Anda di halaman 1dari 45

PETUNJUK PRAKTIKUM FISIKA REAKTOR

DI FASILITAS REAKTOR KARTINI


BATAN YOGYAKARTA

PUSAT SAINS DAN TEKNOLOGI AKSELERATOR


BADAN TENAGA NUKLIR NASIONAL
2014
Petunjuk praktikum Fisika Reaktor. 2

Kata pengantar.
Buku ini disusun sebagai petunjuk pelaksanaan praktikum fisika reaktor untuk
mahasiswa Program S1 Jurusan Teknik Fisika UGM. Petunjuk ini dirancang untuk
mengantarkan mahasiswa teknik nuklir mengenal lebih dekat peristiwa fisika yang terjadi di
dalam reaktor nuklir, dan mahasiswa mampu melakukan pengukuran dan analisis parameter-
parameter fisika reaktor. Sebagian besar substansi buku petunjuk praktikum fisika reaktor ini
dirangkum dari buku petunjuk praktikum edisi tahun-tahun sebelumnya. Materi dan
prosedur praktikum merupakan tanggung jawab dari asisten praktikum yang bersangkutan.
Diharapkan materi praktikum ini dapat lebih dimengerti oleh mahasiswa dan dapat
memberikan bekal yang cukup dalam mendalami ilmu fisika reaktor.
Sebagai penutup kata, editor tetap terbuka terhadap saran yang bertujuan
menyempurnakan materi praktikum ini.

Yogyakarta, September 2014


Editor.

Teknik Fisika UGM / PSTA-BATAN.


Petunjuk praktikum Fisika Reaktor. 3

DAFTAR ISI

halaman
1. Kata pengantar. 2
2. Daftar isi 3
3. Percobaan A ( Kekritisan ) 4
4. Percobaan B ( Kalibrasi Batang kendali ) 9
5 Percobaan C ( Kalibrasi Daya Reaktor ) 17
6. Percobaan D ( Pengukuran Fluks Neutron dan Spektrum Neutron ) 20
7. Percobaan E ( Pengukuran Distribusi Suhu dan Koefisien Reaktivitas
Suhu Bahan Bakar ) 24
8. Percobaan F ( Pengukuran Fraksi Neutron Kasip ) 28
9. Percobaan G ( Pengukuran Fraksi Bakar Metode Gamma Scanning 37
10. Pengenalan Operasi Reaktor 39

Teknik Fisika UGM / PSTA-BATAN.


Petunjuk praktikum Fisika Reaktor. 4

PERCOBAAN : A.
( KEKRITISAN )

I Tujuan percobaan : memperkirakan massa kritis reaktor secara aman

II. Dasar Teori.


Kondisi kritis reaktor adalah kondisi dimana populasi neutron di dalam teras reaktor
ada dalam tingkat yang ajeg (steady state). Massa bahan fisil minimum yang
memungkinkan reaktor mencapai kondisi kritis disebut massa kritis.
Kekritisan suatu reaktor diukur dengan mendefinisikan besaran yang disebut dengan
keff yaitu perbandingan jumlah neutron pada suatu generasi terhadap jumlah neutron pada
generasi sebelumnya (tanpa sumber neutron dari luar). Apabila nilai keff > 1 maka dikatakan
reaktor dalam kondisi superkritis, yang dalam hal ini populasi neutron di dalam teras reaktor
terus meningkat terhadap waktu. Sebaliknya apabila keff < 1 maka reaktor dalam kondisi
subkritis, dimana jumlah neutron terus berkurang terhadap waktu. Dengan demikian reaktor
dikatakan pada kondisi kritis apabila harga keff = 1.
Dalam percobaan ini, penentuan massa kritis dilakukan dengan mengamati
pertambahan populasi neutron terhadap jumlah penambahan bahan bakar ke dalam teras,
sedemikian rupa sehingga harga keff = 1. Untuk maksud tersebut lebih dahulu dimasukkan
sumber neutron (Am Be) ke dalam teras. Dari sejumlah S neutron yang masuk ke dalam
teras pada saat awal, akan dihasilkan sejumlah (keff . S) neutron pada akhir generasi pertama
dan sejumlah (keff2 . S) pada akhir generasi kedua dan seterusnya.
Total perlipatan neutron di dalam teras menjadi

1 + k eff + k eff
2
................ 1
X = S = (1)
S 1 - k eff
untuk keff < 1 jumlah seluruh neutron di dalam teras menjadi
S
X. S= (2)
1 - k eff

Teknik Fisika UGM / PSTA-BATAN.


Petunjuk praktikum Fisika Reaktor. 5

Bila disekitar teras ditempatkan detektor, maka laju cacah (C) yang ditampilkan adalah
sebagian dari jumlah neutron yang ada di dalam teras.
F .S
C = F. X .S = (3)
1 - k eff
dengan ketentuan F = fraksi neutron yang tercacah.
1
Dalam percobaan lebih baik diamati untuk setiap penambahan bahan bakar
C
1 1 - k eff
= (4)
C F.S

Harga Keff akan bertambah dengan pertambahan bahan bakar, bila kondisi telah mencapai
1
kritis ( keff = 1 ) parameter akan menjadi nol. Dengan mengetahui fraksi berat bahan fisil
C
pada tiap elemen bakar yang telah dimasukkan, massa kritis reaktor dapat ditentukan.
Penentuan massa kritis juga dapat dilakukan dengan pendekatan sebagai berikut :
Berdasarkan pendekatan teori difusi 1 kelompok untuk reaktor telanjang
k
k eff = (5)
1 + M 2 B2
k~ dan luas migrasi M2 adalah fungsi dari komposisi material, dapat dianggap konstan.
Dari persamaan (5)

1 - k + M 2 B2
1 - k eff = 2 2
= 1 - k + M 2 B2 (6)
1+ M B
yang berarti linear terhadap B2 . Untuk kondisi kritis maka B = Bg = buckling geometri,
yang untuk teras silkinder nilainya sbb :


2 2
2 2,405
B = + (7)
R
g
H
dengan ketentuan R dan H masing-masing adalah ruji-ruji dan tinggi teras terektrapolasi.
Dengan penambahan bahan bakar, maka jari-jari teras akan bertambah, sedang tinggi teras
1 1
tetap. Dengan demikian dapat dibuat grafik antara versus 2 .
C R
1
Harga = 0 berhubungan dengan ruji-ruji kritis Rc
C

Teknik Fisika UGM / PSTA-BATAN.


Petunjuk praktikum Fisika Reaktor. 6

Massa kritis reaktor selanjutnya dapat ditentukan dari persamaan sbb :


mc = R2c H (8)
dengan ketentuan
= rapat massa bahan bakar (g/cm3 )
H = tinggi aktif teras reaktor

III Alat Yang Digunakan.


- pencacah
- kertas grafik
- lampu senter (bila perlu)
- kalkulator
- binocular
- Simulator Teras Reaktor Kartini (MCNP)

IV. Prosedur Percobaan


1. Sebelum dimulai terlebih dahulu 10 elemen bakar pada ring F dikeluarkan dan
diletakkan pada rak tangki. Dengan mengeluarkan 10 elemen bakar maka reaktor
KARTINI sudah dalam kondisi sub kritis.
2. Sumber neutron dimasukkan ke dalam teras , kemudian seluruh batang kendali
dinaikkan hingga posisi teratas (fully -up) Pada kondisi seperti ini catat laju cacah dari
detektor neutron fission chamber.
3. Posisi batang kendali kemudian dibuat sebagai berikut
- pengatur pada posisi terbawah
- kompensasi pada posisi 50 % up
- pengaman pada posisi teratas
4. Satu elemen bakar dimasukkan ke posisi semula di dalam teras, kemudian seluruh
batang kendali dinaikkan hingga posisi teratas dan laju cacah detektor fission chamber
dicatat lagi.
5. Prosedur nomor (3) dan (4) diulang hingga kondisi kritis dicapai yang ditandai dengan
kenaikan laju cacah terus menerus, sekalipun teras reaktor tanpa sumber neutron.
6. Bila indikasi kekritisan telah diperoleh, semua batang kendali diturunkan

Teknik Fisika UGM / PSTA-BATAN.


Petunjuk praktikum Fisika Reaktor. 7

1
7. Tentukan massa kritis reaktor dengan cara membuat grafik versus massa bahan
C
fisil (U-235) untuk reaktor KARTINI, kemudian tentukan ruji-ruji kritis reaktor ( Rc )
menurut persamaan (8). Bentuk grafik yang diperoleh dalam menuju kondisi kritis
dapat bervariasi, seperti ditunjukkan pada gambar 1. Data spesifikasi elemen bakar
reaktor KARTINI tersedia pada tabel 1.
8. Lakukan percobaan dengan langkah yang sama seperti di atas dengan menggunakan
software simulasi teras reaktor Kartini (MCNP).
9. Hitung massa kritis reaktor Kartini dengan menggunakan simulasi MCNP

1/cacah

M1 M2 M 3 Mc M3 M2 M1
Massa bahan fisil (gram)
1
Gambar 1. Beberapa bentuk grafik hubungan antara versus massa bahan fisil yang
C
mungkin diperoleh.

Catatan :
Grafik berbentuk linear adalah yang paling ideal karena ekstrapolasi pada penambahan
bahan bakar pada tahap 1 telah dapat memberikan estimasi massa kritis reaktor dengan baik.
Estimasi tahap 1 yang diperoleh dari kurva cekung memberikan jumlah massa kritis yang
terlalu kecil, sedangkan dari kurva cembung memberikan estimasi yang terlalu besar.
Bentuk kurva yang cekung umumnya diperoleh apabila posisi detektor terlalu jauh dari
sumber neutron, sedangkan kurva yang cembung diperoleh apabila posisi detektor terlalu

Teknik Fisika UGM / PSTA-BATAN.


Petunjuk praktikum Fisika Reaktor. 8

dekat dengan sumber neutron. Dengan memperbanyak jumlah tahap penambahan bahan
bakar, estimasi massa kritis yang diperoleh semakin baik. Dalam hal penentuan ruji-ruji
kritis reaktor, massa kritis harus konsisten dengan rapat massa yang digunakan.

V. SOAL :
Berikan diskusi mengenai sumber-sumber kesalahan dari hasil estimasi massa kritis
yang diperoleh berdasarkan kedua cara tersebut diatas.

