Anda di halaman 1dari 8

MALARIA BERAT DENGAN BERBAGAI KOMPLIKASI

Masra Lena Siregar

Abstrak. Malaria merupakan penyakit infeksi parasit yang disebabkan oleh plasmodium
yang ditularkan melalui gigitan nyamuk Anopheles betina. Plasmodium menyerang eritrosit
yang ditandai dengan ditemukannya bentuk aseksual didalam darah. Di Indonesia, penyakit
ini endemis di sebagian besar wilayah Indonesia dan masih menjadi masalah kesehatan
masyarakat yang dapat menyebabkan kematian. Upaya untuk menekan angka kesakitan dan
kematian dilakukan melalui program pemberantasan malaria yang beberapa kegiatannya
antara lain diagnosis dini, pengobatan cepat dan tepat, yang bertujuan untuk memutus mata
rantai penularan malaria. Dilaporkan satu kasus seorang laki-laki pekerjaan TNI yang
melakukan tugas negara ke daerah endemis malaria di Aceh Singkil. Selama bertugas
pasien mengalami demam tinggi disertai menggigil dan keringat banyak sejak empat hari
sebelum masuk rumah sakit. Keluhan lain yang didapatkan adalah anuria, hemoglobinuria,
pucat dan ikterik. Pada pemeriksaan hapusan darah tebal dan tipis ditemukan tropozoit
plasmodium falciparum. Komplikasi malaria berat yang didapat berupa black water fever,
malaria billiosa, anemia dan malaria related acute kidney injury (MAKI). Terapi yang
diberikan adalah injeksi artemeter kemudian dilanjutkan dengan obat oral anti malaria
primakuin dan dihydroartemisinin-piperaquine (DHP) selama 3 hari, selain itu pasien
dilakukan hemodialisis karena komplikasi MAKI. Pasien mengalami perbaikan klinis yang
sangat baik dan diperbolehkan rawat jalan. (JKS 2015; 3: 149-156)

Kata kunci : anemia, black water fever, MAKI, malaria berat, malaria billiosa

Abstract. Malaria is a parasite infection disease which is caused by plasmodium and


transmitted to human body by female anopheles mosquito bite. Plasmodium attaches
erythrocytes that we can prove by asexual form finding blood smear. This infection disease
is endemic in Indonesia which is all over in Indonesia region and still become problem of
public health, because its high mortality. The efforts to decrease morbidity and mortality
are malaria eradication programme in several things i.e early diagnosis, early and
effectively treatment to support stopping transmitted malaria. We reported a soldier man
who work in Aceh Singkil which is an endemic malaria area. He had high fever, shiffering
and sweating in his duty since four days before arrived to hospital. Another complains i.e
anuria, haemoglobinuria, pale and icteric. The thick and thin blood smear found trophozoid
form plasmodium falciparum. The complication of severe malaria in this patient are black
water fever, billiosa malaria, anemia and malaria related acute kidney injury. We treated
with artemeter injection and switched to anti malaria drugs (primakuin and
dihydroartemisinin-piperaquine) for three days. On the other hand the patient must going
haemodialysis because of his complication in the kidney. The patient had clinically
improved and could discharge. (JKS 2015; 3: 149-156)

Key words : anemia, black water fever, MAKI, severe malaria, billiosa malaria

Pendahuluan1 alami ditularkan melalui gigitan nyamuk


Malaria adalah penyakit infeksi parasit Anopheles betina.1,2
yang disebabkan oleh plasmodium
falciparum, plasmodium vivax, Di Indonesia, penyakit ini masih endemis
plasmodium ovale dan plasmodium di sebagian besar wilayah Indonesia.
malariae yang menyerang eritrosit dan Malaria masih menjadi salah satu masalah
ditandai dengan ditemukannya bentuk kesehatan masyarakat yang dapat
aseksual didalam darah. Penyakit ini secara menyebabkan kematian terutama pada
kelompok risiko tinggi seperti bayi, anak
balita, ibu hamil, selain itu malaria dapat
Masra Lena Siregar adalah Dosen Bagian Ilmu
Penyakit Dalam Fakultas Kedokteran Universitas menyebabkan sejumlah gejala klinis yang
Syiah Kuala/RSUD dr. Zainoel Abidin Banda Aceh

