Anda di halaman 1dari 8

PROFESI AKUNTAN PUBLIK DAN KODE ETIK

PROFESI AKUNTAN PUBLIK

ARYA PRADIPTA dan TEGUH SISWANTO


STIE Trisakti

PENDAHULUAN orang awam.


Akuntan publik merupakan tenaga

A kuntan publik adalah suatu profesi. Akuntan


publik dapat dinyatakan sebagai suatu
profesi karena akuntan publik memiliki ciri-ciri,
terlatih yang mampu memberikan jasa penting
kepada masyarakat. Dengan kata lain akuntan
publik berorientasi memberikan jasa untuk
yang dinyatakan oleh masyarakat profesi, kepentingan umum daripada kepentingan diri
sebagai ciri-ciri suatu profesi (Basuki 2001). sendiri. Akuntan publik berorientasi memberikan
Ciri-ciri pertama dari akuntan publik sehingga jasa untuk kepentingan umum daripada kepen-
akuntan publik dapat dinyatakan, oleh masya- tingan pribadi merupakan ciri-ciri ketiga dari
rakat profesi, sebagai suatu profesi adalah akuntan publik, sehingga akuntan publik dapat
untuk menjadi seorang akuntan publik sese- dianggap sebagai suatu profesi. Ciri-ciri keem-
orang harus mengikuti pelatihan yang ekstensif. pat dari akuntan publik sehingga akuntan publik
Pelatihan ini dimulai sesudah seseorang mem- dapat dinyatakan sebagai profesi oleh masya-
peroleh gelar sarjana akuntansi. Setelah se- rakat profesi adalah pada profesi akuntan
seorang memperoleh gelar sarjana akuntansi terdapat proses lisensi atau sertifikasi. Ciri ini
maka untuk menjadi seorang akuntan publik lazim pada banyak profesi namun tidak selalu
dia harus mengikuti pendidikan profesi akuntan, perlu untuk status profesional. Akuntan publik
lulus ujian sertifikasi yang dilakukan oleh organi- diwajibkan memiliki sertifikat praktek sebagai
sasi profesi akuntan publik, dan harus memiliki akuntan publik sebelum diizinkan berpraktek.
pengalaman melakukan pekerjaan sebagai Otonomi dalam pekerjaannya/independen me-
seorang akuntan publik. rupakan ciri terakhir dari akuntan publik. Ciri
Ciri-ciri kedua dari akuntan publik se- terakhir dari akuntan publik ini menyatakan
hingga masyarakat profesi menganggap akuntan bahwa dalam menyediakan jasa profesionalnya
publik sebagai profesi adalah seseorang dapat seorang akuntan publik adalah otonom atau
dikatakan berprofesi sebagai akuntan publik independen. Ciri terakhir ini pulalah yang men-
bila pelatihan yang dilakukan, yang disebut jadi alasan pelengkap bagi mayarakat profesi
sebagai pendidikan profesi akuntan diatas, untuk menyatakan bahwa akuntan publik ada-
meliputi komponen intelektual yang signifikan. lah suatu profesi.
Komponen intelektual yang dimaksud, merupa- Paul (1983) dalam Bartens (2007) me-
kan karakteristik profesional. Melalui karakte- nyatakan bahwa profesi adalah suatu moral
ristik profesional inilah seorang akuntan publik community (masyarakat moral) yang memiliki
melaksanakan tugasnya. Tugas yang dilaksa- cita-cita dan nilai bersama. Sesuai dengan
nakan terutama adalah untuk memberikan pendapat Bartens (2007) akuntan publik mem-
nasehat dan bantuan yang menyangkut bidang bentuk suatu profesi akuntan publik karena
keahliannya. Dimana bidang keahliannya ini disatukan atas latar belakang pendidikan yang
secara rata-rata tidak diketahui atau dipahami sama dan secara bersama-sama memiliki ke-

