Anda di halaman 1dari 25

PERISTIWA HALFUL FUDHL DAN PERNIKAHAN DENGAN KHADIJAH, BAGIAN 01 DARI 08

Alhamdulillh, Allh Subhnahu wa Ta'la masih memberikan kita kesempatan untuk bersua
kembali dalam rangka untuk mempelajari perjalanan Nabi shallallhu 'alayhi wa sallam yang
sarat dan penuh dengan faedah-faedah. Faedah-faedah itu bisa kita jadikan sebagai bekal kita
dalam menjalani kehidupan kita. In sy Allh, kita akan membahas tentang "Pernikahan antara
Nabi shallallhu 'alayhi wa sallam dengan Khadijah radhiyallhu Ta'la 'anh".

Akan tetapi sebelumnya ada satu peristiwa yang dialami oleh Nabi shallallhu 'alayhi wa
sallam yaitu yang dikenal dengan peristiwa "halful fudhl".

Halful fudhl adalah peristiwa dimana orang-orang Quraisy di zaman jhilyyah pernah
berkumpul di rumah 'Abdullh bin Jud'n dan mereka bersepakat untuk menolong orang yang
dizhlimi. Pertemuan ini dihadiri oleh Nabi shallallhu 'alayhi wa sallam yang dikenal dengan
halful fudhl.

Dikisahkan bahwasanya ada seorang dari kabilah Zabd (dari Yaman) datang ke kota Mekkah
membawa sejumlah barang dagangan, lalu dijual lah barang dagangan tersebut kepada Al 'Ash
bin Wil As Sahmi. Akan tetapi Al 'Ash bin Wil As Sahmi mengambil barang dagangan tersebut
tanpa membayar. Akhirnya dia (orang Yaman) naik di atas gunung Jabal Abi Qubais yang ada di
sekitar Ka'bah. Saat itu orang-orang Quraisy sedang berkumpul. Maka diapun berteriak dengan
suara yang lantang menuntut haknya dan agar dia ditolong. Salah satu paman Nabi yang
bernama Zubair bin 'Abdil Muththalib mengatakan bahwa orang ini tidak boleh ditinggalkan
(maksudnya) dia harus ditolong. Akhirnya Banu Hsyim, Banu Zahrah dan Banu Tamm
berkumpul di rumah 'Abdullh bin Jud'n dan mereka bersepakat untuk bersatu padu
menolong orang ini.

Akhirnya mereka berhasil meminta Al 'Ash bin Wil As Sahmi untuk membayar uang kepada
orang Yaman Az Zabidiy penjual yang tidak dibayar uangnya. Yang menjadi perhatian kita,
dalam pertemuan tersebut Nabi shallallhu 'alayhi wa sallam juga hadir. Beliau shallallhu
'alayhi wa sallam belum diangkat menjadi seorang nabi saat itu.
Setelah beliau shallallhu 'alayhi wa sallam diangkat menjadi seorang nabi, Beliau
(shallallhu 'alayhi wa sallam) masih mengingat pertemuan ini, yaitu pertemuan yang baik
antara orang-orang kfir Quraisy untuk meninggikan keadilan, menolong seorang yang
dizhlimi.

Raslullh shallallhu 'alayhi wa sallam mengatakan:

"Sungguh Aku pernah menghadiri sebuah perjajian di rumah 'Abdullh bin Judn. Saya lebih
senang dengan perjanjian ini daripada unta merah. Sekiranya aku diundang lagi (untuk
menyepakati perjanjian ini) di masa Islm, niscaya aku akan memenuhinya."

(Hadts riwayat Al Baihaqi dalam Sunan Al Kubra no 12110, dihasankan oleh Al Syaikh Albniy
rahimahullh dalam Silsilah Ash Shahhah no.1900)

Ini adalah pengakuan Nabi shallallhu 'alayhi wa sallam terhadap sebagian kebaikan yang
masih ada di dalam zaman jhilyyah. Walaupun demikian, tidaklah bermanfaat kebaikan
'Abdullh bin Judn karena dia masuk neraka Jahannam, sebagaimana dalam Shahh Muslim
tatkala 'isyah bertanya kepada Nabi shallallhu 'alayhi wa sallam:

"Wahai Rasulullh, Ibnu Judn pada masa jhilyyah menyambung silaturrahm dan memberi
makan orang-orang miskin, apakah hal itu bermanfaat baginya?"

Raslullh shallallhu 'alayhi wa sallam bersabda:

"Tidak akan bermanfaat untuknya, (sebab) seharipun dia tidak pernah mengatakan, 'Wahai
Rabbku ampunilah dosa-dosaku di hari kiamat nanti'."

Oleh karenanya kebaikan Ibnu Judn tidaklah bermanfaat sedikitpun, karena dia
terjerumus dalam kesyirikan. Dan siapa saja yang terjerumus ke dalam kesyirikan, maka seluruh
amalannya tidaklah bermanfaat.

"Jika engkau berbuat kesyirikan niscaya akan hapus amalmu dan tentulah kamu termasuk
orang-orang yang merugi."

(Az Zumr: 65)


Maksudnya, merugi di akhirat kelak, dan akan masuk neraka Jahannam. Meskipun kaum
musyrik Quraisy bergelimang di dalam kesyirikan dan menyembah berhala, namun Nabi
shallallhu 'alayhi wa sallam dengan sifat obyektif dan keadilannya, tetap menyatakan bahwa
biar bagaimanapun mereka punya kebaikan. Tidak boleh tutup mata terhadap kebaikan yang
ada ini.

Oleh karenanya, Raslullh shallallhu 'alayhi wa sallam dalam hadtsnya bersabda:

"Sesungguhnya aku diutus untuk menyempurnakan akhlaq yang mulia."

(Hadts riwayat Baihaqiy)

Para ulam telah menjelaskan tentang maksud hadts ini, yaitu Raslullh shallallhu 'alayhi
wa sallam ketika berdakwah kepada orang-orang Quraisy, sudah ada akhlaq-akhlaq mulia di
situ. Nabi shallallhu 'alayhi wa sallam tinggal menyempurnakannya saja. Beliau shallallhu
'alayhi wa sallam bukan memperbarui akhlaq, namun segala akhlaq yang buruk dibuang dan
akhlaq yang sudah baik dipertahankan.

