Anda di halaman 1dari 10

PENGOBATAN TRADISIONAL DAN MODERN; KELEBIHAN

DAN KEKURANGAN
Sejak jaman dahulu, manusia sangat mengandalkan lingkungan sekitarnya untuk
memenuhi kebutuhannya. Misalnya untuk makan, tempat berteduh, pakaian, obat, pupuk,
parfum, dan bahkan untuk kecantikan dapat diperoleh dari lingkungan. Sehingga kekayaan
alam di sekitar manusia sebenarnya sedemikian rupa sangat bermanfaat dan belum
sepenuhnya digali, dimanfaatkan, atau bahkan dikembangkan. Bangsa Indonesia telah lama
mengenal dan menggunakan tanaman berkhasiat obat sebagai salah satu upaya dalam
menanggulangi masalah kesehatan. Pengetahuan tentang tanaman berkhasiat obat berdasar
pada pengalaman dan ketrampilan yang secara turun temurun telah diwariskan dari satu
generasi ke generasi berikutnya.
Penggunaan bahan alam sebagai obat tradisional di Indonesia telah dilakukan oleh
nenek moyang kita sejak berabad-abad yang lalu terbukti dari adanya naskah lama pada daun
lontar Husodo (Jawa), Usada (Bali), Lontarak pabbura (Sulawesi Selatan), dokumen Serat
Primbon Jampi, Serat Racikan Boreh Wulang Dalem dan relief candi Borobudur yang
menggambarkan orang sedang meracik obat (jamu) dengan tumbuhan sebagai bahan
bakunya. Obat tradisional (herbal) telah diterima secara luas di hampir seluruh Negara di
dunia. Menurut World Health Organization (WHO), negara-negara di Afrika, Asia dan
Amerika Latin menggunakan obat tradisional (herbal) sebagai pelengkap pengobatan primer
yang mereka terima. Bahkan di Afrika, sebanyak 80% dari populasi menggunakan obat
herbal untuk pengobatan primer (WHO, 2003). Faktor pendorong terjadinya peningkatan
penggunaan obat tradisional di negara maju adalah usia harapan hidup yang lebih panjang
pada saat prevalensi penyakit kronik meningkat, adanya kegagalan penggunaan obat modern
untuk penyakit tertentu diantaranya kanker, serta semakin luas akses informasi mengenai obat
tradisional di seluruh dunia.
Penyakit dan kesehatan sebagai bagian dari kehidupan manusia yang dikaji dalam
Antropologi kesehatan bermula dari sejak berakhirnya PDII, ahli-ahli antropologi biologi dan
Antropologi sosial budaya mualai meningkatkan perhatian mereka pada studi lintas budaya
mengenai masalah kesehatan juga pda faktor bioekologi dan sosiokultural yang berpengaruh
terhadap kesehatan dan timbulnya penyakit. Selain itu terdapat banyak faktor-faktor budaya
yang yang sangat berpengaruh pada dunia kesehatan seperti perbedaan persepsi sakit dan
sehat, perlakuan kepada pasien, cara pengobatan, persepsi mengenai penyebab sakit, bahkan
mengenai cara seseorang memandang penyakit sangat ditentukan oleh kebudayaanya.
Dalam sistem pengobatan secara garis besar dapat dikelompokkan menjadi dua bagian
yaitu pengobatan barat dan pengobatan timur. Seiring dengan berkembangnya teknologi,
pengobatan modern pun semakin berkembang. Pengobatan modern yaitu metode pengobatan
yang sudah terstandarkan dan telah diuji secara ilmiah sehingga dipercaya sebagai
pengobatan yang resmi dipakai belahan dunia termasuk di Indonesia. Pengobatan modern
menggunakan alat-alat kesehatan yang canggih dan mahal harganya, seperti CT Scan, MRI,
dan lain-lain.
Sedangkan pengobatan timur memiliki karakteristik sebagai berikut, keamanan dan
keampuhan dari pengobatan ini tidak dibuktikan melalaui penelitan ilmiah tetapi melalui
pengamatan para praktisi pengobatannya sendiri, dipandang lebih sebagai seni (art of
medicine) tidak seperti pengobatan barat yang dipandang sebagai bagian dari teknologi.
Pengobatan Tradisional
Pengobatan tradisional adalah pengobatan dan atau perawatan dengan cara, obat, dan
pengobatannya yang mengacu pada pengalaman dan keterampilan turun temurun dan
diterapkan sesuai dengan norma yang berlaku dalam masyarakat. Obat tradisional adalah
bahan atau ramuan bahan yang berupa bahan tumbuhan, bahan hewan, bahan mineral,
sediaan sarian (gelenik) atau campuran dari bahan tersebut secara turun-temurun telah
digunakan untuk pengobatan berdasarkan pengalaman.
Pengobatan tradisional (batra) adalah seseorang yang diakui dan dimanfaatkan oleh
masyarakat sebagai orang yang mampu melakukan pengobatan secara tradisional.
Jamu/obat tradisional adalah ramuan tradisional yang berasal dari tumbuh-tumbuhan
dan hasil-hasilnya atau hewan dari hasil-hasilnya, akar-akaran yang secara tradisional dapat
dianggap berkhasiat untuk menyembuhkan penyakit atau untuk memelihara kesehatan.
Bentuknya dapat berupa cairan, rajangan, bubuk, tablet, kapsul, parem dan sebagainya.

