Anda di halaman 1dari 16

i

MAKALAH KEPERAWATAN GERONTIK


PENGKAJIAN LANSIA MINI MENTAL STATUS EXAMINATION
(MMSE)

DI SUSUN OLEH :
KELOMPOK 4
1. NODI RAHMA DINI 1514471065
2. NOVA YESINTA 1514471066
3. NURMALA OKTAVIA 1514471067
4. PUTRI KOMALA SARI 1514471068
5. RAHMAT GESTIAWAN 1514471069
6. RANGGA MARGA W 1514471070

TINGKAT 3 REGULER 2

POLTEKKES KEMENKES TANJUNGKARANG


PRODI KEPERAWATAN KOTABUMI
TAHUN AJARAN 2016/2017

i
i

KATA PENGANTAR

Puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa atas rahmat dan hidayah-Nya
kami dapat menyelesaikan makalah yang berjudul Pengkajian Status Mental
Lansia Dengan Mini Menta State Exam (MMSE) . Proses penyusunan tugas
atau materi ini mengalami sedikit hambatan yang penulis hadapi. Namun penulis
menyadari bahwa kelancaran dalam penyusunan materi ini tidak lain berkat
bantuan, dorongan dan bimbingan dari dosen pengajar mata kuliah Keperawatan
Gerontik sehingga kendala-kendala yang penulis hadapi dapat terselesaikan.

Terimakasih kepada semua pihak yang telah membantu terselesaikannya


makalah ini. Sebagai insan biasa, kami sadar bahwa penulisan makalah ini
memiliki banyak kekurangan. Maka dari itu kritik dan saran yang membangun
dari pembaca kami harapkan demi menyempurnakan makalah ini. Semoga
makalah ini bermanfaat bagi kita semua dan yang membacanya.

Kotabumi, 09 Oktober 2017

Penulis
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ...................................................................................... ii


KATA PENGANTAR .................................................................................... iii
DAFTAR ISI ................................................................................................... iv
BAB 1. PENDAHULUAN ............................................................................. 1
1.1 Latar Belakang ................................................................................... 1
1.2 Tujuan ................................................................................................ 2
BAB 2. TINJAUAN TEORI .......................................................................... 3
2.1 Definisi MMSE................................................................................. 3
2.2 Sejarah Permebangan MMSE3
2.3 Indikasi MMSE................................................................................. 4
2.4 Manfaat MMSE ................................................................................ 5
2.5 Tujuan MMSE .................................................................................. 5
2.6 SOP MMSE ...................................................................................... 5
2.7 Format MMSE .................................................................................. 8
2.8 Kelebihan MMSE ............................................................................. 11
2.9 Kelemahan MMSE ........................................................................... 11
BAB 3. PENUTUP.......................................................................................... 12
3.1 Kesimpulan ....................................................................................... 12
3.2 Saran ................................................................................................. 12
DAFTAR PUSTAKA ..................................................................................... 13

