Anda di halaman 1dari 48

Mekanika

Lagrangia
n
Mekanika
Mahasiswa Prodi Fisika angkatan 2011 Dosen: Hainur Rasjid Achmadi

Persamaan Lagrange dan Hamilton

Pada bagian awal kita telah menggunakan hukum-hukum Newton


untuk menganalisis gerak sebuah benda.Dengan menggunakan hukum ini kita
dapat menurunkan persamaan gerak benda. Hukum Newton dapat diterapkan,
jika gaya yang bekerja pada sebuah benda diketahui.Namun dalam
kebanyakan kasus, persoalan yang dihadapi terkadang tidak mudah
diselesaikan dengan menggunakan dinamika gerak serta persyaratan awal
yang diberikan. Sebagai contoh, benda yang bergerak pada sebuah
permukaan berbentuk bola. Persoalan yang dihadapi bukan hanya pada
bentuk gaya yang bekerja, akan tetapi penggunaan koordinat, baik cartesian
maupun koordinat lainnya sudah tidak efektif lagi digunakan, sekalipun
bentuk persamaan gayanya diketahui.
Dalam bab ini akan dibahas tentang sebuah pendekatan yang lebih
efektif digunakan dalam mencari persamaan gerak sistem yang pertama
dikembangkan oleh matematikawan Perancis Joseph Louis Lagrange yang
disebut formalisme Lagrange. Disamping formalisme Lagrange terdapat pula
formalisme Hamilton yang sangat mirip. Perbedaaan keduanya terletak pada
koordinat umum yang dipakai. Formalisme Hamilton menggunakan posisi
dan kecepatan sebagai koordinat rampatan yang menghasilkan persamaan
linier orde-dua, sedangkan pada formalisme Hamilton posisi dan momentum
digunakan untuk koordinat rampatan yang menghasilkan persamaan
diferensial orde-satu. Hasil yang diperoleh dengan kedua formalisme tersebut
konsisten dengan hasil yang diperoleh dengan menggunakan hukum-hukum
Newton.

A. KOORDINAT RAMPATAN (UMUM)

Posisi sebuah partikel dalam l ruang dapat dinyatakan dengan


menggunakan tiga jenis koordinat;dapat berupa koordinat Kartesian,
koordinat bola atau koordinat silinder. Jika partikel bergerak pada sebuah
bidang, atau pada sebuah permukaan yang terbatas, maka hanya dibutuhkan
dua koordinat untuk menyatakan posisinya, sedangkan untuk partikel yang
bergerak pada sebuah garis lurus atau pada lintasan lengkung cukup dengan
menggunakan satu koordinat saja.
Jika sistem yang ditinjau mengandung N partikel, maka diperlukan
paling kurang 3N koordinat untuk menyatakan posisi semua partikel. Secara
2
Mekanika
Mahasiswa Prodi Fisika angkatan 2011 Dosen: Hainur Rasjid Achmadi

umum, terdapat n jumlah minimum koordinat yang diperlukan untuk


menyatakan konfigurasi sistem. Koordinat-koordinat tersebut dinyatakan
dengan

q1, q2, ..qn (1)


yang disebut dengan koordinat rampatan (generalized coordinates). Istilah
rampat diambil dari kata merampat dan papan Koordinat qk dapat saja berupa
sudut atau jarak. Tiap koordinat dapat berubah secara bebas terhadap lainnya;
sistem tersebut dinamakan holonomic. Jumlah koordinat n dalam hal ini
disebut dengan derajat kebebasan sistem tersebut.
Dalam sistem yang nonholonomic, masing-masing koordinat tidak
dapat berubah secara bebas satu sama lain, yang berarti bahwa banyaknya
derajat kebebasan adalah lebih kecil dari jumlah minimum koordinat yang
diperlukan untuk menyatakan konfigurasi sistem. Salah satu contoh sistem
nonholonomic adalah sebuah bola yang dibatasi meluncur pada sebuah
bidang kasar. Lima koordinat diperlukan untuk menyatakan konfigurasi
sistem, yakni dua koordinat untuk menyatakan posisi pusat bola dan tiga
koordinat untuk menyatakan perputarannya. Dalam hal ini, koordinat-
koordinat tersebut tidak dapat berubah semuanya secara bebas. Jika bola
tersebut menggelinding, paling kurang dua koordinat mesti berubah. Dalam
pembahasan selanjutnya kita akan membatasi diri pada sistem holonomic.
Untuk partikel tunggal, fungsi koordinat rampatan lebih mudah
diungkapkan dengan menggunakan koordinat Kartesius:

x = x(q)
(satu derajat kebebasan - gerak pada sebuah kurva).
x = x(q1,q2)
(dua derajat kebebasan - gerak pada sebuah permukaan).

x = x(q1,q2,q3)
y = y(q1,q2,q3)
z = z(q1,q2,q3)

(tiga derajat kebebasan - gerak dalam sebuah ruang)

Misalkan q berubah dari harga awal (q1,q2, .) menuju


harga (q1+q1,q2+q1 ..). Perubahan koordinat Kartesius yang bersesuaian
adalah :
3
Mekanika
Mahasiswa Prodi Fisika angkatan 2011 Dosen: Hainur Rasjid Achmadi

x x
x q 1 q 2 ..... (2)
q 1 q 2

y y
y q 1 q 2 ..... (3)
q 1 q 2

z z
z q 1 q 2 ..... (4)
q 1 q 2

Turunan parsial x/q1 dan seterusnya adalah fungsi dari q. Sebagai contoh,
misalkan sebuah partikel bergerak dalam bidang. Misalkan kita memilih
koordinat kutub untuk menyatakan konfigurasi sistem, maka dalam hal ini :

q1 = r q2 = (5)

Selanjutnya :

x = x(r,) = r cos
y = y(r,) = r sin (6)

dan
x x
x q 1 q 2 = cos r - r sin (7)
q 1 q 2

y y
y q 1 q 2 = sin r + r cos (8)
q 1 q 2

Sekarang perhatikan sebuah sistem yang mengandung sejumlah n


partikel; dalam hal ini mengandung n derajat kebebasan serta koordinat
rampatannya dinyatakan dengan :

q1, q2, ..qn (9)

4
Mekanika
Mahasiswa Prodi Fisika angkatan 2011 Dosen: Hainur Rasjid Achmadi

Selanjutnya perubahan konfigurasi dari (q1, q2, ..qn) ke konfigurasi di


dekatnya (q1+q1, q2+q2, qn+qn) menyatakan perpindahan partikel ke i
dari titik (xi,yi,zi) ke titik di dekatnya (xi+xi,yi+yi,zi+zi) dimana:

n
x i
x i q
k 1 k
q k (10)

n
y i
y i q
k 1 k
q k (11)

n
z i
z i q
k 1 k
q k (12)

Persamaan (1012) menunjukkan bahwa turunan parsialnya


merupakan fungsi q. Selanjutnya kita akan mengambil indeks i untuk
menyatakan koordinat rectangular, dan indeks k untuk menyatakan koordinat
rampatan. Simbol xi kita pakai untuk menyatakan sembarang koordinat
rectangular. Jadi, untuk sistem yang mengandung N partikel, i dapat berharga
antara 1 dan 3N.

