Efektivitas manajemen kolaborasi pemerintah daerah dan pihak swasta yang terkait dalam
pengelolaaan dan pengembangan jaringan gas rumah tangga di kota Tarakan.
-Adanya diskriminasi dalam distribusi gas rumah tangga di kota Tarakan
-
Pemasangan pipa jaringan gas (jargas) di Kota Tarakan nampaknya harus selektif menentukan area, sebab
banyak Wilayah Kerja Pertamina (WKP) yang masih aktif dan berbahaya jika dilalui pipa gas. Sekretaris
Pemkot Tarakan dr. Khairul mengatakan, jika meninjau sejarah Tarakan, hampir keseluruhannya adalah WKP,
namun ada yang aktif dan tidak aktif. Sehingga untuk keselamatan penduduk, pembangunan sedapat
mungkin menghindari WKP yang aktif.
Agar tidak melanggar peraturan yang tetah ditetapkan, maka pemasangan jargas oleh Perusahaan Gas
Negara (PGN) melalui kontraktor PT Adhi Karya, akan ditinjau ulang bersama PT Pertamina dan Pemkot
Tarakan, untuk menentukan wilayah mana yang tidak boleh dilalui pipa jargas. Saat ini menunggu
kesepakatan antara pak wali Kota, Pertamina, dan Menkopolhukam, terkait moratorium pembangunan di
WKP. Bukan berarti tidak, namun ditunda karena berisiko dan berbahaya, kata Khairul kepada Radar
Tarakan kemarin (1/6).
Field Manager PT Pertamina EP Asset 5 Tarakan Adhi Herisakti mengatakan, jalur jargas di kelurahan
Kampung Satu/Skip merupakan lahan WKP. Sesuai ketentuan, bahwa 50 meter dari area sumur aktif harus
steril dari aktivitas dan jaringan apapun. Adhi mengatakan, sumur yang tidak aktif ditandai dengan
ditutupnya sumur secara permanen. Tapi sampai saat ini di Kampung Satu belum ada yang tertutup, artinya
masih aktif, ujarnya.
Karena itu, terkait proyek jargas ini, pihaknya akan membahas permasalahan tersebut ke tingkat pusat. Kami
akan menyinkronkan agar permasalahan yang ada tidak semakin banyak. Kami akan bahas sampai tingkat
pusat, tidak semata-mata mutlak keputusan kami di sini, tuturnya. Sementara itu, ketua tim proyek jargas
Tarakan PT PGN, Daniel mengatakan, sembari menanti keputusan dari Pemkot dan Pertamina ini, proses
pembangunan jargas tetap terus dilakukan, namun bukan di lahan WKP. Kami masih berdiskusi
mengumpulkan data pasti daerah mana saja yang masuk lahan WKP, agar bisa kami hindari, ujar Daniel.
Mengenai apakah akan dilakukan peralihan tempat pemasangan jargas jika memang tidak dibolehkan di
WKP, Daniel belum bisa memberi keputusan karena akan menunggu hasil koordinasi ini. Kami menunggu
apakah harus dilakukan penggeseran, saat ini belum sampai situ. Masih ada lahan yang lain untuk
dikerjakan, jelasnya. Koordinator pemasangan jargas di Kampung Satu PT Adhi Karya, Efri mengatakan,
hingga saat ini baru terpasang sambungan kompor (SR) sebanyak 15 persen, dan jauh dari sumur aktif. Pipa
induk belum kami pasang, katanya. Pengarjaan akan terus dilakukan di daerah yang tidak masuk lahan WKP.
Mengingat untuk melakukan penggalian harus mengikuti prosedur, terutama di daerah WKP. (*/udn/ash)
PROKAL.CO, TARAKAN Proyek jaringan gas (Jargas) lebih dari Rp 200 miliar yang bersumber dari anggaran
pendapatan dan belanja negara (APBN), dipermasalahkan oleh lembaga swadaya masyarakat (LSM) Aliansi
Garuda Kota Tarakan dan Gerakan Masyarakat Perangi Korupsi (GMPK) Kalimantan Utara (Kaltara). Proyek
yang dinakhodai oleh PT Adhi Karya itu disebut-sebut telah melewati waktu kontrak dan memiliki banyak
masalah.
Aliansi Garuda Kota Tarakan, yang juga Ketua DPD GMPK Kaltara Akbar Syarif menjelaskan PT Adhi Karya
harus cepat menyelesaikan persoalan ini. Belum gas in atau teralirinya jaringan gas, melalui pipa-pipa gas
bagi 21 ribu kepala keluarga (KK), di empat kecamatan di Tarakan menjadi sorotan utama dari kedua LSM
tersebut.
Padahal waktu kontrak untuk pengerjaan proyek raksasa hasil memorandum of understanding (MoU) antara
PT Adi Karya sebagai pemenang tender dan bertindak sebagai selaku kontraktor pelaksana, dengan
Direktorat Jenderal (Ditjen) Minyak dan Gas (Migas) Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM)
Republik Indonesia (RI) telah habis, yaitu dimulai pada April 2016 hingga berakhir 20 Desember 2016.
Sementara posisi Perusahaan Gas Negara (PGN) sebagai operator pelaksana bagi distirbusi gas murah bagi
puluhan ribu masyarakat Kota Tarakan ini.
PT Adhi Karya harus cepat menyelesaikan pekerjaan di semua sektor, ungkap Akbar kepada Radar Tarakan,
kemarin (21/3).
