Anda di halaman 1dari 11

SOCIAL WORK

Panti Asuhan Hati Suci


Business 2L

Andrew Kusuma 0131161060


Hans Wibisono Sutikno 0131161403
Janniece Stephannie Gandawidjaja 0131161075
Patricia Febriola 0131161447
Rendy Gunawan 0131161319
Angelica Celine Iskandar 0131161228
Jason Su 0131161367
Keane Kristian 0131161470
Virda Juanda 0131161426
Yosua Andrew 0131161284

Business Management

Universitas Prasetiya Mulya

2017
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Alasan kami memilih Yayasan Hati Suci sebagai lokasi untuk kerja sosial kami adalah,
karena yayasan Hati Suci ini memiliki karakteristik yang berbeda dari yayasan lainnya.
Yayasan Hati Suci hanya menerima anak perempuan, dan semua anak asuhnya beragama
Kristen. Karakteristik yang berbeda adalah semua anak terlihat tersenyum dan ceria,
walaupun mereka berada di sebuah panti asuhan. Semua anak asuh sangat ramah, dan
selalu menyapa ketika berpapasan dengan kami, bahkan pada hari pertama kami datang
untuk observasi. Kami langsung yakin kalau kami telah memilih yayasan yang tepat.

Yayasan Hati Suci sudah sangat bercukupan dalam bidang materi, tidak seperti
yayasan lain yang masih berkekurangan dalam hal materi. Kami ingin memberikan sesuatu
yang dapat membekas dan berharga, dan menurut kami materi bukanlah sesuatu yang
terlalu berharga. Dengan kondisi dan keadaan yayasan Hati Suci, kami dapat fokus kepada
hal lain yang masih dapat dikembangkan, seperti motivasi dan cita-cita anak, serta value
lain yang belum dimiliki oleh anak-anak tersebut.

Kami sedikit kesulitan mencari yayasan yang cocok dan mau menerima kami,
terlebih lagi karena kami harus mencari yayasan yang memiliki lebih dari 30 anak asuh.
Yayasan pertama yang kami pilih berlokasi di Bintaro, yaitu Yayasan Sayap Ibu. Kesalahan
kami adalah, kami lupa untuk berpesan pada pimpinan yayasan untuk menolak kelompok
lain, dan juga lupa menyebutkan nama kami. Walau di akhir sudah dibilang oke oleh
pimpinan yayasan, sekitar tiga hari kemudian kami mencoba untuk menelpon kembali,
dan ternyata pimpinan tersebut sudah mengambil kelompok lain dan sudah tidak bisa lagi
menerima kami.

Alhasil kami kembali tidak punya pegangan yayasan, dan kami terus mencoba untuk
mencari yayasan. Setiap yayasan yang kami hubungi sudah ditempati, atau kurang dari
kuota yang ditentukan. Kami hampir menyerah dan memutuskan untuk pecah kelompok,
dan mengambil yayasan yang kurang dari 30 anak. Yayasan Hati Suci adalah yayasan
terakhir yang kami harapkan, apabila masih ingin sekelompok. Untungnya, belum ada
kelompok yang menempati yayasan ini, sehingga kami langsung berpesan pada pimpinan

1
yayasan untuk tidak menerima kelompok lain dari Universitas Prasetiya Mulya. Walau
berlokasi di Tanah Abang dan membutuhkan banyak sekali waktu dan usaha untuk ke
sana, kami tetap menyanggupi karena kami ingin melakukan ini bersepuluh.

1.2 Profil Institusi Sosial

Yayasan Hati Suci berdiri pertama kali pada tahun 1914. Perang Dunia I baru saja
dimulai, dan seorang ibu muda bernama Lie Tjian Tjoen mendirikan Ati Soetji, sebuah
yayasan sosial yang bertujuan untuk menolong anak perempuan, terutama anak yatim
piatu. Pada tanggal 30 November 1929, yayasan Hati Suci mendirikan gedung baru di
Kebon Sirih, untuk Panti Asuhan Hati Suci.

Panti Asuhan Hati Suci adalah sebuah yayasan sosial yang bergerak di bidang
pendidikan dan kesenian. Total anggota yayasan Hati Suci adalah 70 orang, yang terdiri
dari 50 anak dan 20 karyawan(sudah termasuk satpam dan staff dapur). Seluruh anak
asuhan yayasan Hati Suci adalah perempuan, karena memang tujuan awal didirikan untuk
melindungi anak perempuan.