149
JURNAL KEDOKTERAN SYIAH KUALA Volume 15 Nomor 3 Desember 2015

signifikan seperti anemia yang dapat pada malam hari disertai menggigil dan
menurunkan produktivitas kerja.1,3 keringat banyak terutama setelah minum
obat penurun panas. Pasien juga
Malaria merupakan salah satu indikator mengeluhkan buang air kecil (BAK)
dari target Pembangunan Milenium berwarna merah kehitaman sejak 2 hari
(MDGs), dimana ditargetkan untuk SMRS dan jumlahnya sudah mulai
menghentikan penyebaran dan mengurangi berkurang yaitu sekitar 200 cc selama 24
kejadian insiden malaria pada tahun 2015 jam. Pasien dirawat di RS Aceh Singkil
yang dilihat dari indikator menurunnya dan dari pemeriksaan hapusan darah
angka kesakitan dan angka kematian didapatkan tropozoit plasmodium falciparum.
akibat malaria. Global Malaria Pasien dirawat selama 3 hari dan mendapat
Programme (GMP) menyatakan bahwa terapi klorokuin tablet namun selama
malaria merupakan penyakit yang harus perawatan BAK masih berwarna kehitaman
terus menerus dilakukan pengamatan, sehingga pasien dirujuk ke RSU dr.
monitoring dan evaluasi, serta diperlukan Zainoel Abidin (RSUZA) Banda Aceh.
formulasi kebijakan dan strategi yang
tepat. Di dalam GMP ditargetkan 80% Ketika pasien di RSUZA keluhan demam
penduduk terlindungi dan penderita sudah tidak ada, namun pasien tampak
mendapat pengobatan Arthemisinin based lemas disertai nyeri di ulu hati, mual dan
Combination Therapy (ACT).3,4 kadang-kadang muntah. Pada pemeriksaan
fisik didapatkan kesadaran kompos mentis,
Penderita malaria dengan komplikasi tekanan darah 140/90 mmHg, frekuensi
umumnya digolongkan sebagai malaria nadi 96x/ menit, frekuensi pernapasan 22x/
berat yang menurut WHO didefinisikan menit, suhu 37,6oC. Pada mata dijumpai
sebagai infeksi plasmodium falciparum konjungtiva palpebra inferior tampak pucat
dengan satu atau lebih komplikasi yang dan sklera ikterik dan pada pemeriksaan
terdiri dari malaria serebral (coma), thorak dan abdomen tidak terdapat
acidemia/ asidosis, anemia berat, gagal kelainan.
ginjal akut, dan hipoglikemia.4,5 Penderita
malaria berat sebaiknya ditangani di rumah Pada pemeriksaan laboratorium darah rutin
sakit (RS) Kabupaten. Bila fasilitas didapatkan anemia (Hb 9,6 gr/dl),
maupun tenaga di RS Kabupaten kurang hematokrit menurun (28%), leukositosis
memadai segera rujuk ke RS Provinsi. (13,4x103/ul), trombositopenia (61x103/ul),
Pengobatan malaria berat secara garis dan morfologi darah tepi gambaran anemia
besar terdiri atas 3 komponen penting, normositik normokrom. Hasil pemeriksaan
yaitu pengobatan spesifik yaitu terapi anti kimia darah didapatkan peningkatan
malaria, pengobatan suportif termasuk bilirubin total dan direk (15,8 mg/dL dan
perawatan umum dan pengobatan 11,71 mg/dL), peningkatan enzim transaminase
simptomatik, dan pengobatan terhadap (SGOT 159 U/L; SGPT 61 U/L),
komplikasi.1 Prognosis malaria berat hipoalbuminemia (2,98 g/dL) dan kadar
tergantung pada kecepatan dan ketepatan gula darah sewaktu dalam batas normal.
diagnosis serta pengobatan.3,5,6 Selain itu juga terdapat penurunan fungsi
ginjal (ureum 183 mg/dL dan kreatinin 8
Laporan Kasus mg/dL), dan pemeriksaan hapusan darah
Seorang laki-laki berusia 31 tahun, tipis ditemukan tropozoit matang plasmodium
pekerjaan TNI yang mendapat tugas negara falciparum. Pada pemeriksaan foto thorax
ke daerah Aceh Singkil. Pada saat bertugas jantung dan paru dalam batas normal
pasien mengalami demam tinggi naik turun sementara pada USG abdomen didapatkan
selama 4 hari sebelum masuk rumah sakit nefritis bialteral, nefrolithiasis kanan,
(SMRS). Demam dirasakan memberat hepatomegali ringan, kholesistitis dengan

