Anda di halaman 1dari 32

Bayanat Al-Ikhwan Al-Muslimun, Desember 2006

Al-Ikhwan.net | 3 January 2007 | 13 Dzulhijjah 1427 H | Hits: 779


DR. Muhammad Mahdi Akif

Wahai orang-orang yang beriman jadilah kamu orang yang benar-benar penegak
keadilan, menjadi saksi karena Allah biarpun terhadap dirimu sendiri atau ibu bapak dan
kaum kerabatmu. Jika ia kaya ataupun miskin, maka Allah lebih tahu kemaslahatannya.
Maka janganlah kamu mengikuti hawa nafsu karena ingin menyimpang dari kebenaran.
Dan jika kamu memutar balikkan (kata-kata) atau enggan menjadi saksi, maka
sesungguhnya Allah adalah Maha mengetahui segala apa yang kamu kerjakan. (An-Nisa
: l35)Saat ini jamaah Al-Ikhwan Al-Muslimun sedang berhadapan dengan tuduhan yang
bertujuan mengaburkan persepsi umat tentang jamaah, menakut-nakuti dan membuat
kekhawatiran serta mengobarkan kebencian umat Islam atasnya. Media komunikasi dan
informasi, intelijen, aparat pemerintahan memiliki peran dalam menyebarkan isu tersebut
sehubungan dengan atraksi olah raga karate dan kungfu yang dilakukan sebagian
mahasiswa universitas Al-Azhar di dalam kampus mereka. Padahal kami telah
membantah dan menolaknya sebelum umat membantahnya. Para mahasiswa merasa
bersalah dengan aktivitas yang mereka lakukan dan mengeluarkan permohonan maaf
kepada pihak universitas, para dosen dan teman-teman mereka, dan menyebarkan
keterangan mereka melalui media masa koran- dan media informasi, namun ironisnya,
pamflet yang mereka sebarkan tidak tersosialisasikan secara menyeluruh, sehingga
berbagai tuduhan masih saja terjadi terhadap jamaah, terhadap staf dan dosen universitas
serta terhadap 140 mahasiswa lainnya. Karena itu agar tidak terjadi disinformasi di
tengah umat maka kami sampaikan statemen berikut ini :

1. Bahwa Kami hadir membawa manhaj kebaikan dan damai, stimulan, berlandaskan
Islam, bertujuan membangun peradaban manusia dan keluarga dan islah (perbaikan)
masyarakat dalam berbagai aspek; politik, ekonomi, sosial, kebudayaan dan pendidikan
secara kontinyu dan berkesinambungan. Kami memandang bahwa reformasi yang
bersandarkan pada prinsip-prinsip akhlaq harus ditegakkan seperti jujur, amanah,
menepati janji, berkorban dan ikhlas, dan menjadikannya sebagai tonggak utama dalam
berbagai kegiatan menuju kebebasan, keadilan, persamaan dan hak. Melalui ini, kami
sampaikan bahwa rakyat merupakan sumber kekuasaan, melalui politik unilateral dan
kebebasan mendirikan partai-partai dan memegang kekuasaan secara damai, pemilu yang
bersih, pengadilan yang bebas dan independen, kebebasan pers, dan Kami juga menolak
penggunaan kekerasan dan teror dalam mencapai tujuan politik, kekuasaan dan tujuan
lainnya.

2. Kami membantah adanya tuduhan sektarianisme, ideologi takfir dan ekstrimisme,


padahal kami menginginkan begitu banyak pemuda agar tidak terjerumus dalam
kesesatan, tidak terjerumus pada tindakan kriminal yang mengarah pada kekerasan,
pembunuhan dan terorisme bagaimanapun dan darimana pun sumbernya, sehingga
menuntut kami untuk mempelajari sebab-sebabnya, lalu memberikan solusi dengan
berusaha memberikan perbaikan secara integral. Menghentikan pembunuhan secara keji,
penyiksaan dan kamuflase peradilan, menghadirkan peradilan alami yang menghargai
dan menghormati undang-undang dan keputusan hukum dan hak asasi manusia,
memberikan solusi terhadap kemiskinan dan pengangguran, dengan mewujudkan takaful
(saling membantu) sosial, memberantas tindakan destruktif. Berkontribusi dalam kancah
politik, persatuan para ahli dan sosial, agar umat dapat menerima kami dan memberikan
kepercayaan kepada kami terhadap persatuan para ahli dan klu-klub para anggota
organisasi guru, dewan perwakilan rakyat dan persatuan mahasiswa; sebagai alternative
dukungan mereka terhadap anggota dewan dengan cara yang elegant. Walaupun para
pejabat pemerintahan dan mereka yang simpati dengan sekularisme tidak henti-hentinya
menuduh kami secara membabi buta dan serampangan sehingga kami jauh dari rakyat
dan rakyat jauh dari kami.

Adapun tuduhan-tuduhan tersebut adalah sebagai berikut :

1. Menuduh sebagai jamaah yang berbahaya dan perlu diwaspadai sehingga masyarakat
antipati terhadap jamaah dan berlaku kasar, mengekang gerak dan aktivitas kami,
memarginalkan hak-hak kami sebagai bagian anggota masyarakat dan bagian dari warga
Mesir.

2. Menggunakan pemilu untuk kemenangan partai tertentu (partai pemerintah;


demokrasi) dan sudah maklum oleh khalayak bagaimana mereka mendapatkan suara
pemilu- dalam membuat undang-undang untuk mempersempit langkah dan gerak jamaah,
dan melakukan penyiksaan dan kezhaliman terhadap kami, seperti undang-undang
darurat, undang-undang kepartaian, RUU pembentukan kepartaian, peradilan kepartaian,
UU persatuan para ahli, persatuan pers dan sebagainya.

3. Menunda pelaksanaan pemilu daerah selama 2 tahun walaupun secara mayoritas


banyak terjadi kerusakan di tubuh dewan perwakilan daerah, yang pada akhirnya kami
tidak bisa ikut serta dalam pertarungan pemilu daerah tersebut.

4. Menghentikan pelaksanaan pemilu persatuan para ahli dan klub-klub anggota lembaga
pendidikan dan universitas karena khawatir kemenangan berpihak kepada kami.

5. Melakukan kecurangan pemilu melalui kamar dagang dan persatuan buruh setelah
dibatalkan calon-calon dari kami dan menangkap yang lainnya.

6. Memenjarakan sebagian anggota jamaah dalam jumlah yang begitu besar hingga
mencapai 25 ribu orang selama kurun waktu 10 tahun, mulai dari tingkat pelajar SMA
hingga orang dewasa yang telah sepuh dan berumur 80-an tahun, sehingga semenjak
tahun 1992 hingga sekarang penjara penuh dengan Ikhwan.

7. Menyiksa anggota Ikhwan di markas kepolisian Negara hingga di antara mereka ada
yang syahid.
8. Mengajukan para qiyadah dalam jumlah yang besar mencapai 150 orang ke pengadilan
militer dan kejaksaan dengan berbagai tuduhan, dan menjatuhkan hukuman 3-5 tahun
lamanya tanpa alasan yang jelas.

9. Melakukan kecurangan dalam pemilu legislative di berbagai daerah, menggunakan


suap (money politik), intimidasi dan tindak kekerasan terhadap para pemilih sehingga di
antara warga ada yang terbunuh dan terluka, namun walaupun demikian 88 anggota
Ikhwan berhasil memenangkan pemilu dan menjadi anggota legislative.

10. Menguasai sarana media televisi dan pers guna menyebarkan tuduhan, kebohongan
dan kedustaan terhadap jamaah tanpa memberikan kesempatan kepada jamaah untuk
membantah dan menjelaskan hakikat sebenarnya.

11. Melarang disiarkannya rapat dewan perwakilan rakyat secara langsung di media
televisi, seperti yang pernah dilakukan sebelumnya.

12. Melarang beredarnya surat kabar (Afaq Arabiyah) yang di dalamnya terdapat tulisan
dan pandangan kami.

13. Menutup perusahaan dan perniagaan yang dimiliki para Ikhwan dan menangkapi
mereka serta merampas apa yang mereka temukan di rumah para Ikhwan baik uang atau
harta benda lainnya.

14. Memutasi ribuan guru dan imam masjid menjadi pegawai bawahan.

15. Melarang para Ikhwan melakukan safar (bepergian) keluar negeri tanpa alasan yang
jelas.

16. Menghadang para demonstran yang turun ke jalan dan mengusir mereka dengan cara
kasar dan menangkap yang lainnya, walaupun di antara mereka ada yang dilepaskan
seperti dua orang doktor; Muhammad Mursi dan Isham Al-Uryan setelah keduanya
berada dibalik jeruji selama 7 bulan.

Ini semua menunjukkan adanya kezhaliman dan tekanan yang dialami para Ikhwan dalam
kehidupan berbangsa dan bernegara serta kehidupan, bahkan terhadap mereka yang
menginginkan keadilan, keamanan dan kebebasan. Walaupun demikian kami tetap
bersabar dan berharap, membuka akal dan hati untuk berdialog, membuka tangan kami
untuk saling tolong menolong dalam meraih kemaslahatan umum. Tidak ada sedikit pun
dalam diri kami perasaan dendam, benci dan marah.

Bahwa pelarangan mahasiswa anggota Ikhwan dan yang lainnya yang loyal terhadap
salah satu calon dalam pemilihan ketua persatuan mahasiswa selalu mendapat intimidasi;
bagi siapa yang mendapatkan kartu pemilih akan langsung ditangkap sebelum melakukan
pemilihan, sehingga calon yang akan terpilih tidak berhasil lolos dan meraih kemenangan
kecuali calon yang diinginkan para polisi, sehingga dengan itulah para mahasiswa lainnya
terpaksa mengadakan pemilihan tandingan untuk mendirikan persatuan mahasiswa yang
bebas dan tidak tunduk pada tekanan aparat baik polisi ataupun militer.

Salah satu universitas yang loyal dengan pemerintah memberikan dukungan pada aparat
dan dengan dibekali persenjataan melakukan perlawanan terhadap mahasiswa tersebut
sehingga terjadilah bentrokan, sementara itu para petugas keamanan universitas hanya
bisa menyaksikan pertikaian dan bentrokan antar mahasiswa dan tidak berusaha
melerainya (turut campur), sehingga pada akhirnya sebagian mahasiswa mengalami
cedera dan terpaksa dibawa ke rumah sakit, dan di antara mereka ada yang ditangkap dan
dimasukkan ke dalam penjara etika dan ada yang diskorsing oleh pihak universitas
selama 1 bulan.

Hal ini juga membuat mahasiswa lain yang simpati terhadap mahasiswa yang cedera
melakukan demonstrasi menolak keputusan tersebut, maka saat itulah terjadi apa yang
kita saksikan dan berusaha kami jelaskan serta kami ingkari, sementara para mahasiswa
meminta maaf akan peristiwa tersebut. Apakah segala tuduhan dan kedustaan ini berhak
atas kami? atau adakah dibalik kabut gelap ini ada tujuan lain? inilah yang akan coba
jelaskan pada hari-hari mendatang.

Tentunya kami akan terus berusaha berada dalam naungan ajaran Rasul kami dan
menteladaninya; yang telah banyak mendapatkan cobaan dan siksaan lebih keras dari
kami, namun beliau tetap bersabar dan bersabar bahkan beliau berdoa untuk kebaikan
mereka, kami berusaha memahami akan ungkapan pemimpin kami Hasan Al-Banna:
Jadilah seperti pohon, mereka lempari dengan batu namun dibalas dengan melempari
mereka dengan buah. Dan ungkapkan beliau: Kami juga ingin agar kaum kami (umat
Islam) memahami bahwa mereka lebih kami cintai ketimbang jiwa-jiwa kami, dan
kecintaan dalam jiwa ini akan menjadi tameng mereka jika memang membutuhkan
pengorbanan, menumpahkan darah dengan harga yang mahal demi kemuliaan,
kehormatan, agama dan cita-cita jika hal tersebut dibutuhkan, kami melakukan ini dijalan
Allah untuk umat Islam melebihi kepentingan kami sendiri, kami untuk kalian bukan
untuk yang lainnya wahai saudara yang kami cintai dan kami tidak akan menjadi beban
atas kalian.

Barangsiapa yang bertaqwa kepada Allah maka akan diberikan jalan keluar dan
diberikan rezki yang datangnya tidak disangka, dan barangsiapa yang bertawakal kepada
Allah maka cukup hanya Allah sebagai pelindung, sesungguhnya Allah memiliki segala
urusan-Nya dan Allah telah menjadikan segala sesuatu sesuai dengan takdir-Nya.
Wassalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh

Cairo, 28 Dzul Qadah 1427 H 19 Desember 2006

ttd

Muhammad Mahdi Akif


Kesaksian Wartawati Muslim Inggris, Ivone Ridley, tentang Al-Ikhwan Al-
Muslimun

Al-Ikhwan.net | 16 December 2006 | 25 Dzulqaidah 1427 H | Hits: 922


Al-Ikhwan.net

Al-Ikhwanul muslimun adalah jamaah yang lurus dan Sayyid Qutb adalah seorang
mujahid yang berhak mendapat pujian dan penghargaan (Ivone Ridley)

Ivone Ridley (wartawati asal Inggris) berkata: Ideologi Al-Ikhwanul Muslimun


memberikan saham yang sangat besar dalam membina masyarakat, memuliakan nilai-
nilainya sepanjang tahun yang lalu.

