Anda di halaman 1dari 2

Hubungan Karakter dan Kepribadian

Hubungan antara karakter dan kepribadian dapat diilustrasikan sebagai sebuah


gunung es. Puncak gunung es (kepribadian) adalah apa yang pertama kali dilihat
orang. Meskipun citra, teknik, dan keterampilan bergaul dapat mempengaruhi
keberhasilan penampilan anda, bobot dari efektivitas yang sesungguhnya terletak
pada karakter yang baik. Karakter dalam khasanah Islam sering disebut dengan
tabiat, sedangkan kepribadian dalam khasanah islam sering disebut juga akhlaq.
Akhlaq menurut Al Ghazali, terdiri dari empat tatanan. Tatanan pertama disebut
dengan kepandaian yaitu kondisi jiwa yang dengannya kebenaran dapat
dibedakan dari kesalahan. Kedua adalah keseimbangan yaitu suatu kondisi jiwa
peningkatan serta penurunan rasa marah dan syahwat yang dapat dikendalikan dan
membawanya pada putusan akal. Tatanan ketiga adalah keberanian yang
merupakan induknya daya, sedangkan yang terakhir adalah kesederhanaan yaitu
terdisiplinnya daya syahwat oleh akal dan hukum.

Kebiasaan yang dilakukan berulang-ulang maka akan


melahirkan sebuah kepribadian dan karakter

Karakter baik dan buruk tersebut akan ditentukan oleh hati atau kalbu kita,
bila kalbu/hati kita kotor maka akan menghasilkan karakter buruk tapi apa bila
hati kita senantiasa bersih maka akan menghasilkan karakter yang baik.
Dalam Hati kita terdapat God Spot (Titik Tuhan) yang merupakan sifat Allah yang
dititipkan kepada manusia sifat Allah tersebut sering disebut
99 Circle ( Asmaul Husna)
Proses pengembangan diri yang paling ideal adalah dimulai dengan suasana hati
yang bersih dan senantiasa berpikir positif. Proses menuju kepada hati yang
bersih adalah proses pengembalian hati kepada fitrah, yaitu proses pembersihan
hari dari noktah yang senantiasa mengotori hati. Hati itu ibarat cermin yang akan
mampu memantulkan dengan sempurna apa yang ada di lauh mahfuzd, bila hati
kita bersih maka pantulannya akan sempurna tapi jika hati kita dikotori oleh
noktah-noktah maka pemantulannya tidak sempurna bahkan tertutup sama sekali.
Dan agar hati senantiasa terjaga dalam kesucian maka alangkah baiknya mengikuti
kata-kata ini Terjaganya hati karena dzikir, sehatnya hati karena Ilmu, dan
hidupnya hati karena keyakinan/iman .
Proses pembersihan hati kembali ke fitrah ini menurut istilah yang dikembangkan
oleh Ary Ginanjar Agustian kemudian disebut dengan Zero Mind Process, yang
menurut beliau secara garis besar noktah-noktah yang senantiasa mengotori hati
tersebut dikelompokan dalam prasangka (pikiran negatif), prinsip hidup,
pengalaman masa lalu, skala prioritas, sudut pandang, pembanding dan literatur.
Secara sederhana, Zero Mind Process dapat digambarkan sebagai
berikut:

Anda mungkin juga menyukai