150
Masra Lena Siregar, Malaria Berat dengan Berbagai Komplikasi

sludge di kandung empedu. Berdasarkan Diskusi


data tersebut pasien di diagnosis dengan Malaria adalah penyakit infeksi parasit
Malaria Berat dengan komplikasi anemia, yang disebabkan oleh plasmodium
black water fever, malaria related akut falciparum, plasmodium vivax, plasmodium
kidney injury (MAKI), dan malaria ovale dan plasmodium malariae yang
billiosa. menyerang eritrosit dan ditandai dengan
ditemukannya bentuk aseksual didalam
Selama rawatan pasien masih darah. Penyakit ini secara alami ditularkan
mengeluhkan kadang-kadang muncul melalui gigitan nyamuk Anopheles betina.
demam, tidak didapatkan perdarahan Di Indonesia, penyakit malaria masih
saluran cerna namun BAK masih berwarna endemis di sebagian besar wilayah
kehitaman dan dari evaluasi pemeriksaan Indonesia. Malaria masih menjadi salah
darah rutin didapatkan kadar Hb (7,6 satu masalah kesehatan masyarakat yang
gr/dl), dan fungsi ginjal semakin menurun dapat menyebabkan kematian.1,2,3
(ureum 203 mg/dL dan kreatinin 9,89
mg/dL), sementara kadar bilirubin total Manifestasi klinis malaria dapat bervariasi
mulai mengalami perbaikan. Karena dari ringan sampai membahayakan jiwa.
produksi urin yang masih sedikit yaitu Gejala klasik malaria berupa demam
200cc/ 24 jam dan kadar ureum kreatinin tinggi, menggigil dan keringat banyak.
yang terus meningkat pasien dilakukan Gejala utama demam sering didiagnosis
hemodialisis. Pasien juga mendapat terapi dengan infeksi lain, seperti demam
khusus untuk malaria yaitu Artemeter typhoid, demam dengue, leptospirosis,
intramuskular (i.m) 1,6 mg/kgbb pada jam chikungunya, dan infeksi saluran nafas.
0 dan jam 12 (hari 1), kemudian Artemeter Adanya trombositopenia sering didiagnosis
IM 1,6 mg/kgbb/hari pada hari ke 2 sampai dengan leptospirosis, demam dengue atau
5. Setelah terapi Artemeter selesai typhoid. Apabila terdapat demam disertai
dilanjutkan dengan terapi oral primakuin dengan ikterik bahkan sering diintepretasikan
tablet 75 mg single dosis dan dengan diagnosis hepatitis dan leptospirosis.
dihydroartemisinin-piperaquine (DHP) 1x3 Penurunan kesadaran dengan demam
tab selama 3 hari. Terapi lain yang sering juga didiagnosis sebagai infeksi otak
diberikan adalah omeprazole injeksi 40 atau bahkan stroke. Mengingat
mg/12 jam, sistenol tablet bila demam, bervariasinya manifestasi klinis malaria
curcuma 3x1 tablet dan transfusi PRC 2 maka anamnesis riwayat perjalanan ke
kolf. daerah endemis malaria pada setiap
penderita dengan demam harus dilakukan.
Sebagai evaluasi dilakukan pemeriksaan Diagnosis malaria ditegakkan seperti
hapusan darah tiap 8 jam untuk menilai diagnosis penyakit lainnya berdasarkan
kepadatan parasit, kemudian hapusan darah anamnesis, pemeriksaan fisik, dan
dilakukan lagi pada hari ke 7, hari ke 14 pemeriksaan laboratorium. Diagnosis pasti
dan hari ke 21 dengan hasil tidak malaria apabila ditemukan parasit malaria
ditemukan lagi plasmodium falciparum. dalam darah.1,2,7
Setelah dilakukan hemodialisis beberapa
kali pasien mengalami perbaikan klinis Pada kasus diketahui pasien adalah seorang
yang sangat baik terlihat dari pemeriksaan aparat TNI yang bertugas ke Aceh Singkil
fungsi ginjal mengalami perbaikan begitu yang merupakan daerah endemis malaria.
juga dengan pemeriksaan enzim Dari anamnesis didapatkan keluhan
transaminase dan darah rutin sehingga demam tinggi disertai gejala klasik malaria
pasien diperbolehkan rawat jalan. yaitu menggigil dan keringat banyak.
Diagnosis malaria ditegakkan setelah
dilakukan pemeriksaan hapusan darah dan

