Anda di halaman 1dari 14

APLIKASI TEORI MEKANIK LAGRAGIAN

PESAWAT ATWOOD

OLEH:

NAMA :GIASINTA IVONIA NARUT

NIM :1701050037

KELAS :A

JURUSAN PENDIDIKAN FISIKA

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS NUSA CENDANA

KUPANG

2018
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan yang Maha Yang Maha Esa, karena atas
karunia dan rahmat-Nyalah, sehingga makalah ini dapat diselesaikan. Makalah ini di susun
dalam rangka mengikuti mata kuliah “Mekanika” dan untuk memenuhi syarat tugas yang
berhubungan dengan mata kuliah tersebut.

Dalam menyusun makalah ini kami menyadari bahwa tredapat banyak kekurangan dalam
penyusunannya, oleh sebab itu, kami mengharapkan kritik dan saran dari semua pihak, dalam hal
ini dosen dan mahasiswa agar ikut terlibat dalam meyempurnakan makalah ini kedepannya
supaya lebih baik lagi.

Harapan kami semoga makalah ini berguna bagi kita semua untuk kedepannya.

Kupang, desember 2018

Penyusun
BAB 1

PENDAHULUAN

Mekanika adalah bagian dari fisika ilmu fisika mempelajari tentang gerak, yang
dimaksud gerak disini adalah bentuk perpindahan suatu benda karena adanya gaya yang
bekerja. Sehingga erat kaitannya antara mekanika dengan gaya yang sering kita lambangkan
dengan ‘F’. Ilmu ini dapat dikatakan ilmu yang mendasar karena dengan inilah hampir semua
fenomena yang ada dalam kehidupan sehari-hari dapat dijelaskan.
Joseph-Louis Lagrange mengembangkan Hukum kedua Newton. Dimana Hukum
Newton ini hanya dapat digunakan jika semua gaya-gaya yang bekerja pada sistem yang
telah diketahui, dan otomatis kondisi dinamisnya juga diketahui. Selanjutnya kita
menggunakan koordinat kartesian, dankadang-kadang menggunakan koordinat polar, silinder
atau bola. Misalnya tasbih yang meluncur pada tali. Dalam hal ini tidak hanya bentuk gaya
yang tidak diketahui yang memaksa membentuk gerakan tersebut yang membuat
permasalahan menjadi sulit diselesaikan dengan analisis Newton biasa. Bahkan dengan
pendekatan koordinat kartesius atau sistem koordinat lainnya persoalan ini tidak mungkin
untuk diselesaikan walaupun gayanya telah diketahui. Dari permasalahan ini, muncul
persamaan Lagrange atau Lagrangian yang merupakan turunan dari Hukum kedua Newton,
yang membetikan penyelesain yang lebih mudah dalam penanganan permasalahan-
permasalahan fisika alam yang sangat rumit. Kenapa mudah? Karena teknik Lagrange ini
hanya menggunakan koordinat umum, malahan hanya dibatasi hanya penggunaan koordinat
kartesius atau polar saja. Dan juga kuantitas-kuantitas seperti kecepatan, momentum anguler,
atau panjang yang akan digunakan dalam penyelesaian persoalan. Selanjutnya teknik ini
menggunakan pendekatan energi, yang memiliki keuntungan lebih mudah apabila berurusan
dengan skalar daripada vektor.
Dalam perumusan Lagrange, koordinat umum yang digunakan adalah posisi dan
kecepatan, dalam persamaan diferensial linier orde satu.
Salah satu aplikasi dari penggunaan mekanik lagrangian adalah penggunaan Pesawat
Atwood. Pesawat atwood terdiri dari dua bobot massa m1 dan m2 yang dihubungkan oleh
string panjang tak beraturan ideal yang panjang yang dilewati pada pulley jari-jari yang tak
berbatas dan momen inersia I . Sistem ini hanya memiliki satu derajat kebebasaan. Satu
massa bergerak naik turun sementara dibatasi untuk bergerak dalam arti sebaliknya, selalu
terpisah dari yang pertama oleh panjang string. Katrol berputar dengan tepat.
BAB 2
PEMBAHASAN