Tabel 1. Spesifikasi 3 jenis/tipe elemen bakar standar TRIGA reaktor.

Deskripsi Tipe elemen bakar


102 104 204
panjang total 72,5 cm 75,0 cm 105,14 cm
panjang grafit 10,0 cm 9,5 cm 9,5 cm
panjang UZrH 35,56 cm 38,5 cm 38,5 cm
diameter luar 3,7 cm 3,7 cm 3,7 cm
diameter UZrH 3,56 cm 3,58 cm 3,58 cm
Kandungan UZrH 2250 gr 2235 gr 2235 gr
Fraksi berat Uranium 8,0 % 8,5 % 8,5 %
pengkayaan 20 % 20 % 20 %
UZrH 5,99 gr/cm3 5,99 gr/cm3 8,99 gr/cm3

VI. Acuan.

1. A. EDWARD PROFIO. Experimental Reactor Physics, John Wiley & Sons, New
Jork, USA.
2. Course Manual Regional Training Course on the Use of PC in Research Reactor
Operation and Management, Bandung, Indonesia, November 1991.
3. Manual MCNP

Teknik Fisika UGM / PSTA-BATAN.


Petunjuk praktikum Fisika Reaktor. 9

PERCOBAAN : B
( KALIBRASI BATANG KENDALI & PENENTUAN CORE EXCESS)

I. Tujuan Percobaan :
a. Melakukan kalibrasi batang kendali reaktor KARTINI, yaitu menentukan reaktivitas
batang kendali dengan jalan membuat grafik reaktivitas suatu batang kendali terhadap
kedudukannya (grafik versus h ) dan membuat grafik h versus h.
b. Menghitung reaktivitas total ketiga elemen batang kendali di dalam reaktor.
c. menghitung reaktivitas lebih teras reaktor (core excess).

II. Dasar Teori.


Di dalam teras reaktor KARTINI terdapat tiga buah batang kendali, yaitu sebuah
batang kompensasi ( ditempatkan di ring C9 ), sebuah batang pengatur (di ring E1 ) dan
sebuah batang pengaman (di ring C5). Batang kendali tersebut pada dasarnya berisi bahan-
bahan yang sangat kuat menyerap neutron, dalam hal ini dipakai atom-atom boron (=
3837 barn). Reaksi penyerapan antara boron dan neutron dapat ditulis sbb:

5 B10 + 0 n1 5B11 * 3Li 7 + 2 He4 + 2,73 Mev

Batang-batang kendali tersebut dimasukkan ke dalam teras reaktor melalui pipa-pipa


pengarah batang kendali. Pipa-pipa pengarah tersebut dari pipa aluminum yang telah
dianodisasi. Besarnya kekuatan batang kendali di dalam teras reaktor antara lain ditentukan
oleh letak/posisi batang kendali di dalam teras serta besar level daya reaktor yang
dibangkitkan dan ukuran teras reaktor, tampang lintang serapan, temperatur dan lain-lain.
Menurut persamaan per-jam (inhor-equation), nilai reaktivitas sebagai fungsi periode
reaktor adalah :

T 6
i
=
+ T
+
+ T
1
i=1 + i T
(1)

Satuan reaktivitas bermacam-macam yaitu :

Teknik Fisika UGM / PSTA-BATAN.


Petunjuk praktikum Fisika Reaktor. 10

a. dalam persen (%)


b. dalam dollar ($)
c. dalam per-jam.

Pada umumnya kita memperhitungkan harga dalam satuan $ (dollar) Harga reaktivitas
dalam satuan dollar adalah :

T 6
i
=
eff ( + T)
+
eff ( + T) i=1 1 + i T
(2)

dengan ketentuan
T adalah periode reaktor
adalah umur generasi neutron.

Periode reaktor didefinisikan sebagai selang waktu yang diperlukan untuk menaikkan daya
reaktor sebesar e kalinya (e = 2,71828). Secara matematik dapat dituliskan sbb:

P(t) (t / T)
= exp (3)
P(0)

dengan ketentuan
T adalah periode reaktor
P(t) dan P(0) masing masing adalah daya reaktor sesudah t detik dan daya reaktor
pada saat awal.
Di dalam praktikum ditentukan P(t)/P0) sebesar 1,5 ataau 2 kemudian diukur waktu yang
diperlukan untuk peningkatan daya tersebut.
Berdasarkan pada praktek pengukuran ini, periode reaktor dapat dihitung berdasarkan pada
persamaan

t
T = (4)
P(t)
ln (
P(0)

dengan ketentuan

Teknik Fisika UGM / PSTA-BATAN.


Petunjuk praktikum Fisika Reaktor. 11

t adalah waktu yang diperlukan untuk menaikkan daya reaktor 1,5x atau 2x.

Besaran menyatakan umur generasi neutron yang didefinisikan sebagai umur neutron sejak

dilahirkan dari proses pembelahan sampai dengan diserap oleh nuklida di dalam material
bahan bakar atau bocor keluar dari reaktor. Harga untuk reaktor KARTINI menurut
dokumentasi General Atomik sebesar :
= 3,8999. 10-5 detik.

eff adalah fraksi neutron kasip dari U-235. Besarnya eff untuk reaktor KARTINI yang
dikategorikan reaktor termal adalah:
eff = 6,9999 10-3
eff adalah gabungan 6 kelompok neutron kasip yang terjadi di reaktor nuklir. Masing-
masing kelompok neutron kasip dan umur paronya dinyatakan dengan besaran i dan i
dengan ketentuan, i adalah isotop penghasil neutron kasip kelompok i sedangkan i adalah
tetapan peluruhan isotop penghasil neutron kasip kelompok i. Pada tabel (1) dapat dilihat
nilai umur paro dan tetapan peluruhan kelompok nuklida penghasil neutron kasip dari U-
235.

Tabel 1. Data kelompok nuklida penghasil neutron kasip dari hasil pembelahan U-235

Grup umur paro tetapan peluruhan = i / eff


(I) (detik) (i)
1 55,72 0,0124 0,033
2 22,72 0,0305 0,219
3 6,22 0,1115 0,196
4 2,3 0,301 0,395
5 0,61 1,138 0,115
6 0,23 3,01 0,042

Apabila reaktor kritis pada daya P0 , kemudian salah satu batang kendali dinaikkan sehingga
terjadi keadaan sedikit super kritis, maka kenaikan daya reaktor sebagai fungsi waktu
seperti terlihat pada gambar 1.

Teknik Fisika UGM / PSTA-BATAN.


Petunjuk praktikum Fisika Reaktor. 12

Dari gambar 1. dapat diterangkan bahwa daerah 1, adalah daerah dimana reaktor
dioperasikan pada daya tetap P0, sedangkan daerah II adalah daerah perpindahan naik yaitu
kejadian ketika batang kendali dinaikkan sebesar h . tampak bahwa pada keadaan ini terjadi
percepatan perubahan daya pada saat kenaikan batang kendali sebesar h. Pada keadaan ini
tidak diperbolehkan mengukur periode T atau waktu 1,5 kali atau 2 kalinya. Pada daerah III
tampak bahwa daya reaktor naik dengan periode mendekati stabil. Pada daerah ini
dilakukan pengukuran besar periode T atau waktu 1,5 kalinya atau waktu 2 kalinya. Daerah
IV adalah daerah dimana reaktor naik mendekati daya asimtotnya, yaitu nilai daya yang baru
setelah batang kendali dinaikkan sebesar h dan telah terjadi kesetimbangan reaktivitas di
teras.

Daya

P1

P0
daerah I daerah II daerah III daerah IV

waktu (t)

Gambar 1. Kenaikan daya reaktor sebagai fungsi waktu (t) akibat ditariknya batang
kendali keluarteras sebesar h.

Pada percobaan dilakukan pengukuran waktu 1,5 kali atau 2 kali, yaitu waktu antara daya
mula-mula P0 sampai waktu ketika menunjukkan daya 1,5 P0 atau 2 P0. Pengukuran nilai
waktu ini lebih praktis apabila dibandingkan dengan pengukuran secara langsung periode
reaktor T

Teknik Fisika UGM / PSTA-BATAN.


Petunjuk praktikum Fisika Reaktor. 13

Nilai yang sesuai dengan waktu 1,5 kali atau 2 kali dapat dicari dengan menggunakan
persamaan 2 atau dengan menggunakan tabel reaktivitas sebagai fungsi waktu 1,5 kali atau 2
kali yang tersedia. Apabila diketahui besarnya kenaikan posisi batang kendali (h) yang
mengakibatkan timbulnya , dapat dibuat grafik reaktivitas versus posisi kenaikan batang
kendali yang disebut sebagai kurva integral dan kurva versus h disebut sebagai kurva
diferensial. Kurva integral dan kurva diferensial dapat dilihat pada gambar 2 dan 3.

100%

80%

20%
I II III

h1 h2 h3
posisi batang kendali (h)

Gambar 2. Kurva integral reaktivitas batang kendali.

I II III
\ h1 h2 h3
posisi kenaikan batang kendali (h)

Gambar 3. Kurva diferensial reaktivitas batang kendali

Teknik Fisika UGM / PSTA-BATAN.


Petunjuk praktikum Fisika Reaktor. 14

Dari kurva integral batang kendali dapat diketahui besarnya reaktivitas batang kendali, yaitu
reaktivitas pada kedudukan batang kendali maksimum. Daerah linear batang kendali terletak
pada daerah II yaitu pada interval prosentase reaktivitas 20% < < 80%, dimana kenaikan
reaktivitas batang kendali relatif linear terhadap kenaikan posisinya. Reaktivitas total dari
ketiga batang kendali merupakan jumlah dari reaktivitas ketiga batang kendali (pengaman,
kompensasi dan pengatur). Untuk mendapatkan reaktivitas total tersebut, kurva integral
masing-masing batang kendali harus dibuat terlebih dahulu.
Reaktivitas lebih (core excess reactivity) teras dihitung berdasar pada kurva integral
masing-masing batang kendali dan mengamati posisi batang kendali pada saat reaktor kritis
pada daya rendah (dalam orde watt). Reaktivitas lebih teras merupakan jumlah dari
reaktivitas bagian batang kendali yang masih berada di dalam teras pada saat reaktor kritis
pada daya rendah.