151
JURNAL KEDOKTERAN SYIAH KUALA Volume 15 Nomor 3 Desember 2015

ditemukan tropozoit matang plasmodium 3. Hipoglikemia


falciparum. Hipoglikemia adalah suatu keadaan
dimana kadar gula darah sewaktu <40
Malaria dengan berbagai komplikasi mg%. Terapi yang diberikan adalah bolus
digolongkan sebagai malaria berat yang Dektrose 40% 50 ml lanjutkan Infus
mana menurut WHO didefinisikan sebagai Dekstrose 10% sampai gula darah stabil.
infeksi plasmodium falciparum dengan satu Apabila sarana pemeriksaan gula darah
atau lebih komplikasi sebagai berikut:5-9 tidak tersedia, pengobatan sebaiknya
diberikan berdasarkan kecurigaan klinis
1. Koma (Malaria serebral) adanya hipoglikemia, seperti perfusi buruk,
Penatalaksanaan malaria serebral sama keringat dingin, hipotermi, dan letargi.6,7,8
seperti pada malaria berat umumnya.
Pertahankan oksigenasi, letakkan pada sisi 4. Syok
tertentu, sampingkan penyebab lain dari Hipovolemia dikoreksi dengan pemberian
koma (hipoglikemi, stroke, sepsis, diabetes cairan kristaloid (Ringer atau NaCl 0,9 %)
koma, uremia, gangguan elektrolit), hindari 20 ml/kgbb dalam waktu 1/2 - 1 jam
obat yang tidak bermanfaat, intubasi bila pertama. Bila tidak ada perbaikan tekanan
perlu. Beberapa hal penting yang perlu darah dan tidak ada overhidrasi dapat
diperhatikan adalah: 8,9 diberikan cairan koloid. Bila terjadi
a. Perawatan pasien dengan gangguan hipotensi menetap, diberikan vasopresor
kesadaran. (dopamin, norepinefrin). Bila nadi sudah
b. Deteksi dini dan pengobatan komplikasi teraba, dilanjutkan pemberian rehidrasi
berat lainnya. dengan cairan Ringer sesuai keadaan
c. Waspadalah akan terjadinya infeksi pasien.6,7,8
bakteri, terutama pada pasien dengan
pemasangan intravenous-line (iv line), 5. Gagal Ginjal Akut (GGA)
intubasi endotrakeal atau kateter saluran Pada semua penderita malaria berat kadar
kemih dan terhadap kemungkinan ureum dan kreatinin diperiksa setiap hari.
terjadinya aspirasi pneumonia. Apabila pemeriksaan ureum dan kreatinin
tidak memungkinkan, produksi urin dapat
Obat-obatan yang tidak direkomendasikan dipakai sebagai acuan. Bila terjadi anuria
dipakai pada malaria berat yaitu dilakukan force diuresis (diuresis paksa)
kortikosteroid dosis tinggi, heparin, dengan furosemid 40 mg, kemudian 20
prostacyclin, iron chelating agent (desferoxamine mg/jam selama 6 jam. Bila tidak ada
b), pentoxifylline, dextran berat molekul respon setelah 8 jam, pemberian dapat
rendah, anti edema serebral (urea), acetyl diulang dengan dosis 2 mg/kgbb sampai
salisilic acid, obat anti inflamasi lainnya, maksimum 2 kali. GGA biasanya bersifat
epinephrine (adrenalin), cyclosporine-A, reversibel apabila ditanggulangi secara
hyperimmune globulin, dichloroacetate cepat dan tepat. Pada keadaan tertentu
dan anti-tumor necrosis factor antibodies.7 dialisis perlu dilakukan sehingga penderitta
perlu di rujuk ke RS tingkat Provinsi atau
2. Anemia berat RS dengan fasilitas dialisis.6,7,8
Anemia berat pada malaria adalah suatu
keadaan dimana kadar hemoglobin <5 g/dL 6. Blackwater fever (malaria
atau hematokrit <15%. Anemia berat haemoglobinuria)
sering menyebabkan distress pernafasan Blackwater fever adalah suatu sindrom
yang dapat mengakibatkan kematian. Oleh dengan gejala karakteristik serangan akut,
karena itu, pemberian transfusi darah harus menggigil, demam, hemolisis intravaskular,
segera dilakukan. Bila PRC tidak tersedia hemoglobinemia, hemoglobinuria, dan
dapat diberikan whole blood.6,8 gagal ginjal. Biasanya terjadi sebagai