Persamaan gerak partikel yang dinyatakan oleh persamaan Lagrange dapat diperoleh dengan
meninjau energi kinetik dan energi potensial partikel tanpa perlu meninjau gaya yang beraksi
pada partikel. Energi kinetik partikel dalam koordinat kartesian adalah fungsi dari kecepatan,
energi potensial partikel yang bergerak dalam medan gaya konservatif adalah fungsi dari posisi.
Jika didefinisikan Lagrangian sebagai selisih antara energi kinetik dan energi potensial.
Jika ditinjau gerak partikel yang terkendala pada suatu permukaan bidang, maka diperlukan
adanya gaya tertentu yakni gaya konstrain yang berperan mempertahankan kontak antara partikel
dengan permukaan bidang. Namun, tak selamanya gaya konstrain yang beraksi terhadap partikel
dapat diketahui. Pendekatan Newton memerlukan informasi gaya total yang beraksi pada
partikel. Gaya total ini merupakan keseluruhan gaya yang beraksi pada partikel, termasuk juga
gaya konstrain. Oleh karena itu, jika dalam kondisi khusus terdapat gaya yang tak dapat
diketahui, maka pendekatan Newton tidak berlaku. Sehingga diperlukan pendekatan baru dengan
meninjau kuantitas fisis lain yang merupakan karakteristik partikel, misal energi totalnya.
Pendekatan ini dilakukan dengan menggunakan prinsip Hamilton, dimana persamaan Lagrange
yakni persamaan umum dinamika partikel dapat diturunkan dari prinsip tersebut.
Dari prinsip Hamilton, dengan mensyaratkan kondisi nilai stasioner maka dapat diturunkan
persamaan Lagrange. Persamaan Lagrange merupakan persamaan gerak partikel sebagai fungsi
dari koordinat umum, kecepatan umum, dan mungkin waktu. Ketergantungan Lagrangian
terhadap waktu merupakan konsekuensi dari hubungan konstrain terhadap waktu atau
dikarenakan persamaan transformasi yang menghubungkan koordinat kartesian dan koordinat
umum mengandung fungsi waktu. Pada dasarnya, persamaan Lagrange ekivalen dengan
persamaan gerak Newton, jika koordinat yang digunakan adalah koordinat kartesian.
Dalam mekanika Newtonian, konsep gaya diperlukan sebagai kuantitas fisis yang berperan
dalam aksi terhadap partikel. Dalam dinamika Lagrangian, kuantitas fisis yang ditinjau adalah
energi kinetik dan energi potensial partikel. Keuntungannya, karena energi adalah besaran skalar,
maka energi bersifat invarian terhadap transformasi koordinat.
Dalam kondisi tertentu, tidaklah mungkin atau sulit menyatakan seluruh gaya yang beraksi
terhadap partikel, maka pendekatan Newton menjadi rumit pula atau bahkan tak mungkin
dilakukan. Oleh karena itu, pada perkembangan berikutnya dari mekanika, prinsip Hamilton
berperan penting karena ia hanya meninjau energi partikel saja.

APLIKASI TEORI MEKANIK LAGRANGIAN :


