Anda di halaman 1dari 13

BAB II

DIMMER

2.1 Alat dan Bahan


Kapasitor film 330nF 1 buah
Resistor 1K 1W 1 buah
Potensiometer 500K 1 buah
Triac Q4004LT 1 buah
Lampu pijar 5W 1 buah
Kabel secukupnya
PCB (Printed Circuit Board) secukupnya
Terminal secukupnya
Fitting lampu 1 buah

Triac Q4004LT

SCR adalah thyristor yang uni-directional, karena ketika ON hanya bisa


melewatkan arus satu arah saja yaitu dari anoda menuju katoda. Struktur TRIAC
sebenarnya adalah sama dengan dua buah SCR yang arahnya bolak-balik dan kedua
gate-nya disatukan. Simbol TRIAC ditunjukkan pada gambar-1. TRIAC biasa juga
disebut thyristor bi-directional. Khusus pada Triac Q4004LT pada gatenya sudah
terdapat DIAC jadi tidak perlu melakukan penambahan diac pada rangkaian.

Gambar 1 Simbol TRIAC Q4004LT

3
Rangkaian dimmer dengan TRIAC ini memiliki kapasitas daya maksimal
tergantung dari tipe TRIAC yang digunakan. Untuk mengatur tingkat kecrahan
lampu dengan dimmer ini dapat dikendalikan melaului potensiometer. TRIAC
merupakan komponen 3 elektroda: MT1, MT2, dan gate. Triac biasanya
digunakan pada rangkaian pengendali, penyakelaran, dan rangkian
pemicu/trigger. Oleh karena aplikasi triac yang demikian luas maka komponen
triac biasanya mempunyai dimensi yang besar dan mampu diaplikasikan pada
tegangan 100V sampai 800V dengan arus beban dari 0.5A sampai 40A.
TRIAC bekerja mirip seperti SCR yang paralel bolak-balik, sehingga dapat
melewatkan arus dua arah. Kurva karakteristik dari TRIAC adalah seperti pada
gambar-2 berikut ini.

Gambar 2 Karakteristik TRIAC dan Gelombang Tes Rangkaian

Pada datasheet akan lebih detail diberikan besar parameter-parameter


seperti Vbo dan -Vbo, lalu IGT dan -IGT, Ih serta -Ih dan sebagainya. Umumnya
besar parameter ini simetris antara yang plus dan yang minus. Dalam perhitungan
desain, bisa dianggap parameter ini simetris sehingga lebih mudah di hitung.

Konfigurasi pin
T = Terminal
MT1 : Main Terminal 1
MT2 : Main Terminal 2
Gambar 3 Pinout Triac Q4004LT

4
DIAC

DIAC merupakan salah satu anggota dari thyristor dan termasuk dalam jenis
Bidirectional Thyristor yang juga dikenal sebagai Bilateral Trigger Diode.
Istilah DIAC diambil dari Dioda AC. DIAC mempunyai dua buah terminal dan
dapat menghantar dari kedua arah jika tegangan breakovernya (VBB) terlampaui.
Tidak seperti halnya transistor, DIAC mempunyai tingkatan doping sekitar
junctionnya yang sebanding.

(a) (b) (c)

Gambar 4 (a)Ekivalen DIAC, (b) DIAC sebagai susunan pengancing (Latch),


(c) Simbol DIAC

DIAC mempunyai impedansi yang tinggi bagi arus dalam dua arah, hingga
bias DIAC melewati breakover arah mundurnya. Biasanya bias untuk DIAC agar
mencapai breakover ini adalah antara 28 sampai 36 volt,namun demikian
tergantung dari pada tipenya. Agar kita mengetahui prinsip kerja DIAC, maka kita
nggap pemberian catu dayanya seperti terlihat pada gambar diatas. Jika tegangan
yang diberikan pada DIAC menyamai atau melebihi tegangan breakover, maka
salah satu Latch akan menutup juga. DIAC adalah suatu komponen yang
berkelakuan seperti dua buah thyristor yang dihubungkan saling bertolak belakang.
Oleh karena itu DIAC mempunyai dua buah tegangan penyalaan. Tegangan
penyalaan pertama berada pada tegangan maju (+Vbo) sedangkan yang kedua ada
pada tegangan baliknya (-Vbo).

DIAC banyak digunakan sebagai pemicu rangkaian pengendali daya yang


menggunakan TRIAC.

5
2.2 Dasar Teori
Dimmer merupakan control dari tingkat pencahayaan sebuah lampu yang
intensitas cahayanya dapat diatur menggunakan potensiometer atau lainnya.
Rangkaian lampu dimmer ini menggunakan komponen utama TRIAC dan DIAC.
Dan dapat digunakan pada jaringan listrik PLN 220v satu fasa atau pada jaringan
listrik volt phase, tergantung dari bola lampu yang digunakan. Tegangan AC satu
phasa apabila dilihat dalam sebuah oscilloscope berdasarkan grafik pada kawasan
waktu (t) terhadap tegangan (v) dapat diilustrasikan seperti pada Gambar.

