1 PDF
1 PDF
Rahma Iryanti
Deputi Kemiskinan, Ketenagakerjaan, dan UKM
Sejak tahun 2011, penurunan kemiskinan melambat, secara absolut menurun kurang dari 1 juta penduduk
miskin per tahun. Hal ini disebabkan oleh kondisi kemiskinan sekarang sudah mencapai tahap yg kronis dan
kondisi makroekonomi yang belum optimal.
Disparitas antar propinsi masih terjadi dengan tingkat kemiskinan propinsi di Indonesia Bagian Timur relatif
lebih tinggi dibandingkan Indonesia Bagian Barat.
Di lain pihak, GINI Coeficient terus mengalami kenaikan sehingga mencapai 0.42 pada tahun 2013
Penurunan Kemiskinan dan Target tingkat Kemiskinan Berbagai Kondisi Ekonomi Yang
2009-2014 Terjadi Mendorong Lambatnya
26 0.45 Penurun Kemiskinan dan
24 Kesenjangan
Pre- 0.4 Lapangan kerja yang terserap tidak
22
krisis seperti yang ditargetkan karena
20 0.35 pertumbuhan ekonomi hanya
18 Post-krisis dan reformasi mencapai 5,78% dari target 6,3%
16 0.3
Tingkat inflasi yang cukup tinggi pada
14 bulan Juli dan Agustus 2013
0.25
12 Krisis Keuangan Pendorong kenaikan inflasi akibat
10 0.2 kenaikan BBM pada bulan Juni 2013
Perlambatan laju pertumbuhan pada
2003
1990
1993
1996
1999
2000
2002
2004
2005
2006
2007
2008
2009
2010
2011
2012
2013
sektor usaha yang banyak menyerap
Tingkat Kemiskinan Index Gini tenaga kerja pada penduduk miskin.4 4
Sumber: BPS, diolah sendiri
GAP KOEFISIEN GINI ANTAR PROPINSI
Kecenderungan gap antar propinsi semakin lebar dengan
GINI Nasional Mendekati Angka GINI Tertinggi
0.50
0.38
0.35 0.37
0.35
0.30 0.313
0.30 0.30
0.29 0.29
0.25 0.26
0.20
2008 2009 2010 2011 2012 2013
Nasional Bangka Belitung Papua 5
Sumber: BPS, diolah sendiri
Kesenjangan pendapatan tidak hanya dihadapi
oleh negara sedang berkembang, negara maju
pun mengalami masalah serupa
Setiap negara mempunyai perbedaan cara mengatasi permasalahannya yang terletak pada
besar kecilnya tingkat kesenjangan, serta tingkat kesulitan mengatasinya.
Pengalaman di sebagian negara menunjukkan bahwa negara yang menghasilkan PDB
besar, pendapatan per kapita yang tinggi, dan distribusi pendapatan relatif merata,
mempunyai koefisien gini yang relatif rendah.
Ketimpangan di Indonesia
Sebelum krisis ekonomi 1997/1998
Pertumbuhan ekonomi telah berhasil mengurangi kesenjangan
(Akita et al, 2011), (van der Eng, 2009), and (Cameron, 2000).
Menjelang krisis
Kesenjangan mulai melebar (Frankema & Marks, 2009; Leigh & van
der Eng, 2010; van Leeuwen & Foldvari, 2012)
Meskipun pertumbuhan merata di seluruh tingkat ekonomi,
ketimpangan wilayah mulai terjadi dengan pertumbuhan di Jawa
lebih tinggi dibandingkan daerah lain (Hill, 2008; Hill et al, 2008),
and
Setelah krisis ekonomi
Ketimpangan cenderung meningkat terutama antar kelompok
ekonomi dan antar kota-desa (Akita, 2002; Akita & Miyata, 2008,
Skoufias, 2001; Sumarto, 2013; Suryadarma et al, 2005, 2006;
Yusuf and Rum, 2013).