Adanya laporan masyarakat di semua sektor menjadi persoalan terkait kesiapan pipa jargas yang akan
dinikmati masyarakat Kota Tarakan. Persoalan paling janggal dari analisa kedua LSM tersebut setelah adanya
aduan dari masyarakat, yaitu diketahui Kelurahan Pamusian adalah daerah awal dikerjakan pemasangan
jargas, daerah sektor dua yang meliputi keseluruhan Pamusian.
Wilayah yang pertama dipasang. Serta dekat juga dengan jaringan sumurnya sampai sekarang belum ada
kejelasan pemanfaataannya, bebernya.
Sedangkan daerah sektor 7 yang terakhir pemasangan, yaitu di kelurahan Beringin dan Selumit, mereka
sudah menikmati pemakaian pipa jargas tersebut. Di sisi lain yang dipersoalkan adalah tidak ada kepastian
kapan gas in untuk rumah tangga secara keseluruhan dapat terlaksana. Karena kebijakan pemerintah
menghapus subsidi BBM minyak tanah, dan ada kelangkaan gas tabung melon 3 kilogram tersebut dinilai
sangat merugikan masyarakat.
Tentunya, kalau memang pihak pelaksana ini tidak siap, kebijakan yang dua tersebut janganlah dihilangkan
dulu. Setelah ini siap baru, silahkan hapus subsidi minyak tanah. Kalau mau langka tabung gas yang 3
kilogram ya silahkan, tapi masyarakat sudah teraliri jaringan pipa gas tadi, ungkapnya.
Sektor 1 kampung satu Skip, sebagian ladang, sektor 2 sebagian ladang, pamusian kampung baru. Sub
kontraktor itu dua dari Jakarta PT PMU dan PT Cipto, untuk lokal CV Gipsi. Tiga subkontraktor ini disebut-
sebut bekerja asal-asalan. Lanjutnya, pihaknya akan membentuk tim investigasi lapangan, setelah mendapat
pernyataan klarifikasi dari pihak terkait, baik pemerintah, pihak Adhi Karya. Paling lambat setelah ini
mendapat jawaban dulu, bebernya.
Dipertanyakan lagi, apa yang dikerjakan PGN dalam masa pemeliharaan. Demikian juga pekerjaan PT Adhi
Karya dalam pemeliharaan. Apalagi mendekati lebaran masyarakat sangat membutuhkan gas. Apalagi
mendekati bulan Ramadhan dan Idul Fitri, masyarakat nanti sangat membutuhkan gas untuk memasak,
ucapnya.
Projek Manajer PT Adhi Karya, Aris La Ode. Menampik ketika dikonfirmasi oleh Radar Tarakan. Bahkan
melemparkan masalah ini untuk dijawab oleh pihak PT PGN, dengan alasan sedang rapat bersama kolega.
Langsung ke PGN aja Pak. Saat ini mereka sedang kerjakan. Saya sedang rapat, ungkapnya.
Perwakilan Pemkot Tarakan, yang menjabat sebagai Kabid Energi dan Pertambangan Dishutamben saat
jargas ini digulirkan, dan kini menjabat sebagai Kabag Ekonomi Sekkot Tarakan yang berhubungan dengan
proyek jargas ini, Amir hamzah tidak dapat memberikan klarifikasi terkait masalah ini dengan alasan sedang
bepergian. Sebentar saya baru mendarat di bandara. Nanti saja kita ketemunya, ungkap Amir Hamzah.
Saling lempar tanggung jawab ini kemudian Radar Tarakan mengonfirmasi pada pihak PGN Cabang Tarakan.
Sales Area Head PGN Tarakan Muhammad Arif ketika ditemui di kantornya menjelaskan ada 7 sektor yang
dikelola oleh PT Adhi Karya. Sementara yang saat ini sudah gas in hanya sektor 7 saja. Yaitu kelurahan
Selumit dan kelurahan Karang Rejo.
Sektor 7 itu ada sekitar 1.209 kk calon pelanggan. Sektor 5 baru blok 1 itu sudah gas ini 202 kk. Kemudian
kelurahan karang rejo 312 kk. Karang balik 442 capel, sebengkok 712 capel. Saat ini yang sudah dikonversi,
yang jaringannya sudah ada gasnya itu sekitar 1.461, dari total 2.877 capel, bebernya.
MIMPI WalikotaTarakan Sofian Raga, yang ingin mewujudkan Tarakan kota full city gas dalam
waktu tidak terlalu lamalagi bakal terwujud. Isyarat bakal terwujudnya mimpi Walikota
Tarakan dipastikan, setelah Pemerintah Pusat, menetapkan Tarakan (Kaliman Utara) dan
Prabumulih (Sumatera Selatan)sebagai 2 kota di Indonesia akan menjadikota percontohan full city
gas, dimana seluruh rumah tersambung jaringan pipa gas rumah tangga.
Khususuntuk Tarakan Kementerian Energi dan Sumber Daya
Mineral(ESDM) telah mengalokasikan anggaran kurang lebih 220 milyar bersumber APBN 2016 yang
diperuntukkan untuk membiayai keseluruhan pembangunan infrastruktur jaringan pipa gas
kota Tarakan dengan target jumlah pelanggan 21.000 sambungan rumah (SR) tersebar pada 18
wilayah kelurahan Tarakan.