152
Masra Lena Siregar, Malaria Berat dengan Berbagai Komplikasi

komplikasi dari infeksi P. falciparum yang Pengobatan spesifik dengan kemoterapi


berulang-ulang pada oran non- imun atau anti malaria.
dengan pengobatan kina yang tidak Pengobatan suportif (termasuk perawatan
adekuat.6,7 umum dan pengobatan simptomatik).
Pengobatan terhadap komplikasi.
7. Ikterus (Malaria Billiosa)
Tidak ada tindakan khusus untuk ikterus, 1. Pengobatan spesifik
tetapi fokus pada penanganan untuk Pemberian obat anti-malaria (OAM) pada
malaria. Apabila disertai hemolisis berat malaria berat berbeda dengan malaria
dan Hb sangat rendah maka diberikan biasa. Pada malaria berat diperlukan daya
transfusi darah. Biasanya kadar bilirubin membunuh parasit yang lebih cepat dan
kembali normal dalam beberapa hari mampu bertahan lama di darah untuk
setelah pengobatan dengan anti malaria.6 segera menurunkan derajat parasitemia.
Oleh karena itu, dipilih pemakaian obat
Pengobatan malaria berat secara garis secara parenteral (intravena, per-infus/
besar terdiri atas 3 komponen penting, intramuskuler) yang berefek cepat dan
yaitu:1,2,6 kurang menyebabkanterjadinya resistensi.1,7

Gambar 2. Penatalaksanaan malaria berat6

Beberapa OAM yang digunakan pada berisi 0,6 ml natrium bikarbonat 5%.
pengobatan spesifik malaria berat antara Untuk membuat larutan artesunat dengan
lain:6,9,10 mencampur 60 mg serbuk kering artesunik
a. Artesunate dengan larutan 0,6 ml natrium bikarbonat
Artesunate parenteral tersedia dalam vial 5%. Kemudian ditambah larutan Dextrose
yang berisi 60 mg serbuk kering asam 5% sebanyak 3-5 cc. Artesunat (AS)
artesunik dan pelarut dalam ampul yang diberikan dengan dosis 2,4 mg/kgBB per-