A. Pesawat Atwood
Pesawat Atwood merupakan alat eksperimen yang sering digunakan untuk mengamati
hukum mekanika pada gerak yang dipercepat secara beraturan. Sederhananya pesawat atwood
tersusun atas 2 benda yang terhubung dengan seutas kawat/tali. Bila kedua benda massanya
sama, keduanya akan diam. Tapi bila salah satu lebih besar (misal m1>m2). Maka kedua benda
akan bergerak ke arah m1 dengan dipercepat. Gaya penariknya sesungguhnya adalah berat benda
1. Namun karena banda 2 juga ditarik ke bawah (oleh gravitasi), maka gaya penarik resultannya
adalah berat benda 1 dikurangi berat benda 2. Berat benda 1 adalah m1.g dan berat benda 2
adalah m2.g. Gaya resultannya adalah (m2-m1).g dan Gaya ini menggerakkan kedua benda.
Sehingga, percepatan kedua benda adalah resultan gaya tersebut dibagi jumlah massa kedua
benda.
Udara akan memberikan hambatan udara atau gesekan udara terhadap benda yang jatuh.
Besarnya gaya gesekan udara yang akan gerak jatuh benda berbanding lurus dengan luas
permukaan benda. Makin besar luas permukaan benda, makin besar gayagesekan udara yang
bekerja pada benda tersebut. Gaya ini tentu saja akan memperlambat gerak jatuh benda. Untuk
lebih memahami secara kualitatif tentanghambatan udara pada gerak jatuh, kita dapat mengamati
gerak penerjun payung.Penerjun mula-mula terjun dari pesawat tanpa membuka parasutnya.
Gaya hambatan udara yang bekerja pada penerjun tidak begitu besar, dan jika parasutnya terus
tidak tidak terbuka, penerjun akan mencapai kecepatan akhir kira-kira 50 m/s ketika sampai di
tanah. Kecepatan itu kira-kira sama dengan kecepatan mobil balap yang melajusangat cepat.
Sebagai akibatnya, penerjun akan tewas ketika sampai di tanah. Dengan mengembangkan
parasutnya, luas permukaan menjadi cukup besar, sehingga gaya hambatan udara yang bekerja
papa penerjun cukup basar untuk memperlambatkelajuan terjun. Berdasarkan hasil demonstrasi
ini dapatlah ditarik kesimpulan sementara bahwa jika hambatan udara dapat diabaikan maka
setiap benda yang jatuhakan mendapatkan percepatan tetap yang sama tanpa bergantung pada
bentuk dan massa benda.
Pesawat Atwood juga merupakan seperangkat alat yang memungkinkan kita untuk
mengamati bagaimana sebuah benda bergerak lurus beraturan (GLB) dan gerak lurus yang
dipercepat (GLBB). Secara struktur pesawat Atwood dapat digambarkan seperti di bawah ini :

Katrol

m (beban tambahan)
C
Batang berskala
M1

Tampak atas

M2 B
G

Gambar 2.10 Model Pesawat Atwood


 Pesawat Atwood Tunggal

l-x
x

m1

m2

Gambar 2.4 Pesawat Atwood Tunggal

Kecepatan sudut katrol adalah x / a , dimana a adalah jari-jari katrol. Energi kinetik sistem ini
adalah :
x 2
T  12 m1 x 2  12 m 2 x 2  12 I
a2
dimana I adalah momen inersia katrol. Energi potensial sistem adalah :
V  m2 gx  m1 g( l  x )
Anggap bahwa pada sistem tidak bekerja gaya gesekan, sehingga fungsi Lagrangiannya adalah
 I 
L  12  m1  m 2  2  x 2  gm1  m 2 x  m 2 gl
 a 
dan persamaan Lagrangenya adalah
d L L

dt x x
yang berarti bahwa,
 
x  gm1  m 2 
I
 m1  m 2  2
 a 
atau,
m1  m 2
xg
m1  m 2  I / a 2
adalah percepatan sistem. Nampak bahwa jika m1>m2, maka m1 akan bergerak turun, sebaliknya
jika m1<m2 maka m1 akan bergerak naik dengan percepatan tertentu.

