Anda di halaman 1dari 10

Menuju Paradigma Keamanan Komprehensif Berperspektif Keamanan Manusia dalam Kebijakan Keamanan Nasional

Indonesia

MENUJU PARADIGMA KEAMANAN KOMPREHENSIF BERPERSPEKTIF


KEAMANAN MANUSIA DALAM KEBIJAKAN KEAMANAN NASIONAL
INDONESIA
Oleh:
HERU SUSETYO
Fakultas Hukum Universitas INDONUSA Esa Unggul, Jakarta
Jl. Arjuna Utara Tol Tomang ebun Jeruk, Jakarta 11510
heru.susetyo@indonusa.ac.id

ABSTRACT
This paper discusses the problem of national security in Indonesia. In the aftermath of cold war,
the Indonesian security problem has been evolved and became more complicated. Embracing not
only security in its traditional meaning but also in non traditional meaning. However, the national
security policy, particularly Indonesian comprehensive security policy, remained in its old fashion
stand. Therefore, this paper offers an alternative paradigm in complementing Indonesian
comprehensive security policy by emphasizing the needs to adopt human security paradigm as
mentioned by UNDP in 1994.

Keywords: Human Security, National Security, Indonesian

Pendahuluan sepatutnya mereka dapatkan, (Booth dalam


Pascaperang dingin (cold war), konsep Anthony, 2004).
tentang keamanan (security) telah banyak menga- Pandangan yang beranggapan bahwa ruang
lami perkembangan. Mely Caballero-Anthony lingkup keamanan adalah lebih luas dari semata-
(2004) menyebutkan minimal ada tiga pandangan mata keamanan militer sering disebut sebagai para-
tentang keamanan. Pandangan pertama adalah yang digma keamanan non tradisional. Pihak lain menye
beranggapan bahwa ruang lingkup keamanan adalah butnya paradigma keamanan alternatif (alternatif
lebih luas daripada semata-mata keamanan militer security)
(military security). Pandangan kedua adalah me- Kondisi keamanan nasional Indonesia pada
nentang perluasan ruang lingkup daripada keama- masa perang kemerdekaan dan setelah perang dingin
nan dan lebih cenderung konsisten dengan status tentunya tidak stagnan. Karena kondisi sosial politik
quo. Pandangan ketiga tidak saja memperluas ca- terus berubah. Apalagi memasuki milenium baru ini
kupan bahwa keamanan adalah lebih luas dari Indonesia telah pula mengalami transisi demokrasi
semata-mata ancaman militer dan ancaman negara, yang dipacu antara lain oleh gerakan reformasi 1998.
namun juga berusaha untuk memperlancar proses Berakhirnya era kekuasaan mantan Presiden
pencapaian emansipasi manusia (human emanci- Soeharto dengan Orde Baru-nya menandai satu awa
pation). Emansipasi manusia bermakna: pembeba- lan transisi demokrasi. Kekuasaan otoriter ala
san manusia, baik sebagai individu maupun bagian Soeharto memiliki ciri kuatnya pengaruh dan ceng-
dari kelompok) dari keterbatasan fisik dan kema- kraman militer pada panggung politik dan kekua-
nusiaannya yang menghentikan upaya mereka untuk saan.
memperoleh kenikmatan dari hal-hal yang
Lex Jurnalica Vol. 6 No.1, Desember 2008 1
Menuju Paradigma Keamanan Komprehensif Berperspektif Keamanan Manusia dalam Kebijakan Keamanan Nasional
Indonesia