Orang-orang Arab jhilyyah dan musyrikin Quraisy memiliki sejumlah akhlaq dan perangai
mulia sebagaimana telah dipaparkan di bab sebelumnya, diantaranya:

Mereka senang menjamu tamu,


Mereka memberi makan kepada faqr miskin,
Mereka membela orang yang dianiaya, dll

Namun sejatinya amalan mereka itu sia-sia di sisi Allh, tidak bernilai dan berharga di
akhirat, karena mereka terjerumus ke dalam kesyirikan. Namun Nabi shallallhu 'alayhi wa
sallam mengakui bahwa orang-orang Quraisy dahulu, mereka yang memiliki akhlaq yang mulia,
karenanya beliau (shallallhu 'alayhi wa sallam) diutus oleh Allh Subhnahu wa Ta'la untuk
menyempurnakan akhlak yang mulia. Nabi shallallhu 'alayhi wa sallam tidak menafikan
kebaikan yang ada pada musuh Nabi shallallhu 'alayhi wa sallam.

Bahkan perkataan beliau shallallhu 'alayhi wa sallam:

"Andai aku diajak untuk menyepakati perjanjian ini di masa Islm, aku pun akan
mendatanginya."

Demikian yang bisa disampaikan, In sy Allh besok kita lanjutkan pada pembahasan
selanjutnya.
PERISTIWA HALFUL FUDHL DAN PERNIKAHAN DENGAN KHADIJAH, BAGIAN 02 DARI 08

Disini ada 2 perkara penting yang dijelaskan oleh para ulam berkaitan dengan hadts ini,
tatkala 'isyah bertanya kepada Nabi shallallhu 'alayhi wa sallam tentang 'Abdullh bin Jud'n.
Yaitu:

1. Hendaknya seseorang bersikap adil dan obyektif.


Jangan sampai dia memandang sebelah mata kepada orang lain, meskipun itu musuhnya.
Jika memang dia memiliki kebaikan maka harus diakui dan tidak boleh dibuang.

Allh Subhnahu wa Ta'la berfirman:

"Dan janganlah kebencianmu terhadap suatu kaum mendorong kamu untuk berlaku tidak adil.
Berlaku adillah, karena (adil) itu lebih dekat kepada taqwa."

(QS Al Midah: 8)

Meskipun Raslullh shallallhu 'alayhi wa sallam dimusuhi oleh orang-orang musyrikin


Arab akan tetapi Beliau shallallhu 'alayhi wa sallam tetap mengakui kebaikan mereka. Oleh
karenanya, ketika ada seorang Yahdi datang kepada Nabi shallallhu 'alayhi wa sallam
kemudian berkata:

: :
: ( : )

Bahwa ada seorang Yahdi datang kepada Nabi shallallhu 'alayhi wa sallam dan berkata:

"Sesungguhnya kamu sekalian melakukan perbuatan syirik, kamu mengucapkan, 'Atas


kehendak Allh dan kehendakmu,' dan mengucapkan, 'Demi Ka'bah'."

Maka Nabi shallallhu 'alayhi wa sallam memerintahkan para shahbat apabila hendak
bersumpah supaya mengucapkan:
"Demi Tuhan Pemilik Ka'bah," dan mengucapkan, "Atas kehendak Allh kemudian atas
kehendakmu."

(HR Nasi' dan dinyatakan shahh dari Qutailah radhiyallhu 'anhu).

Hadts ini dijadikan dall oleh para ulam, bahwa orang Yahdi yang merupakan musuh
Islm namun tatkala mereka datang membawa kebenaran, Nabi shallallhu 'alayhi wa sallam
tidak menolak dan membenarkan pernyataan orang Yahdi tersebut. Dari sini dapat dipetik
faidah bahwa, sesungguhnya harus dibedakan antara menghukumi seseorang (taqwim) dengan
memperingatkan seseorang (tahdzir).

Dalam menghukumi atau menilai seseorang, maka harus mengetahui kebaikan dan
keburukannya. Sedangkan di dalam memperingatkan kesalahan orang lain, maka cukup
disebutkan kesalahannya saja, tidak perlu disebut kebaikannya.

Jika memang harus menyebut kebaikannya, maka perlu dilihat mashalat dan madharatnya,
karena sesungguhnya "Bab Tahdzir" itu termasuk kedalam "Nahyu 'anil Munkar", dan para
ulam sepakat bahwa amar ma'ruf nahi munkar kembali kepada kemashlahatan.

Misalnya ada seorang pencuri, maka kita katakan, "Hati-hati, si fulan pencuri!". Maka orang-
orang pun akan mengejarnya dan berusaha menangkapnya.

Ini namanya tahdzir (peringatan), karena itu tidak perlu kita sebutkan, "Si pencuri itu rajin
shalt dan bersedekah."

Dalam kondisi seperti ini, tidak perlu disebutkan kebaikan si pencuri tersebut, karena di sini
kita sedang memperingatkan orang dari bahaya orang tersebut.

Namun, apabila dalam rangka untuk menilai, maka harus dibandingkan antara kebaikan dan
keburukan.

2. Faidah kedua, sebagaimana kata Ibnul Qayyim, bahwa hadts ini merupakan dall
bahwasanya seseorang boleh bekerja sama dengan orang-orang yang sesat dan kfir ,
dalam kondisi-kondisi tertentu yang dibutuhkan dan memang bisa menimbulkan
kemashlahatan.

Tidak semua orang hidup di atas kebenaran, banyak orang terjerumus ke dalam kesesatan
dengan bertingkat-tingkat. Namun terkadang kita terpaksa bekerja sama dengan mereka dalam
ruang lingkup tertentu jika memang mendatangkan kemashlahatan. Adapun perkataan, "Tidak
boleh seseorang secara mutlak berinteraksi dengan orang yang sesat," maka ini anggapan tidak
benar. Apalagi orang-orang yang memiliki kesesatan tersebut masih Muslim. Ini kaidah umum
namun butuh perincian yang lebih dalam lagi.
Demikian yang bisa disampaikan, In sy Allh besok kita lanjutkan pada pembahasan
selanjutnya.
PERISTIWA HALFUL FUDHL DAN PERNIKAHAN DENGAN KHADIJAH, BAGIAN 03 DARI 08

Alhamdulillh, Allh Subhnahu wa Ta'la masih memberikan kita kesempatan untuk bersua
kembali dalam rangka untuk mempelajari perjalanan sejarah Nabi shallallhu 'alayhi wa sallam
yang sarat dan penuh dengan faedah-faedah. Faedah-faedah itu bisa kita jadikan sebagai bekal
kita dalam menjalani kehidupan kita. In sy Allh kita akan membahas tentang "Pernikahan
Nabi shallallhu 'alayhi wa sallam dengan sayyidah Khadjah radhiyallhu 'anh".