B. GAYA RAMPATAN

Jika sebuah partikel mengalami pergeseran sejauh r dibawah


pengaruh sebuah gaya aksi F, gaya yang bekerja padanya dinyatakan dengan

W F r Fx x Fy y Fz z (13)

Dalam bentuk yang lebih sederhana dapat dinyatakan dengan

W F x
i
i i (14)

Tampak bahwa persamaan di atas tidak hanya berlaku untuk partikel


tunggal, tetapi juga untuk sistem banyak partikel. Untuk satu partikel, harga i
adalah dari 1 sampai 3. Untuk N partikel, harga i adalah dari 1 sampai 3N.
5
Mekanika
Mahasiswa Prodi Fisika angkatan 2011 Dosen: Hainur Rasjid Achmadi

Jika pertambahan xi dinyatakan dalam koordinat rampatan, maka


diperoleh

x i
W F q
i
i
k k
q k

x i
F q
i k
i
k
q k

(15)

x i
F q
i k
i
k
q k

Persamaan di atas juga dapat ditulis

W Q
k
k q k (16)

dimana :

x i
Qk F dq i
k
(17)

Besaran Qk yang didefinisikan menurut persamaan di atas disebut


dengan gaya rampatan. Oleh karena perkalian Qkqk memiliki dimensi
kerja/usaha, maka dimensi Qk adalah gaya jika qk menyatakan jarak, dan
dimensi Qk adalah torka, jika qk menyatakan sudut.

C. GAYA RAMPATAN UNTUK SISTEM


KONSERVATIF

Jika sebuah gaya bekerja pada sebuah partikel dalam sebuah medan
gaya konservatif, besarnya gaya tersebut dinyatakan oleh persamaan

6
Mekanika
Mahasiswa Prodi Fisika angkatan 2011 Dosen: Hainur Rasjid Achmadi

V
Fi (18)
x i

dimana V menyatakan sebuah fungsi energi potensial. Oleh karena itu


perumusan gaya rampatan dapat dinyatakan

V x i
Q k

x
i i q k



(19)

Suku yang berada dalam tanda kurung tak lain adalah turunan parsial fungsi
V terhadap qk. Oleh karena itu

V
Qk (20)
q k

Misalkan, kita menggunakan koordinat kutub, q1 = r ; q2 = , maka gaya


rampatan dapat dinyatakan dengan Qr = -V/r ; Q = -V/. Jika V
merupakan fungsi r saja (dalam kasus gaya sentral), maka Q = 0.

D. PERSAMAAN LAGRANGE

Untuk mencari persamaan diferensial gerak sebuah benda yang


dinyatakan dalam koordinat rampatan, kita dapat memulai dengan persamaan
berikut:

Fi m i x i (21)

dan selanjutnya kita akan mencoba menyatakan persamaan tersebut dalam q.


Pendekatan pertama yang akan kita pakai adalah dari persamaan energi. Kita
7
Mekanika
Mahasiswa Prodi Fisika angkatan 2011 Dosen: Hainur Rasjid Achmadi

akan menghitung energi kinetik T dalam bentuk koordinat Kartesian dan


selanjutnya kita akan nyatakan dalam koordinat rampatan dan turunannya
terhadap waktu. Energi kinetik T dari sebuah sistem yang mengandung N
partikel dapat dinyatakan dengan


k
T 1
2
m i ( x 12 y i2 z i2 (22)
i 1

atau dalam bentuk yang lebih ringkas ditulis sebagai berikut

3N
T i 1
1
2
m i x i2 (23)

Mari kita mencoba menyatakan hubungan antara koordinat x dan q yang juga
mengandung waktu t secara eksplisit. Kita dapat misalkan

x i x i (q 1 , q 2 ,..., q n , t ) (24)

dan selanjutnya

x i x i
x i q k
q k
t
(25)

Dalam pembahasan selanjutnya, kita tetapkan bahwa harga i adalah


1,2, ..3N dimana N menyatakan jumlah partikel dalam sistem, dan harga k
adalah 1,2, . .n; dimana n menyatakan jumlah koordinat rampatan (derajat
kebebasan) sistem. Oleh karena itu kita dapat melihat bahwa energi kinetik
sebagai fungsi koordinat rampatan, turunannya terhadap waktu, atau mungkin
dalam waktu. Dalam banyak hal, waktu t tidak secara eksplisit terkait
hubungan antara xi dan qk, sehingga xi/t = 0. Jelaslah bahwa energi kinetik
T merupakan fungsi kuadrat yang homogen dari kecepatan rampatan q k.

x i x i
Dari persamaan (26)
q k q k

8
Mekanika
Mahasiswa Prodi Fisika angkatan 2011 Dosen: Hainur Rasjid Achmadi

Kalikan kedua ruas (ruas kiri dan kanan) dengan x


i dan diferensialkan
terhadap t, akan diperoleh:

d x i d x i
x i x i
dt q k dt q k

x i x i
x i x i (27)
q k q k

atau
d x i2 x x i2
x i i (28)

dt q k 2 q k q k 2

Jika selanjutnya kita kalikan mi dan kita gunakan hubungan m i x i Fi , kita


dapat peroleh

d m i x i2 x m i x i2
Fi i (29)

dt q k 2 q k q k 2

Lakukan penjumlahan terhadap i akan diperoleh :

d T x i T
dt q k
F q
i
i
k

q k
(30)

Dari definisi gaya rampatan kita peroleh

d T T
Qk (31)
dt q k q k

9
Mekanika
Mahasiswa Prodi Fisika angkatan 2011 Dosen: Hainur Rasjid Achmadi

Ini adalah persamaan diferensial gerak yang dinyatakan dalam koordinat


rampatan dan dikenal dengan persamaan Lagrange untuk gerak.
Dalam kasus gerakannya adalah konservatif, persamaan Lagrange
dapat ditulis sebagai berikut:

d T T V
(32)
dt q k q k q k

Persamaan ini biasanya ditulis dalam bentuk yang lebih singkat dengan
mendefinisikan fungsi Lagrangian L yakni

L=T-V (33)

Yang berarti bahwa kita dapat menyatakaan T dan V dalam koordinat


rampatan. Oleh karena V = V(qk) dan V / q k 0 , kita peroleh

L T L T V
dan (34)
q k q k q k q k q k

Persamaan Lagrange dapat ditulis

d L L
(35)
dt q k
q k

Persamaan diferensial gerak untuk suatu sistem konservatif dapat dicari jika
kita ketahui fungsi Lagrangian dalam bentuk koordinat tertentu. Di sisi lain,
jika gaya rampatan tidak konservatif, misalkan nilainya adalah Q 'k , maka
kita dapat menuliskan

V
Q k Q 'k (36)
q k

Selanjutnya kita dapat mendefinisikan sebuah fungsi Lagrangian L = T - V,


dan menuliskan persamaan diferensial gerak dalam bentuk

10
Mekanika
Mahasiswa Prodi Fisika angkatan 2011 Dosen: Hainur Rasjid Achmadi

d L L
Q 'k (37)
dt q k q k

d L L
Qk' (37)
&
dt
qk qk

Bentuk di atas lebih mudah dipakai jika gaya gesekan diperhitungkan.