11
ahlian tertutup bagi orang lain. Bartens (2007) dingkan kesesuaian kode etik akuntan publik
selanjutnya menyatakan bahwa dengan de- kompartemen akuntan publik Ikatan Akuntan
mikian profesi menjadi suatu kelompok yang Indonesia yang berupa aturan etika Kompar-
mempunyai kekuasaan sendiri dan karena itu temen Akuntan Publik dengan teori penyusunan
mempunyai tanggung jawab khusus. Disebabkan kode etik, sehingga dapat dinyatakan bahwa
memiliki monopoli atas suatu keahlian tertentu, kode etik akuntan publik tersebut berfungsi
selalu ada bahaya bagi profesi untuk menutup dengan baik sesuai dengan yang dikehendaki
diri bagi orang luar dan menjadi kalangan yang oleh profesi akuntan publik itu sendiri dan
sukar ditembus (Bartens 2007). Bagi klien yang masyarakat.
menggunakan jasa profesi tertentu keadaan
tersebut juga dapat menjadikan kecurigaan MALPRAKTEK PROFESI AKUNTAN PUBLIK
jangan-jangan ia dipermainkan. Kode etik dapat
mengimbangi segi negatif profesi ini (Bartens Pada dekade-dekade belakangan ini
2007). banyak terjadi peristiwa bisnis yang menye-
Bartens (2007) berpendapat bahwa babkan para pengguna profesi akuntan publik
adanya kode etik menyebabkan kepercayaan mempertanyakan kesadaran moral dari para
masyarakat atas suatu profesi menjadi semakin akuntan publik. Krisis moral dalam dunia bisnis
kuat, karena setiap klien mempunyai kepastian yang sangat fenomenal pada dekade terakhir
bahwa kepentingannya akan terjamin. Kode ini dan melibatkan profesi akuntan publik
etik profesi merupakan kaidah-kaidah yang adalah kasus Enron yang terjadi di negara
menjadi landasan bagi eksistensi profesi dan Amerika Serikat. Kasus Enron tidak hanya
sebagai dasar terbentuknya kepercayaan ma- berdampak pada satu perusahaan saja tetapi
syarakat. Masyarakat menjadi lebih percaya juga berdampak bagi kinerja perekonomian
karena dengan mematuhi kode etik, akuntan Amerika Serikat secara keseluruhan. Akibat
publik diharapkan dapat menghasilkan kualitas kasus Enron perekonomian Amerika Serikat
kinerja yang paling baik bagi masyarakat mengalami penurunan, penurunan perekono-
(Baidaie 2000). Dalam kerangka inilah Ikatan mian ini ditandai dengan adanya penurunan
akuntan Indonesia (IAI) merumuskan suatu harga saham di Wall Street hingga pada akhir-
kode etik yang meliputi mukadimah dan dela- nya indeks harga saham Dow Jones juga meng-
pan prinsip etika yang harus dipedomani oleh alami penurunan. Sedemikian Besar dampak
semua anggota, serta aturan etika dan inter- kasus Enron sehingga dirasakan pula oleh
pretasi aturan etika yang wajib dipatuhi oleh negara-negara lainnya (Suharto 2002 dalam
masing-masing anggota kompartemen (Ludigdo Ludigdo 2006).
2006). Tidak hanya di Amerika Serikat, di
Uraian diatas telah dapat menguatkan Belahan negara-negara lain dan di Indonesia-
bahwa akuntan publik merupakan suatu profesi. pun kasus-kasus bisnis yang melibatkan pro-
Atas profesi akuntan publik diperlukan suatu fesi akuntan publik juga terjadi. Sebagai contoh
kode etik. Kode etik profesi akuntan publik di Indonesia adalah : kasus audit PT Telkom
harus dipatuhi dan dipedomani oleh seluruh yang dilakukan oleh Kantor Akuntan Publik
profesi akuntan publik agar akuntan publik (KAP) Eddy Pianto & Rekan (Media Akuntansi,
dapat menghasilkan kinerja yang paling baik 2003). Pada kasus ini audited financial state-
bagi masyarakat sehingga masyarakat lebih ment (laporan keuangan auditan) PT Telkom
percaya terhadap profesi akuntan publik. Tulis- yang merupakan hasil audit KAP Eddy Pianto
an ini dibuat dengan tujuan untuk memban- & Rekan tidak diakui oleh pemegang otoritas

