Anda di halaman 1dari 7

LAPORAN PRAKTIKUM BIOKIMIA I

PENENTUAN PANJANG GELOMBANG


DENGAN SERAPAN MAKSIMUM

PENYUSUN:
AYU LESTARI
AMAL BAHRUM PENAS
M. DWI MAHINDRA FAIZAL

FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS AL-ZAYTUN INDONESIA
A. TUJUAN
Untuk mengetahui panjang gelombang maksimum dari sediaan uji

B. LANDASAN TEORY
Spektrophotometry adalah tekhnik pengukuran kualitatif dan kuantitatif berdasarkan
spectrum cahaya. Data kualitatif berhubungan dengan sifat atau karakteristik suatu zat seperti
panjang gelombang optimum. Sedangkan data kuantitatif berhubungan dengan kuantitas seperti
konsentrasi suatu zat.
Jadi dengan spectrofotometri kita dapat mengetahui jenis dan konsentrasi suatu zat terlarut
dengan menembakkan berbagai jenis cahaya (cahaya tampak, infra red, UV ) ke zat terlarut (dalam
larutan uji), lalu dianalisis cahaya yang diteruskan dan yang diserap oleh zat terlarut tersebut.
Praktikum ini bertujuan untuk mencari panjang gelombang optimum yaitu panjang gelombang
ketika zat bisa maksimal dalam menyerap cahaya yang ditembakkan (nilai Absorbance tertinggi).
Panjang gelombang ini merupakan karakteristik tiap zat yang yang berbeda antara suatu zat dengan
zat yang lain.
Panjang gelombang optimum perlu dicari sebab mempengaruhi penyerapan cahaya oleh suatu
zat . Sebagaimana hukum lambert-beer tentang pelemahan intensitas cahaya:

= 0 10

Transmittance Absorbance

= = log = log
0 0
0 10 Maka :
=
0 = log 10
Maka: =
= 10

Keterangan:
= Absortivity (M-1 cm-1)
C = Konsentrasi (M)
X = Panjang lintasan (cm)

Besarnya intensitas cahaya yang tersisa setelah melalui suatu zat dipengaruhi oleh
kemampuan zat meyerap cahaya () sedangkan kemampuan zat menyerap cahaya bergantung pada
panjang gelombang cahaya () itu sendiri, dan kemampuan zat menyerap cahaya akan maksimal pada
panjang gelombang optimum yang merupakan karakteristik zat tersebut.
Intensitas sisa juga dipengaruhi oleh konsentrasi zat (C)dan panjang lintasan (x). Dengan
mengetahui intensitas sisa maka dapat diperoleh nilai absorbance suatu zat.
Untuk mengetahui panjang gelombang optimum suatu zat, digunakan spectrophotometer.
Spectrofotometer memiliki bagian dan fungsi sebagai berikut:

NO Nama Bagian Fungsi


1 Lampu Sumber cahaya
2 Prisma Menguraikan cahaya policromatik menjadi monocromatik
Memfilter cahaya monocromatis agar hanya cahaya dengan panjang gelombang
3 Slit
tertentu yang diinginkan saja yang dapat lewat
Tempat peletakan zat yang akan diukur, memiliki bagian yang bening untuk
4 Cuvette
melewatkan cahaya ke zat uji
5 Detector Menangkap cahaya yang ditransmisikan
6 Digital readout Menampilkan nilai absorbance

