DI SUSUN OLEH :
KELOMPOK 4
1. NODI RAHMA DINI 1514471065
2. NOVA YESINTA 1514471066
3. NURMALA OKTAVIA 1514471067
4. PUTRI KOMALA SARI 1514471068
5. RAHMAT GESTIAWAN 1514471069
6. RANGGA MARGA W 1514471070
TINGKAT 3 REGULER 2
i
i
KATA PENGANTAR
Puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa atas rahmat dan hidayah-Nya
kami dapat menyelesaikan makalah yang berjudul Pengkajian Status Mental
Lansia Dengan Mini Menta State Exam (MMSE) . Proses penyusunan tugas
atau materi ini mengalami sedikit hambatan yang penulis hadapi. Namun penulis
menyadari bahwa kelancaran dalam penyusunan materi ini tidak lain berkat
bantuan, dorongan dan bimbingan dari dosen pengajar mata kuliah Keperawatan
Gerontik sehingga kendala-kendala yang penulis hadapi dapat terselesaikan.
Penulis
DAFTAR ISI
ii
BAB I
PENDAHULUAN
1
keperawatan. Penggunaan format pun memastikan pengkajian pada tingkat yang
komprehensif (Potter & Perry, 2005).
1.2 Tujuan
Tujuan pembuatan makalah tentang untuk mengetahui bagaimana cara
Pemeriksaan Mini Mental Status Examination (MMSE) kepada lansia sehingga
mengetahui penurunan fungsi kognitif dan memantau perkembangan penyakit.
Untuk mengetahui pengertian, indikasi, manfaat, tujuan, sop, format
pemeriksaan, kelebihan dan kekurangan dari Mini Mental Status Examination
(MMSE).
2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
3
rentang 4-21 menit. Skor pada MMSE bisa bias karena pengaruh tingkat
pendidikan, perbedaan bahasa, dan hambatan budaya. Pasien dengan tingkat
pendidikan lebih rendah dapat keliru diklasifikasikan sebagai gila, dan pada pasien
dengan tingkat pendidikan tinggi bisa tidak terdeteksi. Skor MMSE umumnya
menurun dengan bertambahnya usia.
Skor 30 tidak selalu berarti fungsi kognitif normal dan skor nol bukan berarti
tidak ada kognisi secara absolut. Tes ini tidak punya kapasitas mencukupi untuk tes
fungsi frontal/ eksekutif atau fungsi visuospasial (khususnya parietal kanan). Tugas
segilima pada MMSE memerintahkan pasien menirukan gambar dan tidak menilai
kemampuan merencanakan. Sebagai akibatnya tes ini mempunyai keterbatasan
untuk mendeteksi demensia non Alzheimer, seperti kelainan kognitif pasca stroke,
dan demensia frontotemporal atau subkortikal pada fase awal (Tangalos,1996).
Untuk mengurangi bias atau kelemahan MMSE, dikembangkan beberapa tes
lain seperti Standardized Mini-Mental State Examination (SMMSE) diperkenalkan
sebagai upaya menurunkan variasi skor inter rater (Parker,2004). The Abbreviated
Mental Test (AMT), Mini-Cog (dapat dikerjakan dalam 3 menit) dan Six-Item
Screener (SIS) (mempunyai 6 pertanyaan) sehingga lebih memungkinkan
penggunaan tes ini secara rutin pada pasien usia lanjut di rumah sakit yang sibuk
atau di UGD. Clock Drawing Test (CDT) mempunyai keuntungan relatif terhindar
dari bias karena faktor tingkat intelektual, bahasa, dan budaya. The General
Practitioner Assessment of Cognition (GPCOG) digunakan untuk menguji memori
kejadian yang baru terjadi dan orientasi. Six-Item Cognitive Impairment Test (6CIT)
menggunakan beban skor yang berbeda pada masing-masing item (Holmes,1996;
Tangalos,1996; Swain,1999).
4
2.4 Tujuan MMSE
Mini mental state examination (mmse) merupakan tes kognitif yang bertujuan
untuk menentukan derajat fungsi kognitif secara umum dan untuk skrining
penurunan fungsi kognitif. Selain itu MMSE bertujuan untuk menilai status mental
pasien. Awalnya dirancang sebagai media pemeriksaan status mental singkat serta
terstandarisasi yang memungkinkan untuk membedakan antara gangguan organic
dan fungsional pada pasien psikiatri. Sejalan dengan banyaknya penggunaan tes ini
selama betahun-tahun, kegunaan utama MMSE berubah menjadi suatu media untuk
mendeteksi dan mengikuti perkembangan gangguan kognitif yang berkaitan dengan
kelainan neurodegenarif, misalnya penyakit Alzheimer. Domain kognitif yang
diperiksa meliputi orientasi, registrasi, atensi, pengujian memori jangka pendek dan
jangka panjang, dan berhitung. MMSE ini sering digunakan untuk menilai
penurunan status metal pada lansia seiring bertambahnya usia pasien.
5
dialaminya
KONTRAINDIKASI -
Agama : Suku :
Alamat :
Pewawancara :
Maksimal Klien
1 Orientasi
6
2 Registrasi
4 Mengingat
5 Bahasa
Keterangan
- Nilai maksimal 30, nilai 21 atau kurang biasanya
indikasi adanya kerusakan kognitif yang memerlukan
7
penyelidikan lanjut
1. ORIENTASI
8
Berikan 1 angka untuk setiap jawaban
yang benar. Bila masih salah, ulangilah
penyebutan nama ke-3 benda tersebut
sampai ia dapat mengulanginya dengan
benar. Hitunglah jumlah percobaan dan
catatlah [apel (1), uang (1), neja, (1)].
(Jumlah percobaan)
3. ATENSI DAN KALKULASI
9
berikut: PEJAMKAN MATA
ANDA (angka 1)
Tes minimental (The mini mental state
exanibation).
e. Suruh penderita menulis satu kalimat
pilihannya sendiri (kalimat harus
mengandung subyek dan obyek dan
harus mempunyai makna. Salah eja
tidak diperhitungkan bila member
skor).
2 (.)
f. Perbesarlah gambar di bawah ini
sampai 1,5 cm tiap sisi dan suruh
pasien mengkopinya, berilah angka 1
bila semua sisi digambarnya dan
potongan antara segi lima tersebut
membentuk segi empat.
Jumlah 30 ()
Skor Nilai :
24 30 : Normal
10
Catatan : dalam membuat penilaian fungsi kognitif harus diperhatikan tingkat
pendidikan dan usia responden.
Alat bantu periksa : Kertas kosong, pensil, arloji, tulisan yang bisa dibaca dan gambar
yang harus ditiru/disalin.
11
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
3.2 Saran
12
Daftar Pustaka
https://www.scribd.com/document/340103425/Makalah-MMSE-Kelompok-1
13