12
pasar modal di Amerika Serikat dalam hal ini klien secara de jure telah melanggar konsep-
adalah Security Exchange Commission (SEC). si independensi yang harus diterapkan oleh
SEC meminta PT Telkom untuk mencari KAP akuntan publik jika dia melakukan audit, namun
lain dalam rangka melakukan audit ulang atas ini harus dilakukan oleh karena terdapat kon-
laporan keuangannya. disi yang semakin melemahkan klien jika tidak
Sinaga et al. (2001) dalam Ludigdo dibantu. Demikian halnya, berlangsungnya
(2006) memberikan suatu contoh kasus yang idiom ini tidak sesuai dengan salah satu kaidah
cukup menarik dari keterlibatan profesi akuntan obyektifitas dalam Prinsip Etika Akuntan Publik.
publik di Indonesia dalam malpraktek bisnis. Melalui uraian praktek profesi akuntan
Kasus malpraktek akuntan tersebut adalah publik diatas, terlihat bahwa pendapat Bartens
kasus penggelapan pajak. Kasus penggelapan (2007) mengenai adanya kode etik menyebab-
pajak ini melibatkan KAP KPMG Sidharta kan kepercayaan masyarakat atas suatu profesi
Sidharta & Harsono (KPMG-SSH) yang me- menjadi semakin kuat, karena setiap klien
nyarankan kepada kliennya (PT. Easman mempunyai kepastian bahwa kepentingannya
Christensen/PTEC) untuk melakukan penyu- akan terjamin, terlihat tidak menjadi kenyataan.
apan kepada aparat perpajakan Indonesia agar Pada beberapa kasus yang diuraikan diatas
mendapatkan keringanan atas jumlah kewa- terlihat bahwa kode etik profesi yang merupakan
jiban pajak yang harus dibayarnya. Ironisnya, kaidah-kaidah yang menjadi landasan bagi
kasus ini diungkapkan oleh otoritas pasar mo- eksistensi profesi dan sebagai dasar terbentuk-
dal Amerika Serikat (SEC) bukan otoritas pasar nya kepercayaan masyarakat, diabaikan begitu
modal Indonesia atau otoritas yang berwenang saja oleh pelaku profesi itu sendiri. Kode etik
lainnya di Indonesia. Kasus lainnya yang cukup profesi akuntan publik yang dirumuskan Ikatan
menarik mengenai keterlibatan akuntan publik akuntan Indonesia (IAI) diabaikan begitu saja.
dalam kasus bisnis adalah keterlibatan10 KAP Pertanyaan kenapa pelaku profesi tidak patuh
(jumlah sample dalam peer review) yang me- pada kode etik profesi, selalu berpulang pada
lakukan audit terhadap bank beku operasi dan rumusan kode etik profesi yang bersangkutan.
bank beku kegiatan usaha (Toruan 2002 dalam Apakah secara teoritis kode etik yang telah
Ludigdo 2006, Baidaie 2000). Bahkan dalam dirumuskan sesuai dengan syarat-syarat yang
kasus ini KAP-KAP besar disebut-sebut juga ditetapkan agar kode etik tersebut dapat ber-
terlibat. fungsi dengan baik?
Ludigdo (2006) melakukan penelitian
dengan menggunakan proses penelitian yang KODE ETIK, FUNGSI KODE ETIK DAN
berupaya mendeskripsikan secara detail dan SYARAT KODE ETIK
mendalam (thick description) atas suatu feno-
mena etika di sebuah Kantor Akuntan Publik Basuki (2001) menyatakan bahwa kode etik
(KAP). Berdasarkan metode penelitian tersebut adalah sistem norma, nilai dan aturan profesio-
Ludigdo (2006) menemukan suatu kondisi nal tertulis yang secara tegas menyatakan apa
bahwa,Realitas menunjukkan bahwa komplek- yang benar dan baik dan apa yang tidak benar
sitas persoalan yang dihadapi oleh akuntan dan tidak baik bagi profesional. Kode etik me-
publik dan KAP dalam merespon lingkungan nyatakan perbuatan apa yang benar atau salah,
sosial telah memaksa KAP Madia mengkreasi perbuatan apa yang harus dilakukan dan apa
bentuk lain dari etika akuntan publik. Sebagai yang harus dihindari. Bartens (2007) menga-
contoh dalam penelitian Ludigdo (2006) terung- takan bahwa kode etik adalah ibarat kompas
kap suatu kondisi, Bagaimanapun, membantu yang menunjukkan arah moral bagi suatu pro-

