Slow Release Fertilizer dari Kotoran Ayam dengan dan Tanpa Campuran Urea
Menggunakan Matriks Bentonit
BAB I
PENDAHULUAN
1. LATAR BELAKANG
Sebagai negara agraris, sektor pertanian menjadi bagian penting dalam
perekonomian di Indonesia. Sektor pertanian tidak dapat terlepas dari
kebutuhan pupuk karena pupuk berperan penting dalam peningkatan
produktivitas dan produksi komoditas pertanian. Indonesia merupakan negara
dengan kebutuhan pupuk anorganik yang tinggi. Berdasarkan data dari
Permentan No. 130 Tahun 2014, kebutuhan total pupuk untuk sektor pertanian
di Indonesia pada tahun 2015 adalah 9.550.000 ton/tahun. Dimana nitrogen
dalam pupuk merupakan salah satu unsur hara penting yang dibutuhkan untuk
pertumbuhan tanaman (Suwardi dkk, 2009).
Masalah utama yang harus dihadapi adalah dampak penggunaan pupuk
anorganik secara berlebihan. Lebih jauh, nitrogen yang tercuci dan terbawa
oleh aliran air juga dapat mengakibatkan dampak negatif bagi lingkungan
maupun kesehatan manusia (Bi dkk, 2012). Nitrogen dalam bentuk nitrat yang
mudah larut dalam air dapat mengakibatkan pencemaran pada air tanah.
Konsentrasi nitrat yang tinggi dalam air tanah kemudian terbawa oleh aliran
menuju ke badan-badan air yang berada di sekitarnya. Konsentrasi nitrat yang
tinggi dalam air dapat memicu pertumbuhan alga, plankton, eceng gondok
maupun tumbuhan air lainnya yang kemudian mengakibatkan penurunan
kualitas air dan kadar oksigen dalam air (Hardjowigeno, 2003).
Peternakan ayam masuk dalam peringkat kedua terbesar sebagai
penyumbang emisi gas amonia di atmosfer, dimana sumbernya berasal dari
kotoran ayam yang dihasilkan. Namun disamping itu, kotoran ayam merupakan
salah satu bahan organik yang mempunyai kadar unsur hara yang tinggi.
Komposisi dalam kotoran ayam ini banyak dikembangkan dan diharapkan
mampu mengurangi ketergantungan terhadap penggunaan pupuk kimia.
Didasari oleh berbagai latar belakang di atas, maka perlu dilakukan
penelitian mengenai pembuatan slow release fertilizer dari kotoran ayam.
Selanjutnya perlu dianalisis unsur nitrogen yang dilepaskan dalam air tiap
harinya. Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat memberi informasi dalam
2. TUJUAN PENELITIAN
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui nilai koefisien difusivitas
efektif dari laju pelepasan nitrogen dalam slow release fertilizer dari kotoran
ayam dengan dan tanpa campuran urea menggunakan matriks bentonit.
1. Kotoran Ayam
Kotoran ayam adalah salah satu pupuk organik yang memiliki nutrisi
lebih dari kotoran lainnya. Apabila dibandingkan antara berbagai macam
pupuk kandang, kotoran ayam mempunyai nilai hara yang tertinggi karena
bagian cair tercampur dengan bagian padat. Pupuk kandang kotoran ayam
mengandung N tiga kali Iebih banyak dari pupuk kandang lainnya
(Hardjowigeno,1995).
2. Bentonit
Penggunaan perekat atau binder bertujuan agar sistem kompak sehingga
tidak mudah hancur. Berbagai macam pengikat yang sering digunakan dalam
pembuatan biochar adalah molase (molasses), pati (starch), kapur (lime), tanah
liat (clay), semen (cement), arang bongkah (lump charcoal), dan aspal
(Kurniati dan Suprihatin, 2009). Pada penelitian ini digunakan bentonit sebagai
salah satu dari jenis clay. Bentonit adalah clay yang sebagian besar terdiri dari
4. Peletisasi
Peletisasi merupakan proses pengeringan dan pembentukan pupuk tablet
dengan menggunakan tekanan tinggi untuk menghasilkan pupuk padat
berbentuk silinder, dimana dalam penelitian ini digunakan ekstruder sebagai
alat bantu. Proses peletisasi bertujuan untuk menghasilkan pupuk dengan
1. Bahan
Bahan-bahan yang digunakan pada penelitian ini adalah:
a. Kotoran ayam yang diperoleh dari PIAT Universitas Gadjah Mada.
b. Bentonit yang diperoleh dari Laboratorium Teknologi Keramik dan
Komposit Departemen Teknik Kimia, Universitas Gadjah Mada.
c. Pupuk urea yang diperoleh dari Laboratorium Daur Ulang Sampah
Universitas Gadjah Mada.