ii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Perawat sebagai tenaga kesehatan yang profesional mempunyai kesempatan
paling besar untuk memberikan pelayanan/asuhan keperawatan yang komprehensif
dengan membantu klien memenuhi kebutuhan dasar yang holistik, salah satunya
dalam pemenuhan kebutuhan keselamatan dan keamanan.Keperawatan gerontik
secara holistik menggabungkan aspek pengetahuan dan ketrampilan dari berbagai
macam disiplin ilmu dalam mempertahankan kondisi kesehatan fisik, mental,
sosial, dan spiritual lansia. Hal ini diupayakan untuk memfasilitasi lansia ke arah
perkembangan kesehatan yang lebih optimum, dengan pendekatan pada pemulihan
kesehatan, memaksimalkan kualitas hidup lansia baik dalam kondisi sehat, sakit
maupun kelemahan serta memberikan rasa aman, nyaman, terutama dalam
menghadapi kematian.
Keperawatan gerontik secara holistik menggabungkan aspek pengetahuan
dan ketrampilan dari berbagai macam disiplin ilmu dalam mempertahankan kondisi
kesehatan fisik, mental, sosial, dan spiritual lansia. Hal ini diupayakan untuk
memfasilitasi lansia ke arah perkembangan kesehatan yang lebih optimum, dengan
pendekatan pada pemulihan kesehatan, memaksimalkan kualitas hidup lansia baik
dalam kondisi sehat, sakit maupun kelemahan serta memberikan rasa aman,
nyaman, terutama dalam menghadapi kematian.Hal yang pertama perawat lakukan
dalam memberikan asuhan keperawatan pada lansia adalah pengkajian. Menurut
Potter & Perry, (2005),
Tujuan dari pengkajian adalah menetapkan dasar data tentang kebutuhan,
masalah kesehatan, pengalaman yang berkaitan, praktik kesehatan, tujuan, nilai dan
gaya hidup yang dilakukan klien. Pengumpulan data harus berhubungan dengan
masalah kesehatan terutama dengan masalah kesehatan utama yang dimiliki pasien,
sehingga data yang didapatkan relevan dengan asuhan keperawatan yang akan
dijalankan pada pasien tersebut. Penggunaan format pengkajian standarisasi
dianjurkan, karena dapat memberikan tanggung gugat minimal dari profesi

1
keperawatan. Penggunaan format pun memastikan pengkajian pada tingkat yang
komprehensif (Potter & Perry, 2005).

1.2 Tujuan
Tujuan pembuatan makalah tentang untuk mengetahui bagaimana cara
Pemeriksaan Mini Mental Status Examination (MMSE) kepada lansia sehingga
mengetahui penurunan fungsi kognitif dan memantau perkembangan penyakit.
Untuk mengetahui pengertian, indikasi, manfaat, tujuan, sop, format
pemeriksaan, kelebihan dan kekurangan dari Mini Mental Status Examination
(MMSE).

2
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Definisi MMSE

Mini Mental Stage Examination (MMSE) adalah sebuah pemeriksaan yang


dilakukan oleh petugas medis untuk mengetahui dan menilai status mental pasien.
MMSE merupakan sebuah instrumen untuk menilai bagaimana orientasi waktu dan
tempat, memori jangka panjang dan jangka panjang, berhitung, serta kemampuan
dalam berbahasa. MMSE digunakan untuk menilai penurunan status mental pada
lansia seiring bertambahnya usia.

MMSE adalah sebuah pemeriksaan yang sering digunakan untuk mengevaluasi


dan mengkonfirmasi penurunan fungsi kognitif, serta dapat pula digunakan untuk
memantau perjalanan dari suatu penyakit (Perdossi, 2013). MMSE dikembangkan
untuk membedakan antara lanjut usia dengan atau tanpa gangguan neuropsikiatri
awal dalam proses penyakit. Dengan mengetahui lebih awal gangguan
neuropsikiatri orang tersebut maka dapat meningkatkan waktu pengobatan
farmakologis dan non farmakologis untuk menunda terjadinya gangguan
neuropsikiatri tersebut terutama gangguan kognitif.

2.2 Sejarah Perkembangan MMSE


The Mini Mental State Examination (MMSE)

Di Amerika Serikat, Kanada, dan Inggris, psikogeriatris menggunakan the Mini


Mental State Examination (MMSE) sebagai instrumen untuk menilai kognitif
pasien. Tes ini meski paling sering digunakan, memiliki kelemahan pada waktu
yang dibutuhkan untuk tes tersebut. MMSE menggunakan instrumen penilaian 30
poin. Instrumen ini pertama dikembangkan sebagai skrining kelainan kognitif untuk
membedakan antara kelainan organik dan non organik (misalnya schizophrenia).
Pada saat ini, MMSE merupakan metode untuk skrining dan monitoring
perkembangan demensia dan delirium. MMSE berkorelasi baik dengan skor tes
skrining kognitif yang lain. Waktu yang dibutuhkan rata-rata 8 menit dengan