III. Alat Yang Digunakan.


1. Picoammeter Keithley
2. Stopwatch
3. Grafik reaktivitas versus waktu 1,5x atau waktu 2x.

IV. Prosedur Percobaan.

A. Kalibrasi Batang Pengatur


1. Dalam keadaan batang pengaman up dan batang pengatur down
2. Dengan mengatur batang kompensasi, reaktor dibuat kritis pada daya 10 watt.
Hubungkan detektor CIC dengan picoammeter Keithley dan catat arus yang
ditunjukkan oleh picoammeter.
3. Naikkan sedikit kedudukan batang kendali pengatur, maka reaktor akan sedikit super
kritis, dengan melihat pada picoammeter ukurlah waktu untuk kenaikan daya 1,5 kali
(t 1,5x) atau waktu untuk kenaikan daya 2 kali (t 2x) dengan stopwatch.Kenaikan
daya berbanding lurus dengan penunjukan picoammeter Keithley. Catat kedudukan
batang pengatur (h).

Teknik Fisika UGM / PSTA-BATAN.


Petunjuk praktikum Fisika Reaktor. 15

4. Turunkan kedudukan batang kompensasi sehingga reaktor menjadi kritis kembali pada
daya/arus semula.
5. Ulangi langkah 3 dan 4 sampai batang pengatur dalam kedudukan naik penuh.
Catatan :
Pada saat menaikkan batang pengatur, periode reaktor jangan sampai menunjuk kurang
dari 15 detik dan pengukuran t 1,5x atau t 2x dilakukan pada daerah III, dimana pada
daerah ini daya reaktor berubah dengan periode yang konstan.

B. Kalibrasi Batang Kompensasi


1. Dalam kedudukan batang pengatur Up dan batang kompensasi Down. Aturlah
kedudukan batang pengaman sehingga reaktor dalam keadaan kritis pada daya 10 watt.
Catatan :
Apabila sampai dengan kedudukan batang pengaman diatas penuh ternyata reaktor
tidak dapat kritis pada daya 10 watt , maka naikkan kedudukan batang kompensasi
sampai pada posisi tertentu sehingga kekritisan dapat dicapai. Pada kedudukan
batang kompensasi tertentu sesuai keadaan, hubungkan detektor CIC dengan
picoammeter Keithley dan catat besar arus yang tertampil pada picoammeter.

2. Naikkan sedikit kedudukan batang kompensasi, maka reaktor akan mengalami


keadaan sedikit superkritis, catat kedudukan batang kompensasi, catat kedudukan
batang kompensasi. Dengan melihat pada picoammeter, ukurlah t 1,5 x atau t 2 x.
3. Turunkan batang pengaman sampai arus penunjukan picoammeter menunjukkan nilai
seperti pada keadaan awal percobaan.
4. Ulang I langkah 2 dan 3 berulang-ulang sampai kedudukan batang kompensasi Up.
5. Lakukan pengukuran bagian bawah dari batang kompensasi (bila ada), yaitu posisi
pada saat kritis seperti pada sub nomor 1. hingga kedudukan Down dengan
menggunakan metode rod drop.

C. Kalibrasi Batang Pengaman.


Lakukan percobaan seperti pada kalibrasi batang kompensasi, hanya saja batang
kompensasi ditukar dengan batang pengaman.

Teknik Fisika UGM / PSTA-BATAN.


Petunjuk praktikum Fisika Reaktor. 16

V. Perhitungan.
Dengan menggunakan tabel persamaan per-jam atau (kurva antara t 1,5x atau t 2x dan
reaktivitas) yang telah disediakan.
1. Buatlah grafik terhadap h (kurva integral) dari batang pengatur, batang kompensasi
dan batang pengaman.
2. Buat pula grafik dan h terhadap h (kurva diferensial) dari ketiga batang kendali.
3. Hitunglah reaktivitas total ketiga batang kendali.
4. Dengan data posisi batang kendali pada saat kritis yang diberikan, hitung reaktivitas
lebih teras reaktor.

VI. Pertanyaan :
1. Turunkan pertanyaan (1)
2. Mohon dijelaskan mengenai satuan reaktivitas
3. Mengapa kalibrasi harus dilakukan pada daya rendah ?
4. Pada kedudukan mana batang kendali bekerja paling efektif ?
5. Mengapa batang pengatur terletak pada posisi ring yang lebih luar dari pada batang
kompensasi dan pengaman ?
6. Berilah diskusi, komentar, sumber-sumber kesalahan , kesimpulan dan lain-lain dari
percobaan yang saudara laksanakan.

Teknik Fisika UGM / PSTA-BATAN.


Petunjuk praktikum Fisika Reaktor. 17

PERCOBAAN : C
( KALIBRASI DAYA REAKTOR )

I. Tujuan Percobaan.
Melakukan kalibrasi daya reaktor, yaitu mencari berapa daya sesungguhnya yang
dibangkitkan di dalam teras reaktor, apabila meter penunjukan daya menunjukkan daya
pada suatu nilai tertentu.

II. Dasar Teori.


Daya reaktor ditimbulkan oleh energi yang dibebaskan dari reaksi pembelahan yang
terjadi di dalam reaktor yang sedang beroperasi. Banyaknya reaksi pembelahan yang terjadi
tiap detik tiap satuan volume reaktor ditentukan oleh f . Kalau banyaknya reaksi
pembelahan tiap detik yang perlu untuk menghasilkan daya sebesar 1 watt adalah 3,2 1010
pembelahan , maka daya total P dari reaktor diberikan oleh persamaan :

f
Vr

P =
3,2 1010 (v) dv
0
(watt) (1)

dengan ketentuan
f = tampang lintang makroskopis pembelahan
Vf = volume reaktor.

Jadi dengan mengukur fluks neutron di dalam teras, dapat ditentukan daya reaktor.
Metode lain pengukuran daya reaktor adalah dengan metode kalorimeter yang dapat
ditempuh dengan 2 cara yaitu :
1. Reaktor dioperasikan dengan sistem pendingin dijalankan.
2. Reaktor dioperasikan dengan sistem pendingin tidak dijalankan.

Pada metode pertama yaitu dengan sistem pendingin dijalankan atau metode
stasioner.

Teknik Fisika UGM / PSTA-BATAN.


Petunjuk praktikum Fisika Reaktor. 18

Panas yang terakumulasi di dalam tangki reaktor diambil oleh sistem pendingan primer,
kemudian dengan melalui sistem penukar panas, panas dipindahkan ke sistem pendingin
sekunder. Dengan mengatur debit pendingin akan diperoleh kondisi stasioner, Kondisi
stasioner menunjukkan bahwa di dalam sistem pemindah panas tidak terjadi akumulasi
panas di dalam sub-sistemnya. Di dalam kondisi stasioner, panas yang dipindahkan dari
teras reaktor bergantung pada debit air (G) dan beda suhu inlet dan outlet sistem pendingin
primer. Secara matematik daya reaktor ditentukan dengan persamaan sbb:

P = G . c . t (2)

dengan ketentuan
G = debit air sistem pendingin primer (Cm3 /detik)
c = panas jenis air c = 4,187 watt .det/gr. 0C
t = beda suhu inlet dan outlet sistem pendingin primer (0C)

Dengan menggunakan persamaan (2) tersebut dapat diukur daya reaktor yang sesungguhnya
berdasarkan pada metode stasioner.
Pada metode kedua yaitu dengan sistem pendingin tidak dijalankan atau metode
non-stasioner, panas yang dihasilkan oleh teras reaktor terakumulasi di dalam tangki reaktor,
sehingga suhu air di dalam reaktor akan naik terus. Batas maksimum suhi air tangki yang
diijinkan pada reaktor KARTINI adalah 40 0C. Dengan mengamati laju kenaikan suhu air
tangki pada tingkat daya teaktor yang tetap, dapat digunakan untuk menentukan daya reaktor
yang sesungguhnya. Besarnya daya reaktor yang ditunjukkan oleh laju kenaikan suhu air
tangki dinyatakan dengan persamaan sbb :

dQ dT
P = = 60 H (3)
dt dt

dengan ketentuan
P = daya reaktor yang sesungguhnya (KWatt).
Q = energi panas yang terbentuk di reaktor .
H = harga air reaktor KARTINI = 19,0476 Kwh/ 0C.

Teknik Fisika UGM / PSTA-BATAN.


Petunjuk praktikum Fisika Reaktor. 19

T = suhu air tangki reaktor (0C)


t = interval waktu pengamatan (menit)

Pada konsul reaktor, daya reaktor dapat dibaca pada :


a). Kanal daya linear (% power) yang berhubungan dengan detektor CIC dalam reaktor
b). Kanal daya logaritmik (power) yang berhubungan dengan detektor F.C. di dalam reaktor.
Ada kalanya penunjukan Kanal daya linear (% power) meter tidak menunjuk pada nilai yang
sama dengan hasil perhitungan yang kita peroleh dari pengamatan kenaikan temperatur.
Apabila ini terjadi maka perlu diadakan kalibrasi % power kanal linear. Demikian juga
terhadap kanal logaritmik

III. Alat Yang Digunakan.


1. termometer 20 ) - 1000 C
2. Stopwatch
3. Ember kecil untuk mengambil air tangki reaktor.

IV. Prosedur Percobaan.


1. Reaktor dikritiskan dengan sistem pendingin dalam keadaan tidak dijalankan.
2. Naikkan daya reaktor pada level daya tertentu yang dapat dilihat meter daya linear (30
Kw, 50 Kw, 70 Kw dan sebagainya).
3. Amati kenaikan suhu air tangki reaktor pada tiap 5 menit sampai memperoleh 10 data
pengamatan. Buatlah dalam kertas grafik hubungan antara suhu versus waktu,
kemudian cari kemiringannya (slope). Dari konstanta kemiringan ini dapat ditentukan
daya reaktor yang sebenarnya.
4. Jalankan sistem pendingin sekunder dan primer. Amati suhu air tangki, outlet serta
inlet sistem pendingin primer tiap 10 menit sampai suhu air tangki konstan (stasioner).
5. Gunakan rumus daya untuk kondisi non stasioner dan stasioner untuk menghitung
daya reaktor yang sesungguhnya, kemudian bandingkan dengan daya yang
ditunjukkan oleh meter daya linear.

Teknik Fisika UGM / PSTA-BATAN.