13
fesi dan sekaligus juga menjamin mutu moral kehormatan atau komisi yang dibentuk khusus
profesi itu dimata masyarakat. untuk itu. Salah satu mekanisme kontrol yang
Ketaatan tenaga profesional terhadap sering dicantumkan dalam kode etik adalah
kode etik merupakan ketaatan naluriah yang ketentuan bahwa profesional wajib melapor,
telah bersatu dengan pikiran, jiwa dan perilaku apabila melihat teman sejawat melanggar kode
tenaga profesional (Basuki 2006). Jadi ketaatan etik. Ketentuan ini merupakan akibat logis dari
itu terbentuk dari masing-masing orang bukan self regulation yang terwujud dalam kode etik :
karena paksaan. Dengan demikian tenaga pro- seperti kode itu berasal dari niat profesi meng-
esional akan merasa bila dia melanggar kode atur dirinya sendiri, demikian juga diharapkan
etiknya sendiri maka profesinya akan rusak kesediaan profesi untuk menjalankan kontrol
dan yang rugi adalah dia sendiri. Pelanggaran terhadap pelanggar; (3) Sifat dan orientasi kode
kode etik tidak diadili oleh pengadilan karena etik hendaknya singkat; sederhana, jelas dan
melanggar kode etik tidak selalu berarti melang- konsisten; masuk akal, dapat diterima, praktis
gar hukum (Basuki 2006). Sebagai contoh dan dapat dilaksanakan; komprehensif dan leng-
untuk Ikatan Dokter Indonesia terdapat Kode kap; dan positif dalam formulasinya. Orientasi
Etik Kedokteran. Bila seorang dokter dianggap kode etik hendaknya ditujukan kepada rekan,
melanggar kode etik tersebut, maka dia akan profesi, badan, nasabah/pemakai, negara dan
diperiksa oleh Majelis Kode Etik Kedokteran masyarakat. Kode etik diciptakan untuk manfaat
Indonesia, bukannya oleh pengadilan. masyarakat dan bersifat di atas sifat ketamakan
Bertens (2007) dan Basuki (2001) penghasilan, kekuasaan dan status. Etika yang
menyatakan beberapa syarat agar suatu kode berhubungan dengan nasabah hendaknya jelas
etik dapat berfungsi sebagaimana mestinya. menyatakan kesetiaan pada badan yang mem-
Syarat-syarat tersebut adalah: (1) Kode etik pekerjakan profesional; (4) Kode etik dipakai
disusun dan dibuat oleh profesi sendiri sehing- sebagai bimbingan bagi profesi dalam melak-
ga masing-masing profesi memiliki kode etik sanakan tugasnya. Namun demikian hendaknya
tersendiri. Dengan kata lain kode etik harus isi kode etik diungkapkan sedemikian rupa
menjadi hasil self regulation (pengaturan diri) sehingga publik dapat memahami isi kode etik
dari profesi. Misalnya kode etik akuntan publik tersebut. Dengan demikian masyarakat memaha-
harus disusun oleh profesi akuntan publik, mi fungsi kemasyarakatan dari profesi tersebut.
kode etik dokter harus disusun oleh profesi Juga sifat utama profesi perlu disusun terlebih
dokter, kode etik guru harus disusun oleh pro- dahulu sebelum membuat kode etik. Kode etik
fesi guru dan seterusnya. Kode etik tidak akan hendaknya cocok untuk kerja keras. Sebuah
efektif kalau didrop begitu saja dari atas-dari kode etik menunjukkan penerimaan profesi atas
instansi pemerintah atau instansi lain, karena tanggung jawab dan kepercayaan masyarakat
tidak akan dijiwai oleh cita-cita dan nilai-nilai yang telah memberikannya; (5) Kode etik bukan
yang hidup dalam kalangan profesi itu sendiri. merupakan kode yang kaku. Jika kode etik
Instansi dari luar dapat menganjurkan untuk merupakan kode yang kaku maka akibat per-
membuat kode etik dan barangkali juga bisa kembangan zaman, kode etik mungkin menjadi
membantu dalam merumuskan kode etik; (2) usang atau sudah tidak sesuai dengan tuntutan
Pelaksanaan kode etik harus diawasi terus zaman. Misalnya kode etik tentang euthanasia
menerus. Pada umumnya kode etik akan me- (mati atas kehendak sendiri), dahulu belum
ngandung sanksi-sanksi yang dikenakan pada tercantum dalam kode etik kedokteran kini
pelanggar kode etik. Kasus-kasus pelanggaran sudah dicantumkan.
akan dinilai dan ditindak oleh suatu dewan