Besarnya kucuran anggaran APBN, yang digelontorkan Kementerian Energi dan Sumber Daya
Mineral (ESDM) untuk membiayai pembangunan jaringan pipa gas kota di
seluruhwilayah kota Tarakan, bukan tanpa alasan, yang pertama kota Tarakan sangat dekat dengan
lapangan sumber gas yakni pulau Bunyu.
Alasan kedua Kementerian ESDM menilai Pemerintah kota Tarakan, melalui Perusahaan Daerah (Perusda)
Kota Tarakan, telah sukses dan berhasil mengelolah gas rumah tangga pada dua
kelurahan yakni kelurahan Sebengkok dan keluarahan Karang Balik.
TRIBUNKALTIM.CO, TARAKAN - Proses pengerjaan jarigan gas (Jargas) untuk 21 ribu sambungan
rumah tangga di enam kelurahan, Kota Tarakan yang dikelola Perusahaan Gas Negara (PGN) sepertinya
mendapatkan hambatan di lapangan.
Proyek jargas yang tengah dikerjakan kontraktor PT Adhi Karya tersebut berada di lahan Wilayah Kerja
Pertambangan (WKP) PT Pertamina EP, yakni Kelurahan Kampung Satu.
Sesuai aturan di lahan WKP PT Pertamina EP tidak boleh ada jaringan apapun masuk. Akibatnya
pengerjaan pemasangan pipa jargas rumah tangga di sebagian wilayah Kelurahan Kampung Satu ditunda
sementara waktu.
Koordinator Lintas Pos Jargas PGN, Daniel Hutahuruk mengungkapkan, terkait permasalahan ini pihaknya
telah melakukan pertemuan dengan Pemkot Tarakan dan PT Pertamina EP Tarakan.
Dalam pertemuan disepakati, rumah warga yang ada di lahan WKP dekat sumur migas untuk sementara
belum dikerjakan.
"Kami hanya mengikuti ketentuan yang ada. Kalau memang ini sudah ketentuannya dari PT Pertamina EP
yah harus kita ikuti. Proses pengerjaan jargas di lahan WKP di Kampung Satu menurut saya sampai saat ini
belum dikerjakan," jelasnya.
Daniel mengatakan, meskipun proses pengerjaan jargas di Kampung Satu belum dilakukan, namun di lima
kelurahan lainnya pengerjaanya terus dilakukan. Sesuai dengan kontrak kerja, proses pengerjaan jargas
harus selesai 8 November 2016.
(Baca juga: Sucofindo Ditugaskan Awasi Proyek Listrik dan Infrastruktur Jaringan Gas)
"Kita berharap PT Adhi Karya dapat menyelesaikan proses pengerjaan jargas sesuai kontrak kerja
meskipun di lapangan terdapat kendala. Apabila proses pengerjaan jargas selesai, tahun depan jargas bisa
dimanfaatkan masyarakat Tarakan," ucapnya.
PGN rencananya membangun jargas untuk 21.000 sambungan rumah tangga di Tarakan, Kalimantan
Utara senilai Rp 225 miliar. Direktur PGN Dilo Seno Widadgo kepada wartawan, belum lama ini
mengatakan pembangunan jargas merupakan penugasan pemerintah melalui Kementerian ESDM.
Metrotvnews.com, Jakarta: Sebanyak 21.000 rumah tangga di Tarakan, Kalimantan Utara (Kalut), mulai
Jumat 3 Februari 2017 dapat menikmati gas bumi melalaui program jaringan gas kota (jargas). Adapun hal
semacam ini diharapkan memberi kemudahan bagi masyarakat setempat dalam menjalankan kehidupan sehari-
hari.
Hampir seluruh rumah tangga atau 65 persen dari total rumah tangga di Tarakan sudah bisa menikmati
penggunaan gas bumi untuk kegiatan memasak. Pembangunan jargas di Kota Tarakan sebelumnya telah
dimulai di 2010 dan telah mengalir ke 3.636 rumah tangga.
Direktur Jenderal Minyak dan Gas Bumi, Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM), IGN
Wiratmaja Puja mengungkapkan, dengan hadirnya jargas ini maka warga Tarakan tidak perlu khawatir lagi
dengan adanya kelangkaan elpiji. Karena gas bumi mengalir 24 jam di rumah-rumah.
Selain itu, lanjutnya, Tarakan merupakan daerah percontohan pengguna jargas karena adanya kerja sama yang
baik antara pemerintah daerah dan pengelola jargas yang telah ditetapkan. Adapun kerja sama ini diharapkan
bisa terus meningkat di masa-masa yang akan datang.
"Setiap tahunnya pemerintah mengeluarkan dana APBN untuk menambah jaringan gas bumi di berbagai
daerah. Tahun ini, pemerintah menganggarkan Rp1,14 triliun untuk membangun jargas baru di beberapa kota
atau kabupaten dengan jumlah 53.000-59.000 SR," kata Wirat, seperti dikutip dari laman resmi Ditjen Migas,
di Jakarta, Sabtu (4/2/2017).
Wirat menjelaskan, jargas untuk rumah tangga yang dibangun di 2010 sebanyak 3.636 sambungan rumah,
dibangun di Kotamadya Tarakan, Kelurahan Pamusian, Kelurahan Selumit, Kelurahan Selumit Pantai,
Kelurahan Karang Anyar, Kelurahan Kampung 1 Skip, Kelurahan Gunung Lingkas dan Kelurahan Lingkas
Ujung. Gas untuk Jargas Kota Tarakan pada 2010 diperoleh dari sumur KKKS PT Medco E&P Indonesia
dengan alokasi 0,2 MMSCFD.