d. Larutan asam sulfat pekat (H2SO4 98%) yang diperoleh dari Laboratorium
Teknologi Keramik dan Komposit Departemen Teknik Kimia, Universitas
Gadjah Mada.
e. Natrium hidroksida (NaOH) pellet yang diperoleh dari CV Alfa Kimia.
f. Larutan asam klorida (HCl) 37% yang diperoleh dari CV Alfa Kimia.
g. Indikator phenolphthalein yang diperoleh dari CV Alfa Kimia.
h. Indikator methyl orange yang diperoleh dari CV Alfa Kimia.
i. Potassium sulfate (K2SO4) yang diperoleh dari CV Alfa Kimia.
j. Tembaga (II) Sulfate (CuSO4) yang diperoleh dari CV Alfa Kimia.
k. Zinc metal yang diperoleh dari CV Alfa Kimia.
l. Aquadest yang diperoleh dari General Labora.
Keterangan:
1. Inlet Raw Material
2. Penampung
3. Screw
4. Outlet Produk Pelet
5. Motor
Keterangan:
1. Penangkap gas
2. Statif
3. Klem
4. Labu Kjeldahl
5. Heater
Keterangan:
1. Heater
2. Labu Kjeldahl
3. Distillation Head
4. Pendingin
5. Erlenmeyer asam
penangkap
3. Cara Kerja
a. Persiapan Bahan Baku
Bahan baku berupa campuran kotoran ayam basah dan sekam padi
dijemur hingga kering untuk menghilangkan bau dan kadar air.
Selanjutnya campuran tersebut di haluskan menggunakan Disk Mill.
Campuran yang telah halus kemudian diayak/disaring untuk memisahkan
bubuk kotoran ayam dengan sekam padi.
b. Proses Pembuatan Pelet dengan Ekstruder
Campuran bahan baku berupa bubuk kotoran ayam, urea, dan
perekat bentonit dimasukkan dalam wadah inlet. Perbadingan yang dipakai
yaitu 1:2 untuk kotoran ayam : urea, sedangan perekat bentonit yang
4. Analisis Data
Menentukan kadar nitrogen dalam sampel :
Jumlah larutan penangkap HCl mula-mula = (Va.Na) mgrek (1)
dengan, Va : Volume Larutan HCl Penangkap
Na : Normalitas Larutan HCl Penangkap
Sisa larutan HCl penangkap setelah distilasi = mgrek NaOH untuk titrasi
= (Vb.Nb) mgrek (2)
dengan, Vb : Volume Larutan NaOH
Nb : Normalitas Larutan NaOH
Jumlah mgrek NH3 hasil distilasi = jumlah mgrek lar. HCl penangkap yang
bereaksi
= (Va.Na-Vb.Nb) mgrek (3)
% Nitrogen Release = | | 100% (5)
3. Nilai Kca diabaikan karena pada permukaan pelet dianggap selalu jenuh
r
r + r r
Elemen volume diambil dalam pelet pupuk seperti yang dinyatakan dalam
Gambar 2.3, kemudian disusun Persamaan 1 berdasarkan neraca massa
nitrogen dari pelet pupuk ke lingkungan.
Laju massa N masuk Laju massa N keluar = Acc. N dalam pelet pupuk
d
NA 2rz|r NA 2rz|r+r = dt (2rrzCA ) (6)
CA C
(De r | De r A | ) CA
r r+r r r
lim =r (7)
r0 r t
CA CA
De r (r )=r (8)
r t
2 CA CA r CA
r + =D (9)
r2 r e t
dCA
BC : | =0 (12)
dt (0,t)
dCA
| =0 (13)
dt (0 ,0)
dCA
De | = k c (CA CA ) (14)
dr (R,t)
CA
CA = (15)
H
Untuk menyelesaikan Persamaan 10 dengan keadaan batas (12), (13), (14) dan
(15) maka diperlukan persamaan hubungan antara CA dan CAf yang diperoleh
melalui neraca massa nitrogen di dalam air dan di dalam padatan.
Massa N dalam pupuk awal = Massa N di padatan + Massa N di cairan
R
CA0 V = 0 ACA dr + VCA (16)
2 0 = 0 2 + VCA (17)
Dari analisis di atas dicari nilai difusivitas efektif (De) dan konstanta Henry
(H). Nilai-nilai tersebut dapat dicari dengan memasukkan data konsentrasi
nitrogen pada larutan pupuk (CAf) dan waktu (t) yang kemudian diiterasi
dengan bantuan pemrograman komputer untuk nilai-nilai De dan H yang
memberikan kesalahan (error) yang paling kecil terhadap hasil percobaan.