E. BEBERAPA CONTOH PEMAKAIAN PERSAMAAN


LAGRANGE

Berikut ini akan dibahas beberapa kehandalan persamaan Lagrange


untuk menyelesaikan masalah-masalah gerak. Prosedur umum yang dipakai
untuk mencari persamaan diferensial gerak dari sebuah sistem adalah sebagai
berikut:

1. Pilih sebuah kumpulan koordinat untuk menyatakan konfigurasi sistem.


2. Cari energi kinetik T sebagai fungsi koordinat tersebut beserta
turunannya terhadap waktu.
3. Jika sistem tersebut konservatif, cari energi potensial V sebagai fungsi
koordinatnya, atau jika sistem tersebut tidak konservatif, cari koordinat
rampatan Qk.
4. Persamaan deferensial gerak selanjutnya dapat dicari dengan
menggunakan persamaan di atas.

Beikut ini adalah beberapa contoh pemakaiannya :

1. Pandanglah sebuah partikel bermassa m yang bergerak akibat pengaruh


gaya sentral pada sebuah bidang. Rumuskan persamaan gerak partikel
tersebut.

Misalkan koordinat polar (r,) digunakan sebagai koordinat rampatan.


Koordinat Cartesian (r,) dapat dihubungkan melalui :

x = r cos y = r sin

Energi kinetik partikel dapat ditulis :


11
Mekanika
Mahasiswa Prodi Fisika angkatan 2011 Dosen: Hainur Rasjid Achmadi

( )
T 12 mv 2 12 m x&2 y&2 12 m r&2 r&2 2 ( )
Energi potensial oleh gaya sentral

k k
V
(x )
1/ 2
2
y2 r

Persamaan Lagrange untuk sistem ini:

k
(
L T V 12 m r&2 r&2 2 ) r
Dari persamaan Lagrange:

d T T V

dt q k q k q k

d L L
& 0
dt
qk qk

Substitusi q1 = r dan q2 = , diperoleh:

d L L
& 0
dt r r

d L L
& 0
dt

Dari kedua persamaan di atas diperoleh:

12
Mekanika
Mahasiswa Prodi Fisika angkatan 2011 Dosen: Hainur Rasjid Achmadi

L
mr&
r&
d L
& mr& &
dt r
L k
mr&2 2
r& r

k
&2 mr&2 2
mr&
r
Untuk partikel yang bergerak dalam medan konservatif :


V(r) k
F(r)
r r r2

Jadi : &2 mr&2 Fr


mr&

Dari persamaan Lagrange :


L
L
mr 2 & 0
&

d L & 2&
&
& 2mrr& mr
dt

2mrr&& mr 2&
& 0

d dJ
atau :
dt
( )
mr 2 &
dt
0

Hal ini berarti bahwa J merupakan momentum sudut yang nilainya konstan.
Integrasi persamaan di atas menghasilkan
13
Mekanika
Mahasiswa Prodi Fisika angkatan 2011 Dosen: Hainur Rasjid Achmadi

J mr 2 & = konstan
Berdasarkan persamaan di atas dapat dikatakan bahwa dalam medan
konservatif momentum sudut J, merupakan tetapan gerak.

2. Osilator Harmonik

Pandanglah sebuah osilator harmonik 1-dimensi, dan misalkan padanya


bekerja sebuah gaya peredam yang besarnya sebanding dengan
kecepatan. Oleh karena itu sistem dapat dipandang tidak konservatif. Jika
x menyatakan pergeseran koordinat, maka fungsi Lagrangiannya adalah

L=T-V= 1
2
mx 2 12 kx 2 (38)

dimana m adalah massa dan k adalah tetapan kelenturan pegas.


Selanjutnya:

L L
mx dan kx (39)
x x

Oleh karena pada sistem bekerja gaya yang tidak konservatif yang
harganya sebanding dengan kecepatan; dalam hal ini Q' = -c &
x , sehingga
persamaan gerak dapat ditulis :

d
( mx ) cx ( kx ) (40)
dt

& cx
&
mx & kx 0

Ini tak lain adalah persamaan gerak osilator harmonik satu dimensi
dengan gaya peredam yang sudah kita kenal.

3. Partikel yang berada dalam medan sentral.

14
Mekanika
Mahasiswa Prodi Fisika angkatan 2011 Dosen: Hainur Rasjid Achmadi

Mari kita rumuskan persamaan Lagrange gerak sebuah partikel dalam


sebuah bidang di bawah pengaruh gaya sentral. Kita pilih koordinat polar
q1 = r, q2 = . Maka

(
T 12 mv 2 12 m r 2 r 2 2 ) (41)

V V(r ) (42)

( )
L 12 m r 2 r 2 2 V( r ) (43)

Selanjutnya dengan menggunakan persamaan Lagrange, diperoleh :

L L 2 f (r )
mr mr
r r
(44)

L L
0 mr 2 (45)

Oleh karena sistemnya tidak konservatif, maka persamaan geraknya


adalah :

d L L d L L
(46)
dt r r
dt
2 f (r )
mr mr
d
dt
(mr 2 0)
(47)

4. Mesin Atwood
Sebuah mesin Atwood yang terdiri dari dua benda bermassa m 1 dan m2
dihubungkan oleh tali homogen yang panjangnya l dan dilewatkan pada
katrol (lihat gambar). Sistem ini memiliki satu derajat kebebasan. Kita
ambil variabel x untuk menyatakan konfigurasi sistem, dimana x adalah
jarak vertikal dari katrol ke massa m 1 seperti yang ditunjukkan pada
gambar.

15
Mekanika
Mahasiswa Prodi Fisika angkatan 2011 Dosen: Hainur Rasjid Achmadi

l-x
x

m1

m2

Gambar 2. 1
Mesin atwood tunggal

Kecepatan sudut katrol adalah x / a , dimana a adalah jari-jari katrol.


Energi kinetik sistem ini adalah :

x 2
T 12 m1 x 2 12 m 2 x 2 12 I (48)
a2
dimana I adalah momen inersia katrol. Energi potensial sistem adalah :

V m2 gx m1 g( l x ) (49)

Anggap bahwa pada sistem tidak bekerja gaya gesekan, sehingga fungsi
Lagrangiannya adalah

16
Mekanika
Mahasiswa Prodi Fisika angkatan 2011 Dosen: Hainur Rasjid Achmadi

I
L 12 m1 m 2 2 x 2 g( m 1 m 2 ) x m 2 gl (50)
a

dan persamaan Lagrangenya adalah

d L L
(51)
dt x x

yang berarti bahwa :

I
m1 m 2 2 x g( m1 m 2 ) (52)
a

atau
m1 m 2
x& g
& (53)
m1 m 2 I / a 2

adalah percepatan sistem. Nampak bahwa jika m1>m2, maka m1 akan


bergerak turun, sebaliknya jika m1<m2 maka m1 akan bergerak naik dengan
percepatan tertentu.