Sementara untuk program jargas yang dibangun di 2016 sebanyak 21.000 SR, dibangun di Kotamadya
Tarakan, Kelurahan Sei Bengkok dan Kelurahan Karangbalik. Gas untuk Jargas Kota Tarakan pada 2016
diperoleh dari sumur KKKS PT Pertamina EP dan PT Medco E&P Indonesia dengan alokasi 0,5 MMSCFD.
Untuk 2017, pemerintah kembali menugaskan PT Perusahaan Gas Negara (PGN) untuk membangun dan
mengoperasikan jargas untuk rumah tangga sebanyak 26.000 SR, berdasarkan Keputusan Menteri Energi dan
Sumber Daya Mineral (Kepmen) No. 8086 K/12/MEM/2016
UNTUK mengetahui sejauh mana pemasangan jaringan gas (Jargas) rumah tangga di Kota Tarakan
membuat Komisi VII DPR RI melakukan kunjungan kerja ke Bumi Paguntaka, Senin (02/05).
Kita disini karena ada permintaan dari Pemda, salah satunya adalah masalah gas. Masyarakat disini
meminta disambungkan gas sebanyak 20.000 sambungan. Tapi masalahnya gasnya ada apa tidak, untuk
itu kita akan ke Pertamina apakah gasnya ada? ujar Nazaruddin Kemas, Wakil Komisi VII DPR RI kepada
Metro Kaltara.
Apakah menggunakan dana APBN atau Perusahaan Gas Nasional (PGN), itu biar kami yang di Jakarta
membahasnya, imbuhnya.
Seperti yang diketahui sambungan gas sebanyak 21 ribu sedang dalam pengerjaan. Namun PGN dan
Perusda Tarakan selaku pengelola belum menerima kepastian dari Pertamina maupun Medco E&P apakah
bersedia menyalurkan gasnya.
Jadi kita sampaikan ke gubernur. Perusda inilah nantinya yang mengelola bersama dengan PGN. Sambil
kita bujuk Pertamina dan Medco karena mereka punya hak agar bersedia menjual gasnya. Dari Perusda
dan PGN selanjutnya disalurkan ke masyarakat, bebernya.
Selain masalah gas, Komisi VII DPR RI juga menyerap aspirasi penambahan kuota BBM. Apalagi
Pertamina menemukan persoalan pembebasan lahan yang rencananya dijadikan sebagai tempat
penampungan BBM. Nah penambahan BBM ini masalahnya ada di masyarakat. Mereka tak mau ngasih
lahan sebagai tempat pembuatan tangki yang menampung 10 ribu Kg. jadi gimana mau dilakukan
penambahan kalau masyarakat tidak mau ngasih lahan, tutur Nazaruddin Kemas. (aras/MK*1)
Proses pengerjaan jarigan gas (Jargas) untuk 21 ribu sambungan rumah tangga di enam
kelurahan, Kota Tarakan yang dikelola Perusahaan Gas Negara (PGN) sepertinya
mendapatkan hambatan di lapangan.
Proyek jargas yang tengah dikerjakan kontraktor PT Adhi Karya tersebut berada di lahan
Wilayah Kerja Pertambangan (WKP) PT Pertamina EP, yakni Kelurahan Kampung Satu.
Sesuai aturan di lahan WKP PT Pertamina EP tidak boleh ada jaringan apapun masuk.
Akibatnya pengerjaan pemasangan pipa jargas rumah tangga di sebagian wilayah Kelurahan
Kampung Satu ditunda sementara waktu.
Koordinator Lintas Pos Jargas PGN, Daniel Hutahuruk mengungkapkan, terkait
permasalahan ini pihaknya telah melakukan pertemuan dengan Pemkot Tarakan dan PT
Pertamina EP Tarakan. Dalam pertemuan disepakati, rumah warga yang ada di lahan WKP
dekat sumur migas untuk sementara belum dikerjakan.
"Kami hanya mengikuti ketentuan yang ada. Kalau memang ini sudah ketentuannya dari PT
Pertamina EP yah harus kita ikuti. Proses pengerjaan jargas di lahan WKP di Kampung Satu
menurut saya sampai saat ini belum dikerjakan," jelasnya.
Daniel mengatakan, meskipun proses pengerjaan jargas di Kampung Satu belum dilakukan,
namun di lima kelurahan lainnya pengerjaanya terus dilakukan.
Sesuai dengan kontrak kerja proses pengerjaan jargas harus selesai 8 November 2016.
"Kita berharap PT Adhi Karya dapat menyelesaikan proses pengerjaan jargas sesuai kontrak
kerja meskipun di lapangan terdapat kendala. Apabila proses pengerjaan jargas selesai,
tahun depan jargas bisa dimanfaatkan masyarakat Tarakan," ucapnya
"Penugasan ini untuk meningkatkan pemanfaatan gas bumi dalam rangka diversifikasi
penggunaan bahan bakar untuk sektor rumah tangga," kata Direktur Jenderal Minyak
dan Gas Bumi, Kementerian ESDM, IGN Wiratmaja Puja, dalam keterangannya, Jumat
(8/1/2016).
