Anda di halaman 1dari 42

BAB 3

GAMBARAN UMUM PARIWISATA KOTA BANDUNG

Pariwisata telah menjadi salah satu sektor yang telah menjadi suatu
industri dan memiliki peran yang sangat besar bagi pengembangan pembangunan
Kota Bandung. Kota Bandung merupakan salah satu kota tujuan wisata utama di
Wilayah Jawa Barat bagi wisatawan dari wilayah sekitarnya maupun dari
mancanegara. Selain itu berbagai faktor seperti faktor posisi Kota Bandung
sebagai pusat pemerintahan, pusat perekonomian, pusat perdagangan dan industri
atau dapat dikatakan sebagai pusat kegiatan jasa dan kegiatan perekonomian Jawa
Barat, serta kondisi geografis Kota Bandung mendukung Kota Bandung untuk
menjadi salah satu tujuan wisata utama di Jawa Barat. Berdasarkan hal-hal
tersebut, maka dapat dikatakan bahwa Kota Bandung dapat berkembang sebagai
kota jasa dan pariwisata. (RIPPDA Kota Bandung 2006)

3.1 Gambaran Umum


3.1.1 Potensi Pariwisata Kota Bandung
Kota Bandung dapat dikatakan sebagai kota yang merupakan tujuan utama
wisata yang memiliki banyak faktor penarik bagi wisatawan (pull factor) yang
merupakan potensi pengembangan pariwisata yang dimiliki Kota Bandung.
Identifikasi potensi produk pariwisata di Kota Bandung dapat dipisahkan kedalam
tiga komponen, yaitu daya tarik wisata, amenitas dan aksesibilitas. Berikut ini
akan dijelaskan mengenai masing-masing komponen potensi produk wisata di
Kota Bandung.

3.1.1.1 Potensi daya tarik wisata (Attraction)


Berdasarkan kondisi pariwisata dan pola pengembangan perkotaannya,
Kota Bandung dapat diklasifikasikan sebagai destinasi pariwisata urban
tourism dengan berbagai variasi dari potensi daya tarik wisata alam, budaya,
buatan dan berbagai kegiatan lainnya. Tipologi potensi daya tarik wisata di Kota
Bandung dapat dilihat pada TABEL III-1 berikut ini.
TABEL III-1
TIPOLOGI POTENSI DAYA TARIK WISATA KOTA BANDUNG

No Jenis Daya Tarik

a. Wisata Heritage (Wisata Peninggalan Sejarah)


b. Wisata Belanja dan Kuliner
c. Wisata Pendidikan
d. Rekreasi dan Hiburan (Alam, Budaya, Buatan)
e. MICE (Meeting, Incentive, Convention, and Exhibition)
Sumber : RIPPDA Kota Bandung Tahun 2006

Berikut ini akan diuraikan mengenai potensi daya tarik wisata yang
terdapat di Kota Bandung.
a. Wisata Heritage.
Wisata heritage yang terdapat di Kota Bandung didominasi oleh
pengaruh peninggalan budaya asing akibat penjajahan, khususnya
peninggalan dari zaman penjajahan Belanda. Potensi pengembangan
wisata heritage di Kota Bandung dapat dilihat dengan banyaknya tempat-
tempat yang bias dikunjungi seperti kawasan-kawasan yang memiliki
nilai-nilai sejarah kolonial dan pecinan yang ditandai dengan karakteristik
fisik bangunan di kawasan-kawasan tersebut. Kawasan-kawasan di Kota
Bandung yang memiliki potensi daya tarik wisata heritage antara lain
terdapat pada kawasan pemerintahan dan perkantoran seperti pada ruas
jalan Asia Afrika-Braga-Cikapundung, kawasan militer seperti yang
terdapat pada gedung Kodam Siliwangi yang terdapat pada Jalan Aceh,
kawasan pemukiman seperti yang terdapat pada wilayah Cipaganti-Dago-
Riau dan kawasan perdagangan seperti pada ruas Jalan Otista dan Gardu
Jati.
Dalam pengembangan potensi wisata heritage ini, terdapat
berbagai hambatan, yaitu tingginya tingkat perubahan guna lahan dari
bangunan-bangunan tua dan bersejarah menjadi lahan komersial dan
perdagangan, seperti tingginya tingkat perubahan guna lahan pemukiman
di kawasan Jalan Dago maupun pada kawasan Jalan Riau menjadi
kawasan perdagangan dan kegiatan ekonomi seperti Factory Outlet.
b. Wisata Pendidikan.
Wisata pendidikan merupakan salah satu jenis daya tarik wisata
yang mulai digemari oleh masyarakat, khususnya akan kebutuhan
mengenai pendidikan yang bersifat outdoor dan berbagai fasilitas
penunjang aktivitas wisata pendidikan yang telah terdapat di Kota
Bandung. Berbagai objek wisata penunjang kegiatan pendidikan yang
terdapat di Kota Bandung antara lain adalah daya tarik wisata museum
(museum Geologi, museum Konferensi Asia Afrika, dan museum Pos,
dll), berbagai institusi pendidikan (ITB, Universitas Padjajaran,
Universitas Parahayangan, dll), pondok pesantren (Daarut Tauhid) dan
taman kota (Taman lalu lintas, Gasibu, Kebun Binatang, dll).
c. Wisata Belanja dan Kuliner.
Kegiatan wisata belanja dan kuliner dapat dikatakan menjadi daya
tarik utama bagi pengembangan kegiatan pariwisata di Kota Bandung.
Jenis wisata belanja yang marak ada di Kota Bandung yang menjadi daya
tarik seperti Factory Outlet yang berada pada kawasan Jl. Dago dan Jl.
Riau, kawasan pusat perbelanjaan lain seperti Cihampelas dan Alun-alun
Kota Bandung. Untuk keberadaan Factory Outlet, saat ini telah terdapat
sedikitnya sekitar 39 unit, sedangkan untuk kegiatan wisata kuliner,
keberadaan rumah makan dan restoran cenderung tersebar di Kota
Bandung dengan jumlah restoran mencapai 96 unit dan rumah makan
sebanyak 190 unit.
Kegiatan wisata belanja dan kuliner di Kota Bandung dirasa perlu
memperhatikan berbagai infrastruktur pendukung kegiatan tersebut, karena
kegiatan wisata belanja di Kota Bandung telah memberikan dampak yaitu
kemacetan di daerah pemusatan kegiatan wisata belanja dan kuliner.
Pemusatan kegiatan wisata belanja tersebut juga menimbulkan berbagai
dampak bagi industri-industri wisata belanja lainnya seperti kawasan
belanja Cibaduyut dan Alun-alun yang sekarang telah sepi dari
pengunjung karena kalah oleh kegiatan wisata belanja di kawasan
Bandung Utara. (RTRW Kota Bandung Tahun 2003-2013)
Kegiatan wisata belanja dan kuliner juga didukung oleh
bertambahnya pusat perbelanjaan seperti mall, hypermarket dan plaza
yang memberikan berbagai fasilitas penunjang yang lebih lengkap yang
dirasa akan semakin menarik wisatawan dalam melakukan kegiatan wisata
belanja dan kuliner dan dapat mengembalikan citra Kota Bandung sebagai
kota fashion dan cuisine. Hal tersebut dapat menggambarkan sedikit
mengenai pentingnya berbagai sarana prasarana yang dapat menunjang
kegiatan pariwisata di Kota Bandung, seperti ketersediaan lahan parkir.
d. Rekreasi dan Hiburan
Posisi Kota Bandung yang cukup dekat dengan Jakarta menjadikan
Kota Bandung sebagai salah satu daerah tujuan utama bagi warga Jakarta
yang ingin berekreasi guna melepaskan segala kepenatan kerja dan
aktifitas sehari-hari, khususnya setelah dibangunnya akses yang
memudahkan wisatawan untuk pergi menuju Kota Bandung. Oleh karena
hal tersebut, maka Kota Bandung sangat berpotensi sebagai destinasi
wisata utama bagi warga Jakarta. Untuk kegiatan rekreasi dan hiburan di
Kota Bandung sendiri lebih banyak merupakan jenis wisata buatan, bukan
jenis wisata alam, yaitu seperti kolam renang, berbagi pusat perbelanjaan,
Factory Outlet. Untuk kegiatan hiburan yang berupa wisata budaya,
wisatawan dapat menikmati berbagai jenis kegiatan di Saung Angklung
Mang Udjo. Selain itu, Kota Bandung juga memiliki berbagai jenis wisata
religi seperti berbagai tempat peribadatan (Mesjid Agung, Gereja Katedral,
dll). Peluang Kota Bandung sebagai salah satu wadah budaya dan kesenian
sunda perlu dikembangkan dan diberi perhatian lebih, mengingat Kota
Bandung sebagai pusat distribusi wisatawan di Jawa Barat.
e. MICE (Meeting, Incentive, Convention and Exhibition)
Potensi jenis wisata MICE di Kota Bandung cukup besar, terutama
dalam skala kecil. Hal tersebut didukung oleh tersedianya berbagai sarana
prasarana pendukung seperti aksesibilitas, jaringan telekomunikasi, sarana
dan prasarana transportasi, gedung konfrensi, dll. Salah satu bentuk
kegiatan MICE yang berskala internasional yang pernah diadakan di Kota
Bandung adalah Konferensi Asia Afrika yang dihadiri oleh berbagai
Negara sahabat Indonesia yang diadakan di Gedung Asia Afrika. Sesuai
dengan visi misi Kota Bandung, maka pengembangan jenis wisata MICE
perlu lebih diperhatikan guna memperkuat visi dan misi Kota Bandung
tersebut.

3.1.1.2 Potensi amenitas


Dalam pengembangan suatu kota, baik itu secara keseluruhan maupun
pengembangan per sektor seperti pariwisata, ketersediaan sarana dan prasarana
pendukung sangat diperlukan. Ketersediaan amenitas tersebut berperan sebagai
infrastruktur pendukung pengembangan sektor pariwisata. Untuk ketersediaan
sarana dan prasarana pendukung kegiatan pariwista di Kota Bandung sendiri dapat
dikatakan cukup penting. Ketersediaan sarana dan prasarana pendukung kegiatan
pariwisata di Kota Bandung seperti akomodasi masih dianggap dapat mencukupi
permintaan kebutuhan wisatawan, namun pada beberapa waktu tertentu seperti
pada waktu long weekend, banyak hotel di Kota Bandung yang telah penuh.
Untuk sarana kuliner, makin banyaknya caf, restoran, warung tenda menandakan
makin banyaknya pilihan makanan dan minuman yang dapat dinikmati oleh
wisatawan yang datang ke Kota Bandung.
Untuk ketersediaan sarana pengelola wisata, ketersediaan biro perjalanan
wisata dan agen perjalanan wisata dapat dimanfaatkan oleh wisatawan guna
mempermudah wisatawan baik wisatawan nusantara maupun wisatawan
mancanegara dalam berwisata di Kota Bandung. Untuk sarana dan prasarana
pendukung kegiatan pariwisata lain di Kota Bandung, ketersediaannya dapat
dikatakan sudah mencukupi, namun ada beberapa fasilitas yang dirasa masih
kurang, yaitu ketersediaan prasarana parkir, baik prasarana parkir di masing-
masing objek wisata maupun prasarana parkir komunal atau gedung parkir umum
khususnya di wilayah objek wisata di Kota Bandung. Saat ini, ketersediaan
prasarana gedung parkir umum hanya tersedia di pusat perbelanjaan dan
ketersediaan lahan parkir belum terdapat diseluruh pusat-pusat kegiatan wisata.
Ketersediaan sarana dan prasarana yang menunjang kegiatan pariwisata di Kota
Bandung akan dijelaskan kemudian.