5. Mesin Atwood Ganda

Mesin Atwood ganda diperlihatkan pada gambar 2.2.. Nampak bahwa


sistem tersebut mempunyai dua derajat kebebasan. Kita akan menyatakan
konfigurasi sistem dengan koordinat x dan x'. Massa katrol dalam hal ini
diabaikan (untuk menyederhanakan persoalan).

Energi kinetik dan energi potensial sistem adalah :

T 12 m1 x 2 12 m 2 ( x x ' ) 2 12 m 3 ( x x ' ) 2 (54)

V m 1gx m 2 g( l x x' ) m 3 g( l x l' x' ) (55)

17
Mekanika
Mahasiswa Prodi Fisika angkatan 2011 Dosen: Hainur Rasjid Achmadi

dimana m1, m2 dan m3 adalah massa masing-masing beban, dan l serta l'
adalah panjang tali penghubungnya.

l-x
x

m1
l'-x

m2

m3
Gambar 2.2.
Mesin Atwood Ganda

L 12 m1x&2 12 m2 ( x& x&') 2 12 m 3 ( x& x&') 2 g(m1 m 2 m 3 )x


g(m 2 m 3 )x ' tetapan
(56)
sehingga persamaan geraknya dapat ditulis :

d L L d L L
(57)
dt x
x dt x
' x'

dengan penyelesaian

m1x m 2 ( x x ' ) m 3 ( x x ' ) g( m1 m 2 m 3 ) (58)


m 2 ( x x ' ) m 3 ( x x ' ) g( m 2 m 3 ) (59)
18
Mekanika
Mahasiswa Prodi Fisika angkatan 2011 Dosen: Hainur Rasjid Achmadi

dan dari persamaan ini percepatan x dan x ' dapat ditentukan.


6. Partikel yang bergerak pada bidang miring yang dapat digerakkan.

Mari kita tinjau sebuah persoalan dimana sebuah partikel meluncur pada
sebuah bidang miring yang juga dapat bergerak pada permukaan datar yang
licin, seperti yang ditunjukkan pada gambar 2.3. Dalam persoalan ini terdapat
dua derajat kebebasan, sehingga kita butuhkan dua koordinat untuk
menggambarkan keadaan sistem yang kita tinjau. Kita akan memilih
koordinat x dan x' yang masing-masing menyatakan pergeseran dalam arah
horisontal bidang terhadap titik acuan dan pergeseran partikel dari titik acuan
terhadap bidang seperti yang ditunjukkan pada gambar.
Dari analisis diagram vektor kecepatan, nampak bahwa kuadrat
kecepatan partikel diperoleh dengan menggunakan hukum kosinus :

v 2 x 2 x '2 2 x x ' cos (60)

Oleh karena itu energi kinetiknya adalah

T 12 mv2 12 Mx 2 12 m( x 2 x ' 2 2x 2 x ' 2cos) 12 Mx 2 (61)

dimana M adalah massa bidang miring dengan sudut kemiringan , seperti


yang ditunjukkan dalam gambar 2.3. dan m adalah massa partikel. Energi
potensial sistem tak terkait dengan x oleh karena bidangnya horisontal,
sehingga kita dapat tuliskan :

V=mgx'sin + tetapan (62)

dan

L 12 m(x&2 x&'2 2xx


&&'cos ) 12 Mx&
&2 mgx 'sin tetapan (63)

Persamaan geraknya

d L L d L L
(64)
dt x
x dt x
' x'

19
Mekanika
Mahasiswa Prodi Fisika angkatan 2011 Dosen: Hainur Rasjid Achmadi

sehingga

m( x x ' cos) Mx 0 ; m( x ' x cos) mgsin (65)

Percepatan x dan x ' adalah :

g sin cos g sin


x x '
mM ; m cos 2 (66)
cos 2 1
m mM

x

x' x
'
v
m

x M

Gambar 2. 3

Gerak pada bidang miring dan representasi vektornya

7. Penurunan persamaan Euler untuk rotasi bebas sebuah benda tegar.


Metode Lagrange dapat digunakan untuk menurunkan persamaan Euler
untuk gerak sebuah benda tegar. Kita akan tinjau kasus torka - rotasi
bebas. Kita ketahui bahwa energi kinetik diberikan oleh persamaan:

1
T (I112 I 2 22 I 3 32 ) (67)
2

20
Mekanika
Mahasiswa Prodi Fisika angkatan 2011 Dosen: Hainur Rasjid Achmadi

Dalam hal ini harga mengacu pada sumbu utama. Dalam Bagian
sebelumnya telah ditunjukkan bahwa dapat dinyatakan dalam sudut Euler
, dan sebagai berikut:

1 cos sin sin


2 sin sin cos (68)
3 cos

Dengan memperhatikan sudut Eulerian sebagai koordinat rampatan,


persamaan geraknya adalah:

d L L
(69)

dt

d L L
(70)
dt

d L L
(71)
dt

oleh karena Q (gaya rampatan) semuanya nol. Dengan menggunakan


aturan/dalil rantai :

L T 3
(72)

3

Sehingga

d L
I 3
3 (73)
dt

Dengan menggunakan lagi aturan rantai, kita peroleh

T 1 2
I11 I 2 2

21
Mekanika
Mahasiswa Prodi Fisika angkatan 2011 Dosen: Hainur Rasjid Achmadi

I11 ( sin sin cos ) I 2 2 ( cos sin sin )

I112 I 2 2 1
(74)
Akibatnya, persamaan 71 menjadi :

I 3
3 12 ( I1 I 2 ) (75)

yang mana seperti yang ditunjukkan dalam bagian sebelumnya adalah


persamaan Euler ketiga untuk rotasi bebas sebuah benda tegar dibawah
pengaruh torka nol. Persamaan Euler lainnya dapat diperoleh dengan
melakukan permutasi siklik (putaran) dari subskrip : 12, 23, 31.

8. Pandanglah sebuah benda bermassa m (gambar 2.4) meluncur dengan


bebas pada sebuah kawat dengan lintasan berbentuk lingkaran dengan jari-
jari a. Lingkaran kawat berputar searah jarum jam pada bidang horisontal
dengan kecepatan sudut disekitar titik O. (a). Selidiki bagaimana gerak
benda tersebut, dan (b). Bagaimana reaksi lingkaran kawat.