Robin Luckham (dalam Selochan, 2005) menye- Keamanan Non Tradisional dan Alternatif
butkan bahwa Orde Baru yang dilembagakan oleh Keamanan (security) adalah bentuk khusus
Soeharto adalah dibangun di atas kontrol militer dari politik. Semua masalah keamanan adalah masa-
terhadap negara, pembangunan ala kapitalis yang lah politik. Namun tidak semua konflik politik
bertumpu pada bantuan luar negeri dan bisnis adalah masalah keamanan. Keamanan menjadi isu
minyak, dan pembakuan posisi anti komunis dengan utama sengketa politik ketika aktor politik tertentu
ikatan kerjasama militer dan keamanan dengan mengancam atau menggunakan kekuatan untuk
Amerika Serikat. Pada saat tersebut posisi Indonesia mendapatkan apa yang mereka inginkan dari pihak
telah bergeser dari negara non blok (non-alignment) lain (Kolodziej, 2005).
menuju kemitraan efektif dengan negara barat Cakupan dari masalah politik adalah seluas
dalam era perang dingin (cold war). dan bersamaan dengan sejarah interaksi manusia
Luckham (2005) mensinyalir, pada era dalam dimensi ruang dan waktu ketika kekuatan
tersebut, tatanan politik di Indonesia dipelihara atau daya paksa digunakan. Seperti halnya politik,
melalui kerangka negara yang termiliterisasi secara keamanan adalah fenomena yang diciptakan oleh
kuat. Rezim yang berkuasa mengkondisikan agar kehendak ataupun tindakan manusia (Kolodziej,
kekuatan sosial yang lain berada dalam kondisi 2005).
termarjinalkan dan terbatas ruang geraknya. Doktrin Dalam konsepsi klasik, keamanan lebih
Dwi Fungsi ABRI memperkukuh posisi tersebut diartikan sebagai usaha untuk menjaga keutuhan
dengan memposisikan ABRI sebagai kekuatan teritorial negara dari ancaman yang muncul dari luar.
Hankam dan kekuatan Sospol, yang memiliki peran Konflik antar negara khususnya dalam upaya mem-
dalam pembangunan nasional. Sehingga, pemba- perluas imperium daerah jajahan membawa definisi
ngunan nasional dalam pandangan doktrin militer security hanya ditujukan kepada bagaimana negara
ketika itu tak lepas dari kerangka keamanan yang memperkuat diri dalam upaya menghadapi ancaman
berhubungan secara khusus dengan doktrin anti militer. Dalam pendekatan tradisional, negara (state)
komunis dan pembasmian pemberontakan (counter menjadi subyek dan obyek dari upaya mengejar
insurgency). kepentingan keamanan. Pandangan kelompok ini
Kini, setelah enam puluh dua tahun menilai bahwa semua fenomena politik dan hubu-
Indonesia merdeka, dengan pergantian kepemim- ngan internasional adalah fenomena tentang negara.
pinan nasional berulangkali dan perubahan sosial Dalam alam pemikiran tradisional ini negara
politik yang drastis melalui transisi demokrasi menjadi inti dalam upaya menjaga keamanan negara
pascareformasi 1998, masih relevankah paradigma (Al Araf & Aliabbas, 2007).
keamanan Indonesia yang memandang keamanan Perkembangan isu-isu strategis seperti glo-
semata-mata dari ancaman kemiliteran belaka (mili- balisasi, demokratisasi, penegakan HAM dan feno-
tary threat), atau sudah saatnya bergeser menuju mena terorisme telah memperluas cara pandang da-
paradigma keamanan alternatif berperspektif kea- lam melihat kompleksitas ancaman yang ada dan
manan manusia (human security)?
2 Lex Jurnalica Vol. 6 No.1, Desember 2008
Menuju Paradigma Keamanan Komprehensif Berperspektif Keamanan Manusia dalam Kebijakan Keamanan Nasional
Indonesia

mempengaruhi perkembangan konsepsi keamanan. membuat individu maupun kelompok mendapatkan