Anak asuhan yang ada memiliki rentang usia dari 6 tahun hingga 22 tahun, namun
yang tetap tinggal di Panti Asuhan Hati Suci hanya anak-anak SD SMA. Anak asuhan
yayasan Hati Suci yang sudah duduk di bangku kuliah tinggal bersama di suatu rumah yang
lebih dekat dengan universitas mereka.

Semua anak-anak yang diasuh oleh yayasan Hati Suci berasal dari keluarga yang tidak
mampu. Beberapa contoh pekerjaan dari orangtua mereka adalah buruh, penjaga toko,
supir, penjual minum dan sebagainya. Para orangtua tersebut menitipkan anak-anak
mereka untuk kehidupan yang lebih baik. Setiap akhir minggu dan libur nasional lainnya,
anak asuhan yang masih memiliki orangtua akan pulang ke rumah masing-masing.

2
BAB II
AKTIVITAS KERJA SOSIAL

2.1 Aktivitas yang Dilakukan


Sebelum kami benar-benar melakukan kerja sosial di yayasan Hati Suci, kami terlebih
dahulu menanyakan kebutuhan dari yayasan, sehingga apa yang kami lakukan sesuai dan
tepat sasaran. Setelah berbincang-bincang dengan pimpinan yayasan, kami mendapatkan
banyak sekali inspirasi untuk alternatif kegiatan yang dapat dilakukan. Namun karena
keterbatasan waktu dan juga materi, dengan sangat disayangkan kami harus menghapus
beberapa alternatif kegiatan.

1. Bazaar barang murah


- Kebetulan yayasan Hati Suci juga selalu mengadakan bazaar barang murah
setiap tahunnya, dan kami diberi kesempatan untuk membantu yayasan untuk
memilah barang yang ingin dijual.
- Alasan mengapa dijual, karena sumbangan dalam bentuk materi sangat banyak,
dan lebih dari cukup untuk menghidupi anak asuh. Daripada mubazir, yayasan
Hati Suci mengadakan bazaar barang murah untuk warga sekitar agar dapat
memperoleh bahan makanan dan pakaian murah. Uang yang diperoleh dari
bazaar akan digunakan untuk biaya operasional yayasan Hati Suci.
- Kami diminta untuk memisahkan pakaian yang layak dan tidak layak, serta
memisah-misahkan pakaian bedasarkan harga jual . Kami juga diminta untuk
memisah-misahkan bahan makanan yang akan dijual, lalu membantu
membereskan bahan makanan tersebut. Walaupun pekerjaan tersebut
terkesan sepele, tapi sangat melelahkan.
- Pekerjaan ini dilakukan atas permintaan dari yayasan, pekerjaan ini sesuai
dengan kebutuhan yayasan.
2. Mengajar anak yayasan
a. Matematika
- Waktu itu hanya ada beberapa anak SD yang dapat kami temui, sedangkan
anak asuh lain sudah ada kesibukan masing-masing. Saat kami tanya mereka
mau main atau belajar, mereka memilih untuk belajar. Pelajaran yang paling

3
tidak mereka kuasai adalah matematika, sehingga kami mulai mencari-cari
soal di internet dan meminta mereka mengerjakan.
- Walaupun mereka sudah memiliki guru les sendiri untuk pelajaran
matematika, masih ada pelajaran yang belum mereka pahami sehingga
mereka meminta kami untuk mengajarkan.

