Anda di halaman 1dari 25

Fitoterapi

KONTRASEPSI ORAL
Oleh:
• Adhetria Ramadhanty
• Erina Reggiany
• Eka Putri Anggraeni
• Adilla Suchi Ananda
• Ari Dewiyanti
• Muhammad Maftukhin

ALLPPT.com _ Free PowerPoint Templates, Diagrams and Charts


Apa itu Kontrasepsi?
 Kontra  Melawan/Mencegah
 Konsepsi  Pertemuan antara sel telur matang dengan sel sperma
yang mengakibatkan kehamilan
 Kontrasepsi adalah menunda atau mencegah terjadinya kehamilan
sebagai akibat adanya pertemuan antara sel telur dengan sel sperma
 Untuk itu, berdasarkan pengertiannya, maka yang membutuhkan
kontrasepsi adalah pasangan yang aktif melakukan hubungan seks
dan kedua-duanya memiliki kesuburan normal namun tidak
menghendaki kehamilan

(Suratun dkk, 2008)


Macam-macam Kerja Kontrasepsi
1. Menekan keluarnya sel telur (ovulasi)
2. Menghalangi masuknya sperma ke dalam saluran kelamin wanita sampai
mencapai ovum
3. Menghalangi nidasi

Macam-macam Kontrasepsi
Kontrasepsi Oral
Pil Kontrasepsi Oral
Pil Kombinasi
- Keefektivitasannya secara teoritis hampir 100, dengan angka kegagalan 0,1 – 1,7
Keuntungan
a) Efektifitasnya tinggi, dapat dipercaya jika dimakan sesuai
pakinya
b) Pemakai pil dapat hamil lagi, bila mana dikehendaki kesu
buran dapat kembali dengan cepat
c) Tidak mengganggu kegiatan seksualitas suami istri
d) Siklus hait menjadi teratur
e) Dapat menghilangkan keluhan nyeri haid (dismenorea)
f) Untuk pengobatan kemandulan, kadang – kadang dapat d
ipakai untuk memancing kesuburan
g) Untuk mengobati wanita dengan perdarahan yang tidak te
ratur
h) Untuk mengobati perdarahan haid pada wanita usia muda
(Mochtar, 1998).
Pil Kontrasepsi Oral
Kontraindikasi:
Tidak dianjurkan bagi perempuan hamil, menyusui eksklusif,
perdarahan, hepatitis, jantung, stroke, kencing manis, kanker
payudara dan wanita yang tidak menggunakan pil secara teratur
tiap hari (Saifuddin, 1996).

Efek Samping:
Berupa mual muntah, pertambahan berat badan, perdarahan tidak
teratur, retensi cairan, edema, mastalgia, sakit kepala, timbulnya
jerawat, alopesia, dan keluhan ringan lainnya. (Keluhan ini berlan
gsung pada bulan-bulan pertama pemakaian pil)
Tanaman berkhasiat
Kontrasepsi
1. Kapas (Gossypium herbaceum L.)
Morfologi Tumbuhan
 Berakar tunggang
 Batang tumbuh tegak, berbulu di beberapa bagian
batang, berwarna hijau tua, merah atau hijau
bernoktah merah
 Daun dan cabangnya tumbuh dari ketiak setiap
ruas batang. Bentuk daun normal mempunyai 5 su
Klasifikasi Tumbuhan
dut (lekukan). Bentuknya bundar seperti jantung,
Kingdom : Plantae
berwarna hijau, hijau kemerahan, dan merah
Divisi : Angiospermae  Bunga mulai mekar pada pagi hari (jam 6-7) dan la
Ordo : Malvales yu pada siang harinya. Tiap cabang generatif
Famili : Malvaceae dapat tumbuh 6-8 bunga. Mahkota bunga,
Genus : Gossypium jumlahnya 5 buah dan terletak di dalam kelopak
Spesies : Gossypium herbaceum L. bunga, berwarna putih,
kuning muda, gading, dan kuning kemerahan,
berbentuk bulat telur, bulat, dan ada yang segi tiga
Kapas (Gossypium herbaceum L.)
Kandungan Kimia
Buah, bunga dan daun tanaman
kapas mengandung senyawa
• saponin, flavonoida, polifenol,
dan alkaloid.
Kulit akar mengandung
• gossipol, asparagine,
Gossipol berkhasiat menekan produksi sperma
campuran resin, dan arginine
dan merangsang kontraksi rahim. Tingginya
Minyak dan biji mengandung kadar asam lemak tak jenuh menyebabkan
• sekitar 2% gossipol dan penggunaannya tidak akan meningkatkan kadar
flavonoid serta kandungan kolesterol darah
asam lemak tak jenuh yaitu
asam linoleat dan asam oleat
. (Dewasasri M. Wardani, 2018).
Kapas (Gossypium herbaceum L.)