153
JURNAL KEDOKTERAN SYIAH KUALA Volume 15 Nomor 3 Desember 2015

iv, sebanyak 3 kali jam ke 0, 12, 24. dosis maintenance seperti di atas sampai
Selanjutnya diberikan 2,4 mg/kgbb per-iv penderita dapat minum kina per-oral.
setiap 24 jam sampai penderita mampu Apabila sudah sadar/dapat minum, obat
minum obat. Larutan artesunat ini juga bisa pemberian kina iv diganti dengan kina tablet
diberikan secara intramuskular (i.m) per-oral dengan dosis 10 mg/kgBB/kali,
dengan dosis yang sama. Apabila penderita pemberian 3 kali sehari (dengan total dosis
sudah dapat minum obat, maka pengobatan 7 hari dihitung sejak pemberian kina
dilanjutkan dengan regimen dihydroartemisinin- perinfus yang pertama).6,8,9
piperakuin (DHP) atau ACT lainnya
selama 3 hari + primakuin. Pada Kina tidak boleh diberikan secara bolus
pemakaian artesunate tidak memerlukan intra vena, karena toksik bagi jantung dan
penyesuaian dosis bila gagal organ dapat menimbulkan kematian. Pada
berlanjut.6,9 penderita dengan gagal ginjal, dosis
maintenance kina diturunkan 1/3 - 1/2 nya.
b. Artemeter Pada hari pertama pemberian kina oral,
Artemeter dalam larutan minyak. Artemeter berikan primakuin dengan dosis 0,75
diberikan dengan dosis 3,2 mg/kgBB mg/kgBB. Dosis kina maksimum dewasa
intramuskular. Selanjutnya artemeter 2.000 mg/hari. Hipoglikemia dapat terjadi
diberikan 1,6 mg/kgBB intramuskular satu pada pemberian kina parenteral oleh
kali sehari sampai penderita mampu karena itu dianjurkan pemberiannya dalam
minum obat. Apabila penderita sudah Dextrose 5%.6,7
dapat minum obat, maka pengobatan
dilanjutkan dengan regimen dihydroartemisinin- Pada kasus ini pasien diberikan terapi
piperakuin (DHP) atau ACT lainnya Artemeter 1,6 mg/kgbb i.m pada jam 0
selama 3 hari + primakuin.6,9,10 dan jam 12 (hari 1), kemudian dilanjutkan
IM Artemeter 1,6 mg/kgbb/hari pada hari
c. Kina hidroklorida ke 2 sampai 5. Setelah terapi Artemeter
Kina per-infus masih merupakan obat selesai lalu dilanjutkan dengan terapi oral
alternatif untuk malaria berat pada daerah primakuin 1 x 3 tablet single dosis, DHP
yang tidak tersedia derivat artemisinin 1x3 tab selama 3 hari.
parenteral dan pada ibu hamil trimester
pertama. Obat ini dikemas dalam bentuk 2. Pengobatan Suportif
ampul kina hidroklorida 25%. Satu ampul Penderita malaria berat sebaiknya
berisi 500 mg/2 ml. Pemberian Kina ditangani di RS Kabupaten. Bila fasilitas
hidroklorida pada malaria berat secara maupun tenaga di RS Kabupaten kurang
intramuskuler untuk pra rujukan. Dosis dan memadai segera rujuk ke RS Provinsi.
cara pemberian kina pada orang dewasa Setiap merujuk pasien sebaiknya harus
termasuk untuk ibu hamil, loading dose 20 disertakan surat rujukan yang berisi
mg garam/kgBB dilarutkan dalam 500 ml tentang diagnosis, riwayat penyakit,
dextrose 5% atau NaCl 0,9% diberikan pemeriksaan dan tindakan/pengobatan yang
selama 4 jam pertama. sudah diberikan. Apabila pemeriksaan sediaan
darah malaria telah dilakukan maka harus
Selanjutnya selama 4 jam kedua hanya dibawa ke tempat rujukan. Pengobatan
diberikan cairan dextrose 5% atau NaCl suportif meliputi:2,6
0,9%. Setelah itu, diberikan kina dengan a. Perawatan di unit perawatan intensif.
dosis maintenance 10 mg/kgBB dalam b. Mengukur berat badan untuk menetukan
larutan 500 ml dekstrose 5 % atau NaCl dosis obat antimalaria.
selama 4 jam. Empat jam selanjutnya, c. Mempertahankan keseimbangan cairan
hanya diberikan lagi cairan dextrose 5% dan elektrolit serta kebutuhan kalori
atau NaCl 0,9%. Setelah itu diberikan lagi secara i.v, dan jika diperlukan dapat