 Pesawat Adwood Ganda


Pesawat Atwood ganda diperlihatkan pada gambar 2.5. Nampak bahwa sistem
tersebut mempunyai dua derajat kebebasan. Kita akan menyatakan konfigurasi sistem dengan
koordinat x dan x'. Massa katrol dalam hal ini diabaikan (untuk menyederhanakan persoalan).
Energi kinetik dan energi potensial sistem adalah :
T  12 m1 x 2  12 m 2 (  x  x ' ) 2  12 m 3 (  x  x ' ) 2

V  m1gx  m 2 g(l  x  x' )  m 3 g(l  x  l'x' )


dimana m1, m2 dan m3 adalah massa masing-masing beban, dan l serta l' adalah panjang tali
penghubungnya.

l-x
x

m1 l'-x’
m2

m3

Gambar 2.5 Pesawat Atwood Ganda

L  12 m1x 2  12 m2 (x  x ') 2  12 m3 (x  x ') 2  g(m1  m 2  m3 )x 


g(m2  m3 )x ' tetapan
sehingga persamaan geraknya dapat ditulis :
d L L d L L
 
dt x x dt x ' x'
dengan penyelesaian
m1x  m2 (x  x' )  m3 (x  x' )  g(m1  m2  m3 )

m2 (x  x' )  m3 (x  x' )  g(m2  m3 )


dan dari persamaan ini percepatan x dan x' dapat ditentukan.

B. Sistem Katrol

Gambar 2.9 Katrol pada pesawat atwood

Katrol adalah suatu roda dengan bagian berongga di sepanjang sisinya untuk tempat tali
atau kabel. Katrol biasanya digunakan dalam suatu rangkaian yang dirancang untuk mengurangi
jumlah gaya yang dibutuhkan untuk mengangkat suatu beban. Walaupun demikian, jumlah usaha
yang dilakukan untuk membuat beban tersebut mencapai tinggi yang sama adalah sama dengan
yang diperlukan tanpa menggunakan katrol. Besarnya gaya memang dikurangi, tapi gaya
tersebut harus bekerja atas jarak yang lebih jauh. Usaha yang diperlukan untuk mengangkat suatu
beban secara kasar sama dengan berat beban dibagi jumlah roda. Semakin banyak roda yang ada,
sistem semakin tidak efisien karena akan timbul lebih banyak gesekan antara tali dan roda.
Katrol adalah salah satu dari enam jenis pesawat sederhana.
Katrol yang digunakan dalam pesawat ini adalah katrol tetap, dimana katrol tetap adalah
Katrol tetap adalah katrol yang dipasang tetap pada suatu titik. Biasanya digunakan untuk
mengubah arah gaya yang kita keluarkan.
Untuk sebuah katrol dengan beban-beban seperti pada gambar dibawah,
maka berlaku persamaan seperti berikut,
Bila dianggap M1 = M2 = M
𝑚𝑔
𝑎=
2𝑀 + 𝑚 + 𝐼⁄𝑟 2

C. Momen Inersia pada Katrol

Pada gambar katrol di atas dilukiskan sebuah sistem yang terdiri dari dua buah silinder
yang massanya dibuat sama M1 dan M2 dihubungan dengan tali melalui sebuah katrol. Pada
sistem ini gesekan katrol dan massa tali diabaikan, tali dianggap tidak mulur dan tidak pernah
slip terhadap katrol. Sistem yang demikian ini kemudian disebut sebagai pesawat Atwood. Pada
M1 diberikan massa tambahan m agar sistem bergerak lurus berubah beraturan. Karena (M1+m)
> M2 maka (M1+m) dan M2 kedua-duanya akan bergerak dipercepat beraturan sesuai dengan
hukum II Newton. (M1+m) bergerak turun, M2 bergerak naik dan katrol berotasi. Karena tali
dianggap tidak mulur, maka percepatan (M1+m) akan sama besarnya dengan percepatan M2.
Dengan menerapkan hukum II Newton, dapat diperoleh besar resultan gaya pada masing-masing
silinder sesuai dengan persamaan berikut ini. Pada (M1+m) bekerja resultan gaya sebesar :
W1 – T1 = (M1 + m) a
sedangkan pada benda M2 bekerja resultan gaya sebesar :
W2 – T2 = M2 a
Jika kedua persamaan di atas dijumlahkan maka dapat diperoleh :
( W1 – W2 ) – ( T1 – T2 ) = ( M1 + M2 + m ) a
yang dapat diubah menjadi
( T1 – T2 ) = ( W1 – W2 ) – ( M1 + M2 + m ) a
Pada katrol, selisih tegangan tali (T1-T2) akan menyebabkan momen gaya terhadap sumbu katrol
sehingga katrol berotasi dengan percepatan sudut α yang besarnya memenuhi persamaan :
( T1 – T2 ) R = I.α
( T1 – T2 ) = I.α / R
Dengan I adalah momen inersia katrol
Bila kita hubungkan gerak translasi dengan (M1+m) dan M2 dengan gerak rotasi katrol,
maka terdapat hubungan a = α . artinya percepatan tali atau percepatan kedua silinder sama
dengan percepatan tangensial pinggirak katrol. Dengan demikian, maka persamaan di atas dapat
diubah menjadi :
𝐼 .𝑎
( 𝑇1 − 𝑇2 ) =
𝑅2