Jenis-jenis Pengobatan Tradisional


Jenis-jenis pengobatan tradisional yaitu sebagai berikut:
1. Pengobatan Aryuveda
Ayurveda atau pengobatan penyembuhan kuno India merupakan sistem pengobatan
holistik tertua di dunia. Pengobatan Ayurveda pertama kali dipelopori Dhanvantari sekitar
1.500 SM (Sebelum Masehi). Namun, baru sekitar tahun 200 SM, pengobatan Ayurveda
ditampilkan dalam bentuk tertulis dan menyeluruh.
Ayurveda mengajarkan teknik operasi, tanaman obat, terapi aroma, warna dan gaya
hidup sehat. Para pakar memperkirakan Ayurveda memiliki sejarah lebih panjang yakni
dirintis sekitar tahun 3.000 SM yang mencakup ajaran spiritual dan perilaku. Kitab Atreya
Samhita salah satu bagian Ayurveda merupakan buku medis tertua di dunia.
Pada zaman itu, luka pendarahan pada hidung lazim terjadi pada satu millennium SM
yang umum dilakukan dengan memotong hidung tawanan perang dan pada pertempuran.
Sekitar tahun 500 SM, Sushruta dari India berhasil mengadakan rhinoplastyatau operasi
mengembalikan bentuk hidung. Sushruta menjelaskan potongan kulit dari kepala dapat
tumbuh di bekas luka hidung yang terpotong.
Ayurveda adalah sistem kesehatan dan penyembuhan tradisional India yang sudah
dipraktikkan sejak ribuan tahun lalu. Dr. Swami Shankardev Saraswati, pakar yoga dari
Mangrove Mountain, New South Wales mengatakan, dalam pengertiannya, Ayurveda adalah
sistem pengobatan yang memahami, bahwa tubuh tiap orang itu unik dan butuh perlakuan
khusus.
Ayurveda atau ilmu tentang kehidupan merupakan sistem holistik kuno untuk
mendiagnosa serta mengobati. Metode pengobatan ini telah berumur ratusan tahun, dan
mungkin sistem kedokteran tertua yang dikenal manusia.
Ayurveda berbasis pada keseimbangan, seperti halnya konsep yin dan yang dalam
pengobatan Cina. Dalam Ayurveda dikenal Dosha- pembagian tubuh berdasarkan sifat
dasarnya, yaitu udara (Vata), air (Kapha) dan api (Pitta). Ketidakseimbangan unsur-unsur
tersebut akan menyebabkan penyakit.
Jauh sebelum Masehi, ahli-ahli pengobatan di India sudah lebih dulu mengetahui cara
menjahit luka, mengobati diare, mengangkat batu ginjal, serta mengerjakan bedah sederhana,
termasuk memperbaiki bentuk hidung. Ilmu pengobatan ini didokumentasikan
dalam Susrtuha Samhita, teks tertua yang diketahui mengenai metode bedah.
2. Pengobatan Tradisional Cina (Tionghoa)
Pengobatan tradisional Cina (Tionghoa) (Hanzi:) adalah praktik pengobatan
tradisional yang dilakukan di Cina dan telah berkembang selama beberapa ribu tahun. Praktek
pengobatan termasuk pengobatan herbal, akupunktur, dan pijat Tui Na. Pengobatan ini digolongkan
dalam kedokteran Timur, yang mana termasuk pengobatan tradisional Asia Timur lainnya
seperti Kampo (Jepang) dan Korea.
Pengobatan Tradisional Tionghoa percaya bahwa segala proses dalam
tubuh manusiaberhubungan dan berinteraksi dengan lingkungan. Oleh karena itu, penyakit
disebabkan oleh ketidakharmonisan antara lingkungan di dalam dan di luar tubuh seseorang. Gejala
ketidakseimbangan ini digunakan dalam pemahaman, pengobatan, dan pencegahan penyakit.
Teori yang digunakan dalam pengobatan didasarkan pada beberapa acuan filsafat termasuk
teori Yin-yang, lima unsur (Wu-xing), sistem meridian tubuh manusia (Jing-luo), teori organ Zang Fu,
dan lainnya. Diagnosis dan perawatan dirujuk pada konsep tersebut. Pengobatan tradisional Cina
tidak jarang berselisih dengan kedokteran Barat, namun beberapa praktisi mengombinasikannya
dengan prinsip kedokteran berdasarkan pembuktian.