154
Masra Lena Siregar, Malaria Berat dengan Berbagai Komplikasi

dipasang kateter vena sentral untuk produksi urin (anuria) pasien diberikan
monitoring cairan. terapi drip Furosemide 40 mg/ jam dan
d. Memasang kateter urin untuk namun dalam evaluasi jumlah urin masih
monitoring produksi urin. tetap < 200 ml/24 jam sehingga kemudian
e. Mobilisasi pasien secara bertahap untuk pasien dilakukan hemodialisis. Selain itu
mencegah ulkus dekubitus. pada pasien juga terdapat matanya
f. Memasang sonde lambung untuk berwarna kuning dan dari pemeriksaan
mencegah aspirasi. enzim transaminase didapatkan peningkatan
g. Memberikan antikonvulsan jika pasien SGOT (159 U/L) dan SGPT (61 U/L)
kejang (diazepam 10-20 mg i.v, begitu juga bilirubin total (15,8 mg/dL)
Phenobarbital 100 mg i.m). dan bilirubin direk (11,71 mg/dL). Dalam
evaluasi selama rawatan produksi urin
3. Pengobatan Komplikasi pasien sudah tercapai disertai dengan
Pengobatan komplikasi ditujukan bila perbaikan fungsi ginjal sehingga pasien
terdapat komplikasi pada pasien seperti:2,6 tidak perlu menjalani hemodialisis lagi
a. Gagal ginjal akut dilakukan dialisis bila demikian juga hasil pemeriksaan enzim
terdapat indikasi sesuai pada pasien transaminase sudah mencapai kadar
umumnya, dialisis dini akan normal.
memperbaiki prognosis.
b. Hipoglikemi (GD <50 mg%) Tindakan Preventif:
Pada penderita yang tidak sadar harus Manajemen pencegahan terdiri dari :11,12
dilakukan pemeriksaan gula darah 1. Pengetahuan tentang transmisi malaria
setiap 4-6 jam. Bila terjadi hipoglikemi di daerah kunjungan, pengetahuan
berikan injeksi 50 cc glukosa 40% bolus tentang infeksi malaria, menghindari
IV, dilanjutkan infus Dekstrose 10% dari gigitan nyamuk.
dan gula darah dipantau tiap 4-6 jam. 2. Pemilihan obat kemoprofilaksis tergantung
c. Tranfusi tukar (Exchange Tansfusion) dari pola resistensi daerah kunjungan,
jika ditemukan parasitemia >10% usia pelancong, lama kunjungan, kehamilan,
disertai ikterik dengan bilirubin >25 kondisi penyakit tertentu penderita,
mg% dan parasitemia >30% tanpa toleransi obat dan faktor ekonomi.
komplikasi.
d. Transfusi darah bila terdapat perdarahan 3. Obat kemoprofilaksis yang dapat
masif dan kadar haemoglobin <8 g/dL. dipakai sebagai obat pencegahan ialah
e. Ventilator jika terjadi gagal nafas yang Atovaquone-proguanil (Malarone),
disebabkan karena edema paru atau Doksisiklin, Klorokuin dan Meflokuin.
ARDS. Obat yang ideal ialah atovaquone-
f. Koreksi asidemia pada pH< 7,15 proguanil karena berefek pada parasit
Pada kasus ini komplikasi yang didapatkan yang beredar di darah dan hati. Oleh
adalah anemia, black water fever, malaria karena itu, obat ini dapat dihentikan 1
related akut kidney injury (MAKI), dan minggu setelah selesai perjalanan,
malaria billiosa. Pada kasus didapatkan sedangkan obat yang lain harus
bahwa pasien mengeluhkan urinnya sangat diteruskan sampai 4 minggu selesai
sedikit dengan kisaran 200 ml/24 jam, perjalanan. Atovaquone-proguanil dapat
kemudian dilakukan pemeriksaan fungsi dimulai 1-2 hari sebelum perjalanan
ginjal dengan hasil ureum 183 mg/dL, dan sedangkan Meflokuin harus dimulai 2-
kreatinin 8 mg/dL. Ketika pasien di IGD 3 minggu sebelum perjalanan.
RSUZA pasien dilakukan rehidrasi dengan
cairan koloid NaCl 0,9% sebanyak 2000 cc Selama rawatan pasien telah diberikan
namun produksi urin masih sedikit (150 cc/ edukasi mengenai transmisi malaria di
24 jam). Karena tidak ada perbaikan dalam daerah kunjungan, pengetahuan tentang