Dalam keterangan khususnya kepada ikhwanonline dan dihadapan para peserta nadwah
international pemuda Islam yang diselenggarakan di Cairo beliau menambahkan: Al-
Ikhwan, dengan ideologinya yang matang dan lurus sangat berperan dalam memberantas
penyimpangan dan ekstrimitas yang terjadi di dunia Islam.

Ivone Ridley juga menegaskan bahwa Asy-syahid Sayyid Qutb adalah seorang imam
yang bersih terutama terhadap gagasan-gagasannya yang brilian yang ditulis dalam kitab
tafsir Fi Dzlilalil Quran dan kitab Maalim Fi At-thoriq, beliau berkata: Hal ini saya
sampaikan setelah saya menyaksikan penangkapan setiap orang yang membaca buku ini,
maka saya pun pergi mencari buku tersebut dan membacanya. Saya dapatkan pandangan
yang sangat bernilai tinggi sehingga berhak mendapatkan pujian. Dan dalam waktu yang
sama beliau juga mengungkapkan bahwa buku tersebut adalah buku yang bagus tidak ada
penyimpangan seperti yang dituduhkan oleh kebanyakan orang yang tidak paham akan
buku beliau.

Dalam Nadwah yang diselenggarakan hari Selasa (21/11/2006), Ridley juga


menyampaikan kritiknya dan mengecam statemen Menteri kebudayaan Mesir, bahkan
beliau mengecapnya sebagai orang yang telah melecehkan agama karena statemennya
yang sangat kontroversi tentang hijab, dan menganggap statemen tersebut merupakan
suatu kebodohan dan kemunduran. Beliau juga meminta pada lembaga-lembaga agama
lain untuk menolak bagi setiap orang atau lembaga yang digunakan untuk memerangi
Islam dan memerangi setiap orang yang meneyeru kepadanya.

Ivone Ridley yang berumur 44 tahun adalah seorang wartawati asal Inggris. Beliau
pernah ditangkap selama 10 hari oleh gerakan Taliban saat meliput perang yang dipimpin
oleh Amerika dalam menjatuhkan pemerintahan Taliban. Beliau bekerja untuk majalah
Sunday Express, dan beliau termasuk wartawati asal Inggris yang berpengalaman
dalam meliput berita, dan pada waktu yang sama beliau juga bekerja untuk koran-koran
terbesar di Inggris; diantaranya Independent, Observeer, dan Sunday Times.
Masuknya beliau dalam agama Islam menjadi kisah yang menarik untuk diketahui,
karena pada awalnya beliau sangat membenci dan memusuhi Islam apalagi terhadap
gerakan Taliban. Namun setelah masuk Islam beliau membenci dan memusuhi Barat dan
meminta maaf pada gerakan Taliban.

Ridley ditangkap pada tanggal 28 September 2001 bersama dua orang guide (penunjuk
jalan) asal Afghanistan, yaitu di sebuah kota dekat dengan kota Jalal Abad dengan
mengenakan pakaian tradisional wanita Pastun karena memasuki salah satu daerah
Afghanistsan tanpa menggunakan jalur resmi. Kemudian setelah 10 hari berlalu beliau
dibebaskan. Namun sebelum dibebaskan, gerakan Taliban mengajaknya untuk memeluk
Islam sekembalinya nanti ke kota London, pada mulanya beliau menolak dan
mengatakan: Tidak mungkin. Namun dia berjanji akan mempelajari lebih dahulu dan
memahami ajaran Islam.

Di London Ivone Ridley mempelajari Al-Quran dan Al-hadits, kemudian mengarang


buku tentang pengalamannya saat bersama gerakan Taliban dan kekagumannya terhadap
Islam, dan kisah beliau mendapatkan muamalah yang baik dari seorang polisi Taliban,
dalam tulisannya beliau memuji Taliban, beliau melihat bahwa tidak ada satu negara pun
yang memiliki nidzam (sistem) Islam yang hakiki walaupun di negara muslim. Ini
diungkapkan sebagai kritikan terhadap Barat yang memerangi Islam dengan dalih tidak
ada hubungannya dengan agama. (Ikhwanonline/22-11-2006/Munir Adib) []

Al-Ikhwan

Mengenal Al-Ikhwan Al-Muslimun

I. Siapakah Al-Ikhwan Al-Muslimun?

Al-Ikhwanul al-muslimun adalah salah satu jamaah dari umat Islam, mengajak dan
menuntut ditegakkannya syariat Allah, hidup di bawah naungan Islam, seperti yang
diturunkan Allah kepada Rasulullah saw, dan diserukan oleh para salafush-shalih, bekerja
dengannya dan untuknya, keyakinan yang bersih menghujam dalam sanubari,
pemahaman yang benar yang merasuk dalam akal dan fikrah, syariah yang mengatur al-
jawarih (anggota tubuh), prilaku dan politik. Mereka berdawah kepada Allah. Komitmen
dengan firman Allah SWT: Serulah mereka ke jalan Tuhanmu dengan hikmah dan
nasihat yang baik (QS. An-Nahl : 125). Dialog yang konstruktif, sebagai jalan menuju
kepuasan dan memberikan kepuasan bersandarkan pada al-hujjah (alasan), al-mantiq
(logika), al-bayyinah (jelas), dan ad-dalil (dalil).

Kebebasan adalah keniscayaan, hak mendasar yang telah Allah anugerahkan kepada
setiap hamba-Nya, meski kulit, bahasa dan akidah mereka berbeda; Kebebasan
berkeyakinan, beribadah, mengungkapkan pendapat, berpartisipasi dalam membuat
keputusan, dan hak untuk memilih dari beberapa pilihan secara bebas dan bersih,
sehingga tidak boleh ada pengekangan hak untuk mendapatkan kebabasan, hak
mendapatkan ketenangan, sebagaimana seseorang tidak boleh berdiam diri dan pasrah
pada setiap permusuhan atau pengekangan terhadap kebebasannya.

Ilmu merupakan salah satu pondasi tegaknya daulah Islamiyah, berprestasi tinggi bagian
dari kewajiban setiap umat agar dapat beramal menuju pengokohan iman dan sarana
kemajuan umat, mendapatkan ketenangan, merasakan kebebasan, menghadang
permusuhan, menunaikan risalah alamiyah (dawah) seperti yang telah Allah gariskan,
memantapkan nilai-nilai dan ajaran-ajaran perdamaian, menghadang kediktatoran,
imperialisme, kedzaliman, dan perampasan kekayaan bangsa.

Dasar dari pendidikan, konsep, akhlak, fadhail, undang-undang, sistem, jaminan, nilai-
nilai, dan perbaikan adalah kitabullah dan sunnah Rasul-Nya yang jika keduanya
dipegang oleh umat maka tidak akan sesat selamanya.

Islam menurut pemahaman Al-Ikhwanul Muslimun adalah sistem yang mengatur segala
urusan kehidupan berbangsa dan bernegara, mengatur hajat hidup manusia sepanjang
masa, waktu dan tempat. Islam lebih sempurna dan lebih mulia dibanding perhiasan
kehidupan dunia, khususnya pada masalah duniawi, karena Islam meletakkan kaidah-
kaidah secara sempurna pada setiap bagiannya, memberikan petunjuk kejalan yang lurus
dijadikan sebagai manhajul hayat (life style), dipraktekkan dan selalu berada diatas
relnya.

Jika shalat merupakan tiang agama, maka al-jihad adalah puncak kemuliaannya, Allah
adalah tujuan, Rasul adalah tauladan, pemimpin dan panutan, sedangkan mati di jalan
Allah adalah cita-cita yang paling mulia.

Jika keadilan menurut Al-Ikhwan adalah salah satu tonggak setiap negara, maka
persamaan merupakan bagian dari karakteristiknya, dan undang-undang yang bersumber
dari syariat Allah; agar dapat merealisasikan keadilan yang mempertegas adanya
persamaan.

Hubungan antara bangsa, negara, dan umat manusia adalah hubungan gotong royong,
saling membantu, dan bertukar pikiran, sebagai jalan dan sarana kemajuan berdasarkan
persaudaraan, tidak ada intervensi, tidak ada pemaksaan kehendak, kekuasaan dan
kediktatoran atau pengkerdilan hak orang lain.

Al-Ikhwanul Muslimun adalah jamaah yang memiliki cita-cita, mencintai kebaikan,


bangsa yang tertindas, dan umat Islam yang terampas hak-haknya.

Dawah mereka adalah salafiah, karena mereka selalu mengajak umat untuk kembali
kepada Islam, kepada penuntunnya yang suci, kepada kitabullah dan sunnah Rasul-Nya.
Sebagaimana Al-Ikhwan adalah thariqoh sunniyah (beraliran sunni), karena membawa
jiwa mereka pada perbuatan dan dalam segala urusan sesuai dengan sunnah yang suci
khususnya pada masalah akidah dan ibadah.

Al-Ikhwan adalah jamaah sufiah, mereka memahami bahwa dasar kebaikan adalah
kesucian jiwa, kebersihan hati, kelapangan dada, kewajiban beramal, jauh dari akhlak
tercela, cinta kerena Allah dan ukhuwah karena Allah.

Al-Ikhwan juga merupakan jamaah yang bergerak dalam bidang politik, yang menuntut
ditegakkannya reformasi dalam pemerintahan, merevisi hubungan negara dengan yang
lainnya, dan membina umat pada kemuliaan dan kehormatan diri.

Al-Ikhwan adalah jamaah yang memiliki vitalitas tinggi, memperhatikan kesehatan,


menyadari bahwa mumin yang kuat lebih baik dari mumin yang lemah, dan
berkomitmen dengan sabda nabi saw, Sesungguhnya badanmu memiliki hak atas
dirimu, dan menyadari bahwa kewajiban-kewajiban dalam Islam tidak akan terlaksana
kecuali dengan fisik yang kuat, hati yang penuh dengan iman, akal yang diisi dengan
pemahaman yang benar.

Al-Ikhwan adalah jamaah persatuan keilmuan dan tsaqofah, karena ilmu dalam Islam
merupakan kewajiban yang harus dikuasai, dicari walau hingga ke negeri cina, negara
akan bangkit karena iman dan ilmu.

Al-Ikhwan adalah jamaah yang memiliki ideologi kemasyarakatan, memperhatikan


penyakit-penyakit yang menjangkit masyarakat dan berusaha mengobati dan mencari
solusinya serta menyembuhkannya.

Al-Ikhwan adalah jamaah yang memiliki kebersamaan ekonomi, karena Islam adalah
agama yang mengatur hal-hal yang berkaitan dengan harta dan cara memperolehnya, nabi
saw bersabda: Sebaik-baik harta adalah milik orang yang salih. Barangsiapa yang pada
sore harinya mencari nafkah dengan tangannya sendiri maka ampunan Allah baginya.

Pemahaman ini menegaskan kesempurnaan makna Islam, keuniversalan dalam segala


kondisi dan sisi kehidupan, pada segala urusan dunia dan akhirat.

II. Prinsip-Prinsip Al-Ikhwanul Muslimun


Sejak 1400 tahun lalu, nabi Muhammad bin Abdullah menyeru masyarakat di kota
Makkah, di atas bukit Safa:

Wahai sekalian manusia, sesungguhnya aku adalah utusan Allah kepada kalian semua
yang memiliki kerajaan langit dan bumi, tiada tuhan selain Dia, Yang dapat
Menghidupkan dan Mematikan, maka berimanlah kepada Allah dan Rasul-nya yang
ummi, yang beriman kepada Allah dan ayat-ayat-Nya dan ikutilah dia agar kalian
mendapatkan petunjuk. (QS. Al-Araf (7): 158).

Dawah menjadi pemisah dalam kehidupan secara menyeluruh, antara kehidupan masa
lalu yang penuh dengan kedzaliman, masa depan yang cemerlang dan gemerlap, dan
masa kini yang penuh dengan kesenangan, pemberitahuan yang gamblang dan transparan
akan sistem yang baru. Pembuat syariatnya adalah Allah, Yang Maha Mengetahui dan
Maha Mendengar. Penyampai risalahnya adalah nabi Muhammad saw, pembawa kabar
gembira dan peringatan. Kitab dan undang-undangnya adalah Al-Quran yang jelas dan
terang. Tentaranya adalah para salafush shalih, generasi pendahulu dari golongan
muhajirin dan anshor serta mereka yang datang dengan kebaikan. Itulah shibghah
Allah Dan manakah shibghah yang terbaik selain shibghoh Allah?!