Petunjuk praktikum Fisika Reaktor. 20

PERCOBAAN : D
( PENGUKURAN FLUKS NEUTRON dan ANALISIS SPEKTRUM NEUTRON ).
I. Tujuan percobaan :
Mengukur besarnya fluks neutron dan analisis spektrum neutron suatu medan
neutron dengan metode aktivasi.

II. Dasar Teori.


II.1. Pengukuran Fluks Neutron.
Radiasi neutron dapat dideteksi/diukur dengan dua metode, yaitu langsung dan tidak
langsung. Metode langsung adalah suatu metode mendeteksi/mengukur neutron dengan
detektor neutron BF3,Fission Chamber (FC), dan Compensated Ionization Chamber (CIC).
Metode tidak langsung adalah suatu cara mendeteksi/mengukur neutron dengan cara
mengukur aktivitas dari suatu bahan detektor setelah diaktivasi dalam suatu medan neutron.
Pada percobaan ini fluks neutron diukur dengan metode tidak langsung yang lebih
dikenal dengan metode aktivasi. Bahan detektor yang umum digunakan untuk pengukuran
fluks dan analisis spektrum neutron adalah gold (Au), indium (In), cuprum (Cu), iron (Fe)
dan lain-lain. Bahan detektor tersebut dikenal sebagai detektor foil atau foil saja. Suatu
material apabila dimasukkan dalam medan neutron akan terjadi reaksi inti antara atom
material dengan neutron, dalam percobaan ini akan dipilih bahan yang menghasilkan reaksi
neutron-gamma (n,). Suatu bahan yang memancarkan sinar radioaktif disebut zat
radioaktif. Besarnya radioaktivitas gamma dari suatu zat radioaktif dapat diukur dengan
teknik pencacahan gamma dengan menggunakan detektor GM atau HPGe.
Produksi radioisotop dari suatu bahan yang diletakkan dalam medan neutron
bergantung pada fluks neutron dan tampang lintang aktivasinya. Laju pembentukan
radioisotop dari suatu bahan dengan volume V di dalam medan neutron dengan fluks Q dan
mempunyai tampang lintang aktivasi ac dinyatakan dengan persamaan sbb :

R = ac V (1)

Teknik Fisika UGM / PSTA-BATAN.


Petunjuk praktikum Fisika Reaktor. 21

Persamaan (1) menyatakan laju pembentukan radioisotop dari suatu unsur dengan volume
V. Apabila laju peluruhan yang terjadi di dalam radioisotop yang terbentuk tersebut ikut
dipertimbangkan, maka laju pembentukan radioisotop tersebut menjadi sbb :

N
= ac V - N (2)
t

N adalah jumlah atom radioisotop yang terbentuk dan adalah konstanta peluruhannya.
Integrasi persamaan (2) untuk selang waktu iradiasi t1 akan menghasilkan persamaan sbb:

1 - exp (- t1 )
N1 = ac V (3)

N1 adalah jumlah atom radioisotop yang terbentuk setelah nuklida target teriradiasi selama
t1 . Jumlah radioisotop tersebut dapat dinyatakan dalam besaran aktivitas yang dituliskan
dengan mengkalikan persamamaan (3) dengan konstanta peluruhannya, yaitu :

1 - exp (- t1 )
A = N 1 = ac V (4)

Aktivitas dari suatu radioisotop dapat diukur dengan mencacah radiasi gamma yang
dipancarkannya, dengan sistem pencacah gamma. Di dalam praktek tidak pernah dapat
dilakukan pencacahan langsung setelah foil di iradiasi tetapi perlu menunggu beberapa
waktu, untuk peluruhan agar radiasi tidak melebihi batas keselamatan radiasi yang diijinkan.
di dalam sistem.pencacahan. Adanya penundaan pencacahan tersebut berarti radioisotop
akan meluruh sebesar exp - (t2 - t1) bagian dari aktivitas setelah teriradiasi. Di dalam saat
pencacahan juga terjadi peluruhan radioisotop sebesar exp - (tc) bagian dari saat awal
pencacahan.
Adanya kenyataan seperti tersebut diatas, maka dalam perhitungan aktivitas suatu
foil diperlukan adanya koreksi-koreksi karena peluruhan radioisotop selama pembentukan,
waktu. tunggu dan waktu pencacahan. Bila hasil pencacahan adalah C cacah/detik maka
aktivitas dari foil dapat dinyatakan dengan persamaan sbb :

Teknik Fisika UGM / PSTA-BATAN.


Petunjuk praktikum Fisika Reaktor. 22

C
As = (5)
{1 - exp - t 1} { exp - (t 2 - t 1 )} { 1 - exp - t c }

Apabila iradiasi foil cukup lama sehingga tercapai aktivitas jenuh dan aktivitas diukur
dengan sistem cacah yang mempunyai efisiensi , maka besarnya aktivitas jenuh dinyatakan
dengan persamaan sbb :

A s = ac V (6)

Dari substitusi persamaan (5) ke dalam persamaan (6) menghasilkan hubungan antara fluks
neutron dengan cacah radioisotop yang dituliskan sbb :

C
= (7)
ac V{1 - exp - t 1} { exp - (t 2 - t 1 )} { 1 - exp - t c }

II.2. Spektrum Neutron.


Fluks neutron yang ada di dalam teras reaktor nuklir mempunyai distribusi energi
dari energi tinggi (neutron fisi) sampai dengan energi termal (0,025 ev). Untuk analisis
spektrum neutron dari suatu medan neutron dapat digunakan metode aktivasi. Reaksi antara
neutron dengan suatu materi bergantung pada besarnya tampang lintang neutronik materi
yang bersangkutan. Ternyata besarnya tampang lintang neutronik suatu material mempunyai
korelasi dengan energi neutron yang akan bereaksi. Dengan demikian setiap unsur
mempunyai kepekaan bereaksi dengan neutron pada interval energi tertentu saja atau mulai
dari suatu energi tertentu, oleh karena itu di dalam metode aktivasi dikenal adanya detektor
resonansi dan ambang. Dengan sifat bahan tersebut, maka dapat dilakukan spektrometri
neutron.
Spektrum neutron dengan metode aktivasi adalah suatu analisis spektrum neutron
dengan mengaktivasi beberapa bahan detektor neutron yang mempunyai energi ambang yang
tidak sama. Dari , aktivitas hasil iradiasi beberapa detektor foil tersebut, kemudian
digunakan untuk data masukan suatu paket program SANDII (Spectrum Neutron Analysis by
Neutron Dosimetry II). Keluaran program SANDII tersebut berupa hasil perhitungan
spektrum neutron dan fluks rerata keseluruhan.

Teknik Fisika UGM / PSTA-BATAN.


Petunjuk praktikum Fisika Reaktor. 23

III. Alat Yang Digunakan.


1. Reaktor (fasilitas iradiasi pneumatik).
2. Pneumatik transfer system
3. Sistem pencacah gamma dengan HPGe.
4. Komputer
5. Detektor foil (Au, In)

IV. Prosedur percobaan.


1. Lakukan aktivasi foil melalui pneumatik selama 1 menit secara automatik dan catat
waktu saat masuk dan keluarnya detektor dari teras.
2. Ukur paparan detektor foil, apabila paparannya dibawah 10 mR, maka pencacahan
dapat dilaksanakan. Catat waktu mulai pencacahan. Pencacahan dilakukan selama
lima menit.
3. Catat cacah yang diperoleh, data ini sebagai dasar untuk perhitungan fluks neytron.
4. Tiap selesai pencacahan, foil harus ditaruh pada konteiner yang telah disediakan.

V Analisis Spektrum Neutron Dengan SANDII.


Untuk analisis spektrum neutron dengan program SANDII, dilakukan setelah
diperoleh aktivitas dari detektor. Mekanisme sistem perhitungan di dalam program SANDII
adalah membagi daerah energi neutron menjadi beberapa pita energi, dimana tiap pita energi
memerlukan data dari aktivasi foil yang sesuai dengan daerah pita energinya. Oleh karena
itu cara memproses program SANDII dengan terlebih dahulu mengaktivasi beberapa
detektor foil untuk mendapatkan besar aktivitas foil pada daerah pita energi tersebut,
sehingga dalam suatu medan neutron diperoleh beberapa daerah pengukuran pita energi,
kemudian dilakukan penyelesaian numerik secara keseluruhan, dimana tiap daerah pita
energi merupakan daerah batas penyelesaian numerik. Oleh karena ada banyak daerah pita
energi (diusahakan kurang lebih 8 hingga 10 daerah pita energi), maka bentuk analisisnya
menjadi lebih komplex. Hal tersebut yang akan diselesaiakan dengan program SANDII yang
pada akhirnya didapatkan besar fluks neutron sebagai fungsi energi pada medan neutron
yang dianalisis. Format cara pemasukan data dan eksekusi program SANDII akan diberikan
pada saat praktikum.

Teknik Fisika UGM / PSTA-BATAN.


Petunjuk praktikum Fisika Reaktor. 24

PERCOBAAN : E
(PENGUKURAN DISTRIBUSI SUHU dan KOEFISIEN REAKTIVITAS SUHU
BAHAN BAKAR)

I. Tujuan Percobaan :
Menentukan besarnya perubahan reaktivitas yang ditimbulkan oleh tiap derajat
perubahan suhu bahan bakar reaktor.

II Dasar Teori :
Perubahan suhu mempunyai pengaruh yang sangat penting terhadap terganggunya
reaktivitas selama operasi reaktor. Perubahan ini dapat diakibatkan oleh perubahan
kecepatan aliran pendingin, ataupun oleh perubahan kecepatan pengambilan panas, misalnya
karena berubahnya kebutuhan daya dan sebagainya. Secara umum koefisien reaktivitas suhu
dituliskan sebagai :

d
T = (1)
dT

dengan ketentuan = reaktivitas teras, T = suhu elemen bakar, dan T = reaktivitas suhu.
Oleh karena reaktivitas reaktor bergantung pada beberapa parameter seperti f, p, L2, dan
sebagainya, dimana besaran,besaran tersebut bergantung pada suhu dari komponen-
komponen reaktor seperti bahan bakar, pendingin, moderator dan sebagainya, maka
perubahan suhu reaktor akan mengakibatkan perubahan reaktivitas. Dari definisi reaktivitas
yang dituliskan sebagai :

k - 1
= (2)
k

maka reaktivitas suhu dapat dituliskan kembali sebagai


1 dk 1 dk
T untuk k = 1 dapat dituliskan sebagai : T (3)
k 2 dT k dT

Teknik Fisika UGM / PSTA-BATAN.