22
Mekanika
Mahasiswa Prodi Fisika angkatan 2011 Dosen: Hainur Rasjid Achmadi

Gambar 2.4.
Gerak pada kawat melingkar

Perhatikan gambar di atas. C adalah pusat lingkaran kawat. Diameter


OA membentuk sudut t dengan sumbu-X, sedangkan benda bermassa
m membentuk sudut dengan diameter OA. Jika yang kita perhatikan
hanyalah gerak benda bermassa m saja, maka sistim yang kita tinjau memiliki
satu derajat kebebasan, oleh karena itu hanya koordinat rampatan q = yang
dipakai. Berdasarkan gambar 2.4 a dan 2.4 b, kita dapat tuliskan:

x a cos t a cos(t )
y a sin t a sin(t )
x a sin t a sin(t ) (t )

23
Mekanika
Mahasiswa Prodi Fisika angkatan 2011 Dosen: Hainur Rasjid Achmadi

y a cos t a cos(t ) (t )

Kuadratkan persamaan-persamaan di atas, kemudian jumlahkan akan


diperoleh besaran energi kinetik :

( ) 2
( ) (
T 12 m x 2 y 2 12 ma 2 2 2 cos )
T
(
ma 2 cos )

dan

d T
(
ma sin
dt
2
)
T

(
ma 2 sin )
Selanjutnya persamaan Lagrange :

d T T
Q1
dt q 1 q 1

Dalam hal ini Q1 = 0 dan q1 = , maka persamaan yang dihasilkan :

( ) (
ma 2 sin ma 2 sin 0 )
2 sin 0

Persamaan di atas menggambarkan gerak benda bermassa m pada lingkaran


kawat. Untuk harga yang cukup kecil,

2 0

yang tak lain adalah gerak bandul sederhana. Bandingkan dengan persamaan
berikut :

24
Mekanika
Mahasiswa Prodi Fisika angkatan 2011 Dosen: Hainur Rasjid Achmadi

g 0
l
Dan kita peroleh
g g
2 atau l 2
l
Ini berarti bahwa benda bermassa m berosilasi di sekitar garis berputar OA
sebagai bandul sederhana yang panjangnya l g / 2 . Persamaan tersebut
selanjutnya dapat juga digunakan untuk menghitung kecepatan dan posisi
benda bermassa m.

b.Untuk menghitung reaksi kawat, kita mesti melihat pergeseran virtual


massa m dalam suatu arah yang tegaklurus pada kawat. Untuk maksud
tersebut, kita anggap bahwa jarak CB sama dengan jarak r (merupakan
variabel dan bukan tetapan), seperti yang ditunjukkan pada gambar 2.4 c.
Maka dalam hal ini terdapat dua derajat kebebasan dan dua koordinat
rampatan, yakni r dan . Dari gambar nampak bahwa:

x a cos t r cos ( t )
y a sin t r sin( t )

x a sin t r cos( t ) r sin( t ) ( )


y a cos t r sin( t ) r cos( t ) ( )
m( x 2 y 2 )
1
T
2
1

m a 2 2 r 2 r 2
2
( ) 2
( )
2a r sin 2a r cos

d T T
Qr
dt r r

25
Mekanika
Mahasiswa Prodi Fisika angkatan 2011 Dosen: Hainur Rasjid Achmadi

Dimana Qr = R adalah gaya reaksi. Nilai dari T r dan T r


diperoleh dari persamaan (i) dan jika disubstitusi ke persamaan (ii),
didapatkan :

(
R m r a cos r ) 2
( )
a cos
ra , r 0 , dan r 0


R ma 2 cos ( ) 2

yang merupakan persamaan yang menyatakan reaksi kawat .

9. Bahaslah gerak sebuah partikel dengan massa m yang bergerak pada


bidang sebuah kerucut dengan sudut setengah puncak (half-angle) (lihat
Gambar 2.5) dimana gaya yang bekerja hanyalah yang disebabkan oleh gaya
gravitasi saja.

Gambar 2.5.
Gerak pada kerucut

26
Mekanika
Mahasiswa Prodi Fisika angkatan 2011 Dosen: Hainur Rasjid Achmadi

Misalkan puncak kerucut berada di titik O (pusat koordinat dalam


gambar), sedangkan sumbu kerucut berimpit dengan sumbu z. Posisi partikel
pada permukaan kerucut dapat dinyatakan dengan koordinat Cartesian (x,y,z).
Namun kita akan gunakan koordinat silinder ( r , , z ) sebagai koordinat
rampatannya. Tidak semua ketiga koordinat tersebut a adalah independen
(bebas satu sama lain). Koordinat z dan r dihubungkan oleh parameter
melalui persamaan :

z r cot

z r cot

Kemudian diperoleh dua derajat kebebasan. Bisa digunakan r, sebagai


koordinat umum dan menghilangkan z dengan menggunakan persamaan
pembatas diatas. Energi kinetik massa m adalah :

T
1
2
1
2
1
( )
mv 2 m r 2 r 2 2 z 2 m r 2 1 cot 2 r 2 2
2


1
2
(
m r 2 csc 2 r 2 2 )
atau

Energi potensial massa m (anggap V = 0 dan z = 0) :


V mgz mgr cot
Kemudian Lagrangian L sistem :
L T V
1
2
( )
m r 2 csc 2 r 2 2 mgr cot
Persamaan Lagrange untuk koordinat r adalah :

d L L
0
dt r r

Dengan memasukkan nilai L, diperoleh :

27
Mekanika
Mahasiswa Prodi Fisika angkatan 2011 Dosen: Hainur Rasjid Achmadi

L d L L
mr csc 2 , mr csc 2 , mr 2 mg cot
r dt r r

Substitusi nilai ini ke persamaan (*), diperoleh :

r r 2 sin 2 g cos sin 0

Ini adalah persamaan gerak untuk koordinat r.


Persamaan Lagrange untuk koordinat adalah :

d L L
0 (**)
dt

Dengan memasukkan nilai L, diperoleh :

L L
mr 2 dan 0

Substitusi nilai ini ke persamaan (ii), diperoleh :

d
dt
( )
d
mr 2 ( J z ) 0
dt

Artinya
J z mr 2 kons tan

F. MOMENTUM RAMPATAN

Tinjaulah gerak sebuah partikel tunggal yang bergerak sepanjang


garis lurus (rectilinier motion). Energi kinetiknya adalah

T 12 mx 2 (76)

28
Mekanika
Mahasiswa Prodi Fisika angkatan 2011 Dosen: Hainur Rasjid Achmadi

dimana m adalah massa partikel, dan x adalah koordinat posisinya.


Selanjutnya disamping mendefinisikan momentum partikel p sebagai hasil
kali m x
, kita juga dapat mendefinisikan p sebagai kuantitas T ,
x
yakni:

T
p mx (77)
x

Dalam kasus dimana sebuah sistem yang digambarkan oleh koordinat


rampatan q1, q2, , qk qn, kuantitas pk didefinisikan dengan

L
pk (78)
q k

yang disebut momentum rampatan. Persamaan Lagrange untuk sistem


konservatif dapat ditulis

L
p k (79)
q k

Misalkan dalam kasus khusus, satu dari koordinatnya, katakanlah q , tidak


tersirat secara eksplisit dalam L. Maka

L
p (80)
q

sehingga

p tetapan c (81)

Dalam kasus ini, koordinat q dikatakan dapat terabaikan (ignorable).


Momentum rampatan yang diasosiasikan dengan koordinat terabaikan tak
lain adalah tetapan gerak sistem.

