelainan, mereka
harus mampu mengambil tindakan yang diperlukan dan merujuknya untuk tindakan
selanjutnya.
Standar 5 : Palpasi dan Abdominal
Bidan melakukan pemeriksaan abdominal dan melakukan palpasi untuk memperkirakan usia
kehamilan; serta bila kehamilan bertambah memeriksa posisi, bagian terendah janin dan
masuknya kepala janin kedalam rongga panggul, untuk mencari kelainan dan melakukan
rujukan tepat waktu.
Standar 6 : Pengelolaan Anemia pada Kehamilan
Bidan melakukan tindakan pencegahan, penemuan, penanganan dan rujukan semua kasus
anemia pada kehamilan sesuai dengan ketentuan yang berlaku.
Standar 7 : Pengelolaan Dini Hipertensi pada Kehamilan
Bidan menemukan secara dini setiap kenaikan tekanan darah pada kehamilan dan mengenal
tanda serta gejala preeklampsia lainnya, serta mengambil tindakan yang tepat dan
merujuknya.
Standar 8 : Persiapan Persalinan
Bidan memberikan saran yang tepat kepada ibu hamil, suami serta keluarganya pada
trimester ketiga, untu memastikan bahwa persiapan persalinan yang bersih dan aman
serta suasana yang menyenangkan akan direncanakan dengan baik, disamping persiapan
transportasi dan biaya untuk merujuk, bila tiba-tiba terjadi keadaan gawat darurat. Bidan
hendaknya melakukan kunjungan rumah untuk hal ini.

C. Standar Pertolongan Persalinan (4 standar)


Standar 9 : Asuhan Persalinan Kala I
Bidan menilai secara tepat bahwa persalian sudah mulai, kemudian memberikan asuhan dan
pemantauan yang memadai, dengan memperhatikan kebutuhan klien, selama proses
persalinan berlangsung.
Standar 10 : Persalinan Kala II yang Aman
Bidan melakukan pertolongan persalinan yang aman, dengan sikap sopan dan penghargaan
terhadap klien serta memperhatikan tradisi setempat
Standar 11 : Penatalaksanaan Aktif Persalinan Kala III
Bidan melakukan penegangan tali pusat dengan benar untuk membantu pengeluaran plasenta
dan selaput ketuban secara lengkap
Standar 12 : Penanganan Kala II dengan Gawat Janin melalui
Episiotomi
Bidan mengenali secara tepat tanda-tanda gawat janin pada kala II yang lama, dan segera
melakukan episiotomi dengan aman untuk memperlancar persalinan, diikuti dengan
penjahitan perineum.
D. Standar Pelayanan Nifas (3 standar)
Standar 13 : Perawatan Bayi Baru Lahir
Bidan memeriksa dan menilai bayi baru lahir untuk memastikan pernafasan spontan
mencegah hipoksia sekunder, menemukan kelainan, dan melakukan tindakan atau
merujuk sesuai dengan kebutuhan. Bidan juga harus mencegah atau menangani
hipotermia.
Standar 14 :Penanganan pada Dua Jam Pertama Setelah Persalinan
Bidan melakukan pemantauan ibu dan bayi terhadap terjadinya komplikasi dalam dua jam
setelah persalinan, serta melakukan tindakan yang diperlukan. Di samping itu, bidan
memberikan penjelasan tentang hal-hal yang mempercepat pulihnya kesehatan ibu, dan
membantu ibu untuk memulai pemberian ASI.
Standar 15 :Pelayanan bagi Ibu dan Bayi pada Masa Nifas
Bidan memberikan pelayanan selama masa nifas melalui kunjungan rumah pada hari ketiga,
minggu kedua dan minggu keenam setelah persalinan, untuk membantu proses
pemulihan ibu dan bayi melalui penanganan tali pusat yang benar, penemuan dini
penanganan atau rujukan komplikasi yang mungkin terjadi pada masa nifas, serta
memberikan penjelasan tentang kesehatan secara umum, kebersihan perorangan,
makanan bergizi, perawatan bayi baru lahir, pemberian ASI, imunisasi dan KB.

E. Standar Penanganan Kegawatdaruratan Obstetri-Neonatal


(9 standar)
Standar 16 : Penanganan Perdarahan dalam Kehamilan pada
Trimester III
Bidan mengenali secara tepat tanda dan gejala perdarahan pada kehamilan, serta melakukan
pertolongan pertama dan merujuknya.
Standar 17 : Penanganan Kegawatan dan Eklampsia
Bidan mengenali secara tepat tanda dan gejala eklampsia mengancam, serta merujuk dan/atau
memberikan pertolongan pertama
Standar 18 : Penanganan Kegawatan pada Partus Lama/Macet
Bidan mengenali secara tepat tanda dan gejala partus lama/macet serta melakukan
penanganan yang memadai dan tepat waktu atau merujuknya
Standar 19 : Persalinan dengan Penggunaan Vakum Ekstraktor
Bidan mengenali kapan diperlukan ekstraksi vakum, melakukannya dengan benar dalam
memberikan pertolongan persalinan dengan memastikan keamanannya bagi ibu dan
janin/bayinya.
Standar 20 : Penanganan Retensio Plasenta
Bidan mampu mengenali retensio plasenta, dan memberikan pertolongan pertama termasuk
plasenta manualdan penanganan perdarahan, sesuai dengan kebutuhan.

Standar 21 : Penanganan Perdarahan Post Partum Primer


Bidan mampu mengenali perdarahan yang berlebihan dalam 24 jam pertama setelah
persalinan (perdarahan post partum primer) dan segera melakukan pertolongan pertama
untuk mengendalikan perdarahan.
Standar 22 : Penanganan Perdarahan Post Partum Sekunder
Bidan mampu mengenali secara tepat dan dini tanda serta gejala perdarahan post partum
sekunder, dan melakukan pertolongan pertama untuk penyelamatan jiwa ibu, atau
merujuknya.
Standar 23 : Penanganan Sepsis Puerperalis
Bidan mampu mengamati secara tepat tanda dan gejala sepsis puerperalis, serta melakukan
pertolongan pertama atau merujuknya.
Standar 24 : Penanganan Asfiksia Neonatorum
Bidan mampu mengenali dengan tepat bayi baru lahir dengan asfiksia, serta melakukan
resusitasi, mengusahakan bantuan medis yang diperlukan dan memberikan perawatan
lanjutan.

Standar Persyaratan Minimal


Standar persyaratan minimal adalah keadaan minimal yang harus dipenuhi untuk dapat
menjamin terselenggaranya pelayanan kesehatan yang bermutu. Standar persyaratan
minimal terdiri dari :
1. Standar Masukan
Dalam Standar Masukan ditetapkan persyaratan minimal unsur masukan yang diperlukan
untuk dapat menyelenggarakan pelayanan kesehatan yang bermutu terdiri dari :
jenis, jumlah dan kualifikasi tenaga pelaksana
Jenis, jumlah dan spesifikasi sarana
Jumlah dana (modal)
Jika standar masukan merujuk pada tenaga pelaksana disebut dengan nama standar
ketenagaan (standard of personnel). Sedangkan jika standar masukan merujuk pada
sarana dikenal dengan nama standar sarana (standard of facilities). Untuk dapat
menjamin terselenggaranya pelayanan kesehatan yang bermutu, standar masukan
tersebut haruslah dapat ditetapkan.

2. Standar Lingkungan

Dalam standar lingkungan ditetapkan persyaratan minimal unsur lingkungan yang diperlukan
untuk dapat meyelenggarakan pelayanan kesehatan yang bermutu, terdiri dari :
a. Garis-garis besar kebijakan (policy)
b. Pola organisasi (organization)
c. Sistem manajemen (management) yang harus dipatuhi oleh setiap pelaksana pelayanan
kesehatan.
Standar lingkungan ini populer dengan sebutan standar organisasi dan manajemen (standard
organization and management). Sama halnya dengan masukan, untuk dapat menjamin
terselenggaranya pelayanan kesehatan yang bermutu, maka standar lingkungan harus
ditetapkan.

3. Standar Proses

Dalam standar proses ditetapkan persyaratan minimal unsur proses yang harus dilakukan
untuk dapat menyelenggarakan pelayanan kesehatan yang bermutu, terdiri dari :
a. Tindakan medis
b. Tindakan non medis
Standar proses dikenal dengan nama standar tindakan (standar of conduct). Karena baik
tidaknya mutu pelayanan kesehatan sangat ditentukan oleh kesesuaian tindakan dengan
standar proses, maka haruslah dapat diupayakan tersusunnya standar proses.

Standar Penampilan Minimal


Standar penampilan minimal merujuk pada penampilan layanan kesehatan yang masih dapat
diterima. Standar ini, karena merujuk pada unsur keluaran, disebut dengan nama
standar keluaran, atau populer dengan sebutan standar penampilan (standar of
performance). Standar keluaran merupakan hasil akhir atau akibat dari layanan
kesehatan. Standar keluaran akan menunjukkan apakah layanan kesehatan berhasi atau
gagal. Keluaran (outcome) adalah apa yang diharapkan akan terjadi sebagai hasil dari
layanan kesehatan yang diselenggarakan dan terhadap apa keberhasilan tersebut akan
diukur. Standar keluaran berupa :
a. Penampilan Aspek Medis
b. Penampilan Aspek Non Medis
Untuk mengetahui apakah mutu pelayanan yang diselenggarakan masih dalam batas-batas
yang wajar atau tidak, perlu ditetapkan standar keluaran.

BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Menurut Clinical Practice Guideline (1990) Standar adalah keadaan ideal atau
tingkat pencapaian tertinggi dan sempurna yang dipergunakan sebagai batas
penerimaan minimal.Menurut Donabedian (1980) Standar adalah rumusan tentang
penampilan atau nilai diinginkan yang mampu dicapai, berkaitan dengan parameter
yang telah ditetapkan.Menurut Rowland and Rowland (1983) Standar adalah
spesifikasi dari fungsi atau tujuan yang harus dipenuhi oleh suatu sarana pelayanan
kesehatan agar pemakai jasa pelayanan dapat memperoleh keuntungan yang maksimal
dari pelayanan kesehatan yang diselenggarakan Secara luas,
Pengertian standar layanan kesehatan adalah suatu pernyataan tentang mutu yang
diharapkan, yaitu akan menyangkut masukan, proses dan keluaran (outcome) sistem
layanan kesehatan. Standar layanan kesehatan merupakan suatu alat organisasi untuk
menjabarkan mutu layanan kesehatan ke dalam terminologi operasional sehingga
semua orang yang terlibat dalam layanan kesehatan akan terikat dalam suatu sistem,
baik pasien, penyedia layanan kesehatan, penunjang layanan kesehatan, ataupun
manajemen organisasi layanan kesehatan, dan akan bertanggung gugat dalam
menjalankan tugas dan perannya masing-masing.
Di kalangan profesi layanan kesehatan sendiri, terdapat berbagai definisi tentang
standar layanan kesehatan. Kadang-kadang standar layanan kesehatan itu diartikan
sebagai petunjuk pelaksanaan, protokol, dan Standar Prosedur Operasional (SPO).

