Anda di halaman 1dari 20

Dampak / Akibat Adanya Penyelenggaraan Pemerintahan Yang Tidak Terbuka / Transparan

di jerman
BAB I
PENDAHULUAN

Penyelenggaraan negara yang tidak transparan berarti ketidaksediaan para pejabat negara
untuk memberitahukan hal-hal publik kepada masyarakat luas. Informasi, keterangan, dan
kebijakan yang seharusnya diketahui oleh masyarakat luas tidak tersebarkan dan hanya
diketahui terbatas di lingkungan pejabat negara.

Akibatnya rakyat tidak mengetahui apa yang terjadi dan apa yang mesti dilakukan untuk
berpartisipasi dalam bernegara. Ketidakterbukaan atau ketertutupan dapat menimbulkan
prasangka yang tidak baik dalam hidup berbangsa dan bernegara. Selain itu ketidakterbukaan
menandakan bahwa pemerintah selaku penyelenggara negara tidak berani bertanggungjawab
atas apa saja yang telah dan akan dilakukan kepada rakyatnya.

Penyelenggaraan negara yang tidak transparan dapat merenggangkan hubungan antara


pemerintah dan rakyat. Akibat hubungan yang tidak baik ini akan dapat menimbulkan krisis
kepercayaan, yaitu rakyat makin tidak percaya kepada pemerintah. Hal ini mengakibatkan
kesulitan untuk menciptakan partisipasi dan dukungan masyarakat dalam pembangunan,
sehingga melemahkan persatuan dan proses kemajuan bangsa. Bertolak dari pengertian di
atas, maka kita dapat mengenali suatu pemerintahan yang tidak transparan dari ciri-ciri
berikut ini:

a. Pada tingkat sistemik, sistem politiknya cenderung makin tertutup dan eksklusif.
b. Mereka menjauh dari kekuatan sosial kritis dan membatasi dialog dengan unsur sosial
politik yang ada dalam masyarakat.
c. Sentralisasi kekuasaan politik dan ekonomi makin terakumulasi di sekitar lapisan elite.
d. Kekuatan sosial politik yang bersedia bekerja sama hanya mendapatkan simbol kerja
sama, namun tidak diberi kesempatan menentukan jalannya proses pengambilan
keputusan.
e. Mekanisme kontrol sistem politik bersifat egois dan otoriter.
f. Sistem informasi politik yang ada sangat terbatas pada penyampaian pesanpesan dari atas.

Penyelenggaraan pemerintahan yang tidak transparan sangat bertolak belakang dengan


prinsip keterbukaan dalam sistem pemerintahan yang demokratis. Di dalam suatu negara
yang penyelenggaraan pemerintahannya dilaksanakan secara tidak terbuka akan
menyebabkan dampak negatif bagi kehidupan berbangsa dan bernegara.

Dampak utama yang ditimbulkan dari penyelenggaraan pemerintahan yang tidak transparan
adalah Korupsi dengan penyalahgunaan jabatan publik untuk kepentingan pribadi atau
kelompok di berbagai aspek pemerintahan
BAB II
PEMBAHASAN

Gambaran Umum

Jerman adalah negara terbesar dalam bidang ekonomi di Eropa. Negara ini memiliki jumlah
penduduk terbesar kedua setelah Rusia di Eropa. Sumber daya dan potensi Jerman tersebut
menjadikan Jerman memiliki posisi kunci dalam area ekonomi, politik, dan organisasi
pertahanan. Semenjak Perang Dingin, dua negara di Jerman terbentuk yaitu Western Federal
Republic of Germany(FRG), dan Eastern German Democratic Republic(GDR).

Negara dengan luas area sebesar 3.621 km dengan jumlah penduduk sebanyak 82.329.758
pada Juli 2009(Central Intelligence Agency, 2009) ini memiliki bentuk pemerintahan federal
republik. Negara ini terdiri dari 16 state yaitu Baden-Wurttemberg, Bayern (Bavaria), Berlin,
Brandenburg, Bremen, Hamburg, Hessen, Mecklenburg-Vorpommern (Mecklenburg-
Western Pomerania), Niedersachsen (Lower Saxony), Nordrhein-Westfalen (North Rhine-
Westphalia), Rheinland-Pfalz (Rhineland-Palatinate), Saarland, Sachsen (Saxony), Sachsen-
Anhalt (Saxony-Anhalt), Schleswig-Holstein, dan Thuringen (Thuringia) (Agency, 2010).