3.1.1.3 Potensi aksesibilitas


Ketersediaan aksesibilitas yang cukup baik bagi perjalanan wisata ke Kota
Bandung ditandai dengan tersedianya berbagai jenis prasarana transportasi
pendukung seperti lapangan terbang, stasiun kereta api dan terminal bus. Jenis
transportasi yang biasa digunakan dalam perjalanan wisata ke Kota Bandung
adalah transportasi darat, seperti kereta api, kendaraan pribadi, bus dan travel.
Cepatnya perkembangan jasa transportasi di Kota Bandung dapat dilihat dari
banyaknya perusahaan jasa angklutan travel antar kota yang memudahkan
perjalanan para wisatawan. Perkembangan jasa travel tersebut didukung lagi oleh
tersedianya jalan tol Purbaleunyi. Pembangunan jalan tol Purbaleunyi telah
memberikan dampak secara signifikan bagi kualitas aksesibilitas menuju Kota
Bandung. Dapat dilihat dari tingginya jumlah kendaraan yang memanfaatkan jasa
jalan tol Purbaleunyi untuk melakukan perjalanan wisata ke Kota Bandung. Untuk
jenis transportasi yang biasa digunakan dalam perjalanan wisatawan di Kota
Bandung sendiri antara lain adalah kendaraan pribadi, taksi, dan angkutan kota.
Untuk jumlah kendaraan pribadi yang datang ke Kota Bandung yang melewati
gerbang tol Pasteur adalah sebanyak 7 juta unit kendaraan. (Bandung Dalam
Angka) Arus deras kendaraan meningkat dengan tajam pada akhir pekan atau
pada masa liburan. Kelengkapan sarana transportasi di Kota Bandung masih dapat
dikatakan kurang, dapat dilihat dari rendahnya kualitas dari angkutan-angkutan
umum dan kurangnya ketersediaan halte-halte serta sarana parkir.
Selain memiliki berbagai potensi internal yang telah disebutkan
sebelumnya, yaitu daya tarik, amenitas dan aksesibilitas, pengembangan
pariwisata di kota Bandung juga memiliki potensi lain yang dapat mendukung
pengembangan kegiatan pariwisata di Kota Bandung, yaitu potensi pasar. Potensi
pengembangan kegiatan pariwisata di Kota Bandung tidak dapat dipisahkan oleh
kondisi pasar. Jenis pariwisata baru (experience) dan pariwisata konvensional
(leisure) dapat berkembang secara proporsional di Kota Bandung. Potensi pasar
yang besar yang dimiliki Kota Bandung dapat dilihat dari tingginya jumlah wisata
yang datang ke Kota Bandung. Berdasarkan RIPPDA Kota Bandung Tahun 2006,
jumlah wisatawan yang menginap ke Kota Bandung hingga tahun 2005 mencapai
jumlah 1.837.500 jiwa wisatawan nusantara dan 91.350 wisatawan mancanegara
dengan persentase pertumbuhan jumlah kunjungan mencapai 9,5% untuk
wisatawan nusantara dan 6% untuk wisatawan mancanegara.

3.1.2 Sarana Prasarana Penunjang Pariwisata Kota Bandung


Tidak diragukan lagi bahwa pengembangan pariwisata berkaitan erat
dengan kelengkapan infrastruktur perkotaan seperti kelengkapan sarana dan
prasarana pendukung kegiatan pariwisata. Sebagai sebuah kota besar dengan salah
satu tujuan wisata, maka ketersediaan infrastruktur pendukung kegiatan pariwisata
di Kota Bandung dirasa menjadi elemen utama dalam pengembangan pariwisata
di Kota Bandung. Namun, ketersediaan dan penyediaan infrastruktur pendukung
kegiatan pariwisata di Kota Bandung masih dirasa kurang dapat mengimbangi
kebutuhan masyarakat Kota Bandung secara umum, dan khususnya untuk
memenuhi kebutuhan para pengunjung dan wisatawan yang datang ke Kota
Bandung.
Berbagai masalah yang timbul yang berkaitan dengan ketersediaan
infrastruktur dapat dilihat jelas pada akhir minggu atau weekends dan pada
hari-hari libur. Dimana ketersediaan infrastruktur penunjang kegiatan pariwisata
di Kota Bandung (supply) dirasa tidak dapat mengimbangi kebutuhan para
wisatawan yang datang ke Kota Bandung (demand). Beberapa permasalahan yang
berkaitan dengan sarana prasarana yang terjadi di Kota Bandung berdasarkan
RTRW Kota Bandung Tahun 2003-2013 antara lain adalah sebagai berikut:
Terjadinya kesenjangan yang cukup besar antara permintaan (supply)
prasarana oleh pemerintah daerah yang masih sangat kurang dibandingkan
dengan permintaan (demand) masyarakat akan prasarana perkotaan.
Level Of Services penyediaan prasarana kota antara yang direncanakan
dalam RUTR Kota Bandung yang melayani rata-rata 80% penduduk kota
dalam kenyataannya mengalami penurunan hingga 70% yang antara lain
disebabkan oleh berbagai hal seperti pembiayaan, perencanaan,
pengelolaan, kelembangaan, kualitas prasarana dan aspek lokasi. Hal
tersebut dapat terjadi karena yang menggunakan berbagai sarana tersebut
bukan hanya penduduk Kota Bandung saja, melainkan pengunjung yang
datang ke Kota Bandung baik pada waktu weekdays maupun pada waktu
weekends sehingga seringkali menimbulkan kemacetan lalu lintas.
Masalah sarana sosial, pendidikan, kesehatan, prasarana hiburan, kuburan,
taman kota kurang mendapat perhatian khusus dalam RUTR Kota
Bandung.
Dikaitkan dengan kegiatan pariwista yang terdapat di Kota Bandung, maka
ketersediaan sarana dan prasarana yang dapat mendukung kegiatan pariwisata di
Kota Bandung antara lain:
Hotel
Hotel yang terdapat di Kota bandung, terdiri dari berbagai tipe mulai dari
hotel melati hingga hotel berbintang. Wisatawan nusantara yang
menginap di Kota Bandung dengan tingkat daya beli yang relatif beraneka
ragam, dapat memanfaatkan jasa hotel melati maupun hotel berbintang
sesuai dengan kemampuan yang dimiliki wisatawan tersebut. Beragamnya
jenis hotel atau penginapan di Kota Bandung memungkinkan pengunjung
untuk lebih memilih hotel/penginapan yang sesuai dengan budget yang
dimiliki.
Restoran/rumah makan
Dengan dijulukinya Kota Bandung sebagai kota fashion and cuisine,
maka otomatis kegiatan jasa yang bergerak dalam bidang kuliner sangat
banyak dan beragam. Dalam hal ini, keanekaragaman kuliner merupakan
salah satu daya tarik yang dimiliki Kota Bandung dalam menarik
wisatawan untuk datang dan menikmati Kota Bandung.
Pusat Perbelanjaan
Pusat perbelanjaan yang terdapat di Kota Bandung dapat dikatakan
bervariasi, tidak hanya terpaku pada ketersediaan mall yang biasa terjadi di
kota-kota besar di Indonesia. Di Kota Bandung, salah satu bentuk sarana
perbelanjaan yang menjadikan Kota Bandung sebagai daya tarik bagi
wisatawan adalah keberadaan Factory Outlet selain berbagai sarana
belanja berupa mall yang memiliki daya tarik tersendiri. Untuk jenis
sarana perbelanjaan Factory Outlet dan Mall, wistawan yang
menggunakan sarana tersebut lebih kepada wisatawan yang memiliki
kemampuan lebih, walaupun untuk menikmati kenyamanan yang
diberikan tidak harus mengeluarkan biaya.
Sistem Transportasi
Transportasi di Kota Bandung terbagi menjadi sistem transportasi jalan
raya, rel, dan transportasi udara. Untuk pergerakan di Kota Bandung,
sistem pergerakan untuk masyarakat Kota Bandung lebih mengarah pada
kawasan-kawasan di pusat kota seperti Diponegoro, Asia Afrika, Dewi
Sartika, Merdeka, Dago, Riau dan berbagai daerah lainnya karena terdapat
arus masuk dari wilayah luar Kota Bandung, khususnya saat akhir pekan
dengan tujuan melakukan pergerakan untuk berwisata maupun hanya
untuk lewat (trough traffic). Dalam hubungannya dengan pergerakan di
dalam maupun luar Kota Bandung, pengaruh rel atau kereta api cukup
besar dimana menjadi salah satu moda transportasi utama bagi penduduk
yang ingin melakukan mobilisasi salam skala regional selain dengan bus.
Keberadaan jasa angkutan travel juga menjadi salah satu pendorong
perkembangan kegiatan pariwisata di Kota Bandung dimana banyak
wisatawan yang datang ke Kota Bandung dengan memanfaatkan jasa
travel tersebut.
Pola jaringan tranportasi di Kota Bandung memiliki beberapa karakteristik
tertentu. Pola jaringan transportasi di Kota Bandung berdasarkan RTRW
Kota Bandung tahun 2003-2013 antara lain adalah sebagai berikut:
a. Pola jaringan jalan cenderung membentuk pola kombinasi radial
konsentris sesuai dengan pola guna lahannya dengan beberapa
poros utama kota, serta pada sebagian besar ruas jalan utama
terdapat interaksi (simpangan) dengan jarak antar persimpangan
yang cukup dekat.
b. Pola jaringan pada kawasan perluasan (internal kota) pola radial
untuk mengarahkan arus pergerakan tidak melalui pusat kota
c. Pola jaringan pada kawasan pinggiran (luar kota) dilayani dengan
jaringan jalan tol untuk memisahkan arus pergerakan regional tidak
bercampur dengan pergerakan internal kota.
Apabila dikaitkan dengan kegiatan pariwisata di Kota Bandung, pola
jaringan jalan di Kota Bandung belum dapat mendukung perkembangan kegiatan
pariwisata di Kota Bandung. Hal tersebut dapat dilihat dari seringnya terjadi
kemacetan lalu lintas karena berlebihnya kapasitas jalan, khususnya di kawasan
wisata. Jaringan jalan di Kota Bandung sendiri terdiri dari jaringan jalan primer
untuk lalu lintas regional dan antar kota serta jaringan jalan sekunder yang
dugunakan untuk melayani pergerakan di dalam kota. Sampai tahun 2005, total
jalan di Kota Bandung mencapai 1.221.69 km. Secara umum, dapat dikatakan
bahwa sarana transportasi di Kota Bandung belum terlalu mencukupi. Hal tersebut
dapat dilihat dari kurangnya ketersediaan prasarana parkir yang disediakan oleh
tempat-tempat kegiatan baik kegiatan pariwisata meupun kegiatan lainnya. Hal
tersebut menyebabkan berkurangnya kapasitan yang dimiliki oleh ruas jaln
tersebut karena biasanya terdapat on street parking yang seringkali menimbulkan
kemacetan lalu lintas. Untuk lokasi prasarana parkir gedung yang dapat
menampung parkir kendaraan dalam jumlah besar, hanya dimiliki oleh pusat-
pusat perbelanjaan dan tidak digunakan secara khusus untuk memfasilitasi
kegiatan pariwisata di Kota Bandung. Untuk lebih jelasnya, berikut ini dapat
dilihat panjang jalan di Kota Bandung dan jumlah prasarana parkir yang tersedia
di Kota Bandung.

TABEL III-2
PANJANG JALAN, JUMLAH FASILITAS PARKIR DAN JUMLAH
KENDARAAN MASUK KOTA BANDUNG TAHUN 2003-2006

Panjang Jalan Fasilitas Parkir Jalan Jumlah Kendaraan Datang ke


Tahun
(km) Umum Kota Bandung
2002 1,103.71 n/a n/a
2003 1,103.71 246 n/a
2004 1,221.69 245 6.995.187
2005 1,221.69 238 7.814.355
Sumber: Bandung Dalam Angka

Dari tabel diatas dapat dilihat bahwa terjadi kecenderungan pertambahan


jumlah kendaraan yang masuk ke Kota Bandung dari tahun ke tahun, namun
peningkatan jumlah kendaraan tersebut tidak diimbangi dengan pertumbuhan
fasilitas pendukung seperti panjang jalan dan ketersediaan fasilitas parkir seperti
terlihat pada tabel diatas. Grafik mengenai panjang jalan dan jumlah tempat parkir
umum dapat dilihat pada grafik berikut ini.

GAMBAR 3.1
PANJANG JALAN DI KOTA BANDUNG

1,250.00
1,200.00
1,150.00
1,100.00 PanjangJalan
1,050.00
1,000.00
2002 2003 2004 2005

Sumber : Bandung Dalam Angka

Dari grafik di atas dapat diihat bahwa terjadi kenaikan jumlah panjang
jalan di Kota Bandung antara tahun 2003 dan 2004, namun pada tahun 2005,
panjang jalan di Kota Bandung belum bertambah. Panjang jalan di Kota Bandung
dirasa masih belum dapat melayani kebutuhan masyarakat Kota Bandung maupun
kebutuhan pengunjung dan wisatawan yang datang ke Kota Bandung. Hal tersebut
dapat dilihat dari seringnya terjadi kemacetan lalu lintas khususnya pada waktu
akhir pekan. Saat ini, yang menggunakan prasarana jalan raya bukan hanya
masyarakat Kota Bandung saja, melainkan wisatawan yang datang ke Kota
Bandung dalam jumlah yang sangat besar. Oleh karena itu, pada akhir pekan
maupun pada hari-hari libur, kemacetan lalu lintas dapat terjadi karena kapasitas
jalan yang ada tidak dapat menampung kendaraan masyarakat Kota Bandung dan
wisatawan yang datang ke Kota Bandung pada akhir pekan.

