Anda di halaman 1dari 12

HUBUNGAN KADAR SERUM BIKARBONAT YANG TINGGI DAN

RISIKO GAGAL JANTUNG PADA PASIEN DENGAN PENYAKIT


GINJAL KRONIK: LAPORAN STUDI CHRONIC RENAL
INSUFFICIENCY COHORT (CRIC)

Mirela Dobre, MD; Wei Yang, PhD; Qiang Pan, MA; Lawrence Appel, MD; Keith Bellovich, MD; Jing
Chen, MD; Harold Feldman, MD; Michael J. Fischer, MD; L. L. Ham, MD; Thomas Hostetter, MD;
Bernard G. Jaar, MD; Radhakrishna R. Kallem, MD; Sylvia E. Rosas, MD; Julia J. Scialla, MD; Myles
Wolf, MD; Mahboob Rahman, MD; and the CRIC Study Investigators* *

Latar Belakang- Kadar serum bikarbonat pada pasien penyakit ginjal kronis (PGK)
bervariasi setiap waktu, dan hal ini memberikan dampak yang buruk pada sistem
kardiovaskular. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengadakan analisis longitudinal
terbaru untuk mengevaluasi hubungan antara kadar serum bikarbonat dengan manifestasi
klinis jangka panjang seperti gagal jantung, arterosklerosis, penyakit ginjal (penurunan laju
filtrasi glomerulus atau perburukan penyakit ginjal), dan kematian.

Metode dan Hasil- Kadar serum bikarbonat diukur setiap tahun pada 3586 responden dengan
penyakit ginjal kronis yang terdaftar pada studi Chronic Renal Insufficiency Cohort (CRIC).
Marginal structural models dibuat untuk mengintegrasi seluruh pengukuran yang dapat
dilakukan untuk mengukur kadar serum bikarbonat dan pengukuran untuk faktor perancu
nya. Selama 6 tahun penelitian, 512 responden berkembang menjadi gagal jantung kongestif
(26/1000 orang-tahun) dan 749 responden mengalami perburukan penyakit ginjal (37/1000
orang-tahun). Selama penelitian, risiko terjadinya gagal jantung dan kematian lebih tinggi
pada responden yang memiliki kadar serum bikarbonat >26 mmol/L (HR 1.66; 95% CI, 1.23
sampai 2.23, dan HR 1.36, 95% CI 1.02 sampai 1.82, secara berurutan) dibandingkan dengan
responden yang mempunyai kadar serum bikarbonat 22-26 mmol/L,setelah menyesuaikan
dengan demografi, komorbiditas, medikasi seperti diuretik, LFG, dan proteinuria. Responden
yang memiliki kadar serum bikarbonat <22 mmol/L meiliki risiko perburukan penyakit ginjal
sampai dua kali lipat (HR 1.97; 95% CI, 1.50 sampai 2.57) dibandingkan dengan responden
dengan serum bikarbonat 22-26 mmol/L.

Kesimpulan- Kadar serum bikarbonat >26 mmol/L berhubungan dnegan peningkatan risiko
gagal jantung dan kematian. Studi lebih lanjut dibutuhkan untuk mengetahui angka optimal
serum bikarbonat pada pasien PGK untuk mencegah komplikasi. (J Am Heart Assoc.
2015;4:e001599 doi: 10.1161/JAHA.114.001599)

Kata Kunci: Penyakit ginjal kronis, gagal jantung, serum bikarbonat

Diperkirakan lebih dari 20 juta berhubungan dengan retensi ion hidrogen,


orang Amerika menderita penyakit ginjal peningkatan keasaman interstisial ginjal,
kronis (PGK).1 Penyakit kardiovaskular dan peningkatkan endotelin dan aldosteron,
disebut sebagai penyebab utama morbiditas walaupun dalam keadaan plasma bikarbonat
dan mortalitas pasien PGK.2 Maka dari itu yang rendah.4 Asidosis metabolik adalah
penelitian untuk mengidentifikasi faktor prediktor perkembangan penyakit ginjal5
risiko baru yang meningkatkan risiko dan beberapa penelitian dengan intervensi
penyakit jantung pada PGK sangat menunjukkan bahwa terapi dasar dilakukan
dibutuhkan. Perkembangan PGK yang dengan membentuk natrium bikarbonat atau

Universitas Tarumanagara 1
dengan diet sederhana dengan demografik dan karakterisktik klinis,
mengonsumsi buah dan sayur dapat termasuk fungsi ginjal.
memperbaiki keasaman interstisial ginjal,
mengurangi endotelin dan aldosteron, dan Metode
menghambat perkembangan PGK.6-10 Desain Penelitian & Populasi
Namun, masih harus dilakukan penelitian Studi Chronic Renal Insufficiency Cohort
apakah perubahan lingkungan asam (CRIC) menggunakan 3939 responden
memiliki dampak pada penurunan kejadian yang berusia 2-74 tahun dengan LFG 0,33-
penyakit kardiovaskular. Selain itu, angka 1,17 mL/s per m2 (20-70 mL/meni per 1,73
serum bikarbonat yang optimal untuk m2) dari Juni 2003 sampai Desember 2008
sistem kardiovaskular belum dievaluasi di 7 klinik berbeda di Amerika Serikat
pada penelitian. Efek kadar serum (Ann Arbor, MI;Baltimore, MD; Chicago,
bikarbonat yang tinggi pada pasien PGK IL; Cleveland, OH; New Orleans,
belum banyak dipelajari, karena LA;Philadelphia, PA; and Oakland, CA).
kebanyakan penelitian fokus pada asidosis Desain penelitian dan karakteristik
metabolik. responden sudah dipublikasikan pada
Studi observasional menunjukan penelitian sebelumnya.19-21 Kriteria eksklusi
kadar serum bikarbonat berhubungan pada penelitian ini adalah responden yang
dengan perkembangan penyaki ginjal dan pernah menerima terapi cuci darah 1 bulan
mortalitas, dengan kadar paling baik antara terakhir, responden dengan gagal jantung
24-26 mmol/L,11-16 yang menyebabkan para NYHA III-IV, ginjal polikistik, atau
peneliti menyarankan untuk menjaga kadar penyakit ginjal primer termasuk responden
serum bikarbonat diatas 22 mmol/L pada imunosupresi, infeksi Human
pasien PGK.17 Penelitian kami di studi Immunodeficiency Virus (HIV), responden
Chronic Renal Insufficiency Cohort (CRIC) yang hamil, responden yang tidak bersedia
menunjukkan peningkatan risiko terjadinya menandatangani inform consent.
gagal jantung sebesar 14% setiap kenaikan Responden dipantau dengan kunjungan
1 mmol/L (HR, 1.14; 95% CI, 1.03 to 1.26; oleh peneliti selama setahun sekali dan
P=0.02) dan 3% penurunan risiko telepon dua kali setahun. Populasi akhir
perburukan ginjal pada kenaikan 1 mmol/L penelitian ini berjumlah 3586 responden
(HR, 0.97; 95% CI, 0.94 to 0.99; P=0.01).5 setelah 353 responden dieksklusi. Tidak
Semua penelitian yang disebutkan diatas ada perbedaan signifikan antara responden
menggunakan penilaian single point untuk penelitian dan responden yang dikeluarkan
menentukan kadar serum bikarbonat, tanpa dari penelitian. Responden penelitian
mempertimbangkan variasi bikarbonat diberikan lembar inform consent secara
selama waktu kewaktu yang sering terjadi tertulis dan mengijinkan peneliti untuk
pada populasi pasien PGK. Marginal menggunakan rekam medis responden
Structure Models (MSMs) adalah alat untuk tujuan penelitian, dan rsponden
statistik modern yang dapat memperkirakan dipantau decara berkala dibawah protocol
efek dari suatu paparan dan yang yang telah disetujui institusi pada setiap
terpengaruh oleh factor perancu pada studi CRIC clinical center.
longitudinal.18
Tujuan dari analisis ini adalah untuk Pengumpulan Data
mengetahui hubungan antara kadar serum
bikarbonat dan kejadian gagal jantung, Prediktor Utama
perburukan penyakit ginjal, dan kematian Kadar serum bikarbonat diukur setiap
menggunakan pengukuran serum tahun menggunakan prosedur enzimatik
bikarbonat dan penyesuaian yang tepat dengan phosphoenolpyruvate carboxylase
untuk factor perancu. Peneliti juga mencari pada Ortho Vitros platform di
efek modifikasi yang potensial dengan Laboratorium Universitas Pennsylvania.