Sejarah
Sebagian besar filosofi pengobatan tradisional Cina berasal dari filsafat Taois dan
mencerminkan kepercayaan purba Cina yang menyatakan pengalaman pribadi seseorang
memperlihatkan prinsip kausatif di lingkungan. Prinsip kausatif ini berhubungan dengan takdir dari
surga.
Selama masa kejayaan Kekaisaran Kuning pada 2696 sampai 2598 SM, dihasilkan karya
yang terkenal yakni Neijing Suwen ( ) atau Pertanyaan Dasar mengenai Pengobatan
Penyakit Dalam, yang dikenal juga sebagai Huangdi Neijing.
Ketika masa dinasti Han, Chang Chung-Ching, seorang walikota Chang-sa, pada akhir abad
ke-2 Masehi, menulis sebuah karya Risalat Demam Tifoid, yang mengandung referensi pada Neijing
Suwen. Ini adalah referensi ke Neijing Suwen terlama yang pernah diketahui.
Pada masa dinasti Chin, seorang tabib akupunktur, Huang-fu Mi (215-282 Masehi), juga
mengutip karya Kaisar Kuning itu pada karyanya Chia I Ching. Wang Ping, pada masa dinasti Tang,
mengatakan bahwaia memiliki kopi asli Neijing Suwen yang telah ia sunting.
Bagaimanapun, pengobatan klasik Tionghoa berbeda dengan pengobatan tradisional
Tionghoa. Pemerintah nasionalis, pada masanya, menolak dan mencabut perlindungan hukum pada
pengobatan klasiknya karena mereka tidak menginginkan Cina tertinggal dalam hal perkembangan
ilmu pengetahuan yang ilmiah. Selama 30 tahun, pengobatan klasik dilarang di Cina dan beberapa
orang dituntut oleh pemerintah karena melakukan pengobatan klasik. Pada tahun 1960-an, Mao
Zedong pada akhirnya memutuskan bahwa pemerintah tidak dapat melarang pengobatan klasik. Ia
memerintahkan 10 dokter terbaik untuk menyelidiki pengobatan klasik serta membuat sebuah bentuk
standar aplikasi dari pengibatan klasik tersebut. Standarisasi itu menghasilkan pengibatan tradisional
Tionghoa.
Kini, pengobatan tradisional Tionghoa diajarkan hampir di semua sekolah kedokteran di Cina,
sebagian besar Asia, dan Amerika Utara.
Walauapun kedokteran dan kebudayaan Barat telah menyentuh Cina, pengobatan tradisional
belum dpata tergantikan. Hal ini disebabkan oleh banyak faktor sosiologis dan antropologis.
Pengobatan tradisional dipercaya sangat efektif, dan kadang-kadang dapat berfungsi sebagai obat
paliatif ketik kedokteran Barat tidak mampu menangani lagi, seperti pengobatan rutin pada
kasus flu dan alergi, serta menangani pencegahan keracunan.
Cina sangat dipengaruhi oleh marxisme. Pada sisi lain, dugaan supranatural bertentantangan
pada kepercayaan Marxis, materialisme dialektikal. Cina modern membawa pengobatan tradisional
Cina ke sisi ilmiah dan teknologi serta meninggalkan sisi kosmologisnya.

Praktek pengobatan
Pada dunia Barat, pengobatan tradisional Tionghoa dianggap sebagai pengobatan alternatif.
Bagaimanapun, di Republik Rakyat Cina dan Taiwan, hal ini menjadi bagian tak terpisahkan dengan
sistem kesehatan.
Pengobatan tradisional merupakan bentuk intervensi terapi yang tidak invasif, berakar dari
kepercayaan kuno, termasuk di dalamnya konsep kepercayaan kuno. Pada abd ke-19, para praktisi
pengobatan tradisional ini masih memiliki pengetahuan yang terbatas mengenai penyakit infeksi, dan
pemahaman ilmu kedokteran Barat seperti biokimia. Mereka menggunakan teori-teori yang telah
berumur ribuan tahun yang didasarkan pengalaman dan pengamatan serta sebuah sistem prosedur
yang menjadi dasar pengobatan dan diagnosis.
Tidak seperti beberapa bentuk pengobatan tradisional yang telah punah, pengobatan
tradisional Tionghoa kini menjadi bagian dari pengobatan modern dan bagian sistem kesehatan di
Cina. Dalam beberapa dekade belakangan ini, banyak ahli kedokteran Barat yang juga meneliti
kebenaran pengobatan tradisional Tionghoa ini.
Pengobatan tradisional Cina sering diterapkan dalam membantu penanganan efek
samping kemoterapi, membantu perawatan keteragantungan obat terlarangan, dan merawat berbagai
kondisi kronis yang oleh pengobatan konvensional dianggap mustahil untuk disembuhkan.

Diagnosis
Terdapat empat macam metoe diagnosis pada pengobatan tradisional Tionghoa: mengamati
( wng), mendengar dan menghidu ( wn), menanyakan riwayat ( wn), dan menyentuh (
qi). The pulse-reading component of the touching examination is so important that Chinese patients
may refer to going to the doctor as "Going to have my pulse felt".