Efek Farmakologis
 Mengatasi Nyeri siklus menstruasi wanita dan perdarahan tidak teratur,
 Menghilangkan plasenta setelah melahirkan dan meningkatkan laktasi.
 Gangguan Pencernaan : Perdarahan, mual, dan diare, serta demam dan sakit kepala

Sumber: (Elena Yalli, PharmD, Maria Kostka-Rokosz, PharmD, Lana Dvorkin, PharmD, Julia Whelan MS, 2004
)
 Ekstrak biji kapas, gossypol, juga memiliki potensi penggunaan sebagai kontrasepsi pria. Dalam penel
itian tikus lab, dapat menghentikan kehamilan lebih awal
Sumber: (Grieve, M., Khan S, Balick MJ, 2001)

 Menurunkan kadar glukosa darah,


 mencegah pembentukan atherosclerosis dan penyakit jantung koroner.
Sumber: (C Velmurugan, A Bhargava. 2014).
Kapas (Gossypium herbaceum L.)

Uji PraKlinis
• Penelitian oleh Coutinho (2002) menyebutkan bahwa dengan
• dosis 15 mg/hari selama 12 minggu pemakaian dapat menyebabkan infertilitas,
• dosis 10 mg/hari selama 32 minggu pemakaian juga menyebabkan infertlitas.
• Pengaruh gosipol bersifat reversible, sehingga ketika dihentikan penggunaannya, maka
tingkat fertilitas sperma akan kembali seperti semula. Selain sebagai bahan kontrasepsi
pria, gosipol juga dapat digunakan sebagai alat kontrasepsi wanita.
• Pada penelitian yang lain didapatkan hasil bahwa pemberian ekstrak biji kapas menurunkan
jumlah embrio mencit. Hasil penelitian lanjut, viabilitas embrio mencit yang terbentuk setelah
kultur secara in vitro selama 48 jam lebih rendah dibandingkan dengan kontrol.
• Dosis yang efektif dalam penelitian ini adalah 2.7 g/kg BB yang diberikan secara oral yang diduga
mengakibatkan terjadinya kerusakan pada oosit tikus sehingga pada koleksi embrio di hari
keempat kebuntingan ditemukan oosit yang tidak terfertilisasi sekitar 25%. Berdasarkan efek yang
ditimbulkan, ekstrak biji kapas memiliki zat antifertilitas dan dapat diklasifikasikan sebagai bahan k
ontrasepsi herbal (Zayani, 2016).
Kapas (Gossypium herbaceum L.)

Dosis :
Dosis ekstrak biji kapas yang digunakan secara
oral sekitar 10-15 mg/kgBB per hari.
(Coutinho, 2002).