Universitas Tarumanagara 2
Nilai rata-rata serum bikarbonat ditentukan dan cystatin C melalui rumus CRIC. Waktu
dari nilai rata-rata serum bikarbonat pada penurunan LFG diinput melalui asumsi
saat pertemuan pertama dan kunjungan- linear pada fungsi ginjal antara responden
kunjungan sebelumnya. Analisis terkini yang datang pada pemeriksaan tahunan.
menunjukkan peningkatan kadar serum Kematian diapstikan melalu laporan
bikarbonat 1mmol/L secara berkala dan oleh keluarga, surat kematian, berita duka,
dikategorikan menjadi: <22 mmol/L, 22-26 rekam medis, dan hubungannya dengan
mmol/L, dan >26 mmol/L Social Security Death Master File.

Hasil Kovariat
Hasil penelitian untuk meneliti kejadian Informasi klinis dan demografik
gagal jantung, kejadian aterosklerosis, didapatkan dengan kunjungan dengan
progresi penyakit ginjal, dan kematian, kuesioner, wawancara, dan pemeriksaan
dipastikan melalu penelitian selama Maret fisik. Riwayat penyakit kardiovaskular
2012. Responden yang dipantau diperiksa termasuk riwayat infark miokard,
pada akhir pemantauan apakah ada pasien revaskularisasi, gagal jantung, stroke,
yang loss to follow up, atau meninggal penyakit arteri perifer. Perokok
tergantung yang terjadi lebih dulu. didefinisikan sebagai laporan penggunaan
Peneliti mengidentifikasi rokok responden dan minimal telah
kemungkinan terjadinya gagal jantung merokok 100 batang rokok. Dalam setiap
melalui pendataan informasi di rumah sakit. pemantauan, responden ditanyakan tentang
Dua peneliti meneliti kejadian gagal penggunaan obat-obatan yang digunakan
jantung dan mengklasifikasikannya menjadi selama 30 hari sebelumnya. Seluruh obat
mungkin atau pasti. Kriteria untuk gagal anti hipertensi dikategorikan menjadi
jantung kongestif adalah kombinasi gejala penggunaan obat dan total penggunaan anti
(sesak nafas saat aktivitas, paroxysmal hipertensi dikalkulasikan. Serum kreatinin
nocturnal dyspnea, dan orthopneu), diikuti diukur di laboratorium sentral CRIC dengan
oleh perubahan radiografi (edema metode enzimatik (www.orthoclinical.com)
pulmonary, kongesti) atau penemuan pada selama Oktober 2008 dan dengan metode
pemeriksaan fisik yang berhubungan (dua Jaffe (www.beckmancoulter.com)
atau tiga gejala berikut: ronki paru, gallop setelahnya, dan distandarisasi ke nilai
S3, distensi vena jugularis >5 cm, dan massa dilusi isotop spektometri.23,24 Total
edema perifer). protein urin selama 24 jam diukur
Kejadian aterosklerosis termasuk menggunakan metode turbidometrik
infark miokard, kelainan serebrovaskular, (www.roche-diagnostics.us) selama
atau penyakit pembuluh darah perifer. Oktober 2008 dan menggunakan
Kriteria infark miokard diklasifikasikan spektrofotometrik
menjadi infark miokard pasti dan mungkin, (www.beckmancoulter.com) sesudahnya.
termasuk kombinasi gejala nyeri dada, EKG Glukosa dideteksi menggunakan metode
abnormal, dan peningkatan biomarker enzimatik berpasangan
jantung. Prosedur penyakit vaskular perifer (www.orthoclinical.com) selama Oktober
dipastikan melalui International 2008 dan dengan metode deplesi oksigen
Classification of Disease, revisi ke 9. (www.beckmancoulter.com) setelahnya.
Perburukan penyakit ginjal Diabetes melitus didefinisikan dengan gula
didefinisikan sebagai gabungan antara end darah puasa >7mmol/L (126 mg/dL), gula
stage renal disease atau penurunan LFG darah sewaktu >11,1 mmol/L (200 mg/dL),
sebasar 50% dari baseline. End stage renal atau menggunakan insulin atau dengan obat
disease didefinisikan pasien dialisis atau anti diabetik.25 Hipertensi didefinisikan
penerima transplantasi ginjal. Perkiraan sebagai tekanan darah sistolik 140 mm
LFG dikalkulasikan melalui serum kreatinin