Petunjuk praktikum Fisika Reaktor. 25

Karena k (faktor perlipatan efektif) selalu mempunyai harga positif maka T selalu
dk
mempunyai tanda yang sama dengan . Tanda dari koefisien reaktivitas suhu ini
dT
menentukan sifat-sifat stabilitas r eaktor. Pada gambar 1 berikut dilukiskan bagaimana
pengaruh dari koefisien reaktivitas suhu terhadap perubahan daya (yang berarti juga
perubahan suhu) akibat penyisipan reaktivitas positif (penarikan batang-batang kendali)
suatu reaktor.

Suhu T > 0

T ~ 0

T << 0

waktu

Gambar 1. Suhu reaktor sebagai fungsi waktu pada penambahan reaktivitas positif.

Untuk memudahkan pengendalian, biasanya reaktor dirancang mempunyai koefisien


reaktivitas suhu yang negatif. Koefisien reaktivitas suhu ditentukan oleh masing-masing
parameter pembentuk faktor perlipatan neutron efektif yaitu :

Keff = f p Lt Lf

atau

T = T ( ) + T ( ) + T (f) + T (p) + T (LT ) + T (Lf ) (4)

Persamaan (4) dikenal sebagai koefisien suhu dari keseluruhan faktor penentu faktor
perlipatan neutron.
Dapat dibuktikan bahwa T(p) sangat berkaitan dengan suhu bahan moderator yang berarti
pula suhu elemen bakar.

Teknik Fisika UGM / PSTA-BATAN.


Petunjuk praktikum Fisika Reaktor. 26

Jadi dengan mengamati perubahan suhu elemen bakar dan perubahan reaktivitas reaktor
(perubahan posisi batang kendali) yang beroperasi pada daya tetap, dapat ditentukan T dari
bahan bakar reaktor.

III. Alat Yang Digunakan.


1. Instrumented fuel elemen (IFE)
2. Microameter Keithley.
3. Sistem instrumentasi dan kendali reaktor, thermometer dan thermocouple.

IV. Prosedur Percobaan.


1. Letakkan IFE pada posisi ring B atau ring C, hubungkan keluaran IFE dengan
Microameter.
2. Operasikan reaktor pada tingkat daya tertentu, misalnya 50 kw dan 100 kw dengan
kondisi sistem pompa pendingin primer dimatikan.
3. Amati kenaikan suhu IFE dan posisi batang pengatur setiap 5 menit atau 10 menit.
4. Ambil data-data pada item (3) dalam jangka waktu kurang lebih 90 menit. Kemudian
hidupkan sistem pendingin primer, amati perubahan suhu IFE dan perubahan posisi
batang pengatur.
5. Dengan bantuan data kalibrasi batang kendali pengatur, hitunglah besarnya T dengan
menggunakan persamaan(1) dan menggunakan persamaan regresi linear, untuk data
dari langkah (3) dan data dari langkah (4).

V. Soal-Soal dan Pertanyaan.


1. Jabarkan secara teoritis (rumus) untuk menentukan T(f) dan T(p) dan buktikan bahwa
T (p) mempunyai tanda negatif.
2. Jelaskan parameter-parameter apa saja yang dapat menimbulkan(memberikan) harga T
positif.

Teknik Fisika UGM / PSTA-BATAN.


Petunjuk praktikum Fisika Reaktor. 27

PERCOBAAN : F
( PENGUKURAN FRAKSI NEUTRON KASIP )

I. Tujuan :Percobaan.
Menentukan jumlah neutron kasip untuk memprakirakan jumlah bahan fisil yang
menghasilkannya.

II. Dasar Teori.


Jumlah neutron kasip hasil iradiasi cuplikan adalah fungsi linear terhadap
kandungan bahan fisil yang ada pada cuplikannya. Di alam bahan fisil terdapat sebagai inti
isotop U-235 yang terdapat di dalam biji uranium dengan kelimpahan 0,72 % , selebihnya
adalah isotop U-238 yang merupakan bahan fertil, meskipun demikian U-238 juga dapat
membelah dan menghasilkan neutron kasip apabila bereaksi dengan neutron cepat dan
apabila menyerap neutron, akan mengalami transmutasi inti berubah menjadi nuklida Pu-
239..
Di dalam reaktor, bahan fisil yang teriradiasi akan menghasilkan inti-inti hasil belah
yang keadaannya amat sangat tereksitasi dan meluruh dengan pancaran negatron dan secara
serempak juga akan memancarkan neutron kasip. Inti-inti pelopor penghasil neutron kasip
yang dikelompokkan menurut umur paronya, masing-masing mempunyai yield grup absolut
(pemancar neutron kasip per-grup per-pembelahan). Pada setiap pembelahan inti U-235
dengan neutron termal akan didapat yield grup absolut sebesar = 0,0158. Yield neutron
kasip absolut yang relatif kecil dan mempunyai umur paro pendek akan tercacah dengan
menggunakan peralatan khusus.
Pengukuran yield neutron kasip absolut dapat dilakukan dengan cara iradiasi
cuplikan material yang mengandung isotop-isotop fisil (misal U-235) di dalam selang waktu
tertentu. Cuplikan yang diiradiasi akan memproduksi inti-inti hasil belah pemancar neutron
kasip sebanding dengan fluks neutron penyebab reasksi pembelahan dan tampang lintang
reaksi pembelahan makroskopis. Laju reaksi pembelahan dalam suatu inti cuplikan yang
mempunyai tampang lintang pembelahan makroskopis (f) dan diiradiasi di dalam fluks
neutron

Teknik Fisika UGM / PSTA-BATAN.


Petunjuk praktikum Fisika Reaktor. 28

akan didapat sebesar :

R = f (1)

dengan ketentuan
f = N0 f
N0 = jumlah inti material fisil yang teriradiasi
f = tampang lintang pembelahan mikroskopis

Jika N adsalah jumlah inti baru dan N0 jumlah inti sasaran mula-mula, maka laju perubahan
inti-inti baru yang ada di dalam cuplikan adalah sama dengan laju pembentukan inti baru
dikurangi laju peluruhan yang terjadi. Dalam bentuk persamaan dapat dituliskan sbb :

dN
= N0 f - N (2)
dt

Apabila persamaan (2) diintegrasikan untuk selang waktu iradiasi t1 akan didapat :

N0 f
N1 = ( 1 - exp - t1 ) (3)

dengan ketentuan
N1 = jumlah nuklida baru yang ada setelah iradiasi selama waktu t1.
= konstanta peluruhan nuklida yang terbentuk.

Aktivitas yang timbul pada waktu t1 adalah :

A = N1 = N 0 f ( 1 - exp - t1 ) (4)

Bila lama iradiasi t1 sampai dengan tak berhingga, maka N1 dinamakan aktivitas jenuh.
Besarnya aktivitas jenuh adalah sbb :

As = N0 f (5)

Teknik Fisika UGM / PSTA-BATAN.


Petunjuk praktikum Fisika Reaktor. 29

Dan pada saat berakhirnya waktu iradiasi t1 besarnya aktivitas menjadi :

A1 = A s 1 - exp - t1 (6)

Sedangkan aktivitas pada saat t2 yang berarti telah mengalami selang waktu tunda selama
(t2 - t1 ) adalah :

A 2 = A s 1 - exp - t1 exp - t 2 - t 1 (7)

Dengan demikian apabila dalam setiap reaksi pembelahan memancarkan neutron kasip total
untuk seluruh grup sebesar , maka aktivitas neutron kasip untuk seluruh reaksi pembelahan
dalam keadaan jenuh adalah sebesar N0 f . Pada keadaan t2 - t1 setelah waktu
iradiasi selama t1 besarnya aktivitas seluruh grup neutron kasip adalah :

6
Ad = N0 f
i=1
a i ( 1 - exp - t 1 ) exp - ( t 2 - t 1 ) (8)

dengan ketentuan
ai adalah nilai yield neutron kasip grup i.yang dituliskan sebagai ai = i /.

Apabila dilakukan pencacahan, jumlah neutron kasip yang dipancarkan selama waktu t3 - t2 ,
iradiasi selama t1 dan waktu tunda selama t2 - t1 adalah sbb :

6 t3 - t2
C = A dt
i =1
(9)
0

6 t3 - t2

A a 1 -
i=1
s i exp - i t 1 exp - i (t 2 - t 1 ) exp- i t dt
0

6
As
a i 1 - exp - i t1 1- exp - i (t 3 - t 2 ) exp - 1 t 2 t 1
i=1 1

6
ai
N0 f 1 - exp - i t1 1- exp - i (t 3 - t 2 ) exp - 1 t 2 t 1
i=1 i

Teknik Fisika UGM / PSTA-BATAN.


Petunjuk praktikum Fisika Reaktor. 30

Apabila didefinisikan
t1 = tb
t2 - t1 = td
t3 - t2 = tc
maka radioaktivitas cuplikan akan menjadi seperti pada gambar 6. Dari gambar 6. tersebut
dapat diterangkan bahwa suatu cuplikan yang diiradiasi selama waktu tb dan mengalami
waktu tunda td dan waktu pencacahan tc akan menghasilkan aktivitas neutron kasip sebesar
A1 , A2, dan A3. Apabila aktivitas tersebut tercacah dengan efisiensi maka cacah yang
didapat pada saat iradiasi jenuh adalah sbb :

A1

A2

A3

0 t1 t2 t3 waktu
tb td tc

Gambar 6. Grafik aktivitas cuplikan dan peluruhan sebagai fungsi waktu.

6
ai
C = N0 f 1 - exp - i t b 1- exp - i t c exp - i t d (10)
i=1 i

Cacah yang digambarkan oleh persamaan (10) adalah hasil pencacahan detektor selama
wakti td detik.
Dalam waktu takterhingga setelah waktu iradiasi jenuh berakhir, jumlah cacah
neutron kasip yang dipancarkan oleh seluruh kelompok inti-inti pelopor pembentuk neutron
kasip adalah sbb :

Teknik Fisika UGM / PSTA-BATAN.