Ancaman tidak lagi hanya berupa ancaman militer keamanannya (Collins, 2005).
tetapi juga meliputi ancaman politik, ancaman sosial, Sama halnya dengan negara. Negara yang
ancaman ekonomi, maupun ancaman ekologis. memberikan kesejahteraan ekonomi dan keadilan
Permasalahan dan ancaman tersebut kemudian sosial bagi warganya dapat menciptakan masyarakat
digolongkan menjadi bagian dari isu-isu keamanan keamanan tersendiri, sekaligus mengeliminasi ke-
non tradisional. Dalam pendekatan non tradisional, kuatan bersenjata sebagai sarana pemecahan masa-
konsepsi keamanan lebih ditekankan kepada kepen- lah keamanan. Maka, bagi Critical Security Studies,
tingan keamanan pelaku-pelaku bukan negara (non - keamanan hadir ketika masyarakat terbebaskan dari
state actors). Konsepsi ini menilai bahwa keamanan kemiskinan (bebas berkeinginan/ freedom from
tidak bisa hanya diletakkan dalam perspektif kedau- want) dan bebas dari ketakutan (freedom from fear).
latan nasional dan kekuatan militer. Konsepsi kea- Bukan dengan cara memantapkan stabilitas melalui
manan juga ditujukan kepada upaya menjamin daya paksa dan tata keamanan tertentu yang cende-
keamanan warga negara/ keamanan manusianya (Al rung membatasi kebebasan masyarakat (Collins,
Araf & Aliabbas, 2007). 2005).
Pemikiran yang kurang lebih sama dikem- Satu pendekatan lain yang hampir serupa
bangkan oleh pendekatan critical securiy studies dengan keamanan non tradisional dan merupakan
(studi keamanan kritis). Pendekatan ini menolak antitesis dari keamanan tradisional adalah keamanan
asumsi bahwa keamanan dicapai melalui akumulasi alternatif (alternative security). Pendekatan ini men-
kekuatan. Sebaliknya, ia beranggapan bahwa ponda- jadi rumah bagi tiga pandangan keamanan non tradi-
si dari keamananan adalah keadilan sosial dan sional yaitu konstruktivisme (constructivism), seku-
kesejahteraan ekonomi (Collins, 2005). ritisasi (securitization) dan keamanan manusia (hu-
Meminjam pendapat Booth, Collins berar- man security).
gumen bahwa keamanan tercipta ketika terjadi Constructivism, securitization dan human
pembebasan manusia dari keterbatasan-keterbata- security telah cukup lama menjadi perhatian dalam
sannya. Keterbatasan tersebut dapat bersifat struktu- debat akademik tentang keamanan internasional.
ral yang dipengaruhi oleh sistem internasional, mau- Human security sedikit lebih maju dalam hal ini
pun keterbatasan yang diciptakan oleh elit-elit poli- karena telah diadopsi dan menjadi identitas resmi
tik. Pembatasan struktural termasuk misalnya dalam dalam kebijakan luar negeri di tiga negara maju,
sistem perdagangan internasional yang cenderung yaitu Kanada, Norwegia, dan Jepang (Tow dalam
memihak negara maju. Keterbatasan yang dicip- Tan & Boutin, 2001).
takan elit politik misalnya adalah diskriminasi ter- Pendukung pendekatan constructivism me-
hadap kelompok minoritas. Oleh karena itu, pen- nolak gagasan bahwa kapabilitas materiil seperti ke-
capaian kesejahteraan ekonomi dan keadilan sosial, kuatan (power) dan sumber daya (resources) adalah
melalui penyediaan pendidikan, pengurangan ke- komponen utama dalam menentukan perang dan
miskinan, kebebasan dari tekanan politik, akan damai. Sebaliknya, mereka beranggapan bahwa
Lex Jurnalica Vol. 6 No.1, Desember 2008 3
Menuju Paradigma Keamanan Komprehensif Berperspektif Keamanan Manusia dalam Kebijakan Keamanan Nasional
Indonesia

kekuatan dari perubahan-perubahan sosial lebih perang dingin seharusnya mengubah juga paradigma
mempengaruhi politik keamanan internasional kon- keamanan dari keamanan nuklir menuju keamanan
temporer. Institusi-institusi keamanan berkembang manusia.
dan merupakan ekspresi dari praktek-praktek dan Badan PBB ini berpendapat bahwa konflik
pengetahuan sosial budaya, daripada sekedar respon yang terjadi saat ini lebih banyak di dalam negara
terhadap anarkisme regional dan internasional (Tow (within nations) daripada antar negara (international
dalam Tan & Boutin, 2001). conflicts). Bagi banyak orang, perasaan tidak aman
Berbeda dengan constructivism, pendeka- lahir lebih banyak dari kehidupan sehari-hari dari
tan securitization menaruh perhatian pada konsep pada akibat peristiwa dunia tertentu. Misalnya, apa-
masyarakat keamanan (societal security) daripada kah mereka memiliki cukup makan? tak akan kehi-
keamanan yang berasal dari kedaulatan negara langan pekerjaan? Aman berjalan di jalan umum?
(state sovereignty). Gagasan utama dari pendekatan Akankah mereka menjadi korban karena status
ini adalah menolak dominasi pihak tertentu (apakah gender-nya? Akankah asal usul agama atau etnis
negara atau masyarakat) dalam menafsirkan dan mereka akan menyebabkan mereka menjadi korban
menetapkan keamanan. Keamanan dipandang seba- penyiksaan? Pada analis finalnya, human security
gai dikonstruksikan secara sosial (socially cons- adalah identik dengan anak-anak yang tidak mati,
tructed) oleh elit tertentu. Keamanan menjadi suatu penyakit yang tidak menyebar, pekerjaan yang tidak
praktek `self referential`. Suatu isu menjadi isu kea- dihentikan, konflik etnis yang tidak berujung pada
manan tidak semata-mata karena eksistensi anca- kekerasan. Human security tidak berurusan dengan
man keamanan yang nyata-nyata terjadi melainkan senjata. Lebih berurusan pada kehidupan manusia
karena isu tersebut dipersepsikan sebagai ancaman dan martabatnya (UNDP, 1994).
(Tow in Tan & Boutin, 2001). Laporan UNDP 1994 menekankan pemak-
naan human security sebagai sesuatu yang universal.
Human Security dan Comprehensive Security Relevan dengan semua manusia dimanapun. Karena
Salah satu paradigma keamanan alternatif ancaman keamanan dalam human security bersifat
yang juga bersifat non tradisional adalah human se- umum. Dimanapun terjadi tak memandang tapal
curity (keamanan manusia). Paradigma ini sering- batas negara. Human security memusatkan perhatian
kali diposisikan berpasangan dan senafas dengan pada manusia (people-centered) dan bukan negara
comprehensive security, sebagai pendekatan yang (state-centered), dengan memaknai keamanan pada
memandang keamanan tidak semata-mata dari pers- tujuh wilayah yaitu: keamanan ekonomi (economic
pektif kemiliteran namun juga non militer. security), makanan (food security), kesehatan
Konsep human security muncul antara lain (health security), lingkungan (environmental securi-
melalui laporan badan PBB UNDP (United Nations ty), pribadi/ individu (personal security), komunitas
Development Program) pada tahun 1994. Pemiki- (community security) dan politik (political security).
ran utama dari konsep ini adalah bahwa berakhirnya Konsep ini juga mengidentifikasi enam ancaman
terhadap human security yaitu: pertumbuhan pendu-
4 Lex Jurnalica Vol. 6 No.1, Desember 2008
Menuju Paradigma Keamanan Komprehensif Berperspektif Keamanan Manusia dalam Kebijakan Keamanan Nasional
Indonesia