Universitas Tarumanagara 3
Hg, diastolik 90 mm Hg atau penggunaan jugapada kategori yang berbeda (<22, 22-
obat anti hipertensi.26 26, dan >26 mmol/L).
MSMs membandingkan skenario
Analisa Statistik yang berbeda yang dapat terjadi bpada
Statistika deskriptif dan distribusi variabel seluruh subjek dalam penelitian. Sebagai
serum bikarbonat diciptakan. Selama contoh, apa yang akan terjadi bila kadar
pengamatan, serum bikarbonat serum bikarbonat seluruh responden >26
diklasifikasikan sebagai <22 mmol/L, 22-26 mmol/L dibandingkan dengan apa yang
mmol/L dan >26mmol/L, tiap dikategorikan akan terjadi bila bila kadar serum
sebagai 0%, 1%-20%, 20.1%-40%, 40.1%- bikarbonat seluruh responden 26-26
99.9%, dan 100% pada waktu pengamatan. mmol/L. Sebagai contoh, bila hazard ratio
Proporsi responden pada tiap kategori untuk gagal jantung adalah 1,66 untuk
selama waktu pengamatan digambarkan kelompok serum bikarbonat >26 mmol/L,
dengan grafik. Nilai-nilai dikalkulasikan risiko gagal jantung akan meningkat 66%
secara menyeluruh termasuk nilai baseline bila kadar bikarbonat seluruh responden
serum bikarbonat. Marginal Structural >26 mmol/L selama pemantauan, dan bila
Models di desain untuk mengestimasi efek kadar serum bikarbonat seluruh responden
kumulatif dari paparan selama beberapa 22-26 mmol/L. Interpretasi yang sama
periode saat factor bias berubah setiap berlaku untuk hasil penelitian lainnya.
waktu.18 Kami menggunakan informasi Untuk penjelasan lebih detail tentang MSM
terkini dari serum bikarbonat dengan terdapat dalam data S1.
menguji nilai tengah dari bikarbonat pada Kami menelusuri efek modifikasi
setiap kunjungan untuk memastikan efek oleh karakteristik yang terpilih termasuk
kausal rata-rata pada hasil klinisnya. ras/etnis, diabetes, dan fungsi ginjal (LFG
Kovariat penting berhubungan dengan <45 dan 45 mL/min per 1.73 m). Interaksi
gagal jantung dan penyakit ginjal, seperti dimasukkan dalam MSMs dan stratifikasi
proteinuria dan LFG yang bervariasi dan analisa variabel ini dilaporkan. Seluruh
kemudian mungkin dapat memprediksi analisa dilakukan menggunakan SAS 9.3
kadar serum bikarbonat. Maka dari itu, (SAS Institute, Cary, NC). Seluruh analisa
untuk memperhitungkan faktor pembias statistik adalah 2 sisi dan P<0.05
kami menyesuaikan marginal structural dinyatakan bermakna.
model (MSMs) yang menggunakan model
regresi logisistik. Model ini dapat Hasil
dibandingkan dengan standar model risiko Penelitian ini mengikutsertakan 3568
proporsional.18 Bobot untuk setiap responden dengan GGK dari CRIC. Usia
pengamatan di MSMs berbanding terbalik rata-rata pada penelitian ini adalah 5811
dengan probabilitas riwayat tingkat (SD) tahun, LFG rata-rata adalah 0.75
bikarbonat subjek yang diamati dalam mL/s per m2 (44.9 mL/min per 1.73 m2),
database. Hazard ratio dan 95% confidence angka tengah ekskresi protein urine total
intervals (95% CI) digunakan untuk semua selama 24 jam adalah 0,2 g/hari dan angka
model. Seluruh model penelitian tengah serum bikarbonat adalah 24
disesuaikan dengan umur, jenis kelamin, mmol/L. Pada studi cohort 1631 (41.8%)
ras/etnis, klinik pusat, LFG, proteinuria, adalah Afrika-Amerika, 1763 (45.2%)
diabetes, tekanan darah sistolik, penyakit adalah perempuan dan 1896 (48.6%)
jantung, PPOK, konsumsi rokok, menderita diabetes. Responden Afrika-
penggunaan obat diuretik dan alkali, Amerika, berusia tua, penderita diabetes,
lipoprotein densitas rendah, faktor menggunakan diuretik, dan memiliki
pertumbuhan fibroblast 23, protein reaktif- indeks massa tubuh yang lebih tinggi lebih
C sensitivitas tinggi. Hazard ratio serum sering memiliki kadar serum bikarbonat
bikarbonat meningkat per 1 mmol/L dan >26 mmol/L. Responden yang lebih muda,