1.2 Rumusan Masalah


1. Apa yang dimaksud Standar Pelayanan Kesehatan?
2. Apa saja Klasifikasi Standar Pelayanan Kesehatan?
3. Bagaimana cara/langkah Penyusunan Standar Pelayanan Kesehatan?

BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Pengertian
Standar pelayanan kesehatan merupakan bagian dari layanan kesehatan itu
sendiri dan memainkan \ peranan yang penting dalam mengatasi masalah mutu
layanan kesehatan, standar pelayanan kesehatan adalah suatu pernyataan tentang
mutu yang diharapkan, yang menyangkut masukan, proses, pengeluaranatau outcomes
system layanan kesehatan
Standart pelayanan kesehatan merupakan alat organisasi untuk menjabarkan
mutu layanan kesehatan ke dalam terminology operasional sehingga semua orang yang
terlibat dalam layanan kesehatan akan terikat dalam suatu system
2.2 Klasifikasi Standart
Donabedian (1980) menganjurkan agar standart dan criteria diklafisikasikan ke
dalam 3 kelompok. Anjuran Donabedian tersebut pada perinsipnya sama yang
dianjurkan dengan WHO yaitu standar struktur, standart proses (outcome)
1. Standart Input Atau Struktur
Adalah standart yang menjelaskan aturan system, kadang kadang disebut juga
sebagai masukan atau struktur. Termasuk kedalamnya adalah hubungan organisasi,
misi organissasi, kewenangan, komite-komite, personel, peralatan, gedung, rekam
medis, keuangan, perbekalan, obat dan fasilitas. Standar struktur merupakan rules of
the game. Karakteristik yang relative stabil dari penyedia pelayanan kesehatan, alat
dan sumber daya yang dipergunakan, fisik dan pengaturan organisasi di lingkungan
kerja. Konsep struktur termasuk manusia, fisik, dan pengaturan organisasi di
lingkungan kerja. Konsep struktur termasuk manusia, fisik, dan sumber keuangan
yang dibutuhkan untuk memberikan pelayanan medis. Struktur digunakan sebagai
pengukuran tidak langsung dari kualitas pelayanan
Hubungan antara struktur dan kualitas pelayanan adalah hal penting dalam
merencanakan , mendesain, dan melaknsankan system kehendaki untuk meberikan
pelayanan kesehatan. Pengaturan karakteristik struktur yang digunakan mempunyai
kecendrungan untuk mempengaruhi proses pelayanan sehingga ini akan membuat
kulitasnya berkurang atau meningkat.
2. Standart Proses
Standart proses adalah suatu yang menyangkut semua aspek pelaksanaan kegiatan
layanan kesehatan melakukan prosedur kebijaksanaan. Standart proses akan
menjelaskan apa yang dilakukan, bagaimana melakukannya dan bagaimana system
bekerja. Dengan kata lain standart proses adalah playing the game. Beberapa
pengertian tentang proses :
a. interaksi professional anatar pemberi pelayanan dengan konsumen (pasien dan
masyarakat) (Depkes RI,2001)
b. suatu bentuk kegiatan yang berjalan dengan dan antara dokter dan
pasien(donabedian,1980)
c. suatu kegiatan dokter dan tenaga profesi lainnya yang mengadakan interaksi secara
professional dengan pasiennya. Baik tidaknya pelaksanaan proses pelayanan di RS
dapat diukur dari 3 aspek yaitu relavan tidaknya proses itu bagi pasien , efektivitasnya
prosesnya dan berkualitasnya interaksi asuhan terhadap pasien (muninjaya 2004)
d. proses yaitu semua kegiatan system melalui proses akan mengubah input menjadi
output
e. pengubahan / transformasi berbagai masukan oleh kegiatan operasi/produksi
menjadi keluaran yang berbentuk produk atau jasa
3. Standart Output/Outcome
Standart output merupakan hasil akhir atau akibat dari pelayanan kesehatan.
Standar keluaran akan menunjukan apakah layanan tersebut berhasil atau gagal.
Keluaran (outcome) adalah apa yang diharapkan akan terjadi sebagai hasil dari
layanan kesehatan yang diselengarakan dan terhadap apa keberhasilan tersebut akan
diukur. Tentang oucome/output, donabidean memberikan penjelasaan bahwa outcome
secara tidak langsung dapat digunakan sebagai pendekatan untuk menilai pelayanan
kesehatan. Dalam menilai aapakah hasilnya bermutu atau tidak diukur dengan
standart hasil (yang diharapkan) dari pelayanan medis yang telah dikerjakan.
STRUKTUR
SDM
Perbekalan
Peralatan
Bahan
Fasilitas
Kebijaksanaan
Standar

KELUARAN
Tingkat kepatuhan meningkat
Tingkat kesembuhan meningkat
Tingkat kematian menurun
Tingkat kecacatan menurun
Tingkat kepuasan pasien meningkat
PROSES
Anamnesis
Pemeriksaan fisik
Pemeriksa penunjang medic
Persepan obat
Penyuluhan Kesehatan
Merujuk pasien

2.3 Penyusunan Standart Pelayanan Kesehatan


Penyusunan standart layanan keshatan masyarakt merupakan cara penyusunan
bertahap. Pendek atau ini digunakan untuk memandu organisasi layanan kesehatan
atau orang yang diberi tugas menyusun standart layanan kesehatan. Pengunaan
berbagai pertanyaan harus dipertimbangkan guna menentukan mutu layanan
kesehatan apa yang diperlukan oleh organisasi layanan kesehatan dan standart apa
yang dibutuhkan untuk dapat memenuhi mutu layanan kesehatan tersebut. Berikut
langkah langkah dalam penyusunan standart layanan kesehatan
Langkah 1 :pilih salah satu fungsi atau system yang memerlukan standart layanan
kesehatan
Pilih satu atau dua system atau sub system yang membutuhkan standart layanan
kesehatan. System ini berupa klini satau non klinis. Contoh layanan klinis adalah
penatalaksanaan ISPA, layanan immunisasi, dan layanan antenatal. Contoh layanan
non klinis adalah prosedur layanan pasien masuk rawat inap, prosedur layanan pasien
pulang dan lain lain. Organisasi layanan kesehatan dapat menentukan fungsi yang
prioritasnya tinggi dengan cara pendekatan penyaringan dua tingkat
Penyaringan tingkat pertama ditentukan dengan fungsi atau system yang
volumenya tinggi, dan mudah menimbulkan masalah. Kriteria tambahan yang sering
digunakan adalah :kepentingan, kemudahan, dampak dan biaya
Langkah 2 : bentuk tim atau kelompok pakar
Keputusan penting tentang fungsi atau system yang memerlukan standart
layanan keshatan biasanya dilakukan oleh para kepala satuan kerja dan kepala bagian.
Stelah diputskan, maka mereka menugaskan suatu kelompok kerja multi displin atau
kelompok pakar sesuai fungsi system untuk penyusunan standart pelayanan keshatan
Langkah 3 :tentukan masukan, proses dan keluaran
Kelompok pakar yang telah diberikan tugas harus menentukan unsure-unsur
masukan, proses dan keluaran dari setiap komponen fungsi atau system. Masukan
diperlukan agar dapat melakukan proses, proses diperlukan untuk menghasilkan
keluaran. Setelah itu, langkah selanjutnya adalah menentukan unsure penting atau
unsure kunci bagi fungsi atau system agar proses dan keluaran yang terjadi sesuai
harapan organisasi
Langkah 4 :tentukan karakteristik mutu
Karakteristik mutu adalah sifat atau atribut untuk membedakan masukan
proses, dan keluaran yang penting dalam melakukan mutu layanan kesehatan dan akan
diterapkan oleh kelompok atau organisasi layanan kesehatan contoh : ketetapan waktu
dan istilah bisa diukur
Langkah 5 :tentukan/sesuaikan standart pelayanan kesehatan
Setelah kelompok memutuskan karakteristik mutu dari setiap fungsi atau
system, karakteerisik mutu yang memerlukan standart harus diputuskan, kemudian
standart disusun untuk menyelsaikan langkah ini, kelompok biasanya melakukan hal-
hal berikut:
- pemilihan pola atau bentuk penulisan standart
- pengumpulan informasi
- pembuatan naskah standart layanan kesehatan
Langkah 6 :nilai ketepatan standart layanan kesehatan
Standart layanan kesehatan harus dinilai untuk memastikan apakah standart
tersebut tepat atau layak bagi organisasi layanan kesehatan. Kelompok atau pakar
organisasi layanan kesehatan harus menentukan keabsahan standar, dapat dipercaya,
jelas dan dapat diterapkan sebelum disebarluaskan. Penilaian standart layanan
kesehatan harus mengikuti tata cara berikut:
a. Tentukan siapa saja dalam organisasi yang akan menggunakan standart layanan
kesehatan atau akan terpengaruh oleh standart layanan kesehatan
b. Tentukan cara memperoleh informasi mengenai standart layanan kesehatan dari
kelompok sampel
c. Lakukan anamnesis umpan balik perbaikan jika diperlukan sebelum standart layanan
kesehatan disebarluaskan. Analisis juga dilakukan terhadap kekuatan dan kelemahan
serta rekomendasi. Penilaian standart harus memenuhi criteria berikut:
- Penilaian keabsahan/kesahihan atau validitas standart layanan kesehatan
- Penilaian reliabilitas atau keandalan standart layanan kesehatan
- Penilaian kejelasan standart layanan kesehatan
2.5 Standar Pelayanan Kebidanan
Standar Pelayanan Kebidanan (SPK) adalah rumusan tentang penampilan atau
nilai diinginkan yang mampu dicapai, berkaitan dengan parameter yang telah
ditetapkan yaitu standar pelayanan kebidanan yang menjadi tanggung jawab profesi
bidan dalam sistem pelayanan yang bertujuan untuk meningkatan kesehatan ibu dan
anak dalam rangka mewujudkan kesehatan keluarga dan masyarakat (Depkes RI,
2001: 53).
Manfaat Standar Pelayanan Kebidanan
Standar pelayanan kebidanan mempunyai beberapa manfaat sebagai berikut:
1. Standar pelayanan berguna dalam penerapan norma tingkat kinerja
yang diperlukan untuk mencapai hasil yang diinginkan