Padahal sebelumnya kamu tidak tahu mana al-kitab dan mana iman yang benar, namun
Kami jadikan kepadanya cahaya yang memberikan petunjuk kepada siapa yang Kami
Kehendaki dari hamba-hamba Kami. Dan sesungguhnya kamu akan memberikan
petunjuk ke jalan yang lurus. Jalan Allah yang memiliki apa yang ada di langit dan yang
ada di bumi, ketahuilah hanya kepada Allah kembali segala urusan. (QS. As-syura: 52-
53)

Al-Quran adalah kumpulan dasar-dasar kebaikan pada seluruh sisi kehidupan, kumpulan
berbagai prinsip yang memisahkan masyarakat pada jalannya menuju ketenangan,
keamanan, kemajuan dan kepemimpinan. Allah telah memberikan dalam Al-Quran
kepada umat penjelasan terhadap segala sesuatu, dasar-dasar dan prinsip-prinsip yang
menjadi sumber kekuatan dan potensi.

Beberapa prinsip yang termaktub dalam Al-Quran dan Sunnah Nabi-Nya saw yang harus
dipegang teguh oleh insan muslim, rumah tangga Islami, masyarakat Islami, negara dan
umat Islam adalah:

Robbaniyah; segala orientasi individu, sosial atau negara, segala pebuatan,


perilaku, pandangan dan politik harus berkomitmen dengan apa yang diridhoi
Allah, mentaati perintah-Nya, dan menjauhi larangan-Nya.
Menjaga jati diri manusia dari hal-hal yang dapat membuat Allah murka, mulia
dari segala yang rendah, dan berusaha menggapai tingkat kesucian diri (ikhlash).
Beriman pada hari berbangkit, hisab, pembalasan dan siksa.
Bangga dengan ikatan ukhuwah sesama manusia dan melaksanakan hak-haknya.
Perhatian dengan peran wanita dan laki-laki sebagai sekutu yang tidak dapat
dipisahkan dalam membangun masyarakat, komitmen dengan kesempurnaan,
persamaan, dan menegaskan akan pentingnya peran keduanya dalam
pembangunan dan kemajuan masyarakat.
Kemerdekaan, kepemilikan dan musyarakah, hak untuk hidup, bekerja, dan
mendapatkan ketenangan adalah hak mendasar setiap warga, di bawah naungan
keadilan, persamaan dan undang-undang secara adil.
Nilai-nilai dan akhlak merupakan jaminan ketenangan dan tegas dalam
memerangi kemungkaran, kerusakan dan pengrusakan.
Kesatuan umat merupakan hakikat yang harus diwujudkan dan direalisasikan.
Jihad merupakan jalan satu-satunya bagi umat.
Umat yang berambisi mengapai ridho ilahi dalam perilaku dan perbuatan, politik
dan orientasi, setiap individu bangga dengan ikatan ukhuwah yang dapat
menyatukan dan menyambung tali persaudaraan di antara mereka, berusaha untuk
hidup dengan bebas tidak pengkebirian dan penindasan, pemahaman yang utuh,
kesadaran dan keseriusan dalam merealisasikan prinsip-prinsip, melebihi
pemahaman dan perbuatan:
1. Ummat sebagai sumber kekuasaan
2. Keadilan sebagai tujuan hukum dalam berbagai tingkatannya bahkan pada
tingkat dunia
3. Syura sebagai asas dalam mengambil berbagai keputusan, tidak ada
kediktatoran, individualisme dalam kekuasaan, bangga dengan kebebasan
dan berusaha mempertahankannya dan menjadikannya sebagai hak setiap
umat manusia sebagai anugerah dan karunia dari Allah untuknya.

Sebagaimana beberapa prinsip yang menjamin keabsahan dibidang ekonomi:

Tidak boleh menjadi perpanjangan tangan orang-orang kaya dan mengindahkan


fakir miskin
Diharamkannya riba
Diharamkannya menimbun harta
Diharamkannya monopoli
Memberikan penghargaan terhadap kepemilikan pribadi yang dipergunakan untuk
jamaah dan sesuai dengan syariat Allah

III. Misi dan tujuan Al-Ikhwan Al-Muslimun

Imam Al-Banna menyampaikan misi dan tujuan yang ingin dicapai jamaah, beliau
berkata:

Kami menginginkan terbentuknya sosok individu muslim, rumah tangga Islami, bangsa
yang Islami, pemerintahan yang Islami, negara yang dipimpin oleh negara-negara
Islam, menyatukan perpecahan kaum muslimin dan negara mereka yang terampas,
kemudian membawa bendera jihad dan dawah kepada Allah sehingga dunia
mendapatkan ketentraman dengan ajaran-ajaran Islam.
Sebagaimana beliau juga memfokuskan dua target utama:

Saya ingatkan untuk kalian dua tujuan utama:

1. Membebaskan negeri Islam dari kekuasaan asing, karena merupakan hak alami setiap
manusia yang tidak boleh dipungkiri kecuali orang yang dzalim, jahat atau biadab.

2. Mendirikan negara Islam, yang bebas dalam menerapkan hukum Islam dan sistem
yang Islami, memproklamirkan prinsip-prnsip yang mulia, menyampaikan dakwah
dengan bijak kepada umat manusia. Jika hal ini tidak terwujudkan maka seluruh kaum
muslimin berdosa, akan diminta pertanggungjawabannya di hadapan Allah yang Maha
Tinggi dan Maha Agung karena keengganan mendirikan daulah Islam dan hanya berdiam
diri.

Imam Syahid juga menyampaikan tujuan priodik yang harus dicapai oleh kaum
muslimin, atau kaum muslimin dapat meraih dua tujuan besar dengan teliti dan jelas:

1. Membentuk sosok muslim yang berbadan kuat, berakhlak sejati, berpikiran luas,
mampu bekerja dan mencari nafkah, berakidah suci, beribadah yang benar, berjiwa
sungguh-sungguh, pandai mengatur waktu, disiplin dalam segala urusannya, dan
bermanfaat bagi orang lain, masyarakat dan negaranya.

2. Membentuk rumah tangga Islami; memelihara adab-adab dan akhlak-akhlak Islami


dalam segala aspek kehidupan rumah tangga dan masyarakat. Jika sosok muslim itu baik
secara akidah, tarbiyah dan tsaqofah, maka akan baik pula dalam memilih pasangan,
mampu menunaikan hak dan kewajibannya, dan berperan serta dalam pembinaan anak-
anak dan bergaul dengan orang lain, serta berpartisipasi dalam kebaikan di tengah
masyarakat dan umat.

Jika terbentuk rumah tangga Islami, maka akan terwujud pula masyarakat muslim yang
menyebar kesegala penjuru dan aspek dakwah yang mengajak pada kebaikan dan
memerangi keburukan dan kemungkaran, memotivasi perbuatan baik dan produktif,
memiliki sifat amanah, memberi dan itsar.

Mencapai pada masyarakat Islami hingga pada tahap pemilihan pemerintahan yang
Islami, komitmen dengan syariat Allah, menjaga hak-hak Allah dalam berbangsa dan
bernegara, menjaga dan memelihara hak-hak-Nya, komitmen dengan undang-undang
kebebasan, keamanan, amal dan perubahan, mengungkapkan pendapat dan
mengikutsertakannya dalam musyarakah dan mengambil keputusan.

Pemerintahan Islam yang didukung oleh masyarakat muslim, menunaikan perannya


sebagai khadimul ummah, digaji dengannya, bergerak demi kebaikannya, pemerintahan
ini membentuk anggotanya komitmen dengan Islam dan ajarannya, menunaikan
kewajibannya, membantu non muslim dari berbagai golongan masyarakat; demi
merealisasikan eksistensi umat dan persatuannya.
Berdirinya pemerintahan Islam yang dipilih oleh masyarakat muslim secara bebas,
pemerintahan yang komitmen dengan syariat Allah Azza wa Jalla sehingga melahirkan
negara Islam yang diidamkan, negara yang memimpin negara-negara Islam lainnya,
menyatukan perpecahan, mengembalikan kemuliaan dan harga dan mengembalikan
negara mereka yang telah terampas.

Kepemimpinan negara Islam terhadap negara yang dipimpin harus memiliki karakteristik,
kemampuan dan pondasi kepemimpinan, bukan hanya sekedar tuntutan namun sebagai
realisasi dengan baik dan memiliki pertanggungjawaban yang besar. Membentuk
persatuan umat Islam adalah suatu keniscayaan bukan kemustahilan, khususnya dalam
bidang politik, ekonomi, dan militer - guna dapat mewujudkan kesejahteraan kepada
kaum muslimin bahkan alam secara keseluruhan- yang tidak ternilai.

Berdirinya daulah Islamiyah yang bersatu atau kesatuan negara-negara Islam,


mengembalikan eksistensi negara kepada umat, mengokohkan perannya dalam peradaban
dan perdamaian serta ketentraman di seluruh dunia, tanpa menggunakan kekuasaan dari
kekuatan lainnya.

Imam syahid berkata: Sesungguhnya seluruh kaum muslimin akan berdosa dan
bertanggung jawab di hadapan Allah yang Maha Tinggi dan Bijaksana karena keculasan
mereka dalam menegakkan daulah Islamiyah dan berdiam diri tidak mau mewujudkan
negara Islam dan berpangku tangan dari kedzaliman dan kejahatan sekelompok manusia
di dunia saat ini, berdiri dengan angkuh di hadapan negeri-negeri dan dunia Islam,
menyerukan prinsip-prinsip kedzaliman, meneriakkan suara kekejian, dan merampas hak-
hak asasi manusia, sehingga tidak ada yang mau berkorban untuk membebaskan umat
dan melakukan perlawanan demi berdirinya negara yang penuh dengan kebenaran,
keadilan, perdamaian, ketentraman dan kebebasan.

Adapun tujuan yang ingin dicapai negara Islam bersatu adalah tersebarnya Islam ke
seluruh penjuru dunia dan dakwah yang memiliki nilai-nilai, akhlak dan adab,
mengokohkan nilai-nilai kebebasan, keadilan dan persamaan, ikhlash menghadap Allah
Azza wa Jalla begitu berat beban dan begitu agung peran yang dipandang orang
sebagai khayalan padahal menurut kaum muslimin adalah merupakan kenyataan;
karena umat Islam tidak mengenal putus asa tidak berhenti dalam berjalan, bekerja,
dan memberi untuk mencapai tujuan; demi mengharap keridhaan Allah SWT.

Kami berada pada prinsip:

Bahwa kami adalah umat yang tidak memiliki kemuliaan dan izzah kecuali
dengan Islam baik akidah, ideologi dan perbuatan.
Bahwa Islam adalah solusi dari segala permasalahan umat; politik, ekonomi
masyarakat; internal dan external.
Bahwa dengan Islam akan menjadikan setiap orang bekerja, setiap pelajar
membutuhkan uang, setiap petani membutuhkan tanah, setiap warga
membutuhkan tempat tinggal dan pasangan, kemapanan untuk hidup layak dari
setiap manusia.
Bahwa penjajahan dan perampasan suatu negeri tidak akan selesai kecuali dengan
mengangkat bendera Islam dan mengikrarkan jihad.
Bahwa persatuan negara Arab tidak terwujud kecuali dengan Islam. Begitupun
tauhid dan persatuan kaum muslimin tidak akan sempurna kecuali dengan Islam.
Dan perubahan neraca demi kebaikan kaum muslimin bukan perkara mustahil jika
ada komitmen dengan Islam.
Bahwa usaha untuk mendirikan pemerintahan Islami adalah kewajiban. Persatuan
berdasarkan asas Islam adalah kewajiban. Dan setiap persatuan yang mengarah
pada diskriminasi tidak dibolehkan, karena itu harus ditolak dalam pemahaman
dan ideologi insan muslim.
Bahwa mendirikan negara Islam merupakan keniscayaan dibanding yang lainnya.
Jika para pelaku kejahatan, para penyembah berhala / benda mati, manusia atau
hewan berusaha mengubah segala sesuatu - padahal mereka adalah batil - maka
bagaimana mungkin seorang muslim menghindar dari mendirikan daulah Islam
dibumi Islam?
Islam memberikan pada setiap warganya - yang memiliki sifat kebangsaan
terhadap bumi Islam - haknya dalam beribadah, merdeka, keamanan, dan
beraktivitas serta bebas dalam mengungkapkan pendapat dan argumentasi.
Bahwa hanya dengan penerapan Islam menjadikan persatuan umat memiliki
derajat kekuatan yang tinggi dalam bidang materi dan inmateri, produksi dan
kontribusi, dan distribusi secara merata terhadap kekayaan dan memiliki tingkat
kelembutan yang tinggi.