Universitas Tarumanagara 4
laki-laki, Hispanik, dan penderita 26 mmol/L (HR 1.00; 95% CI, 0.70-1.44;
hipertensi memiliki kecenderungan P=0.99) (Tabel 2). Penemuan yang serupa
memiliki kadar serum bikarbonat dibawah diobservasi saat risiko dari gagal jantung
22 mmol/L. Responden dengan LFG dan atau kematian dievaluasi dengan MSMs
hemoglobih lebih rendah, dan kreatinin (Tabel S1)
yang lebih tinggi, proteinuria, paratiroid
hormone, fosfor, dan FGF 23 memiliki Kejadian Aterosklerosis
kecenderungan memiliki kadar serum Tidak ada hubungan antara kadar serum
bikarbonat <22 mmol/L. Lihat tabel 1 bikarbonat dan kejadian aterosklerosis
untuk karakteristik lainnya. yang diuji sebagai variable kategori atau
Setiap nilai serum bikarbonat kelanjutan pada MSMs (Tabel S2).
responden direta-rata: nilai tengah serum
bikarbonat responden selama penelitian Penyakit Ginjal
berkisar antara 11-39 mmol/L (mean [SD]: Kejadian penyakit ginjal diobservasi pada
24.4 [2.7] mmol/L) (Gambar 1). 749 responden (37 kejadian per 1000
Gambar 2 menunjukkan distribusi orang-tahun) selama periode pengamatan.
dari pengamatan selama waktu penelitian Perburukan penyakit ginjal lebih banyak
dengan kadar serum bikarbonat diatas 26 terjadi pada responden yang memiliki
dan dibawah 22 mmol/L diantara seluruh kadar serum bikarbonat yang rendah. Pada
responden. Hampir 5% dari responden MSMs, risiko perburukan ginjal 7% lebih
CRIC memiliki kadar serum bikarbonat rendah setiap peningkatan 1 mmol/L kadar
lebih dari 26 mmol/L. Sebaliknya, 55,1% serum bikarbonat (HR 0.93, 95% CI 0.89-
responden memiliki kadar serum 0.96, P<0.001). Angka perburukan ginjal
bikarbonat dibawah 22 mmol/L. meningkat dua kali lipat pada responden
yang memiliki kadar serum bikarbonat <22
Gagal Jantung mmol/L dibandingkan dengan responden
Selama 6 tahun pengamatan, 512 dengan serum bikarbonat 22-26 mmol/L
responden berkembang menjadi gagal (HR 1.97, 95% CI 1.50-2.57, P<0.001).
jantung yang diklasifikasikan menjadi Tidak ada perbedaan kejadiaan penyakit
mungkin dan pastu (26 kejadian per 1000 ginjal pada responden yang memiliki
orang-tahun). Gagal jantung meningkat kadar serum bikarbonat >26 mmol/L
dengan peningkatan kadar serum selama waktu kewaktu dibandingkan
bikarbonat. Pada MSMs, kadar serum dengan responden yang memiliki kadar
bikarbonat terkini dan pada waktu lain, serum bikarbonat 22-26 mmol/L (HR 1.07,
risiko gagal jantung 8% lebih tinggi dengan 95% CI 0.75-1.53, P=0.69) (Tabel 2).
peningkatan serum bikarbonat 1 mmol/L
(hazard ratio [HR] 1.08, Kematian
95% confidence interval [CI] 1.04-1.13, Terdapat 639 kematian selama pengamatan
P<0.001). Kejadian gagal ajntung pada penelitian Cohort (28,7 kejadian per
meningkat 2 kali lipat bila kadar serum 1000 orang-tahun) Risiko kematian
bikarbonat pasien diatas 26 mmol/L berhubungan dengan angka rata-rata kadar
dibandingkan dengan kadar serum serum bikarbonat. Kadar serum bikarbonat
bikarbonat 22-26 mmol/L (HR 1.66, 95% >26 mmol/L memiliki risiko lebih tinggi
CI, 1.23-2.23, P<0.001). Tidak ada dari pada responden dengan kadar serum
perbedaan kejadiaan gagal jantung pada bikarbonat 22-26 mmol/L (HR 1.36, 95%
responden yang memiliki kadar serum CI, 1.02-1.82, P=0.03). Tidak ada
bikarbonat <22 mmol/L selama waktu hubungan antara kadar serum bikarbonat
kewaktu dibandingkan dengan responden dan kematian sebagai variabel yang
yang memiliki kadar serum bikarbonat 22- kontinyu pada MSMs (Tabel 3).
Tabel 1. Karakteristik Responden Penelitian CRIC

Universitas Tarumanagara 5
Kecuali dinyatakan lain, nilai adalah n (%) atau SD. ACE menunjukkan enzim pengubah angiotensin; ARB, angiotensin-receptor blocker;
CRIC, Chronic Renal Insufficiency Cohort; EGFR, perkiraan laju filtrasi glomerulus; HDL, high-density lipoprotein; LDL, low-density
lipoprotein.*
Nilai P diperoleh dari uji peringkat Kruskal-Wallis.
Obat anti-asidosis diwakili oleh: kalsium sitrat, magnesium sitrat, kalium sitrat, natrium bikarbonat, natrium laktat, natrium sitrat, natrium
asetat, trometamin, dan garam kalium laktasi.
Perkiraan LFG dihitung dari serum kreatinin dan cystatin C dengan menggunakan persamaan Studi CRIC.25 Median (kisaran
interkuartil).

Universitas Tarumanagara 6
Analisa Subgrup Walaupun diketahui pasien dengan GGK
Kami mengadakan analisa subgrup untuk memiliki predisposisi untuk terjadi
memastikan hubungan antara serum overload volume karena penurunan LFG,
bikarbonat dan gagal jantung dan penyakit hubungan independen antara serum
ginjal, ras/etnis, status diabetes, bikarbonat dan gagal jantung sangat kuat
proteinuria, dan LFG. Hubungan antara dalam penelitian ini, entah itu dengan LFG
serum bikarbonat dan gagal jantung dan atau proteinuria. Lebih jauh, perubahan
penyakit ginjal sangat kuat dan konsisten pada penggunaan diuretik, dapat secara
terhadap kategori ras/etnis, diabetes, fungsi potensial mempengaruhi serum bikarbonat,
ginjal (Gambar 3). tidak mempengaruhi kekuatan hubungan.
Kekuatan hubungan antara serum
bikarbonat >26 mmol/L and gagal jantung
menetap setelah responden yang
mengonsumsi obat anti asidosis (kalsium
sitrat, magnesium sitrat, kalium sitrat,
sodium bikarbonat, sodium laktat, sodium
sitrat, sodium asetat, trometamin, dan
kalim laktat saline) dikeluarkan (HR 1.66,
95% CI 1.23-2.24), mengidap PPOK (HR
1.54, 95% CI 1.13-2.09) atau penyakit
jantung (HR 1.72, 95% CI 1.04-2.85).
Hubungan antara serum bikarbonat < 22
mmol/L dan penyakit ginjal tetap kuat
untuk kelompok diatas. Analisis tidak Gambar 1. Distribusi nilai rata-rata serum
mengikutsertakan responden yang bikarbonat pada responden CRIC selama penelitian.
CRIC mengindikasikan Chronic Renal Insufficiency
mengonsumsi diuretik tidak mungkin Cohort.
dilakukan karena 60% responden Gagal jantung dan GGK memiliki
mengonsumsi diuretik. mekanisme patofisiologi yang mirip seperti
aktivasi sistem renin angiotensin
Diskusi aldosteron, sistem saraf simpatis, inflamasi,
Pada responden dengan GGK ringan dan stress oksidatif.20 GGK merupakan
sampai menengah, hubungan antara kadar komorbiditas umum pada gagal jantung
serum bikarbonat yang tinggi dan dan merupakan risiko tertinggi kematian
peningkatan risiko gagal jantung dan dan rawat inap untuk gagal jantung. 29
kematian sangat kuat setelah pengukuran Terdapat hubungan dua arah antara GGK
fungsi ginjal, penanda inflamasi, dan dan gagal jantung, karena dapat
penggunaan obat-obatan. Peningkatan menyebabkan perburukan penyakit satu
serum bikarbonat yang persisten diatas 26 sama lain. Bagaimanapun harus
mmol/L berhubungan dengan risiko gagal diperhatikan, responden dengan NYHA III-
jantung dan kematian yang meningkat. IV dieksklusi dari penelitian.
Pasien GGK dengan serum bikarnonat Peran alkalosis pada otot jantung
dibawah 22 mmol/L memiliki peningkatan tidak sepenuhnya dimengerti dan sumber
risiko LFG atau perburukan penyakit ginjal yang menjelaskannya pun terbatas. Hal
ke tahap akhir. Tidak ada hubungan yang tersebut diketahui dari penelitian pada
signifikan antara kadar serum bikarbonat hewan yang memiliki insufisiensi ginjal
dan kejadian aterosklerosis, hipertensi, ringan pada kardiak fibrosis dan kerusakan
volume overload karena kerusakan fungsi fungsi diastolik yang memburuk dan
sekresi sodium, faktpr risiko untuk gagal menyebabkan remodelling dan disfungsi
jantung pada CKD, termasuk peningkatan
FGF23 dan kadar serum biakrbonat. 23