35
30
jumlah nitrogen, mgram
25
20
15 Nitrogen release
Nitrogen total
10
0
0 2 4 6 8 10 12
waktu, hari
2. Analisis kadar nitrogen release pada pelet campuran kotoran ayam murni dan
urea dengan perbandingan 1:2
100
90
80
jumlah nitrogen, mgram
70
60 nitrogen release
50
nitrogen total
40
30
20
10
0
0 2 4 6 8 10 12
waktu, hari
80
70
60
persen release, %
50
40
KA murni
30
KA+urea
20
10
0
0 2 4 6 8 10 12
waktu, hari
Walaupun jumlah nitrogen yang release setiap harinya pada pelet dari
campuran kotoran ayam dan urea lebih tinggi dari pelet dari kotoran ayam
murni, namun laju pelepasan nitrogen pelet dari kotoran ayam murni jauh lebih
Dari tabel diatas diperoleh nilai koefisien difusivitas efektif pada pelet
dari campuran kotoran ayam dan urea lebih kecil daripada koefisien difusivitas
efektif pada pelet dari kotoran ayam murni. Semakin kecil nilai koefisien
difusivitas efektif maka laju pelepasan nitrogen tiap harinya akan semakin kecil
pula, sehingga semakin bagus sebagai pupuk lepas lambat.
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Kesimpulan yang dapat diambil pada penelitian ini adalah:
1. Nilai koefisien difusivitas untuk pupuk dari kotoran ayam murni dan pupuk
campuran kotoran ayam dan urea berturut-turut sebesar 3,7981x10-3 cm2/d
dan 2,1636x10-3 cm2/d.
2. Penambahan matriks terbukti dapat menurunkan laju pelepasan nitrogen
dari sampel pupuk karna sifatnya yang mengisi pori-pori kosong pada
sampel sehingga daya larutnya dalam air menurun.
B. Saran
Saran untuk penelitian ini adalah :
1. Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut mengenai variasi perbandingan
jumlah matriks yang digunakan dalam campuran adonan.
2. Perlu dilakukan pengamatan dan penelitian lebih lanjut mengenai
penggunaan langsung pupuk ini pada tanaman.
3. Perlu dicari metode yang jauh lebih akurat dan memberikan data hasil
analisis dalam waktu yang relative singkat
4. Perlu dilakukan teknik pengujian lain selain Uji Air, yaitu Uji Pasir.
Liang, R., dan M. Liu. 2006. Preparation and Properties of Coated Nitrogen
Fertilizer with Slow Release and Water Retention. Ind. Eng. Chem. Res. 45,
p. 8610 8616.
Lixiang, Yu , Ni Xiaoyu, Wu Lin, Wu Zhengyan, Wu Yuejin, Zhang Hong, Cai
Dongqing dan Qiu Guannan. 2011. Built in Screen Type Controlled
Release Urea as well as Production Method and Application Thereof.
Chinese Patent Specification CN 102173962 A.
Shaviv, A. 2005. Controlled Release Fertilizer. IFA International Workshop on
Enchanced Efficiency Fertilizers. International Fertilizer Industry
Association Paris, France. Frankfurt.
Trenkel, Martin E. 1997. Controlled Release and Stabilized Fertilizers in
Agriculture. International Fertilizer Industry Association, Paris, France.
Yuejin, Wu, Ni Xiaoyu, Wu Zhengyan, Wu Lin, Qiu Guannan, Yu Lixiang. 2013.
A Novel Slow Release Urea Fertilizer: Physical and Chemical Analysis of
Its Structure and Study of Its Release Mechanism. Journal of Biosystems
Engineering 115 (2013), p. 274 282.