3
rentang 4-21 menit. Skor pada MMSE bisa bias karena pengaruh tingkat
pendidikan, perbedaan bahasa, dan hambatan budaya. Pasien dengan tingkat
pendidikan lebih rendah dapat keliru diklasifikasikan sebagai gila, dan pada pasien
dengan tingkat pendidikan tinggi bisa tidak terdeteksi. Skor MMSE umumnya
menurun dengan bertambahnya usia.
Skor 30 tidak selalu berarti fungsi kognitif normal dan skor nol bukan berarti
tidak ada kognisi secara absolut. Tes ini tidak punya kapasitas mencukupi untuk tes
fungsi frontal/ eksekutif atau fungsi visuospasial (khususnya parietal kanan). Tugas
segilima pada MMSE memerintahkan pasien menirukan gambar dan tidak menilai
kemampuan merencanakan. Sebagai akibatnya tes ini mempunyai keterbatasan
untuk mendeteksi demensia non Alzheimer, seperti kelainan kognitif pasca stroke,
dan demensia frontotemporal atau subkortikal pada fase awal (Tangalos,1996).
Untuk mengurangi bias atau kelemahan MMSE, dikembangkan beberapa tes
lain seperti Standardized Mini-Mental State Examination (SMMSE) diperkenalkan
sebagai upaya menurunkan variasi skor inter rater (Parker,2004). The Abbreviated
Mental Test (AMT), Mini-Cog (dapat dikerjakan dalam 3 menit) dan Six-Item
Screener (SIS) (mempunyai 6 pertanyaan) sehingga lebih memungkinkan
penggunaan tes ini secara rutin pada pasien usia lanjut di rumah sakit yang sibuk
atau di UGD. Clock Drawing Test (CDT) mempunyai keuntungan relatif terhindar
dari bias karena faktor tingkat intelektual, bahasa, dan budaya. The General
Practitioner Assessment of Cognition (GPCOG) digunakan untuk menguji memori
kejadian yang baru terjadi dan orientasi. Six-Item Cognitive Impairment Test (6CIT)
menggunakan beban skor yang berbeda pada masing-masing item (Holmes,1996;
Tangalos,1996; Swain,1999).

2.3 Indikasi MMSE


Mini Mental Stage Examination (MMSE) ini diindikasikan bagi lansia yang
mengalami penurunan status mental ataupun kognitifnya, baik lansia yang tinggal
dengan keluarga, di panti keluarga, dan komunitas.

4
2.4 Tujuan MMSE
Mini mental state examination (mmse) merupakan tes kognitif yang bertujuan
untuk menentukan derajat fungsi kognitif secara umum dan untuk skrining
penurunan fungsi kognitif. Selain itu MMSE bertujuan untuk menilai status mental
pasien. Awalnya dirancang sebagai media pemeriksaan status mental singkat serta
terstandarisasi yang memungkinkan untuk membedakan antara gangguan organic
dan fungsional pada pasien psikiatri. Sejalan dengan banyaknya penggunaan tes ini
selama betahun-tahun, kegunaan utama MMSE berubah menjadi suatu media untuk
mendeteksi dan mengikuti perkembangan gangguan kognitif yang berkaitan dengan
kelainan neurodegenarif, misalnya penyakit Alzheimer. Domain kognitif yang
diperiksa meliputi orientasi, registrasi, atensi, pengujian memori jangka pendek dan
jangka panjang, dan berhitung. MMSE ini sering digunakan untuk menilai
penurunan status metal pada lansia seiring bertambahnya usia pasien.