Menurut Dinas Kriminal Jerman, tahun 2007 ada 9.554 kasus korupsi yang diperiksa
kepolisian. Tahun 2011, jumlahnya meningkat jauh menjadi 46.795 kasus. Kasus-kasus yang
termasuk korupsi adalah penggelapan dana, penyogokan dan penyalahgunaan jabatan. Tapi
menurut anggota tim antikorupsi dari kepolisian Jerman, Christian Vosskhler dan Franz-
Josef Meuter, kenaikan kasus yang diperiksa tidak berarti bahwa korupsi di Jerman semakin
meluas.
"Kami berhasil mengungkap semakin banyak kasus, karena sistem pengawasan semakin
baik," kata Meuter. Dalam beberapa tahun terakhir, tim antikorupsi di kepolisian dan
kejaksaan mendapat tambahan pegawai. Mereka juga membentuk jaringan kerjasama di
tingkat Eropa. Selain itu, polisi menyediakan semakin banyak Hotline bagi orang yang ingin
melaporkan kasus korupsi lewat telepon.

Biasanya, korupsi terjadi setelah ada hubungan saling percaya antar pihak yang terlibat. Jadi
pelaku sudah berkenalan dan berhubungan cukup lama. Kebanyakan orang yang menerima
sogokan adalah pejabat yang punya wewenang memutuskan proyek atau mengeluarkan izin
proyek. Demikian menurut "Laporan Situasi Korupsi" yang dikeluarkan Dinas Kriminal
Jerman.

Keadaan Korupsi di Jerman


Sebagaimana negara lainnya di dunia, Jerman juga merasakan bahwa korupsi dan kurang
trasnparansi di dalam pendapatan publik adalah rintangan dalam pembangunan, merusak
pengurangan kemiskinan dan partisipasi demokrasi. Secara umum korupsi dimengerti sebagai
sebuah perilaku individu yang tidak sesuai dengan tanggung jawab publik atau privat dimana
mereka melukai tugas dan kewenangan mereka untuk meningkatkan keuntungan.

Terdapat beberapa bentuk korupsi termasuk menyuap(bribery), penggelapan atau


pencurian(embezzlement), penyalahgunaan uang(misappropriation of funds), serta
nepotisme dan patronase (nepotism and patronage) (Federal Ministry for Economic
Cooperation and Development, 2009). Tipe korupsi bisa diklasifikasikan menjadi dua yaitu
antara stuational corruption dan structural corruption. Situational corruption adalah perilaku
korupsi berdasarkan keputusan yang spontan, aktifitas tersebut muncul sebagai respon
langsung terhadap pekerjaan yang berhubungan dengan aktifitas tersebut yang tidak
direncanakan dan dipersiapkan.

Sedangkan structural corruption dimana perilaku korupsinya direncanakan sebelumnya.


Situational corruption secara particular tersebar di negara berkembang akibat sistem
administrasi dikarakteristikan dengan kurangnya monitoring dan prosedur komplain.
Sedangkan structural corruption bisa terjadi di negara berkembang maupun negara industri.
Jerman adalah negara yang dipengaruhi oleh structural corruption yang secara prinsip
dilakukan melalui peran sektor privat dalam pemerintahan (Dedo Geinitz, 2007).

Perkembangan kasus korupsi di Jerman memiliki banyak macam. Namun diperkirakan hanya
10 % korupsi di Jerman yang terdeteksi. Jumlah korupsi yang tidak terdeteksi sangat tinggi.
Hal ini dilatarbelakangi oleh beberapa alasan. salah satu alasannya yaitu efek domino. Efek
domino ini terjadi ketika satu kasus korupsi diselesaikan oleh beberapa pihak misalnya untuk
penentuan pelanggaran oleh satu pihak kemudian untuk proses lebih lanjut dilakasaakan oleh
lembaga hukum yang relevan lainnya. Efek domino yang disebabkan dari proses investigasi
ini menjadi alasan utama untuk mengasumsikan bahwa jumlah korupsi yang tidak terdeteksi
sangat tinggi (Dedo Geinitz, 2007).

Transparency internasional mencatat bahwa Jerman mengalami penurunan dalam menangani


korupsi. Berdasarkan laporan Transparency International tahun 2001, Jerman turun ke
peringkat 20 dari 91 negara setelah turun dari peringkat 14 ke peringkat 17 tahun 2000. Hal
ini menunjukkan bahwa terdapat ketidakteraturan dalam keuangan partai, sogok-menyogok
dalam pemerintahan, korupsi dalam pendapatan pegawai negeri dalam isntitusi publik,
korupsi dalam kontrak, transaksi bank yang meragukan dalam kontribusi yang diterima oleh
top politicians (Zachert & Zeitung, 2001). Namun peringkat ini kembali membaik. Tahun
2009 Jerman berada di urutan ke 14 dalam indeks persepsi korupsi dengan indeks persepsi
korupsi sebesar 8,0. Peringkat Jerman selain meningkat juga semakin tinggi indeks persepsi
korupsinya mendekati poin 10, dimana poin 10 merupakan poin sempurna tanpa adanya
korupsi.

