Anda di halaman 1dari 20

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Peledakan merupakan bagian penting dari siklus pertambangan. Hampir semua


bentuk pertambangan, batu dipecahkan oleh pengeboran dan peledakan. Teknologi
peledakan adalah proses patahan (fracturing) material dengan menggunakan sejumlah
perhitungan dari ledakan sehingga volume material pecah dapat ditentukan.

Sejak awal peledakan dengan menggunakan bubuk hitam (black powder), telah
terjadi banyak perkembangan dalam penggunaan: bahan peledak, detonator, teknik
penundaan dan dalam pemahaman tentang mekanisme pecahnya batuan dengan bahan
peledak.

Desain ledakan dan pelaksanaan yang baik, sangat penting untuk operasi
pertambangan yang sukses. Praktek/pelaksanaan tidak benar atau buruk dalam
peledakan memiliki dampak sangat negatif pada ekonomi tambang. Penggunaan bahan
peledak yang berlebihan di lokasi tambang dapat mengakibatkan kerusakan pada
struktur batuan dan menyebabkan lubang bukaan yang tidak diinginkan dan menambah
peningkatan besar dalam biaya pendukung.

Peledakan digunakan di kedua sistem penambangan terbuka dan operasi


penambangan bawah tanah. Sementara peledakan tradisional biasanya menggunakan
bubuk hitam dan dinamit, ada banyak jenis bahan peledak yang digunakan saat ini.
Bahan peledak yang umum digunakan dalam industri saat ini adalah ANFO (ammonium
nitrate/fuel oil), slurries, dan emulsi (emulsions). Banyak faktor yang perlu
diperhitungkan saat menentukan apa jenis desain peledakan atau bahan peledak yang
akan digunakan. Jenis batuan, kepadatan, dan strength merupakan faktor-faktor penting,
serta kondisi fraktur batu, dan kondisi air.
1.2. Maksud dan Tujuan

Maksud dan tujuan praktikum ini adalah mempraktekkan seluruh materi


pembelajaran Teknik Peledakan yang dipelajari di kampus untuk diterapkan di lapangan
tepatnya di PT. Panghegar. Dengan memperhatikan peraturan-peraturan dari KEPMEN
555K dan peraturan dari perusahaan untuk Keselamatan dan Kesehatan, Efisiensi, dan
produktivitas kerja dalam pemboran dan peledakan.

1.3. Manfaat

Manfaat yang kami dapat pada saat pelaksanaan praktikum Teknik Peledakan di
PT. Pertama Mina Sutra Perkasa adalah :

1. Pengamanan lokasi peledakan

2. Merakit bahan peledak primer (Detonator dan Power Gel)

3. Pengisian lubang ledak dengan ANFO dan merangkai lubang ledak dengan
Detonator dan rangkaian primer.

4. Cara penyalaan.

1.4. Jadwal Pelaksanaan

No. Hari dan Tanggal Pelaksanaan

1 Rabu, 8 Februari 2017 Pelaksanaan praktek peledakan


BAB II

DASAR TEORI

2.1. Ganesa Batu Andesit

Batu alam Andesit adalah suatu jenis batuan beku vulkanik dengan komposisi
antara dan tekstur spesifik yang umumnya ditemukan pada lingkungan subduksi tektonik
di wilayah perbatasan lautan seperti di pantai barat Amerika Selatan juga daerah - daerah
di Indonesia dengan aktivitas vulkanik yang tinggi seperti di Majalengka, Cirebon,
Tulung Agung. Batu andesit terbentuk dari pembekuan lava yang keluar ke permukaan
bumi saat letusan gunung berapi. Nama andesit sendiri berasal dari nama Pegunungan
Andes di daerah Amerika Selatan.
Batu andesit banyak digunakan dalam bangunan-bangunan megalitik, candi dan
piramida. Begitu juga perkakas-perkakas dari zaman prasejarah banyak memakai
material ini, misalnya: sarkofagus, punden berundak, lumpang batu, meja batu, arca dan
lainnya.
Di zaman sekarang batu andesit ini masih digunakan sebagai material untuk
nisan kuburan orang Tionghoa, cobek, lumpang jamu, cungkup/kap lampu taman dan
arca-arca untuk hiasan. Salah satu pusat kerajinan dari batu andesit ini adalah Magelang.
Pusat kerajinan dan pemotongan batu Andesit juga terdapat di daerah Cirebon
dan Majalengka Jawa Barat. Karena di daerah ini banyak terdapat perbukitan yang
merupakan daerah tambang Batu Andesit.