Khadjah radhiyallhu 'anh bernama Khadjah bintu Khuwailid bin As'ad bin Abdil 'Uzza bin
Qushay bin Kilb. Sedangkan nasab Nabi shallallhu 'alayhi wa sallam adalah Muhammad bin
'Abdillh bin 'Abdil Muththalib bin Hsyim bin 'Abdi Manaf bin Qushay bin Kilb. Keduanya
bertemu pada Qushay. Abdi Manaf, kakek Nabi shallallhu 'alayhi wa sallam memiliki saudara
yang bernama 'Abdi 'Uzza dan 'Abdi Syamsy. Jadi, Khadjah sendiri masih seorang wanita
Quraisy dan juga memiliki nasab yang tinggi. Khadjah merupakan keturunan yang spesial dan
terkenal di kalangan orang Arab tatkala itu.

Disebutkan di dalam sejarah, bahwa diantara laqab (gelar)-nya ibunda Khadjah adalah
Thhirah (wanita yang suci), karena beliau tidak mengikuti adat-adat jhilyyah dan tidak
pernah terjerumus ke dalam perzinahan dan hal-hal buruk lainnya. Karena itu beliau dikenal
sebagai wanita yang 'affah (menjaga kehormatan). Selain itu, Ibunda Khadijah juga terkenal
akan kecantikannya dan kekayaannya. Beliau banyak memperkerjakan kaum lelaki dengan
sistem mudhrabah untuk memperdagangkan hartanya. Padahal Khadjah adalah seorang
wanita janda.

Disebutkan bahwa sebelum beliau menikah dengan Nabi shallallhu 'alayhi wa sallam,
Khadjah sudah menikah dua kali yaitu dengan:

1. Atiq bin Makhzumiy


2. Ab Halah ibnu Zurarah At Tamimiy
Jadi, Nabi shallallhu 'alayhi wa sallam adalah suami beliau yang ke-3.
Meskipun beliau wanita janda, karena kesucian, akhlaqnya yang mulia, kekayaan hartanya
dan kecerdasannya, banyak lelaki yang datang melamarnya. Namun Khadjah radhiyallhu
'anh menolak semua lamaran itu. Beliau tidak terburu-buru untuk menikah.
Sampai akhirnya Khadjah mendengar tentang seorang pemuda yang bernama Muhammad
shallallhu 'alayhi wa sallam yang terkenal dengan amanahnya, akhlaqnya. Maka Khadjah ingin
agar Muhammad bekerja sebagai pekerjanya. Inilah cerdasnya Khadjah, beliau sudah tertarik
dengan Muhammad shallallhu 'alayhi wa sallam namun tidak terburu-buru minta dilamarkan
kepada Muhammad. Maka Raslullh shallallhu 'alayhi wa sallam bekerja dengan Khadjah
sebagai pekerjanya.
Akhirnya berangkatlah Muhammad shallallhu 'alayhi wa sallam memperdagangkan barang
dagangan Khadjah radhiyallhu 'anh. Ketika Raslullh shallallhu 'alayhi wa sallam berangkat
berdagang, beliau shallallhu 'alayhi wa sallam ditemani oleh budaknya Khadjah radhiyallhu
'anh yang bernama Maysarah. Khadjah radhiyallhu 'anh memiliki maksud dengan
memerintahkan Maysarah menemani Nabi shallallhu 'alayhi wa sallam, yaitu untuk meneliti
Nabi shallallhu 'alayhi wa sallam.
Ini diantara indikasi yang menunjukkan bagaimana cerdasnya Khadjah radhiyallhu 'anh,
dimana beliau memiliki sifat tidak terburu-buru dan al anat (tenang). Khadjah radhiyallhu
'anh sebenarnya sudah tertarik kepada Raslullh shallallhu 'alayhi wa sallam, namun beliau
ingin menguji Raslullh shallallhu 'alayhi wa sallam terlebih dahulu.
Ujian ini dilakukan bukan saat Nabi shallallhu 'alayhi wa sallam berdagang di Mekkah,
melainkan saat safar, karena sebagaimana perkataan para ulam bahwa safar itu akan
membuka tabir akhlaq seseorang yang sebenarnya.
Diriwayatkan ketika ada seseorang yang hadir di depan 'Umar bin Khaththab radhiyallhu
Ta'la 'anhu, maka 'Umar berkata kepada khayalak:
"Siapa yang mentazkiah/merekomendasikan/mengatakan engkau orang baik?"
Maka ada seorang yang menjawab:
"Saya, wahai 'Umar."
Maka 'Umar bertanya kepada orang yang ingin mentazkiah lelaki ini:
"Apakah engkau pernah bersafar bersama dia?"
Jawab orang ini: "Tidak pernah."
Lalu kata 'Umar:
"Engkau pernah berhubungan dengannya tentang masalah uang?"
Jawabnya: "Tidak."
Lalu 'Umar bertanya:
"Apakah engkau tetangganya sehingga mengetahui kapan masuknya dan keluarnya?"
Jawabnya: "Saya bukan tetangganya."
Kata 'Umar:
Demi Allh yang tidak ada sembahan yang berhak disembah kecuali Dia, engkau tidak kenal
laki-laki ini."
Demikianlah, jika seseorang ingin mengetahui bagaimana hakikat orang lain maka ajaklah
bersafar atau bertransaksi uang dengannya sehingga dapat diketahui orang tersebut orang yang
amanah atau gemar berdusta.
Untuk itulah, Khadjah menguji Nabi shallallhu 'alayhi wa sallam dalam 2 perkara yang
penting, yaitu:
1. Safar
2. Masalah keuangan
Inilah mungkin alasan kenapa safar disebut yusfir (membuka tabir seseorang). Karena saat
safar akan nampak akhlaq seseorang, apalagi jika safar dilakukan bersama orang-orang lain
secara berkelompok.
Dari Ab Hurairah, dari Nabi shallallhu 'alayhi wa sallam, beliau bersabda:

Safar adalah bagian dari adzab (siksa). Ketika salah seorang dari kalian melakukan safar maka
ia akan sulit makan, minum dan tidur. Jika urusannya telah selesai, maka bersegeralah kembali
kepada keluarganya.

(HR. Bukhri nomor 1804 dan Muslim nomor 1927)

Setelah Maysarah kembali selepas safar bersama Raslullh shallallhu 'alayhi wa sallam
dan melihat cara berdagang Beliau, Maysarah pun segera mengabarkan kepada Khadjah
tentang bagaimana hakikat Raslullh shallallhu 'alayhi wa sallam. Setelah mendengar
testimony Masyarah, maka semakin bertambah ketertarikan Khadjah kepada Raslullh
shallallhu 'alayhi wa sallam. Akhirnya Khadjah radhiyallhu 'anh pun bermaksud meminang
Raslullh shallallhu 'alayhi wa sallam.