2.1 Manfaat MMSE


Dengan adanya pemeriksaan MMSE ini dapat diketahui seberapa parah
gangguan kognitif yang dialami pasien melalui skor atau nilai dari pemeriksaan
tersebut. Pemeriksa juga dapat mengevaluasi perjalanan suatu penyakit yang
berhubungan dengan proses penurunan kognitif dan memonitor repson terhadap
pengobatan (Turuna, 2004).

2.2 SOP MMSE

PENGKAJIAN STATUS MENTAL LANSIA DENGAN


MINI MENTA STATE EXAM (MMSE)

PROSEDUR TETAP NO NO REVISI: HALAMAN:


DOKUMEN:

TANGGAL DITETAPKAN OLEH


TERBIT:

PENGERTIAN Status mental lansia merupakan keadaan umum tingkat lasia


yang menandakan lansia dalam keadaan sadar penuh terhadap
kondisi dan keadaan lansia terkait dengan proses penuaan yang

5
dialaminya

TUJUAN a. Mengidentifikasi status mental lansia


b. Merumuskan permasalahan mental yang di alami lansia
c. Menentukan tindakan selanjutnya pada lansia
INDIKASI Lansia yang tinggal di panti keluarga dan komunitas.

KONTRAINDIKASI -

PERSIAPAN Kontrak waktu tempat dan orang sesuai dengan kegiatan


PASIEN keseharian lansia

PERSIAPAN ALAT Peralatan dan perlengkapan sehari-hari yang umumnya


digunakan oleh lansia sesuai dengan keadaan lansia saat ini

CARA KERJA Nama Klien : Tanggal :

Jenis Kelamin : Umur : Tahun

Agama : Suku :

Alamat :

Pewawancara :

Petunjuk: Ajukan pertanyaan-pertanyaan dalam urutan yang


tercantum. Skor satu poin untuk setiap yang benar respon
dalam setiap pertanyaan atau kegiatan.
No Pertanyaan Nilai

Maksimal Klien

1 Orientasi

Tahun, musim, tanggal, 5


hari, bulan apa sekarang?

Dimana kita negara bagian, 5


wilayah, kota , tempat,
lantai?

6
2 Registrasi

Nama 3 onjek : 1 detik 3


untuk mengatakan masing-
masing objek. Tanyakan ke
3 obyek tersebut setelah
ditunjukkannya dan
disebutkannya

3 Perhatikan dan kalkulasi

Seri 7 pertanyaan . berhenti 5


setelah 5 jawaban.
Bergantian eja kata ke
belakang

4 Mengingat

Minta untuk mengulang ke 3


tiga objek diatas. Berikan 1
poin untuk setiap kebenaran

5 Bahasa

Menggunakan pensil dan 9


melihat (2 poin) mengulang
hal berikut; tak-ada-jika-
dan-atau-tetapi (1 poin)

HASIL Cara Analisis:


- Kaji Tingkat kesadaran Sepanjang Kontinum

Compos mentis apatis somnolen suporus coma

Keterangan
- Nilai maksimal 30, nilai 21 atau kurang biasanya
indikasi adanya kerusakan kognitif yang memerlukan

7
penyelidikan lanjut

Hal-hal yang perlu diperhatikan:

1. Penilaian disesuaikan dengan penilaian fungsi intelektual pada pengkajian status


kognitif dengan SPSMQ
2. Penilaian pengkajian status mental dengan pendekatan MMSE dapat digunakan
untuk mengidentifikasi fungsi kognitif dan mental lansia.

2.6 Format Pemeriksaan MMSE


Pemeriksaan Mini Mental Status Examination (MMSE)
Nama Responden : .. (Lk/Pr)
Pendidikan : ..
Riwayat Penyakit : Stroke ( ), DM ( ), Hipertensi ( ), Peny. Jantung ( )
Peny. Lain
Pemeriksa : Tgl
Item Tes Nilai maks Nilai

1. ORIENTASI

Sekarang tahun (1), musim (1), bulan (1),


5 (.)
tanggal (1), dan hari (1) apa?
Kita berada di mana ? sebutkan (1), desa
(1), kecamatan (1), kabupaten (1), kota 5 (.)

propinsi (1), dan negara (1)


2. REGISTRASI

Pemeriksa menyebutkan 3 benda yang


berbeda kelompoknya selang 1 detik (apel,
3 (.)
uang dan meja). Kemudian mintalah lansia
untuk mengulang ke-3 nama tersebut.