Sedikit korupsi di kepolisian dan politik


Menurut penelitian, seorang pejabat negara cenderung melakukan korupsi setelah menduduki
jabatannya lebih dari tiga tahun. Karena itu, banyak pemerintahan komunal yang sekarang
semakin sering merotasi pejabatnya dalam posisi-posisi penting.

Korupsi di Jerman tidak terjadi secara spontan. Kalau seseorang dihentikan polisi karena
mengendarai kendaraan terlalu cepat, tidak ada yang mencoba menyogok polisi agar terlepas
dari sanksi hukum. Kebanyakan kasus korupsi terjadi di kalangan perusahaan (56 persen),
kemudian di instansi pemerintahan (36 persen). Kasus korupsi di kepolisian dan kejaksaan
relatif sedikit, yaitu 8 persen, dan di bidang politik hanya 1 persen.
Menurut "Laporan Situasi Korupsi", tahun 2012 terjadi kerugian sekitar 276 juta Euro karena
praktek korupsi. Biasanya, nilai korupsi dalam satu kasus tidak terlalu besar. "Saya juga tidak
mengerti, mengapa ada pejabat yang mau saja disogok dengan laptop atau uang beberapa ribu
Euro," kata Franz-Josef Meuter.

Menurut Indeks Korupsi (CPI) yang dikeluarkan "Transparency International", Jerman


menduduki peringkat ke 12 sebagai negara yang paling sedikit korupsi, dari 177 negara yang
diperiksa. Sebagai perbandingan, Indonesia menduduki peringkat ke 114.

Korupsi di Perusahaan Jerman


Sejumlah kasus korupsi di beberapa perusahaan kenamaan, mendorong Jerman
mempertimbangkan kembali tata kelola perusahaannya. Bagaimana upaya menghindari
struktur kekoncoan?

Pembayaran uang pelicin oleh Volkswagen (VW), tudingan menyogok terhadap perusahaan
farmasi Ratiopharm dan kasus rekening gelap Siemens. Ini hanya tiga diantara sejumlah
skandal korupsi yang mewarnai bisnis Jerman pada tahun 2006. Beberapa kasus diantaranya
bersifat lintas negara. Bagi berbagai pihak inilah yang membuat berang. Tiba-tiba citra
perusahaan Jerman yang bersih dan apik tampil lusuh di mata internasional.
a. Kasus Penyogokan
Sementara ini, dua belas orang dari perusahaan VW saat ini ditahan akibat skandal yang
merebak pertengahan Juni 2005. Ketika itu, VW menuding bekas direktur personalia
SKODA, anak perusahaan VW di Polandia, karena menyogok dan memberikan peluang
lebih kepada beberapa distributor pilihan. Perusahaan Ratiopharm didenda dan diperingati
agar tidak lagi membayar dokter untuk memberikan preskripsi obat-obatan yang
diproduksinya. Paling spektakuler diantara skandal-skandal ini adalah dugaan
penggelapan dana oleh Siemens yang berlangsung di tahun 90-an.

Hansjrg Elshorst dari Transparency Internasional mengatakan: Jerman termasuk lima


besar negara pengekspor, ekspornya jauh lebih banyak dari negara-negara lain. Tadinya
kami cukup puas bahwa Jerman tidak melakukan korupsi seperti negara-negara lain,
namun sekarang kami tentunya kecewa.
b. Penggelapan Uang
Kasus terakhir ini terbongkar, ketika November lalu pihak kejaksaan Mnchen
melakukan penggerebekan di sekitar 30 lokasi kantor dan rumah pribadi karyawan
Siemens. Dalam razzia yang melibatkan dua ratus polisi, petugas dinas perpajakan dan
kejaksaan itu, sekitar 36 ribu dokumen disita. Penelitian terhadap dokumen menunjuk
kepada rekening gelap milik Siemens di luar negeri.

Tujuh orang karyawan Siemens ditahan pihak kejaksaan sehubungan tuduhan


menyalurkan 200 juta Euro ke rekening itu. Pada awalnya Siemens dituduh menghindari
pajak.

Saat itu Jaksa Tinggi Munchen, Anton Winkler menyatakan: Investigasi terhadap
tertuduh dan saksi melalui kejaksaan dan polisi sudah selesai. Dugaan bahwa Siemens
dirugikan melalui penggelapan uang semakin kuat.

c. Uang Pelicin untuk Memenangkan Kontrak


Menghadapi tuduhan itu, juru bicara Siemens, Peik von Bestenbostel menerangkan:
"Sehubungan dengan investigasi kejaksaan Mnchen, tentu saja kami melakukan
penyelidikan intensif di perusahaan kami dan dalam minggu-minggu terakhir memeriksa
semua dokumen dalam lingkup waktu 7 tahun terakhir dan menemukan bukti bahwa ada
sejumlah hal yang tidak patut dikurangi dari pajak yang harus kami bayar.