Universitas Tarumanagara 7
Gambar 2. Persentase waktu pemantauan dengan kadar serum bikarbonat tinggi, normal dan rendah (N = 3586 peserta
CRIC). CRIC mengindikasikan adanya Chronic Renal Insufficiency Cohort

ventrikel kiri pada tikus.30 Penelitian serum bikarbonat dan perburukan penyakit
sebelumnya menunjukkan peningkatan ginjal. Penemuan observasional konsisten
risiko gagal jantung sebesar 4% setiap dalam menunjukan peningkatan kejadian
kenaikan 1 mmol/L kadar serum bikarbonat penyakit ginjal dengan kadar serum
diatas 24 mmol/L.5 Penelitian terkini bikarbonat.5,12,13,15 Lebih jauh, laporan dari
menunjukkan kemajuan dan uji klinis kecil menunjukkan bukti dari
mendeskripsikan bahwa terdapat hubungan perbaikan pada penyakit ginjal dengan
yang kuat antara kadar serum bikarbonat pengobatan metabolik asidosis kronis
terkini dan gagal jantung. Walaupun dengan sodium bikarbonat atau diet kaya
penelitian kami adalah observasional dan buah dan sayuran.6-10
tidak berarti kausal, hal tersebut berarti Walaupun penelitian observasional
bukti dari penelitian terhadap hewan yang CRIC membatasi data sebab akibat
menghubungkan antara suasana alkalotik menyebabkan hubungan mutualisme antara
dengan otot jantung dengan risiko gagal kadar serum bikarbonat dan perburukan
jantung.30 disfungsi ginjal, Pendekatan baru untuk
Presipitasi vaskular dari kalsium menganalisis data observasional secara
dan fosfor mungkin adalah penelitian substansial meningkatkan kemampuan kita
paling ekstensif yang mempelajari untuk menggunakan kesimpulan tersebut.
mekanisme alkalosis yang menyebabkan analisis terkini mendeskripsikan efek dari
penyakit jantung dan kematian. seum bikarbonat pada perburukan GGK
Patofisiologi kalsifikasi vascular pada sambil secara simultan menyesuaikan efek
GGK tidak sepenuhnya dimengerti.31 dari faktor bias seperti fungsi ginjal,
Penelitian eksperimental melihat efek proteinuria, diuretik, obat anti asidosis,
alkalosis pada regulasi miosit kardiak sambil tetap membiarkan efek perantara
menunjukkan alkalosis metabolik memiliki potensial dari faktor-faktor ini. Besarnya
perubahan spesifik pada regulasi protein efek serum bikarbonat pada MSMs
yang bertanggung jawab untuk transkripsi dibandingkan dengan analisa sebelumnya
gen dan kehidupan sel.32 Alkalinisasi dengan menggunakan data dasar sebagai
meningkatan kalsifikasi vaskular pada sel keuntungan dari memperbaharui paparan
kultur dan tikus uremia.33,34 Eksperimen in yang dinamis selama beberapa waktu untuk
vivo pada tikus uremia menunjukan estimasi yang lebih baik pengaruhnya pada
kalsifikasi aorta dapat dicegah dengan hasil klinis. Untuk pengetahuan kami,
metabolik asidosis yang dipicu oleh analisa ini dinilai dengan pertanyaan
konsumsi amonium klorida.35 menggunakan teknik yang sesuai agar
Studi observasional sebelumnya berhubungan dengan faktor bias.
dan uji klinis menunjukan hubungan antara

Universitas Tarumanagara 8
Tabel 2. Hazard Ratio Variabel-Variabel dari Serum Bikarbonat pada Gagal Jantung dan Penyakit Ginjal pada CRIC
Menggunakan MSMs

Total 3586 peserta disertakan dalam masing-masing model. Ada 512 peserta dengan kejadian gagal jantung dan 749 dengan penyakit ginjal. CRIC menunjukkan
Chronic Renal Insufficiency Cohort; EGFR, perkiraan laju filtrasi glomerulus.
* Hasil yang dihasilkan dari Model Struktural Marginal dengan serum bikarbonat serum yang diperbarui dari waktu ke waktu. Semua model disesuaikan dengan
usia, jenis kelamin, ras / etnis, pusat klinis, eGFR, proteinuria, diabetes, hipertensi, penyakit kardiovaskular pada awal, penyakit paru obstruktif kronik, penggunaan
tembakau, obat diuretik dan alkali yang digunakan, lipoprotein densitas rendah, faktor pertumbuhan fibroblas 23, protein C-reaktif sensitivitas tinggi. Untuk
mengevaluasi risiko kejadian bagi peserta dengan bikarbonat yang termasuk kategori tertentu hanya persentase waktu tertentu, risikonya harus dikalikan dengan
persentase tersebut (misalnya, jika peserta menghabiskan 50% waktunya dengan bikarbonat> 26 mmol / L , Risiko gagal jantung adalah 6690,5 = 33%).
3 kategori serum bikarbonat, 22 sampai 26, <22 dan> 26 mmol / L, memiliki distribusi peserta CRIC berikut: 2071, 610, dan 905, dengan kejadian 259, 99 dan
154 kejadian gagal jantung yang berbeda dan 401, 231 Dan 117 kejadian ginjal pada masing-masing kelompok.
Namun, beberapa keterbatasan penentuan yang dilakukan setelah 24 jam
perlu diperhatikan. Pertama, analisis gas sejak pengumpulan.36 Ketiga, diagnosis
darah benar-benar akan menilai status dasar gagal jantung dilakukan dengan
keasaman, dibandingkan dengan serum menggunakan algoritma standar
bikarbonat saja. Meskipun kami memang berdasarkan data klinis, pencitraan, dan
menyesuaikan dengan adanya penyakit laboratorium yang divalidasi pada populasi
paru-paru, beberapa peserta mungkin umum, namun tidak untuk gagal jantung
memiliki bikarbonat tinggi sebagai dalam pengaturan GGK.37 Keempat, MSMs
mekanisme kompensasi untuk asidosis menggunakan pengukuran serum
respiratori. Kedua, pengukuran bikarbonat bikarbonat tahunan, yang mengasumsikan
serum terjadi dalam beberapa kasus nilai tetap konstan di antara 2 penilaian.
beberapa hari setelah pengambilan darah, Penelitian terkini tentang dua kelompok
dan seseorang harus memperhitungkan besar peserta dengan tahap CKD 2 sampai
perubahan sampai 4 mmol/L pada
konsentrasi bikarbonat sejati untuk semua
Tabel 3. Hazard Ratio Variabel-Variabel dari Serum Bikarbonat dengan Kematian pada Penelitian CRIC
menggunakan MSMs