𝐼 .𝑎
= ( 𝑊1 − 𝑊2 ) − ( 𝑀1 + 𝑀2 + 𝑚 )𝛼 . 𝑅
𝑅2

Dari persamaan diatas diubah menjadi :


( 𝑊1 − 𝑊2 )
𝑎=
( 𝑀1 + 𝑀2 + 𝑚 ) + 𝐼 ⁄𝑅 2

Karena gaya berat = m . g, maka persamaannya menjadi


(𝑀1 + 𝑚 − 𝑀2 )𝑔
𝑎=
( 𝑀1 + 𝑀2 + 𝑚 ) + 𝐼 ⁄𝑅 2

Dengan demikian, momen inersia dalam pesawat atwood adalah


BAB 3
PENUTUP

Teknik Lagrange hanya menggunakan koordinat umum, malahan hanya dibatasi hanya
penggunaan koordinat kartesius atau polar saja. Dan juga kuantitas-kuantitas seperti kecepatan,
momentum anguler, atau panjang yang akan digunakan dalam penyelesaian persoalan.
Selanjutnya teknik ini menggunakan pendekatan energi, yang memiliki keuntungan lebih mudah
apabila berurusan dengan skalar daripada vektor.Dalam perumusan Lagrange, koordinat umum
yang digunakan adalah posisi dan kecepatan, dalam persamaan diferensial linier orde satu.
Salah satu aplikasi dari penggunaan mekanik lagrangian adalah penggunaan Pesawat
Atwood. Pesawat atwood terdiri dari dua bobot massa m1 dan m2 yang dihubungkan oleh string
panjang tak beraturan ideal yang panjang yang dilewati pada pulley jari-jari yang tak berbatas
dan momen inersia I . Sistem ini hanya memiliki satu derajat kebebasaan. Satu massa bergerak
naik turun sementara dibatasi untuk bergerak dalam arti sebaliknya, selalu terpisah dari yang
pertama oleh panjang string. Katrol berputar dengan tepat.
Pesawat Atwood merupakan alat eksperimen yang sering digunakan untuk mengamati
hukum mekanika pada gerak yang dipercepat secara beraturan. Sederhananya pesawat atwood
tersusun atas 2 benda yang terhubung dengan seutas kawat/tali.Bila kedua benda massanya sama,
keduanya akan diam. Tapi bila salah satu lebih besar (misal m1>m2). Maka kedua benda akan
bergerak ke arah m1 dengan dipercepat.
DAFTAR PUSTAKA

Prasetyo,Lea.1984 .Mekanika Terapan Edisi Kedua. Jakarta :PENERBIT ERLANGGA

Kurmi dan Lutra.1979. A TEXT BOOK OF APPLIED MECHANICS. London :Indian Institute of
Technology

Anda mungkin juga menyukai