Alokasi gas bumi untuk penugasan ini sebesar sebesar 1,3 juta kaki kubik per hari
(MMSCFD), yaitu Kota Balikpapan sebesar 0,5 MMSCFD dari KKKS PT Chevron
Indonesia Company dan Kota Prabumulih sebesar 0,8 MMSCFD dari KKKS PT
Pertamina EP dan PT Tropik Energi Pandan.
Alokasi gas bumi yang diberikan ke PGN sebesar 1,2 MMSCFD yaitu Kota Batam
sebesar 0,1 MMSCFD dari KKKS JOB Pertamina-Talisman Jambi Merang, Kota
Surabaya sebesar 0,6 MMSCFD dari KKKS PT Pertamina Hulu Energi West Madura
Offshore dan Kota Tarakan sebesar 0,5 MMSCFD dari KKKS Manhattan Kalimantan
investment Pte ltd, PT Pertamina EP dan PT Medco E&P Indonesia.
Alokasi gas bumi ditetapkan dengan ketentuan harga gas bumi di well-head sebesar
US$ 4,72 per MMBTU, tidak bersifat interruptible dan tidak diberlakukan take or pay,
stand by letter of credits dan eskalasi harga.
Kedua BUMN tersebut juga wajib menjamin keselamatan umum, keselamatan pekerja,
keselamatan instalasi dan keselamatan lingkungan dalam penyediaan dan
pendistribusian gas bumi untuk rumah tangga dan menyediakan serta menjelaskan
prosedur penggunaan jargas beserta infrastruktur pendukungnya.
Kewajiban lainnya adalah menyampaikan laporan setiap 3 bulan kepada Dirjen Migas
dan mencegah dan atau mengatasi terjadinya kekurangan pasokan/ketidaklancaran
pemenuhan gas bumi untuk rumah tangga.
Dalam hal terjadi keadaan kahar, PT Pertamina dan PT PGN wajib melakukan langkah-
langkah darurat serta melaporkan dan mempertanggungjawabkan kepada Dirjen Migas.
Keputusan ini mulai berlaku pada tanggal ditetapkan.
Serah terima pengelolaan dari pemerintah kepada PGN dilakukan Selasa (15/12)
bertepatan dengan perayaan ulang tahun Tarakan ke-18.
Djoko menjelaskan, bagi masyarakat yang menjadi pelanggan gas rumah tangga itu
dikenakan biaya sebesar Rp. 3.492/m3 setiap bulannya.
Sebagai gambaran pemakaian gas rumah tangga di Tarakan rata-rata per bulan berkisar
10-15 meter kubik. Tiap rumah tangga biasanya hanya mengeluarkan biaya sebesar Rp
35-60 ribu per bulannya.
Alhasil, masyarakat dapat menikmati efisiensi dan multiplier effect dari konsumsi energi
sehari-hari.
"Pelanggan baru rumah tangga tersebut akan menambah jumlah pelanggan PGN sebesar
43 persen, dimana pelanggan yang ada saat ini 100.000 rumah tangga. Kami juga terus
mengembangkan jaringan gas rumah tangga melalui Program PGN Sayang Ibu dengan
melakukan penambahan satu juta sambungan baru rumah tangga," imbuh dia.
Selain Tarakan, Kota yang ditugaskan ke PGN adalah Semarang, Blora rumah Susun di
Jabodtebek, Cirebon, Surabaya, Bekasi dan Sorong.
Sekedar diketahui, sebelumnya jaringan distribusi gas bumi untuk rumah tangga di Kota
Tarakan tersebut dioperasikan oleh PT Perusahaan Daerah Kota Tarakan.
Jargas Kota Tarakan itu dibangun pemerintah melalui dana yang bersumber dari Anggaran
Pendapatan Belanja Negara (APBN) tahun 2010 dengan total sambungan rumah (SR)
3.366 sambungan yang tersebar di dua kelurahan, yaitu Kelurahan Sebengkok dan
Kelurahan Karangbalik. Dengan pasokan gas bumi dari PT Medco EP Indonesia
sebesar 0,7 MMSCFD.
Kota Tarakan sendiri mampu meningkatkan jumlah sambungan rumah tangga pengguna
jargas menjadi 3.425 SR pada akhir tahun 2014.
Direncanakan pada tahun 2016, Kementerian ESDM cq Ditjen Migas dengan sumber dana
dari APBN tahun anggaran 2016 akan melakukan pengembangan jargas di Kota Tarakan
sebanyak 21.000 SR, yang dalam pelaksanaannya dilakukan oleh PGN. (hyt/JPG)
Pembangunan jaringan gas (jargas) untuk rumah tangga terus dilakukan oleh PT
Perusahaan Gas Negara Tbk (PGN) agar manfaat energi baik dari gas bumi bisa
semakin luas dirasakan oleh masyarakat.
Pada 2016 lalu, total ada sekitar 69.000 rumah tangga yang mendapatkan sambungan
gas dari PGN. Pembangunan 49.000 sambungan gas rumah tangga merupakan
penugasan dari Kementerian ESDM, sedangkan 20.000 sambungan lagi dibangun
sendiri dengan dana dari PGN.
Tapi PGN tak mengambil keuntungan sepeser pun dari penjualan gas ke rumah tangga.
Malahan mereka 'nombok' alias jual rugi karena biaya investasi yang mereka keluarkan
tak sebanding dengan tarif yang dibayar oleh pelanggan rumah tangga.
Meski begitu, PGN tetap bersemangat untuk terus memperluas jaringan gas rumah
tangga. Direktur Infrastruktur dan Teknologi PGN, Dilo Seno Widagdo, menyatakan
bahwa proyek sambungan gas rumah tangga ini bagi PGN adalah untuk melayani
masyarakat, bukan untuk dikomersialkan.