Total 3586 peserta termasuk dalam model. Ada total 639 kematian. CRIC menunjukkan Chronic Renal Insufficiency Cohort; EGFR, perkiraan laju filtrasi glomerulus.
*3 kategori serum bikarbonat, 22 sampai 26, <22 dan > 26 mmol / L, memiliki distribusi peserta CRIC berikut: 2071, 610, dan 905, masing-masing dengan 358, 130,
dan 151 kematian masing-masing kelompok. .
Hasil yang dihasilkan dari MSMs dengan frekuensi serum bikarbonat yang diperbarui dari waktu ke waktu. Semua model disesuaikan dengan usia, jenis kelamin, ras /
etnis, pusat klinis, eGFR, proteinuria, diabetes, hipertensi, penyakit kardiovaskular pada awal, penyakit paru obstruktif kronik, penggunaan tembakau, obat diuretik dan
alkali yang digunakan, Low Density Lipoprotein, Fibroblast Growth Factor 23, proteinGambar 3. Hazard
C-reaktif sensitivitas ratio
tinggi. Untuk yang disesuaikan
mengevaluasi secara
risiko kejadian bagi peserta
dengan bikarbonat yang termasuk kategori tertentu hanya persentase waktu tertentu, risikonya harus dikalikan dengan persentase tersebut (misalnya, jika peserta
multivariabel untuk serum bikarbonat yang
menghabiskan 50% waktunya dengan bikarbonat> 26 mmol / L , Risiko kematian adalah 3690,5 = 18%).
diperbarui pada gagal jantung (A) dan penyakit ginjal
(B) * oleh subkelompok dalam penelitian CRIC
denganUniversitas
menggunakan Tarumanagara
MSMs. CRIC menunjukkan 9
Chronic Renal Insuffficiency Cohort; EGFR,
perkiraan laju filtrasi glomerulus
U01DK061022, U01DK061021,
U01DK061028, U01DK060 980,
U01DK060963, dan U01DK060902).
Selain itu, karya ini didukung oleh:
Perelman School of Medicine di University
of Pennsylvania Clinical and Translational
Science Award NIH / NCATS
UL1TR000003, Johns Hopkins University
UL1 TR-000424, Maryland University
GCRC M01 RR-16500, Clinical and
Translational Science Collaborative
Cleveland, UL1TR000439 dari Pusat
Nasional untuk Memajukan Komponen
Translasi Nasional (NCATS) dari National
Institutes of Health dan NIH untuk
Penelitian Medis, Institut Penelitian Klinis
dan Kesehatan Klinis Michigan (MICHR)
UL1TR000433, University of Illinois di
4 menunjukkan hubungan potensial antara Chicago CTSA UL1RR029879, University
serum bikarbonat dan kegagalan jantung of Tulane Translational Research in
dan ginjal. Penyimpangan serum Hypertension and Renal Biology
bikarbonat dari normal ke salah satu arah, P30GM103337, Kaiser Perma-nente NIH /
satu pergerakan menunjukkan hasil ginjal NCRR UCSF-CTSI UL1 RR-024131.
dan kejadian gagal jantung lainnya Dobre didukung oleh 13FTF15920005.
memperkuat kebutuhan untuk menjaga Scialla didukung oleh K23DK095949.
status dasar keseimbangan pada pasien Wolf didukung oleh R01DK081374.
GGK dan menemukan "sweet spot" untuk Fischer didukung oleh Dinas Penelitian dan
serum bikarbonat yang berkorelasi dengan Pengembangan Pelayanan Kesehatan
hasil klinis terbaik. Penggunaan serum Veteran.
bikarbonat yang diperbarui dan
penyesuaian yang tepat untuk faktor bias Lampiran
dalam analisis ini memberikan bukti yang Peneliti CRIC: Alan S. Go, MD, Jiang He,
lebih baik tentang prediktor penting MD, John W. Kusek, PhD, Akinlolu Ojo,
kejadian gagal jantung dan perkembangan MD, James P. Lash, MD, Raymond R.
GGK dibandingkan dengan model awal. Townsend, MD.
Temuan ini menunjukkan bahwa perubahan
status asam basa dapat mewakili Pengungkapan
mekanisme baru gagal jantung kongestif Tidak ada
pada GGK. Diperlukan penelitian lebih
lanjut lagi untuk menentukan kisaran Daftar Pustaka
1. Coresh J, Selvin E, Stevens LA, Manzi J, Kusek JW,
optimal untuk serum bikarbonat yang dapat Eggers P, Van Lente F, Levey AS. Prevalence of chronic
dijadikan acuan untuk mencegah terjadinya kidney disease in the United States. J Am Med Assoc.
2007;298:20382047.
kejadian kardiovaskular dan penyakit ginjal
pada pasien GGK.
Sumber Pendanaan 2. Yuyun MF, Khaw KT, Luben R, Welch A, Bingham S, Day NE,
Wareham NJ. Microalbuminuria independently predicts all-cause
Pendanaan untuk Studi CRIC diperoleh and cardiovascular mortal-ity in a British population: the European
Prospective Investigation into Cancer in Norfolk (EPIC-Norfolk)
berdasarkan kesepakatan kerjasama dari population study. Int J Epidemiol. 2004;33:189198.
National Institute of Diabetes and 3. Sarnak MJ, Levey AS, Schoolwerth AC, Coresh J, Culleton B,
Hamm LL, McCullough PA, Kasiske BL, Kelepouris E, Klag MJ,
Digestive and Kidney Disease Parfrey P, Pfeffer M, Raij L, Spinosa DJ, Wilson PW; American Heart
Association Councils on Kidney in Cardiovascular Disease
(U01DK060990, U01DK060984, HBPRCC, Epidemiology, Prevention. Kidney disease as a risk factor
for development of cardiovascular disease: a statement from the