29
Mekanika
Mahasiswa Prodi Fisika angkatan 2011 Dosen: Hainur Rasjid Achmadi

Sebagai contoh, dalam persoalan partikel yang meluncur pada


bidang miring yang licin (yang telah dikerjakan pada bagian sebelumnya),
kita dapatkan bahwa koordinat x, posisi bidang, tidak tersirat dalam fungsi
Lagrangian L. Oleh karena x merupakan suatu koordinat terabaikan, maka

L
px (M m) x mx ' cos tetapan (82)
x

Kita dapat lihat bahwa ternyata px adalah komponen total dalam arah
mendatar dari momentum linier sistem dan oleh karena tidak terdapat gaya
yang bekerja dalam arah mendatar pada sistem, komponen momentum linier
dalam arah mendatar harus konstan.
Contoh lain koordinat terabaikan dapat dilihat dalam kasus gerak
partikel dalam medan sentral. Dalam koordinat polar

( )
L 12 m r 2 r 2 2 V(r ) (83)

seperti yang diperlihatkan dalam contoh di atas. Dalam kasus ini adalah
koordinat terabaikan dan

L 2 tetapan
p mr

(84)

yang sebagaimana telah kita ketahui dari bab terdahulu adalah momentum
sudut di sekitar titik asal.

Contoh

Bandul sferis, atau potongan sabun dalam mangkuk. Suatu persoalan klasik
dalam mekanika adalah bahwa partikel yang terbatasi untuk berada pada
permukaan sferis yang licin di bawah pengaruh gravitasi, seperti sebuah
massa kecil meluncur pada permukaan mangkuk yang licin. Kasus ini juga
digambarkan oleh bandul sederhana yang berayun dengan bebas dalam
sembarang arah, Gambar 2.6. Ini dinamakan bandul sferis, yang dinyatakan
sebelumnya dalam bagian terdahulu.

30
Mekanika
Mahasiswa Prodi Fisika angkatan 2011 Dosen: Hainur Rasjid Achmadi

mg
y

x
Gambar 2.6
Bandul sferis

Dalam hal ini terdapat dua derajat kebebasan, dan kita akan
menggunakan koordinat rampatan dan seperti yang ditunjukkan. Hal ini
kenyataannya ekivalen dengan koordinat bola dengan r = l = tetapan dimana l
adalah panjang tali bandul. Kedua komponen kecepatan adalah v = l dan

v = l sin . Ketinggian bola bandul, dihitung dari bidang-xy, adalah (l - l
cos ) , sehingga fungsi Lagrangian adalah

1 2 2
L ml ( sin 2 2 ) mgl(1 cos ) (85)
2

Koordinat dapat diabaikan, sehingga diperoleh

L
p ml 2 sin 2 tetapan (86)

31
Mekanika
Mahasiswa Prodi Fisika angkatan 2011 Dosen: Hainur Rasjid Achmadi

Ini adalah momentum sudut di sekitar sumbu tegak atau sumbu z. Kita akan
menundanya untuk persamaan dalam :

d L L
(87)

dt

yang dapat juga dinyatakan sebagai:

ml2 sin cos


ml 2 2 mgl sin (88)

Mari kita perkenalkan tetapan h, yang didefinisikan dengan:

p
h sin 2 (89)
ml

Selanjutnya persamaan diferensial gerak dalam menjadi

g sin h 2 cos 0
2
(90)
l sin 2
Persamaan (90) mengandung beberapa makna sebagai berikut. Pertama, jika
sudut konstan, maka h = 0. Akibatnya, persamaan di atas dapat ditulis
sebagai :
g sin 0 (91)
l

yang tak lain adalah persamaan gerak bandul sederhana. Geraknya berada
dalam bidang = o = konstan. Kedua, adalah kasus banduk konik (conical
pendulum). Dalam hal ini, gantungan bandul menggambarkan suatu lingkaran
horisontal, sehingga = o = konstan. Jadi, 0 dan 0 , sehingga
persamaan (90) dapat disederhanakan menjadi :

2 cos o
2
g
sin o h 0 (92)
l sin 2 o
atau :

32
Mekanika
Mahasiswa Prodi Fisika angkatan 2011 Dosen: Hainur Rasjid Achmadi

g
h2 sin 4 o sec o (93)
l
Dari nilai h yang diperoleh pada persamaan di atas, maka

g
o2 sec o (94)
l

yang tak lain adalah persamaan gerak bandul konik.

=2

=1

Gambar 5

Gambar 2.7
Gerak pada permukaan bola

G. FUNGSI HAMILTON
33
Mekanika
Mahasiswa Prodi Fisika angkatan 2011 Dosen: Hainur Rasjid Achmadi

Persamaan Hamilton untuk gerak juga dinamakan persamaan


kanonik gerak. Pandanglah sebuah fungsi dari koordinat rampatan

H qk
k pk L (95)

Untuk sebuah sistem dinamik sederhana, energi kinetik sistem adalah fungsi
kuadrat dari q
dan energi potensialnya merupakan fungsi q saja :

L T (q k , q k ) V (q k ) (96)

Berdasarkan teorema Euler untuk fungsi homogen, diperoleh

L T
q p
k
k k L q
k
k
q k
q
k
k
q k
2T (97)

Oleh karena itu :

H q
k
k p k L 2T (T V ) T V (98)

Persamaan ini tak lain adalah energi total dari sistem yang kita tinjau.
Selanjutnya, pandang n buah persamaan yang ditulis sebagai :

L
pk (k = 1,2, n) (99)
q k

dan nyatakan dalam q


dalam p dan q

q k q k ( p k , q k ) (100)

Dengan persamaan di atas, kita dapat nyatakan fungsi H yang bersesuaian


dengan variasi p k , q k sebagai berikut :

34
Mekanika
Mahasiswa Prodi Fisika angkatan 2011 Dosen: Hainur Rasjid Achmadi

L L
H p q
k
k k q k p k
q k

q k
q k
q k

(101)

Suku pertama dan suku kedua yang ada dalam tanda kurung saling
k L / q k , oleh karena itu:
meniadakan, oleh karena menurut defenisi p

H q p
k
k
k q k
p (102)
Variasi fungsi H selanjutnya dapat dinyatakan dalam persamaan berikut :

H H
H p
k k
p k
q k
q k

(103)

Akhirnya diperoleh :

H (104)
q k
p k

H
p k (105)
q k

Dua persamaan terakhir ini dikenal dengan persamaan kanonik Hamilton


untuk gerak. Persamaan-persamaan ini terdiri dari 2n persamaan defernsial
orde-1 (bandingkan dengan persamaan Lagrange yang mengandung n
persamaan diferensial orde-2. Persamaan Hamilton banyak dipakai dalam
mekanika kuantum (teori dasar gejala atomik).

Contoh pemakaian.

1. Gunakan persamaan Hamilton untuk mencari persamaan gerak osilator


harmonik satu dimensi.