Efek Samping :
• rasa lemah sementara yang terjadi pada fase awal pengobatan
• rasa mual dan muntah dan menurunnya hasrat seksual.
• Ibu hamil dilarang minum rebusan biji dan akar kapas karena
dapat menyebabkan keguguran (Dewasasri M. Wardani, 2018).
2. Pepaya (Carica papaya)
Klasifikasi tumbuhan Morfologi Tumbuhan
Kingdom : Plantae  berbatang tegak dan basah. Tinggi pohon pepaya dapat
Divisi : Tracheophyta mencapai 8 sampai 10 meter dengan akar yang kuat.
Ordo : Brassicales  bunganya berwarna putih
Famili : Caricaceae  buahnya yang masak berwarna kuning kemerahan, rasa
Genus : Carica L. nya seperti buah melon.
Spesies : Carica papaya L.  Helaian daunnya menyerupai telapak tangan manusia.
Apabila daun pepeya tersebut dilipat menjadi dua bagian
persis ditengah, akan nampak bahwa daun pepaya
tersebut simetris.
 Rongga dalam pada buah pepaya berbentuk bintang
apabila penampang buahnya dipotong melintang.
 Pepaya berasal dari Amerika, Hawaii, dan Filipina

(Thomas A.N.S., 1989).


Pepaya (Carica papaya)
Kandungan Kimia Efek Farmakologis
 Daun pepaya banyak mengandung senyawa  Mulai dari akar, daun, bunga, buah dan biji pepaya
alkaloid seperti papain, karpain, glikosid,
berkhasiat untuk sembelit, asma, hipertensi, bronkitis, dan
karposid dan saponin,
kanker.
 Buah pepaya mengandung papain,
karbohidrat, beta-karotene, vitamin A, B dan  Selain itu buah pepaya muda di Asia telah digunakan
C, dan asam amino untuk menggugurkan kandungan (aborsi) (Tietze, 1997,
 Biji pepaya mengandung protein, karbohidrat, Wijayakusumah, 2000).
karpain dan glukosid cacarin
 Menurut Setiawan (2006) papain yang terdapat di dalam
(Wijayakusuma, 2000).
getah pepaya dapat melarutkan atau meluruhkan protein
 Tietze (1997) menyatakan bahwa papain
merupakan salah satu senyawa yang paling yang berperan dalam penempelan zigot pada dinding
banyak ditemukan di dalam getah pepaya endometrium uterus (implantasi).
yaitu sebanyak 5,3%.  Pemberian ekstrak biji papaya dapat menyebabkan infertil
 Selain itu, kandungan papain paling banyak
dengan berkurangnya jumlah sperma dan motilitas yang
terdapat di dalam buah pepaya muda
(Warisno, 2003). menurun (Pathak et al. 2003).
Pepaya (Carica papaya)

Berdasarkan hasil penelitian Rochmah S. (2009) bahwa pemberian getah buah pepaya
(Carica papaya L.) varietas Cibinong dengan cara gavage dengan dosis 0,6 g/kg BB
Uji Pra- dan dosis 1 g/kg BB pada mencit betina sebelum kawin selama 14 hari memberikan
pengaruh nyata terhadap kehilangan/ kematian praimplantasi embrio pada mencit
Klinis betina. Fenomena tersebut diduga karena pengaruh papain yang terdapat di dalam
getah buah pepaya yangyang mengganggu proses implantasi zigot pada dinding
endometrium uterus.

Pemberian dosis menurut Oderinde, et al. (2002) sebanyak 0,6-1 g/kg BB secara oral
Dosis selama 14 hari.

Gangguan pencernaan, batu ginjal akibat terlalu banyak kandungan vitamin C,


ES gangguan pernapasan, mengalami gastrointestinal, hasrat seksual menurun, dan
menyebabkan keguguran pada ibu hamil
3. Tripterygium wilfordii
Klasifikasi Tumbuhan
Kingdom : Plantae
Ordo : Celastrales
Famili : Celastraceae
Genus : Tripterygium
Species : Tripterygium wilfordii
Binomial : Tripterygium wilfordii Hook.f.

