Demikian diutarakan Dirut PT (Persero) Jasa Marga Syarifuddin Alambai akhir pekan lalu. Dia
didampingi Sekretaris Perusahaan Hengki Hermanto, serta Direktur Pengembangan dan Niaga
Frans Sunito.
Sesaat sebelumnya, Dirut Jasa Marga melakukan penandatanganan perjanjian kerja dengan
sembilan kontraktor pemenang tender proyek. Kesembilan kontraktor itu, PT Mawatindo yang
mengerjakan rute Purwakarta Utara-Purwakarta Selatan sejauh 9,1 kilometer (km) dengan nilai
kontrak Rp 155 miliar; PT Adhi Karya untuk ruas Purwakarta Selatan- Pleret sejauh 8,5 km
senilai Rp 295 miliar; PT Waskita- Yasa JO, ruas Pleret-Darangdan, termasuk Jembatan Ciujung
sekitar 6,3 km, senilai Rp 352 miliar; PT Nindya Karya mengerjakan rute Pleret-Cikalong Wetan
sejauh 4,7 km senilai Rp 120 miliar.
Selanjutnya, PT L&M System Indonesia membangun Jembatan Cisomang pada ruas Pleret-
Cikalong senilai Rp 75 miliar; PT Daya Mulia Turangga pada ruas Cikalong Wetan-Cikamuning
sejauh 5,5 km senilai Rp 106 miliar; PT Propelar membangun Jembatan Cikubang pada ruas
Cikalong Wetan-Cikamuning senilai Rp 140 miliar; PT Hutama Karya pada ruas Cikubang-
Cipada sejauh 2,5 km dengan nilai Rp 236 miliar; dan PT Sumber Mitra Jaya-Ircon International
rute Cikalong Wetan-Cikamuning sejauh 3,8 km senilai Rp 96 miliar.
Untuk kelancaran pembangunan konstruksi, kesembilan perusahaan ini mendapat pinjaman dana
dari sejumlah perbankan, seperti Bank BNI 1946, Bank Mandiri, Bank Bukopin, Bank Central
Asia (BCA), dan Bank Jabar. Jasa Marga baru membayar semua nilai kontrak setelah proyek
selesai. "Jadi, setelah proyek itu dinilai telah 100 persen tuntas, kontraktor boleh menyerahkan
kepada Jasa Marga. Saat yang sama Jasa Marga pun wajib membayar uang yang menjadi hak
kontraktor seperti disepakati dalam kontrak kerja sama," ujar Syarifuddin.
Pembangunan proyek ini tergolong sangat berat sebab banyak melewati wilayah perbukitan. Hal
inilah yang membuat biaya konstruksi pada beberapa ruas begitu mahal. Padahal, panjang jalan
yang dibangun tergolong pendek. Itu sebabnya, Jasa Marga melibatkan sembilan perusahaan
sebagai konsultan supervisi dan empat perusahaan konsultan desain.
Agar pelaksanaan proyek sesuai jadwal, ditunjuk AD Panjaitan, Direktur Sumber Daya Manusia
PT Jasa Marga, sebagai manajer proyek. Panjaitan dibantu konsultan manajemen kontraktor
yang merupakan konsorsium perusahaan yang terdiri atas PT Pasamoka Consultant, SMEC Pty
Ltd, dan PT Sanitek Konsultindo.
Mengenai pembebasan tanah dalam proyek tersebut, Frans Sunito mengatakan, secara umum
tidak ada masalah yang krusial. Alasannya, tanah pada sejumlah titik yang belum selesai
dituntaskan pembebasannya bukan milik perorangan atau swasta, melainkan milik PT Kereta Api
dan PT Perkebunan. "Sebagai sesama badan usaha milik negara (BUMN), persoalan tanah itu
segera diselesaikan tanpa menghambat pembangunan jalan tol. Makanya, kami tegaskan proyek
ini telah terbebas dari masalah pembebasan tanah," ujarnya.
Menyangkut tarif awal jalan tol itu, dia mengaku belum diputuskan pemerintah. Kendati
demikian, Jasa Marga akan menggunakan tarif yang berlaku pada ruas Cipularang I (Cikampek-
Sadang) yakni Rp 300-Rp 350 per kilometer. Alasannya, karena tarif ini juga dijadikan patokan
dalam pembuatan prospektus bisnis Jalan Tol Cipularang II yang dilakukan beberapa waktu lalu.
(JAN)