7
PENINGKATAN KESENJANGAN INDONESIA
TERTINGGI DI ASIA
1,5
10
1,0
5 0,5
0 0,0
-0,5
-5
-1,0
-10 -1,5
2000- 2004- 2002- 2002- 1999- 2002- 1999- 2000- 2004- 2001-
2012 2009 2008 2008 2005 2008 2009 2009 2008 2007
Change over Period (LHS) Change per Year (RHS)
Sumber: Bank Dunia, 2012; diolah dari World Development Indicators, Susenas 8
Kesenjangan Terjadi bukan Hanya dari Sisi
Ekonomi namun terjadi pada sisi Non-Ekonomi
Pekerja Formal vs
Perkotaan vs Perdesaan
Pekerja Informal
KESENJANGA
N EKONOMI
ANTAR KELOMPOK
EKONOMI
VS ANTAR WILAYAH
NON-
EKONOMI
Pertanian vs Non- Indonesia Timur vs
Pertanian Indonesia Barat
PENYEBAB KESENJANGAN
Faktor yang Saling Terkait Penyebab Kesenjangan
Kurangnya akses pelayanan dasar peningkatan SDM semasa
kecil mempengaruhi daya saing kelompok menengah ke bawah
Annua
Laju Pertumbuhan Ekonomi Tidak2.0Seimbang Antar
Kelompok Ekonomi Dalam Kurun Waktu 2008-
2012 0.0
1 15 29 43 57 71 85 99
Percentiles
Laju Pertumbuhan Pengeluaran Per Kapita, 2008-2012 2008-2012 growth Growth in mean
10.0
+Rp 250.000/kap/bl +Rp 370.000/kap/bl +Rp750.000/kap/bl
8.0 12% 40% 80%
Annual growth rate %
6.0
4.87
4.0
2.0
0.0
1 15 29 43 57 71 85 99
Percentiles
Miskin Rentan
2008-2012 growth Menengah
Growth in mean Atas
29 juta 70 juta 100 juta 50 juta
6 5.61 6
4 4 3.54
2008-2012
growth
2 Growth in 2 2008-2012
mean growth
0 0
1 11 21 31 41 51 61 71 81 91 1 11 21 31 41 51 61 71 81 91
Sumber: TNP2K, Prof. Suahasil Nazara
(ribu rupiah)
6,18% di daerah kota sementara di daerah
desa 3,78%. 1,000
800
Tekstil Kertas
400 Furniture Logam
Others Industry
Industri Total UMP Riil (2007=100)
Unemployment Agriculture 0
1 3 1 3 1 3 1 3 1 3* 1**
2007 2008 2009 2010 14 2012
2011
Sumber: BPS (diolah sendiri)
Ketimpangan Upah di Indonesia
Upah per Bulan Per Kabupaten, 2011-2012
60
Terjadi penurunan yang
tajam proporsi tenaga
50
kerja di bidang
pertanian.
40
Perkembangan kearah
sektor jasa, namun
30
produkstivitasnya
rendah
20
Smentara, peningkatan
tenaga kerja di bidang
10
industry tidak dapat
disubstitusi dengan
0 mudah.
2006
1989
1990
1991
1992
1993
1994
1995
1996
1997
1998
1999
2000
2001
2002
2003
2004
2005
2007
2008
2009
2010
2011
2012
2013
2014
Kualitas SDM belum siap
Employment in Agriculture (% of total employment)
dan tingginya keahlian
Employment in Industry (% of total employment)
yang diperlukan untuk
Employment in Services (% of total employment)
sektor industry.
Sumber: Sakernas berbagai tahun, BPS 16
Tingkat Pendidikan Penduduk Miskin
Relatif Rendah
PT; 236847;
SMA;
3480575;
1% Tidak Tingkat pendidikan penduduk miskin
SMP; Sekolah;
6313642;
9%
13839519; atau kelompok 40% ekonomi terbawah
17% 37% yang rendah menyebabkan kurang
pekerja miskin menjadi kurang
kompetitif untuk mendapatkan lapangan
SD; kerja yang layak (Decent Job)
13746992;
36% Penduduk Miskin
Perkotaan Perdesaan
Sumber: BPS, Simpadu PNPM
KESENJANGAN NON-EKONOMI:
PELAYANAN DASAR PENDIDIKAN & KESEHATAN
80 Q1 Q2 Q3 Q4 Q5
PEMERATAAN PEMBANGUNAN
Standar hidup pekerja meningkat, terutama bagi penduduk 40% dengan pendapatan
terendah (termasuk pekerja miskin) melalui penciptaan lapangan kerja
Produktivitas meningkat melalui perkuatan unit-unit usaha dalam kegiatan ekonomi
(usaha mikro-kecil, usaha pertanian, jasa)
Memberikan perlindungan sosial, pelayanan dasar, dan memastikan penduduk miskin
memperoleh penghidupan berkelanjutan
Penduduk 40 persen terendah
Empat kelompok rumah tangga yang diperkirakan berada pada 40 persen penduduk
berpendapatan terbawah adalah
Angkatan kerja yang bekerja tidak penuh (underutilized) terdiri dari penduduk yang
bekerja paruh waktu (part time worker), termasuk di dalamnya adalah rumah tangga
nelayan, rumah tangga petani berlahan sempit, rumah tangga sektor informal perkotaan,
dan rumah tangga buruh perkotaan, dan
Usaha mikro kecil termasuk rumah tangga yang bekerja sebagai pekerja keluarga
(unpaid worker),
Penduduk miskin yang tidak memiliki aset termasuk pekerjaan.