TABEL III-3
JUMLAH LOKASI PARKIR UMUM DI KOTA BANDUNG

Tahun
Jenis Parkir
2003 2004 2005 2006

Parkir Jalan Umum 227 226 222 222

Pelataran Parkir 3 3 2 2

Parkir Gedung 16 16 14 14

Sumber : Hasil Analisis 2008

Untuk ketersediaan fasilitas parkir, berdasarkan Bandung Dalam Angka


Tahun, Kota Bandung memiliki sekitar 238 lokasi parkir umum pada tahun 2006.
Jumlah lokasi parkir umum di Kota Bandung pada tahun 2003-2006 mengalami
penurunan. Lokasi parkir umum yang terdapat di Kota Bandung terdiri dari parkir
di jalan (on street parking), gedung parkir dan pelataran parkir. Penurunan jumlah
lokasi parkir dapat dikarenakan larangan parkir di pinggir jalan, penggunaan lahan
parkir untuk kepentingan lain, maupun perubahan guna lahan yang terjadi yang
mengganti lahan parkir menjadi fungsi lainnya. Untuk berbagai objek wisata
seperti wisata belanja dan wisata kuliner, biasanya setiap objek wisata memiliki
pelataran parkir sendiri, namun kapasitasnya tidak semua dapat menampung
kendaraan wisatawan yang datang. Hal tersebut dapat menjadi permasalahan
karena semakin sulit wisatawan untuk mendapatkan parkir, maka jumlah
kendaraan yang berada di jalan raya akan menjadi besar dan akan menimbulkan
kemacetan lalu lintas karena jalan tersebut tidak dapat menampung kapasitas
gabungan kendaraan masyarakat Kota Bandung maupun kendaraan wisatawan.
Selain itu, minimnya ketersediaan prasarana gedung parkir dan pelataran parkir
umum di kawasan pemusatan objek wisata menjadi isu utama yang menyebabkan
kemacetan lalu lintas pada ruas jalan tersebut, karena banyak kendaraan yang
mengantri untuk mencari parkir dan menimbulkan hambatan yang cukup besar.
Jalan raya dan ketersediaan berbagai sarana prasarana merupakan elemen utama
dalam pengembangan kepariwisataan, apabila melihat dari konsep destinasi yang
diutarakan oleh Gunn. Jalan raya tercakup dalam aksesibilitas, baik antara daerah
di sekitar Kota Bandung, maupun antar tujuan wisata di Kota Bandung.
Sedangkan ketersediaan sarana prasarana akan berpengaruh kepada kenyamanan
yang akan dirasakan oleh pengunjung dan wisatawan yang datang ke Kota
Bandung, maupun oleh penduduk Kota Bandung itu sendiri.
Selain beberapa sarana dan prasarana dasar yang telah dijelaskan di atas,
Kota Bandung memiliki berbagai sarana penunjang kegiatan pariwisata lainnya.
Berdasarkan www.bandungtourism.com, sarana dan prasarana yang dimaksud
yang terdapat di Kota Bandung adalah sebagai berikut:
55 Hotel berbintang ( 4.511 kamar )
171 Hotel melati ( 3.359 kamar )
96 Restoran
190 Rumah makan
238 Usaha hiburan
132 Usaha Perjalanan Wisata
12 Agen Perjalanan Wisata
3 Penyelanggara MICE
1 Konsultan Pariwisata
Selain berbagai jenis sarana dan prasarana tersebut yang menunjang kegiatan
pariwisata di Kota Bandung, terdapat pula berbagai jenis usaha pariwisata yang
saling berkaitan dengan kegiatan pariwisata di Kota Bandung. Berdasarkan Page
dalam Urban Tourism, yang menjadikan sebuah kota menjadi daya tarik seperti
Kota Bandung adalah ketersediaan sarana dan prasarana pelengkap dan
pendukung kegiatan pariwisata.

3.1.3 Wisatawan di Kota Bandung


Sebagai salah satu kota tujuan wisata skala nasional, Kota Bandung tentu
saja memiliki berbagai macam tipe wisatawan. Berdasarkan WTO, wisatawan
digolongkan dalam dua kelompok besar, yaitu pengunjung domestik dan
pengunjung internasional. Untuk wisatawan yang datang ke Kota Bandung, dapat
pula dikategorikan berdasarkan pengertian dari WTO tersebut, yaitu wisatawan
baik itu wisatawan domestik maupun mancanegara dimana wisatawan merupakan
pengunjung yang datang dan menginap di Kota Bandung. Kelompok yang ketiga
adalah para day tripper, yaitu para pengunjung datang datang dan melakukan
aktivitas di Kota Bandung dalam waktu kurang dari 24 jam. Pengunjung yang
datang ke Kota Bandung untuk berbagai keperluan didominasi oleh wisatawan
nusantara maupun day tripper yang berasal dari daerah-daerah di sekitar Kota
Bandung. Kota Bandung tidah hanya menarik pengunjung yang berasal dari
daerah sekitar Kota Bandung, namun daya tarik yang dimiliki oleh Kota Bandung
mampu menarik wisatawan dari Jawa, luar Jawa, bahkan wisatawan mancanegara.
Berdasarkan WTO, wisatawan domestik sendiri terdiri dari beberapa jenis
wisatawan, yaitu wisatawan yang melakukan perjalanan wisata dan menginap di
Kota Bandung, serta wiatawan yang melakukan perjalanan wisata dan tidak
menginap di Kota Bandung. Wisatawan yang melakukan perjalanan dan
menginap di Kota Bandung biasanya berasal dari kota-kota lain di sekitar
Bandung seperti Jabodetabek, bahkan para wisatawan dari Yogyakarta maupun
daerah lain. Wisatawan yang melakukan perjalanan wisata tetapi tidak menginap,
lebih didominasi oleh wisatawan yang datang dari daerah-daerah sekitar Kota
Bandung seperti Cimahi, Subang, Sumedang, Soreang, dan daerah lain di sekitar
Kota Bandung yang masih memiliki jarak tempuh yang cukup dekat. Kegiatan
pariwisata di Kota Bandung diharapkan dapat terus berkembang. Salah satu cara
untuk melihat perkembangan pariwisata Kota Bandung adalah melihat
kecenderungan pertambahan wisatawan yang datang ke Kota Bandung pada
beberapa tahun ke depan. Proyeksi jumlah wisatawan yang datang ke Kota
Bandung dapat dilihat pada TABEL III-4 berikut ini.

TABEL III-4
PROYEKSI JUMLAH WISATAWAN YANG DATANG KE KOTA
BANDUNG TAHUN 2006-2010

Tahun Wisatawan Nusantara Wisatawan Mancanegara

2006 2.012.063 96.831


2007 2.203.208 102.641
2008 2.412.513 108.799
2009 2.641.702 115.327
2010 2.292.664 122.247
Sumber : RIPPDA Kota Bandung Tahun 2006

Seperti yang telah disebutkan sebelumnya, wisatawan yang datang ke Kota


Bandung terbagi ke dalam dua kelompok besar, yaitu wisatawan domestik dan
wisatawan mancanegara (wisman). Untuk wisatawan nusantara, wisatawan yang
datang ke Kota Bandung masih didominasi oleh wisatawan dari wilayah sekitar
Kota Bandung seperti Jabodetabek apalagi setelah dibukanya akses melalui jalan
Tol Purbaleunyi yang memudahkan akses menuju Kota Bandung dan wisatawan
lainnya yang berasal dari kabupaten/kota lain di Jawa Barat. Selain itu, wisatawan
nusantara yang datang ke Kota Bandung juga ada yang berasal dari daerah lain di
luar Jawa Barat seperti Banten, Jawa Tengah, Yogyakarta dan Jawa Timur
maupun dari daerah lain di luar pulau Jawa. Untuk wisatawan mancanegara,
wisatawan yang datang ke Kota Bandung masih didominasi oleh wisatawan asal
Eropa Barat seperti Belanda, Jerman, Inggris, dan Perancis. Khusus untuk
wisatawan yang berasal dari macanegara, perjalanan pariwisata ke Kota Bandung
bukanlah merupakan tujuan utama, tetapi merupakan bagian dari rangkaian
kunjungan wisata ke Indonesia selain Yogyakarta dan Bali. Ketersediaan bandar
udara (airport) juga sangat membantu arus wisatawan mancanegara yang datang
ke Kota Bandung yaitu dengan dibukanya jalur penerbangan langsung dari
Malaysia dan Singapura ke Kota Bandung. Berikut ini dapat dilihat gambar pola
perjalanan wisatawan dari luar Kota Bandung.
GAMBAR 3.2
POLA PERJALANAN WISATAWAN NUSANTARA KE KOTA
BANDUNG

WISATAWAN NUSANTARA

JABODETABEK
KAB.
KOTA SUBANG CIREBON, DLL
CIMAHI

KOTA
BANDUNG

KAB.
SUMEDANG

KAB. JAWA TENGAH, DLL


KAB. GARUT
BANDUNG

Sumber : RIPPDA Kota Bandung Tahun 2006

GAMBAR 3.3
POLA PERJALANAN WISATAWAN MANCANEGARA KE KOTA
BANDUNG

WISATAWAN MANCANEGARA

Wisatawan Malaysia,
ke Indonesia SIngapura

Yogyakarta,
Jakarta Bandung
Bali

Sumber : RIPPDA Kota Bandung Tahun 2006

Pola perjalanan wisata dari wisatawan yang datang ke Kota Bandung


cenderung berbeda antara wisatawan nusantara dengan wisatawan mancanegara.
Untuk wisatawan nusantara, wisatawan yang datang cenderung menggunakan
kendaraan pribadi, khususnya yang datang dari arah Jabodetabek karena
segmentasi wisatawan yang datang ke Kota Bandung banyak yang menggunakan
mobil. Hal tersebut disebabkan oleh mudahnya akses untuk mencapai Kota
Bandung, apalagi setelah dibangunnya jalan Tol Purbaleunyi. Hal tersebut juga
mendukung Kota Bandung menjadi daerah tujuan wisata utama bagi daerah-
daerah di sekitar Kota Bandung. Wisatawan nusantara yang datang ke Kota
Bandung datang baik secara individual, keluarga maupun dengan rombongan.
Untuk wisatawan yang berasal dari mancanegara, Kota Bandung bukanlah
merupakan daerah tujuan akhir wisata. Kedatangan wisatawan mancanegara
tersebut merupakan bagian dari rangkaian kunjungan paket perjalanan wisata ke
Indonesia seperti ke Yogyakarta dan Bali.
Wisatawan yang datang ke Kota Bandung sendiri, baik wisatawan
domestik maupun wisatawan mancanegara memiliki segmentasi berdasarkan
berbagai aspek. Berikut ini dapat dilihat segmentasi pasar wisatawan yang datang
ke Kota Bandung pada TABEL III-5 dan TABEL III-6 baik wisatawan nusantara
maupun wusatawan mancanegara.
TABEL III-5
SEGMENTASI PASAR WISATAWAN NUSANTARA DI KOTA
BANDUNG