duk yang tak terkendali, disparitas peluang-peluang terjadi karena alam maupun karena peran manusia
ekonomi, tekanan migrasi penduduk, degradasi ling- yang mengorbankan nyawa manusia, dan menghan-
kungan, perdagangan narkotika, dan terorisme curkan properti milik rakyat maupun negara.
internasional (Smith, 2002).
Konsep Comprehensive Security, di sisi Konsepsi Keamanan Indonesia
lain, adalah konsep keamanan yang paling banyak Dalam melacak konsepsi keamanan nasio-
digunakan di Asia Pasifik. Konsepsi ini pertama nal Indonesia, paling tidak dapat dilakukan dengan
kali diperkenalkan oleh Jepang pada tahun 1970-an. mengetahui doktrin dan perundang-undangan yang
Premis utama dari dari comprehensive security menjadi landasan. Doktrin utama dari keamanan na-
adalah bahwa keamanan harus dimaknai dalam sional adalah ketahanan nasional (national resi-
pengertian yang holistik (holistic way), mencakup lience).
baik ancaman militer maupun ancaman non militer. Ketahanan Nasional adalah suatu kondisi
Tafsir Jepang terhadap comprehensive security dinamis suatu bangsa yang terdiri atas ketangguhan
adalah bahwa kekuatan militer saja tak cukup untuk serta keuletan dan kemampuan untuk mengem-
menjamin keamanan nasional. Maka, Jepang mene- bangkan kekuatan nasional dalam menghadapi
kankan pula pada perluasan kebijakan non militer segala macam dan bentuk ancaman, tantangan, ham-
seperti pendayagunaan sumber daya politik, eko- batan dan gangguan baik yang datang dari dalam
nomi, dan diplomatik. Salah satu wujud comprehen- maupun luar, secara langsung maupun yang tidak
sive security ini adalah ketika pada tahun 1986 langsung yang mengancam dan membahayakan
pemerintah PM Yasuhiro Nakasone membentuk De- integritas, identitas, kelangsungan hidup bangsa dan
wan Keamanan Nasional. Dewan ini ditugaskan un- negara serta perjuangan dalam mewujudkan tujuan
tuk menjamin kesiapsiagaan militer namun pada perjuangan nasional.
saat bersamaan juga berurusan dengan penanggula- Doktrin ketahanan nasional mencakup
ngan situasi darurat non militer seperti bencana organisasi dan implementasi dari suatu keseim-
alam (Capie & Evans, 2002). bangan antara keamanan dan kesejahteraan dalam
Kebijakan yang hampir sama terdapat di kehidupan bangsa, yang secara holistik meliputi
Thailand. Pada section (4) dari Thailand Civil semua aspek yang berlandaskan filosofi bangsa,
Defence Act tahun 1979, pengertian civil defence ideologi negara, konstitusi dan identitas nasional
(pertahanan sipil) adalah operasi yang dilaksanakan melalui metode ASTAGATRA.
oleh otoritas pertahanan sipil dalam rangka melin- Astagatra terdiri dari delapan aspek yang
dungi ataupun memberikan bantuan dalam terja- terbagi atas Pancagatra (lima aspek sosial) dan Tri-
dinya bencana publik, ancaman udara ataupun sabo- gatra (tiga aspek alamiah). Pancagatra adalah inte-
tase, baik sebelum, selama, dan sesudah terjadinya grasi dari faktor-faktor dinamis : (1) ideologi (2) po-
bencana, termasuk evakuasi manusia dan fasilitas litik (3) ekonomi (4) sosial budaya dan (5) pertaha-
pemerintahan. Bencana publik adalah bencana yang nan dan keamanan. Trigatra berfokus pada relasi
datang dari api, badai, maupun banjir baik yang
Lex Jurnalica Vol. 6 No.1, Desember 2008 5
Menuju Paradigma Keamanan Komprehensif Berperspektif Keamanan Manusia dalam Kebijakan Keamanan Nasional
Indonesia