35
Mekanika
Mahasiswa Prodi Fisika angkatan 2011 Dosen: Hainur Rasjid Achmadi

Jawab : Energi kinetik dan energi potensial sistem dapat dinyatakan


sebagai :

1 1
T mx 2 dan V Kx 2 (106)
2 2

Momentumnya dapat ditulis

T p
p mx atau x (107)
x m

Hamiltoniannya dapat ditulis :

1 2 K 2
HTV p x (108)
2m 2

Persamaan geraknya adalah :

H H
x
p
(109)
p x

dan diperoleh :

p
x Kx p

m

Persamaan pertama menyatakan hubungan momentum-kecepatan. Dengan


menggunakan kedua persamaan di atas, dapat kita tulis :

mx Kx 0 (110)

yang tak lain adalah persamaan osilator harmonik.

2. Gunakan persamaan Hamilton untuk mencari persamaan gerak benda


yang berada di bawah pengaruh medan sentral.

Jawab : Energi kinetik dan energi potensial sistem dapat dinyatakan dalam
koordinat polar sebagai berikut:
36
Mekanika
Mahasiswa Prodi Fisika angkatan 2011 Dosen: Hainur Rasjid Achmadi

m 2
T (r r 2 2 ) dan V=V(r) (111)
2

Jadi :

T pr
pr mr r (112)
r m

T p
p

mr 2 2 (113)
mr
Akibatnya :
1 2 p 2
H (p r 2 ) V(r ) (114)
2m r
Persamaan Hamiltoniannya:

H H H , H
r , p r , p
p r r p
(115)

Selanjutnya:
pr
r (116)
m
V(r ) p 2
p r (117)
r mr 3

p
(118)
mr 2

p 0 (119)

37
Mekanika
Mahasiswa Prodi Fisika angkatan 2011 Dosen: Hainur Rasjid Achmadi

Dua persamaan yang terakhir menunjukkan bahwa momentum sudut tetap,

p kons tan mr 2& mh (120)

Sedangkan dua persamaan sebelumnya memberikan,

mh 2 V (r )
mr p r (121)
r3 r

untuk persamaan gerak dalam arah radial.


H. PERSAMAAN LAGRANGE UNTUK GERAK DALAM MEDAN
ELEKTROMAGNETIK

Salah satu masalah penting dalam persoalan mekanika adalah gerak


zarah bermuatan dalam medan elektromagnetik. Hal itu dibahas dalam bab
ini, khususnya cara penyelesaiannya dengan metode Lagrange.
Medan elektromagnetik mempunyai potensial yang bergantung dari
kecepatan zarah. Oleh karena itu perlu dilakukan penanganan terlebih dahulu
terhadap bentuk matematika fungsi potensial itu, sehingga kemudian metode
Lagrange dapat diterapkan.
Suatu zarah dengan massa m dan muatan q yang bergerak dalam
medan listrik E dan medan magnet berinduksi magnet B, dipengaruhi
geraknya oleh gaya :

F=qE+qvxB (122)

Dalam ungkapan itu v merupakan kecepatan zarah.


Komponen gaya itu dalam arah X berbentuk:


Fx q E x q y B z z B y (123)

Menurut teori elektromagnet, fungsi potensial suatu medan


elektromagnet terdiri dari dua bagian berikut :

Potensial skalar dan potensial vektor A

38
Mekanika
Mahasiswa Prodi Fisika angkatan 2011 Dosen: Hainur Rasjid Achmadi

Masing-masing besaran itu berkait dengan kuat medan E dan induksi


magnetik B melalui hubungan :

A
E
t

B A (124)

Jika medan tak bergantung waktu, maka :

E dan B A (125)

Medan E tidak terkait dengan B.

Perhatikanlah suatu fungsi U yang diungkapkan sebagai :

U q ( r , t ) q v A ( r , t )
(126)

Fungsi ini tak lain adalah fungsi potensial suatu zarah bermuatan dalam suatu
medan elektromagnetik. Fungsi U tersebut dapat ditulis sebagai :


U q q x A x y A y z A z (127)

Perkalikanlah sekarang bagaimana bentuk fungsi

U d U
(128)
x dt x

Yang diperoleh dengan mendiferensiasi persamaan (127) ke x, ke x


, dan
kemudian ke t. Dua yang pertama secara parsial.
Diferensiasi U secara parsial ke x, memberikan :

39
Mekanika
Mahasiswa Prodi Fisika angkatan 2011 Dosen: Hainur Rasjid Achmadi

U Ax Ay Az
q q x y z
x x x x x
(129)

Diferensiasi U secara parsial ke x


, memberikan :
U
q Ax (130)
x

Diferensiasi persamaan i ke t, menghasilkan :

UU Ax Ax Ax Ax (131)
q x y z
t x t x y z

Sehingga bentuk persamaan 128 menjadi :

U d U

x dt x
Ax Ay Ax Az Ax
q q y z
x t x y x z
q E x q ( y B z z B y )
Fx

Oleh karena itu :

U U
qE x q ( y B z z B y ) Fx (132)
x t x
Dengan

E iE x jE y k E z adalah kuat medan listrik


B iB x jB y k B z adalah induksi magnetik

40
Mekanika
Mahasiswa Prodi Fisika angkatan 2011 Dosen: Hainur Rasjid Achmadi

Persamaan 132 yang merupakan fungsi potensial untuk zarah yang bermuatan
dalam sebuah medan elektromagnetik, merupakan fungsi dari kedudukan dan
kecepatan.
Seperti pembahasan-pembahasan sebelumnya fungsi Lagrange
senantiasa menganggap bahwa fungsi potensial V hanya bergantung pada
kedudukan saja yakni :

V = V (q1, q2, .......... q3N) (133)

Pertanyaan kita adalah apakah mungkin persamaan Lagrange dapat


diterapkan dalam persoalan gerak zarah bermuatan listrik ?
Andaikan bahwa gaya-gaya rampatan Qk yang bekerja pada suatu
sistem mekanika agar dapat diturunkan dari suatu fungsi potensial skalar U
yang bergantung dari kecepatan. Jika hubungan antara Q k dan potensial U
dinyatakan oleh

U U
Qk (134)
q k t q k

dan fungsi Lagrange untuk sistem ini dinyatakan oleh :

L=TU (135)

Berdasar pada pembahasan-pembahasan sebelumnya, hubungan


antara T, Qk, qk, dan q
k dapat dinyatakan dengan

U T
Q k (136)
t q k q k

Substitusi 134 ke dalam 136 menghasilkan :

T U d U T
(137)
t q k q k dt q k q k

dan dapat ditulis juga dalam bentuk lain


41
Mekanika
Mahasiswa Prodi Fisika angkatan 2011 Dosen: Hainur Rasjid Achmadi

d T U T U
0 (138)
dt q k q k q k q k

Apabila definisi umum fungsi Lagrange digunakan maka akan diperoleh :


d T L
0 (139)
dt q k q k

Berdasarkan pembahasan di atas dapat diambil suatu kesimpulan bahwa, jika


U merupakan fungsi potensial skalar yang bergantung pada kecepatan zarah v
yang ditandai oleh hubungan gaya rampatan