IV. Sarana Al-Ikhwan Al-Muslimun

Berbicara tentang tujuan menurut Al-Ikhwan Al-Muslimun erat hubungannya dengan


sarana yang membantu dan membuka jalan agar tercapai tujuan yang diharapkan.

Insan Muslim

Jika pembentukan insan muslim memiliki peran yang sangat penting/mendasar dari
beberapa misi dan tujuan menurut Al-Ikhwan Al-Muslimun - maksud dari manusia disini
adalah sosok laki-laki dan perempuan, anak kecil laki-laki dan perempuan, pemuda dan
pemudi - maka sarana untuk membentuk manusia yang memiliki karakter sejati dalam
akidah, keimanan, pemahaman, amal dan kontribusinya adalah terangkum pada beberapa
hal berikut:

Murabbi yang bergerak dalam pembinaan dan pembentukan.


Metode yang tersusun dan manhaji.
Lingkungan yang memiliki ideologi dan kemampuan memadai.

Jamaah Al-Ikhwan Al-Muslimun memiliki perhatian yang sangat besar terhadap tarbiyah;
karena hal itu merupakan jalan menuju orisinalitas pemahaman, pembenaran dan
pendisiplinan gerak dan perbuatan, menjelaskan yang halal dan yang haram, yang wajib
dan urgensi kebangkitan dengannya; guna meraih ganjaran dan pahala dari sisi Allah
Azza wa Jalla. Sebagaimana hal tersebut untuk mengokohkan dan memurnikan nilai-nilai
dan karakter ukhuwah, tsiqoh dan ribat (hubungan erat); karena penopangnya adalah Al-
Quran dan Sunnah. Jika ada kesalahan pada salah satu dari tiga hakikat tersebut diatas
maka akan merusak semuanya, karena tidak ada keraguan dalam menelurkan pribadi
muslim dan wajihah yang memiliki konsen dalam memberi dan memantau (mutabaah)
terhadap tarbiyah kecuali dengan pemahaman yang benar dan utuh, mengerahkan segala
potensi yang dimiliki untuk menerapkan pemahamannya tersebut.

Ukuran dan tegaknya tarbiyah yang benar dan muntijah yang sesuai dengan kapasitas
akal manusia dan hatinya pada ilmu, dzikir, amal dan kontribusi. Karena semua itu
merupakan neraca kecemerlangan yang seyogyanya menjadi bagian dari kesetiaan dan
loyalitasnya dalam wirid harian, itikaf tahunan, qiyamullail, dan kesungguhannya
terhadap akhlak yang mulia, tajarrud (ikhlas) dalam melakukan aktivitas kemaslahatan
umum dan menghindar dari kemaslahatan pribadi, memiliki prestasi yang baik dalam
ilmu dan pengetahuan, dan kesungguhannya dalam menunaikan perannya di tengah
keluarga dan masyarakatnya, di rumah dan tempat kerjanya.

Tentunya juga perhatian dan kesemangatan terhadap hafalan Al-Quran dan Hadits,
mensinkronkan antara hafalan dan pengamalan serta keagamaan yang meiliki perhatian
yang sangat besar oleh Al-Ikhwan Al-Muslimun, komitmen dengan manhaj yang
bersumber dari Al-Quran dan sunnah, perhatian dalam membangun dan mendidik para
pemuda, orang tua dan anak-anak terhadap tandzim dan tartib (sistem dan keteraturan),
yang diiringi oleh amal tarbawi; semangat dalam meraih target yang diinginkan dan
ditentukan.

Rumah Tangga Muslim

Jika rumah tangga muslim sebagai tujuan kedua dari beberapa tujuan yang diinginkan
oleh jamaah, maka sarana yang dapat direalisasikan kepada pengaplikasian dan
perwujudannya di muka bumi ini yang menjadi perhatian jamaah adalah merealisasikan
hal-hal yang dapat menuju pada tujuan tersebut, di antaranya:

1. Memberikan kepada setiap muslim perhatian yang diinginkan terhadap rumah


tangganya baik terhadap suami atau istri atau anaknya.
2. Memberikan aktivitas kewanitaan haknya dalam membaca, menulis, liqo dan
halaqoh kewanitaan, dan kegiatan yang dibutuhkan oleh kaum wanita.
3. Memilih pasangan wanita yang shalihah dan pasangan lelaki yang salih.
4. Mengikutsertakan anak pada kegiatan dan aktivits yang bermanfaat.
5. Membuat dan membentuk perangkat yang dapat memlihara agenda keluarga dari
berbagai tingkatannya, merinci peranan wanita muslimah dalam berbagai
kegiatan, aktivitas dan pembinaan.
6. Membersihkan suasana rumah tangga muslim dari pelanggaran-pelanggaran,
dalam bingkai pemberian pengetahuan yang benar terhadap norma-norma dan
pesan yang termaktub dalam Al-Quran dan Sunnah.
7. Membuat dalam kelompok dan halaqoh kewanitaan perpustakaan khusus wanita.
8. Berusaha menyingkirkan penghalang yang dapat merubah rumah tangga muslim,
materi dan non materi.

Masyarakat atau Bangsa yang Islami

Adalah sesuatu yang sulit untuk diwujudkan atau dihadirkan penerapan ajaran Islam
ketingkat hukum dan pemerintahan, kecuali melalui rakyat yang digerakkan oleh iman,
memahami tujuan dan misinya melalui Kitabullah (Al-Quran) dan Sunnah Rasul-Nya dan
mengamalkan keduanya. Pemerintahan yang Islami tidak akan berdiri dengan sendirinya
namun harus bersandarkan pada keimanan, dan pondasi dari pemahaman yang benar akan
mengiksitensikan aktivitas, perjuangan dan usaha; mengharap ganjaran dan balasan yang
besar dari Dzat yang telah menurunkan Islam kepada Rasul-Nya SAW, untuk
disampaikan kepada manusia sehingga merasuk kedalam jiwa mereka keimanan yang
murni, kedalam akal dan fikirannya pemahaman yang utuh, serta ke dalam al-jawarih
dalam setiap perbuatan, prilaku, dan politik baik perbuatan dan praktek.

Banyak tujuan utama yang diajukan oleh imam Al-Banna, menguatkan pandangannya
terhadap permasalahan dari berbagai segi dan tingkatan, sebagaimana beliau
mangungkapkan: Harus ada fatrah (masa) dalam rangka mensosialisasikan prinsip-
prinsip yang dipelajari dan diamalkan oleh bangsa, sehingga dapat memberikan pengaruh
dalam kebaikan secara umum dan tujuan yang agung terhadap kebaikan individu dan
tujuan yang minimal.

Beliau juga berkata: Sarananya bukanlah dengan kekuatan, karena dakwah yang benar
adalah menyampaikan dakwah kedalam ruh/jiwa sehingga masuk kedalam sanubari,
mengetuk pintu hatinya yang menutupi jiwanya. Mustahil jika menggunakan tongkat atau
menggapai tujuan dengan menggunakn panah yang tajam, namun sarana yang utama
berada dalam hati dan pemahaman, agar menjadi nyata dan gamblang.

Eksistensi masyarakat muslim atau bangsa muslim adalah melalui pengenalan dan
pembentukan. Rasulullah saw pernah menfokuskan dakwahnya pada setiap jiwa para
sahabat, saat beliau mengajaknya untuk beriman dan beramal, menyatukan hati mereka
dalam cinta dan persaudaraan, hingga bersatu kekuatan akidah menjadi kekuatan
persatuan, demikian pula seharusnya yang dilakakukan para duat yang mengikuti jejak
nabi saw, mereka menyeru dengan ideologi dan menjelaskannya, mengajak mereka
kepada dawah; agar beriman dan menerapkannya, bersatu dalam akidah sehingga
wawasan mereka terus bersinar dan menyebar ke segala penjuru, ini semua merupakan
sunnatullah dan tidak ditemukan dari sunnah Allah perubahan.

Jadi cara untuk mengeksistensikan bangsa muslim adalah pengenalan terhadap Islam dan
jamaah, membentuk akhlak dan nilai-nilai Islam, etika dan prilaku, melalui halaqoh,
sarana komunikasi, melalui kitab, risalah, dialog dan dakwah fardiyah urgensi fokus
tarbiyah berdasar orisinalitas dan tasis (pengokohan) nilai-nilai pengorbanan dan
kontribusi.

Pemerintahan Islami
Cara mencapai pemerintahan Islami:

Al-Ikhwan mengangkat syiar dan komitmen dengannya melalui pemahaman mereka


terhadap Islam, pengaplikasian dan komitmen dengan nilai-nilainya. Hal ini seperti yang
telah digariskan oleh imam Syahid dalam ungkapannya: Al-Ikhwan Al-Muslimun tidak
menuntut diterapakannya hukum Islam untuk diri mereka sendiri, jika ada dari segologan
umat yang siap mengemban amanah yang berat ini dan mampu menunaikan amanah dan
hukum dengan manhaj Islam dan Al-Quran, maka mereka adalah prajurit dan tentara
penolongnya. Al-Ikhwan bukan para pencari hukum atau dunia, hukum menurut mereka
bukan tujuan utama, namun sebagai wasilah dan amanah, tanggung jawab dan beban
yang berat. Beliau menambahkan: Al-Ikhwan sangat piawai dan cerdas dari
mendahulukan terhadap hukum dan umat, maka harus diberikan masa/waktu untuk bisa
menyebarkan prinsip-prinsip yang dapat diketahui oleh bangsa; bagaimana bisa
memberikan pengaruh terhadap mashlahat umum, bagaimana bisa bangkit dengan
perannya. Maknanya adalah bahwa bangsa yang Islami adalah sarana menuju
pemerintahan Islami, dan bangsa yang Islami memiliki hak dalam memilih
pemerintahannya, dan memberikannya kepada siapa saja yang diinginkan.

Negara Islam

Tujuan kelima dan berpengaruh adalah daulah Islam yang membimbing negeri-negeri
Islam kepada persatuan, menyatukan perpecahan umat Islam, mengembalikan negeri
mereka yang terampas, sarana untuk mendirikannya harus melalui agenda yang tersusun
rapi. Karena itu dakwah yang satu, tandzim yang satu, konsep yang terpadu dan tarbiyah
yang satu yang bersumber dari kitabullah dan sunnah nabi-Nya; tauhid, tandzim, tertata
dalam barisan, tersusun secara rapi, bersatu dalam tujuan dan misi berpedoman pada
sarana yang kokoh guna mencapai kepada negara yang diidamkan.

Negara Islam yang satu

Tujuan keenam adalah mendirikan negara Islam yang bersatu, atau perserikatan negara-
negara Islam, yang tergabung dalam negara mayoritas muslim. Negara yang satu di
bawah pemimpin tunggal, yang berperan dalam pengokohan komitmen terhadap syariat
Allah dan penerapannya, memuliakan risalah-Nya, bangga dengan eksistensi Islam
dikancah dunia. Adapun sarananya adalah melalui pendahuluan yang benar, berdasar
pada kaidah-kaidah yang bersih dan baik, sehingga menjadi bagian dari kemunculan
wacana Islam disetiap negeri hingga pada akhirnya dapat merealisasikan agenda terbesar.

Negara Islam Internasional

Adapun tujuan ketujuh adalah usaha menegakkan daulah Islamiyah secara internasional,
sehingga dapat mengokohkan hak setiap insan dimana mereka berada - baik kebebasan,
keamanan, mengeluarkan pendapat dan ibadah, hingga mencapai pada berdirinya negara
Islam bersatu - menunjukkan sarana penjamin teralisasinya agenda utama. Hal tersebut
bukanlah mimpi namun kenyataan yang telah diberitakan oleh Rasulullah saw.
Jika daulah Islam dibangun atas dasar keimanan dan bangkit berdasarkan keimanan,
sebagaimana potensi yang membentang dengan kekuatan dan kemampuan menuju jalan
dan tujuan, berpedoman pada ilmu sebagai dasar dan sarana mengapai kemajuan, filter
dan kesejahteraan umat. Kemajuan ilmu dan teknologi yang dibanggakan oleh Amerika
secara khusus dan dunia arab dan kaum muslimin menjelaskan akan urgensi / pentingnya
ilmu dalam melengkapi persenjataan modern, guna menjaga dan melindungi diri dari
musuh, menghadapi rekayasa dan politik kekuasaan, dan mengungkap kekerdilan
pemerintahan negara arab dan umat Islam, ketika tunduk pada blokade, saat mereka
berkomitmen dengan perjanjian padahal musuh-musuhnya tidak pernah komitmen
denganya sehingga kekuatan berada pada mereka dibanding negara arab dan umat Islam.

Islam menjadikan ilmu sebagai kewajiban, memotivasi umat untuk menuntutnya dan
menguasainya sekalipun tidak berada di negerinya sendiri. Rasulullah saw bersabda:
Menuntut ilmu wajib bagi setiap muslim laki-laki dan perempuan. Dan sebagaimana
disabdakan: Tuntutlah ilmu walau sampai kenegeri China.