Petunjuk praktikum Fisika Reaktor. 31

C = N0 f a
i=1
i exp - i t dt (11)
0

C = N0 f a (12)

6 6
dengan ketentuan : a = a
i=1
i =
i 1
i /

III. Prosedur Percobaan.


Isotop-isotop penghasil neutron kasip dikelompokkan menurut umur paronya
menjadi 6 kelompok. Kelompok umur paro terpanjang adalah 55 detik dan yang terpendek
adalah 0,23 detik. seperti pada tabel terlampir. Karena umur paronya lebih kecil dari 1 menit
sehingga memerlukan fasilitas iradiasi yang dapat memindah cuplikan dari tempat iradiasi ke
tempat pencacahan secara cepat.
Pada reaktor KARTINI pemindahan cuplikan dilakukan dengan menggunakan sistem
pemindah pneumatik (Pneumatic Transfer System). Pengiriman cuplikan (di dalam kapsul /
rabbit) dilewatkan pada pipa saluran yang bertekanan udara (pneumatik) dan dapat dilakukan
secara manual atau automatik. Komponen utama sistem pemindah pneumatik (SPP) adalah
sbb :
- Komputer sebagai pengendali operasi sistem pneumatik dan pencacahan
- Terminal untuk memasukkan cuplikan/kapsul (hand & on to loader)
- Pengubah arah cuplikan ke dalam teras atau ke limbah (diverter)
- Tabung tempat iradiasi cuplikan di dalam reaktor.(pool end)
- Tempat pembuangan ke limbah (drop out)
- Alat untuk mendeteksi tempat keberadaan cuplikan (foto detector).
Kemampuan sistem pneumatik dapat dioperasikan secara automatik/manual untuk
menangani sampai sejumlah 100 kapsul/cuplikan yang dipersiapkan. Pengiriman dari
terminal ke teras reaktor kemudian ke sistem pencacahan dan akhirnya ke tempat
penyimpanan limbah dilakukan secara langsung (satu kendali). Demikian juga untuk
pengaturan waktu iradiasi , waktu cacah dan pengolahan data untuk menentukan kelimpahan
kandungan uranium di dalam batuan dapat dilakukan secara automatik atau manual.

Teknik Fisika UGM / PSTA-BATAN.


Petunjuk praktikum Fisika Reaktor. 32

Cara pencacahan.
1.Cuplikan yang mengandung batuan uranium di iradiasi neutron dengan waktu iradiasi yang
cukup sehingga menghasilkan neutron kasip sampai pada titik jenuhnya.
2. Secara automatik cuplikan akan berpindah ke sistem pencacahan dan neutron kasip akan
tercacah oleh sistem pencacah dengan detektor BF3.
3. Tentukanlah set-up lama iradiasi dan lama pencacahan yang harus dikerjakan oleh sistem
pemindah pneumatik.
4. Catatlah lama iradiasi, lama perpindahan cuplikan dan lama pencacahan, kemudian
catatlah efisiensi sistem pencacah.
5. Dengan menggunakan persamaan yang sudah dipelajari, tentukan jumlah neutron kasip
yang sesungguhnya, berdasarkan pada hasil pencacahannya kemudian perhitungkan berapa
banyak nuklida fisil yang menghasilkan neutron kasip tersebut.
6. Terjemahkan kandungan nuklida fisil tersebut kedalam satuan ppm (part per million).

Tabel 2. Pengelompokan pelopor neutron kasip berdasar umur paro

Kelompok umur paro pelopor nomor grup


pelopor (detik) (kelompok)
Br87 54,4 1
I137 24,4 2
Br88 16,3 2
I138 6,3 3
Br89 4,4 3
Rb93,Rb94 6 3
I139 2,0 4
Cs, Sb, Te 1,6 - 2,4 4
Br90, Br92 1,6 4
Kr93 1,5 4
I140, Kr.... 0,5 5
Br, Rb, As .... 0,2 6

Teknik Fisika UGM / PSTA-BATAN.


Petunjuk praktikum Fisika Reaktor. 33

PERCOBAAN : G
( PENGUKURAN FRAKSI BAKAR DENGAN METODE SCANNING )

I. Tujuan Percobaan.
Menentukan fraksi bakar U-235 dengan cara mengukur aktivitas Cs-137 yang
terbentuk.pada sepanjang elemen bakar.

II. Dasar Teori .


Apabila elemen bakar teriradiasi neutron selama T1, maka aktivitas Cs137 yang
terbentuk di dalam elemen bakar dapat dihitung dengan menggunakan perumusan sbb :
Laju pembentukan nuklida Cs137 di dalam bahan bakar adalah :

dN Cs137 (t)
= - Cs137 N Cs137 (t) - c N Cs137 (t) + f N U 235 (t)
dt

dengan penyederhanaan Cs137 + Cs137 = gab dan pada awal iradiasi kandungan Cs137
= 0, maka akan diperoleh penyelesaian sebagai berikut :

N Cs137 (T1 ) = f N U 235 (0)


exp
- f T1 - exp - gab T1
gab - f

Nuklida Cs137 mempunyai umur paro yang cukup panjang apabila dibandingkan dengan
umur pemakaian elemen bakar di teras reaktor sehingga memenuhi kriteria sbb:

f T1 << 1 maka exp - f T1 = 1 - f T1


gab T1 << 1 maka exp - gab T1 = 1 - gab T1

Dengan mengikuti kriteria diatas, penyelesaian persamaan diferensial diatas menjadi sbb :

N Cs137 (T1 ) = f N U 235 (0) T1 (1)

dengan ketentuan
Ncs137 (T1) = Jumlah nuklida Cs137 setelah iradiasi T1 detik
NU235(0) = jumlah nuklida U235 pada awal iradiasi

Teknik Fisika UGM / PSTA-BATAN.


Petunjuk praktikum Fisika Reaktor. 34

= yield pembentukan nuklida Cs137 dari pembelahan nuklida U235.


= fluks neutron termal yang mengiradiasi bahan bakar.
f = tampang lintang mikroskopis nuklida U235

Fraksi bakar U235 di dalam elemen bakar reaktor yang telah beroperasi selama T1 detik
didefinisikan sebagai :

N U 235 (0) - N U 235 (T1 )


F.B. = 100 % (2)
N U 235 (0)

dengan ketentuan
N U 235 (0) - N U 235 (T1 ) = Jumlah nuklida U235 yang membelah setelah T1 detik.

Dari persamaan (1) dapat diperoleh jumlah isotop U235 yang membelah yaitu :

N U 235 (0) - N U 235 (T1 ) = f N U 235 (0) T1 (3)

Apabila persamaan (3) disubstitusikan ke dalam persamaan (2) akan diperoleh persamaan sbb
:
F.B. = f T1 100 % (4)

Dengam percobaan pengukuran aktivitas Cs137 yang terbentuk di dalam elemen bakar
teriradiasi, akan dapat ditentukan besar fraksi bakar U235 di dalam elemen bakarnya, yaitu :

N Cs137 ( T1 )
F.B. = f T1 100 % = 100 % (5)
N U ( 0)
235

Pengukuran aktivitas Cs137..


Pengukuran aktuvitas Cs137 dilakukan dengan cara mencacah bagian demi bagian
sepanjang elemen bakar dengan menggunakan gamma scanning. Bentuk kolimator
pencacahan yang terdapat pada gamma scanning adalah empat persegi panjang dengan
ukuran 1 x 36 x 160 mm. Posisi kolimator melintang dengan lebar 36 mm. Dengan
penyederhanaan bahwa aktivitas cacah dipermukaan kolimator uniform karena sudut

Teknik Fisika UGM / PSTA-BATAN.


Petunjuk praktikum Fisika Reaktor. 35

penyimpangan sumber radiasi sebelah kiri kolimator dan sebelah kanan kolimator ( + )
kecil, maka hubungan antara aktivitas SL dengan cacah ujung kolimator pada jarak a adalah
sbb :

SL
Cacah = 1 + 2 L (6)
4 a

El. Bakar
Kolimator

L


cacah

Gambar 1. Bagan sistem pencacahan dan kolimator yang digunakan di dalam gamma
scanning.

Dari gambar 1. dapat dilihat sistem pencacahan pada gamma scanning. Apabila kolimator
sistem pencacah mempunyai lebar L=36 mm dan panjang kolimator a= 160 mm dengan
lebar 1 mm, maka besarnya cacah pada ujung kolimator dibandingkan dengan kuat
sumbernya adalah sbb :

cacah 4 a
SL = = 248 cacah cacah / detik = Sa (7)
( 1 + 2 ) L

Besarnya kuat sumber per satuan volume dapat ditentukan dengan persamaan sbb :

Sv = Sa (linear) = 248 cacah (linear) (cacah/det cm3) (8)

Apabila elemen bakar yang dicacah telah mengalami masa pendinginan selama T2 detik
maka aktivitas Cs137 pada saat selesai iradiasi adalah :

Teknik Fisika UGM / PSTA-BATAN.


Petunjuk praktikum Fisika Reaktor. 36

Sv(0) = 248 cacah (linear) exp T2 (9)

dengan ketentuan
= tetapan luruh nuklida Cs137
T2 = lama waktu pendinginan
Sv(0) = rapat sumber pada akhir iradiasi.

Rapat nuklida Cs137 pada akhir iradiasi selama T1 adalah :

SV ( 0)
N Cs137 (T1 ) = (10)
Cs
137

Dengan mengukur cacah Cs137 dapat dihitung SV(0) dan rapat fraksi bakar di dalam elemen
bakar yang teriradiasi.
Fraksi bakar total ditemtukan dengan cara menjumlahkan rapat fraksi bakar pada seluruh
elemen volume elemen bakar, yang dapat dituliskan sebagai berikut :

n
F.B.total = F.B.(k) R 2 x (11)
k =1

dengan ketentuan
n = jumlah elemen volume yang dicacah
x = interval scanning (x = L/n )
R = ruji-ruji elemen bakar
k = nomor interval scanning
Besarnya frasi bakar pada tiap-tiap scanning pencacahan ditentukan dengan persamaan sbb

SV ( 0) k
Cs
137
F.B.k = 100 % (12)
N U ( 0)235

III. Prosedur Percobaan.


1). Dibuat instalasi pencacahan seperti pada gambar 2.
2). Ditentukan jumlah bagian elemen bakar yang dicacah (n)

Teknik Fisika UGM / PSTA-BATAN.