Hal sama diberitakan oleh harian Sddeutsche Zeitung. Namun harian ini juga
melaporkan salah seroang diantara karyawan yang ditahan telah mengaku mentransfer
uang pelicin kepada almarhum diktator Nigeria, Sani Abacha. Selama berkuasa di Nigeria
dari 1993 hingga 1998 saat ia meninggal dunia, diktator itu diperkirakan mengkorupsi 2,2
milyar Euro. Bila hal itu terbukti, maka rekening gelap Siemens itu sebenarnya justru
diperuntukan bagi dana promosi guna memenangkan kontrak dari luar negeri.

Kemarahan terhadap perusahaan Jerman yang merusak citra Jerman karena praktek
korupsi mulai terdengar dari segala arah. Wolfgang Schaupensteiner, seorang jaksa pakar
korupsi menegaskan bahwa perusahaan Jerman harus berusaha lebih keras untuk
melawan korupsi. Ia menyesalkan bahwa nilai-nilai, seperti loyalitas, rasa tanggung
jawab, kejujuran dan patuh terhadap hukum, sudah tidak menjadi tradisi lagi sekarang.
d. Banyak Yang Terlibat
Sementara Hansjrg Elshorst dari Transparency Internasiona menyatakanl: "Kasus yang
sebesar ini tidak mungkin merupakan pekerjaan hanya beberapa orang. Ini merupakan
pekerjaan sejumlah orang yang termasuk jajaran pimpinan.

Kritik pedas seperti ini membuat pihak menejemen kebakaran jenggot. Direktur Eksekutif
Siemens, Klaus Kleinfeld langsung meminta Michael Hershman, seorang mantan agen
rahasia Amerika Serikat, untuk mengusut tuntas masalah ini. Herschman yang juga
pendiri Transparency Internasional memiliki pengalaman luas dalam masalah ini. Ia
mengatakan:

"Para eksekutif Siemens telah berjanji akan bekerjasama dengan saya. Baik itu dari pihak
direksi, Dewan Komisaris, karyawan maupun mitra perusahaan ini. Saya pasti tidak akan
menerima bila ada ada yang berusaha menghalang-halangi pekerjaan saya.
Kritikan terhadap Dewan Komisaris

Sementara para pemegang saham Siemens juga gerah. Tanggal 25 Januari mendatang
akan diselenggarakan RUPS atau Rapat Umum Pemegang Saham. Daniela Bergdolt yang
merepresentasi para pemegang saham ini menilai bahwa pemegang saham membutuhkan
kepastian. Para pemegang saham menilai bahwa Dewan Komisaris yang seharusnya
melakukan pengawasan, seharusnya lebih awal mengatakan bahwa ada keanehan pada
administrasi perusahaan itu. Kritik khususnya ditujukan kepada Heinrich von Pierer,
mantan direktur Siemens yang sekarang menjabat Ketua Dewan Komisaris Siemens.
Bergdolt mengatakan:

"Tuan von Pierer itu sebelumnya ketua direksi sekarang ia ketua Dewan Komisaris, tentu
saja ia juga sekarang menghadapi kritik. Namun kami harus menunggu bagaimana
perkembangan investigasi ini dan akan mengajukan sejumlah pertanyaan di RUPS
mendatang.

e. Keterlibatan Lain Siemens


Masalahnya, investigasi yang dihadapi Siemens saat ini bukan hanya tentang rekening
gelap untuk kasus Nigeria. Siemens juga diinvestigasi sehubungan program pangan untuk
minyak yang diluncurkan Perserikatan Bangsa-Bangsa di Irak pada masa pemerintahan
Saddam Hussein. Program ini memperbolehkan pemerintah Irak, yang waktu itu sedang
di embargo, untuk menjual minyak bumi dalam jumlah terbatas untuk membeli kebutuhan
dasar bagi rakyatnya.

Berkaitan dengan itu, ada dugaan bahwa Siemens yang berkepentingan di bidang energi
dan peralatan medis telah menyuap Saddam Hussein. Namun dalam hal ini bukan
Siemens saja yang diselidiki. Sebuah perusahaan minyak Jerman, Linde, juga
diinvestigasi berdasarkan tuduhan yang sama. Investigasi yang diperintahkan oleh mantan
Sekjen PBB Kofi Annan, menemukan bahwa 2.000 perusahaan dari 60 negara menyogok
Saddam Hussein agar dapat mengambil bagian dalam program tersebut. Enam puluh tiga
diantaranya adalah perusahaan Jerman.