2. Melindungi masyarakat
3. Sebagai pelaksanaan, pemeliharaan, dan penelitian kualitas pelayanan
4.Untuk menentukan kompetisi yang diperlukan bidan dalam
menjalankan praktek sehari-hari.
5. Sebagai dasar untuk menilai pelayanan, menyusun rencana pelatihan
dan pengembangan pendidikan (Depkes RI, 2001:2)
Format Standar Pelayanan Kebidanan
Dalam membahas tiap standar pelayanan kebidanan digunakan format bahasan
sebagai berikut:
1. Tujuan merupakan tujuan standar
2. Pernyataan standar berisi pernyataan tentang pelayanan kebidanan yang dilakukan,
dengan penjelasan tingkat kompetensi yang diharapkan.
3. Hasil yang akan dicapai oleh pelayanan yang diberikan dan dinyatakan dalam
bentuk yang dapat diatur.
4. Perasyarat yang diperlukan (misalnya, alat, obat, ketrampilan) agar pelaksana
pelayanan dapat menerapkan standar.
5. Proses yang berisi langkah-langkah pokok yang perlu diikuti untuk penerapan
standar (Depkes RI, 2001:2).
Dasar hukum penerapan SPK adalah:
Undang-undang kesehatan Nomor 23 tahun 1992
Menurut Undang-Undang Kesehatan Nomer 23 tahum 1992 kewajiban tenaga
kesehatan adalah mematuhi standar profesi tenaga kesehatan, menghormati hak
pasien, menjaga kerahasiaan identitas dan kesehatan pasien, memberikan informasi
dan meminta persetujuan (Informed consent), dan membuat serta memelihara rekam
medik.
Standar profesi tenaga kesehatan adalah pedoman yang harus dipergunakan oleh
tenaga kesehatan sebagai petunjuk dalam menjalankan profesinya secara baik.
Hak tenaga kesehatan adalah memperoleh perlindungan hukum melakukan
tugasnya sesuai dengan profesi tenaga kesehatan serta mendapat penghargaan.
2.5 Standar Persyaratan Minimal Pelayanan Kebidanan
Standar persyaratan minimal adalah yang menunjuk pada keadaan minimal yang
harus dipenuhi untuk dapat menjamin terselenggaranya pelayanan kesehatan
bermutu.Menurut syaifuddin dkk(2001),standar persyaratan minimal ini diedakan
atas tiga macam yakni:
1. Standar masukan
Standar masukan ditetapkan persyaratan minimal unsur masukan yang perlu
disediakan untuk dapat menyelenggarakan pelayanan kesehatan termasuk kebidanan
yang bermutu,yakni jenis,jumlah dan kualifikasi tenaga pelaksana;jenis,jumlah dan
spesifikasi sarana serta jumlah dana (modal).Jika standar masukan tersebut menunjuk
pada tenaga pelaksana disebut dengan nama standar ketenagaan(standard of
personnel).Sedangkan jika standar masukan tersebut menunjuk pada sararan dikenal
dengan nama standar sarana(standard of facilities).
2. Standar Lingkungan
Standar lingkungan ditetapkan persyaratan minimal unusur lingkungan yang
diperlukan untuk dapat menyelenggarakan pelayanan kesehatan yang bermutu,yakni
garis-garis besar kebijakan,pola organisasi serta sisitem manajemen yang harus
dipatuhi oleh setiap pelaksana pelayanan kesehatan/kebidanan.Standar lingkungan ini
sering disebut dengan nama standar organisasi dan manajemen(standard of organiztion
and management).
3. Standar Proses
Pada standar prosess ditetapkan persyaratan minimal unsur pross yang harus
diperlukan untuk dapat menyelenggarakan pelayanan kesehatan yang bermutu,yakni
tindakan medis dan tindakan non medis pelayanan kesehatan.Standar proses ini
dikenal dengan nama standar tindakan (standard of conduct).Karena baik
atau tidaknya mutu pelayanan sangat ditentukan oleh kesesuaian tindakan dengan
standar proses maka haruslah dpat diupayakan tersusunnya standar proses tersebut.
2.6 Standar Penampilan Minimal Pelayanan Kebidanan
Standar penampilan minimal (minimum performance standard) adalah yang
menunjuk pada penampilan layanan kesehatan yang masih dapat diterima.Standar ini
karena menunjuk pada unsur keluaran,disebut dengan nama standar keluaran
(standard of output) atau populer dengan sebutan standar penampilan (standard
performance).Untuk mengetahui apakah mutu layanan kesehatan yang
diselenggarakan masih dalam batas-batas wajar atau tidak,perlulah ditetapkan standar
keluaran.
Untuk dapat meningkatkan mutu layanan kesehatan,keempat standaar ini
perlu dipantau secara berkesinambungan. Apabila ditemukan penyimpangan perlu
segera diperbaiki.Secara sederhana kedudukan dan peran keempat standar ini dapat
dilihat sebagai berikut:

2.7 Model Standar Pelayanan Kebidanan


Untuk mempermudah pemahaman tentang standar pelayanan
kebidanan,berikut akan diuraikan sebagian dari standar pelayanan kebidanan,yaitu
standar pelayanan antenatal dan in tranatal.Standar pelayanan kebidanan terdiri dari
tujuan,prasyarat dan proses.
1.Standar pelayanan Antenatal
Standar 3 :Identifikasi ibu hamil
Tujuan :Mengenali dan memotivasu ibu hamil untuk memeriksakan kehamilannya.
Pernyataan Standar
Bidan melakukan kunjungan rumah dan berinteraksi dengan masyarakat secara
berkala untuk memberikan penyuluhan dan memotivasi ibu,suami dan anggota
keluarga agar mendrong ibu untuk memeriksakan kehamilannya sejak dini secara
teratur.
Hasil
Ibu memahami tanda dan gejala kehamilan.
Ibu,suami,anggota masyarakat menyadari manfaat pemeriksaan kehamilan secara dini
dan teratur,serta mengetahui tempat pemeriksaan hamil.
Meningkatnya cakupan ibu hamil yang memeriksakan diri sebelum kehamilan 16
minggu.
Prasyarat
1. Bidan bekerjasama dengan tokoh masyarakat dan kader untuk menemukan ibu
hamil dan memastikan bahwa semua ibu hamil telah memeriksakan
kehamilannya secara dini dan teratur.
2. Bidan harus memahami:
Tujuan pelayanan antenatal dan alasan ibu tidak memeriksakan kehamilannya secar
dini;
Tanda dan gejala kehamilan
Keterampilan berkomunikasi secara efektif
3. Bahan penyuluhan kesehatan yang tersedia dan sudah siap digunakan oleh bidan.
4. Mencatat hasil pemeriksaan KMS ibu hamil/buku KIA dan kartu ibu.
5. Transportasi untuk melakukan kunjungan kemasyarakat tesedia bagi bidan.
Proses
1) Melakukan kunjungan rumah dan penyuluhan masyarakat secara teratur untuk
menjelaskan tujuan pemeriksaan kehamilan kapada ibu hamil,suami,keluarga maupun
masyarakat.
2) Bersama kader kesehatan mendata ibu hamil serta memotivasinya agar
memeriksakan kehamilannya sejak dini (segera setelah terlambat haid atau diduga
hamil),
3) Melalui komunikasi dua arah dengan beberapa kelompok kecil masyarakat,dibahas
manfaat pemeriksaan kehamilan.Ajak mereka memanfaatkan pelayanan KIA terdekat
atau sarana kesehatan lainnya untuk memeriksakaan kehamilannya.
4) Melalui komunikasi dua arah dengan pamong,tokoh masyarakat,ibu,suami,keluarga
dan dukun bayi jelaskan prosedur pemeriksaan kehamilan yang diberikan.Hal tersebut
akan mengurangi keraguan mereka tentang apa yang terjadi pada saat pemeriksaan
antenatal,dan memperjelas manfaat pelayanan antenatal dan mempromosikan
kehadiran ibu untuk pemeriksaan antenatal.
5) Tekankan bahwa tujuan pemeriksaan kehamilan adalah ibu dan bayi yang sehat pada
akhir kehamilan.Agar tujuan tersebut tercapai,pemeriksaan kehamilan harus segera
dilaksanakan begitu diduga terjadi kehamilan,dan dilaksanakan secara berkala.Ibu
harus melakukan pemeriksaan antenatal paling sedikit 4 kali.Satu kali kunjungan pada
trimester pertama,satu kali kunjungan pada trimester kedua dan dua kali kunjungan
pada trimester ketiga.
6) Berikan penjelasan kepada seluruh ibu tentang tanda kehamilan,dan fungsi
tubuhnya.Tekankan perlunya ibu mengerti bagaimana tubuhnya berfungsi,(Wanita
memperhatikan siklus haidnya,mengetahui dan memeriksakan diri bila terjadi
keterlambatan atau haid kurang dari biasanya).
7) Bimbing kader untuk mendata dan mencatat semua ibu hamil didaerahnya.Lakukan
kunjungan rumah kepada masyarakat yang tidak memeriksakan
kehamilannya.Pelajari alasannya,mengapa ibu hamil tersebut tidak memeriksakan
diri,daan jelaskan aan kehamilan.
8) Perhatikan ibu bersalin yang tidak melakukan memeriksakan kehamilannya.Lakukan
kunjungan rumah,pelajari alasannya.Berikan penyuluhan konseling yang sesuai untuk
kehamilan berikutnya,keluarga berencana dan penjarangan kelahiran.
9) Jelaskan dan tingkatkan penggunan KMS ibu hamil/buku KIA dan kartu ibu.
2. Standar Intranatal
Standar 9 :Asuhan persalinan kala I
Tujuan :Untuk memberikan pelayan kebidanan yang mendukung pertolongan
yang memadai dalam mendukung pertolongan persalinan yang bersih dan aman untuk
ibu dan bayi.
Pernyataan Standar
Bidan menilai secara tepat bahwa persalinan sudah selesai,kemudian memberikan
asuhan dan pemantauan yang memadai,dengan memperhatikan kebutuhaan
klien,selama proses persalinan berlangsung.
Hasil
Ibu bersalin mendapat pertolongan darurat yang memadai dan tepat waktu,bila
diperlukan.
Meningkatnya cakupan persalinan dan komplikasi lainnya yang ditolong tenaga
kesehatan terlatih.
Berkurangnya kematian/kesakitan ibu/bayi akibat partus lama.
Prasyarat
1. Mengijinkan ibu memilih orang yang akan mendampinginya selama propses
persalinan dan
Kelahiran.
2. Bidan dipanggil jika ibu sudah mulai mulas atau ketuban pecah.
3. Bidan telah terlatih dan trampil untuk :
a. memberikan pertolongan persalinan yang bersih dan aman
b. penggunaan partograf dan pembacanya
4.Adanya alat untuk pertolongan perasalinan termasuk beberapa sarung tangan DTT
atau
steril
5.Adanya perlengkapan untuk pertolongan persalinan yang bersih dan aman, seperti
air
bersih, sabun dan anduk yang bersih, dua handuk atau kain hangat yang bersih (satu
untuk
mengeringkan bayi, yang lain untuk dipakai kemudian), pembalut wanita dan tempat
untuk
plasenta .bidan sedapat mungkin menggunakan sarung tangan yang bersih.
6. Tersedia ruangan yang hangat, bersih dan sehat untuk persalinan.
7. menggunakan KMS ibu hamil atau buku KIA, patograf dan kartu ibu.
8. sistem rujukan untuk perawatan kegawat daruratan obsetri yang efektif.
Proses
Bidan harus :
1. Mengijinkan ibu memilih orang yang akan mendampinginya selama proses persalinan
dan kelahiran
2. Segera mendatangi ibu hamil ketika diberitahu persalinan sudah mulai atau ketuban
pecah
3. Cuci tangan dengan sabun dan air bersih yang mengalir, kemudian keringkan hingga
betul-betul kering dengan handuk bersih setiap kali sebelum dan sesudah melakukan
kontak dengan pasien. (kuku harus dipotong pendek dan bersih). Gunakan sarung
tangan bersih kapan pun menangani benda yang terkontaminasi oleh darah atau cairan
tubuh. Gunakan sarung tangan DTT atau steril untuk semua pemeriksaan vagina.
4. Menanyakan riwayat kehamilan ibu secara lengkap.
5. Melakukan pemeriksaan fisik secara lengkap (dengan memberikan perhatian terhadap
tekanan darah, denyut jantung janin atau DJJ, frekuensi dan lama kontraksi dana
apakah ketuban pecah).
6. Lakukan pemeriksaan dalam secara aseptic dan sesuai dengan kebutuhan. (jika harus
teratur dan tidak ada hal yang mengkhawatirkan atau his lemah tapi tanda-tanda vital
ibu atau janin normal, maka tidak perlu segera dilakukan periksa dalam).
7. Dalam keadaan normal periksa dalam cukup setiap empat jam dan harus secara
aseptik.
8. Jangan melakukan periksa dalam jika ada perdarahan dari vagina yang lebih banyak
dari jumlah normal bercak darah atau show yang ada pada persalinan. Perdarahan
dalam proses persalinan mungkin disebabkan komplikasi seperti plasenta previa,
segera rujuk ke puskesmas atau rumah sakit terdekat (ikuti langkah yang tercantum di
standar 16)
9. Catat semua temuan dan pemeriksaan dengan tepat dan seksama pada kartu ibu dan
patograf pada saat asuhan di berikan. Jika ditemukan komplikasi atau masalah, segera
berikan perawatan yang memadai dan rujuk kepuskesmas atau rumah sakit yang
tepat.
10. Catat semua temuan dan pemeriksaan pada fase laten persalinan pada kartu ibu dan
catatan kemajuan persalianan. Ibu harus di evaluasi sedikitnya setia pempat jam, lebih
sering jika di indikasikan. Catatan harus selalu memasukkan DJJ, periksa dalam,
pecahnya ketuban, perdarahan atau cairan vagina, kontraksi uterus, tanda-tanda vital
ibu (suhu, nadi, dan tekanan darah), urine, minuman, obat-obatan yang diberikan, dan
informasi yang berkaitan lainnya serta semua perawatan yang diberikan.
11. Catat semua temuan pada partograf dan kartu ibu pada saat ibu sampai dengan fase
aktif (pembukaan 4 cm atau lebih).
12. Lengkapi patograf dengan seksama untuk semua ibu yang akan bersalin. Partograf
adalah alat untuk mencatat dan menilai kemajuan persalinan, kondisi ibu dengan
janin. Penggunaan partograf diperlukan untuk pengambilan keputusan klinis dan
deteksi dini komplikasi dalam proses persalinan, seperti misalnya partus lama.
Penggunaan partograf secara tepa takan memungkin akan bidan untuk membuat
keputusan tentang perawatan ibu pada waktu yang tepat dan memungkinkan rujukan
dini jika diperlukan.
13. Memantau dan mencatat denyut jantung janin sedikitnya setiap 30 menit selama proses
persalinan, jika ada tanda-tanda gawat janin badan harus mempersiapkan rujukan ke
fasilitas yang memadai.
14. Melakukan dan mencatat pada partograf hasil periksa dalam setiap 4 jam (lebih sering
jika ada indikasi medis). Pada setiap pemeriksaan dalam, evaluasi dan catat
penyusupan kepala janin dan cairan vagina atau air ketuban.
15. Catat pada partograf kontraksi uterus setiap 30 menit pada fase aktif. Palpasi jumlah
dan lamanya kontraksi selama 10 menit.
16. Catat pada partograf dan amati penurunan kepala janin dengan palpasi abdomen
setiap 4 jam dan teruskan setiap periksa dalam.
17. Pantau dan catat pada partografi :
a. Tekanan darah setiap 4 jam, lebih sering jika ada komplikasi
b. Suhu setiap 2 jam, lebih sering jika ada tanda atau gejala infeksi
c. Nadi setiap setengah jam
18. Minta ibu hamil agar sering buang air kecil sedikitnya setiap 2 jam. Catat pada
partograf jumlah pengeluaran urine setiap kali ibu buang air kecil, catat protein atau
aseton yang ada dalam urine.
19. Anjurkan ibu untuk mandi dan tetap aktif bergerak seperti biasa, dan memilih posisi
yang dirasakan nyaman, kecuali jika belum terjadi penurunan kepala sementara
ketuban sudah pecah. (riset membuktikan banyak keuntungannya jika ibu tetep aktif
bergerak semampunya dan merasa senyaman mungkin). Jangan perbolehkan ibu
dalam proses persalinan berbaring terlentang, ibu harus selalu berbaring miring,
duduk, berdiri atau jongkok. Berbaring terlentang mungkin menyebabkan gawat janin.
20. Selama proses persalinan, anjurkan ibu untuk cukup minum guna menghindari
dehidrasi dan ganwat janin. (riset menunjukkan bahwa ada keuntungannya untuk
memperbolehkan ibu minum dan makan makanan kecil selama proses persalianan
tanpa komplikasi dan ada kerugiannya melarang minum atau makanan kecil yang
mudah dicerna).
21. Selama persalinan, beri dukungan moril dan perlakuan yang baik dan peka terhadap
kebutuhan ibu hamil, suami atau keluarga atau orang terdekat yang mendampingi.
Anjurkan pada orang yang mendampingi ibu untuk mengambil peran aktif dalam
memberikan kenyamanan dan dukungan kepada ibu selama persalinan.
22. Jelaskan proses persalinan yang sedang terjadi pada ibu, suami dan keluarganya.
Beritahu mereka kemajuan persalinan secara berkala.
23. Saat proses persalinan berlangsung, bersiaplah untuk menghadapi kelahiran bayi (lihat
standar 10).
24. Lakukan pertolongan persalianan yang bersih dana man (lihat standar 10)

2.2. Pengenalan Standart Pelayanan Kebidanan


Standart pelayanan kebidanan digunakan untuk menentukan kompetensi yg
diperlukan bidan dlm menjalankan praktik sehari-hari. Standart pelayanan kebidanan juga
dapat digunakan untuk:
a. Menilai mutu pelayanan
b. Menyususn rencana diklat bidan
c. Pengembangan kurikulum pendidikan bidan.

2.3. Syarat Standar pelayanan kebidanan


a. Dapat diobservasi dan diukur
b. Realistik
c. Mudah dilakukan dan dibutuhkan.
2.4. Standar Persyaratan Minimal

2.4.1 Standar masukan

Standar struktur / masukan menentukNan tingkat sumber daya yang diperlukan agar
standar layanan kesehatan dapat dicapai, contohnya :Personal, pasien, peralatan, bahan,
gedung, pencatatan dan keuangan, singkatnya semua sumber daya yang dapat digunakan
untuk melakukan layanan kesehatan seperti yang tersebut dapam standar layanan kesehatan.
Contoh yang lain, diantaranya adalah sebagai berikut :

a. Jenis tenaga
a) Generalis (pelaksana)
b) Spesialistik (pengelola)
c) Konsultan
b. Fasilitas

Fasilitas yg mendukung terlaksananya pelayanan kebidanan sesuai standart

a) Peralatan
b) Tempat
c. Kebijakan
a) Protap
b) Petunjuk pelaksanaan.
2.4.2 Standar proses

Standar proses menentukan kegiatan apa yang harus dilakukan agar standar layanan
kesehatan dapat dicapai. Proses akan menjelaskan apa yang dikerjakan, untuk siapa, siapa
yang mengerjakan, kapan dan bagaimana standar layanan kesehatan dapat dicapai.
a. Proses asuhan (S.O.A.P)
b. Standart praktik profesional
c. Kode etik.
2.4.3 Standar keluaran (Output)
Standar keluaran (Output) atau hasil layanan kesehatan ialah hasil layanan kesehatan
yang telah dilaksanakan sesuai standar layanan kesehatan.
Kriteria output yang umum digunakan antara lain :
a. Kepuasan pasien
b. Pengetahuan pasien
c. Fungsi pasien
d. Indikator kesembuhan, kematian, komplikasi dll.

2.4.4 Standar lingkungan


4.4.1 Standar Organisasi
Banyak upaya telah di lakukan organisasi profesi untuk tetap meningkatkan kualitas
pelayanan kebidanan antara lain:
a. Mengharuskan setiap anggotanya untuk mempunyai standart kompetensi minimal dan terus
meningkatkan katerampilan serta pengetahuan mereka.
b. Pelatihan APN dalam rangka mengurangi risiko kematian pada ibu melahirkan dan
mengurangi serta menurunkan angka kematian ibu dan anak.
c. IBI tahun 2004, meluncurkan program bidan delima. Bidan delima merupakan program
mencapai standart pelayanan tinggi sesuai dengan aturan organisasi kesehatan dunia (WHO),
seperti kemampua bidan menolong persalinan sampai asuhan masa nifas, masa inerval, KB,
memperlakukan pasien secara manusiawi
d. IBI selalu mengupayakan anggotanya dapat meningkatkan kualitas diri dan pelayanannya,
baik untuk jenjang pendidikan bidan maupun kemudahan penyediaan sarana klinik bidan
swasta, seperti menjalin kerja sama dengan organisasi dan badan keuangan untuk penyediaan
kredit modal kerja berupa obat-obatan bebas maupun obat-obatan kontrasepsi.
e. Memberi motivasi kepada anggotanya melalui pemberian penghargaan kepada bidan.
Misalnya, IBI DKI memberi penghargaan kepada bidan dengan kriteria Bidan Bersih
Berprestasi, Bidan Bintang, Bidan Sahabat, Bidan Delima.

