Unit Pengolahan Amoniak
Unit Pengolahan Amoniak
Desulfurizer :
Gas alam sebagai bahan baku proses dialirkan ke dalam Desulfurizer (102-DA/DB ) yang
berisikan sponge iron yaitu potongan-potongan kayu yang telah di impregnasi dengan
Fe2O3. Sponge iron berfungsi menyerap sulfur yang ada dalam gas alam. Masing-
masingDesulfurizer mempunyai volume 68,8 M3. Umur operasinya diperkirakan 90 hari
untuk kandungan H2S di dalam gas alam maksimum 80 ppm dan keluar dariDesulfurizer
dengan kandungan H2S dalam gas menjadi 5 ppm. Reaksi yang terjadi adalah :
Fe2O3 + 3H2S ----> Fe2S3 + 3H2O
Operasi dilakukan dalam keadaan jenuh dan basa (pH antara 8,0 sampai 8,5). Keadaan jenuh
dimaksud agar H2S dapat teradsorbsi oleh air dan kemudian bereaksi dengan Fe2O3,
sedangkan kondisi basa diperlukan karena sponge iron bersifat basa. Untuk mencapai
keadaan tersebut maka diinjeksikan Na2CO3 sebanyak 4 sampai 10% wt secara berkala.
Gas masuk keAbsorber dari bagian bawah dan larutan aMDEA dari bagian atas sehingga
terjadi kontak langsung antara keduanya. Larutan yang telah mengikat CO2 diregenerasi
diStripper (1102-E) selanjutnya di vent ke udara. Selain mengikat CO2, larutan aMDEA juga
mampu mengikat hidrogen sulfida sehingga produk CO2 hasil regenerasi di CPU tidak dapat
digunakan sebagai produk samping dikarenakan pada proses berikutnya di pabrik urea
memerlukan CO2 murni yang tidak mengandung hidrogen sulfida dan impurities lainnya.
Proses penyerapan CO2 dilakukan pada tekanan tinggi dan temperatur rendah sedangkan
pelepasan dilakukan pada tekanan rendah dan temperatur tinggi karena pada kondisi inilah
kedua reaksi diatas berlangsung optimum.
Final Desulfurizer :
Final Desulfurizer (108-D) merupakan vessel yang berisi dua unggun katalis, bed bagian atas
berisi katalis Nickel Molibdate yang berfungsi untuk mengubah sulfur organik yang terdapat
di dalam gas umpan menjadi sulfur anorganik (H2S) dengan mereaksikannya dengan
hidrogen, dan unggun bagian bawah berisi katalis ZnO yang berfungsi untuk menyerap H2S
yang terbentuk dari unggun pertama. Reaksinya adalah :
Sebelum masuk ke Final Desulfurizer, tekanan gas dinaikan 39 sampai 44 kg/cm2G dengan
Feed Gas Commpressor (102-J). Temperatur gas yang masuk ke Final Desulfurizer 371oC.
Bila temperatur di bawah 371oC yaitu pada temperatur 320oC akan terjadi reaksi metanasi
yang menyebabkab kenaikan temperatur di Final Desulfurizer sendiri, sedangkan
temperatur di atas 371oC yaitu pada temperatur 400oC akan terbentuk karbamat karena
ada kandungan NH3 dalam gas H2 recycle dan CO2 dalam gas umpan. Kandungan H2S
didalam gas outlet Final Desulfurizer diharapkan lebih kecil dari 0,1 ppm.
Primary Reformer :
Gas proses masuk ke Primary Reformer bersama dengan superheated steam dengan
perbandingansteam dengan karbon 3,2 : 1 untuk mengubah hidrokarbon menjadi CO, CO2
dan H2. Bila rasios team dengan karbon lebih kecil dari 3,25 menyebabkan terjadinya reaksi
karbonasi (carbon formation atau carbon cracking) yang mengakibatkan ketidak aktifan
katalis karena pemanasan setempat.
Ada dua jenis katalis yang di gunakan untuk kelangsungan reaksi reforming pada Primary
Reformer, yaitu katalis nikel (ICI254 ) dibagian atas dan nikel (ICI 574) pada bagian
bawah. Reaksi yang terjadi di Primary reformer adalah sebagai berikut :
Reaksi pada Primary Reformer berlangsung secara endotermis (menyerap panas). Sumber
panas dihasilkan dari 80bur ner dengan tipe pengapian ke bawah untuk memanaskan 128
tube katalis. Temperatur gas inlet reformer 490oC. Temperatur reaksi dijaga 823oC pada
tekanan 41 kg/cm2G. Jika temperatur lebih rendah maka reaksi akan bergesar ke arah kiri
(reaktan).