14
KODE ETIK AKUNTAN PUBLIK KOMPARTE- etik profesi yang tidak dibuat sendiri oleh pro-
MEN AKUNTAN PUBLIK IKATAN AKUNTAN fesi akuntan publik Indonesia menyebabkan
PUBLIK INDONESIA profesi akuntan publik tidak menetapkan hitam
atas putih niatnya untuk mewujudkan nilai-nilai
Kelemahan utama dari kode etik pro- moral yang dianggapnya hakiki (Bertens 2007).
fesi akuntan publik Indonesia sehingga kode Kelemahan lain dari kode etik profesi
etik profesi akuntan publik tersebut diabaikan akuntan publik Indonesia sehingga kode etik
oleh para pelaku profesi akuntan publik, adalah profesi akuntan publik tersebut diabaikan oleh
kode etik profesi akuntan publik Indonesia para pelaku profesi akuntan publik, adalah
tersebut hampir seluruhnya diambil dari kode tidak dilakukannya pengawasan yang terus-
etik Certified Public Accountant (CPA) yang menerus atas pelaksanaan kode etik tersebut.
dikembangkan oleh American Institue Of Masyarakat umum dan rekan se-profesi di an-
Certified Public Accountant (AICPA). Ludigdo tara akuntan publik itu sendiri yang diharapkan
(2006) menyatakan bahwa,Kode etik (etika dapat melakukan pengawasan yang terus me-
profesi) akuntan publik di Indonesia, isi dan nerus atas penerapan kode etik profesi akuntan
substansinya hampir fully adopted dari kode publik di Indonesia ternyata tidak dapat mela-
etik yang dikembangkan oleh American Institute kukan pengawasan dengan baik. Definisi ma-
Of Certified Public Accountan (AICPA). Di tin- syarakat umum yang semula diharapkan dapat
jau dari dimensi budaya fully adopted kode etik melakukan pengawasan atas penerapan kode
dari kode etik yang dikembangkan AICPA ter- etik profesi akuntan publik adalah masyarakat
lihat tidak tepat, karena Indonesia mempunyai pengguna jasa profesi akuntan publik dan ma-
perbedaan budaya yang sangat mendasar syarakat pengguna informasi yang dihasilkan
dengan Amerika Serikat dan negara Barat oleh profesi akuntan publik. Menggantungkan
lainnya (Hofstede 1991 dalam Ludigdo 2006). harapan kepada pemerintah untuk dapat me-
Jika nilai-nilai masyarakatnya berbeda, maka lakukan pengawasan atas pelaksanaan kode
tentu nilai-nilai kehidupannya pun akan berbeda. etik profesi akuntan publik terlihat tidak tepat.
Oleh karenanya menjadi mungkin jika kode etik Kode etik dibuat dan disusun oleh profesi, kode
profesi akuntan publik di Indonesia tidak dapat etik dibuat demi kepentingan profesi dan masya-
menjadi panduan yang utuh bagi profesi akun- rakat penguna jasa profesi, sehingga meng-
tan publik di Indonesia, sekedar sebagai simbol gantungkan harapan kepada pemerintah untuk
tak bermakna bagi kalangan profesional akun- melakukan pengawasan atas pelaksanaan
tan publik. kode etik profesi jelas tidak tepat. Kesediaan
Berdasarkan pendapat Ludigdo (2006) rekan seprofesi untuk melakukan pengawasan
di atas maka dapat dinyatakan bahwa kode etik kelihatannya juga tidak akan berjalan dengan
profesi akuntan publik di Indonesia tidak disu- mulus, karena rasa solidaritas tertanam kuat
sun dan dibuat oleh profesi akuntan publik di dalam anggota-anggota profesi, seorang pro-
Indonesia. Kode etik profesi akuntan publik di fesional mudah merasa segan melaporkan
Indonesia bukanlah hasil self regulation sejawat yang melanggar (Frankel 1989 dalam
(pengaturan diri) dari profesi akuntan publik Bertens 2007). Tidak adanya pengawasan yang
Indonesia sendiri. Kode etik profesi akuntan terus menerus terhadap pelaksanaan kode etik
publik Indonesia sepertinya di drop begitu saja profesi akuntan publiklah salah satu penyebab
(walaupun pada saat akan diterapkan para profesi akuntan publik melakukan mal praktek
akuntan publik diundang dan dimintakan penda- seperti yang diuraikan pada bagian dua dari
patnya) dari Ikatan Akuntan Indonesia. Kode tulisan ini.