Perluasan jargas rumah tangga bukan pekerjaan mudah. Ada berbagai masalah seperti
perizinan, harga keekonomian, hingga pasokan gas. Di sela-sela kunjungannya ke
Batam pekan lalu, Dilo menerima detikFinance untuk wawancara khusus. Berikut
petikannya:
Bisa dijelaskan rencana PGN mengembangkan jaringan gas untuk rumah tangga?
Jadi PGN itu punya program yang kaitannya sama jargas rumah tangga kita beri nama
'PGN Sayang Ibu'. Sama seperti pembangunan jargas yang ditugaskan pemerintah,
tapi program PGN Sayang Ibu tidak menggunakan dana APBN, pakai dana PGN
sendiri.
Memang dengan masifnya pembangunan jargas yang memakai dana APBN, ini sedikit
mengganggu program PGN Sayang Ibu. Kenapa? Karena programnya PGN ini ada
fungsi atau bagian yang menjadi biaya pelanggan. Jadi pemasangan sambungan dari
meteran ke dalam rumah itu bebannya pelanggan. Kalau yang pakai dana APBN, dari
meteran sampai kompor langsung dari dana APBN.
Kan kalau saya mau menawarkan ke orang (program PGN Sayang Ibu), nanti ada yang
nanya kok harus bayar sementara yang itu (pembangunan jargas dengan dana APBN)
kok nggak bayar. Otomatis program kita sedikit terganggu. Tapi bukan berarti lalu kita
setop, tahun lalu itu 20.000 sambungan rumah tangga (SR) yang kita bangun.
Dua puluh ribu SR itu tidak termasuk yang pakai dana APBN?
Di luar APBN. Dari APBN totalnya ada 49.000 SR, 21.000 SR di antaranya di Tarakan,
4.000 SR di Batam, 24.000 SR di Surabaya. Sekarang jargas yang dikelola PGN
kurang lebih yang punya kita sendiri 100.000 SR dan penugasan dari pemerintah
100.000 SR. Kira-kira mendekati angka 200.000 SR.
Untuk program PGN Sayang Ibu, berapa biaya yang harus dibayar pelanggan
untuk mendapatkan sambungan gas?
Bayarnya mungkin untuk instalasi dan pemasangan pipa antara 10-15 meter itu
mungkin sekitar Rp 2,2 juta.
Kendala apa saja yang dihadapi PGN dalam pembangunan jargas rumah tangga?
Kendalanya banyak. Pertama perizinan. Dari biaya investasi Rp 15 juta per sambungan
rumah tangga itu komponen non teknisnya cukup besar. Komponen non teknis itu
misalnya perizinan, pekerjaan rekondisi, ini cukup besar.
Izin itu ada izin pemanfaatan lahan, tiap pemda punya aturan sendiri, retribusinya beda-
beda, izin pelaksanaan juga, izin prinsip juga beda-beda. Ada yang harus naruh
jaminan, ada yang enggak.
Itu baru yang non teknis tapi formal, ada juga yang tidak formal, banyak premannya di
tengah jalan.
Tapi ada juga kan pemda yang membantu persoalan lahan, misalnya Surabaya?
Di Surabaya kita minta dispensasi sama Pemerintah Kota Surabaya bahwa ini untuk
kepentingan masyarakat. Ini adalah bagian dari penugasan pemerintah pusat. Jadi
meski pemda sudah punya aturan, Ibu Walikota (Tri Rismaharini) langsung memberi
surat bahwa kita enggak harus ikut ketentuan biaya pemanfaatan lahan.
Apakah harga jual gas untuk rumah tangga sudah sesuai harga keekonomian?
Apakah PGN nombok?
Jadi sebenarnya harga yang sudah berlaku, ditetapkan BPH Migas, untuk Jabodetabek
Rp 2.900-3.100 per m3. Kalau misalnya harga di hulunya yang dapat penugasan dari
pemerintah ini US$ 4,7 per MMBTU, itu ekuivalen dengan Rp 2.400 per m3. Tapi kan
ada biaya operasi, biaya pemeliharaan, tidak cukup hanya Rp 500 per m3. Rata-rata
pemakaian per pelanggan itu 10 m3 tiap bulan, berarti hanya Rp 5.000 per pelanggan
untuk biaya operasi dan pemeliharaan, itu kan enggak mungkin.
Rasanya kita ingin mendapat penyesuaian harga yang sebenarnya sama teman-teman
Pertamina sudah ada persetujuan itu rata-rata se-Indonesia Rp 5.500-5.600 per m3, itu
yang kita propose juga ke BPH Migas untuk mendapatkan persetujuan. Kita di Tarakan
sekarang Rp 6.300 per m3, mungkin kemahalan, kita juga mau disesuaikan. Artinya
untuk masalah harga, bukannya badan usaha ingin mendapat keuntungan dari bisnis
jargas ini, tetapi kita ingin supaya bisnis ini paling tidak bisa terus berjalan. Pemerintah
sudah investasi mahal-mahal, kalau tidak dipelihara jangan-jangan umurnya cuma 2
tahun habis itu rusak, kan jadi masalah baru.
Apakah nanti jadi lebih mahal dari gas LPG kalau naik jadi Rp 5.600 per m3?