Primary Reformer terdiri dari dua seksi, yaitu seksi radiasi dan seksi konveksi. Pada seksi
radian merupakan ruang pembakaran dimana terdapat tube katalis dan burner. Tekanan di
Primary Reformer dijaga -7 mmH2O supaya perpindahan panas lebih efektif dan api tidak
keluar dan untuk menjaga kevakuman dipakai Induct Draft Fan (101-BJ1T). Sedangkan udara
pembakaran untuk burner disuplai oleh Force Draft Fant (101-BJ2T)
Seksi konveksi merupakan ruang pemamfaatan panas dari gas buang hasil pembakaran di
radian oleh beberapa coil, yaitu :
Shift Converter :
Gas CO dalam gas proses yang keluar dari Secondary Reformer diubah menjadi CO2 pada
shift converter yang terdiri atas dua bagian yaitu :
a.High Temperature Shift Converter (61-104 D1).
b.Low Temperature Shift Converter (61-104 D2).
High Temperature Shift Converter (HTS) (61-104-D1) beroperasi pada temperatur 350
sampai 420oC dan terkanan 30 kg/cm2G berisi katalis besi yang berfungsi mengubah CO
dalam proses menjadi CO2 dengan kecepatan reaksi berjalan cepat sedangkan laju
perubahannya (konversi) rendah. Reaksi yang terjadi adalah sebagai berikut :
Gas proses yang keluar dari High Temperature Shift Converter (HTS) (61- 104-D1), sebelum
masuk ke LTS (61-104-D2) yang berisi katalis Cu diturunkan temperaturnya di dalam alat
penukar panas. Proses yang terjadi pada LTS (61-104- D2) sama dengan proses yang ada di
High Temperature Shift Converter (HTS)Kondisi operasi pada LTS yaitu pada tekanan 39
kg/cm2G dan temperatur 246oC dengan kecepatan reaksi berjalan lambat sedangkan laju
perubahannya tinggi.
Gas umpan dialirkan ke absorber dan dikontakkan langsung dengan larutan activated
MDEA(Methyl Diethanol Amine) dengan konsentrasi 40% wt. CO2 dalam gas stream di
serap secara proses fisis dan kimia. Kemudian larutan aMDEA diregenerasi pada tekanan
rendah dan temperatur tinggi di stripper.
Gas dengan temperatur 70oC masuk keabsorber melalui inlet sparger dan mengalir ke atas
melalui packed bed. Larutanlean dari atas tower mengalir ke bawah melalui packed bed
sehingga terjadi kontak langsung antara gas sintesa dengan lean solution, sehingga CO2
dapat terserap ke larutan. Gas sintesa yang telah bebas dari CO2 keluar dari top tower
menuju ke unit Synthesa Loop dengan temperatur 48oC dengan komposisi CO2 leak 0,1%
vol. CO2 yang telah terlucuti mengalir ke atas melalui bagian direct contact cooler yang
dilengkapi tray untuk didinginkan menggunakan air yang disirkulasikan dengan pompa,
sehingga temperatur CO2 di top stripper menjadi 40oC. Fungsitr ay di direct contact cooler
adalah untuk memperluas area kontak antara dua fluida sehingga didapatkan hasil yang
optimum. Selanjutnya CO2 tersebut dialirkan ke unit Urea untuk diproses lebih lanjut.
Proses penyerapan CO2 di Main CO2 Removal juga dilakukan pada tekanan tinggi dan
temperatur rendah sedangkan pelepasan dilakukan pada tekanan rendah dan temperatur
tinngi.
Methanator :
Fungsi dariMethanator (61-106-D) adalah untuk merubah gas CO dan CO2 yang masih lolos
dari Main CO2 Removal menjadi CH4.Methanator merupakan suatu bejana yang diisi
dengan katalis nikel terkalsinasi (penukaran logam kepada oksidanya dengan cara
pembakaran). Reaksi yang terjadi adalah :
Methanator beroperasi pada tekanan 26,7 kg/cm2G dan temperatur 330oC. Karena panas
yang dihasilkan dari reaksi ini, maka temperatur gas sintesa naik menjadi 366oC. Oleh
karena itu, kandungan CO dan CO2 dalam gas yang keluar dari CO2
Absorber dibatasi maksimal 0,1% vol agar tidak terjadioverheating. Gas sintesa
keluaranMethanator mempunyai batasan kandungan CO dan CO2 maksimum 10 ppm.
Gas sintesa masuk ke LPC dengan temperatur 38oC dan tekanan 24,1 kg/cm2G, kemudian
dikompresikan menjadi 63,4 kg/cm2G dan temperatur 67,4oC. Sedangkan pada bagian HPC,
gas sintesa bercampur dengan gasrecycle dari ammonia konverter. Gas sintesa umpan
memasuki ammonia konverter dengan temperatur 141oC dan tekanan 147 kg/cm2G melalui
bagian samping reaktor.