2.4.5 Standar dasar hukum


a. UU RI No.23 tahun 1992 tentang kesehatan
b. PP No.32 tahun 1996 tentang tenaga kesehatan
c. KepMenKes RI No.900/Menkes/SK/VII/2002/tentang registrasi dan praktik bidan
d. Keputusan kepala badan kepegawaian negara No.6 tahun 2004 tentang tunjangan fungsional
bidan
e. Keputusan Menteri Negara pendayaan aparatur negara No.932/Kep/M.PAN/II/2001 tentang
jabatan fungsional bidan dan angka kreditnya
2.5. Standar Pelayanan Kebidanan
Ruang lingkup standar pelayanan kebidanan meliputi 24 standar yang dikelompokkan
sebagai berikut:
2.5.1. Dua Standar Pelayanan Umum
Standar 1 : Persiapan Untuk Kehidupan Keluarga Sehat
Bidan memberikan penyuluhan dan nasehat kepada perorangan, keluarga dan
masyarakat terhadap segalan hal yang berkaitan dengan kehamilan, termasuk penyuluhan
kesehatan umum (gizi, KB, kesiapan dalam menghadapai kehamilan dan menjadi calon orang
tua, persalinan dan nifas).
Tujuannya adalah memberikan penyuluhan kesehatan yang tepat untuk
mempersiapkan kehamilan yang sehat dan terencana serta menjadi orang yang
bertanggungjawab.
Dan hasil yang diharapkan dari penerapan standar 1 adalah masyarakat dan
perorangan dapat ikut serta dalam upaya mencapai kehamilan yang sehat. Ibu,keluarga dan
masyarakat meningkat pengetahuannya tentang fungsi alat-alat reproduksi dan bahaya
kehamilan pada usia muda.Tanda-tanda bahaya kehamilan diketahui oleh masyarakat dan ibu.

Standar 2 : Pencatatan Dan Pelaporan


Bidan melakukan pencatatan dan pelaporan semu kegiatan yang dilakukannya , yaitu
registrasi semua ibu hamil diwilayah kerja, rincian pelayanan yang diberikan kepada ibu
hamil/bersalin/nifas dan bayi baru lahir, semua kunjungan rumah dan penyuluhan kepada
masyarakat. Disamping itu, bidan hendaknya mengikut sertakan kader untuk mencatat semua
ibu hamil dan meninjau upaya masyarakat yang berkaitan dengan ibu dan bayi baru lahir .
Bidan meninjau secara teratur catatan tersebut untuk menilai kinerja dan penyusunan rencana
kegiatan untuk meningkatkan pelayanannya.
Tujuan dari standar 2 ini yaitu mengumpulkan, menggunakan dan mempelajari data
untuk pelaksanaan penyuluhan , kesinambungan pelayanan dan penilaian kerja.
Hal-hal yang dapat dilakukan bidan untuk dapat melakukan pencatatan dan pelaporan
yang maksimal adalah sebagai berikut :
a. Bidan harus bekerjasama dengan kader dan pamong setempat agar semua ibu hamil dapat
tercatat.
b. Memberikan ibu hamil KMS atau buku KIA untuk dibawa pulang . Dan memberitahu ibu
agar membawa buku tersebut setiap pemeriksaan.
c. Memastikan setiap persalinan , nifas, dan kelahiran bayi tercatat pada patograf.
d. Melakukan pemantauan buku pencatatan secara berkala .
e. Dll
Hasil yang diharapkan dari dilakukannya standar ini yaitu terlaksananya pencatatatn
dan pelaporan yang baik. Tersedia data untuk audit dan pengembangan diri, meningkatkan
keterlibatan masyarakat dalam kehamilan , kelahiran bayi dan pelayanan kebidanan.

5.2 Enam Standar Pelayanan Antenatal

Standar 3 : Identifikasi Ibu Hamil


Bidan melakukan kunjungan rumah dan berinteraksi dengan masyarakat secara
berkala untuk memberikan penyuluhan dan motifasi ibu , suami dan anggota keluarganya
agar mendorong ibu untuk memeriksakan kehamilannya sejak dini dan secara teratur.
Adapun tujuan yang diharapkan dari penerapan standar ini adalah mengenali dan
memotifasi ibu hamil untuk memeriksakan kehamilannya.
Kegiatan yang dapat dilakukan bidan untuk mengidentifikasi ibu hamil contoh nya
sebagai berikut:
a. Bidan melakukan kunjungan rumah dan penyuluhan secara teratur
b. Bersama kader bidan memotifasi ibu hamil
c. Lakukan komunikasi dua arah dengan masyarakat untuk membahas manfaat pemeriksaan
kehamilan.
d. Dll
Hasil yang diharapkan dari standar ini adalah ibu dapat memahami tanda dan gejala
kehamilan. Ibu , suami, anggota masyarakat menyadari manfaat pemeriksaan kehamilan
secara dini dan teratur.meningkatkan cakupan ibu hamil yang memeriksakan diri sebelum
kehamilan 16 minggu.

Standar 4 : Pemeriksaan dan Pemantauan Antenatal


Bidan hendaknya paling sedikit memberikan 4 kali pelayanan antenatal. Pemeriksaan
meliputi anamnesis dan pemantauan ibu dan janin dengan seksama untuk menilai apakah
perkembangan berlangsung normal.bidan juga harus bisa mengenali kehamilan dengan
risti/kelainan , khususnya anemia , kurang gizi , hipertensi , PMS/infeksi HIV; memberikan
pelayanan imunisasi, nasehat dan penyuluhan kesehatan serta tugas terkait lainnya yang
diberikan oleh puskesmas.
Tujuan yang diharapkan dari standar ini adalah bidan mampu memberikan pelayanan
antenatal berkualitas dan deteksi dini komplikasi kehamilan.
Adapun hasil yang diharapkan yaitu ibu hamil mendapatkan pelayanan antenatal
minimal 4 kali selama kehamilan. Meningkatnya pemanfaatan jasa bidan oleh masyarakat.
Deteksi dini dan penanganan komplikasi kehamilan. Ibu hamil, suami, keluarga dan
masyarakat mengenali tanda bahaya kehamilan dan tahu apa yang harus dilakukan. Mengurus
transportasi rujukan ,jika sewaktu-waktu dibutuhkan.

Standar 5 : Palpasi abdominal


Bidan harus melakukan pemeriksaan abdomen secara seksama dan melakukan palpasi
untuk memperkirakan usia kehamilan. Bila umur kehamilan bertambah , memeriksa posisi,
bagian terendah, masuknya kepala janin kedalam rongga panggul, untuk mencari kelainan
dan untuk merujuk tepat waktu.
Tujuan dari dilakukannya standar ini adalah memperkirakan usia kehamilan,
pemantauan pertumbuhan janin, penentuan letak, posisi dibagian bawah janin.
Hasil yang diharapkan yaitu bidan dapat memperkirakan usia kehamilan , diagnosis
dini kelainan letak, dan merujuk sesuai kebutuhan. Mendiagnosisi dini kehamilan ganda dan
kelainan, serta merujuk sesuai dengan kebutuhan.

Standar 6 : Pengelolaan Anemia pada Kehamilan


Bidan melakukan tindakan pencegahan anemia , penemuan , penanganan dan rujukan
semua kasusu anemia pada kehamialan sesuai dengan ketentuan yang berlaku.
Tujuan dari standar ini adalah bidan mampu menemukan anemia pada kehamilan
secara dini, melakukan tindak lanjut yang memadai untuk mengatasi anemia sebelum
persalinan berlangsung.
Tindakan yang bisa dilakukan bidan contohnya , memeriksakan kadar Hb semua ibu
hamil pada kunnjungan pertama dan minggu ke 28. Memberikan tablet Fe pada semua ibu
hamil sedikitnya 1 tablet selama 90 hari berturut-turut . beripenyuluhan gizi dan pentingnya
konsumsi makanan yang mengandung zat besi, dll.
Hasil yang diharapkan dari pelaksanaan standar ini yaitu jika ada ibu hamil dengan
anemia berat dapat segera dirujuk, penurunan jumlah ibu melahirkan dengan anemia,
penurunana jumlah bayi baru lahir dengan anemia/BBLR.

Standar 7 : Pengelolaan Dini Hipertensi Pada Kehamilan


Bidan menemukan secara dini setiap kenaikan tekanan darah pada kehamilan dan
mengenali tanda gejala preeklamsia lainnya, serta mengambil tindakan yang tepat dan
merujuknnya.
Tujuan dari dilakukannya standar ini yaitu bidan dapat mengenali dan menemukan
secaea dini hipertensi pada kehamilan dan melakukan tindakan yang diperlukan. Adapun
tindakan yang dapat dilakukan bidan yaitu rutin memeriksa tekanan darah ibu dan
mencatatnya. Jika terdapat tekanan darah diatas 140/90 mmHg lakukan tindakan yang
diperlukan.
Hasil yang diharapkan dari pelaksanaan standar ini adalah ibu hamil dengan tanda
preeklamsia mendapat perawatan yang memadai dan tepat waktu. Penurunan angka kesakitan
dan kematian akibat eklamsia.

Standar 8 : Persiapan Persalinan


Bidan memberikan saran yang tepat kepada ibu hamil, suami atau keluarga pada
trimester III memastikan bahwa persiapan persalinan bersih dan aman dan suasana
menyenangkan akan direncanakan dengan baik, disamping persiapan transportasi dan biaya
untuk merujuk, bila tiba-tiba terjadi keadaan gawat darurat. Bidan mengusahakan untuk
melakukan kunjungan ke setiap rumah ibu hamil untuk hal ini.
Tujuan dari dilakukannya standar ini adalah untuk memastikan bahwa persalinan
direncanakan dalam lingkungan yang aman dan memadai dengan pertolongan bidan
terampil.
Hasil yang diharapkan adalah ibu hamil, suami dan keluarga tergerak untuk
merencanakan persalinan yang bersih dan aman. Persalinan direncanakan di tempat yang
aman dan memadai dengan pertolongan bidan terampil. Adanya persiapan sarana transportasi
untuk merujuk ibu bersalin,jika perlu. Rujukan tepat waktu telah dipersiapkan bila
diperkirakan .

5.3. Empat Standar Pelayanan Persalinan


Standar 9 : Asuhan Persalinan Kala Satu
Bidan menilai secara tepat bahwa persalinan sudah mulai, kemudian memberikan
asuhan dan pemantauan yang memadai , dengan memperhatikan kebutuhan ibu, selama
proses persalinan berlangsung. Bidan juga melakuakan pertolongan proses persalinan dan
kelahiran yang bersih dan aman, dengan sikap sopan dan penghargaan terhadap hak pribadi
ibu serta memperhatikan tradisi setempat. Disamping itu ibu diijinkan memilih orang yang
akan mendampinginya selam proses persalinan dan kelahiran.
Tujuan dari dilakukannya standar ini yaitu untuk memberikan pelayanan kebidanan
yang memadai dalam mendukung pertolongan persalinan yang bersih dan aman untuk ibu
bayi.
Hasil yang diharapkan adalah ibu berssalin mendapatkan pertolongan yang aman dan
memadai. Meningkatnya cakupan persalinan dan komplikassi lain yang ditangani oleh tenaga
kesehatan. Berkurangnya kematian/kesakitan ibu bayi akibat partus lama.