Demikian yang bisa disampaikan, In sy Allh besok kita lanjutkan pada pembahasan
selanjutnya.
PERISTIWA HALFUL FUDHL DAN PERNIKAHAN DENGAN KHADIJAH, BAGIAN 04 DARI 08

Alhamdulillh, Allh Subhnahu wa Ta'la masih memberikan kita kesempatan untuk bersua
kembali dalam rangka untuk mempelajari perjalanan sejarah Nabi shallallhu 'alayhi wa sallam.
In sy Allh, kita akan membahas poin tentang pernikahan antara Nabi shallallhu 'alayhi wa
sallam dengan sayyidah Khadjah radhiyallhu Ta'la 'anh.

Disebutkan oleh beberapa ahli tarikh, Khadjah melakukan pinangan melalui sebagian
kenalannya dengan cara memberi isyarat kepada Raslullh shallallhu 'alayhi wa sallam agar
menikahi Khadjah. Yaitu tidak langsung karena seorang wanita harus tetap menjaga dirinya.
Dan ini juga sebagai dall, sebagaimana dijelaskan para ulam, bahwa seseorang ketika memiliki
anak atau adik perempuan, tidak mengapa jika dia menawarkan anak atau adik perempuannya
tersebut kepada seorang lelaki yang shlih. Tentunya dengan cara yang baik dan tidak
merendahkan. Karena mencari suami yang shlih tidak mudah, sebagaimana tidak mudah pula
mencari wanita yang shlihah, terlebih di zaman sekarang ini. Kalau dikenal ada seorang yang
berakhlaq mulia, ibadahnya baik, maka jika sudah terkumpul 2 perkara ini (ibadah dan akhlaq
yang baik), jangan dilepaskan.

Sampai-sampai Raslullh shallallhu 'alayhi wa sallam mengancam orang yang menolak


lelaki seperti ini:


- -

.
. .

"Dari Ab Htim Al Mizany radhiyallahu anhu berkata: Rasulullah shallallhu 'alayhi wa


sallam bersabda:

"Jika telah datang kepada kalian seorang lelaki yang kalian ridhi agama dan akhlaknya,
maka nikahkanlah ia (dengan anak perempuan kalian), jika tidak maka niscaya akan terjadi
musibah dan kerusakan di bumi."

Mereka bertanya:

"Wahai Rasulullah, meskipun ia mempunyai sesuatu (aib)?"

Beliau bersabda:
"Jika telah datang kepada kalian lelaki yang kalian ridhi agama dan akhlaknya, maka
nikahkanlah ia (dengan anak perempuan kalian)."

Beliau mengatakan itu tiga kali.

(HR. Tirmidzi dan dishahhkan oleh Al Syaikh Albniy rahimahullh didalam shahh At Tirmidzi,
nomor 1084)

Disini Raslullh shallallhu 'alayhi wa sallam membedakan antara akhlaq dengan agama.
Ada orang yang nampaknya agamanya bagus (misal rajin shalt , puasa sunnah) namun
akhlaqnya belum tentu bagus. Misalnya punya hutang tidak dibayar padahal mampu untuk
membayar, tidak amanah, mulutnya kotor/kasar, tidak menghargai orang lain dan yang semisal.
Jika telah terkumpul pada seorang lelaki agama dan akhlaqnya, maka jangan kita tolak selama
anak atau adik perempuan kita menyukainya, namun juga jangan dipaksa. Dengan harapan
suami yang shlih ini akan menghasilkan keturunan yang shlihn. Para salaf dahulu mereka
tidak ragu untuk menawarkan anak atau adik perempuan mereka kepada orang-orang yang
shlih.

Contohnya, 'Umar bin Khaththab radhiyallhu Ta'la 'anhu. Bukankah beliau telah
menawarkan putrinya Hafshah kepada Ab Bakr dan 'Utsmn? 'Umar mengetahui siapa Ab
Bakr dan siapa 'Utsmn, yaitu orang-orang yang dikenal shlih. Umar menawarkan tanpa malu
karena ini mashlahah bagi kita dan anak-anak kita. Jangan kita biarkan anak kita menikah
dengan sembarang orang yang hanya tampan tetapi akhlaqnya tidak baik, yang berpotensi
malah merusak anak kita. Begitu juga Nabi Ms ditawarkan untuk menikah. Ketika sampai di
negri Madyan, kemudian beliau menolong 2 wanita, sebagaimana Allh kisahkan dalam surat Al
Qashash.

"Sesungguhnya aku bermaksud menikahkan kamu dengan salah seorang dari kedua anakku ini,
atas dasar bahwa kamu bekerja denganku delapan tahun dan jika kamu cukupkan sepuluh
tahun maka itu adalah (suatu kebaikan) dari kamu, maka aku tidak hendak memberati kamu.
Dan kamu in sy Allh akan mendapatiku termasuk orang-orang yang baik."

(Al Qashash: 27)

Akhirnya, Khadjah melalui temannya memberi isyarat kepada Raslullh shallallhu 'alayhi
wa sallam untuk menikahi Khadjah. Dan Raslullh shallallhu 'alayhi wa sallam pun maju
untuk melamar Khadjah. Akhirnya terjadilah pernikahan antara lelaki yang sangat shlih dan
mulia yang mengatakan:




.

"Aku adalah pemimpin anak dam pada hari kiamat dan bukannya sombong. Di tanganku
bendera Al Hamd dan bukannya sombong, dan tidak ada seorang nabi pun, tidak pula dam
juga yang lainnya ketika itu kecuali semua di bawah benderaku, dan aku orang pertama yang
keluar dari tanah/kubur dan bukannya sombong."

(HR Ahmad, Muslim, Ab Dwd , Tirmidzi, Ibnu Mjah)

Raslullh shallallhu 'alayhi wa sallam menikah dengan seorang wanita yang 'affah
(menjaga kehormatan), suci, mulia dan cerdas. Semua sifat baik ini berkumpul pada Khadijah.
Termasuk juga berbagai macam keindahan, kecantikan wajah, kecantikan akal, akhlaq yang
mulia serta harta yang banyak.

Demikian yang bisa disampaikan, In sy Allh besok kita lanjutkan pada pembahasan
selanjutnya.
PERISTIWA HALFUL FUDHL DAN PERNIKAHAN DENGAN KHADIJAH, BAGIAN 05 DARI 08

Alhamdulillh, Allh Subhnahu wa Ta'la masih memberikan kita kesempatan untuk bersua
kembali dalam rangka untuk mempelajari perjalanan sejarah Nabi shallallhu 'alayhi wa sallam.