Reaktor ini dibagi menjadi dua bagian berdasarkan fungsinya, yaitu ruang katalis atau ruang
konversi dan ruang penukar panas (heat exchanger). Reaksi yang terjadi pada ammonia
konverter adalah sebagai berikut :
Sedangkan hidrogen yang diperoleh dikembalikan ke sintesa loop untuk diproses kembali
menjadi ammonia. Prism separator merupakan inti dari peralatan pada HRU. Prism
separator menggunakan prinsip pemilihanpermeation (perembesan) gas melalui membran
semi permeabel. Molekul gas akan berpindah melalui batas membrane jika tekanan parsial
dari gas lebih rendah dari tekanan di sebelahnya. Membran ini tediri dari hollow fiber yang
terdiri dari sebuah bundle hollow fiber yang mempunyai seal pada setiap ujungnya dan
melalui tube sheet.Bundle ini dipasang dalam bentuk pressure vessel. Setiap separator
mempunyai 3 buah nozzles, satu di inlet dan dua buah di outlet.
Dalam operasi gas memasuki inlet nozzle dan melewati bagian luar hollow fiber. Hidrogen
permeate melalui membran lebih cepat dari pada gas lain. Gas yang akan di daur ulang
memasuki HP prism separator 103-LL1A dan 103-LL1B secara paralel melalui bottom nozzle
dan didistribusikan ke bundle hollow fiber dishell sidenya. Gas kaya hidrogen permeate
lewat melalui pori hollow fiber, melewati internal tube sheet, dan keluar melalui nozzle
outlet. Hidrogen yang keluar dari kedua prism tersebut merupakan produk high pressure
permeate dan dialirkan ke Syn Gas Compressor 1st Stage Cooler(61-130-C) dengan tekanan
57 kg/cm2g. Aliran tail gas yang meninggalkan shell side dari HP prism separator di letdown,
kemudian mengalir ke LP prism separator (61-103-LL2A, 2B, 2D, 2E, 2F) untuk proses
pemisahan selanjutnya.Permeate dari LP prism seperator ini merupakan produklow
pressure permeate dan dikirim ke up stream methanator Effluent Cooler (61-115-C) dengan
tekanan 31 kg/cm2g. Tail gas kemudian meninggalkan shell side LP prism separator dengan
kondisi minim hidrogen dan gas non-permeate. Gas non-permeate terdiri dari inert gas
methan dan argon yang di buang dari ammonia synthesis loop, dan digunakan sebagai
bahan bakar diprimary
reformer
Air umpan boiler dari utilitas masuk ke Deaerator (101-U) untuk menghilangkan oksigen
terlarut dengan cara mekanis (steam bubbling dan stripping) dan secara kimia (injeksiH ydr az
ine) ke dalamD eaer ator, kemudian dikirim dengan BFW Pump (104-J) ke Steam Drum (101-
F) melalui alat-alat penukar panas.
Steam yang keluar dari steam drum dipanaskan di High Pressure Stam Superheater (102-C)
hingga temperatur 327oC dan tekanan 105 kg/cm2G, kemudian dipanaskan lagi di HP Steam
Super Heat Coil (101-BCS1/BCS2) untuk menghasilkan superheated steam (steam SX) dengan
temperatur 510oC dan tekanan 123 kg/cm2G
Produk steam SX yang dihasilkan sebesar 211 ton/jam digunakan untuk penggerak turbin Air
Compressor (101-JT) sebesar 80 ton/jam dan penggerak turbin Syngas Compressor (103-JT),
selebihnya diturunkan tekanannya menjadi steam SH. Exhaust dari steam tersebut adalah
steam SH bertekanan 42,2 kg/cm2G dan temperatur 510oC, digunakan untuk menggerakkan
turbin-turbin yang lain yaitu :
Pemakaian terbesar steam SH adalah untuksteam proses diprimary Reformer yaitu sebesar
81 ton/jam dan sekitar 30 ton/jam di impor ke unit Urea. Steam SHdari letdown turbin-
turbin di atas menghasilkan steam SL bertekanan 3,5 kg/cm2G dan temperatur 219oC,
digunakan sebagai media pemanas di reboiler,sebagai steam bubling/striping Deaerator dan
sebagai steam ejektor.
Kondensat steam dari reboiler dikirim kembali keDeaerator sebagai air umpan
Boiler.Sedangkan condensing steam SX dari turbin dikirim ke Surface Condenser (101-JC)
untuk di kondensasikan dengan air pendingin, kemudian dikirim keoff site sebesar 54
ton/jam dan sebagian kecil digunakan sebagai make up jaket water, make up aMDEA sistem
dan sebagai pelarut bahan-bahan kimia.
Demikianlah Proses Pembuatan Ammonia yang selanjutnya di kirim ke Urea Plant bersama
CO2 sebagai bahan baku untuk pembuatan Pupuk Urea. Silahkan Lihat Unit Proses
Pembuatan Urea