Sementara itu menurut jurubicara Siemens, Constantin Birnstiel, perusahaannya telah


menyelidiki laporan PBB itu dan tidak menemukan tindak kriminal. Di pihak lain muncul
pertanyaan, bagaimana Jerman bisa bersaing secara internasional bila praktek korupsi
justru subur di negara-negara lain.

f. Kebijaksanaan Baru
Investigasi terhadap Siemens yang masih bergulir mendesak pemerintah Jerman untuk
mengubah tata kelola perusahaan Jerman. Dalam upaya untuk meghindari
penyalahgunaan kekuasaan di kalangan papan atas perusahaan, pemerintah Jerman
menyarankan pembatasan terhadap apa yang boleh dilakukan oleh seorang eksekutif
sesudah memasuki masa pensiun. Menurut harian Handelsblatt, pemerintahan koalisi
Jerman telah mencapai kesepakatan mengenai keanggotaan sebuah Dewan Komisaris.
Selama lima tahun sesudah berakhirnya masa kontrak, seorang direktur eksekutif
perusahaan dilarang menjadi anggota Dewan Komisaris dari perusahaan yang sama.
Selama ini, praktek tersebut merupakan hal yang lumrah di perusahaan-perusahaan
Jerman. Walaupun diketahui bahwa ada kemungkinan besar akan terjadi konflik
kepentingan.

Cara Jerman Memerangi Korupsi


Pertemuan membahas penanganan korupsi digelar di Frierich Ebert Stiftung, Jerman, akhir
tahun lalu. (9/12). Keputusan dari hasil pertemuan itu akan langsung diterapkan mulai tahun
ini.

Korupsi ternyata juga menggerogoti di setiap lapisan kehidupan di Jerman. Sejak musim
gugur 2008, Instansi Pemerintah bagian Kriminal (LKA), Kementerian Kehakiman dan
Dalam Negeri, serta berbagai instansi di setiap negara federasi Jerman telah bertekat
memerangi korupsi. Mereka telah memberikan aksinya.

Di Jerman ada juga NGO dengan berbentuk e.V. Transparency International Deutschland
e.V. Adapun e.V. berbeda dengan Stiftung (Yayasan). Keduanya adalah organisasi non-profit
dengan struktur yang sama. Tapi Stiftung di Jerman harus mempunyai modal seperti PT
(limited).

Tranperency International Jerman ini telah lahir sejak 2006. Sejak itu ia telah bekerja sama
dengan 16 negara federal di Jerman dan juga dengan pemerintah pusat, di antarnaya dengan
bundeskriminalamt (semcam BIN di Indonesia), beserta ressource-nya, schwere und
organisierte Kriminalitt (SO) seteleh organisasinya direformasi tahun 2006---di-referat SOP
31 (Auswertung Wirtschaftskriminal itt, korruption, Umwelt-/Verbraucher schutzdelikte).

Setiap negara federal Jerman mempunyai masing masing struktur. Setiap informasi dapat
dikirim dengan anonim ke kantor kriminalamt dan meninggalkan alamat untuk dihubungi
kembali. Setiap warga, pengusaha ataupun instansi resmi dapat meminta konsultasi kepada
kantor kirminal. Baik daerah maupun tingkat kabupaten telah disediakan instansi untuk itu.

Instansi ini menerima laporan setiap gejala-gejala, baik di tempat kerja ataupun dalam
masyarakat biasa. Instansi itu dapat berbentuk sebagai instansi kriminal ekonomi. Ini
tergantung keperluan setiap negara federal. Biasanya tidak ada kejaksaan bagian korupsi, tapi
ada bagian tertentu yang mempunyai kompten dalam hal itu.

Kirminal ekonomi biasanya mempunyai kedudukan istimewa. Setiap negara federal biasanya
menangani tindak korupsi di perusahaan besar di negara bagian itu sendiri. Untuk melawan
korupsi, instansi korupsi ini mendapatkan informasi dan kemudian meneruskannya kepada
aparat hukum dan juga audit court (Rechnungshof) .
Negara federal mempunyai wewnang sendiri tentang bagaimana menjalankan antikorupsnya.
Korupsi juga dapat diartikan dalam bentuk kado, hadiah, imbalan dan mempunyai ukuran
sampai di mana dapat dikatakan korupsi (misalnya VwV zu 78 Niderschsischen
Beamtengesetz).

Setiap pemerintah federal juga memberikan pendidikan khusus. Korupsi terdiri dari uang
suap, cuci uang, uang pelicin sudah sejak zaman purbakala. Sekarang timbul masalah besar
lagi, yaitu teror, lingkungan hidup, exploitasi negara---merupakan tindakan kriminal dalam
era kehidupan sekarang.

Pada pertemuan tanggal 9 Desember lalu telah dikeluarkan peraturan anti korupsi oleh UNO.
Peraturan ini juga dipraktekkan oleh kementerian hukum setiap negara. Tentunya masing
masing negara memberikan reaksinya berbeda-beda sesuai dengan kebutuhannya.

