1. Hierarki kebutuhan
Hierarki kebutuhan (need hierarchy) dikembangkan oleh Abraham
Maslow. Ia memandang bahwa kebutuhan manusia tersusun atas suatu hierarki
atau urutan kebutuhan, mulai dari kebutuhan yang paling mendasar (kebutuhan
fisiologis) sampai yang paling tinggi (aktualisasi diri). Hierarki kebutuhan yang
dimaksu, ialah sebagai berikut :
a. Fisiologis.
Kebutuhan yang berkaitan langsung dengan fisik manusia, seperti makan,
minum, tempat tinggal, kesehatan badan, dan lain-lain.
b. Keamanan dan keselamatan (safety dan security)
Kebebasan dari ancaman, baik berupa ancaman kejadian atau ancaman dari
lingkungan. Misalnya gaji tetap sehingga bias melakukan perencanaan
regular.
c. Harga diri (esteem)
Kebutuhan untuk menghargai diri sendiri maupun mendapat penghargaan
dari orang lain. Misalnya pencapaian jabatan tertentu.
d. Aktualisasi diri (self actualization)
Kebutuhan untuk bias memaksimumkan kemampuan, keahlian, dan potensi
diri. Misalnya dalam menghadapi tantangan kerja.
Menurut Maslow, orang akan berusaha memenuhi kebutuhan yang lebih
pokok dulu sebelum beralih pada kebutuhan yang lebih tinggi. Dalam kata
lain, seseorang akan termotivasi untuk memenuhi kebutuhan yang paling
menonjol dirasakannya pada saat ini.
2. Teori ERG
Teori ERG oleh Clayton Alderfer serupa dengan hierarki kebutuhan Maslow,
karena juga memandang kebutuhan manusia sebagai suatu hierarki. Dalam teori
ERG, hanya ada tiga hierarki, yaitu :
a. Eksistensi (Existece, E)
Kebutuhan yang bias dipuaskan oleh faktor-faktor seperti makanan, udara,
upah, dan kondisi kerja.
b. Keterkaitan (Relatedness, R)
Kebutuhan yang bias dipuaskan oleh hubungan social, hubungan
antarpribadi.
c. Pertumbuhan (Growth, G)
Kebutuhan yang bias dipuaskan bila seseorang memberikan kontribusi yang
kreatif dan produktif.
Teori ERG menyatakan bahwa jika kebutuhan yang lebih tinggi mengalami
kekecewaan, maka kebutuhan yang lebih rendah akan kembali walaupun
sudah pernah terpuaskan.
3. Teori dua faktor
Teori dua faktor (two-factors theory) dikemukakan oleh Frederick
Herzberg, yang meyakini bahwa karyawan dapat dimotivasi oleh pekerjaannya
sendiri dan di dalamnya terdapat kepentingan yang bias disesuaikan dengan
tujuan organisasi. Dari penelitiannya, Herzberg menyimpulkan bahwa
ketidakpuasan dan kepuasan dalam bekerja muncul dalam dua dimensi yang
terpisah.
Faktor-faktor penyebab ketidakpuasan berasal dari kondisi ekstrinsik (di luar)
pekerjaan, atau konteks pekerjaan (job context), seperti gaji, kondisi kerja,
jaminan pekerjaan, prosedur perusahaan, kebijakan perusahaan, mutu
supervise, hubungan dengan supervisior, hubungan dengan rekan sejawat,
hubungan dengan bawahan serta status. Faktor tersebut disebut juga faktor
yang menyebabkan ketidakpuasan (dissatisfier) atau faktor hygiene.
Faktor-faktor penyebab kepuasan berasal dari kondisi intrinsic (di dalam)
pekerjaan, atau isi pekerjaan (job content), seperti prestasi, pengakuan,
tanggung jawab, kemajuan, pekerjaan itu sendiri, dan kemungkinan
berkembang. Faktor tersebut disebut juga faktor pemuas (satisfieri) atau
faktor motivator.
4. Teori kebutuhan yang dipelajari
Teori kebutuhan yang dipelajari (learned needs theory) yang dikemukakan
oleh McClelland adalah teori motivasi yang berkaitan erat dengan konsep
belajar. Teori ini mengatakan bahwa melalui kehidupan dalam suatu budaya,
seseorang belajar tentang kebutuhannya. Kebutuhan yang dipelajari ini adalah
sebagai berikut :
a. Kebutuhan berprestasi (need for achievement), misalnya menyelesaikan
pekerjaan yang menantang, memenangkan kompetisi, dan bias
menyelesaikan masalah dengan baik.
b. Kebutuhan menjalin hubungan atau berafiliasi (need for affiliation),
misalnya menjalin pertemanan atau persahabatan.
c. Kebutuhan berkuasa (need for power), misalnya kekuasaan untuk
memerintah orang lain, atau kekuasaan untuk menentukan kebijakan.
McClelland mengatakan bahwa jika kebutuhan seseorang sangat kuat, maka
hal itu akan memotivasinya untuk menggunakan perilaku yang mengarah
pada pemuasan kebutuhan tersebut.
Referensi :