15
Kode etik profesi akuntan publik yang anggota kompartemen (Ikatan Akuntan Indone-
dikembangkan oleh Ikatan akuntan Indonesia sia 2001). Struktur Kerangka Kode Etik Kom-
(IAI) meliputi mukadimah dan delapan prinsip partemen Akuntan Publik (Kode Etik Profesi
etika yang harus dipedomani oleh semua ang- Akuntan Publik) dapat digambarkan sebagai
gota, serta aturan etika dan interpretasi aturan berikut:
etika yang wajib dipatuhi oleh masing-masing

Tanggung-jawab Profesi
Kepentingan Umum (Publik)
Integritas Prinsip Etika
Objektivitas
Kompetensi dan Keberhati-hatian
Profesional
Kerahasiaan Aturan Etika
Perilaku Profesional
Standar Teknis

Interdependensi Standar Umum Tanggung Jawab Tanggung Jawab Tanggung Jawab


Integritas Prinsip Akuntansi Kepada Klien Dan Kepada Rekan
Objektivitas Praktek Lain

Interpretasi
Aturan Etika

Tanya Dan Jawab

Gambar 1 Struktur Kerangka Kode Etik Kompartemen Akuntan Publik (Kode Etik Profesi
Akuntan Publik)

Berdasarkan gambar 1 struktur kerang- dan dapat dilaksanakan; komprehensif dan


ka kode etik kompartemen akuntan publik (ko- lengkap; dan positif dalam formulasinya. Selain
de etik profesi akuntan publik) di atas terlihat itu berdasarkan gambar 1 tersebut terlihat
bahwa sifat dan orientasi kode etik profesi bahwa isi kode etik profesi akuntan publik
akuntan publik singkat; sederhana, jelas dan diungkapkan sedemikian rupa secara sederha-
konsisten; masuk akal, dapat diterima, praktis na dan jelas sehingga publik dapat memahami