Kandungan Kimia
Lebih dari 60 senyawa telah diisolasi dari ber
bagai bagian tanaman. Kebanyakan, kandun
gan senyawanya berupa diterpenoid, triterpe
noid dan alkaloid.(You., 2000)
Tripterygium wilfordii

Uji Praklinis

.
• Pada laki-laki, secara signifikan menurunkan jumlah dan aktivitas sperma. dosis oral
10 mg/kg/hari, menghilangkan secara total kesuburan tikus uji dalam waktu 8 ming
gu dan kesuburan kembali normal 5 minggu kemudian setelah berhenti pemberian.
• Pada wanita, menyebabkan irregulasi siklus seksual dan keringanan rahim. Diamati
otot uterus tikus menipis, sel-sel kelenjar endo-metrium menurun
• pengaruh lebih kuat pada hewan jantan daripada hewan betina pada dosis yang sa
ma.
• antifertilitas diterpenes
epoksida telah diidentifikasi : triptolide, tripdiolide, triptolidenol, tripchloride dan 16-hyd
roxytriptolide. (You., 2000)
Tripterygium wilfordii
Dosis : 3-4 gram (You., 2000)
60–90 mg / hari (Lampiao., 2011)

Efek Samping :
mual, muntah, sakit perut, diare, sembelit dan anoreksia.. Aplikasi jangka panjang dapat meny
ebabkan infertilitas, tetapi kesuburan akan dipulihkan setelah penghentian obat selama lebih d
ari setengah tahun. tidak ada efek yang pada keturunan . Pada wanita, menyebabkan amenor
e setelah 2-3 bulan pengobatan. Reaksi merugikan lainnya adalah penurunan jumlah sel dara
h putih, kerusakan pada jantung, hati, ginjal dan sistem saraf pusat. (You., 2000)
4. Areca Catechu (Biji Pinang)
Klasifikasi tumbuhan
Kingdom : Plantae
Divisi : spermatophyte
Ordo : arecales
Famili : arecaceae/palmae
Genus : areca
Spesies : Areca catechu L.
Morfologi Tumbuhan:
 Berakar serabut, putih kotor
 Batang tegak lurus bergaris tengah 15 cm dengan tinggi 15-20 m.
 Buahnya berkecambah setelah 1,5 bulan dan 4 bulan kemudian mempunyai
jambul daun-daun kecil yang belum terbuka.
 Berbuah setelah berumur 7 tahun, dan bunganya dapat hidup 25-30 tahun.
 Biji buah berwarna kecoklatan sampai coklat kemerahan
 Berdaun majemuk menyirip tumbuh berkumpul di ujung batang membentuk
roset batang. Pelepah daun berbentuk tabung, panjang 80 cm, tangkai daun
pendek. Panjang helaian daun 1-1,8 m, anak daun mempunyai panjamg 85
cm, lebar 5 cm, dengan ujung sobek dan bergigi.
Areca Catechu (Biji Pinang)

Kandungan Kimia

Biji pinang mengandung arecoline, yaitu senyawa alkaloid aktif (Agusta, 2001).
Selain arecoline, pinang juga mengandung, arecaidine, arecaine, guvacine,
arecolidine, guvacoline, isoguvacoline, dan coline (Anonimus, 2001).

Efek Farmakologis
• Pada mencit jantan, paparan arecoline merubah morfofungsi gonad, pada domba menyebabkan
abnormalitas spermatozoa dan menghambat sintesis DNA sel-sel ke-cambah dan sel-sel lainnya
pada manusia (Sinha dan Rao, 1985) serta menghambat proses spermatogenesis pada ayam
jantan (Susila, 2003).
• Selain itu, hasil penelitian Kiong-Er et al. (2006) menunjukkan bahwa induksi arecoline secara in
vitro mampu menurunkan motilitas spermatozoa.
• Indikasi dari mengunyah buah pinang jangka panjang dapat menyebabkan penurunan berat
badan dan penurunan tingkat kelangsungan hidup pada hamster (Chiang et al., 2004).
Areca Catechu (Biji Pinang)
Toksisitas

Telah dilaporkan bahwa WEAN mengakibatkan tanda-tanda


toksisitas reproduksi termasuk penurunan jumlah sperma dan
motilitas sperma dan induksi kelainan substansial dalam
morfologi sperma. Kemudian, studi lain menunjukkan itu
arecoline (0,067, 0,67 dan 6,7 mg / kg / hari, selama 4,5 hari)
adalah racun bagi embrio selama tahap peri-implantasi pada
tikus. Juga telah dilaporkan bahwa mengunyah kombinasi
kacang pinang dan aditif tembakau secara signifikan lebih
mungkin menyebabkan ketergantungan. Mengunyah buah
pinang dapat beresiko hiperglikemia dan diabetes tipe 2. Selain
itu, mengunyah pinang juga dapat mengakibatkan terjadinya
penyakit kardiovaskular, sindrom metabolik dan peradangan.
5. Pare (Momordica charantia, L)