In sy Allh, kita akan membahas poin tentang pernikahan antara Nabi shallallhu 'alayhi wa
sallam dengan sayyidah Khadjah radhiyallhu Ta'la 'anh.

Umur Nabi shallallhu 'alayhi wa sallam ketika menikah dengan Khadjah adalah 25 tahun.
Sedangkan umur Khadjah saat menikah dengan Raslullh shallallhu 'alayhi wa sallam
diperselisihkan oleh para ulam dalam 2 pendapat:

1. Pendapat pertama

Yang disebutkan oleh Al Waqidiy dalam Musnadnya dan Ibnu Sa'd dalam Thabaqatnya,
bahwa umur Khadjah adalah 40 tahun. Tetapi menurut Al Waqidiy bahwa hadtsnya tidak
diterima (matrkul hadts).

2. Pendapat kedua
Adapun Ibnu Ishq menyebutkan bahwasanya umur Khadjah tatkala menikah dengan
Nabi shallallhu 'alayhi wa sallam adalah 28 tahun.

Kedua pendapat di atas tidak didukung dengan dall yang kuat. Yang pertama di dalam
sanadnya ada perawi yang ditinggalkan riwayatnya (matrkul hadts). Sedangkan yang kedua
tidak ada sanadnya. Oleh Karena itu, usia Khadjah menikah dengan Nabi shallallhu 'alayhi wa
sallam bisa jadi berusia 40 tahun atau 28 tahun. Sebagian ulam merjihkan bahwa umur
Khadjah 28 tahun. Dallnya adalah karena setelah menikah dengan Nabi shallallhu 'alayhi wa
sallam beliau melahirkan 6 orang anak, yaitu:

1. Abdullh
2. Qsim
3. Ummu Kultsm
4. Ruqayyah
5. Zainab
6. Fthimah

Dan sulit terbayangkan seorang wanita berumur 40 tahun masih bisa produktif melahirkan 6
orang anak. Wallhu A'lam bishshawb, inilah yang rjih menurut sejumlah ulam. Namun ada
dall yang menguatkan bahwasanya Khadjah waktu menikah adalah 40 tahun karena Khadjah
hidup bersama Nabi selama 25 tahun. Kalau Khadjah menikah umur 28 tahun maka Khadjah
akan meninggal sekitar 53 tahun. Dan umur 53 tahun, seorang wanita masih terlihat cantik.
Padahal ada sebuah hadts 'isyah eadhiyallhu 'anh menceritakan:

Nabi shallallhu 'alayhi wa sallam jika menyebut tentang Khadjah maka iapun memujinya,
dengan pujian yang sangat indah. Maka pada suatu hari akupun cemburu, maka aku berkata:

"Terlalu sering engkau menyebut-nyebutnya, ia seorang wanita yang sudah tua (ompong).
Allh telah menggantikannya buatmu dengan wanita yang lebih baik darinya."

Maka Nabi berkata:

"Allh tidak menggantikannya dengan seorang wanitapun yang lebih darinya. Ia telah
berimn kepadaku tatkala orang-orang kfir kepadaku, ia telah membenarkan aku tatkala
orang-orang mendustakan aku, ia telah membantuku dengan hartanya tatkala orang-orang
menahan hartanya tidak membantuku, dan Allh telah menganugerahkan darinya anak-anak
tatkala Allh tidak menganugerahkan kepadaku anak-anak dari wanita-wanita yang lain."

(HR. Ahmad no 24864 dan dishahkan oleh para pentahqiq Musnad Ahmad)

Jadi, Khadjah ketika meninggal dalam keadaan giginya telah ompong. Ini menguatkan
bahwa saat meninggal Khadjah umurnya sudah 60 tahun lebih. Sehingga menikah dengan
Raslullh shallallhu 'alayhi wa sallam saat berumur 40 tahun. Dan wanita 40 tahun mungkin
saja masih bisa melahirkan, apalagi orang-orang Arab.

Wallhu A'lam bishshawb.

Setelah menikah dengan Khadijah, Raslullh shallallhu 'alayhi wa sallam menjalani


kehidupan yang luar biasa, yang penuh dengan kebahagiaan dan kebahagiaan takkan bisa diraih
kecuali dari istri yang shlihah. Karena kalau hanya sekedar cantik, kaya dan keindahan tubuh
dari seorang wanita, maka tidak akan mendapatkan kebahagiaan, tapi mungkin hanya
mendatangkan kelezatan sesaat. Kebahagiaan adalah sesuatu keindahan yang tertanam di
dalam hati seseorang dan ini tidak bisa didapatkan kecuali dari istri yang shlihah. Khadjah
radhiyallhu 'anh adalah wanita yang sangat mencintai Nabi shallallhu 'alayhi wa sallam.
Beliau benar-benar membela suaminya dengan pembelaan yang luar biasa. Seluruh hartanya
diberikan kepada suaminya untuk berdakwah dan inilah pentingnya kerjasama antara seorang
yang berilmu dan seorang yang berharta dalam berdakwah. Dan 2 orang ini yang patut kita
cemburu, kata Raslullh shallallhu 'alayhi wa sallam dalam hadtsnya:

Dari Abdullh bin Masd radhiyallhu 'anhu, ia berkata bahwa Raslullh shallallhu
'alayhi wa sallam bersabda:

Tidak boleh hasad (ghibtah) kecuali pada dua orang, yaitu orang yang Allh anugerahkan
padanya harta lalu ia infqkan pada jalan kebaikan dan orang yang Allh beri karunia ilmu (Al
Qurn dan As Sunnah), ia menunaikan dan mengajarkannya."

(HR. Bukhri nomor 73 dan Muslim nomor 816)

Karena dakwah sangatlah sulit bisa berjalan jika hanya mengandalkan ilmu tanpa dibantu
dari sisi dana. Inilah diantara hikmah Allh menikahkan Nabi shallallhu 'alayhi wa sallam
dengan Khadjah, saudagar yang kaya raya dan benar-benar mendukung dakwah nabi secara
totalitas. Selain Khadijah, Ab Bakr radhiyallhu Ta'la 'anhu termasuk saudagar kaya raya yang
juga mensupport dakwah Nabi. Oleh karenanya tatkala Bill disiksa oleh tuannya, Umayyah bin
Khalaf, Ab Bakr radhiyallhu 'anhu membebaskannya dan memerdekakannya dengan
hartanya. Karena saat itu Nabi shallallhu 'alayhi wa sallam tidak memiliki harta sehingga tidak
mampu memerdekakan Bill. Raslullh shallallhu 'alayhi wa sallam adalah seorang yang
miskin, sampai-sampai beliau bekerja menggembalakan kambing orang lain untuk mendapat
upah dan kemudian diberikan kepada pamannya Ab Thlib. Namun Allh taqdirkan Beliau
shallallhu 'alayhi wa sallam menikah dengan Khadjah, saudagar wanita kaya raya yang seluruh
hartanya diberikan kepada Nabi shallallhu 'alayhi wa sallam untuk berdakwah.