Teknik diagnosis
Palpasi atau merasakan denyut nadi arteri rasialis pasien pada enam posisi
Mengamati keadaan lidah pasien
Mengamati wajah pasien
Menyentuh tubuh pasien, terutama bagian abdomen
Mengamati suara pasien
Mengamati permukaan telinga
Mengamati pembuluh darah halus pada jalur telunjuk kanak-kanak
Membandingkan kehangatan relatif atau suhu pada beberapa bagian tubuh
Mengamati bau badan pasien
Menanyakan efek permasalahannya
Pemeriksaan lain tanpa alat dan melukai pasien

Teknik perawatan
Dalam sejarahnya, terdapat delapan cara pengobatan:
1. Tui na () - terapi pijat
2. Akupunktur ()
3. Obat herbal Tionghoa()
4. Terapi makanan Tionghoa ( )
5. Qigong () dan latihan meditas - pernapasan lainnya
6. T'ai Chi Ch'uan () dan seni bela diri Tionghoa lainnya
7. Feng shui ()
8. Astrologi Tionghoa
Pengobatan Modern
Pengobatan modern adalah pengobatan yang dilakukan secara ilmiah atau telah
diujicobakan dengan sebuah penelitian dan dapat dipertanggungjawabkan yang dipelajari
dalam ilmu kedokteran yang merupakan cabang ilmu kesehatan yang mempelajari tentang
cara mempertahankan kesehatan dan menyembuhkan manusia dari berbagai jenis penyakit.
Ilmu kedokteran meliputi pengetahuan tentang sistem tubuh manusia dan penyakit serta cara
pengobatannya. Dalam pengobatan modern ada empat hal yang akan dibahas yaitu pasien,
rumah sakit, perawat dan dokter.
1. Pasien
Pasien adalah orang yang melakukan konsultasi masalah kesehatannya untuk memperoleh
pelayanan kesehatan yang yang diperlukan baik secara langsung maupun tidak langsung
kepada dokter.
Tingkah Laku Sakit
Mechanic dan Volkhart (1961) mendefinisikan tingkah laku sakit sebagai suatu cara-
cara dimana gejala-gejala ditanggapi, dievaluasi dan diperankan oleh seorang individu yang
mengalami sakit, kurang nyaman, atau tanda-tanda lain dari fungsi tubuh yang kurang baik.
Tingkah laku sakit dapat terjadi tanpa peranan sakit dan peranan pasien.
Seorang dewasa yang bangun tidur dengan leher sakit menjalankan peranan sakit, maka ia
harus memutuskan apakah ia akan minum aspirin dan mengharapkan kesembuhan atau
memanggil dokter.
Namun demikian ini bukanlah tingkah laku sakit, hanya apabila penyakit itu telah
didefinisikan secara cukup serius sehingga menyebabkan seseorang tersebut tidak dapat
melakukan sebagaian atau seluruh peranana normalnya yang berarti mengurangi dan
memberikan tuntutan tambahan atas tingkah laku peranan orang-orang di sekelilinngnya,
maka barulah dikatakn bahwa seseorang itu melakukan peranan sakit. Apabila kemudian
dokter dihubungi dan si individu bertindak menurut instruksinya maka peranan pasien itu
menjadi kenyataan.
Tingkah laku sakit, peranan sakit dan peranan pasien sangat dipengaruhi oleh faktor-
faktor seperti kelas sosial, suku bangsa, dan budaya yang berlaku di suatu tempat.
Peranan Sosial Penyakit
1. Penyakit merupakan pelepasan dari tekanan yang tak tertahankan
2. Penyakit membantu untuk menanggung kegagalan pribadi
3. Sakit dapat digunakan untuk memperoleh perhatian
4. Penyakit dapat digunakan sebagai control social
5. Penyakit dapat dijadikan salat untuk menghapus perasaan berdosa
Tahapan sakit
1. Tahap pengalaman gejala-gejala (keputusan bahwa ada yang tidak beres)
2. Asumsi dari keadaan sakit (keputusan bahwa seseorang sakit dan membutuhkan perawatan
profesional )
3. Tahapan kontak perawatan medis (keputusan untuk mencari perawatan medis profesional)
4. Tahap peranan ketergantungan pasien (keputusan untuk mengalihkan pengawasan kepada
dokter dan menerima serta mengikuti pengobatan yang ditetapkan)
5. Kesembuhan atau keadaan rehabilitasi (keputusan untuk mengakhiri peranan pasien)