A. Deskripsi Megaskopis
Jenis Batuan: Batuan Beku
Warna: Abu abu
Struktur: Masif
Tekstur: Holokristalin, Equigranular Afanitik, Subhedral
B. Deskripsi Mineral dalam Batuan
1. Mineral Utama: K Feldspar < 10%, Kuarsa < 10%
2. Mineral Tambahan: Hornblende, Biotit, Piroksen, Feldspatoid, Na Amfibol
a) Nama Mineral: Kuarsa
Rumus Kimia: SiO2
Warna: Bening Mengkilap
Bentuk: Prismatik
Kekerasan: 7
Cerat: Putih
Kilap: Kaca
Pecahan: Concoidal
Belahan: Tidak ada
Transparansi: Transparan
Golongan: Silikat
b) Nama Mineral: Hornblende
Rumus Kimia: Ca2 (Mg, Fe, Al)5 (Al, Si)8 O22 (OH)2
Warna: Hitam
Bentuk: Menjarum
Kekerasan: 5,5 6
Cerat: Hitam
Kilap: Kaca
Pecahan: Uneven
Belahan: Sempurna
Transparansi: Opaq
Golongan: Silikat
c) Nama Mineral: Biotit
Rumus Kimia: K (Fe, Mg)3 AlSi3O10 (F, OH)2
Warna: Hitam
Bentuk: Lembaran
Kekerasan: 2,5
Cerat: Tidak berwarna
Kilap: Kaca
Pecahan: Uneven
Belahan: Perfect
Transparansi: Opaq
Golongan: Silikat
d) Nama Mineral: Piroksen
Rumus Kimia: (Ca,Mg,Fe,Na,Al,Ti) Si2O6
Warna: Gelap
Bentuk: Prismatik
Kekerasan: 5 6
Cerat: Putih
Kilap: Kaca
Pecahan: Uneven
Belahan: Perfect
Transparansi: Opaq
Golongan: Silikat

C. Petrogenesa dan Komposisi


Andesit termasuk jenis batuan beku kategori menengah sebagai hasil bentukan
lelehan magma diorit. Andesit bertekstur afanitik mikro kristalin dan berwarna
gelap. Mineral yang ada dalam andesit ini berupa kalium felspar dengan jumlah
kurang 10% dari kandungan felspar total, natrium plagioklas, kuarsa kurang dari
10%, felspatoid kurang dari 10%, hornblenda, biotit dan piroksen. Penamaan andesit
berdasarkan kepada kandungan mineral tambahannya yaitu andesit hornblenda,
andesit biotit dan andesit piroksen.
Nama andesit sendiri diambil berdasarkan tempat ditemukan, yaitu di daerah
Pegunungan Andes, Amerika Selatan. Peranan bahan galian ini penting sekali di
sektor konstruksi, terutama dalam pembangunan infrastruktur, seperti jalan raya,
gedung, jembatan, saluran air/irigasi dan lainnya. Dalam pemanfaatannya dapat
berbentuk batu belah, split dan abu batu. Sebagai negara yang sedang membangun,
Indonesia membutuhkan bahan galian ini yang terus setiap tahun.
Jenis magma diorit merupakan salah satu magma terpenting dalam golongan
kapur alkali sebagai sumber terbentuknya andesit. Lelehan magma tersebut
merupakan kumpulan mineral silikat yang kemudian menghablur akibat pendinginan
magma pada temparatur antara 1500 2500 C membentuk andesit berkomposisi
mineral felspar plagioklas jenis kalium felspar natrium plagioklas, kuarsa, felspatoid
serta mineral tambahan berupa hornblenda, biotit dan piroksen.