Raslullh shallallhu 'alayhi wa sallam memiliki 6 orang anak dan semuanya diurus oleh
Khadjah radhiyallhu 'anh karena Khadjah ingin suaminya bisa konsentrasi untuk berdakwah,
sehingga seluruh urusan rumah tangga diurus oleh Khadjah radhiyallhu Ta'la 'anh.

Demikian yang bisa disampaikan, In sy Allh besok kita lanjutkan pada pembahasan
selanjutnya.
PERISTIWA HALFUL FUDHL DAN PERNIKAHAN DENGAN KHADIJAH, BAGIAN 06 DARI 08

Alhamdulillh, Allh Subhnahu wa Ta'la masih memberikan kita kesempatan untuk bersua
kembali dalam rangka untuk mempelajari perjalanan sejarah Nabi shallallhu 'alayhi wa sallam.
In sy Allh, kita akan membahas poin tentang pernikahan antara Nabi shallallhu 'alayhi wa
sallam dengan sayyidah Khadjah radhiyallhu Ta'la 'anh.

Khadjah radhiyallhu 'anh memiliki banyak sekali keutamaan, diantaranya :

1. Dalam hadts disebutkan, Raslullh shallallhu 'alayhi wa sallam bersabda:

"Sebaik-baik wanita di alam semesta itu ada empat orang, yaitu Maryam putri 'Imrn,
Khadjah binti Khuwailid, Fthimah binti Muhammad, siyah istri Firaun."

(HR Bukhri dan Muslim)

Menurut para ulam adalah yang terbaik di zamannya.

Tentang Maryam bintu 'Imrn Allh Subhnahu wa Ta'la berfirman:






( )

Dan (ingatlah) ketika malaikat berkata: "Wahai Maryam! Sesungguhnya Allh telah
memilihmu dan menyucikanmu dan melebihkanmu di atas segala wanita di dunia." (QS li
'Imrn: 42)

Tentang 'isyah juga disebutkan dalam hadts:

. ()

"Dan sesungguhnya keutamaan 'isyah atas wanita-wanita seperti keutamaan tsard (roti
yang diremuk dan direndam di dalam kuah) atas seluruh makanan." (Diriwayatkan oleh Al
Bukhri dan Muslim dari Ab Ms)
Tsard adalah makanan yang dikenal di zaman Raslullh shallallhu 'alayhi wa sallam
sebagai makanan yang lezat yang ada daging dan kuahnya dan makanan favorit. Kata para
ulam, ini adalah dall bahwa 'isyah merupakan wanita terbaik di zamannya.

2. Raslullh shallallhu 'alayhi wa sallam sering mengingat Khadjah walaupun Khadjah sudah
meninggal dunia.

Ini menunjukkan betapa cintanya Raslullh shallallhu 'alayhi wa sallam kepada Khadjah,
yang selama 25 tahun hidup bersama Raslullh shallallhu 'alayhi wa sallam. Dan Nabi saat itu
tidak berpoligami, diantara alasannya adalah karena Beliau shallallhu 'alayhi wa sallam sangat
cinta kepada Khadjah, dan tidak ingin menyinggung hati Khadjah radhiyallhu 'anh.

Setelah Khadjah meninggal lalu Raslullh shallallhu 'alayhi wa sallam menikah lagi dan
baru berpoligami. Ini merupakan bantahan kepada orang-orang orientalis barat yang
mengatakan bahwa Raslullh shallallhu 'alayhi wa sallam seorang yang mengikuti syahwat
(syahwaniy), ini tidak benar!

Raslullh shallallhu 'alayhi wa sallam pun tidak poligami selama 25 tahun. Dan meskipun
poligami, wanita yang dinikahi rata-rata sudah tua dan janda kecuali hanya satu yang masih
gadis yaitu 'isyah radhiyallhu Ta'la 'anh, itupun karena perintah Allh Subhnahu wa Ta'la.

Nabi shallallhu 'alayhi wa sallam menikahi 'isyah karena Raslullh shallallhu 'alayhi wa
sallam mimpi didatangi oleh malikat Jibrl 2 kali atau 3 kali membawa gambar 'isyah dan Jibrl
mengatakan kepada Nabi:

Bahwasannya Jibrl datang kepada Nabi shallallhu 'alayhi wa sallam bersama gambar
'isyah dalam secarik kain sutera hijau, lalu berkata:

"Sesungguhnya ini adalah isterimu di dunia dan akhirat."

(Jmi At Tirmidziy nomor 3880)

Kita tahu bahwa mimpi para Nabi adalah wahyu Allh Subhnahu wa Ta'la.

Pada asalnya istri Nabi shallallhu 'alayhi wa sallam semua adalah janda. Jikalau Raslullh
shallallhu 'alayhi wa sallam mengikuti hawa nafsu belaka niscaya beliau shallallhu 'alayhi wa
sallam akan menikahi gadis perawan. Akan tetapi Raslullh shallallhu 'alayhi wa sallam
berpoligami karena ada mashlahat di dalamnya.
Diantara dall Nabi shallallhu 'alayhi wa sallam sering mengingat Khadjah adalah hadts
'isyah :

: :

: : : :

Suatu ketika 'isyah radhiyallhu 'anh berkata:

"Tidaklah aku lebih cemburu kepada istri-istri Nabi kecuali kepada Khadjah, meskipun aku
belum pernah bertemu dengannya.

'isyah pun menceritakan ketika Nabi menyembelih seekor kambing, Nabi pun berkata:

Berikanlah sebagian sembelihan ini kepada teman-temannya Khadjah.

Maka aku pun kesal dan berkata:

Khadjah lagi!?

Nabi lalu menjawab:

Sesungguhnya aku diberikan anugerah yang lebih untuk mencintai Khadjah.

(HR. Muslim)

Ini adalah diantara bentuk inshafnya (obyektifnya) 'isyah, walaupun beliau melakukan
beberapa kesalahan (yaitu merasa kesal) namun beliau tetap meriwayatkannya, tidak beliau
sembunyikan kesalahannya karena di dalamnya terdapat ilmu. Tidak seperti orang-orang syi'ah
yang mencaci maki 'isyah, kata mereka 'isyah itu lisannya kotor. Kita katakan, "Tidak", namun
lisan orang-orang syiah itu sendirilah yang kotor.