Bundes Kriminal Amt (BKA) Jerman melaporkan bagaimana susahnya mengatasi "penyakit
ini. Korupsi merupakan racun dalam masyarakat. Korupsi di perusahaan menghancurkan
lapangan kerja dan merusak ekologi. Korupsi merupakan kanker dalam ekonomi.
Kepercayaan tidak dapat dibeli. Tindak pidana adalah kelanjutan dari dakwaan. Dakwaan
memberikan akibat kepada pegawai atau perorangan yang hanya dapat diselesaikan melalui
orang yang berkualifikasi. Bundes Republik Deutschland tidak dapat menuntunya.

Menurut peraturan, yang dapat menangani korupsi adalah Straf Gesetz Ordnung (StGO) .
Lembaga ini diperbolehkan menyadap pembicaraan telepon. Perusahaan dilindungi dengan
peraturan yang ada. Baik instansi negera federal maupun pusat akan menjalankan peraturan
korupsi mulai 2009. Maksudnya setiap orang diwajibkan memberikan pengaduan termasuk
setiap pegawai. Demikian juga kemungkinan kerugian yang dapat ditimbulkan.

Demikianlah, 612a BGB sebagai hak pengaduan di luar perusahaan sebagai langkah
melawan korupsi sesuai hukum pidana Dewan Eropa. Peraturan yang telah dikeluarkan itu
berlaku sehubungan cuci uang, penyuapan, dan hukum lalu lintas.

Memang diakui bahwa peraturan ini tidak mudah dipraktekkan walaupun peraturan anti
korupsi disetujui oleh PBB yang kemudian diteruskan ke negara community. Negara
community sampai akhir 2009 akan mengambil kompromis atas peraturan yang telah
dikeluarkan oleh UNO melalui Dewan Eropa di mana peraturan nanti merupakan peraturan
setiap Negara. Misalnya kontrol dari financing suatu partai yang biasanya dikontrol oleh
NGO atau inspector.

Dewan ini bukan hanya menerima apa yang tertulis tetapi dilaksanakan dengan sangsi
terhadap yang melanggar peraturan. Di antaranya 88 usul sedang dikerjakan yang masuk di
Jerman. Uni Eropa tidak mempunyai kompeten tapi konsilidasi.

Hukuman Korupsi
Hukuman jika melakukan dan terbukti melakukan korupsi di jerman adalah hukuman seumur
hidup, Meskipun tak punya lembaga untuk menangani kasus korupsi seperti KPK, tapi tetap
saja hukuman bagi koruptor berlaku. Di negara ini, koruptor yang terbukti akan dihukum
seumur hidup dan diminta untuk mengembalikan seluruh harta hasil korupsi

Strategi Pemberantasan Korupsi di Jerman

1. Langkah-langkah Pemerintah Jerman


Pemerintah Jerman dalam menangulangi korupsi dan menciptakan transparansi melalui
pelaksanaan tiga level kebijakan. Pertama, international coordination, yaitu koordinasi
internasional yang terdiri dari enam bentuk implementasi yaitu:
a. Melalui keterlibatan di United Nations(UN), The World Bank, The G8 dan
OECD, pemerintah Jerman mendukung dalam pengimplementasian dan observasi
mengenai standar anti korupsi di tingkat internasional.
b. The German Ministry for Economic Cooperation and Development (BMZ)
membantu negara-negara partner untuk meratifikasi dan mengimplementasikan
Konvensi UN dalam melawan korupsi(UNCAC).
c. Sejak korupsi secara bertahap umum di resource-rich countries, BMZ
mendukung insiatif internasional untuk menciptakan transparansi yang lebih baik
untuk industri esktraktif.
d. Dalam the Paris Declaration on Aid Effectiveness of 2005 dan the Accra Action
Plan of 2008, pihak donor and recipients melakukan komitment yang saling
menguntungkan.
e. Ketika pemberi bantuan(donor) mendanai melalui anggaran pemerintah, hal ini
menunjukkan bahwa pemerintahan tersebut mempunyai kebutuhan kapasitas
institusional untuk menanggulangi penyalahgunaan anggaran atau korupsi.
f. Kerjasama dengan donor lain, secara khusus disebutkan harus dibuat oleh the U4-
Anti-Corruption Resource Centre di Bergen, Norwegia.

Kedua, kontribusi melalui kerjasama pembangunan bilateral Jerman. Level ini memiliki
dua bentuk yang merupakan program berkelanjutan dari bentuk sebelumnya yaitu:
a. Jerman membantu development-oriented partner government untuk membangun
kapasitas yang diperlukan untuk membersihkan isntitusi pemerintah dari korupsi
dan membuat administrasi publik transparan, efektif, dan responsif terhadap
kebutuhan publik.
b. Sejak 1997, semua sejarah negosiasi pemerintah dengan negara-negara partner
berisi perjanjian anti korupsi.