Senyawa Komposisi (%)


SiO2 47,55
Al2O3 18,37
Fe2O3 8,19
CaO 7,11
MgO 2,25
Na2O 1,70
K2O 2,16
TiO2 0,59
MnO 0,22
P2O5 0,30
H2O 0,52
Tabel I.1 Komposisi Kimia Andesit

Komposisi kimia dalam batuan andesit terdiri dari unsur-unsur, silikat,


alumunium, besi, kalsium, magnesium, natrium, kalium, titanium, mangan, fosfor
dan air. Prosentasi kandungan unsur-unsur tersebut sangat berbeda di beberapa
tempat. Sebagai contoh, dalam Tabel 1.4 diperlihatkan komposisi kimia yang
terdapat di Desa Kalirejo, Propinsi Daerah Istimewa Yogyakarta.
Andesit berwarna abu-abu kehitaman, sedangkan warna dalam keadaan lapuk
berwarna abu-abu kecoklatan. Berbutir halus sampai kasar, andesit mempunyai kuat
tekan berkisar antara 600 2400 kg/cm2 dan berat jenis antara 2,3 2,7, bertekstur
porfiritik, keras dan kompak.

2.2. Pengertian Peledakan

Peledakan adalah kegiatan pemecahan suatu material (batuan) dengan


menggunakan bahan peledak atau proses terjadinya ledakan. Suatu operasi peledakan
batuan akan mencapai hasil optimal apabila perlengkapan dan peralatan yang dipakai
sesuai dengan metode peledakan yang diterapkan. Dalam membicarakan perlengkapan
dan peralatan peledakan perlu hendaknya terlebih dahulu dibedakan pengertian antara
kedua hal tersebut. Peralatan peledakan (blasting eqipment) adalah alat-alat yang dapat
digunakan berulang kali, misalnya blasting machine, crimper, dan sebagainya.
Sedangkan perlengkapan peledakan hanya diperlukan dalam satu kali proses peledakan
atau tidak bisa digunakan berulang kali. Untuk setiap metode peledakan, perlengkapan
dan peralatan yang diperlukan berbeda-beda. Oleh karena itu agar tidak terjadi
kerancuan dalam pengertian, maka dibuat sistematika berdasarkan tiap-tiap metode
peledakan dalam arti bahwa perlengkapan dan peralatan akan dikelompokkan
berdasarkan metodenya.

Pekerjaan peledakan adalah pekerjaan yang penuh bahaya. Oleh karena itu, harus
dilakukan penuh perhitungan dan hati-hati, agar tidak terjadi kegagalan atau bahkan
kecelakaan. Untuk itu operator yang melakukan pekerjaan peledakan harus mengerti
benar tentang cara kerja, sifat dan fungsi dari peralatan yang digunakan. Karena
persiapan peledakan yang kurang baik akan menghasilkan atau bisa menyebabkan hasil
yang tidak sempurna serta mengandung resiko bahaya terhadap keselamatan pekerja
maupun peralatan. Dalam hal ini pemilihan metode peledakan, pemilihan serta
penggunaan peralatan dan perlengkapan juga berpengaruh terhadap hasil yang dicapai.
Bahan peledak adalah bahan peledak kimia yang didefinisikan sebagai suatu
bahan kimia senyawa tunggal atau campuran berbentuk padat, cair, atau campurannya
yang apabila diberi aksi panas, benturan, gesekan atau ledakan awal akan
mengalami suatu reaksi kimia eksotermis sangat cepat dan hasil reaksinya sebagian
atau seluruhnya berbentuk gas disertai panas dan tekanan sangat tinggi yang secara
kimia lebih stabil. Panas dari gas yang dihasilkan reaksi peledakan tersebut sekitar
4000C. Adapun tekanannya, menurut Langerfors dan Kihlstrom (1978) bisa
mencapailebih dari 100.000 atm setara dengan101.500 kg/cm atau 9.850 MPa (
10.000MPa). Sedangkan energi per satuan waktu yang ditimbulkansekitar 25.000
MWatau 5.950.000 kcal/s. Perlu difahami bahwa energi yang sedemikian
besar itu bukan merefleksikan jumlah energi yang memang tersimpan di dalam bahan
peledak begitu besar, namun kondisi ini terjadi akibat reaksi peledakan yang sangat
cepat, yaitu berkisar antara 2500 - 7500meter per second (m/s). Oleh sebab itu kekuatan
energi tersebut hanya terjadi beberapa detik saja yang lambatlaun berkurang seiring
dengan perkembangan keruntuhan batuan.