Imam Ibnu Taimiyah berkata, dan beliau memiliki sanad yang shahih dari syariat Allah
yang menjadikan ilmu adalah wajib, memotivasi untuk menuntutnya dan menguasainya:
Jika non muslim maju dalam keilmuan dan seni maka semua umat Islam berdosa.

V. Manhaj Al-Ikhwan Al-Muslimun

Manhaj Al-Ikhwan Al-Muslimun sejalan dengan tabiat dakwah. Al-Ikhwan Al-Muslimun


adalah salah satu jamaah dari kaum muslimin yang semenjak berdirinya berusaha untuk
memperbaharui Islam dan merealisasikan misinya pada tingkat regional dan
internasional, dengan memperhatikan kondisi zaman menuju pemahaman tsaqofah dan
wawasan kekinian, memelihara orisinalitas dan obsesi.

Misi dan tujuan jamaah mencakup pada tsaqofah yang dapat merealisasikan misi dan
tujuan tersebut. Islam modern dan orisinalitas yang memadai demi terealisasinya tujuan
merupakan dua rukun utama dari berbagai manhaj lain. Matangnya syakhsiah Islamiyah
merupakan sarana yang tidak bisa terwujud tanpa memiliki wawasan Islam yang
sempurna berpedoman pada konsep dasar dan tsawabut, mengenal kondisi zaman,
bersungguh-sungguh dalam mengokohkan obsesi.

Manhaj Al-Ikhwan memiliki keistimewaan, memiliki kesungguhan dalam memberikan


filter kepada insan muslim terhadap sesuatu yang dapat menjauhkan dirinya dari
goncangan jiwa dan fitnah, atau tipuan dan terpedaya dengan ideologi yang tidak
seimbang. Karena itu adalah penting jika Ikhwan menegaskan bahwa bahwa Al-Quran
dan sunnah adalah sumber manhaj mereka; berusaha membentuk azimah yang kuat yang
dimiliki oleh insan muslim, pelaksanaan yang mantap bukan sekedar wacana dan tipuan,
pengorbanan yang tidak mengubah kepada seliannya ketamakan dan kikir, mamahami
prinsip-prinsip yang membedakan antara asholah (orisinalitas) dan kepalsuan, kebenaran
dan kepalsuan, semua itu harus berdasar pada keimanan yang dapat melindunginya dari
kesalahan, menjauhkannya dari ketergelinciran, memberikan kepadanya keikhlasan dan
zuhud, melahirkan sifat memberi dan berkorban.

Pada bidang inilah tampak peranan pengajaran dan lembaga-lembaganya, peranan


tsaqofah dengan berbagai sumber dan yayasan-yayasannya, peranan informasi dengan
berbagai sarananya.

Sebagaimana jamaah juga memperhatikan manhajnya dalam meletakkan keseimbangan


kepada setiap muslim dalam berbagai aktivitasnya, pada setiap kejadian dan benturan
yang menghadangnya, dalam sikap kekuatan yang berbeda dan berseberangan,
memberikan kepada muslim wawasan keislaman yang optimis terhadap segala sesuatu
dan urusan. Al-Quran dan sunnah adalah bashirah yang memberikan keterbukaan hati
setiap muslim, membuka matanya sehingga keseimbangan dan kebijaksanaannya lebih
teliti dan detail terhadap setiap permasalahan dan problema, demikian pula sebuah negara
dan bagian-bagiannya yang dibangun atas dasar Islam, komitmen dengan syariat Allah
dan berusaha merealisasikan misi-misinya.

Opini umum terhadap ilmu-ilmu Islam harus mengacu pada manhaj-manhaj ini, karena
ada sebagian ilmu yang merupakan kewajiban individu (fardhu ain), ada tsawabit, ada
spesialisasi, ada pembaharuan, ada juga ilmu-ilmu yang diharamkan dan makruh
(dibenci).

Merupakan hak setiap muslim mendapatkan ilmu-ilmu yang diwajibkan dan mengetahui
kaidah-kaidahnya, sebagaimana ilmu spesialisasi yang menjadi suatu kewajiban bagi para
spesialis.

Pada setiap fase dari kehidupan manusia memiliki manhaj yang sesuai dengan
kehidupannya, sebagaimana pada setiap fase ada gerak dan aktivitas yang memiliki
manhaj sesuai dengan kebutuhannya dan memberikan wawasan yang bersih.

Sebagaimana keistemewaan manhaj yang para ikhwan komitmen dalam bidang adalah
dengan selalu mengedepankan dan memadukan pemahaman, mempersatukannya dalam
satu wawasan; sehingga Islam tidak menjadi gambar/bentuk yang masuk ke dalam jiwa
manusia sebagai hasil dari hilangnya manhaj yang benar, karena itu selalu
disosialisasikan manhaj Islam secara ilmiyah dan amaliyah sebagai aktivitas dakwah
ikhwan. Merubah manusia dari tidak Islami menjadi Islami; dari tidak komitmen dengan
Islam menjadi sadar, paham, dan komitmen dengan Islam, sebagai aktivitas yang
menyeluruh dan urgen; karena itu harus komitmen dengan manhaj yang memadai dan
mewujudkan perubahan yang diidamkan.

Manhaj Islami juga tidak meninggalkan lubang yang dapat dimasuki kesesatan atau
kerancuan akal pikiran atau hati setiap muslim, karena dia manhaj yang berambisi
menutup segala lubang dan tempat masuknya fitnah dan keraguan. Dan pada waktu yang
bersamaan menggerakkan muslim untuk siap mengahadapi serangan, berinteraksi
dengannya didukung dengan pemahaman yang benar dan kesadaran yang matang.
Komitmen dengan manhaj Islam menghasilkan karakter tersendiri yang dimiliki seorang
muslim dan jamaah muslimah. Pada tiap fase yang dimiliki mempunyai karakter dan
syiar. Sebagaimana pada setiap jamaah memiliki syiar yang menjadikan pada setiap
marhalah dan fase berjalan sesuai dengan manhajnya, berlalu sesuai dengan perjalananan
jamaah melalui jalan, sarana, misi dan tujuan-tujuanya, seperti syiar yang hingga kini
masih dikumandangkan dan diulang serta selalu diserukan; Allah adalah tujuan,
Rasulullah adalah pemimpin dan imam dan jihad adalah jalan satu-satunya.

Manhaj yang dimiliki oleh jamaah menegaskan akan nidzam dan ketertiban, komitmen
dengan jalannya, semangat dalam memberikan kritik yang konstruktif, menghargai
pendapat orang lain, siap melakukan perubahan dan pembaharuan, mengakui hukum
tadarruj (hukum berjenjang) dan tidak berlebih-lebihan.

Manhaj Al-Ikhwan dalam melakukan perbaikan masyarakat dan tarbiyah tampak pada
karakter tujuan asasi yang menjadi fokus dan perhatian jamaah, di antaranya adalah:

1. Rabbaniyah
2. Bersentuhan dengan jiwa kemanusiaan
3. Meyakini adanya ganjaran dan balasan
4. Memproklamirkan persaudaraan insani
5. Laki-laki dan wanita bersatu dalam berkontribusi membangun masyarakat,
memiliki porsi masing-masing agar lebih fokus dan kuat terhadap misinya
masing-masing.
6. Tawazun (seimbang) dalam memenuhi hajat ruh dan jasad.
7. Memberikan jaminan kepada masyarakat hak untuk hdup, mendapatkan
keamanan, kebebasan, pemilikan, aktivitas, kesehatan dan mengeluarkan
pendapat.
8. Menegaskan pentingnya persatuan, dan tercelanya perpecahan, berusaha
menghilangkan perkhilafan dan perdebatan.

Manhaj ini mengajak untuk bersikap optimis seperti yang difirmankan Allah SWT:
Jangan merasa hina dan sedih (QS. Ali Imron: 139), memotivasi dalam menjalankan
kehidupan, kekuatan, bekerja dan produktif serta menegaskan akan jatidiri, jatidiri
seorang muslim yang bersumber pada kemuliaan Tuhannya: Dan kemuliaan hanyalah
Milik Allah dan Rasul-Nya serta orang-orang beriman. ( QS. Al-Munafiqun: 8 )

Sebagaimana menegaskan akan kepemimpinan dan kebaikan: Kalian adalah umat


terbaik yang dikeluarkan untuk manusia, mengajak pada yang maruf dan mencegah yang
mungkar. (QS. Ali Imron: 110), mengajak untuk memiliki sifat malu seperti yang
diajarkan oleh Rasulullah saw dan menjadikannya bagian dari iman.

Adapun motivasinya dalam kekuatan ditegaskan dalam ayat Allah SWT: Dan
persiapkanlah semampu kalian dari kekuatan (QS. Al-Anfal: 60), Maka berperanglah di
jalan Allah orang-orang yang menjual hidup mereka dengan akhirat. (QS. An-Nisa: 74).
Mengenang 100 tahun Imam Syahid Hasan Al-Banna

Al-Ikhwan.net | 7 December 2006 | 15 Dzulqaidah 1427 H | Hits: 913


Al-Ikhwan.net
Mengenang seratus tahun Imam Syahid Hasan Al-Banna; kembali
kita mengingat masa hidup beliau, disaat begitu banyak peristiwa
yang menerpa dunia Islam setelah perang dunia I, dan disaat
dunia Islam mengalami kemunduran akibat jatuhnya khilafah
Islamiyah, sehingga mesti ada seseorang yang lahir ke dunia
mengembalikan Islam kembali hidup dan mulia.

Saat begitu kuatnya persekongkolan yang dilakukan oleh


kekuatan jahat pemerintahan Arab dan dunia barat, hadir seorang
pemuda berumur 21 tahun yang telah banyak meneguk air sungai
nil untuk menghilangkan dahaga dan menjadikan ajaran Islam
sebagai syariat dan minhajul hayah (jalan hidup), Al-Quran
sebagai hidayah. Beliau selalu menyeru Wahai kaum kami,
sesungguhnya saya menyeru kepada kalian, bahwa Al-Quran ada ditangan kanan saya
dan sunnah di tangan kiri saya dan amal para salafussholih dari umat ini sebagai tauladan.
Kami menyeru kepada kalian untuk kembali kepada Islam; ajaran dan hidayah Islam
Islam adalah sistem kehidupan yang komprehensif, mencakup segala aspek kehidupan,
dia merupakan negara dan bangsa, atau pemerintahan dan umat, dia merupakan akhlak
dan kekuatan atau rahmat dan keadilan, dia merupakan tsaqofah dan qonun atau ilmu dan
hukum, dia merupakan materi dan harta atau usaha dan kekayaan, dan dia merupakan
jihad dan dawah atau prajurit dan ideologi, sebagaimana dia merupakan akidah yang
bersih dan ibadah yang benar satu sama lainnya.

Jadi melalui cahaya yang bersinar di ufuk mengajak untuk mengembalikan kehidupan
pada ajaran Islam yang agung, melalui tangan yang telah digerakkan oleh pertolongan
ilahi sehingga mampu mengemban beban dawah ini dan mengembalikan cahayanya
kembali bersinar, memancarkan cahaya kesegala penjuru dunia. Demikianlah Imam
Syahid Hasan Al-Banna, lahir kedunia pada saat dan waktu yang tepat, guna membangun
kembali Islam yang telah luntur dan membina jamaah yang beriman dan mampu
mengemban dawah yang telah diamanahkan di pundak yang menisbatkan diri kepada
dawah.

Imam Al-Banna rahimahullah adalah figur yang telah digerakkan oleh takdir ilahi,
dibentuk oleh tarbiyah Rabbaniyah, muncul pada waktu dan tempat yang tepat, maka
sangatlah cocok ungkapan ustadz Umar At-Tilmitsani dengan Anugerah yang sangat
berharga. Beliau tidak pernah ragu untuk mengenalkan dirinya: Saya adalah seorang
pelancong yang sedang mencari kebenaran, manusia yang mencari petunjuk ditengah
kerumunan manusia, rakyat yang mengidamkan kemuliaan negaranya, kebebasan,
ketenangan dan kehidupan yang sejahtera dibawah naungan Islam yang suci, saya
seorang hamba yang mengenal tujuan hidup, lalu beliau membaca firman Allah:
Sesungguhnya shalatku, ibadahku, hidupku dan matiku hanyalah karena Allah Tuhan
semesta alam, tiada sekutu bagi-Nya dan dengan demikian Aku diperintahkan dan Aku
termasuk orang yang pertama muslim. (Al-Anam : 162-163). Inilah saya, lalu sipakah
anda?