155
JURNAL KEDOKTERAN SYIAH KUALA Volume 15 Nomor 3 Desember 2015

infeksi malaria, menghindari dari gigitan Informasi Kesehatan. Kementrian


nyamuk dan pemilihan obat kemoprofilaksis Kesehatan RI. 2011.
bila berkunjung ke daerah endemis. 4. Kim D. Guidelines for Employer-Based
Malaria Control Programmes. World
Economic Forum. 2006.
Kesimpulan
5. World Health Organization. Guidelines
Malaria merupakan penyakit infeksi yang for the Treatment of Malaria. Third
diagnosisnya ditegakkan berdasarkan Edition. WHO Library Cataloguing in
gambaran klinis dan pemeriksaan hapusan Publication Data. 2015.
darah dengan ditemukan tropozoit 6. Pedoman Penatalaksanaan Malaria di
plasmodium falciparum. Komplikasi Indonesia. Departemen Kesehatan RI.
malaria yang ditemukan pada kasus ini 2008.
adalah black water fever, malaria Billiosa, 7. White NJ, Breman JG. Malaria
anemia dan MAKI. Pasien mendapatkan Introduction. In: Longo DL, Fauci AS,
terapi injeksi Artemeter dan dilanjutkan Kasper DL, Jameson JL, Lozcalzo L, eds.
dengan oral primakuin dan DHP serta Harrisons Principles of Internal
Medicine. Vol I 17th ed. New York:
hemodialisis. Pasien mengalami perbaikan
McGraw-Hill Companies. 2009: 1280-93.
klinis yang sangat baik. 8. Wahyudi ER, Zulkarnain I. Pendekatan
klinis malaria serebral. Act Med Indones.
Daftar Pustaka 2000; 32: 111-4.
1. Harijanto PN. Malaria. Dalam: Sudoyo 9. Pasvol G. Management of Severe Malaria:
AW, Setiyohadi B, Alwi I, Simadibrata Interventions and Controversies. Infect
M, Setiati S, ed. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dis Clin N Am. 2005; 19: 211-240.
Dalam. Jilid II Edisi V. Jakarta: Pusat 10. Njuguna PW, Newton CR : Management
Penerbitan Ilmu Penyakit Dalam Fakultas of severe falciparum malaria. J Post
Kedokteran Universitas Indonesia. 2006: Graduate Med. 2004; 50: 45- 50.
1732-44. 11. Schlagenhauf P, Petersen E ; Malaria
2. Buku Saku Penatalaksanaan Kasus Chemoprophylaxis: strategies for Risk
Malaria. Ditjen Pengendalian Penyakit Group. Clin Microbiol Rev. 2008: 466-
dan penyehatan Lingkungan. Kementrian 472.
Kesehatan RI. 2012. 12. Freedman DO. Malaria Prevention in
3. Harijanto PN. Tatalaksana Malaria untuk Short-Terms Travelers. N Engl J Med.
Indonesia dalam Epidemiologi Malaria di 2008; 359:603-12.
Indonesia. Buletin Jendela Data dan

156

Anda mungkin juga menyukai