2.3. Sifat Bahan Peledak

Sifat bahan peledak mempengaruhi hasil peledakan, diantaranya yaitu kekuatan


(Strength). Kekuatan suatu bahan peledak berkaitan dengan kandungan energi yang
dimiliki oleh bahan peledak tersebut dan merupakan ukuran kemampuan bahan
peledak tersebut untuk melakukan kerja, biasanya dinyatakan dalam %.

2.4. Kecepatan Detonasi

Kecepatan Detonasi (velocity of detonation = VOD) merupakan


kecepatan gelombang detonasi yang menerobos sepanjang kolom isian
bahanpeledak, dinyatakan dalam meter/detik. Kecepatannya tergantung dari: jenis
bahan peledak (ukuran butir, bobot isi), diameter dodol (diameter lubang ledak)
2.5. Sensitivitas

Kepekaan (Sensivity) adalah ukuran besarnya impuls yang diperlukan oleh bahan
peledak untuk mulai bereaksi dan menyebarkan reaksi peledakan keseluruh isian.
Kepekaan ini tergantung pada : komposisi kimia, ukuran butir,bobot isi, pengaruh
kandungan air, dan temperatur. Bobot IsiBahan Peledak(density) adalah perbandingan
antara berat dan volume bahan peledak, dinyatakan dalam gr/cm3. Bobot isi ini
biasanya dinyatakan dalam specific gravity (SG). stick count (SC) atau loading density
(de)Tekanan Detonasi (DetonationPressure) Tekanan Detonasi (Detonation Pressure)
merupakan penyebaran tekanan gelombang ledakan dalam kolom isian bahan peledak.

2.6. Pola Pemboran

Keberhasilan suatu peledakan salah satunya terletak pada ketersediaan bidang


bebas yang mencukupi. Pola pemboran merupakan suatu pola pada kegiatan pemboran
dengan mendapatkan lobang-lobang tembak secara sistematis. Pola pemboran yang bisa
diterapkan pada tambang terbuka bisaanya ada tiga macam pola pemboran yaitu:

a. Pola Bujur Sangkar (square pattern) Pola pemboran ini adalah dimana jarak
antara burden dan spasi nya sama panjang yang membentuk bujur sangkar.

b. Pola Persegi Panjang (rectangular pattern) Pola pemboran persegi panjag dimana
ukuran spacing dalam satu baris lebih besar dari jarak burden yang membentuk
pola persegi panjang. Untuk mendapatkan fragmentasi yang baik, pola ini kurang
tepat karena daerah yang tidak terkena pengaruh peledakan cukup besar.

c. Pola selang-seling (staggered pattern) Dalam pemboran selang seling lobang


tembak dibuat seprti zig zag sehingga membentuk pola segi tiga atau melingkar.
Dimana jarak spacing besar sama atau lebih besar dari pada jarak burden. Pada
pola ini daerah yang tidak terkena pengaruh peledakan cukup kecil dibandingkan
dengan pola yang lainya. Namun pada penerapan dilapangan pola ini cukup sulit
melakukan pemboran dan pengaturan lebih lanjut. Tetapi untuk menperbaiki
fragmentasi batuan hasil peledakan maka pola ini lebih cocok untuk digunakan.
Pada penambangan Terbuka kebanyakan batuan yang keras membutuhkan
peledakan sebelum penggalian di tambang permukaan. Biasanya empat jenis bahan
peledak umum digunakan di pertambangan permukaan: slurries, Mixes dry, emulsi dan
ANFO hybrid heavy. Pemilihan bahan peledak tergantung pada banyak faktor, terutama
meliputi: critical diameter, hydrostatic pressure, temperature, minimum primer weight,
density weight strength, bulk strength, gap sensitivity, water resistance, loading
procedures, coupling atau decoupled properties, shelf life, reliability for bulk operations,
overall drilling, pengeboran secara keseluruhan dan ekonomi peledakan.