Mengenang seratus tahun Imam Al-Banna, saat beliau masih belia, sosok yang memiliki
kecerdasan pada akal dan fikirannya, begitu besar semangat dan ghirahnya terhadap
agama. Saat beliau berumur 10 tahun tidak didapati dalam dirinya kecuali kegigihan
beliau dalam merubah segala kemungkaran yang dilihatnya, seperti yang pernah
dilakukan terhadap seorang penari telanjang yang menari di atas perahu di sepanjang
sungai nil di daerah Al-Mahmudiyah.

Begitupun kita mengenang beliau; Saat menjadi pelajar dalam berbagai jenjangnya,
beliau begitu semangat dalam mengikuti dan membentuk Jamiyyah (lembaga) dawah
seperti (Jamiyah akhlak Al-adabiyah - lembaga akhlak dan etika, Jamiyah manu al-
muharramat - lembaga pencegah perbuatan haram, Jamiyah Al-ikhwan al-hashofiyah -
Lembaga al-Ikhwan al-hashofiyah), kita belajar dari beliau akan ghirah Islam yang begitu
menggelora, semangat dalam menyampaikan dawah dan himmah (Antusias) dalam
mengajak manusia pada kebajikan dan mencegah kemungkaran.

Kita mengenang beliau; Sosok yang hidup dengan jujur karena Allah, menunaikan
janjinya bersama Allah saat mendaftarkan dirinya sebagai tentara Allah, seperti dalam
ungkapannya yang masyhur, sebagai bagian dari impiannya: Saya harus menjadi
seorang yang mursyid (memberikan arahan) dan muallim (memberikan pelajaran),
sehingga sepanjang hari saya bisa mengajarkan anak-anak, sementara di malam harinya
saya bisa mengajarkan orang tua tentang tujuan agama mereka, sumber kebahagiaan dan
perjalanan hidup mereka. Kadang disampaikan melalui khutbah dan kadang dengan
melakukan dialog, mengarang buku, menulis, dan juga dengan melakukan jaulah
(perjalanan).

Kita belajar darinya akan tingginya semangat dan tujuan hidup serta kesempurnaan dalam
menunaikna apa yang dinadzarkan terhadap dirinya.

Kita semua mengenang beliau; Seorang muslim yang optimis dan berani membusungkan
dadanya sambil berkata: Inilah saya, Sambil menggenggam Al-quran dan dengan suara
yang tinggi beliau berseru: Jalan yang benar adalah dari sini, beliau juga
menyampaikan kepada seluruh manusia Bahwa Islam adalah sistem yang komprehensif
mencakup segala aspek kehidupan, menetapkan hukum pada setiap keadaan dan
meletakkan sistem yang permanen dan teliti serta tidak pernah berhenti sekalipun
berhadapan dengan benturan-benturan dan sistem yang dlalim dalam memberikan
kebaikan kepada manusia manusia. Kita belajar darinya sikap optimisme yang
membangun.

Mengenang seratus tahun Imam Al-Banna, sosok yang beriman kepada Allah dan
memiliki keyakinan yang penuh akan pembelaan dan dukungan Rabb-nya, beliau
menyeru: Serukanlah kepada kami karena sesungguhnya kami membawa suatu
kebaikan, kumpulkanlah kepada kami manusia maka akan kami bacakan kepada mereka
dzikir, kami akan menjadi dokter bagi yang sakit, akan diam teliang penduduk dunia jika
tidak mendengar semboyan kami; Allah adalah tujuan kami, Rasul adalah pemimpin
kami, Al-Quran dustur kami, jihad adalah jalan hidup kami, mati di jalan Allah adalah
cita-cita tertinggi kami Kita belajar dari azzam (semangat) dari seorang pemuda yang
beriman yang tidak merasa lemah, keyakinannya sangat tinggi dalam jiwanya, agamanya,
dakwahnya dan kesiapan dirinya untuk berkorban dijalan dawah yang diembannya.

Mengenang seratus tahun imam Syahid Hasan Al-Banna; sosok yang begitu berani
menyerukan tujuan ideologinya: Mencetak generasi baru yang beriman kepada ajaran-
ajaran Islam yang benar, siap bekerja dalam melakukan perbaikan pada umat dengan
shibgah al-islamiyah (celupan islam) yang komprehensif dalam segala aspek kehidupan.
Shibgoh Allah, dan adakah shibghoh yang lebih baik dari shibgoh Allah ? (Al-
Baqoroh : 138). Beliau berhasil menyelamatkan umat Islam dari penyimpangan,
menyambungkan lisannya dan menyemburkan ruhnya kepada murid-muridnya, dan
dengan gambalang beliau berkata kepada mereka: Ruh yang berjalan dihati umat ini
yang hidup dengan Al-Quran, cahaya yang bersinar hingga menembus kegelapan materi
melalui marifah Allah swt, suara yang bergema meninggikan dakwah Rasulullah saw
Kita belajar darinya akan terangnya tujuan dan status serta benarnya petunjuk jalan.

Mengenang beliau; Seorang imam (pemimpin) yang sangat mengagumkan, di bumi


Mesir beliau mampu menembus jalan hingga berpuluh-puluh kota besar dan beribu desa,
berbicara kepada setiap manusia paling sedikit tiga ribu desa, beliau menanamkan benih
cinta melalui senyuman dan kasih sayang, memberikan keyakinan yang memuaskan dan
menyejukkan, menghindar silang pendapat dan menolak perdebatan dan memberikan
komentar dengan gamblang bukan dengan fenomena, mendahulukan yang lebih penting
dari yang penting Namun sebelum dan sesudahnya beliau selalu menekankan akan
pentingnya taqwa kepada Allah dan bersiap diri untuk bertemu dengan-Nya, beliau selalu
menyeru : Bahwa fana dalam kebenaran merupakan kunci kekekalan. .. Kita belajar
darinya usaha yang terus menerus untuk menyebarkan dawah dan risalah, dan tidak
kekalnya jiwa dari ajalnya.

Mengenang seratus tahun Imam Al-Banna; Pendiri dua ribu cabang di berbagai desa di
penjuru Mesir, pada tiap cabang didirikan sekolah untuk menanamkan kebangsaan dan
jihad, amal shalih dan dakwah, beliau menghidupkan kepahlawanan dan keberanian,
membuka wawasan terhadap hakikat yang terjadi didunia politik, membina generasi baru
yang memliki kesemangatan kebangsaan dan memiliki kesiapan untuk mengorbankan
jiwanya dan hartanya dan segala apa yang dimilikinya guna mempertahankan negara dan
kehormatan dirinya.

Mengenang seratus tahun Imam Al-Banna; sosok yang memberikan gambaran kepada
kita tentang pengikutnya: Mata mereka terus bangun hingga larut sementara manusia
terlelap dalam tidurnya, jiwa mereka sibuk sementara yang lainnya dalam keadaan lalai,
salah seorang dari mereka duduk di perpustakaannya hingga larut malam terus bekerja
dan berjuang, menjadi mufakkir dan mujaddid, terus berjalan selama sebulan sepanjang
hidupnya, sehingga saat berada dipenghujung bulan dijadikan tempat kembalinya adalah
untuk jamaah, dikeluarkan hartanya untuk merealisasikan tujuannya, lisannya berbicara
untuk membangunkan umatnya yang lengah akan pengorbanannya. Saya tidak berharap
kepada kalian upah, karena tidak ada yang aku harapkan kecuali ganjaran dari Allah.
(Hud : 29).. Kita belajar darinya usaha yang sempurna terhadap dakwah dan permasalan
umat.

Mengenang Imam Syahid Hasan Al-Banna saat beliau berpidato: bahwa Umat yang baik
dalam mempersiapakan kematian, mengetahui bagaimana menggapai kematian yang
mulia, maka Allah anugerahkan kepadanya kehidupan yang mulia di dunia dan
kenikmaatan yang kekal di akhirat, maka persiapkanlah diri kalian untuk menyongsong
hari yang agung, bersegeralah dalam menyambut kematian sehingga jiwa kalian akan
hidup, dan ketahuilah bahwa kematian merupakan suatu kepastian, dan tidak akan terjadi
kematian kecuali hanya sekali, jika anda membuatnya berada di jalan Allah maka hal
tersebut merupakan keberuntungan didunia dan ganjaran di akhirat. Kita belajar darinya
bagaimana hakikat berkorban dan berdakwah dijalan Allah .

Saudaraku yang tercinta

Seratus tahun telah berlalu kelahiran pemimpin kita, namun sosok dakwahnya masih
tetap menggetarkan dunia, para pembela dakwah dan ideologinya dan juga para
penentangnya, semuanya melihat seperti burung elang yang terbang diatas langit
menembus angin topan, para pengikut dakwahnya masih terus bergerak di setiap tempat,
dakwah yang menembus hingga 90 negara di dunia, hingga menjadi tandhim Islam yang
membawa ideologi, menyeru dan membina manusia menuju Allah, untaian hikmah beliau
masih terus bergema dan selalu diulang di tengah-tengah kita, beliau selalu menyerukan
kepada pendukung dan penentangnya: Kami akan memerangi manusia dengan cinta.
Memberikan arahan akan tabiat perjuangan dan jalan yang sebenarnya: Bahwa
perjuangan kita adalah perjuangan tarbiyah (pembinaan). Guna menebar benih cinta dan
tarbiyah dalam dakwah, keduanya merupakan rahasia keberlangsungan dakwah sekalipun
angin topan menerpanya. (Ikhwanonline. 14/11/2006. Oleh : Ismail Hamid

Kajian Ilmiah Tentang Hizbiyyah, dan Bagaimanakah Hizbiyyah yang Dilarang


oleh Syariat [1]?

Al-Ikhwan.net | 23 January 2007 | 4 Muharram 1428 H | Hits: 483


Abi AbduLLAAH

Salah satu sifat yang dikhawatirkan oleh Nabi Muhammad ShallaLLAHu alaihi wa
Sallam terjadi pada ummatnya adalah sifat ghuluw (ekstrem) dan tatharruf (menjauh dari
kebenaran), yang merupakan sifat yang sangat dilarang oleh syariah, sebagaimana dalam
hadits Nabi Muhammad ShallaLLAHu alaihi wa Sallam berikut ini:

Takutlah kalian terhadap sikap ekstrem dalam beragama, karena sesungguhnya yang
telah mencelakakan ummat sebelum kalian adalah sikap ekstrem dalam beragama. [2]
Salah satu bentuk dari sikap ghuluw tersebut adalah vonis baru (baca : bidah) yang tidak
dikenal dalam referensi utama kaum muslimin, laa fil Quraan wa laa fis Sunnah, yaitu
vonis hizbiyyah. Herannya lagi, bahwa vonis ini dilontarkan oleh sebagian orang yang
mengaku-mengaku sebagai pemegang panji-panji Ahlus Sunnah dan pengikut Salafus
Shalih, inna liLLAHi wa inna ilayhi rajiun..

Di berbagai forum dan tulisan - sebagian mereka dengan getolnya melemparkan vonis
tersebut kepada sesama saudara mereka muslim, para pejuang As-Sunnah dan penegak
kalimat Tauhid, hanya karena mereka yang disebut terakhir ini membuat kelompok, atau
partai ataupun jamaah, yang tujuannya demi memudahkan kerja dakwah mereka.
Kemudian mereka sematkanlah berbagai label seperti hizbiyyun, ahlul-hawa (para
pengikut hawa nafsu), ahlul bidah, Sufi yang Sesat, dsb.

Mereka kemudian mencari-mencari dalil untuk membenarkan klaim mereka tersebut, dan
memvonis berbagai kelompok kaum muslimin sesama Ahlus Sunnah wal Jamaah, lalu
mereka menemukan ayat yang kelihatannya bisa dipakai untuk mendukung klaim
mereka itu dan dengan itu mereka berusaha membodohi orang-orang yang bodoh,
membingungkan orang yang bingung dan menakut-nakuti orang yang penakut.

Potongan ayat yang mereka dengung-dengungkan dan mereka anggap melarang membuat
kelompok, jamaah atau partai itu menurut mereka yaitu ayat: Kullu hizbin bima
ladayhim farihun.. (Setiap partai/kelompok/jamaah merasa bangga/bergembira dengan
apa yang ada pada kelompok masing-masing). Kemudian ayat: Innalladzina farraqu
dinahum wa kanu syiyaan lasta minhum fi syaiin.. (Sesungguhnya orang yang
memecah-belah agama mereka sehingga mereka menjadi berkelompok-kelompok lepas
tanggung jawabmu atas mereka wahai Muhammad..)

Ikhwan wa akhwat fiLLAH, marilah saya ajak antum semua untuk membuka berbagai
rujukan kitab-kitab tafsir karangan Imam Salafus Shalih secara inshaf (obyektif) dan
wasith (adil), jauh dari sifat ghuluw wa tatharruf dan jauh dari kepentingan apapun,
kecuali ikhlas mencari keridhaan ALLAH SWT semata. Hanya kepada ALLAH-lah kita
bertawakkal dan hanya kepada-NYA lah kita akan dikembalikan.