Jadi perinsip kerja spectrophotometer adalah, menembakkan cahaya pada substan dalam
larutan, sebelumnya cahaya itu (merupakan cahaya policromatis) oleh prisma akan diubah menjadi
cahaya monocromatis, berapa panjang gelombang yang akan melewati substan bergantung pada
pengaturan alat ini oleh pengguna.
setelah melewati substan, cahaya akan ditangkap oleh detector, detector akan menganalisa
perubahan intensitas awal dengan intensitas setelah melalui substan. Dan setelah diolah, pada digital
readout akan tertera nilai absorbance substan .
Substan yang akan diuji dengan spectrophotometer haruslah dalam bentuk larutan dan larutan
tersebut harus encer (konsentrasi substan tidak tinggi), hal ini bertujuan agar cahaya dapat melewati
larutan uji dan dan nilai absorbance tidak tinggi, nilai absorbance yang baik berkisar antara 0,2 - 0,8.
Angka ini menunjukkan tidak semua cahaya diserap substan dan tidak semua pula di loloskan.
Selain itu, pelarut harus senyawa yang tidak merusak struktur substan yang akan diuji, sebab
bila struktur subtan rusak maka akan berbeda nilai absorbannya.
Dalam paraktikum ini substan yang diuji adalah darah dalam pelarut NH4OH (Larutan hematin
alkalis). darah perlu diuji sebab darah merupakan unsur penting dalam tubuh manusia yang
komposisinya akan mempengaruhi proses fisiologi tubuh.
Bila panjang gelombang optimum darah diketahui, maka dapat digunakan untuk uji kuantitatif
darah pada praktikum-praktikum selanjutnya. Bila konsentrasi normal suatu zat dalam darah diketahui,
maka suatu jika saat ditemukan perbedaan konsentasi zat tersebut dari yang seharusnya, informasi ini
bisa digunakan untuk diagnosis penyakit.
C. ALAT DAN BAHAN
Alat: Bahan:
1. Spektrofotometer 1. Darah 1ml
2. Cuvette 2. Na.EDTA
3. Pipet Mohr 10ml 3. Amonia (1ml add 100)
4. Tabung reaksi 4. Aquadest
5. Botol semprot
6. Labu takar 100ml
7. Beaker glass 250
8. Pipet mohr 1ml
9. Tissu
10. Kertas grafik
11. Spuit 3cc
12. Penggaris
13. Kain lap

D. PROSEDUR PEMBUATAN
1. Menyiapkan sample darah yang akan di uji sebanyak 1 ml,memasukkannya ke dalam tabung lalu
menambahkan Na EDTA
2. Mengambil 5 tetes darah dari tabung ,kemudian memasukkannya ke dalam labu takar,tambahkan
50 ml NH4OH (I ml add 100ml)
3. Menambahkan aquades dalam labutakar hingga volume larutan (hematin alkalis) tersebut 100 ml
4. Menyiapkan dan membersihkan cuvette yang akan di pakai
5. Memasukkan larutan uji (hematin alkalis) kedalam cuvette dari labu takar dan memasukkan
pelarut NH4OH ke dalam kuvet yang lain sebagai blanko.
6. Mengukur serapan blanko lalu spectrophotometer ditera
7. Mengukur dan mencatat serapan substan yang diuji dengan panjang gelombang yang berbeda
beda dari 350nm 550 nm dengan interval 10 nm.
8. Membuat kurva pada selembar kertas grafik dengan A (Absorbance) sebagai sumbu Y dan panjang
gelombang sebagai sebagai sumbu X.
9. Menganalisis data dan kurva lalu menentukan panjang gelombang optimum
E. HASIL PENGAMATAN

NO PANJANG GELOMBANG (nm) ABSORBANCE Spesifikasi Spectrofotometer yang digunakan:


1 350 1,306 - Merek : Genesys 8
2 360 1,243 - Card low : 1nm
3 370 1,311 - Card high : 800nm
4 380 1,189
5 390 1,296
6 400 1,611
7 410 2.024
8 420 1,806
9 430 0,974
10 440 0,565
11 450 0,383
12 460 0,270
13 470 0,196
14 480 0,141
15 490 0,101
16 500 0,086
17 510 0,063
18 520 0,071
19 530 0,102
20 540 0,099
21 550 0,000

F. PENGOLAHAN DATA
Grafik hubungan antara panjang gelombang dengan nilai absorban darah dilampirkan
G. PEMBAHASAN
Pada paraktikum ini, pemberian Na EDTA pada darah seketika setelah diambil bertujuan agar
darah tidak mengental. Sebab Na EDTA merupakan zat anti koagulan darah, bekerja dengan jalan
mengikat ion Ca . Sehingga dengan tidak adanya ion Ca , trombokinase tidak terangsang untuk
mengubah protrombin menjadi thrombin. Pada akhirnya pembentukan benang fibrin terhambat
sehingga pengentalan atau pembekuan darah terhambat .