Pare merupakan tanaman semak semu


sim yang dapat tumbuh di dataran rendah dan
dapat ditemukan tumbuh liar di tanah terlantar,
tegalan, ataupun dapat ditanam di pekarangan
dengan dirambatkan di pagar. Pare tumbuh
menjalar atau merambat dengan sulur yang
Klasifikasi Tumbuhan berbentuk spiral, daunnya berbentuk tunggal,
Division : Spermatophyta
berbulu, berbentuk lekuk, dan bertangkai
sepanjang ± 10 cm serta bunganya berwarna
Subdivision: Angiospermae
kuning muda. Batang pare dapat mencapai
Class : Dicotyledoneae
panjang ± 5 cm dan berbentuk segilima. Memiliki
Ordo : Cucurbitales
buah menyerupai bulat telur memanjang dan
Family : Cucurbitaceae
berwarna hijau, kuning sampai jingga dengan rasa
Genus : Momordica yang pahit (Suwarto, 2010).
Spesies : Momordica charantia
Pare (Momordica charantia, L)

Kandungan Kimia
• Kandungan zat aktif yang terkandung dalam buah pare di antaranya kukurbitacin yang berkhasiat
sebagai anti mitosis dapat digunakan sebagai antispermatogenesis (Jannah, 2009).
• Dalam Kajian Fertilitas, kandungan bahan aktif triterpenoid dalam pare berperan dalam
memperbaiki sel-sel granulosa pada ovarium, pada sel-sel granulose ovarium akan menghasilkan
suatu inhibidin yang menghambat sekresi gonadotropin hormone FSH dan sinyalir hormone LH
(Kaneko et al., 2003).

Uji Praklinis
• Pemberian ekstrak pare dapat menurunkan kadar testosteron mencit (Wuryantari, 1990). Penelitian
yang lain membuktikan ekstrak pare dapat menurunkan kualitas spermatozoa dan jumlah
anak yang dilahirkan akibat perkawinan mencit jantan perlakuan dengan betina normal (Harminani,
1990).
• Ekstrak pare berpengaruh pada penurunan kualitas sperma dan jumlah sel spermatogenik.
Dengan dosis 250, 350, 450, 550 mg/kg BB/hari selama satu bulan belum berpengaruh terhadap
kualitas spermatozoa dan jumlah sel spermatogenik.
Pare (Momordica charantia, L)

Efek Farmakologis

 Pemanfaatan buah pare bagi masyarakat Jepang bagian selatan sebagai obat pencahar, laksatif,
dan obat cacing.
 Di India, ekstrak buah pare digunakan sebagai obat diabetic, obat rematik, obat gout, obat penyakit
liver dan obat penyakit limfa.
 Di Indonesia, buah pare selain dikenal sebagai sayuran, juga secara tradisional digunakan sebagai
peluruh dahak, obat penurun panas dan penambah nafsu makan. Selain itu, daunnya
dimanfaatkan sebagai peluruh haid, obat luka bakar, obat penyakit kulit dan obat cacing
(Adimunca, 1996).
 Makin meningkatnya industri obat, khususnya obat kontrasepsi dalam dasawarsa terakhir ini telah
memacu usaha pemanfaatan tumbuhan yang berfungsi sebagai kontrasepsi. Penggunaan zat
antispermatogenik bukan hormone yang berasal dari tanaman antara lain biji kapas (Gossypium
acuminatum) yang menghasilkan zat antispermatogenik : Gossypol, dan buah pare (Momordica
charantia) zat aktifnya adalah cucurbitacin yang juga bersifat anti mitosis (Widotama, 2008).
DAFTAR PUSTAKA

Anda mungkin juga menyukai