Dalam riwayat lain, 'isyah pernah membicarakan salah seorang istri Nabi shallallhu 'alayhi
wa sallam yaitu Shafiyyah. Kata 'isyah: "Shafiyyah adalah wanita yang pendek." Lalu Raslullh
shallallhu 'alayhi wa sallam marah. Kalau seandainya kesalahan 'isyah adalah masalah
duniawi maka Raslullh shallallhu 'alayhi wa sallam tidak marah dan mengalah. Akan tetapi
kalau kesalahan 'isyah sudah sampai derajat ghbah dan menyangkut masalah agama maka
Raslullh shallallhu 'alayhi wa sallam menegur dengan berkata:

"Wahai 'isyah, kau telah mengucapkan sesuatu yang buruk, kau mengghbah Shafiyyah.
Kalau seandainya ucapan kotor ini dicampur dengan air laut maka akan merubah air laut
tersebut."
Jika kita perhatikan, hadts ini diriwayatkan oleh 'isyah sendiri dan beliau sampaikan apa
adanya.

Ini menunjukkan bagaimana inshafnya beliau.

Sungguh mencela dan mencaci ibunda 'isyah sebagaimana tuduhan kaum syiah, bahwa
'isyah itu bermulut kotor adalah ucapan yang keji. Bagaimana kita mencaci 'isyah sementara:

- 'isyah adalah kekasih yang sangat dicintai oleh Nabi shallallhu 'alayhi wa sallam.

- Yang Nabi shallallhu 'alayhi wa sallam wafat di pangkuan 'isyah radhiyallhu 'anh.

- Yang Nabi shallallhu 'alayhi wa sallam dikuburkan di rumah 'isyah radhiyallhu 'anh.

Hadts ini adalah sekedar isyarat yang menunjukkan bahwa 'isyah itu sebagaimana wanita
lainnya, yaitu bersifat pencemburu. Suatu hal yang wajar apabila seorang istri cemburu dengan
wanita lain.

Khadjah bukanlah istri biasa, beliau memiliki peran dalam perkembangan Islam. Bagaimana
beliau berkorban dengan segala hal, termasuk harta untuk mendukung dakwah Nabi shallallhu
'alayhi wa sallam. Karena itu tidak heran jika Nabi shallallhu 'alayhi wa sallam membanggakan
kecintaan Beliau shallallhu 'alayhi wa sallam kepada Khadjah dengan mengatakan:

"Aku telah di anugerahi Allh untuk cinta kepada Khadjah."

Demikian yang bisa disampaikan, In sy Allh besok kita lanjutkan pada pembahasan
selanjutnya
PERISTIWA HALFUL FUDHL DAN PERNIKAHAN DENGAN KHADIJAH, BAGIAN 07 DARI 08

Alhamdulillh, Allh Subhnahu wa Ta'la masih memberikan kita kesempatan untuk bersua
kembali dalam rangka untuk mempelajari perjalanan sejarah Nabi shallallhu 'alayhi wa sallam.
In sy Allh, kita akan membahas poin tentang pernikahan antara Nabi shallallhu 'alayhi wa
sallam dengan sayyidah Khadjah radhiyallhu Ta'la 'anh.

Kata Imm An Nawawiy tentang perkataan, "Aku di anugerahi rasa cinta kepada Khadjah,"
adalah dall bahwasanya cinta kepada Khadjah merupakan kemuliaan yang Allh anugerahkan
kepada Raslullh shallallhu 'alayhi wa sallam.

Wanita, kalau sudah cemburu maka dia akan melakukan hal yang tidak dia sadari dan diluar
akal sehat. Dan lelaki yang baik adalah tidak marah kepada istrinya yang berbuat kesalahan
karena cemburu. Bagaimana suami marah terhadap perilaku istri yang menunjukkan cintanya
kepadanya? Maka 'isyah pun cemburu dengan mengatakan perkataan yang keliru dan
Raslullh shallallhu 'alayhi wa sallam membela Khadjah. Inilah, Raslullh shallallhu 'alayhi
wa sallam, sangat mencintai Khadjah.

3. Allah pun mengirim salam kepada Khadjah dan Khadjah dijanjikan istana di surga yang
terbuat dari emas dan perak, sebagaimana hadts yang diriwayatkan oleh Al Imm Muslim
dalam shahhnya:

Dari Ab Hurairah berkata: Pada suatu ketika Jibrl pernah datang kepada Raslullh
shallallhu 'alayhi wa sallam sambil berkata:

"Y Raslullh, ini dia Khadjah. Ia datang kepada engkau dengan membawa wadah berisi
lauk pauk (baik itu makanan ataupun minuman)."
"Apabila ia datang kepada engkau, maka sampaikanlah salam dari Allh Subhnahu wa
Ta'la dan dariku kepadanya. Selain itu, beritahukan pula kepadanya bahwa rumahnya di surga
terbuat dari emas dan perak, yang di sana tidak ada kebisingan dan kepayahan di dalamnya."

Hadts Anas bin Mlik ketika Raslullh shallallhu 'alayhi wa sallam berkata kepada Ubay
bin Ka'ab. Raslullh shallallhu 'alayhi wa sallam bersabda:

: - - : " " :
: " " : : " " .

"Wahai Ubay bin Ka'ab, Allh memerintahkan kepadaku untuk membacakan Al Qurn
kepadamu."

Maka Ubay bin Ka'ab berkata:

"Allh sebut nama saya kepada engkau?"

Kata Raslullh shallallhu 'alayhi wa sallam: "Iya."

Berkata Ubay bin Ka'ab:

"Aku disebut oleh pencipta alam semesta ini?"

Berkata Raslullh shallallhu 'alayhi wa sallam: "Iya."

Maka Ubay bin Ka'ab pun menangis bahagia.

(Muttafaqun 'alayhi)

Para ulam menyebutkan kenapa istana Khadjah disebutkan tidak ada kegaduhan dan hiruk
pikuk karena Khadjah selama 25 tahun hidup bersama Nabi shallallhu 'alayhi wa sallam tidak
pernah berteriak kepada Nabi shallallhu 'alayhi wa sallam dan kepada anak-anaknya, maka
Allh balas dengan surga yang tenang. Apakah ada wanita sekarang tidak pernah angkat
suaranya kepada suaminya?

Khadjah juga tidak pernah mengeluhkan keletihan karena Khadjah telah berletih-letih
membelanjakan hartanya seluruhnya untuk dakwah Nabi dan letih mengurus anak-anaknya
agar Nabi bisa konsentrasi berdakwah. Inilah Khadjah radhiyallhu 'anh.