Trombosit pecah Keluar Trombokinase

Ion Ca2+ berikatan EDTA ion Ca dan Vitamin K

Protombin Trombin

Fibrinogen Fibrin

Darah mengental

Selain itu Na EDTA tidak mengganggu warna larutan uji (sehingga tidak mengganggu
penyerapan cahaya). Na EDTA juga dapat menghambat kerusakan sel, berarti stuktur senyawa larutan
tidak berubah maka nilai absorban substan tidak berubah.

Bila darah mengental dan membeku, maka tidak dapat larut dalam NH4OH dan hasil
pengukuran dengan spektrofotometer akan tidak valid sebab larutan tidak homogen.

Darah perlu dilarutkan dalam NH4OH (menjadi larutan hematin alkalis) sebelum diukur agar
darah tidak pekat, sebab jika hanya darah, consentrasinya terlalu tinggi menyebabkan absorbsinya
terlalu tinggi (A= ).

Selain itu dalam praktikum ini NH4OH digunakan sebagai pelarut karena tidak terlalu
mengubah pH darah (pH darah : 7,4). Pelarut ini terbentuk dari NH3 dan H2O, dan NH3 merupakan
basa lemah sehingga perubahan pH darah tidak signifikan.

pH darah perlu dipertahankan dalam kisarannya sebab bila pH darah turun (terlalu asam),
akan menyebabkan denaturasi berbagai protein yang ada didalam darah (seperti protein pembentuk
sel darah), Sedangkan bertambahnya pH darah dapat menyebabkan glikolisis sehingga kadar gula
dalam darah akan turun. Sebagaimana telah dijelaskan pada bagian Landasan Teory, maka bila
struktur dan komposisi darah berubah, akan menyebabkan nilai absorbance beruban serta pada
akhirnya panjang gelombang optimum yang dicari, akan berubah dari yang semestinya.

Dalam langkah kerja pada praktikum ini, sebelum larutan darah amonia diukur nilai
absorbannya dengan spectrofotometer, diukur terlebih dahulu absorbance blanko (pelarut NH4OH)
lalu di tera (zero), tujuannya adalah agar nilai absorbance yang diperoleh hanya nilai absorbance darah
(zat terlarut), absorbsi pelarut dan cuvette tidak ikut diukur lagi.

Setelah pengukuran nilai absorbance larutan hematin alkalis dengan beberapa panjang
gelombang antara 350 550 nm dengan interval 10 nm, diperoleh panjang gelombang dengan
serapan maksimum yaitu 410 nm (A : 2,024). Panjang gelombang ini merupakan panjang gelombang
optimum.

Panjang gelombang optimum merupakan karakteristik yang dimiliki tiap zat, yang berbeda-
beda tiap zat. Sebagaimana dijelaskan dalam bab pendahuluan, tiap zat memiliki bagian yang dapat
menyerap cahaya, dimana kemampuan menyerap cahayanya () berbeda pada panjang gelombang
monocromatis yang berbeda, dan pada panjang gelombang tertentu (panjang gelombang optimum)
kemampuan menyerapnya maksimal.
Rentang nilai absorbance yang diperoleh 0,000 2,024, sedangkan idealnya antara 0,2 - 0,8.
Hasil ini mungkin disebabkan karena kesalahan praktikan dalam melaksanakan standar prosedur
praktikum dan pengoperasian spectrofotometer.

H. KESIMPULAN
Darah dalam pelarut NH4OH yang diuji dalam praktikum ini, memiliki panjang gelombang
optimum 410 nm dengan nilai absorbance yang paling tinggi, yaitu 2,024.

DAFTAR PUSTAKA
- Suhartono,Maggy. 1989, Petunjuk Laboratorium Dasar-dasar biokimia, Bogor : IPB.
- Girindra Aisyah, 1989, Petunjuk Laboratorium Biokimia Patologi, Bogor : IPB.
- Anwar Muhammad, 1989, Tehnik Laboratorium Untuk Bidang Biologi dan Kimia , Bogor : IPB

Anda mungkin juga menyukai