Anda di halaman 1dari 6

CosmoGov: Jurnal Ilmu Pemerintahan ISSN 2442-5958

E-ISSN 2540-8674
Vol.05, No.01, April 2019
Doi: 10.24198/cosmogov.v2i2.xxxxx

SENGKARUT KEPENTINGAN AKTOR KEAMANAN


(TINJAUAN ATAS DINAMIKA PERUMUSAN UU
KEAMANAN NASIONAL)
Nanang Suryana
Magister Pascasarjana Ilmu Politik, FISIP, Universitas Padjadjaran

Email:nanangsuryana09@gmail.com

ABSTRAK
Dinamika perumusan UU Kamnas dipengaruhi oleh banyak faktor. Salah satu
faktor yang dominan adalah sengkarut kepentingan antar aktor keamanan, secara
lebih spesifik, soal kewenangan pada masing-masing institusi. Selain berdimensi
profesionalitas pembagian kewenangan, dinamika yang berkembang dipengaruhi
juga oleh politik ingatan. Keberadaan Dewan Keamanan Nasional (DKN)
dikhawatirkan akan mereplikasi keberadaan Komando Pemulihan Keamanan dan
1
Ketertiban (Kopkamtib) atau Badan Koordinasi Bantuan Pemantapan Stabilitas
Nasional (Bakorstanas) era orde baru. Dinamika perumusan UU Kamnas secara
faktual memperlihatkan dengan nyata, isu keamanan nasional dewasa ini juga
melibatkan banyak aktor di luar negara (non-state actors). Dalam konteks
perumusan kebijakan, UU Kamnas harus dirumuskan dalam kerangka democratif
governance dengan berpangkal pada: control publik dan kesetraan sebagai aktor
kebijakan.

Kata Kunci: UU keamanan nasional; aktor keamanan; democratic governance.

ABSTRACT
The dynamics of formulation National Security Law is influenced by many factors.
One dominant factor is the conflict of interests between security actors, more
specifically, about the authority of each institution. In addition to the dimensions of
professionalism in the division of authority, the dynamics that develop are also
influenced by memory politics. The existence of the National Security Council
(DKN) is feared to replicate the existence of the Command for the Restoration of
Security and Order (Kopkamtib) or National Stability Stabilization Assistance
Agency (Bakorstanas) at new order area. The dynamics of formulation the National
Security Law factually shows clearly, the issue of national security today also
involves many actors outside the country (non-state actors). In the context of policy
formulation, the National Security Law must be formulated in the framework of
democratizing governance by starting with: public control and equality as a policy
actor.

Keywords: national security act; security actor; democratic governance.

1
CosmoGov: Jurnal Ilmu Pemerintahan ISSN 2442-5958
E-ISSN 2540-8674
Vol.05, No.01, April 2019
Doi: 10.24198/cosmogov.v2i2.xxxxx

PENDAHULUAN Gagasan penyusunan


Kebijakan lahir guna rancangan UU Kamnas dilatari oleh
merespon kebutuhan. Sebagai keinsyafan banyak pihak tentang
produsen kebijakan, perspektif negara perkembangan pola ancaman yang
dalam memandang permasalahan, berdampak pada keharusan untuk
akan sangat menentukan kebijakan merubah paradigma kemananan
mana yang akan didahulukan untuk nasional yang selama ini dianut.
dilahirkan. Dalam perspektif ini, Perubahan lingungan strategis yang
kebijakan dapat dilihat sebagai titik terus berkembang, berdampak pada
silang pertemuan antara respon atas pergeseran paradigma kemananan.
kebutuhan penyelesaian persoalan, Potensi ancaman yang
dan pengakomodiran kepentingan multidimensional, menghendaki
kekuasaan. respon positif secara politik hukum
dari negara. Dalam kerangka tersebut,
Sebagaimana yang dipahami perdebatan tentang Undang-Undang
secara luas, sebuah kebijakan tidak Keamanan Nasional mengemuka.
lahir dari ruang kosong. Kebijakan
adalah abstraksi dari lalu lintas antar Rumusan Masalah
kepentingan, yang seringkali
bersembunyi di banyak dalil-dalil Berdasar latar belakang di atas,
publik. Seolah menjadi jawaban atas tulisan ini berupaya untuk melihat
kebutuhan umum, sebuah isu dinamika perumusan kebijakan UU
berkembang menjadi menu utama di Kamnas, dalam perspektif
atas meja perumusan dengan tawaran kepentingan aktor keamanan. Secara
menu-menu lain yang banyak sistematis, tulisan ini akan
berisisan. mengelobarasi perdebatan yang
berkembang, dan mencoba untuk
Di antara banyak isu yang mencari simpul pertemuan antar isu.
masih menyita perhatian publik, isu Sehingga, diharapkan dapat
perumusan undang-undang terpetakan sengkarut kepentingan
kemananan nasional, menjadi salah dalam dinamika perumusan UU
satu isu yang masih bertengger di Kamnas.
kelasemen atas diskurusus publik.
Selain karena durasi waktu HASIL DAN PEMBAHASAN
perdebatan yang tak kunjung 1. Tinjauan Konseptual
menemui titik sepakat, soal tentang Konsep keamanan telah
kepentingan masing-masing aktor berkembang seiring dengan laju
keamanan yang tak berkesudahan, perkembangan dan dinamika zaman.
menjadi isu lain yang menarik untuk Secara etimologis, keamanan
ditelisik. (security) berasal dari bahasa latin
“securus” (se+cura) yang bermakna
terbebas dari bahaya, terbebas dari