antara tiga aspek alamiah Indonesia yaitu: (1) ke- tenteraman, yang mengandung kemampuan mem-
istimewaan geografis Indonesia; (2) sumber daya bina serta mengembangkan potensi dan kekuatan
alam; (3) potensi dan kemampuan rakyat masyarakat dalam menangkal, mencegah, dan me-
Doktrin ketahanan nasional lebih meman- nanggulangi segala bentuk pelanggaran hukum dan
dang ke dalam (inward-looking), atau tertuju pada bentuk-bentuk gangguan lainnya yang dapat mere-
bangsa Indonesia sendiri. Tujuan utamanya adalah sahkan masyarakat.
pencapaian identitas dan karakter nasional melalui
ketahanan pribadi. Hal ini tidak berarti bahwa Undang-Undang No. 3 tahun 2002 tentang Perta-

bangsa Indonesia menerapkan nasionalisme yang hanan Negara

sempit atau mengisolasi diri dari pergaulan interna- Pasal 1 ayat (1)

sional. Karakteristik memandang ke dalam (in- Pertahanan negara adalah segala usaha untuk

ward-looking) berjalan searah dengan pemeliharaan mempertahankan kedaulatan negara, keutuhan wila-

hubungan internasional (Anwar, 2000). yah NKRI dan keselamatan segenap bangsa dari

Mantan presiden Soeharto menyebutkan ancaman dan gangguan terhadap keutuhan bangsa

bahwa ketahanan nasional adalah satu-satunya ja- dan negara.

waban terhadap tantangan konflik di dunia saat ini, Menurut Undang-Undang Pertahanan Ne-

karena ketahanan nasional meliputi : (1) ketahanan gara, sistem pertahanan negara adalah sistem per-

ideologis; (2) ketahanan ekonomi; (3) ketahanan so- tahanan yang bersifat semesta yang melibatkan

sial; dan (4) ketahanan militer. seluruh warga negara, wilayah, dan sumber daya

Dari sisi perundang-undangan, konsepsi nasional lainnya, serta dipersiapkan secara dini oleh

keamanan Indonesia dapat dilihat sebagai berikut : pemerintah dan diselenggarakan secara total, ter-

Undang-Undang No. 2/ 2002 tentang Kepolisian padu, terarah, dan berlanjut untuk menegakkan ke-

Negara RI daulatan negara, keutuhan wilayah, dan keselamatan

Pasal 1 ayat (1) segenap bangsa dari segala ancaman.

Keamanan dalam negeri adalah suatu keadaan yang Menurut Edy Prasetyono (dalam M.Riefqi

ditandai dengan terjaminnya Kamtibmas, tegaknya Muna, 2002), Undang-Undang No. 3/ 2002 meng-

hukum, serta terselenggaranya perlindungan, peng- identifikasi bahwa sumber ancaman terhadap

ayoman, dan pelayanan kepada masyarakarat. Indonesia dengan posisi geografis yang terbuka ber-
sifat kompleks, tidak hanya dalam bidang militer,
Menurut Undang-Undang Kepolisian Ne- melainkan juga dalam bidang non militer, baik dari
gara, keamanan dan ketertiban masyarakat adalah dalam maupun dari luar. Yang paling signifikan
suatu kondisi dinamis masyarakat sebagai salah satu adalah bahwa batas antara sumber ancaman yang
prasyarat terselenggaranya proses pembangunan berasal dari dalam dan dari luar menjadi semakin
nasional dalam rangka tercapainya tujuan nasional kabur karena keterkaitan internasional, penyebaran
yang ditandai oleh terjaminnya keamanan, keter- nilai-nilai demokrasi, kemajuan dan penyebaran
tiban, dan tegaknya hukum, serta terbinanya ke- teknologi informasi dan sebagainya. Masalah eko-
6 Lex Jurnalica Vol. 6 No.1, Desember 2008
Menuju Paradigma Keamanan Komprehensif Berperspektif Keamanan Manusia dalam Kebijakan Keamanan Nasional
Indonesia