Aspek Deskripsi

Wistawan asal daerah sekitar Kota Bandung (Kab. Bandung, Sumedang, Subang, Garut,
Aspek Geografis Purwakarta, Cianjur, dan Kota Cimahi.
(Geographic
Segmenting) Wisatawan asal Jabodetabek (Jakarta, Bogor, Depok, Tangerang, dan Bekasi)
Wisatawan asal kabupaten / kota lainnya di Jawa Barat, Banten, Jawa Tengah, dan Yogjakarta.
Wisatawan remaja
Aspek Wisatawan keluarga
Demografis
Cenderung memiliki edukasi yang baik
(Demographic
Segenting) Memiliki daya beli yang bervariasi, mulai dari yang membatasi diri dalam berbelanja maupun yang
memiliki kebebasan dalam berbalanja
Mayoritas bertujuan untuk melakukan rekreasi, sebagian besar melakukan bisnis dan MICE
Telah menjadikan Kota Bandung sebagai daerah tujuan utama wisata mereka
Kota Bandung telah ditetapkan sebagai wisata perkotaan (belanja dan kuliner) dan wisata alam
Aspek Psikologis pegunungan
(Psychographic Sebagian besar wisatawan yang datang menggunakan kendaraan pribadi, namun cukup signifikan
Segmenting) yang menggunakan kendaraan umum
Lama tinggal kurang dari 1 hari, dan 1-2 hari
Untuk wisatawan yang menginap, cenderung menggunakan hotel baik itu hotel melati maupun hotel
berbintang
Sifat kunjungan cenderung individual dan berkelompok
Pengunjung repeater jumlahnya cukup banyak
Perilaku Adanya keinginan dari wisatawan untuk mendapatkan pilihan wisata yang memberikan
Berwisata pengetahuan dan pengalaman yang dikemas secara menarik
(Behavioristic Menikmati keanekaragaman pilihan cinderamata asal Kota Bandung baik berupa barang maupun
Segmenting) berupa makanan
Kurangnya apresiasi terhadap atraksi budaya sunda karena keterbatasan akan atraksi budaya yang
ditawarkan
Sumber : RIPPDA Kota Bandung Tahun 2006

TABEL III-6
SEGMENTASI PASAR WISATAWAN MANCANEGARA DI KOTA
BANDUNG

Aspek Deskripsi
Aspek Geografis
Sebagian besar wisatawan berasal dari Eropa Barat, dan kini mulai berkembang untuk wisatawan
(Geographic
dari Malaysia dan Singapura
Segmenting)
Aspek Wistawan usia remaja dan dewasa
Demografis Memiliki edukasi yang baik
(Demographic
Memiliki daya beli yang tinggi
Segenting)
Aspek Mayoritas bertujuan untuk rekreasi dan sebagian untuk nostalgia
Psikologis Lama tinggal 1-2 hari
(Psychographic
Membutuhkan hotel berbintang
Segmenting)
Perilaku Mayoritas menggunakan biro perjalanan wisata dan mengikuti program kunjungan ke beberapa
Berwisata daerah seperti Jawa dan Bali
(Behavioristic
Apresiasi terhadap budaya Sunda dan keindahan alam tinggi
Segmenting)
Sumber : RIPPDA Kota Bandung Tahun 2006
Wisatawan yang datang ke Kota Bandung pasti memiliki tempat tujuan
wisata untuk dikunjungi. Terdapat 15 kantong-kantong wisata atau kawasan
wisata yang dapat dikunjungi wisatawan di Kota Bandung. Kantong-kantong atau
kawasan-kawasan wisata yang dimaksud adalah sebagai berikut:
Gegerkalong Setiabudi
Sukajadi Sarijadi Setrasari Pasteur
Cihampelas Cipaganti
Alun alun Sudirman Otista Gardujati Pasirkaliki
Dago Utara Punclut
Gedung Sate Gasibu Sabuga
Padasuka Suci
Ir. H. Juanda Merdeka Riau
Braga Asia Afrika- Dikapundung
Gatot Subroto Binong Jati
Tegallega
Cibaduyut
Cigondewah
Ujung Berung, dan
Gede Bage
Wisatawan yang datang ke Kota Bandung pada akhir minggu atau pada
hari libur kerap kali memenuhi berbagai kawasan wisata seperti kawasan wisata
belanja di daerah Dago dan Riau, khususnya bagi wisatawan yang datang dari
Jakarta dan sekitarnya. Selain memenuhi kawasan wisata belanja, wisatawan yang
datang ke Kota Bandung juga memenuhi kawasan wisata lain seperti kebon
binatang Bandung dan kolam renang karangsetra. Selain kebon binatang, objek
wisata lain yang selalu dikunjungi oleh wisatawan pada akhir pekan atau hari libur
adalah kawasan perbelanjaan Factory Outlet di kawasan Dago dan Riau.
Berdasarkan berbagai potensi daya tarik wisata yang dimiliki oleh Kota Bandung,
maka wisatawan datang ke Kota Bandung dengan berbagai alasan dan tujuan,
tergantung dari kebutuhan dari wisatawan itu sendiri. Alasan dan tujuan para
wisatawan tersebut dapat dikatakan sebagai karakteristik dari wisatawan tersebut.
Tujuan dan alasan tersebut juga yang mempengaruhi pola pergerakan wisatawan
baik itu yang dari dan ke Kota Bandung, maupun perkerakan wisatawan di dalam
Kota Bandung sendiri. Selain itu, perbedaan kepentingan dan tujuan dari tiap-tiap
individu wisatawan akan mempengaruhi persebaran wisatawan di berbagai lokasi
objek wisata di Kota Bandung. Berikut ini pada TABEL III-7 dapat dilihat alasan
wisatawan untuk datang ke Kota Bandung.

TABEL III-7
ALASAN KUNJUNGAN WISATAWAN KE KOTA BANDUNG

Kawasan Mengunjungi
Wisata Pendidikan Lainnya Belanja Total
Penelitian Teman

Cihampelas 63.6 % - - - 36.4% 100 %

Setiabudi 33.3 % - 25 % - 41.7% 100 %


Riau 5% 5% 35 % 5% 50 % 100 %
Total 29.1 % 1.8 % 23.6% 1.8 % 43.6 % 100 %

Sumber : RIPPDA Kota Bandung Tahun 2006

Dari tabel diatas dapat dilihat bahwa sebagian besar wisatawan yang
datang ke Kota Bandung dengan tujuan belanja. Hal tersebut dapat dilihat dari
persentasenya yang paling besar, yaitu sebesar 43,6%. Seperti yang telah
dijelaskan sebelumnya, kegiatan wisata belanja di Kota Bandung didominasi oleh
kegiatan wisata belanja di Factory Outlet dan berbagai pusat perbelanjaan lain
seperti daerah Alun-alun dan sekitarnya.

3.2 Pengembangan dan Permasalahan Parwisata Kota Bandung

Dalam pengembangan pariwisata Kota Bandung, terdapat suatu konsep


yang mengklasifikasikan wilayah-wilayah di Kota Bandung menjadi kelompok-
kelompok kawasan wisata yaitu konsep Honeypot Clustering yang membagi
wilayah pengembangan pariwisata kedalam beberapa kelompok area yang
menggabungkan fungsi-fungsi kota dan fitur-fitur unik kota dengan tema yang
menggambarkan karakteristik daya tarik wisata yang dominan (primer) di area
tersebut yang didukung oleh keberadaan daya tarik wisata pendukung
(sekunder/tersier) dalam satu konsep area yang kemudian lebih dikenal dengan
istilah kantong-kantong wisata. Berikut ini dapat dilihat pembagian kantong-
kantong wisata di Kota Bandung pada TABEL III-8.

TABEL III-8
KANTONG-KANTONG PENGEMBANGAN KAWASAN WISATA KOTA
BANDUNG

Kantong - kantong Jenis Wisata


No Keterangan
Kawasan Wisata Primer Sekunder Tersier
1 Gegerkalong - Wisata Wisata - Terdapat pondok pesantren Daarut
Setiabudi Religi Pendidikan Tauhid yang cukup menjadi daya tarik
bagi wisatawan untuk datang ke daerah
ini. Selain itu, terdapatnya beberapa FO
juga menjadi daya tarik tambahan.
Keduanya seringkali menimbulkan
kepadatan dan kemacetan lalu lintas,
khususnya pada akhir pekan.
2 Sukajadi - Sarijadi - Wisata Wisata Seni - Terdapat pusat perbelanjaan seperti
Setrasari - Pasteur Belanja & Budaya Paris Van Java yang menjadi salah satu
Kuliner tempat tujuan wisata bagi wisatawan
maupun bagi pensusuk lokal. Terdapat
juga galeri nu art yang menjadi atraksi
wisata seni dan budaya.
3 Cihampelas - Wisata Wisata Hiburan Cihampelas merupakan salah satu
Cipaganti Belanja & Heritage (Night Life daerah yang terkenal sebagai daerah
Kuliner Activities) wisata belanja dimana terdapat banyak
pusat perbelanjaan seperti Ciwalk dan
toko konveksi dan jeans. Daerah
Cihampelas hampir selalu dilanda
kemacetan karena minimnya sarana dan
prasarana pendukung seperti trotoar,
lahan parkir dan zebra cross.
4 Alun - alun - Wisata Wisata Wisata Wilayah Alun - alun merupakan salah
Sudirman - Otista - Belanja & Heritage Religi satu daerah tujuan wisata belanja bagi
Gardujati - Kuliner, wisatawan nusantara. Selain itu,
Pasirkaliki Wisata keberadaan mesjid agung juga menjadi
Hiburan & daya tarik tersendiri bagi daerah ini.
Rekreasi Untuk wisata heritage, dapat dilihat dari
banyaknya bangunan peninggalan
Belanda yang kembali digunakan dan
dilestarikan sebagai bangnan
perkantoran maupun hotel.
5 Dago Utara - Wisata Wisata - Pada area ini terdapat beberapa
Punclut Rekreasi, Budaya permasalahan yang muncul mengenai
Wisata degredasi lingkungan yang berakibat
Kuliner bagi wilayah lain di sekitarnya.
6 Gedung Sate - Wisata Wisata Wisata Pada wilayah ini terdapat trademark
Gasibu - Sabuga Heritage Pendidikan, Religi Kota Bandung, yaitu Gedung Sate.
Rekreasi, Terdapat pula beberapa pendidikan
MICE tinggi ternama yang menjadi salah satu
faktor panarik pergerakan penduduk ke
Kota Bandung. Pada hari minggu
terdapat Pasar Kaget di kawasan sekitar
Gedung Sate dan Gasibu yang kerap
menimbulkan berbagai permasalahan
seperti kemacetan lalu lintas.
7 Padasuka - Suci Wisata Seni Wisata - Terdapat Saung Angklung Mang Udjo
Budaya Belanja yang menjadi daya tarik bagi wisatawan
nusantara maupun wisatawan
mancanegara. Akses yang kurang
nyaman menuju lokasi daya tarik wisata
perlu diperhatikan oleh pemerintah.
8 Ir. H. Juanda - Wisata Wisata Rekreasi Pada wilayah ini terjadi banyak
Merdeka - Riau Belanja Heritage & permasalahan, seperti konversi fungsi
Pendidikan guna lahan menjadi lahan komersil.
Terjadi pemusatan kegiatan perdagangan
seperti FO memberikan dampak
langsung berupa kemacetan lalu lintas
setiap akhir pekan akibat kurangnya
sarana parkir yang memadai. Selain FO,
beberapa toko oleh - oleh khas Bandung
juga terdapat pada daerah ini.
9 Braga - Asia Afrika Wisata Wisata - Pada wilayah ini terdapat banyak
- Cikapundung Heritage Belanja & bangunan peninggalan Belanda yang
MICE dimanfaatkan kembali sebagai hotel dan
gedung perkantoran yang menyebabkan
wilayah ini terkesan "Bandoeng Tempoe
Doeloe".
10 Gatot Subroto - Wisata - - Pada wilayah ini terdapat pusat
Binong Jati Belanja & perbelanjaan Bandung Super Mall
Kuliner
11 Tegallega Wisata Wisata - Pada wilayah ini terdapat Taman
Rekreasi Pendidikan Tegallega yang menjadi tempat rekreasi
bagi penduduk Kota Bandung.
Permasalahan yang timbul pada wilayah
ini dalah ketidakteraturan PKL yang
mengganggu kualitas lingkungan dan
estetika.
12 Cibaduyut Wisata - - Pusat penjualan sepatu dan produk kulit
Belanja di daerah ini kini sudah tidak seramai
dahulu karena telah tergantikan oleh
keberadaan berbagai jenis pusat
perbelanjaan dan FO yang tersebar di
Kota Bandung. Sebaiknya kegiatan
wisata belanja di wilayah ini dapat
kembali dikembangjan agar terjadi
pemerataan kegiatan, khususnya
kegiatan wisata.
13 Cigondewah Wisata Wisata - Kawasan Cigondewah sebagai sentra
Belanja Kuliner kawasan konveksi kini sudah kehilangan
pamornya dan kini tidak dapat menjadi
place of onterest bagi wisatawan.
14 Ujung Berung Wisata - - Terdapat rencana pengembangan
Budaya kawasan Ujung Berung sebagai Pusat
Kebudayaan Sunda.
15 Gede Bage Wisata Wisata - Wilayah ini diperuntukkan sebagai pusat
Konveksi Belanja primer kawasan Bandung Timur yang
(MICE) dilengkapi oleh berbagai fasilitas seperti
fasilitas olahraga (Jalak Harupat).
Keberadaan pasar induk Gede Bage juga
menjadi daya tarik tersendiri bagi
wilayah ini.