b. Mandarin
- Pertemuan berikutnya, kami bertemu dengan kelompok anak yang berbeda.
Kali ini anak-anak minta untuk diajarkan Bahasa mandarin. Namun karena
tidak semua anggota bisa Bahasa mandarin, tidak semua ikut mengajarkan.
Sebagian mengajarkan, sebagian mengawasi, dan sebagian lagi mengajak
anak yang tidak ingin ikut belajar main. Dengan begitu semuanya menjadi
lebih terarah dan tidak terfokus pada satu kelompok saja.
c. UAS
- Pada minggu-minggu UAS, anak-anak minta diajarkan pelajaran yang belum
mereka pahami untuk UAS. Setiap anak bertanya hal yang berbeda-beda,
dan mereka terlihat antusias saat kami mulai menjelaskan bagian yang tidak
mereka pahami
3. Public Speaking
- Sebelum melakukan kegiatan ini, kami berkonsultasi terlebih dahulu ke
pimpinan yayasan, bagaimana kalau kami melakukan workshop untuk Public
Speaking. Ide ini disambut dengan baik, karena ternyata anak anak tersebut
juga dilatih untuk percaya diri saat bicara di depan banyak orang. Selama ini
pimpinan yayasan hanya menyuruh anak anak untuk bicara selama tiga menit
di depan semua orang saat selesai makan malam, dan rata rata belum memiliki
kepercayaan diri yang cukup untuk bicara dengan lancar di depan banyak orang.
- Kami menjelaskan tips dan trik yang tepat saat berbicara di depan banyak orang,
dan meminta anak anak untuk mempraktekkan kemampuan mereka. Kami
melakukan sharing dari pengalaman pribadi berbicara di depan banyak orang,
dan kami juga meminta mereka untuk mengaplikasikan apa yang sudah kami
jelaskan dan sharing-kan.

4
2.2 Pembelajaran yang diperoleh

Selama kami melakukan kerja sosial di yayasan Hati Suci, kami belajar banyak hal.
Suatu kali saat kami datang untuk observasi, semua anak diajak makan oleh seorang
donatur, di Burger King. Semua anak terlihat sangat senang, tapi tidak sesenang itu.
Ternyata kami diberitahu oleh pimpinan yayasan, bahwa hal ini sering terjadi, sehingga
anak anak sudah sedikit terbiasa dengan kejadian seperti ini.

Yayasan Hati Suci menerima anak dari berbagai macam latar belakang. Mulai dari
anak yatim piatu, anak yang berasal dari keluarga tidak mampu, atau anak yang memang
dimasukkan atas alasan tertentu. Anak yang masih memiliki keluarga akan pulang pada
akhir pecan, sedangkan yang tidak punya keluarga akan diberi kegiatan di yayasan agar
tidak bosan.

Kami menemukan satu anak yang disuruh tinggal di yayasan tersebut, bukan karena
tidak mampu secara materi, atau secara kekeluargaan. Ia masih memiliki keluarga yang
terdiri dari ayah, satu kakak, satu adik, dan nenek. Ia disuruh tinggal di yayasan karena
semenjak ibunya meninggal dunia, sikap dan tingkah lakunya tidak karuan. Yayasan
tersebut hanya terdiri dari anak perempuan, sehingga ayahnya berharap dengan begitu
anaknya bisa menjadi lebih feminim dan bertingkah layaknya anak gadis seumurnya.

Anak-anak tersebut sangat bersemangat saat kami datang, dan walaupun kami
hanya mengajak mereka mengobrol, main basket atau belajar, mereka tetap senang.
Selain kelompok kami, ada mahasiswa dari universitas lain yang juga melakukan kerja
sosial. Suatu hari saat kami hendak pulang, mereka baru saja datang. Anak-anak terlihat
sangat bersemangat ketika mereka datang, menunjukkan bahwa anak- anak tersebut
memang menyukai kehadiran orang luar dan kegiatan yang kami lakukan.

Hubungan kami dalam kelompok juga semakin erat, karena sulitnya perjalanan yang
dilakukan ke Tanah Abang. Kadang kami menggunakan mobil, kadang kami menggunakan
kereta. Saat menggunakan mobil, kami iring-iringan dan saling menghubungi mobil yang
satu. Pada hari pertama kami saling telpon antar mobil agar tidak tersesat. Kami mencoba
untuk menggunakan kereta, agar tidak terlalu mahal. Sepanjang perjalanan kami
mengobrol dan tertawa bersama. Saat datang, kami naik Uber ke yayasan, tapi saat

5
pulang, kami jalan kaki ke stasiun. Momen itu sangat berharga menurut kami, karena kami
menjadi semakin erat sebagai sebuah kelompok, dan juga sahabat.