Geometri Peledakan

Geometri peledakan merupakan kemponen-komponen dalam peran lapangan


untuk melakukan peledakan, sehingga proses peledakan berjalan lancar. Untuk
mendapatkan hasil peledakan yang baik diperlukan suatu perencanaan terhadap besaran
geometri.

Adapun unsur-unsur geometri peledakan, yaitu:

B (Burden) yaitu jarak lubang ledak kebidangan bebas dan jarak tegak lurus dari
lubang isian bahan peledak dengan bidang bebas.

S (Spacing) yaitu jarak antara penutup lubang bor yang dirangkai dalam baris.

T (Stemming) yaitu tanah penutup lubang ledak dari material penampet cutting
hasil pemboran.

L (Tinggi Jenjang) yaitu jarak lubang ke lantai jenjang.

H (Kedalaman Lubang) yaitu penjumlahan dari stemming ditambah panjang


isian.

PC (panjang isian) yaitu kedalaman lubang dikurangi panjang isian.

J (Subdrilling) yaitu kelebihan panjang lubang ledak.

2.7. Testing Alat dan Perlengkapan

Detonator Listrik

Didalam suatu pekerjaan peledakan biasanya dibutuhkan beberapa buah


detonator listrik. Untuk mengetahui apakah detonator tersebut masih dapat dipergunakan
maka terlebih dahulu dilakukan test secara acak, yaitu diambil satu atau dua detonator
yang mewakili untuk ditest dengan alat blasting ohm meter. Cara test detonator yaitu :

Detonator listrik dimasukkan dalam tabung besi dengan ujung kabel menjulur
keluar. Hal ini dimaksudkan apabila terjadi ledakan, maka masih terlindung
dengan tabung besi.

Kedua ujung kabel detonator masing-masing dihubungkan pada alat blasting


ohm meter, dan baca besarnya nilai tahanan pada monitor alat.
Bilamana besarnya nilai tahanan telah sesuai dengan spesifikasi detonator dan
dipergunakan, maka detonator tersebut masih layak untuk dipergunakan.

Kabel Utama

Kabel utama atau leading wire adalah seutas kabel yang digunakan untuk
menghubungkan rangkaian lubang tembak dengan alat blasting mechine yang terletak
ditempat perlindungan. Pengetesan kabel utama dilakukan dengan alat multimeter
dengan maksud untuk mengetahui apakah tiada bagian kabel yang terputus.

Blasting Machine

Alat penyala ledakan atau Blasting machine perlu diperiksa terlebih dahulu
kapasitas dan kemampuannya untuk meledakan sejumlah rangkaian sirkuit peledakan
dengan alat rheostat.
BAB III

HASIL PENGAMATAN

3.1. Lokasi

Pelaksanaan praktikum peledakan dilaksanakan di PT. Panghegar, tepatnya di


Kecamatan Batujajar, Kabupaten Sukabmi, Provinsi Jawa Barat.

PT. Penghegar

Gambar : Peta kontur lokasi tambang


3.3. Peralatan dan Bahan

Peralatan Lapangan

Peratlatan yang digunakan dalam proses pemboran dan peledakan di PT.


Panghegar, tepatnya di Kecamatan Batujajar, Kabupaten Sukabmi, Provinsi Jawa Barat.

adalah :

1. Jack Hummer

Merk : Atlas Copo ; Type : RU571. Digunakan untuk mengebor lubang ledak

2. Stick bor dengan panjang 80 cm. Digunakan untuk melubangi atau mengebor
lubang ledak yang dipasang di Jack Hummer

3. Compressor, selang, dan BLG. Digunakan untuk penggerak dari jack hummer

4. Tongkat kayu. Digunakan untuk memasukkan peledak sampai ke dalam lubang


ledak.