Dengan angka itu masih lebih murah dari LPG 3 kg yang disubsidi, tapi sudah cukup
membantu kita untuk mempertahankan operasional jargas agar sustain.
Tapi Rp 5.600 per m3 ini dengan asumsi harga gas di hulu US$ 4,7/MMBTU?
Iya, kita berasumsi mendapat penugasan dari pemerintah dengan volume alokasi
tertentu dan harga tertentu. Harganya berdasarkan peraturan pemerintah sudah
disebutkan US$ 4,72 per MMBTU.
Kenyataannya, apakah gas yang didapat PGN untuk rumah tangga harganya di
hulu US$ 4,7/MMBTU?
Nah, misalnya di Batam yang baru kita resmikan, walaupun kita belum selesai urusan
perjanjian jual-beli gas dengan produsen di hulu, belum dapat gas yang US$ 4,72 per
MMBTU, maka pakai gas PGN sendiri yang ambil dari ConocoPhilips sekitar US$ 5 per
MMBTU.
Dalam rapat dengan Pak Dirjen Migas (IGN Wiratmaja Puja) makanya tadi saya
kemukakan, tolong dibantu. Kita ini kan cuma bisa memastikan pembangunan jargas
terlaksana dengan baik dan mengoperasikannya, tapi kita nggak ikut-ikut soal alokasi
gasnya. Kita minta tolong Ditjen Migas untuk bisa memfasilitasi.
Harga gas US$ 4,7/MMBTU dan alokasi gasnya sudah ditentukan pemerintah?
Sudah, sudah ada ketentuannya, tapi kan di hulu ada operatornya. Itu yang nanti akan
PJBG (Perjanjian Jual Beli Gas) dengan kita.
Alokasi gas untuk rumah tangga di Batam ini dari lapangan mana?
Jambi Merang.
Untuk jargas yang dibangun dengan dana APBN, biaya operasi dan
pemeliharaannya dari APBN juga atau ditanggung PGN?
Kita dapat dana dari penjualan gas ke masyarakat, tapi belum bisa kita manfaatkan
sampai sekarang, kita belum berani untuk menggunakannya karena belum ada
regulasinya. Seharusnya ini yang nantinya bisa dipakai untuk biaya operasi dan
pemeliharaan, buat bayar pasokan gasnya, kira-kira begitu.
Selain dengan pembangunan jaringan pipa, apa ada upaya lain dari PGN untuk
memperluas pemanfaatan gas ke rumah tangga?
Selain jargas, ada juga yang non jargas yang enggak harus menggunakan sambungan.
Kita kan punya SPBG (Stasiun Pengisian Bahan Bakar Gas), kita ingin utilisasinya
ditingkatkan. Kita berikan proposal kepada Ditjen Migas, kita ingin SPBG tidak hanya
melayani transportasi, tapi juga mendistribusikan CNG ke industri, komersial, bisa juga
untuk rumah tangga.
Sementara ini kita limitasi dulu sambil kita merencanakan pusat-pusat SPBG ini
nantinya akan ada di mana saja sehingga pemanfaatannya lebih optimal.
Kalau di Batam ini, CNG bukan hanya untuk transportasi. Misalnya kita melayani untuk
shipyard, mereka memotong plat-plat besi pakai CNG, tekanannya sudah bagus. Jadi
SPBG itu bisa dipakai selain untuk transportasi, kita lihat market-market baru. (mca/ang
Direktur PGN Dilo Seno Widadgo menyatakan bahwa sambungan gas rumah tangga
sebanyak 21.000 rumah di Tarakan tersebut, meliputi 7 sektor di 6 kelurahan, yakni
Kelurahan Kampung 1 Skip, Kelurahan Gunung Lingkas, Kelurahan Karang Anyar,
Kelurahan Pamusian, dan Kelurahan Selumit.
PGN sangat siap menerima kepercayaan dari pemerintah untuk membangun jaringan
gas rumah tangga di Tarakan ungkap Dilo Seno Widagdo, dihubungi, di Jakarta, Rabu
(4/5).
Dilo menambahkan, untuk memperlancar pembangunan jaringan gas rumah tangga
tersebut, PGN berharap dukungan dari masyarakat maupun pemerintah daerah.
Kami mengharapkan dukungan penuh dari semua pihak terutama masyarakat dan
pemerintah daerah sehingga makin banyak masyarakat di Tarakan yang menikmati
energi baik gas bumi yang efisien dan ramah lingkungan, tegas Dilo.
Saat ini, sudah terdapat sebanyak 3.366 rumah tangga di Tarakan yang memanfaatkan
energi baik gas bumi dari PGN. Rumah tersebut berada di Kelurahan Sebengkok dan
Kelurahan Karang Balik, Tarakan. Jaringan gas tersebut dibangun Kementerian ESDM
pada 2010 dan kemudian pengelolaanya dipercayakan kepada PGN.
Dengan tambahan 21.000 sambungan yang dibangun PGN tahun ini dengan
pendanaan berasal dari Anggaran Pendapatan Belanja Negara (APBN) sekitar Rp 225
miliar, maka total akan ada sekitar 24.336 rumah tangga di Tarakan menikmati gas
bumi.
Selain di Tarakan, pemerintah juga menugaskan PGN untuk membangun jaringan gas
bumi di Surabaya sebanyak 24.000 sambungan gas rumah tangga dan di Batam
sebanyak 4.000 sambungan.