Gambar 5. Gelombang sinusoidal


Dimana:
V(t)=Vmax.sin(2.. f .t) (1)
sedangkan Vrms untuk sinyal sinus ideal.

Vrms merupakan Voltage Root Mean Square, dimana secara sederhana


dapat diartikan sebagai tegangan rata-rata berdadarkan kawasan waktu (t) yang
menghasilkan daya ekuivalen dengan tegangan dc pada level tersebut. Dalam
penggunaan secara umum, tegangan AC di indonesia bernilai 220 V, nilai 220 V
tersebut merupakan nilai tegangan Vrms. Artinya daya yang dihasilkan dari
tegangan tersebut sebanding dengan daya yang dihasilkan dari tegangan 220 Vdc.

AC voltage controller adalah konverter yang mengontrol tegangan,


arus,dan daya rata-rata yang dikirim ke beban AC dari sumber AC. Komponen
utama dari ac voltage controller adalah TRIAC atau thyristor (SCR) yang dipasang
secara anti-paralel. Skema pensakelaran dari ac voltage controller ada dua, yang
pertama dengan phase control, pensakelaran berlangsung setiap siklus sumber,
dimana gelombang tegangan dari sumber ke beban akan terhapus setiap siklusnya.
Skema pensakelaran yang kedua adalah dengan integral cycle, dimana tegangan

6
output pada beban akan terhapus untuk beberapa siklus. Rangkaian AC voltage
controller ditunjukan pada gambar 1.

Gambar 6. Rangkaian AC voltage-controller untuk Thyristor anti-paralel dan triac


Penggunaan dua Thyristor antiparalel memberikan pendalian tegangan AC
secara simetris pada kedua setengah gelombang pertama dan setengah gelombang
berikutnya. Penggunaan Triac merupakan cara yang paling simpel, efisien, dan
handal. Triac merupakan komponen dua-arah sehingga untuk mengendalikan
tegangan AC pada kedua setengah gelombang cukup dengansatu pulsa trigger.
Barangkali inilah yang membuat rangkaian pengendalian jenis ini sangat populer di
masyarakat. Kelemahannya terletak pada kapasitasnya yang masih terbatas
dibandingkan bila menggunakan Thyristor.
Perhatikan Gambar di atas, jika tegangan sinusoidal dimasukkan pada
rangkaian seperti pada gambar, maka pada setengah gelombang pertama Thyristor
Q1 mendapat bias maju, dan Q2 dalam keadaan sebaliknya. Kemudian pada
setengah gelombang berikutnya, Q2 mendapat bias maju, sedangkan Q1 bias
mundur. Agar rangkaian dapat bekerja, ketika pada setengah gelombang pertama
Q1 harus diberi sinyal penyalaan pada gatenya dengan sudut penyalaan, misalnya
. Seketika itu Q1 akan konduksi. Q1 akan tetap konduksi sampai terjadi perubahan
arah (komutasi), yaitu tegangan menuju nol dan negatif. Setelah itu, pada setengah
periode berikutnya, Q2 diberi trigger dengan sudut yang sama, proses yang terjadi
sama persis dengan yang pertama. Dengan demikian bentuk gelombang keluaran
seperti yang ditunjukkan pada gambar dibawah ini.

7
Gambar 7. Gelombang tegangan input dan output

2.3 Prinsip Kerja Alat


Rangkaian dimmer dengan TRIAC merupakan rangkaian yang sudah
umum digunakan, antara lain untuk mengatur terang-redup lampu
bolam. Rangkaian dimmer ini mampu mengatur beban pada tegangan 220VAC
dengan daya sampai 900W tiap kanal dengan beban dari lampu bola yang diatur
tingkat kecerahan lampunya dengani potensiometer. Untuk lebih jelasnya dapat
dilihat langsung di gambar berikut :

8
Gambar 8. Skematik dimmer

Sebelum menghidupkan Triac, sebuah arus yang sangat kecil mengalir pada
beban dan semua sumber tegangan turun ke RC filter. Tegangan ini dibagi dan
bergerak di fase VC. Ketika VG melewati penghidupan tegangan, triac hidup dan
terhubung sampai ke input tegangan setengah lingkaran dan berhenti. Ketika input
tegangan turun menjadi 0V, triac mati dan prosedur penghidupannya berulang di
tegangan yang terbalik.