Sumber : RIPPDA Kota Bandung Tahun 2006

Berdasarkan pembagian kantong-kantong wisata diatas, dapat dikatakan


bahwa pengembangan pariwisata di Kota Bandung diarahkan untuk memiliki dua
tema kawasan wisata, yaitu:
1. Bandung Urban Heritage Tourism
Tema ini menekankan pada pengembangan aktivitas WIsata
Belanja dan Kuliner-Wisata Heritage serta potensi lain yang dimiliki
seperti potensi budaya dan MICE sebagai sector pendukung kegiatan
pariwisata di Kota Bandung.
2. Bandung Tempoe Doeloe
Menekankan pada peningkatan kualitas lingkungan menjadi sebuah
lingkungan yang nyaman, aman dan sejuk yang didapat dengan cara
merawat dan memperbaiki taman-taman kota yang berada di Kota
Bandung.
Kota Bandung memiliki berbagai macam objek wisata, baik itu wisata
belanja maupun tempat rekreasi yang terdapat di dalam kantong-kantong kawasan
pariwisata di atas. Objek-objek wisata tersebut merupakan berbagai macam objek
wisata yang menjadi daya tarik bagi wisatawan untuk melakukan perjalanan
wisata ke dan di Kota Bandung. Berikut ini dapat dilihat jumlah pengunjung objek
wisata di Kota Bandung beberapa tahun terakhir.

TABEL III-9
JUMLAH PENGUNJUNG DI BERBAGAI OBJEK WISATA DI KOTA
BANDUNG TAHUN 2003-2006

Jumlah Wisatawan Berdasarkan Tahun


Objek Wisata
2003 2004 2005 2006
Kebun Binatang Bandung 1,105,058 1,070,968 1,068,793 656,870
Taman Lalu Lintas AISN 131,006 187,655 187,655 126,708
Karang Setra 119,148 135,153 135,153 96,776
Museum Geologi 112,438 102,729 102,729 147,989
Museum Pos Indonesia 17,225 18,935 18,935 16,660
Museum Konferensi Asia Afrika 58,298 54,478 54,478 75,629
Museum Mandala Wangsit Siliwangi 9,954 7,740 7,740 5,966
Museum Sri Baduga 109,945 114,521 114,521 65,140
Saung Angklung Ujo 27,026 19,776 19,776 31,674
Menara Mesjid Raya Jawa Barat 73,012 0 0 0
Jumlah 1,763,110 1,711,955 1,709,780 1,223,412
Sumber: Bandung Dalam Angka
Selain berbagai macam objek wisata diatas, Kota Bandung yang dikenal
dengan Kota Fashion dan Cuisine juga memiliki berbagai macam objek wisata
yang menjadi daya tarik bagi wisatawan untuk datang dan melakukan perjalanan
wisata di Kota Bandung. Objek wisata yang dimaksud adalah berbagai fasilitas
perbelanjaan, Factory Outlet dan berbagai objek wisata kuliner. Factory-factory
Outlet yang menjadi daya tarik utama bagi pariwisata Kota Bandung dapat dilihat
pada TABEL III-10. Berbagai jenis objek wisata belanja dan kuliner tersebut saat
ini dapat dikatakan menjadi daya tarik utama bagi wisatawan untuk datang ke
Kota Bandung, khususnya pada akhir pekan atau pada hari libur. Sebagai daya
tarik utama bagi pariwisata Kota Bandung saat ini, kegiatan pariwisata di Kota
Bandung secara tidak langsung akan meningkatkan Pendapatan Asli Daerah Kota
Bandung. Hubungan antara kegiatan pariwisata dengan perekonomian Kota
Bandung akan dijelaskan kemudian. Kegiatan pariwisata tersebut selain membawa
berbagai dampak positif bagi Kota Bandung, juga membawa berbagai masalah.
Salah satu permasalahan yang kerap timbul khususnya pada akhir pekan dan pada
hari libur adalah kemacetan lalu lintas pada beberapa tempat yang menjadi
konsentrasi kegiatan wisata di Kota Bandung. Salah satu penyebab timbulnya
berbagai permasalahan tersebut adalah minimnya ketersediaan fasilitas parkir dan
ketidakmampuan jalan untuk menampung jumlah kendaraan, baik kendaraan
milik penduduk Kota Bandung, maupun kendaraan wisatawan yang masuk ke
Kota Bandung. Untuk berbagai jenis permasalahan lain yang terkait dengan
kegiatan pariwisata di Kota Bandung akan dijelaskan pada sub bab selanjutnya.
TABEL III-10
FACTORY OUTLET DI KOTA BANDUNG TAHUN 2008

No. Factory Outlet Lokasi No. Factory Outlet Lokasi

1 Victoria 21 FOS Clothing Gallery


Setiabudhi
2 Dago Stock Export 22 Rumah Mode
3 Rich & Famous 23 China Town
4 VIV 24 Colour Fashion
Sukajadi
5 Raffles Hills 25 Rainbow
IR. H. Juanda
6 Blossom 26 Graha Mode
(Dago)
7 Happening 27 De Cosmo Factory Outlet
Jl. Pelajar Pejuang 45
8 Up Town 28 Stock Corner
9 Glamour 29 Gani Artha Ujung Berung
10 Grande Art & Style 30 Balai Anak
Jl. Sumatra
11 Dago Skate n Surf 31 Export Station
12 Oasis 32 Stock Center Soekarno Hatta
13 Metropolis 33 Terminal Mode Jl. Lombok
14 Summit Boutique 34 The Big Price Cut Jl. Aceh
15 Herritage 35 Blossom Jl. BKR
R.E. Martadinata
16 Riau Stock Mall 36 Cargo Factory Outlet Jl. Diponegoro
(Riau)
17 Decoral 37 Raja Collection Jl. Kebon Sirih
18 Renariti 38 Renaldijaya Eka Inti Kebon Kawung
19 Emirates
20 China Emporium
Sumber : www.bandung.go.id Tahun 2008

Kegiatan pariwisata di Kota Bandung dapat dikatakan sedang dalam tahap


puncak. Hal tersebut dapat dilihat dengan pertumbuhan berbagai jenis daya tarik
wisata yang ditawarkan kepada wisatawan dalam kurun waktu yang cukup
singkat. Berbagai macam usaha dilakukan untuk terus menarik pengunjung
sebanyak-banyaknya untuk datang dan berwisata di Kota Bandung. Namun dalam
praktiknya, perkembangan pariwisata di Kota Bandung kurang didukung oleh
berbagai faktor pendukung kegiatan pariwisata lain seperti kurangnya
kenyamanan yang disebabkan oleh kemacetan lalu lintas yang selalu terjadi setiap
akhir pekan, dimana merupakan waktu wisatawan untuk berkunjung dan
berwisata. Walaupun, pada kenyataannya para wisatawan itu sendiri yang
memberikan pengaruh yang cukup besar dalam menyebabkan kemacetan lalu
lintas di Kota Bandung. Wisatawan yang datang ke Kota Bandung, khususnya
yang datang dari Jakarta dan sekitarnya lebih banyak yang menggunakan
kendaraan paribadi dibandingkan dengan wisatawan yang menggunakan sarana
transportasi umum, baik itu bus, kereta api, pesawat terbang, maupun jasa travel.
Seperti yang telah dijelaskan sebelumnya, ketersediaan sarana dan prasarana
pendukung kegiatan pariwiwsata di Kota Bandung dapat dikatakan belum cukup
memadai dalam usaha mendukung keberlangsungan kegiatan pariwisata di Kota
Bandung, khususnya di daerah-daerah yang merupakan daerah pemusatan
kegiatan wisata serta pemusatan wisatawan. Oleh karena itu, kondisi pariwisata di
Kota Bandung saat ini dapat dikatakan sedang berada di puncak, dimana untuk
kedepannya apabila tidak dilakukan perbaikan di berbagai sektor, maka
ditakutkan kegiatan pariwisata di Kota Bandung akan semakin menurun dan
kehilangan daya tariknya. Hal tersebut dapat digambarkan dari kondisi pariwisata
di Kota Bandung saat ini. Dari tabel jumlah pengunjung dapat dilihat terdapat
penurunan jumlah wisatawan di beberapa lokasi wisata. Hal tersebut dapat
dijadikan suatu gambaran bahwa kegiatan pariwisata di Kota Bandung
keberadaannya serta keberlanjutannya sedang terancam atau berada pada posisi
yang kritis. Untuk lebih jelasnya, posisi pariwisata Kota Bandung dalam Tourism
Life Cycle dapat dilihat pada GAMBAR 3.4 berikut ini.

GAMBAR 3.4
POSISI PARIWISATA KOTA BANDUNG DALAM TOURISM LIFE
CYCLE

Peningkatan
A
Jumlah
kunjungan B
Daerah Kritis C Stagnan

E
Penurunan

Pembangunan

Posisi Pariwisata
Kota Bandung

Eksplorasi

Waktu

Sumber : Hasil Analisis 2008


Dalam pengembangan kegiatan pariwisata di Kota Bandung, selain
memiliki berbagai potensi yang dapat dimanfaatkan sebagai pemicu
pengembangan pariwisata, terdapat berbagai hal yang menghambat proses
pengembangan pariwisata. Berberapa permasalahan yang timbul juga dirasa telah
memberikan dampak negatif terhadap pengembangan pariwisata di Kota
Bandung. Berdasarkan RIPPDA Kota Bandung Tahun 2006, terdapat beberapa
permasalahan yang dihadapi Kota Bandung dalam usaha pengembangan sektor
pariwisata, baik permasalahan internal maupun eksternal.
Untuk permasalahan internal pengembangan pariwisata Kota Bandung,
permasalahan yang terjadi antara lain sebagai berikut:
Terbatasnya kebijakan mengenai pengembangan investasi usaha
pariwisata. Selain permasalahan mudahnya perizinan, juga perlu
diperhatikan berbagai kebijakan mengenai daya saing usaha, agar
pengembangan suatu kegiatan pariwisata tidak mematikan jenis usaha
lainnya, melainkan dapat saling melengkapi.
Terbatasnya kualitas objek wisata perkotaan di Kota Bandung. Aktivitas
dalam berbagai daya tarik wisata di Kota Bandung yang dirasa masih
terpaku pada jenis aktivitas rekreasi pasif yang masih sedikit melakukan
interaksi dengan sumberdaya yang ada.
Kurangnya pemanfaatan sumber daya alam sebagai wisata perkotaan.
Perkembangan zaman dan teknologi mendorong terganggunya potensi
alami Kota Bandung sebagai daerah wisata. Pembanguina berbagai
fasilitas dalam upaya membangun kota Bandung sebagai kota metropolitan
dirasa dapat menggangu potensi alami yang dimiliki Kota Bandung
sebagai kota yang sejuk dan asri.
Perkembangan budaya yang tersendat sebagai suatu daya tarik wisata di
Kota Bandung karena masuknya berbagai pengaruh dari kebudayaan luar.
Masih sedikitnya event yang dapat menjadi daya tarik wisata perkotaan,
misalnya Dago Festival yang dapat menjadi salah satu jenis atraksi wisata
dan daya tarik Kota Bandung.
Daya tarik wisata-wisata lama yang tergantikan oleh daya tarik wisata
yang baru. Pusat perbelanjaan yang lama seperti Cibaduyut yang tersaingi
oleh berbagai pusat perbelanjaan modern seperti Factory Outlet.
Masih terhambatnya hubungan kegiatan wisata perkotaan di Kota
Bandung dengan daya tarik wisata lain di wilayah sekitar Kota Bandung
yang dapat ditandai oleh terjadinya kemacetan lalu lintas pada akhir pekan
serta rendahnya kualitas database dan sistem informasi wisata yang
dimiliki Kota Bandung akibat akses yang belum memadai. Dalam hal ini,
koordinasi antar berbagai stakeholders memegang peranan penting dalam
pengembangan pariwisata Kota Bandung.
Kurang teraturnya pemanfaatan lahan pariwisata di Kota Bandung yang
dapat dilihat dari penumpukan kegiatan wisata di beberapa kawasan di
Kota Bandung.
Pembangunan berbagai fasilitas umum yang masih kurang mendukung
pengembangan pariwisata di Kota Bandung. Pembangunan berbagai
fasilitas perkotaan yang tidak sesuai dengan RTRW, kurangnya sarana
pendukung seperti sarana parkir, sistem pengelolaan lalu lintas, prasarana
jalan, dan desain berbagai fasilitas yang tidak mewakili karakter budaya
sunda dirasa menjadi beberapa contoh permasalahan ketersediaan fasilitas
dan infrastruktur dalam pengembangan pariwisata.
Masih rendahnya kualitas SDM baik itu SDM pariwisata maupun SDM
masyarakat lokal serta kesadaran masyaraat dalam berbagai hal turut
memberi peran dalam permaslahan pengembangan pariwisata di Kota
Bandung.
Selain permasalahan internal, pengembangan pariwisata di Kota Bandung
juga menemui berbagai permasalahan eksternal. Permasalahan eksternal yang
dihadapi Kota Bandung dalam pengembangan kegiatan pariwisata antara lain
adalah sebagai berikut:
Kurangnya koordinasi antara pengembangan pariwisata Kota Bandung
dengan destinasi wisata lainnya di sekitar Kota Bandung.
Persaingan dengan jenis destinasi wisata lainnya di Provinsi Jawa Barat
maupun daerah lainnya. Pengembangan pariwisata di wilayah lain
menimbulkan persaingan dalam hal destinasi wisatawan yang akan
berpengaruh kepada pemasukan daerah.
Kesiapan pariwisata Kota Bandung dalam menghadapi AFTA (Asean free
Trade Area) dan GATS (General Agreement on Trade in Services) dalam
hal SDM, peluang investasi di sektor pariwisata.
Pemanfaatan teknologi informasi dan jejaring kerja dengan stakeholders
pariwisata di luar Kota Bandung.
Isu keamanan dan kesehatan lingkungan yang terdapat di Kota Bandung.
Selain dari hasil analisis yang dilakukan penulis berdasarkan hasil
penyebaran kuesioner, penulis juga menemukan penelitian lain yang dilakukan
oleh Litbang Kompas yang dilakukan pada bulan Agustus 2008 lalu mengenai
persepsi masyarakat Kota Bandung terhadap kondisi lalu lintas dan jalan di Kota
Bandung. Penelitian yang dilakukan oleh Litbang Kompas dilakukan pada 200
responden yang dilakukan dengan metode random sampling. Pada GAMBAR 3.5
berikut ini dapat dilihat mengenai hasil pengolahan data yang dilakukan oleh
Litbang Kompas mengenai persepsi masyarakat tentang kondisi lalu lintas dan
jalan di Kota Bandung.