2. Rumah Sakit
Rumah sakit adalah sebuah institusi perawatan kesehatan profesional yang pelayanannya disediakan
oleh dokter, perawat, dan tenaga ahli kesehatan lainnya.
Terminologi
Selama Abad pertengahan, rumah sakit juga melayani banyak fungsi di luar rumah sakit yang kita
kenal di zaman sekarang, misalnya sebagai penampungan orang miskin atau persinggahan musafir.
Istilah hospital (rumah sakit) berasal dari kata Latin, hospes (tuan rumah), yang juga menjadi akar
kata hotel dan hospitality (keramahan).
Beberapa pasien bisa hanya datang untuk diagnosis atau terapi ringan untuk kemudian meminta
perawatan jalan, atau bisa pula meminta rawat inap dalam hitungan hari, minggu, atau bulan. Rumah
sakit dibedakan dari institusi kesehatan lain dari kemampuannya memberikan diagnosa dan
perawatan medis secara menyeluruh kepada pasien.
Rumahsakit menurut WHO Expert Committee On Organization Of Medical Care: is an integral part of
social and medical organization, the function of which is to provide for the population complete health
care, both curative and preventive and whose out patient service reach out to the family and its home
environment; the hospital is also a centre for the training of health workers and for biosocial research
Tugas dan Fungsi
Berikut merupakan tugas sekaligus fungsi dari rumah sakit, yaitu :
Melaksanakan pelayanan medis, pelayanan penunjang medis,
Melaksanakan pelayanan medis tambahan, pelayanan penunjang medis tambahan,
Melaksanakan pelayanan kedokteran kehakiman,
Melaksanakan pelayanan medis khusus,
Melaksanakan pelayanan rujukan kesehatan,
Melaksanakan pelayanan kedokteran gigi,
Melaksanakan pelayanan kedokteran sosial,
Melaksanakan pelayanan penyuluhan kesehatan,
Melaksanakan pelayanan rawat jalan atau rawat darurat dan rawat tinggal (observasi),
Melaksanakan pelayanan rawat inap,
Melaksanakan pelayanan administratif,
Melaksanakan pendidikan para medis,
Membantu pendidikan tenaga medis umum,
Membantu pendidikan tenaga medis spesialis,
Membantu penelitian dan pengembangan kesehatan,
Membantu kegiatan penyelidikan epidemiologi,
Tugas dan fungsi ini berhubungan dengan kelas dan type rumah sakit yang di Indonesia terdiri dari
rumah sakit umum dan rumah sakit khusus, kelas a, b, c, d. berbentuk badan dan sebagai unit
pelaksana teknis daerah. perubahan kelas rumah sakit dapat saja terjadii sehubungan dengan
turunnya kinerja rumah sakit yang ditetapkan oleh menteri kesehatan indonesia melalui keputusan
dirjen yan medik.
Jenis-jenis rumah sakit
Rumah sakit umum
Melayani hampir seluruh penyakit umum, dan biasanya memiliki institusi perawatan darurat yang
siaga 24 jam (ruang gawat darurat) untuk mengatasi bahaya dalam waktu secepatnya dan
memberikan pertolongan pertama.
Rumah sakit umum biasanya merupakan fasilitas yang mudah ditemui di suatu negara, dengan
kapasitas rawat inap sangat besar untuk perawatan intensif ataupun jangka panjang. Rumah sakit
jenis ini juga dilengkapi dengan fasilitas bedah, bedah plastik, ruang bersalin, laboratorium, dan
sebagainya. Tetapi kelengkapan fasilitas ini bisa saja bervariasi sesuai kemampuan
penyelenggaranya.
Rumah sakit yang sangat besar sering disebut Medical Center (pusat kesehatan), biasanya melayani
seluruh pengobatan modern.
Sebagian besar rumah sakit di Indonesia juga membuka pelayanan kesehatan tanpa menginap
(rawat jalan) bagi masyarakat umum (klinik). Biasanya terdapat beberapa klinik/poliklinik di dalam
suatu rumah sakit.

Rumah sakit terspesialisasi


Jenis ini mencakup trauma center, rumah sakit anak, rumah sakit manula, atau rumah sakit yang
melayani kepentingan khusus seperti psychiatric (psychiatric hospital), penyakit pernapasan, dan lain-
lain.
Rumah sakit bisa terdiri atas gabungan atau pun hanya satu bangunan. Kebanyakan mempunyai
afiliasi dengan universitas atau pusat riset medis tertentu. Kebanyakan rumah sakit di dunia didirikan
dengan tujuan nirlaba.

Rumah sakit penelitian/pendidikan


Rumah sakit penelitian/pendidikan adalah rumah sakit umum yang terkait dengan kegiatan penelitian
dan pendidikan di fakultas kedokteran pada suatu universitas/lembaga pendidikan tinggi. Biasanya
rumah sakit ini dipakai untuk pelatihan dokter-dokter muda, uji coba berbagai macam obat baru atau
teknik pengobatan baru. Rumah sakit ini diselenggarakan oleh pihak universitas/perguruan tinggi
sebagai salah satu wujud pengabdian masyararakat / Tri Dharma perguruan tinggi.
Rumah sakit lembaga/perusahaan
Rumah sakit yang didirikan oleh suatu lembaga/perusahaan untuk melayani pasien-pasien yang
merupakan anggota lembaga tersebut/karyawan perusahaan tersebut. Alasan pendirian bisa karena
penyakit yang berkaitan dengan kegiatan lembaga tersebut (misalnya rumah sakit militer, lapangan
udara), bentuk jaminan sosial/pengobatan gratis bagi karyawan, atau karena letak/lokasi perusahaan
yang terpencil/jauh dari rumah sakit umum. Biasanya rumah sakit lembaga/perusahaan di Indonesia
juga menerima pasien umum dan menyediakan ruang gawat darurat untuk masyarakat umum.