Hasil Peletisasi
Tanggal : 10 September 2016
1. Pelet Kotoran Ayam Murni
Massa kotoran ayam : 1000 gram
Massa bentonit : 100 gram
Massa air : 300 mL
Suhu pengeringan : 60oC
Waktu Pengeringan : 24 jam
Diameter pelet : 0.5 cm
Panjang Pelet : 1.5 cm
Jumlah lar. HCl penangkap yang bereaksi = jumlah NH3 hasil distilasi
= (Va.Na-Vb.Nb) mgrek
= (7.5 6.37) mgrek
= 1.13 mgrek
% Nitrogen Release = | | 100% (5)
15.82
= 33.32 100 %
= 47.5 %
Dengan cara yang sama diperoleh data pada Tabel 4 sebagai berikut :
Tabel 4. Data Hasil Perhitungan Kadar Nitrogen dari Sampel Pupuk Kotoran Ayam
Murni
Hari Ke- NH3, mgrek Massa Nitrogen, mgram C NH3 , mgram/mL % Release
1 1.13 15.82 0.0113 47.5
2 1.36 19.04 0.0136 57.1
3 1.43 20.02 0.0143 60.1
4 1.5 21 0.015 63
5 1.58 22.12 0.0158 66.4
6 1.6 22.4 0.016 67.2
7 1.62 22.68 0.0162 68.1
8 1.58 22.12 0.0158 66.4
9 1.65 23.1 0.0165 69.3
10 1.68 23.52 0.0168 70.6
0.5 gram 2.38 33.32 6.0637
Sampel
Tabel 5. Data Hasil Analisis Kadar Nitrogen dari Sampel Pupuk Campuran
Kotoran Ayam dan Urea
Hari Ke- Vol. HCl akhir, mL Vol. NaOH, mL
1 112.6 57.6
2 112 56.8
3 112.8 55
4 112.5 54.4
5 122 54.4
6 122 53
7 112 52.8
8 112 52.5
9 112 52.3
10 112 51.7
0.5 gram 112.1 12.9
Sampel
Jumlah lar. HCl penangkap yang bereaksi = jumlah NH3 hasil distilasi
= (Va.Na-Vb.Nb) mgrek
= (7.5 5.76) mgrek
= 1.74 mgrek
% Nitrogen Release = | | 100% (5)
24.36
= 86.94 100 %
= 28.02 %
function utamamurni
clear
clc
De0=1E-4;
Ha0=1E-1;
DH0=[De0 Ha0];
options=optimset('MaxFunEvals',2000,'MaxIter',2000);
[DH,sse]=fminsearch(@SSE,DH0,options);
D=DH(1);
H=DH(2);
function y=SSE(DH)
clf
De=DH(1);
Ha=DH(2);
% 0 30 60 90 120
% Ca di cairan fungsi waktu hasil percobaan
Caldata=[0 0.0113 0.0136 0.0143 0.015 0.0158 0.016 0.0162
0.0158 0.0165 0.0168];
N=length(r);
J=length(tt);
dt=tt(2)-tt(1);
dr=r(2)-r(1);
Ca=zeros(N,J);
Cal=zeros(1,J);
A=zeros(N,N);
Ca(:,1)=Ca0;
Cal(1)=Nbut/V*(pi*R^2*L*Ca0-2*pi*L*trapz(r,r.*Ca(:,1)));
alfa=dr^2/(De*dt);
for j=1:J-1
%AC=B
A(1,1)=-3;
A(1,2)=4;
A(1,3)=-1;
A(N,N)=1;
B(1,1)=0;
for i=2:N-1
A(i,i)=-alfa-2;
A(i,i-1)=1-1/(i-1);
A(i,i+1)=1+1/(i-1);
B(i,1)=-alfa*Ca(i,j);
end
err=1;
temp=Cal(j);
while err>1E-8
B(N,1)=temp/Ha;
Ca(:,j+1)=A\B;
Cal(j+1)=Nbut/V*(pi*R^2*L*Ca0
2*pi*L*trapz(r,r.*Ca(:,j+1)));
err=abs(Cal(j+1)-temp);
temp=Cal(j+1);
end
end
plot(t,Caldata,'*',tt,Cal)
y=sum((Caldata-Cal(1:10:end)).^2);
end
function utamaurea
clear
clc
De0=1E-4;
Ha0=1E-1;
DH0=[De0 Ha0];
options=optimset('MaxFunEvals',2000,'MaxIter',2000);
[DH,sse]=fminsearch(@SSE,DH0,options);
D=DH(1);
H=DH(2);
function y=SSE(DH)
clf
De=DH(1);
Ha=DH(2);
% 0 30 60 90 120
% Ca di cairan fungsi waktu hasil percobaan
Caldata=[0 0.0174 0.0182 0.02 0.0206 0.0206 0.022 0.0222
0.0225 0.0227 0.0233];
N=length(r);
J=length(tt);
dt=tt(2)-tt(1);
dr=r(2)-r(1);
Ca=zeros(N,J);
Cal=zeros(1,J);
A=zeros(N,N);
Ca(:,1)=Ca0;
Cal(1)=Nbut/V*(pi*R^2*L*Ca0-2*pi*L*trapz(r,r.*Ca(:,1)));
alfa=dr^2/(De*dt);
for j=1:J-1
%AC=B
A(1,1)=-3;
A(1,2)=4;
A(1,3)=-1;
A(N,N)=1;
B(1,1)=0;
for i=2:N-1
A(i,i)=-alfa-2;
A(i,i-1)=1-1/(i-1);
A(i,i+1)=1+1/(i-1);
B(i,1)=-alfa*Ca(i,j);
end
err=1;
temp=Cal(j);
while err>1E-8
B(N,1)=temp/Ha;
Ca(:,j+1)=A\B;
Cal(j+1)=Nbut/V*(pi*R^2*L*Ca0-
2*pi*L*trapz(r,r.*Ca(:,j+1)));
err=abs(Cal(j+1)-temp);
temp=Cal(j+1);
end
end
plot(t,Caldata,'*',tt,Cal)
y=sum((Caldata-Cal(1:10:end)).^2);
end