nomi, lingkungan hidup, konflik sosial dan budaya, poverty). Saat ini, lebih dari satu milyar penduduk
kejahatan internasional (transnacional crimes) dan bumi (dari total enam milyar) hidup hanya dengan
terorisme internasional tidak dapat dibendung se- pendapatan setara satu dollar per hari.
mata-mata dengan menggunakan kekuatan militer. Penelitian dari Peace Research Institute
Karena itu kebijakan pertahanan negara harus ber- (PRIO) Oslo dan Uppsala Conflict Data Program
sifat komprehensif. (2002) menyebutkan bahwa perang sipil (civil wars)
Undang-Undang No. 34 tahun 2004 tentang TNI ataupun konflik internal (internal conflict) di suatu
Pasal 1 ayat (5) negara menyebabkan kematian lebih banyak dari-
Pertahanan negara adalah segala usaha untuk mene- pada konflik bersenjata antara negara (armed forces)
gakkan kedaulatan negara, mempertahankan keutu- dengan pemberontak ataupun gerakan separatis.
han wilayah NKRI dan melindungi keselamatan se- Berbanding 1000 kematian per tahun untuk perang
genap bangsa dari ancaman dan gangguan terhadap sipil dengan 25 kematian per tahun untuk konflik
keutuhan bangsa dan negara disusun dengan mem- vertikal antara negara dengan pemberontak ataupun
pertahankan kondisi geografis Indonesia sebagai ne- gerakan separatis. Di antara sebab tidak langsung
gara kepulauan. terjadinya perang sipil adalah kemiskinan, kelaparan,
ketimpangan distribusi pendapatan, maupun pemin-
Menurut Undang-Undang TNI, tugas po- dahan paksa (forced displacement)
kok TNI adalah menegakkan kedaulatan negara, Toms dan Ron (2007) menyebutkan bahwa
mempertahankan keutuhan wilayah Negara Kesa- kemiskinan nasional berpengaruh sebagai sebab
tuan Republik Indonesia yang berdasarkan Panca- terjadinya konflik. Data statistik menyebutkan
sila dan Undang-Undang Dasar Negara Republik konflik berpotensi lahir di negara dengan Gross
Indonesia Tahun 1945, serta melindungi segenap Domestic Bruto (GDP) per kapita rendah. Logika
bangsa dan seluruh tumpah darah Indonesia dari dari asumsi ini adalah bahwa negara miskin kurang
ancaman dan gangguan terhadap keutuhan bangsa memiliki angkatan bersenjata yang efisien dan taat
dan negara. hukum. Angkatan bersenjata-nya malah seringkali
memerangi gerakan oposisi. Negara miskin juga
Problem Keamanan Kontemporer di Indo- cenderung lemah dalam pelayanan sosial namun
nesia sebaliknya memiliki tingkat korupsi yang tinggi.

Masalah keamanan dan ketidakamanan Menyebabkan lahirnya diskriminasi dan ketidak-

tidak identik dengan ancaman fisik ataupun kemi- setaraan (inequality) antar rakyat.

literan belaka. Paul Hoffman (2004) menyebutkan Kemiskinan dan kelaparan memang bukan

bahwa bagi ratusan juta penduduk dunia saat ini, penyebab utama terjadinya konflik. Sedikit sekali

salah satu sebab timbulnya ketidakamanan (inse- penelitian ilmiah yang membuktikan korelasi antara

curity) hidup mereka adalah bukan semata-mata keduanya. Namun, bahwa kemiskinan dan kelaparan

terorisme, namun kemiskinan berlebihan (extreme adalah sebab tidak langsung terjadinya konflik, tak
diragukan lagi. Penelitian PRIO Oslo dan Uppsala
Lex Jurnalica Vol. 6 No.1, Desember 2008 7
Menuju Paradigma Keamanan Komprehensif Berperspektif Keamanan Manusia dalam Kebijakan Keamanan Nasional
Indonesia

(2002) menghadirkan relasi yang jelas antara ke- ketika mati.