GAMBAR 3.5
KONDISI LALU LINTAS DAN JALAN DI KOTA BANDUNG

60
50
Persen (%)

40
30 Semakin tertib
20 Tetap tertib
10
Tetap semerawut
0
Semakin semerawut
Tidak tahu

Sumber : Litbang Kompas, 2008


Dari tabel diatas dapat dilihat bahwa dari beberapa variabel yang diteliti,
ternyata masyarakat Kota Bandung merasa bahwa kondisi lalu lintas dan jalan
yang terdapat di Kota Bandung menjadi semakin semerawut apabila dibandingkan
dengan 5 tahun belakangan. Dari tabel diatas dapat diketahui bahwa berdasarkan
persepsi responden, kondisi ketersediaan lahan parkir, PKL, angkutan umum dan
lalu lintas yang terdapat di Kota Bandung lebih semerawut dibandingkan dengan
kondisi lima tahun lalu. Sejalan dengan hasil pengolahan data yang dilakukan
penulis dari hasil penyebaran kuesioner, maka PKL merupakan salah satu hal
yang menjadi hal yang mencipakan perasaan tidak nyaman, karena PKL kerap
kali menggunakan trotoar sebagai lahan untuk berjualan dan hal tersebut dapat
mengganggu kenyamanan pengunjung ketika menggunakan trotoar untuk
berpindah objek wisata. Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan oleh
Litbang Kompas, sebanyak 80% responden berpendapat bahwa tingkat kemacetan
lalu lntas di kota Bandung saat ini lebih buruk apabila dibandingkan dengan
kondisi lalu lintas yang terdapat di Kota Bandung lima tahun lalu. Selain itu,
Litbang Kompas juga melakukan penelitian untuk mengatahui bebagai persoalan
di Kota Bandung yang harus segera dicari penyelesaiannya. Pada GAMBAR 3.6
berikut ini dapat dilihat mengenai berbagai persoalan di Kota Bandung.

GAMBAR 3.6
PERSOALAN UTAMA KOTA BANDUNG

4% Sampah
Kemacetan lalu lintas
Ketertiban lalu lintas
22% Sarana dan prasarana
19%
Tenaga kerja
2% Pedagang kaki lima
2% Pendidikan
12%
3% Keamanan
Tata kota
3%
10% Ekonomi
4% 7%
4% 8% Transportasi
Lainnya
Tidak tahu
Sumber : Litbang Kompas, 2008
Dari gambar diatas diketahui bahwa berdasarkan hasil penelitian yang
dilakukan oleh Litbang Kompas, permasalahan utama yang terdapat di Kota
Bandung adalah permasalaha sampah atau kebersihan. Citra Kota Bandung
sebagai salah satu destinasi pariwisata dapat terganggu dengan permaslahan
kebersihan. Permasalahan terbesar kedua adalah kemacetan lalu lintas di Kota
Bandung. Temuan yang dihasilkan oleh Litbang Kompas mendukung hasil
analisis yang telah dilakukan oleh penulis. Berdasarkan hasil pengolahan data
penyebaran kuesioner, kemacetan lalu lintas yang terjadi di Kota Bandung
merupakan hambatan utama yang dihadapi oleh pengunjung dan hampir selueruh
pengunjung merasa terganggu oleh kemacetan lalu lintas yang terjadi di Kota
Bandung. Hal tersebut dapat menyimpulkan bahwa Kota Bandung telah berubah
menjadi kota yang semakin tidak nyaman bagi masyarakat Kota Bandung maupun
bagi pengunjung yang datang ke Kota Bandung.

3.3 Gambaran Kegiatan Pariwisata Kawasan Studi


Pada sub bab ini penulis akan menjelaskan gambaran umum kegiatan
pariwisata di beberapa lokasi yang menjadi wilayah studi penulis. Beberapa
kawasan wisata berikut ini diharapkan dapat menggambarkan kondisi
kepariwisataan di Kota Bandung. Hal tersebut dilakukan karena baik kegiatan
pariwisata, ketersediaan dan kebutuhan sarana prasarana, serta karakteristik
wisatawan di Kota Bandung berbeda-beda. Dalam hal ini penulis akan mencoba
menjelaskan mengenai gambaran kegiatan pariwisata di kawasan belanja Riau,
Cihampelas, Alun-alun Kota Bandung, dan Kebon Binatang Kota Bandung.

3.3.1 Kegiatan Pariwisata di Kawasan Riau


Kawasan wisata di Jl. L.L.R.E. Martadinata atau lebih dikenal dengan
jalan Riau merupakan salah satu kawasan yang tergolong ke dalam kawasan
kantong-kantong pariwisata Kota Bandung berdasarkan RIPPDA Kota Bandung
tahun 2006. Kegiatan pariwisata di kawasan ini tidak dimulai secara serempak,
namun perkembangannya dimulai dari perubahan guna lahan pemukiman menjadi
kegiatan perdagangan. Kegiatan pariwisata yang terdapat di kawasan ini
didominasi oleh kegiatan perdagangan seperti Factory Outlet dan rumah makan.
Namun, sampai saat ini guna lahan di kawasan ini masih terdapat banyak
pemukiman yang keberadaannya mulai terganggu oleh cepatnya perubahan guna
lahan yang terjadi di kawasan ini.
Berdasarkan hasil observasi awal yang penulis lakukan, perkembangan
kegiatan pariwisata khususnya wisata belanja di kawasan ini terjadi dengan sangat
pesat dalam beberapa tahun terakhir. Hal tersebut dapat dilihat dari banyaknya
jumlah Factory Outlet yang berdiri dalam beberapa tahun terakhir, seperti
Cascade, Stamp dan lainnya. Hal tersebut didukung oleh daya tarik kawasan ini
dalam menarik pengunjung untuk melakukan wisata khususnya wisata belanja.
Berdasarkan hasil observasi, kegiatan wisata di kawasan ini mencapai puncaknya
pada akhir pekan atau pada hari-hari libur dimana biasanya pada hari-hari tersebut
pada ruas jalan di kawasan ini terjadi kemacetan lalu lintas. Pada hari-hari kerja,
kemacetan lalu lintas jarang terjadi karena ruas jalan ini masih dapat menampung
lalu lintas kendaraan yang melewati ruas jalan ini. Berdasarkan hasil observasi,
tingkat pelayanan jalan yang terdapat di kawasan wisata belanja Riau dapat
mencapai tingkat D atau E pada akhir pekan dimana arus lalu lintas di jalan ini
tidak stabil, sering terjadi hambatan yang menimbulkan kemacetan dan antrian.
Pada waktu hari kerja, tingkat pelayanan jalan di kawasan ini dapat mencapai
tingkat B dimana arus kendaraan relatif lancar arus relatif stabil namun terdapat
kemungkinan terjadinya hambatan.
Kemacetan yang sering terjadi di kawasan ini pada akhir pekan dapat
disebabkan oleh beberapa hal. Pertama, kemacetan lalu lintas yang dimaksud
dapat disebabkan oleh kurangnya kapasitas jalan terhadap volume kendaraan yang
melintas pada akhir minggu ataupun pada hari libur. Ruas jalan yang terdapat di
kawasan ini yang semula hanya ditujukan untuk kawasan perumahan maupun
sebagai jalan penghubung kini harus menampung jumlah kendaraan yang datang
dari luar Kota Bandung. Kedua, kemacetan lalu lintas di ruas jalan ini dapat pula
disebabkan oleh banyaknya pintu masuk maupun keluar kendaraan yang menjadi
hambatan bagi lalu lintas di kawasan tersebut. Ketiga, kemacetan lalu lintas
disebabkan oleh kurangnya ketersediaan prasarana parkir yang memadai.
Berdasarkan hasil observasi, pada kawasan ini hanya terdapat beberapa titik lokasi
parkir umum yang mampu menampung banyak kendaraan, khususnya kendaraan
pengunjung yang datang ke Kota Bandung pada akhir pekan. Beberapa lokasi
tersebut antara lain adalah lahan kosong di depan hotel Hyatt dan gedung parkir
basement di Cascade Factory Outlet dan Stamp (gedung pos). Tingginya
kebutuhan akan lahan parkir khususnya pada akhir minggu mengakibatkan
banyaknya kendaraan yang menggunakan bahu jalan sebagai tempat parkir (on
street parking) yang dapat menyebabkan hambatan maupun penurunan kapasitas
jalan di kawasan ini. Berdasarkan hasil observasi, hal berikutnya yang dapat
menyebabkan kemacetan lalu lintas adalah dengan lokasi objek wisata yang
berdekatan (berada dalam satu kawasan), maka banyak pengunjung yang
melakukan perpindahan lokasi objek wisata dengan berjalan kaki. Pengunjung
banyak yang menyeberang jalan untuk menuju lokasi objek wisata lainnya
sehingga kerap menimbulkan hambatan dan tundaan bagi lalu lintas di kawasan
tersebut.
Untuk karakteristik pengunjung yang terdapat pada kawasan ini,
berdasarkan hasil observasi ditemukan bahwa sebagian besar pengunjung yang
datang khususnya pada akhir pekan adalah pengunjung yang berasal dari luar
Kota Bandung. Pengunjung yang biasa datang ke kawasan ini adalah pengunjung
yang datang dari daerah Jabodetabek dan sebagian besar dari mereka
menggunakan kendaraan pribadi. Berdasarkan hasil observasi dan pengamatan,
sebagian besar pengunjung yang datang ke kawasan wisata Riau merupakan
pengunjung yang memiliki daya beli yang cukup tinggi, mengingat jenis wisata
yang terdapat di kawasan ini adalah wisata belanja. Berdasarkan penelitian yang
dilakukan oleh Vivin Puspitasari pada tahun 2005, persentase pengunjung yang
menggunakan kendaraan pribadi dalam melakukan perjalanan wisata di kawasan
ini adalah sekitar 78,3% dan merupakan salah satu penyebab terjadinya kepadatan
lalu lintas di kawasan ini pada akhir pekan. Hal tersebut juga menunjukkan bahwa
pengunjung yang datang ke kawasan wisata belanja Riau merupakan pengunjung
dengan kondisi ekonomi yang baik. Untuk kelengkapan sarana dan prasarana
penunjang kegiatan pariwisata, berdasarkan observasi dan pengamatan, pada
kawasan ini cukup dilengkapi oleh berbagai sarana prasarana pendukung
pariwisata seperti jalan raya, prasarana parkir, trotoar, zebra cross, fasilitas
perbankan (ATM) dan berbagai sarana prasarana dasar lainnya. Secara umum,
kegiatan pariwisata yang terdapat di kawasan ini mirip dengan kegiatan pariwisata
di beberapa kawasan lainnya, seperti kawasan wisata belanja Jl. Ir. H. Juanda dan
kawasan belanja Setiabudi. Berikut dapat dilihat karakteristik kawasan wisata
belanja di kawasan wisata belanja Riau, Dago dan Setiabudi yang memiliki
kesamaan dalam beberapa hal pada TABEL III-11 berikut ini.