Klinik
Fasilitas medis yang lebih kecil yang hanya melayani keluhan tertentu. Biasanya dijalankan
olehLembaga Swadaya Masyarakat atau dokter-dokter yang ingin menjalankan praktek pribadi. Klinik
biasanya hanya menerima rawat jalan. Bentuknya bisa pula berupa kumpulan klinik yang disebut
poliklinik.

Sejarah
Dalam sejarah kuno, kepercayaan dan pengobatan berhubungan sangat erat. Salah satu contoh
institusi pengobatan tertua adalah kuil Mesir. Kuil Asclepius di Yunani juga dipercaya memberikan
pengobatan kepada orang sakit, yang kemudian juga diadopsi bangsa Romawi sebagai kepercayaan.
Kuil Romawi untuk sculapius dibangun pada tahun 291 SM di tanah Tiber, Roma dengan ritus-ritus
hampir sama dengan kepercayaan Yunani.
Institusi yang spesifik untuk pengobatan pertama kali, ditemukan di India. Rumah sakit Brahmanti
pertama kali didirikan di Sri Lanka pada tahun 431 SM, kemudian Raja Ashoka juga mendirikan 18
rumah sakit di Hindustan pada 230 SM dengan dilengkapi tenaga medis dan perawat yang dibiayai
anggaran kerajaan.
Rumah sakit pertama yang melibatkan pula konsep pengajaran pengobatan, dengan mahasiswa
yang diberikan pengajaran oleh tenaga ahli, adalah Akademi Gundishapur di Kerajaan Persia.
Bangsa Romawi menciptakan valetudinaria untuk pengobatan budak, gladiator, dan prajurit
sekitar 100 SM. Adopsi kepercayaan Kristiani turut memengaruhi pelayanan medis di sana. Konsili
Nicea Ipada tahun 325 memerintahkan pihak Gereja untuk juga memberikan pelayanan kepada
orang-orang miskin, sakit, janda, dan musafir. Setiap satu katedral di setiap kota harus menyediakan
satu pelayanan kesehatan. Salah satu yang pertama kali mendirikan adalah Saint Sampson di
Konstantinopel dan Basil, bishop of Caesarea. Bangunan ini berhubungan langsung dengan bagunan
gereja, dan disediakan pula tempat terpisah untuk penderita lepra.
Rumah sakit abad pertengahan di Eropa juga mengikuti pola tersebut. Di setiap tempat peribadahan
biasanya terdapat pelayanan kesehatan oleh pendeta dan suster (Frase Perancis untuk rumah sakit
adalah htel-Dieu, yang berarti "hostel of God."). Namun beberapa di antaranya bisa pula terpisah
dari tempat peribadahan. Ditemukan pula rumah sakit yang terspesialisasi untuk penderita lepra,
kaum miskin, atau musafir.
Rumah sakit dalam sejarah Islam memperkenalkan standar pengobatan yang tinggi pada abad 8
hingga 12. Rumah sakit pertama dibangun pada abad 9 hingga 10 mempekerjakan 25 staff
pengobatan dan perlakuan pengobatan berbeda untuk penyakit yang berbeda pula. Rumah sakit
yang didanai pemerintah muncul pula dalam sejarah Tiongkok pada awal abad 10.
Perubahan rumah sakit menjadi lebih sekular di Eropa terjadi pada abad 16 hingga 17. Tetapi baru
pada abad 18 rumah sakit modern pertama dibangun dengan hanya menyediakan pelayanan dan
pembedahan medis. Inggris pertama kali memperkenalkan konsep ini. Guy's Hospital didirikan
diLondon pada 1724 atas permintaan seorang saudagar kaya Thomas Guy. Rumah sakit yang
dibiayai swasta seperti ini kemudian menjamur di seluruh Inggris Raya. Di koloni Inggris di Amerika
kemudian berdiri Pennsylvania General Hospital di Philadelphia pada 1751. setelah terkumpul
sumbangan 2,000. Di Eropa Daratan biasanya rumah sakit dibiayai dana publik. Namun secara
umum pada pertengahan abad 19 hampir seluruh negara di Eropa dan Amerika Utara telah memiliki
keberagaman rumah sakit.

