(IMAM AL-GHAZHALI)
4. Pendidikan akhlak
Adalah proses manusia untuk mendekatkan diri kepada Allah Swt, selain itu juga sebagai
tujuan akhir yang akan dicapai oleh manusia. Membersihkan diri (tazkiyatun anNafs),
terbiasa selalu berbuat kebaikan dengan akhlak yang kaamil (sempurna), ma‟rifah, dengan
kata lain ia selalu mendekatkan diri kepada Allah Swt, untuk mendapatkan kebahagiaan dan
ketenangan di dunia dan kahirat.
pertama dengan Mujahadah dan Riyadhah, artinya, manusia dalam menuju kepada
kebaikan harus memiliki tekad yang kuat.
Kedua pembiasaan dengan istiqomah atau selalu melakukan amal shaleh.
Ke empat, Muhasabat al-Nafs atau dengan istilah lain introsfeksi, menyibukan diri dengan
menilai kesalahan dan kekurangan dalam diri sendiri dan tidak sibuk dengan kesalahan
orang lain.
Kelima adalah oposisi, artinya lawan dari kebalikan, melawan segala keinginan nafsu yang
berlebihan dengan perbuatan-perbuatan yang baik. Dan yang terakhir adalah selalu dalam
lingkungan yang baik, pasalnya, di dalam lingkungan yang baik terdapat cerita atau kondisi
yang baik, hal itu diharapkan agar anak selalu terbiasa pada kondisi yang baik, sehingga
melekat dalam dirinya perbuatan yang baik.
AKHLAK menjadi bagian penting dalam kehidupan karena dari akhlak inilah kehidupan pribadi
seorang atau umat menjadi baik atau buruk. Seseorang akan dikenang baik atau buruk karena
akhlaknya.
Menurut Imam Al-Ghazali akhlak bukan sekedar perbuatan, bukan pula sekedar kemampuan
berbuat, juga bukan pengetahuan. Akhlak adalah upaya menggabungkan dirinya dengan situasi
jiwa yang siap memunculkan perbuatan-perbuatan, dan situasi itu harus melekat sedemikian
rupa sehingga perbuatan yang muncul darinya tidak bersifat sesaat melainkan menjadi
kebiasaan dalam kehidupan sehari-hari.
Akhlak itu meliputi pemikiran, perasaan dan niat di hati manusia dalam hubungan manusia
dengan Allah, antara manusia dengan manusia dan antara manusia dengan makhluk lainnya.
Sedangkan moral dalam hubungan manusia dengan manusia.
Rasulullah diutus membawa risalah Islam untuk menyempurnakan akhlak manusia. Abu
Hurairah meriwayatkan, Rasulullah bersabda: "Sungguh, aku diutus untuk menyempurnakan
akhlak mulia." (HR. Baihaqi dan Al-Hakim). Sungguh luar biasa keluhuran budi pekerti Rasulullah.
Semasa hidupnya dicintai para sahabatnya. Rasulullah tak pernah menghina, memarahi,
membenci bahkan tidak membalas jika ada orang yang mendzalimi atau menyakiti hati beliau.
Rasulullah itu pemaaf, penyabar, tawadhu, jujur, lemah lembut, santun, menyayangi umatnya.
Namun Rasulullah tidak rela manakala Islam dinistakan. Akhlak mulia dapat menambah pahala
dan menggugurkan dosa maka akhlak tercela dapat mengurangi bahkan menghapus pahala dan
menambah dosa. Orang yang seperti ini oleh Rasulullah disebut dengan muflis atau bangkrut.
Pahala amal shaleh yang seharusnya jadi modal untuk meraih kebahagiaan di akhirat menjadi
habis. Bersabda Rasulullah: “Dan sesungguhnya akhlak tercela merusak amal sholeh
sebagaimana cuka merusak madu” (HR Thabrani).
Semoga kita semua bisa meneladani Akhlak yang mulia dari Nabi Muhammad SAW.
C. Kelebihan : Pada materi di atas Sebagian besar penulis cukup jelas menggambarkan pandangan
Imam Al-Ghazali tentang Akhlak Islami.
Kekurangan : Penulis kurang jelas dalam menjelaskan tentang pengertian akhlak yang baik (al-
Khuluq al Hasan) dan akhlak yang buruk (al Khuluq as-Sayyi‟).
Moderasi dalam kaitannya dengan moderasi agama pada prinsipnya mengedepankan spirit
bersatu, memahami, dan saling memuliakan satu sama lain. Moderasi yang salah satu
bangunannya adalah toleransi dan sebagaimana sudah banyak dijelaskan dalam ajaran al-Quran.
Kajian di dalam al-Quran menjadi sumber rujukan bagi sejumlah aktfitas moderasi agama di
belahan dunia menjaga keragaman dan keberagamaan. Islam menghendaki perdamaian dan
keadilan bisa tegak dengan baik, karena hal itu sudah menjadi sunnatullah. Yang menguatkan
akan misi besar dari hadirnya agama (Islam) ke tengah-tengah manusia di muka bumi.
Pendidikan moderasi beragama dalam pandangan tokoh imam Al-Ghazali di dalam kitab Ayyuhal
Waladnya sebagai berikut. Pertama Imam al-Ghazali didalam kitab Ayyuha al- Waladnya
memulai dengan memberi garisan bahwa sesungguhnya masnusia hidup di muka bumi hanya
sementara. Sehingga imam Al-Ghazali meminta agar semua orang (umat Islam) bisa mengisi
kehidupan di
bumi dengan baik, sebagaimana dijelaskan dalam teks nasehatnya:
ajaran moderasi agama Imam al-Ghazali berikutnya di dalam kitab ayyuha al- walad adalah bisa
mengamalkan pengetahuan demi kemaslahatan yang lain. Pengetahuan tentang negara
kesatuan repubik Indonesia, tentang toleransi, tentang makna hubungan baik dengan sesama,
tentang cinta antara sesama tentang moderasi , dan tentang kedamaian untuk semesta dalam
pandangan sang Imam al-Ghazali hendaknya bisa diimplementasikan dengan baik. Alasannya
pengetahuan yang dimiliki seseorang tanpa diaktuaisasikan dalam kehidupan yang nyata hanya
menjadi pajangan yang berarti.