Jika tegangan pengisian kapasitor telah mencapai breakover DIAC, maka


DIAC akan menghantar sehingga kapasitor akan menggosongkan muatannya
melalui DIAC dan gate-TRIAC. Arus penggosongan kapasitor merupakan pulsa
penyulut yang digunakan oleh TRIAC sebagai pengendali. Jika beban sebenarnya
bersifat induktif, maka perlu dipasang rangkaian R dan C secara parallel terhadap
TRIAC untuk mengatur komutasi TRIAC.

Gambar 9. Karakteristik DIAC

9
Dari kurva diatas kita dapat melihat bahwa DIAC selalu mempunyai
karakteristik tahanan negatif yang secara terus menerus pada saat arus lebih besar
daripada arus breakovernya.

Pembatasan dari potensiometer mengurangi kekuatan gelombang dalam


gerbang dan sudut penghidupan,dengan demikian mengurangi rata-rata arus di
konsumen. Penggunaan double filter memungkinkan lebih dari 100 . Ketika power
di konsumen diaktifkan oleh pokok di control, ini sangat sulit untuk mencapai sudut
penghidupan yang yang lebar. Alasan mengapa penghidupan tegangan triac adalah
rendah(kurang dari 1 V) adalah tegangan pokok sangat tinggi.

2.4 Skematik, Layout dan Tampilan Dimmer

Gambar 10. Skematik Dimmer

Gambar 11. Tampilan Rangkaian Dimmer

10
Lampu dimmer diatas menggunakan TRIAC Q4004LT, pada dasarnya
TRIAC merupakan penggabungan 2 SCR, tetapi TRIAC dapat mengalirkan arus
secara bolak-balik sedangkan SCR untuk arus searah. Pada gate TRIAC Q4004LT
terdapat diac yang sudah dibundle didalamnya yang mempunyai tegangan ambang
sebesar 48V. Jika melebihi tegangan tersebut maka gate pada TRIAC akan
terancam jebol, dan sebagai pengatur tegangan menuju gate TRIAC digunakan
potensiometer 500K. Pada rangkaian lampu dimmer diatas juga menggunakan
sebuah resistor 1K dan sebuah capasitor 330nF. Untuk beban lampu yang
digunakan adalah bohlam lampu 5 watt, karena jika menggunakan lampu jenis TL,
maka tidak bisa mengatur terang redup lampu tersebut.

2.5 Hasil Percobaan Dimmer


Pada Saat Gating 0%

DC on = 0%
DC off = 100%

Gambar 12. Bentuk Gelombang Gatting 0%

11
Pada Saat Gating 25%

DC on = 25%
DC off = 75%

Gambar 13. Bentuk Gelombang Gatting 25%

Pada Saat Gatting 50%

DC on = 50%
DC off = 50%

Gambar 14. Bentuk Gelombang Gatting 50%

Pada Saat Gatting 75%

DC on = 75%
DC off = 25%

Gambar 15. Bentuk Gelombang Gatting 75%

12
Pada Saat Gatting 100%

DC on = 100%
DC off = 0%

Gambar 16. Bentuk Gelombang Gatting 100%

Tabel Hasil Pengukuran


Vs = 206,9 VAC
Gatting Vrms (Volt) Vmax (Volt)
0% 3,99 000
25% 33 144
50% 141 242
75% 192 280
100% 205 280

2.6 Analisis Rangkaian Dimmer


=
=
= ()

Dimana : = +

=
=
+ = 100

13
Maka:

=
+

Saat Gatting 0%

=
+

0
= 206,9
100 + 0

= 0

Saat Gatting 25%



=
+

25
= 206,9
75 + 25

= 206,9 0,25
= 206,9 . 0,5
= 103,45

Saat Gatting 50%



=
+

50
= 206,9
50 + 50

= 206,9 0,5
= 206,9 . 0,707
= 146,3

Saat Gatting 75%



=
+

14
75
= 206,9
25 + 75

= 206,9 0,75
= 206,9 . 0,866
= 179,18

Saat Gatting 100%



=
+

100
= 206,9
0 + 100

= 206,9 1
= 206,9 . 1
= 206,9

Pada hasil pengukuran terhadap analisis penghitungan mendapat hasil yang


hampir sama kecuali pada saat gatting 25% yang hasilnya berbeda jauh. Hal ini
mungkin dikarenakan tegangan sumber (Vs) tidak stabil yang mengakibatkan
kesalahan penghitungan gelombang efektif hasil gatting yang berimbas pada
pengukuran tegangan efektif (Vrms) oleh oscilloscope sebagai hasil tegangan ukur
(Vo).
Untuk pengukuran gatting 0%, 50%, 75%, dan 100% mempunyai nilai yang
mendekati hasil analisis / penghitungan manual.

15

Anda mungkin juga menyukai