Anda di halaman 1dari 8

PENURUNAN RESIKO HENTI JANTUNG PADA ASUHAN

KEPERAWATAN PASIEN YANG DILAKUKAN


HEMODIALISA MELALUI PENGENDALIAN OVERLOAD
CAIRAN KALIUM SERUM

Disusun oleh:
Kinanti Devia Larasati
220110120112

Fakultas Keperawatan
Universitas Padjadjaran
2015

DAFTAR ISI

DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
BAB II ANALISIS JURNAL
BAB III PEMBAHASAN
BAB III SIMPULAN DAN SARAN
DAFTAR PUSTAKA

BAB I
PENDAHULUAN
Gagal ginjal kronik atau Chronik Kidney Desease adalah gangguan fungsi
renal yang progresif dan irreversible dimana kemampuan tubuh gagal untuk
memperhatikan metabolisme keseimbangan cairan dan elektrolit menyebabkan
uremia (retensi urea dan sampah nitrogen lain dalam darah). (Brunner & Suddarth.
2002).
Gagal ginjal kronik biasanya akibat akhir dari kehilangan fungsi ginjal lanjut
secara bertahap. Penyebab termasuk glomerulonefritis, infeksi kronis dan penyakit
vaskular , penyakit agen nefrotik dan penyakit endokrin (Marlynn E. Doenges. 2000).
Penyebab GGK termasuk glomerulonefritis, infeksi kronis, penyakit vaskuler
(nefrosklerosis), proses obstruksi (kalkuli), penyakit kolagen (luris sistemik), agen
nefrotik (amino glikosida), penyakit endokrin (diabetes). (Doenges, 1999)
Penyakit-penyakit sistemik seperti Diabetes Melitus, Glomerulonefritis kronis,
Pielonefritis, Hipertensi yang tidak dapat dikontrol, Obstruksi traktus urinarius, lesi
Herediter seperti penyakit Polikistik, gangguan vaskuler, infeksi. (Smeltzzer
Suzzane,2001 )
Pada pasien penderita gagal ginjal tidak jarang dtemukan komplikasi berupa
hiperkalemia. Hal ini dikarenakan Pada gagal ginjal kronis tubulus tidak dapat lagi
menukar K+/ H+ untuk Na+, yang pada akhirnya mengakibatkan resiko terjadinya
henti jantung. Penelitian ini dilakukan untuk mengidentifikasi pengendalian overload
cairan kalium serum sebelum dan sesudah dilakukan hemodialisa.
Hemodialisa adalah dialisis yang dilakukan diluar tubuh. Tujuan hemodialisa
adalah untuk mengambil zat-zat toksik di dalam darah, menyesuaikan kadar air dan
elektrolit di dalam darah. Pada hemodialisa darah dikeluarkan dari tubuh melalui
sebuah kateter masuk ke dalam sebuah alat besar. Di dalam mesin tersebut terdapat
ruang yang dipisahkan oleh sebuah membran semipermeabel. darah di masukan ke
salah satu ruang, sedangkan ruang yang lain diisi oleh cairan dialisis, dan diantara
keduanya akan terjadi difusi darah dikembalikan ke tubuh melalui sebuah pirau vena.