makmuran nasional dengan perdamaian. Hanya satu Padahal kelaparan dan kemiskinan adalah
dari tiga puluh negara terkaya di dunia yang meng- peristiwa yang sangat serius. Persatuan Bang-
alami konflik. Sebaliknya, pada saat yang sama sa-Bangsa (PBB) dalam Millenium Development
tujuh belas dari tiga puluh satu negara termiskin Goals (MDGs) nya yang diluncurkan pada tahun
mengalami konflik. 2000 menetapkan sasaran pertama dari delapan
Asumsi ini dapat membantu menjelaskan sasaran MDGs adalah mengurangi kemiskinan dan
sebab terjadinya konflik di Indonesia. Sebagian be- kelaparan yang berlebihan (eradicate extreme
sar konflik yang terjadi sepuluh tahun terakhir poverty and hunger).
(1998 2008) di Indonesia adalah bukan konflik Prestasi Human Development Index (HDI)
bersenjata antara negara (TNI/ POLRI) dengan ge- Indonesia di tahun 2007 juga tak terlalu menggem-
rakan separatis, namun lebih bersifat konflik inter- birakan. Dalam Indeks Pembangunan Manusia yang
nal ataupun perang sipil antar pihak dalam masya- dikeluarkan UNDP (2008) dengan indikator antara
rakat. Seperti yang terjadi di Poso-Sulteng, Maluku, lain di bidang pendidikan, kesehatan, dan ekonomi
Sambas-Kalbar, Sampit-Kalteng, dan Sanggau tersebut, Indonesia menempati ranking ke 107.
Ledo-Kalbar dalam kurun waktu 1998 2003. Di dengan indeks 0.728. Masih di bawah Malaysia
antara penyebab konflik sipil di tempat-tempat (yang tergolong ber HDI tinggi), Thailand,
tersebut adalah tidak semata-mata perseteruan etnis Philippina, dan Vietnam. Bahkan Palestina (Occu-
ataupun agama belaka. Namun bercampur dengan pied Palestinian Territory) masih sedikit lebih baik
kepentingan politik, kemiskinan dan rendahnya pen- dari Indonesia. Di Asia Tenggara, Indonesia hanya
didikan, serta ketidakpuasan dalam hal distribusi lebih unggul dari Laos, Myanmar, Cambodia, dan
pendapatan. Frances Stewart (in Dewi Fortuna Timor Leste.
Anwar,et.al., 2005 : 183) menyebutkan : although
every situation is unique, there are some Menuju Keamanan Komprehensif Berpers-
predisposing cultural, political and economic pektif Keamanan Manusia
condition that are conducive to conflict. Sejatinya, doktrin ketahanan nasional di
Kemiskinan dan kelaparan adalah problem Indonesia dengan metode ASTAGATRA-nya dan
yang amat serius di Indonesia. Di awal tahun 2008 UU No. 3 tahun 2002 tentang Pertahanan Negara
ini ada anak SD yang bunuh diri karena kelaparan di sudah mendekati paradigma keamanan alternatif
Magetan. Ibu hamil tua dan anak ketiganya tewas dengan bentuk keamanan komprehensif (compre-
karena kurang gizi di Makassar. Lima warga NTT hensive security). Dewi Fortuna Anwar (ISEAS,
meninggal karena busung lapar. Tiga peristiwa di 2000) menyebutkan : this concept is very similar
bulan Februari-Maret 2008 ini mungkin bukan to the doctrine of comprehensive security in its
tergolong peristiwa luar biasa di Indonesia. Banyak multidimensional approach to security. Security is
orang kelaparan di negeri ini, kendati tidak banyak not merely seen in military terms, but encompass a
yang kemudian mati. Ataupun tak terberitakan
8 Lex Jurnalica Vol. 6 No.1, Desember 2008
Menuju Paradigma Keamanan Komprehensif Berperspektif Keamanan Manusia dalam Kebijakan Keamanan Nasional
Indonesia