Tantangan dalam mencari pekerjaan yang baik semakin meningkat, sehingga memperlebar
kesenjangan antara pekerja dari rumah tangga yang lebih mampu dan mereka yang berasal
dari rumah tangga yang lebih miskin
Membuka lapangan kerja baru menjadi salah satu sarana meningkatkan pendapatan
penduduk.
Terciptanya lapangan kerja baru membutuhkan investasi baru untuk menyerap kesempatan
kerja seluas-luasnya
Jumlah pekerja
500,000
400,000 800 000
300,000 600 000
200,000 400 000
100,000 200 000
-
2007 2008 2009 2010 2011 2012
2007 2008 2009 2010 2011 2012
Makanan dan minuman Makanan dan Minuman
Tembakau Tembakau
Tekstil Tekstil
Pakaian Jadi Pakaian Jadi
Barang-barang dari kulit dan alas kaki Barang-barang dari kulit dan alas kaki
Furnitur Furnitur
Sumber : BPS,Statistik Industri Sedang dan Besar 2007-2012
Memberikan perhatian khusus kepada
usaha mikro dan kecil
Usaha mikro dan kecil perlu memperoleh dukungan penguatan teknologi, dan informasi,
pemasaran, dan permodalan, akses kepada sumber keuangan dan akses pasar yang bagus
seperti halnya usaha besar.
Usaha mikro-kecil sebagian termasuk miskin yang tidak memiliki modal. Semakin banyak
persentase pendapatan modal yang dinikmati oleh rumah tangga yang lebih mampu akan
memperbesar kesenjangan
Dukungan perlu diberikan mengingat sebagian besar usahanya tidak memiliki lokasi
permanen, dan mayoritas tidak berbadan hukum, sehingga rentan terhadap berbagai
hambatan yang dapat menghalangi potensinya untuk tumbuh kembang.
Memperluas ekonomi perdesaan dan
mengembangkan sektor pertanian
Memiliki potensi besar untuk mencapai pertumbuhan ekonomi yang menghasilkan
penyerapan tenaga kerja dalam jumlah besar dan pengurangan kemiskinan secara signifikan,
Peningkatan sarana dan prasarana perekonomian di daerah pedesaan,
Perluasan akses kredit dan sumber permodalan lainnya,
Perbaikan iklim usaha di wilayah pedesaan, dan Pengembangan sistem inovasi pertanian
melalui penelitian dan pengembangan dan diseminasi teknologi pertanian.
Keuangan inklusif di daerah yang belum memiliki lembaga keuangan memadai, terutama pada
daerah yang minim lembaga keuangan dan terpencil dan pengembangan branchless banking
Nilai Tukar Petani (2007=100)
140 Tanaman Pangan
130
Hortikultura
120
110 Tanaman
Perkebunan
100 Rakyat
Peternakan
90
80 Perikanan
40.0
30.0
20.0
10.0
0.0
2009 2010 2011 2012 2013 2014
Formal
Informal
MELANJUTKAN PROGRAM-PROGRAM PENURUNAN KEMISKINAN
Sebagai kebijakan yang terintegrasi (Pro-Poor Growth, Pro-Job, Pro-Poor) dalam
upaya meningkatkan kesejahteraan rakyat
Pengembangan Perlindungan Pemberdayaan Kelompok Pemberdayaan Usaha Mikro Program Pro Rakyat dalam
Sosial (Bantuan Sosial Berbasis Masyarakat dan Kecil menunjang pelayanan dasar
Keluarga) (Klaster I) (Klaster II) (Klaster III) (Klaster IV)
Program Keluarga Harapan (PKH), Program Nasional Kredit Usaha Rakyat (KUR) Rumah Murah, Air Bersih,
Beras Bersubsidi (Raskin), Pemberdayaan Masyarakat layanan kesehatan,
Bantuan Siswa Miskin (BSM), (PNPM) Inti dan Penguatan pendidikan, program untuk
Jaminan Kesehatan Masyarakat petani, nelayan
(Jamkesmas)