Rumah Sakit Dan Perkembangannya di Indonesia


Sejarah perkembangan rumah sakit di Indonesia pertama sekali didirikan oleh VOC tahun 1626 dan
kemudian juga oleh tentara Inggris pada zaman Raffles terutama ditujukan untuk melayani anggota
militer beserta keluarganya secara gratis. Jika masyarakat pribumi memerlukan pertolongan, kepada
mereka juga diberikan pelayanan gratis. Hal ini berlanjut dengan rumah sakit-rumah sakit yang
didirikan oleh kelompok agama. Sikap karitatif ini juga diteruskan oleh rumah sakit CBZ di Jakarta.
Rumah sakit ini juga tidak memungut bayaran pada orang miskin dan gelandangan yang memerlukan
pertolongan. Semua ini telah menanamkan kesan yang mendalam di kalangan masyarakat pribumi
bahwa pelayanan penyembuhan di rumah sakit adalah gratis. Mereka tidak mengetahui bahwa sejak
zaman VOC, orang Eropa yang berobat di rumah sakit VOC (kecuali tentara dan keluarganya) ditarik
bayaran termasuk pegawai VOC.

Komite Etik Rumah Sakit


Komite Etik Rumah Sakit (KERS), dapat dikatakan sebagai suatu badan yang secara resmi dibentuk
dengan anggota dari berbagai disiplin perawatan kesehatan dalam rumah sakit yang bertugas untuk
menangani berbagai masalah etik yang timbul dalam rumah sakit. KERS dapat menjadi sarana efektif
dalam mengusahakan saling pengertian antara berbagai pihak yang terlibat seperti dokter, pasien,
keluarga pasien dan masyarakat tentang berbagai masalah etika hukum kedokteran yang muncul
dalam perawatan kesehatan di rumah sakit. Ada tiga fungsi KERS ini yaitu pendidikan, penyusun
kebijakan dan pembahasan kasus. Jadi salah satu tugas KERS adalah menjalankan fungsi
pendidikan etika. Dalam rumah sakit ada kebutuhan akan kemampuan memahami masalah etika,
melakukan diskusi multidisiplin tentang kasus mediko legal dan dilema etika biomedis dan proses
pengambilan keputusan yang terkait dengan permasalahan ini. Dengan dibentuknya KERS,
pengetahuan dasar bidang etika kedokteran dapat diupayakan dalam institusi dan pengetahuan
tentang etika diharapkan akan menelurkan tindakan yang profesional etis. Komite tidak akan mampu
mengajari orang lain, jika ia tidak cukup kemampuannya. Oleh sebab itu tugas pertama komite adalah
meningkatkan pengetahuan anggota komite. Etika kedokteran dewasa ini berkembang sangat pesat.
Di Indonesia etika kedokteran relatif baru dan yang berminat tidak banyak sehingga lebih sulit
mencari bahan bacaan yang berkaitan dengan hal ini. Pendidikan bagi anggota komite dapat
dilakukan dengan belajar sendiri, belajar berkelompok, dan mengundang pakar dalam bidang agama,
hukum, sosial, psikologi, atau etika yang mendalami bidang etika kedokteran. Para anggota komite
setidaknya harus menguasai berbagai istilah/konsep etika, proses analisa dan pengambilan
keputusan dalam etika. Pengetahuan tentang etik akan lebih mudah dipahami jika ia diterapkan
dalam berbagai kasus nyata. Semakin banyak kasus yang dibahas, akan semakin jelaslah bagi
anggota komite bagaimana bentuk tatalaksana pengambilan keputusan yang baik. Pendidikan etika
tidak tebatas pada pimpinan dan staf rumah sakit saja. Pemilik dan anggota yayasan, pasien,
keluarga pasien, dan masyarakat dapat diikutsertakan dalam pendidikan etika. Pemahaman akan
permasalahan etika akan menambah kepercayaan masyarakat dan membuka wawasan mereka
bahwa rumah sakit bekerja untuk kepentingan pasien dan masyarakat pada umumnya. Selama ini
dalam struktur rumah sakit di Indonesia dikenal subkomite/panitia etik profesi medik yang merupakan
struktur dibawah komite medik yang bertugas menangani masalah etika rumah sakit. Pada umumnya
anggota panitia ini adalah dokter dan masalah yang ditangani lebih banyak yang berkaitan dengan
pelanggaran etika profesi. Mengingat etika kedokteran sekarang ini sudah berkembang begitu luas
dan kompleks maka keberadaan dan posisi panitia ini tidak lagi memadai. Rumah sakit memerlukan
tim atau komite yang dapat menangani masalah etika rumah sakit dan tanggung jawab langsung
kepada direksi. Komite memberikan saran di bidang etika kepada pimpinan dan staf rumah sakit yang
membutuhkan. Keberadaan komite dinyatakan dalam struktur organisasi rumah sakit dan
keanggotaan komite diangkat oleh pimpinan rumah sakit atau yayasan rumah sakit. Proses
pembentukan KERS ini, rumah sakit memulainya dengan membentuk tim kecil yang terdiri dari
beberapa orang yang memiliki kepedulian mendalam dibidang etika kedokteran, bersikap terbuka dan
memiliki semangat tinggi. Jumlah anggota disesuaikan dengan kebutuhan. Keanggotaan komite
bersifat multi disiplin meliputi dokter (merupakan mayoritas anggota) dari berbagai spesialisasi,
perawat, pekerja sosial, rohaniawan, wakil administrasi rumah sakit, wakil masyarakat, etikawan, dan
ahli hukum.