2.3 Kontribusi terhadap Institusi

Sistem yang dimiliki yayasan sudah bagus, sehingga tidak banyak yang harus
diperbaiki. Kami memberikan saran soal pelatihan Public Speaking untuk anak anak, agar
dilakukan lebih teratur dan lebih sering. Sebelumnya, sistem yang diterapkan adalah,
pimpinan yayasan memilih satu anak untuk bicara di depan tentang apa saja, selama tiga
menit. Kemudian anak tersebut akan memilih anak selanjutnya yang akan bicara keesokan
hari.
Kami mengusulkan untuk mengadakan suatu kompetisi, dimana anak anak akan
melombakan kemampuan berbicara mereka, dan pemenangnya akan diberi hadiah.
Alasannya adalah agar anak lebih termotivasi untuk melatih kemampuan berbicara
mereka. Pimpinan yayasan menerima gagasan tersebut dengan baik, dan kami juga
melakukan workshop serta sharing yang diharapkan dapat membantu anak anak di
masa depan.

6
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Yayasan Hati Suci merupakan yayasan yang sangat terkoordinasi dan sudah
bercukupan. Kondisi tersebut memungkinkan kami untuk lebih mengeksplor alternatif
kegiatan kerja sosial, serta mendorong kami untuk lebih kreatif dalam menentukan
kegiatan.

Kami membantu pihak yayasan untuk mempersiapkan bazaar barang murah, dan
membantu anak yayasan belajar. Kami juga memosisikan diri sebagai teman yang mudah
diajak bicara, dan membantu mereka menyelesaikan masalah-masalah kecil yang mereka
alami dalam hidup. Kami juga menjadi teman yang mudah diajak bermain walaupun usia
kami terpaut jauh dengan sebagian besar dari anak yayasan.

Selain memberikan nilai nilai positif bagi anak yayasan, kami juga berkembang
sebagai pribadi dan juga kelompok. Kami menjadi lebih erat dengan satu sama lain, karena
pengalaman menyenangkan yang muncul selama periode kerja sosial. Sebagai pribadi,
banyak sekali nilai kehidupan yang kami dapat. Tidak semua hal yang kita inginkan bisa
kita dapatkan. Semua itu butuh usaha, dan juga proses jatuh bangun yang menyakitkan.
Tapi walaupun kita kekurangan baik dalam hal materi atau moral, kita tetap harus
berjuang.

Hal yang paling terutama kami pelajari dari waktu kami bersama anak yayasan
adalah, bahwa setiap masalah harus dihadapi dengan senyuman. Mereka tetap tertawa
dan tidak terlalu memikirkan kondisi mereka. Yang terpenting adalah momen ini, bukan
kemarin. Momen ini, bukan esok hari, karena kita tidak tahu apa yang bisa terjadi besok.
Jadi, hargailah hari ini.

3.2 Misi Pribadi

Dari kerja sosial kami, kami sebagai kelompok sepakat untuk lebih ceria. Ceria yang
dimaksud adalah kami akan berusaha untuk tidak lagi mengeluh soal hal kecil. Hal yang
sudah terjadi di masa lalu sebaiknya tidak lagi dipikirkan, hari ini adalah yang paling
penting. Hargai setiap menit yang berlalu, dan rencanakan hari esok dengan lebih efisien.

7
Kami juga bertekad untuk lebih berkembang lagi menjadi pribadi yang lebih baik dari
sekarang.

3.3 Saran
Saran untuk pihak yayasan Hati Suci. Sumbangan secara materi sangat banyak dan
terkadang menumpuk. Akan lebih baik jika membentuk sebuah yayasan yang lebih besar
skalanya, dan membantu yayasan lain yang kurang beruntung. Kelebihan sumbangan
tersebut memang dijadikan uang, namun sumbangan tetap menumpuk di Gudang.
Apabila didistribusikan ke yayasan yang kurang beruntung, kemakmuran masyarakat akan
lebih merata, tidak hanya terfokus ke satu yayasan saja.

Kemudian, akan lebih baik jika kegiatan yang disediakan untuk anak yayasan lebih
beragam. Rata rata kegiatan terkesan standard, seperti koor dan memasak. Minat dan
bakat anak yayasan juga harus diperhatikan, agar mereka bisa tumbuh dengan leluasa.

Saran untuk Prasetiya Mulya. Akan lebih baik apabila diberi budget dari Prasetiya
Mulya, sehingga tidak memberatkan mahasiswa. Pendanaan tidak perlu dilakukan 100%,
semisal ditetapkan budget dari pihak kampus sebesar Rp1.500.000,00 saja sudah sangat
membantu.

8
LAMPIRAN

9
10

Anda mungkin juga menyukai