Universitas Tarumanagara 10
American Heart Association Councils on Kidney in Cardiovascular 22. Anderson AH, Yang W, Hsu CY, Joffe MM, Leonard MB, Xie D,
Disease, High Blood Pressure research, Clinical Cardiology, and Chen J, Greene T, Jaar BG, Kao P, Kusek JW, Landis JR, Lash JP,
Epidemiology and Prevention. Circulation. 2003;108:21542169. Townsend RR, Weir MR, Feldman HI. Estimating GFR among
4. Wesson DE, Simoni J. Acid retention during kidney failure induces participants in the Chronic Renal Insufficiency Cohort (CRIC) study.
endothelin and aldosterone production which lead to progressive Am J Kidney Dis. 2012;60:250261.
GFR decline, a situation ameliorated by alkali diet. Kidney Int. 23. Joffe M, Hsu CY, Feldman HI, Weir M, Landis JR, Hamm
2010;78:11281135. LL; Chronic Renal Insufficiency Cohort Study. Variability of
5. Dobre M, Yang W, Chen J, Drawz P, Hamm LL, Horwitz E, creatinine measurements in clinical laboratories: results
Hostetter T, Jaar B, Lora CM, Nessel L, Ojo A, Scialla J, from the CRIC study. Am J Nephrol. 2010;31:426 434.
Steigerwalt S, Teal V, Wolf M, Rahman M. Association of serum 24. Levey AS, Coresh J, Greene T, Marsh J, Stevens LA, Kusek JW,
bicarbonate with risk of renal and cardiovascular outcomes in Van Lente F; Chronic Kidney Disease Epidemiology C. Expressing
CKD: a report from the Chronic Renal Insufficiency Cohort the Modification of Diet in Renal Disease study equation for
(CRIC) study. Am J Kidney Dis. 2013;62:670678. estimating glomerular filtration rate with standardized serum
6. de Brito-Ashurst I, Varagunam M, Raftery MJ, Yaqoob MM. creatinine values. Clin Chem. 2007;53:766772.
Bicarbonate supplementation slows progression of CKD 25. American Diabetes Association. Diagnosis and
and improves nutritional status. J Am Soc Nephrol. classification of diabetes mellitus. Diabetes Care.
2009;20:20752084. 2006;29(suppl 1):S43S48.
7. Goraya N, Simoni J, Jo CH, Wesson DE. A comparison of treating 26. Chobanian AV, Bakris GL, Black HR, Cushman WC, Green
metabolic acidosis in CKD stage 4 hypertensive kidney disease with LA, Izzo JL Jr, Jones DW, Materson BJ, Oparil S, Wright JT
fruits and vegetables or sodium bicarbonate. Clin J Am Soc Nephrol. Jr, Roccella EJ. The seventh report of the Joint National
2013;8:371381. Committee on Prevention, Detection, Evaluation, and
8. Goraya N, Simoni J, Jo C, Wesson DE. Dietary acid Treatment of High Blood Pressure: the JNC 7 report. J Am
reduction with fruits and vegetables or bicarbonate Med Assoc. 2003;289:2560 2572
attenuates kidney injury in patients with a moderately 27. Scialla JJ, Xie H, Rahman M, Anderson AH, Isakova T, Ojo A,
reduced glomerular filtration rate due to hypertensive Zhang X, Nessel L, Hamano T, Grunwald JE, Raj DS, Yang W,
nephrop-athy. Kidney Int. 2012;81:8693. He J, Lash JP, Go AS, Kusek JW, Feldman H, Wolf M.
9. Mahajan A, Simoni J, Sheather SJ, Broglio KR, Rajab MH, Wesson Fibroblast growth factor-23 and cardiovascular events in CKD.
DE. Daily oral sodium bicarbonate preserves glomerular filtration J Am Soc Nephrol. 2014;25:349360.
rate by slowing its decline in early hypertensive nephropathy. Kidney 28. Hillege HL, Girbes AR, de Kam PJ, Boomsma F, de Zeeuw
Int. 2010;78:303309. D, Charlesworth A, Hampton JR, van Veldhuisen DJ. Renal
10. Phisitkul S, Khanna A, Simoni J, Broglio K, Sheather S, function, neurohormonal activation, and survival in patients
Rajab MH, Wesson DE. Amelioration of metabolic acidosis with chronic heart failure. Circulation. 2000;102: 203210.
in patients with low GFR reduced kidney endothelin 29. van Deursen VM, Urso R, Laroche C, Damman K,
production and kidney injury, and better preserved GFR. Dahlstrom U, Tavazzi L, Maggioni AP, Voors AA. Co-
Kidney Int. 2010;77:617623. morbidities in patients with heart failure: an analysis of the
11. Kovesdy CP, Anderson JE, Kalantar-Zadeh K. Association European Heart Failure Pilot Survey. Eur J Heart Fail.
of serum bicarbonate levels with mortality in patients with 2014; 16:103111.
non-dialysis-dependent CKD. Nephrol Dial Transplant. 30. Martin FL, McKie PM, Cataliotti A, Sangaralingham SJ, Korinek J,
2009;24:12321237. Huntley BK, Oehler EA, Harders GE, Ichiki T, Mangiafico S, Nath
KA, Redfield MM, Chen HH, Burnett JC Jr. Experimental mild renal
12. Shah SN, Abramowitz M, Hostetter TH, Melamed ML. insufficiency mediates early cardiac apoptosis, fibrosis, and diastolic
Serum bicarbonate levels and the progression of kidney dysfunction: a kidney-heart connection.Am J Physiol Regul
disease: a cohort study. Am J Kidney Dis. 2009;54:270 Integr Comp Physiol. 2012;302:R292R299.
277. 31. ONeill WC, Lomashvili KA. Recent progress in the
13. Menon V, Tighiouart H, Vaughn NS, Beck GJ, Kusek JW, treatment of vascular calcification. Kidney Int.