8
Berikan 1 angka untuk setiap jawaban
yang benar. Bila masih salah, ulangilah
penyebutan nama ke-3 benda tersebut
sampai ia dapat mengulanginya dengan
benar. Hitunglah jumlah percobaan dan
catatlah [apel (1), uang (1), neja, (1)].
(Jumlah percobaan)
3. ATENSI DAN KALKULASI

Hitunglah berturut-turut selang 7 mulai


dari 100 ke bawah 1 angka untuk setiap
jawaban yang benar. Berhenti setelah 5
hitungan. (93, 86, 79, 72, 65) beri angka 1 5 (.)

bagi tiap jawaban yang betul. Tes 4 ini


dapat diganti dengan tes mengeja
KARTU (UTRAK).
4. MENGINGAT KEMBALI (RECALL)

Tanyakan kembali nama 3 buah benda


yang telah disebutkan di atas. Berikan 1 3 (.)

angka untuk setiap jawaban yang benar.


5. BAHASA

a. Apakah nama-nama benda ini?


(Perlihatkan pensil dan arloji?) (2
angka)
b. Ulangi kalimat berikut : Jika tidak
dan atau tetapi (1 angka)
c. Laksanakan 3 buah perintah ini ini : 7 (.)

Peganglah selembar kertas dengan


tangan kananmu, lipatlah kertas itu
pada pertengahan, dan letakkan di
lantai (3 angka)
d. Bacalah dan laksanakan perintah

9
berikut: PEJAMKAN MATA
ANDA (angka 1)
Tes minimental (The mini mental state
exanibation).
e. Suruh penderita menulis satu kalimat
pilihannya sendiri (kalimat harus
mengandung subyek dan obyek dan
harus mempunyai makna. Salah eja
tidak diperhitungkan bila member
skor).
2 (.)
f. Perbesarlah gambar di bawah ini
sampai 1,5 cm tiap sisi dan suruh
pasien mengkopinya, berilah angka 1
bila semua sisi digambarnya dan
potongan antara segi lima tersebut
membentuk segi empat.

Jumlah 30 ()

Tandai tingkat kesadaran lansia pada garis


absis di bawah ini dengan huruf
Sadar Somnolen Stupor Koma

Skor Nilai :

24 30 : Normal

17 23 : Probable gangguan kognitif

0 16 : Definite gangguan kognitif

10
Catatan : dalam membuat penilaian fungsi kognitif harus diperhatikan tingkat
pendidikan dan usia responden.

Alat bantu periksa : Kertas kosong, pensil, arloji, tulisan yang bisa dibaca dan gambar
yang harus ditiru/disalin.

2.7 Kelebihan MMSE


Data psikometri luas MMSE menunjukkkan bahwa tes ini memiliki tes retest
dan reliabilitas serta validitas sangat baik berdasarkan diagnosis klinis independen
demensia dan penyakit Alzheimer. Karena performance pada MMSE dapat
dibiaskan oleh pengaruh status pendidikan rendah pada pasien yang sehat, beberapa
pemeriksa merekomendasikan untuk menggunakan ambang skor berdasarkan umur
dan status pendidikan untuk mendeteksi demensia.