TABEL III-11
KARAKTERISTIK WISATA DI KAWASAN RIAU

Parameter Karakteristik

Didominasi oleh kegiatan wista belanja, namun banyak didukung oleh berbagai
Jenis Kegiatan Wisata
macam sarana pendukung seperti rumah makan dan toko oleh - oleh.
Didominasi oleh wisatawan yang berasal dari Jabodetabek dan menggunakan
Wisatawan kendaraan pribadi dalam mengunjungi Kota Bandung maupun dalam berwisata selama
di Kota Bandung.
Sebagian besar objek wisata belanja di kawasan ini belum memiliki fasilitas parkir
yang memadai. Hanya di beberapa lokasi saja yang telah memiliki fasilitas parkir
Ketersediaan sarana
dengan kapasitas yang cukup banyak seperti Cascade Factory Outlet, Stamp Factory
prasarana
Outlet, Rumah Mode Factory Outlet dan Kartika Sari. Pada kawasan ini juga terdapat
beberapa hotel yang dapat menunjang kegiatan pariwisata di kawasan ini.

Kepadatan lalu lintas pada akhir pekan yang kerap menyebabkan kemacetan lalu
Permasalahan lintas. Hal yang dapat menyebabkan hal tersebut antara lain adalah kurangnya
kapasitas tampung fasilitas parkir dan on street parking.

Sumber : Hasil Observasi 2008

3.3.2 Kegiatan Pariwisata di Kawasan Cihampelas


Kawasan wisata di Cihampelas merupakan salah satu lokasi tujuan wisata
yang telah muncul sejak lama seperti pusat kerajinan sepatu dan kulit di
Cibaduyut. Berdasarkan RTRW Kota Bandung Tahun 2003-2013 dan RIPPDA
Kota Bandung tahun 2006, kawasan wisata ini merupakan salah satu kawasan
wisata yang memiliki daya tarik yang besar dalam menarik wistawan untuk datang
dan berwisata di Kota Bandung. Kawasan wisata ini diawali dengan keberadaan
pusat penjualan celana jeans yang kemudian berkembang menjadi suatu kawasan
wisata belanja yang menawarkan berbagai macam pilihan bagi pengunjung. Guna
lahan pada kawasan ini yang awalnya perumahan kemudian sedikit demi sedikit
akhirnya berubah menjadi sejumlah outlet dan kemudian menjadi suatu kawasan
homogen yang merupakan kawasan wisata belanja.
Berdasarkan hasil observasi awal yang dilakukan oleh penulis, pengunjung
yang datang ke kawasan ini dapat dikatakan lebih beragam apabila dibandingkan
dengan pengunjung yang datang ke kawasan Riau maupun Dago. Pengunjung
yang datang ke kawasan wisata belanja Cihampelas banyak yang datang secara
berkelompok (rombongan) dan menggunakan bus. Namun hal tersebut tidak
kemudian menutup kemungkinan kedatangan pengunjung secara perorangan
maupun secara keluarga yang menggunakan kendaraan pribadi dan menggunakan
kendaraan umum. Seperti yang telah disebutkan sebelumnya, pengunjung yang
datang ke kawasan ini lebih beragam apabila dibandingkan dengan kawasan lain
seperti Dago dan Riau. Pengunjung yang datang berasal dari daerah sekitar Kota
Bandung seperti Cimahi, Padalarang, Lembang, dan daerah lain seperti dari
Jabodetabek. Beragamnya daerah asal pengunjung maupun wisatawan di kawasan
wisata Cihampelas, menunjukkan bahwa segmentasi pasar wisatawan di kawasan
ini juga cukup beragam. Walaupun jenis kegiatan wisata yang terdapat di kawasan
ini adalah jenis wisata belanja seperti jenis wisata di kawasan Riau, namun
berdasarkan hasil observasi segmentasi pasar di kawasan ini dapat dikatakan lebih
rendah dibandingkan dengan kawasan wisata belanja Riau. Hal tersebut dapat
dilihat bahwa banyaknya pengunjung yang masih menggunakan angkutan kota
sebagai moda transportasi utama, walaupun banyak juga pengunjung maupun
wisatawan yang menggunakan kendaraan pribadi. Selain itu, perbedaan pasar
antara kawasan ini dengan kawasan Riau dapat dilihat dari jenis produk yang
ditawarkan kepada pengunjung dan wisatawan.
Untuk ketersediaan sarana dan prasarana, berdasarkan hasil observasi
awal, kawasan ini dirasa kurang memiliki kelengkapan prasarana parkir khusus
untuk wisatawan yang ingin melakukan kegiatan wisata di kawasan ini,
khususnya prasarana parkir untuk bus-bus rombongan yang sering datang pada
akhir pekan. Saat ini, prasarana parkir umum yang berupa gedung parkir di
kawasan ini hanya dimiliki oleh pusat perbelanjaan Premier, Cihampelas Walk,
dan hotel Aston. Selain itu, prasarana parkir lainnya hanya berupa lahan kosong
yang berada di halaman objek wisata dan belum dapat menampung jumlah
kendaraan wisatawan yang ingin parkir, sehingga kerap menimbulkan kemacetan
lalu lintas pada ruas jalan ini. Selain mengenai prasarana parkir, di kawasan ini
juga dilengkapi oleh sarana angkutan umum dengan pilihan dan trayek yang
cukup banyak, sehingga memudahkan masyarakat maupun wisatawan lokal untuk
mencapai lokasi ini dan melakukan kegiatan wisata yang biasa mereka lakukan.
Untuk kondisi lalu lintas, ruas jalan Cihampelas sebagai jalan kolektor sekunder,
berdasarkan standar IHCM harusnya memiliki tingkat pelayanan skala C dimana
arus lalu lintas masih dapat berjalan dengan baik dan tidak mengalami berbagai
macam hambatan yang dapat mengurangi laju kendaraan yang melintas pada ruas
jalan tersebut. Berdasarkan pada penelitian yang telah dilakukan oleh Bahagia
Fadhilah pada tahun 2008, tingkat pelayanan di beberapa ruas di jalan Cihampelas
dapat mencapai skala E-F, khususnya pada akhir pekan. Tingkat pelayanan
dengan level E-F merupakan kondisi lalu lintas dimana terjadi arus lalu lintas
yang tidak stabil, dimana volume kendaraan yang melintasi jalan ini telah
melampaui kapasitas jalan ini. Selain itu, sering terjadi antrian panjang dan
kemacetan lalu lintas. Kemacetan yang biasa terjadi di kawasan ini selain
disebabkan oleh kurangnya fasilitas parkir juga dapat disebabkan oleh banyaknya
gangguan di sisi jalan seperti PKL dan wisatawan.
Lokasi objek wisata yang berdekatan dan berada dalam suatu kawasan
memicu pengunjung untuk sering berpindah yang menyebabkan tingginya tingkat
pergerakan pengunjung yang terjadi di kawasan ini. Banyak wisatawan yang
berpindah dari satu outlet ke outlet lain sehigga seringkali menyebabkan
hambatan bagi lalu lintas kendaraan yang melintas di ruas jalan ini. Pola
pergerakan wisatawan yang tinggi tersebut apabila tidak dilengkapi oleh
ketersediaan sarana prasarana yang memadai akan semakin menimbulkan
berbagai permasalahan pada ruas jalan ini. Berdasarkan hasil observasi, baru-baru
ini pemerintah Kota Bandung memperbaiki kondisi beberapa sarana prasarana
penunjang pariwisata di kawasan ini seperti ketersediaan trotoar. Namun, hal
tersebut tidak dapat terlalu membantu karena trotoar tersebut kembali digunakan
oleh para pedagang untuk berdagang dan menghalangi jalur orang yang ingin
menggunakan prasarana tersebut. Berikut ini dapat dilihat karakteristik kawasan
wisata belanja di kawasan Cihampelas pada TABEL III-12 berikut ini.
TABEL III-12
KARAKTERISTIK WISATA DI KAWASAN CIHAMPELAS

Parameter Karakteristik

Didominasi oleh kegiatan wisata belanja berupa outlet penjualan celana jeans yang
Jenis Kegiatan Wisata terkenal di Kota Bandung. Pada kawasan ini juga terdapat pusat perbelanjaan yang
cukup memperbesar tarikanyang dimiliki oleh kawasan ini.

Pengunjung yang datang ke kawasan ini cenderung lebih beragam, namun banyak
pengunjung yang datang berasal dari daerah di sekitar Kota Bandung seperti Cimahi,
Wisatawan
Padalarang, Lembang, dsb. Pengunjung yang datang ke kawasan ini sering kali datang
secara berkelompok dan menggunakan bus.
Sebagian besar outlet yang berada di kawasan ini belum memiliki fasilitas parkir yang
memadai, namun dengan keberadaan pusat perbelanjaan, maka secara tidak langsung
Ketersediaan sarana
telah menyediakan fasilitas parkir untuk kendaraan yang ingin melakukan kegiatan
prasarana
wisata di kawasan ini. Pada kawasan ini juga dilengkapi oleh sarana penunjang
pariwisata seperti hotel dan restoran.
Outlet yang berada langsung di pinggir jalan sering kali menyebabkan hambatan bagi
lalu lintas di ruas jalan ini karena lokasi parkir yang berada hampir di setiap bagian
Permasalahan depan dari outlet. Bus-bus yang biasa digunakan wisatawan belum memiliki lokasi
parkir khusus dan sering menyebabkan kemacetan lalu lntas karen kesulitasn dalam
mencari lokasi parkir.
Sumber : Hasil Observasi 2008