U U
Qk (140)
q k t q k

maka persaman Lagrange untuk sistem mekanika yang dikuasai oleh U


memiliki bentuk

d T L
0 (141)
dt q k q k

dengan fungsi Lagrange L = T - U

Untuk memecahkan persoalan apakah fungsi Lagrange di atas dapat


dipergunakan untuk menyelesaikan persamaan gerak zarah dalam medan
elektromegnetik, tinjaulah sebuah fungsi potensial sebagaimana persamaan
127 seperti berikut:


U q q x A x y A y z A z
Untuk komponen gaya ke arah x berlaku :

U U
Fx (142)
x t x
42
Mekanika
Mahasiswa Prodi Fisika angkatan 2011 Dosen: Hainur Rasjid Achmadi

Dengan penalaran yang sama, juga dapat dilakukan untuk komponen F y dan
Fz. Jadi dengan demikian fungsi Lagrange yang dimaksud dalam hal ini
adalah :

1
L Mv v - q(r, t) v A(r, t)q (143)
2

dimana m dan q masing-masing adalah massa dan muatan zarah, v adalah


kecepatan zarah, dan (r,t) serta A(r,t) masing-masing adalah potensial
skalar dan potensial vektor medan elektromagnetik.

Contoh :

1
1. Tunjukkan bahwa A = ( B r ) merupakan vektor potensial
2
untuk suatu medan dengan induksi magnetik B.

Jawab :

A 12 A
12 B( r ) r ( B ) ( r ) B ( B ) r

Diketahui bahwa r 3 . Jadi suku pertama adalah 3B.


(B ) B x

x
By

y
Bz

z
(
ix jy k
z = B )

Sehingga :

A 1
2
2B ( r ) B
Bila B merupakan medan yang konstan, suku ( r )B 0 dan
A B menurut definisi A. Jadi untuk medan dengan induksi
magnet yang tetap

A 1
2
( B r)
43
Mekanika
Mahasiswa Prodi Fisika angkatan 2011 Dosen: Hainur Rasjid Achmadi

B maka dalam koordinat Cartesius :


Misalkan bahwa B = k o

A 1
2
( k r) B0
A 12 B 0 jx iy ( )
A i ( 12 B 0 y ) j( 12 B 0 x )
Dalam koordinat silinder :

A 1
2
( B r)
A 12 B 0 r

Arah A adalah dalam bidang r tegak lurus pada sumbu z, dan dapat
pula tegak lurus pada sumbu r sendiri. Jadi dalam arah koordinat ,
sehingga A hanya terdiri dari komponen A = 1
2
B 0 r , Ar = Az = 0.

kB0

y
r
x

Gambar 2.8
Hubungan antara arah B dengan r

44
Mekanika
Mahasiswa Prodi Fisika angkatan 2011 Dosen: Hainur Rasjid Achmadi

2. Tunjukkan bahwa jika arah B sama dengan arah sumbu-z, artinya B


= B0 k , maka dalam koordinat silinder berlaku : A r = 0, A =
1
2
B o r dan Az = 0.

Jawab :

3. Tunjukkan bahwa jika arah B sama dengan arah sumbu-z, artinya B


= B0 k , maka dalam koordinat silinder berlaku : A r = 0, A =
1
2
B o r dan Az = 0.

Jawab :

4. Bagaimanakah bentuk potensial skalar dalam koordinat silinder,


apabila medan listrik juga searah dengan sumbu-z. Artinya E = E0
k .

5. Tulislah fungsi Lagrange untuk suatu zarah (massa M dan muatan q)


yang bergerak dalam medan elektromagnetik dengan B = B0 k dan
E = E0 k . Gunakan koordinat silinder.

Jawab :
Sesuai dengan definisi : L = T - V

Fungsi Lagrange L untuk zarah dengan massa M dan mauatn Q


dalam medan tersebut :

L 12 m(r 2 r 2 2 z 2 ) QE0 z Qr 12 B0 r
L 12 m(r 2 r 2 2 z 2 ) QE 0 z 12 Qr B0 r 2

6. Besaran fisika mana saja yang merupakan tetapan gerak dalam soal
nomor 5 ?

45
Mekanika
Mahasiswa Prodi Fisika angkatan 2011 Dosen: Hainur Rasjid Achmadi

Koordinat siklik dalam fungsi Lagrange di atas adalah , sehingga p


merupakan tetapan gerak.

Hal tersebut dapat diturunkan dari persamaan Lagrange


d L L
0
dt

L
Bila L tidak merupakan fungsi , maka = 0, dan oleh karena

d L L
itu 0 , yang berarti bahwa p = tetap, atau = p =
dt


Mr 2 2 12 Qr 2 B 0 = tetap.

7. Tulis perangkat persamaan Lagrange untuk sistem di atas

Perangkat persamaan Lagrange untuk sistem diatas :

L
mr
r
L
mr 2 QB0 r
r
Dengan demikian :

mr Mr 2 QB0 r

L 1
M r 2
QB o r 2

2
L
0

1
Diperoleh : m r QBo r 2 kons tan
2

2
Kemudian :

46
Mekanika
Mahasiswa Prodi Fisika angkatan 2011 Dosen: Hainur Rasjid Achmadi

L
m z
z

L
Q Eo
z

Sehingga : m z Q E o

Andaikanlah dicari solusi dengan r tetap, maka diperoleh dari persamaan


Lagrange pertama diatas :

0 ( m Q Bo )

Q Bo

0 , atau
m

Sedangkan persamaan ketiga memberikan :

QE
z tetap
m

Artinya gerak dipercepat dalam arah z.


Q Bo
Secara skematik solusi dengan diterangkan
m
disamping.

Bagaimanakah lintasan bila diambil


0 ?s

SOAL SOAL
47
Mekanika
Mahasiswa Prodi Fisika angkatan 2011 Dosen: Hainur Rasjid Achmadi

Gunakan metode Lagrange untuk mencari persamaan gerak berikut,


kecuali ada pernyataan lain.

1. Cari persamaan diferensial gerak peluru dalam sebuah medan gravitasi


seragam tanpa hambatan/gesekan udara.
2. Cari percepatan bola pejal seragam yang menggelinding dengan
sempurna pada bidang miring.
3. Dua buah balok dengan massa sama m dihibungkan oleh sebuah tali
yang lunak. Salah satu balok berada di atas meja yang licin (tanpa
gesekan) dan yang lain tergantung pada ujung meja. Carilah percepatan
sistem jika massa tali diabaikan.
4. Sebuah bola dengan massa m bergerak ke bawah pada sebuah bidang
miring bermassa M dengan sudut kemiringan serta bebas bergerak
pada bidang datar yang licin. Kontak antara bola dengan bidang miring
adalah kasar sempurna. Carilah percepatan bidang miring.
5. Gunakan metode Hamilton untuk mencari persamaan gerak berikut :

a. Bandul sederhana.
b. Mesin Atwood sederhana.
c. Benda yang meluncur ke bawah pada sebuah bidang miring.

48

Anda mungkin juga menyukai