Potongan ayat tersebut terdapat di 3 tempat, potongan yang pertama yaitu di QS Al-
Muminun, 23/53 dan di QS Ar-Rum, 30/32; lengkapnya adalah sbb:

Kemudian mereka (pengikut-pengikut Rasul itu) menjadikan agama mereka terpecah


belah menjadi beberapa pecahan. tiap-tiap golongan merasa bangga dengan apa yang ada
pada sisi mereka (masing-masing). (QS. 23/53)

Yaitu orang-orang yang memecah-belah agama mereka dan mereka menjadi beberapa
golongan. tiap-tiap golongan merasa bangga dengan apa yang ada pada golongan
mereka. (30/32)

Sementara potongan yang kedua pada QS Al-Anam, 6/159. Lengkapnya adalah sbb:
Sesungguhnya orang-orang yang memecah belah agama-Nya dan mereka menjadi
bergolongan, tidak ada sedikitpun tanggung jawabmu kepada mereka. Sesungguhnya
urusan mereka hanyalah terserah kepada Allah, Kemudian Allah akan memberitahukan
kepada mereka apa yang Telah mereka perbuat. (QS. 6/159)

Makna ayat dalam QS Al-Muminun, 23/53 menurut kitab-kitab tafsir adalah sbb:

Berkata Imam At-Thabari [3] dalam tafsirnya [4], bahwa maknanya: Maka berpecah-
belahlah kaum yang diperintahkan oleh ALLAH SWT dari ummat Nabi Isa alayhis
salam untuk bersatu atas agama yang satu Dan setiap firqah tersebut beragama dengan
kitab yang berbeda satu dengan yang lain, sebagaimana orang Yahudi memegang kitab
Taurat dan mendustakan hukum-hukum dalam kitab Injil dan Al-Quran, demikian pula
orang-orang Nasrani yang berpegang menurut sangkaan mereka pada kitab Injil dan
mendustakan kitab Al-Quran. Dan ini diperkuat oleh makna ummatan-wahidah pada
ayat sebelumnya, yaitu maknanya menurut Imam At-Thabari: Innal ummah alladzi fi
hadzal maudhu: Ad-Din wal Millah (makna ummat dalam konteks ayat ini adalah
ummat dalam masalah agama) [5]. Jelas bahwa makna HIZB dalam ayat tersebut
menurut Imam At-Thabari adalah HIZB dalam Ad-Din wal Millah (perbedaan &
kelompok-kelompok yang berbeda dalam aqidah), lalu dimanakah letak larangannya jika
HIZB tersebut tidak berbeda dalam Ad-Din wal Millah?

Imam Ibnul Jauzy dalam tafsirnya [6] menyatakan bahwa ada 2 pendapat tentang tafsir
ayat ini, yaitu pendapat pertama: Mereka adalah Ahli Kitab (Yahudi & Nasrani) dari
Mujahid; dan pendapat kedua: Mereka adalah Ahli Kitab & kaum Musyrikin Arab dari
Ibnu Saib. Demikian pula pendapat Imam Al-Mawardi [7] dalam tafsirnya [8], nampak
bagi kita semua bahwa larangan tersebut amat jelas yaitu larangan berbeda-berbeda
dalam aqidah, atau berbeda dalam kitab suci persis sebagaimana perbedaan Yahudi dan
Nasrani atau musyrikin, sama sekali tidak ada larangan yang berkaitan dengan larangan
membentuk organisasi, atau jamaah atau partai.

Berkata Imam Al-Baghawi [9] dalam tafsirnya [10], bahwa makna kullu hizbin bima
ladayhim farihun = bima indahum minad din (dari apa-apa yang ada disisi mereka dari
agama), dalam hal ini beliau mengkaitkan dengan tafsir ayat sebelumnya bahwa makna
fataqaththau amrahum = dinahum, lalu makna baynahum = berpecah-belah, maka
mereka berpecah-belah menjadi Yahudi, Nasrani dan Majusi. Demikianlah pendapat para
Imam Salafus Shalih mengenai masalah ini, yaitu bahwa HIZB yang dilarang adalah
HIZB yang berbeda dalam aqidah dan agama (Ad-Din wal Millah) dan SAMA SEKALI
BUKAN HIZB DALAM DAKWAH DAN PERJUANGAN.

Berkata Imam Asy-Syaukani dalam tafsirnya [11]: Bahwa mereka ada yang mengikuti
firqah Taurat, firqah Zabur, firqah Injil lalu mereka masing-masing mengubah kitab-kitab
tersebut dan menyimpangkan maknanya. Hal ini juga pendapat Imam Al-Biqaiy [12]
dalam tafsirnya [13], Imam An-Nasafiy [14] dalam tafsirnya[15], Abu Saud[16] dalam
tafsirnya[17], Imam As-Suyuthi[18] dalam tafsirnya[19], Imam Al-Khazin [20] dalam
tafsirnya [21], Imam Ats-Tsaalabiy[22] dalam tafsirnya[23], dll. Lalu apakah hizb,
jamaah dan partai Islam yang mereka tuduh tersebut mengubah Al-Quran?
Menyimpangkan makna Al-Quran? Seperti firqah Taurat, firqah Zabur dan firqah Injil?
Inna liLLAHi wa inna ilayhi rajiun.. Ana yakin mereka tidak akan berani menuduh
sejauh itu! Qul haatuu burhanakum in kuntum shadiqiin..

HUJJAH KEDUA

Ikhwan wal akhawat rahimakumuLLAH, setelah kita mengetahui tafsir yang


dikemukakan oleh para Imam Salafus Shalih atas QS Al-Muminun, 23/53 (yang juga
sama dengan Ar-Rum, 30/32) tersebut pada kajian yang lalu, maka demikianlah pula
tafsir atas QS Al-Anam, 6/159. Lengkapnya ayatnya adalah sbb:

Sesungguhnya orang-orang yang memecah belah agama-Nya dan mereka menjadi


bergolongan, tidak ada sedikitpun tanggung jawabmu kepada mereka. Sesungguhnya
urusan mereka hanyalah terserah kepada Allah, Kemudian Allah akan memberitahukan
kepada mereka apa yang Telah mereka perbuat. (QS. 6/159)

Makna ayat dalam QS Al-Anam, 6/159 menurut kitab-kitab tafsir adalah sbb:

Berkata Imam At-Thabari dalam tafsirnya [24] bahwa makna farraqu-dinahum dalam
ayat tersebut adalah bahwa agama ALLAH SWT ini adalah satu yaitu agama Ibrahim
semoga salam ALLAH baginya-, lalu berpecah-belahlah Yahudi & Nasrani sehingga
mereka menjadi agama yang berbeda-berbeda, adapula yang menjadi Majusi sehingga
mereka menjauh dari agama yang haq [25].

Demikianlah tafsir yang benar mengenai masalah ini.

HUJJAH KETIGA

Demikian pula berbagai ayat yang ada dan bertaburan di dalam Al-Quran seperti
PERINTAH UNTUK MEMBENTUK KELOMPOK KECIL (dari sebuah kelompok
besar) sepanjang kelompok kecil tersebut bertujuan untuk berdakwah, berjihad &
melakukan amar maruf nahi munkar, salah satunya adalah ayat di bawah ini:

Dan hendaklah ada di antara kamu segolongan umat yang menyeru kepada kebajikan,
menyuruh kepada yang maruf dan mencegah dari yang munkar [217]; merekalah orang-
orang yang beruntung. (QS Aali Imraan, 3/104)

Berkata Imam Abu Jafar At-Thabari ketika mengawali tafsirnya atas ayat ini [26]:
Berkata ALLAH Yang Maha Perkasa lagi Maha Terpuji: WALTAKUN MINKUM wahai
orang-orang beriman; UMMATUN yaitu Jamaah [27]; YADUNA yaitu pada manusia;
ILAL KHAYRI yaitu pada Islam & syariatnya yang telah ditetapkan-NYA bagi hamba-
hamba-NYA; WA YAMURUNA BIL MARUFI, yaitu memerintahkan manusia untuk
mengikuti Muhammad -semoga shalawat dan salam ALLAH yang Maha Suci lagi Maha
Tinggi senantiasa tercurah pada diri beliau- dan agama yang dibawanya; WA
YANHAUNA ANIL MUNKARI, yaitu mencegah mereka dari kekafiran pada ALLAH
-Yang Maha Suci lagi Maha Tinggi- dan penentangan pada Nabi Muhammad -semoga
shalawat dan salam ALLAH yang Maha Suci lagi Maha Tinggi senantiasa tercurah pada
diri beliau- dan dari agama yang dibawanya, yaitu melalui Jihad di jalan-NYA baik
dengan tangan maupun anggota badan, sehingga mereka mengikuti dengan ketaatan
(Perhatikanlah bahwa Imam At-Thabari menyebutkan agar ada & terbentuknya suatu
jamaah diantara ummat ini)..

Imam Jalaluddin As-Suyuthi bahkan lebih maju lagi, beliau dalam tafsirnya [28] setelah
menjelaskan berbagai hadits shahih berkaitan ayat ini, menyebutkan atsar dari Ibnu Abi
Hatim dari Muqatil bin Hayyan: Bahwa hendaklah ada suatu kaum, baik 1 atau 2 atau 3
kelompok atau lebih dari itu dan itulah baru disebut sebagai ummat. Kemudian ia
berkata lagi: Lalu (hendaklah) ada imamnya yang memimpin untuk amar maruf & nahi
munkar. Lebih jauh beliau menyitir hadits yang diriwayatkan oleh Imam Ahmad dari
Abu Dzarr -semoga ALLAH Yang Maha Gagah lagi maha Tinggi- meridhoinya- : Dua
orang lebih baik dari 1 orang, 3 orang lebih baik dari 2 orang, dan 4 orang lebih baik dari
3 orang, maka hendaklah kalian bersama Al-Jamaah, karena ALLAH tidak akan
mengumpulkan ummatku kecuali atas petunjuk [29].

Imam -Muhyis Sunnah- Abu Muhammad Al-Baghawi menyebutkan dalam tafsirnya [30]
bahwa huruf lam pada kata waltakun bermakna kewajiban.. sementara min dalam
kata minkum ummah bermakna shilah dan bukan lit-tabidh (menunjukkan
sebagian) [31] sebagaimana dalam ayat: FAJTANIBUR RIJSA MINAL AWTSANI [32]..
Yang maknanya: Hendaklah mereka menjauhi semua berhala & bukan hanya sebagian
berhala saja.. Kemudian Imam Al- Baghawi menyebutkan beberapa hadits, diantaranya
dari Umar -semoga ALLAH Yang Maha Suci laga Maha Tinggi meridhoinya- Nabi
Muhammad -semoga shalawat dan salam ALLAH yang Maha Suci lagi Maha Tinggi
senantiasa tercurah pada diri beliau- bersabda: Barangsiapa yang menginginkan
puncaknya Jannah maka wajib atasnya menetapi Al-Jamaah, karena sesungguhnya
Syaithan itu bersama orang yang sendirian, dan terhadap 2 orang ia lebih menjauh [33].

Imam Ibnu Asyur dalam tafsirnya [34] bahwa makna ummah adalah jamaah,
kelompok, sebagaimana dalam ayat yang lain disebutkan: KULLAMAA DAKHALAT
UMMATUN LAANAT UKHTAHA [35].. Karena asal kata ummat dalam bahasa Arab
adalah sekelompok orang yang memiliki 1 tujuan yang sama, bisa berupa keturunan, atau
agama, atau lainnya, dan kejelasannya diketahui melalui keterkaitannya (idhafah) dengan
kata setelahnya, semisal: Ummatul-Arab atau Ummatun-Nashara, dll.