Petunjuk praktikum Fisika Reaktor. 37

3). Ditentukan panjang elemen volume elemen bakar yang dicacah (x) dengan cara
membagi panjang aktif el.bakar dengan jumlah bagian el.bakar yang dicacah (x = X /
n).
4). Dicatat lama pendinginan el.bakar (lihat history card elemen bakar yang bersangkutan).
5). Dicatat no batch elemen bakar dan kandungan awal U235 nya.
6). Dilakukan pencacahan aktivitas Cs137 pada masing masing elemen volume yang telah
ditentukan.
7). Ditentukan fraksi bakar pada masing-masing elemen volume pencacahan dan
tentukan jumlahnya untuk mendapatkan fraksi bakar totalnya.

perisai radiasi

det sintilasi pre-amp Accuspec


X
kolimator

catu daya

Gambar 2. diagram sistem pengukure fraksi bakar dengan menggunakan metode


scanning.

Catatan.
Cacah latar ditentukan pada tiap-tiap selesai melakukan pencacahan dengan cara
menggeser fdetektor sintilasi dari lobang scanning.
Perlu dicatat pada tiap-tiap pencacahan besarnya death time accuspec.
Perlu dicatat besarnya efisiensi intrinsik detektor scintilasi.

Teknik Fisika UGM / PSTA-BATAN.


Petunjuk praktikum Fisika Reaktor. 38

IV. Acuan.
1. Keizo Takahashi, Simplified Evaluation Method of Spent Fuel NDA Result Using
Silena Pocket Calculator in The Field, Paper for advisory Meeting on Evaluation
of The Quality of Safeguard NDA Measurement Data, IAEA, Vienna, 10 - 14
Nov 1980.
2. R.G. Jaeger et.al, Engineering Compendium on Radiation Shielding, Vol..I, (1968).

V. Konstanta-yang diperlukan untuk perhitungan (pada energi = 0.6 Mev.)

UZrH = 0.5579 Cm-1


Cs137 = 2,19795 10-8 /detik
Cs137 = 6 %
NU235(0) = 38/235 NA = 9,74 1022 atom/elemen bakar.

Teknik Fisika UGM / PSTA-BATAN.


Petunjuk praktikum Fisika Reaktor. 39

PRAKTIKUM PENGENALAN OPERASI REAKTOR

I Tujuan Percobaan

Mengenal cara pengoperasian dan pengendalian reaktor Kartini.

II. Dasar Teori.

Fluks neutron di dalam reaktor dapat diubah dengan beberapa cara atau metode yaitu :
mengubah bahan bakar (jumlah atau posisinya di dalam teras reaktor), mengubah moderator atau
reflektor, dan menambah / mengurangi bahan penyerap neutron ke dalam teras reaktor. Metode
pengendalian yang paling umum digunakan adalah dengan pengubahan bahan penyerap neutron
yaitu penyisipan dan penarikan bahan-bahan penyerap neutron seperti boron atau cadmium pada
teras reaktor. Bahan penyerap neutron tersebut dikenal sebagai batang-batang kendali reaktor.
Batang-batang kendali reaktor ini dibedakan menjadi batang-batang kendali pengaman (safety rods),
batang kendali pengatur kasar (shim rods), dan batang-batang kendali pengatur daya secara halus
(regulating rods).

Metode pengendalian reaktor secara umum dapat dilukiskan menjadi 3 kalang (loop) yang
berbeda tapi saling berkaitan yaitu : kalang startup atau menaikan daya, kalang operasi pada tingkat
daya, dan kalang shutdown atau mematikan operasi reaktor. Gambar 4-1 melukiskan metode
pengendalian tersebut di mana reaktor berada di tengah-tengah suatu jaringan peralatan-peralatan
kendali seperti detektor-detektor neutron, amplifier, aktuator, batang-batang kendali dsb..

Aktuator Aktuator

Penguat Kalang Rangkaian


man/auto Kalang shutdown
Bt shutdown
startup Ken Bt automatik
dali Penga
Pengukur Pengukur man
perubahan tk daya Pengum-
Detekt
Detekt REAKTOR or pul signal
or neutro
neutro Det. Bt n
Pembandingn Peng
Neutr Input
at manual
ur
Kalang Input dr
Permintaan sistem
operasi
reaktor
Penguat
man/auto Aktuator

Gambar 4-1. Gambar skematis kalang pengendalian reaktor

Teknik Fisika UGM / PSTA-BATAN.


Petunjuk praktikum Fisika Reaktor. 40

Kalang start-up menerima informasi utamanya dari kelompok detektor neutron berupa signal
listrik yang mencerminkan tingkat daya reaktor atau perubahan daya reaktor, kemudian signal
tersebut diperkuat dan ditampilkan baik secara manual dengan meter atau rekorder maupun secara
automatik, selanjutnya aktuator mengubah posisi batang-batang kendali. Demikian seterusnya
sampai tingkat daya reaktor yang diinginkan dapat tercapai. Untuk mempertahankan daya pada
tingkat daya reaktor yang diinginkan, dilaksanakan dengan kalang operasi, di mana signal keluaran
dari detektor neutron dibandingkan dengan signal keluaran dari permintaan. Proses perbandingan ini
biasanya merupakan pengurangan dari signal-signal tersebut, hasil keluaran ini kemudian diuji. Jika
keluaran dari reaktor sama dengan keluaran daya permintaan, maka tidak ada signal keluaran dari
pembanding. Jika keluaran dari reaktor berbeda dengan signal permintaan maka proses
pengurangan signal-signal tersebut menghasilkan signal perbedaan yang disebut sebagai signal
galat (error signal). Selanjutnya signal galat ini diperkuat secara manual maupun automatik untuk
mengaktuasi aktuator yang akan mengubah posisi batang kendali pengatur. Demikian seterusnya
sampai dengan daya reaktor sedemikian sehingga signal galat menjadi nol.

Kalang shutdown menerima informasi dari detektor neutron dan signal atau informasi dari
sistem-sistem reaktor. Signal tersebut menggerakkan batang pengaman melalui aktuator. Ada
beberapa alasan mengapa reaktor harus dimatikan / shutdown, misalnya kegagalan dari beberapa
komponen seperti kegagalan pompa pendingin utama, kegagalan sistem pesawat penukar panas,
kegagalan sistem listrik, dll., yang mengharuskan reaktor dimatikan secara cepat dan automatik.
Walaupun demikian signal aktuasi untuk menggerakkan aktuator secara manual tetap menjadi
prioritas, aktuasi manual ini biasanya digunakan untuk shutdown reaktor secara normal maupun
darurat.

III. Prosedur

3.1 Personil

Personel pelaksana :
- Supervisor : 1 orang
- Operator Reaktor : 2 orang
- Petugas Proteksi Radiasi : 1 orang
- Petugas sistem bantu : 2 orang
- Sekuriti (petugas jaga) : 2 orang
Catatan:
- Blower dihidupkan terlebih dahulu untuk menjalankan ventilasi gedung
reaktor
- Tanggungjawab selama operasi berada pada Supervisor reaktor, Semua
personil harus memakai jas lab, film badge (TLD badge) dan atau
dosimeter saku

Operator reaktor bertugas melaksanakan

Teknik Fisika UGM / PSTA-BATAN.


Petunjuk praktikum Fisika Reaktor. 41

- Menghidupkan pesawat pendingin primer dan demineralizer, serta


mencatat data debit dan tahanan inlet/outlet dari pendingin primer
tersebut
- Check list instrumen kontrol reaktor
- Start up untuk operasi dan menaikkan daya reaktor sesuai dengan level
daya yang dikehendaki.
- Mengamati secara kontinu semua sistem penampil instrumen kontrol
reaktor dan mencatat pada log book setiap 1 jam.
- Shut down (atas perintah supervisor) dilanjutkan check list shut down
bahwa reaktor telah shut down dengan aman.

Petugas Proteksi Radiasi bertugas


- Mengamati paparan radiasi pada tempat-tempat yang telah ditentukan di
dalam ruang reaktor.
- Melaporkan semua kejadian yang berkaitan dengan paparan radiasi
kepada Supervisor reaktor.

Petugas sistem bantu bertugas


- Menghidupkan pesawat blower dan sistem pendingin sekunder
- Mencatat data beda tekanan pada sitem filter blower dan tekanan pada
sistem sekunder secara periodik
- Mengamati secara kontinu air pendingin cooling tower agar level air
selalu terpenuhi.
- Mematikan pesawat blower dan sekunder serta mencatat lama operasi
dari pesawat tersebut

Petugas Sekuriti bertugas


- Menjaga pintu masuk/keluar gedung reaktor.
- Mendata dan mencatat setiap personil yang masuk ruang reaktor serta
tujuannya

3.2. Persiapan

Dokumen yang disiapkan


- Log book operasi
- Check list untuk operasi terlampir pada log book.
- Sertifikat/juklak eksperimen (bila ada eksperimen)
- Log book operasi sistem bantu
- Log book sekuriti

Memeriksa keadaan (adanya kelainan-kelainan) pada:


- Ruang reaktor
- Tangki reaktor
- Permukaan air tangki reaktor
- Alat-alat percobaan di dalam tangki atau ruang reaktor
- Pintu kolom termal, beam-port harus tertutup (kecuali jika beam-port
dipergunakan,shutter timah harus tertutup)

Sebelum mulai start-up, operator meminta petugas menghidupkan blower kemudian


menjalankan sistem pendingin primer (termasuk sistem purifikasi primer) dan mengamati

Teknik Fisika UGM / PSTA-BATAN.


Petunjuk praktikum Fisika Reaktor. 42

parameter-parameter operasi berada pada batas angka yang diijinkan baru boleh
melakukan start up.

Adapun parameter-parameter yang diamati antara lain.


- Suhu ATR, pada suhu kamar sekitar 30o C
- Debit primer sekitar > 140 lpm
- Debit purifikasi dari demineralizer sekitar 10 GPM
- Daya hantar air inlet demineralizer 2 M dan outlet demineralizer 6
M
- PH air tangki reaktor 5,5 7

Operator menghidupkan penyedia daya instrumen dan sistem instrumentasi harus


menunjukkan bahwa reaktor dalam keadaan shut down.