3.3.3 Kegiatan Pariwisata di Kawasan Alun-alun


Kawasan wisata alun-alun merupakan salah satu kawasan wisata tertua di
Kota Bandung. Kawasan ini pada masa kolonial merupakan kawasan yang berada
di daerah pusat kota dan pusat pemerintahan. Berdasarkan RIPPDA Kota
Bandung tahun 2006, kawasan alun-alun merupakan salah satu kawasan yang
termasuk ke dalam kantong-kantong kawasan wisata di Kota Bandung. Daya tarik
utama dari kawasan ini adalah wisata belanja, wisata religi dan rekreasi. Kegiatan
wisata belanja ditandai dengan terdapatnya beberapa pusat perbelanjaan yang
telah terdapat di Kota Bandung sejak dulu seperti pusat perbelanjaan Kings dan
pasar baru. Selain itu, terdapatnya mesjid Agung juga menjadi salah satu daya
tarik utama bagi kegiatan wisata religi di kawasan ini. Untuk wisatawan yang
ingin melakukan kegiatan rekreasi, biasanya dilakukan dengan berekreasi di ruang
terbuka di alun-alun Kota Bandung.
Karena terletak lebih ke arah selatan, maka terdapat anggapan bahwa
kawasan wisata alun-alun lebih melayani masyarakat maupun wisatawan yang
datang dari wilayah selatan Kota Bandung. Berdasarkan hasil observasi awal,
wisatawan yang datang ke kawasan ini lebih banyak yang datang secara individual
maupun dengan kelompok kecil. Berdasarkan hasil observasi, segmentasi pasar
yang terdapat di kawasan ini merupakan pengunjung dengan kemampuan yang
cukup, mengingat jenis wisata di kawasan ini adalah rekreasi yang tergolong
murah dan wisata belanja yang lebih banyak didominasi oleh penduduk Kota
Bandung. Sedangkan moda transportasi yang biasa digunakan oleh wisatawan di
kawasan ini adalah kendaraan pribadi maupun kendaraan umum. Untuk
ketersediaan sarana dan prasarana, kawasan ini telah mengalami peningkatan
kualitas sarana prasarana dibandingkan dengan beberapa waktu lalu. Pada tahun
2007, kawasan alun-alun Kota Bandung mengalami renovasi dan perbaikan.
Setelah renovasi tersebut, kawasan ini akhirnya memiliki prasarana parkir umum
yang memadai dan trotoar yang memiliki kualitas dan keindahan yang jauh lebih
baik. Kawasan ini juga memiliki arus lalu lintas yang cukup tinggi dengan jalur
utama adalah Jl. Asia Afrika yang menjadi salah satu jalan utama sejak jaman
kolonial. Kawasan ini dilalui oleh berbagai sarana angkutan umum, baik itu
angkutan kota maupun bus kota. Oleh karena ketersediaan sarana transportasi
umum tersebut, maka kawasan alun-alun merupakan salah satu kawasan wisata
yang mudah dijangkau oleh masyarakat baik dari Kota Bandung maupun dari
daerah lain di sekitar Kota Bandung. Sebagai kawasan yang dilalui oleh banyak
trayek angkutan kota dan menjadi salah satu kawasan wisata, maka kawasan ini
juga dilengkapi oleh sarana halte bus sebagai sarana penunjang kegiatan wisata di
kawasan ini.
Beberapa permasalahan yang terdapat di kawasan ini berdasarkan hasil
observasi awal adalah permasalahan ketidakteraturan PKL yang dapat
mengganggu keindahan dan kenyamanan wisatawan yang datang ke kawasan ini.
Selain itu, kemacetan dan kepadatan lalu lintas sering terjadi karena terdapat
hambatan yang berupa penyatuan jalur yang berasal dari arah pusat perbelanjaan
Kings. Pemerintah Kota Bandung telah menerapkan metode one way atau satu
jalur untuk mencegah dan mengurangi tingkat hambatan yang terdapat di kawasan
ini. Lokasi objek wisata yang terdapat di kawasan ini juga cenderung berada
dalam satu kawasan, kecuali pusat perbelanjaan pasar baru yang berada sedikit di
luar kawasan ini. Sebagai suatu kawasan dengan lokasi objek wisata yang
berdekatan, maka sangat mungkin untuk terjadi pergerakan wisatawan yang cukup
tinggi dalam melakukan perpindahan lokasi objek wisata. Tingginya pergerakan
seperti yang terjadi di pusat perbelanjaan pasar baru dan Kings sering kali
menyebabkan kemacetan lalu lintas karena menimbulkan hambatan yang
menghambat arus lalu lintas yang melewati ruas jalan tersebut. Berdasarkan hasil
observasi, tingkat pelayanan jalan yang terdapat di kawasan ini dapat mencapai
tingkat D atau E pada waktu akhir pekan dan dapat mencapai tingkat C pada
waktu hari kerja mengingat jalan dikawasan ini banyak dilalui oleh angkutan
umum, sehingga seringkali menimbulkan hambatan. Berikut ini dapat dilihat
karakteristik kawasan wisata di kawasan Alun-alun pada TABEL III-13 berikut
ini.

TABEL III-13
KARAKTERISTIK KEGIATAN WISATA DI KAWASAN ALUN ALUN

Parameter Karakteristik

Jenis kegiatan wisata yang terdapat di kawasan ini lebih beragam. Daya tarik utama
Jenis Kegiatan dari kawasan ini adalah terdapatnya ruang terbuka yang berperan sebagai alun - alun
Wisata Kota Bandung serta keberadaan mesjid Agung. Selain itu, terdapat objek wisata lain
yang berupa pusat perdagangan seperti Kings dan Pasar Baru.
Didominasi oleh wisatawan yang berasal dari Kota Bandung maupun yang datang dari
sekitar Kota Bandung, seperti Soreang, Sumedang, dsb. Wisatawan yang datang ke
Wisatawan
kawasan ini banyak yang menggunakan kendaraan paribadi maupun kendaraan
umum.
Kawasan ini dilengkapi oleh berbagai sarana prasarana pendukung kegiatan
Ketersediaan sarana pariwisata seperti fasilitas parkir umum, halte bus, trotoar, zebra cross, dll. Selain itu,
prasarana kawasan ini juga dilewati oleh berbagai trayek angkutan sehingga memudahkan
masyarakat untuk mencapai lokasi ini.
Permasalahan yang sering kali terjadi di alun - alun adalah kemacetan lalu lintas dan
Permasalahan permasalahan PKL yang dapat mengurangi kenyamanan wisatawan dalam melakukan
kegiatan wisata di daerah ini.
Sumber : Hasil Observasi 2008

3.3.4 Kegiatan Pariwisata di Kawasan Kebon Binatang


Kebon Binatang Kota Bandung merupakan salah satu objek wisata yang
dapat menarik banyak wisatawan bagi daerah-daerah lain di sekitar Kota
Bandung. Kebon Binatang Bandung merupakan salah satu objek wisata buatan
yang memanfaatkan kondisi geografis sebagai salah satu daya tarik utama.
Sebagai salah satu objek wisata rekreasi, yang menjadi daya tarik utama bagi
Kebon Binatang Bandung adalah adanya flora dan fauna yang terdapat di lokasi
ini. Keberadaan Kebon Binatang Bandung mampu membangkitkan berbagai
sektor lain seperti usaha souvenir dan rumah makan yang terdapat di bagian luar
dari area Kebon Binatang.
Berdasarkan hasil observasi awal, wisatawan yang biasa datang ke Kota
Bandung terdiri dari wisatawan yang datang dengan perorangan atau kelompok
kecil dan pengunjung yang datang dengan rombongan. Kebanyakan dari
pengunjung yanga datang biasa menggunakan kendaraan pribadi maupun
kendaraan umum untuk mengunjungi Kebon Binatang Bandung. Mengingat
harga tiket masuk yang cukup murah, jenis kegiatan wisata rekreasi, dan
banyaknya pengunjung yang membawa makan sendiri menunjukkan bahwa
segmentasi pasar pengujung dan wisatawan di kawasan ini tergolong ke dalam
golongan ekonomi menengah. Awalnya, Kebon Binatang Bandung belum
dilengkapi oleh prasarana parkir khusus kendaraan pengunjung. Oleh karena itu,
setiap akhir pekan jalan Taman Sari sebagai jalan dimana Kebon Binatang
Bandung berada pasti akan mengalami macet. Hal tersebut disebabkan oleh
kendaraan yang parkir di pinggir jalan dan menghambat lalu lintas yang melintas
di ruas jalan tersebut. Selain itu, kurangnya ketersediaan saran pejalan kaki yang
berupa troroar juga menyebabkan hambatan bagi lalu lintas karena wisatawan
kerap berjalan di badan jalan. Hal tersebut diperparah dengan PKL yang
berdagang di pinggir jalan dan angkutan umum yang ngetem dalam mencari
penumpang.
Saat ini, kelengkapan sarana prasarana di kawasan wisata Kebon Binatang
telah diperbaiki. Saat ini, Kebon Binatang Bandung telah memiliki lahan khusus
yang digunakan sebagai fasilitas parkir bagi kendaraan-kendaraan wisatawan baik
untuk kendaraan pribadi maupun bus. Selain dengan ketersediaan prasarana parkir
yang tergolong baru, kawasan Kebon Binatang Bandung kini telah dilengkapi
oleh sarana pejalan kaki yang berupa trotoar yang terletak di jalan Taman Sari
Bandung. Ketersediaan sarana tersebut mulai dirasakan manfaatnya pada awal-
awal beroperasinya sarana tersebut, khususnya untuk prasarana parkir. Namun,
lama kelamaan kapasitas dari prasarana parkir yang dimiliki Kebon Binatang Kota
Bandung dirasa masih kurang dalam menampung jumlah kendaraan wisatawan
yang parkir, sehingga para wisatawan kembali menggunakan badan jalan sebagai
lokasi parkir dan kembali menyebabkan kemacetan lalu lintas. Kemacetan lalu
lintas khususnya pada akhir pekan seringkali disebabkan oleh terhambatnya lalu
lintas akibat kendaraan yang ingin parkir atau mencari parkir di pinggir jalan.
Untuk ketersediaan sarana trotoar, wisatawan yang datang ke kawasan ini telah
memanfaatkan sarana ini sehingga sudah tidak terlalu mengganggu lalu lintas
kendaraan lagi, walaupun masih ada beberapa wisatawan yang belum menyadari
fungsi dari sarana ini dan tetap berjalan di badan jalan. Ruas jalan Taman Sari
yang dilewati beberapa trayek angkutan kota menjadikan objek wisata Kebon
Binatang Bandung mudah dijangkau. Namun hal tersebut masih belum didukung
oleh tersedianya sarana halte bus ataupun sarana menaikkan dan menurunkan
penumpang sehingga seringkali menyebabkan kemacetan lalu lintas yang dapat
membuang waktu pengunjung dan wisatawan maupun penduduk Kota Bandung
yang melintas di kawasan ini. Berdasarkan hasil observasi, tingkat pelayanan jalan
yang terdapat di kawasan ini dapat mencapai D atau F pada waktu akhir pekan,
apalagi pada waktu liburan panjang dimana sering terjadi kemacetan lalu lintas
dan antrian yang cukup panjang pada waku akhir pekan. Pada waktu hari kerja,
tingkat pelayanan jalan di kawasan ini dapat mencapai B, dimana arus cukup
stabil dengan kecepatan yang terbatas dan mulai ada gangguan.
Untuk permasalahan yang sering terjadi di kawasan ini adalah kemacetan
lalu lintas yang diakibatkan oleh berbagai macam penyebab, yaitu hambatan yang
disebabkan oleh kendaraan yang mencari parkir ataupun kendaraan yang akan
parkir atau yang keluar lokasi parkir, hambatan yang disebabkan oleh wisatawan
yang berjalan di badan jalan, PKL yang tidak teratur dan mengurangi kapasitas
jalan, serta angkutan umum yang ngetem dalam mencari penumpang. Berikut ini
dapat dilihat karakteristik kawasan wisata di kawasan Kebon Binatang Bandung
pada TABEL III-14 berikut ini.
TABEL III-14
KARAKTERISTIK KEGIATAN WISATA DI KAWASAN
KEBON BINATANG

Parameter Karakteristik
Jenis kegiatan yang berada di kawasan ini adalah kegiatan rekreasi. Daya tarik
Jenis Kegiatan Wisata
utamanya adalah banyaknya binatang - binatang liar yang dapat dilihat dari dekat.
Wisatawan yang datang ke kebon binatang lebih banyak yang berasal dari Kota
Bandung dan yang datang dari sekitar Kota Bandung seperti Padalarang, Cimahi,
Soreang, Subang, dsb. Wisatawan yang datang biasanya menggunakan kendaraan
Wisatawan
pribadi dan kendaraan umum. Untuk wisatawan yang datang secara berkelompok
(rombongan), biasanya mereka menggunakan bus atau menyewa angkutan kota
sebagai moda transportasi.
Sarana prasarana yang dimiliki kebon binatang yang dapat mendukung kegiatan
Ketersediaan sarana pariwisata di kawasan kebon binatang antara lain ketersediaan fasilitas parkir umum
prasarana dan trotoar. Pada kawasan ini dilewati oleh berbagai trayek angkutan kota sehingga
cukupmudah dijangkau oleh wisatawan.
Ketersediaan fasilitas parkir yang baru memberikan pengaruh yang cukup baik dalam
mengurangi permasalahan lalu lintas yang biasa terjadi. On street parking menjadi
Permasalahan masalah utama yang menyebabkan permasalahan kemacetan lalu lintas. Angkutan
kota yang ngetem, wisatawan yang berjalan di badan jalan, maupun PKL turut
menyebabkan kemacetan lalu lintas pada kawasan ini.
Sumber : Hasil Observasi 2008

Anda mungkin juga menyukai