Ketiga, mencegah korupsi di Jerman. Level ini memiliki dua bentuk implemetasi yang
juga merupakan lanjutan dan kesatuan dari bentuk-bentuk lain di level sebelumnya.
Bentuk implementasinya antara lain sebagai berikut:
a. Bentuk ini diwujudkan dalam bentuk kampanye gerakan pencegahan korupsi dan
menciptakan transparansi dalam kebijakan pembangunan. Bentuk ini dilakukan
dengan menyetujui dan meratifikasi standar yang telah disetujui secara
internasional yang secara ekstensif diregulasikan melalui German law.
b. Semua kewenangan federal juga merupakan subjek dalam memimpin
pemerintahan Jerman dalam mencegah korupsi dalam administrasi di negara
federal dimana menciptakan variasi pengukuran dalam kinerja, dan janji personal
dalam menanggapi isu korupsi, audit internal, rotasi kerja, sistem dalam
kelangkaan yang lebih berat, dan kewenangan dalam eksekutif untuk
menciptakan contoh yang baik. (Federal Ministry for Economic Cooperation and
Development, 2009)

2. Insitusi Pemberantasan Korupsi


Dalam menjalankan program pemberantasan korupsi, Jerman melakukannya melalui
internal birokrasi. Proses pemberantasan korupsi tidak dilakukan dengan mendirikan
lembaga ad hoc untuk memberantas korupsi. Hal ini mengingat pembentukan lembaga
ad hoc pada hakikatnya hanya dilakukan jika negara tidak mampu menyelesaikan tugas
tersebut. namun dalam pemberantasan korupsi Jerman mampu melakukan melalui
peran negara sehingga tidak didirikan lembaga anti korupsi namun hanya menekankan
pada reformasi birokrasi.

Selain reformasi administrasi yang diarahkan pada peningkatan kapabilitas dan upaya
minimasi celah kelembagaan & birokrasi bagi praktik korupsi, administrasi di Jerman
ditempatkan secara hukum sebagai entitas independen yang terpisah dari pemerintah
karena pemerintah merupakan salah satu cabang kekuasaan eksekutif. Dengan begini,
korupsi politik dan korupsi birokrasi yang salah satu penyebabnya adalah politisasi
birokrasi relatif bisa dicegah.Bagaimana pun juga korupsi politik atau kebijakan tetap
menjadi hal yang rawan karena bersumber dari wilayah dari abu-abu dalam skema
kebijakan yang bersangkutan, ditambah dengan celah kelembagaan lain. Ini juga
tantangan di banyak negara maju sekalipun, termasuk di Jerman.

Karena di Jerman tidak ada lembaga extra untuk mengurusi pemberantasan korupsi,
maka diperlukan reformasi administrasi dari lembaga-lembaga intern untuk
memberantas korupsi. Reformasi administrasi harus diarahkan pada perubahan struktur
secara sistemik, dari struktur administrasi yang hirarkis vertikal menjadi struktur yang
lebih landai horisontal dengan bentuk jejaring kerja. Secara empirik, struktur dalam
bentuk jejaring, tidak hanya lebih mendekatkan para pejabat publik dengan publik yang
dilayaninya, tetapi juga menempatkan publik dalam posisi lebih berarti. Hal tersebut
akan memudahkan melakukan kontrol terhadap pejabat publik, sehingga kemungkinan
untuk melakukan korupsi semakin kecil.

Reformasi administrasi publik perlu diarahkan pada penetapan strategi-strategi dan


administrasi melalui perencanaan yang partisipatif dan demokratik, baik dalam proses
pengambilan keputusan maupun dalam melaksanakan fungsi-fungsi administrasi
lainnya. Dengan begitu pelayanan administrasi tidak tergantung pada aktor semata,
tetapi pada sistem yang lebih handal. Dengan tidak bergantung kepada aktor, maka
tidak ada aktor yang memiliki kewenangan penuh sehingga kecendrungan untuk
melakukan korupsi juga dapat dihindari. Seperti yang kita ketahui, korupsi terbentuk
dari ketidaktransparan dan monopli kekuasaan.
Reformasi administrasi menerapkan ide-ide baru atau kombinasi ide guna
meningkatkan sistem administrasi agar mampu melaksanakan tujuan pembangunan
nasional (Lee dan Samonte, 1970). Reformasi administrasi sebagai proses yang
terencana untuk mengadakan perubahan dalam struktur dan prosedur birokrasi publik,
serta sikap dan perilaku para birokrat dalam upaya meningkatkan daya guna organisasi
dalam mencapai tujuan-tujuan pembangunan (Quah, 1976). Manfaat yang ditimbulkan
dari reformasi administrasi yaitu:
Pendayagunaan dan rightsizing aparatur negara agar mampu menyelenggarakan
pelayanan publik dengan lebih cepat dan lebih baik.
Mendorong otonomi daerah
Meningkatkan keamanan dan stabilitas, menegakkan hukum dan fungsi
peradilan
Mendorong Pelayanan Prima dan Inovasi
Memperluas pemanfaatan Teknologi Informasi untuk meningkatkan efisiensi
dan produktivitas instansi pemerintah