BAB II
ANALISIS JURNAL
Ginjal merupakan organ pengendali utama dalam homeostasis cairan asam basa
dalam tubuh, apabila fungsi ginjal terganggu maka keseimbangan cairan dalam tubuh
juga akan terganggu. Pada kejadian gagal ginjal yang lebih berat, tubulus sudah tidak
mampu lagi menukar K+ / H+ dengan Na+ sehingga dapat menyebabkan hiperkalemia
yang dapat memicu terjadinya henti jantung.
Menurut data WHO dari tahun 2009 sampai 2015 terdapat 36juta warga dunia
yang meninggal akibat gagal ginjal, di Indonesia ada 70.000 kasus gagal ginjal kronik
yang selalu meningkat 10% setiap tahunnya. Namun, hanya sekitar 4000 sampai 5000
orang penderita gagal ginjal terminal saja yang dapat menjalani terapi hemodialisa.
Pasien gagal ginjal kronik merupakan kelompok risiko tinggi kegagalan
kardiovaskuler. Hemodialisa adalah solusi alternatif untuk membuang sisa-sisa zat
metabolisme dari dalam tubuh. Namun, penurunan jumlah nefron pada ginjal
mengakibatkan gangguan keseimbangan cairan, elektrolit dan asam basa. Gagal ginjal
yang berada pada tahap yang lebih berat, tubulus tidak dapat lagi menukar K+/ H+
untuk Na+ sehingga menyebabkan hiperkalemia yang berat yang nantinya dapat
memicu terjadinya henti jantung. Pengendalian elektrolit ginjal perlu dilakukan untuk
membantu memantau pengobatan dan perjalanan penyakit serta membuat prognosis.
Pengendalian elektrolit terbesar dalam tubuh meliputi natrium, kalium, dan kalsium.
Namun demikian penelitian ini dibatasi pada pengendalian overload cairan kalium
serum pada asuhan keperawatan pasien dengan hemodialisa.
Pada bulan Oktober tahun 2013, ditemukan 300 pasien yang menderita gagal
ginjal dan menjalani hemodialisa di RSUD Dr.Moewardi Surakarta sebagai studi
pendahuluan. Penelitian perlu dilakukan tentang pengendalian overload cairan kalium
serum untuk menurunkan resiko terjadinya henti jantung pada asuhan keperawatan
pasien gagal ginjal kronik yang dilakukan hemodialisa berdasarkan uraian substansi
tersebut.

Metode Penelitian
Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui pengendalian overload kalium serum
untuk menurunkan risiko terjadinya henti jantung pada pasien gagal ginjal kronik
yang dilakukan hemodialisa dengan eksperimen pendekatan retrospektif. Populasi
penelitian ini adalah semua pasien gagal ginjal di RSUD Dr.Moerwadi Surakarta,
dengan melakukan sebanyak 2 kali penelitian yaitu sebelum dan sesudah dilakukan
hemodialisa pada 50 pasien gagal ginjal kronik di ruang hemodialisa RSUD
DR.Moerwadi Surakarta dengan menggunakan teknik purposive sampling. Teknik
analisa data menggunakan paired t test. Pengukuran kadar kalium serum pada
penelitian ini terdiri 3 kategori yaiut hipokalemia bila kadar kalium dalam serum
kurang dari 3,5 mEq/l, nilai normal bila 3,5 5,0 mEq/l, dan hiperkalemia jika kalium
>5,0 mEq/l.
Sebelum dilakukan hemodialisa, 50 responden pada penelitian 60% mengalami
hiperkaliemia, hipokalemia sebesar 10% dan yang mempunyai kadar kalium normal
sebesar 30%. Setelah dilakukan hemodialisa,

50 sampel pada penelitian ini

menunjukkan sebagian besar mengalami perubahan kearah nilai normal sebesar 56%,
hipokalemia sebesar 14%, dan yang mengalami hiperkalemi sebesar 30%.
Hasil uji statistik menunjukkan bahwa pengendalian overload cairan kalium
serum untuk menurunkan resiko terjadinya henti jantung pada asuhan keperawatan
pasien gagal ginjal kronik yang dilakukan hemodialisa terjadi perubahan kadar
kalium serum dari kadar serum yang overload kearah nilai normal secara signifikan.