2.8 Kelemahan MMSE


Kelemahan terbesar MMSE yang banyak disebutkan ialah batasannya atau
ketidakmampuannya untuk menilai beberapa kemampuan kognitif yang terganggu
di awal penyakit Alzheimer atau gangguan demensia lain (misalnya terbatasnya
item verbal dan memori dan tidak adanya penyelesaian masalah atau judgment),
MMSE juga relatif tak sensitif terhadap penurunan kognitif yang sangat ringan
(terutama pada individual dengan status pendidikan tinggi). Walaupun batasan-
batasan ini mengurangi manfaat MMSE, tes ini tetap menjadi instrumen yang
sangat berharga untuk penilaian penurunan kognitif (Rush, 2000).

11
BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

MMSE merupakan sebuah pemeriksaan yang digunakan untuk mengetahui


status mental pasien dan menilai penurunan kognitif pada lansia seiring
bertambahnya usia. MMSE bertujuan untuk membedakan antara gangguan organik
dan fungsional pada pasien psikiatri. kegunaan utama MMSE berubah menjadi
suatu media untuk mendeteksi dan mengikuti perkembangan gangguan kognitif
yang berkaitan dengan kelainan neurodegeneratif, misalnya penyakit Alzheimer.
MMSE merupakan suatu skala terstruktur yang terdiri dari 30 poin yang
dikelompokkan menjadi 7 kategori : orientasi terhadap tempat (negara, provinsi,
kota, gedung dan lantai), orientasi terhadap waktu (tahun, musim, bulan, hari dan
tanggal), registrasi (mengulang dengan cepat 3 kata), atensi dan konsentrasi (secara
berurutan mengurangi 7, dimulai dari angka 100, atau mengeja kata KARTU
(secara terbalik), mengingat kembali (mengingat kembali 3 kata yang telah diulang
sebelumnya), bahasa (memberi nama 2 benda, mengulang kalimat, membaca
dengan keras dan memahami suatu kalimat, menulis kalimat dan mengikuti
perintah 3 langkah), dan kontruksi visual (menyalin gambar). Skor MMSE
diberikan berdasarkan jumlah item yang benar sempurna; skor yang makin rendah
mengindikasikan performance yang buruk dan gangguan kognitif yang makin
parah. Skor total berkisar antara 0-30 (performance sempurna).

3.2 Saran

Dalam membuat penilaian fungsi kognitif harus diperhatikan tingkat pendidikan


dan usia responden. Bina hubungan saling percaya dengan pasien dan jangan
memaksakan jika pasien tidak bisa menjawab atau melewati tahap pemeriksaan
MMSE. Perawat harus lebih sabar dalam membimbing pasien untuk melakukan
perintah atau menjawab pertanyaan pertanyaan yang diajukan.

12
Daftar Pustaka

Anderso,E.,& Mc Farlane,J. (2004) Community As Partner: Theory and Pratice in


Nursing. 4th edition. Philadelphia: Lippincott Williams & Wilkins
Edmund H.Duthie (2001) Pratice of Geriatrics,WB. Saunders Company, Philadelphia.
Folstein MF, Folstein SE, McHugh PR. "Negara Mini-mental": metode praktis untuk
grading negara kognitif pasien bagi dokter. J Psychiatr Res. 1975; 12: 189-198.

Journal of Psychiatric Research, 12 (3): 189-198, 1975.

Kolegium Psikiatri Indonesia. Program pendidikan dokter spesialis psikiatri. Modul


psikiatri geriatri. Jakarta (Indonesia): Kolegium Psikiatri Indonesia; 2008.
Rovner BW, Folstein MF. Ujian negara mini-mental dalam praktek klinis. Hosp
Pract. 1987; 22 (1A): 99, 103, 106,110.

Tombaugh TN, McIntyre NJ. Pemeriksaan negara mini-mental yang: review


komprehensif. J Am Geriatr Soc.1992; 40 (9): 922-935.
http://robinperdana.blogspot.co.id/2013/10/penilaian-status-kognitif-pada-lanjut.html

https://www.scribd.com/document/340103425/Makalah-MMSE-Kelompok-1

13

Anda mungkin juga menyukai