Standar 10 : Persalinan Kala Dua Yang Aman


Bidan melakukan pertolongan persalinan bayi dan plasenta yang bersih dan aman,
dengan sikap sopan dan penghargaann terhadap hak pribadi ibu serta memperhatikan tradisi
setempat . disamping itu ibu diijinkan untuk memilih siapa yang akan mendampinginya saat
persalinan.
Tujuan dari diterapkannya standar ini yaitu memastikan persalinan yang bersih dan
aman bagi ibu dan bayi. Hasil yang diharapkan yaitu persalinan dapat berlangsung bersih dan
aman. Menigkatnya kepercayaan masyarakat kepada bidan. Meningkatnya jumlah persalinan
yang ditolong oleh bidan. Menurunnya angka sepsis puerperalis.

Standar 11 : Penatalkasanaan Aktif Persalinan Kala Tiga


Secara aktif bidan melakukan penatalaksanaan aktif persalinan kala tiga. Tujuan
dilaksanakan nya standar ini yaitu membantu secara aktif pengeluaran plasenta dan selaput
ketuban secara lengkap untuk mengurangi kejadian perdarahan pasca persalinan kala tiga,
mencegah terjadinya atonia uteri dan retesio plasenta.
Adapaun hasil yang diharapkan yaitu menurunkan terjadinya perdarahan yang hilang
pada persalinan kala tiga. Menurunkan terjadinya atonia uteri, menurunkan terjadinya
retensio plasenta , memperpendek waktu persalinan kala tiga, da menurunkan perdarahan
post partum akibat salah penanganan pada kala tiga.
Standar 12 : Penanganan Kala Dua Dengan Gawat Janin Melalui Episiotomi
Bidan mengenali secra tepat tanda-tanda gawat janin pada kala dua, dan segera
melakukan episiotomy dengan aman untuk mmemperlancar persalinan, diikiuti dengan
penjahitan perineum.
Tujuan dilakukannya standar ini adalah mempercepat persalinan dengan melakukan
episiotomy jika ada tanda-tanda gawat janin pada saat kepala janin meregangkan perineum.
Hasil yang diharapkan yaitu penurunan kejadian asfiksia neonnaturum berat. Penurunan
kejadian lahir mati pada kala dua .

5.4. Tiga Standar Pelayanan Nifas

Standar 13 : Perawatan Bayi Baru Lahir


Bidan memeriksa dan menilai bayi baru lahir untuk memastikan pernafasan spontan,
mencegah asfiksia, menemukan kelainan , dan melakukan tindakan atau merujuk sesuai
kebutuhan. Bidan juga harus mencegah atau menangani hipotermi dan mencegah
hipoglikemia dan infeksi.
Tujuan nya adalah menilai kondisi bayi baru lahir dan membantu dimulainya
pernafasan serta mencegah hipotermi, hipoglikemi dan infeksi.
Dan hasil yang diharapkan adalah bayi baru lahir menemukan perawatan dengan
segera dan tepat. Bayi baru lahir mendapatkan perawatan yang tepat untuk dapat memulai
pernafasan dengan baik.

Standar 14 : Penanganan pada dua jam pertama setelah persalinan


Bidan melakukan pemantauan ibu dan bayi terhadap terjadinya komplikasi paling
sedikit selama 2 jam stelah persalinan, serta melakukan tindakan yang diperlukan. Disamping
itu, bidan memberikan penjelasan tentang hal-hal yang mempercepat pulihnya kesehatan ibu,
dan membantu ibu untuk memulai pemberian ASI.
Tujuan nya adalah mempromosikan perawatan ibu dan bayi yang bersih dan aman
selama persalinan kala empat untuk memulihkan kesehatan ibu dan bayi. Meningkatan
asuhan saying ibu dan sayang bayi. Memulai pemberian ASI dalam waktu 1 jam pertama
setelah persalinan dan mendukung terjadinya ikatan batin antara ibu dan bayinya.

Standar 15 : Pelayanan Bagi Ibu dan Bayi Pada Masa Nifas


Bidan memberikan pelayanan selama masa nifas di puskesmas dan rumah sakit atau
melakukan kunjungan ke rumah paa hari ke-tiga, minggu ke dua dan minggu ke enam setelah
persalinan, untuk membantu proses penatalaksanaan tali pusat yang benar, penemuan dini,
penatalaksanaan atau rujukan komplikasi yang mungkin terjadi pada masa nifas, serta
memberikan penjelasan tentang kesehatan secara umum, kebersihan perorangan, makanan
bergizi, asuhan bayi baru lahir , pemberian ASI , imunisasi dan KB.
Tujuan nya adalah memberikan pelayanan kepada ibu dan bayi sampai 42 hari setelah
persalinan dan memberikan penyuluhan ASI eksklusif.

5.5. Sembilan Standar Penanganan Kegaeatan Obstetri dan Neonatal

Standar 16 : Penanganan Perdarahan Dalam Kehamilan Pada Trimester Tiga


Bidan mengenali secara tepat tanda dan gejala perdarahan pada kehamilan serta
melakukan pertolongan pertama dan merujuknya.
Tujuan dari dilakukannya standar ini adalah mengenali dan melakukan tindakan
secara tepat dan cepat perdarahan pada trimester tiga.
Hasil yang diharapkan dari kemampuan bidan dalam menerapkan standar ini adalah
ibu yang mengalami perdarahan kehamilan trimester tiga dapat segera mendapatkan
pertolongan, kematian ibu dan janin akibat perdarahan pada trimester tiga dapat berkurang ,
dan meningkatnya pemanfaatan bidan sebagai sarana konsultasi ibu hamil.

Standar 17 : Penanganan Kegawatdaruratan pada Eklamsia


Bidan mengenali secara tepat dan gejala eklamsia mengancam, serta merujuk dan/atau
memberikan pertolongan pertama.
Tujuan dilaksanakan satandar ini adalah mengenali tanda gejala preeklamsia berat dan
memberikan perawatan yang tepat dan memadai. Mengambil tindakan yang tepat dan segera
dalam penanganan kegawat daruratan bila eklamsia terjadi.
Hasil yang diharapkan yaitu penurunan kejadian eklamsia. Ibu hamil yang mengalami
preeklamsia berat dan eklamsia mendapatkan penanganan yang cepat dan tepat. Ibu dengan
tanda-tanda preeklamsia ringan mendapatkan perawatan yang tepat. Penurunan kesakitan dan
kematian akibat eklamsia.

Standar 18 : Penanganan Kegawatdaruratan Pada Partus Lama / macet


Bidan mengenali secara tepat tanda gejala partus lama/macet serta melakukan
penanganan yang memadai dan tepat waktu untuk merujuk untuk persalinan yang aman.
Tujuan nya adalah untuk mengetahui segera dan penanganan yang tepat keadaan
daruratpada partus lama/macet.
Hasil yang diharapkan yaitu mengenali secara dini tanda gejala partus lama/macet
serta tindakan yang tepat. Penggunaan patograf secara tepat dan seksama untuk semua ibu
dalam proses persalinan. Penurunan kematian/kesakitan ibu dan bayi akibat partus
lama/macet.

Standar 19 : Persalinan Dengan Menggunakan Vakum Ekstraktor


Bidan hendaknya mengenali kapan waktu diperlukan menggunakan ekstraksi vakum,
melakukan secara benar dalam memberikan pertolongan persalinan dengan memastikan
keamanan bagi ibu dan janinnya.
Tujuan penggunaan vakum yaitu untuk mempercepat persalinan dalam keadaan
tertentu. Hasil yang diharapkan yaitu penurunan kesakitan atau kematian akibat persalinan
lama. Ibu mendapatkan penanganan darurat obstetric yang cepat .

Standar 20 : Penanganan Kegawat daruratan Retensio Plasenta


Bidan mampu mengenali retensio plasenta dan memberikan pertolongan pertama,
termasuk plasenta manual dan penanganan perdarahan, sesuai dengan kebutuhan. Tujuan nya
adalah mengenali dan melakukan tindakan yang tepat ketika terjadi retensio plasenta.
Hasil yang diharapkan ialah penurunan kejadian retensio plasenta. Ibu dengan retesio
plasenta mendapatkan penanganan yang cepat dan tepat. Penyelamatan ibu dengan retensio
plasenta meningkat.

Standar 21 : Penanganan Perdarahan Post Partum Primer


Bidan mampu mengenali perdarahan yang berlebihan dalam 24 jam pertama setelah
persalinan dan segera melakukan pertolongan pertama kegawat daruratan untuk
mengendalikan perdarahan. Tujuan nya adalah bidan mampu mengambil tindakan
pertolongan kegawat daruratan yang tepat pada ibu yang mengambil perdarahan post partum
primer/ atoni uteri.
Hasil yang diharapkan yaitu penurunan kematian dan kesakitan ibu akibat perdarahan
post partum primer. Meningkatkan pemanfaatan pelayanan bidan. Merujuk secara dini pada
ibu yang mengalami perdarahan post partum primer.
Standar 22 : Penanganan Perdarahan Post Partum Sekunder
Bidan mampu mengenali secara tepat dan dini gejala perdarahan post partum
sekunder , dan melakukan pertolongan pertama untuk penyelamatan jiwa ibu , dan/atau
merujuk. Tujuan nya adalah mengenali gejala dan tanda perdarahan post partum sekunder
serta melakukan penanganan yang tepat untuk menyelamatkan jiwa ibu.
Hasil yang diharapkan yaitu kematian dan kesakitan akibat perdarahan post partum
sekunder menurun. Ibu yang mempunyai resiko mengalami perdarahan post partum sekunder
ditemuka secara dini dan segera di beri penanganan yang tepat.

Standar 23 : Penanganan Sepsis Puerperalis


Bidan mampu menangani secara tepat tanda dan gejala sepsis puerperalis , melakukan
perawatan dengan segera merujuknya. Tujuannya adalah mengenali tanda dan gejala sepsis
puerperalis dan mengambil tindakan yang tepat . hasl yang diharapkan yaitu ibu dengan
sepsis puerperalis mendapatkan penanganan yang cepat dan tepat . penurunan angka
kesakitan dan kematian akibat sepsis puerperalis. Meningkatnya pemanfaatan bidan dalam
pelayanan nifas.