PGN juga mempunyai Program PGN Sayang Ibu untuk memperluas pemanfaatan
energi baik gas bumi bagi rumah tangga. Mulai 2016-2019 akan menambah 110.000
sambungan gas bumi rumah tangga di berbagai daerah yang bersumber dari dana
PGN sendiri tanpa membebani APBN, kata Dilo.
Sampai saat ini PGN telah menyalurkan gas bumi ke lebih dari 116.400 pelanggan
rumah tangga. Selain itu , 1.879 usaha kecil, mal, hotel, rumah sakit, restoran, hingga
rumah makan, serta 1.576 industri berskala besar dan pembangkit listrik.
Pelanggan PGN tersebar di berbagai wilayah mulai dari Sumatera Utara, Kepulauan
Riau, Riau, Sumatera Selatan, Lampung, DKI Jakarta, Jawa Barat, Banten, Jawa
Tengah, Jawa Timur, Kalimantan Utara, sampai Papua.
Saya sudah 4 tahun tinggal di Tarakan, tiap hari masak menggunakan LPG merek
Petronas (Malaysia), kata Adi Sudarmawan warga Jalan Niaga 1, Kelurahan Balik,
Kota Tarakan.
LPG melon (3 kg) sulit dicari, dan itu pun dijatah pembeliannya. Setiap warga hanya
boleh membeli satu tabung LPG 3 kg dan didaftar berdasarkan Kartu Keluarga dan
KTP, ungkap Adi.
Tentunya kondisi ini memprihatinkan, karena Tarakan sebelumnya dikenal sebagai kota
penghasil minyak dan gas. Belanda menemukan ladang minyak di Tarakan pada tahun
1896, dan pada tanggal 11 Januari 1942 Jepang menduduki Tarakan sebagai tujuan
awal dalam Perang Pacific karena ketersediaan sumber minyaknya.
Posted By: hfsPosted date: December 17, 2015In: Berita, SliderNo Comments
TARAKAN Sesuai Keputusan Menteri ESDM Nomor 3337 K/12/MEM/2015 tanggal 10 Juli 2015,
Pemerintah cq. Kementerian Energi Dan Sumber Daya Mineral menugaskan PT Perusahaan Gas Negara
(Persero) Tbk (PGN) untuk mengoperasikan jaringan distribusi gas bumi untuk rumah tangga (jargas) yang
dibangun pemerintah di Kota Tarakan, Kalimantan Utara. Penandatanganan dokumen serah terima
pengoperasian jaringan gas bumi untuk rumah tangga tersebut dilakukan bersamaan dengan perayaan
HUT Tarakan ke-18 di Kota Tarakan, Provinsi Kalimantan Utara, Selasa (15/12).
Sebelumnya, berdasarkan SK Menteri ESDM Nomor 0651.K/12/MEM/2011 tanggal 3 Maret 2011, jaringan
distribusi gas bumi untuk rumah tangga di Kota Tarakan tersebut dioperasikan oleh PT Perusahaan
Jargas Kota Tarakan dibangun Pemerintah dengan dana APBN pada 2010 dengan total sambungan rumah
(SR) 3.366 sambungan. Tersebar di 2 kelurahan yaitu Kelurahan Sebengkok dan Kelurahan Karangbalik.
Dengan pasokan gas bumi dari PT Medco EP Indonesia alokasi sebesar 0,7 MMSCFD.
Kota Tarakan adalah salah satu kota yang mampu meningkatkan jumlah sambungan rumah tangga
Direktur Infrastruktur dan Teknologi PGN Djoko Saputro menyambut baik kepercayaan pemerintah
terhadap PGN dalam pengelolaan jargas rumah tangga di Tarakan ini. Kami memiliki komitmen yang
kuat untuk mendukung pemerintah dalam perluasan pemanfaatan gas bumi bagi masyarakat, kata Djoko
Saputro.
Sesuai dengan Peraturan BPH Migas No 3 Tahun 2014 tentang Harga Jual Gas Bumi Melalui Pipa yang
Dijual oleh Perusahaan Daerah Kota Tarakan untuk Konsumen Rumah Tangga dan Pelanggan Kecil Pada
Jaringan Pipa Distribusi Kota Tarakan, maka masyarakat yang menjadi pelanggan gas rumah tangga
dikenakan biaya sebesar Rp. 3.492/m3 setiap bulannya. Sekedar ilustrasi, pemakaian gas rumah tangga
per bulan adalah antara 10 15 meter kubik. Jadi rumah tangga biasanya akan mengeluarkan biaya
sebesar Rp 35 ribu Rp 60 ribu per bulannya. Sehingga masyarakat dapat menikmati efisiensi dan
Walikota Tarakan Sofian Raga berharap ke depannya, PGN melalui penugasan tersebut dapat
mengembangkan pembangunan infrastruktur jaringan gas bumi. Sehingga tidak hanya sambungan
rumah tangga yang dapat menikmati gas bumi, namun juga dapat berkembang ke industri untuk
masyarakat. Untuk itu diperlukan kerjasama, dukungan, dan sinergi yang baik antara Pemerintah Kota
Tarakan, Kementerian ESDM cq Ditjen Migas, Perusahaan Daerah Kota Tarakan dan PGN agar membantu
Direncanakan pada tahun 2016, Kementerian ESDM cq Ditjen Migas dengan sumber dana dari APBN
Tahun Anggaran 2016 akan melakukan pengembangan jargas di Kota Tarakan sebanyak 21.000 SR, yang