2
CosmoGov: Jurnal Ilmu Pemerintahan ISSN 2442-5958
E-ISSN 2540-8674
Vol.05, No.01, April 2019
Doi: 10.24198/cosmogov.v2i2.xxxxx

ketakutan. Kata ini juga bisa yang akseptabel; (4) societal security
bermakna dari gabungan kata se yang mencakup kelangsungan pola
(yang berarti tanpa/without) dan tradisi dari bahasa, budaya, agama,
curus (yang berarti “uneasiness”). identitas nasional dan adat termasuk
Sehingga bila digabungkan kata ini di dalamnya kondisi evolusi yang bisa
bermakna “liberation from diterima; dan (5) environmental
uneasinness, or a peaceful situation security yang menaruh perhatian pada
without any risks or threats”. (Anak pemeliharaan lingkungan baik secara
Agung Banyu Perwita, 2006 dalam lokal maupun global sebagai sebuah
Al, Araf 2015) dukungan penting terhadap sistem
Di awal perkembangannya, isu tempat kehidupan manusia
kemananan berpusat pada negara. Isu bergantung. Dan masing-masing
keamanan hanya dipahami dalam sektor tidak berdiri sendiri melainkan
perspektif ancaman militer antar memiliki ikatan kuat satu sama lain.
negara. Namun, seiring (Buzan, 1991 dalam Al, Araf 2015)
perkembangan demokratisasi, Perkembangan lain dalam isu
khsusunya gelombang isu hak asasi kemanan adalah lahirnya konsep yang
manusia dan terjadinya fenomena dikenal dengan human security.
terorisme, paradigma keamanan tidak Secara konseptual, human security,
lagi berpusat pada negara dengan sebagaimana ditulis oleh Roland Paris
ancaman limiter, namun juga aktor meliputi 7 (tujuh) komponen utama
diluar negara dengan ancaman nir- yaitu 1) keamanan ekonomi, 2)
militer. keamanan pangan, 3) keamanan
Barry Buzan mendefinisikan kesehatan, 4) keamanan lingkungan
lima sektor utama yang dicakup hidup, 5) keamanan personal
dalam pengertian keamanan yakni: (keamanan fisik seperti kekerasan,
(1) the military security yang kecelakaan, dll), 6) keamanan sosial
mencakup dua tingkat pengelolaan budaya, dan 7) keamanan politik
kapabilitas persenjataan negara baik (Roland Paris, 2001: 89). Hampir
secara ofensif maupun defensif dan senada, Jorge Nef mengklasifikasikan
persepsi negara terhadap intensitas human security kedalam 5 kelompok
satu dengan yang lainnya; (2) the yakni 1) keamanan lingkungan hidup,
political security yang menaruh personal dan fisik, 2) keamanan
perhatian pada stabilitas organisasi ekonomi, 3) keamanan sosial, 4)
negara, sistem ideologi dan ideologi keamanan politik, dan 5) keamanan
yang memberi legitimasi kepada budaya (Jorge Nef, 1997: 25 dalam
pemerintahan; (3) the economic Sanak, 2012).
security yang mencakup pada akses
terhadap sumberdaya, keuangan dan Dalam konteks perumusan
pasar yang untuk menopang tingkat kebijakan, RUU Kamnas sejatinya
kesejahteraan dan kekuatan negara dirumuskan dalam kerangak