much wider spectrum, including economic, political, tahun 1960-an. Tidak lama setelah berkuasanya
and social aspects pemerintahan Orde Baru.
Kendati demikian, dalam pengejawan- Robert Cribb (dalam Dewi Fortuna Anwar,
tahan di lapangan, paradigma komprehensif dalam et.al., 2005) menyebutkan : New order had been
ketahanan nasional ini nyatanya tidak terlalu terlihat. founded in a welter of anti-communist violence and
Tetap saja dominasi pendekatan kemiliteran lebih that the New Order was characteristically harsh in
terasa. Mutthiah Alagappa (1988) menyebutkan its treatment of dissent and brutal in its response to
bahwa : National resilience doctrine in Indonesia rebellion.
represented, among other things, its military domi- Terkait dengan peran militer di masa Orde
nated regime`s quest for legitimacy and survival Baru, Riwanto Tirtosudarmo (dalam Dewi Fortuna
in the face of domestic competition for political Anwar, et.al, 2005) menyebutkan :
power, (Alagappa, 1988). During the New Order, economic development thus
Dalam nada yang hampir sama, Mely joined harmony and national integration as the
Caballero-Anthony (2004) menyebutkan bahwa : favourite buzzwords used by military elites. While
At least three states in the region the latter perceived their mission as facing the
Indonesia, Malaysia, and Singapore- have develop- `perceived threats` to national unity and integra-
ped their own versions of comprehensive security, tionmeanwhile, the military successfully enshrined
Indonesia`s for example, has been expressed in the the `dual function of the military (dwi fungsi ABRI)
idea of Ketahanan Nasional (national resilience), that legitimized their involvelment in social and
which also became its security doctrine starting political affairs.
from the Suharto era in the mid- 1960s. Ketahanan Justifikasi dari pendekatan keamanan kom-
Nasional was presented as a comprehensive view of prehensif yang condong aspek kemiliteran ini terli-
security to include political, economic, socio- cul- hat juga pada pengertian keamanan pada Un-
tural, and military aspects covering both the dang-Undang Pertahanan Negara tahun 2002 dan
domestic and the international environments. In- Undang-Undang TNI Tahun 2004. Kedua Un-
ward-looking in orientation, the concept placed dang-Undang tersebut memandang keamanan nasio-
emphasis on the survival of the regime, which at nal dari sisi kedaulatan negara dan keutuhan wilayah
that time proved vulnerable to domestic problems secara geografis dari segala ancaman dan gangguan.
stemming from such threats as communism and Perkembangan sosial politik dan pertaha-
economic recession. nan keamanan kontemporer menghendaki pengem-
bangan paradigma keamanan nasional yang tak ber-
Deviasi ini dapat dipahami dari kenyataan pusat pada keamanan militer dan teritorial saja.
bahwa doktrin Ketahanan Nasional memang dikem- Ancaman yang menganggu stabilitas dan integrasi
bangkan oleh militer Indonesia sebagai suatu dok- nasional kini lebih banyak berasal dari dalam negeri
trin keamanan holistik sebagai respon terhadap dengan sebab-sebab yang tak melulu kemiliteran.
konflik politik dan keamanan dalam negeri di akhir Maka, perlu memperluas paradigma keamanan
Lex Jurnalica Vol. 6 No.1, Desember 2008 9
Menuju Paradigma Keamanan Komprehensif Berperspektif Keamanan Manusia dalam Kebijakan Keamanan Nasional
Indonesia

nasional dari keamanan komprehensif (comprehen- Acharya, Amitav & Steve Smith, The Concept of
sive security) ala ketahanan nasional yang bertumpu Security Before and After September 11,
pada keamanan militer (military security) menuju Institute of Defence and Strategic Studies,
keamanan komprehensif yang bertumpu pada kea- Singapore, 2002.
manan manusia (human security). Asian Perspective, Vol. 28 No. 3, 2004.
Keamanan manusia (human security) Collins, Alan, The Security Dilemmas of Southeast
menjadi pilihan karena konsep ini secara kompre- Asia, Institute of Southeast Asian Studies,
hensif mampu menjembatani kepentingan keama- Singapore, 2000.
nan antara kepentingan keamanan militer dengan Collins, Alan, Security and Southeast Asia.
keamanan ekonomi, pangan, energi, pribadi, politik, Domestic, Regional, and Global Issues,
komunitas, dan keamanan lingkungan. Norwegia, Viva Books Private Limited, New Delhi,
Canada dan Jepang, Norwegia, adalah di antara 2005.
negara yang telah menerapkan human security Da Cunha, Derek, Southeast Asian Perspectives on
dalam kebijakan keamanannya. Dan ketiga negara Security, Institute of Southeast Asian
tersebut terbukti memiliki keamanan nasional yang Studies, Singapore, 2000.
relatif solid dan skor Human Development Index Human Rights Quarterly 29, John Hopkins
(HDI) yang sangat tinggi, masing-masing di urutan University, 2007.
2, 4, dan 8 pada tahun 2007 (UNDP, 2008). International Security, Vol. 26 No. Fall 2001.
Muna, M. Riefqi, Likuidasi Komando Teritorial
Daftar Pustaka dan Pertahanan Nasional, The Ridep

Al Araf & Anton Ali Abbas, et.al, TNI-POLRI di Institute, Jakarta, 2005.

Masa Perubahan Politik, Program Magister Tan, Andrew & J.D, Kenneth Boutin, Non-

Studi Pertahanan Institut Teknologi Traditional Security Issues in Southeast

Bandung, 2008. Asia, Select Publishing for Institute of

Acharya, Amitav, Human Security : East versus Defence and Strategic Studies, Singapore,

West?, Working Paper, Institute of Defen- 2001.

ce and Strategic Studies, Singapore, 2001. Uberoy, Virinder, Threat Perception for National

Anwar, Dewi Fortuna, et.al, Violent Internal Security, UBSPD, New Delhi, 2004.

Conflicts in Asia Pacific. Histories, Politi- United Nations Development Program, Human

cal Economies and Policies, Yayasan Obor Development Report 2007, www.undp.org,

Indonesia, Jakarta, 2005. diakses tanggal 20 April 2007.

10 Lex Jurnalica Vol. 6 No.1, Desember 2008

Anda mungkin juga menyukai