Standar 24 : Penanganan Asfiksia Neonaturum


Bidan mengenali secara tapat bayi baru lahir dengan asfiksia, serta melakukan
tindakan secepatnya, memulai resusitasi, mengusahakan bantuan medis, merujuk bayi baru
lahir dengan tepat dan memberiakan perawatan lanjutan yang tepat.
Tujuan yang diharapkan yaitu mengenal dengan tepat bayi baru lahir dengan asfiksia ,
mengambil tindakan yang tepat dan melakukan pertolongan kegawatdaruratan.

B. Standar Mutu Pelayanan Kesehatan


Mutu pelayanan kesehatan dapat diidentifikasi dengan cara melakukan
pengamatan langsung terhadap petugas Puskesmas yang sedang memberikan
pelayanan kesehatan, melakukan wawancara kepada pasien dan petugas
kesehatan, mendengar keluhan pasien dan keluarganya, masyarakat, petugas
Puskesmas, membaca dan memeriksa laporan atau rekam medik.
Peningkatan mutu pelayanan dititik beratkan kepada pelayanan kesehatan
dasar dengan upaya terpadu melalui Puskesmas, Puskesmas pembantu, dan bidan
desa. Untuk menilai mutu pelayanan diperlukan standar dan indikator, ada empat
jenis standar yaitu :
1. Standar masukan (input) yang antara lain terdiri dari standar SDM, peralatan dan
sarana.
2. Standar proses / standar tindakan dimana ditetapkan tata cara/ prosedur pelayanan
baik medis maupun non medis.
3. Standar keluaran ( output / performance ) atau lazim disebut standar penampilan
berdasarkan serangkaian indikator baik dari segi pemberi pelayanan maupun
pemakai.
4. Standar lingkungan / standar organisasi dan manajemen dimana ditetapkan garis-
garis besar kebijakan, pola organisasi dan manajemen yang harus dipatuhi oleh
pemberi pelayanan.

C. Mutu Pelayanan Antenatal


Mutu pelayanan Antenatal adalah cara melakukan pengamatan langsung
terhadap bidan yang melakukan pelayan antenatal. Pelayanan antenatal adalah
pelayanan kesehatan yang diberikan kepada ibu selama masa kehamilannya sesuai
dengan standar pelayanan antenatal yang mencakup anamnesis, pemeriksaan fisik
umum dan kebidanan, pemeriksaan laboratorium atas indikasi tertentu serta indikasi
dasar dan khusus. Selain itu aspek yang lain yaitu penyuluhan, Komunikasi,
Informasi dan Edukasi (KIE), motivasi ibu hamil dan rujukan.
Tujuan asuhan antenatal adalah memantau kemajuan kehamilan untuk
memastikan kesehatan ibu dan tumbuh kembang bayi, meningkatkan dan
mempertahankan kesehatan fisik, mental dan sosial ibu dan bayi, mengenali secara
dini adanya ketidaknormalan atau komplikasi yang mungkin selama kehamilan,
termasuk riwayat penyakit secara umum, kebidanan dan pembedahan,
mempersiapkan persalinan cukup bulan, melahirkan dengan selamat,ibu maupun
bayinya dengantrauma seminimal mungkin, mempersiapkan ibu agar masa nifas
berjalan normal dan pemberian ASI eksklusif, mempersiapkan peran ibu dan
keluarga dalam menerimakelahiran bayi agar dapat tumbuh kembang secara normal
serta optimalisasi kembalinya kesehatan reproduksi ibu secara wajar.
Keuntungan layanan antenatal sangat besar karena dapat mengetahui resiko
dan komplikasi sehingga ibu hamil dapat diarahkan untuk melakukan rujukan ke
rumah sakit. Layanan antenatal dilakukan sehingga dapat dilakukan pengawasan
yang lebih intensif, pengobatan agar resiko dapat dikendalikan, serta melakukan
rujukan untuk mendapat tindakan yang adekuat. Pelayanan yang dilakukan secara
rutin juga merupakan upaya untukmelakukan deteksi dini kehamilan beresiko
sehingga dapat dengan segera dilakukan tindakan yang tepat untuk mengatasi dan
merencanakan serta memperbaiki kehamilan tersebut. Kelengkapan antenatal terdiri
dari jumlah kunjungan antenatal dan kualitas pelayanan antenatal.
Pelayanan antenatal mempunyai pengaruh yang baik terhadap pertumbuhan
janin atau lama waktu mengandung, baik dengan diagnosis maupun dengan
perawatan berkala terhadap adanya komplikasi kehamilan. Pertama kali ibu hamil
melakukan pelayanan antenatal merupakan saat yang sangat penting, karena
berbagai faktor resiko bisa diketahui seawal mungkin dan dapat segera dikurangi
atau dihilangkan. Kualitas pelayanan Antenatal erat hubungannya dengan
penerapan.

D. Standar Pelayanan Kebidanan


Standar pelayanan kebidanan, yang mana standar pelayanan berguna dan
penerapan norma dan tingkat kinerja yang diperlukan untuk mencapai hasil yang
diinginkan. Penerapan standar pelayanan akan sekaligus melindungi masyarakat,
karena penilaian terhadap proses dan hasil penilaian dapat dilakukan dengan dasar
yang jelas. Mengukur tingkat kebutuhan terhadap standar yang baik input, proses
pelayanan dan hasil pelayanan khususnya tingkat pengetahuan pasien terhadap
pelayanan antenatal yang dikenal standar mutu yaitu :
1. Standar pelayanan Antenatal
Terdapat enam standar dalam standar pelayanan antenatal seperti berikut ini :
a. Standar : Identifikasi Ibu Hamil
Standar ini bertujuan mengenali dan memotivasi ibu hamil untuk memeriksakan
kehamilannya.
Pernyataan standar : Bidan melakukan kunjungan rumah dan berinteraksi dengan
masyarakat secara berkala untuk memberikan penyuluhan dan memotivasi ibu,
suami dan anggota keluarganya agar mendorong ibu untuk memeriksakan
kehamilannya sejak dini dan secara teratur.
b. Standar : Pemeriksaan dan Pemantauan Antenatal
Pemeriksaan dan pemantauan antenatal bertujuan memberikan pelayanan antenatal
berkualitas dan diteliti dalam komplikasi. Bidan memberikan sedikitnya 4 x
pelayanan antenatal. Pemeriksaan meliputi anamnesa dan pemantauan ibu dan dan
janin dengan seksama untuk menilai apakah perkembangan berlangsung normal.
Bidan juga harus mengenal kehamilan risti/ kelainan, khususnya anemia, kurang
gizi, hipertensi, PMS/ Infeksi HIV ; memberikan pelayanan imunisasi, nasehat dan
penyuluhan kesehatan serta tugas terkait lainnya yang diberikan oleh Puskesmas.
Mereka harus mencatat data yang tepat padu setiap kunjungan. Bila ditemukan
kelainan, mereka harus mampu mengambil tindakan yang diperlukan dan
merujuknya untuk tindakan selanjutnya.
c. Standar : Palpasi Abdominal
Standar palpasi abdominal bertujuan memperkirakan usia, kehamilan,
pemantauan pertumbuhan jenis, penentuan letak, posisi dan bagian bawah janin.
Bidan melakukan pemeriksaan abdomen dengan seksama & melakukan palpasi utk
memperkirakan usia kehamilan. Bila umur kehamilan bertambah, memeriksa posisi,
bagian terendah, masuknya kepala janin ke dlm rongga panggul, untuk mencari
kelainan serta melakukan rujukan tepat waktu.
Secara tradisional perkiraan tinggi fundus dilakukan dengan palpasi fundus dan
membandingkannya dengan beberapa patokan antara lain simfisis pubis, umbilikus
atau prosesus sifoideus. Cara tersebut dilakukan dengan tanpa memperhitungkan
ukuran tubuh ibu. Sebaik-baiknya pemeriksaan (perkiraan) tersebut, hasilnya masih
kasar dan dilaporkan hasilnya bervariasi. Dalam upaya standardisasi perkiraan tinggi
fundus, para peneliti saat ini menyarankan penggunaan pita ukur untuk mengukur
tinggi fundus dari tepi atas simfisis pubis karena memberikan hasil yang lebih akurat
dan dapat diandalkan.
Pengukuran tinggi fundus uteri tersebut bila dilakukan pada setiap kunjungan
oleh petugas yang sama, terbukti memiliki nilai prediktif yang baik, terutama untuk
mengidentifikasi adanya gangguan pertumbuhan intrauterin yang berat dan
kehamilan kembar. Walaupun pengukuran tinggi fundus uteri dengan pita ukur
masih bervariasi antar operator, namun variasi ini lebih kecil dibandingkan dengan
metoda tradisional lainnya. Oleh karena itu penelitian mendukung penggunaan pita
ukur untuk memperkirakan tinggi fundus sebagai bagian dari pemeriksaan rutin pada
setiap kunjungan.
d. Standar : Pengelolaan Anemia pada Kehamilan
Standar ini bertujuan menemukan anemia pada kehamilan secara dini dan
melakukan tindakan lanjut yang memadai untuk mengatasi anemia sebelum
persalinan berlangsung. Bidan melakukan tindakan pencegahan, penemuan,
penanganan dan/atau rujukan semua kasus anemia pada kehamilan sesuai dengan
ketentuan yang berlaku.
Pemeriksaan Hemoglobin (Hb) secara rutin selama kehamilan merupakan
kegiatan yang umumnya dilakukan untuk mendeteksi anemia. Namun ada
kecendurungan bahwa kegiatan ini tidak dilaksanakan secara optimal selama masa
kehamilan. Perubahan normal ini di kenal sebagai Hemodilusi dan biasanya
mencapai titik terendah pada kehamilan minggu ke-30. Oleh karena itu pemeriksaan
Hb dianjurkan untuk dilakukan pada awal kehamilan dan diulang kembali pada
minggu ke- 30 untuk mendapat gambaran akurat tentang status Hb.
e. Standar :Pengelolaan Dini Hipertensi pada Kehamilan
Standar ini bertujuan mengenali dan menemukan secara dini hipertensi pada
kehamilan dan melakukan tindakan diperlukan. Bidan menemukan secara dini setiap
kenaikan tekanan darah pada kehamilan dan mengenali tanda serta gejala
preeklamsia lainnya, serta mengambil tindakan yang tepat dan merujuknya.
f. Standar : Persiapan Persalinan.
Standar Persiapan Persalinan dengan tujuan untuk memastikan bahwa
persalinan direncanakan dalam lingkungan yang aman dan memadai dengan
pertolongan bidan terampil. Bidan memberikan saran yang tepat Kepada ibu hamil,
suami/ keluarganya pada trisemester III memastikan bahwa persiapan persalinan
bersih dan aman dan suatu suasana yang menyenangkan akan direncanakan
dengan baik, di samping persiapan transportasi dan biaya untuk merujuk, bila tiba-
tiba terjadi keadaan gawat darurat. Bidan mengusahakan untuk melakukan
kunjungan ke setiap rumah ibu hamil untuk hal ini.
2. Kebijakan Program Pelayanan Antenatal
Pelayanan Antenatal merupakan cara untuk memonitor dan mendukung
kesehatan ibu hamil normal dan mendeteksi komplikasi. Pelayanan Antenatal
penting untuk menjamin bahwa proses alamiah dari kehamilan berjalan normal dan
tetap demikian seterusnya. Kehamilan dapat berkembang menjadi masalah atau
komplikasi setiap saat. Sekarang ini sudah umum diterima bahwa setiap kehamilan
membawa resiko bagi ibu.
Kebijakan program dalam pelayanan antenatal yaitu kunjungan antenatal
sebaiknya dilakukan paling sedikit 4 kali selama kehamilan, satu kali pada triwulan
pertama, satu kali pada triwulan kedua dan dua kali pada triwulan ketiga. Penerapan
operasionalnya dikenal standar minimal (7T) yang terdiri atas :
a. (Timbang) berat badan dan pengukuran tinggi badan, suatu teknologi tepat guna
yang dapat dimanfaatkan untuk menilai status gizi ibu bila tidak tersedia timbangan
pada waktu pemeriksaan kehamilan yang pertama, adalah pengukuran lingkar
lengan atas (LLA).
b. Ukur (Tekanan) darah.
c. Ukur (Tinggi) fundus uteri.
d. Pemberian imunisasi (Tetanus Toxoid) / TT lengkap.
e. Pemberian (Tablet besi), minimal 90 tablet selama kehamilan.
f. (Tes) terhadap Penyakit Menular Seksual.
g. (Temu) wicara dalam rangka persiapan rujukan.