5. Alat pelindung diri. Digunakan untuk pengamanan atau safety pekerja agar
terlindung dari dampak kecelakaan kerja

Bahan-bahan untuk peledakan

1. Detonator, digunakan untuk pemicu peka detonator, handak primer, maupun


peka primer

2. Power Gel/Gelatine Dynamite, jenis bahan peledak kuat, dengan nitrogleserin


(NG) sebagai bahan dasarnya (explosive base).

3. Amonium Nitrat Fuel Oil (ANFO), digunakan sebagai bahan high explosive
yang non cap sensitive

4. Blasting Machine, digunakan sebagai alat pemicu dalam peledakan.

5. Stick Sumbu, digunakan untuk detonasi

6. Kabel Listrik, digunakan untuk penghubung rangkaian peledakan hingga


Blasting machine
7. Rheostat, digunakan sebagai tahanan dari rangkaian.

3.3. Data lapangan

Dari pengamatan dan praktikum peledakan yang kami lakukan di di PT.


Panghegar, tepatnya di Kecamatan Batujajar, Kabupaten Sukabmi, Provinsi Jawa Barat,
kami sebagai mahasiswa teknik pertambangan dapat mengetahui bagaimana cara
merangkai lubang bor atau ledak untuk tempat bahan peledak dan cara merangkai
rangkaian bahan peledak dan rangkaian peledakan serta cara pengisian Amonium Nitrat
Fuel Oil (ANFO) ke dalam lubang ledak. Berikut ini adalah data-data hasil pengamatan
yang kami peroleh :

Data Bahan Galian

Bahan Galian yang diambil oleh PT. Panghegar adalah Batu gamping yang
typenya adalah Kalsilutit. Bahan galian ini mengandung kuarsa yang dimana
kekerasannya sebesar 7 skala mohs. Bahan galian yang diambil tersebut juga
mengandung mineral lain seperti Besi (Fe) dan Mangan (Mn).

Data Pemboran

Sebelum dilakukan peledakan, terlebih dahulu dilakukan pemboran untuk


membuat lubang ledaknya.Menggunakan alat bor 3 Jack Hummer yang bermerk Atlas
Copo Ru571. Dengan ketentuan dari perusahaan sebagai berikut :

Diameter Lubang : 33 mm

Tebal Burden : 1,5 m

Spasi antar lubang : 2,5 m

Kedalaman Lubang : 3,2 m

Fragmentasi : 50 60 cm

Tinggi Bench : 4 cm

Jumlah Lubang = 45 lubang dengan 6 baris


Waktu yang dibutuhkan untuk 1 lubang : 40 menit

Dalam pembuatan lubang bor, satu lubang membutuhkan 4 stick bor dengan langkah
pemborannya : I = 80 cm ; II = 160 cm ; III = 240 cm ; IV = 320 cm. Jadi 1 lubang = 4
kali penambahan stick.

Data Peledakan

Setelah lubang siap maka dilakukan proses peledakan mulai dengan memasukkan bahan
hingga penyalaan, dengan data-data sebagai berikut :

Amonium Nitrat Fuel Oil (ANFO) = perlubang diisi 1,2 kg

1 Power Gel dipotong jadi 4, potongan power gel tersebut dimasukkan 1 lubang
satu power gel. Dimana power gel sudah dirangkai dengan kabel dan detonator.
BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1. Pola rangkaian lubang ledak

Pola rangkaian lubang ledak di PT. Panghegar menggunakan pola melingkar


dengan rangkaian seri-paralel sebagaimana kami gambarkan sebagai berikut :

FREE SPACE

Gambar : Pola dan Rangkaian Lubang Ledak

4.2. Perhitungan Penentuan Luas Area Peledakan


45
= = 7,5
6

Jadi kolom yang diperlukan 7 s/d 8 kolom

= 6 2,5 = 15

= 7,5 1,5 = 11,25

= = 15 11,25 = 168,75 2
Jadi luas area / dimensi peledakan = 168,75 m2

4.3. Tahap Peledakan

Tahapan yang dilaksanakan PT. Panghegar dalam mempersiapkan suatu peledakan


adalah sebagai berikut:

1. Buat Lubang bor dengan ukurn diameter dan kedalaman sesuai perancanaan dan
ketenuan perusahaan dan undang-undang.

2. Mempersiapkan detonator dan merakit primer

3. Masukkan bahan peledak / dinamit kedalam lubang bor, kemudian masukkan


primer

4. Masukkan material pasir atau tanah sebagai penyumbat lubang (Stemming) dan
dimampatkan dengan tongkat dari kayu/tembaga/kuningan.

5. Rangkai dan hubungkan tiap-tiap lubang tembak sesuai urutan peledakan.

6. Dilakukannya pengamanan lokasi di kawasan peledakan dengan penunjuk sirine.

7. Penyalaan / peledakan.

Awal dari suksesnya kerja peledakan tergantung pada pola dan metode peledakan serta
prosedur dan tata cara persiapan peledakan, dan apabila persiapan kurang baik dapat
terjadi hal hal:

Volume dan ukuran fragmen buatan hasil peledaakan tak sesuai dengan rencana.

Satu atau lebih lubang tembak akan mangkir

Kemungkinan terjadi peledakan premature dan flying-rock


BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1. Kesimpulan

Desain ledakan dan pelaksanaan yang baik, sangat penting untuk operasi
pertambangan yang sukses. Praktek/pelaksanaan tidak benar atau buruk dalam
peledakan memiliki dampak sangat negatif pada ekonomi tambang. Penggunaan bahan
peledak yang berlebihan di lokasi tambang dapat mengakibatkan kerusakan pada
struktur batuan dan menyebabkan lubang bukaan yang tidak diinginkan dan menambah
peningkatan besar dalam biaya pendukung.

Telah diperoleh data-data kegiatan pemboran dan peledakan PT. Panghegar yaitu
sebagai berikut :

Diameter Lubang : 33mm

Tebal Burden : 1,5 m

Spasi antar lubang : 2,5 m

Kedalaman Lubang : 3,2 m

Fragmentasi : 50 60 cm

Tinggi Bench : 4 cm

Jumlah Lubang = 45 lubang dengan 6 baris

Waktu yang dibutuhkan untuk 1 lubang : 40 menit

Dalam pembuatan lubang bor, satu lubang membutuhkan 4 stick bor dengan
langkah pemborannya : I = 80 cm ; II = 160 cm ; III = 240 cm ; IV = 320 cm.
Jadi 1 lubang = 4 kali penambahan stick.

Kolom = 7 s/d 8 kolom


Panjang dimensi ledak = 15 m

Lebar dimensi ledak = 11,25m

Luas dimensi ledak = 168,75 m2

Amonium Nitrat Fuel Oil (ANFO) = perlubang diisi 1,2 kg

1 Power Gel dipotong jadi 4, potongan power gel tersebut dimasukkan 1 lubang
satu power gel. Dimana power gel sudah dirangkai dengan kabel dan detonator.

Awal dari suksesnya kerja peledakan tergantung pada pola dan metode peledakan serta
prosedur dan tata cara persiapan peledakan, dan apabila persiapan kurang baik dapat
terjadi hal hal:

Volume dan ukuran fragmen buatan hasil peledaakan tak sesuai dengan rencana.

Satu atau lebih lubang tembak akan mangkir

Kemungkinan terjadi peledakan premature dan flying-rock

Kecelakaan kerja

Rusaknya peralatan dan material

5.2. Saran

Diharapkan untuk pelaksanaan praktikum peledakan kedepan dapat berjalan


dengan baik dan tertata lebih baik lagi. Peran dari koordinasi yang baik dapat berdampak
baik dalam sebuah pelaksanaan suatu acara. Dan diharapkan Institut Teknologi Adhi
Tama Surabaya dapat bermitra dengan lebih banyak perusahaan terutama perusahaan
Pertambangan.

Anda mungkin juga menyukai