Collins AJ, Greene T, Sarnak MJ. Serum bicarbonate and 2010;78:12321239.
long-term outcomes in CKD. Am J Kidney Dis. 32. Stathopoulou K, Beis I, Gaitanaki C. MAPK signaling
2010;56:907914. pathways are needed for survival of H9c2 cardiac
14. Navaneethan SD, Schold JD, Arrigain S, Jolly SE, Wehbe myoblasts under extracellular alkalosis. Am J Physiol Heart
E, Raina R, Simon JF, Srinivas TR, Jain A, Schreiber MJ
Circ Physiol. 2008;295:H1319H1329.
Jr, Nally JV Jr. Serum bicarbonate and mortality in stage 3
33. de Solis AJ, Gonzalez-Pacheco FR, Deudero JJ, Neria F,
and stage 4 chronic kidney disease. Clin J Am Soc
Albalate M, Petkov V, Susanibar L, Fernandez-Sanchez R,
Nephrol. 2011;6:23952402.
Calabia O, Ortiz A, Caramelo C. Alkalin-ization potentiates
15. Raphael KL, Wei G, Baird BC, Greene T, Beddhu S. Higher serum vascular calcium deposition in an uremic milieu. J Nephrol.
bicarbonate levels within the normal range are associated with 2009;22:647653.
better survival and renal outcomes in African Americans. Kidney Int. 34. Lomashvili K, Garg P, ONeill WC. Chemical and hormonal
2011;79:356362. determinants of vascular calcification in vitro. Kidney Int.
16. Raphael KL, Zhang Y, Wei G, Greene T, Cheung AK, 2006;69:14641470.
Beddhu S. Serum bicarbonate and mortality in adults in 35. Mendoza FJ, Lopez I, Montes de Oca A, Perez J,
NHANES III. Nephrol Dial Transplant. 2013;28:12071213. Rodriguez M, Aguilera-Tejero E. Metabolic acidosis inhibits
17. K/DOQI clinical practice guidelines for bone metabolism soft tissue calcification in uremic rats. Kidney Int.
and disease in chronic kidney disease. Am J Kidney Dis. 2008;73:407414.
2003;42:S1S201. 36. Boyanton BL Jr, Blick KE. Stability studies of twenty-four
18. Robins JM, Hernan MA, Brumback B. Marginal structural analytes in human plasma and serum. Clin Chem.
models and causal inference in epidemiology. 2002;48:22422247.
Epidemiology. 2000;11:550560. 37. Piller LB, Davis BR, Cutler JA, Cushman WC, Wright JT Jr,
19. Feldman HI, Appel LJ, Chertow GM, Cifelli D, Cizman B, Daugirdas Williamson JD, Leenen FH, Einhorn PT, Randall OS, Golden JS,
J, Fink JC, Franklin-Becker ED, Go AS, Hamm LL, He J, Hostetter T, Haywood LJ, The ACRG. Validation of heart failure events in the
Hsu CY, Jamerson K, Joffe M, Kusek JW, Landis JR, Lash JP, Miller antihypertensive and lipid lowering treatment to prevent heart attack
trial (ALLHAT) participants assigned to doxazosin and
ER, Mohler ER III, Muntner P, Ojo AO, Rahman M, Townsend RR,
chlorthalidone. Curr Control Trials Cardiovasc Med. 2002;3:10
Wright JT; Chronic Renal Insufficiency Cohort Study I. The Chronic
38. Stathopoulou K, Beis I, Gaitanaki C. MAPK signaling
Renal Insufficiency Cohort (CRIC) study: design and methods. J Am
pathways are needed for survival of H9c2 cardiac
Soc Nephrol. 2003;14:S148S153.
myoblasts under extracellular alkalosis. Am J Physiol Heart
20. Lash JP, Go AS, Appel LJ, He J, Ojo A, Rahman M, Townsend RR, Xie D, Circ Physiol. 2008;295:H1319H1329.
Cifelli D, Cohan J, Fink JC, Fischer MJ, Gadegbeku C, Hamm LL, Kusek 39. de Solis AJ, Gonzalez-Pacheco FR, Deudero JJ,
JW, Landis JR, Narva A, Robinson N, Teal V, Feldman HI. Chronic Renal Neria F, Albalate M, Petkov V, Susanibar L,
Insufficiency Cohort (CRIC) study: baseline characteristics and Fernandez-Sanchez R, Calabia O, Ortiz A, Caramelo
with kidney function. Clin J Am Soc Nephrol.
associations C. Alkalin-ization potentiates vascular calcium
2009;4:13021311. deposition in an uremic milieu. J Nephrol.
21. Fischer MJ, Go AS, Lora CM, Ackerson L, Cohan J, Kusek 2009;22:647653.
JW, Mercado A, Ojo A, Ricardo AC, Rosen LK, Tao K, Xie 40. Lomashvili K, Garg P, ONeill WC. Chemical and
D, Feldman HI, Lash JP; Cric, Groups HCS. CKD in hormonal determinants of vascular calcification in vitro.
Hispanics: baseline characteristics from the CRIC (Chronic Kidney Int. 2006;69:14641470.
Renal Insufficiency Cohort) and Hispanic-CRIC Studies. 41. Mendoza FJ, Lopez I, Montes de Oca A, Perez J,
Am J Kidney Dis. 2011;58:214227. Rodriguez M, Aguilera-Tejero E. Metabolic acidosis

Universitas Tarumanagara 11
inhibits soft tissue calcification in uremic rats. Kidney JS, Haywood LJ, The ACRG. Validation of heart failure
Int. 2008;73:407414. events in the antihypertensive and lipid lowering treatment to
prevent heart attack trial (ALLHAT) participants assigned to
doxazosin and chlorthalidone. Curr Control Trials Cardiovasc
Med. 2002;3:10.

42. Boyanton BL Jr, Blick KE. Stability studies of twenty-


four analytes in human plasma and serum. Clin
Chem. 2002;48:22422247.
43. Piller LB, Davis BR, Cutler JA, Cushman WC, Wright JT Jr,
Williamson JD, Leenen FH, Einhorn PT, Randall OS, Golden

Universitas Tarumanagara 12

Anda mungkin juga menyukai