16
isi kode etik tersebut. Dengan adanya kode etik kan. Rekonstruksi ini tentunya dapat dilakukan
profesi akuntan publik yang mengatur tanggung mengingat di Indonesia tersedia cukup banyak
jawab kepada klien, terlihat bahwa kode etik kerangka filosofis moralitas untuk mengembang-
profesi akuntan publik cocok untuk kerja keras kan kode etik profesi akuntan publik. Kondisi
dan menunjukkan penerimaan profesi atas yang demikian mengindikasikan bahwa pe-
tanggung jawab serta kepercayaan masyarakat rumusan suatu kode etik tidaklah mustahil jika
yang telah memberikannya. Struktur kerangka harus memperhatikan kearifan lokal yang ada
kode etik kompartemen akuntan publik diatas dan telah berkembang. Pembuatan kode etik
tidak menunjukan suatu struktur kerangka kode profesi akuntan publik oleh profesi akuntan
etik yang kaku. Ketidak kakuan struktur kerangka publik Indonesia sendiri akan menyebabkan
kode etik profesi akuntan publik akan membe- profesi akuntan publik di Indonesia menetap-
rikan keuntungan pada kode etik profesi akun- kan hitam atas putih niatnya untuk mewujudkan
tan publik untuk dapat mengikuti perkembangan nilai-nilai moral yang dianggap profesi akuntan
jaman. publik hakiki (Bertens, 2007). Hanya kode etik
yang berisikan nilai-nilai dan cita-cita yang
KESIMPULAN diterima oleh profesi itu sendiri bisa mendarah-
daging dengannya dan menjadi tumpuan harap-
Berdasarkan pembahasan di bagian an untuk dilaksanakan juga dengan tekun dan
empat dari tulisan ini dapat dinyatakan bahwa konsekuen (Bertens 2007).
belum terdapat kesesuaian antara kode etik Tidak adanya pengawasan yang terus-
akuntan publik kompartemen akuntan publik menerus juga merupakan ketidak sesuaian
Ikatan Akuntan Indonesia yang berupa aturan antara kode etik akuntan publik kompartemen
etika Kompartemen Akuntan Publik dengan akuntan publik Ikatan Akuntan Indonesia yang
teori penyusunan kode etik. Ketidak sesuaian berupa aturan etika Kompartemen Akuntan
itu menyebabkan kode etik profesi akuntan Publik dengan teori penyusunan kode etik.
publik tersebut belum dapat berfungsi dengan Ketidak sesuaian ini menyebabkan kode etik
baik sesuai harapan profesi akuntan publik itu profesi akuntan publik belum dapat berfungsi
sendiri dan masyarakat. dengan baik sesuai harapan profesi akuntan
Ketidak sesuaian antara kode etik publik itu sendiri dan masyarakat. Dilaksana-
akuntan publik kompartemen akuntan publik kannya pembuatan kode etik profesi akuntan
Ikatan Akuntan Indonesia yang berupa aturan publik oleh profesi akuntan publik Indonesia
etika Kompartemen Akuntan Publik dengan sendiri sehingga menyebabkan profesi akuntan
teori penyusunan kode etik terutama disebab- publik di Indonesia menetapkan hitam atas
kan karena kode etik profesi akuntan publik di putih niatnya untuk mewujudkan nilai-nilai moral
Indonesia, isi dan substansinya hampir fully yang dianggap profesi akuntan publik hakiki
adopted dari kode etik yang dikembangkan (Bertens 2007), merupakan harapan untuk me-
oleh American Institute Of Certified Public nimbulkan pengawasan yang terus menerus
Accountan (AICPA). Dengan tidak mengabai- dari rekan se-profesi. Adanya ksediaan rekan
kan nilai positif dari kode etik profesi akuntan seprofesi untuk melakukan pengawasan terus
publik yang telah ada, langkah rekonstruksi menerus atas pelaksanaan kode etik profesi
ulang kode etik profesi akuntan publik, dengan akan menimbulkan self regulation, self regula-
cara membangun kode etik profesi yang mem- tion akan menjamin kode etik berfungsi dengan
perhatikan secara cermat konteks sosial dan baik sesuai dengan harapan profesi dan masya-
budaya masyarakat Indonesia sangat diperlu- rakat.

17
REFERENSI:

Baidaei, M.C. 2000. Penerapan kode etik Profesi. Makalah pada Kongres Luar Biasa dan KNA IV IAI. Jakarta, 5-
7 September.
Bartens, K. 2007. Etika. Jakart: PT Gramedia Pustaka Utama.
Basuki, Sulistyo. 2001. Makalah Untuk Rapat Kerja PB IPI, Jurusan Ilmu Pepustakaan Fakultas Sastra
Universitas Indonesia, Jakarta, 5-7 November.
Ikatan Akuntan Indonesia Kompartemen Akuntan Publik. 2001. Standar Profesional Akuntan Publik: Aturan
Etika Kompartemen Akuntan Publik, Salemba Empat, Per Januari.
Ludigdo, Unti. 2006. Strukturasi Praktik Etika di Kantor Akuntan Publik: Sebuah Studi Interpretif, Simposium
Nasional Akuntansi 9, Padang, 23-26 Agustus.
Media Akuntansi. 2003. DPN IAI Panggil Auditor PT Telkom. Penerbit PT. Intama Artha Indonusa, Jakarta.
Edisi 34/Juni-Juli; hal 6.
Media Akuntansi. 2002. Kartu Merah Buat 10 KAP Papan Atas. Penerbit PT. Intama Artha Indonusa, Jakarta.
Edisi 27/Juli Agustus; hal 5.

18

Anda mungkin juga menyukai