Kebijakan teknis pelayanan antenatal setiap kehamilan dapat berkembang


menjadi masalah atau komplikasi setiap saat. Itu sebabnya mengapa ibu hamil
memerlukan pemantauan selama kehamilannya. Penatalaksanaan ibu hamil secara
keseluruhan meliputi komponen-komponen sebagai berikut : mengupayakan
kehamilan yang sehat, melakukan penatalaksanaan awal serta rujukan bila
diperlukan, persiapan persalinan yang bersih dan aman, perencanaan antisipatif
dan persiapan dini untuk melakukan rujukan jika terjadi komplikasi.
3. Pelaksanaan Asuhan Kebidanan pada Ibu Hamil
a. Mengumpulkan Data Dasar / Pengkajian Data
Mengumpulkan data subyektif dan data obyektif,berupa data fokus yang dibutuhkan
untuk menilai keadaan ibu sesuai dengan kondisinya, menggunakan
anamnesis,pemeriksaan fisik, dan pemeriksaan laboratorium.
1) Data Subyektif terdiri dari :
(a) Biodata ibu dan suami
(b) Alasan ibu memeriksakan diri
(c) Riwayat kehamilan sekarang
(d) Riwayat kebidanan yang lalu
(e) Riwayat menstruasi
(f) Riwayat KB
(g) Riwayat kesehatan
(h) Riwayat bio-psikososial-spiritual
(i) Pengetahuan tentang tanda bahaya persalinan
Tehnik yang digunakan untuk mengumpulkan data subyektif adalah dengan dengan
melakukan anamnesis.

2) Data objektif terdiri dari :


(a) Hasil pemeriksaan umum (tinggi badan, berat badan,lingkar lengan, suhu, nadi,
tekanan darah, pernapasan).
(b) Hasil pemeriksaan kepala dan leher
(c) Hasil pemeriksaan tangan dan kaki
(d) Hasil pemeriksaan payudara
(e) Hasil pemeriksaan abdomen
(f) Hasil pemeriksaan denyut jantung janin
(g) Hasil pemeriksaan darah dan urine
Sumber data baik data subyektif maupun data obyektif yang paling akurat adalah
ibu hamil yang diberi asuhan, namun apabila kondisi tidak memungkinkan dan masih
diperlukan data bisa dikaji dari status ibu yang menggambarkan pendokumentasian
asuhan sebelum ditangani dan bisa juga keluarga atau suami yang mendampingi ibu
saat diberi asuhan.
b. Menginterpretasikan /menganalisa data /merumuskan diagnosa
Pada langkah ini data subyektif dan obyektif yang dikaji dianalisis menggunakan
teori fisiologis dan teori patologis sesuai dengan perkembangan kehamilan
berdasarkan umur kehamilan ibu pada saat diberi asuhan, termasuk teori tentang
kebutuhan fisik dan psikologis ibu hamil. Hasil analisis dan interpretasi data
menghasilkan rumusan diagnosis kehamilan.
Rumusan diagnosis kebidanan pada ibu hamil disertai dengan alasan yang
mencerminkan pikiran rasional yang mendukung munculnya diagnosis selanjutnya.
c. Menyusun rencana asuhan yang menyeluruh
Dalam menyusun rencana asuhan yang menyeluruh mengacu pada diagnosis
mengacu pada diagnosis, masalah asuhan serta kebutuhan yang telah sesuai
dengan kondisi klien saat diberi asuhan.
d. Melaksanakan asuhan sesuai perencanaan secara efisien dan aman
Pelaksanaan rencana asuhan bisa dilaksanakan bidan langsung, bisa juga
dengan memberdayakan ibu.
e. Melaksanakan evaluasi terhadap rencana asuhan yang telah dilaksanakan.
Evaluasi ditujukan terhadap efektivitas intervensi tentang kemungkinan
pemecahan masalah, mengacu pada perbaikan kondisi/kesehatan ibu dan janin.
Evaluasi mencangkup jangka pendek, yaitu sesaat setelah intervensi dilaksanakan,
dan jangka panjang, yaitu menunggu proses sampai kunjungan berikutnya /
kunjungan ulang.
f. Pendokumentasian dengan SOAP
Pendokumentasian asuhan kebidanan menggunakan teknik pencatatan Subjectif
Objective Assessment Planing (SOAP) meliputi langkah-langkah sebagai berikut :
1) Mencatat data subyektif dan objektif
2) Mencatat data hasil pengkajian,diagnosis,masalah klien/ibu hamil yang diberi
asuhan berdasarkan masalahnya.
3) Mencatat perencanaan asuhan yang meliputi perencanaan tindakan asuhan,
pelaksanaan tindakan asuhan.
Adapun tujuannya adalah :
1) Sebagai bahan komunikasi antar petugas/bidan
2) Sebagai bahan evaluasi
3) Sebagai bahan tindak lanjut
4) Sebagai bahan laporan

5) Sebagai bahan pertanggungjawaban dan tanggung gugat


6) Meningkatkan kerja sama antar tim
7) Sebagai bahan acuan dalam pengumpulan data

E. Faktor faktor yang dapat menunjang kualitas pelayanan antenatal


1. Kompetensi Teknis
Kompetensi teknis menyangkut ketrampilan, kemampuan, dan penampilan atau
kinerja pemberi layanan kesehatan. Kompetensi teknis itu berhubungan dengan
bagaimana pemberi layanankesehatan mengikuti standar layanan kesehatan yang
telah disepakati, yang meliputi kepatuhan, ketepatan, kebenaran dan konsistensi.
Tidak dipenuhinya kompetensi teknis dapat mengakibatkan berbagai hal, mulai dari
penyimpangan kecil terhadap standar layanan kesehatan, sampai kepada kesalahan
fatal yang dapat menurunkan mutu layanan kesehatan dan membahayakan jiwa
pasien.
2. Prosedur / Standar
Aplikasi program jaminan mutu di Puskesmas adalah dalam bentuk penerapan
standar dan prosedur tetap pelayanan, agar hasil yang diperoleh tetap terjaga
kualitasnya, meskipun pada kondisi lingkungan dan petugas yang
berbeda/bergantian.
Standar menurut Meissenheimer dalam Koentjoro adalah ukuran yang
ditetapkan dan disepakati bersama, merupakan tingkat kinerja yang diharapakan.
Dalam PP 102 tahun 2000 dijelaskan bahwa standar adalah spesifikasi teknis atau
sesuatu yang dibakukan termasuk tata cara dan metode yang disusun berdasarkan
konsesus semua pihak yang terkait dengan memperhatikan syarat-syarat
keselamatan, keamanan, kesehatan, lingkungan hidup, perkembangan ilmu
pengetahuan dan teknologi, serta pengalaman, yakni perkembangan masa kini dan
masa yang akan datang. Dalam UU No. 23 tahun 1992 pasal 53 ayat 2 disebutkan
bahwa standar adalah pedoman yang harus dipergunakan sebagai petunjuk dalam
menjalankan profesi dengan baik.
Keberadaan standar dalam pelayanan kesehatan akan memberikan manfaat,
antara lain merupakan persyaratan profesi, dan dasar untuk mengukur mutu.
Ditetapkan standar juga akan menjamin keselamatan pasien dan petugas penyedia
pelayanan kesehatan. Pedoman standar pelayanan antenatal untuk memandu para
pelaksana program agar tetap berpedoman pada standar yang telah ditetapkan,
sehingga ada protokol dan petunjuk pelaksanaan. Protokol adalah suatu pernyataan
tertulis yang disusun secara sistematis yang dipakai sebagai pedoman atau cara
kerja oleh para pelaksana dalam melaksanakan pelayanan kesehatan. Semakin
dipenuhi pedoman atau prosedur tetap pelayanan maka semakin tercapai standar
yang ditetapkan.
Pedoman atau prosedur tetap merupakan gambaran bagi karyawan mengenai
cara kerja atau tata kerja yang dapat dipakai sebagai pegangan apabila terdapat
pergantian /perubahan karyawan sehingga dapat dipakai untuk menilai.
3. Fasilitas / alat
Lingkungan dan fasilitas / alat merupakan faktor yang mendukung untuk
melaksanakan tindakan atau kegiatan. Lingkungan meliputi ruangan pemeriksaan
ibu hamil yang memenuhi standar kesehatan yaitu tersedianya air bersih yang
memenuhi syarat fisik, kimia dan bakteriologik, pencahayaan yang cukup, ventilasi
yang cukup serta terjamin keamananya.29 Sedangkan fasilitas suatu alat atau
sarana untuk mendukung melaksanakan tindakan/kegiatan, pengelolaan logistik
yang baik dan mudah diperoleh serta pencatatan dan pelaporan yang lengkap dan
konsisten.

DAFTAR PUSTAKA

Muninjaya Gde, MPH, 2011. Manajemen Mutu Pelayanan Kesehatan. Penerbit : Buku
Kedokteran EGC, Jakarta

http://www.puskel.com/7-macam-standar-pelayanan-asuhan-antenatal/

Anda mungkin juga menyukai