3
CosmoGov: Jurnal Ilmu Pemerintahan ISSN 2442-5958
E-ISSN 2540-8674
Vol.05, No.01, April 2019
Doi: 10.24198/cosmogov.v2i2.xxxxx

democratic governance. Makna Terlebih, dengan konsep human


demokratis di sini adalah demokrasi security, keamanan dilihat sebagai
yang berkualitas, yang dapat dilihat sebuah fenomenan multidimensi.
dari: (a) hasil (quality of result), yang
dirasakan manfaatnya secara Pusat perdebatan yang
langsung oleh masyarakat; (b) Isi berkisar pada soal kewenangan aktor
(quality of contents), diarahkan bagi kemananan, mengerucut pada soal
kepentingan masyarakat; (c) prosedur propsorsionalitas kelembangaan. Dari
(procedural quality), yang proses kacamata POLRI setidaknya ada
perumusannya melibatkan partisipasi sepuluh potensi kewenangan Polri
masyarakat. (Eko Prasojo, 2010 yang akan tereduksi dalam RUU
dalam Titiswasanan, 2013). Kamnas, yakni: Penyusunan
Terdapat dua prinsip dasar dari kebijakan dan pengajuan anggaran;
norma demokrasi dimaksud yaitu: (a) Posisi Polri di bawah kementerian;
Berjalannya kontrol masyarakat Pemberantasan terorisme;
terhadap kebijakan publik dan Penanganan konflik sosial; penangan
pembuat kebijakan; (b) Kesetaraan pengacau keamanan; Pembinaan
antar masyarakat dalam relasinya keamanan lingkungan; Posisi Polri di
dengan proses perumusan kebijakan Forum Muspida; Posisi Polri di
publik. Pemahaman ini Kominda; Akses Bantuan Hibah dan
mencerminkan dinamika pada tata Kerja sama Pemda; Akses politik dan
pemerintahan, yang membawa ekonomi.
perubahan paradigma pemerintahan Posisi POLRI dalam konteks
kepada paradigma tata pemerintahan UU Kamnas memang dilematis.
yang baik dan demokratis Pasca berpisah dengan TNI dalam
(democratic governance). tubuh ABRI, POLRI relatif memiliki
banyak insentif, selain kedudukannya
Dinamika Perdebatan yang langsung dibawah presiden,
Pusaran perdebatan dalam bahkan dalam kontek penganggaran
dinamika perumusan RUU Kamnas POLRI dapat mengajukan langsung
salah satunya terkait dengan kepada DPR. Beda halnya dengan
sengkarut kepentingan antar aktor TNI yang berada dibawah otoritas
keamanan. Selain POLRI, TNI, dan sipil Kementrian Pertahannan. Hal ini
BIN, sebagai institusi negara yang yang selama ini cukup menyita
mengurusi soal keamanan, seiring perhatian banyak kalangan terkait
dengan perkembangan demokratisasi, dengan relasi antar isntitusi
keterlibatan civil society yang keamanan. (Muradi,)
direpresentasikan oleh NGO yag Dalam kondisi ini, disatu sisi
berfokus pada isu ini juga menjadi POLRI ingin tetap dipercaya publik
bagian yang tidak terpisahkan. sebagai instutusi yang mendukung

4
CosmoGov: Jurnal Ilmu Pemerintahan ISSN 2442-5958
E-ISSN 2540-8674
Vol.05, No.01, April 2019
Doi: 10.24198/cosmogov.v2i2.xxxxx