3. Peran Masyarakat, Partai Politik, dan Media Massa dalam Memberantas Korupsi
Memang Jerman tidak memiliki lembaga ad hoc untuk memberantas korupsi akan
tetapi dalam menjalankan program pemberantasan korupsi tersebut terdapat sejumlah
civil society yang kredibel yang juga memiliki titik berat dalam pemberantasan korupsi
di Jerman dan internasional. Lembaga independen tersebut misalnya GTZ(Deutsche
Gesellschaft fur Technische Zusammenarbeit). Lembaga independen yang berada di
Jerman ini memiliki skala cakupan tidak hanya di Jerman saja tapi juga melakukan
kegiatan bantuan di negara-negara lain. GTZ memiliki banyak bidang kerja dan
program kerja. Salah program kerjanya yaitu membentuk good governance yang
memiliki langkah yaitu dengan reformasi birokrasi dan pemberantasan korupsi.

Partai politik juga memiliki peran yang beasr dalam memberantas korupsi. Partai
politik di Jerman biasa melakukan sosialisasi dan pendidikan politik untuk masyarakat.
Satu partai tertentu akan mendirikan lembaga pendidikan politik misalnya tentang
ideologi partai. Korupsi juga menjadi salah satu poin yang menjadi tanggung jawab
dalam proses pendidikan politik tersebut. contoh lembaga bentukan partai untuk
program tersebut ada;ah Hans Seidel Stiftung. Yayasan Hans-Seidel (HSF),
bekerjasama dengan mitra-mitra tertentu dan organisasiorganisasi afiliasi, mendukung
pelatihan pejabat pemerintah, pimpinan perusahaan, tenaga ahli dari kalangan swasta
dan LSM untuk membangun administrasi perlindungan lingkungan yang efisien. Hans
Seidel Stiftung ini juga melakukan kerjasama dengan negara lain termasuk Indonesia
karena HSF juga memiliki program pendidikan politik di negara mitra.

Masyarakat juga berperan dalam memberantas korupsi. Wolfgang Schaupensteiner


adalah seseorang yang mendedikasikan diri untuk memberantas korupsi sejak 1993. Dia
menghabiskan waktu untuk melakukan berbagai kegiatan untuk memberantas korupsi.
Misalnya, Schaunpeter melakukan hal sederhana untuk memberantas korupsi yaitu
dengan menggambar kartun antikorupsi di ruang kerjanya serta bergabung dengan
aktifis-aktifis lainnya (Dougherty, 2007).

4. Analisis SWOT

Analisis SWOT dalam pemberantasan korupsi di Jerman dapat digambarkan


sebagai berikut:

Strength Weakness

a. Jerman memiliki lembaga internal a. Alur investigasi yang berantai


yang bertekad menyelesaikan korupsi menyebabkan adanya korupsi yang
dengan efisien yang diwujudkan ternyata tidak teridentifikasi.
dengan tidak didirikannya lembaga
ad hoc.

b. Masih ada kebiasaan suap menyuap


b. Memiliki program kerja dan kebijakan
dalam memenangkan kontrak dari
yang relatif menyeluruh yaitu
pemerintah.
kebijakan di internal dalam negeri,
kerjasama regional, dan internasional.

Opportunity Thread

a. Peran aktif lembaga civil society Globalisasi menyebabkan pemberantasan


dalam memberantas korupsi. korupsi sulit dilakukan apalagi untuk
kasus suap dari pihak swasta(perusahaan
b. Partai politik memainkan peran dalam
multinasional) kepada pemerintah
sosialisasi dan pendidikan politik
termasuk dalam pemberantasan
korupsi.
BAB III
PENUTUP

Kesimpulan
Korupsi di Jerman cenderung stabil. Strategi pemberantasan korupsi yang
dilaksanakan oleh pemerintah Jerman menekankan pada reformasi birokrasi. Reformasi
birokrasi dilakukan melaui kebijakan dari pemerintah dan pembentukan entitas hukum yang
independen. Pemberantasan korupsi di Jerman juga dibantu oleh peran serta civil society,
misalnya GTZ, masyarakat, misalnya aktivis anti korupsi seperti Wolfgang Schaupensteiner;
partai politik seperti Hans Seidel Stiftung.
DAFTAR PUSTAKA

http://www.dw.com/id/korupsi-di-jerman-bidang-politik-paling-sedikit/a-17268536
http://www.edukasippkn.com/2015/10/dampak-akibat-adanya-penyelenggaraan.html
http://www.kabarindonesia.com/berita.php?pil=1&dn=20090106224758
http://www.dw.com/id/korupsi-di-perusahaan-jerman/a-2956645

Anda mungkin juga menyukai