3. Dokter
Menurut UU No. 29 Tahun 2004 tentang Praktik Kesehatan, Profesi dokter adalah suatu
pekerjaan kedokteran yang dilaksanakan berdasarkan suatu keilmuan, kompetensi yang
diperoleh melalui pendidikan berjenjang dan kode etik yang bersifat melayani.
Merujuk pada kode etik dokter, peran dokter dapat dirinci sebagai berikut:
a. Dokter sebagai pendidik
b. Dokter sebagai pengembang teknologi layanan kesehatan
c. Dokter sebagai pengabdi masyarakat
d. Dokter adalah pembelajar
4. Perawat
Perawat (nurse) berasal dari bahasa Latin nutrix yang berarti merawat atau memelihara.
Perwat adalah orang yang dididik menjadi tenaga para medis untuk menyelenggarakan
perawatan orang sakit atau secara khusus untuk mendalami bidang perawatan tertentu.
Peran perawat sebagai individu yaitu sebagai berikut:
a. Peran sebagai pelaksana (care giver)
b. Peran sebagai pendidik
c. Peran sebagai pengelola
d. Peran sebagai peneliti
Kelebihan dan Kekurangan Pengobatan Tradisional
Ada beberapa pengobatan tradisional yang banyak digunakan oleh masyarakat untuk
mengobati penyakit yang dideritanya. Namun ada keuntungan dan kerugian dibalik
pengobatan alternatif ini.
Selama ini masyarakat mengenal pengobatan konvensional yaitu dengan
menggunakan obat-obatan medis, dan juga pengobatan alternatif seperti akupuntur dan
relaksasi yang masih diperdebatkan.
Berikut ini beberapa keuntungan dan kerugian dari pengobatan alternatif yang dilakukan,
seperti dikutip dari Lifemojo, Jumat (22/7/2011) yaitu:
Keuntungan
1. Menggunakan pendekatan holistic
Kebanyakan dasar dari pengobatan alternatif adalah untuk mengobati kondisi dan bukan
gejala karenanya ia akan berfokus pada perawatan seluruh tubuh. Untuk itu biasanya
pengobatan ini tidak hanya untuk fisik tapi juga kesehatan spiritual dan emosional pasien.
2. Pengobatannya lebih personal
Terapi alternatif umumnya bersifat personal tergantung pada kebutuhan pasien, karenanya ia
tidak bisa diproduksi massal dan terfokus pada tubuh pasien sehingga secara individu.
3. Mengurangi stress
Stres adalah faktor penting dalam mempengaruhi sistem kekebalan tubuh seseorang. Terapi
alternatif seperti yoga dan meditasi bisa membantu mengurangi stres, hal ini akan membantu
memerangi penyakit dan meningkatkan sistem kekebalan tubuh.
Kerugian
1. Membutuhkan waktu penyembuhan yang lama
Terapi alternatif umumnya tidak bisa memberikan penyembuhan secara instan sehingga
membutuhkan waktu lebih lama untuk menyembuhkan dibanding dengan pengobatan
konvensional.
2. Diperlukan ketelatenan dari pasien
Beberapa pengobatan alternatif memerlukan adanya perubahan gaya hidup untuk menunjang
terapi agar bisa bekerja lebih baik, sehingga diperlukan disiplin dan ketelatenan dari pasien.
3. Penelitiannya masih terbatas
Beberapa obat alternatif kini telah banyak diuji secara ilmiah dan terbukti efektif. Tapi
sebagian besar obat-obatan yang digunakan belum diuji secara ilmiah dan disetujui oleh
pemerintah setempat.

Kepustakaan
http://www.lawskripsi.com/index.php?option=com_content&view=article&id=80&Itemid=8
0
http://www.acicis.murdoch.edu.au/hi/field_topics/ewalcott.doc
http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/3700/1/fkm-zulkifli5.pdf
http://ksupointer.com/ayurveda-sistem-pengobatan-kuno-dari-india
http://id.wikipedia.org/wiki/Pengobatan_tradisional_Tionghoa
http://yuniawan.blog.unair.ac.id/files/2008/03/sehatsakit.pdf
http://id.wikipedia.org/wiki/Rumah_sakit
http://www.detikhealth.com/read/2011/07/22/090431/1686700/766/plus-minus-pengobatan-
alternatif?ld991103763
fik.unissula.ac.id/download/Tingkah%20Laku%20Sakit.ppt

Anda mungkin juga menyukai