pemajuan demokrasi dengan akibat penyatuan dimensi pertahanan


mendukung gagasan pengaturan dan keamanan dijadikan satu. (Al,
sektor keamanan dalam UU Kamnas. Araf, 2015)
Namun, disisi lain, POLRI merasa
harus berhati-hati untuk tidak terjebak Namun, seiring dengan
dalam perangkap relasi kelembagaan. perkembangan ancaman dalam
Jika tidak, POLRI akan kehiilangan konteks keamanan, seperti
keutungan yang selama ini mereka munculnya aksi terorisme, tentu juga
miliki. harus menjadi perhatin. Peribatan
TNI dalam konteks ini sejatinya dapat
Lain halnya dari kacamata menjadi pertimbangan, menginkat
non-governmental organizations skala ancaman dan beban tugas yang
(NGO), RUU Kamnas ditakutkan diemban. Hal ini menjadi penting
akan memberi ruang potensi untuk guna menjaga efektivitas beban tugas.
kembali ke zaman orde baru, dengan
kehadiran Dewan Keamanan Sehingga dapat dipahami,
Nasional (DKN) yang dikhawatirkan TNI melihat dinamika ancaman
akan mereplikasi peran dari Komando nasional dewasa ini harus direspon
Pemulihan Keamanan dan Ketertiban melaui sebuah pembaharuan tata
(Kopkamtib) atau Badan Koordinasi kelola sektor keamanan yang juga
Bantuan Pemantapan Stabilitas multidimensional. Keamanan dalam
Nasional (Bakorstanas). negeri dalam perspektif ini, tidak
dipahami hanya menjadi domain
Kekhwatiran ini dapat polisi, terlebih setelah perkembangan
dipahami mengingat sejarah ancaman seperti terorisme,
pegaturan sektor kemananan pada era menghendaki adanaya keterlibatana
orde baru yang aktor keamanan lain secar lebih
mencampuradukannya dengan sektor proporsional.
pertahahanan. Keamanan yang
bersifat multidimensi tidak hanya Namun, ditengah perdebatan
bersifat menjaga batas-batas teritorial tentang kewenangan soal relasi antar
negara (keadulatan nasional), tetapi aktor keamanan ini, yang juga harus
juga harus menjamin keamanan dan menjadi perhatian adalah soal proses
melindungi warga negara (manusia). permusan kebijakan UU Kamnas
kondisi yang menempatkan aparat dapat dipahami dalam kerangka
militer diluar pertahanan hanya akan democratic governance, dimana
menyebabkan distorsi terhadap publik dilibatkan secara proporsional,
tatanan demokrasi. Sejarah Indonesia dan posisi yang setara antara masing-
telah membuktikan bagaimana masing institusi dan aktor keamanan.
kehidupan demokrasi dan civil
society mengalami kelumpuhan
sepanjang pemerintahan Orde Baru

5
CosmoGov: Jurnal Ilmu Pemerintahan ISSN 2442-5958
E-ISSN 2540-8674
Vol.05, No.01, April 2019
Doi: 10.24198/cosmogov.v2i2.xxxxx

KESIMPULAN Yohanes Sanak, Penguatan Human


Faktor kepentingan masing- Security sebagai Strategi
masing aktor keamanan, menjadi Pengelolaan Perbatasan
salah faktor yang mendominasi Indonesia-Malaysia, Jurnal Ilmu
Sosial dan Ilmu Politik, Volume
perdebatan dalam dinamika permusan
16, Nomor 2, November 2012
UU Kamnas. Dengan berbekal
(125-135), ISSN 1410-4946
masing-masing agenda, proses
perumusan UU Kamnas harus tetap Winantuningtyas Titiswasanan. (2013).
berpijak pada prinsip democratic Democratic Governance dalam
governance: perlibatan dan Perumusan Kebijakan Publik.
kesetaraan. (Sumber PDF. Diakses 5 Mei
2018)
Dengan perkembangan
ancaman dewasa ini, masing-masing
aktor keamanan harus mampu melihat
relasi kewenangan antara isntusi ini
sebagai bagian dari pencapaian tujuan
dan kepentingan negara. Bukan
semata-semata, demi melindungi
kepentingan lembaganya saja. Jika itu
yang terjadi, UU Kamnas akan
berlarut-larut dan Indonesia tidak
akan melangkah juga dan memiliki
perkembangan yang berarti dalam
konteks tata kelola sektor keamanan.

DAFTAR PUSTAKA
Buku
Al A’raf. (2015). Dinamika Keamanan
Nasional, Jurnal Keamanan
Nasional Vol. I No. 1 2015

Muradi, RUU Keamanan Nasional dan


Sikap Polri, dalam
http://pustaka.unpad.ac.id/wpco
ntent/uploads/2013/08/pustaka_
unpad_RUU_Keamanan_Nasion
al_dan_Sikap_Polri.pdf (Diakses
15 Mei 2018)

Anda mungkin juga menyukai