Operator melakukan check list


a. Kalibrasi meter ukur daya
- Daya jangkau lebar, dengan memutar tombol kalibrasi pada kedudukan 1,2,3,4,5
dan 6. Amati kenaikan penunjuk jarum. Pada posisi 1 menunjukkan 5.10-4 , posisi 2,
5.10-4, posisi 3,10-4, posisi 4, 1,4.10-2, posisi 5, 1,2.10-4 dan posisi 6, 1,3.101.
Kemudian kembalikan pada kedudukan operate. Pada posisi operate jarum
menunjukkan lebih besar 10-6
- % daya linier
Tekan tombol Test pada sistem kanal daya linear NP-1000, penunjukan meter dan
bargraph pada layar monitor pada kedudukan 100%
- DPM (decade per menit)
Putar tombol pada kedudukan kal, meter akan menunjuk ke angka 3. Putar kembali
pada kedudukan operate.
b. Operator melakukan uji trip (scram)
Pasang kunci kontak reaktor pada posisi ON
Uji trip sediaan sumber neutron
- Bila sumber neutron berada di luar teras reaktor, cek indikator trip level 1, pada
layar monitor akan menyala dan pada keadaan ini semua batang kendali tidak bisa
dinaikkan,
- Masukkan sumber neutron ke dalam teras reaktor (F-4). Indikator trip level 1, akan
padam setelah direset. Pada keadaan ini batang kendali dapat dinaikkan.
Uji trip sediaan tegangan tinggi
Telah diatur dalam rangkaian trip, bila sediaan tegangan tinggi berubah sekitar 10%
besarnya, indikator trip HV pada layar monitor akan menyala. Bila reaktor sedang
beroperasi dapat menimbulkan screm. Secara berkala uji kerja rangkaian trip HV
harus dilakukan pada saat reaktor tidak dioperasikan.
c. Uji trip level daya tinggi detektor.
- Naikkan ketiga batang kendali (pengaman, kompensasi dan pengatur) kira-kira
skala 1 cm
- Putar tombol trip test perlahan (searah jarum jam) sehingga meter daya mencapai
110%, indikator trip level IV akan menyala dan terjadi screm, ketiga batang kendali
jatuh secara grafitasi.
- Putar tombol trip test pada kedudukan OFF, tekan tombol reset trip.
d. Uji DPM (Dekade Per Menit)
- Naikkan ketiga batang kendali sampai kira-kira pada skala 1 cm
- Putar tombol trip test searah jarum jam.

Teknik Fisika UGM / PSTA-BATAN.


Petunjuk praktikum Fisika Reaktor. 43

- Lampu trip DPM akan menyala pada saat jarum DPM melewati angka 3,8 dan
terjadi screm, ketiga batang kendali jatuh secara grafitasi. Lampu rate menyala.
- Putar tombol trip test pada kedudukan OFF, tekan tombol reset trip.
e. Manual Scram
- Naikkan ketiga batang kendali sampai kira-kira skala 1 cm.
- Tekan tombol pancung batang kendali
- Shut down ditunjukkan oleh posisi nol.

Lengkapi pengisian check list pada log book

Supervisor menyimpulkan apakah reaktor dapat/tidak dapat dioperasikan. Hasilnya ditulis


dalam check list dan ditandatangani.

3.3. Start-Up

Bila semua persiapan telah dilakukan, semua instrumentasi bekerja dengan baik. Dengan
persetujuan/perintah Supervisor, reaktor dapat di start-up. Catat waktu mulai start-up pada
log book.
Start-Up Secara Manual
- Naikkan batang pengaman (safety), secara perlahan sambil mengamati DPM agar
tidak melewati angka 3 atau mengamati monitor penampil periode digital agar tidak < 7
detik, sampai kedudukan teratas (full up)

- Kemudian naikkan batang kompensasi (shim) secara perlahan sambil mengamati


DPM atau mengamati monitor penampil periode digital agar tidak < 7 detik dan
mengamati perubahan tingkat daya (pada meter jangkau lebar).

- Batang kendali terakhir yang dinaikkan adalah batang pengatur (regulating) dan harus
perlahan-lahan serta mengamati perubahan tingkat daya (pada meter jangkau lebar
dan % daya linier).

Catatan:
Sistem instrumentasi ini dilengkapi dengan sistem interlock yang tidak akan
memungkinkan dua batang kendali naik secara bersama-sama

- Saat reaktor kritis pada daya tertentu, catat kedudukan masing-masing batang
kendali, suhu air dan juga paparan radiasinya.

Menaikkan Pada Daya Tertentu (Operasi Pada Daya Stasioner)


- Naikkan batang kendali (kompensasi dan atau pengatur) sehingga daya reaktor naik
secara perlahan-lahan sehingga mencapai daya yang dikehendaki. Selama menaikkan
batang kendali diamati DPM dan penunjuk persen daya. Buat kritis pada daya tersebut
- Catat dalam log book semua parameter operasi reaktor secara periodik setiap jam
operasi reaktor.
- Bila reaktor operasi kontinu: tiap pergantian shift memeriksa lagi alat-alat keselamatan
dab meyakinkan bahwa alat-alat berjalan baik dengan melihat catatan log book. Bila
terjadi shut-down, selidiki asal dahulu, baru boleh di start-up lagi sesuai Juklak Start-
up. Semua kejadian harus ditulis dalam log book.

Teknik Fisika UGM / PSTA-BATAN.


Petunjuk praktikum Fisika Reaktor. 44

- Lanjutkan operasi sesuai dengan program. Catat dalam log book setiap terjadi
perubahan kondisi-kondisi operasi dan kejadian lain yang signifikan.

Catatan:
Satu petugas radiasi bertugas mencatat paparan radiasi di ruang reaktor secara
periodik selama reaktor beroperasi.
Dua operator tidak dibenarkan mengubah daya kecuali atas perintah supervisor
Supervisor bertugas sebagai penanggung jawab kelancaran keselamatan operasi
reaktor
Semua personil dilarang makan, minum dan merokok selama berada di dalam ruang
reaktor.

3.4 Shut-Down Normal

Turunkan (tekan tombol DN) semua batang kendali sampai posisi terbawah catat
waktunya. Atur tombol daya linier sesuai dengan daerah ukurnya.
Lakukan inspeksi posisi batang kendali tersebut apakah sudah benar-benar pada
posisi terbawah
Kunci pada kontrol OFF
Penyedia daya OFF
Amati suhu air tangki reaktor. Bila suhu sudah rendah (sesuai dengan keadaan pada
waktu sebelum operasi) sistem pendingin primer dimatikan.
Sistem pendingin sekunder dan ventilasi dimatikan
Catat dalam log book kondisi shut-down dari reaktor.

3.5 Shut-Down Darurat

Bila terjadi keadaan luar biasa seperti tingkat radiasi tinggi, kebocoran pendingin dan
sebagainya, Supervisor mematikan reaktor dengan tombol SCRAM. Catat waktu
kejadian dalam log book.

CATATAN
Periode minimum
Seting Sistem Keselamatan (SSK) untuk periode 7 detik, kondisi batas operasi (KBO) 10
detik. Bila kurang 7 detik maka reaktor scram. Oleh karena itu pada saat start up menuju
daya tertentu harus dijaga periode > 7 detik dengan:
- Naikkan batang kendali pengatur secara pelan pelan.
- Bila periode mendekati 10 detik, hentikan menaikkan batang kendali pengatur.
- Bila periode telah lebih dari 15 detik, naikkan lagi hingga mencapai daya yang
diinginkan.

Daya reaktor
- Kondisi Batas Operasi (KBO) 105 kW (alarm)
- Seting Sistem Keselamatan (SSK) 110 kW
- Batas Keselamatan (BK) 115 kW
Bila daya > 105 kW alarm akan berbunyi maka:
a. Turunkan daya reaktor sampai daya normalnya 100 kW dengan menurunkan
batang kendali pengatur.

Teknik Fisika UGM / PSTA-BATAN.


Petunjuk praktikum Fisika Reaktor. 45

b. Pertahankan reaktor beroperasi pada daya normal dengan pengaturan posisi


batang kendali.

Level sumber
Kondisi batas operasi (KBO) 0,9 .10-7, bila < 0,9 .10-7maka :
- Cek posisi sumber neutron
- Bila sumber neutron berada diluar teras, masukkan sumber neutron pada posisinya
di dalam teras.
- Cek pada meter level sumber sehingga menunjuk pada 0,9 .10-7
- Reaktor dapat dioperasikan

KBO Pendingin primer


- Apabila level air tangki 20 cm harus ditambah sampai ketinggian maksimal 10 cm
(diukur dari bibir atas tangki).
- Apabila debit air 110 lpm, cek kondisi pompa dan instalasinya.
- Apabila suhu masuk air tangki 35oC, cek sistem pendingin dan atau matikan
reaktor.
- Apabila suhu keluar tangki reaktor 47oC, cek sistem pendingin dan atau matikan
reaktor
- Apabila suhu ATR 47oC, cek sistem pendingin dan atau matikan reaktor.
- pH 5,5 7, tambahkan air yang pHnya > 7 bila pH air tangki <5,5 dan tambahkan
air yang pHnya <5,5 bila pH air tangki > 7
- Tahanan jenis ATR 2 Mcm, bila <2 Mcm
a. Reaktor tidak dioperasikan
b. Hidupkan pesawat demineralizer sehingga tahanan jenis ATR 2 Mcm.

Pendingin sekunder
- Suhu masuk > 37oC cek sistem pendingin primer
- Cek kondisi sistem pendingin sekunder dan atau matikan reaktor
- Laju alir HE tube = 820 lpm HE plat = 52 lpm. Bila lebih kecil, cek kondisi sistem
pendingin sekunder dan atau matikan reaktor.

Laju paparan
- Ruang kontrol 2,5 mR/jam
- Dek reaktor 10 mR/jam
- Permukaan air tangki 100 mR/jam
- Demineralizer 25 mR/jam
- Thermal kolom 2,5 mR/jam
- Perangkat subkritik 2,5 mR/jam
- Bulk shielding 2,5 mR/jam

Bila batasan tersebut diatas terlampaui maka alarm akan berbunyi. Cek kondisi lokasi dengan PPR
dan atau matikan reaktor.

Teknik Fisika UGM / PSTA-BATAN.

Anda mungkin juga menyukai