BAB III
PEMBAHASAN
Kegagalan ginjal mengekskresikan kalium serum tubuh banyak faktor yang
mempengaruhinya, salah satunya adalah faktor usia dan jenis kelamin. Semakin
bertambahnya umur manusia akan mempengaruhi fungsi organ ginjal dalam
menunaikan
tugasnya. Hal ini sesuai dengan pendapat (Smeltzer & Bare, 2002) yang menjelaskan
bahwa, umur atau usia adala faktor yang dapat mempengaruhi kesehatan seseorang.
Lebih lanjut dijelaskan bahwa semakin bertambahnya usia, maka organ ginjal
mengalami penurunan massa ginjal sebagai akibat kehilangan beberapa nefron
sehingga terjadi penurunan laju filtrat glomerulus. Penurunan laju filtrasi glomerulus
(akibat tidak berfungsinya glomeruli) berdampak pada klirens kreatinin akan
menurun dan kadar kreatinin serum akan meningkat. Kemudian akan berlanjut
dengan kegagalan ginjal secara progresif.
Alcazar, 2008
pasien

gagal

ginjal

menjelaskan bahwa gangguan keseimbangan kalium pada


kronik

diakibatkan

karena

kemampuan

ginjal

untuk

mengekskresikan kalium menurun secara proposional dengan hilangnya filtrasi


glomerolus. Stimulasi aldosteron dan peningkatan ekskresi intestinal kalium adalah
mekanisme adaptif utama untuk mempertahankan homeostasis kalium sampai tingkat
filtrasi glomerular kurang dari 10 ml/menit. Penyebab utama hiperkalemia pada gagal
ginjal kronik adalah sebagai akibat penggunaan obat yang mengubah kemampuan
ginjal mengekskresikan kalium yaitu ACEIs, ARB, NSAID, antagonis aldosteron,
nonselektif beta-blocker, heparin, trimetoprin, inhibitor kalsineurin.

BAB IV
SIMPULAN DAN SARAN
4.1 Simpulan
Setelah dilakukan penelitian tersebut terlihat bahwa terjadi perubahan yang
signifikan pengendalian kalium serum pada 50 pasien di RSUD Dr.Moewardi
Surakarta. Sebelum dilakukan hemodialisa didapatkan data: 60% mengalami
hiperkaliemia, hipokalemia sebesar 10% dan yang mempunyai kadar kalium normal
sebesar 30%. Setelah dilakukan hemodialisa,

50 sampel pada penelitian ini

menunjukkan sebagian besar mengalami perubahan kearah nilai normal sebesar 56%,
hipokalemia sebesar 14%, dan yang mengalami hiperkalemi sebesar 30%.
4.2 Saran
1. Penelitian ini dapat dijadikan sumber pembelajaran atau evidance base bagi
mahasiswa dan instansi terkait
2. Berdasarkan penelitian, hemodialisa dapat dijadikan solusi pengendalian
overload kalium serum atau hiperkalemi pada penderita gagal ginjal untuk
mengurangi risiko henti jantung
3. Pada penelitian selanjutnya dapat diteliti pengendalian serum lainnya denga
hemodialisa dengan menggunakan kelompok sampel lebih spesifik baik dari
jenis kelamin, golongan usia, dan penyakit gagal ginjal kronik dengan
komplikasi.

DAFTAR PUSTAKA
Brunner and Suddarth. (2000). Hand Book for Brunner & Suddarth Text Book
Medical Surgical Nursing. (Penerjemah Yasmin Asih, S.Kp). Lipincott Raven
Publishers.
Doenges. Marilynn. E (2000). Nursing Care Plans Guidelines For Planning and
Documenting Patients. (Penerjemah : I Made Kariasa, Ni Made Sumarwati).
Philadelphia, F.A. Davis
Suyono, Slamet (2001). Ilmu Penyakit Dalam Jilid II. Jakarta : Gaya Baru.
Tucker, Susan Martin. (1998). Patient Care Standards : Nursing Process,Diagnosis
and Outcome. Vol 3. (Penerjemah : Yasmin Asih Etal).
Engram, Barbara. Rencana Asuhan Keperawatan Medikal bedah. Vol. 1 . Jakarta :
EGC. 1998.

Anda mungkin juga menyukai