Tidak ada istri yang bisa menemani Nabi di awal dakwah kecuali istri yang luar biasa ini.
Allh pilihkan wanita istimewa ini bagi Nabi, yang akan menemani Nabi di kalah beliau butuh
teman perjuangan, butuh wanita yang mampu menenangkan hatinya saat hatinya gundah
gulana.
Demikian yang bisa disampaikan, In sy Allh besok kita lanjutkan pada pembahasan
selanjutnya
PERISTIWA HALFUL FUDHL DAN PERNIKAHAN DENGAN KHADIJAH, BAGIAN 08 DARI 08

Alhamdulillh, Allh Subhnahu wa Ta'la masih memberikan kita kesempatan untuk bersua
kembali dalam rangka untuk mempelajari perjalanan sejarah Nabi shallallhu 'alayhi wa sallam.
In sy Allh, kita akan membahas poin tentang pernikahan antara Nabi shallallhu 'alayhi wa
sallam dengan sayyidah Khadjah radhiyallhu Ta'la 'anh.

Oleh karenanya, ketika Raslullh shallallhu 'alayhi wa sallam pertama kali dapat wahyu
dari malikat Jibrl, Raslullh shallallhu 'alayhi wa sallam saat itu ketakutan luar biasa.
Raslullh shallallhu 'alayhi wa sallam turun dari gua Hira kemudian lari kepada Khadjah,
pulang ke rumahnya.

Dalam keadaan gemetar, Raslullh shallallhu 'alayhi wa sallam berkata:

"Saya khawatir sesuatu menimpa diriku."

Maka Khadjah berusaha menenangkan suaminya dengan mengatakan:

"Demi Allh, sesungguhnya Allh selamanya tidak akan pernah menghinakanmu. Demi Allh
sungguh engkau telah menyambung tali silaturahmi, jujur dalam berkata, membantu orang
yang tidak bisa mandiri, engkau menolong orang miskin, memuliakan (menjamu) tamu, dan
menolong orang-orang yang terkena musibah." (HR Al Bukhri I/4 nomor 3 dan Muslim I/139
nomor 160)

Khadjah selalu menguatkan dakwah suaminya, tidak pernah melemahkan sedikitpun


bahkan mendorong suaminya untuk berdakwah. Tidak seperti sebagian wanita yang
mengatakan:

"Sudahlah, jangan dakwah terus, capek."


Oleh karenanya para ulam menyebutkan diantara perkara yang menakjubkan yaitu
Khadjah radhiyallhu Ta'la 'anh tidak pernah merasakan kelezatan hidup saat Islm jaya.
Beliau meninggal sebelum Raslullh shallallhu 'alayhi wa sallam memperoleh kemenangan-
kemanangan. Khadjah meninggal 3 hari sebelum Raslullh shallallhu 'alayhi wa sallam
berhijrah, masa-masa dimana Islm ditekan, para shahbat dibunuh dan diintimidasi oleh
orang-orang kfir Quraisy.

Khadjah radhiyallhu Ta'la 'anh ditinggalkan oleh teman-temannya. Wanita-wanita


Quraisy tidak ingin berteman dengan Khadjah karena dia mengikuti suaminya. Ini bukan
perkara yang ringan bagi seorang wanita. Menurut para ulam, Allh ingin menyimpan seluruh
pahala Khadjah, tidak diberikan di dunia tetapi diberikan seluruhnya di akhirat.

4. Diantara keutamaan Khadjah adalah beliau adalah wanita yang pertama kali masuk Islm,
bahkan orang yang pertama kali masuk Islm.

Raslullh shallallhu 'alayhi wa sallam bersabda:

"Barangsiapa yang melakukan suatu perbuatan yang hasanah (baik) dalam Islm maka
baginya pahala dari perbuatannya itu dan pahala dari orang yang melakukannya sesudahnya
tanpa mengurangi pahala mereka sedikitpun." (Ditakhrij oleh Muslim, nomor 1017)

Dari Ab Masud Uqbah bin Amir Al Anshari radhiyallhu 'anhu, ia berkata bahwa Raslullh
shallallhu 'alayhi wa sallam bersabda:

"Barangsiapa yang menunjuki kepada kebaikan maka dia akan mendapatkan pahala seperti
pahala orang yang mengerjakannya." (HR. Muslim nomor 1893)

Maka seluruh orang yang masuk Islm karena mengikuti Khadjah radhiyallhu Ta'la 'anh,
karena beliau yang pertama kali mencontohkan, maka seluruh pahalanya juga mengalir kepada
Khadjah. Ibnu Hajar rahimahullh mengatakan, kita tidak tahu bagaimana tingginya kedudukan
Khadjah radhiyallhu Ta'la 'anh.

Manusia lain yang semisal dengan Khadjah adalah Ab Bakr radhiyallhu Ta'la 'anhu, dia
adalah lelaki dewasa yang pertama kali masuk Islm. Maka seluruh lelaki dewasa yang masuk
Islm maka pahalanya juga mengalir kepada Ab Bakr radhiyallhu Ta'la 'anhu.

Ada satu kisah yang penting untuk disampaikan di akhir bab ini, yaitu kisah yang
menceritakan tentang hal yang mengingatkan Nabi shallallhu 'alayhi wa sallam kepada
Khadjah. Tepatnya peristiwa ini terjadi saat perang Badr.
Suatu waktu, suami dari Zainab, yaitu Abul 'sh (yang masih musyrik) bersama pasukan kfir
memerangi mertuanya yaitu Raslullh shallallhu 'alayhi wa sallam. Dalam perang ini orang-
orang musyrikin mengalami kekalahan dan banyak yang ditawan. Diantara yang ditawan saat
itu adalah Abul 'sh.

Zainab sendiri telah masuk Islm dan berada di Mekkah. Tatkala itu tawanan tidak bisa
dibebaskan kecuali ditebus dengan harta yang banyak. Zainab radhiyallhu Ta'la 'anh ketika
mengetahui suaminya ditawan oleh bapaknya, maka dia melepaskan kalung yang melingkar di
lehernya. Kalung ini Zainab pakai tatkala malam pertama bertemu dengan Abul 'sh, dan yang
memasangkan kalung tersebut adalah ibunya, Khadjah.

Demikianlah semoga Allh Subhnahu wa Ta'la memberi balasan yang setinggi-tingginya


kepada Khadjah radhiyallhu Ta'la 'anh yang telah banyak berjasa sehingga tersebarnya
Islm yang didakwahkan oleh suaminya Raslullh shallallhu 'alayhi wa sallam.

Demikian yang bisa disampaikan, In sy Allh besok kita lanjutkan pada pembahasan
selanjutnya.

Anda mungkin juga menyukai