Imam Abi AbduLLAH Syamsuddin Al-Qurthubi Al-Anshari Al-Khazraji dalam kitabnya


[36] berpendapat bahwa min dalam kata minkum ummah bermakna lit-tabidh
(menunjukkan sebagian)[37], karena orang-orang yang memerintahkan yang maruf itu
haruslah berilmu, sementara tidak semua orang berilmu, maka kewajiban ini bersifat
fardhu kifayah, jika sebagian kaum muslimin sudah melakukannya maka yang lain tidak
berdosa [38].
Sayyid Quthb -semoga ALLAH Yang Maha Suci lagi Maha Tinggi menjadikan beliau
Syahid- menyatakan dalam tafsirnya [39]: Tidak bisa tidak ayat ini memerintahkan agar
terwujudnya sebuah Jamaah Islamiyyah yang selalu berdakwah kepada kebaikan,
memerintahkan yang maruf & mencegah yang munkar. Dan hendaklah ada sebuah
pemerintahan yang tegak berdiri di atas bumi ini melakukan hal tersebut, sehingga ayat
ini tidak hanya berbunyi yaduuna (berdakwah saja) melainkan juga yamuruuna
(memerintah) dan yanhauna (melarang) yang keduanya itu tidak akan tegak kecuali
adanya sebuah pemerintahan yang Islami.. Sampai kata beliau -semoga ALLAH Yang
Maha Suci lagi Maha Tinggi menjadikan beliau Syahid- pada akhir penjelasannya atas
ayat tersebut: Untuk demi tercapainya hal tersebut di atas, maka tidak dapat tidak
haruslah ada sebuah kelompok/jamaah yang memiliki 2 kekuatan di atas [40] yaitu
Iimaanu biLLLAAH (QS Aali-Imraan, 3/102) dan Ukhuwwatu-fiLLAAH (QS Aali-
Imraan, 3/103) baru bisa mewujudkan ayat ini (QS Aali-Imraan, 3/104)

Demikianlah maka berdasarkan dalil2 di atas bahwa tegaknya Al-Jamaah merupakan


dharurah-syariyyah, yang kesemuanya tidak akan dapat tegak dengan kerja infiradiyyah
(sendiri-sendiri) dan hanya mengharapkan dari tarbiyyah & tashfiyyah saja, melainkan
memerlukan suatu tanzhim yang kuat & rapi untuk menggapainya.. Jika dikatakan bahwa
As-Salafus Shalih pasca generasi sahabat -semoga ALLAH Yang Maha Mulia lagi maha
Tinggi meridhoi mereka semua- tidak membuat tanzhim, maka saya jawab bahwa dimasa
mereka sudah ada Al-Jamaah & Al-Khilafah, maka haram hukumnya membuat
kelompok baru yang berbeda dari Jamaah kaum muslimin. Adapun sekarang, maka tidak
ada Khilafah, tidak ada Al-Jamaah & tidak ada Al-Hukumah, maka tiada jalan lain
kecuali membentuk & mendirikannya.. Dan persoalan ini jauh lebih mendesak & lebih
penting dari mendalami & bertele-tele dalam masalah ibadah-mahdhah, cukuplah sunnah
para sahabat -semoga ALLAH Yang Maha Mulia lagi maha Tinggi meridhoi mereka
semua- yang sampai meninggalkan pengurusan & pemakaman jenazah Nabi Muhammad
-semoga shalawat dan salam ALLAH yang Maha Suci lagi Maha Tinggi senantiasa
tercurah pada diri beliau- untuk memilih Khalifah menjadi dalil atas hal tersebut.

HUJJAH KEEMPAT

Oleh sebab itu maka seorang yang alim hendaklah berhati-hati dalam berucap dan
berfatwa, karena tidak semua orang bisa dibodohi oleh berbagai fatwa yang kelihatan
seolah-olah benar dan memvonis tetapi sesungguhnya rapuh dan sangat menyesatkan.
Sebagai contoh istilah madzhabiyyah adalah buruk & tercela, tapi bermadzhab tidaklah
buruk, tidak bidah & tidak pula dilarang. Maka demikian pula hizbiyyah adalah tercela
& buruk, namun demikian membuat hizb seperti beberapa hizb (partai Islam) yang ada di
Indonesia, hal tersebut sama sekali tidak ada larangannya, bahkan jika umat sangat
membutuhkannya maka ia bisa menjadi berkedudukan mustahabbah bahkan wajib
berdasarkan kaidah ushul: Maa laa yatimmul wajib illa bihi fahuwa wajib.
HUJJAH KELIMA

Maka mencap orang yang berpartai & berorganisasi sebagai hizbiyyun berdasarkan
paparan di atas oleh karenanya adalah sesat & menyesatkan, dan perbuatan ini dalam
istilah para Ahli Ilmu dinamakan sebagai tingkat kejahilan ketiga yaitu Al-Jahlu Al-
Murakkab (diantara 6 tingkat kejahilan seseorang Tholabul Ilmi). Dan orang-orang
seperti ini perlu membaca & mempelajari secara mendalam tentang siyasatus-syariyyah,
karena serampangan memfatwakan masalah ini akan sangat berbahaya bagi masyarakat,
karena semua hal yang berkaitan dengan realitas di masa sekarang akan menjadi bidah
semua, seperti Presiden juga bidah, negara Indonesia ini adalah bidah, parlemennya,
menterinya, departemennya, dsb semuanya menjadi bidah. Dan semua ini dibuktikan
dengan fatwa mereka tentang haramnya PEMILU, beberapa waktu yang lalu. Dan jika
mereka konsisten, maka kedudukan Raja secara turun-temurun juga adalah bidah, karena
tidak ditemukan dalam khairal qurun, diamnya sebagian shahabat tidak bisa dijadikan
hujah untuk masalah ini, karena mereka diam bukan berarti ridha tetapi berdasarkan fiqh
muwazanah pada saat itu. Maka sebagian mereka yang membrontak dan membuat
tanzhim pun tidak dihukumi ahli bidah, maka siapakah yang berani menyatakan para
sahabat sekualitas Al-Husein bin Ali, Muawiyah bin Abi Sufyan, AbduLLAH Ibnu
Zubair, dll sebagai ahli bidah karena mereka membuat tanzhim, membuat hizb, membuat
pasukan perang & kemudian memberontak? Qul haatuu burhaanakum in kuntum
shaadiqiin!

KESIMPULAN

Oleh sebab itu, kesimpulannya hizbiyyah adalah semangat fanatisme mazhab, golongan,
syaikh, ustaz, ulama, dsb. Dan hizbiyyah bukanlah pada sikap bermazhab pada 1 mazhab,
bergolongan atau meminta fatwa pada seorang ulama, syaikh, dsb. Seorang yang
membatasi hanya mau menerima fatwa dari Syaikh Fulan dari negara Fulan, misalnya,
dan tidak mau menerima fatwa dari selainnya itu adalah sikap hizbiyyah dan orang-
orangnya dinamakan hizbiyyun. Demikian pula sikap orang yang memfatwakan bahwa
ulama-mujtahid di dunia ini hanya ada 3 orang saja, itu adalah sikap para hizbiyyun.
Sikap mencaci para ulama besar yang diakui dunia, kemudian menyebar-nyebarkan isu
baik dalam ceramah-ceramah maupun tulisan-tulisan & buku-buku (yang belum
dikonfirmasikan dan ditegakkan hujjah kepada sang ulama yang dicurigai tsb), adalah
sikap para hizbiyyun. Semoga ALLAH SWT melindungi kita dari sikap hizbiyyah yang
amat tercela (qabihah) ini, aaamiin ya RABB

Catatan Kaki:

[1] Sebenarnya tulisan ini sudah pernah ana muat di millist (Al-Ikhwan) ini beberapa
waktu yang lalu, namun ana melihat tulisan tsb mendapat respon yang luar biasa di
sebuah website milik saudara-saudara kita fiLLAAH yang ana kritik tsb, maka ana
kemudian mempelajari bantahannya dan kemudian menjawabnya pada setengah bagian
dari tulisan ini, Liyahlika man Halaka an Bayyinah wa Yahya man Hayya an Bayyinah,
faliLLAAHil hamdu wal minah.

[2] HR An-Nasai, X/83; Ibnu Majah, IX/134; Al-Baihaqi, V/127; Al-Hakim, IV/256; At-
Thabrani, X/301; Ibnu Habban, XVI/243.

[3] Beliau adalah Abu Jafar Muhammad bin Jarir bin Yazid bin Katsir bin Ghalib Al-
Amali At-Thabari, digelari Imam Abu Jafar At-Thabari atau juga Imam Ibnu Jarir At-
Thabari, beliau wafat th 310-H.

[4] Jamiul Bayan fi Tafsiril Quran, XIX/41.

[5] Ibid. Imam Thabari menyandarkan tafsirnya ini dari atsar yang shahih sbb : Telah
menceritakan pada kami Al-Qasim, telah menceritakan pada kami Al-Husain, telah
menceritakan pada saya Hajjaj dari Ibnu Juraij makna ayat tersebut seperti di atas.

[6] Zadul Masir, IV/415

[7] Abul Hasan Ali bin Muhammad bin Muhammad bin Habib Al-Bashri Al-Baghdadi
yang lebih dikenal dengan Imam Al-Mawardi, beliau wafat th 450-H.

[8] An-Naktu wal Uyun, III/141

[9] Beliau adalah Imam Abu Muhammad Al-Husein bin Masud Al-Baghawi, digelari
oleh para ulama sebagai Muhyis Sunnah (Yang Menghidupkan As-Sunnah), beliau
wafat pada th 516-H.

[10] Maalimut Tanzil, V/420

[11] Fathul Qadir, V/161.

[12] Beliau adalah Imam Ibrahim bin Umar bin Hasan Ar-Ribath bin Ali bin Abi Bakr
Al-Biqaiy, beliau wafat th 885-H.

[13] Nazhmud Durar fi Tanasubil Ayati was Suwar, V/416.

[14] Beliau adalah AbduLLAH bin Ahmad bin Mahmud Hafizhuddin Abul Barakat An-
Nasafiy, beliau wafat th 710-H.

[15] Madrak At-Tanzil wa Haqaiqut Tawil, II/385.

[16] Beliau adalah Muhammad bin Muhammad bin Musthafa Al-Amadiy, Mufti dan
Mufassir, beliau wafat th 982-H.

[17] Irsyad Al-Aqlis Salim Ila Mazaya Al-Kitab Al-Karim, V/5.


[18] Beliau adalah AbduRRAHMAN bin Abi Bakr, diberi gelar Jalaluddin, beliau wafat
th 911-H.

[19] Ad-Durr Al-Mantsur, VII/210.

[20] Beliau adalah Abul Hasan Ali bin Muhammad bin Ibrahim bin Umar Asy-Syihi,
beliau wafat th 741-H.

[21] Lubab At-Tawil fil Maani At-Tanzil, IV/469

[22] Beliau adalah Abu Zaid AbduRRAHMAN bin Muhammad bin Makhluf Ats-
Tsaalabiy, beliau wafat th 876-H.

[23] Al-Jawahirul Hasan fi Tafsiril Quran, III/54.

[24] Jamiul Bayan, XX/100

[25] Ibid, XII/268

[26] Jaamiul Bayaan fi Tawiilil Quraan, VII/91

[27] Ini juga pendapat Imam Al-Biqaiy, lih. Tafsirnya Nuzhmud Durar fii Tanaasubil
Aayaati was Suwar, II/94

[28] Ad-Durrul Mantsur fit Tawili bil Matsur, II/405

[29] Saya berusaha men-takhrij hadits ini, dan saya menemukannya bukan hanya dalam
Musnad Ahmad (43/297); melainkan jg oleh Ibnu Asakir (38/206); berkata Al-Albani
dalam Fii Zhilalil Jannah (80-84) bahwa hadits ini maudhu namun akhir kalimat dalam
hadits ini terdapat syawahid dari hadits shahih.

[30] Maalimut Tanzil, II/84

[31] Ini juga pendapat Imam Ibnul Jauzy, lih. Zaadul Masiir, I/391. Tapi beliau juga
menerima pendapat yang menyatakan kewajiban membentuk jamaah ini fardhu kifayah,
dan beliau menyamakan kedudukannya seperti jihad fi sabiliLLAAH.

[32] Al-Hajj, 22/30

[33] HR Tirmidzi, VI/383-386; Ibnu Abi Ashim dalam As-Sunnah, I/42 (dan di-shahih-
kan oleh Al-Albani dalam taliq-nya atas kitab tersebut); Al-Lalikai dalam Syarah Ushul
Itiqad Ahlus Sunnah wal Jamaah, I/106-107; Al-Hakim dalam Al-Mustadrak, I/114;
Ahmad dalam Al-Musnad, I/18.

[34] At-Tahriru wat Tanwiru, III/178


[35] QS Al-Araaf, 7/38

[36] Al-Jami li-Ahkamil Quran, I/1081

[37] Ini juga pendapat Imam An-Nasafiy, lih. Madrak at-Tanzil wa Haqaiqu at-Tawil,
I/174; demikian juga Al-Khazin, lih. Lubab at-Tawil fil Maani at-Tanzil, I/434.

[38] Ini juga pendapat Imam Asy-Syaukani, lih. Fathul Qadir, II/8. Ada baiknya bagi
yang berminat untuk merujuknya, ada ulasan beliau yang amat berharga tentang
masyruiyyah-nya ikhtilaf dalam masalah2 furu dikalangan para ulama salafus-shalih,
dan mereka menamakan ikhtilaf tersebut sebagai bentuk ijtihad (demikian pula paparan
Imam Abu Saud dalam kitabnya Irsyadul Aqlis Salim ila Mazayal Quranil Kariem,
I/432).

[39] Fii Zhilaalil Quran, I/413

[40] Maksud beliau -rahimahuLLAAH- adalah penjelasan beliau atas tafsir ayat
sebelumnya (QS Aali-Imraan, III/102-103)

Anda mungkin juga menyukai